GD final
-
Upload
gepengcungkring -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
description
Transcript of GD final
MANAGEMENT OF LOW BIRTH WEIGHT BABIES
MANAGEMENT OF LOW BIRTH WEIGHT BABIES
Low birth weight
• Definition : < 2500 g
• Incidence : 30% neonates
Importance
• LBW babies account for 25% neonatal deaths and 50% infant deaths.
• LBW babies are more prone to:
- malnutrition.
- recurrent infections.
- neurodevelopmental delay.
Two types of LBW neonates
• Preterm ( 1/3 )
• Small – for – dates ( 2/3 )
Causation : IUGR
• Poor nutritional status of mother.• Hypertension, toxemia, anemia.• Multiple pregnancy, postmaturity.• Chronic malaria, chronic illness.• Tobacco use.
Causation : Prematurity
• Low maternal weight, teenage pregnancy, multiple pregnancy.
• Previous preterm baby, cervical incompetence.
• Antepartum hemorrhage, acute systemic disease.
• Induced premature delivery.• Majority unknown.
Identification of preterm LBW
• Date of LMP• Physical features
- breast nodule, genitalia, sole creases,
ear cartilage / recoil.
LBW (Preterm) : Problems
• Birth asphyxia• Hypothermia• Feeding difficulties• Infections• Hyperbilirubinemia
• Respiratory distress
• Apneic spells• Intraventricular
hemorrhage• Hypoglycemia• Metabolic acidosis
LBW (SFD) : Problems
• Birth asphyxia• Meconium aspiration
syndrome• Hypothermia• Hypoglycemia• Infections• Polycythermia
Ideal place for delivery of LBW
• Transfer mother before delivery to a well-equipped centre.
• Prevention of hypothermia topmost priority.
• Skilled person needed for effective resuscitation.
Indications for hospitalisation
• Birth weight < 1800 g• Gestation < 34 wks• Unable to feed*• Sick neonate*
* Irrespective of birth weight and gestation
Well coverd newborn
Fluids and feeding for LBW
Weight < 1200 g; Gestation < 30 wks*• Start initial intravaneous fluids• Introduce gavage feeds once stable• Shift to katori-spoon feeds over next few
days. Later on breast feeds.* Mary try gavage feeds, if no sick
Fluids and feeding for LBW
Weight 1200-1800 g; Gestation 30-34 wks*• Start initial gavage feeds.• Katori-spoon feeding after 1-3 days.• Shift to breast feeds as soon as baby is able
to suck.
* May need intravenous fluids, if sick
Fluids and feeding for LBW
Weight > 1800 g; Gestation > 34 weeks*• Breast feeding.• Katori-spoon feeding, if sucking not
satisfactory on breast.• Shift to breast feeds as soon as possible.
Feeding schedule
• Begin at 60 to 80 ml / kg / day
increase by 15 ml / kg every day
maximum of 180-200 ml / kg /day• First feed at 2 hrs of age then every 2
hourly.
Guidelines for fluid requirements
• First day 60-80 ml / kg / day.• Daily increment 15 ml / kg till day 7.• Add extra 20 – 30 ml / kg for infants
under radiant warmer and 15 ml / kg for those receiving phototherapy.
Fluid requirements (ml / kg)
Birth WeightDay of life
> 1500 g 1000 to 1500 g
1 60 80
2 75 95
3 90 110
4 105 125
5 120 140
6 135 155
7 onwards 150 170
Adequacy of nutrition
Weight pattern*• Loses 1 to 2% weight every day.• Cumulative weight loss 10%; more in
preterm.• Regains birth weight by 10-14 days.• Daily weight gain 1 to 1.5% of birth weight.Excessive loos or inadequate weight gain• Cold stress, anemia, poor intake, sepsis* SFD-LBW term baby does not lose weight
Supplements
• Vitamins : IM vit K 1.0 mg at birth Vit A* 1000 I.U. per day Vit D* 400 I.U. per day
• Iron : Oral 2 mg / kg per day from 8 weeks of age
* From 2 weeks of age
Danger signals(Early detection and referral)
• Lethargy, refusal to feed• Hypothermia• Tachypnea, grunt, gasping, apnea• Seizures, vacant stare• Abdominal distension• Bleeding, icterus over palms / soles
Transportation of LBW
• Adequate warmth• Life support• With mother• Referral note
Prognosis
Mortality• Directly related to severity of
complications• Inversely related to birth weight and
gestation
Long term• Depends on birth weight, gestation and
severity of complications.
ASFIKSIA PADA BAYIDr. Isyanto, spA
Asfiksia
• Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir
• Asfiksia merupakan penyebab kematian paling tinggi. Menurut SKRT 2001, 27% kematian neonatal diakibatkan oleh Asfiksia
APGAR Score
Langkah promotif / preventif
• Pemeriksaan selama kehamilan secara teratur yang berkualitas,
• Meningkatkan status nutrisi ibu• Manajemen persalinan yang baik dan
benar • Melaksanakan Pelayanan neonatal
esensial terutama dengan melakukan resusitasi yang baik dan benar yang sesuai standar.
PATOFISIOLOGI• Pernapasan adalah tanda vital pertama yang berhenti
ketika BBL kekurangan oksigen. • Pada periode awal BBL mengalami napas cepat (rapid
breathing) yang disebut dengan gasping primer• Setelah periode awal ini akan diikuti dengan keadaan bayi
tidak bernapas (apnu) yang disebut ”apnu primer”. Frekuensi jantung mulai menurun, namun tekanan darah masih tetap bertahan
RAPID BREATHINGAPNEU PRIMERHEART RATE BLOOD PRESSURE
PATOFISIOLOGI• Bila berlangsung lama dan tidak dilakukan pertolongan,
maka BBL akan melakukan usaha napas megap-megap yang disebut ”gasping sekunder” dan kemudian masuk ke dalam periode ”apnu sekunder”. Frekuensi jantung semakin menurun dan tekanan darah semakin menurun dan bisa menyebabkan kematian.
• Setiap kasus dengan apnu, harus dianggap sebagai apnu sekunder dan segera dilakukan resusitasi
GASPING SECONDAIREAPNEU SECONDAIRE
HEART RATE BLOOD PRESSURE
PENYEBAB ASFIKSIA
Faktor ibu• Preeklampsia dan eklampsia • Perdarahan antepartum abnormal (plasenta
previa atau solusio plasenta) • Partus lama atau partus macet • Demam sebelum dan selama persalinan • Infeksi • Kehamilan lebih bulan (lebih 42 minggu
kehamilan)
Faktor plasenta dan talipusat • Infark plasenta • Hematom plasenta • Lilitan talipusat • Talipusat pendek• Simpul talipusat • Prolapsus talipusat
Faktor bayi• Bayi kurang bulan/prematur (kurang 37 minggu
kehamilan)• Air Ketuban bercampur mekonium• Kelainan kongenital yang memberi dampak pada
pernapasan bayi
DIAGNOSTIKAnamnesis• Gangguan atau kesulitan waktu lahir (lilitan tali pusat,
sungsang, ekstraksi vakum, forseps, dll.)• Lahir tidak bernafas / menangis.• Air ketuban bercampur mekonium.
Pemeriksaan fisik:• Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap• Denyut jantung kurang dari 100X/menit• Kulit sianosis, pucat.• Tonus otot menurun.• Untuk diagnosis asfiksia tidak perlu nilai Skor Apgar
Term gestation Clear of meconium? Spontaneus breathing or crying ? Good muscle tone ? Color pink ?
Provide warmth Position; clear airway* (as
necessary) Dry, stimulate, reposition Give O2 (as necessary)
Evaluate respirations, heart rate, and color
Provide VTP*
provide VTP* Administer chest compressions
Administer epinephrine*
No
Apnea or HR < 100
HR < 60 HR > 60
HR < 60
Assessment
A
Evaluation
B
Evaluation
C
Evaluation
D
30 s
econ
ds30
se
cond
s
30 s
ec.
Approximate time Neonatus
Langkah Awal
Ventilasi tekananpositif
KompresiDada
PemberianObat
A. LANGKAH AWAL
• Berikan kehangatan • Posisikan, bersihkan jalan napas
(bila perlu)• Keringkan, rangsang, perbaiki
posisi• Beri oksigen (bila perlu)
1. MEMBERIKAN KEHANGATAN
• Letakkan bayi dibawah alat pemancar panas
• Bila bayi kurang bulan harus dilakukan !
2. POSISIKAN, BERSIHKAN JALAN NAPAS (BILA PERLU)
• Letakkan bayi dgn kepala sedikit tengadah– Terlentang atau miring– Leher sedikit
tengadah/ekstensi– Gulungan kain
di bawah bahu
3. KERINGKAN, RANGSANG, PERBAIKI POSISI
• Setelah jalan napas bersih keringkan, rangsang pernapasan, letakkan pada posisi yang benar
• Posisi & menghisap lendir cukup merangsang pernapasan
• Mengeringkan tubuh & kepala bayi memberi rangsangan dan mengurangi kehilangan panas
Rangsangan taktil
4. OKSIGEN ALIRAN BEBAS
• Bila bayi bernapas, tetapi tetap sianosis
• Pada langkah awal: setelah hisap lendir, pengeringan, rangsangan taktil bayi bernapas, tetapi sianosis
• O2 100%• Min 5l/mnt
B. Ventilasi
Jenis balon ventilasi • Balon tidak mengembang sendiri
(disebut juga balon anestesi)– terisi bila dialiri O2 dari sumber yang
dimampatkan.• Balon mengembang sendiri– terisi secara spontan setelah
diremas, menarik O2 atau udara ke dalam balon
Balon tidak mengembang
sendiri
Balon mengembang sendiri
Tepi
Bentuk
Ukuran Ukuran
S U N G K U P S U N G K U P
Sebelum ventilasi dengan balon & sungkup, perlu dipikirkan:
• Pilih sungkup dengan ukuran yang sesuai
• Jalan napas terbuka• Posisi kepala bayi• Posisi penolong
Kecepatan Melakukan Ventilasi
40-60 kali/menit
remas lepas remas lepas(pompa) (dua…tiga) (pompa)(dua…tiga)
ADA 3 TANDA PERBAIKAN
• Peningkatan frekuensi jantung
• Perbaikan warna kulit
• Adanya napas spontan
INGAT !
MELAKUKAN VENTILASIYANG EFEKTIF MERUPAKAN KUNCI
KEBERHASILAN HAMPIR SEMUA RESUSITASI NEONATUS
• Bila kondisi tetap buruk atau gagal membaik & Frekuensi Jantung < 60 kali/menit setelah 30 detik VTP yang adekuat
langkah selanjutnya Kompresi Dada
C. Kompresi Dada
Indikasi:• Bila setelah 30 detik dilakukan VTP
dengan 100% O2, Frekuensi Jantung tetap < 60 kali/menit
Bagaimana melakukan kompresi dada?
• Ada 2 teknik:– Teknik ibu jari– Teknik dua jari
• Teknik ibu jari kedua ibu jari u/ menekan tulang dada, sementara kedua tangan melingkari dada & jari-jari tangan menopang bagian belakang bayi.
• Teknik dua jari ujung jari tengah & jari telunjuk atau jari tengah & jari manis dari satu tangan u/ menekan tulang dada. Tangan yang lain untuk menopang bagian belakang bayi.
TEKNIK 2 JARI
TEKNIK IBU JARI
Lokasi untuk kompresi dada
• Cara : Gerakkan jari-jari sepanjang tepi bawah iga sampai mendapatkan sifoid. Lalu letakkan ibu jari atau jari-jari pada tulang dada, tepat di atas sifoid.
Frekuensi• 90 kompresi + 30 ventilasi dalam 1 menit
Rasio 3 : 1• 1½ detik 3 kompresi dada, ½ detik 1
ventilasi 2 detik (1 siklus)
“Satu” “Dua” “Tiga” “Pompa”
Kapan kompresi dada dihentikan?
Jika FJ > 60 kali/menit
D. Obat-obatan
1. Epinefrin Indikasi : • Denyut jantug bayi <60x/m setelah
paling tidak 30 detik dilakukan ventilasi adekuat dan kompresi dada belum ada respons.
• Asistolik.Dosis: 0.1-0.3 ml/kg BB dalam larutan
1:10,000 (0.01-0.03 mg/kgBB) secara IV atau endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.
2. Cairan pengganti volume darah
Indikasi: • BBL yang dilakukan resusitasi mengalami
hipovolemia dan tidak ada respon • Hipovolemia kemungkinan akibat perdarahan
atau syok. Klinis pucat, perfusi buruk, nadi kecil/lemah dan pada resusitasi tidak memberikan respon yang adekuat.
Jenis cairan:• Larutan kristaloid (NaCl 0.9%, Ringer Laktat)• Transfusi darah gol.O negatif jika diduga
kehilangan darah banyak Dosis: Dosis awal 10 ml/kg BB IV pelan selama 5-
10 menit. Dapat diulang sampai klinis baik
3. BikarbonatIndikasi:• Asidosis metabolik secara klinis (nafas cepat
dan dalam, sianosis)Prasyarat: Telah dilakukan ventilasi tekanan
positif secara efektif pada bayiDosis: 1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/KgBB (4.2%) atau
1 ml /kgbb (7.4%)Cara: Diencerkan dengan aquabides atau
dekstrose 5% sama banyak diberikan secara intravena dengan kecepatan minimal 2 menit.
Efek samping: Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari bikarbonat merusak fungsi miokardium dan otak
TINDAKAN PASCA RESUSITASI
• Pemantauan pasca resusitasi– Bukan dirawat secara Rawat Gabung– Pantau tanda vital: napas, jantung,
kesadaran dan urine – Jaga bayi agar senantiasa hangat– Bila tersedia fasilitas, periksa kadar gula
darah– Perhatian khusus diberikan pada waktu
malam hari• Dekontaminasi, cuci dan sterilisasi/Desinfeksi
Tingkat Tinggi alat• Melengkapi catatan medik• Konseling dengan keluarga
Kapan menghentikan resusitasi?
• Bayi tidak bernapas spontan dan tidak terdengar denyut jantung setelah dilakukan resusitasi secara efektif selama 15 menit
Essential criteria:
1.Metabolic acidosis on cord blood or very early (1 hour) neonatal blood (pH 7.0 or base deficit > 12 mmol/l.)
2.Early onset of severe or moderate neonatal encephalopathy in infants of > 34 weeks gestation.
3.Cerebral palsy of the spastic quadriplegic ordyskinetic type.
KEJANG PADA BAYI
BATASAN
• Kejang adalah perubahan secara tiba-tiba fungsi neurologi, baik motorik maupun autonomik, karena kelebihan pancaran listrik pada otak
PRINSIP DASAR• Kejang yang berkepanjangan mengakibat-kan
hipoksia otak yang cukup berbahaya bagi ke langsungan hidup bayi atau meng-akibatkan gejala sisa di kemudian hari.
• Dapat diakibatkan oleh asfiksia neonato-rum, hipoglikemia atau merupakan tanda meningitis atau masalah susunan saraf.
• Kejang adalah salah satu Tanda Bahaya atau “Danger sign“ pada neonatus
• Dapat diantisipasi dengan melakukan tindakan promotip atau preventip
• Secara klinik kejang pada bayi diklasifikasikan tonik, klonik, mioklonik dan ”subtle seizures”
Langkah Promotif / Preventif
• Mencegah persalinan prematur • Melakukan pertolongan persalinan yang bersih
dan aman • Mencegah asfiksia neonatorum• Melakukan resusitasi dengan benar • Melakukan tindakan pencegahan Infeksi .• Mengendalikan kadar glukosa darah ibu.• Antisipasi setiap faktor kondisi (faktor
predisposisi) dan masalah dalam proses persalinan.
Langkah Promotif / Preventif
• Berikan pengobatan yang rasional dan efektif.• Lanjutkan pengamatan dan pengobatan
terhadap masalah atau infeksi yang dikenali pada saat kehamilan ataupun persalinan.
• Jangan pulangkan bila masa kritis belum terlampaui.
• Beri instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah.
• Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir dari ibu yang infeksi saat persalinan.
• Berikan hidrasi oral / IV secukupnya.
DIAGNOSISAnamnesis :• Riwayat persalinan: bayi lahir prematur, lahir dengan tindakan,
penolong persalinan, asfiksia neonatorum.• Riwayat imunisasi tetanus.• Riwayat perawatan tali pusat dengan obat tradisional.• Riwayat kejang, penurunan kesadaran, ada gerakan abnormal
pada mata, mulut, lidah dan ekstrimitas .• Riwayat spasme atau kekakuan pada ekstremitas, otot mulut
dan perut. • Kejang dipicu kebisingan/prosedur/tindakan pengobatan.• Riwayat bayi malas minum sesudah dapat minum normal.• Adanya faktor risiko infeksi.• Riwayat ibu mendapat obat mis. heroin, metadon, propoxypen,
sekobarbital, alkohol.• Riwayat perubahan warna kulit (kuning)• Saat timbul dan lamanya terjadi kejang.
DIAGNOSIS
Kejang:• Gerakan abnormal pada wajah, mata,
mulut, lidah dan ekstrimitas • Ekstensi atau fleksi tonik ekstremitas,
gerakan seperti mengayuh sepeda, mata berkedip, berputar, juling.
• Tangisan melingking dengan nada tinggi, sukar berhenti.
• Perubahan status kesadaran, apnea, ikterus, ubun-ubun besar membonjol, suhu tubuh tidak normal.
Spasme:• Bayi tetap sadar, menangis kesakitan• Trismus, kekakuan otot mulut, rahang
kaku, mulut tidak dapat dibuka, bibir mencucu.
• Opistotonus, kekakuan pada ekstremitas, perut, kontraksi otot tidak terkendali. Dipicu oleh kebisingan, cahaya, atau prosedur diagnostik.
• Infeksi tali pusat.
DIAGNOSIS
Anamnesis Pemeriksaan Pemeriksaan / diagnosis
lain
Kemungkinan diagnosis
Timbul saat lahir sampai dengan hari ke 3
Riwayat ibu Diabetes
Kejang, tremor, letargi atau tidak sadar
Bayi kecil (< 2,500 g atau umur kehamilan < 37 mg)
Bayi sangat besar (berat lahir > 4,000 g)
Kadar glukose darah kurang dari 45 mg/dL (2.6 mmol/L)
Hipoglikemia
Ibu tidak imunisasi tetanus toksoid
Malas minum sebe-lumnya normal
Timbul hari ke 3-14
Lahir di rumah dengan lingkungan kurang higienis
Olesan bahan tidak steril pada tali pusat
Spasme Infeksi tali pusat
Tetanus neonatorum
Anamnesis Pemeriksaan
Pemeriksaan /
diagnosis lain
Kemungkinan diagnosis
Timbul pada hari ke 2 atau lebih
Kejang atau tidak sadar
Ubun-ubun besar membonjol
Letargi
Sepsis Curiga meningitis (tangani meningitis dan obati kejang)
Riwayat resusitasi pada saat lahir atau bayi tidak bernapas minimal satu menit sesudah lahir
Timbul pada hari ke 1 sampai ke 4
Persalinan dengan penyulit (misal partus lama atau gawat janin)
Kejang atau tidak sadar
Layuh atau letargi Gangguan napas Suhu tidak normal Mengantuk atau
aktivitas menurun Iritabel atau rewel
Asfiksia neonatorum dan/atau Trauma (obati kejang, dan tangani asfiksia neonatorum)
Anamnesis Pemeriksaan
Pemeriksaan /
diagnosis lain
Kemungkinan diagnosis
Timbul pada hari ke 1 sampai 7
Kondisi bayi mendadak memburuk
Mendadak pucat
Kejang atau tidak sadar
Bayi kecil (berat lahir < 2500 g atau umur kehamilan < 37 minggu)
Gangguan napas berat
Perdarahan intraventrikular (Nilai dan tangani perdarahan dan juga asfiksia neonatorum)
Ikterus hebat timbul pada hari ke 2
Ensefalopati timbul pada hari ke 3 - 7
Ikterus hebat yang tidak atau terlambat diobati
Kejang Opistotonus
Hasil tes Coombs positif
Ensefalopati bilirubin (Kern- ikterus) (obati kejang dan tangani Ensefalopati bilirubin)
MANAJEMEN UMUMMedikamentosa• Fenobarbital 20 mg/kg berat badan intra vena
dalam waktu 5 menit, jika kejang tidak berhenti dapat diulang dengan dosis 10 mg/kg berat badan sebanyak 2 kali dengan selang waktu 30 menit. Jika tidak tersedia jalur intravena dan atau tidak tersedia sediaan obat intravena, maka dapat diberikan intramuskuler
• Bila kejang berlanjut diberikan fenitoin 20 mg/kg berat badan intravena dalam larutan garam fisiologis dengan kecepatan 1mg/kgberat badan / menit.
MANAJEMEN UMUMPengobatan rumatan• Fenobarbital 3-5 mg/ kg BB /hari, dosis
tunggal atau terbagi tiap 12 jam secara intravena atau per oral. Sampai bebas kejang 7 hari.
• Fenitoin 4-8 mg/kg/ hari intravena atau per oral. dosis terbagi dua atau tiga
Pada kecurigaan infeksi (meningitis) • Pemeriksaan darah ditemukan adanya lekositosis (lebih
25,000/ mm3) atau lekopeni (kurang 5,000/mm3 dan trombositopenia (< 150,000/mm3)
Gangguan metabolik• Hipoglikemi (glukosa darah < 45 mg/gl),
Diduga/ ada riwayat jejas pada kepala• Pemeriksaan berkala hemoglobin dan hematokrit untuk
memantau perdarahan intraventrikuler serta didapat perdarahan pada cairan serebrospinal.
• Pemeriksaan kadar bilirubin total/ direk dan indirek meningkat, pemeriksaan kadar bilirubin bebas (bila tersedia)
Antibiotik awal diberikan Ampisilin dan Gentamisin, bila organisme tidak dapat ditemukan dan bayi tetap menunjukkan tanda infeksi sesudah 48 jam, ganti Ampisilin dan beri Sefotaksim disamping tetap beri Gentamisin. Antibiotika diberikan sampai 14 hari setelah ada perbaikan (dosis lihat tabel).
Antibiotik
Cara Pemberia
n
Dosis dlm mg
Hari 1-7 Hari 8+
Ampisilin IV 100 mg/kg setiap 12 jam
100 mg/kg setiap 8jam
Sefotaksim
IV 50 mg/kg setiap 12 jam
50 mg/kg setiap 6 jam
Gentamisin
IV, IM < 2 kg
4 mg/kg sekali sehari
3.5 mg/kg sekali sehari
2 kg
5 mg/kg sekali sehari
3.5 mg/kg sekali sehari
Gangguan metabolik
• Diagnosis karena gangguan metabolisme sangat sulit ditegakkan karena keterbatasan fasilitas dan kemampuan pemeriksaan penunjang di Puskesmas. Tidak ada gejala klinis yang khas untuk beberapa kejang metabolik, mis. hiponatremia, hipernatremia dan hipomagnesimia.
• Bila tersedia fasilitas pemeriksaan kadar glukosa darah, lakukan manajemen hipoglikemia (Lihat manajemen Hipoglikemia)
Gangguan metabolik
• Dugaan diagnosis kejang disebabkan oleh hipokalsemia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan klinis berupa karpopedal spasme dan riwayat hipoksia atau asfiksia. Untuk kasus ini diberikan:– Kalsium glukonas 10%, 1-2 ml/kg berat badan
dengan aquadest sama banyak secara intravena dalam 5 menit. Dapat diulang setelah 10 menit jika tidak ada respon klinis.
Spasme/ tetanus• Berikan Diazepam 10mg/kg BB/ hari dengan
drip selama 24 jam atau bolus IV tiap 3 jam, maksimum 40 mg/ kg/hari
• Bila frekuensi napas kurang 30 kali per menit, hentikan pemberian obat meskipun bayi masih mengalami spasme.
• Bila tali pusat merah dan membengkak, mengeluarkan pus atau berbau busuk obati untuk infeksi tali pusat.
Spasme/ tetanus• Beri bayi:
– Human Tetanus Immunoglobin 500 IU IM, bila tersedia, atau beri sepadanannya, antitoksin tetanus 5,000 IU IM
– Toksoid Tetanus IM pada tempat yg berbeda dg tempat pemberian antitoksin
– Benzyl Penicillin G 100,000 IU/kg BB IV atau IM dua kali sehari selama tujuh hari
• Anjurkan ibunya untuk mendapat Toksoid Tetanus 0.5 ml (untuk melindunginya dan bayi yg dikandung berikutnya) dan kembali bulan depan untuk pemberian dosis ke dua.
• Pada kasus perdarah subdural, trauma SSP dan hidrosefalus diperlukan tindakan bedah, dapat dirujuk.
TERAPI SUPORTIF• Menjaga patensi jalan napas dan pemberian
oksigen untuk mencegah hipoksia otak yang berlanjut.
• Pasang jalur IV dan beri cairan IV dengan dosis rumat serta tunjangan nutrisi adekuat
• Mengurangi rangsang suara, cahaya maupun tindakan invasif untuk menghindari bangkitan kejang pada penderita tetanus, pasang pipa nasogastrik dan beri ASI peras diantara spasme. Mulai dengan jumlah setengah kebutuhan per hari dan pelan-pelan dinaikkan jumlah ASI yang diberikan sehingga tercapai jumlah yang diperlukan
RUJUKAN & TRANSPORTASI NEONATAL
PRINSIP DASAR• Keadaan paling ideal untuk merujuk adalah
Rujukan Antepartum (rujukan pada saat janin masih ada dalam kandungan ibu). – Tidak semua keadaan dapat terdiagnosis secara dini,
sehingga rujukan dini dapat dilakukan. – Bila terjadi kedaruratan pada ibu maupun janin dan
kehamilan harus segera di terminasi serta memerlukan rujukan ke fasilitas yang lebih lengkap, maka akan timbul masalah baik pada ibu maupun bayi
• Perubahan keadaan dan penyakit pada bayi baru lahir demikian cepatnya, untuk itu dibutuhkan tata laksana segera dan adekuat pada fasilitas yang lebih lengkap dan terdekat (sistem regionalisasi Rujukan Perinatal).
PRINSIP DASAR• Apabila bayi dirujuk ke fasilitas yang lebih
lengkap, yakinkan bahwa bayi akan mendapatkan keuntungan atau nilai positip dibanding bila hanya tetap dirawat di tempat asalnya.
• Harus diperhatikan bahwa saat merujuk, bayi harus dalam keadaan stabil atau minimal tanda bahaya sudah dikelola lebih dulu
• Perlu melibatkan orang tua atau keluarga dalam mengambil keputusan untuk merujuk dan jelaskan kenapa bayi harus dirujuk
Keadaan yang memerlukan rujukan ke fasilitas yang lebih lengkap:
• Gangguan napas sedang dan berat, apapun penyebabnya
• Asfiksia yang tidak memberi respons pada tindakan resusitasi, sebaiknya dalam 10 menit pertama
• Kasus bedah neonatus • BBLR < 1,750 g• BBLR 1,750-2,000 g dengan kejang, gangguan
napas, gangguan pemberian minum• Bayi hipotermi berat
Keadaan yang memerlukan rujukan ke fasilitas yang lebih lengkap:
• Ikterus yang tidak memberikan respons dengan fototerapi
• Kemungkinan penyakit jantung bawaan • Bayi ibu diabetes mellitus dengan hipoglikemia
simtomatik• Kejang yang tidak teratasi • Tersangka infeksi (sepsis, meningitis) berat /
dengan komplikasi• Penyakit hemolisis • Tersangka renjatan yang tidak memberi respons
baik • Hipoglikemia yang tidak dapat teratasi
SISTEM RUJUKAN & TRANSPORTASI
• Perhatikan regionalisasi Rujukan Perinatal dalam menentukan tujuan rujukan, sehingga dapat merujuk dengan cepat, aman dan benar
• Puskesmas merupakan penyaring kasus risiko yang perlu dirujuk sesuai dengan besaran risiko, jarak dan faktor lainnya
• Memberi informasi kesehatan dan prognosis bayinya dan melibatkan orangtua atau keluarga dalam mengambil keputusan untuk merujuk
SISTEM RUJUKAN & TRANSPORTASI
• Melengkapi syarat- syarat rujukan (persetujuan tindakan, surat rujukan, catatan medis). – Untuk kasus tertentu kadang diperlukan sampel
darah ibu.
• Merujuk bayi dalam keadaan stabil, menjaga kehangatan bayi dan ruangan dalam kendaraan yang digunakan untuk merujuk, dan menjaga jalan napas tetap bersih dan terbuka selama transportasi. Bila memungkinkan bayi tetap diberi ASI.
• Harus disertai dengan tenaga yang terampil melakukan Resusitasi
Data dasar yang harus diinformasikan:
• Identitas bayi dan tanggal lahir• Identitas orang tua• Riwayat kehamilan, persalinan dan prosesnya, tindakan
resusitasi yang dilakukan.• Obat yang dikonsumsi oleh ibu• Nilai Apgar (tidak selalu harus diinformasikan, bila tidak
tersedia waktu karena melakukan tindakan resusitasi aktif)
• Masa Gestasi dan berat lahir. • Tanda vital (suhu, frekuensi jantung, pernapasan, warna
kulit dan aktif/tidak nya bayi)• Tindakan/prosedur klinik dan terapi lain yang sudah
diberikan• Bila tersedia data pemeriksaan penunjang yang ada
(glukosa, elektrolit, dan lain-lain)
Syarat untuk melakukan transportasi
• Bayi dalam keadaan stabil • Bayi harus dalam keadaan hangat • Kendaraan pengangkut juga harus
dalam keadaan hangat • Didampingi oleh tenaga kesehatan
yang terampil melakukan tindakan resusitasi, minimal ventilasi
• Tersedia peralatan dan obat yang dibutuhkan
Bayi dalam keadaan stabil, bila:
• Jalan napas bebas dan ventilasi adekuat.
• Kulit dan bibir kemerahan • Frekuensi jantung 120-160 kali/menit • Suhu aksiler 36.5-37 °C (97.7-98.6 °F) • Masalah metabolik terkoreksi • Masalah spesifik penderita sudah
dilakukan manajemen awal