Gas alam Pertamina SPG Merbau

download Gas alam Pertamina SPG Merbau

of 15

Transcript of Gas alam Pertamina SPG Merbau

  • 8/15/2019 Gas alam Pertamina SPG Merbau

    1/15

    6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Tinjauan pustaka penunjang penelitian ini meliputi beberapa penjelasan

    mengenai proses pemurnian pada gas, proses dehidrasi gas yang terdapat di SPG

    Merbau, larutan Triethylene Glycol (TEG), dan pemodelan.

    2.1 Proses Pemurnian Gas

    Pemurnian gas dilakukan untuk menghilangkan pengotor yang tidak

    diinginkan didalam gas bumi sebelum dikirimkan ke konsumen. Tujuan dari

    pemurnian gas tersebut adalah untuk meningkatkan kualitas dari gas bumi dan

    menurunkan bahaya pada sistem proses & perpipaan. Komposisi dari gas bumi

    merupakan faktor yang mempengaruhi proses pemurnian gas yang akan

    dilakukan. Pada umumnya, proses pemurnian gas yang dilakukan adalah gas

    sweetening (CO2 removal) dan gas dehydration.

    2.1.1  Gas Sweetening (CO2 Removal)

    Gas sweetening bertujuan untuk menurunkan kadar CO2 dan H2S dalam raw

    gas  yang dapat mengganggu pada proses selanjutnya. CO2 dapat membeku pada

    suhu rendah sehingga dapat menyumbat peralatan dan perpipaan. Selain itu, CO2 

    tidak memiliki nilai bakar sehingga menurunkan nilai bakar (heating value) dari

    gas bumi. H2S merupakan gas beracun yang sangat korosif sehingga dapat

    menyebabkan korosi pada peralatan proses dan sistem perpipaan (Muhammad

    Fauzi, 2009).

    Proses ini terdiri dari proses absorpsi yang terjadi pada menara kontaktor

    (CO2  Absorber) dan proses distilasi pada regenerator untuk proses regenerasi

    larutan absorben. Beberapa absorben yang biasa digunakan diantaranya adalah :

     

      larutan K2CO3; 

     

      larutan Monoetanolamine (MEA);

     

     

    larutan Diethanolamine (DEA);

  • 8/15/2019 Gas alam Pertamina SPG Merbau

    2/15

    Bab II Tinjauan Pustaka 7 

    Studi Optimasi Dehidration Gas Unit (DHU) Plant

    di Stasiun Pengumpul Gas Merbau PT Pertamina EPRegion Sumatera Field Prabumulih

     

      larutan Triethanolamine  (TEA);

     

     

    larutan Methyldiethanolamine (MDEA); 

      larutan Diisopropylamine (DIPA); dan

     

      larutan Aminoethoxyethanol (DGA®).

    2.1.2  Gas Dehydration

    Dehidrasi pada gas dilakukan untuk menghilangkan kandungan air pada gas,

    sehingga dapat mengurangi masalah yang berkaitan dengan kandungan air dalam

    gas, mengurangi penginjeksan inhibitor ke dalam proses produksi gas bumi dan

    untuk meningkatkan kemurnian dari gas bumi yang diproduksi. Kandungan air

    dalam gas dapat menyebabkan korosi, ice formation, dan terbentuknya gas

    hydrates pada peralatan proses dan perpipaan (Dan Laudal Christensen, 2009).

    2.1.2.1 Korosi

    Air yang terdapat pada gas dapat menjadi faktor terbentuknya korosi. Korosi

    dapat terjadi pada perpipaan dan peralatan yang dilewati oleh gas. Korosi

    menyebabkan kerusakan pada perpipaan dan peralatan serta mengurangi umur

    pakai peralatan. Hal ini akan berdampak pada besarnya biaya investasi peralatan

    dan meningkatnya biaya produksi.

    2.1.2.2 Pembentukan Es

    Air di dalam gas bumi akan menjadi padat (membeku) dan akan menghambat

    pada proses pendinginan gas bumi selanjutnya. Es yang terbentuk akan

    menyumbat perpipaan dan menjadi masalah pada peralatan proses dan katup (Dan

    Laudal Christensen, 2009).

    2.1.2.3 Pembentukan Gas Hidrat

    Gas hidrat adalah kristal gas bumi dan air yang dapat terbentuk diatas

    temperatur terbentuknya es (Dan Laudal Christensen, 2009). Gas hidrat terbentuk

    dari air yang mengikat gas misalnya  methane. Struktur gas hidrat merupakan

  • 8/15/2019 Gas alam Pertamina SPG Merbau

    3/15

    Bab II Tinjauan Pustaka 8 

    Studi Optimasi Dehidration Gas Unit (DHU) Plant

    di Stasiun Pengumpul Gas Merbau PT Pertamina EPRegion Sumatera Field Prabumulih

    caged structure dimana caged terbentuk dari air dan gas akan terikat didalamnya.

    Berikut ini merupakan gambar yang menunjukkan gas hidrat :

    Gambar 2.1 Gas Hidrat

    Sumber : Dan Laudal Christensen, 2009.

    Pembentukan gas hidrat ini akan menyumbat perpiapan dan akan mengurangi

    produksi gas bumi yang dihasilkan.

    Beberapa cara dapat dilakukan untuk menghilangkan air pada gas bumi

    seperti proses adsorpsi, proses absorpsi, membrane processes, dan refrigeration

    (Dan Laudal Christensen, 2009).

    A.  Adsorpsi

    Adsorpsi ialah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan

    maupun gas) terikat pada padatan dan akhirnya membentuk suatu

    lapisan tipis pada permukaan tersebut (Robert, 1981). Proses ini

    menghasilkan akumulasi konsentrasi zat tertentu di permukaan media

    setelah terjadi kontak antarmuka atau bidang batas (paras, interface)

    cairan dengan cairan, cairan dengan gas atau cairan dengan padatan

    dalam waktu tertentu.

    Atas dasar fenomena kejadiannya, adsorpsi juga dibedakan

    menjadi tiga macam. Yang pertama disebut chemisorption, terjadi

    karena ikatan kimia (chemical bonding) antara molekul zat terlarut

    (solute) dengan molekul adsorban. Adsorpsi ini bersifat sangat

  • 8/15/2019 Gas alam Pertamina SPG Merbau

    4/15

  • 8/15/2019 Gas alam Pertamina SPG Merbau

    5/15

    Bab II Tinjauan Pustaka 10 

    Studi Optimasi Dehidration Gas Unit (DHU) Plant

    di Stasiun Pengumpul Gas Merbau PT Pertamina EPRegion Sumatera Field Prabumulih

    Proses absorpsi terdiri dari dua tahap yaitu proses absorpsi dan

    proses regenerasi larutan absorben. Proses absorpsi dilakukan di

    menara kontaktor. Jenis dari menara yang digunakan dapat berupa

    packing, tray, atau kombinasi keduanya. Gas umpan akan masuk dari

    bagian bawah menara, sedangkan larutan absorben akan masuk

    melalui bagian atas menara (counter current).

    Proses regenerasi dilakukan untuk menghilangkan kandungan air

    dari larutan absorben dengan prinsip distilasi. Distilasi atau

    penyulingan adalah suatu metode pemisahan campuran berdasarkan

    perbedaan kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam

    penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini

    kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang

    memiliki titik didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu

    (McCabe, 1993). Jenis distilasi yang dilakukan untuk proses regenerasi

    adalah distilasi fraksionasi. Fungsi distilasi fraksionasi adalah

    memisahkan komponen-komponen cair, dua atau lebih, dari suatu

    larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya (Syukri, 1999).

    C.  Membrane Processes

    Membran adalah lapis tipis, mempunyai stuktur planar dan

    merupakan material yang memisahkan dua lingkungan. Karena

    membran terletak diantara dua lingkungan atau dua fasa dan

    mempunyai volume yang terbatas, maka membran lebih layak disebut

    sebagai interphase daripada interface. Membran secara selektif

    mengontrol transport massa antara dua fasa atau lingkungan (material-

    sciences.blogspot.com, 15 Mei 2012).

    Dalam proses membran, gas dilewatkan ke dalam membran yang

    dapat memisahkan air. Membran dapat membentuk suatu polymeric

    interphases yang secara selektif hanya mengijinkan spesies kimia

    tertentu untuk melewatinya.

    http://material-sciences.blogspot.com/http://material-sciences.blogspot.com/http://material-sciences.blogspot.com/http://material-sciences.blogspot.com/

  • 8/15/2019 Gas alam Pertamina SPG Merbau

    6/15

    Bab II Tinjauan Pustaka 11 

    Studi Optimasi Dehidration Gas Unit (DHU) Plant

    di Stasiun Pengumpul Gas Merbau PT Pertamina EPRegion Sumatera Field Prabumulih

    D.  Refrigeration  

    Sistem pendinginan menggunakan proses refrigeration ini

    berdasarkan pada prinsip pertukaran panas antara fluida yang

    didinginkan (gas bumi) dengan pendingin luar (refrigerant) melalui

    suatu siklus refrigerasi. Efek pendinginan dapat dicapai melalui siklus

    sebagai berikut; ekspansi, evaporasi, kompresi, dan kondensasi. Proses

    pertukaran panas dengan gas alam terjadi pada tahap evaporasi dimana

    sebagian panas dari gas alam diserap oleh pendingin (refrigerant)

    (Inayah Fatwa Kurnia Dewi, 2009).Dehidrasi gas dengan metode pendinginan (refrigeration) 

    merupakan metode dehidrasi dengan biaya yang cukup rendah. Air

    akan mengembun jika didinginkan, air ini kemudian dipisahkan dalam

    separator. Metode ini paling efisien dilakukan pada tekanan tinggi.

    Jumlah air yang dihilangkan pada proses ini kurang efisien.  

    Dua metode yang paling banyak digunakan adalah proses adsorpsi dan proses

    absorpsi. Dari kedua proses tersebut, proses yang lebih banyak digunakan di

    industri adalah proses absorpsi karena lebih ekonomis dibanding proses adsorpsi.

    Proses absorpsi dilakukan dengan melarutkan bahan kimia pada wet gas  yang

    mempunyai kelarutan besar pada air. Pertimbangan diterapkannya proses absorpsi

    adalah sebagai berikut :

    1)  Biaya investasi alat proses absorpsi lebih murah dibandingkan dengan

    proses adsorpsi. Hal ini dikarenakan kandungan air pada gas bumi

    cukup banyak sehingga dibutuhkan adsorben yang cukup besar.

    Sehingga diperlukan peralatan yang besar dan ruang operasi yang luas.

    Sedangkan, proses absorpsi menggunakan pelarut yang tidak

    membutuhkan tempat yang terlalu besar, sehingga biaya investasi alat

    dapat ditekan.

    2)  Adsorben lebih mahal dibandingkan pelarut yang digunakan pada

    proses absorpsi (umumnya glikol).

  • 8/15/2019 Gas alam Pertamina SPG Merbau

    7/15

    Bab II Tinjauan Pustaka 12 

    Studi Optimasi Dehidration Gas Unit (DHU) Plant

    di Stasiun Pengumpul Gas Merbau PT Pertamina EPRegion Sumatera Field Prabumulih

    3)  Membutuhkan lebih banyak energi untuk regenerasi adsorben

    dibanding glikol. Selain itu, regenerasi adsorben membutuhkan lebih

    banyak biaya dibanding regenerasi glikol. Glikol dapat diganti secara

    kontinyu sementara penggantian adsorben memerlukan penghentian

    proses.

    4)  Proses absorpsi merupakan proses kontinyu yang umumnya lebih

    disukai dibandingkan proses batch.

    Pada proses dehydration gas  dengan menggunakan metode absorpsi

    dilengkapi dengan proses flashing.  Terdapat dua bagian utama pada  proses

    flashing ini yaitu flash valve dan flash separator. Flash valve terletak setelah

    contactor  yang berfungsi untuk menurunkan tekanan rich glycol  sebelum

    memasuki regenerator. Flash separator terletak setelah flash valve yang berfungsi

    untuk merilis sebagian hidrokarbon dan air yang terserap oleh glikol sehingga

    hidrokarbon dapat digunakan sebagai gas proses di plant. Jika tidak tedapat proses

    flashing maka hidrokarbon dan air seluruhnya akan dilepaskan di proses

    regenerasi dan dibuang ke atmosfer, sehingga dapat meningkatkan emisi udara

    (Dan Laudal Christensen, 2009).

    2.2 Proses Dehydration Gas di SPG Merbau

    Proses dehydration gas  di SPG Merbau dilakukan dengan prinsip absorpsi.

    Larutan absorben yang digunakan adalah larutan Triethylen Glycol  (TEG). Gas

    umpan yang masuk ke proses ini merupakan gas yang berasal dari CO2 Removal

    Unit  dimana kandungan CO2  pada gas telah diturunkan menjadi 5 % mol.

    Komposisi gas umpan pada proses dehydration unit adalah sebagai berikut :

    Tabel 2.2 Komposisi Gas Umpan

    Komposisi

    Glycol % - mol 0,0000

    H2O % - mol 0,2341

    Nitrogen % - mol 2,2913

    Oxygen % - mol 0,0000

  • 8/15/2019 Gas alam Pertamina SPG Merbau

    8/15

    Bab II Tinjauan Pustaka 13 

    Studi Optimasi Dehidration Gas Unit (DHU) Plant

    di Stasiun Pengumpul Gas Merbau PT Pertamina EPRegion Sumatera Field Prabumulih

    H2S % - mol 0,0000

    CO2  % - mol 4,9883Methane % - mol 84,9961

    Ethane % - mol 3,9670

    Propane % - mol 1,9033

    i-Butane % - mol 0,3650

    n-Butane % - mol 0,5850

    i-Pentane % - mol 0,2326

    n-Pentane % - mol 0,1979n-Hexane % - mol 0,1591

    n-Heptane % - mol 0,0802

    n-Octane % - mol 0,0798Sumber : Techical Data Book Volume IV Operating Manual Book 1 of 2

    Berikut ini skema proses dehidrasi gas yang terdapat di SPG Merbau :

    Gambar 2.2 Skema Proses Penghilangan H2O dalam Gas

    Sumber : Techical Data Book Volume IV Operating Manual Book 1 of 2

  • 8/15/2019 Gas alam Pertamina SPG Merbau

    9/15

    Bab II Tinjauan Pustaka 14 

    Studi Optimasi Dehidration Gas Unit (DHU) Plant

    di Stasiun Pengumpul Gas Merbau PT Pertamina EPRegion Sumatera Field Prabumulih

    1)  Proses penyerapan air

    Proses penyerapan air dilakukan di menara kontaktor (Glycol

    Contactor). Gas dialirkan menuju bagian bawah dari menara kontaktor

    pada tekanan 644 psig dengan suhu 110oF dan larutan TEG dari bagian

    atas menara (counter current) pada tekanan 650 psi dengan suhu 122 oF.

    Perbedaan suhu antara gas yang masuk dengan larutan TEG yang masuk

    harus dijaga antara 5-20oF  (Dan Laudal Christensen, 2009). Hal ini

    ditujukan untuk menghindari terkondensasinya hidrokarbon pada gas.

    Suhu operasi yang rendah dimaksudkan agar sebagian air yang

    terkandung dalam gas dapat berubah fasa menjadi fasa cair sehingga

    memudahkan proses absorpsi.

    Pada alat ini terdapat Packing Ring  yang bertujuan untuk

    memperluas kontak antara TEG dan wet gas. Pada bagian atas kontaktor

    terdapat Mist Extractor  yang berfungsi untuk menangkap TEG yang

    terbawa pada aliran dry gas. Bagian bawah menara (bottom side Glycol

    Contactor) berfungsi juga sebagai Scrubber dimana bagian atasnya

    tedapat Demister  yang berfungsi untuk menangkap hidrokarbon cair

    yang mungkin terbawa aliran dan pelepasan sebagian kandungan air

    yang terkandung dalam inlet gas. Pada bagian bawah Glycol Contactor  

    terjadi pemisahan fasa antara fasa hidrokarbon cair dengan air. Dibagian

    ini hidrokarbon  cair dikirim ke Close Drain Drum  dan air dikirim ke

    Open Drain System. Kedua buangan liquid tersebut diatur dengan Level

    Control Valve (LCV) yang terdapat pada Glycol Contactor.

    Aliran gas yang keluar telah memiliki kandungan air kurang dari 7 lb

     /MMSCF dan biasa disebut dengan dry gas. Aliran dry gas yang keluar

    dari aliran upstream masuk ke Heat Exchanger (HE). Pada aliran Heat

    Exchanger ini terdapat pemanfaatan panas yang berasal dari lean TEG

    (TEG yang tidak mengandung air). Gas hasil proses dikontakan dengan

    lean  TEG di Heat Exchanger secara counter current. Selain itu,

    pertukaran panas dilakukan untuk mendinginkan larutan lean  TEG

    sebelum masuk ke menara kontaktor. Gas mengalami pemanasan dari

  • 8/15/2019 Gas alam Pertamina SPG Merbau

    10/15

    Bab II Tinjauan Pustaka 15 

    Studi Optimasi Dehidration Gas Unit (DHU) Plant

    di Stasiun Pengumpul Gas Merbau PT Pertamina EPRegion Sumatera Field Prabumulih

    114 oF hingga 116 oF dan lean TEG yang masuk ke menara mengalami

    pendinginan hingga 122oF. Heat Exchanger yang digunakan adalah jenis

    Strike Shell and Tube. Aliran dry gas  masuk di bagian Tube  dan lean

    TEG masuk di bagian shell.

    2)  Regenerasi TEG

    Rich  TEG (TEG yang mengandung banyak air) dialirkan menuju

    proses Glycol Regeneration. Proses ini terdiri dari Glycol Reboiler,

    Glycol Still Column, Glycol Reflux Condenser , dan Stripping Column.

    Rich  TEG dialirkan menuju Glycol Reflux Condenser  untuk

    mendapatkan pemanfaatan panas dari proses kondensasi uap air hasil

    proses regenerasi. Dari proses ini rich TEG mengalami peningkatan

    suhu dari 120 oF menjadi 132 oF.

    Setelah itu rich  TEG dipanaskan pada dua Heat Exchanger (HE).

    Media pemanasnya merupakan lean  TEG yang berasal dari Stripping

    Column. Rich  TEG melewati HE pertama dengan suhu masuk 132oF

    dan suhu keluar 150 oF. Pemanas pada HE 1 berfungsi untuk

    mengefektifkan proses pelepasan hidrokarbon dan air di Glycol Flash

    Drum. Pada Glycol Flash Drum terjadi pelepasan hidrokarbon yang

    terbawa pada aliran TEG (loss methane) dan sebagian air pada  rich 

    TEG. Alat ini merupakan separator tiga fasa yang berfungsi memisahkan

    cairan, hidrokarbon, dan gas. Hidrokarbon liquid dihasilkan dari proses

    kondensasi gas yang terbawa aliran TEG. Fasa gas yang dipisahkan

    merupakan gas yang ikut terbawa dalam aliran TEG dan sebagian air

    yang teruapkan.

    Setelah melewati Glycol Flash Drum aliran rich TEG dialirkan ke

    Glycol Solid Filter  dan Charcoal Filter  untuk menghilangkan partikel

    padatan pada aliran rich TEG.

    Setelah melewati proses penyaringan, rich TEG dipanaskan kembali

    di HE 2 dengan media pemanas yang sama. Pada HE 2 ini suhu gas

    ditingkatkan dari 150 oF menjadi 322 oF. Kedua HE yang digunakan

  • 8/15/2019 Gas alam Pertamina SPG Merbau

    11/15

    Bab II Tinjauan Pustaka 16 

    Studi Optimasi Dehidration Gas Unit (DHU) Plant

    di Stasiun Pengumpul Gas Merbau PT Pertamina EPRegion Sumatera Field Prabumulih

    berbentuk U Tube Double Pipe Heat Exchanger. Setelah melewati HE 2

    rich TEG masuk ke Glycol Still Column dan masuk ke Glycol Reboiler. 

    Pada Glycol Reboiler terjadi pemanasan larutan TEG sehingga air

    yang terkandung dalam rich  TEG teruapkan. Jenis Reboiler  yang

    digunakan adalah Fire Tube Reboiler. Reboiler bekerja pada tekanan 3,1

    psig dan suhu 400oF. Pemanasan dilakukan dengan bahan bakar gas. Air

    yang terkandung dalam TEG akan berubah fasa menjadi uap yang

    dikarenakan adanya pemanasan pada Reboiler. Uap ini akan mengalir ke

    Glycol Still Column dan mengalami kontak dengan rich TEG. Pada

    tahap ini terjadi proses penguapan air yang dibantu oleh Packing  yang

    terdapat pada Glycol Still Column.

    Uap air akan menuju Glycol Reflux Condenser untuk merubah fasa

    uap air menjadi fasa cair. Media pendingin yang digunakan adalah rich

    TEG yang keluar dari menara kontaktor. Rich TEG yang berasal dari

    reboiler mengalir ke Stripping Column untuk membantu penguapan air

    menggunakan fuel  gas. Hasil dari proses regenerasi merupakan lean

    TEG yang telah memiliki kandungan air sekecil mungkin. Lean TEG

    kemudian melewati dua Heat Exchanger sebagai media pemanasan

    untuk rich TEG. 

    Setelah melewati Heat Exchanger lean TEG masuk ke Glycol

    Accumulator dan dipompakan oleh Glycol Circulation Pump  menuju

    menara kontaktor. Tekanan lean TEG dinaikan oleh Glycol Circulation

    Pump dari 230 psi menjadi 653 psi.

    Sebelum masuk ke menara kontaktor lean TEG didinginkan dari

    175,13 oF menjadi 122 oF di Heat Exchanger dengan dikontakkan

    dengan dry gas. Make up TEG dimasukan ke Glycol Sump Drum untuk

    kemudian dialirkan ke Glycol Day Tank . Jika volume TEG pada proses

    berkurang penambahan TEG berasal dari Glycol Day Tank ke Glycol

    Reboiler.

  • 8/15/2019 Gas alam Pertamina SPG Merbau

    12/15

  • 8/15/2019 Gas alam Pertamina SPG Merbau

    13/15

    Bab II Tinjauan Pustaka 18 

    Studi Optimasi Dehidration Gas Unit (DHU) Plant

    di Stasiun Pengumpul Gas Merbau PT Pertamina EPRegion Sumatera Field Prabumulih

     

    Triethylene Glycol  (TEG) banyak digunakan sebagai larutan absorben pada

    proses dehidrasi hal ini dikarenakan :

     

      Biaya operasi dan investasi peralatan rendah

     

      Stabilitas termal tinggi

     

      Efisien jika diregenerasi pada temperatur reboiler yang tinggi

     

      Losses vaporization rendah

     

      Kelarutan yang tinggi pada air

     

      Biaya yang murah

     

     

    Tidak bersifat corrosive 

     

      Kelarutan yang rendah pada hidrokarbon dan acid gases 

     

      Viskositas rendah

     

      Kecenderungan terbentuknya foaming rendah

    Laju umpan larutan TEG pada proses dehidrasi gas dianjurkan antara 0.017

    sampai 0.042 m3 lean TEG per kg air pada feed gas. Adanya rentang laju umpan

    TEG bertujuan untuk meminimalisasi terbawanya gas ke aliran TEG dan

    terbawanya larutan TEG ke aliran gas (Dan Laudal Christensen, 2009).

    2.4 Pemodelan

    Model didefinisikan sebagai suatu deskripsi logis tentang bagaimana

    sistem bekerja atau komponen-komponen berinteraksi. Dengan membuat model

    dari suatu sistem maka diharapkan dapat lebih mudah untuk melakukan

    analisis. Hal ini merupakan prinsip pemodelan, yaitu bahwa pemodelan bertujuan

    untuk mempermudah analisis dan pengembangannya.

    Melakukan pemodelan adalah suatu cara untuk mempelajari sistem dan

    model itu sendiri dan juga bermacam-macam perbedaan perilakunya.

    2.4.1  Validasi

    Penjelasan mengenai validasi (Harrell, 2003), yaitu sebagai berikut model

    simulasi yang dibangun harus kredibel. Representasi kredibel sistem nyata oleh

  • 8/15/2019 Gas alam Pertamina SPG Merbau

    14/15

    Bab II Tinjauan Pustaka 19 

    Studi Optimasi Dehidration Gas Unit (DHU) Plant

    di Stasiun Pengumpul Gas Merbau PT Pertamina EPRegion Sumatera Field Prabumulih

    model simulasi ditunjukkan oleh validasi model. Validasi adalah proses penentuan

    apakah model sebagai konseptualisasi atau abstraksi merupakan representasi

    berarti dan akurat dari sistem nyata.

    Validasi model adalah usaha menyimpulkan apakah model sistem tersebut

    merupakan perwakilan yang sah dari realitas yang dikaji yang dapat menghasilkan

    kesimpulan yang meyakinkan. Validasi adalah suatu proses iteratif yang berupa

    pengujian berturut-turut sebagai proses penyempurnaan model komputer.

    Umumnya validasi dimulai dengan uji sederhana seperti (1) tanda aljabar, (2)

    tingkat kepangkatan dari besaran, (3) format respons (linear, eksponensial,

    logaritmik, dan sebagainya, (4) arah perubahan peubah apabila input atau

    parameter diganti-ganti, dan (5) nilai batas peubah sesuai dengan nilai batas

    parameter sistem.

    2.4.2  Simulasi (Analisis Sensitivitas)

    Simulasi merupakan suatu teknik meniru operasi-operasi atau proses-

    proses yang terjadi dalam suatu sistem dengan bantuan perangkat komputer dan

    dilandasi oleh beberapa asumsi tertentu sehingga sistem tersebut bisa

    dipelajari secara ilmiah (Law and Kelton, 1991).

    Dalam simulasi digunakan komputer untuk mempelajari sistem secara

    numerik, dimana dilakukan pengumpulan data untuk melakukan estimasi

    statistik untuk mendapatkan karakteristik asli dari sistem.

    Simulasi merupakan alat yang tepat untuk digunakan terutama jika

    diharuskan untuk melakukan eksperimen dalam rangka mencari komentar

    terbaik dari komponen-komponen sistem. Hal ini dikarenakan sangat mahal dan

    memerlukan waktu yang lama jika eksperimen dicoba secara riil. Dengan

    melakukan studi simulasi maka dalam waktu singkat dapat ditentukan

    keputusan yang tepat serta dengan biaya yang tidak terlalu besar karena

    semuanya cukup dilakukan dengan komputer.

    Pendekatan simulasi diawali dengan pembangunan model sistem nyata.

    Model tersebut harus dapat menunjukkan bagaimana berbagai komponen dalam

    sistem saling berinteraksi sehingga benar-benar menggambarkan perilaku sistem.

  • 8/15/2019 Gas alam Pertamina SPG Merbau

    15/15

    Bab II Tinjauan Pustaka 20 

    Studi Optimasi Dehidration Gas Unit (DHU) Plant

    di Stasiun Pengumpul Gas Merbau PT Pertamina EPRegion Sumatera Field Prabumulih

    Setelah model dibuat maka model tersebut ditransformasikan ke dalam program

    komputer sehingga memungkinkan untuk disimulasikan.