Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Kepatuhan Pasien...
Transcript of Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Kepatuhan Pasien...
Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Kepatuhan
Pasien dalam Terapi Pengobatan Tuberkulosis (TB) Paru di
Puskesmas Guntung Payung
*Riskawati Datu Lembang, Dita Ayulia Dwi Sandi, Karunita Ika Astuti
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru
Jl. Kelapa Sawit 8 Bumi Berkat Telp. (0511)4783717 Kel. Sei Besar Kec. Banjarbaru Selatan
Kode Pos 70714
ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. TB merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama di
dunia (Nurhayati, 2011). Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya) (Notoatmodjo, 2010). Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju
kepada intruksi atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan.
Baik itu intruksi atau petunjuk untuk melakukan diet, latihan, pengobatan atau menepati janji
pertemuan dengan dokter (Stanley, 2007).Tujuan penelitian ialah menggambarkan tingkat
pengetahuan dan tingkat kepatuhan pasien dalam terapi pengobatan TB Paru di Puskesmas
Guntung Payung. Jenis penelitian yang digunakan adalah non eksperimental dan rancangan
yang digunakan adalah rancangan penelitian observasional yaitu penelitian yang dilakukan
dengan tujuan untuk memperoleh gambaran. Hasil penelitian menyatakan jumlah seluruh
responden di PuskesmasGun tung Payung adalah sebanyak 46 responden. Tingkat
Pengetahuan kategori baik ialah sebanyak 41% (19 responden) , cukup 24% (11 responden),
dan kategori kurang 35% (16 responden).Tingkat Kepatuhan kategori patuh ialah sejumlah
54,3% (25 responden)dan kategori tidak patuh sebanyak 45,6% (21 responden). Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan pasien
TB dapat dinyatakan mayoritas patuh dan Tingkat kepatuhan di Puskesmas Guntung Payung
dapat dinyatakan mayoritas patuh.
Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, tingkat Kepatuhan, Tuberkulosis (TB) paru.
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis. Perkembangan kasus TB di Indonesia terus meningkat, pada tahun 2006
terdapat 231.645 kasus, dan meningkat pada tahun 2007 sebanyak 232.358 kasus dan pada
tahun 2008 sebanyak 228.485 kasus (Depkes RI, 2009). Menurut data dari dinas kesehatan
kota banjarbaru tahun 2015 terdapat kasus TB Paru mencapai 2593 jiwa. Laporan tahunan
Dinas Kesehatan penderita TBC tahun 2015, kasus terbanyak terdapat di Puskesmas
Guntung Payung dengan jumlah penderita penyakit TB Paru sebanyak 1001 jiwa, puskesmas
Banjarbaru dengan jumlah penderita 150 jiwa, Puskesmas Sungai besar sebanyak 169 jiwa,
Puskesmas Cempaka 395 jiwa, Puskesmas Landasan Ulin 633 jiwa, Puskesmas Banjarbaru
Utara 157 jiwa, Liang Anggang 18 jiwa dan terakhir Puskesmas Sungai Ulin 70 jiwa.
Puskesmas Guntung Payung dengan prevalensi penyakit TB Paru terbanyak merupakan
tempat dimana akan dilakukan penelitian karya tulis ilmiah yang berjudul Gambaran Tingkat
Pengetahuan dan Tingkat Kepatuhan Pasien dalam Terapi Pengobatan Tuberkulosis (TB)
Paru di Puskesmas Guntung Payung. Puskesmas Guntung Payung beralamat di Jl. Sapta
Marga Rt. 09 Kel. Guntung Payung, Kec. Landasan Ulin, Kota Banjarbaru, Kalimantan
Selatan dengan Kode Puskesmas P6372010201 dan tipe Puskesmas adalah non rawat inap.
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo,
2010). Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan kepatuhan, jika seorang pasien mengetahui
pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan tuberkulosis (TB) dan mengetahui resiko yang
akan muncul jika tidak patuh dalam pengobatan, maka kesadaran pasien terhadap pengobatan
akan meningkat dan proses penyembuhan akan berjalan dengan baik sesuai dengan yang
telah direncanakan. Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju kepada instruksi
atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan. Baik itu intruksi
atau petunjuk untuk melakukan diet, latihan, pengobatan atau menepati janji pertemuan
dengan dokter (Stanley, 2007). Kepatuhan adalah kesesuaian antara perilaku pasien dengan
ketentuan yang diberikan oleh petugas kesehatan untuk pengobatan sesuai jangka waktu yang
ditentukan dan rutin kontrol ke Instansi Kesehatan (Mukhsin, 2009).
Berdasarkan latar belakang yang ada maka peneliti tertarik melakukan penulisan tugas akhir
Karya Tulis Ilmia dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Kepatuhan
Pasien dalam Terapi Pengobatan Tuberkulosis (TB) di Puskesmas Guntung Payung”.
METODELOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah non eksperimental dan rancangan yang digunakan
adalah analisis observasional yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh gambaran mengenai tingkat kepatuhan pasien dalam terapi pengobatan TB Paru
dan tingkat pengetahuan pasien TB Paru.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien penderita TB Paru di Puskesmas Guntung
Payung. Pengambilan sampel penelitian tingkat pengetahuan dan tingkat kepatuhan pasien
TB Paru menggunakan tehknik purposive sampling.
Penelitian karya tulis ilmiah ini menggunakan instrumen kuesioner tertutup untuk mengukur
tingkat pengetahuan dan tingkat kepatuhan pasien. Kuisioner tertutup adalah kuisioner yang
disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal
memberi tanda pada jawaban yang dipilih (Risal, 2011).
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yaitu
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalasi (Sugiyono, 2014). Data analisis secara diskriptif ini nantinya menghasilkan
distribusi dan persentase dari setiap variabel, dan disajikan dalam bentuk narasi, tabel dan
diagram.
Data jawaban kuesioner tigkat pengetahuan dari pasien tuberkulosis (TB) yang telah
dikumpulkan selanjutnya dikelolah dengan cara semua jawaban pasien dijumlahkan dan
dibuat dalam bentuk persen.
Data kuisener dinilai dengan menggunakan rumus :
P=
Keterangan :
P : hasil persentase
f : hasil pencapaian/ jumlah jawaban benar
n : hasil pencapaian maksimal/ jumlah total pernyataan
100% : bilangan konstanta tetap
Arikunto (2006) menyebutkan bahwa setelah presentasi diketahui dengan menggunakan
rumus diatas, maka hasilnya akan dipresentasikan menurut tingkat pengetahuan sebagai
berikut :
1) Baik = 76-100%
2) Cukup = 56 -75%
3) Kurang = <56%
Data tingkat kepatuhan pasien dari kuesioner tingkat kepatuhan dikategorikan kedalam
kategori pasien “PATUH” dan “TIDAK PATUH”. Kategori dilihat dari nilai total skor yang
diperoleh dari pengisian kuesioner, dinyatakan patuh apabila skor perolehan nilai 8 dan tidak
patuh apabila skor perolehan nilai <8 (Norhayati, 2012). Selanjutnya data hasil penelitian
Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Kepatuhan Pasien TB Paru digambarkan dalam bentuk
narasi, tabel dan diagram.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengambilan data penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu 1 bulan, yaitu pada bulan juli
2017 bertempat di Puskesmas Guntung Payung. Penelitian ini dilakukan berdasarkan
rumusan masalah yaitu untuk menggambarkan tingkat pengetahuan dan tingkat kepatuhan
pasien dalam terapi pengobatan tuberkulosis (TB) Paru di Puskesmas Guntung Payung.
HASIL
1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Tingkat Pengetahuan
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan menggunakan aplikasi spss 16.0 for windows.
Mengukur uji validitas kuesioner dilakukan dengan membandingkan antara nilai r tabel dan r
hitung. Jika rhitung > rtabel maka dinyatakan valid, dan jika rhitung < rtabel maka instrumen
dinyatakan tidak valid (Notoatmodjo, 2002). Kuesioner yang digunakan untuk mengukur
tingkat pengetahuan berisi 15 item pernyataan yang diujikan kepada 30 responden di
Puskesmas Guntung Payung dengan karakteristik yang sama dengan responden penelitian.
Tabel 4.1 Hasil Validasi 15 Item Pernyataan Kuesioner
Tingkat Pengetahuan
Pernyataan r tabel r hitung Keterangan
1
r tabel untuk
N = 30 → df
(30-2) = 28
adalah 0,361
(Lampiran1)
0,433 VALID
2 0,462 VALID
3 0,108 TIDAK VALID
4 0.508 VALID
5 0,043 TIDAK VALID
6 0,364 VALID
7 0,453 VALID
8 0,486 VALID
9 0,388 VALID
10 0,401 VALID
11 0,018 TIDAK VALID
12 0,393 VALID
13 0,481 VALID
14 0,440 VALID
15 0,464 VALID
Berdasarkan tabel 1 uji validitas pada 30 responden dengan taraf signifikan yang
digunakan sebesar 5% nilai r tabel sebesar 0,361 dari 15 item pernyataan menyatakan bahwa
ada 3 item pernyataan yang tidak valid karena nilai r hitungnya lebih kecil dari nilai r tabel,
yaitu pernyataan nomor 3,5 dan 11. Item pernyataan yang dinyatakan tidak valid kemudian
dibuang, dari 15 item pernyataan menjadi 12 item pernyataan dan diujikan kembali kepada
responden di Puskesmas Guntung Payung.
Tabel 4.2 Hasil Validasi 12 Item Pernyataan Kuesioner
Tingkat Pengetahuan
Pernyataan r tabel r hitung Keterangan
1
r tabel untuk
N = 30 → df
(30-2) = 28
adalah 0,361
(Lampiran)
0,485 VALID
2 0,506 VALID
3 0,384 VALID
4 0.428 VALID
5 0,440 VALID
6 0,378 VALID
7 0,479 VALID
8 0,384 VALID
9 0,393 VALID
10 0,545 VALID
11 0,543 VALID
12 0,543 VALID
Hasil uji validasi 12 Item pernyataan pada tabel 2 dinyatakan valit karna semua nilai
rhitung > rtabel. Menguji reliabilitas dari kuesioner dilakukan dengan mengacu kepada nilai
Cronbach Alpha, jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,600 maka pertanyaan
kuesioner dapat dikatakan reliabel (Notoatmodjo, 2002). Dari hasil uji reliabilitas kuesioner
tingkat pengetahuan menunjukkan bahwa nilai alpha cronbach ialah 0,811. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai alpha cronbach >0,6 sehinggan instrumen kuosioner dinyatakan
reliabel.
2. Hasil Uji Validasi dan Reliabilitas Kuesioner Tingkat Kepatuhan
. Uji validitas kuesioner tingkat kepatuhan dilakukan kepada 30 responden di
Puskesmas Guntung Payung dengan karakteristik yang sama dengan responden penelitian.
Hasil validitas dan reliabilitas kuesioner untuk mengetahui tingkat kepatuhan pasien TB Paru
di Puskesmas Guntung Payung sebagai berikut :
Tabel 4.3 Hasil Validasi 8 Item Pernyataan Kuesioner
Tingkat Kepatuhan
Pernyataan r tabel r hitung Keterangan
1
r tabel untuk
N = 30 → df
(30-2) = 28
adalah 0,361
(Lampiran)
0.406 VALID
2 0.450 VALID
3 0.530 VALID
4 0.455 VALID
5 0.465 VALID
6 0.406 VALID
7 0.498 VALID
8 0.450 VALID
Berdasarkan tabel 4.3 uji validitas dan reliabilitas kuosioner pada 30 responden di
Puskesmas Guntung Payung maka dapat dinyatakan bahwa 8 item pernyataan dalam
kuosioner valid dan reliabel. Kuosioner dinyatakan valit karna semua nilai rhitung > rtabel.
Kuosioner dinyatakan reliabel karna nilai Cronbach Alpha yaitu sebesar 0,759 melebihi
ketentuan nilai Cronbach Alpha yaitu 0,600.
3. Karakteristik Responden
Perlu diketahui bahwa responden yang mengisi kuesioner pada tingkat pengetahuan
sama dengan pasien yang mengisi kuesioner pada tingkat kepatuhan. Karakteristik responden
dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Guntung Payung didapatkan hasil
bahwa presentase karakteristik umur paling banyak adalah >50 tahun sebanyak 34,7% dan
presentase umur paling sedikit adalah umur <20 tahun dengan presentasi sebanyak 17,3%.
Karakteristik umur responden dengan jelas akan digambarkan menggunakan diagram berikut
:
Gambar 4.1 Diagram Karakteristik Umur
Selanjutnya dari karakteristik berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa ada 29
responden laki-laki dan 17 responden perempuan, dapat lebih jelas dilihat dalam diagram
dibawah ini :
. Gambar 4.2 Diagram. Karakteristik Jenis Kelamin
Hasil penelitian menunjukkan bahwa presentase jumlah pasien laki-laki lebih banyak
daripada perempuan, yaitu sebanyak 63,04% laki-laki dan 36,9% perempuan. Karakteristik
berdasarkan tingkat pendidikan ialah sebagai berikut :
17,3%
21,7%
26%
34,7%
Karakteristik Umur
>20tahun
21-35tahun
35-50tahun
>50tahun
37%
63%
Karakteristik Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Gambar 4.3 Diagram Karakteristik Tingkat Pendidikan
Diagram diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden paling banyak pada
tingkat pendidikan SMA/sederajat presentasenya sebanyak 60,8% sedangkan presentase
tingkat pendidikan paling sedikit pada PT/Perguruan Tinggi sebanyak 4,3%.
4. Hasil Penelitian Tingkat Pengetahuan Pasien TB Paru
Tingkat pengetahuan diketahui dari hasil kuesioner yang diisi oleh responden.
Kuesioner terdiri dari 12 pernyataan, jika responden menjawab benar maka akan diberi skor 1
dan jika responden menjawab pernyataan salah maka diberi skor 0. Hasil skor perolehan dari
12 pernyataan kemudian dijumlahkan dan dibuat dalam bentuk persen kemudian
dikategorikan kedalam 3 kategori tingkat pengetahuan. Arikunto (2006) menyebutkan bahwa
tingkat pengetahuan dikategorikan kedalam 3 bagian yaitu sebagai berikut :
1) Baik = 76-100%
2) Cukup = 56 -75%
3) Kurang = <56%
. Tingkat pengetahuan responden di Puskesmas Guntung Payung diatas ialah sebagai
berikut :
Tabel 4.4 Tingkat Pengetahuan Pasien
11%
24% 61%
4%
Karakteristik Tingkat Pendidikan
SD/sederajat
SMP/sederajat
SMA/sederajat
PT
Tingkat Pengetahuan Jumlah Pasien Persentasi
Baik 19 41%
Cukup 11 24%
Kurang 16 35%
Total 46 100%
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan paling tinggi dari 46
responden ialah tingkat pengetahuan dalam kategori “BAIK” dengan presentase 41%.
Tingkat pengetahuan pasien TB Paru di Puskesmas Guntung Payung pada bulan Juli dapat
dilihat dengan jelas dalam gambaran bentuk diagram berikut :
Gambar 4.4 Diagram Tingkat Pengetahuan
5. Hasil Penelitian Tingkat Kepatuhan
Keteraturan minum obat yaitu diminum tidaknya obat-obat tersebut, hal ini sangat
penting karena ketidakteraturan berobat menyebabkan timbulnya masalah resistensi (Taufan,
2008). Berikut hasil penelitian Tingkat Kepatuhan Pasien TB Paru yang telah dilakukan di
Puskesmas Guntung Payung :
Tabel 4.5 Tingkat Kepatuhan Pasien
41%
24%
35%
Tingkat Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Tingkat Pengetahuan Jumlah Pasien Persentasi
Patuh 25 54,3%
Tidak Patuh 21 45,6%
Total 46 100%
Berdasarkan tabel diatas maka data kuisener Tingkat Pengetahuan dikategorikan
kedalam pasien “PATUH” dan “TIDAK PATUH”. Apabila pasien memperoleh skor 8 dari
penilaiian kuosioner maka pasien tersebut dapat dinyatakan “PATUH” dan apabila pasien
mendapat skor penilaiian <8 maka pasien dinyatakan “TIDAK PATUH” (Norhayati, 2012).
Tingkat kepatuhan pasien TB Paru di Puskesmas Guntung Payung pada bulan Juli dapat
dilihat dengan jelas dalam gambaran bentuk diagram berikut :
Gambar 4.5 Diagram Tingkat Kepatuhan
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dari 46 responden ada 25
responden atau 54,3% responden yang “PATUH” dan 21 atau sebanyak 45,6% responden
yang “TIDAK PATUH”.
PEMBAHASAN
Rumusan masalah dalam karya tulis ilmiah ini terbagi atas dua bagian, yang pertama
yaitu menggambarkan tingkat pengetahuan pasien dan yang kedua yaitu menggambarkan
tingkat kepatuhan pasien dalam terapi pengobatan di Puskesmas Guntung Payung. Penelitian
54% 46%
Tingkat Kepatuhan
PATUH
TIDAK PATUH
ini menjawab rumusan masalah dengan menggambarkan tingkat pengetahuan dan tingkat
kepatuhan dalam bentuk narasi, tabel dan diagram.
Perlu diketahui bahwa ke-46 responden yang mengisi kuesioner pada tingkat
pengetahuan sama dengan responden yang mengisi kuesioner pada tingkat kepatuhan.
Karakteristik responden dari segi usia menyatakan bahwa pasien yang sedang menjalani
terapi pengobatan di Puskesmas Guntung Payung lebih banyak berusia >50tahun, hal ini
dapat dikarenakan pada usia tersebut terjadi penurunan sistem kekebalan tubuh dan imunitas
yang dapat menyebabkan kondisi lebih rentan terhadap kuman tuberkulosis. Selain itu proses
penuaan sendiri atau komobiditas seperti diabetes militus, malnutrisi dan penyakit-penyakit
kronis lainnya dapat menjadi faktor terjadinya infeksi tuberkulosis (Bahar, 2001).
Karakteristik jenis kelamin responden pada penelitian menunjukkan bahwa persentase
jumlah pasien laki-laki lebih banyak daripada perempuan, yaitu sebanyak 63,04% laki-laki
dan 36,9% perempuan. Alasan mengapa laki-laki lebih rentan terinfeksi tuberkulosis paru
dikarenakan beban kerja mereka yang berat, istirahat yang kurang, serta gaya hidup yang
tidak sehat di antaranya adalah merokok dan minum alkohol (Rusmani, 2005)
Karakteristik responden dari segi pendidikan menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
responden pendetita TBC paling banyak pada tingkat pendidikan SMA/sederajat
persentasenya sebanyak 60,8% sedangkan persentase tingkat pendidikan paling sedikit pada
PT/Perguruan Tinggi sebanyak 4,3%. Pendidikan merupakan upaya untuk memberikan
pengetahuan sehingga lebih banyak mengetahui hal-hal termasuk di dalam gaya hidup sehat
agar terhindar dari infeksi kuman TB Paru. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
maka tingkat pengetahuan dan kepatuhanyapun juga lebih tinggi (Notoatmojo, 2010). Sesuai
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Imelda Zuliana (2009) bahwa tingkat pendidikan
seseorang mempengaruhi pengetahuan seseorang yang diantaranya mengenai pencegahan
penularan TB Paru dan memiliki kebersihan rumah yang memenuhi syarat kesehatan,
sehingga dengan pengetahuanyang cukup maka seseorang akan memiliki perilaku hidup yang
sehat.
Tingkat pengetahuan menurut Arikunto (2006) menyatakan bahwa tingkat pengetahuan
dikategorikan kedalam 3 bagian yaitu kategori baik, cukup dan kurang. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Guntung Payung dapat dilihat bahwa kategori
tingkat pengetahuan baik sebesar 41%(19 responden), cukup 24%(11 responden), dan kurabg
35%(16 responden). Tingkat pengetahuan paling tinggi berada pada kategori “BAIK” yaitu
sebanyak 41% dari 46 pasien yang sedang menjalani pengobatan di Puskesmas Guntung
Payung. Pengetahuan yang baik akan memunculkan sikap untuk bereaksi terhadap ojek
dengan menerima, memberikan respon, menghargai dan membahasnya dengan orang lain dan
mengajak untuk mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon terhadap apa yang
telah diyakininya (Notoatmodjo, 2007). Adanya pengetahuan yang baik akan mempengaruhi
penderita TB paru untuk dapat melakukan sesuatu dengan teratur sehingga dapat
mempengaruhi perilakunya. Semakin baik pengetahuan tentang cara minum obat secara
teratur, maka penderita semakin meningkatkan keteraturan minum obat dan pada akhirnya
akan cenderung berperilaku patuh berobat demi kesembuhan penyakitnya (Rifqatussa’adah,
2008).
Tingkat kepatuhan dikategorikan kedalam 2 bagian yaitu patuh dan tidak patuh (Hayati,
2011). Hasil penelitian menyatakan bahwa responden kategori patuh lebih banyak dari
responden yang tidak patuh, yaitu ada sebanyak 54% pasien yang patuh, dan 46% pasien
yang tidak patuh dalam terapi pengobatan TB Paru di Puskesmas Guntung Payung.
Keteraturan minum obat yaitu diminum tidaknya obat-obat tersebut, penting karena
ketidakteraturan berobat menyebabkan timbulnya masalah resistensi dan semua tatalaksana
yang telah dilakukan dengan baik akan menjadi sia-sia, bila tanpa disertai dengan sistem
evaluasi yang baik pula (Taufan,2008).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik simpulan sebagai
berikut:
1. Tingkat pengetahuan pasien yang sedang menjalani terapi pengobatan tuberkulosis (TB) Paru
di Puskesmas Guntung Payung, mayoritas dapat dinyatakan baik yaitu 19 pasien atau 41%.
2. Tingkat kepatuhan pasien yang sedang menjalani terapi pengobatan tuberkulosis (TB) Paru di
Puskesmas Guntung Payung, dapat dinyatakan mayoritas patuh yaitu sebanyak 25 pasien atau
54,3%
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis memberikan saran sebagai
berikut :
1. Tenaga kesehatan di Puskesmas Guntung Payung sebaiknya meningkatkan penyuluhan TB
paru kepada masyarakat luas sehingga dapat meningkatkan pengetahuan tentang TB Paru dan
derajat kesehatan masyarakat.
2. Petugas kesehatan TB Paru di Puskesmas Guntung Payung perlu secara terus menerus
memberikan motivasi kepada pasien tuberkulosis untuk dapat tetap berobat sesuai dengan
jadwal pemeriksaan demi kesembuhan penyakit yang diderita pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Ana S. Eavaluasi Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Tuberkulosis Rawat Jalan di
Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012.
Arikunto S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI, Penerbit PT Rineka
Cipta, Jakarta, 2006.
Azwar. Sikap Manusia dan Pengukurannya. PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2007.
Bahar Asril. Tuberkulosis Paru. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
DepKes RI, Jakarta, 2001.
Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Replubik Indonesia nomor :
2269/MENKES/PER/XI/2001-Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta : Kementerian Kesehatan RI, Jakarta 2011.
Kendarti F. S. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) Pada Anak Kelas IV, V, VI di SDN 01 Pagi Johar Baru
Jakarta Pusat. Laporan Penelitian. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia, Bogor, 2009.
Mukhsin. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keteraturan Minum Obat
Pada Penderita TBC Paru Yang Mengalami Konversi Di Kota Jambi, Jambi, 2009.
Muhlisi. Pengaruh Gender Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita Tuberkulosis
Dengan Menggunakan Program DOTS di Kabupaten Purworejo, Tesis, Pascasarjana.
IKM UGM, Jogja, 2011.
Niven. Pengantar Untuk Perawat Dan Profesional. Psikologi Kesehatan. EGC, Jakarta.
2008.
Norhayati W. Gambaran Karakteristik penderita TBC paru di Wilayah Kerja Puskesmas
Pagimana, Kecamatan Pagimana, Kebupaten Banggai, Skripsi, Banggai, 2012.
Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta, 2002.
Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan Ilmu Dan Seni. Rineka Cipta, Jakarta, 2007.
Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta, 2010.
Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta, 2012.
Pranoto. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Yogyakarta, 2007.
Rasmani. Tuberkulosis klinis. Widya Medika, Jakarta, 2005.
Rizal. Pengolahan Data Penelitian Menggunakan SPSS 17.00. Cipta Pustaka, Jakarta, 2011.
Rifqatuss’adah. Peran Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Penderita Tuberkulosis Paru di
Kabupaten Tangerang. Jurnal Ekologi Kesehatan, Tangerang, 2008.
Stanley M. Buku ajar keperawatan gerontik (Gerontological nursing : A healt promotion
approach) Edisi 2. TIM, Jakarta, 2007.
Sugiono. Metode Penelitian Bisnis Edisi 1. Alfabet, Jakarta, 2003.
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Penerbit CV. Alfabeta, Bandung, 2004.
Suryono dan Setiawan A. Metodologi Penelitian kebidanan. Nuha Medika, Jakarta, 2010.
Taufan. Penyakit Infeksi Tuberkulosis Paru. Rineka Cita, Jakarta, 2008.
Wawan A. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Nuha Medika,
Yogyakarta ,2010.
WHO. (2011). Tuberkulosis Kedaruratan Global. www.tbcindonesia.or.id. Diakses tanggal 8
Januari 2017.
.