Hakikat Fitrah Manusia
Transcript of Hakikat Fitrah Manusia
5/16/2018 Hakikat Fitrah Manusia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hakikat-fitrah-manusia 1/9
Hakikat Fitrah Manusia
Oleh : Husnul Amal Mas’ud
Tanpa terasa, 10 hari sudah Ramadan berlalu. Bulan tempat menempa diri, menguji
kesungguhan untuk menggapai surga dengan segala kemudahan dan keistimewaan didalamnya. Mudah karena sepanjang Ramadan, pintu-pintu surga dan rahmat dibuka olehAllah seluas-luasnya, sehingga terasa ringan badan dan jiwa menjalankan segala macam
ibadah. Istimewa karena begitu besar perhatian Allah terhadap segala amalan hambanya di
bulan tersebut; amalan yang sunah diberikan pahala seperti amalan wajib, dan amalan yangwajib dilipatgandakan pahalanya oleh Allah. Pintu-pintu ampunan dibuka sedangkan pintu-
pintu neraka ditutup, bahkan setan pun dibelenggu untuk mengurangi potensinya
menyesatkan manusia.
Pada bulan Syawal ini manusia telah kembali berada pada fitrahnya, asal kejadiannya yang
masih suci dan murni. Bulan fitrah yang selalu di awali dengan perayaan Idul Fitri setelah
menjalankan ritual puasa dan amalan-amalan yang disyariatkan oleh Allah selamaRamadan,
Sayyid Qutb membagi fitrah kepada dua macam: Pertama, fitrah manusia, yaitu bahwa potensi dasar yang ada pada manusia adalah untuk menuhankan Allah dan selalu condong
kepada kebenaran. Kedua, fitrah agama, yaitu wahyu Allah yang disampaikan lewat para
rasulnya untuk menguatkan dan menjaga fitrah manusia itu. Kedua macam fitrah ini adalah
diciptakan dan bersumber dari Allah SWT. Oleh karenanya, antara fitrah manusia danfitrah agama tidaklah akan pernah terjadi pertentangan karena keduanya mengarah kepada
tujuan yang satu, kebenaran dan kesucian jiwa yang menjadikan manusia kembali dan
dekat kepada sang penciptanya, Allah SWT.
Allah SWT berfirman :
“(dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di
surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai,
dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua
termasuk orang-orang yang zalim." (QS. Al-A’raf : 19)
Perhatikan dialog Allah SWT dan Adam AS pada ayat tersebut. Allah SWT berbicara
kepada Adam dengan menggunakan perkataan “pohon ini” yang mengisyaratkan kepada
kedekatan jarak antara Adam dan Rabbnya. Itulah nuansa kedekatan yang dihadirkanketika Adam dan Hawa patuh kepada ketetapan Tuhan, ketika Adam dan Hawa masih
dalam fitrah asal kejadiannya.
Namun perhatikan bagaimana Allah menegur Adam AS dan Hawa ketika keduanya
terlanjur terbujuk rayuan setan untuk menjamah pohon larangan : “Kemudian Tuhan
mereka menyeru mereka: "Bukankah aku telah melarang kamu berdua dari pohon
itu dan aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagi kamu berdua?" (QS. Al-A’raf : 22)
5/16/2018 Hakikat Fitrah Manusia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hakikat-fitrah-manusia 2/9
Ya, ketika Adam memilih menyalahi fitrah, tidak patuh (maksiat) terhadap perintah Allah,
terciptalah jarak yang menyebabkan Adam jauh dari Rabbnnya sehingga Allah memilih
kata “pohon itu” pada dialog ayat tersebut.
Inilah hakikat fitrah manusia. Apabila mereka taat dan patuh pada perintah Allah, mereka
akan selalu dekat dengan-Nya. Apabila ia dekat dengan Tuhannya, ia akan selalumerasakan kehadiran Tuhan setiap saat. Ia akan merasa bahwa setiap perilakunya, gerak
geriknya berada dalam pengawasan Allah. Seumpama seorang bintang film yang sedang
berada di depan kamera, segala gaya dan mimiknya akan direkam dan hasilnya akandipertontonkan nanti. Oleh karenanya si bintang film akan berusaha semaksimal mungkin
menjalankan perannya, berakting dengan penuh penghayatan dan berupaya untuk tidak
menyalahi skenario yang telah digariskan.
Jika fitrah manusia telah kembali dan terjaga, timbullah sifat Ihsan dalam dirinya; serasa ia
berada dalam perhatian Allah, sehingga menjadikannya tertib dan berhati-hati dalam setiap
sikap dan perbuatan. Karena ia sadar bahwa setiap perilakunya sedang direkam dan bakal
dipertontonkan di Mahkamah Mahsyar nanti. Inilah kesan dekatnya hamba kepadaTuhannya ketika telah kembali kepada fitrahnya setelah menjalani penempaan selama
Ramadan.
Karena itulah, ketika Allah menjelaskan tentang perintah, hakikat, tujuan dan syariat-
syariat yang berkaitan dengan puasa Ramadan, di tengah ayat-ayat tersebut Allahmenjelaskan betapa dekatnya Dia dengan hamba-hambaNya :
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah),
bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu beradadalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah : 186).
Inilah hakikat dan tujuan puasa Ramadan yang telah kita lalui kemarin. Ramadan mengajak
manusia untuk kembali kepada fitrah asal kejadian mereka, yaitu dekat dengan Allah SWT.Dengan suasana kedekatan ini, manusia selalu akan merasa sadar akan keberadaan
Rabbnya. Dan ini pula yang dimaksudkan juga dengan taqwa yang menjadi tujuan inti
ibadah puasa. Sebuah kesadaran bahwa Allah senantiasa mengawasi setiap perilaku dan
gerak geriknya karena tempaan Ramadan telah membangkitkan kembali hakikat fitrahnya,yaitu bahwa ia dekat dengan Rabbnya
Maka pada bulan Syawal ini di mana puasa Ramadan baru saja beberapa hari berlalu,renungkanlah di mana posisi kita telah berada saat ini? Apakah kita sudah semakin dekat
kepada Allah, ataukah keadaan kita tidak jauh berbeda ketika sebelum memasuki madrasah
puasa Ramadan? Adakah kesan Ramadan dan segala ritual ibadah yang telah kita lakukandalam Ramadan masih membekas dalam diri pada bulan Syawal ini ataukah nuansa
Ramadan malah telah berbalik seratus delapan puluh derajat? Adakah Ramadan tetap
membekasi kita di bulan syawal ini, bulan “idul fitri”, ketika kita kembali kepada fitrah,
untuk kemudian senantiasa berbuat dan bersikap penuh kesadaran bahwa Allah selalu
5/16/2018 Hakikat Fitrah Manusia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hakikat-fitrah-manusia 3/9
mengawasi kita karena jarak kita telah kembali begitu dekat dengan-Nya ataukah
sebaliknya kita kembali kepada rutinitas kehidupan yang semakin menjauhkan kita dari-
Nya?
Seandainya kita merasa termasuk kelompok yang pertama, maka kita adalah orang yang
sebenar-benarnya telah “aidin wal faizin” pada bulan syawal ini, yaitu golongan yang telahkembali kepada Allah, kembali kepada fitrah kesucian, berada dekat kepada Rabbnya. Dan
kita lah orang yang sebenar-benarnya telah mencapai kemenangan di dunia dan akhirat.
Wallahu A’lam.
Islam, Hiburan dan Fitrah Manusia
Wed, 2007-01-17 14:15 — firman
Islam adalah agama fitrah. Artinya, perkara apa saja yang ada di dalam Islam sesuai
dengan fitrah manusia. Misalnya, manusia cenderung menghambakan diri kepada apa yang
dicintainya. Oleh karena itu Islam memberi petunjuk, kepada siapakah seharusnya kita
menghambakan diri. Sebagai contoh, walaupun manusia menyukai harta dan kekuasaan.
Anehnya, kita tidak suka jika disebut hamba harta atau hamba kekuasaan, meskipun sikap
kita memang seperti itu. Tapi kita redha dan suka jika disebut-sebut sebagai hamba
ALLAH. Artinya, fitrah manusia memang ingin menjadi hamba kepada ALLAH, Tuhan
Semesta Alam.
Manusia suka kepada ilmu dan kepandaian agar kehidupannya maju dan tidak beku
(jumud). Memang ALLAH menjadikan jiwa manusia begitu keadaannya. Setiap orang juga
suka kepada makanan yang lezat, suka kepada lawan jenis, suka kepada badan dan akal
yang sehat. Oleh karena itu Tuhan datangkan agama Islam yang mengajar manusia untuk
memenuhi tuntutan fitrah tersebut. Sabda Rasulullah, “Menuntut ilmu wajib bagi lelaki dan
perempuan” (HR. Ibnu Abdi Al Barri). Kemudian jika mengikut Rasulullah SAW, maka
sunnat hukumnya makan daging seminggu sekali. Islam juga mendorong pernikahan dan
melarang zina sebab zina hanya akan menganiaya kaum perempuan. Sudah tentu tidak
ada orang yang mau teraniaya.
5/16/2018 Hakikat Fitrah Manusia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hakikat-fitrah-manusia 4/9
Begitulah Islam agama fitrah. Apabila sesuatu disukai oleh fitrah, maka Islam akan
membenarkan dan mendorongnya. ALLAH yang menciptakan fitrah manusia, maka ALLAH
pula yang menunjukkan cara bagaimana keinginan fitrah itu dipenuhi karena begitulah
keinginan fitrah manusia. Jika keinginan fitrah ini tidak tercapai maka manusia akan
merasa susah, duka cita dan gelisah. Namun tanpa petunjuk dari ALLAH, nafsulah yang
akan memimpin manusia untuk melaksanakan kehendak fitrah itu secara liar tak
terkendali. Maka, hasilnya akan buruk sekali.
Sebagai contoh adalah keinginan fitrah manusia untuk berhibur. Batin manusia butuh
untuk berhibur sebagaimana jasad lahir manusia perlu beristirahat. Jika tidak dipenuhi
maka akan letihlah batin manusia dalam menjalani kehidupan ini. Untuk memenuhi
keinginan itulah dapat kita lihat betapa majunya teknologi entertainment saat ini. Jika dulu
manusia berhibur dengan karya-karya sastera, pertunjukan cerita dan alat-alat musik,
maka manusia jaman sekarang berhibur dengan film, musik, teknologi animasi, efek-efek
visual yang memanjakan imajinasi, musik dengan istrumen yang semakin kompleks, game
interaktif, synthesizer, virtual reality dsb. Semuanya bertujuan untuk memuaskan
keinginan batin manusia. Namun, sebenarnya batin manusia yang manakah yang hendak
dihibur?
Di samping memiliki jasad lahir, manusia juga memiliki unsur batin yaitu akal, nafsu dan
hati. Dengan melihat kesan hiburan-hiburan tersebut pada diri manusia maka dapat kita
pilah menjadi hiburan akal, nafsu atau hati. Sebagai contoh, berhibur akal misalnya
mempelajari hal-hal baru, meneliti, berdiskusi dsb. Islam mendorong keinginan fitrah
untuk berhibur tersebut selama mengikuti petunjuk ALLAH yang menciptakan manusia.
Misalnya, jika yang dipelajari adalah ilmu sihir maka Islam melarangnya karena hanya
akan membawa kerusakan. Jangankan ilmu sihir, ilmu agama pun akan membawa
keburukan jika tidak dikaitkan dengan tauhid dan akhlak. Ilmu tersebut hanya akan
menjadikan manusia sombong, merasa mulia, bermegah-megah, hasad dengki, ego dsb.
Apalagi ilmu-ilmu yang lain jika tidak dikaitkan juga dengan Tuhan. Begitu juga berhibur
nafsu. Misalnya, keinginan manusia kepada lawan jenis, ALLAH telah tunjukkan caranya
melalui pernikahan. Jika tanpa cara yang telah ALLAH tunjukkan yaitu pernikahan, hasilnya
hanya akan rusak dan merusakkan. Sudahlah tidak mendidik dan mendisiplinkan nafsu
agar tunduk kepada fitrah kita yang ingin menghamba kepada ALLAH, malah
5/16/2018 Hakikat Fitrah Manusia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hakikat-fitrah-manusia 5/9
menjadikannya semakin liar tidak terkendali. Sedangkan Al Quran telah mengajarkan
kepada kita, “Sesungguhnya nafsu itu sangat mengajak kepada kejahatan” ( Yusuf:53 )
Sebenarnya, hakikat berhibur adalah terhiburnya hati dengan mengingat ALLAH.
FirmanNya dalam Al Quran, “Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram” (Ar Raad: 28) Dengan demikian hiburan akal dan nafsu hanya akan menghibur
hati jika selalu dihubungkaitkan dengan ALLAH. Sehingga melalui hiburan-hiburan tersebut
kita akan terasa KebesaranNya, Maha KuasaNya, Maha PemurahNya, Maha PengasihNya,
Maha AdilNya. Semakin kita berhibur semakin kita merendah diri, tawadhuk, hilang
kesombongan dan kemegahan diri, semakin bersyukur dan merasa hina di hadapanNya,
semakin takut kepada dosa-dosa dan terkikis rasa cinta dunia yang melemahkan jiwa.
Itulah berhibur yang sesungguhnya. Semakin dekat diri kita kepada Tuhan, terpimpin akal,
nafsu dan hati kita untuk cinta dan takut kepadaNya. Itulah kebahagiaan sebenarnya yang
dicari-cari manusia dari hiburan. Jika kita berhibur namun tidak tampak dan tidak terasa
sifat Kemuliaan Tuhan, justru nafsulah yang akan semakin liar tak terkendali. Maka,
sebenarnya hiburan seperti itu bukan hiburan melainkan jebakan nafsu dan syaitan.
Inilah yang sering luput dari para penghibur dan para pencari hiburan. Berapa banyak
penghibur yang sibuk memikirkan bagaimana menghibur manusia dengan berbagai macam
media, bentuk dan gayanya. Namun rupa-rupanya diri mereka sendiripun tidak terhibur.
Resah, gelisah, jiwa mereka menderita, hilang kebahagiaan, narkoba menjadi pelarian,
semakin jauh dari Tuhan, bahkan bunuh diri karena tidak tahan dengan cobaan. Jika para
penghibur gagal menghibur dirinya lalu bagaimanakah nasib kita yang ingin mencari
hiburan? Jangan-jangan tanpa sadar sebenarnya kita telah masuk ke dalam tipuan yang
menyesatkan. Naudzubillahi min dzalik.
Halaqah [2223 Reads]
Antara Fitrah Manusia dengan Allah sebagai Sang Pencipta Posted by: hendra on Friday, May 09, 2003 - 10:03
Hudzaifah Trisakti online - Jakarta, Sebagai seorang muslim, kita memiliki keimananyang harus terpatri dalam diri kita. Salah satu keimanan yang harus dipahami dandirealisasikan dalam keseharian adalah keimanan kita kepada Allah sebagai Sang Pencipta.Dari segi bahasa, keimanan ini dikenal dengan Tauhid Rububiyyah, yang berarti mengimaniAllah sebagai Rabb atau Pencipta dan Penguasa terhadap segala sesuatu.
5/16/2018 Hakikat Fitrah Manusia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hakikat-fitrah-manusia 6/9
Hal ini juga berarti mengimani bahwa tidak ada saingan dalam kekuasaan-Nya, dalampemerintahan-Nya. Hanyalah Allah yang memberikan segala-galanya dan tiada sesuatu-punyang dapat melakukan kebaikan dan keburukan kecuali dengan se-izin-Nya. Allah berfirman:
"Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat
menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka takada yang dapat menolak kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yangdikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi MahaPenyayang." (QS. Yunus: 107) - (hdn, 8/5/2003)
Dengan keimanan ini berarti kita beritikad bahwa Allah ialah Tuhan yang menciptakan alam,memeliharanya, memberi rizki, segala-galanya di bawah pengetahuan-Nya, kehendak-Nya,dan Kebijaksanaan-Nya yang tidak terhingga. Hakikat tauhid ini terdapat pada Al Qur'an suratAl Baqarah ayat 258-260.
Sebagaimana yang kita ketahui, setiap manusia itu memiliki fitrah atau semacam naluri dasaryang dijadikan oleh Allah pada diri setiap manusia. Di mana pada fitrah manusia itu padadasarnya memiliki kecondongan membutuhkan adanya Tuhan Sang Pencipta. Sebagaimanayang Allah firmankan:
"Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langitdan bumi?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah". Katakanlah : "Segala puji bagi Allah";tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (QS. Luqman: 25)
Dengan kecenderungan fitrah inilah manusia - bagaimanapun ingkarnya dia - ketika ia dalamkeadaan terjepit, maka tetap akan mengakui keberadaan Allah. Allah berfirman:
"Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allahdengan memurnikan ketaatan kepada-Nya maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampaidi daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus." (QS. Luqman: 32).
Fitrah manusia yang demikian ini akan selalu tetap kondisinya seperti ini. Bagaimanapunkeadaan manusia, pada dasarnya ia akan tetap mempercayai keberadaan Allah sebagai sangPencipta. Allah berfirman:
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allahyang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. Ar Rum: 30)
Halaqah [9180 Reads]
Mengenal Islam (I), Makna Secara Istilah Posted by: abusafar on Wednesday, April 12, 2006 - 07:47
Hudzaifah.org - Sobat muslim, mari kita lanjutkan kembalipembahasan kita mengenai Islam. Setelah kita sudah mengenal
Islam dari segi bahasa, kini kita akan bahas makna Islam darisegi istilah.
Secara istilah, Islam berarti wahyu Allah, diin para nabi dan rasul,pedoman hidup manusia, hukum-hukum Allah yang ada di dalamAl Qur'an dan As Sunnah, dan dia merupakan jalan yang lurus,
Related links
· More about Aqidah
· News by abusafar
Most-read story in Aqidah:Mengenal Islam (VI), Makna
Secara Bahasa
Pesan Singkat
5/16/2018 Hakikat Fitrah Manusia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hakikat-fitrah-manusia 7/9
untuk keselamatan dunia dan akhirat. Agar memudahkanpembahasan, insya Allah akan saya bagi pembahasan kita kali inimenjadi sebagai berikut:
1. Islam adalah Wahyu Illahi (Wahyu Allah)2. Islam adalah diin para Nabi dan Rasul3. Islam adalah pedoman hidup manusia
4. Islam adalah Hukum-hukum Allah5. Islam adalah jalan yang lurus6. Islam adalah keselamatan dunia dan akhirat
Agar tidak terlalu panjang, semua pembahasan itu insya Allahakan saya bagi menjadi beberapa artikel bersambung.
Baiklah, mari kita kaji bagian yang pertama.
I. Islam adalah Wahyu Illahi (Wahyu Allah).
Makna pertama, Islam adalah wahyu Illahi. Sebagaimana yangkita ketahui, Islam memiliki pedoman utama yaitu Al Qur'an danAs Sunnah. Al Qur'an adalah wahyu Allah, sehingga ajaran Islamsepenuhnya adalah dari Allah SWT, bukan dari ciptaan manusia.Atau dengan kata lain, Islam adalah dari firman Allah, bukanbuatan manusia. Sedangkan As Sunnah hukum kedua setelah AlQur'an, dia merupakan apa-apa yang disampaikan oleh NabiMuhammad SAW. Rasul sendiri merupakan manusia pilihan AllahSWT yang menyampaikan firman-firman Allah melalui perantaramalaikat Jibril AS. Yang Rasul katakan tidak lain adalah wahyuyang diwahyukan. Sebagaimana yang Allah firmankan dalam ayatberikut ini:
"...dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quraan) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalahwahyu yang diwahyukan (kepadanya)." (QS. An Najm: 3-4)
Karena sumbernya yang jelas dan hakiki, yaitu wahyu Illahi,dengan demikian Islam tidak dapat disamakan dengan agama,
kepercayaan, atau isme/paham lainnya. Selain itu, Islam tidakmungkin kurang, tidak lengkap, atau tidak sesuai denganmanusia. Akan tetapi Islam sangat sesuai dengan manusia,karena sumber Islam dan yang menciptakan manusia adalahsama, yaitu Allah SWT. Allah yang menciptakan manusia pastitahu dan mengenal siapa itu manusia, dan mengetahui apa yangdia butuhkan, termasuk tahu apa tujuan diciptakannya manusia.Sedangkan manusia, belum tentu mengenal secara sempurnamanusia itu sendiri. Sehingga pedoman hidup, agama, ataupaham buatan manusia (misalnya kapitalisme, komunisme, dll)tidak akan sesuai dengan manusia, bahkan akan membawakehancuran bagi seluruh manusia.
Selain itu, karena sumber Islam adalah dari Allah SWT, makatidak ada keragu-raguan dalam Islam. Tidak ada ketimpangan didalamnya, sehingga tidak membuat kita bingung sebagaimanadalam agama atau paham lainnya. Karena wahyu merupakansimbol keterarahan dan keteraturan.
Islam bukan pula sebuah tradisi, apalagi kalau dikatakan tradisibangsa Arab. Islam adalah rahmatan lil'alamin (rahmat bagiseluru semesta alam), karena bersumber dari yang menciptakan
Hanya yang sudah login yangdapat mengisi pesan singkat
5/16/2018 Hakikat Fitrah Manusia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hakikat-fitrah-manusia 8/9
alam semesta. Berbeda dengan agama dan isme lainnya yangbisa jadi merupakan tradisi atau pemikiran tertentu, karenadiciptakan oleh manusia. Jika Islam (wahyu Allah) dapatditegakkan maka kezaliman akan hilang/kalah. Dan bila tidakmengikuti wahyu Allah, maka manusia akan ditimpa kemiskinan,bencana, dan kemurkaan dari Allah SWT. Sebagaimana dalamsurat Al Anbiyaa ayat 1 - 15.
Dengan demikian, maka sudah seharusnya seorang muslimmemiliki ketundukan kepada wahyu Allah SWT. Segala yang Allahperintahkan harus dilaksanakan, dan segala yang Allah larang
harus dijauhi. Termasuk di dalamnya adalah mengikuti apa -apayang disampaikan oleh Rasulullah SAW.
Sobat muslim, insya Allah akan kita sambung ke bagian ke-2. []
(by abusafar :: serial Tarbiyah Islamiyah: ma'rifatul dinul Islam)
Hudzaifah.org
Halaqah [6847 Reads]
Mengenal Islam (V), Makna Secara Bahasa Posted by: abusafar on Saturday, February 19, 2005 - 11:18
Hudzaifah.org - Sobat-sobat semua, kini kita lanjutkan pembahasan mengenal Islam kebagian ke-5. Makna Islam secara bahasa berikutnya adalah ?As-Silmu?.
?As-silmu?
As-Silmu bermakna perdamaian. Lafaz As-silmu ini tersirat dalam Al Qur?an pada suratMuhammad (47) ayat 35 yang berbunyi:
?Janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang di atas dan Allah punbersamamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amalmu.? (QS.Muhammad: 35)
Pada ayat di atas, istilah ?damai? tertera di Al Qur?an dengan ucapan ?as-salmi?.
Ayat ini menjelaskan tentang Rasulullah SAW yang diminta oleh Allah SWT agar tidakmeminta perdamaian hanya karena ketakutan. Karena pada dasarnya mereka (orang kafir)adalah lemah dan selalu menghalangi umat dari agama Islam. Sedangkan Allah sudahmemberikan motivasi kepada umat Islam dengan firman-Nya, ?padahal kamulah yang di atasdan Allah pun bersamamu? . Apalagi Allah sudah menjamin dengan firman-Nya, ?Dia sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amalmu.? Oleh karenanya, janganlah kita merasalemah, takut, dan meminta perdamaian.
Lalu, apakah semua ini berarti Islam anti perdamaian? Tentu tidak, Islam adalah dien yangpenuh kedamaian. Ayat di atas pada dasarnya menyiratkan suatu kondisi ketika umat Islamdalam keadaan ?terserang? dan merasa takut. Artinya, pada saat Islam sedang dalam kondisi
diserang, maka sikap yang harus diambil oleh umat Islam adalah tidak akan menyerah danminta damai hanya karena takut (dengan kata lain, menyerah untuk dijajah). Sekali lagi,karena Allah sudah mengatakan bahwa kitalah yang berada di atas dan Allah bersama kita.Dan ini juga berarti, kondisi tidak damai itu pada dasarnya bukan umat Islam penyebabnya,tapi merekalah (orang-orang kafir) itu yang menjadikan adanya kondisi tidak damai karenakeonaran mereka.
5/16/2018 Hakikat Fitrah Manusia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hakikat-fitrah-manusia 9/9
Namun ketika umat Islam berada di atas angin, penuh kemenangan dari orang-orang kafir,maka yang terjadi biasanya adalah orang-orang kafir itu memohon perdamaian kepada kita.Jika mereka condong kepada kedamaian, maka Islam pun akan menerimanya dengan syarat.Allah SWT berfirman,
?Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi MahaMengetahui.? (QS. Al Anfal: 61).
Beberapa pendapat mengatakan, ketika Islam menerima tawaran perdamaian dari orang-orang kafir, maka kita menerimanya dengan syarat - salah satunya - orang-orang kafir ituharus membayar jizyah (semacam pajak) kepada umat Islam. Dan mereka dijamin akan hidupdamai berdampingan dengan umat Islam selama tidak mengkhianati perjanjian.
Sobat semua, kini posisinya sudah jelas bahwa Islam adalah agama perdamaian. Mari kitaperhatikan ke sudut-sudut dunia. Jika umat Islam menjadi golongan yang terjajah, maka disana biasanya tidak ada kedamaian, yang ada hanyalah peperangan, penyiksaan, penculikan,pembunuhan, dan sebagainya, terhadap umat Islam. Dan di tempat itu pasti ada perlawanandari umat Islam yang tetap ingin menjaga izzahnya (kemuliaan dan kehormatannya).
Tapi ketika Islam menjadi pemimpinnya, Islam menjadi pedoman hidup warganya, tuntunanibadah Islam menjadi kebutuhan sehari-harinya, dan seterusnya, maka di sana Insya Allahkedamaian yang terjadi.
Bersambung...
[-- by abusafar :: serial Tarbiyah Islamiyah: ma'rifatul dinul Islam --]