hidropan jadi

13
Perbedaan Karakteristik antara Pantai Pulau Jawa dan Pantai Pulau Sumatera Tiara Asmika Sari Program Studi Oseanografi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang Sari: Pantai di Indonesia memiliki bentang dan ekosistim yang terbentuk oleh gejala alam yang berbeda dalam kurun waktu lama, yang dengan demikian menghasilkan lingkungan yang sangat berbeda. Proses geologi maupun perubahan garis pantai seiring perubahan paras muka laut mengiringi perkembangan pantai di Indonesia. Maka, dapat dikatakan bahwa pantai merupakan ekosistim dimana kondisi darat dan laut berinteraksi, menghasilkan lingkungan unik dan rentan dari setiap perubahan. Adanya perbedaan parameter oseanografi, karakteristik pantai dan jenis litologi, menjadikan hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan tata ruang pantai. Upaya pemeliharaan kelestarian pelindung alami dan buatan sangat membantu pengembangan wilayah pada daerah pantai tersebut . 1. PENDAHULUAN Benua Maritim Indonesia terletak diantara benua Australia dan Asia serta membatasi Samudra Pasifik dan Hindia (Gambar 1- 1). Busur kepulauan Indonesia merupakan untaian pulau di suatu perairan dalam maupun dangkal, terdiri dari 17.805 buah pulau yang memiliki garis pantai sepanjang lebih dari 80.000 km. Kepulauan terbentuk oleh berbagai proses geologi yang

description

HIDRODINAMIKA PANTAI

Transcript of hidropan jadi

Page 1: hidropan jadi

Perbedaan Karakteristik antara Pantai Pulau Jawa dan

Pantai Pulau Sumatera

Tiara Asmika Sari

Program Studi Oseanografi

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang

Sari: Pantai di Indonesia memiliki bentang dan ekosistim yang terbentuk oleh gejala alam yang

berbeda dalam kurun waktu lama, yang dengan demikian menghasilkan lingkungan yang sangat

berbeda. Proses geologi maupun perubahan garis pantai seiring perubahan paras muka laut

mengiringi perkembangan pantai di Indonesia. Maka, dapat dikatakan bahwa pantai merupakan

ekosistim dimana kondisi darat dan laut berinteraksi, menghasilkan lingkungan unik dan rentan dari

setiap perubahan. Adanya perbedaan parameter oseanografi, karakteristik pantai dan jenis

litologi, menjadikan hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan tata ruang pantai.

Upaya pemeliharaan kelestarian pelindung alami dan buatan sangat membantu

pengembangan wilayah pada daerah pantai tersebut .

1. PENDAHULUAN

Benua Maritim Indonesia terletak diantara benua Australia dan Asia serta membatasi

Samudra Pasifik dan Hindia (Gambar 1-1). Busur kepulauan Indonesia merupakan untaian

pulau di suatu perairan dalam maupun dangkal, terdiri dari 17.805 buah pulau yang memiliki

garis pantai sepanjang lebih dari 80.000 km. Kepulauan terbentuk oleh berbagai proses

geologi yang berpengaruh kuat pada pembentukan morfologi pantai, sementara letaknya di

kawasan iklim tropis memberi banyak ragam bentang rupa pantai dengan banyak ragam pula

tutupan biotanya.

Penggolongan pantai dirasakan tidak cukup dengan hanya berdasar bentang rupa dan

tutupan biotanya, namun perlu mempertimbangkan pula beberapa hal lain, seperti sumber

daya yang mendukung disekelilingnya, gejala alam yang mengendalikan pembentukannya.

Page 2: hidropan jadi

2. TOPOGRAFI DAERAH PANTAI

Pada Pantai Pulau Jawa terdapat Cekungan belakang dari jalur konvergensi

tektonik ditandai oleh paparan landai luas dengan alur sungai (dendritic) panjang dan

dataran tangkapan hujan luas, mengalir berkelok-kelok melalui rawa dan dataran

limpahan banjir, ke pantai berawa dan ber tutupan tebal bakau membentuk muara delta

luas dengan pulau pulau delta di depannya.

Sedangkan pantai pada Pulau Sumatera cenderung menghadap ke arah

laut/samudera lepas ditandai oleh tebing perbukitan curam, pantai berbentang alam kasar,

berbukit terjal menerima hempasan kuat gelombang. Pantai datar berpasir adakalanya

menyelingi pesisir ini, terbentuk oleh endapan sedimen sungai. Jalur ini umumnya erat

kaitannya dengan jalur tumbukan atau penunjaman. Gelombang besar merupakan bagian

dari sistim gelombang samudra, namun tsunami adakalanya terjadi menyusul gempa kuat

yang sering terjadi di jalur ini.

Penggolongan pantai dari berbagai alasan ini dapat membantu pemahaman saling

keterkaitan dari proses pembentukan pantai, biotanya sumberdaya alamnya, peruntukan

hingga usaha konservasi dan pengelolaan berkelanjutannya.

3. FISIOGRAFI & IKLIM

Wilayah Indonesia memiliki perairan laut dalam yang dialasi kerak samudra dan laut

dangkal tepian dari paparan benua. Paparan tepian kontinen memiliki kedalaman kurang dari

100 m, merupakan bagian dari apa yang disebut sebagai cekungan busur dalam dan inti

kraton yang relatif stabil. Kondisi demikian memberi sifat dari kawasan ini berpantai landai,

bahkan di pantai timur Sumatra dan selatan Irian, ditandai oleh kawasan ber-rawa (wetland)

limpahan banjir dengan rataan tebal bakau yang berfungsi pula sebagai pelindung pantai.

Pada pantai di pesisir utara Jawa yang umumnya merupakan bagian dari kompleks sistim

endapan volkanik kaki gunung api, kecuali jalur Rembang-Tuban yang berupa perbukitan

dengan pantai batu gamping. Perairan hangat menunjang tumbuh luasnya terumbu karang di

pulau-pulau tersebut, yang sama fungsinya dengan bakau, melindungi pantai dari hempasan

gelombang pada daerah pantai di kedua pulau tersebut yaitu antara Pantai Pulau Jawa dan

Pantai Pulau Sumatera.

Page 3: hidropan jadi

Perairan laut dalam di jalur tunjaman dari Sumatra hingga Jawa dan sekitarnya memiliki

bentang alam curam pada pesisirnya, namun adakalanya memiliki pesisir landai yang sempit

dan berpasir karbonat hasil rombakan terumbu karang. Pesisir dan pantainya terbuka dari

hempasan gelombang kuat perairan samudra luas (Samudra Pasifik, Laut Zulu, Laut Banda,

dll). Kawasan ini juga berada pada pengaruh gerak tegak (vertikal) tektonik .

4. ANALISIS

Pantai Pulai Jawa termasuk dalam kategori pantai berjenis pesisir yang menghadap

cekungan belakang (tepian paparan). Dimana terdapat cekungan belakang dari jalur

konvergensi tektonik ditandai oleh paparan landai luas dengan alur sungai (dendritic)

panjang dan dataran tangkapan hujan luas, mengalir berkelok-kelok melalui rawa dan

dataran limpahan banjir, ke pantai berawa dan bertutupan tebal bakau membentuk muara

delta luas dengan pulau pulau delta di depannya. Bentuk morfologi dari pantai pada

daerah Pulau Jawa ini adalah pantai dengan bukit paparan pasir. Pantai ini menghadap

perairan bergelombang dan angin kuat dengan asupan sedimen sungai cukup, umumnya

membentuk rataan dan perbukitan pasir. Kondisi kering dan berangin kuat dapat

membentuk perbukitan pasir. Air tanah seringkali terkumpul dari air meteorik yang

terjebak. Sementasi sedimen terbentuk bila terdapat cukup kelembaban dari air laut

(spray) dan terik matahari.

Paparan pasir juga terbentuk di perairan yang menghadap cekungan dalam di pulau

kecil atau gunung api sejauh cukup landai lereng pantai dan sedimen sungai serta agitasi

gelombangnya. Selain itu pantai pada daerah Pulau Jawa memiliki 2 jenis tipe morfologi

yang berbeda, yaitu Pantai yang ber-morfologi tinggi, tersusun oleh tebing-tebing batu

gamping yang menghasilkan kantong-kantong pantai (pocket beach) dengan pasir putih

sebagai rombakan batugamping terumbu tersebut, yang dijumpai di bagian timur daerah

penyelidikan. Sedangkan Pantai yang bermorfologi landai, tersusun oleh hamparan pasir

berwarna hitam, dengan gumuk-gumuk pasir (sand dune) di belakang pantai, dijumpai di

bagian barat daerah pantai Pulau Jawa .

Sedangkan pantai Pulau Sumatera hampir serupa morfologinya dengan pantai Pulau

Jawa, tetapi beberapa karakteristik pada pantai Pulau Sumatera memiliki perbedaan yang

cukup signifikan dengan pantai pada Pulau Jawa. Pada pantai Pulau Sumatera terdapat

banyak jenis pantai yang tererosi. Terjadinya erosi terhadap pantai disebabkan oleh

adanya: batuan atau endapan yang mudah tererosi, agen erosi berupa air oleh berbagai

Page 4: hidropan jadi

bentuk gerak air. Gerak air dalam hal ini bisa berupa arus yang mengikis endapan atau

agitasi gelombang yang menyebabkan abrasi pada batuan. Erosi tidak hanya berlangsung

di permukaan, namun juga yang terjadi di permukaan sedimen dasar perairan.

Erosi maksimum terjadi bila energi dari agen erosi mencapai titik paling lemah

materi tererosi. Pada sedimen lepas di pantai, arus sejajar pantai oleh adanya gelombang

atau arus pasang surut sudah mampu menjadi penyebab erosi. Erosi yang terjadi pada

dasar perairan akan mengubah lereng yang berdampak pada perubahan posisi jatuhnya

enersi gelombang pada pantai. Berikutnya, agitasi gelombang dapat merusak titik

terlemah dari apapun yang ditemukan dengan enersi maksimal. Pencapaian titik terlemah

dapat terjadi bila saat badai dengan gelombang kuat terjadi bersamaan dengan posisi

paras muka laut jatuh pada sisi paling lemah, yaitu permukaan rataan pasir pantai. Erosi

diperparah bila sedimen sungai yang menjadi penyeimbang tidak cukup mengganti

sedimen yang tererosi.

4.1 POTENSI BENCANA GEOLOGI

Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 3700 pulau dan

wilayah pantai sepanjang 80.000 km. Wilayah pantai ini merupakan daerah yang

sangat intensif dimanfaatkan untuk kegiatan manusia, dan juga berpotensi terjadinya

bencana pada pantai tersebut.

Pantai Pulau Jawa tidak menutup kemungkinan terjadinya bencana tsunami

yang diakibatkan dari gempa bumi dengan pusat gempa terdapat pada lempeng laut.

Ini diperkuat dengan adanya hasil penelitian berupa data dari USGS (1916-2002)

dan ERI-Jepang (1995-2002) yang menunjukkan bahwa solusi mekanisme fokal dari

beberapa gempa bumi merusak yang pernah terjadi di selatan Pulau Jawa yang mana

arah kompresi maksimum umumnya dominan berarah timurlaut-baratdaya, sebagian

kecil utara-selatan, barat-timur dan baratlaut-tenggara. Hal ini menunjukkan gempa

bumi yang terjadi di daerah pantai Pulau Jawa ini umumnya berasosiasi dengan lajur

penunjaman (subduksi) di selatan Pulau Jawa. Sifat gempa bumi yang berasosiasi

dengan lajur penunjaman di selatan Jawa, umumnya memiliki karakteristik

tersendiri, misalnya di sebelah selatan Pulau Jawa, pusat gempabumi umumnya

berkedalaman dangkal (0-90 km), sedangkan makin ke utara pusat gempabumi

berkedalaman menengah (91-150 km) hingga dalam (151-700 km). Gempabumi

Page 5: hidropan jadi

berke-dalaman dangkal (0-90 km) umumnya berbahaya dan dampaknya sangat

merusak, karena kadang disertai oleh bencana tsunami.

Gambar 1. Hasil Interpretasi Seismik yang memperlihatkan Struktur Patahan Normal

Gambar 2. Peta sebaran gempabumi, solusi mekanisme Fokal dan lokasi kejadian Tsunami (sumber: Soloviev, CH.N.Go, 1974; Hamilton, 1979; USGS, 1916-2002, ERI-Jepang, 1996-2002)

Page 6: hidropan jadi

Bentuk morfologi pantai sangat berpengaruh terhadap dampak kerusakan yang akan

di-timbulkan oleh bencana tsunami. Bentuk pantai berteluk umumnya memiliki

kecenderungan untuk diwaspadai (bagian timur daerah penyelidikan), karena bentuk pantai

seperti ini memiliki kecenderungan untuk meng-akumulasikan energi tsunami dan akan

mengalami kerusakan lebih besar dibandingkan dengan daerah lainnya yang memiliki garis

pantai lurus. Kemiringan muka pantai landai lebih berbahaya dibandingkan dengan bentuk

muka pantai yang mempunyai kemiringan curam. Letak pemukiman dan aktifitas manusia

juga sangat berpengaruh pada tingkat kerusakan yang akan dialami oleh suatu daerah, apabila

terjadi tsunami. Dari hasil penyelidikan, diperoleh bahwa di bagian timur letak pemukiman

relatif sangat dekat dengan garis pantai (kurang dari 100 m), dengan konstruksi bangunan

yang kurang memadai (mis.: Pantai Ngerenehan). Sedangkan di bagian barat (mis.: Pantai

Parangtritis), dengan konstruksi yang sama, letak pemukiman relatif jauh dengan garis pantai.

Dilihat dari keadaan morfologi antara pantai Pulau Jawa dengan pantai Pulau

Sumatera, potensi terbesar terjadinya bencana tsunami terdapat pada pantai Pulau Sumatera.

Ini dikarenakan garis pantai di Pulau Sumatera memiliki perairan dengan kondisi tektonik

aktif, karena merupakan bagian dari pertemuan antara Lempeng Indo-Australia dengan

Lempeng Eurasia yang dicirikan oleh kegempaan aktif. Gempa-gempa besar (di atas Mw7)

yang berpusat di dasar laut sering terjadi di wilayah ini dengan kedalaman relatif dangkal.

Daerah pantai yang berpotensi bencana tsunami yaitu pantai pada Provinsi Sumatera Barat,

Bengkulu, NAD (Nangroh aceh Darusalam).

5. EKOSISTEM TUTUPAN BIOTA DAERAH PANTAI

Antara pantai Pulau Jawa dengan pantai Pulau Sumatera, rata-rata memiliki tipe

ekosistem tutupan biota yang hampir sama. Seperti halnya tumbuhan Bakau, Rumput Laut,

Terumbu Karang, estuari dan paparan intertidalnya. Kawasan hutan pada pantai antara Pantai

Pulau Jawa dan Pulau Sumatera yang tumbuh subur terbukti mempunyai berbagai manfaat

diantaranya mampu meredam energi tsunami yang bergerak ke daratan, vegetasi yang rimbun

juga mampu meredam terik panas matahari dan menyerap gas karbon dioksida (CO2),

mengurangi suhu udara disekitarnya.

Page 7: hidropan jadi

Untuk pantai daerah pulau Sumatera terdapat sedikit perbedaaan pada vegetasi

tumbuhan pesisir pantai, yaitu banyaknya pohon cemara laut ( Casuarina sp ) yang tumbuh

pada daerah pantai tersebut.

Gambar 3. Pantai Barat Sumatera dengan vegetasi tumbuhan pohon cemara laut dan

pohon kelapa

Vegetasi-vegetasi yang tumbuh pada daerah pantai Pulau Jawa dan pantai Pulau

Sumatera tersebut merupakan salah satu upaya untuk mencegah kerusakan pantai dari

hempasan ombak yang keras, tiupan angin yang kencang serta membuat suasana pantai

menjadi sejuk.

6. KESIMPULAN DAN SARAN

Menutup ulasan mengenai karakeristik pantai Pulau Jawa dengan pantai Pulau

Sumatera dapat disampaikan beberapa catatan, saran dan kesimpulan, antara lain:

Kesimpulan :

1. • Kawasan pantai Pulau Jawa dan Pulau Sumatera, daerah dicirikan oleh pantai

bertebing dan berteluk kecil. Kawasan ini perlu diwaspadai dari kemungkinan

teraku-mulasinya gelombang tsunami ke dalam teluk.

2. • Kawasan ke dua pantai tersebut, yang merupakan pantai landai memiliki

sedimen yang bersifat lepas dan mudah tergerus oleh arus dan gelombang.

3. • Energi fluks gelombang yang tinggi mendominasi kawasan pantai di bagian

Pulau Jawa , menandakan tingkat abrasi yang cukup tinggi, ditandai oleh adanya

pengikisan batu gamping terumbu penyusun morfologi pantai di kawasan tersebut,

Page 8: hidropan jadi

dan material hasil gerusannya terangkutkan oleh arus sejajar pantai dan

terakumulasi di teluk-teluk tersebut. Sama halnya dengan pantai Pulau Sumatera.

4. Kawasan kedua pantai antara Pulau Jawa dan Sumatera semuanya berpotensi

terhadap bencana Tsunami. Dikarenakan tipe atau jenis pantai, morfologi dasar

laut antar lempengan dan morfologi pesisir pantai yang dimiliki kedua pantai

tersebut hampir sama karakteristiknya.

5. Ekosistem tutupan biota pantai antar keduanya juga hampir memiliki karakteristik

yang sama. Terdapat tumbuhan bakau, rumput laut, terumbu karang, dan lainnya.

Saran:

• Pemahaman terhadap ciri-ciri parameter oseanografi, kondisi fisik dan jenis litologi di

daerah yang dianalisa sangat dibutuhkan untuk pengembangan wilayah dan tata ruang

pantai di kawasan yang diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

Hantoro W.S. 2001. Low stand sea level and landform changes: climatic changes

consequence to epicontinental shelf and fauna migration through Indonesian

Archipelago. In Preceeding of: “The environmental and Cultural History and

Dynamics of the Australian-Southeast Asian Region” seminar, Melbourne, December

10-12, 1996.

Moore G.F., Curray J.R., Moore D.G., Karig D.E., 1980. Variations in geologic

structure along the Sunda fore-arc, northern Indian Ocean. In: D.E. Hayes (Editor), The

Tectonics and Geologic Evolution of the Southeast, Asian Seas and Basins. Geophys.

Monographs, 23, Am. Geophys. Union, Washington, D.C., pp. 145-160.

Mc Caffrey R., Molnar P., Roecker S.W., Joyodiwiryo Y.S., 1985. Microearthquacke

seismicity and fault plane solution related to arc-continent collision in the eastern

Sunda Arc. Journal of Geophysical Research, 90: 4511-4528.

McCaffrey R., 1991. Slip vectors and stretching of Sumatran fore arc. Geology 19,

881-884.

Bapekoinda Prop. D.I. Yogyakarta, LPM Universitas Padjadjaran, 2002, Pemetaan Geologi

dan Potensi Sumberdaya Mineral D.I. yogyakarta Bird, E.C.F. & Ongkosongo, O.S.R., 1980,

Page 9: hidropan jadi

Environmental Changes on the Coast of Indonesia, The United Nations University, printed in

Japan. Earthquake Research Institute, 1995-2002.

Soloviev & Ch. N. Go, 1974, Catalogue of Tsunami in Western Pacific Region. U.S.

Geological Survey, 1916-2002, Preliminary Determination of Epicenters, U.S.

Department of the Interior, www.usgs.gov

Daftar Gambar:

Gambar 1 : Hasil Interpretasi Seismik yang memperlihatkan Struktur Patahan Normal

Gambar 2 : Peta sebaran gempabumi, solusi mekanisme Fokal dan lokasi kejadian Tsunami (sumber: Soloviev, CH.N.Go, 1974; Hamilton, 1979; USGS, 1916-2002, ERI-Jepang, 1996-2002)

Gambar 3 : Pantai Barat Sumatera dengan vegetasi tumbuhan Pohon cemara laut dan Pohon kelapa