form jurnal lap prakt SSO 2014 (2).docx

13
  LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK Judul : Sintesis Asetaminofen (Paraset amol) Tujuan Percobaan : Mempelajari proses asetilasi pada sintesis asetaminofen.  Pendahuluan Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan tunggal sebagai analgetik- antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang dijual bebas (Darsono, 2002). Parasetamol, mempunyai daya kerja analgetik dan antipiretik sama dengan asetosal, meskipun secara kimia tidak berkaitan. Tidak seperti Asetosal, Parasetamol tidak mempunyai daya kerja antiradang, dan tidak menimbulkan iritasi dan pendarahan lambung. Sebagai obat antipiretika, dapat digunakan baik asetosal, salsilamid maupun parasetamol. Diantara ketiga obat tersebut, parasetamol mempunyai efek samping yang paling ringan dan aman untuk anak-anak (Sartono,1996). Parasetamol adalah paraaminofenol yang merupakan metabolit fenasetin dan telah digunakan sejak tahun 189). Parasetamol (asetaminofen) mempunyai daya kerja analgetik, antipiretik, tidak mempunyai daya kerja anti radang dan tidak menyebabkan iritasi serta  peradangan lambung (Sartono,19 96). Parasetamol memiliki sinonim 4-hidroksiasetanilida dengan rumus empirisnya adalah C 8 H 9  NO 2 . Senyawa ini memiliki berat molekul 151,16 gram/mol. Parasetamol biasanya  berbentuk serbuk hablur, berwarna putih, tidak berbau dan memiliki rasa sedikit pahit. Senyawa ini dapat larut dalam air mendidih, NaOH 1N dan dalam etanol. Titik leleh  paraseatmol adalah 168-172ºC. Berikut ini merupakan struktur dari parasetamol: O H  NH CH 3 O  Gambar 1. Strutur parasetamol (Dirjen POM, 1995). Paraf Asisten

description

parasetamol

Transcript of form jurnal lap prakt SSO 2014 (2).docx

  • 5/19/2018 form jurnal lap prakt SSO 2014 (2).docx

    1/13

    LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK

    Judul :Sintesis Asetaminofen (Parasetamol)

    Tujuan Percobaan : Mempelajari proses asetilasi pada sintesis asetaminofen.

    Pendahuluan

    Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara kerja

    menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP). Parasetamol

    digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan tunggal sebagai analgetik-

    antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam sediaan obat flu, melalui resep dokter atau

    yang dijual bebas (Darsono, 2002).

    Parasetamol, mempunyai daya kerja analgetik dan antipiretik sama dengan asetosal,

    meskipun secara kimia tidak berkaitan. Tidak seperti Asetosal, Parasetamol tidak mempunyai

    daya kerja antiradang, dan tidak menimbulkan iritasi dan pendarahan lambung. Sebagai obat

    antipiretika, dapat digunakan baik asetosal, salsilamid maupun parasetamol. Diantara ketiga obat

    tersebut, parasetamol mempunyai efek samping yang paling ringan dan aman untuk anak-anak

    (Sartono,1996).

    Parasetamol adalah paraaminofenol yang merupakan metabolit fenasetin dan telah

    digunakan sejak tahun 189). Parasetamol (asetaminofen) mempunyai daya kerja analgetik,

    antipiretik, tidak mempunyai daya kerja anti radang dan tidak menyebabkan iritasi serta

    peradangan lambung (Sartono,1996).

    Parasetamol memiliki sinonim 4-hidroksiasetanilida dengan rumus empirisnya adalah

    C8H9NO2. Senyawa ini memiliki berat molekul 151,16 gram/mol. Parasetamol biasanya

    berbentuk serbuk hablur, berwarna putih, tidak berbau dan memiliki rasa sedikit pahit.

    Senyawa ini dapat larut dalam air mendidih, NaOH 1N dan dalam etanol. Titik leleh

    paraseatmol adalah 168-172C. Berikut ini merupakan struktur dari parasetamol:

    OH NH

    CH3

    O

    Gambar 1. Strutur parasetamol

    (Dirjen POM, 1995).

    Paraf Asisten

  • 5/19/2018 form jurnal lap prakt SSO 2014 (2).docx

    2/13

    Parasetamol memiliki sebuah cincin benzena, tersubstitusi oleh satu gugus hidroksil

    dan atom nitrogen dari gugus amida pada posisi para. Senyawa ini dapat disintesis dari

    senyawa asal fenol yang dinitrasikan menggunakan asam sulfat dan natrium nitrat.

    Parasetamol dapat pula terbentuk apabila senyawa 4-aminofenol direaksikan dengan senyawaasetat anhidrat. Dibandingkan dengan obat lain, parasetamol jauh lebih mudah untuk

    disintesis karena kekuranganstereocenters. Akibatnya, tidak perlu merancang sebuah sintesis

    stereo-selektif (Keenan, 1991).

    Sintesis parasetamol dapat dilakukan dengan melalui reaksi asetilasi. Reaksi asetilasi

    merupakan reaksi penambahan gugus asetil pada suatu senyawa. Reaksi asetilasi pada

    parasetamol ini merupakan reaksi penambahan gugus asetil pada atom N. Fungsi utama

    reaksi asetilasi adalah membuat senyawa menjadi tidak aktif dan untuk diefektifikasi.Kadang-kadang hasil N-asetilasi bersifat lebih reaktif daripada senyawa induk. Faktor-faktor

    yang mempengaruhi reaksi asetilasi adalah pemanasan. Adanya pemanasan sampai suhu

    tertentu, molekul akan putus ikatannya dan terionisasi. Faktor lainnya adalah adanya

    perbedaan aktivasi enzim(Wilcox, 1995).

    Mekanisme Reaksi

    OH

    NH2

    +CH3

    O CH3

    O O

    OH

    NH2

    +

    CH3

    O

    + O- CH3

    O

    OH

    N+

    CH3

    O

    H

    H

    + O-

    CH3

    O

    OH

    N

    CH3

    OH

    + OH CH3

    O

    Alat

    Labu erlenmeyer 125 mL, penangas air, termometer, batang pengaduk

    Bahan

    Anhidrida asetat, p-aminofenol, HCl pekat, natrium asetat.

  • 5/19/2018 form jurnal lap prakt SSO 2014 (2).docx

    3/13

    ProsedurKerja

    a. Skema Kerja

    -

    dimasukkan ke dalam erlemeyer 125 mL

    - ditambahkan 35 mL air

    - ditambahkan 2 mL HCl pekat

    -

    diaduk campuran menggunakan pengaduk magnetik

    -

    dipanaskan dengan water bathpada suhu 85oC

    -

    ditambahkan dengan 2 g norit (karbon) bila larutan menjadi berwarna coklat

    dan kotor

    - dipanaskan dalam penangas air pada 85oC

    - disaring untuk memperoleh larutan p-aminofenol hidroklorida

    - dilarutkan 2,5 g natrium asetat ke dalam 8 mL air di dalam erlenmeyer yang

    lain.

    - dimasukkan larutan natrium asetat ke dalam larutan p-aminofenol yang

    suhunya sudah mencapai 85oC

    -

    ditambahkan segera 4,5 mL anhidrida asetat secara perlahan dan secara

    terus menerus diaduk

    -

    diteruskan pemanasan selama 15 menit

    - didinginkan erlenmeyer dalam penangas es sampai terbentuk kristal

    dengan digosokkan pengaduk di dinding erlenmeyer

    -

    dibiarkan pembentukan kristal selama 45-60 menit

    -

    dipisahkan kristal yang diperoleh dari cairannya dengan cara menuangkan

    (atau dengan saringan buchner, kalau perlu)

    -

    dicuci dengan 5 mL air dingin serta keringkan dan ditentukan berat serta

    titik lelehnya

    -

    direkristalisi dengan melarutkannya dalam sesedikit mungkin air panas

    -

    dikeringkan seperti tahap sebelumnya

    -

    ditentukan berat yang dihasilkan, titik lelenya, dan kelarutannya dalam

    etanol, metanol, aseton dan etil asetat

    -

    dihitung rendemen hasil rekristalisasi

    2,1 g p-aminofenol

    Hasil

  • 5/19/2018 form jurnal lap prakt SSO 2014 (2).docx

    4/13

    b. Prosedur Kerja

    1,05 g p-aminofenol dimasukkan ke dalam erlemeyer 125 mL, ditambahkan 17,5 mL air

    dan 1 mL HCl pekat, diaduk campuran menggunakan pengaduk magnetik sampai campuran

    menjadi larutan yang homogen dan panaskan dengan water bath pada suhu 85oC. Bila larutan

    menjadi berwarna coklat dan kotor, tambahkan dengan 1 g norit (karbon) dan panaskan dalam

    penangas air pada 85C serta saringlah untuk memperoleh larutan p-aminofenolhidroklorida.

    Larutkan 1,25 g natrium asetat ditambahkan ke dalam 4 mL air di dalam erlenmeyer yang

    lain. Larutan natrium asetat dimasukkan ke dalam larutan p-aminofenol yang suhunya sudah

    mencapai 85oC dan segera ditambahkan 2,25 mL anhidrida asetat secara perlahan dan secara terus

    menerus diaduk. Pemanasan diteruskan selama 15 menit.

    Erlenmeyer didinginkan dalam penangas es sampai terbentuk kristal (kalau perlu gosokkan

    pengaduk di dinding erlenmeyer di bawah permukaan larutannya untuk mempercepat kristalisasi)

    dan biarkan pembentukan kristal selama 45-60 menit. Kristal yang diperoleh dipisahkan dari

    cairannya dengan cara menuangkan (atau dengan saringan buchner, kalau perlu) dan dicuci

    dengan 2,5 mL air dingin serta keringkan dan ditentukan beratnya serta ditentukan titik lelehnya.

    Hasil pada prosedur di atas direkristalisi dengan melarutkannya dalam sesedikit mungkin

    air panas (asisten akan menunjukkan caranya) kemudian didinginkan dalam penangas es dan

    keringkan seperti tahap sebelumnya. Ditentukan berat yang dihasilkan, titik lelehnya, dan

    kelarutannya dalam etanol, metanol, aseton dan etilasetat. Rendemen hasil rekristalisasi dihitung.

  • 5/19/2018 form jurnal lap prakt SSO 2014 (2).docx

    5/13

    Waktu yang dibutuhkan

    No. Kegiatan Waktu

    1. Preparasi bahan 3 menit

    2. Pengadukan 3 menit

    3. Pemanasan terus menerus 15 menit

    4. Penyaringan 3 menit

    5.Pemanasan setelah penambahan

    anhidrida asetat15 menit

    6. Kristalisasi 15 menit

    7. Pembentukan kristal 45 menit

    8. Penyaringan buchner 10 menit

    9. Pencucian kristal 5 menit

    10. Pengeringan 30 menit

    11. Penimbangan kristal 2 menit

    12. Penentuan titik leleh 5 menit

    13. Rekristalisasi 20 menit

    14. Penimbangan hasil rekristalisasi 2 menit

    15. Uji kelarutan 5 menit

    16. Uji titik leleh hasil rekristalisasi 5 menit

    Total 183 menit

    Data dan Perhitungan

    a. Data pengamatan

    No. Perlakuan Hasil Pengamatan

    1. Penambahan pada p-aminofenol + air +

    HCl pekat

    Warna larutan menjadi hitam

  • 5/19/2018 form jurnal lap prakt SSO 2014 (2).docx

    6/13

    b. Perhitungan

    1.

    Mencari mol p-aminofenol

    Massa p-aminofenol =1,05 g

    Mr p-aminofenol = 109,13 g/mol

    0096,0g/mol109,13

    g1,05aminofenol-pMol

    2.

    Mencari mol anhidrida asetat

    - Volume = 2,25 mL

    - Mr = 102,09 g/mol

    - = 1,08 g/mol

    -

    Massa = = 1,08 g/mol 2,25 mL = 2,43 g

    2. Diaduk + dipanaskan Larutan berwarna coklat

    3. Ditambahkan norit Larutan tetap berwarna coklat

    Dipanaskan Larutan tetap berwarna coklat

    Disaring Residu = padatan hitamFiltrat = larutan berwarna coklat

    4. Penambahan Natrium asetat pada p-

    aminofenolhidroklorida

    Tidak terjadi perubahan warna

    5. Penambahan Anhidrida aseat Tidak terjadi perubahan warna

    6. Penambahan selama 15 menit Tidak terjadi perubahan

    7. Kristalisasi:

    -

    Massa kertas saring = 0,51 g-Massa kertas saring + kristal = 0,82 g

    Terbentuk serbuk kristal berwarna coklat

    dan memiliki:- Massa kristal = 0,31 g

    - Titik leleh = 150oC

    8. Rekristalisasi: -

    Memiliki berat kristal = 0,31 g

    -Titik leleh = 160oC

    -Uji kelarutan:

    Etanol: larut

    Methanol: larut

    Aseton: larut

    Etil asetat: larut

  • 5/19/2018 form jurnal lap prakt SSO 2014 (2).docx

    7/13

    - mol024,0g/mol1,08

    g2,43Mol

    3. Mencari massa parasetamol

    mol0,0096mol0,01440S

    mol0,0096mol0,0096mol0,0096B

    mol0,024mol0,0096MNOHCOHCNOHC 29836476

    - Mol parasetamol = 0,0096 mol

    -

    g1,45

    g/mol151,16mol0,0096

    MrmolMassa

    4.

    Perhitungan rendemen

    %8968,

    %100g1,45

    g0,31

    %100teoritismassa

    percobaanMassaRendemen

    Hasil

    Hasil yang didapatkan dalam sintesis parasetamol dalam percobaan kali ini adalah berupa

    kristal berwarna coklat dennan massa sebesar 0,31 g. Kristal parasetamol dihasilkan melalui

    dalam beberapa tahap yaitu pencampuran p-aminofenol dengan air dan larutan HCl pekat,

    pemanasan hingga suhu mencapai 85C, penambahan norit, dan penambahan anhidrida asetat

    serta pembentukan kristal melalui pendinginan dalam air es selama kurang lebih 45 menit.

    Kristal yang didapatkan berupa kristal berwarna coklat dengan massa 0,31 gram dan titik

    leleh 150C. Hasil kristal yang didapat kemudian direkristalisasi menggunakan pelarut air

    untuk mendapatkan kristal parasetamol murni. Hasil yang didapatkan adalah kristal berwarna

    coklat dengan massa 0,31 g, titik leleh 160C, dan rendemen sebesar 68,89%. Hasil uji

    kelarutan pada kristal parasetamol adalah parasetamol larut ke dalam metanol, etanol, aseton,

    etil asetat. Berikut adalah beberapa gambar yang berhubungan dengan hasil percobaan:

  • 5/19/2018 form jurnal lap prakt SSO 2014 (2).docx

    8/13

    No. Gambar Keterangan

    1. Hasil penambahan air dan HCl

    pada p-aminofenol. Warna

    larutan berubah menjadi hitam

    2. Hasil pengadukan, pemanasan

    penambahan dan pemanasan lagi.

    3. Hasil penambahan natrium asetat

    pada p-aminofenolhidroklorida,

    penambahan anhidrida asetat dan

    proses pemanasan.

    4. Proses kristalisasi

  • 5/19/2018 form jurnal lap prakt SSO 2014 (2).docx

    9/13

    5. Kristal yang dihasilkan dari

    proses kristalisasi. Berwarna

    coklat.

    6. Proses rekristalisasi

    7. Kristal yang dihasilkan dari

    proses rekristalisasi. Berwarna

    coklat muda

    8. Uji kelarutan dalam etanol,

    metanol, aseton, etil asetat

    semuanya larut

    Pembahasan Hasil

    Percobaan yang dilakukan dalam praktikum kali ini adalah sintesis parasetamol atau

    asetominofen. Sintesis parasetamol dilakukan melalui reaksi asetilasi. Reaksi asetilasi

    merupakan reaksi kimia penambahan gugus asetil ke suatu molekul senyawa. Parasetamol

    merupakan senyawa yang memiliki sebuah cincin benzena, tersubstitusi oleh satu gugus

  • 5/19/2018 form jurnal lap prakt SSO 2014 (2).docx

    10/13

    hidroksil dan atom nitrogen dari gugus amida pada posisi para (1,4). Parasetamol dalam

    percobaan kali ini disintesis melalui reaksi asetilasi p-aminofenol menggunakan anhidrida

    asetat. Gugus asetil dari anhidrida asetat ditambahkan pada atom N dari p-aminofenol. Reaksi

    asetilasi p-aminofenol dengan anhidrida asetat akan optimal jika p-aminofenol diubahterlebih dahulu menjadi garam kloridanya sebelum diasetilasi.

    Tahap pertama yang dilakukan dalam percobaan kali ini adalah pelarutan 1,05 gram p-

    aminofenol dalam air kemudian ditambahakan 1 mL HCl pekat. Penambahan HCl pekat ini

    bertujuan untuk mengubah p-aminofenol menjadi garam p-aminohidroksiklorida.

    Pengubahan p-aminofenol menjadi garam kloridanya bertujuan agar reaksi asetilasi menjadi

    lebih optimal. Hasil yang didapat dari penambahan HCl pekat ini adalah larutan berwarna

    hitam. Reaksinya adalah sebagai berikut:

    Hasil pencampuran tersebut kemudian diaduk dan dipanaskan dengan suhu 85C.

    Fungsi pemanasan dan pengadukan ini adalah untuk mempercepat reaksi antara p-aminofenol

    dengan HCl. Setelah itu hasilnya ditambah dengan 1 gram norit. Norit yang ditambahkan ini

    berfungsi untuk menghilangkan pengotor yang terdapat dalam larutan. Norit yang

    ditambahkan hanya dalam jumlah sedikit karena jika berlebih akan menyebabkan kristal yang

    nantinya dihasilkan tidak maksimal. Hal ini karena norit dapat menyerap zat pembentuk

    kristal. Tahap selanjutnya yaitu larutan dipanaskan kembali hingga suhunya mencapai 85C.

    Pemanasan dilakukan pada suhu 85C karena pada suhu tersebut merupakan suhu optimal

    untuk terjadinya reaksi. Kemudian larutan yang didapatkan disaring untuk memperoleh

    garam klorida yang terbentuk.

    Tahap selanjutnya adalah proses asetilasi p-aminofenol dengan reaktan yang digunakan

    adalah anhidrida asetat. Sebelum penambahan anhidrida asetat ditambahkan terlebih dahulu

    natrium asetat pada larutan p-aminofenol yang telah ditambah dengan HCl. Penambahan

    natrium asetat berfungsi sebagai pelarut anhidrida asetat yang nantinya akan ditambahkan.

    Penambahan ini bertujuan untuk memperoleh larutan p-aminofenol yang lebih reaktif dalam

    reaksi asetilasi dengan anhidrida asetat. Setelah itu, ditambahkan anhidrida asetat secara

    perlahan dan diaduk terus-menerus serta dilanjutkan dengan pemanasan mencapai suhu 85C.

    Gugus OH lebih nukleofil dibandingkan NH3. Gugus OH dalam reaksi ini dipertahankan

    agar tidak terionisasi. Hal ini bertujuan agar gugus amino (-NH2)akan lebih reaktif dibanding

    OH, jika OH terionisasi maka kemungkinan gugus OH yang akan menjadi nukleofil dan

    akan menyerang atom C karbonil pada anhidrida asetat sehingga gugus asetil akan menempel

    pada OH bukan gugus amino (-NH) dan hal ini menyebakan yang terbentuk bukan

  • 5/19/2018 form jurnal lap prakt SSO 2014 (2).docx

    11/13

    parasetamol. Jika gugus OH dipertahankan agar tidak terionisasi maka gugus amino akan

    menjadi nukleofil dan menyerang atom C karbonil dari anhidrida asetat. Penyerangan atom C

    karbonil oleh gugus amino menyebakan terbentuknya ion asetat dan ion asetaminofen

    (parasetamol). Ion asetat yang dihasilkan ini akan mnedeprotonasi salah satu atom H yangterikat pada atom nitrogen dari ion parasetamol sehingga dihasilkan parasetamol. Hasil yang

    didapatkan dari tahap ini adalah larutan berwarna coklat. Reaksinya adalah:

    OH

    NH2

    +CH3

    O CH3

    O O

    OH

    NH2

    +

    CH3

    O

    + O- CH3

    O

    OH

    N+

    CH3

    O

    H

    H

    + O-

    CH3

    O

    OH

    N

    CH3

    OH

    + OH CH3

    O

    Hasil yang didapatkan kemudian didinginkan dalam air es. Pendinginan bertujuan

    untuk mendapatkan kristal parasetamol. Hasil yang didapatkan berupa kristal berwarna coklat

    yang berukuran kecil. Kristal yang didapatkan kemudian dikeringkan dalam oven dan diuji

    kemurniannya melalui uji titik leleh. Kristal yang didapatkan adalah sebanyak 0,31 gram

    hasil uji titik leleh kristal tersebut adalah 150C. Titik leleh parasetamol berdasarkan literatur

    adalah 168-172C. Perbedaan titik leleh dari percobaan dengan literatur ini menunjukkan

    bahwa kristal yang didapatkan masih belum murni.

    Selanjutnya dilakukan rekristalisasi dari kristal yang didapatkan. Tujuan dilakukan

    rekristalisasi adalah untuk mendapatkan kristal parasetamol yang murni yang telah terpisah

    dari pengotornya. Pelarut yang digunakan untuk rekristalisasi asam asetil salisilat ini adalah

    aquades. Pelarut aquades dipilih sebagai pelarut rekristalisasi parasetamol karena pelarut ini

    dapat melarutkan kristal aspirin hanya dalam keadaan panas dan dalam keadaan panas ini

    pelarut tersebut tidak dapat melarutkan zat-zat pengotornya. Selain itu, pelarut ini memiliki

    titik didih yang rendah sehingga memudahkan proses pengeringan yang terbentuk. Tahap

    awal yang dilakukan pada saat rekristalisasi yaitu pelarut etanol-air dipanaskan kemudian

  • 5/19/2018 form jurnal lap prakt SSO 2014 (2).docx

    12/13

    setelah dipanaskan pelarut ini ditambahkan sedikit demi sedikit ke kristal parasetamol hingga

    semua kristal melarut. Setelah semua kristal melarut, larutan tersebut kemudian disaring

    panas-panas untuk memisahkan kembali zat pengotor dengan filtrat parasetamol yang

    kemungkinan masih terdapat dalam larutan. Fungsi menyaring dalam keadaan panas adalahuntuk menghindari terbentuknya kembali endapan kristal aspirin pada suhu kamar sehingga

    menyebabkan aspirin tidak ikut tersaring. Filtrat yang dihasilkan dari proses penyaringan ini

    kemudian didinginkan dalam air dingin. Tujuannya adalah untuk membentuk kristal aspirin

    kembali. Proses pendinginan yang dilakukan akan memengaruhi bentuk kristal yang

    didapatkan. Bila penurunan suhu cepat, maka kecepatan pertumbuhan inti lebih cepat dari

    kecepatan pertumbuhan kristal, maka kristalnya kecil, rapuh, dan banyak. Sedangkan Bila

    penurunan suhu perlahan, kecepatan pertumbuhan kristal lebih cepat dari pertumbuhan inti,

    maka kristalnya besar, liat, dan elastis. Kristal yang didapatkan dari proses pendinginan

    dalam percobaan ini berbentuk berwarna coklat, kecil dan rapuh. Hal ini dikarenakan

    penurunan suhu saat proses pendinginan tidak dilakukan secara perlahan. Kristal aspirin yang

    didapatkan ini kemudian dikeringkan dalam oven. Setelah pengeringan ini didapatkan kristal

    berwarna coklat dan memiliki massa sebesar 0,31 gram. Selanjutnya dilakukan uji titik leleh

    yang kedua pada kristal yang didapatkan. Titik leleh dari pengujian ini adalah 160C. Titik

    leleh yang dihasilkan ini masih belum sama dengan literatur, namun lebih mendekati

    daripada hasil pengujian titik leleh yang pertama. Hasil ini menunjukkan bahwa proses

    rekristalisasi kristal parasetamol telah menghilangkan pengotor dari kristal parasetamol

    namun belum semua pengotor dihilangkan sehingga kristal parasetamol yang dihasilkan tidak

    murni. Ketidakmurnian parasetamol yang didapatkan juga ditunjukkan dari warna kristal

    yang didapatkan dimana kristal yang didapatkan dari percobaan berwarna coklat. Kristal

    murini dari parasetamol seharusnya berwarna putih. Uji kemurnian juga dilakukan melalui uji

    kelarutan kristal parasetamol pada pelarut metanol, etanol, etil asetat dan aseton. Hasil

    pengamatan menunjukkan bahwa kristal parasetamol yang dihasilkan dari percobaan larut

    pada semua pelarut tersebut. Berdasarkan literatur, parasetamol hanya akan larut pada

    metanol dan etanol, sedangkan pada etil asetat dan aseton tidak larut. Hasil ini menunjukkan

    bahwa kristal parasetamol yang dihasilkan memang masih belum murni. Rendemen yang

    dihasilkan dari percobaan sebesar 66,89%.

    Kesimpulan

    Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan

    bahwa asetaminofen atau parasetamol dapat disintesis melalui asetilasi p-aminofenol

  • 5/19/2018 form jurnal lap prakt SSO 2014 (2).docx

    13/13

    menggunakan asetat anhidrida. Kristal asetaminofen didapatkan melalui rekristalisasi dengan

    menggunakan pelarut aquades. Massa kristal yang didapatkan sebesar 0,31 gram, dengan titik

    leleh 160C. Hasil kristal asetaminofen larut dalam metanol, etanol, etil asetat dan aseton.

    Rendemen yang dihasilkan dari percobaan sebesar 66,89%.

    Referensi

    Ditjen POM. (1995).Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta:Departemen Kesehatan Republik

    Indonesia.

    Keenan, C.W. 1991.Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta, Erlangga.

    Sartono. 1996. Obat-obat Bebas Dan Bebas Terbatas. Jakarta: Penerbit PT.Gramedia Pustaka

    Utama.Tim Kimia Organik. 2014. Petunjuk Praktikum Sintesis Senyawa Organik. Jember: FMIPA

    Universitas Jember.

    Wilcox, M.F. 1995.Experimental Organic Chemistry. New Jersey :A Small Scale Approach.

    Prentice Hall, Inc.

    Saran

    -

    Peralatan di dalam laboratorium sebaiknya lebih dilengkapi lagi agar praktikan dapat

    bekerja dengan maksimal.

    - Praktiksn sebaiknya lebih memperhatikan prosedur kerja.

    Nama Praktikan

    Handariatul Masruroh (121810301003).