Gizi Buruk

22
LAPORAN PENDAHULUAN HIV/AIDS DAN GIZI BURUK Ruang Anggrek RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Periode: 14-19 September 2015 Oleh: Shofi Khaqul Ilmy NIM. 140070300011007 Kelompok 4 K3LN JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

description

Gizi buruk

Transcript of Gizi Buruk

Page 1: Gizi Buruk

LAPORAN PENDAHULUAN

HIV/AIDS DAN GIZI BURUK

Ruang Anggrek RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

Periode: 14-19 September 2015

Oleh:Shofi Khaqul Ilmy

NIM. 140070300011007

Kelompok 4 K3LN

JURUSAN ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG2015

Page 2: Gizi Buruk

GIZI BURUK (MALNUTRISI ENERGI DAN PROTEIN) PADA ANAK

A. PengertianKekurangan energi protein adalah keadan kurang gizi yang disebabkan rendahnya

konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari sehingga tidak memenuhi angka

kecukupan gizi (Pudjiani, 2000).

Kekurangan Energi Protein (KEP) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan

kelainan patologi yang diakibatkan oleh karena defisiensi protein saja atau defesiensi energi

saja atau protein dan energi baik secara kuantitatif atau kualitatif yang biasanya sebagai

akibat/berhubungan dengan penyakit infeksi (Sujana, 2011)

Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan masukan makanan

dalam waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan kekurangan gizi amat bervariasi dan

masih merupakan masalah yang pelik. Walaupun demikian, secara klinis digunakan istilah

malnutrisi energi dan protein (MEP) sebagai nama umum. Penentuan jenis MEP yang tepat

harus dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap (tinggi badan, berat badan,

lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit), dibantu dengan pemeriksaan laboratorium.

Kwashiorkor adalah MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi protein. Penyakit

kwashiorkor pada umumnya terjadi pada anak dari keluarga dengan status sosial ekonomi

yang rendah karena tidak mampu menyediakan makanan yang cukup mengandung protein

hewani seperti daging, telur, hati, susu dan sebagainya. Makanan sumber protein sebenarnya

dapat dipenuhi dari protein nabati dalam kacang-kacangan tetapi karena kurangnya

pengetahuan orang tua, anak dapat menderita defisiensi protein.

Marasmus adalah MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi makanan sumber

energi (kalori), dapat terjadi bersama atau tanpa disertai defsiensi protein. Bila kekurangan

sumber kalori dan protein terjadi bersama dalam waktu yang cukup lama maka anak dapat

berlanjut ke dalam status marasmik kwashiorkor.

B. KlasifikasiPenentuan KEP dilakukan dengan menimbang BB anak dibandingkan dengan umur. Di

indonesia menggunakan standar baku BB/U WHO-NCHS

1. KEP ringan bila hasil penimbangan BB pada KMS terletak pada pita warna kuning

atau BB/U 80-90% baku median WHO-NCHS

2. KEP sedang bila hasil penimbangan BB pada KMS terletak dibawah garis merah

( BGM ) atau BB/U 70-80% baku median WHO-NCHS

3. KEP berat bila hasil penimbangan BB/U < 70% baku median WHO-NCHS

C. EtiologiMEP disebabkan oleh masukan energi dan protein yang sangat kurang dalam

makanan sehari-hari dengan jangka waktu yang lama. Pada umumnya MEP disebabkan

oleh:

Page 3: Gizi Buruk

a. Faktor kemiskinan.

b. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI)

dan pemberian makanan sesudah bayi disapih.

c. Pengetahuan mengenai pemeliharaan lingkungan yang sehat.

Kwashiorkor disebabkan karena penyerapan protein terganggu, seperti pada diare

kronik, kehilangan protein abnormal pada proteinuria (nefrosis), infeksi, perdarahan atau

luka bakar, dan gagal mensintesis protein, seperti pada penyakit hati kronik.

Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi

karena: diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan

dengan orangtua-anak terganggu, karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital

(Nelson,1999).

Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada

bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering

diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi,

kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik,

penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat.

Faktor-fakot yang mempengaruhi sosialekonomi terhadap balita kurang energi

protein (KEP):

a. Pendapatan keluarga perkapita

b. Pendidikan

c. Pekerjaan

d. Keadaan sanitasi lingkungan

D. Patofisiologi1. Marasmus

Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein,

atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh

Page 4: Gizi Buruk

selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau

energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak

merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat

(glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya

kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam

sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa

jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah menjadi karbohidrat di hepar

dan ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton

bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber

energy. Jika kekurangan makanan ini berjalan menahun, tubuh akan mempertahankan

diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.

2. Kwashiorkor

Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebih,

karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang

mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan

perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan

berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan

metabolisme. Selama diet mengandung cukup KH, maka produksi insulin akan

meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang

tersebut akan disalurkan ke jaringan otot. Makin berkurangnya asam amino dalam serum

ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin hepar, yang berakibat timbulnya

edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta-lipoprotein,

sehingga transport lemak dari hati ke depot terganggu, dengan akibat terjadinya

penimbunan lemak di hati.

E. Manifestasi KlinikManifestasi klinik antara Marasmus dan Kwashiorkor sebenarnya berbeda walaupun dapat

terjadi bersama-sama.

Page 5: Gizi Buruk

Manifestasi Klinik Kwashiorkor

Pertumbuhan terganggu (berat badan dan tinggi badan kurang dari standar).

Perkiraan Berat Badan (Kg)

Lahir 3,25

23-12 bulan (bln + 9)/2

1-6 tahun (thn x 2) + 8

6-12 tahun {(thn x 7) – 5}/2 (Soetjiningsih, 1995).

Perkiraan Tinggi Badan (Cm)

1 tahun 1,5 x TB lahir

4 tahun 2 x TB lahir

6 tahun 1,5 x TB 1 thn

13 tahun 3 x TB lahir

Dewasa 3,5 x TB lahir = 2 x TB 2 thn

a. Perubahan mental (cengeng atau apatis)

b. Pada sebagian besar anak ditemukan edema ringan sampai berat yang dapat terjadi

diseluruh tubuh

c. Otot mengecil (hipotrofi otot)

d. Gejala gastrointestinal seperti anoreksia dan diare (disebabkan penyakit infeksi)

e. Gangguan pertumbuhan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan

mudah dicabut)

f. Kulit kering, bersisik, hiperpigmentasi dan sering ditemukan gambaran crazy

pavement dermatosis.

g. Pembesaran hati (kadang sampai batas setinggi pusat, teraba kenyal, licin dengan

batas yang tegas)

h. Anemia akibat gangguan eritropoesis.

i. Pada pemeriksaan kimia darah ditemukan hipoalbuminemia dengan kadar globulin

normal, kadar kolesterol serum rendah.

j. Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, sering disertai tanda fibrosis, nekrosis dan

infiltrasi sel mononukleus.

k. Hasil autopsi pasien kwashiorkor yang berat menunjukkan terjadinya perubahan

degeneratif pada semua organ (degenerasi otot jantung, atrofi fili usus, osteoporosis

dan sebagainya).

Manifestasi Klinik Marasmus:

a. Pertumbuhan berkurang atau terhenti, otot-otot atrofi

b. Perubahan mental (cengeng, sering terbangun tengah malam)

c. Sering diare, warna hijau tua, terdiri dari lendir dengan sedikit tinja.

d. Turgor kulit menurn, tampak keriput karena kehilangan jaringan lemak bawah kulit

Page 6: Gizi Buruk

e. Pada keadaan marasmik yang berat, lemak pipi juga hilang sehingga wajah tampak

lebih tua, tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol

f. Vena superfisial tampak lebih jelas

g. Perut membuncit dengan gambaran usus yang jelas.

F. Penegakan diagnosisa. Klinis: anamnesis (terutama anamnesis makanan, tumbuh kembang,serta penyakit yang

pernah diderita) dan pemeriksaan fisik (tanda-tanda malnutrisi dan berbagai defisiensi

vitamin)

b. Laboratorium: terutama Hb, albumin, serum ferritin.

c. Anthropometrik: BB/U, TB/U, LLA/U, BB/TB, LLA,TB

G. PencegahanPencegahan Malnutrisi antara lain: mempertahankan status gizi anak seoptimal mungkin,

menurunkan resiko timbulnya penyakit infeksi dan memperbaiki diit anak malnutrisi,

meminimalkan akibat penyakit infeksi pada anak, merehabilitasi anak-anak yang menderita

KEP fase dini (malnutrisi ringan). Operasional dari kebijaksanaan pencegahan Malnutrisi

tersebut antara lain:

1) Program promosi ASI

2) Program peningkatan kualitas makanan dengan bahan-bahan lokal. Ibu hamil dan ibu

menyusui diharapkan untuk meningkatkan kebutuhan zat-zat gizinya antara lain

dengan : pemberian tablet besi, pemberian dan perbaikan makanan ibu hamil,

program peningkatan makanan keluarga, misalnya: penyuluhan tentang proses

pemasakan daging yang direbus tidak terlalu lama, sebab akan menurunkan lemak

serta vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, K).

3) Program imunisasi, perbaikan sanitasi lingkungan.

4) Deteksi dini dan pengobatan semua penyakit infeksi serta program oral dan internal

pada dehidrasi karena diare

5) Meningkatkan hasil produksi pertanian

6) Penyediaan makanan formula yg mengandung tinggi protein dan tinggi energi utk

anak-anak yg disapih

7) Memperbaiki infrastruktur pemasaran

8) Subsidi harga bahan makanan

9) Pemberian makanan suplementer

10) Pendidikan gizi

11) Pendidikan dan pemeliharaan kesehatan

H. PenatalaksanaanProsedur tetap pengobatan dirumah sakit:

1. Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama (diutamakan penanganan kegawatan)

Page 7: Gizi Buruk

a. Penanganan hipoglikemi

b. Penanganan hipotermi

c. Penanganan dehidrasi

d. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

e. Pengobatan infeksi

f. Pemberian makanan

g. Fasilitasi tumbuh kejar

h. Koreksi defisiensi nutrisi mikro

i. Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental

j. Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh

2. Pengobatan penyakit penyerta

a. Defisiensi vitamin A

Bila ada kelainan di mata, berikan vitamin A oral pada hari ke 1, 2, dan 14 atau

sebelum keluar dari rumah sakit bila terjadi memburuknya keadaan klinis diberikan

vit. A dengan dosis:

- Umur > 1 tahun : 200.000 SI/kali

- Umur 6-12 tahun : 100.000 SI/kali

- Umur 0-5 bulan : 50.000 SI/kali

Bila ada ulkus dimata, berikan:

- Tetes mata Cloramphenicol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam selama 7-

10 hari

- Teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari

- Tutup mata dengan kasa yang dibahasi larutan garam faali

b. Dermatosis

Dermatosis ditandai dengan adanya: hipo/hiperpigmentasi, deskwamasi (kulit

mengelupas), lesi ulserasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai infeksi

sekunder, antara lain oleh candida.

Tatalaksana:

- Kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KMnO4 (K-permanganat) 1 %

selama 10 menit

- Beri salep atau krim (Zn dengan minyak kartor)

- Usahakan agar daerah perineum tetap kering

- Umumnya terdapat defisiensi Seng (Zn): beri preparat Zn peroral

c. Parasit/cacing

Beri Mebendazol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat antihelmintik

lain

d. Diare berkelanjutan

Diobati bilahanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum.berikan

formula bebas/rendah lactosa. Sering terjadi kerusakan mukosa usus dan Giardiasis

Page 8: Gizi Buruk

merupakan penyebab lain dari melanjutkannya diare.bila mungkin, lakukan

pemeriksaan tinja mikroskopik. Berikan: Metronidazole 7,5 mg/kgBB setiap 8 jam

selama 7 hari.

e. Tuberkulosis

Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/mantoux (sering kali alergi) dan

Ro.Thorax. bila positif atau sangat mungkin TB, diobati sesuai dengan pedoman

pengobatan TB.

3. Tindakan kegawatan

a. Syok (renjatan)

Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP derat dengan sulit

membedakan keuanya secara klinis saja.

Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian cairan IV,

sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati pada terjadinya overhidrasi.

Pedoman pemberian cairan:

Berikan larutan Dextrose 5%:NaCl 0,9% (1:1) atau larutan Ringer Lactate dengan

kadar Dextrose 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam 1 jam pertama.

Evaluasi setelah 1 jam:

- Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi, dan pernapasan) dan

dehidrasi. Ulangi pemberian cairan seperti diatas untuk 1 jam

berikutnya,kemudian lanjutkan dengann pemberian Resomal/pengganti,

peroral/nasogastrik, 10 ml/kgBB/jam selama 10 jam, selanjutnya mulai berikan

formula khusus (F-75/pengganti)

- Bila tidak ada perbaikan klinis pada anak menderita syok septik. Dalam hal ini,

berikan cairan rumat sebanyak 4 ml/KgBB/jam dan berikan transfusi darah

sebanyak 10 ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3 jam). Kemudian mulailah

permberian formula (F-75/pengganti).

b. Anemia berat

Transfusi darah diperlukan bila:

- Hb < 4 gr/dl

- Hb 4-6 gr/dl disertai distres pernapasan atau tanda gagal jantung

Transfusi darah:

- Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam

- Bila ada tanda gagal jantung, gunakan PRC untuk transfusi dalam jumlah sama

- Berikan Furosemide 1 mg/kgBB secara IV pada saat transfusi dimulai

Perhatikan adanya reaksi transfusi (demam, gatal, hematuria, syok). Bila pada

anakdengan distres napas setelah transfusi Hb tetap < 4 gr/dl atau antara 4-6

gr/dl,jangan diulangi pemberian darah.

Page 9: Gizi Buruk

I. Rencana Asuhan Keperawatan1. Pengkajian

a. Riwayat Keluhan Utama

Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan

(berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan

keluhan lain yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.

b. Riwayat Keperawatan Sekarang

Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan

pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang,

imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi

dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan

kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif

lama).

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan

komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota

keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan,

persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.

d. Pemeriksaan Fisik

Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan

komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota

keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan,

persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.Pengkajian secara umum

dilakukan dengan metode head to too yang meliputi: keadaan umum dan status

kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas

dan genito-urinaria.

Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmik-Kwashiorkor adalah pengukuran

antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit).

Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:

e. Penurunan ukuran antropometri

f. Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut)

g. Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra

h. Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot

intercostal)

i. Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila terjadi

diare.

j. Edema tungkai

k. Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis

terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut, ruas

jari kaki, paha dan lipat paha)

Page 10: Gizi Buruk

l. Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik

normokrom karenaadanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis

sum-sum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan,

kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin

serum yang menurun. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk

menemukan adanya kelainan pada paru.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin dapat ditemukan pada anak dengan Marasmik-

Kwashiorkor adalah:

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang

tidak adekuat, anoreksia dan diare.

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan asupan peroral dan

peningkatan kehilangan akibat diare.

c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan asupan kalori dan

protein yang tidak adekuat.

d. Risiko aspirasi berhubungan dengan pemberian makanan/minuman personde dan

peningkatan sekresi trakheobronkhial.

e. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi

trakheobronkhial sekunder terhadap infeksi saluran pernapasan

Rencana Keperawatan

Diagnosa 1: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan asupan yang tidak adekuat, anoreksia dan diare.

Tujuan : Klien akan menunjukkan peningkatan status gizi.

Kriteria:

- Keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang dialami

klien, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan

sehat seimbang.

- Dengan bantuan perawat, keluarga klien dapat mendemonstrasikan

pemberian diet (per sonde/per oral) sesuai program

Page 11: Gizi Buruk

Intervensi Rasional Jelaskan kepada keluarga tentang

penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang, tunjukkan contoh jenis sumber makanan ekonomis sesuai status sosial ekonomi klien

Tunjukkan cara pemberian makanan per sonde, beri kesempatan keluarga untuk melakukannya sendiri.

Laksanakan pemberian roborans sesuai program terapi.

Timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap pagi.

Meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyebab dan kebutuhan nutrisi untuk pemulihan klien sehingga dapat meneruskan upaya terapi dietetik yang telah diberikan selama hospitalisasi.

Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi klien, mempertegas peran keluarga dalam upaya pemulihan status nutrisi klien.

Roborans meningkatkan nafsu makan, proses absorbsi dan memenuhi defisit yang menyertai keadaan malnutrisi.

Menilai perkembangan masalah klien.

Diagnosa 2: Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan asupan

peroral dan peningkatan kehilangan akibat diare.

Tujuan: Klien akan menunjukkan keadaan hidrasi yang adekuat.

Kriteria:

- Asupan cairan adekuat sesuai kebutuhan ditambah defisit yang terjadi.

- Tidak ada tanda/gejala dehidrasi (tanda-tanda vital dalam batas normal).

- Frekuensi defekasi ≤ 1 x/24 jam dengan konsistensi padat/semi padat).

Intervensi Rasional Lakukan/observasi pemberian

cairan per infus/sonde/oral sesuai program rehidrasi.

Jelaskan kepada keluarga tentang upaya rehidrasi dan partisipasi yang diharapkan dari keluarga dalam pemeliharan patensi pemberian infus/selang sonde.

Kaji perkembangan keadaan dehidarasi klien.

Hitung balance cairan.

Upaya rehidrasi perlu dilakukan untuk mengatasi masalah kekurangan volume cairan.

Meningkatkan pemahaman keluarga tentang upaya rehidrasi dan peran keluarga dalam pelaksanaan terpi rehidrasi.

Menilai perkembangan masalah klien.

Penting untuk menetapkan program rehidrasi selanjutnya.

Page 12: Gizi Buruk

Diagnosa 3: Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan

asupan kalori dan protein yang tidak adekuat.

Tujuan: Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar

usia.

Kriteria:

- Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia.

- Perkembangan motorik, bahasa/ kognitif dan personal/sosial sesuai standar

usia.

Intervensi Rasional

Ajarkan kepada orang tua tentang

standar pertumbuhan fisik dan tugas-

tugas perkembangan sesuai usia anak.

Lakukan pemberian makanan/

minuman sesuai program terapi diet

pemulihan.

Lakukan pengukuran antropo-metrik

secara berkala.

Lakukan stimulasi tingkat

perkembangan sesuai dengan usia

klien.

Lakukan rujukan ke lembaga

pendukung stimulasi pertumbuhan dan

perkembangan

(Puskesmas/Posyandu)

Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang

keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan

anak.

Diet khusus untuk pemulihan malnutrisi

diprogramkan secara bertahap sesuai dengan

kebutuhan anak dan kemampuan toleransi sistem

pencernaan.

Menilai perkembangan masalah klien.

Stimulasi diperlukan untuk mengejar keterlambatan

perkembangan anak dalam aspek motorik, bahasa

dan personal/sosial.

Mempertahankan kesinambungan program

stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak

dengan memberdayakan sistem pendukung yang

ada.

Diagno

DiagDDiagnosa 4: Risiko aspirasi berhubungan dengan pemberian

makanan/minuman personde dan peningkatan sekresi trakheobronkhial.

Tujuan : Klien tidak mengalami aspirasi.

Kriteria:

- Pemberian makan/minuman per sonde dapat dilakukan tanpa mengalami

aspirasi.

- Bunyi napas normal, ronchi tidak ada.

Page 13: Gizi Buruk

Intervensi Rasional

Periksa dan pastikan letak selang

sonde pada tempat yang semestinya

secara berkala.

Periksa residu lambung setiap kali

sebelum pemberian

makan-an/minuman.

Tinggikan posisi kepala klien selama

dan sampai 1 jam setelah pemberian

makanan/minuman.

Ajarkan/demonstrasikan tatacara

pelaksanaan pemberian makanan/

minuman per sonde, beri

kesempatan keluarga melakukan-

nya setelah memastikan keamanan

klien/kemampuan keluarga.

Observasi tanda-tanda aspirasi.

Merupakan tindakan preventif, meminimalkan

risiko aspirasi.

Penting untuk menilai tingkat kemampuan

absorbsi saluran cerna dan waktu pemberian

makanan/minuman yang tepat.

Mencegah refluks yang dapat menimbulkan

aspirasi.

Melibatkan keluarga penting bagi tindak lanjut

perawatan klien.

Menilai perkembangan masalah klien.

Diagnosa 5: Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan peningkatan

sekresi trakheobronkhial sekunder terhadap infeksi saluran pernapasan

Tujuan : Klien akan menunjukkan jalan napas yang efektif.

Kriteria:

- Jalan napas bersih dari sekret, sesak napas tidak ada, pernapasan cuping

hidung tidak ada, bunyi napas bersih, ronchi tidak ada

Intervensi Rasional

Page 14: Gizi Buruk

Lakukan fisioterapi dada dan suction

secara berkala.

Lakukan pemberian obat

mukolitik/ekspektorans sesuai program

terapi.

Observasi irama, kedalaman dan bunyi

napas.

Fisioterapi dada meningkatkan pelepasan

sekret. Suction diperlukan selama fase

hipersekresi trakheobronkhial.

Mukolitik memecahkan ikatan mukus;

ekspektorans mengencerkan mukus.

Menilai perkembangan maslah klien.

Page 15: Gizi Buruk

DAFTAR PUSTAKA

Behrman. E .R., Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol I, 1999. Jakarta : EGC

Betz, Ceciliy,L. keperawatan pediatric.2002. Jakarta : EGC

Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak,1995, Jakarta : EGC

Krisnansari, Diah. 2010. Malnutrisi dan Gizi Buruk. Mandala of Health Volume 1. Fakultas Kedokteran

Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

Page 16: Gizi Buruk

Ekonomi rendah, pendidikan kurang, hygene rendah

Kegagalan menyususi ASI, terapi puasa krn penyakit, tidak memulai makanan tambahan

Kurang Energi Protein (KEP)

↓ jumlah protein tubuh Energi ↓

Prod. Albumin o/ hepar rendah (Hipoalbumin)

Kwashiorkor

Perub. biokimia dlm tubuh Marasmus

Perb. Asam amino yang berbeda dengan protein

jaringan

Cad. Protein otot terpakai terus mnerusutk

memperoleh asam amino

Gg. Absorbsi dan transportasi zat-zat gizi

Penyusutan otot

Gg. Pembentukan lipoprotin dari hati

Tek. Osmotik plasma ↓Pengambilan energi selain

dari rotein

Resiko Jatuh

Otot-otot melemah dan mengecil

Tubuh kehilangan energi

As. Amino tidak berguna bagi sel

Salah satu jenis as.amino rendah konsentrasinya

Penurunan BB

Nutrisi < dari kebutuhan tubuh

Cairan dari intravaskuler ke interstitial

Edema

Gg. Volume cairan berlebihan

Resiko Infeksi

Penurunan detoksifikasi hati

Gg. Integritas kulit