Guntar - Basic Applied Research

6
Basic and Applied Research Metodologi Penelitian | Dosen: Maria Anityasari Ph.D akhmad Guntar | 2509.205.002 I. Aspek Kritis dari Basic & Applied Research Muzafer Sherif 1 menegaskan bahwa letak perbedaan antara basic dan applied research adalah pada titik orientasi masing-masing. Secara singkat, basic research adalah theory-oriented research dan applied research adalah action- oriented research. Jabaran lebih lanjutnya adalah bahwa basic research merupakan penuangan kreativitas, pembuatan hipotesa yang mana prediksinya dibangun dari konseptualisasi teoritis dengan maksud untuk memperjelas, menguji dan mengembangan teori yang bersangkutan. Sementara itu seseorang yang melakukan applied research membangun prediksinya selama fase kreatif dan pembuatan hipotesanya dari kebutuhan praktikal untuk membuat informed decision dalam sebuah situasi yang membutuhkan tindakan. Sementara itu dari sumber lain 2 : Applied research is the investigation of phenomena to discover whether their properties are appropriate to a particular need or want, usually a human need or want. In contrast, basic research investigates phenomena without reference to particular needs and wants. Applied research is more closely associated with technology, engineering, invention, and development. Dan juga semacam memperkuat, dari sumber lain 3 : Basic Research: The main motivation of this type of research is to expand man’s knowledge of the world and not to invent or create something new. There is no obvious commercial value in research of this type. Applied Research: It s designed to the practical problems that exist in the modern world, rather than to just acquire knowledge for knowledge’s sake. One main goal of applied science is to improve human conditions and make the world a better place. Sehingga dari situ bisa ditarik simpulan dan implikasi: Critical aspect yang harus tajam dan akurat dalam basic research: Studi literatur yang kuat, dibangun atas pengetahuan yang telah ada, didorong atas rasa penasaran dan keinginan untuk mengembangkan pengetahuan. Artinya, peneliti harus mampu mengulas dengan kritis dan rigorous segala penelitian terkait dari issue yang diangkatnya. Issue yang diangkat bukan lantas merupakan jawaban atas permasalahan pihak tertentu. Critical aspect yang harus tajam dan akurat dalam applied research: Adanya kebutuhan riil dari pihak tertentu. Dari situ peneliti lantas bisa membuktikan atau mengajukan adanya gap yang nyata dari realita dan harapan. Hingga kemudian, mengingat issue yang diangkat sejak awal dipicu oleh permasalahan riil, pada akhirnya peneliti perlu memvalidasi hasil temuan atau solusi yang diajukannya: betulkah itu mampu menjawab permasalahan yang dibidiknya? 1 Muzafer Sherif, Carolyn W. Sherif, Interdisciplinary Relationship in The Social Sciences, Page 54, 1969 – 2009, New Jersey, AldineTransaction, The State University. 2 "APPLIED versus BASIC RESEARCH" Online Ethics Center for Engineering 9/6/2006 National Academy of Engineering Accessed: Wednesday, March 17, 2010 <www.onlineethics.org/glossary/12877.aspx> 3 “BASIC VS. APPLIED RESEARCH” Science Fuse; Science for Everyone. Accessed: Wednesday, March 17, 2010 <www.sciencefuse.org/basic-vs-applied-research.html>

description

Bagaimana cara melakukan analisa kritis terhadap riset basic dan applied. Tugas metodologi penelitian dari the magnificent Bu Maria Anityasari Ph.D

Transcript of Guntar - Basic Applied Research

Page 1: Guntar - Basic Applied Research

Basic and Applied Research Metodologi Penelitian | Dosen: Maria Anityasari Ph.D

akhmad Guntar | 2509.205.002

I. Aspek Kritis dari Basic & Applied Research

Muzafer Sherif1 menegaskan bahwa letak perbedaan antara basic dan applied research adalah pada titik orientasi

masing-masing. Secara singkat, basic research adalah theory-oriented research dan applied research adalah action-

oriented research. Jabaran lebih lanjutnya adalah bahwa basic research merupakan penuangan kreativitas,

pembuatan hipotesa yang mana prediksinya dibangun dari konseptualisasi teoritis dengan maksud untuk

memperjelas, menguji dan mengembangan teori yang bersangkutan. Sementara itu seseorang yang melakukan

applied research membangun prediksinya selama fase kreatif dan pembuatan hipotesanya dari kebutuhan praktikal

untuk membuat informed decision dalam sebuah situasi yang membutuhkan tindakan.

Sementara itu dari sumber lain2:

Applied research is the investigation of phenomena to discover whether their properties are appropriate to a

particular need or want, usually a human need or want. In contrast, basic research investigates phenomena

without reference to particular needs and wants. Applied research is more closely associated with

technology, engineering, invention, and development.

Dan juga semacam memperkuat, dari sumber lain3:

Basic Research: The main motivation of this type of research is to expand man’s knowledge of the world and

not to invent or create something new. There is no obvious commercial value in research of this type.

Applied Research: It s designed to the practical problems that exist in the modern world, rather than to just

acquire knowledge for knowledge’s sake. One main goal of applied science is to improve human conditions

and make the world a better place.

Sehingga dari situ bisa ditarik simpulan dan implikasi:

Critical aspect yang harus tajam dan akurat dalam basic research:

Studi literatur yang kuat, dibangun atas pengetahuan yang telah ada, didorong atas rasa penasaran dan

keinginan untuk mengembangkan pengetahuan. Artinya, peneliti harus mampu mengulas dengan kritis dan

rigorous segala penelitian terkait dari issue yang diangkatnya. Issue yang diangkat bukan lantas merupakan

jawaban atas permasalahan pihak tertentu.

Critical aspect yang harus tajam dan akurat dalam applied research:

Adanya kebutuhan riil dari pihak tertentu. Dari situ peneliti lantas bisa membuktikan atau mengajukan

adanya gap yang nyata dari realita dan harapan. Hingga kemudian, mengingat issue yang diangkat sejak awal

dipicu oleh permasalahan riil, pada akhirnya peneliti perlu memvalidasi hasil temuan atau solusi yang

diajukannya: betulkah itu mampu menjawab permasalahan yang dibidiknya?

1 Muzafer Sherif, Carolyn W. Sherif, Interdisciplinary Relationship in The Social Sciences, Page 54, 1969 – 2009, New

Jersey, AldineTransaction, The State University. 2 "APPLIED versus BASIC RESEARCH" Online Ethics Center for Engineering 9/6/2006 National Academy of Engineering

Accessed: Wednesday, March 17, 2010 <www.onlineethics.org/glossary/12877.aspx> 3 “BASIC VS. APPLIED RESEARCH” Science Fuse; Science for Everyone. Accessed: Wednesday, March 17, 2010

<www.sciencefuse.org/basic-vs-applied-research.html>

Page 2: Guntar - Basic Applied Research

Analisa Basic & Applied Research | akhmad Guntar (2509.205.002)

Halaman 2

II. Empat Thesis Amatan

A. Basic Research: Phase Slip Fluctuations in Low-Dimensional Superconductors: A Numerical Study Using the String Method, Chunyin Qiu, 2009.

Thesis ini memenuhi critical aspects dari suatu basic research.

Penelitian dibangun atas pengetahuan yang telah ada, didorong atas rasa penasaran dan keinginan untuk

mengembangkan pengetahuan. Di sini permasalahan tidak muncul dari pihak tertentu ataupun mengarah

pada keuntungan bagi pihak tertentu, melainkan bagi pengetahuan.

(halaman 1: bab 1.1. Motivation and Thesis Contribution)

Lebih jauh lagi, peneliti melakukan studi literatur yang kaya. Bukan hanya dari sisi jumlah, namun juga

rentang waktu. Dari 129 acuan referensi yang digunakan, peneliti berangkat dari penelitian yang dilakukan

tahun 1966 hingga tahun 2007.

(halaman 100 – 105)

Page 3: Guntar - Basic Applied Research

Analisa Basic & Applied Research | akhmad Guntar (2509.205.002)

Halaman 3

Peneliti tidak memberikan suatu rekomendasi yang bersifat praktis apalagi pembuktian bagi kalangan

tertentu bahwa gagasan yang diajukan memang valid.

B. Basic Research: Workplace Self-concept: A New Conceptualization of Self-concept in Organizations, HUANG Guohua, 2007.

Thesis ini memenuhi critical aspects dari suatu basic research.

Peneliti berangkat dari kajian literatur untuk merumuskan permasalahan atau mengungkapkan lahan

kontribusi yang ingin disumbangsihkan. Topik yang diangkat sama sekali tidak berangkat dari kebutuhan

pihak tertentu atau menyelesaikan permasalahan praktis tertentu. Issue yang diangkat berangkat dari adanya

tantangan dalam hal pengembangan keilmuan, yang secara khusus disebut integrasi antardisiplin dari

beragam literatur yang ada. Itu tidak membuktikan bahwa masalah ini memang dianggap penting untuk masa

sekarang, namun secara pengetahuan merupakan suatu kontribusi.

(halaman 6)

Studi literatur yang kaya. Peneliti menggunakan sekian banyak literatur, yang bisa ditemukan mulai halaman

115 hingga halaman 131.

Page 4: Guntar - Basic Applied Research

Analisa Basic & Applied Research | akhmad Guntar (2509.205.002)

Halaman 4

Penelitian ini tidak menghasilkan solusi yang bersifat aplikatif. Apa yang secara langsung dikontribusikan

bersifat teoritis.

(halaman 104)

Dan lebih diperkuat lagi oleh pernyataan penulis yang menyebutkan bahwa model yang dia usulkan ini tidak

lantas bisa dengan mudah diaplikasikan atau masuk pada tataran praktis:

(halaman 110)

Namun menariknya, sebagaimana biasanya basic research yang menjadi dasar bagi applied research4 , hasil

penelitian ini memberikan suatu bentuk implikasi yang berfungsi sebagai pendukung dugaan/argumen yang

kemudian bisa dijadikan dasar untuk melakukan penelitian yang bersifat applied, sehingga peneliti berikutnya

tidak perlu reinventing the wheel.

(halaman 108)

4 S.E. Smith, What is the Difference between Basic and Applied Research? Accessed: Thursday, March 18, 2010 <

http://www.wisegeek.com/what-is-the-difference-between-basic-and-applied-research.htm>

Page 5: Guntar - Basic Applied Research

Analisa Basic & Applied Research | akhmad Guntar (2509.205.002)

Halaman 5

C. Applied Research: An empirical study of the task-technology fit of customer relationship management system By Mary Layfield Ledbetter Nova Southeastern University PhD Research

Thesis ini telah memenuhi critical aspects dari sebuah applied research.

Bahwa memang ada kebutuhan riil, dan sang peneliti mampu mengungkap adanya gap yang nyata.

Pasar software CRM berkembang amat cepat, namun banyak fenomena kegagalan terjadi (halaman

2; paragraf akhir). Metode untuk mengukur kesuksesan dari upaya teknologi masih menjadi masalah

hingga saat ini (halaman 3; paragraf pertama). Metode untuk mengukur kesuksesan implementasi

Sistem Informasi telah ada, beberapa pendekatan juga sudah diusulkan, namun belum ada yang

spesifik mengarah pada software CRM (halaman 3; paragraf 2 dan 3).

Gap pertama sebagai pemicu awal Banyaknya fenomena kegagalan implementasi

software CRM

Gap kedua yang menjadi issue/topik yang diangkat Belum adanya metode ukur

kesuksesan upaya teknologi CRM dalam model TTF

Sehingga issue yang diangkat oleh peneliti memang benar merupakan kebutuhan praktis dari dunia

industri: masalah yang diangkat memang sudah terjadi.

Bahwa peneliti melakukan validasi atas usulannya.

Atas apa yang digagas dalam penelitian ini, sang peneliti lantas melakukan pembuktian melalui

prosedur survei. Itu kemudian diikuti dengan uji reliabilitas dan validitas, analisa uji hipotesis dan

melakukan interpretasi atas hasil yang didapat. Dari 11 hipotesa yang diajukan, hipotesa 1, 2 dan 4

hingga 11 dinyatakan lolos uji (halaman 137 - 153), sedangkan hipotesis 3 gugur dari analisa karena

kegagalan dalam membuktikan reliabilitas dari variabel akurasi (halaman 142).

D. Applied Research: Strategic Performance Measurement System, Job-Relevant Information, and Managerial Behavior Responses - Role Stress and Performance

Thesis ini memenuhi critical aspects dari suatu applied research, dengan sebuah catatan.

Peneliti mampu menunjukkan adanya gap yang riil.

Telah banyak perusahaan yang menerapkan Strategic Performance Measurement System (SPMS)

dalam beragam tipenya, yang minimal mencakup dua ukuran, yang lantas itu tersambung dengan

strategi perusahaan bersangkutan (halaman 43; paragraf 1). Meskipun organisasi mengakui bahwa

kesuksesan dipengaruhi oleh tindakan per individu (halaman 44; paragraf 2), namun kaitan antara

SPMS dan perilaku individu hanya sedikit saja dibetahui. Bahasan beragam literatur masih berkisar

pada kaitan antara SPMS dan performa perusahaan.

Gap pertama sebagai pemicu awal Berkembang hasrat dari berbagai literatur untuk mengungkap

keterkaitan antara SPMS dan performa perusahaan dalam beragam aspeknya. Hal ini oleh peneliti

masih disebut sebagai black box; banyak ruang kosong yang masih harus diisi.

Gap kedua yang memunculkan issue/topik peneliti Peneliti berhipotesa bahwa SPMS terkait kuat

dengan job-relevant information (JRI), yang lantas dari situ terkait juga dengan dua respons perilaku:

role conflict (RC) dan role ambiguity (RA). Tiga faktor tersebut merupakan pembentuk performa

individu yang pada gilirannya berikan sumbangsih pada performa perusahaan.

Peneliti melakukan validasi atas temuannya.

Peneliti mengumpulkan data survei dari lebih 700 manajer untuk mengukur validasi hipotesanya,

dengan 493 tersisa berdasarkan kriteria yang ditetapkan. Ditemukan bahwa SPMS memiliki asosiasi

positif terhadap Job-Related Information dan asosiasi negatif baik dengan Role Conflict maupun Role

Page 6: Guntar - Basic Applied Research

Analisa Basic & Applied Research | akhmad Guntar (2509.205.002)

Halaman 6

Ambiguity.Lebih jauh lagi, peneliti melakukan explanotary analysis dan menemukan bukti bahwa

hubungan antara SPMS dan RA akan lebih tinggi manakala SMPS dikaitkan dengan proses evaluasi

manajer dan hubungan antara SPMS dan RC lebih kuat manakala aspek ukur SPMS lebih

sedikit.Akhirnya, juga ditemukan jalur dari SPMS menuju ke baik JRI dan RA bergantung pada

pengalaman manajer.

Catatan:

Peneliti menyebut ranah kaitan antara SPMS dan performa perusahaan sebagai wilayah black box yang masih

terbuka lebar penelitian di sana. Memang betul peneliti telah mampu mengajukan adanya gap. Namun

cetatannya, dalam hal ini, dunia industri hanya mengajukan concern yang sifatnya general: “Bagaimana cara

mengefektifkan SPMS demi mencapai performa perusahaan yang optimal; betul bahwa pastinya ada aspek

spesifik yang perlu direkayasa. Tapi apakah itu?” Tidak ada kebutuhan khusus untuk menilik aspek Role

Conflict dan Role Ambiguity dalam kaitannya dengan SPMS dan performa perusahaan. Itu adalah tawaran

yang diajukan sendiri oleh sang peneliti.

Penelitian di bidang ini sendiri bukanlah pertama atau satu-satunya. Secara umum, penelitian ini masuk

dalam tema kategori Causality in a performance measurement model sebagaimana semisal yang dilakukan

oleh Mary A. Malina5. Penelitian jenis ini pada dasarnya dilandasi oleh ketertarikan peneliti untuk menilik

hubungan sebab akibat antara elemen-elemen dalam sebuah sistem pengukuran performa. Ada juga

penelitian yang secara khusus menilik hubungan yang terjadi dalam sebuah performance measurement

model dengan dinamisasi anggaran, secara khusus skema penggajian karyawan6. Maka meskipun itu semua

bukanlah pernyataan eksplisit dari dunia industri, namun kebutuhan untuk itu memang ada, dan apa yang

ditemukan akan bisa segera diaplikasikan di dunia industri.

5 Mary A. Malina, Causality in a Performance Measurement Model, University of Colorado at Boulder, 2004

6 Andre Carlos Busanelli de Aquino, Ricardo Lopes Cardoso, Marcelo Sanches Pagliarussi, Valeria Lobo Archete Boya,

“Causality in a performance measurement model: A case study in a Brazilian power distribution company”, Studies in Managerial and Financial Accounting, 2008, Volume:18, Page:273-299.