Fungsi neurologi dan kognitif
-
Upload
mursalin-azah -
Category
Documents
-
view
680 -
download
2
Transcript of Fungsi neurologi dan kognitif
Fungsi neurologi dan kognitif
Focus pembelajaran
1. Mengidentifikasi perubahan struktur neuron,sinapsis,dan komposisi lain
yang muncul dengan penuaan
2. Mengidentifikasi perubahan dalam fungsi sensorimotorik,fungsi motoric,
memori,kognitif, pola tidur, dan,,,dengan penuaan
3. Perbandingan normal,perubahan usia yang terkait dengan system neurologi
dengan perubahan kognitif
4. Perbedaan perubahan kognitif yang pengaruhnya paling sering pada usia tua
5. Mengidentifikasi kriteria dari depresi, delirium, demensia, penyakit
amnestic, dan gaangguan kognitif lainnya yang didapatkan oleh diagnostic
dan statistical manual dari gangguan mental
6. Perbedaan gangguan neurologi yang akan ditemukan pada usia dewasa
7. Implementasi dari proses keperawatan ketika pemberian perawatan pada
klien dengan kondisi neurologi yang terganggu.
Mempelajari fungsi kognitif dan neurologi telah mengagumkan para ahli
kedokteran sejak berabab-abad yang lalu. Pada tahun 1907, Alzeimerr
pertama kali dideskripsikan sebagai kemunduran kognitif yang sekarang
dikenal sebagai penyakit Alzeimer (AD). Parkinson pertama kali
dideskripsikan sebagai gejala dari penyakit Parkinson (PD) pada tahun 1817.
Menurut sejarah, penyakit neurologi didiagnosa dengan observasi. Jarang
para ahli kedokteran menggunakan test laboratorium atau biokimia untuk
bisa mendiagnosa dan mengawasi penyakit. Malahan mendiagnosa dan
mengawasi berbagai penyakit-penyakit kronis membutuhkan pengetahuan
dari struktur neurologi dan perubahan usia yang berkaitan, seperti halnya
teknik observasi yang tekun.
Sekarang, ditemukan test yang canggih seperti Magnetic Resonance
Imaging (MRI), Elektromyografi (EMG), dan pencabangan spinalis, banyak
dari manajement neurologi yang masih didasarkan oleh pengetahuan dari
berkautan dengan perubahan usia, observasi, dan test tidak langsung. Pada
bab ini akan menampilkan yang berkaitan dengan perubahan usia normal
mempengaruhi fungsi kognitif dan neurologi, dilanjutkan oleh deskripsi dari
masalah umum dengan proses ini dan kondisi neurologi lainnya.
Usia Normal-dikaitkan dengan perubahan dari system Neurologi
Perubahan structural dan fungsional terjalin dan bergantung dari variabel,
mencakup genetic individu dan bagian spesifik dari otak yang
mempengaruhi. Perubahan structural dan fungsional muncul denga penuaan,
walaupun penyebab khusus berkaitan dengan perubahan usia. Perubahan
structural dari neuroanatomi pada masa yang akan datang tidak mudah
diteliti karena interaksi dari penelitian dan variabel lingkungan dengan
variabel biologi yang bervariasi dalam sejarah kehidupan. Persentasi orang
dewasa lebih tua mengalami kerusakan memori kecil,kognitif lebih lambat
yang memproses kemampuan,dan perubahan pola tidur, penglihatan,
pendengaran, gaya berjalan,dan sikap. Banyak penyebab dari penyakit
neurologi yang timbul karena penuaan dengan kelainan fungsi klinis yang
tumpang tindih. Perubahan struktur anatomi diikuti kehilangan
neuron,perubahan synaptic,dan perubahan dalam komposisi dari otak dan
nervus sel.
Otak sensitive terhadap perubahan apapun dalam metabolism atau
suplai oksigen, dan fungsi yang lemah disebabkan oleh penyakit dan
perubahan lingkungan yang merugikan yang mungkin dipercepat sebagai
hasil perubahan ini. Perubahan mungkin disebabkan oleh perubahan
dasar,usia-dikaitkan degenerasi dari neuron atau mungkin menggambarkan
efek kumulatif dari trauma,ischemia,dan kondisi kelainan patologik lainnya
yang mempengaruhi system nervous.
A. Perubahan Struktural
Perubahan structural dengan penuaan diikuti dialtasi ventricular,atropi otak,
peningkatan variabilitas dari ukuran otak ( kotak 27-1). Cortical atropi lebih
besar dalam kortex frontal dan temporal. Perubahan morfologi diikuti atropi
dari punggung bukit (gyri) dan pelebaran dari celah (sulci). Pembesaran dari
ventrikel mungkin juga terjadi. Perubahan ini bisa dibenarkan dengan MRI
dan computed tomography (CT).
Kotak 27-1
Penurunan pada berat otak
Reduksi pada nomor dari fungsi neuron
Peningkatan pada neuroglia
Peningkatan pada jumlah dari tanda senile dan kekacauan
neurofibrilari
Akumulasi dari lipofuscin
1. Kehilangan Neuronal
kehilangan neuron bukanlah suatu hal yang umum menyertai dari penuaan,
maupun apakah itu suatu kehilangan secara langsung. Neurons adalah sel
postmitotic yang tidak menyalin diri mereka dan tinggal di suatu lingkungan
kaya yang itu adalah plastic dan tunduk kepada perubahan (Kaye,1997).
Sejumlah studi sudah mengukur ukuran sel di dalam otak setiap orang
individu, temuan yang terkait dengan umur neuron yang mempengaruhi
otak didalam bermacam-macam bagian dan derajat tingkatan yang berbeda.
Tidak hingga baru-baru ini, secara luas diterima bahwa kehilangan
neuron adalah hasil yang tidak bisa diacuhkan dari penuaan yang normal.
Sekarang, dengan pengembangan prosedur yang lebih akurat untuk
menghitung neurons, itu telah ditemukan kemunduran yang terkait dengan
umur/zaman itu di dalam neuron melalui angka-angka sampai kehilangan
neuron , yang terutama sekali di dalam area neocortex dan hippocampus,
bukanlah suatu bagian penting dari penuaan normal( Morrison. Hof,1997).
Perubahan berat/beban yang nyata telah dicatat didalam decade
keenam dan yang kelima pada wanita dan decade ketujuh dan keenam pada
wanita dan decade ketujuh dan keenan pada laki-laki ( Murphy et al.,1996).
Penurunan berat/beban otak mungkin adalh suatu hasil dari pengurangan
neuron bukan hilangnya neuron. Analisa serologic dari total nomor
neocortical neuron pada manusia mengungakapkan sex dan usia dikaitkan
dengan perbedaan nomor neuron, tetapi sex telah ditemukan untuk menjadi
peramal dari nomor neocortical daripada usia. ( Morrison, Hof, 1997).
Neocortex membentu permukaan dari otak dan ini adalah dasar dari fungsi
pentig lainnnya, dari pergerakan dan persepsi ke bahasa, pemikiran, dan
fugsi lebih tinggi. Sebuah perubahan dalam ukuran soma neuron (badan sell)
mungkin menandai penyakit selular. Kehadiran dari populasi neuron stabil
tidak menjamin bahwa fungsi biokimia tetap utuh. Kecuali jika penyakit
hadir , berat kehilangan dan membawa sedikit atropi, jika ada,efek tingkah
laku negatif.
Sebagai penelitian pada neurobiology dari penuaan yang bergerak
maju,kemajuan dapat diharapkan dalam penentuan mekanisme yang mana
perjalanan neural menjadi menurun ke degenerasi dan nondegeneratifyang
mengarahkan pada kemunduran fungsional.
2. Perubahan synaptic
Perubahan synaptic diikuti kehilangan dari dendrit dan spine dendritic dalam
beberapa sel dan peningkatan dendrit di sel-sel yang lainnya. Perubahan ini
dipercayai mempengaruhi pelepasan dari neurotransmitter kimia dan
hasilnya perubahan dalam komunikasi neuronal. Perubahan dalam transmisi
dan sensitifitas dari sel target menuju neurotransmitter adalah dalam
meyakinkan tetapi mungkin disebabkan oleh penyakit yang spesifik.
Norepineprine dan serotonin dipercaya menurun produksinya dalam
penyakit depresif, dopamine menjadi hipoaktif pada depresi dan dihambat
dalam PD ; dan asetylcolin, bertanggung jawab pada kondisi kolinergik
patofisiologi, telah mengimplikasikan dalam pergerakan penyakit sepert PD.
Perubahan patologik seperti degenerasi dari neuron kolinergik
diidentifikasikan dalam AD juga mempengaruhi respon synaptic.
3. Perubahan dalam komposisi dari Otak dan nervus Sel
Akumulasi dari lipofuscin dan kerusakan neurofibrilarry adalah jarak yang
didalamnya luka itu nmuncul pada usia yang lebih muda dan mempengaruhi
aktivitas sel nervus. Lipofuscin adalah kuning, tidak dapat dipecahkan,
pigment granular untuk membuang dari bagian-bagian membrane dan
struktur sel lainnya. Pembuangan ini dipercayai untuk mengisi cytoplasma
dan menyebabkan sel untuk bekerja lebih efektif lagi. Akumulasi dari
lipofuscin menimbulkan perbedaan dasar dari nervus sel; mereka
menemukan bahwa sel kurang sedikit aktif. Kerusakan Neurofibrillary
adalah keadaan abnormal neurofibers ditemukan dalam cytoplasma dari
neuron medium dan neuron besar. Neurofibers ini hanya ditemukan pada
manusia dan sedikit merata didalam otak yang sehat, aktif pada usia muda.
4. Perubahan Neuroendokrin didalam otak
Sedapat mungkin telah ditunjukkan mengenai peranan dari estrogen.
Estrogen mempunyai peranan untuk menaikkan pertumbuhan dan
kelangsungan hidup dari neuron kolinergik dan bisa mengurangi deposisi
serebral amyloid, keduanya bisa membantu memelihara fungsi kognitif
normal dan menunda serangan dari atau mencegah AD ( Tang et al, 1996).
Sekarang ini tidaka ada data yang bisa menghalangi kematian neuron, fakta
pikiran mengungkapkan bahwa itu telah didemonstrasikan untuk menjadi
perlindungan perlawanan AD serta perlindungan perlawanan
neurodegenerasi. Studi in vitro telah mendemonstrasikan bahwa estrogen
bisa melindungi neuron dalam keadaan perlawanan amyloid-induksi racun
dan peristiwa excitotoxic lainnya ( Morisson, Hof, 1997).
Deposisi amyloid dalam system saraf pusat adalah sebuah tanda dari
AD dan mungkin penyebab dari neurodegenerasi ( Wyss-coray et al, 1997).
Estrogen mempunyai peranan dalam pencegahan amyloid ini dan induksi
racun. Baru-baru ini telah diidentifikasikan factor resiko yang mungkin
muncul untuk deposisi peptide amyloid B. factor pertumbuhan transformasi
(TGF) B1 mempunyai peranan penting dalam merespon dari injuri otak, dan
peningkatan TGF-B1 telah ditemukan dalam system saraf pusat dari seorang
klien dengan AD ( Wyss-Coray et al, 1997). Penelitian lainnya ingin
melakukan hala yang lebih baik untuk bisa mengerti peranan TGF-B1 dalam
neuropatologi.
B. Perubahan Fungsional
Kekuatan fungsional pada orang lebih tua tidak selalu tetap kerusakkannya.
Perubahannya meliputi pada fungsi sensorimotor dan fungsi motor,
memori,kognisi,pola tidur,dan propriosepsi yang muncul pada berbagai
macam keadaan. Kepribadian,didefinisikan sebagai kestabilan,pola
tersendiri dari tingkah laku,pikiran, dan emosi.umumnya lebih konsisten
selama penuaan normal.
1. Fungsi sensorimotor
Kemunduran pada fungsi sensorimotor adalah paling umum dan perubahan
khusus pada orang yang lebih tua dan mungkin penyebab dari perubahan
lainnya (tergantung reaksi waktu). Lensa mata menjadi lebih tebal dan pupil
muncul lebih kecil pada orang yang lebih dewasa, sehingga cahaya jauh
lebih terang digunakan untuk kompensasi untuk kehilangan penglihatan.
Presbiopi disebabkan oleh kehilangan dari elastisitas didalam lensa,
sehingga mengurangi kekuatan untuk focus; lensa bifocal atau lensa convex
pada umumnya digunakan untuk membantu. 50% orang dengan usia 75
tahun dan lebih tua pendengarannya terganggu; disfungsi auditori mayor
adalah presbicusis. Hasil selanjutnya adalah kesulitan mengerti pembicaraan,
disebabkan oleh kehilangan ambang dengar pada ferkuensi tinggi.bunyi
consonan juga lebih sulit untuk didengar secara akurat.
2. Memori
Umumnya focus memori untuk orang dewasa lebih tua mencakup mengingat
nama,lupa pada beberapa tempat,dan mengingat kembali peristiwa yang
baru saja terjadi atau percakapan. Memori jangka pendek mengalami
kemunduran karena usia dan memori jangka panjang biasanya tetap
bertahan. Kemunduran memori merupakan satunya tanda yng mungkin
disebabkan oleh sebuah syndrome amnestic yang dilanjutkan kemonitoring.
Walaupun lebih sulit mengingat benda-benda umum yang tidak diketahui
fungsinya setiap hari. Strategi untuk adaptasi, contohnya membuat daftar
atau catatan ingatan,bisa digunakan untuk mengembalikan memori yang
telah hilang. Fungsi memori pada usia normal adalah dipersiapkan untuk
relevant,materi pembelajaran lebih baik.
3. Kognisi
Kemunduran kognitif biasanya terjadi pada penuaaan normal. Kemampuan
kognitif bisa dikategorikan sebagai keahlian intelektual dan kecepatan dasar
keahlian psikomotor. Intelektual adalah kumpulan keahlian pembelajaran
yang baik dan akumulasi prestasi sepanjang hidup, dideskripsikan sebagai
intelegensi yang dikristalkan ( pengetahuan yang diperoleh) dan aliran
intelegensi ( konsep-konsep baru yang diperoleh dan adaptasi situasi yang
tidak dekat) (Horn,1985;Horn,Cattel,1996). Kristal intelegensi dipelihara
sepanjang kehidupan, dan peningkatan keahlian. Puncak aliran intelegensi
antara usia 20 tahun dan 30 tahun dan kemundurannya pada usia selanjutnya
( Jutagir, 1994). Studi telah menyatakan bahwa aliran intelegensi lebih
efektif dipengaruhi oleh penuaan daripada Kristal intelegensi ( Matsuda,
Saito, 1998).
Keahlian psikomotor juga puncaknya pada usia 20 tahun tetapi
kemundurannya setelah itu.
4. Pola tidur
Perubahan pola tidur adalah konsisten,usia mempengaruhi perubahan. Orang
yang lebih tua melakukan tedensi cahaya untuk meningkatkan dalam total
tidur setiap hari dan insiden penelitian meningkat dari bangun setelah onset
tidur. Elektioensephalopagram (EEG) mempelajari bahwa dewasa lebih tua
sering menunjukkan penurunan lambat gelombang amplitude dan lebih
diselingi rapid eye movement (REM) diepisode selama tidur. Perubahan
hasil pola tidur pada orang yang lebih tua adalah merasakan perasaan
gelisah. (lihat bab 10)
5. Fungsi motor
Perubahan fungsi motor umumnya terjadi selama penuaan, biasanya
diperlihatkan dengan kebodohan, dilanjutkan pada sikap dan lambat, dan
gaya berjalan yang terseog-seog. Gaya jalan yang abnormal mungkin
dikaitkan pada kondisi usia seperti arthritis dari pinggul,lutut,atau tulang ,
atau osteoporosis. Hilangnya kekuatan dan kelambatan dari reaksi motoric
adalah dikaitkan dengan penuaan normal dan tidak disebabkan oleh gaya
berjalan. Disfungsi kutaneus sensori disebabkan oleh hilangnya lapisan
myelin yang luas dari sumber ganglion dorsal, juga mungkin kontribusi
untuk disfungsi postural dan hilangnya dari reflek tendon Achilles.
Munculnya kehilangan kekuatan,mempengaruhi kekuatan genggaman; ini
adalah hasil kerusakan aktivitas motoric. Abnormalitas motor diikuti
akinesia, tremor, dan kekakuan, dikaitkan dengan output abnormal dari hasil
basal ganglia pada fungsi yang tidak teratur dalam pusat kortikal frontal
( Meara,1994); abnormalitas ini bukan hasi dari penuaan normal.
6. Proriosepsi
Propriosepsi didefinisikan sebagai kemampuan untuk mempertahankan
posisi lurus atau tegak lurus tanpa jatuh, tergantung pada kemampuan untuk
menggunakan keseimbangan, sikap badan dan pergerakkan. Keseimbangan
dan kestabilan sikap tubuh ( postur) adalah hal-hal rumit yang membutuhkan
banyak sensori yang masuk dan motoric yang keluar dan pusat
integrasi/penggabungan dari kedua komponen tersebut untuk
mencapai/memperoleh keseimbangan dan daya gerak. Ketidaknormalan
propriosepsi mempengaruhi “normal”orang dewasa yang lebih tua
( berumur) adalah akibat dari perubahan system syaraf dan otot. Kesulitan
yang berhubungan dengan orientasi ruang/tempat mengakibatkan
ketidakmampuan untuk menghindari rintangan dengan cepat atau merespon
dengan gerakan yang cepat.
Gaya berjalan yang normal membutuhkan keseimbangan pada dasar
yang sempit/terbatas, yang membutuhkan neoumuskuloskeletal yang
lengkap dan system saraf. Tubuh bagian atas dan kepala cenderung
digunakan oleh banyak orang dewasa berumur untuk melawan goyangan
tubuh. Keseimbangan dinamis, atau kemampuan untuk menjaga tubuh tetap
tegak dan tenang/seimbang selama pergerakkan, juga dipengaruhi oleh
umur. Orang-orang yang telah berumur memerlukan lebih banyak langkah-
langkah untuk memposisikan kembali kaki mereka disbanding ketika
mereka masih muda. Penambahan usia dihubungkan dengan pengurangan
proprioseptif yang masuk, pengurangan gerak reflek, pengurangan kekuatan
otot-otot yang penting untuk mempertahankan postur tubuh dan
meningkatkan postur tubuh yang goyang ( tidak stabil).(kane,
Ouslander,Abrass,1994).
7. kepribadian
kepribadian tetapstabil selama usia normal, meskipun kepribadian
dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman orang yang telah berumur.
Tanda-tandanya antara lain kurangnya control emosi, kuarangnya inisiatif,
penarikkan diri atau perubahan-perubahan lainnya harus dipertimbangkan
indicator-indikator dari masalah yang lain. Gejala-gejala ini bisa jadi tanda
dari gangguan otak.
Masalah-Masalah yang umum dan kondisi-kondisi yang berhubungan
dengan proses perubahan pikiran
Proses perubahan pikiran terjadi seiring dengan kemunduran kognitif atau
gangguan pada fungsi kognitif. Definisi fungsi kognitif dapat diartikan
dengan cara yang berbeda, tergantung dengan tujuan ( penilaian yang
bersifatklinis,penelitian, program evaluasi). Istilah fungsi kognitif
mempunyai beberapa komponen, termasuk keadaan sadar, penampilan secar
umum dan kebiasaan, orientasi, memori, bahasa,kecerdasan, persepsi,
wawasan dan kemampuan menyelesaikan masalah,
keputusan/pertimbangan,isi pikiran,perhatian waktu,suasana hati dan
pengaruh (Kane, Ooslander,Abrass,1994). Istilah fungsi kognitif dan
keadaan jiwa digunakan dengan pertukaran pada literature. Fungsi kognitif
sering dipengaruhi oleh fungsi afektif seseorang dan dapat mempengaruhi
diagnosis.
Factor-faktot yang mempengaruhi/ memperbesar
Factor-faktor yang mempengaruhi yang berhubungan dengan proses
perubahan pikiran adalah neuroanatomic, disebabkan oleh kondisi psikologi,
lingkungn, kondisi fisik, dn factor lainnya. Penyebab-penyebab yang secara
potensial dapat dibalik menyebabkan persentase yang signifikan dari klien-
klien yang memperlihatkan delirium ( kedaan yang tidak waras).
Delirium,juga dikenal sebagai keadaan kebingungan yang akut (ACS),
didefinisikan oleh asosiasi kejiwaan amerika (APA) (1994) sebagai
gangguan pada kesadaran dasuatu perubahan kognitif yang berkembang
lebih dari satu periode tertentu. Penyebab-penyebab delirium berlipat ganda
(banyak), tapi tidak terbatas,termasuk; pengasingan social, efek
pengobatan,depresi, kekurangan metabolismemetabolismi, peningkatan
tekanan intracranial dan hidrosephalus. Ciri-ciri delirium bersamaan dengan
dementia dan depresi, terdapat di table 27-1.
Akibat dari delirium dari perlemahan kognitif sampai kematian. Angka
kematian pada RS dan instalasi orang dewasa berumur (lansia) berkisar
antara 10% hingga 65 % ( Cacchio,1998;Inouye,Charpentier,1996).
System organ menunjukkan kemunduran relative usia dengan
meningkatnya penggunaan kapasitas cadangan untuk
menjaga/mempertahankan homeostasis. Penuaan otak, seperti organ lainnya,
secara berangsur-angsur kehilangan kapasitas cadangannya. Hal ini secara
umum dapat dianggap bahwa fungsi kognitif mengalami kemunduran pada
usia tua karena perubahan-perubahan morfologi pada jaringan serebral
(otak) dan mengalami penurunan pada kapasitas sirkulasi dan
neurotransmitters.
Pemeriksaan-pemeriksaan keadaan mental (jiwa)
Pemeriksaan keadaan mental merupakan bagian yang penting dari penilaian
dan penelitian untuk orang dewasa berusia lanjut. Pemeriksaan ini
membantu mengidentifikasikan lebih awal dan penghitungan level
pelemahan/perusakan kognitif dan membantu mengenal penyebab yang
timbal balik. Pemeriksaan keadaan mental juga digunakan untuk
merencanakan dan mengevaluasi perawatan. Sebuah deretan tes
neuropsikologis untuk menilai keadaan mental fungsi kognitif dan fungsi
neurologi termasuk pendengaran, gaya berjalan, keseimbangan, distal yang
dalam pada reflex tendon, respon plantar,sensor perasa yang utama pada
bagian bawah tangan dan kaki dan integritas cerebrovaskuler. Kombinasi
dari neurologi dan penilaian kognitif membantu mengidentifikasikan
penyebab timbal balik dari gangguan kebiasaan pada kerusakan secara
kognitif orang lanjut usia. Perawatan berjalan terus untuk meningkatkan
peran mereka dalam melindungi keadaan mental. Sebagai contoh perawatan
membantu dalam merawat lansia dengan menilai dan menetapkan garis
dasar keadaan mental, hanya sebagai perawatan kulit dan jatuh mengacu
pada hak dan keseluruhan RS lansia.
Alat pelindung/penyaring
Beberapa instrument pelindung keadaan mental telah distandarisasikan
sebagai penilaian keadaan mental klien. Kuesioner keadaan mental (MSQ),
pemeriksaan mini keadaan mental ( MMSE), skala dimensi fungsi (FDS), tes
konsentrasi memori informasi (IMCT), tes menyenangkan yang
pendek/singkat( SBT), kuesioner keadaan mental yang bisa dibawa dengan
singkat ( SPMSQ) dapat dilakukan dengan mudah oleh penyedia perawatan
kesehatan. Tes-tes ini digunakan untuk melindungi klien dari kerusakkan
kognitif dan untuk mengukur tingkat gangguan kognitif terhadap
perkembangan sindrom selanjutnya. Tes-tes ini bukan alat diagnosis.
Penyebab dari kerusakkan kognitif yang diidentifikasikan oleh tes
ini/instrument-instrumen ini harus diselidiki.
MSQ adalah 10 item yang menanyakan nama dan lokasi dimana tes
diadakan; tanggal,bulan,dan tahun;usia,nama presiden US yang sekarang
dan yang dahulu. Ini adalah salah satu bentuk tes yang singkat/pendek dan
instrument yang paling banyak dugunakan. Tes ini dapat dipercaya dalam
mengidentifikasi klien dengan layak terhadap kerusakkan kognitif yang
berat. MSQ tidak menguntungkan bagi seluruh penilaian klien.
Skal dementia yang menyenangkan atau SBT juga dikenal sebagai tes
konsentrasi memori informasi yang menyenangkan (BIMC) digunakan
bersamaan dengan skala kompetensi perilaku. Pertanyaan –pertanyaan
orientasi, memori yang terbaru dan terdahulu dan konsentrasi adalah
predictor dementia atau penyakit kognitif lainnya. Penuaan dan depresi
memiliki pengaruh terhadap daya guna BIMC. SBT, yang juga dikenal
sebagai tes konsentrasi memori orientasi yang menyenangkan (BOMC)
adalah versi pengurangan dari skala dementia yang menyenangkan terdiri
dari 6 pertanyaan yang digunakan oleh banyak mata pelajaran.
FDS dikembangkan oleh pengurus dengn dementia untuk memonitor
penyakit secara objektif dan mengevaluasi perawatan. Item FDS diseleksi
untuk menilai msalah utama yang berhubungan dengan dementia, seperti
kemampuan emosional, penyimpangan, pergolakkan, hilangnya memori, dan
kebutuhan akan pengawasan (Box 27-2). Ini merupakan skala untuk dapat
membedakan tingkatan yang bervariasi dari pembatasan fungsi dan berguna
membentuk level kerusakkan dan penilaian efek dari intervensi waktu yang
berlebihan.
Wawasan
Regenarasi dan pemuliha otak diistilahkan dengan plasticity
(keliatan/kekenyalan) dan hanya bisa terjadi pada anak-anak remaja.
Sekarang dipercaya bahwa ada potensi untuk meningkatkan plasticitypada
orang lanjut usia. Dahulu, karena neuron adalah postmiotic, sehingga tidak
dapat meniru mereka sendiri (bagian otak),menyebabkan otak berhenti
berkembang selama periode yang potensial. Sekarang peneliti telah
menemukan bahwa beberapa axons dapay melakukan regenerasi dan bisa
mengganti sel-sel yang dapat tumbuh kembali seperti pada korban
AlZeimer. Plasticity terjadi secara berangsur-angsur jika orang lanjut usia
menyadari kebutuhan untuk mempertahankan kecerdasan dan partisipasi
dalam gaya hidup yang aktif.
MMSE adalah salah satu instrument yang banyak digunakan untuk menilai
orientasi,memory yang baru diterima,perhatian,kalkulasi,bahasa dan
skill/kemampuan motor. SPMQ adalah skala lain yang digunakan untuk
mendeteksi keberadaan dan tingkat kerusakkan kecerdasan. Item yang
diukur oleh pemeriksaan ini termasuk orientasi,memori,pengetahuan
umum,dan pengurangan. MMSE dan SPMQ dibahas detail pada bab 4.
Tes-tes kejiwaan digunakan unruk mengetes demensia atau gangguan
yang berhubungan dengan fungsi kognitif termasuk Cambridge Mental
Disorder of the Elderly Examination (CAMDEX), the Dementia Rating
Scale (DRS),dan The Wechsler Adult Intelligensce (WAIS). Pegawai
kejiwaan yang melaksanaknujian pengetahuan umum ini. CAMDEX adalah
jadwal interview/wawancara yang telah tersruktur yang dirancang untuk
mendeteksi kerusakkan kognitif, termasuk demensia ringan. CAMDEX
mempunyai 8 sesi, termasuk wawancara dengan pelapor, untuk memeriksa
informasi dari klien. Seorang ahli kejiwaan dapat melaksanakan CAMDEX
dalam 60 sampai 80 menit. DRS terdiri dari 5 sub skal dengan item-item
yang disusun berdasarkan tingkat kesulitan. DRS lebih luas dibandingkan
dengan tes lainnya dan membutuhkan waktu 30 sampai 45 menit untuk
melaksanakannya. DRS sensitive bagi klien dengan demensia ringan tapi
sangat berguna dalm menilai kapasitas fungsi individu yang didiagnosis
demensianya telah ditentukan. DRS juga berfungsi/berguna dalam menilai
perubahan peilaku. WAIS adalah tes kecerdasan yang digunakan para ahli
jiwa. Tesnya dibagi menjadi 2 ; verbal dan skala daya guna/prestasi. Sub-tes
verbal mengukur ilmu pengetahuan umum dan kosakata. Skala prestasi
mengukur kemampuan visual, termasuk analisi bentuk dan makna
hubungan.
Alat-alat diagnosis lainnya menyediakan informasi mengenai
penurunan kognitif. Tes-tes ini dapat digunakan untuk menentukan apakah
tes selanjutnya dibutuhkan. Selain itu, penilaian keadaan mental harus
meliputi;
1. Kesadaran yang baik dan kurangnya kognitif
2. Menetukan kekurangan-kekurangan dan bagaiman hal tersebut dapat
mempengaruhi fungsi seseorang
3. Menentukan kekurangan kognitif yang baru saja terjadi dan yang telah
terjadi
4. Konduksi melalui evaluasi medis untuk mengidentifikasi penyebab
timbal balik
5. Menentukan keberadaan masalah-maslah kejiwaan, terutama depresi
atau kegilaan
6. Mengevaluasi efek kekurangan fungsi kognitif pada individu dari
fungsi hari ke hari
7. Mengevaluasi luas dan kualitas hubungan social dan sumber daya
lingkungan.
Table 27-2
Skal fungsi demensia klien :
Lingkari salah satu pilihan / item observer :
1. Tidak pernah posisi/hubungan dengan pasien
2. Jarang fasilitas: tanggal :
3. Sering
4. selalu
1 2 3 4 (01) kesulitan melakukan tugas yang sederhana
(contohnya : memakai baju,mandi,berhitung )
1 2 3 4 (02) menghabiskan waktu dengan duduk atau
aktifitas yang tidak bermanfaat.
1 2 3 4 (03) berkeluyuran dimalam hari atau perlu
dikekang untuk mencegahnya
1 2 3 4 (04) mendengar sesuatu yang tidak ada
1 2 3 4 (05) membutuhkan pengawasan atau bantuan
ketika makan
1 2 3 4 (06) kehilangan berbagai hal
1 2 3 4 (07) terlihat bingung ketika ditinggal sendiri
1 2 3 4 (08) merintih
1 2 3 4 (09) tidak bisa mengontrol isi perut
1 2 3 4 (10) mengganggu orang lain
1 2 3 4 (11) tidak bisa mengontrol kandung kemih
1 2 3 4 (12) perlu diawasi sehingga tidak menyakiti
orang lain merokok sembarangan,meninggalkan kompor dalam keadaan
hidup,jatuh/terjun.
1 2 3 4 (13) merusak barang-barang sekitar ( contohnya
merusak barang/furniture, melempar peralatan makan,merobek majalah)
1 2 3 4 (14) berteriak
1 2 3 4 (15) menuduh orang lain menyakitinya secara
fisik atau mencuri barang miliknya ketika kamu yakin bahwa tuduhan itu
tidak benar.
1 2 3 4 (16) tanpa sadar menyakiti diri sendiri
1 2 3 4 (17) bingung dan tidak tahu dimana dia berada
1 2 3 4 (18) mempunyai masalah pada ingatan
1 2 3 4 (19) secara tiba-tiba terjadi perubahan mood
( contohnya : merasa terganggu, marah atau menangis dengan mudahnya)
1 2 3 4 (20) jika ditinggal sendiri, keluyuran tanpa tujuan
sepanjang hari atau perlu dikendalikan agar tidak keluyuran.
Gangguan – gangguan Kognitif sehubungan dengan prose berfikir yang
berubah
Gangguan seperti ini pada orang tua meliputi
demensia,delirium,depresi,amnestic, atau gangguan-gangguan kognitif yang
asalnya tidak spesifik. Diagnosis yang akurat terhadap sindrom-sindrom
sehubungan dengan proses berfikir yang berubah merupakan sebuah
tantangan. Sindrom-sindrom mungkin tidak terdiagnosis karena kesamaan
pada disfungsi kognitif. Tetapai masing-masing memiliki perbedaan factor
etiologi. Diagnosis penykit terutama sindrom kognitif memiliki implikasi
yang signifikan karena perawatan yang tepat terhadap berbagai jenis
penyakit meningkatkan fungsi kognitif.
Depresi
Depresi merupakan salah satu gangguan emosi yang terjadi berhubungan
dengan usia dan terjadinya depresi mengalami peningkatan pada usia yang
secara medical sakit. Penyakit medis yang sering terjadi sehubungan dengan
depresi termasuk PD,CVAs,Hunginton’s chorea dan AD. Depresi
dikategorikan berdasarkan ; depresi mood, kehilangan minat dan
ketertarikan, kurangnya energy, perubahan pola tidur, kegelisahan,
kehilangan nafsu makan, menangis,agitasi, dan kurannya libido. Depresi
sering terjadi pda orang usia lanjut karena kerusakkan kognitif, terutama
pada area perhatian dan konsentrasi. Depresi sering terjadi bersamaan
dengan permulaan demensia karena perubahan neurochemical sama halnya
dengan kesadaran orang lanjut usia terhadapa fungsi fisik dan intelektual.
Orang lanjut usia yang depresi akan mengabaikan makan atau kepedulian
terhadap kondisi medis yang kronis,kecenderungan mereka untuk
meningkatan delirium.
Depresi dikenal sebagai peniru yang hebat. Pseudodemensia adalah istilah
yang digunakan bila orang lanjut usia menunjukkan kerusakkan demensia
yang bukan merupakan bentuk dari demensia tetapi depresi.pseudodelirium
digunakan bila orang lanjut usia menunjukkan kebingungan yang akut yang
mengarah ke delirium. Konsekuensi-konsekuensi psikologis dari
membuatnya sulit untuk membedakannya dari penyakit fisik. Depresi bisa
menunjukkan gejala-gejala fisik,termasuk kelelahan,konstipasi,perlambatan
psikomotor,siklus mood yang berulang-ulang,dan perubahan selera
makan,berat badan dan pola tidur. Bentuk depresi dari satu orang ke orang
lain.diagnosis pada orang lanjut usia sulit,yang mengakibatkan kemungkinan
peningkatan kebingungan disertai gejala fisik dan psikis pada usia normal
atau demensia. Terdapat hubungan yang signifikan antara depresi dan
ingatan yang ditunjukkan,keterlambatan dan apathy.yang penulisannya sulit
dalam membedakan depresi dari demensia. Orang yang depresi mungkin
menjadi orientasi kognitif dan mampu dengan memuaskan menunjukkan
pada tes dari memori,pembelajaran dan intelejensi. Tergantung pada derjat
depresi, bagaimanapun,orang-orang ini mungkin merespon dari pertanyaan
tes kognitif dengan,”saya tidak tahu”.komplai mereka dari hilang ingatan,
mengingat mereka orang-orang yang lemah kurang wawasannya dalam
kognitif mereka sehingga memunculkan complain. Table 27-1 perbandingan
dari demensia,delirium,dan depresi. Penjelasan selanjutnya pada bab 13
untuk diskusi perbandingan dari depresi.
Perbandingan karakteristik delirium, Demensia,dan Depresi
Delirium Demensia Depresi
Serangan Tiba-tiba Tersembunyi dan membahayakan, ganas atau sekali-kali
Tiba-tiba berhubungan dengan peristiwa tertentu
Jangka waktu
Berjam-jam sampai berhari-hari
Tetap/terus menerus
Terus menerus
waktu Berbahaya pada malam hari dan ketika level puncak obat;serangan bangun tidur
Stabil atau tidak berubah
Insomnia;tidur sepanjang pagi hari ;dini hari terjaga/tidak tidur
Kerusakan kognitif
Memori,perhatian,Kesadaran,perhitungan
Berfikir abstrak,pertimbangan,Pola piker,perhitungan agnosia;permanenDan progresif
Complain terhadap hilangnya memori,kelalaian dan ketidakmampuan berkonsentrasi
kegiatan Bertambah/berkurang,naik turun;meliputi pergerakkn getaran dan kejang-kejang
Tidak berubah dari perilaku biasa
Kurang motivasi,gelisah
Bicara/ Cepat,ngelantur, Kacau,ngelantu Lambat,le
bahasamembingungkan
r,Membingungkan;Berjuang menemukanKata-kata
mah;Lambat memproses&Merespon rangsangan verbal
Suasana hati
Perputaran mood yang Cepat;penuh ketakutanDan curuga
Tertekan,apatis,tidak tertarik
Kesedihan yang hebat,gelisah,mudah marah
Halusinasi/khayalan
Visual,auditori,taktis
Khayalan tapi bukan halusinasi
Khayalan tentang hal-hal yang tidak berguna;paranoid
Factor yang berhubungan
Kondisi fisik,keracunan obat,sakit kepala,perubanhan lingkungan,kurangnya pendengaran
Alcohol,kekurangan B12,chorea Huntington,penyakit pembuluh darah (vvascular, HIV,AD
Kurang teman,keluarga,kesehtan dan gaya hidup
Timbal balik
potensial tidak Potensial
Delirium
Delirium diartikan sebagai gangguan dari pikiran yang disertai dengan
perubahan dalam kognitif yang tidak bisa menjadi lebih baik sebelumnya
atau perkembangan demensia (APA,1994). Itu relative terjadi serangan
( berjam-jam/berhari-hari) dengan fluktuasi dan dengan tpie latihan cepat.
Tanda-tanda Hallmark diikuti gangguan dalam kekuatan individu untuk
konsentrasi atau keseimbangan perhatian pada stimuli dari luar, dengan sulit
bergeser dari satu topic ke topic yang lain, dan gangguan
berbahasa,percakapan yang berantakkan. pemikiran Yang tidak terorganisasi
oleh alasan-alasan dan percakapan yang sering ditunjukkan. Gejala-gejala
umum lainnya dari delirium :
pikiran yang melayang atau fluktuasi dari kesadaran
kesalahan persepsi,ilusi, atau halusinasi
disorientasi pada orang,tempat,dan waktu
masalah ingatan
peningkatan tau penurunan aktivitas fisik
kelemahan pendapat
Delirium bukanlah sebuah penyakit dari system syaraf; itu adalah sebuah
sindrom hasil dari berbagai macam penyebab ( table 27-2).
Kemudian,perawatan dari delirium adalah mengidentifikasikan dan merawat
penyebab dibawahnya. Riwayat sebelumnya dan ujian fisik adalah dasar
dalam mengidentifikasikan penyebabnya. Hasil test labaoratorium bisa
digunakan sebagai petunjuk dalam riwayat sebelumnya dan ujian fisik.
Seringkali,penyebab medis diidentifikasikan sebagai penyebab dari delirium.
Bagaimanapun,psikososial dan lingkungan penyebab tidak bisa diabaikan.
Factor lingkungan seperti perubahan kecepatan dalam lokasi dan deprivasi
sensori bisa menyebabkan delirium.
Literature telah mengidentifikasikan banyak factor penyebab dari
delirium. Neelon dan Champagne (1992) mengembangkan sebuah kerangka
bantuan dalam banyak mengorganisasikan penyebab dari kebingungan
akut.penyebab lingkungan seperti isolasi social,permasalahan
keluarga,lingkungan yang tidak dekat,beban sensori,imobilisasi,dan
deprivasi tidur (Beresin,1988;foreman,1986;francis,Martin,Kapoor,1990).
Penyebab psikologi seperti penyebab
metabolisme,endokrin,kardiovaskular,cerebrovascular,dan nutrisi;
infeksi;serebral dan neoplasma ekstracranial, dan trauma
( Beresin,1998;Francis,Martin,Kapoor,1990;Lipowski,1983;Rockswood,198
9;Tueth,cheong,1993).akhirnya, penyebab toksik seperti penggunaan obat-
obatan,subtansi intoksikasi dan substansi lainnya
(Beresin,1998;Francis,Martin,Kapoor,1990;Lipowski,1983;Rockswood,198
9;Tueth,cheong,1993). Satu penyebab diidentifikasikan,delirium
memberikan diagnosayang khusus didasarkan atas penyebab (contohnya,
delirium menjadi kondisi medis umum,substansi-induksi delirium,atau
substansi diluar lainnya). Delirium muncul sekitar 14 % sampai 56 % klien
usia lanjut dirumah sakit,dengan rata-rata angka kematian 10%-65%
( Inouve,Charpentier,1996).
Delirium muncul pada semua keadaan; dirumah, fasilitas tinggal
pembantu,fasilitas keperawatan,dan rumah sakit. Frekuensi ketika seseorang
dewasa lebih tua datang delirious dalam keadaan yang tergesa-gesa ke
administrasi rumah sakit, dalam kondisi melayang penyebab
delirium.sebagian penelitian fokus pada mengidentifikasi dari pasien usia
lanjut rumah sakit dengan delirium yang riwayat kesehatannyatidak
diketahui penyebabnya. Tetapi seringkali penelitian focus mengidentifikasi
factor resiko dan strategi prevensi. Banyak instrument yang telah
dikembangkan untuk menilai delirium, dan mereka bisa menemukan dalam
lieteratur keperawatan dan medis. Keperawatan untuk menilai instrument
kebingungan akut seperti the Clinical Assessment of Confusion-A (CAC-A),
dan CAC-B dikembangkan oleh Vermeersch (1986,1992),the VAS-AC
(Nagley,1986) dan skala kebingungan NEECHAM ( Champagne et al,1987).
Semua ini telah ditemukan keberhasilannya dalam kondisi perawatan yang
akut,dengan menerima sensitivitas dan spesifisitas. Ada beberapa skala
penilaian model delirium yang lebih baik. Skala nilai delirium ( trzepacz,
Baker,Greenhouse,1988), tanda interview delirium
( Levkoff,Besdine,wetle,1986), dan metode penilaian kebingungan (Inouye
et al 1990) semua meneriam sensitivitas dan spesifisitas untuk pasien usia
lanjut. Keuntungan dari skala keperawatan dibandingkan dengan skala medis
adalah observasi mereka secara alami dan telah mengembangkan menjai
lengkap setelah interaksi normal dengan klien selama mereka tinggal.
Prevensi dirumah sakit pada usia lanjut telah focus pada factor resiko
untuk delirium dan dirancang intervensi sekitar factor-faktor resiko ini.
Intervensi keperawatan untuk mencegah delirium antara lain ; pendidikan
dari bagian keperawatan untuk tanda dan gejala delirium;orientasi dan
komunikasi;mobiliasi;modifikasi lingkungan;edukasi dari pemberi
perawatan,control nyeri,manajemen dari pola eliminasi,manajemen
medis;dan perubahan rencana lain ( Wanich et al,1992).
Cole,pimeau,dan McCusker (1996) mengevaluasi dari efektivitas dari
intervensi pada pencegahan delirium di klien rumah sakit dan ditemukan
bahwa walaupun sitemukan sedikit hasil mereka,sebuah spectrum besar dari
intervensi preventif yang menyertakan psikiatrik atau penilaian medis,
semangat,pendidikan,dan reorientasi yang mungkin lebih efektif. Mereka
juga menemukan bahwa intervensi oleh perawat sendiri efektif seperti
intervensi oleh seorang physician. Inouye et al (1999) mengevaluasi banyak
komponen strategi untuk pencegahan delirium yang focus terhadap 6 faktor
resiko ; kekacauan kognitif,deprivasi tidur,imobilisasi,dan dehidrasi.
Intervensi menghasilkan reduksi yang signifikan pada nomor dan durasi dari
setiap episode dari delirium pada oranglanjut usia dirumah sakit ketika
dibandingkan mengawasi sebuah kelompok control,bahwa pencegahan
primer dari delirium mungkin paling efektif strategi pengobatannya.
Demensia
Demensia didefinisikn sebagai gangguan kognitif karakteristiknya
kekurangan banyak penyebab psikologi (APA,1994). Demensia bisa
dikelompokkan kedalam 4 kategori; demensia degenerative primer,
demensia vascular, demensia irreversible sebagian atau reversible, dan
gangguan neurologic lainnya. Demensia reversible mungkin bisa menjadi
irreversible tanpa pengobatan dari factor penyebab. Demensia
dikarakteristikan oleh kehilangan ingatan dan paling sedikit gangguan fungsi
intelektual ( contohnya orientasi,perhatian,perhitungan,bahasa,dan keahlian
motor). Memori jangka pendek, kelanjutan,dan memory jangka panjang
adalah efek oleh demensia. Individu sulit berfikir abstrak, seperti tidak
sanggup mendefinisikan perbedaan sejumlah objek atau kata yang nyata
dengan kehidupan. Aphasia (ketidakkuatan mengerti kata-kata),
agnosia( ketidakkuatan untuk mengenal objek-objek terdekat), apraxia
( masalah manipulasi benda), dan agraphia ( kesulitan menulis dan
menggambar) adalah tanda-tanda dari demensia. Perubahan individu
mungkin menjadi nyata.
Demensia adalah keadaan yang biasanya muncul dalam kehidupan
selanjutnya yang berubah dalam fungsi neurologi disebabkan oleh sebuah
proses penyakit. Penyebab khusus yang berhubungan yaitu factor genetic,
perubahan imunologi, dan virus atau penyebab lingkungan (table 27-3).
Persentasi orang yang hidup deng AD diantara 75,80,85,dan 90 tahun adalah
4,3% 8,5% 16% dan 28,5%, (Brookmeyer,Gray,Kawas,1989). Penelitian
maslah sulit karena kurangnya standar definisi dari demensia ringan dan
sulitnya dalam mendeteksi tanda dari demensia segera.
Demensia dari tipe Alzeimer adalah penyakit yang
progresif,penyebabnya tidak sepenuhnya dimengerti. penelitian difokuskan
pada genetik,v27eneticngkungan,imunologi dan penyebab lainnya. AD tidak
hanya definisi diagnosanya dengan biopsy otak atau autopsy. Penemuan
tetap dengan AD diikuti sebuah akumulasi dari tanda cortical neuritic
(senile) dalam gray matter, kerusakkan neurofibrillary yang berlebihan
ditemukan pada penuaan normal,amyloid angiopathy, dan degenerasi
granuvaskular dari neuron didalam piramida sel layer dari hippocampus.
Sekarang ini tersedia tes yang tidak valid untuk mendiagnosa AD.
Seseorang dengan AD mempunyai peningkatan jumlah dari choline
acetyltransferase,sebuah bahan kimia didalam otak yang mempunyai
peranan penting dalam pembelajaran manusia dan ingatan. Penemuan ini
memberi semangat intervensi baru untuk orang-orang dengan AD.
Pada tahun 1997 prevalensi dari AD di US adalah 2.32 juta orang-
orang ( dengan rata-rata dari 1.09 ke 4.58 juta).
AD mungkin menjadi transmisi genetic dalam beberapa substansi,
khususnya dalam tempat presenile demensia,sebuah demensia yang
didapatkan pada usia 65 tahun. AD bukanlah penyakit keturunan. Peneliti
mempunyai hasil lokasi mungkin dari sebuah gen yang dikumpulkan dengan
beberapa jenis dari AD, tapi ini hanya tahap pertama dalam determinan
transferasi genetic. Itu telah ditemukan bahwa AD adalah keturunan
autosomal dominan dalam keluarga dengan demensia. Mutasi dari gen
kromosom 21 yang dihubungkan dengan perkembangan dari penyakit.
Penemuan kromosom 21 adalah penarikkan particular karena semua orang
dengan syndrome down ( trisomy 21) yang masih hidup untuk tiga atau
empat decade berkembang menjadi patologi dari AD ( Geller et al,1995).
Kromosom 14 berhubungan dengan onset dekat AD dalam 70% tempat, dan
kromosom 19 berhubungan dengan onset familial AD (geller et al,1995).
Kromosom 19 penutup untuk penulisan gen apolipoprotein E (ApoE).