HEG 2

17

Click here to load reader

Transcript of HEG 2

Page 1: HEG 2

Hiperemesis gravidarumBAB I

PENDAHULUAN

1.1      LATAR BELAKANG

Masalah kematian dan kesakitan Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi

( AKB ) adalah salah satu indikator penting untuk mengukur status

kesehatan masyarakat. Angka kematian Ibu ( AKI ) di indonesia 307 per

100.000 kelahiran hidup ( SDKI tahun 2002/2003). Hal ini merupakan

salah satu masalah nasional yang belum dan sulit teratasi, angka tersebut

cukup tinggi dibandingkan target AKI yang harus dicapai pada tahun 2010

yaitu per 125 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung berkaitan

dengan kematian ibu adalah komplikasi pada kehamilan, persalinan dan

nifas yang tidak tertangani dengan baik dan tepat waktu. dari hasil survei

(SKRT 2001) diketahui bahwa komplikasi penyebab kematian ibu yang

terbanyak adalah perdarahan hipertensi dalam kehamilan (eklampsi),

infeksi partus lama dan komplikasi keguguran(1).

Kematian maternal adalah kematian wanita sewaktu hamil melahirkan

atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan tidak tergantung dari

lama dan lokasi kehamilan disebabkan oleh apapun yang berhubungan

dengan kehamilan atau penanganannya tetapi tidak secara kebetulan

atau oleh penyebab lainnya.(1)

Berdasarkan definisi ini kematian maternal dapat digolongkan pada

kematian obstetrik langsung (direct obstetric death), kematian obstetrik

tidak langsung (inderect obstetric death), kematian yang terjadi

bersamaan tetapi tidak berhubungan dengan kehamilan dan persalinan

misalnya kecelakaan.Kematian obstetrik langsung disebabkan oleh

komplikasi kehamilan, persalinan, nifas atau penanganannya.Di negara-

negara sedang berkembang sebagian besar penyebab ini adalah

Page 2: HEG 2

pendarahan, infeksi dan abortus.Kematian tidak langsung disebabkan oleh

penyakit atau komplikasi lain yang sudah ada sebelum kehamilan atau

persalinan, misalnya hipertensi, penyakit jantung, diabetes, hepatitis,

anemia, malaria, dan lain-lain termasuk hiperemesis gravidarum (1)

Usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk menurunkan angka

kematian ibu di Indonesia adalah salahsatunya dengan memberikan

pengawasan pada ibu hamil sacara teratur.gangguan yang sering kita

jumpai pada kehamilan adalah mual dan muntah dalam 16 minggu

pertama.kurang lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami

mual mual dan 34% mengalami mual di sertai muntah,dan jika wanita

hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan di minum hingga berat

badannya sangat turun,turgor kulit berkurang,diuresis berkurang dan

timbul asetonuri(2)

Hipeemesis Gravidarum adalah kondisi ketika muntah terjadi sangat

hebat dan dapat mengarah pada kekurangan cairan tubuh dan kehilangan

berat badan. Mual (nausea) dan Muntah (emesis gravidarum) adalah hal

yang normal dan sering ditemukan dalam kehamilan terutama pada

trimester pertama tetapi akan berubah tidak normal apabila mual dan

muntah ini terjadi terus menerus dan mengganggu keseimbangan gizi,

cairan dan elektrolit tubuh(3).

Hiperemesis Gravidarum yang merupakan komplikasi mual muntah

pada kehamilan merupakan salah satu penyebab kematian ibu. Mual dan

muntah bila terjadi terus menerus dapat menyebabakan dehidrasi dan

jika dehidrasi tidak mendapatkan penanganan yang baik maka akan

membahayakan nyawa ibu dan bayi. Hiperemesis Gravidarum dapat

disebabkan pula karena kurangnya asupan gizi untuk wanita hamil karena

segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan semua sehingga dapat

menyebabkan anemia, dari anemia dapat menyebabkan perdarahan

kemudian syok dan keadaan yang lebih buruk adalah kematian pada ibu(1)

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti,

perubahan-perubahan anatomik pada anak, jantung, hati dan susunan

saraf disebabkan oleh kekurangan vitamin. Beberapa faktor predisposisi

yang sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan

Page 3: HEG 2

kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG, faktor organik karena

masuknya villi khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan

metabolik, faktor psikologis keretakan rumah tangga, kehilangan

pekerjaan, rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut memikul

tanggung jawab dan faktor endoktrin lainnya. Gejala yang sering terjadi

pada 60% - 80% primigravida dan 40% - 60% multigravida.Mual biasanya

terjadi pagi hari.Rasa mual biasanya dimulai pada minggu-minggu

pertama kehamilan dan berakhir pada bulan keempat, namun sekitar 12%

ibu hamil masih mengalaminya hingga 9 bulan6).

Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan yang memberikan

pelayanan obstetri, salah satunya dengan melakukan pelayanan

pemeriksaan ibu hamil untuk mengetahui keadaan ibu dan janin secara

berkala yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap kelainan yang

ditemukan dengan tujuan agar ibu hamil dapat melewati masa kehamilan,

persalinan dan nifas dengan baik dan selamat serta melahirkan bayi yang

sehat. Dalam melakukan pelayanan Ante Natal Care (ANC) hendaknya

selalu memberikan penjelasan dan motivasi mengenai yang dirasakan ibu

hamil termasuk didalamnya hiperemesis gravidarum, karena masih

banyak ibu hamil yang tidak mengetahui cara mengatasi mual dan

muntah yang dialaminya, maka dengan ini Angka Kematian Ibu (AKI) dan

Angka Kematian Bayi (AKB) akan mengalami penurunan karena derajat

kesehatan suatu bangsa ditentukan oleh derajat kesehatan ibu dan anak.

1.2      TUJUAN

1.2.1 Tujuan umum

Untuk melakukan pengkajian dari data sekunder dan melakukan

pembahasan yang belum lengkap maupun factor predishposisi terjadinya

hyperemesis gravidarum dan untuk mengetahui estetika penulisan

penyusunan study kasus

1.2.2 tujuan khusus

a.  Menghubungkan tinjauan teori dengan kasus yang ada

b.  Melakukan pendokumentasian soap dari data sekunder

c.  Melakukan pengkajian dari data sekunder

Page 4: HEG 2

d.  Untuk mengetahui faktor predish posisi tejadinya hyperemesis

grafidarum

e.  Untuk mengetahui hyperemesis gravidarum

1.3      Manfaat

1.3.1       Manfaat Bagi Penulis

Hasil dari laporan ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

bahan untuk mengetahui dan menambah wawasan khusus nya dalam

mata kuliah study kasus ini.

1.3.2      Bagi institusi pendidikan

Penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana penambah

informasi mahasiswa dalam melakukan pengkajian dari data sekunder

1.4      Sistematika Penulisan

a.    BAB I PENDAHULUAN

Meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, manfaat,serta

sistematika penulisan.

b.    BAB II TINJAUAN TEORI

Pada tinjauan pustaka ini yang dibahas adalahkonsep dasar

kehamilan,konsep dasar hyperemesis gravidarum.

c.    BAB III TINJAUAN KASUS

Meliputi metode pendokumentasian SOAP

d.    BAB IV PEMBAHASAN

e.    Membahas tentang kesenjangan teori dan praktek di lapangan yaitu

pada tinjauan kasus ibu

f.    .BAB V PENUTUP

Meliputi kesimpulan dan saran.

g.    DAFTAR PUSTAKA

BAB II

TINJAUAN TEORI

Page 5: HEG 2

2.1 Konsep Dasar Kehamilan

2.1.1 Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah masa dimulainya konsepsi sampai lahirnya

janin.lama kehamilan normal adalah 280 hari atau 9 bulan 7 hari,dihitung

dari hari pertama dan haid terakhir (7) .

Kehamilan matur (cukup bulan ) bberlangsung 40 minggu (280

hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari).kehamilan yang

berlangsung antara 28dan 36 minggu di sebut premature , sedangkan

lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur(8)

Seorang ibu belum tentu dikatakan hamil apabila hanya memiliki

tanda-tanda seperti terlambat haid, mual, muntah, perut dan payudara

membesar karena dikatakan hamil apabila sudah terdengar bunyi denyut

jantung janin serta terlihatnya tulang janin melalui ultra sonografi (USG)

dan dalam foto rontgen.

2.1.2 Patofisiologi Kehamilan

Proses kehamilan merupakan mata rantai berkesinambungan masa

kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

kehamilan normal kira-kira 280 hari (40 minggu) sampai 300 hari (42

minggu) yang terhitung dari haid terakhir.Kehamilan 40 minggu disebut

kehamilan cukup bulan, bila kehamilan lebih dari 42 minggu disebut

kehamilan post matur. Kehamilan dibagi 3 fase yaitu :

1. Trimester I (antara 0 sampai 12 minggu)

2. Trimester II (antara 12 minggu sampai 28 minggu) dan

3. Trimester III (antara 28 minggu sampai 40 minggu) (6)

Menurut Hanifa (2002:125) pada wanita hamil terdapat tanda dan gejala

antara lain sebagai berikut :

Page 6: HEG 2

2.1.3 Tanda dugaan hamil

a.   Amenore (tidak dapat haid)

Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak haid

lagi.Penting diketahui tanggal hari pertama haid terakhir supaya dapat

ditentukan tuanya kehamilan dan perkiraan persalinan.

b.  Nausea (enek) dan Emesis (muntah)

Enek umumnya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan disertai

kadang-kadang oleh emosi.

Morning sickness dalam batas-batas tertentu keadaan ini masih

fisiologik.Bila terlampau sering, dapat mengakibatkan gangguan

kesehatan dan disebut Hiperemesis Gravidarum.

c.   Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu)

Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama akan tetapi

menghilang dengan makin tuanya kehamilan.

d.  Pingsan

Sering dijumpai bila berada pada tempat-tempat ramai, dianjurkan pada

bulan-bulan pertama tidak berada ditempat tersebut. Keadaan ini akan

hilang sesudah kehamilan 16 minggu.

e.  Payudara Tegang dan Membesar

Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesteron yang

merangsang duktuli dan alveoli di payudara.

f.   Anoreksia (tidak nafsu makan)

Pada bulan-bulan pertama anoreksia, tetapi setelah itu nafsu makan

timbul lagi.Hendaknya dijaga jangan sampai salah pengertian makan

untuk “dua orang” sehingga kenaikan berat badan tidak sesuai dengan

tuanya kehamilan.

Page 7: HEG 2

g.  Sering kencing

Kejadian ini terjadi karena kandung kencing pada bulan -bulan pertama

kehamilan karena tertekan uterus yang mulai membesar.Pada triwulan

kedua umumnya keluhan ini hilang oleh karena uterus yang mulai

membesar dari rongga panggul dan menekan kembali kandung kencing.

h.  Obstipasi (sulit buang air besar)

Keadaan ini karena pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik

usus.

i.    Pigmentasi kulit

Terjadi pada usia kehamilan 12 minggu keatas pada pipi hidung dan dahi.

Kadang-kadang nampak deposit pigmen yang berlebihan dikenal sebagai

kloasma gravidarum. Aerola mamae lebih hitam karena didapatkan

deposit pigmen yang berlebih.

j.   Epulis hipertropi dari papil gusi terjadi pada trimester pertama.

k.  Varices

Karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi penumpukan

pembuluh darah vena.Penumpukan pembuluh darah itu terjadi disekitar

genetalia eksterna, kaki, betis dan payudara.Penumpukan pembuluh

darah ini dapat menghilang setelah persalinan(8).

2.1.4 Tanda-tanda Kehamilan

Tanda pasti kehamilan

Gerakan janin pada primigravida dapat dirasakan oleh ibunya pada

kehamilan 18 minggu sedang pada multigravida pada 16 minggu oleh

karena sudah berpengalaman dari kehamilan terdahulu. Gerakan janin

kadang-kadang pada kehamilan 20 minggu dapat diraba secara obyektif

oleh pemeriksa, balotemen dalam uterus sudah dapat diraba pada

kehamilan lebih tua.Bila dilakukan pemeriksaan dengan sinar rontgen

kerangka fetus mulai dapat dilihat.Dengan alat fetal elektro cardiograph

denyut jantung janin dapat dicatat pada kehamilan 12 minggu (8)

Page 8: HEG 2

Dalam triwulan terasa gerakan janin lebih gesit.Bunyi jantung janin

juga dapat didengar lebih jelas.Bagian-bagian besar janin ialah kepala dan

bokong dan bagian-bagian kecil ialah kaki dan lengan dapat pula diraba

dengan jelas.Pada primigravida kepala janin mulai turun pada kehamilan

kira-kira 36 minggu sedang pada multigravida pada kira-kira 38 minggu.

Dari keseluruhan yang diuraikan maka diagnosis pasti kehamilan dapat

dibuat apabila:

a.    Dapat diraba dan kemudian dikenal bagian-bagian janin.

b.    Dapat dicatat dan didengar bunyi jantung janin dengan beberapa cara.

c.    Dapat dirasakan gerakan janin dan balotemen

d.    Pada pemeriksaan dengan sinar rontgen tampak kerangka janin.

e.    Dengan ultrasonografi (scanning) dapat diketahui ukuran kantong janin,

panjang janin (crown rump) dan diameter biparietalis hingga dapat

diperkirakan tuanya kehamilan dan selanjutnya dapat dipakai untuk

menilai pertumbuhan janin.

2.1.5     Faktor resiko pada kehamilan

Faktor resiko kehamilan adalah setiap faktor yang berhubungan dengan

meningkatnya kesakitan dan kematian ibu dan bayi.

a.   Primi muda umur kurang dari 20 tahun primi tua lebih dari 35 tahun.

b.  Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun

c.   Pernah melahirkan lebih dari 4 kali

d.  Mengalami kesulitan pada persalinan yang lalu (bayi lahir mati,

sungsang, bayi tidak cukup umur operasi pada waktu melahirkan kadang-

kadang dan lain-lain).

e.  Tinggi badan kurang dari 145 cm

f.   Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm

g.  Mempunyai riwayat penyakit menahun (misal : malaria, TBC, sakit

jantung, dll).(8)

2.2 Konsep Dasar Hiperemesis Gravidarum

Page 9: HEG 2

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan,

sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu

menjadi buruk(1)

Hiperemesis gravidarum adalah mual danm muntah berlebihan

sehingga menimbulkan gangguan aktifitas sehari-hari,bahkan dapat

membahayakan hidup ibu hamil(8)

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang menetap

selama kehamilan yang mengganggu asupan cairan dan nutrisi,biasanya

terjadi selama 20 minggu kehamilan,cukup berat hingga menurunkan

berat badan dan ketidakseimbangan elektrolit.(14)

2.2.2. Etiologi

Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara

pasti.Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan

susunan saraf disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain

akibat inanisi.

Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang ditemukan :

a)  Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola

hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola

hidatidosa dan kehamilan ganda memimbulkan dugaan bahwa faktor

hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut

hormon Khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.

b) Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik

akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu tehadap

perubahan ini merupakan faktor organik.

c)  Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan.ibu terhadap anak, juga

disebut sebagai salah satu faktor organik.

Page 10: HEG 2

d)  Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini

walaupun hubungannya dengan terjadinya hiperemesis gravidarum belum

diketahui dengan pasti. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan,

takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab

sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat

mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan

menjadi hamil atau sebagai pelarian karena kesukaran hidup.Tidak jarang

dengan memberikan suasana yang baru sudah dapat membantu

mengurangi frekwensi muntah klien.

2.2.3. Patofisiologi

Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen,

oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester pertama.

Pengaruh psikologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin

berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan

lambung.Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun

demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.

Hiperemesis garavidarum yang merupakan komplikasi mual dan

muntah pada hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan

dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis

hipokloremik.Belum jelas mengapa gejala ini hanya terjadi pada sebagian

kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping

faktor hormonal. Yang jelas wanita yang sebelum kehamilan sudah

menderita lambung spastik dengan gejala tak suka makan dan mual, akan

mengalami emesis gravidarum yang berat.

Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan

karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi.Karena

oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan

tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam

darah.Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena

muntah menyebabkan dehidrasi, sehmgga cairan ekstraselurer dan

Page 11: HEG 2

plasma berkurang.Natrium dan Khlorida darah turun, demikian pula

Khlorida air kemih.Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi,

sehingga aliran darah ke jaringan berkurang.Hal ini menyebabkan jumlah

zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula dan tertimbunlah

zat metabolik yang toksik.Kekurangan Kalium sebagai akibat dari muntah

dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, bertambahnya frekuensi muntah-

muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran

setan yang sulit dipatahkan(6).

2.2.4. Tanda dan Gejala

Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat

dibagi dalam 3 (tiga) tingkatan yaitu :

1. Tingkatan I :

Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum

penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan

menurun dan nyeri pada epigastrium.Nadi meningkat sekitar 100 kali per

menit, tekanan darah sistol menurun turgor kulit berkurang, lidah

mengering dan mata cekung.

2. Tingkatan II :

Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih

berkurang, lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu

kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterus.Berat badan menurun dan

mata menjadi cekung, tensi rendah, hemokonsentrasi, oliguri dan

konstipasi.

Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai

aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.

3. Tingkatan III:

Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun

dan somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu badan meningkat

dan tensi menurun. Komplikasi fatal dapat terjadi pada susunan saraf

Page 12: HEG 2

yang dikenal sebagai ensefalopati Wemicke, dengan gejala : nistagtnus

dan diplopia. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan,

termasuk vitamin B kompleks.Timbulnya ikterus adalah tanda adanya

payah hati(6).

2.2.5 Diagnosa

Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus

ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus

sehingga mempengaruhi keadaan umum.

Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan

kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin,

sehingga pengobatan perlu segera diberikan(6).

2.2.6 . Penatalaksanaan

1.   Pencegahan dengan memberikan informasi dan edukasi tentang

kehamilan kepada ibu-ibu dengan maksud menghilangkan faktor psikis

rasa takut. Juga tentang diit ibu hamil makan jangan sekaligus banyak,

tetapi dalam porsi sedikit-sedikit tapi sering.

2.  Terapi obat menggunakan sedativa (luminal, stesolid); vitamin (B1 dan

B6); anti muntah (mediamer B6, drammamin, avopreg, avomin, torecan);

antasida dan anti mulas.

3.  Hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dirawat inap di Rumah

Sakit.

a.   Kadang-kadang pada beberapa wanita, hanya tidur di Rumah Sakit saja,

telah banyak mengurangi mual muntah.

b.  Isolasi. Jangan terlalu banyak tamu kalau perlu rawat dan dokter saja

yang boleh masuk. Kadang kala hal ini saja, tanpa pengobatan khusus

telah mengurangi mual dan muntah.

c.   Terapi psikologik. Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal

yang wajar, normal dan fisiologis, jadi tidak perlu takut dan khawatir. Cari

Page 13: HEG 2

dan coba hilangkan faktor psikologis seperti keadaan sosial ekonomi dan

pekerjaan serta lingkungan.

d.  Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein

hari. Bila perlu dapat ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin B

kompleks dan vitamin C. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan

pula asam amino secara intra vena

e.  Berikan obat-obatan seperti telah dikemukakan diatas.

f.   Pada beberapa kasus dan bila tetapi tidak dapat dengan cepat

memperbaiki keadaan umum penderita, dapat dipertimbangkan suatu

abortus buatan.

2.2.7 Diet Hiperemesis Gravidarum

a)  Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya

berupa rod kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama

makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua

zat-zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama

beberapa hari.

b) Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.

Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi tinggi.

Minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah dalam

semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D.

c)  Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis

ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan

bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali

kalsium(6).