Fire Evacuation Fix 2

download Fire Evacuation Fix 2

of 30

description

Evakuasi Api

Transcript of Fire Evacuation Fix 2

FIRE EVACUATION

OLEH :KELOMPOK III1. Janur Aini2011104203110302. Sandy Courniawan A.2011104203110333. Haris Rafiansyah2011104203110364. Anindita D.2011104203110425. Sri Wahyu2011104203110436. Ripa Fitri2011104203110447. Noviatul Muazzahro2011104203110458. Ananda A201110420311061

Program Studi Ilmu KeperawatanFakultas Ilmu KesehatanUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG2014BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangApi merupakan suatu reaksi kimia yang sedang berlangsung antara bahan bakar, panas dan oksigen yang diikuiti oleh pengeluaran cahaya dan panas. Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga penjalaran api, asap dan gas yang ditimbulkan. (SNI 03 1736 2000) Kebakaran merupakan bencana yang memiliki estimasi tingkat kewaspadaan tinggi dan memerlukan penanganan cepat. Kebakaran memiliki potensi sama dengan bencana alam yang bersifat merugikan dalam bentuk materi maupun non-materi. Standart pembanguan di Indonesia diatur dalam undang-undang nomor 36 tahun 2005 peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung. Syarat kelayakan sebuah gedung tinggi dapat dikatakan aman apabila sistem pertolongan evakuasi korban sudah memenuhi standart yang telah ditentukan.Badan Standarisasi Nasional dalam Standar Nasional Indonesia mengenai perlindungan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan bertingkat. Sistem penanggulangan kebakaran harus direncanakan dari awal pembangunan konstruksi gedung, khususnya untuk sistem proteksi kebakaran pasif yang meliputi jenis bahan bangunan yang digunakan, kompartemenisasi ruangan dan unsur lainnya seperti tata letak penempatan gedung, jalan lingkungan, konstruksi jalan keluar, penempatan hidran. Terjadinya kebakaran dalam gedung perkuliahan dapat mengakibatkan berbagai macam hal yang tidak diinginkan baik terhadap kerugian harta benda maupun korban jiwa, terhentinya proses perkuliahan dan lingkungan kondusif dalam kuliah.

I. Rumusan Masalah1. Apa pengertian dari Kebakaran?2. Apa saja klasifikasi kebakaran?3. Apa saja jenis-jenis fungsi dan cara penggunaan apar ?4. Bagaimana tahap-tahap kebakaran ?5. Bagaimana sistem deteksi dan tanda bahaya kebakaran ?6. Apa saja klasifikasi bahaya kebakaran ?7. Tindakan apa saja yang dapat dilakukan ketika terjadi kebakaran ?8. Apa saja sarana penyelamatan dan perlengkapan saat terjadi kebakaran ?9. Apa saja dampak yang dapat ditimbulkan oleh kebakaran?10. Bagaimana tindakan pencegahan bahaya kebakaran ?11. Bagaimana peran dan fungsi perawat dalam bencana kebakaran?II. Tujuan1. Mengetahui pengertian kebakaran2. Mengetahui kalsifikasi kebakaran3. Mengetahui jenis-jenis fungsi dan cara penggunaan APAR4. Mengetahui tahap-tahap kebakaran5. Mengetahui sistem deteksi dan tanda bahaya kebakaran6. Mengetahui klasifikasi bahaya kebakaran7. Mengetahui tindakan yang dapat dilakukan ketika terjadi kebakaran8. Mengetahui sarana penyelamatan dan perlengkapan saat terjadi kebakaran9. Mengetahui dampak yang timbul akibat kebakaran10. Mengetahui tindakan pencegahan bahaya kebakaran11. Mengetahui peran dan fungsi perawat dalam kebakar

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Pengertian KebakaranApi merupakan suatu reaksi kimia (oksidasi) cepat yang terbentuk dari 3 (tiga) unsur (panas, oksigen dan bahan mudah terbakar) yang menghasilkan panas dan cahaya. Ilustrasi unsur api dapat dilihat sebagaimana pada gambar segitiga api. Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga penjalaran api, asap dan gas yang ditimbulkan. (SNI 03 1736 2000)

2.2 Klasifikasi Kebakaran

Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian atas kebakaran berdasarkan pada jenis benda / ahan yang terbakar. Dengan adanya klasifikasi kebakaran tersebut akan mempermudah atau lebih cepat dan lebih tepat dalam mengadakan pemilihan media pemadaman yang akan digunakan untuk melaksanakan pemadaman (Perda DKI, 1992).NFPA (National Fire Protection Association) membagi klasifikasi (kelas) kebakaran menjadi 6 (enam) kelas yaitu : No.Penggolongan api (Class fire)Keterangan

1. Kelas AKebakaran pada benda yang mudah terbakar yang menimbulkan arang atau karbon.(contoh: kayu, kertas, kartonatau kerdus, kain, kulit, plastik)

2.Kelas BKebakaran pada benda cair dan gas yang mudah terbakar.(Contoh: bahan bakar, bensin, lilin, gemuk, minyak tanah, thiner)

3.Kelas CKebakaran pada benda yang menghasilkan listrk atau yang mengandung listrik(contoh: Breaker listrik dan alat rumah tangga yang mengandung listrik)

4.Kelas DKebakaran pada logam yang mudah kebakar.(Contoh: sodium, Lithium,radium)

5.Kelas KKebakaran yang disebabkan akibat konsentrasi lemak yang tinggi. Dan kebakaran jenis ini banyak terjadi di dapur.

6.Kelas EKebakaran yang disebabkan akibat adanya hubungan arus pendek pada peralatan elektronik.

2.3 Jenis- Jenis, Fungsi dan Cara Penggunaan APAR

A. Jenis-jenis dan fungsi APAR

NO.Jenis-Jenis APARFungsi APARKelas Api

1.Foam AFFF (Aqueous Film Forming Foam) adalah berbasis air dan sering mengandung surfaktan berbasis hidrokarbon seperti sulfat sodium alkyl, fluoro surfactant. Dapat digunakan untuk memadam kan api kelas A.A

2.Alcohol resistant aqueous film forming foams (AR AFFF) adalah busa/foam yang tahan terhadap reaksi dari alkohol, dapat membentuk lapisan/ segmen pelindung ketika dipakai atau disemprotkan. Dapat digunakan untuk memadamkan api kelas A namun sangat cocok bila digunakan untuk kelas B. Bersifat Kondukstif (Penghantar Listrik). Tidak dapat dipakai untuk memadamkan api kelas C. Foam bersifat ringan, sangat efektif untuk memadamkan zat cair yang mudah terbakar dengan cara mengisolasi oksigen serta menutupi permukaan zat cair untuk menghindari api yang dapat menjalar (meluas) kembali. Tidak digalakkan terhadap tumbuhan, hewan terutama manusia. Foam adalah bahan yang mengakis supaya menutup permukaan pangkal api, maka letupan dapat kesan dielakkan.

A dan B

3.APAR yang mengandung CO2 memiliki fungsi antara lain:1. Dapat digunakan memadamkan kebakaran kelas B dan C karena merupakan bahan gas, Co2 tidak merusak, dengan daya guna yang efektif dan bersih.2. Sangat efisien serta efektif digunakan dalam ruangan seperti kantor, lab dan ruangan lainnya.3. Carbon Dioxide (Co2) dapat menyerap panas dan sekaligus mendinginkan.4. Konstruksi tabung dirancang khusus untuk menahan tekanan tinggi dan dilengkapi dengan selang yang panjang dengan nozzle yang berbentuk corong.5. Tidak berbahaya terhadap tumbuhan dan hewan.6. Suhu yang rendah (-50 darjah C) mungkin membekukan urat-urat dan saraf-saraf manusia ketika disembur.7. Sangat cocok untuk memadamkan api yang terjadi akibat korsleting listrik. karena bersih dan aman untuk alat listrik khususnya.B dan C

4.Dry Chemical Powder merupakan Kimia kering tidak beracun (Non Toxic) kombinasi dari fosfat Mono-amonium dan ammonium sulphate. Yang berfungsi a. mengganggu reaksi kimia yang terjadi pada zona pembakaran, sehingga api padam. b. Dry Chemical powder juga memiliki titik lebur yang rendah dan pada partikel yang sangat kering serta membengkak untuk membentuk penghalang yang hingga oksigen tidak dapat masuk sehingga dapat menutupi area kebakaran (api), akhirnya api tidak akan menyala dikarenakan pijakannya ditutupi oleh Dry Chemical powder.c. Sebagai media pemadam api serbaguna, aman dan luas pemakaiannya karena dapat mematikan api kelas A, B, dan C.d. Dapat menahan radiasi panas dengan kabut (serbuk) partikelnya.e. Tidak menghantarkan listrik (Non Konduktif).f. Tidak berbahaya terhadap tumbuhan, hewan terutama manusia.A, B dan C

5.Gas Pengganti Hallon/ HCFC-141b, memiliki fungsi :a. Merupakan pemadam api yang bersih dan tidak meninggalkan residu.b. Sangat efektif untuk digunakan pada semua resiko kelas kebakaran A, B dan C.c. Tidak menghantarkan listrik (Non Konduktif), sehingga tidak akan menyebabkan kerusakan pada peralatan elektronik dan alat perkantoran modern lainnya.d. Tidak berbahaya terhadap tumbuhan, hewan terutama manusia.A,B dan C

B. Cara penggunaan APAR1. Tarik Pin pengaman yang berada pada Valve (mirip kunci yang berada diatas tabung pemadam api)2. Pegang Hose atau selang pada dengan tangan kedua terkuat anda dan tabung dengan tangan terkuat pertama anda.3. Arahkan Nozzle atau pangkal selang pada titik api (area kebakaran)4. Jangan melawan terhadap arah angin, harus mengikuti arah angin supaya tidak terjadi pembalikan arah panas maupun semburan dari sumber api (Sumber kebakaran).5. Pastikan jarak yang munasabah 1.5 - 2 meter sebelum menekan tuil.2.4 Tahap-Tahap Kebakaran1. Tahap Kebakaran Muncula. Reaksi 3 (tiga) unsur api (panas, oksigen dan bahan mudah terbakar).b. Dapat padam dengan sendirinya apabila api tidak dapat mencapai tahap kebakaran selanjutnya.c. Menentukan tindakan pemadaman atau untuk menyelamatkan diri.2. Tahap Kebakaran Tumbuha. Api membakar bahan mudah terbakar sehingga panas meningkat.b. Dapat terjadiflashover(ikut menyalanya bahan mudah terbakar lain di sekitar api karena panas tinggi).c. Berpotensi menimbulkan korban terjebak, terluka ataupun kematian bagi petugas pemadam.3. Tahap Kebakaran Puncaka. Semua bahan mudah terbakar menyala secara keseluruhan.b. Nyala api paling panas dan yang paling berbahaya bagi siapa saja yang terperangkap di dalamnya.4. Tahap Kebakaran Reda (Padam)a. Tahap kebakaran yang memakan waktu paling lama di antara tahap-tahap kebakaran lainnya.b. Penurunan kadar O2 (oksigen) atau bahan mudah terbakar secara signifikan yang menyebabkan padamnya api (kebakaran).c. Terdapatnya bahan mudah terbakar yang belum menyala berpotensi menimbulkan nyala api baru secara.d. Berpotensi menimbulkanbackdraft(ledakan yang terjadi akibat masuknya pasokan oksigen secara tiba-tiba dari kebakaran ruang tertutup yang dibuka mendadak saat kebakaran berlangsung).

2.5Sistem Deteksi dan Tanda Bahaya KebakaranTerdapat dua system deteksi yang bias digunakan dalam bencana kebakaran antara lain yaitu :1. Sistem deteksi kebakaran otomatis:a. Detektor asap/smoke detectorAlat ini akan mengaktifkan alarm apabila ada asap yang masuk ke alat.b. Detektor panas/heat detectorAlat ini akan mengaktifkan alarem apabila ada panas yang cukup mengaktifkan sensor.c. Sistem sprinklerAlat ini akan mengaktifkan alarem, apabila ada panas yang dapat memecahkan sensor panasnya (lebih kurang 68O C atau 154O F) dan mengakibatkan alat menyemburkan air dan terjadi aliran air di instalasi yang mendorong katup Flow switch sebagai pemicu tanda alarm.

2. Sistem deteksi kebakaran manual/alarm kebakaran:Setiap kotak (Box) Fire Hydrant yang ada selalu dilengkapi dengan Lampu darurat (Flash light emergency), Alarm Bell dan Manual Push Button (Break Glass). Flash Light (Visual Coverage), akan menyala apabila terjadi alarem. Alarm Bell (Audible Coverage), akan berbunyi apabila terjadi alarem. Break Glass (Manual Push Button), berupa kotak logam berwarna merah yang pada kacanya tertulis Break Glass, yang akan mengaktifkan alarem apabila kacanya dipecahkan.Apabila kaca salah satu kotak alarm tersebut dipecahkan, bel tanda bahaya kebakaran akan berbunyi. Panel pengontrol tanda bahaya kebakaran di ruang kontrol akan menunjukkan daerah kebakaran tersebut, dan satuan pengaman gedung/building security akan segera menyelidikinya. Bel tanda bahaya kebakaran tersebut juga akan berbunyi apabila heat detector, smoke detector atau sprinkler bekerja.Fire Alarm dipasang untuk mendeteksi kebakaran seawal mungkin, sehingga tindakan pengamanan yang diperlukan dapat segera dilakukan. Alarm kebakaran akan berbunyi bilamana:1. Ada aktivasi manual alarm (manual break glass atau manual call point)2. Ada aktivasi dari detektor panas maupun asap 3. Ada aktivasi dari panel/control roomTerdapat dua macam tanda peringatan kebakaran 1. Peringatan Tahap Pertama (Alarm Lantai)a. Peringatan (alarm) tahap I merupakan tanda bekerjanya sistem dan nampak pada:1. Panel alarm lantai, 2. Panel alarm utama b. Pemberitahuan untuk siaga bagi seluruh karyawan/umum (public address) dengan dua tahap teks:1. Pengecekan ke lokasi 2. Pemberitahuan hasil: terjadi alarm palsu atau kebakaran 2. Peringatan tahap kedua (Alarm Gedung)Merupakan tanda dimulainya tindakan evakuasi, setelah memperoleh konfirmasi akan kondisi kebakaran yang terjadi. Perberlakuan evakuasi harus melalui sistem pemberitahuan umum

2.6 Klasifikasi Bahaya Kebakaran

Klasifikasi kebakaran menurut Perda DKI Jakarta, (2008) terdiri dari:

a. Bahaya Kebakaran Ringan adalah ancaman bahaya kebakaran yangmempunyai nilai dan kemudahan terbakar rendah, apabila kebakaranmelepaskan panas rendah, sehingga penjalaran api lambat. Yang dimaksud bahaya kebakaran ringan ialah hunian, seperti :a. Tempat ibadahb. Perkantoranc. Pendidikand. Ruang makane. ruang rawat inapf. Penginapang. Hotelh. Museumi. Penjaraj. Perumahan

b. Bahaya Kebakaran Sedang1. Bahaya Kebakaran Sedang IAncaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 ( dua setengah ) meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga penjalaran api sedang. Yang dimaksud bahaya kebakaran Sedang I ialah bangunan :tempat penjualan dan penampungan susu, restoran, pabrik gelas/kaca, pabrik asbestos, pabrik balok beton, pabrik es, pabrik kaca/cermin, pabrik garam, restoran/kafe, penyepuhan, pabrik pengalengan ikan, daging, buah-buahan dan tempat pembuatan perhiasan.2. Bahaya Kebakaran Sedang IIAncaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang; penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 (empat) meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga penjalaran api sedang.Yang dimaksud dengan bangunan gedung yang diklasifikasikan dalam bahaya kebakaran sedang II antara lain : penggilingan produk biji-bijian, pabrik roti/kue, pabrik minuman, pabrik permen, pabrik destilasi/penyulingan minyak atsiri, pabrik makanan ternak, pabrik pengolahan bahan kulit, pabrik mesin, pabrik baterai, pabrik bir, pabrik susu kental manis, konveksi, pabrik bohlam dan neon, pabrik film/fotografi, pabrik kertas ampelas, laundry dan dry cleaning, penggilingan dan pemanggangan kopi, tempat parkir mobil dan motor, bengkel mobil, pabrik mobil dan motor, pabrik teh, toko bir/anggur dan spiritus, perdagangan retail, pelabuhan, kantor pos, tempat penerbitan dan percetakan, pabrik ban, pabrik rokok, pabrik perakitan kayu, teater dan auditorium, tempat hiburan /diskotik, karaoke, sauna, klab malam.3. Bahaya Kebakaran Sedang IIIAncaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar agak tinggi, menimbulkan panas agak tinggi serta penjalaran api agak cepat apabila terjadi kebakaran. Yang dimaksud dengan bangunan gedung yang diklasifikasikan dalam bahaya kebakaran sedang III antara lain : pabrik yang membuat barang dari karet, pabrik yang membuat barang dari plastik, pabrik karung, pabrik pesawat terbang, pabrik peleburan metal, pabrik sabun, pabrik gula, pabrik lilin, pabrik pakaian, toko dengan pramuniaga lebih dari 50 orang, pabrik tepung terigu, pabrik kertas, pabrik semir sepatu, pabrik sepatu, pabrik karpet, pabrik minyak ikan, pabrik dan perakitan elektronik, pabrik kayu lapis dan papan partikel, tempat penggergajian kayu.

c. Bahaya Kebakaran Berat1. Bahaya Kebakaran Berat IAncaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi, menimbulkan panas tinggi serta penjalaran api cepat apabila terjadi kebakaran,Yang dimaksud dengan bangunan gedung yang diklasifikasikan dalam bahaya kebakaran berat I antara lain : bangunan bawah tanah/ bismen, subway, hangar pesawat terbang, pabrik korek api gas, pabrik pengelasan, pabrik foam plastik, pabrik foam karet, pabrik resin dan terpentin, kilang minyak, pabrik wool kayu, tempat yang menggunakan fluida hidrolik yang mudah terbakar, pabrik pengecoran logam, pabrik yang menggunakan bahan baku yang mempunyai titik nyala 37,9C (100F), pabrik tekstil, pabrik benang, pabrik yang menggunakan bahan pelapis dengan foam plastic (upholstering with plastic foams)2. Bahaya Kebakaran Berat IIAncaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sangat tinggi, menimbulkan panas sangat tinggi serta penjalaran api sangat cepat apabila terjadi kebakaran. Yang dimaksud dengan bangunan gedung yang diklasifikasikan dalam bahaya kebakaran berat II antara lain : pabrik selulosa nitrat, pabrik yang menggunakan dan/atau menyimpan bahan berbahaya. 2.7 Tindakan yang dilakukan pada saat terdapat tanda bahaya kebakaran

Ketika terdapat tanda bahaya kebakaran, ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh seluruh penghuni atau karyawan dan petugas Fire Warden dan Fire Brigade.

1. Tindakan yang dapat dilakukan oleh penghuni atau karyawana. Tindakan saat melihat api1. Tetap tenang jangan panik2. Bunyikan alarm dengan menekan tombol manual call point, atau dengan memecahkan manual break glass dan menekan tombol alarm, sambil teriak kebakaran-kebakaran. 3. Jika tidak terdapat tombol tersebut atau tidak berfungsi, orang tersebut harus berteriak, untuk menarik perhatian yang lainnya. 4. Beritahu Safety Representative melalui telepon darurat atau lewat HP, Pager, dan sampaikan informasi berikut :identitas pelapor, ukuran /besarnya kebakaran, lokasi kejadian, adanya / jumlah orang terluka, jika ada, tindakan yang telah dilakukan 5. Bila memungkinkan (jangan mengambil resiko) padamkan api dengan menggunakan alat pemadam api ringan (APAR) yang terdekat.6. Jika api /kebakaran tidak dapat dikuasai atau dipadamkan lakukan evakuasi segera melalui pintu keluar (EXIT)

b. Tindakan saat mendengar alarm tahap I1. Kunci semua lemari dokumen / file.2. Berhenti memakai telepon intern & extern.3. Matikan semua peralatan yang menggunakan listrik.4. Pindahkan keberadaan benda-benda yang mudah terbakar.5. Selamatkan dokumen penting.6. Bersiaga dan siap menanti instruksi / pengumuman dari Fire Commander maupun Safety Representative.c. Tindakan saat mendengar alarm tahap II1. Berdiri di depan pintu kantor secara teratur, jangan bergerombol dan bersedia untuk menerima instruksi.2. Evakuasi akan dipandu oleh petugas evakuasi melalui tangga darurat terdekat menuju tempat berhimpun di luar gedung.3. Jangan sekali-sekali berhenti atau kembali untuk mengambil barang-barang milik pribadi yang tertinggal.4. Tutup semua pintu kantor yang anda tinggalkan (tapi jangan sekali-sekali mengunci pintu-pintu tersebut) Untuk mencegah meluasnya api dan asap.d. Tindakan saat Evakuasi1. Tetap tenang, Jangan panik ! 2. Segera menuju tangga darurat yang terdekat 3. Berjalanlah biasa dengan cepat, jangan lari4. Lepaskan sepatu dengan hak tinggi 5. Janganlah membawa barang yang lebih besar dari tas kantor/tas tangan 6. Beritahu tamu/pelanggan yang yang kebetulan berada di ruang / lantai tersebut untuk berevakuasi bersama yang lain.7. Bila terjebak kepulan asap kebakaran, maka tetap menuju tangga darurat dengan ambil napas pendek-pendek, upayakan merayap atau merangkak untuk menghindari asap, jangan berbalik arah karena akan bertabrakan dengan orang-orang dibelakang anda 8. Bila terpaksa harus menerobos kepulan asap maka tahanlah napas anda dan cepat menuju pintu darurat kebakaran.e. Tindakan saat pengungsian di luar gedung1. Pusat berkumpulnya para pengungsiditentukan ditempat 2. Setiap pengungsi diminta agar senantiasa tertib dan teratur 3. Petugas evakuasi dari setiap kantor agar mencatat karyawan yang menjadi tanggung jawabnya.4. Apabila ada karyawan yang terluka, harap segara melapor kepada First Aider atau Petugas Medis untuk mendapatkan pengobatan 5. Jangan kembali kedalam gedung sebelum tanda aman dimumumkan Safety Representative.

2. Tindakan yang dapat dilakukan ketika terjadi kebakaran di RSa. R = Remove patient (pimdahkan pasien)Pindahkan pasien ketempat yang aman , pasien yang dapat berjalan dapat diminta bantuan untuk membantu yang lain mencapai jalan keluar. Jika pasien tidak dapat berjalan dan tempat tidur tidak dapat digerakkan, sprai dapat dijadikan tandu dan pasien di tarik di tempat yang aman.b. A = AlarmBunyikan alarm, gunakan intercom, bel tanda gawat darurat , telephone atau alarm kebakaran. Beritahu tempat dan tipe kebakaranc. C = Contain Fire (menahan api)Tutuplah jendela dan pintu untuk mencegah aliran angin yang menyebabkan api menyebar dengan cepat.d. E = Extinguish Fire (padamkan api)

3. Tindakan yang dapat dilakuakn petugas fire warden dan fire brigadea. Tindakan ketika mendapatkan informasi mengenai kebakaran1. Memastikan di mana lokasi kebakaran. 2. Bergerak menuju lokasi kebakaran tersebut melalui jalan terdekat dengan membawa APAR.3. Melapor kesiagaan untuk tindakan pemadaman kepada Pemimpin Regu (Fire Warden lapor ke Safety Rep.)4. Melakukan tindakan pemadaman kebakaran tanpa harus membahayakan keamanan masing-masing personil. b. Tindakan Fire Fommander I1. Menuju ruang POSKO Taktis dan memimpin operasi pemadaman 2. Memastikan prosedur keadaan darurat dipatuhi dan dilaksanakan 3. Memastikan Regu Pemadam Kebakaran telah dimobilisasi untuk menindaklanjuti adanya alarm atau pemberitahuan kebakaran 4. Memastikan bahwa pemberitahuan umum mengenai status keadaan siaga telah dilakukan 5. Melaporkan status keadaan darurat kepada pimpinan

c. Tindakan Fire Commander II1. Melakukan komuniksi intensif dengan Safety Representative dan instansi terkait (Fire Brigade, ERT/emergency response team Area lain)2. Siaga untuk menerima laporan mengenai situasi dari Pemimpin Regu Pemadam Kebakaran/Fire Brigade yang berada di lokasi kebakaran dan menetapkan perlu tidaknya evakuasi total3. Selalu memantau mengenai status evakuasi, kondisi kebakaran, jumlah karyawan yang terjebak,4. Pastikan tersedianya peta, gambar bangunan, buku FEP (fire emergency plan), kunci-kunci yang diperlukan d. Tindakan petugas evakuasi I1. Mencari penghuni atau siapa saja, dimana pada saat terjadi kebakaran ada di lantai tersebut, terutama diruang-ruang tertutup dan memberitahu agar segera menyelamatkan diri 2. Melacak jalan, meyakinkan jalan aman, tidak ada bahaya, hambatan ataupun jebakan pintu tertutup.3. Memimpin para penghuni meninggalkan, ruangan, mengatur dan memberi petunjuk tentang rute dan arus evakuasi menuju ke tempat berkumpul (assembly point / daerah kumpul) melalui jalan dan tangya darurat. e. Tindakan petugas evakuasi II1. Melaksanakan tugas evakuasi dengan berpegang pada prosedur.evakuasi, antara lain :a. Melarang berlari kencang, berjalan cepat dan tidak saling mendahului b. Mengingatkan agar tidak memmbawa barang besar dan berat c. keluar gedung untuk menuju assembly area d. berkumpul ditempat yg ditentukan e. Melarang kembali masuk kedalam bangunan sebelum diumumkan melalui alat komunikasi, bahwa keadaan telah aman.2. Mengadakan apel checking jumlah Penghuni guna meyakinkan bahwa tidak ada yang tertinggal di gedung/area kerja 3. Menghitung dan mengevaluasi jumlah korban (sakit/luka, pingsan, meninggal) .

2.8 Tindakan yang dilakukan pada saat terjadi kebakaran besarPada saat terjadi kebakaran besar tim pemadam kebakaran akan membagi tugas sesuai dengan posisi masing- masing untuk memaksimalkan atau mempercepat pemadaman apia. Fire bridge memantau atau mengawasi serta mengambil alih tugas chief warden dan deputy chief warden apabila mereka tidak dapat melakukan tugasnya dan memberikan pengarahan dalam pelaksanaan kendali darurat.b. Chief warden mengkoordinasi tindakan mengatasi kondisi darurat1. Memimpin operasi pemadaman tingkat awal dan penyelamatan jiwa,2. Memastikan prosedur penanganan keadaan darurat ini dipatuhi dan dilaksanakan3. oleh setiap personil termasuk penghuni gedung,4. Memberikan instruksi dan dalam setiap tindakan darurat,5. Melakukan komunikasi efektif dengan instansi terkait seperti Dinas Kebakaran, PLN,6. Polisi, Tim SAR dan lain-lain,7. Melaporkan status keadaan darurat kepada unsur pimpinan.c. Deputy chief warden membantu tugas-tugas chief warden dalam melaksanakan penanggulangan keadaan darurat.d. Kelompok komunikasi menangani hal-hal yang berkaitan dengan komunikasi keadaan darurat sesuai tanggung jawabnya masing-masing, yakni :1. Kurir menyampaikan berita dari chief warden atau deputy chief warden kepada floor warden pada saat ada gangguan pada sarana komunikasi selama operasi penanggulangan tingkat awal.2. Teleponis menerima dan mencatat laporan keadaan darurat dan segera menghubungi chief warden atau deputy chief warden untuk tugas penanggulangan kebakaran tingkat awal.3. Operator radio melaksanakan hubungan komunikasi lewat handy talky dari dan ke chief warden atau deputy chief warden4. Operator sound system menyampaikan pengumuman atau perintah chief warden atau deputy chief warden ke setiap lantai atau seluruh gedung melalui public address.5. Operator kontrol panel Memonitor terus menerus kontrol panel untuk mengetahui secara dini kejadian kebakaran.

e. Kelompok teknisi1. Operator lif Mengoprasikan lift barang sebagai lif kebakaran untuk keperluan petugas sekuriti dan petugas dinas kebakaran untuk pemadaman kebakaran dan menolong korban2. Operator listrik / genset Mengoperasikan on atau off listrik pada lantai tertentu atau seluruh gedung sesuai instruksi chief warden. Mengoperasikan genset secara manual bila sistim otomatis tidak bekerja pada saat pasokan listrik PLN terputus.3. Operator pompa kebakaran Mengoperasikan pompa air secara manual bila sistim otomatis tidak bekerja sehingga dapat menyediakan air untuk kebutuhan pemadaman kebakaran.4. Operator pengendalian asap Mengoperasikan pressurise fan / kipas udara tekanan positif secara manual pada ruang tangga darurat bila sistim otomatis tidak bekerja pada saat generalalarm berbunyi.

f. Kelompok sekuriti dan penyelamat1. Tim pemadaman kebakarana. Memadamkan api pada kesempatan pertama dengan alat yang tersedia secara cepat dan tepat (fire extinguisher / apar, hose reel, hydrant).b. Melokalisasi area yang terbakar dengan menyemprotkan air hosereel / hydrant pada barang yang mudah terbakar sampai Dinas Kebakaran datang.c. Membantu di lantai lain yang terbakar bila memerlukan tenaga dan bekerja sama dengan kelompok lain yang memerlukan bantuan.d. Menggunakan tangga darurat atau lif kebakaran selama lif tersebut aman.

2. Tim sekuritia. Menangani urusan keamanan dalam bangunan maupun lingkungannya saat penanggulangan darurat berlangsung.b. Melaksanakan pengawasan area dan mencegah orang yang dicurigai menggunakan kesempatan melakukan kejahatan.c. Menangkap orang yang jelas-jelas telah melakukan kejahatan dan membawanya ke POSKO sekuriti.d. Bersama tim evakuasi memeriksa ruangan dan memastikan benar-benar bahwa semua personil telah keluar dengan aman dan mengunci pintu. Tim ini adalah tim yang terakhir meninggalkan lantai.e. Satu orang sekuriti bertugas menjaga dan mengoperasikan lif kebakaran yang dipergunakan untuk kelompok pemadam kebakaran serta membantu mengevakuasikan orang sakit, cedera, meninggal dsb.3. Tim evakuasia. Mengatur dan menunjukkan rute untuk evakuasi, dari ruang-ruang disetiap lantai ke daerah tempat berkumpul / konsolidasi.b. Memberi peringatan-peringatan terhadap orang yang membawa barang besar /berat, orang lari yang akan menggunakan lif agar tidak menimbulkan bencana lebih buruk.c. Memeriksa ruangan kantor bila kemungkinan ada personil yang masih tertinggal. Bila ternyata ada yang masih tertinggal didalam ruangan, segera lapor ke floor warden selanjutnya laporkan kepada chief warden.d. Menghitung berapa jumlah korban (sakit, pingsan, meninggal) dan berusaha mengevakuasikan korban melalui lift kebakaran, tangga darurat atau mobil tangga Dinas Kebakaran.4. Tim parkira. Mengatur perparkiran saat penanggulangan keadaan darurat termasuk pengaturan jalur dan rambu-rambu.b. Mengatur arus mobil masuk dan keluar termasuk mobil unit Dinas Kebakaran.c. Bekerjasama dengan tim sekuriti dan Kepolisian dalam masalah parkir.5. Tim PPPKa. Memberikan pertolongan kepada korban (sakit, cedera, meninggal) di luar gedung setelah dievakuasikan oleh petugas evakuasi.b. Berusaha memanggil ambulan dan mengatur penggunaannya.c. Mengatur pengiriman orang sakit, cedera ke rumah sakit terdekat dengan menggunakan ambulan.6. Petugas evaluasi menghitung jumlah karyawan yang berevakuasi dari lantai yang menjadi tanggung jawabnya dan mengecek ulang di tempat berkumpul di luar gedung.

2.9 Sarana penyelamatan dan perlengkapannyaa. Tangga daruratKoridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah dalam dan akan tetap mengunci kalau dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat. Tiap tangga darurat dilengkapi dengan kipas penekan/pendorong udara yang dipasang diatap (Top). Udara pendorong akan keluar melalui grill di setiap lantai yang terdapat di dinding tangga darurat dekat pintu darurat. Rambu-rambu keluar (exit signs) ditiap lantai dilengkapi dengan tenaga baterai darurat yang sewaktu-waktu diperlukan bila sumber tenaga utama padam.b. LifTerdapat dua macam sarana alat angkut lif (Lif penumpang dan lif barang). Pada saat keadaan darurat:1. Hanya lif service (barang) yang dapat digunakan sebagai lif kebakaran (Fire Lift), karena lif tersebut telah dirancang untuk keadaan darurat.2. Lif-lif lainnya, sama sekali tidak boleh digunakan, karena ada resiko tinggi akan macet saat kebakaran.c. Alat komunikasi (public address)Terdapat dua macam sarana komunikasi, sebagai berikut:1. Fire intercom system2. Paging line system

2.10 Dampak yang timbul akibat Kebakaran

Dampak langsung dari kebakaran adalah polusi asap. Asap merupakan kumpulan dari karbon dioksida, uap air, karbon monoksida, partikel-partikel, hidrokarbon serta zat kimia organic lainnya, nitrogen oksida dan mineral-mineral lainnya. Komposisi asap bergantung pada banyak faktor seperti jenis dan kandungan air bahan bakar, suhu pembakaran, angin dan faktor cuaca lain, asap baru atau lama serta faktor lainnya.1. Kabut asap dari kebakaran dapat menyebabkan: iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan; menimbulkan reaksi alergi, peradangan juga infeksi saluran pernafasan; memperburuk orang yang menderita asma dan penyakit paru kronis lain2. Kemampuan kerja paru menjadi berkurang sehingga menyebabkan orang mudah lelah dan kesulitan bernafas3. Asap yang berlebihan selama kebakaran dapat menimbulkan berbagai penyakit yaitu: gangguan saluran pernafasan seperti: batuk, lender-dahak di saluran pernafasan, bronchitis; penyakit kulit; pusing dan iritasi pada mata.4. Penurunan kualitas air akibat kebakaran juga dapat menimbulkan diare dan muntaber (terutama pada anak balita)5. Gangguan peredaran oksigen di dalam tubuh akibat dari hasil pembakaran tidak sempurna, tidak berbau dan berwarna yaitu karbon monoksida, benzene karsinogenik dalam asap kebakaran juga berpotensi menyebabkan kanker6. Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel (debu) yang masuk atau mengendap di dalam paru-paru.7. Kabut asap dapat memperburuk penyakit asma dan penyakit paru kronis lain, seperti bronkitis kronik, PPOK dan sebagainya.8. Kemampuan kerja paru menjadi berkurang dan menyebabkan seseorang mudah lelah dan mengalami kesulitan bernapas.9. Bagi mereka yang berusia lanjut (lansia) dan anak-anak maupun yang mempunyai penyakit kronik, dengan kondisi daya tahan tubuh yang rendah akan lebih rentan untuk mendapat gangguan kesehatan.10. Kemampuan dalam mengatasi infkesi paru dan saluran pernapasan menjadi berkurang, sehingga menyebabkan lebih mudah terjadi infeksi.11. Berbagai penyakit kronik juga dapat memburuk.12. Bahan polutan pada asap kebakaran hutan dapat menjadi sumber polutan di sarana air bersih dan makanan yang tidak terlindungi.13. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) jadi lebih mudah terjadi, terutama karena ketidak seimbangan daya tahan tubuh (host), pola bakteri/virus penyebab penyakit (agent) serta buruknya lingkungan (environment).14. Kebakaran juga bisa menyebabkan luka bakar pada bagian tubuh yang terkena api langsung.

2.11 Tindakan Pencegahan Bahaya Kebakaran

A. Tindakan pencegahan kebakaran antara lain :1. Apabila meninggalkan kantor, periksa semua peralatan yang telah digunakan.2. Pastikan listrik telah diputus hubungannya (komputer, mesin hitung, mesin stensil/foto copy, mesin tulis dan sebagainya),3. Pastikan bahwa tidak ada lagi puntung rokok atau tembakau yang masih terbakar tertinggal didalam kantor,4. Jangan menyimpan barang yang mudah terbakar di dalam kantor,5. Beritahu dengan segera kepada Pengelola Gedung Manager Teknik bila terdapat gangguan atau kerusakan pada instalasi listrik, plugs, kabel listrik dan sebagainya,6. Jangan membebani suatu titik sambungan listrik secara berlebihan dengan menggunakan adaptor/stekker kombinasi,7. Jangan masukkan kabel lepas ke dalam wall socket, gunakanlah plug (stekker) yang semestinya.8. Jangan membiarkan perabotan kantor atau timbunan sampah di dalam kantor atau di tangga darurat atau koridor,9. Tidak memperbolehkan memasak makanan dalam lingkungan kantor atau di tempat umum kecuali seperti di ruangan pantry.

B. Tindakan yang seharusnya dilakukan dan dilarang dalam pencegahan kebakaran1. Tindakan yang seharusnya dilakukana. Hindarkan ruang kerja dari tumpukan benda-benda tak terpakai,b. Laporkan mengenai kondisi kurang aman kepada atasan/supervisor c. Hati-hati bekerja dengan peralatan listrik, burner gas dan peralatan api lainnya,d. Ekstra hati-hati bila bekerja dengan gas-gas dan cairan mudah terbakar,e. Pelajari lokasi alat pemadam api dan cara penggunaannya,f. Ketahui dimana lokasi eksit dan jalur ke luar,g. Hindari tumpukan barang-barang yang tidak terpakai pada tangga.2. Tindakan yang dilarang dilakukana. Bersikap ceroboh dalam merokok dan menggunakan korek api,b. Menutup jalan ke luar dengan peralatan atau barang tak berguna,c. Merusak peralatan listrik, kabel dan sekring,d. Membiarkan sampah menumpuk di tempat kerja,e. Menaruh kain berminyak di lemari atau kabinet.

2.12 Peran dan fungsi perawat dalam bencana Kebakaran

Bencana (kebakaran) tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial dan psikologi pada korban. Untuk itu sebagai perawat kita harus membantu masyarakat untuk kembali pada kehidupan normal.a. Memberikan pertolongan pertama pada korban bencana serta melakukan pengkajian secara cepat.b. Menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harianc. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan penanganan kesehatan di RSd. Memeriksa dan mengatur persediaan obat dan makanane. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas, depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan isolasi diri) maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan, fatigue, mual muntah dan kelemahan otot).f. Membantu terapi kejiwaan korban terutama anak-anak (modifikasi lingkungan: terapi bermain) serta memfasilitasi konseling.

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan Api merupakan suatu reaksi kimia (oksidasi) cepat yang terbentuk dari 3 (tiga) unsur (panas, oksigen dan bahan mudah terbakar) yang menghasilkan panas dan cahaya. Ilustrasi unsur api dapat dilihat sebagaimana pada gambar segitiga api. Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga penjalaran api, asap dan gas yang ditimbulkan. (SNI 03 1736 2000) NFPA (National Fire Protection Association) membagi klasifikasi (kelas) kebakaran menjadi 6 (enam) kelas yaitu : kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, kelas K, kelas E.Dampak langsung dari kebakaran adalah polusi asap. Asap merupakan kumpulan dari karbon dioksida, uap air, karbon monoksida, partikel-partikel, hidrokarbon serta zat kimia organic lainnya, nitrogen oksida dan mineral-mineral lainnya. Komposisi asap bergantung pada banyak faktor seperti jenis dan kandungan air bahan bakar, suhu pembakaran, angin dan faktor cuaca lain, asap baru atau lama serta faktor lainnya.Kebakaran dapat menimbulkan berbagai penyakit di antaranya iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan, menimbulkan reaksi alergi, peradangan juga infeksi saluran pernafasan, penyakit paru kronis lain ,Kemampuan kerja paru menjadi berkurang sehingga menyebabkan orang mudah lelah dan kesulitan bernafas, gangguan saluran pernafasan seperti: batuk, lender-dahak di saluran pernafasan, bronchitis, gangguan peredaran oksigen di dalam tubuh akibat dari hasil pembakaran tidak sempurna, tidak berbau dan berwarna yaitu karbon monoksida, benzene karsinogenik dalam asap kebakaran juga berpotensi menyebabkan kanker dan Pneumoconiosis.3.2 SaranMasyarakat harus lebih mengetahui mengenai tindakan pencegahan bahaya kebakaran. Pemerintah juga harus sering memberikan pendidikan mengenai tindakan tindakan yang harus di lakukan saat terjadi bencana kebakaran. Agar masyarakat mengetahui apa yang harus mereka lakukan apabila suatu saat mereka dihadapkan dengan bencana kebakaran.

DAFTAR PUSTAKA

Hegner Barbara, 2003. Asisten Keperawatan Suatau Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta : EGC. Ramli, S. 2010. Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran. Penerbit Dian Rakyat. Jakarta.