Gizi Buruk
-
Upload
shofikhaqulilmy -
Category
Documents
-
view
142 -
download
1
description
Transcript of Gizi Buruk
LAPORAN PENDAHULUAN
HIV/AIDS DAN GIZI BURUK
Ruang Anggrek RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
Periode: 14-19 September 2015
Oleh:Shofi Khaqul Ilmy
NIM. 140070300011007
Kelompok 4 K3LN
JURUSAN ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG2015
GIZI BURUK (MALNUTRISI ENERGI DAN PROTEIN) PADA ANAK
A. PengertianKekurangan energi protein adalah keadan kurang gizi yang disebabkan rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari sehingga tidak memenuhi angka
kecukupan gizi (Pudjiani, 2000).
Kekurangan Energi Protein (KEP) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
kelainan patologi yang diakibatkan oleh karena defisiensi protein saja atau defesiensi energi
saja atau protein dan energi baik secara kuantitatif atau kualitatif yang biasanya sebagai
akibat/berhubungan dengan penyakit infeksi (Sujana, 2011)
Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan masukan makanan
dalam waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan kekurangan gizi amat bervariasi dan
masih merupakan masalah yang pelik. Walaupun demikian, secara klinis digunakan istilah
malnutrisi energi dan protein (MEP) sebagai nama umum. Penentuan jenis MEP yang tepat
harus dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap (tinggi badan, berat badan,
lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit), dibantu dengan pemeriksaan laboratorium.
Kwashiorkor adalah MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi protein. Penyakit
kwashiorkor pada umumnya terjadi pada anak dari keluarga dengan status sosial ekonomi
yang rendah karena tidak mampu menyediakan makanan yang cukup mengandung protein
hewani seperti daging, telur, hati, susu dan sebagainya. Makanan sumber protein sebenarnya
dapat dipenuhi dari protein nabati dalam kacang-kacangan tetapi karena kurangnya
pengetahuan orang tua, anak dapat menderita defisiensi protein.
Marasmus adalah MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi makanan sumber
energi (kalori), dapat terjadi bersama atau tanpa disertai defsiensi protein. Bila kekurangan
sumber kalori dan protein terjadi bersama dalam waktu yang cukup lama maka anak dapat
berlanjut ke dalam status marasmik kwashiorkor.
B. KlasifikasiPenentuan KEP dilakukan dengan menimbang BB anak dibandingkan dengan umur. Di
indonesia menggunakan standar baku BB/U WHO-NCHS
1. KEP ringan bila hasil penimbangan BB pada KMS terletak pada pita warna kuning
atau BB/U 80-90% baku median WHO-NCHS
2. KEP sedang bila hasil penimbangan BB pada KMS terletak dibawah garis merah
( BGM ) atau BB/U 70-80% baku median WHO-NCHS
3. KEP berat bila hasil penimbangan BB/U < 70% baku median WHO-NCHS
C. EtiologiMEP disebabkan oleh masukan energi dan protein yang sangat kurang dalam
makanan sehari-hari dengan jangka waktu yang lama. Pada umumnya MEP disebabkan
oleh:
a. Faktor kemiskinan.
b. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI)
dan pemberian makanan sesudah bayi disapih.
c. Pengetahuan mengenai pemeliharaan lingkungan yang sehat.
Kwashiorkor disebabkan karena penyerapan protein terganggu, seperti pada diare
kronik, kehilangan protein abnormal pada proteinuria (nefrosis), infeksi, perdarahan atau
luka bakar, dan gagal mensintesis protein, seperti pada penyakit hati kronik.
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi
karena: diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan
dengan orangtua-anak terganggu, karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital
(Nelson,1999).
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada
bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering
diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi,
kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik,
penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat.
Faktor-fakot yang mempengaruhi sosialekonomi terhadap balita kurang energi
protein (KEP):
a. Pendapatan keluarga perkapita
b. Pendidikan
c. Pekerjaan
d. Keadaan sanitasi lingkungan
D. Patofisiologi1. Marasmus
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein,
atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh
selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau
energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat
(glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya
kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam
sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa
jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah menjadi karbohidrat di hepar
dan ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton
bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber
energy. Jika kekurangan makanan ini berjalan menahun, tubuh akan mempertahankan
diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.
2. Kwashiorkor
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebih,
karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang
mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan
perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan
berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan
metabolisme. Selama diet mengandung cukup KH, maka produksi insulin akan
meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang
tersebut akan disalurkan ke jaringan otot. Makin berkurangnya asam amino dalam serum
ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin hepar, yang berakibat timbulnya
edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta-lipoprotein,
sehingga transport lemak dari hati ke depot terganggu, dengan akibat terjadinya
penimbunan lemak di hati.
E. Manifestasi KlinikManifestasi klinik antara Marasmus dan Kwashiorkor sebenarnya berbeda walaupun dapat
terjadi bersama-sama.
Manifestasi Klinik Kwashiorkor
Pertumbuhan terganggu (berat badan dan tinggi badan kurang dari standar).
Perkiraan Berat Badan (Kg)
Lahir 3,25
23-12 bulan (bln + 9)/2
1-6 tahun (thn x 2) + 8
6-12 tahun {(thn x 7) – 5}/2 (Soetjiningsih, 1995).
Perkiraan Tinggi Badan (Cm)
1 tahun 1,5 x TB lahir
4 tahun 2 x TB lahir
6 tahun 1,5 x TB 1 thn
13 tahun 3 x TB lahir
Dewasa 3,5 x TB lahir = 2 x TB 2 thn
a. Perubahan mental (cengeng atau apatis)
b. Pada sebagian besar anak ditemukan edema ringan sampai berat yang dapat terjadi
diseluruh tubuh
c. Otot mengecil (hipotrofi otot)
d. Gejala gastrointestinal seperti anoreksia dan diare (disebabkan penyakit infeksi)
e. Gangguan pertumbuhan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan
mudah dicabut)
f. Kulit kering, bersisik, hiperpigmentasi dan sering ditemukan gambaran crazy
pavement dermatosis.
g. Pembesaran hati (kadang sampai batas setinggi pusat, teraba kenyal, licin dengan
batas yang tegas)
h. Anemia akibat gangguan eritropoesis.
i. Pada pemeriksaan kimia darah ditemukan hipoalbuminemia dengan kadar globulin
normal, kadar kolesterol serum rendah.
j. Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, sering disertai tanda fibrosis, nekrosis dan
infiltrasi sel mononukleus.
k. Hasil autopsi pasien kwashiorkor yang berat menunjukkan terjadinya perubahan
degeneratif pada semua organ (degenerasi otot jantung, atrofi fili usus, osteoporosis
dan sebagainya).
Manifestasi Klinik Marasmus:
a. Pertumbuhan berkurang atau terhenti, otot-otot atrofi
b. Perubahan mental (cengeng, sering terbangun tengah malam)
c. Sering diare, warna hijau tua, terdiri dari lendir dengan sedikit tinja.
d. Turgor kulit menurn, tampak keriput karena kehilangan jaringan lemak bawah kulit
e. Pada keadaan marasmik yang berat, lemak pipi juga hilang sehingga wajah tampak
lebih tua, tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol
f. Vena superfisial tampak lebih jelas
g. Perut membuncit dengan gambaran usus yang jelas.
F. Penegakan diagnosisa. Klinis: anamnesis (terutama anamnesis makanan, tumbuh kembang,serta penyakit yang
pernah diderita) dan pemeriksaan fisik (tanda-tanda malnutrisi dan berbagai defisiensi
vitamin)
b. Laboratorium: terutama Hb, albumin, serum ferritin.
c. Anthropometrik: BB/U, TB/U, LLA/U, BB/TB, LLA,TB
G. PencegahanPencegahan Malnutrisi antara lain: mempertahankan status gizi anak seoptimal mungkin,
menurunkan resiko timbulnya penyakit infeksi dan memperbaiki diit anak malnutrisi,
meminimalkan akibat penyakit infeksi pada anak, merehabilitasi anak-anak yang menderita
KEP fase dini (malnutrisi ringan). Operasional dari kebijaksanaan pencegahan Malnutrisi
tersebut antara lain:
1) Program promosi ASI
2) Program peningkatan kualitas makanan dengan bahan-bahan lokal. Ibu hamil dan ibu
menyusui diharapkan untuk meningkatkan kebutuhan zat-zat gizinya antara lain
dengan : pemberian tablet besi, pemberian dan perbaikan makanan ibu hamil,
program peningkatan makanan keluarga, misalnya: penyuluhan tentang proses
pemasakan daging yang direbus tidak terlalu lama, sebab akan menurunkan lemak
serta vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, K).
3) Program imunisasi, perbaikan sanitasi lingkungan.
4) Deteksi dini dan pengobatan semua penyakit infeksi serta program oral dan internal
pada dehidrasi karena diare
5) Meningkatkan hasil produksi pertanian
6) Penyediaan makanan formula yg mengandung tinggi protein dan tinggi energi utk
anak-anak yg disapih
7) Memperbaiki infrastruktur pemasaran
8) Subsidi harga bahan makanan
9) Pemberian makanan suplementer
10) Pendidikan gizi
11) Pendidikan dan pemeliharaan kesehatan
H. PenatalaksanaanProsedur tetap pengobatan dirumah sakit:
1. Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama (diutamakan penanganan kegawatan)
a. Penanganan hipoglikemi
b. Penanganan hipotermi
c. Penanganan dehidrasi
d. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
e. Pengobatan infeksi
f. Pemberian makanan
g. Fasilitasi tumbuh kejar
h. Koreksi defisiensi nutrisi mikro
i. Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental
j. Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh
2. Pengobatan penyakit penyerta
a. Defisiensi vitamin A
Bila ada kelainan di mata, berikan vitamin A oral pada hari ke 1, 2, dan 14 atau
sebelum keluar dari rumah sakit bila terjadi memburuknya keadaan klinis diberikan
vit. A dengan dosis:
- Umur > 1 tahun : 200.000 SI/kali
- Umur 6-12 tahun : 100.000 SI/kali
- Umur 0-5 bulan : 50.000 SI/kali
Bila ada ulkus dimata, berikan:
- Tetes mata Cloramphenicol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam selama 7-
10 hari
- Teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari
- Tutup mata dengan kasa yang dibahasi larutan garam faali
b. Dermatosis
Dermatosis ditandai dengan adanya: hipo/hiperpigmentasi, deskwamasi (kulit
mengelupas), lesi ulserasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai infeksi
sekunder, antara lain oleh candida.
Tatalaksana:
- Kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KMnO4 (K-permanganat) 1 %
selama 10 menit
- Beri salep atau krim (Zn dengan minyak kartor)
- Usahakan agar daerah perineum tetap kering
- Umumnya terdapat defisiensi Seng (Zn): beri preparat Zn peroral
c. Parasit/cacing
Beri Mebendazol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat antihelmintik
lain
d. Diare berkelanjutan
Diobati bilahanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum.berikan
formula bebas/rendah lactosa. Sering terjadi kerusakan mukosa usus dan Giardiasis
merupakan penyebab lain dari melanjutkannya diare.bila mungkin, lakukan
pemeriksaan tinja mikroskopik. Berikan: Metronidazole 7,5 mg/kgBB setiap 8 jam
selama 7 hari.
e. Tuberkulosis
Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/mantoux (sering kali alergi) dan
Ro.Thorax. bila positif atau sangat mungkin TB, diobati sesuai dengan pedoman
pengobatan TB.
3. Tindakan kegawatan
a. Syok (renjatan)
Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP derat dengan sulit
membedakan keuanya secara klinis saja.
Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian cairan IV,
sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati pada terjadinya overhidrasi.
Pedoman pemberian cairan:
Berikan larutan Dextrose 5%:NaCl 0,9% (1:1) atau larutan Ringer Lactate dengan
kadar Dextrose 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam 1 jam pertama.
Evaluasi setelah 1 jam:
- Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi, dan pernapasan) dan
dehidrasi. Ulangi pemberian cairan seperti diatas untuk 1 jam
berikutnya,kemudian lanjutkan dengann pemberian Resomal/pengganti,
peroral/nasogastrik, 10 ml/kgBB/jam selama 10 jam, selanjutnya mulai berikan
formula khusus (F-75/pengganti)
- Bila tidak ada perbaikan klinis pada anak menderita syok septik. Dalam hal ini,
berikan cairan rumat sebanyak 4 ml/KgBB/jam dan berikan transfusi darah
sebanyak 10 ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3 jam). Kemudian mulailah
permberian formula (F-75/pengganti).
b. Anemia berat
Transfusi darah diperlukan bila:
- Hb < 4 gr/dl
- Hb 4-6 gr/dl disertai distres pernapasan atau tanda gagal jantung
Transfusi darah:
- Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam
- Bila ada tanda gagal jantung, gunakan PRC untuk transfusi dalam jumlah sama
- Berikan Furosemide 1 mg/kgBB secara IV pada saat transfusi dimulai
Perhatikan adanya reaksi transfusi (demam, gatal, hematuria, syok). Bila pada
anakdengan distres napas setelah transfusi Hb tetap < 4 gr/dl atau antara 4-6
gr/dl,jangan diulangi pemberian darah.
I. Rencana Asuhan Keperawatan1. Pengkajian
a. Riwayat Keluhan Utama
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan
(berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan
keluhan lain yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
b. Riwayat Keperawatan Sekarang
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan
pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang,
imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi
dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan
kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif
lama).
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota
keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan,
persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.
d. Pemeriksaan Fisik
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota
keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan,
persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.Pengkajian secara umum
dilakukan dengan metode head to too yang meliputi: keadaan umum dan status
kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas
dan genito-urinaria.
Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmik-Kwashiorkor adalah pengukuran
antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit).
Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:
e. Penurunan ukuran antropometri
f. Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut)
g. Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra
h. Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot
intercostal)
i. Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila terjadi
diare.
j. Edema tungkai
k. Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis
terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut, ruas
jari kaki, paha dan lipat paha)
l. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik
normokrom karenaadanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis
sum-sum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan,
kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin
serum yang menurun. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk
menemukan adanya kelainan pada paru.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin dapat ditemukan pada anak dengan Marasmik-
Kwashiorkor adalah:
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang
tidak adekuat, anoreksia dan diare.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan asupan peroral dan
peningkatan kehilangan akibat diare.
c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan asupan kalori dan
protein yang tidak adekuat.
d. Risiko aspirasi berhubungan dengan pemberian makanan/minuman personde dan
peningkatan sekresi trakheobronkhial.
e. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi
trakheobronkhial sekunder terhadap infeksi saluran pernapasan
Rencana Keperawatan
Diagnosa 1: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan yang tidak adekuat, anoreksia dan diare.
Tujuan : Klien akan menunjukkan peningkatan status gizi.
Kriteria:
- Keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang dialami
klien, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan
sehat seimbang.
- Dengan bantuan perawat, keluarga klien dapat mendemonstrasikan
pemberian diet (per sonde/per oral) sesuai program
Intervensi Rasional Jelaskan kepada keluarga tentang
penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang, tunjukkan contoh jenis sumber makanan ekonomis sesuai status sosial ekonomi klien
Tunjukkan cara pemberian makanan per sonde, beri kesempatan keluarga untuk melakukannya sendiri.
Laksanakan pemberian roborans sesuai program terapi.
Timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap pagi.
Meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyebab dan kebutuhan nutrisi untuk pemulihan klien sehingga dapat meneruskan upaya terapi dietetik yang telah diberikan selama hospitalisasi.
Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi klien, mempertegas peran keluarga dalam upaya pemulihan status nutrisi klien.
Roborans meningkatkan nafsu makan, proses absorbsi dan memenuhi defisit yang menyertai keadaan malnutrisi.
Menilai perkembangan masalah klien.
Diagnosa 2: Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan asupan
peroral dan peningkatan kehilangan akibat diare.
Tujuan: Klien akan menunjukkan keadaan hidrasi yang adekuat.
Kriteria:
- Asupan cairan adekuat sesuai kebutuhan ditambah defisit yang terjadi.
- Tidak ada tanda/gejala dehidrasi (tanda-tanda vital dalam batas normal).
- Frekuensi defekasi ≤ 1 x/24 jam dengan konsistensi padat/semi padat).
Intervensi Rasional Lakukan/observasi pemberian
cairan per infus/sonde/oral sesuai program rehidrasi.
Jelaskan kepada keluarga tentang upaya rehidrasi dan partisipasi yang diharapkan dari keluarga dalam pemeliharan patensi pemberian infus/selang sonde.
Kaji perkembangan keadaan dehidarasi klien.
Hitung balance cairan.
Upaya rehidrasi perlu dilakukan untuk mengatasi masalah kekurangan volume cairan.
Meningkatkan pemahaman keluarga tentang upaya rehidrasi dan peran keluarga dalam pelaksanaan terpi rehidrasi.
Menilai perkembangan masalah klien.
Penting untuk menetapkan program rehidrasi selanjutnya.
Diagnosa 3: Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
asupan kalori dan protein yang tidak adekuat.
Tujuan: Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar
usia.
Kriteria:
- Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia.
- Perkembangan motorik, bahasa/ kognitif dan personal/sosial sesuai standar
usia.
Intervensi Rasional
Ajarkan kepada orang tua tentang
standar pertumbuhan fisik dan tugas-
tugas perkembangan sesuai usia anak.
Lakukan pemberian makanan/
minuman sesuai program terapi diet
pemulihan.
Lakukan pengukuran antropo-metrik
secara berkala.
Lakukan stimulasi tingkat
perkembangan sesuai dengan usia
klien.
Lakukan rujukan ke lembaga
pendukung stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan
(Puskesmas/Posyandu)
Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang
keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
anak.
Diet khusus untuk pemulihan malnutrisi
diprogramkan secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan anak dan kemampuan toleransi sistem
pencernaan.
Menilai perkembangan masalah klien.
Stimulasi diperlukan untuk mengejar keterlambatan
perkembangan anak dalam aspek motorik, bahasa
dan personal/sosial.
Mempertahankan kesinambungan program
stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak
dengan memberdayakan sistem pendukung yang
ada.
Diagno
DiagDDiagnosa 4: Risiko aspirasi berhubungan dengan pemberian
makanan/minuman personde dan peningkatan sekresi trakheobronkhial.
Tujuan : Klien tidak mengalami aspirasi.
Kriteria:
- Pemberian makan/minuman per sonde dapat dilakukan tanpa mengalami
aspirasi.
- Bunyi napas normal, ronchi tidak ada.
Intervensi Rasional
Periksa dan pastikan letak selang
sonde pada tempat yang semestinya
secara berkala.
Periksa residu lambung setiap kali
sebelum pemberian
makan-an/minuman.
Tinggikan posisi kepala klien selama
dan sampai 1 jam setelah pemberian
makanan/minuman.
Ajarkan/demonstrasikan tatacara
pelaksanaan pemberian makanan/
minuman per sonde, beri
kesempatan keluarga melakukan-
nya setelah memastikan keamanan
klien/kemampuan keluarga.
Observasi tanda-tanda aspirasi.
Merupakan tindakan preventif, meminimalkan
risiko aspirasi.
Penting untuk menilai tingkat kemampuan
absorbsi saluran cerna dan waktu pemberian
makanan/minuman yang tepat.
Mencegah refluks yang dapat menimbulkan
aspirasi.
Melibatkan keluarga penting bagi tindak lanjut
perawatan klien.
Menilai perkembangan masalah klien.
Diagnosa 5: Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan peningkatan
sekresi trakheobronkhial sekunder terhadap infeksi saluran pernapasan
Tujuan : Klien akan menunjukkan jalan napas yang efektif.
Kriteria:
- Jalan napas bersih dari sekret, sesak napas tidak ada, pernapasan cuping
hidung tidak ada, bunyi napas bersih, ronchi tidak ada
Intervensi Rasional
Lakukan fisioterapi dada dan suction
secara berkala.
Lakukan pemberian obat
mukolitik/ekspektorans sesuai program
terapi.
Observasi irama, kedalaman dan bunyi
napas.
Fisioterapi dada meningkatkan pelepasan
sekret. Suction diperlukan selama fase
hipersekresi trakheobronkhial.
Mukolitik memecahkan ikatan mukus;
ekspektorans mengencerkan mukus.
Menilai perkembangan maslah klien.
DAFTAR PUSTAKA
Behrman. E .R., Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol I, 1999. Jakarta : EGC
Betz, Ceciliy,L. keperawatan pediatric.2002. Jakarta : EGC
Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak,1995, Jakarta : EGC
Krisnansari, Diah. 2010. Malnutrisi dan Gizi Buruk. Mandala of Health Volume 1. Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
Ekonomi rendah, pendidikan kurang, hygene rendah
Kegagalan menyususi ASI, terapi puasa krn penyakit, tidak memulai makanan tambahan
Kurang Energi Protein (KEP)
↓ jumlah protein tubuh Energi ↓
Prod. Albumin o/ hepar rendah (Hipoalbumin)
Kwashiorkor
Perub. biokimia dlm tubuh Marasmus
Perb. Asam amino yang berbeda dengan protein
jaringan
Cad. Protein otot terpakai terus mnerusutk
memperoleh asam amino
Gg. Absorbsi dan transportasi zat-zat gizi
Penyusutan otot
Gg. Pembentukan lipoprotin dari hati
Tek. Osmotik plasma ↓Pengambilan energi selain
dari rotein
Resiko Jatuh
Otot-otot melemah dan mengecil
Tubuh kehilangan energi
As. Amino tidak berguna bagi sel
Salah satu jenis as.amino rendah konsentrasinya
Penurunan BB
Nutrisi < dari kebutuhan tubuh
Cairan dari intravaskuler ke interstitial
Edema
Gg. Volume cairan berlebihan
Resiko Infeksi
Penurunan detoksifikasi hati
Gg. Integritas kulit