Gips di Tangan Kiri

4
Gips di Tangan Kiri Masih terbesit di daam benakku, kejadian empat tahun silam. Kejadian yang sempat menggoncangkan hatiku, membuat isi jiwaku keluh kesah seolah melenyapkan dayaku, dan orang- orang disekitarku. Kejadian naas itu bermula sekitar pukul 21.00 WIB, saat aku dan keluargaku hendak menyaksikan pagelaran sepak bola empat tahunan World Cup 2006 di Jerman. Masih begitu termemori di otakku kesebelasan yang bertanding, yaitu antara kesebelasan negeri kincir Angin, Belanda melawan kesebelasan Serbia Montenegro yang menjadi tim kuda hitam. Namun entah kenapa, ima belas menit sebelum kick off, perutku terasa sakit dan rasanya ingin pergi ke kamar mandi. Saat itu kebetulan kamar mandi kami terpisah dari rumah kami, sehingga perlu keluar rumah untuk sampai disana. “kak tolong nyalakan lampunya” sambil menunjuk saklar lampu,”ya”,sahut kakakku cepat. Melihat lampu telah menyala, aku langsung bergegas menapakkan kaki menuju kamar mandi. Pintu kamar mandi sudah terbuka, membuat langkahku semakin cepat. Namun beberapa langkah sebelum sampai disana, tubuhku terjungkal oleh sebuah kursi kayu tua, dan secara cepat ku gunakkan tangan kiriku sebagai tumpuan agar tidak jatuh menghujam bebatuan. Namun itu semua berakibat fatal, tangan kiriku patah seketika.

Transcript of Gips di Tangan Kiri

Page 1: Gips di Tangan Kiri

Gips di Tangan Kiri

Masih terbesit di daam benakku, kejadian empat tahun silam. Kejadian yang

sempat menggoncangkan hatiku, membuat isi jiwaku keluh kesah seolah melenyapkan

dayaku, dan orang-orang disekitarku.

Kejadian naas itu bermula sekitar pukul 21.00 WIB, saat aku dan keluargaku

hendak menyaksikan pagelaran sepak bola empat tahunan World Cup 2006 di Jerman.

Masih begitu termemori di otakku kesebelasan yang bertanding, yaitu antara kesebelasan

negeri kincir Angin, Belanda melawan kesebelasan Serbia Montenegro yang menjadi tim

kuda hitam.

Namun entah kenapa, ima belas menit sebelum kick off, perutku terasa sakit dan

rasanya ingin pergi ke kamar mandi. Saat itu kebetulan kamar mandi kami terpisah dari

rumah kami, sehingga perlu keluar rumah untuk sampai disana. “kak tolong nyalakan

lampunya” sambil menunjuk saklar lampu,”ya”,sahut kakakku cepat. Melihat lampu telah

menyala, aku langsung bergegas menapakkan kaki menuju kamar mandi. Pintu kamar

mandi sudah terbuka, membuat langkahku semakin cepat. Namun beberapa langkah

sebelum sampai disana, tubuhku terjungkal oleh sebuah kursi kayu tua, dan secara cepat

ku gunakkan tangan kiriku sebagai tumpuan agar tidak jatuh menghujam bebatuan.

Namun itu semua berakibat fatal, tangan kiriku patah seketika.

Mala itu langsung, aku dibawa ke dukun pijat yang tak lain tak bukan adalah

guruku sediri saat itu. Namun beliau menyarankan kepada Ayahku untuk membawaku

Rumah Sakit untuk me-ronctgen tulang tangan kiriku, karena beliau takut terjadi sesuatu

bila beiau memaksakan untuk memijat. Malamitu aku tidak bias tidur membayangkan

jika dioperasi tulang tangan kiriku dan baying-bayang itu mengusikku sampai menjelang

fajar.

Keesokan harinya aku dibawa ke rumah sakit umum daerah sragen, sampai disana aku

menyaksikan banyak sekali orang berkerumunan untuk mencari kesembuhan, ataupun

sekedar mengantar sanak saudara yang sakit.

Akhirnya tiba giliranku untuk di periksa. Ayah dan Pamanku langsung

membawaku ke ruang periksa.

Page 2: Gips di Tangan Kiri

“putranya sakit apa pak?” Tanya dokter.

“Ini pak, tangannya!” sambil menunjuk tangan kiriku.

“Boleh lihat tangannya?” kata dokter itu.

“ya, ini pak” sambil ku buka lenganku yang telah membengkak dan terasa sakit untuk

diluruskan. Lalu dokter itu menyarankan untuk dibawa ke ruang Ronctgen.

Kami sempat bingung mencari ruang Ronctgen. Namun setelah bertanya pada

beberapa orang, akhirnya kami menjumpai ruang Ronctgen tersebut.

Setelah diadakan Ronctgen kami membawa hasil Ronctgen itu ke dokter. Namun

dokter menyatakan saya harus melakukan Ronctgen tulang tangan kanan untuk

perbandingan. Hati ini terasa di ujung gelisah, sesuap nasipun terasa pahit.

Seteah me’ Ronctgen lagi kami menyerahkan hasilnya ke dokter. Dokterpun

memeriksa hasil Ronctgenku.

”gi, gi.. .mana pak?”Tanya ayah agak pucat

Dokter itu menggelengkan kepala sambil berkata “Maaf..pak kami tidak bias menangani

sakit yang anak bapak derita”

“kenapa pak?”Tanya lagi sambil mengusap keringat yang membasahi dahinya.

“sebenarnya kami bias saja melakukan operasi, namun terlalu beresiko, karena tangan

anak bapak mengalami dua kerusakan sekaligus, yaitu tulang retak dan tulang bergeser.

Kami sarankan bapak untuk merujuk anak bapak ke rumah sakit khusus tulang dr.

oertopedi di Solo”. Hati ini terasa tak berdetak lagi, rasanya hati ini dipermainkan, dan

segala daya yang kami korbankan terasa hampa.

Kamipun pulang ke rumah dengan hati yang terhanyut oleh masalah yang

terlanda. Ketulusan hati Ayah dan Pamanku berujung nihil, tanpa ada segelintir keajaiban

menyapa. Nampaknya kabut hitam masih membayang dalam relung-relung kehidupan

kami. Setelah mempersiapkan barang-barang kami berpamitan dengan sanak saudara,

tetangga, dan teman-temanku, berharap akan dating kesembuhan.

Kami berangkat ke Solo, dengan rasa optimis sampai disana dokter langsung

melihat foto Ronctgen tulang tanganku. Dokter menanyakan apa yang terjadi dengan

tanganku sampai lebam dan bengkak seperti ini, “karena gila piala dunia”jawabku

singkat.”hm..hm, o. .jadi karena itu to. . “. Rupanya dokter tersebut dulunya adalah

pemain sepak bola, namun kini beliau beralih profesi menjadi dokter spesialis tulang.

Page 3: Gips di Tangan Kiri

Akhirnya aku hanya di Gips, tidak dioperasi yang selalu mencekam di tengah

ketakutanku seama ini. Akhirnya bias ku hela nafas yang panjang dan hati terasa lega.

Setelah itu aku menjalani hidup dengan gips di tangan kiri selama 30 hari dan

rutin menjalani control satu kali dalam dua minggu. Semenjak kejadian ini aku tidak lagi

menjadi football lovers sejati, aku jarang menyaksikan pertandingan sepak bola terutama

di malam hari, karena aku masih merasa risih dan trauma.