GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN ...eprints.ums.ac.id/59746/22/NASPUB.pdfKeluhan penyerta yang...

20
GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS DENGAN KELUHAN PENYERTA DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: SITI MUFIDAH J210 161 022 PROGAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Transcript of GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN ...eprints.ums.ac.id/59746/22/NASPUB.pdfKeluhan penyerta yang...

Page 1: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN ...eprints.ums.ac.id/59746/22/NASPUB.pdfKeluhan penyerta yang muncul akibat komplikasi kronis yang dialami dan menejemen diabetes yang kompleks

GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS

DENGAN KELUHAN PENYERTA DI RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

SITI MUFIDAH

J210 161 022

PROGAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN ...eprints.ums.ac.id/59746/22/NASPUB.pdfKeluhan penyerta yang muncul akibat komplikasi kronis yang dialami dan menejemen diabetes yang kompleks

i

Page 3: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN ...eprints.ums.ac.id/59746/22/NASPUB.pdfKeluhan penyerta yang muncul akibat komplikasi kronis yang dialami dan menejemen diabetes yang kompleks

ii

Page 4: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN ...eprints.ums.ac.id/59746/22/NASPUB.pdfKeluhan penyerta yang muncul akibat komplikasi kronis yang dialami dan menejemen diabetes yang kompleks
Page 5: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN ...eprints.ums.ac.id/59746/22/NASPUB.pdfKeluhan penyerta yang muncul akibat komplikasi kronis yang dialami dan menejemen diabetes yang kompleks

1

GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS

DENGAN KELUHAN PENYERTA DI RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA

ABSTRAK

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan

meningkatnya kadar gula darah. Keluhan penyerta yang muncul akibat komplikasi

kronis yang dialami dan menejemen diabetes yang kompleks dapat mempengaruhi

kondisi fisiologis dan psikologis pasien. Salah satu gangguan psikologis yang

dapat mucul adalah depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran

tingkat depresi pada pasien diabetes melitus dengan keluhan penyerta di RSUD

Dr. Moewardi Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian survei deskriptif

yang dilakukan pada 98 responden dengan teknik accidental sampling di RSUD

Dr. Moewardi. Pengumpulan data penelitian menggunakan kuesioner BDI-II

denggan jumlah 21 item. Selanjutnya dilakukan analisis deskriptif. Kesimpulan

penelitian ini adalah (1) Karakteristik pasien diabetes di poliklinik bagian dalam

RSUD Dr. Moewardi Surakarta adalah berumur lebih dari 60 tahun, berjenis

kelamin perempuan, berpendidikan SMA, sebagai ibu rumah tangga, mengalami

diabetes melitus kurang dari 10 tahun, mendapatkan dukungan keluarga yang

baik, dan mengalami 2 keluhan penyerta diabetes dimana keluhan penyerta paling

banyak dialami pasien adalah tekanan darah tinggi. (2) Tingkat depresi pada

pasien diabetes melitus di poliklinik penyakit dalam RSUD Dr. Moewardi

Surakarta sebagian besar adalah depresi minimal.(3) Hasil tabulsi silang

menunjukkan jumlah keluhan penyerta paling banyak adalah dua dengan tingkat

depresi paling banyak adalah depresi minimal.

Saran: Peneliti berharap rumah sakit Dr. Moewardi dapat meningkatkan

pelayanan dengan memberikan promosi kesehatan mengenai depresi dan cara

pencegahannya terutama pada pasien diabetes melitus.

Kata Kunci: depresi, diabetes melitus, keluhan penyerta

ABSTRACT

Diabetes mellitus (DM) Is a chronic disease characterized by increased blood

sugar levels. Accompanist complaint arises from chronic complications are

experience and managed a complex diabetes can affect the patient’s

physiological and psychiligical condition. One of the psychological disorder that

can appear is depression. This research aim to know the description of the level

of depression in patients with diabetes mellitus accompanist complaint in Dr.

Moewardi Surakarta hospital. This research is descriptive research survey

conducted on 98 respondens with accidental sampling technique in Dr. Moewardi

hospital. Data collection research using questionnaires BDI-II with 21 items.

Futher descriptive analysis is done. The conclition is (1) the characteristics of

diabetic patients in Dr. Moewardi hospital is older than 60 years of age, female,

high school educated, as a housewife, experiencing diabetes mellitus less than 10

years, get a good family support, and had 2 diabetic companion complaint where

the most experienced companion complaint of patient is haigh blood pressure. (2)

Page 6: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN ...eprints.ums.ac.id/59746/22/NASPUB.pdfKeluhan penyerta yang muncul akibat komplikasi kronis yang dialami dan menejemen diabetes yang kompleks

2

the level of depression in diabetes mellitus patients in Dr. Moewardi is mostly

minimal depression. (3) the result of cross-tabulation indicates the number of

complaints is at most two accompanist with a level of depression is at most

minimal. Reseacher hope the Dr. Moewardi Surakarta hospital can improve

service by providing health promotion about depression and how to prevention

especially in patients of diabetes mellitus

Keywords: companion complaint, depression, diabetes mellituS

1. PENDAHULUAN

Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang semakin

banyak dan sulit untuk diturunkan jumlah penderitanya. Penyakit ini adalah

penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah karena

produksi insulin yang terganggu sehingga terjadi ketidakseimbangan antara

kebutuhan dan produksi insulin dalam tubuh (Tarwoto,2012). Saat ini penderita

DM jumlahnya semakin banyak dan terus bertambah.

Jumlah penderita DM di dunia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.

World Health Organization / WHO (2016), memperkirakan sebanyak 422 juta

orang dewasa hidup dengan DM. International Diabetic Foundation (IDF),

menyatakan bahwa terdapat 382 juta orang di dunia yang hidup dengan DM.

Diabetes merupakan penyakit yang jumlah penderitanya mengalami

peningkatan di Indonesia. Menurut data WHO, Indonesia menempati peringkat

ke-4 dengan penderita DM terbanyak di dunia. Diperkirakan penderita DM akan

meningkat pada tahun 2030 sebesar 21,3 juta orang. Jumlah penderita diabetes di

Jawa Tengah juga mengalami peningkatan. Data dari Dinas Kesehatan Provinsi

Jawa Tengah tahun 2016 menunjukkan adanya peningkatan penderita DM dari

15,77% di tahun 2015 menjadi 22,1% di tahun 2016. Kejadian paling besar

terjadi di kota Surakarta sebesar 22.534 kasus. Kejadian DM di RSUD Dr

Moewardi pada tahun 2016 juga tinggi, yaitu ada 140 pasien dengan DM tipe 1

dan 13.084 pasien dengan DM tipe 2 (Dinkes, 2016).

Diabetes merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat menimbulkan

keluhan penyertai serta memiliki menejemen kompleks, sehingga dapat

mempengaruhi kondisi psikologis pasien. Salah satu gangguan psikologis yang

dapat mucul adalah depresi. Depresi merupakan gangguan mental umum yang

Page 7: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN ...eprints.ums.ac.id/59746/22/NASPUB.pdfKeluhan penyerta yang muncul akibat komplikasi kronis yang dialami dan menejemen diabetes yang kompleks

3

ditandai dengan perasaan tertekan, kehilangan kesenangann atau minat, perasaan

bersalah atau harga diri rendah, gangguan makan dan tidur, menurunnya

konsentrasi, dan kurang energi (WHO, 2010).

Sebuah penelitian di Amerika Serikat (AS) menunjukkan bahwa lebih dari 18

bulan, pasien diabetes tipe 2 pernah mengalami gangguan depresi mayor sekitar

20% dan distress related diabetic (DRD) sekitar 30% (Chew et.al, 2016). Pada

penelitian Peyrot, dkk (2009) yang mendapatkan prevalensi depresi pada pasien

diabetes melitus sebesar 41,3%. Menurut Widhiasari (2012), pasien DM dengan

luka kaki diabetik di RSUD Dr Moewardi yang mengalami depresi sedang sebesar

59, 2% dan depresi ringan sebesar 40,8%. Berdasarkan latar belakang diatas maka

dirumuskan masalah sebagai berikut “ Bagaimana gambatan tingkat depresi pada

pasien diabetes melitus dengan keluhan penyerta di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta?”. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

tingkat depresi pada pasien diabetes melitus dengan keluhan penyerta di RSUD

Dr. Moewardi Surakarta.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Menggunakan metode survei

deskriptif. Penelitian dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr.

Moewardi Surakarta pada bulan Desember 2017. Populasi penelitian adalah

semua pasien diabetes melitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr Moewardi

Surakarta, dari bulan Januari sampai Agustus 2017 yang berjumlah 3351 orang.

Sampel penelitian sebanyak 98 responden dengan teknik accidental sampling.

Dengan kriteria sampel pasien DM tipe 2 yang berusai ≥45-85 tahun dengan

keluhan penyerta DM kronis. Pengumpulan data penelitian menggunakan

kuesioner BDI-II. Analisis data penelitian menggunakan analisis univariat yang

mendeskripsikan masing-masing variabel penelitian menggunakan tabel.

Pengumpulan data dilakukan di poliklinik penyakit dalam dengan membagikan

kuesioner oleh peneliti, kemudian pasien diminta menandatangani informed

concent dan mengisi kuesioner, selanjutnya dilakukan analisis deskriptif.

Page 8: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN ...eprints.ums.ac.id/59746/22/NASPUB.pdfKeluhan penyerta yang muncul akibat komplikasi kronis yang dialami dan menejemen diabetes yang kompleks

4

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL

3.1.1 Karakteristik Responden

Data karakteristik responden berdasarkan umur yaitu, mayoritas

responden berumur >60 tahun yaitu 36 responden (37%), umur 51-60 tahun

32 responden (33%), dan umur 40-50 tahun sebanyak 30 responden (31%).

Berdasarkan jenis kelamin, kebanyakan responden adalah perempuan sebesar

58 responden (59%) dan laku-laki sebanyak 40 responden (41%). Tingkat

pendidikan mayoritas responden adalah SMA dengan jumlah 40 responden

(41%) diikuti pendidikan SD 20 responden (20%), sarjana 19 responden

(19%), SMP 11 responden (12%), diploma 7 responden (7%), dan tidak

sekolah 1 responden (1%). Mayoritas responden bekerja sebagai ibu rumah

tangga (IRT) sebanyak 27 responden (28%), kemudian swasta sebanyak 24

responden (24%), pensiunan 18 responden (16%), petani 10 responden

(10%), PNS 10 responden (10%), buruh 9 responden (9%), dan karyawan

sebanyak 2 responden (2%).

3.1.2 Karakteristik Lama Menderita DM

Kebanyakan responden diabetes mengalami DM kurang dari sama

dengan 10 tahun sebanyak 72 responden dengan persentase 73% dan yang

lebih dari 10 tahun sebanyak 26 responden (27%).

3.1.3 Distribusi Riwayat Keluarga dengan DM

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Riwayat Keluarga Data

dstribusi riwayat keluarga dengan Dm menunjukkan jika responden yang

memiliki riwayat keluarga dengan DM dan tidak memiliki riwayat keluarga

dengan DM besarnya sama masing-masing 49 responden (50%).

3.1.4 Distribusi Dukungan Keluarga

Distribusi klien menurut dukungan keluarga menunjukkan bahwa

dukungan keluarga yang diberikan kepada pasien DM sebagian besar adalah

baik, pada dukungan pengobatan sebesar 92%, dukungan mengingatkan 92%

dan dukungan mengantar berobat 89%.

Page 9: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN ...eprints.ums.ac.id/59746/22/NASPUB.pdfKeluhan penyerta yang muncul akibat komplikasi kronis yang dialami dan menejemen diabetes yang kompleks

5

3.1.5 Distribusi Keluhan Penyertai DM

Distribusi frekuensi menurut keluhan penyerta DM menunjukkan distribusi

tertinggi adalah tekanan darah tinggi sebesar 67% . Diikuti gangguan penglihatan

44%, baal 36%, luka kaki 21%, gangguan lambung 17%, gangguan jantung 8%,

gangguan ginjal 6%, dan kelemahan 4%.

3.1.6 Distribusi Jumlah Keluhan Penyerta

Distribusi responden menurut jumlah keluhan penyerta menunjukkan

distribusi tertinggi mengalami dua keluhan yaitu 46%, kemudian satu keluhan

sebanyak 30%, tiga keluhan 18%, empat keluhan 5%, dan distribusi terendah

adalah lima keluhan sebanyak 1 responden.

3.1.7 Tingkat Depresi

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Depresi

Tingkat Depresi Frekuensi Persentase (% N= 98

Depresi minimal

Depresi ringan

Depresi sedang

Depresi berat

47

21

12

18

48

21

12

18

Total 98 100

Distribusi klien menurut tingkat depresi menunjukkan distribusi tertinggi

adalah depresi minimal sebanyak 47 responden (48%).

3.1.8 Tabulasi Silang Jumlah Keluhan Penyerta dengan Tingkat Depresi

Tabel 8 Tabulasi Silang Jumlah Keluhan Penyerta dengan tingkat Depresi

Banyaknya

Keluhan

Penyerta

Tingkat Depresi

Total Minimal Ringan Sedang Berat

1

2

3

4

5

19

24

1

3

0

6

10

3

2

0

4

3

5

0

0

0

8

9

0

1

29

45

18

5

1

Jumlah 47 21 12 18 98

Page 10: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN ...eprints.ums.ac.id/59746/22/NASPUB.pdfKeluhan penyerta yang muncul akibat komplikasi kronis yang dialami dan menejemen diabetes yang kompleks

6

Tabulasi silang antara jumlah keluhan penyerta dengan tingkat depresi pada

pasien diabetes melitus menunjukkan jumlah depresi paling banyak adalah 2 dan

tingkat depresi paling banyak adalah depresi minimal.

3.2 PEMBHASAN

3.2.1 Karakteristik Responden

a. Karakteristik Umur

Distribusi klien menurut umur menunjukkan distribusi tertinggi

adalah diatas 60 tahun dan 51-60 tahun. Seiring penambahan umur

seseorang berhubungan dengan semakin meningkatkan risiko terjadinya

DM. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Kekenusa, Ratag, &

Wuwungan (2013) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara umur

dan riwayat hidup dengan kejadian DM tipe 2, dimana orang yang

berumur lebih dari 45 tahun memiliki resiko menderita DM tipe 2 delapan

kali lebih tinggi dibandingkan orang yang berusia dibawah 45 tahun. Hal

ini karena penuaan memiliki hubungan yang erat dengan kejadian

resistensi insulin.

b. Karakteristik Jenis Kelamin

Distribusi klien menurut jenis kelamin menunjukkan distribusi

tertinggi adalah perempuan (59%). Perempuan merupakan kelompok yang

memiliki risiko penyakit DM lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini

sebagaimaan ditunjukkan dalam penelitian Jelantik& Haryati (2014) yang

menyebutkan bahwa terdapat hubungan faktor risiko umur, jenis kelamin,

kegemukan dan hipertensi dengan kejadian DM tipe 2 di wilayah Kerja

Puskesmas Mataram Tahun 2013, dimana sebagian besar berjenis kelamin

perempuan hal ini karena selain proses hormonal, kemungkinan

perempuan memiliki peluang DM yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki

karena pada perempuan kadar LDL atau kolesterol jahat trigliserida lebih

tinggi dibandingkkan laki-laki.

c. Karakteristik Pendidikan

Distribusi klien menurut tingkat pendidikan menunjukkan distribusi

tertinggi adalah SMA (40%). Tingkat pendidikan seseorang berhubungan

Page 11: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN ...eprints.ums.ac.id/59746/22/NASPUB.pdfKeluhan penyerta yang muncul akibat komplikasi kronis yang dialami dan menejemen diabetes yang kompleks

7

dengan kemampuan orang tersebut dalam menerjemahkan suatu informasi

menjadi pengetahuan yang selanjutnya menjadi dasar dalam melakukan

suatu tindakan. Hal ini sebagaimana dikemukkakan oleh Notoatmodjo

(2008) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang

berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam menerima dan

menerjemahkan informasi menjadi pengetahuan. Semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang, maka semakin tinggi pula kemampuannya dalam

menangkap suatu informasi.

d. Karakteristik Pekerjaan

Distribusi klien menurut pekerjaan menunjukkan distribusi tertinggi

adalah ibu rumah tangga (28%). Banyak hal yang dapat dikaitkan dengan

pekerjaan seseorang, dimulai dari segi pendapatan sampai dengan aktivitas

fisik yang dilakukan selama bekerja. Aktivitas fisik yang dilakukan oleh

ibu rumah tangga relatif tinggi mulai dari memasak, mencuci,

membersihkan rumah dan lain sebagainya.

Aktivitas fisik yang dilakukan oleh pasien DM dapat berfungsi

sebagai media untuk mengontrol kenaikan kadar gula darahnya. Hal ini

sebagaimana dikemukakan oleh Tjandra (2008) yang menyampaikan

bahwa aktivitas fisik adalah semua gerakan tubuh yang membakar kalori,

misalnya menyapu, naik turun tangga, menyeterika, berkebun dan

berolahraga.

e. Karakteristik Lama Menderita DM

Distribusi klien menurut lama menderita DM menunjukkan distribusi

tertinggi adalah kurang atau sama dengan 10 tahun (73%). Semakin lama

sakit, maka proses perawatan juga lama, sehinga kemampuan pasien dalam

menyesuaikan dirinya semakin baik.

Lamanya menderita DM juga berpengaruh terhadap keyakinan klien

dalam perawatan yang tentunya berpengaruh pada kualitas hidupnya.

Klien yang telah menderita DM ≥ 11 tahun memiliki efikasi diri yang baik

daripada klien yang menderita DM < 10 tahun, hal itu disebabkan karena

Page 12: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN ...eprints.ums.ac.id/59746/22/NASPUB.pdfKeluhan penyerta yang muncul akibat komplikasi kronis yang dialami dan menejemen diabetes yang kompleks

8

klien telah berpengalaman dalam mengelola penyakitnya dan memiliki

koping yang baik (Reid & Walker, 2009).

f. Distribusi Riwayat Keluarga dengan DM

Distribusi klien menurut riwayat keluarga dengan DM menunjukkan

bahwa terdapat 49 responden (50%) yang memiliki keluarga dengan

riwayat DM dan 49 responden (50%) dengan keluarga yang tidak

memiliki riwayat DM.

Fatmawati (2010) menjelaskan bahwa diabetes merupakan penyakit

keturunan, artinya bila orang tua mendertita diabetes, anak-anaknya akan

menderita diabetes juga. Bukti yang paling meyakinkan akan adanya

faktor genetik adalah penelitian yang dilakukan pada saudara kembar

identik penyandang DM, hampir 100% dapat dipastikan juga akan

mengidap DM. Penelitian lain menunjukkan bahwa seseorang beresiko

terkena DM bila mempunyai riwayat keluarga DM. semakin dekat

hubungan (garis keturunan), semakin besar pula risiko untuk terkena DM.

g. Distribusi Dukungan Keluarga

Distribusi klien menurut dukungan keluarga menunjukkan bahwa

dukungan keluarga yang diberikan kepada pasien DM sebagian besar

adalah baik, baik pada dukungan pengobatan (92%), dukungan

mengingatkan (92%) dan dukungan mengantar berobat (89%).Dukungan

keluarga merupakan perilaku keluarga pasien DM dalam membantu pasien

dalam mengurus penyakitnya.

Penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan keluarga terhadap pasien

DM adalah baik. Tingkat dukungan keluarga yang baik salah satunya

berdampak pada tingkat kepatuhan pasien DM dalam menjalani tindakan

pemeliharaan kesehatannya. Hal ini sebagaimana ditunjukkan dalam

penelitian Susanti (2013) yang meneliti dukungan keluarga dalam

meningkatkan kepatuhan diet pasien DM. penelitian ini menunjukkan

adanya hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalani diet

pada pasien DM.

h. Distribusi Keluhan Penyerta DM

Page 13: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN ...eprints.ums.ac.id/59746/22/NASPUB.pdfKeluhan penyerta yang muncul akibat komplikasi kronis yang dialami dan menejemen diabetes yang kompleks

9

Distribusi keluhan DM yang terjadi pada pasien menunjukkan bahwa

tiga keluhan paling tinggi yang dialami pasien adalah tekanan darah tinggi

yang dialami oleh 66 responden. Penelitian ini sejalan dengan penelitian

Rosyda & Trihandini (2013) yang menyatakan jika komplikasi tertinggi

pada lansia yang menderita DM adalah teknan darah tinggi dengan

persentase sebesar 35%. Tekanan darah tinggi pada pasien DM dapat

meningkatkan risiko terjadinya komplikasi mikrovaskuler dan

makrovaskuler.

Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

Satriawibawa & Saraswati (2012) di RSUP Sanglah Denpasar yang

menyebutkan jika keluhan penyerta kronis terbanyak pada pasien DM

adalah gagal ginjal kronis dengan temuan 28 kasus, sedangkan tekanan

darah tinggi hanya 11 kasus. Selain itu, Kemenkes RI (2014) memaparkan

jika keluhan penyerta terbanyak pada pasien DM di RSCM tahun 2011

adalah neuropati dengan persentase 54% diikuti dengan kejadian gangguan

penglihatan sebesar 33%.

i. Distribusi Jumlah Keluhan Penyerta

Distribusi klien menurut jumlah keluhan penyerta menunjukkan

distribusi tertinggi adalah mengalami dua keluhan (46%). Keluhan penyerta

yang dialami pasien DM ini muncul karena merupakan tanda dan gejala suatu

komplikasi DM. Rata-rata penderita diabetes melitus tidak menyadari dengan

adanya gejala penyakit yang diderita pada awal perjalanan penyakitnya

sampai individu tersebut mengalami komplikasi dari diabetes mellitus

(International Diabetes Federation, 2015).

Komplikasi penyakit DM ini dapat bersifat akut atau kronis,

makrovaskuler atau mikrovaskuler. Salah satu komplikasi mikrovaskuler dari

DM yang paling sering terjadi dan dapat memperburuk kualitas hidup adalah

neuropati perifer. Sebanyak 1785 penderita DM di Indonesia yang mengalami

komplikasi meliputi 16% penderita DM mengalami komplikasi

makrovaskuler, dan 27,6% komplikasi mikrovaskuler, sedangkan angka

kejadian Neuropati sebanyak 63,5% (Soewondo, 2010).

Page 14: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN ...eprints.ums.ac.id/59746/22/NASPUB.pdfKeluhan penyerta yang muncul akibat komplikasi kronis yang dialami dan menejemen diabetes yang kompleks

10

3.2.2 Tingkat Depresi

Distribusi klien menurut tingkat depresi menunjukkan distribusi tertinggi

adalah depresi minimal (48%) dan distribusi terendah adalah depresi sedang

(12%). Penyakit sering menjadi sumber depresi yang sangat tinggi jika orang

yang sedang menderita suatu penyakit itu kurang memahami apa yang dialami

dan pengobatannya (Eom et al, 2011).

Pasien dengan DM tipe-2 akan lebih rentan mengalami depresi, sehingga

kemungkinan angka kejadiannya tinggi. Apalagi pasien DM yang sudah

mengalami komplikasi, seperti nefropati ditambah dukungan sosial yang

buruk akan menjadi faktor risiko peningkatan depresi (Habtewold et al,

2016).

Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami

depresi minimal, kondisi ini tentunya disebabkan oleh beberapa faktor yang

terkait dengan diri responden. Salah satu faktor yang membantu tidak

munculnya depresi pada pasien DM pada penelitian ini adalah faktor umur.

Distribusi umur klien menunjukkan sebagian besar klien berumur 60

tahun keatas. Tingkat depresi tertinggi terjadi pada klien DM tipe 2 dengan

usia dibawah 60 tahun. Tingginya depresior pada klien DM tipe 2 dibawah

usia 60 tahun disebabkan oleh adanya kekhawatiran akan penghidupan di

masa depan yang tidak menentu serta penurunan kesehatan tubuh, sedangkan

pada klien DM tipe 2 yang berusia di atas 60 tahun telah memiliki rasa

kepasrahan sehingga mampu menurunkan depresior yang diterimanya akibat

penyakit DM (Wulandari, 2011).

Faktor lainnya adalah tingkat pendidikan responden yang cukup

baik.Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh responden membantu responden

untuk memahami kondisi dirinya dan resiko yang dihadapi terkait dengan

penyakit DM yang dideritanya.Responden yang banyak berpendidikan SMA

dianggap mampu menerima saran tentang masalah kesehatan.

Hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat depresi pasien sebagaimana

dikemukakan dalam penelitian Sativa (2015) menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan negatif antara tingkat pendidikan dengan derajat depresi pasien

Page 15: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN ...eprints.ums.ac.id/59746/22/NASPUB.pdfKeluhan penyerta yang muncul akibat komplikasi kronis yang dialami dan menejemen diabetes yang kompleks

11

diabetes tipe 2. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin rendah

derajat depresi pasien diabetes tipe 2.

Faktor lain adalah adanya dukungan keluarga yang sangat baik terhadap

responden pasien DM. Dukungan keluarga menjadi faktor yang membantu

pasien DM untuk senantiasa disiplin dalam menjalankan keperawatan DM

untuk menjaga tingkat kesehatan dan kualitas hidupnya. Smeltzer & Bare

(2013) menjelaskan bahwa kendala utama pada penanganan diet DM adalah

kejenuhan pasien dalam mengikuti terapi diet yang sangat diperlukan untuk

mencapai keberhasilan. Pelaksanaan diet DM sangat dipengaruhi oleh adanya

dukungan dari keluarga.

Susanti(2013) menjelaskan jika dukungan keluarga tidak ada maka pasien

diabetes melitus akan tidak patuh dalam pelaksanaan diet, sehingga penyakit

diabetes melitus tidak terkendali dan terjadi komplikasi yaitu penyakit

jantung, ginjal, kebutaan, ateroskleorosis, bahkan sebagian tubuh dapat

diamputasi. Dan apabila dukungan keluarga baik maka pasien diabetes melitus

akan patuh dalam pelaksanaan diet, sehingga penyakit diabetes melitus

terkendali.

Faktor lain yaitu munculnya keluhan penyerta yang merujuk pada

terjadinya komplikasi membuat seseorang cemas. Rasa cemas dan kurngnya

pengetahuan membuat seseorang tidak mampu menerima perubahan pada

dirinya yang memperburuk kontrol gual darahnya, sehingga dapat

meningkatkan peluang terjadinya komplikasi. Namun, Purwanti (2013)

memaparkan jika depresi pada pasien DM dengan luka kaki akan lebih besar

peluangnya dibanding pasien DM tanpa luka kaki. Hal ini karena adanya

perubahan dalam hidupnya akibat adanya luka dan bau tidak sedap yang

keluar dari luka yang membuat pasien menjadi minder dan malu. Akibatnya,

hubungan sosial pasien terjalin kurang baik bahkan pasien cenderung tidak

mau bergaul.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa distribusi responden yang

mengalami depresi juga cukup tinggi dimana distribusi tertinggi adalah

depresi ringan (21%), depresi berat (18%) dan depresi sedang (12%). Kejadian

Page 16: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN ...eprints.ums.ac.id/59746/22/NASPUB.pdfKeluhan penyerta yang muncul akibat komplikasi kronis yang dialami dan menejemen diabetes yang kompleks

12

depresi pada pasien DM merupakan dampak dari adanya kenyataan bahwa

seseorang yang terdiagnosa DM akan mengalami suatu pola hidup dan adanya

bahaya yang mengancam nyawanya. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan

oleh Eom, et.all (2011) bahwa penyakit merupakan keadaan yang mengancam

nyawa seseorang. Untuk itu penyakit sering menjadi sumber depresi yang

sangat tinggi, dan orang yang sedang menderita suatu penyakit itu kurang

memahami apa yang dialami dan pengobatannya. Disisi lain, penyakit DM

dan depresi boleh dikatakan sebagai satu pasangan yang sering kali muncul.

Rehwan & Kazmi (2015) meneliti prevalensi dan tingkat depresi,

ketakutan dan kecemasan pada pasien DM tipe 2 di India. Penelitian ini

menyimpulkan bahwa terdapat angka prevelansi yang tinggi kejadian depresi,

ketakutan dan kecemasan pada pasien DM tipe 2 dimana prevalensi tertinggi

terjadi pada pasien DM tipe 2 yang mengalami komplikasi.

3.2.3 Tabulasi Silang Jumlah Keluhan Penyerta dengan Tingkat Depresi

Tabulsi silang ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang jumlah

keluhan penyerta dengan tingkat depresi pada pasien DM di poliklinik

penyakit dalan RSUD Dr. Moewardi. Tabulsi silang yang dilakukan pada

penelitian ini menunjukkan keluhan penyerta DM yang dialami pasien DM

paling banyak adalah dua keluhan dengan tingkat depresi minimal. Penelitian

ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Karsuita, Decroli, & Sulastri

(2016) yang menyebutkan jika sebagian besar pasien DM mengalami dua

keluhan penyerta depresi minimal atau tidak mengalami gejala depresi, yaitu

64,5%. Selain itu, setidaknya ada perbedaan tingkat depresi yang bermakna

pada dua kelompok jumlah keluhan penyerta.

Ada delapan respoden dengan dua keluhan yang mengalami depresi berat.

Hal ini karena mereka mengalami luka kaki dan kelemahan. Luka kaki

membuat mereka minder dan malu. Kebanyakan pasien yang mengalami luka

di kaki sudah menderita DM selama lebih dari 5 tahun. Hal ini sejalan dengan

penelitian Purwanti, Yetti, & Herawati (2012) yang menjelaskan jika

sebagian besar pasien DM yang mengalami luka kaki sudah menderita DM

selama lebih dari 5 tahun dengan persentase 70,6%. Selain luka kaki,

Page 17: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN ...eprints.ums.ac.id/59746/22/NASPUB.pdfKeluhan penyerta yang muncul akibat komplikasi kronis yang dialami dan menejemen diabetes yang kompleks

13

kelamahan yang membuat pasien tidak mampu melakukan aktvitas sehari-

hari membuat pasien merasa depresi. Hal ini didukung oleh penelitian

Kritiyawati & Solechan (2011) yang menjelaskan jika pasien yang

mengalamu kelemahan anggota gerak yang aktivitas sehari-harinya

tergantung oleh orang lain akan mengalami depresi sedang.

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Karakteristik pasien DM di poliklinik bagian dalam RSUD Dr.

Moewardi Surakarta adalah berumur lebih dari 60 tahun, berjenis

kelamin perempuan, berpendidikan SMA, ibu rumah tangga,

mengalami DM kurang dari 10 tahun, mendapatkan dukungan keluarga

yang baik, dan mengalami 2 keluhan DM. Keluhan penyerta yang

paling banyak yang dialami pasien adalah tekanan darah tinggi.

2. Tingkat depresi pada pasien DM di poliklinik bagian dalam RSUD Dr.

Moewardi Surakarta adalah berumur lebih dari 60 tahun sebagian besar

adalah normal.

3. Tabulasi silang antara jumlah keluhan penyerta dengan tingkat depresi

pada pasien diabetes melitus menunjukkan jumlah keluhan paling

banyak adalah 2 dan tingkat depresi paling banyak adalah depresi

minimal. Selain itu setidaknya ada dua kelompok jumlah keluhan yang

memiliki perbedaan bermakna dengan tingkat depresi.

4.2 Saran

1. Bagi Peneliti

Bagi penelitian yang akan datang dapat menganalisis faktor lain yang

berpengaruh pada tingkat depresi pasien DM dengan keluhan penyerta

dan dapat memperoleh data komplikasi secara medis dari cacatan

rekam medis atau petugas kesehatan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan perlu melakukan upaya-upaya untuk

meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai risiko terjadinya

depresi pada pasien DM dan cara pencegahannya. Salah satu langkah

Page 18: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN ...eprints.ums.ac.id/59746/22/NASPUB.pdfKeluhan penyerta yang muncul akibat komplikasi kronis yang dialami dan menejemen diabetes yang kompleks

14

yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan seminar tentang

pencegahan depresi pada pasien DM.

3. Bagi Rumah Sakit

Bagi rumah sakit Dr. Moewardi Surakarta perlu meningkatkan

pelayanan terutama untuk pasien DM dengan keluhan penyerta

komplikasi yang berisiko terkena depresi, misalnya dengan

memberikan promosi kesehatan mengenai depresi dan cara

pencegahannya.

DAFTAR PUSTAKA

Baldwin R. (2010). Depression in Later Life. Oxford University Press, 978-0-19-

959126 8, Oxford, UK

Chew,B.H. et.al (2016) “Diabetes-Related Distress, Depression and Distress-

Depression among Adults with Type 2 Diabetes Melitus in Malaysia”.Plos

One. 11(3): 1-16

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2016). Buku Saku Kesehatan Triwulan 2

Tahun 2016. Jawa Tengah : Dinkes

Eom, S.Y. et al. (2011). “Evaluation of Stress in Korea Patients with Diabetes

Mellitus Using the Problem Areas in Diabetes-Korean Questionnare”.

Diabetes and Metabolism Journal.35:182-187

Fatimah, R.N (2015). “Diabetes Melitsu Tipe 2”. Jurnal Majority. Vol.4.No.5 :

93-101

Fatmawati,A.(2010). “Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Pasien

Rawat Jalan (studi kasus di Rumahsakit Umum Daerah Sunan Kalijaga

Demak)”. Universitas Negeri Semarang. http://lib.unnes.ac.id/2428/

(diakses pada tangga 10 Desember 2017)

Habtewold, T.D., Alemu, S.M., & Haile, Y.G.(2016). “Sociodemographic,

Clinical, and Psychosocial Factors associated with Depression among

Type 2 Diabetic out Patients in Black Lion General Specialized Hospital,

Addis Ababa, Ethiopia : a cross-sectional Study ”. BMC Psychiatry.16

(103) : 1-7

International Diabetes Federation. (2015). IDF Diabetes Atlas Seventh Edition

2015. Dunia : IDF

Jelantik,I.G, MG., & Haryati, E (2014). “Hubungan Faktor Risiko Umur, Jenis

Kelamin, Kegemukan, dan Hipertensi dengan Kejadian Diabetes Melitus

Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Mataram”. Media Bina Ilmiah. Vol.

8.No.1 : 39-44.

Karsuita,T.R.L., Decroli, Eva.,& Sulastri, Delmi. (2016). “Hubungan Jumlah

Komplikasi Kronis dengan Derajat Gejala Depresi pada Pasien Diabetes

Melitus Tipe 2 di Poliklinik RSUP Dr. M. Djamil Padang”. Jurnal

Kesehatan Andalas. 5 (3): 675-679

Kekenusa, J.S., Ratag, Budi.T., & Wuwungan, Gloria. “Analisis Hubungan antara

Umur dan Riwayat Keluarga Menderita DM dengan Kejadian Penyakit

Page 19: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN ...eprints.ums.ac.id/59746/22/NASPUB.pdfKeluhan penyerta yang muncul akibat komplikasi kronis yang dialami dan menejemen diabetes yang kompleks

15

DM Tipe 2 pada Pasien Rawat Jalan di Poliklinik Penyakt Dalam BLU

RSUP Prof. DR. R.D Kandou Manado”. Jurnal FKM.Universitas Sam

Ratulangi

Kristiyawati,S.P., Solechan, Achmad (2011) “Hubungan antara Tingkat

Ketergantungan Activity Daily Living dengan Depresi pada Pasien Stroke

di RSUD Tugurejo Semarang”. STIKES Telogorejo.

http://112.78.40.115/ejournal/index.php/ilmukeperawatan/article/view/70.

Diakes pada 31 Januari 2018

Notoatmodjo. 2014. Metode Penelitian Kesehatan. edisi revisi. Jakarta: Rineka

Cipta.

Peyrot.M. et.al. (2009) “Predictors of depressive symptoms in person with

peripheral neurophaty : a longitudinal study”. Diabetologia: 52 : 1265-

1273

Purwanti, O.S. (2013) “Analisis Faktor-Faktor Risiko Terjadi Ulkus Kaki pada

Pasien Diabetes Melitus di RSUD DR Moewardi”.Universitas Indonesia.

http://lib.ui.ac.id/abstrakpdf?id=20335855&lokasi=lokal. (diakses pada

tanggal 5 Agustus 2017).

Purwanti, O.S Yetti,K.,& Herawati, T (2012). “Duration of Diabetic Correlated

Diseases with Diabetic Foot Ulcers at DR Moewardi Hospital of

Surakarta”. International Conferenceon Health and Well-Being.

2016 : 359-363. http://publikasiilmiah.ums.ac.id (diakses pada 1

Februari 2018).

Rehman,U.A., & Kazmi,S.F(2015). “Prevalence and Level of Depression,

Anxiety, and Stess among Patients with Type-2 Diabetes Mellitus”.

Department of Psychcology. 11(2) : 81-86

Reid, M.K.T., & Walker,S.P (2009). “Quality of life in Caribbean youth with

diabetes”. West Indian Journal, 58 (3):1-8

Rosyada, Amrina.,& Trihandini, Indang.(2013). “Determinan Komplikasi Kronik

Diabetes Melitus pada Lanjut Usia”. Jurnal Kesehatan Masyarakat

Nasional. Vol. 7. No.9 :395-401

Sativa, O (2015). “Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Derajat Depresi Pasien

Diabetes Melitus Tipe-II di RSUD DR. Rivai Berau Kalimantan Timur”.

Universitas Muhhammadiyah Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/39585/

(diakses pada tanggal 14 Desember 2017).

Satriawibawa,I.W.E.,& Saraswati, M.R. (2012). “Prevalensi Komplikasi Akut dan

Kronis Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP

Sanglah Periose Januari 2011 – Mei 2012”. Skripsi.Universitas Udayana

Smeltzer,S.C.,&Bare,B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth (8th ed) (H.Y Kuncara, dkk, penerjemah). Jakarta :

EGC

Soewondo,P, dkk. (2010). “Prevalence of Metabolic Syndrome Using NCEP/ATP

III Criteria in Jakarta Indonesia: The Jakarta Primary Non-Communicate

Disease Factor Surveillance 2006 ”. Act.Med Indones-Indones Journal

Intern Med. Vol. 42. No. 4 :199-203

Page 20: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN ...eprints.ums.ac.id/59746/22/NASPUB.pdfKeluhan penyerta yang muncul akibat komplikasi kronis yang dialami dan menejemen diabetes yang kompleks

16

Susanti ,M.L., & Sulistyarini,T (2013).”Dukungan Keluarga Meningkatkan

Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Melitus di Ruang Rawat Inap RS Baptis

Kediri”. Jurnal STIKES.Vol.6.No.1 : 1-10

Tapash, R & Caty E,L. (2012) “Epidemiology of Depression and Diabetes.

Elsevier Inc: A systematic review”.

Tarwoto, dkk, 2012. Keperawatan Medikal Bedah Ganguuan Sistem Endokrin.

Jakarta: Trans Info Media

Trisnawati, S.K., & Setyorogo, Soedijono (2013). ”Faktor Risiko Kejadian

Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta

Barat Tahun 2012 ”. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5 (1): 1-6

Widhiasari, E. (2012). “Hubungan antara Pengetahuan Pasien tentang Penyakit

Diabetes Melitus dengan Depresi pada Pasien Kaki Diabetik di Unit Rawat

Jalan RSUD Dr. Moewardi”. Naskah Publikasi. UMS

World Health Organization. (2016). World Health Statistics. Dunia : WHO

Wulandari,D.C. (2011). “Hubungan antara Persepsi terhadap Penyakit dengan

Tingkat Stres pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II di RSUD Dr. Haryoto

Lumajang”.Jurnal psikologi. Malang: Program Studi Psikologi. Universitas

Brawijaya.