GEOLOGI DAN GENESA MATA AIR-MATA AIR WADUK BENTOLO … HOB-06 Geologi Dan Genes… · hangat, dan...
Transcript of GEOLOGI DAN GENESA MATA AIR-MATA AIR WADUK BENTOLO … HOB-06 Geologi Dan Genes… · hangat, dan...
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
325
GEOLOGI DAN GENESA MATA AIR-MATA AIR WADUK BENTOLO
DAN SEKITARNYA, BLORA, JAWA TENGAH
Rilo Restu Surya Atmaja1
Dr. rer. nat. Doni Prakasa Eka Putra2 1Mahasiswa Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
2Dosen Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika No. 2, Bulaksumur, Yogyakarta 55281
Telp. +62-274-513668; Email : [email protected]
SARI Di daerah Waduk Bentolo, Blora, Jawa Tengah dijumpai kumpulan mata air yang muncul saling
berdekatan. Karakteristik fisika-kimia air tanah pada mata air tersebut berbeda. Salah satu mata air
muncul di Waduk Bentolo diketahui pada tahun 2015 berbau menyengat dan berwarna kehitaman. Mata
air kedua yang muncul tepat di sisi barat daya Waduk Bentolo diketahui berbau belerang, bersuhu
hangat, dan memiliki nilai Daya Hantar Listrik (DHL) yang tinggi, namun mata air ketiga yang berada
di selatan Waduk Bentolo tidak berbau dan memiliki DHL rendah. Faktor geologi dinilai berperan
penting dalam genesa ketiga mata air tersebut. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui kondisi geologi
dan kaitannya dengan genesa mata air-mata air tersebut. Metode penelitian dilakukan pemetaan
geologi, pemetaan hidrogeologi, serta analisis kimia air tanah. Hasil penelitian menunjukkan daerah
penelitian tersusun atas litologi corraline rudstone, foraminiferal rudstone, floatstone, napal, dan
wackestone. Struktur geologi mengontrol kondisi geologi dengan adanya antiklin menunjam, sesar
turun, sesar geser kanan, dan sesar geser kiri. Pemetaan hidrogeologi mendapati mata air-mata air
lain di daerah penelitian yang kemunculannya berkaitan dengan struktur geologi. Hasil analisis kimia
air tanah menunjukkan sistem air tanah di daerah penelitian dibagi menjadi sistem air tanah atas,
sistem air tanah menengah dan sistem air tanah bawah. Dari evaluasi penampang geologi, hidrogeologi
dan kimia air tanah dapat disimpulkan bahwa ketiga mata air yang muncul di sekitar waduk Bentolo
berasal dari sistem air tanah yang berbeda dimana kemunculan mata air dikontrol oleh kondisi geologi
yang kompleks, sehingga tidak ada konektivitas hidrolika diantara ketiga mata air tersebut walaupun
muncul sangat berdekatan.
Kata kunci : geologi, mata air, Waduk Bentolo, Blora
I. PENDAHULUAN
Di sekitar Waduk Bentolo, Blora, Jawa
Tengah dijumpai mata air-mata air yang
muncul saling berdekatan, yaitu mata air
dalam waduk Bentolo, mata air hangat
Tinapan dan mata air Sendang Putri. Daerah
penelitian berada di sekitar Waduk Bentolo
meliputi Desa Tinapan dan sekitarnya,
Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora, dan
sebagian kecil Kecamatan Ngaringan,
Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah
(Gambar 1).
Menurut Said dan Sukrisno (1988) sebagian
besar daerah penelitian secara hidrogeologi
regional merupakan daerah air tanah langka.
Sumur gali umumnya mengering pada musim
kemarau, sehingga masyarakat mengambil
air tanah dari air Waduk Bentolo, mata air
Sendang Putri dan sumur bor.
Karakteristik fisika-kimia air tanah yang
muncul pada mata air-mata air di waduk
Bentolo tersebut berbeda-beda. Mata air
dalam Waduk Bentolo diketahui pada tahun
2015 mengeluarkan bau busuk menyengat,
dan berwarna hitam sejak adanya pabrik gula
di bagian upstream Waduk Bentolo. Mata air
hangat Tinapan yang muncul di sebelah barat
daya Waduk Bentolo diketahui bersuhu lebih
hangat, berbau belerang, dan memiliki nilai
Daya Hantar Listrik (DHL) jauh lebih tinggi
dibandingkan air pada mata air di sekitarnya.
Mata air Sendang Putri yang muncul di
sebelah selatan Waduk Bentolo diketahui
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
326
sama sekali tidak terpengaruh ketika air di
Waduk Bentolo tercemar, dan memiliki nilai
DHL yang lebih rendah. Kemunculan mata
air-mata air dengan variasi karakteristik
fisika-kimia air tanah diduga memiliki tipe
air tanah dan sistem air tanah berbeda yang
dipengaruhi oleh kondisi geologi setempat
yang kompleks. Faktor geologi ini
diperkirakan berperan penting dalam
kemunculan mata air-mata air dan
mempengaruhi karakteristik fisika-kimia air
tanahnya. Oleh karena itu, pemahaman
kondisi geologi dan pengaruhnya pada
genesa mata air-mata air di Waduk Bentolo
dan sekitarnya menjadi vital untuk
perlindungan keberlanjutan pemanfaatan
mata air-mata air tersebut.
II. KONDISI REGIONAL
Geologi Regional Daerah Penelitian
Secara fisiografis, daerah peneiltian menurut
Van Bemmelen (1949) termasuk dalam Zona
Perbukitan Rembang bagian barat.
Berdasarkan Pringgoprawiro (1983), Kadar
& Sudijono (1988) serta Datun dkk. (1996),
stratigrafi regional daerah penelitian tersusun
atas Formasi Tawun, Formasi Ngrayong,
Formasi Bulu, Formasi Wonocolo, Formasi
Ledok, dan Formasi Mundu. Struktur geologi
regional daerah penelitian antara lain antiklin
menunjam Grantil, sesar turun diperkirakan,
sinklin, sesar geser kiri diperkirakan, dan
sesar miring (Kadar & Sudijono, 1988; Datun
dkk., 1996).
Hidrogeologi Regional Daerah Penelitian
Secara regional, daerah penelitian tersusun
atas satuan hidrogeologi akuifer setempat
yang produktif melalui rekahan dan saluran
akuifer, akuifer produktif kecil setempat
berarti, daerah air tanah langka napal dan
batugamping, dan daerah air tanah langka
batulempung dan napal (Said dan Sukrisno,
1988).
III. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan pada
penelitian ini antara lain pemetaan geologi,
pemetaan hidrogeologi, analisis petrografi
sayatan tipis, dan analisis kimia air tanah.
Pemetaan geologi dilakukan untuk
mengetahui kondisi geologi daerah penelitian
meliputi sebaran satuan batuan,
geomorfologi, dan struktur geologi.
Pemetaan hidrogeologi dilakukan untuk
mengetahui ketinggian muka air tanah, arah
aliran air tanah, kemunculan air tanah,
mengukur pH, suhu, DHL (Daya Hantar
Listrik), dan TDS (Total Dissolved Solid).
Analisis petrografi pada sampel batu
gamping dilakukan untuk menentukan nama
batuan berdasarkan klasifikasi batugamping
Embry & Klovan (1971) dalam Boggs (2009).
Pengambilan sampel air tanah dan analisis
kimia air tanah dilakukan pada 15 lokasi.
Analisis kimia air tanah dilakukan pada
sampel air untuk mengetahui kadar
kandungan ion utama pada air tanah, tipe air
tanah dan sistem air tanah. Analisis dan
evaluasi kimia air tanah didasarkan pada
metode diagram Piper (Fetter, 2001) dan
metode diagram komposisi (Mazor, 2004).
Hasil pemetaan geologi, hidrogeologi dan
analisis kimia air tanah dievaluasi untuk
menentukan genesa mata air dan klasifikasi
mata air karst menurut Ford & Williams
(1989).
IV. DATA DAN ANALISIS
Hasil pemetaan geologi dan pengamatan
sampel sayatan tipis petrografi membagi
daerah penelitian dalam 6 satuan batuan
antara lain corraline rudstone, foraminiferal
rudstone, floatstone, napal, dan wackestone.
Struktur geologi yang dijumpai di daerah
penelitian antara lain antiklin menunjam
Tinapan, sesar turun diperkirakan
Kedungwungu, sesar turun diperkirakan
Tinapan, sesar turun diperkirakan Kajengan,
sesar geser kanan Sumberagung, sesar geser
kiri Kedungwungu, sesar geser kiri
diperkirakan Tinapan, sesar geser kanan
Kedungwungu, sesar turun diperkirakan
Kedungwaru (Gambar 2).
Hasil pemetaan hidrogeologi dan pengukuran
sifat fisika-kimia air tanah pada 14 sumur gali,
12 mata air, dan 3 sumur bor (Tabel 1)
menunjukkan bahwa air tanah mengalir ke
arah tenggara lalu berbelok ke selatan. Pola
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
327
aliran air tanah dibagi menjadi 7 zona aliran
(Gambar 3). Pembagian zona aliran dibatasi
oleh keberadaan sesar geser yang
diasumsikan sebagai non-konduit, dimana
bidang strukturnya berperan sebagai
penghalang aliran air tanah. Satuan batuan
corraline rudstone, foraminiferal rudstone,
dan floatstone bersifat akuifer rekahan. Napal
bersifat akuiklud, dan wackestone bersifat
akuitard (Gambar 4). Berdasarkan nilai
DHL pada klasifikasi air tanah PAHIAA
(1986) dalam Hatori (2008), MA2, MA8, dan
SB2 diklasifikasikan sebagai air agak payau.
Hasil analisis kandungan kimia air tanah pada
15 sampel ditunjukkan pada Tabel 1. Nilai
reaction error sebesar < 25 % dianggap dapat
ditoleransi. Analisis diagram Piper membagi
tipe air tanah menjadi 5 (Gambar 5), antara
lain :
a. Alkali Kalsium Bikarbonat Klorida Sulfat
b. Alkali Kalsium Klorida Sulfat Bikarbonat
c. Kalsium Magnesium Bikarbonat
d. Kalsium Alkali Bikarbonat
e. Kalsium Alkali Bikarbonat Klorida Sulfat
Analisis diagram komposisi Cl-DHL
(Gambar 6) menunjukkan pola garis
sehingga menurut Mazor (2004)
mengindikasikan percampuran 2 sistem air
tanah/akuifer. Analisis diagram komposisi
digunakan untuk membagi sistem air tanah
menjadi 3 yaitu sistem air tanah atas, sistem
air tanah menengah, dan sistem air tanah
bawah. Sistem air tanah atas meliputi tipe air
tanah Kalsium Magnesium Bikarbonat,
Kalsium Alkali Bikarbonat, dan Kalsium
Alkali Bikarbonat Klorida Sulfat termasuk
dalam sistem air tanah atas. Tipe air tanah
Alkali Kalsium Bikarbonat Klorida Sulfat
pada SB2 termasuk pada sistem air tanah
menengah (percampuran). Tipe air tanah
Alkali Kalsium Klorida Sulfat Bikarbonat
pada MA2 termasuk pada sistem air tanah
bawah (Tabel 2).
V. DISKUSI
Pada peta hidrogeologi (Gambar 4),
sebagian besar mata air muncul pada bidang
sesar turun diperkirakan Kedungwungu dan
sesar turun diperkirakan Tinapan. Sesar turun
dinilai sangat berpengaruh pada kemunculan
mata air-mata air tersebut.
Untuk menentukan tipe dan genesa mata air
dibuat penampang model konseptual
hidrogeologi yang disusun dari data geologi,
hidrogeologi dan kimia air tanah. Hasil
evaluasi pada Gambar 8 dan Gambar 9
menunjukkan bahwa tipe mata air di daerah
penelitian yaitu tipe fault guided spring dan
impounded spring. Tipe mata air dari tiap
mata air disajikan pada Tabel 3.
Mata air Waduk Bentolo (MA1) (Gambar 9)
merupakan tipe fault guided spring yang
mana air dari sistem air tanah atas muncul ke
permukaan melalui bidang sesar turun
diperkirakan Tinapan. Walau pada sistem air
tanah yang sama dengan mata air Waduk
Bentolo, mata air sendang putri (MA3)
terbentuk oleh proses yang berbeda.
Mata air Sendang Putri dikategorikan sebagai
impounded spring (mata air terkurung),
dimana air tanah dangkal pada akuifer
rekahan foraminiferal rudstone terkurung
oleh napal yang bersifat akuiklud dan lebih
impermeable sehingga air tanah tersebut
mengalir melalui rongga batuan dan muncul
di dekat kontak akuifer dengan akuiklud.
Mata air Waduk Bentolo dengan mata air
Sendang Putri tidak berhubungan karena
dipisahkan oleh sesar geser kiri diperkirakan
Tinapan yang berperan sebagai batas kedap
air. Hal ini tercermin dari kedua tipe kimia air
tanah mata air tersebut yang berbeda.
Kandungan ion klorida (Cl-) sebagai ion
konservatif (Healy, 2010) pada kedua mata
air tersebut juga mendukung bahwa
keduanya tidak berhubungan, air mata air
Waduk Bentolo memiliki konsentrasi Cl- jauh
lebih tinggi dibandingkan air mata air
sendang putri padahal keduanya muncul
berdekatan.
Mata air hangat Tinapan yang bersuhu hangat
dan berbau belerang merupakan tipe fault
guided spring dimana air dengan konsentrasi
Cl- dan SO42- yang tinggi dari sistem air tanah
bawah mengalir melalui bidang sesar turun
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
328
diperkirakan Tinapan (Gambar 9). Mata air
hangat Tinapan tidak berhubungan dengan
mata air Waduk Bentolo, tercermin pada tipe
air tanah yang berbeda. Walau muncul
berdekatan, air mata air hangat Tinapan pada
sistem air tanah atas mengalir melalui rongga
dan saluran bawah permukaan yang berbeda
dengan air mata air Waduk Bentolo. Hal
tersebut sesuai menurut Santoso (2013)
dimana disekitar Waduk Bentolo dijumpai
banyak sekali rongga dan saluran bawah
permukaan, dan juga didukung karena
batugamping bersifat heterogen dan
anisotropik (Ford & Williams, 1989).
Konsentrasi Cl- tinggi diinterpretasi berasal
dari air formasi di kedalaman. Bau belerang
dan kandungan SO42- diinterpretasi berasal
dari hasil interaksi air dengan mineral sulfida
atau batuan kaya sulfur anggota Formasi
Tawun di bawah permukaan. Mata air hangat
Tinapan juga tidak berhubungan dengan mata
air sendang putri karena dibatasi oleh sesar
geser kiri Tinapan, tipe air tanah berbeda dan
berasal dari sistem air tanah yang berbeda.
Hasil pemetaan hidrogeologi juga menjumpai
adanya mata air-mata air lain di sekitar
Waduk Bentolo selain ketiga mata air utama
tersebut. Evaluasi penampang model
konseptual hidrogeologi (Gambar 8 dan
Gambar 9) menunjukkan sebagian besar
mata air tersebut berupa fault guided spring
yang mana air sistem air tanah atas muncul ke
permukaan melalui bidang sesar turun
diperkirakan Tinapan dan sesar turun
diperkirakan Kedungwungu. Mata air
sendang kidul (MA6) merupakan tipe
impounded spring dimana genesa
kemunculannya sama dengan mata air
sendang putri. Perbedaan genesa mata air-
mata air tersebut juga tercermin pada
kandungan ion dan tipe kimia air tanahnya.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Geologi daerah Waduk Bentolo dan
sekitarnya tersusun atas corraline rudstone,
foraminiferal rudstone, floatstone, napal, dan
wackestone. Struktur geologi secara intensif
merajam daerah penelitian. Sesar turun
berperan dalam kemunculan mata air. Sesar
geser berperan sebagai penghalang aliran air
tanah dan pembatas kemunculan tipe air
tanah.
Mata air waduk Bentolo merupakan tipe fault
guided spring yang mana air berasal dari
sistem air tanah atas. Mata air sendang putri
merupakan tipe impounded spring yang mana
muncul di permukaan akibat air tanah
dangkal pada akuifer rekahan corraline
rudstone terkurung oleh akuiklud napal. Mata
air hangat Tinapan merupakan tipe fault
guided spring yang mana air yang berasal
dari sistem air tanah bawah.
Air tanah pada ketiga mata air tersebut tidak
berhubungan. Perbedaan genesa ketiga mata
air tersebut tercermin pada tipe air tanah, dan
sistem air tanah yang berbeda-beda. Mata air-
mata air lain di sekitar Waduk Bentolo
umumnya berupa fault guided spring yang
muncul dari sistem air tanah atas melalui
bidang sesar turun, kecuali mata air sendang
kidul yang memiliki genesa yang sama
dengan mata air sendang putri.
Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu
melakukan pemetaan rongga dan saluran
bawah permukaan dengan metode geolistrik
dan melakukan analisis isotop meliputi
Deuterium (D), Oksigen-18 (18O), Tritium
(T), dan Radon pada air tanah untuk
menentukan genesa mata air secara lebih
akurat.
VII. ACKNOWLEDGEMENT
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas
Gadjah Mada dan Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Blora, Jawa Tengah yang telah
mendukung penelitian ini.
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
329
DAFTAR PUSTAKA
Boggs, S. Jr., 2009, Petrology of Sedimentary Rocks, Second Edition, Cambridge University Press, New
York.
Datun, M., Sukandarrumidi, Hermanto, B., dan Suwarna, N., 1996, Peta Geologi Lembar Ngawi, Jawa
skala 1:100.000 Edisi Kedua, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Fetter, C.W., 2001, Apllied Hydrogeology, Fourth Edition, Prentice Hall, Inc., New Jersey.
Ford, D.C., dan Williams, P.W., 1989, Karst Geomorphology and Hydrology, Chapman & Hall, London.
Hatori, 2008, Studi Kerentanan Intrusi Airlaut di Kota Semarang, Jawa Tengah, (Tesis Magister
Teknik-tidak dipublikasikan), Teknik Geologi, FT UGM, Yogyakarta.
Healy, R.W., 2010, Estimating Groundwater Recharge, Cambridge University Press, New York.
Kadar, D., dan Sudijono, 1993, Peta Geologi Lembar Rembang, Jawa skala 1:100.000, Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Mazor, E., 2004, Chemical and Isotopic Groundwater Hydrology The Applied Approach, Third Edition,
Marcel Dekker, Inc., New York.
Pringgoprawiro, H., 1983, Biostratigrafi dan Paleogeografi Cekungan Jawa Timur Utara: Suatu
Pendekatan Baru, (Disertasi Doktor-tidak dipublikasikan), ITB, Bandung.
Said, H., dan Sukrisno, 1988, Peta Hidrogeologi Indonesia 1:250.000 Lembar VII Semarang (Jawa),
Direktorat Geologi Tata Lingkungan, Bandung.
Santoso, A., 2013, Penentuan Adanya Rongga-Rongga Dalam Batuan Berdasar Metode Geolistrik
Daerah Rencana Pabrik Gula PT GMM Desa Tinapan, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora,
Jawa Tengah, Tidak dipublikasikan.
Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of Indonesia, vol I.A. General Geology, Martinus Nyhoff,
Hague.
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
330
TABEL Tabel 1. Data kemunculan air tanah, sifat fisika, dan kimia air tanah dari mata air dan sumur bor
Kemunculan Air
Tanah
Lokasi (UTM) Elevasi
(m) T (0C) pH
DHL
(µS/cm
)
TDS
(mg/L)
Kation (mg/L) Anion (mg/L) Reactio
n Error
(%) X Y
Na+ K+ Ca2+ Mg2+ Cl- HCO3- SO4
2-
MA1 (Mata Air
Waduk Bentolo) 522625 9227523 95 28 6,4 810 390 88 3 91,66 34,68 42 460,4 7 12,15
MA2 (Mata Air
hangat Tinapan) 522630 9227455 94 31,4 6,9 2800 1400 766 11 34,57 43,96 519,8 678,2 11 19,90
MA3 (Mata Air
Sendang Putri) 522624 9227295 93 26,6 6,5 700 340 26 2 19,3 70,82 9,5 460,4 10 -0,31
MA4 (Mata Air
Goa Banyu) 522792 9227748 95 28,5 6,6 760 370 88 11 82,01 27,84 17 522,6 18 5,38
MA5 (Mata Air
Kedungbiru) 521395 9229228 117 30,3 7,5 360 170 18 1 31,84 27,8 5 255,1 9 1,90
MA6 (Mata Air
Sendang Kidul) 522049 9226622 95 28,3 7 520 250 43 3 101,09 5,81 8 342,2 6 11,25
MA7 (Mata Air
Sendang Kalijalin) 523892 9227842 74 30,6 6,9 940 460 203 4 7,16 106,39 31,5 560 54 23,43
MA8 (Mata Air
Sendang Asin
Kalijalin)
524174 9227814 86 30,7 6,9 1710 840 927 9 108,26 20,31 243,7 603,5 17 47,10
MA9 (Mata Air
Sendang Lanang) 519903 9228370 172 26 7,1 540 260 34 2 76,42 27,08 1 385,8 1 8,60
MA10 (Mata Air
Sendang Pancur) 518094 9226995 158 26,5 6,7 610 290 37 2 89,15 28,05 6,5 398,2 8 10,07
MA11 (Mata Air
Sendang Wangi) 518362 9226746 141 30,1 6,7 740 360 79 4 8,76 92,12 8 510,2 7 13,90
MA12 (Mata Air
Sendang Brubulan) 519633 9226744 120 28,5 6,7 580 280 40 2 6,37 59,48 8 367,1 8 4,42
SB1 (Sumur Bor
Pabrik Gula 40 m) 522262 9227931 132 25.5 7 850 410 48 5 30,55 84,01 16 528,9 11 6,51
SB2 (Sumur Bor
Pabrik Gula 150 m) 522523 9227767 139 23.2 6.8 1560 770 240 7 51,46 57,63 214,9 597,3 19 4,91
SB3 (Sumur Bor
Pabrik Gula 60 m) 522442 9227602 116 30 6.6 600 290 17 2 17,51 56,1 2 398,2 4 -2,98
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
331
Tabel 2. Tipe air tanah dan sistem air tanah
Tipe Air Tanah Lokasi
Sampel
Sistem Air Tanah
Kalsium Magnesium Bikarbonat
(Ca2+-Mg2+-HCO3-)
MA5
Sistem air tanah atas
SB3
Kalsium Alkali Bikarbonat
(Ca2+- Na++K+-HCO3-)
MA3
MA4
MA6
MA9
SB1
MA10
MA11
MA12
Kalsium Alkali Bikarbonat Klorida
Sulfat
(Ca2+- Na++K+-HCO3--Cl-- SO42-)
MA1
MA7
Alkali Kalsium Bikarbonat Klorida
Sulfat
(Na++K+-Ca2+-HCO3--Cl--SO42-)
SB2 Sistem air tanah menengah (percampuran)
Alkali Kalsium Klorida Sulfat
Bikarbonat
(Na++K+-Ca2+- Cl-- SO42--HCO3-)
MA2 Sistem air tanah bawah
Tabel 3. Tipe dan genesa mata air
Mata Air Tipe Mata Air Faktor Penyebab Kemunculan
MA5
Fault Guided Spring
Sesar turun diperkirakan
kedungwungu MA9
MA10
MA11
MA1
Sesar turun diperkirakan tinapan MA2
MA4
MA8
MA12
MA7 Sesar turun diperkirakan
kedungwaru
MA3 Impounded Spring (mata air
terkurung)
Air tanah dangkal pada akuifer
rekahan foraminiferal rudstone
yang memiliki banyak rongga dan
rekahan terkurung oleh napal yang
lebih impermeable (akuiklud)
MA6
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
332
GAMBAR
Gambar 1. Daerah penelitian
Gambar 2. Peta geologi daerah penelitian
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
333
Gambar 3. Peta pola dan arah aliran air tanah dengan struktur geologi
Gambar 4. Peta hidrogeologi daerah penelitian
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
334
Gambar 5. Pembagian tipe air tanah diagram Piper
Gambar 6. Penentuan konektivitas hidrolika dan pembagian sistem air tanah dengan diagram komposisi
Cl-DHL
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
335
Gambar 7. Peta hidrogeologi dan tipe air tanah
Gambar 8. Penampang model konseptual hidrogeologi sayatan A-B dan C-D
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
336
Gambar 9. Penampang model konseptual hidrogeologi sayatan E-F dan G-H