FENOMENA GENG MOTOR -...
Transcript of FENOMENA GENG MOTOR -...
FENOMENA GENG MOTOR :STUDI DI BEBERAPA KOTA JAWA BARAT
Hasil Penelitian Cepat
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEJAHTERAAN SOSIALBADAN PENDIDIKAN, PENELITIAN, DAN PENYULUHAN SOSIALKEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
Fenomena Geng Motor: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat; Jakarta 2017: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI, viii + 124 halaman 14,5 x 21 cm
Konsultan:Augustina Situmorang, Ph.D
Penulis :Irmayani; Badrun Susantyo; B. Mujiyadi; Anwar Sitepu
Togiaratua Nainggolan; Sugiyanto; Muslim Sabarisman
Perwajahan :Tim Peneliti
ISBN : 978-602-61471-7-2
Diterbitkan oleh:Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial,
Kementerian Sosial RI - JakartaJl. Dewi Sartika No.200 Cawang II Jakarta Timur,
Telp. 021-8017146, Fax.021-8017126
Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya
iiiFENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenanNya laporan hasil penelitian cepat “Fenomena Geng Motor di beberapa Kota Jawa Barat yang dilaksanakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial dapat diselesaikan.
Tujuan dari penelitian cepat ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik geng motor, faktor-faktor penyebab seseorang masuk geng motor dan usulan intervensi sosial yang untuk penanganan geng motor. Lokasi penelitian cepat ini di daerah yang diketahui banyak terjadi tindak kriminal oleh geng motor yaitu Kota Bandung, Kota Cirebon dan Kota Depok Provinsi Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan ada 3 karakteristik geng motor yaitu geng motor yang “formal”, geng motor yang sudah “bertransformasi” dan geng motor yang “berandalan”. Benyak hal penyebab seseorang masuk geng motor baik kondisi individu, keluarga dan lingkungannya. Optimalisasi berbagai program Kemensos yang menjangkau remaja dan keluarganya serta sinergi berbagai lembaga di daerah dibutuhkan secara serius untuk penanganan masalah ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada konsultan Augustina Situmorang, Ph.D yang telah menyumbangkan saran dan masukannya sejak awal sampai akhir penelitian ini. Selain itu kami juga mengucapkan terima kasih atas kerjasama berbagai pihak di 3 kota lokasi penelitian yaitu Dinas Sosial, Kepolisian Resort Kota, Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan, para Liasion Officer khususnya di Kota Bandung, pendamping lapangan serta seluruh informan yang telah memberikan data dan informasi yang berharga untuk penelitian ini. Tak terlupakan juga terima kasih kepada
iv FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
seluruh manajemen Puslitbang Kesos khususnya Bidang Penelitian Perlindungan dan Jaminan Sosial yang telah menyiapkan seluruh pelaksanaan penelitian dengan baik dan terencana.
Semoga laporan hasil penelitian cepat ini dapat bermanfaat sebagai bahan perumusan kebijakan yang terkait pengembangan kreativitas pemuda/remaja, pembinaan organisasi kepemudaan, penanganan masalah dalam keluarga.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.
Jakarta, 23 Oktober 2017
Kapuslitbangkesos,
Mulia Jonie
vFENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. vii
DAFTAR TABEL ................................................................................. viii
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ......................................................... 3
C. Tujuan dan Manfaat .......................................................... 4
D. Metode Penelitian ............................................................. 4
E. Organisasi Penelitian ......................................................... 6
BAB II : KAJIAN PUSTAKA ............................................................... 7
A. Fenomena Geng Motor .................................................. 7
B. Pengertian Agresi dan Penyebabnya ............................. 13
BAB III : HASIL PENELITIAN ............................................................ 20
A. Kota Bandung .................................................................... 20
1. Deskripsi Wilayah ........................................................ 20
2. Profil Geng Motor ........................................................ 20
3. Aktivitas Geng Motor .................................................... 28
4. Kesimpulan Bandung .................................................. 29
B. Kota Cirebon ..................................................................... 31
1. Deskripsi Wilayah ........................................................ 31
2. Profil Geng Motor ....................................................... 32
3. Aktivitas Geng Motor ................................................... 45
C. Kota Depok ....................................................................... 59
1. Deskripsi Wilayah ...................................................... 59
2. Profil Geng Motor ........................................................ 60
3. Aktivitas Geng Motor ................................................... 67
vi FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
BAB IV : ANALISIS DATA .................................................................. 85
A. Karakteristik Geng Motor ................................................ 85
1. Geng motor terorganisir “formal” .............................. 88
2. Geng motor yang sudah bertransformasi .................. 88
3. Geng motor berandalan/simpatisan .......................... 89
B. Faktor Penyebab Perilaku Agresif Geng Motor ............... 95
1. Aspek Psikologis ........................................................... 95
2. Aspek Sosiologis .......................................................... 99
3. Aspek Yuridis ............................................................... 101
c. Penanganan Yang Sudah Dilakukan .............................. 104
BAB V : PENUTUP ......................................................................... 107
A. Kesimpulan ................................................................. 107
B. Rekomendasi ............................................................... 108
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 110
BIODATA PENULIS .............................................................................. 112
viiFENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Penelitian .................................................................. 5
Tabel 2. Daftar Informan untuk Kota Bandung dan ........................ 21
Tabel 3. Jumlah Anggota Geng Motor di Kota Bandung ................. 22
Tabel 4. Daftar Informan untuk Kota Cirebon ................................. 32
Tabel 5. Profil Geng Motor Kota Cirebon .......................................... 34
Tabel 6. Lokasi Nonkrong Geng Motor di Kota Cirebon ................. 46
Tabel 7. Daftar Terpidana Melibatkan Anggota Geng Motor ........... 51
Tabel 8. Daftar Nama Informan Kota Depok ................................... 61
Tabel 9. Nama-nama kelompok menurut informasi Polresta Depok 66
Tabel 10. Data kejadian tindak pidana yang diduga dilakukan ......... 74
Tabel 11. Karakteristik Geng Motor di 3 Kota, Provinsi Jawa Barat ... 86
Tabel 12. Tipe Geng Motor di 3 Kota, Provinsi Jawa Barat ................. 90
Tabel 13. Aspek dan Tipe Geng Motor ................................................ 93
viii FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Teori GAAM (General Affective Agression Model) ............ 15
Gambar 2. Skema Penyebab Perilaku Agresif ..................................... 19
1FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa waktu belakangan fenomena geng motor dirasa semakin mencemaskan. Hal demikian terutama dapat dirasakan dari berita-berita yang dimuat di media cetak dan media on line. Mencemaskan karena: 1) eksistensi mereka tampak semakin tersebar luas, terutama di kota-kota besar dan wilayah sekitarnya; 2) populasi geng semakin banyak; 3) tindakan mereka dinilai cenderung semakin nekat dan brutal. Kondisi demikian merupakan persoalan yang cukup serius. Dalam banyak kasus tindakan mereka tidak hanya sebatas kenakalan, pelanggaran norma sosial dan mengganggu ketertiban umum semata tetapi sudah mengarah kepada tindakan kriminal, seperti: penyerangan terhadap orang lain, perampasan, penganiyaan dan pembunuhan. Tindakan anggota geng motor seperti diberitakan dinilai selain dapat merugikan atau mengancam keselamatan orang lain juga potensial merusak dirinya sendiri.
Penelitian terkait geng motor sudah banyak sekali, diantaranya Fadilla (2013) bahwa semua tindakan kelompok akan ikut dilakukan individu agar dianggap sebagai bagian dari kelompok, karena jika tidak ikut melakukan dianggap bukan bagian dari kelompok. Keanggotaan individu dalam kelompok yang membuat individu lebih berani dalam melakukan berbagai hal, dalam penelitian ini adalah perilaku agresif. Anggota geng motor berani bertindak nekat, menganiaya orang lain, melakukan perusakan, membuat kerusuhan, dan perilaku agresif lainnya tanpa merasa bersalah karena melakukannya
2 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
bersama-sama dengan kelompoknya, walaupun hal tersebut melanggar aturan hukum. Ketika individu masuk dalam kelompok, maka identitas kelompok kelompok menjadi bagian dari konsep dirinya. Setiap orang cenderung untuk meraih dan mempertahankan konsep diri yang positif, sehingga individu berusaha membuat penilaian positif terhadap kelompoknya.
Hadisiwi dan Suminar (2013) bahwa anggota geng motor mempunyai rasa bahwa dirinya tidak diperhatikan. Oleh karena itu mereka bereaksi pada orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan. Individu ini tidak pernah mempersalahkan dirinya, tetapi akan menganggap dirinya sebagai korban dari sistem sosial yang tidak beres. Dan, sayangnya mereka melarikan diri dengan bergabung ke dalam geng motor. “Prestasi” yang mereka buat adalah yang negatif. Anggota geng motor menunjukkan “kebesarannya” pada geng motor lain melalui seberapa berani mereka menjarah, seberapa kuat mereka di jalanan, dan lain sebagainya. Mungkin menurut versi geng motor itu “positif” tapi bagi masyarakat ini tentu “negatif”.
Atika (2015) mengungkapkan bahwa berdirinya geng motor di kota Medan diawali oleh munculnya satu geng motor yang kemudian menjadi motivasi bagi yang lain untuk mendirikan geng motor yang serupa. Motifnya pada umumnya sama, yaitu untuk menyaingi kehebatan geng motor lain, untuk menunjukkan diri siapa yang lebih hebat, lebih eksis, dan siapa yang paling kuat di jalanan. Maka dari itulah, semakin banyak geng motor berkembang di kota Medan maka akan menimbulkan persaingan yang semakin keras dan tidak menutup kemungkinan jumlah tindakan keonaran yang akan mereka lakukan akan semakin banyak.
3FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, dapat diketahui bahwa anggota geng motor umumnya adalah remaja, SMP dan SMA, berumur 12-21 tahun, sebagian masih dikategorikan usia anak (dibawah 18 tahun) dan menurut UU Pidana belum dewasa (dibawah 21 tahun). Awalnya geng motor hanya perkumpulan anak-anak remaja yang hobi ngebut-ngebutan dengan motor, baik siang maupun malam hari. Mereka melakukan balapan motor alias trek-trekan di jalanan umum. Namun akhir-akhir ini geng motor mulai meresahkan masyarakat, bahkan aksi brutal geng motor menyebabkan banyak korban luka bahkan meninggal dunia termasuk anggota geng itu sendiri. Bagi Kementerian Sosial yang memiliki tugas dan fungsi dalam bidang kesejahteraan sosial, termasuk kesejahteraan anak dan keluarga, situasi demikian tidak dapat dibiarkan. Fenomena geng motor perlu segera ditangani untuk mencegah jatuhnya korban lebih banyak, baik pada sisi masyarakat luas maupun dari sisi pelaku.
Hal inilah yang membuat Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial memandang perlu untuk mengadakan kajian cepat untuk mendapat gambaran lebih jelas. Berdasarkan hasil kajian tersebut diharapkan dapat dirumuskan usulan penanganannya.
B. Perumusan Masalah
Beberapa permasalahan yang terkait dengan geng motor yang meresahkan masyarakat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana ciri/karakteristik geng motor?
2. Apa faktor-faktor yang mendorong seseorang masuk geng motor?
3. Bagaimana intervensi sosial terhadap geng motor ?
4 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
C. Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan diatas maka tujuan penelitian cepat ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi ciri/ karakteristik geng motor
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorong seseorang masuk geng motor
3. Memberi masukan kepada pembuat program dan kegiatan dalam melakukan intervensi terhadap geng motor
Manfaat penelitian cepat ini adalah sebagai dasar untuk penyusunan kebijakan dan program terkait pencegahan dan penanganan geng motor.
D. Metode
Strategi yang digunakan dalam penelitian cepat ini adalah Rapid Assement Process (RAP) sebagai salah satu cara untuk menyelidiki situasi kompleks dimana isunya belum bisa didefinisikan, seperti dikatakan Beebe dan Beebe, 2009: “A way to investigate complicated situations in which issues are not yet well defined”. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
Lokasi penelitian ditentukan secara purposive berdasarkan maraknya kasus geng motor di Provinsi Jawa Barat yaitu Kota Depok, Kota Cirebon, Kota Bandung. Pemilihan informan dengan kriteria :
1. Semua geng motor dan anggotanya yang berada di wilayah penelitian
2. Aparat kepolisian yang menangani geng motor
3. Tokoh masyarakat / agama / pemuda dimana di lingkungannya terdapat geng motor
5FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
4. Pemerintah Daerah setempat khususnya Dinas Sosial
Unit analisis penelitian ini adalah geng motor beserta anggotanya dan pihak-pihak lain yang berpengaruh seperti aparat kepolisian, tokoh masyarakat dan pemerintah daerah setempat.
Tabel 1. Jadwal Penelitian
No TahapanMinggu
1 2 3 4 5 6 7 81 Persiapan
- Penentuan topik X- Penyusunan rancangan X X- Penyusunan instrumen X X- Pembahasan rancangan dan
instrumenX
- Perbaikan rancangan dan instrument hasil pembahasan
X
2 Pelaksanaan (pengumpulan data lapangan)- Coaching dengan pengumpul
data lapangan dan penentuan informan
- Pengumpulan data lapangan
X
X
3 Pengolahan dan penyusunan laporan- Pengolahan data dan analisis X- Penyusunan laporan X X- Pembahasan X- Finalisasi hasil penelitian X
6 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
E. Organisasi Penelitian
Pengarah : Kepala Badan Pendidikan, Penelitian dan Penyuluhan Sosial
Penanggung Jawab : Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial
Konsultan : Augustina Situmorang, Ph.D
Ketua Tim : Irmayani, SH, MSi
Anggota Tim : 1. Badrun Susantyo, Ph.D
2. Drs. B. Mujiyadi, MSW
3. Drs. Anwar Sitepu, MP
4. Drs. Togiaratua Nainggolan, MSi
5. Sugiyanto, SPd, MSi
6. Muslim Sabarisman, AKS
7FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
A. Fenomena Geng Motor
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, geng berarti sebuah kelompok atau gerombolan remaja yang dilatar belakangi oleh persamaan latar sosial, sekolah, daerah, dan sebagainya. Pelakunya dikenal dengan sebutan gangster. Gangster berarti suatu anggota dalam sebuah kelompok kriminal (gerombolan) terorganisir dan memiliki kebiasaan yang ‘berantakan’ dan anti aturan. Geng motor sendiri dilandasi oleh aktivitas kesenangan di atas motor (Sari, 2014).
Terbentuknya geng motor ini dimulai dari perkumpulan atau kelompok antar pelajar. Sebenarnya aktivitas di mana para pelajar berkumpul dan berkelompok merupakan hal yang lumrah. Masalahnya adalah, apabila kegiatan ketika berkumpulnya itu mengarah kepada hal yang negatif serta merugikan diri siswa itu sendiri bagi masa depannya. Maka tidak cukup hanya ditangani oleh lembaga formal saja, dalam hal ini sekolah harus mengoptimalkan tiga lembaga pendidikan yaitu, lembaga formal dalam hal ini sekolah, lembaga informal yaitu keluarga, dan non formal yaitu masyarakat agar tetap bersinergi dalam mencegah keikutsertaan siswa dalam geng motor (Sari, 2014).
Banyak hal yang sebenarnya menjadi penyebab munculnya geng motor ini sebagai bentuk kenakalan remaja. Dalam konteks pekerjaan sosial, fenomena geng motor dapat dipahami dalam kerangka konsep “manusia-dalam-lingkungan”. Konsep
8 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
ini menekankan agar pemahaman (asessment) masalah diletakkan secara seimbang antara faktor internal manusia individual dan faktor eksternal di mana individu menjadi bagiannya. Oleh sebab itu memahami geng motor – sebagai perilaku – dipandang penting dilakukan dari aspek psikologis, aspek sosiologis dan aspek hukum. Penyebab bisa muncul dari kurang harmonisnya hubungan (individu) remaja dengan lingkungan sosialnya. Pada satu sisi remaja (sebagai pelaku geng motor) tengah berada pada masa transisi dari anak menjadi dewasa. Dalam psikologi perkembangan, orang yang berada pada masa transisi memiliki sejumlah kebutuhan spesifik, misalnya: kebutuhan atas pengakuan eksistensi diri, kebutuhan rasa diterima, kebutuhan mencoba sesuatu yang baru. Lingkungan sosial (mulai dari keluarga, masyarakat sekitar, kelompok, sekolah, dan komponen masyarakat lainnya) seyogianya menjadi sarana yang kondusif bagi para remaja untuk mejalankan tugas perkembangannya. Akan tetapi kerap terjadi lingkungan sosial kurang atau bahkan tidak mampu menjadi sarana yang kondusif bagi para warga baru masyarakat ini. Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarkat yang memiliki fungsi (melakukan reproduksi. melakukan sosialisasi) kerap memiliki kendala dan keterbatasan, sehingga proses sosialisasi kurang berjalan baik. Sekolah dan komponen lain masyarakat yang memiliki fungsi pendidikan pun memiliki keterbatasannya sendiri.
Orangtua (ayah dan ibu) dalam keluarga adakalanya tidak mampu menjalankan peran dalam melakukan pengasuhan anak (sesuai usia perkembangan) karena berbagai keterbatasan. Diperlukan kemampuan tersendiri dalam mengasuh anak sesuai tahap perkembangannya. Pada setiap tahap perkembangan, anak memiliki karakteristik dan
9FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
kebutuhan spesifik. Oleh sebab itu, diperlukan kemampuan tersendiri untuk mengasuh anak sesuai usia dan karakteristik spesifiknya. Salah satu kendala yang kerap muncul dalam pengasuhan anak remaja dalam keluarga adalah komunikasi. Orangtua (ayah / ibu) kerap tidak dapat membangun hubungan yang baik dengan anak remaja. Masalah dapat bersumber dari kesibukan orangtua atau keterbatasan keterampilan. Dalam situasi demikian anak dapat merasa diabaikan atau dikekang atau bentuk lainnya yang mencerminkan adanya masalah relasional. Sekolah sebagai lembaga pendidikan di luar keluarga juga tidak selalu mampu menyediakan kebutuhan spesifik anak. Anak kemudian dapat (kerap) mencari sumber lain di luar keluarga dan sekolah, biasanya kelompok sebaya. Dalam situasi demikian anak dapat terpengaruh atau terjerumus ke dalam kelompok berperilaku menyimpang seperti geng motor. Kelompok sebaya kerap kurang terkontrol dan kurang terfilterisasi dari pengaruh-pengaruh buruk terhadap remaja tersebut. Terlebih lagi pengaruh media elektronik dan massa yang pada saat ini tidak sedikit mempertontonkan perilaku dan gaya hidup remaja yang negatif seperti kekerasan, pergaulan bebas dan narkoba.
Menurut Kartono (2010) remaja adalah suatu tingkatan umur, dimana seorang anak tidak lagi bersikap seperti anak-anak, tetapi belum dapat juga dipandang sebagai orang dewasa Kenakalan remaja adalah tindakan melanggar peraturan atau hukum yang dilakukan oleh anak yang berada pada masa remaja. Perilaku yang ditampilkan dapat bermacam-macam, mulai dari kenakalan ringan seperti membolos sekolah, melanggar peraturan-peraturan sekolah, melanggar jam malam yang ditetapkan orangtua, hingga kenakalan berat seperti vandalisme, perkelahian antar geng, penggunaan obat-
10 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
obat terlarang, dan sebagainya.
Tindakan kenakalan remaja yang tidak terkontrol akan menjerumuskan seorang remaja pada perilaku kejahatan remaja (juvenile deliquency) yang merupakan salah satu penyakit sosial. Penyakit sosial atau penyakit masyarakat adalah segala bentuk tingkah laku yang dianggap tidak sesuai, melanggar norma-norma umum, adat istiadat, hukum formal, atau tidak bisa diintegrasikan dalam pola tingkah laku umum. Disebut juga sebagai penyakit masyarakat karena gejala sosialnya yang terjadi di tengah masyarakat itu meletus menjadi penyakit (Kartono, 2010).
Menyikapi tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan geng motor, terdapat hubungan yang sangat erat antara lemahnya ikatan seseorang dengan orang tua, lingkungan pendidikan dengan perilaku pelanggaran hukum yang dilakukan para remaja yang merupakan anggota geng motor. Begitu pula dalam kaitannya dengan rendahnya tingkat kepercayaan pada norma hukum dan norma agama pun menunjukkan kecenderungan yang tidak berbeda, dalam arti bahwa rendahnya kepercayaan seseorang terhadap norma hukum, dan norma agama, cenderung mendorong seseorang untuk berperilaku menyimpang. Apabila seseorang dihadapkan ke dalam kondisi ketidakmampuan mengendalikan diri, didukung dengan lingkungan sosial yang tidak mampu untuk mengontrol, maka sangatlah besar perilaku menyimpang akan mudah terjadi (Hadisuprapto, 2004).
Menurut Short Jr, 1996 dalam Tribun News 2017, setidaknya ada tiga bentuk kekerasan yang biasa dilakukan dan dikembangkan geng:
1. Kekerasan dalam konflik yang terjadi di antara geng
11FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
jalanan. Biasanya dipicu perebutan atau persaingan daerah kekuasaan atau untuk mencari peningkatan status dalam aksi mereka.
2. Kekerasan anggota geng dalam rangka mencari dan mengembangkan identitas kelompok.
3. Kekerasan sebagai konsekuensi pembinaan kekompakan kelompok. Bahkan, di sejumlah geng motor, ketahanan menghadapi kekerasan merupakan sumber status individu maupun reputasi kelompok.
Menurut Bagong Suyanto, 2015 dalam Tribun News 2017, anak muda yang tergabung dalam geng motor biasanya akrab dengan kekerasan dan menjadikan kekerasan sebagai instrumen untuk membangun identitas mereka. Sebab, dalam dunia geng, kekerasan adalah sebuah simbol kejantanan dan penghormatan. Artinya, jika seorang anggota geng motor ingin memperlihatkan kedirian serta identitas mereka, yang mereka lakukan adalah berkompetisi dengan sesama untuk memperlihatkan sejauh mana kemacho-an serta keberanian mereka dari anggota geng yang lain.
Sekelompok anak muda yang merasa diperlakukan tidak adil dan sehari-hari termarginalkan sangat mungkin bertindak agresif dan bertindak kekerasan lebih besar. Sekadar menyalahkan ulah anarkistis anggota geng motor sebagai tindakan yang menyimpang atau melanggar hukum, kemudian memenjarakan mereka, mungkin untuk sementara bisa meredam meluasnya aksi brutal geng motor. Tetapi, dengan memahami bahwa subkultur geng motor yang brutal itu sebetulnya tumbuh karena kondisi lingkungan yang tidak kondusif dan cara berpikir mereka yang terkontaminasi pengaruh buruk peergroup, sebetulnya akan dapat dilahirkan upaya penanganan yang lebih berdampak jangka panjang.
12 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Adapun hal-hal yang berbahaya dilakukan geng motor berdasarkan hasil penelitian Sari (2014):
a. Kebanyakan anggota geng motor tidak memakai perangkat keamanan atau safety ride tools seperti: helm, sepatu dan jaket.
b. Membawa senjata tajam yang dibuat sendiri arau sudah dari pabriknya seperti: samurai, celurit, badik, hingga bom Molotov.
c. Biasanya muncul di malam hari dan tidak menggunakan lampu penerang serta menimbulkan suara-suara yang relatif lebih berisik.
d. Jauh dari kegiatan sosial, tidak pernah membuat acara-acara sosial seperti sunatan masal atau kawin masal, mereka lebih suka membuat acara tawuran masal.
e. Anggotanya lebih banyak kaum laki-laki yang sering mabuk, berjudi dan hobi membunuh, sekalipun tidak menutup kemungkinan ada kaum hawa yang ikut.
f. Motor yang mereka gunakan tidak lengkap, tidak ada spion, sein, hingga lampu utama. Yang diutamakan oleh mereka adalah kecepatan.
g. Visi dan misi mereka jelas, hanya membuat kekacauan dan ingin menjadi geng terseram di antara geng motor lainnya hingga sering tawuran diatas motor.
h. Tidak terdaftar di kepolisian atau masyarakat setempat.
i. Cenderung menyukai bercengkrama di tempat-tempat yang jauh dari kata terang; lebih suka memilih tempat sepi, gelap dan bau busuk.
j. Apabila melaksanakan pelantikan anak baru biasanya bermain fisik, disuruh berkelahi dan minum-minuman keras sampai muntah-muntah.
13FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Sebagai tambahan, dalam penelitiannya memberikan daftar kejahatan lain seperti:
a. Membolos sekolah lalu bergelandangan sepanjang jalan, atau bersembunyi di tempat-tempat terpencil sambil melakukan eksperimen dan tindakan asusila,
b. Kriminalitas, antara lain merupakan perilaku mengancam, memberikan intimidasi, memeras, mencuri, merampas, menyerang, merampok, melakukan pembunuhan dengan cara menyembelih korbannya, mencekik, meracun, dan sebagainya,
c. Agresivitas seksual seperti pemerkosaan, dan pembunuhan dengan motif seksual yang didorong oleh perasaan inferior dan menuntut pengakuan diri atau emosi balas dendam,
d. Kecanduan narkoba
Menurut Berkowitz (1995) salah satu penyebab munculnya perilaku agresif adalah pengaruh dari kelompok atau geng. Dalam kelompok atau geng seseorang merasa mendapatkan penerimaan atau status, merasa penting dalam geng, sementara ditempat lain tidak berharga. Dalam hal ini setiap tindakan yang dilakukan anggotanya biasanya mendapat dukungan penuh dari anggota kelompoknya sehingga tindakan mereka dianggap benar.
B. Pengertian Agresi dan Penyebabnya
Penjelasan paling tua dan kemungkinan dikenal mengenai agresi manusia adalah pandangan bahwa manusia “diprogram” sedemikian rupa untuk melakukan kekrasan oleh sifat alamiah mereka. Teori-teori seperti ini menyatakan bahwa kekerasan manusia berasal dari kecenderungan bawaan (yang diturunkan) untuk bersikap agresif satu sama lain. Pendukung paling terkenal dari teori ini adalah Sigmund Freud,
14 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
berpendapat bahwa agresi terutama timbul dari keinginan untuk amti (death wish/thanatos) yang kuat yang dimiliki oleh semua orang. Insting ini awalnya memiliki tujuan self-dustruction tetapi arahnya diubah keluar, ke orang lain (Baron dan Byrne, 2005).
Dalam psikologi dan ilmu sosial lainnya, pengertian agresi merujuk pada perilaku yang dimaksudkan untuk membuat objeknya mengalami bahaya atau kesakitan. Agresi dapat dilakukan secara verbal atau fisik. Myers (Sarwono, 2002) mengemukakan bahwa perilaku agresif adalah perilaku fisik atau lisan yang sengaja dengan maksud untuk menyakiti atau merugikan orang lain. Murray (Chaplin, 2004) mengatakan bahwa agresif adalah kebutuhan untuk menyerang, memperkosa atau melukai orang lain, untuk meremehkan, merugikan, mengganggu, membahayakan, merusak, menyakiti, mengejek, mencemoohkan, atau menuduh secara jahat, menghukum berat, atau melakukan tindakan sadistis lainnya.
Psikolog sosial lain yang menolak pandangan tersebut, memiliki alternatif sendiri yaitu pandangan bahwa agresi muncul terutama dari suatu dorongan (drive) yang ditimbulkan oleh factor-faktor eksternal untuk menyakiti orang lain. Pendekatan ini direfleksikan dalam berbagai teori dorongan (drive theories) atas agresi (Berkowitz, 1989; Feshbach, 1984 dalam Baron dan Byrne, 2005). Teori-teori ini mengemukakan bahwa kondisi-kondisi eksternal terutama frustasi membangkitkan motif yang kuat untuk menyakiti orang lain. Dorongan agresif ini selanjutnya menimbulkan agresi terbuka.
Pandangan lain, teori modern atas agresi tidak berfokus pada faktor tunggal sebagai penyebab utama agresi. Walaupun
15FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
tidak ada teori tunggal yang meliputi semua faktor, satu pendekatan yaitu model umum afektif agresi (General Affective Aggression Model atau GAMM) diajukan oleh Anderson dkk, 1997 dalam Baron dan Byrne, 2005). Menurut teori ini, agresi dipicu oleh banyak variabel input. Variabel ini meliputi frustasi, penghinaan, pemaparan terhadap tingkah laku agresif orang lain (model agresif), munculnya tanda-tanda yag berhubungan dengan agresi (misalnya senapan atau senjata lainnya) dan hampir semua hal yang dapat menyebabkan individu mengalami ketidaknyamanan. Variabel kedua (perbedaan individual) meliputi trait yang mendorong individu untuk melakukan agresi (mudah marah), sikap dan belief tertentu terhadap kekerasan (pandangan bahwa hal tersebut baik-kemungkinan karena hal itu menunjukkan kebanggaan individu atau maskulinitas) dan ketrampilan spesifik yang terkait agresi (misal mengetahui cara berkelahi, mengetahui cara menggunakan berbagai senjata).
Gambar 1. Teori GAAM (General Affective Agression Model)
Sumber: Anderson, 1997 dalam Baron dan Byrne, 2005
16 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
GAAM: satu teori modern atas agresi manusia dimana model umum afektif agresi menyatakan bahwa agresi manusia berasal dari banyak faktor yang berbeda. Banyak sekali variabel input yang mempengaruhi kognisi, afek dan keterangsangan, kemudian tahap-tahap internal ini ditambah dengan faktor-faktor lain yang menentukan apakah dan dalam bentuk apa agresi terjadi (Anderson, 1997 dalam Baron dan Byrne, 2005).
Menurut GAAM, variabel situsional dan individual yang beragam ini kemudian dapat menimbulkan agresi terbuka melalui pengaruh masing-masing terhadap 3 proses dasar: keterangsanagan (arousal), keadaan afektif (affective states) dapat membangkitkan perasaan hostile dan tada-tanda yang tampak (ekspresi wajah marah); serta kognisi (cognitions) yang dapat membuat individu memiliki pikiran hostile atau membawa ingatan hostile ke pikiran. Tergantung pada interpretasi (penilaian) individu atas siatuasi saat ini dan faktor-faktor peringatan yang ada (misalnya kehadiran polisi atau keadaan mengancam dari orang yang dimaksudkan sebagai target.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kecenderungan perilaku agresif adalah adanya keinginan untuk melakukan perilaku negatif, kekerasan guna menyakiti orang lain atau merusak suatu benda yang dilakukan secara fisik maupun verbal. Berkaitan dengan perkembangan perilaku agresi yang terjadi dalam diri remaja, faktor sosial maupun lingkungan keluarga akan turut pula mempengaruhinya.
Baron dan Byrne (2000) menyebut dua kondisi penyebab timbulnya perilaku agresi yaitu kondisi internal dan kondisi eksternal.
17FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
a. Kondisi internal, meliputi : 1) Individu yang mempunyai kepribadian yang kurang matang cenderung mempunyai kontrol diri yang rendah. 2) Hubungan interpersonal dilakukan untuk memahami diri sendiri, membina dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.
b. Kondisi eksternal, meliputi : 1) frustrasi; hal ini disebabkan oleh kegagalan yang dialami dan biasanya dinyatakan dalam bentuk agresi 2) provokasi langsung yang bersifat verbal ataupun fisik yang mengenai kondisi pribadi 3) model, model yang kurang baik di lingkungannya sangat besar pengaruhnya terhadap munculnya perilaku agresi. Selain faktor-faktor di atas, faktor kepribadian ekstrovert juga dapat berpengaruh terhadap perilaku agresi pada remaja.
Kerumitan dalam memahami perilaku agresif menumbuhkan beberapa pendekatan dalam upaya mencoba menjelaskan dinamika penyebab perilaku agresif. Pembahasan tentang faktor-faktor penyebab munculnya perilaku agresif juga amat tergantung dari sisi pendekatan yang digunakan. Setidaknya ada empat pendekatan utama untuk memahami beberapa penyebab munculnya perilaku agresif ini, yaitu 1). Pendekatan biologis, 2). Pendekatan psikologis, 3). Pendekatan situasional, dan 4). Pendekatan sosio-ecological (Susantyo, 2016).
Pendekatan biologis, memandang bahwa perilaku agresif terkait dengan kondisi hormon testosterone dalam diri individu (Tieger dalam Dunkin, 1995; Brigham, 1991; Baron, Byrne & Suls, 1994). Ada juga pandangan biologis yang lain, yang meyakini bahwa perilaku agresif juga bisa disebabkan karena abnormalitas anatomis, misalnya kelainan pada jaringan syaraf otak. Pendekatan psikologis. Dalam pendekatan ini ada sejumlah teori besar yang mendasari
18 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
pemikiran mengenai agresi, antara lain teori instinct oleh Sigmund Frued. Dalam pendekatan inipun terdapat beberapa perspektif dala memahamai perilaku agresif. Krahe (2001) mencatat setidaknya ada 7 (tujuh) perspektif agresif dalam perspektif ini, yaitu; 1). perspektif psikoanalisis, 2). perspektif frustrasi-agresi, 3). perspektif neo-asosianisme kognitif, 4). model pengalihan rangsangan, 5). perspektif sosial-kognitif, 6). teori pembelajaran sosial, dan ke 7). perspektif model interaksi sosial. Pendekatan Situasional, yang mencoba melihat beberapa kondisi situasional sebagai pencetus (trigger) munculnya perilaku agresif. Pendekatan ini meyakini bahwa perilaku agresif bukanlah merupakan faktor bawaan (naluri) yang ada pada setiap individu. Munculnya perilaku agresif melibatkan faktor-faktor (stimulus-stimulus) eksternal sebagai determinan-determinan dalam pembentukan agresi. Aspek-aspek situasi yang memicu atau memperburuk perilaku agresif merupakan stimulus yang muncul pada situasi tertentu yang mengarahkan perhatian individu ke arah agresi sebagai respons yang potensial. Pendekatan socio-ecological, diperkenalkan oleh Bronfenbrenner (1989), yang dikenal dengan ecological model, kemudian dilengkapi oleh Bronfenbrenner dan Morris (2006) menjadi socio-ecological model. Model ini menjelaskan bahwa perkembangan perilaku dan kepribadian individu sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia tinggal.
Berdasarkan beberapa konsep diatas, maka dapat didiskripsikan secara skematik, penyebab perilaku agresif berdasarkan masing-masing perspektif yang mendasarinya akan nampak sebagaimana diagram berikut ini.
19FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Gambar 2. Skema Penyebab Perilaku Agresif
Sumber : Susantyo, 2011, 2016, 2017 (modified)
Skema diatas merupakan sebuah rekonstruksi model akan faktor-faktor pembentuk dan pencetus munculnya perilaku agresif geng motor. Skema tersebut merupakan penggabungan dari berbagai pendekatan beserta perspektif teoritis dalam memandang perilaku agresif. Dari ke-empat elemen utama dalam model di atas yaitu faktor kondisi internal, kondisi eksternal sosial, stimulus situasi dan stressor lingkungan terjadi korelasi diantara masing-masing elemen dan juga diantara aspek-aspek dalam elemen itu sendiri. Sehingga jika dirinci lebih lanjut arah hubungan diantara masing-masing aspek di dalamnya, akan terciptalah sebuah model hubungan saling saling mempengaruhi diantara aspek dan elemen tersebut secara rumit (Susantyo, 2011, 2016, 2017).
Alur ini didasarkan pada argumen bahwa setiap orang dalam menentukan sikap hingga melakukan sesuatu akan bermula dari diri sendiri yang dipengaruhi oleh keluarganya serta lingkungan dimana berada. Menurut Bronfenbrenerr (1979, LSAC model) yang intinya bahwa setiap orang berperilku dipengaruhi oleh dirinya sendiri, keluarga dan lingkungan sekitarnya.
20 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
BAB IIIHASIL PENELITIAN
A. Kota Bandung1. Deskripsi Wilayah
Secara geografis, Kota Bandung terletak di tengah-tengah Provinsi Jawa Barat, serta berada pada ketinggian kurang lebih 768 meter di atas permukaan laut. Kota Bandung memiliki luas wilayah 16.731 hektar, yang secara administratif terbagi atas 30 kecamatan, 151 kelurahan, 1.561 RW, dan 9.691 RT. kecamatan terluas adalah Kecamatan Gedebage, dengan luas 958 hektar dan kecamatan terkecil adalah wilayah Kecamatan Astana Anyar dengan luas 89 hektar. sedangkan jumlah penduduk Kota Bandung tahun 2012 tercatat 2.655.160 jiwa, terdiri dari 1.358.623 laki-laki, dan 1.296.537 perempuan. Dari aspek pemerintahan, Kota Bandung dipimpin oleh walikota dan wakil walikota. serta dibantu sekretaris daerah, yang membawahi 3 asisten sekretaris daerah, 17 kepala dinas, 6 kepala badan, 8 kepala bagian, 1 kepala kantor, 4 perusahaan daerah, 1 inspektorat, 1 kepala satuan polisi pamong praja.
2. Profil Geng Motor
Seperti banyak diberitakan di beberapa media, baik media cetak maupun media elektronik, bahwa kriminalitas yang dilakukan sekelompok orang begitu marak dan sudah meresahkan masyarakat. Kota Bandung salah satunya yang banyak diberitakan tentang pencurian dengan kekerasan, pembegalan, pembacokan, penganiayaan dan kriminalitas lainnya yang dilakukan oleh sekelompok pengendara motor yang sering disebut sebagai kawanan geng motor. Keberadaan sekelompok geng motor di Kota Bandung memang diakui oleh
21FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
masyarakat sering meresahkan, terlebih banyak korban yang melaporkan ke polisi terkait tindak kriminal yang dilakukan sekelompok geng motor. Keberadaan sekelompok geng motor di Kota Bandung memang diakui oleh masyarakat sering meresahkan, terlebih banyak korban dan masyarakat yang melaporkan ke polisi terkait tindak kriminal yang dilakukan sekelompok geng motor.
Tabel 2. Daftar Informan untuk Kota Bandung danKabupaten Bandung
No. N A M A ASAL/JABATAN1 Erdn Zadol GBR 01 pentolan 2 Eki GBR senior3 Budi HS Exalt To Coitus (XTC)/ Anggota4 Kurnia Exalt To Coitus (XTC)/ Anggota5 Agus Moonraker /Anggota6 Frdn Moonraker / Anggota7 HRS Brigez8 Rdy Simpatisan yang kena kasus pasal perampasan9 Johan Polrestabes Bandung
10 E. Kasmari Kanit Intelkam/Kepala Tim Khusus Porestabes Bandung11 Ryan Liaison Officer (LO) Polrestabes / Penghubung Geng
Motor GBR12 Jaya Hendi Liaison Officer (LO) Polrestabes / Penghubung Geng
Motor Brigez13 Cokro Liaison Officer (LO) Polrestabes / Penghubung Geng
Motor Moonraker14 Albert Utomo Liaison Officer (LO) Polrestabes / Penghubung Geng
Motor XTC15 Kiki Intelkam Polres Soreang16 Ade Suryana Kanit Intelkam Polres Soreang17 Keynes Kasubsi Bantuan Hukum dan penyuluhan Rutan Kelas I
Kebon Waru18 Deni Dasmana Kasubsi Umum Rutan Kelas I Kebon Waru19 Abdul Salam Satuan Binmas Polres Kota Besar Bandung20 H. Asep K Tokoh Masyarakat Pasir Luyu Regol Bandung21 Ujang S Warga Masyarakat Pasir Luyu Regol Bandung
22 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Tabel 3. Jumlah Anggota Geng Motor di Kota Bandung
No. Nama Geng Perkiraan Jumlah
1 GBR 500
2 XTC 2000
3 Brigez 2000
4 Moonraker 1000
Sumber: Tim Khusus Intelkam Polrestabes Bandung
Dari tabel tersebut dapat dilihat jumlah anggota geng motor yang ada di Kota Bandung cukup banyak, hampir di tiap wilayah Polsek dibawah Polrestabes Kota Bandung mempunyai data kelompok geng motor yang harus di pantau. Bahkan data yang tercatat di masing-masing Polsek sekurangnya terdapat 10 sampai 50 orang sebagai anggota geng motor dan ada Pimpinan Anak Cabangnya (PAC) serta setiap wilayah mempunyai seorang pimpinan geng motornya yang dijadikan orang yang bertanggung jawab terhadap anggota geng motornya. Dalam wawancara dengan Intelkam Polresta Kota Bandung, disebutkan dengan adanya data tiap wilayah ini, akan memudahkan pengawasan dan pencegahan tindak anarkis yang dilakukan oleh geng motor. Disebutkan juga pihak polisi akan melakukan survey dan pengawasan ke setiap spot-spot atau titik wilayah tempat yang dijadikan berkumpul anggota geng motor dan polisi melalui Liasion Officer (LO) sebagai penghubung, melakukan tindakan dan pencegahan kepada pimpinan geng motor wilayahnya.
Masyarakat mengetahui adanya geng motor namun dalam lingkungan masyarakatnya sering tidak tahu bahwa warganya ada yang menjadi anggota geng motor, karena mereka sehari hari bergaul dan beraktifitas seperti biasanya, seperti
23FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
nongkrong sambil ngobrol-ngobrol dan ngopi. Tidak banyak masyarakat mengetahui warganya yang ikut sekelompok geng motor paling kelompok (komunitas) motor antik atau komunitas motor touring. Kalau geng motor yang brutal meresahkan warga hanya sebagian yang mengetahui apalagi sebagai anggota warga di sekitar lingkungannya jarang yang tahu, mungkin kalau mereka anak-anak yang muda yang sering bergaul pasti tau temennya yang ikut kelompok geng motor dan itu juga kalau mereka ikut anggota geng motor tidak berulah atau membuat onar di wilayah lingkungannya, mungkin di luar lingkungan sekitar warganya mereka baru mau berulah.
Kutipan salah satu kelompok geng motor menyatakan “Ada saat lawan kalian akan menjadi kawan ketika mereka bercerita tentang kebenaran akan sejarah mengenai kalian. Karena sebaik baiknya saksi sejarah adalah pengakuan dari rival kalian sendiri, GBR tidak diajarkan untuk mengganggu dan tidak akan diam saat di ganggu “Hirup Tong Pernah Ngajual, tapi mun sakali aya nu ngajual Borong!!!” (Erdean Zadol).
Mereka yang ikut kelompok anggota geng motor mempunyai wilayah masing-masing dan mempunyai seorang kordinator yang katanya mempunyai aturan dan ketentuan yang harus dijalankan oleh anggotanya. Antar anggota saling setia kawan membantu untuk diterapkan saling tolong menolong.
Tindak kriminal atau tindak brutal jarang dilakukan oleh anggota geng, dan mungkin itu hanya masalah pribadi atau kelompok kecil yang melakukan tindak kriminal bisa jadi oknum atau simpatisan yang mengatasnamakan anggota. Ingin mendapat pengakuan dari setiap anggota kelompok geng motor yang mempunyai ciri dan loyalitas terhadap kelompoknya.
24 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
a) Wilayah Kota BandungSejak tahun 2010, tidak lagi disebutkan sebagai geng
motor. Pihak kepolisian setempat menyebutkan sebagai berandalan bermotor. Kemudian pada gilirannya, melalui berbagai upaya pendekatan dari pihak kepolisian, para anggota geng itu mengarahkan kelompoknya menjadi semacam organisasi massa.
Kelompok geng motor di Bandung ada empat besar geng, yaitu XTC 1982 (Exault To Creativity), Briges ( Brigadir Seven ) yang dulu bentukan dari anak sekolah SMA X, Moonraker 1986, dan GBR 1986 ( Grab On Road ) seiring waktu ada beberapa geng motor menjadi organisasi sosial di masyarakat, seperti XTC dan GBR, hampir setiap wilayah ada anggota dan kordinator wilayahnya di Kota Bandung.
Seorang senior geng motor XTC yang sudah bergabung sejak 1994, JS, mengatakan, awalnya nama XTC adalah singkatan dari Exalt to Coitus yang artinya mengagungkan persetubuhan. Namun, lantaran banyak kegiatan sosial yang geng motor ini lakukan, mereka mengubah arti nama XTC menjadi Exalt to Creativity, yang artinya mengagungkan kreativitas. “Perubahan itu kami lakukan pada 1997-1998,” kata JS yang biasa disapa I, akhir Mei lalu. Pada tahun itu pula, geng motor ini membuka butik di Jakarta bernama Oackley Clothing XTC. Di butik ini dijual berbagai aksesori bertemakan warna XTC, yakni biru tua, biru muda, dan putih. Sebelum butik itu didirikan, XTC juga memproduksi kaos, celana jins, topi, dompet, dan aksesori lainnya, sebagai pemasukan demi berjalannya organisasi itu. “Selain itu, XTC juga menyerap pengangguran,” ujar I. Banyak partai politik yang menggaet XTC untuk meramaikan atau membantu
25FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
menjaga keamanan dalam setiap acara partainya. Dari sini, geng motor XTC juga mendapatkan pemasukan dana. “Tapi sebenarnya kami adalah orang-orang berada,” kata dia. I menjelaskan, kini para senior XTC memiliki pekerjaan yang layak. Beberapa dari mereka berprofesi sebagai kepala polisi, pengacara, dan pengusaha sukses. Iyang mengatakan, anggapan masyarakat terhadap geng motor XTC sebagai sampah masyarakat adalah salah. PERSIANA GALIH (sumber tempo.co) https://m.tempo.co/read/news/2013/06/01/078484962/arti-nama-geng-motor-xtc
Unit IV Intelkam: LO (Liasion Officer) yang memantau kegiatan anggota 4 geng motor besar yaitu : XTC, GBR, Moonraker dan Brigez disebutkan brandal geng motor muncul tindak pidana antar geng sering ribut tapi tidak melaporkan ke polisi hanya melakukan perkelahian kelompok antar geng menganiaya merampas kendaraannya. Korban juga tidak melaporkan sekarang mengarah tindak pidana begal penjambretan seiring waktu ada perubahan ke arah positif. Ada juga klub motor kelompok yang sering nongkrong di spot tertentu, ada juga simpatisan yang tidak mempunyai kendaraan ikut gabung seperti anak punk pengamen jalanan preman-preman yang masuk ke salah satu geng kemudian direkrut oleh kelompok Geng yang berani untuk melakukan tindak kejahatan, karena geng tersebut sudah menjadi organisasi (ada susunan organisasi) masyarakat jadi yang melakukan itu adalah berandal geng motor di luar anggota geng motor yang merupakan simpatisan dalam melakukan tindak kriminalnya.
Kegiatan positif keagamaan sudah dijalankan anggota geng motor anak-anak sekolah suatu kebanggaan hanya ingin diakui, hanya seneng-seneng kumpul sesama grup
26 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
sesama rekan jarang anak sekolah melakukan tindak kejahatan hanya perkelahian. Dari pimpinan geng kalau ada anggota yang bertindak kriminal jelas akan mencemarkan nama baik kelompok dan kalau ada orang yang tindak kriminal banyak tidak mengenal kalaupun ada yang tindak kriminal silahkan aja tapi jangan bawa nama baik anggota geng. Anak sekolah mencari jati diri ingin merasa disegani dan ada yang mengkordinir keanggotaannya.
Polisi sudah melakukan pemetaan data anggota PAC perwilayah, melakukan survey patroli kelapangan langsung tempat nongkrong untuk mengurangi tindak pidana, penyuluhan sosilisasi polisi mempunyai data-data DPO DPO yang melakukan tindak pidana pembunuhan penjambretan. Polisi juga melakukan penyuluhan ke sekolah-sekolah kemungkinan besar untuk mengurangi tindak pidana, intelejen mendeteksi dini oleh tim Prabu mensurvey sekelompok anak-anak di tempat yang diduga menjadikan wilayah yang rawan. Operasi khusus yang dilakukan polres.
Kesbangpol mempunyai peranan karena setiap kegiatan harus melaporkan untuk menjaga keamanan dan ketertiban. Kegiatan seperti tabliq bersama pernah kejadian setelah pulang kegiatan tabliq pertemuan reuni terjadi pembunuhan di jalan pungkur. Dispora melakukan pembinaan dengan mensuport anggaran untuk kegiatan kepemudaan kegiatan agama sosial. Sudah prediksi akan terjadi karena ada dendam lama minum minuman lagi. Kebanyakan anak-anak muda hanya ingin mencari jati diri disegani oleh teman. Mantan-mantan residivis juga masih merekrut oknum untuk melakukan tindak kriminal. Sering terjadi keributan karena sudah menjadi musuh bebuyutan
27FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
sebagai regenerasi ke anggota yang baru GBR vs Moonraker, Brigez vs XTC, anak-anak baru yang simpatisan pemicu keributan yang dibawah yang bikin ulah atau keributan
Sebagai ormas, memiliki sejumlah anak cabang, yaitu:
- Untuk XTC, terdapat 26 anak cabang, yang diketahui PAC (Pengurus Anak Cabang) nya. Tercatat di Satreskrim, kelompok ini beranggotakan hampir 2000 orang
- Untuk Brigez Indonesia, terdapat 25 anak cabang. Tercatat di Satreskrim, kelompok ini beranggotakan hampir 2000 orang
- Untuk Moonreker (M2R), terdapat 6 anak cabang. Tercatat di Satreskrim, kelompok ini beranggotakan hampir 1000 orang
- Untuk LSM Garda Bangsa, yang merupakan Reformasi Eks Grab on Road (GBR), terdapat 5 anak cabang. Tercatat di Satreskrim, kelompok ini beranggotakan hampir 500 orang
Dari kegiatan yang dilakukan, ormas ini sudah mulai mengarah kepada kegiatan positif, seperti bakti sosial, keagamaan, kepemudaan dan olah raga. Bahkan disebutkan sudah beberapa kali mengorganisir adanya tabliq akbar, yang diikuti oleh ribuan orang. Namun demikian, ada kasus, bahwa setelah mengikuti kegiatan tabliq akbar ini, terdapat sejumlah anak muda, yang pulangnya membikin kekacauan. Ini diidentifikasi sebagai perbuatan oknum geng yang secara spontan melakukan ulah pada saat bubaran tablig akbar dimaksud.
b) Wilayah Kabupaten Bandung
Informasi dari Satreskrim Kabupaten Bandung (Soreang):
1) Ada dua kelompok yang masih diindikasikan sebagai
28 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
kelompok berandalan bermotor, yaitu XTC dan GBR
2) Spot kegiatan terdapat di daerah Pengalengan, Cimaung, jalan Gading, Gedong Sabileuleungan dan hutan yang jauh dari keramaian
c) Untuk yang berada dalam Rutan, responden yang diwawancarai merasa tahu banyak tentang geng motor. Responden ini banyak mengikuti event yang dilaksanakan geng motor di kota Bandung, sejak kebut-kebutan hingga terlibat keroyokan. Namun demikian, kasus yang mengakibatkan dia dijatuhi pidana adalah bukan karena keterlibatannya dengan geng dimaksud. Dia terpidana karena curas, pencurian dengan kekerasan, yang mengakibatkan dia dijatuhi hukuman pidana dengan jeratan pasal 365 KUHAP.
d) Dinas Sosial Provinsi Jabar tidak terlibat dalam penanganan geng motor. Kalau pernah dilibatkan adalah dalam hal menangani PMKS yang terjaring operasi kamtibmas, operasi gabungan antara Polisi dan Satpol PP. Setelah dilakukan assessmen, kemudian pelanggar ketertiban umum yang usia remaja diserahkan kepada Dinso Prov. Untuk penampungan biasanya diarahkan ke PSPP Binangkit, di Lembang.
3. Aktivitas Geng Motor
GBR dibentuk tahun 13 Februari 1989 (sumber: wawancara dengan pendiri GBR, 25 Agustus). Masih menurut pendiri GBR, XTC dibentuk tahun 1986, Mount racker 1978 dan Brigez tahun 1986. Visi: SAYA AKAN LEBIH BAIK BILA ANDA BAIK, SAYA AKAN GANAS BILA ANDA GANGGU SAYA; dan misi GBR: setia kawan dan apa adanya. Ada ungkapan yang menjadi pegangan anggota: “HIRUP TONG NGAJUAL, TAPI MUN SAKALI AYA NU JUAL BORONG!!!”. GBR dari dulu tidak diajarkan untuk mengganggu dan tidak akan diam saat diganggu…
29FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
GBR memerangi narkoba. Dalam hal ini, GBR punya pendapat, kalau mabok itu urusan pribadi, tapi jangan menyebabkan orang lain ikut celaka. Persebaran GBR: sampai Kuningan, Cirebon, Sukabumi, Sumedang, Surabaya, Jogya. Pusat GBR tetap di Bandung. Semua anggota adalah laki-laki. Sistem rekruitmen melalui teman dekat. Tidak/belum ada atribut khusus bagi setiap anggota. Masih ada ikatan batin dengan alumni yang sudah mapan. Ada yang sudah jadi dokter gigi (perawatan sampai nyabut gigi gratis), ada yang jadi pengacara, ada yang jadi pengusaha. Pandangan masyarakat versi GBR: masyarakat welcome. Jumlah anggota versi GBR > 10.000. Kumpul akbar, setahun sekali. Saran GBR: (1) Jangan jadi orang munafik; dan (2) ada komunikasi yang hangat antara orang tua dan anak.
4. Kesimpulan Bandung
Mempelajari dari informasi yang terkumpul selama pengumpulan data, baik dari keterangan yang didapat selama wawancara dengan para responden maupun dari data sekunder, maka penyebutan geng motor dapat dikategorikan sebagai “tidak tepat”. Hal ini sesuai dengan pernyataan pendiri geng dan pihak kepolisian yang menyatakan bahwa mereka keberatan dengan istilah geng tersebut. Istilah geng seolah berkonotasi negatif. Geng seolah perbuatan brutal dan meresahkan masyarakat, yang bernuansa kegiatan yang melanggar norma dan bercorak kasar serta melanggar hukum pidana. Pendiri geng tidak menanamkan nilai dimaksud, melainkan hanya untuk kegiatan yang menunjukkan kesetiakawanan dan terpeliharanya harga diri. Membela teman adalah suatu keharusan dan keterpanggilan. Selain itu, nilai yang dibangun adalah bahwa setiap anggota harus mempunyai harga diri dan komitmen dengan kelompoknya. Hal ini sesuai
30 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
dengan pernyataan bahwa “hirup tong ngajual, tapi mun sakali aya nu ngajual – borong”, yang artinya kira-kira bahwa anggota jangan mencari gara-gara, tetapi sekali ada yang memancing keributan, kalau perlu dihajar habis-habisan.
Pihak kepolisian bersama dengan geng motor yang ada telah menyepakati bahwa istilah geng diganti dengan organisasi massa. Hal ini sejalan dengan kegiatan yang dilakukan sudah mengarah pada pegiatan positif seperti kegiatan sosial, keagamaan, kepemudaan serta keolahragaan. Diperoleh informasi dari kepolisian bahwa para anggota organisasi massa ini pernah mengadakan tabliq akbar yang diikuti oleh ribuan anggota. Selama kegiatan akbar ini, para anggota bersikap tertib dan mengikuti tauziah dengan baik. Bahkan, menurut informasi dari Binmas Polrestabes Bandung bahwa ada mantan anggota geng yang sudah menjadi ustadz.
Pada salah satu kejadian, adanya kasus kebrutalan setelah bubaran tabliq akbar adalah dilakukan oleh simpatisan geng yang belum committed atas nilai geng. Pada saat pulang pengajian, oleh karena ada gesekan dengan pihak di luar geng, maka terjadi keributan. Mungkin oleh karena ada rasa setia kawan, maka anggota lain yang kebetulan berusia remaja, maka langsung menyerang kepada pihak luar yang bergesekan itu.
Keterlibatan dalam kegiatan kelompok bermotor, lebih beraroma pada keinginan mencari identitas atau mencari jati diri. Ini seiring dengan perkembangan mental pada usia pertumbuhan. Hal ini terdukung dengan pengakuan responden bahwa mulai masuk menjadi anggota kelompok ini adalah pada usia belasan tahun, baik anak yang masih bersekolah maupun tidak.
31FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
B. Kota Cirebon1. Deskripsi Wilayah
Kota Cirebon terletak di daerah pantai utara Provinsi Jawa Barat bagian timur. Secara geografis wilyah ini sangat strategis karena merupakan jalur utama transportasi dari Jakarta menuju Jawa Barat dan Jawa Tengah melalui daerah utara atau pantai utara (pantura). Posisi ini menjadi keuntungan tersendiri bagi Kota Cirebon, terutama dilihat dari lalu lintas dan angkutan darat. Luas wilayahnya mencapai 37. 358 km2, terdiri dari 5 wilayah Kecamatan, 22 Kelurahan, 247 Rukun Warga (RW) dan 1.366 Rukun Tetangga (RT). Harjamukti merupakan kecamatan terluas (47%), kemudian berturut-turut Kecematan Kesambi (22%), Lemahwungkuk (17%), Kejaksan (10%) dan Pekalipan (4%).
Penduduknya mencapai 307.494 jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki 154.228 jiwa dan perempuan 153.266 jiwa. Lebih dari separuh (50,85%) merupakan generasi muda. Penduduk tersebar di 5 kecamatan, dengan kepadatan tertinggi di Kecamatan Pekalipan sebesar 19,227 ribu jiwa/km², disusul oleh Kecamatan Kejaksan 12,137 ribu jiwa/km², Kecamatan Kesambi 9,036 ribu jiwa/km², Kecamatan Lemahwungkuk 8,419 ribu jiwa/km². sementara kepadatan terendah terdapat di Kecamatan Harjamukti hampir 6,017 ribu jiwa/km².
Namun pada waktu siang hari saat puncak aktivitas, jumlah penduduk Kota Cirebon bisa mencapai 1,5 hingga 2 juta jiwa (melonjak hingga lima kali lipat). Mengutip penjelasan Kepala Dinas Kependudukan dan catatan Sipil, Asep (2017) menjelaskan bahwa pesatnya jumlah penduduk pada siang hari terjadi karena banyak warga di luar Kota Cirebon yang mengadu nasib ke Kota Cirebon, baik untuk urusan bisnis,
32 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
pendidikan, hingga keperluan wirausaha. Pada malam hari, jumlah penduduk kembali normal.
Sementara di sisi lain, angka pengangguran di Kota Cirebon masih tinggi. Data Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (2016) jumlah penggangguran cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Lebih dari sepuluh persen penduduk menggangur atau dalam proses mencari kerja. Lulusan SMA menjadi penyumbang terbanyak angka pengangguran ini.
2. Profil Geng Motor
Untuk memperoleh informasi tentang keberadaan geng motor di Kota Cirebon maka dilakukan pengumpulan data dengan informan sebagaimana terlihat dalam tabel berikut.
Tabel 4. Daftar Informan untuk Kota Cirebon
No. Nama Asal/Jabatan
1 Mhdr Moonraker (M2R)/Pemimpin
2 Sgn Exalt To Coitus (XTC)/Anggota
3 Rif Ad Exalt To Coitus (XTC)/Pimpinan
4 Dn Ir Berigadir Seven (Brigez)/Anggota
5 Jmbrg Grab on Road (GBR)/Anggota
6 Hmdn Grab on Road (GBR)/Anggota
7 Verf Lstnt Konack/Anggota
8 Tt Suk Orang Tua/AnggotaGeng Motor GBR
9 Tt Sw Orang Tua/Anggota Geng Motor Konck
10 Diding Grab on Road (GBR)/Anggota
11 Istk Orang Tua/AnggotaGeng Motor GBR
12 Ahd Tukang Becak/TokohMasyarakat
13 Sdry Tokoh Dari KalanganSopir
14 Anz Karyawan Hotel/Korban
33FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
15 Nas Pedagang/Korban
16 Ddh Kabid Soisal Dinas Sosial, Pmbrdy Peremp dan Perlindgn Anak
17 Asp Rutan Kelas I Cirebon
18 G Snt Polsus Lapas Kelas I Cirebon
19 Er Rst Sie Bimbingan Klien Anak Bapas
20 Imm Ah Pembimbing Kemasyarakatan Bapas
21 Gl W Kasat Satreskrim Polresta
22 Mjd Staf Kasat Satreskrim Polresta
23 Asp Rh Kasat Intel Polresta
24 Asp Yayasan/Pesantren Assunah
Selain nama pada tabel di atas, dilakukan observasi dan wawancara dan diskusi tambahan kepada warga masyarakat, pekerja sosial, peneliti kemasyarakatan dari Bapas. Berikut gambaran tentang geng motor di Kota Cirebon dapat dilihat dalam tabel berikut.
34 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Tabe
l 5. P
rofil
Gen
g M
otor
Kot
a C
ireb
on
No.
Asp
ekN
ama
Gen
g M
otor
XT
CG
BR
Kon
ack
Moo
nra
ker
Bri
gez
1P
end
iri
Tid
ak ta
hu
Tid
ak ta
hu
Tid
ak ta
hu
Tid
ak ta
hu
Tid
ak ta
hu
2P
imp
inan
se
kara
ng
ZP
LKA
MA
KG
Tid
ak m
au
ber
itah
u
3La
mb
ang
4Ju
mla
h a
ngg
ota
+ 40
0 or
ang
+ 20
0 or
ang
+ 10
0 or
ang
+ 10
0 or
ang
+ 10
0 or
ang
5Si
stem
re
kru
tmen
:D
iaja
k, in
isia
tif,
dan
teka
nan
.
ber
gabu
ng
lew
at a
ngg
ota/
pen
guru
s d
an
opsp
ek fi
sik
dan
m
enta
l
ber
gabu
ng
lew
at
angg
ota/
pen
gu-
rus
dan
op
spek
fi
sik
dan
men
tal
ber
gabu
ng
lew
at a
ngg
ota/
pen
guru
s d
an
opsp
ek fi
sik
dan
m
enta
l
ber
gabu
ng
lew
at a
ngg
ota/
pen
guru
s d
an
opsp
ek fi
sik
dan
m
enta
l
ber
gabu
ng
lew
at a
ngg
ota/
pen
guru
s d
an
opsp
ek fi
sik
dan
m
enta
l
6Je
nis
kel
amin
Laki
-lak
i dan
p
erem
pu
anLa
ki-l
aki d
an
per
emp
uan
Laki
-lak
i dan
p
erem
pu
anLa
ki-l
aki d
an
per
emp
uan
Laki
-lak
i dan
p
erem
pu
an
7Si
fat
kean
ggot
aan
Tid
ak te
tap
Tid
ak te
tap
Tid
ak te
tap
Tid
ak te
tap
Tid
ak te
tap
35FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
8A
tura
n m
ain
waj
ib ja
ga n
ama
bai
k ge
ng
dan
p
atu
h s
ama
pan
glim
a, a
da
san
ksi j
ika
mel
angg
ar
waj
ib ja
ga n
ama
bai
k ge
ng
dan
p
atu
h s
ama
pan
glim
a, a
da
san
ksi j
ika
mel
angg
ar
waj
ib ja
ga n
ama
bai
k ge
ng
dan
p
atu
h s
ama
pan
glim
a, a
da
san
ksi j
ika
mel
angg
ar
waj
ib ja
ga n
ama
bai
k ge
ng
dan
p
atu
h s
ama
pan
glim
a, a
da
san
ksi j
ika
mel
angg
ar
waj
ib ja
ga n
ama
bai
k ge
ng
dan
p
atu
h s
ama
pan
glim
a, a
da
san
ksi j
ika
mel
angg
ar
9P
rest
asi m
enu
rut
mer
eka
mer
asa
leb
ih
ber
ani d
an
pan
tan
g m
enye
rah
jika
d
igan
ggu
mer
asa
leb
ih
maj
u d
an b
angg
a d
enga
n L
SM-n
ya
Mer
asa
keci
l te
tap
i man
dir
i d
an k
has
C
ireb
on
mer
asa
leb
ih
dih
arga
i di
mas
yara
kat
mer
asa
leb
ih
dis
egan
i ole
h
mas
yara
kat
10.
Keg
iata
n N
ongr
ong,
ko
nvo
i, d
an
bak
sos
Non
gron
g,
kon
voi,
dan
b
akso
s
Non
gron
g,
kon
voi,
dan
b
akso
s
Non
gron
g,
kon
voi,
dan
b
akso
s
Non
gron
g,
kon
voi,
dan
b
akso
s
11.
Ada
bac
king
mer
asa
dili
nd
un
gi o
leh
ok
nu
m
mer
asa
dili
nd
un
gi o
leh
ok
nu
m
mer
asa
dili
nd
un
gi o
leh
ok
nu
m
mer
asa
dili
nd
un
gi o
leh
ok
nu
m
mer
asa
dili
nd
un
gi o
leh
ok
nu
m
Sum
ber
: Dat
a la
pan
gan
36 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Dari tabel di atas terlihat bahwa 5 geng yang ada di Kota Cirebon tidak diketahui pendirinya. Berdasarkan wawancara dengan informan dari masing-masing geng, dijelaskan bahwa mereka tidak tahu persis pendiri masing-masing geng karena mereka hanya pengikut atau anggota yang datang kemudian. Hal ini harus ditanyakan langsung ke panglima yang sedang berkuasa saat ini. Namun hingga penelitian ini berakhir, akses ke panglima dimaksud tidak ada. Bahkan hal ini juga tidak diketahui oleh pihak kepolisian. Informan hanya menjelaskan bahwa pendirinya adalah anggota geng yang sama dari wilayah lain di Jawa Barat, terutama dari Kota Bandung.
Jumlah pada tabel di atas didasarkan pada perkiraan karena sistim keanggotaan geng yang tidak sepenuhnya mengikuti wilayah administrasi pemerintahan yang berlaku. Mereka mengenal istilah wilayah 3 yang mencakup 5 kabupaten/kota sekitar yang terdiri dari Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Kuningan. Selanjutnya untuk pimpinan yang lebih rendah dimungkinkan membawahi beberapa kecamatan dari kabupaten atau kota yang berbeda. Hal ini mengakibatkan seorang anggota bisa saja menghadiri kegiatan di wilayah lain. Akibatnya jumlah pasti anggota khusus untuk wilayah tertentu sulit diperoleh.
Perekrutan anggota baru dapat dilakukan oleh semua anggota dengan cara mengajak bergabung atau calon anggota baru mengambil inisiatif bergabung untuk selanjutnya diopspek atau disekolahkan (istilah geng motor). Artinya anggota baru harus mengikuti semacam pelatihan sekaligus uji fisik dan mental untuk membela geng motor yang dimasuki. Namun tahapan ini tidak berlaku secara mutlak bagi setiap anggota baru. Tidak jarang anggota baru yang direkrut panglima atau
37FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
unsur pimpinan lainnya tidak melalui tahapan ini. “Yah… kalau yang bawa bos, biasannya nggak pake ospek pak. Biar gitu gak ada yang protes. Siap yang berani pak. Namanya juga bos”.
Sebaliknya untuk pemutusan atau pemecatan anggota, bisanya dilakukan kepada anggota yang melakukan pelanggaran berat atau sudah berulang kali melanggar aturan geng. Ini berarti bahwa keanggotaan geng tidak menetap. Namun di sisi lain, seorang informan dari Dinas Sosial setempat menjelaskan bahwa seorang bekas anggota salah satu geng dicari terus karena keluar dari geng. Lebih jauh informan ini mengatakan:
“ini berarti kan, nggak bisa keluar dari geng pak. Ini yang keluar ini pacar anakku lho pak, tapi nggak boleh. Sampe sekarang dicari terus. Kalau ketemu mungkin dibunuh itu. Untuk menyelamatkan anak itu keluarganya sampe berbohong bikin berita di koran bahwa anak itu sudah meninggal. Untungnya udah putus sama anak saya”.
Setelah ditelusuri lebih jauh, diketahui bahwa sifat keanggotaan memang tidak tetap. Artinya anggota boleh saja keluar dari geng. Namun untuk anggota tertentu yang dinilai dapat merugikan geng ketika yang bersangkutan keluar, akan diusahakan tetap menjadi anggota. Pertimbangan ini terutama didasarkan kepada kepentingan dan citra geng, dan keputusannya ditentukan oleh panglima. Sejauh ini, latar belakang anggota didominasi oleh kelompok laki-laki, sementara perempuan hanya sedikit dan tidak ada yang menempati posisi penting. Dilihat dari usia, anggota didominasi oleh anak seusia SMP dan SMA. Terkait hal ini seorang informan mengatakan :
“Berbeda dengan dulu pak. Dulu anggotanya agak banyakanlah mahasiswa. Kalo yang sekarang banyakan
38 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
ABG pak. Ya.. anak SMP dan SMA. Jadi ya…. masa-masa rawanlah. Tapi bos-bosnya udah orang tua pak. Anehnya bosnya ada orang luar lagi pak. Bukan orang asli Cirebon”.
Walau merupakan sebuah kelompok, kehadiran geng di Cirebon tidak menunjukkan ciri khas sebagai kelompok formal yang didukung oleh legalistas formal. Kelompok ini berdiri tanpa kantor yang jelas. Kalaupun ada sekretariat, hal itu tidak dianggap sebagai kantor resmi oleh warga masyarakat. Secara historis 4 geng di Cirebon (kecuali Breges) terkait dengan geng yang sama di Bandung, namun hubungan ini tidak bersifat struktural.
Sejalan dengan penjelasan ini, geng motor ini belum membuat aturan tertulis tentang perilaku anggota dan pengurusnya. Aturan yang ada hanya bersifat lisan, dan pelaksanaannya tergantung pimpinan. Terkait hal ini, informan mengatakan: “aturan sih ada. Tapi ya itu terserah bos. Kalo melanggar ya, biasanya disekolahkan lagi” (maksudnya diopspek lagi). Dengan demikian ada sanksi bagi anggota yang melakukan pelanggaran.
Pelanggaran biasanya terjadi dalam rutinitas kegiatan geng motor. Kegiatan dimaksud meliputi ngumpul-ngumpul, konvoi jalanan, dan bakti sosial. Dari tiga kegiatan ini, acara ngumpul-ngumpul paling sering dilakukan. Walau tidak rutin, paling tidak dalam sebulan dilakukan satu atau dua kali. Sementara konvoi dilakukan sesuai kebutuhan, dan biasanya dilakukan dengan persertujuan pimpinan. Bakti sosial biasanya dilakukan pada Bulan Ramadhan menjelang lebaran menyesuaikan dengan kegiatan ibadah keagamaan.
Kegiatan ini mewarnai kehadiran geng motor di Cirebon. Keberadaannya diakui dan dirasakan oleh masyarakat Cirebon.
39FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Berdasarkan wawancara yang dilakukan secara acak dengan warga masyarakat, mereka mengaku mengetahui keberadaan geng motor. walau didominasi cap negatif. “ Ya … ada baiknya, tapi banyakan jeleknya pak”. Demikian penjelasan salah satu informan yang didukung oleh warga sekitar yang melihat wawancara. Bahkan satu diantaranya nyeletuk menambahkan penilaiannya terhadap geng motor dengan mengatakan “… tapi ya gitu-gitu orang itu merasa paling hebat pak”.
Ungkapan warga ini ternyata sejalan dengan pengakuan beberapa anggota geng motor yang diwawancarai. Walau dengan bahasa yang berbeda anggota geng dari 5 geng motor motor yang diwawancarai, mengakui dengan tegas hal itu sebagaimana terlihat dalam tabel di atas. Semua anggota geng merasa paling hebat, paling berani dan ungkapan sejenisnya sebagai prestasi gengnya.
Ketika prestasi ini dikaitkan dengan kemungkinan adanya backing yang melindungi kegiatan geng motor ini, sejumlah informan tidak bersedia menanggapi secar tegas. Salah satu diantaranya mengatakan “ kalau backing tidak tahu saya pak, mungkin yang tahu itu bos. Tapi memang anggota geng ada juga anak polisi, pejabat dan tentara. Tapi kalao disebut backing juga kayaknya nggak pak. Biasanya orang tua kan tidak tahu anaknya ikut geng”. Pengakuan yang sama dengan bahasa yang berbeda diungkapkan oleh anggoita geng lainnya. Ketika hal ini dikonfirmasi ke pihak kepolisian, informan polisi menjelaskan :
“Kalau disebut tidak ada susah juga. Soalnya iuran anggota tidak ada, tapi kegiatan jalan terus. Berarti ada yang membantu kan pak?. Cuma kalau kami sebut ada backing nggak pas juga pak. Kami juga nggak ada bukti pak. Kami
40 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
kira itu kesan yang muncul dari warga pak, karena mungkin ada aja nggota geng yang bawa-bawa nama orang tuanya yang kebetulan pejabat. Pada hal itu tidak sepengetahuan orang tuanya”.
Profil anggota dan keluarga.
Dilihat dari struktur keluarga, pengakuan sejumlah informan yang juga nggota geng motor, menjelaskan bahwa pada umumnya anggota geng motor mempunyai orang tua yang lengkap mempunyai ayah dan ibu secara lengkap, dan sebagian kecil hanya mempunyai orang tua tunggal (ayah atau ibu saja), dan sebagian kecil lagi ada yang tidak mempunyai orang tua (yatim-piatu). Kelengkapan orang tua ini terkait dengan keberfungsian keluarga terutama peran ayah dan ibu bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Dilihat dari pekerjaan orang tua, beberapa informan menjelaskan bahwa orang tua anggota geng motor rata-rata bekerja pada sektor informal kelas bawah seperti buruh, dagang kecil-kecilan, tukang, satpam, bahkan pengangguran hingga kerja serabutan. Ini berarti bahwa pada umumnya nggota geng motor berasal dari keluarga sederhana, bahkan miskin. Namun demikian tidak berarti bahwa orag tua anggota geng motor tidak ada yang kelas menengah atau bahkan kelompok kaya untuk ukuran lokal, paling tidak menurut ukuran informan.
Terkait hal ini, informan dari geng motor XTC menjelaskan” banyakan yang miskin pak. Orang tuanya paling buruh kasar. Banyak juga nganggur. Tapi ada juga yang lumayan pak. ya agak kayalah”. Pengakuan ini diperkuat oleh seorang pimpinan XTC dengan mengatakan “ya anak-anak ini dari keluarga miskin, makanya pada gak lanjut sekolah, paling tamat SMA pak” bahkan secara eksplisit informan dai Brigaz menunjukkan
41FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
kekesalannya pada orang tuanya dengan mengatakan “ayah itu hanya buruh bangunan, mama tukang cuci. Maklum pak sekolahnya hanya SMP. Anaknya sih STM, ada peningkatan memang, tapi ya gitu, sama saja dengan ayah, menganggur juga”. Hal yang sama terjadi pada geng motor lainnya.
Ketika disinggung hubungan dengan keluarga, secara normatif informan menjawab “baik-baik saja”. Namun setelah didalami tanpa disadari terbawa emosi hingga mengungkapkan persoalan keluarga yang dialami. Seorang informan dari GBR mengaku lebih suka nongrong dengan sesama anggota geng daripada kumpul dengan keluarga. “Kalau pulang, lama-lama berantam sama orang tua pak, pulangnya malam aja, udah langsung tidur”.
Sementara Informan dari GBR yang termasuk unsur pimpinan (istilah intern menyebutnya sebagai anggota satu) menjelaskan bahwa berdasarkan pengamatannya keluarga anggota geng motor bermasalah. “Mereka banyak gak mau pulang cepat ke rumah pak. Alasannya malas sama ortu. Bisanya ngatur melulu, tapi dia langgar sendiri. Kalo kita salah kena marah”. Senada dengan penjelasan ini informan dari Moonraker menjelaskan “ kami mencari kebutuhan yang tidak terpenuhi di rumah pak. kalau di rumah gak enak pak, ngapa-ngapain gak boleh, dimarahin terus. Mending gak usah ketemu ortu pak.
Berdasarkan penjelasan ini, dalam sesi diskusi di Bapas tim peneliti memunculkan persoalan pola asuh keluarga dikaitkan dengan keberfungsian keluarga. Ketika hal ini kembali dikonfirmasi kepada petugas peneliti kemasyarakatan dari Bapas Cirebon yang kebetulan sedang menangani kasus yang melibatkan anggota geng motor, peserta diskusi sepakat bahwa
42 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
sumber permasalahnya berada di hulu, yaitu keberfungsian keluarga dalam arti luas terutama terkait dengan pola asuh yang diterapkan keluarga. “Mereka seperti kehilangan figur teladan, gak bisa curhat, dan tanpa kelekatan (attachment). Kalau gak ketemu orang tuanya, gak dicari pak, kecuali kalau minta duit pak”, demikian penjelasan salah seorang pengurus Yayasan Assunah yang pernah terjun menangani geng motor.
Latar Belakang ikut geng motor
Seorang informan dari geng XTC mengungkapkan bahwa pada awalnya dia hanya ikutan ngumpul bareng-bareng, namun lama-kelamaan tertarik menjadi anggota. Ketertarikan ini bersambut dengan datangnya tawaran menjadi anggota. Kebetulan tidak ada syarat khusus yang diminta untuk menjadi anggota, kecuali menjalani tahapan opspek berupa uji mentakl dan pisik untuk membela dan menjaga nama baik dan loyalitas bagi kelompok geng. Beberapa pertimbangan yang menjadi dasar atau alasan ketertarikan menjadi anggota geng motor ini adalah :
1. Pengakuan sebagai temanWalau secara pribadi sudah saling mengenal dengan
anggota geng motor sebelumnya, namun ada perbedaan yang dirasakan informan setelah secara resmi menjadi anggota. Dalam beberapa kasus, informan melihat betapa kuatnya solidaritas sesama anggota geng terutama ketika menghadapi masalah. Terkait hal ini informan mengungkapkan
“secara lihat begitu dikasih tahu ada masalah, anggota lain langsung bergerak. Apa saja yang bisa membantu, ya dibantu pak. beda ketika saya ada masalah, biar mereka sudah kukenal lama, bantuannya gak ada pak. Ada sih yang datang tapi ya gitu pak, sekedar aja, satu dua orang”.
43FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Hal yang berbeda terjadi setelah resmi menjadi anggota geng, terutama setelah melalui opspek. Pengalaman yang terkait dengan hal ini, diungkapkan informan dengan mengatakan “anggota yang belum kukenal akrab aja terasa lebih dekat pak”. lebih jauh informan lain menjelaskan bahwa penambahan teman sekaligus disertai dengan “perasaan diterima” sebagai satu keluarga yang sangat kompak. Sebagai satu kelompok, sesama anggota merasa adanya ikatan yang kuat. Anggota menunjukkan loyalitas dan kesetiakawanan yang kuat.
2. Pengakuan sebagai pemberaniPengakuan ini dirasakan oleh anggota geng yang
diwawancarai dari 5 geng yang ada di Cirebon. Walau dengan bahasa yang berbeda-beda, mereka menjelaskan bahwa pengakuan itu terutama dirasakan pada saat mereka berinteraksi dengan masyarakat luar selain anggota geng motor. Dengan menunjukkan kode tertentu yang menunjukkan isyarat bahwa yang bersangkutan adalah anggota salah satu geng motor, orang yang berhadapan dengan anggota geng motor tersebut akan lebih segan dan hati-hati berbicara.
Pada satu sisi, hal ini menjadi kebanggaan tersendiri diantara anggota geng motor. Dalam sesi wawancara, informan yang diwawancarai mengungkapkannya dengan sangat ekspresi dan nada suara yang meyakinkan menunjukkan betapa senangnya ia merasa disegani dan dikenal sebagai pemberani oleh teman-temannya. Pengakuan ini juga didukung oleh informan dari masyarakat. Seorang Ibu yang belakangan mengetahui bahwa anaknya masuk geng motor mengakui bahwa akhir-akhir ini anaknya lebih berani dan disegani di lingkungannya. Menanggapi
44 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
hal ini sang ibu menjelaskan “ternyata itu gara-gara anakku ikut geng motor pak. Cuma alm ayahnya pernah bilang. Anak itu bukannya disegani, ia ditakuti orang karena ada geng di belakangnya. Rasa-rasanya ada juga benarnya pak”.
Pengakuan senada dikemukakan unsur masyarakat lainnya. Informan tukang becak mengatakan “ kita yang hidup di jalan ini pak, takut dengan orang itu. Kalau ada masalah dengan orang itu, udah ngalah ajalah. Bukan takut ama orangnya, gengnya pak. Soalnya pada nekad massanya”. Penjelasan ini menunjukkan adanya perbedaan dalam memaknai keberanian antara anggota geng dengan masyarakat
3. Kepuasan psikologisKepuasan ini dikaitkan dengan persoalan pemenuhan
kebutuhan anggota geng sebagai individu dan atau anak dikaitkan dengan keberfungsian keluarga masing-masing. Salah satu anggota geng motor mengatakan ‘setelah putus kuliah, saya kesepian di rumah pak. Orang tua sibuk. Nggak ada teman curhat, kalau uang jajan sih lancar tiap hari”. Pengakuan senada dari anggota geng lainnya mengatakan “malas di rumah pak, orang tua ngatur melulu, dianya sendiri langgar. Kalo kita curhat, lama-lama malah berantam tetap aja kita yang salah ”. Pengakuan semacam ini banyak dikemukakan informan dari anggota geng motor.
Sementara di dalam geng motor, mereka merasa nyaman karena bisa bebas dari cengkraman aturan orang tua, dan bertemu dengan teman sebaya sama-sama melampiaskan isi hatinya. Salah satu informan menggambarkan situasi itu dengan mengatakan :
“kalo udah ngomong soal orang tua, udah semua keluarin unek-unek pak. makanya kami betah kumpul
45FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
ampe malam-malam. Pulang ke rumah udah tidur aja. Kadang pulangnya malah ke rumah teman. Kadang-kadang dicari juga pak, tapi lama-lama dibiarin aja, capek kali marahin”.
Ketika hal ini dikonfirmasi ke seorang ibu, sambil menangis sang ibu menyadari keterbatasannya sebagai orang tua. Keterbatasan ini dikaitkan dengan ketiadaan suaminya karena sudah cerai. Ibu yang berjuang sendirian menghidupi keluarganya sibuk terus dari jam 6 pagi hingga jam 21 malam jualan. Sambil terbata-bata mengingat nasib anaknya yang kini menjadi penghuni rutan, ibu ini menjelaskan:
“Hampir semua permintaan anak ini kupenuhi pak. Terakhir minta motor gede kukasih. Ternyata motor ini malah dipake buat jamret dengan temannya sesama anggota geng motor. Dia jambret demi menolong temannya itu untuk membiayai istrinya yang hamil tua. Sekarang motor barunya itu malah ditahan polisi pak, apa nggak hancur hati saya pak?”.
3. Aktivitas Geng Motor
Sebagaimana terlihat dalam tabel di atas, aktivitas geng motor di Kota Cirebon dikenal masyarakat berdasarkan kegiatannya. Geng motor sering melakukan aktivitas berkelompok dalam setiap kegiatannya karena mereka sengaja dibekali dengan nilai-nilai kebersamaan sehingga muncul semangat solidaritas kelompok, senasip-sepenanggungan, sejak proses pengrekrutan anggota baru. Kegiatan dimaksud terdiri dari 3 jenis, yaitu nongkrong, konvoi, dan bakti sosial.
a. NongkrongGambaran tentang kegiatan nongkrong geng motor di
kota Cirebon dapat dilihat dalam tabel berikut.
46 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Tabel 6. Lokasi Nonkrong Geng Motor di Kota Cirebon
No.Nama Geng Motor
Lokasi Nongkrong Keterangan
1 XTC Depan gedung BATLapangan BimaPintu masuk Perum GSP MajasemWarung depan SMPN 4 Jl Perjuangan Warung di Perum Pembangunan
Tempat dipilih berdasarkan salah satu lebih pertimbangan berikut :Tidak menjadi tempat nongkrong geng lain.Ada warung yang bisa menerima kehadiran geng. Biasanya tempat dipilih yang agak gelapMasyarakat seputar dinilai permisif atau takut sama geng
2 GBR Kawasan Keraton KanomanTaman Krucuk depan Bank BTNAstana Garib SelatanLapangan voli Taman Kalijaga Permai
3 Brigez Berpindah-pindah
4 Monreker Depan Hotel Bentani Jl SiliwangiMonumen Kereta St KejaksanAlfamart depan SMK Kedawung
5 Konack Sepanjang Jl DrajatTaman banjar WangunanWarung makan Gg Sukasari VParkir Bus PT ARIDA
Sumber : Data Lapangan
Kegiatan nongkrong (ngumpul-ngumpul), biasanya berlangsung malam hari hingga kadang-kadang menjelang subuh, terutama malam minggu karena dianggap lebih bebas. Jadwal kegiatan ini tidak menentu dan tergantung kesepakatan anggota yang selanjutnya diputuskan oleh pimpinan atau sebaliknya ditentukan langsung oleh pimpinan untuk selanjutnya diinformasikan kepada anggota. Ada kalanya kegiatan ini tidak melibatkan, bahkan tanpa sepengetahuan pimpinan. Satu-satunya unsur pertimbangan dalam kegiatan ini adalah kebutuhan untuk ngumpul, dan kebutuhan itu terutama ditentukan oleh pimpinan.
47FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Sejalan dengan hal ini, jumlah anggota geng yang hadir juga tidak pasti. Biasanya tergantung rentang waktu pemberitahuan ke anggota. Seorang informan yang masuk kategori pimpinan menjelaskan:
“Dengan sifat pertemuan yang begini, jumlah peserta gak pasti pak. Cuma bagi yang gak hadir harus jelas alasannya. Kalau tidak pasti, ada sanksinya. Ya disekolahkan lagilah. Kalau pemberitahuan mendadak, jumlah anggota yang hadir biasanya puluhan aja pak. Tapi kalau jauh-jauh hari bisa aja ratusan. Bahkan kadang-kadang dihadiri anggota dari luar Kota Cirebon, seperti Kabupaten Cirebon dan Tasikmalaya pak”
Selama nonkrong, anggota akan membicarakan berbagai hal. Pembicaraan utama terkait dengan agenda bersama. Dalam hal ini, unsur pimpinan akan memimpin acara. Sedangkan materi pembicaraan dapat berupa arahan atau diskusi tentang persiapan suatu kegiatan yang menyangkut seluruh anggota dan atau hal yang terkait dengan citra geng.
Setelah membicarakan agenda bersama, sesama anggota melanjutkan pembicaraan seputar kepentingan pribadi anggota atau kepentingan sub kelompok. Kegiatan ini berlangsung lebih rileks dan bebas diselingi canda tawa dan curhat. Seorang informan menjelaskan ada kalanya bersamaan dengan dinginnya malam yang semakin larut, anggota geng motor mengeluarkan minuman keras hingga narkoba. “Biasanya itu dilakukan kalo situasi udah pasti aman pak. Polisi udah pasti gak ada. Itu dilakukan sekitar jam 1 atau jam 2 pak. Itu pun terbatas pak. Banyak juga yang gak mau pak”.
48 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
b. Konvoi
Kegiatan nongkrong, biasanya diakhiri dengan konvoi motor. Konvoi motor dijalani secara beramai-ramai dengan mengitari kota mengikuti selera pimpinan. Perilaku anggota geng dalam konvoi yang menguasai jalan raya menarik perhatian masyarakat seputar jalan raya yang dilalui, walau dalam bayang-bayang ketakutan. Bukan saja suara knalpot motor yang ditunggangi yang memekakkan telinga, suara anggota geng motor pun menggema dengan teriakannya. Bahkan sekali-sekali kedengaran membentak ketika mereka berhadapan dengan orang lain yang terasa mengganggu atau menghalangi lalu lintas yang dilalui. Terkait hal ini seorang informan menjelaskan:
“… wah itu mah … kalau udah ketemu di jalan, kita ngalah aja pak. Udah orangnya banyak, jalan asal-asalan, bawa senjata lagi. Biar kita gak salah di jalan, kalau mereka merasa terganggu, ya tetap aja kita kena marah. Tanpa prentah bos, bisa-bisa kita dimassakan pak. Kita bukan sekali dua kali mengalami pak. Bukan hanya melihat. Ya namanya tukang becak, setiap hari di jalanan pak. Jadi kita tahu kelakuannya pak”, demikian pengakuan seorang tukang becak yang menjadi informan yang didengar teman-temannya sesama tukang becak.
Ada kalanya perilaku konvoi dilakukan dalam jumlah puluhan orang. Pasca bubarnya konvoi massal, dalam perjalanan pulang terjadi pengelompokan kecil berdasarkan kesamaan arah perjalanan pulang. Tentang hal ini, informan tukang becak menjelaskan :
“Yah… antara 5 ampe 15-an pak. Tetap aja sama kelakuannya pak, teriak-teriak, bising. Kayak penguasa
49FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
jalanan pak. Jangan ampe jalannya diganggu. Siapa yang ganggu bisa jadi korban. Pas misah mau ke rumah masing-masing, udah sendiri-sendiri baru diam pak. Knalpot motornya udah normal, orangnya juga nggak teriak-teriak lagi. Jadi itu orang kata pak, beraninya kalo lagi ngumpul. Kalo sendirian mah kita lihat sopan. Yah kayak anak mama pak”.
Ada perbedaan perilaku antara sendirian dengan rame-rame. Kaitkan dengan arousal, dan perubahan perilaku sebagai pengaruh kehadiran orang lain. Kasus ada kelompok, ada individu yang membonceng nama geng.
Bersamaan dengan kegiatan konvoi inilah muncul kasus-kasus lain di jalanan yang secara langsung atau tidak langsung dikaitkan dengan geng motor. Salah satu informan yang sudah terpidana mengakui bersamaan dengan perjalanan konvoi, biasanya geng motor akan marah besar kalo ada yang mengganggu perjalanan atau dinilai mengganggu. Lebih jauh dia menjelaskan “
“… pas jalan konvoi pak, trus ada kendaraan dari depan gak mau minggir, ya udah jadi sasaran pak. Namanya massa, biasanya ada saja yang memulai memukul. Begitu pak, apalagi kalo ada yang teriakan mereka pak. Marah semua pak. Dikejar itu orang pak, dihajar….. Kalo ada polisi atau tentara baru berhenti. Kalo gak ada bisa-bisa korban mampus. Kalo dilihat gak bergerak, baru ditinggal. Apalagi malam-malam pak, orang sepi gak ada yang lerai. Ini sekedar contoh kasus aja pak.”.
Kasus lainnya, seorang informan yang sudah menjadi terpidana mengaku melakukan pembunuhan karena mendapat laporan bahwa tamunya yang berkunjung ke rumah diganggu
50 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
oleh tetangga. Mendengar laporan ini, informan mengaku memanggil temannya sesama anggota geng motor untuk menindak tetangga tersebut. Tanpa diminta, sang informan menjelaskan:
”Kami temui dia pak, dan langsung kami tindak. Kepalanya pecah bagian atas. Sempat dibawa ke rumah sakit tapi meninggal pak. Ya akhirnya begini nih pak. Saya kena 15 tahun di sini. Untungnya di sini saya sering dikunjungi teman-teman pak. Ya... ada dukunganlah”.
Sekilas terlihat informan menjelaskan kejadian tersebut dengan tenang dan lancar. Sekalipun sudah divonis sebagai pelaku pembunuhan, dia mampu menjelaskan dengan wajah tegak dengan ekspresi “semangat dan tanpa penyesalan”. Ketika ditanyakan lebih jauh apakah yang bersangkutan menyadari kesalahannya, yang bersangkutan mengaku bahwa ia menyadari dirinya berbuat salah. “Saya tahu saya salah pak, tapi saya melakukan itu demi harga diri saya pak, saya bawa teman geng saya karena teman-teman juga saya lihat pernah melakukannya. Kadang pimpinan tahu, tapi didiamin aja pak. Kayak pura-pura nggak tahulah”.
Geng motor melakukan tindakan kriminal sendirian atau berkelompok, atas nama geng atau tidak, sendirian dengan menjadikan geng sebagai kendaraan. Situasi seperti ini menyebabkan anggota geng motor terlibat dalam tindakan kekerasan, tindakan kriminal hingga menjadi terpidana. Penjelasan di atas menggambarkan bahwa kasus geng motor ini bisa melibatkan kelompok geng motor atau melibatkan individu yang kebetulan anggota geng motor lalu melibatkan temannya sesama anggota geng motor dengan atau tanpa sepengetahuan pimpinannya.
51FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Kasus lainnya, informan VL yang sesungguhnya di rumah masuk kategori “anak mama” belum setahun masuk geng motor berubah menjadi pemberani, Informan yang kebetulan anak bungsu dari 3 bersaudara ini mengaku berani melakukan penjambretan demi menolong temannya sesama anggota geng yang sedang kesulitan ekonomi keluarga. Istri temannya sedang hamil tua sementara sang suami menganggur. Naas bagi L karena korban melapor ke kepolisian, hingga yang bersangkutan saat ini menghuni rumah tahanan dan sedang menjalani proses peradilan.
Gambaran kasus yang melibatkan anggota geng motor, dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 7. Daftar Terpidana Melibatkan Anggota Geng MotorKota Cirebon
No. NamaMasa
HukumanTerhitung
MulaiGambaran Kasus
1 Smr 1 tahun 6 bulan dan 6 tahun
30 Juni 2016 Melakukan Perampokan di Jalan Umum Bunut Pasar Jamblang Desa Depok Kec. Depok Kab. Cirebon hari Sabtu tanggal 31 Oktober 2015 sekitar jam 04.00 WIB
2 Mtd 1 tahun 6 bulan dan 6 tahun
30 Juni 2016
3 Mhdr 1 tahun 6 bulan dan 6 tahun
30 Juni 2016
4 Iwn 1 tahun 6 bulan dan 6 tahun
30 Juni 2016
5 Dw Pr 1 tahun 6 bulan dan 6 tahun
30 Juni 2016
6 Em Ag 15 tahun 4 Mei 2015
7 Tg Wl 15 tahun 4 Mei 2015
52 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
8 Riq Fed 7 tahun 6 bulan
4 Mei 2015 Melakukan pembunuhan dan kekerasan di muka umum yang dilakukan secara bersama-sama terhadap orang dan penganiayaan yang terjadi pada hari Minggu tanggal 20 Juli 2014 sekitar jam 01.00 WIB di Jl. Raya Sumber Kenanga Kel. Kenanga Kec. Sumber Kab. Cirebon
9 Mh Hdr 15 tahun 4 Mei 2015
10 Sug 6 tahun 30 Juni 2016
11 Iwn Kdr 15 tahun 4 Mei 2015
12 Rif Ad Seumur Hidup dan 1 tahun 6 bulan
4 Mei 2015 Melakukan pengeroyokan yang mengakibatkan matinya orang pada hari Kamis, 24 September 2015 jam 16.30 WIB di Jalan Desa Blok Wadas Ilir Desa Tegalsari Kec. Plered Kab. Cirebon terhadap korban Sdr Alm Lukman Bin Mukadi
13 Sdrm Seumur Hidup 2 Juni 2017 Melakukan tindak pidana pembunuhan pada hari Senin tanggal 6 Mei 2013 sekitar jam 05.30 WIB di Jalan Gotrok Desa Sitiwinangun Kec. Klangenan Kab. Cirebon atas nama korban R als L (alm) bin B
Ded Mr Seumur Hidup 2 Juni 2017 Tindak Pidana Pembunuhan dan atau pengeroyokan dan penganiayaan dan perkosaan, yang terjadi tanggal 27 Agustus 2016 sekitar pukul 22.00 WIB di Jl. Perjuangan Gg. Situgangga Kel. Karyamulya Kota Cirebon
Jay Seumur Hidup 2 Juni 2017
Ek Snd Seumur Hidup 2 Juni 2017
Spry Seumur Hidup 2 Juni 2017
Had Sp Seumur Hidup 2 Juni 2017
Ek Rmd Seumur Hidup 2 Juni 2017
Sumber : Data Lapas Cirebon
53FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Tabel di atas menggambarkan betapa mengkhawatirkan aksi kekerasan yang dilakukan geng motor. Walau kasus ini tidak selalu terjadi atas nama geng motor, namun hal itu tetap membawa cap negatif bagi nama kelompok geng motor secara keseluruhan. Situasi psikologis masyarakat Kota Cirebon sangat resah mengingat korbannya bukan saja dari kalangan masyarakat biasa tetapi juga keluarga aparat keamanan. Saat ini masih terdapat sebanyak 16 orang anggota geng motor yang ditahan di Rumah Tahanan Negara Kelas I Cirebon, yang terdiri dari GBR sebanyak 3 orang, Konack sebanyak 5 orang, Brigaz sebanyak 2 orang, dan XTC sebanyak 6 orang. Selain tindak pidana, masih terdapat sejumlah kasus ringan seperti pelanggaran lalu lintas, pengerusakan fasilitas umum,
c. Bakti sosialKegiatan ini dilakukan oleh semua geng motor di Kota
Cirebon, termasuk Konack, walau dengan frekwensi kegiatan yang sifatnya tahunan dan atau insidentil. Kegiatan ini dilakukan pada saat bulan Ramadhan menjelang Lebaran Idul Fitri. Sementara secara insidentil dilakukan untuk merespon situasi tertentu seperti bencana, kebersihan lingkungan, pengamanan acara tertentu, dan lain-lain.
Bakti sosial pada bulan ramadhan, dikaitkan dengan peningkatan amal ibadah. Semua geng motor mengambil momen dalam pembagian takjil bekerjasama dengan berbagai pihak. Selain membagi takjil, anggota geng mengambil peran dalam perparkiran, memberikan santunan ke Panti Jompo, memberi makan pada pengemis di pinggir jalan, dan membantu korban bencana seperti banjir. Kegiatan tersebut dilakukan disesuaikan dengan ketersediaan anggaran kas masing-masing geng motor, atau
54 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
dilakukan pengalangan dana seperti di perempatan jalan dan mengumpulkan iuran dari anggota secara sukarela.
Dari 3 kegiatan geng motor ini, masyarakat lebih mengenal kegiatan konvoi sebagai identitas sosial geng motor. Hal ini terjadi karena aktivitas ini sering menimbulkan kasus kontroversial yang menyentak perhatian masyarakat. Kasus-kasusnya di jalanan yang berlanjut ke pengadilan membekas dengan kuat dalam memori kognitif masyarakat. Sementara kegiatan nongkrong lebih bersifat lokal dan terbatas wilayah sekitar sehingga tidak membawa akibat yang lebih membekas. Hal yang sama terjadi pada kegiatan bakti sosial, apalagi jarang terpublikasikan.
Persoalan ini disadari oleh anggota maupun pimpinan geng motor. Namun mereka tidak mampu berbuat banyak. Salah satu informan menjelaskan :
“…kami ingin pak, masyarakat mengetahui bahwa kami juga berbuat baik, bukan hanya negatif. Tapi yang diberitakan lebih banyak jeleknya pak. Lagi pula tidak semua anggota geng motor itu jahat pak. Jadi masyarakat juga tidak adil pak. Kalo begini trus geng motor bisa jadi semakin frustrasi pak”.
Keluhan informan ini patut menjadi perhatian. Namun harus diakui pula bahwa persepsi umum masyarakat atas geng motor sangat negatif mengingat tampilannya di jalanan ketika konvoi sangat brutal. Komunitas tukang becak yang kebetulan mangkal dengan sedikit emosional menjelaskan bahwa aksi kekerasan geng motor sangat meresahkan. “Pak anakku takut berangkat atau pulang kerja sendirian, jadi adeknya yang cowok harus antar jemput. Ya naik motor”. Hal yang sama dijelaskan oleh seorang karyawati hatel tempat peneliti menginap dengan mengatakan “ takut pak, mereka itu nekad, sadis., sampe membunuh pak. Saya kerja
55FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
antar jemput pak, takut ketemu di jalan”. Bahkan seorang informan di Bapas dengan tegas menyebut “ Kota Cirebon itu tidak aman, terutama malam hari pak”.
Aspirasi
1) Dinas Sosial
Pengakuan salah satu Kepala Bidang di Dinas Sosial setempat menjelaskan dengan jujur :“kami agak susah terlibat langsung dalam penanganan geng motor pak. Soalnya itu tidak masuk manjadi tugas pokok kami di Dinas ini. Kalaupun kami terlibat dalam penaganan, itu hanya sebatas menangani anak yang kebetulan terlibat dalam geng motor melalui anak berhadapan dengan hukum. Ya itu ABH pak”
Untuk itu pihak Dinas Sosial setempat mengharapkan adanya pengaturan yang jelas sebagai payung hukum, baik pada tingkat pusat di tingkat Kementerian Sosial RI maupun di daerah melalui Dinas Sosial Provinsi dan Kota. “Apalagi pak, secara kelembagaan kami di dinas ini belum berdiri sendiri. Namanya aja Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak”. Bahkan jika mungkin Dinas Sosial setempat berharap dilakukan pengkajian perlu tidaknya geng motor dimasukkan ke dalam PMKS baru.
2) Kepolisian
Secara tegas, kepolisian mengaku bahwa selama, ini yang dilakukan pihaknya cenderung fokus kepada penegakan hukum secara standar sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
“Dalam situasi tertentu, untuk merespon situasi sosial tang berkembang kami mengadakan pembinaan, tetapi sangat terbatas. Jauh dari yang seharusnya karena berbagai keterbatasan. Misalnya mengundang geng motor dalam
56 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
kegiatan kopi bareng pada jumat malam, penyuluhan ke sekolah melalui unit binmas, dll. Hanya saja kalo diundang biasanya tidak datang, kalo datang diwakilkan saja ke anak buah atau anggotanya. Tetapi kita tetap hargai. Cuma dalam pertemuan berikutnya, nanti ganti lagi orangnya
Sejalan dengan keterbatasan ini, Polresta Cirebon berharap ada regulasi yang jelas dan pasti dan operasional atas penanganan kasus ini. “Sejauh ini kami hanya sebatas bekoordinasi dengan pekerja social dari Dinas Sosial. Sementara Dinas Sosial pun kami lihat mengalami keterbatasan. Hal yang sama terjadi dengan pihak Bapas”, demikian penjelasan salah satu staf intel.
3) Anggota Geng Motor
Dari beberapa anggota geng motor yang menjadi informan diketahui bahwa persoalan paling mendasar bagi mereka adalah pola asuh dalam keluarganya. D, 28 tahun, sempat kuliah semenster 4 di Bandung mengaku “tertarik dengan kegiatan ini karena saya lihat ini khas cowok walaupun ada juga cewek, kelihatan jantan gitu. Kebetulan saya juga punya motor yang cukup lumayan pak itu pak (sambil menunjuk kawasaki besar miliknya).
Sementara latar belakang awal dia masuk menjadi anggota geng motor dijelaskan: “Saya masuk dengan kesadaran sendiri pak. Saya jenuh. Bosan tiap hari hanya dari rumah ke kios. Pulang ke rumah paling nonton tv terus tidur. Dengan sengaja saya mengikuti konvoi orang itu. Sempat juga saya dicurigai pak. Mereka mengurung saya. Lalu saya bilang bahwa saya hanya sekedar mempelajari untuk masuk menjadi anggota. Dengan pembicaraan itu saya dibiarkan mengikuti mereka “
Anak yang terlihat sedikit lebih intelek ini dengan terbuka menjelaskan bahwa : “saya dapat uang yang cukup dari orangtua
57FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
pak, tapi mereka sibuk terus bisnis. Ya alasannya sih demi masa depan kami juga anak-anaknya, tapi saya kehilangan figur pak, tidak ada teman diskusi, saya merasa tidak dekat dengan ayah atau ibu”.
Terkait dengan manfaat yang dirasakan Diding menjelaskan lebih jauh “ Benar pak, ada kepuasan tersendiri. Seketika saya banyak teman. Saya juga merasa mendapat dukungan untuk melakukan berbagai hal. Dan yang terpenting saya tidak jenuh lagi. Sehabis kerja bantu orangtua saya bisa main sama teman-teman walau tidak atas nama geng. Yah dagangan pulsa juga meningkat drastis pak. Tanpa sadar kami membangun jaringan bisnis kecil-kecilan ini.
4) Bapas
Dilihat dari tugas pokok dan fungsinya, BAPAS tidak terkait langsung dalam penanganan kasus-kasus geng motor. Namun secara tidak langsung terlibat ketika anggota gengmotor yang masih anak-anak menjadi “Anak Berhadapan dengan Hukum” atau ABH. Dalam hal ini BAPAS akan mengadakan Penelitian kemasyarakatan (LITMAS) untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi penyidik, penuntut umum, dan hakim di dalam menangani perkara anak. Hal ini sejalan dengan amanat UU No 11 tahun 2012 tentang sistem Pidana Anak, khususnya Pasal 21 yang menjelaskan bahwa dalam hal Anak belum berumur 12 (dua belas) tahun melakukan atau diduga melakukan tindak pidana, Penyidik, Pembimbing Kemasyarakatan, dan Pekerja Sosial Profesional mengambil keputusan untuk: (a) menyerahkannya kembali kepada orang tua/Wali; atau (b) mengikutsertakannya dalam program pendidikan, pembinaan, dan pembimbingan di instansi pemerintah atau LPKS di instansi yang menangani bidang kesejahteraan sosial, baik di tingkat pusat maupun daerah, paling lama 6 (enam) bulan.
58 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Masalah muncul ketika anak direkomendasikan masuk ke rumah aman atau Lembaga Penyelenggara Kesejahteraan Sosial (LPKS). Kota Cirebon tidak memiliki LPKS sehingga mereka sering merujuk ke Cileungsi Kabupaten Bogota tau Kabupaten Subang. Namun dalam proses eksekusi, pihak eksekutor keberatan karena jarak LPKS dimaksud dinilai terlalu jauh sehingga akan menjauhkan si anak dari keluarganya.
Terkait hal ini, Bapas mengharapkan dukungan dari Kementerian Sosial atas pengadaan LPKS sehingga penanganan anak berkonflik dengan hukum (ABH) (termasuk yang terkait dengan geng motor) dapat dioptimalkan. Jika proses pembangunan LPKS baru dirasakan berat, ada baiknya alternatif untuk mengioptimalkan fungsi lembaga yang sudah ada menjadi pilihan. Misalnya, menambahkan fungsi dimaksud pada Panti Sosial Bina Mandiri milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang terdapat di Palimanan Cirebon, yang dulu merupakan Panti Budi Darma milik Kementerian Sosial RI. Hal yang sama dapat dilakukan pada organisasi social tertentu yang ada di Kota Cirebon.
5) Masyarakat
Sepanjang proses pengumpulan data penelitian ini, tim peneliti senantiasa melakukan pemantauan atas tanggapan dan harapan masyarakat atas keberadaan geng motor dengan menanyakan langsung kepada orang yang ditemui di luar infoorman resmi. Keseluruhan warga yang ditanyakan menyatakan bahwa geng motor di Kota Cirebon sangat meresahkan. Bahkan sebagian menyebutkan situasi ini mengkhawatirkan terutama untuk malam hari.
Sejalan dengan hal ini, masyarakat menghendaki agar pemerintah bertindak nyata untuk memulihkan situasi ini.
59FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Seorang warga yang kebetulan menjalankan bisnis malam hari menggambarkan “ dalam hati saya sampe curiga ama aparat keamanan pak, gak mungkin mereka nggak bisa mengamankan ini. Tapi koq masih lanjut terus pak, bingung saya. Ini siapa yang salah ya pak?”.
Seorang ibu yang mengetahui anaknya masuk geng motor dan saat ini menjalani proses peradilan menghendaki berlakunya jam malam dengan mengatakan :“saya maunya dibatasi anak-anak keluar malam pak. Paling tidak sementara waktu pak. Udah itu kan, anak geng motor yang jalan malam juga ditangkap aja pak. Ini kata sudaraku pak yang mantan tentara, gimana pak?. Saya pikir bagus itu pak, tapi nggak tau deh”
Pernyataan ini menggambarkan betapa resahnya warga melihat perilaku anggota geng motor ini. Walau dengan bahasa yang berbeda mungkin yang dimaksudkan sang ibu adalah adanya pembatasan bagi warga untuk keluar paja jam tertentu malam hari. Aturan ini dapat diwujudkan dalam bentuk peraturan daerah (Perda).
C. Kota Depok1. Deskripsi Wilayah
Kota Depok termasuk dalam wilayah Propinsi Jawa Barat. Namun letaknya berbatasan secara langsung dengan Kota Jakarta di bagian selatan. Sementara di bagian utara terdapat wilayah Kabupaten Bogor dan Kota Bogor. Sedangkan di bagian barat berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan, dan di bagian timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bekasi. Oleh sebab itu kehidupan masyarakat Kota Depok, seperti halnya kota atau kabupaten lain di sekeliling Kota Jakarta, tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Kota Jakarta. Seperti halnya kota atau kabupaten lain di sekeliling Jakarta, Kota Depok merupakan penyangga
60 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
ibu Kota. Secara keseluruhan kerap disebut sebagai kawasan megapolitan Jakarta. Kota Depok menjadi daerah otonom sejak 20 April 1999. Sebelumnya Depok merupakan kota kecamatan dalam wilayah Kabupaten Bogor dan kemudian menjadi kota administratif pada tahun 1982.
Penduduk Kota Depok berkembang sangat pesat, pada akhir tahun 2016 meliputi sebanyak 1.803.708 jiwa, terdiri atas laki-laki 913.359 jiwa (50,63%) dan perempuan 890.349 jiwa (49,36%). Kecamatan Sukmajaya merupakan kecamatan yang paling banyak penduduknya dibanding dengan kecamatan lainnya di Kota Depok, yaitu 245.142 jiwa. Sedangkan kecamatan dengan penduduk terkecil adalah Kecamatan Limo yaitu 86.147 jiwa.
Di tahun 2016 kepadatan penduduk Kota Depok mencapai 10.255 jiwa/km2. Kecamatan Sukmajaya merupakan kecamatan terpadat di Kota Depok dengan tingkat kepadatan 15.063 jiwa/km2, kemudian Kecamatan Pancoran Mas dengan tingkat kepadatan 13.522 jiwa/km2. Sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Sawangan yaitu 5.580 jiwa/km2. (sumber : Depok Dalam Angka, 2015)
2. Profil Geng Motor
Untuk mendapatkan informasi mengenai profil dan kegiatan geng motor maka kegiatan pengumpulan data di Kota Depok dilakukan melalui wawancara, observasi dan studi pustaka/dokumentasi. Wawancara terhadap berbagai unsur yaitu Dinas Sosial, Polresta Depok (Wakapolres, Kasie Bin Ops dan Tim Jaguar), Polsek Pancoran Mas, Polsek Sawangan, Rutan Cilodong Depok, anak-anak yang tertangkap Polisi dan orang tuanya, TKSK, Tagana, Sakti Peksos dan tokoh masyarakat. Observasi dilakukan pada tempat-tempat yang biasa kelompok-kelompok biasa nongkrong dan berkumpul.
61FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Studi pustaka dan dokumentasi diambil dari berbagai akun Instagram dan media massa mengenai kegiatan kelompok-kelompok yang selama ini dikenal kepolisian pernah berbuat tindak kriminal dan tertangkap.
Sebelum mengupas soal geng motor yang menurut Wakil Kepala Polresta Depok tidak ada yang namanya geng motor. Dia mengatakan: Kita sepakati dulu istilah. Apa itu geng motor? Disini ada anak-anak yang menyebut dirinya “Jepang”, ada yang menyebut dirinya “Amerika “. Disini sebenarnya masih merupakan juvenile delequency. Hal tersebut menurut Wakapolresta dilihat dari strata umur dan perbuatan yang disangkakan. Dia mengatakan: kelompok-kelompok itu, belum merupakan geng motor seperti di Amerika. Kalau mereka punya karier kriminal; punya tradisi. Memiliki sub kultur kekerasan. Menurut Wakapolresta Depok, kelompok-kelompok remaja tersebut belum dapat dikategorikan sebagai geng motor. Dia mengatakan: Kita tidak menganggap mereka sebagai geng motor. Maka yang kita lakukan pendekatan kenakalan remaja. Kalau mereka disebut geng motor, kasihan mereka. Mereka bukan organize crime melainkan juvenile delequency.
Untuk mendapatkan informasi lebih lengkap berikut adalah nama-nama para informan penelitian ini.
Tabel 8. Daftar Nama Informan Kota Depok
No. Nama Jabatan/Keterangan
1 Dr. Devi Maryori, MKM
Perempuan, Kabid. Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kota Depok. Sebelumnya bekerja di: Badan Litbang Kementerian Kesehatan RI; RSUD Kota Depok. Bertempat tinggal di Kota Depok.
62 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
2 Waang Laki-laki, Kepala Seksi Resos pada Dinas Sosial Kota Depok; sebelumnya bekerja di Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kota Depok. Bertempat tinggal di Cibinong.
3 AKBP Faizal Ramadhani, S.Sos, SiK, MH.
Laki-laki, Wakil Kepala Polresta Depok
4 Burhan, SPd Laki-laki, Kepala Urusan Bina Operasional, Polresta Kota Depok.
5 Bripka Suroyo Laki-laki, Staf Bina Operasional Reskrim, Polresta Kota Depok
6 S Laki-laki, 17 tahun, pelajar di SMK X, beralamat di gg. Jambu RT 002/RW 04 Kel. Kedaung Kota Depok. Kasus membawa senjata tajam.
7 Warni Ibu dari S, laki-laki 17 tahun, beralamat di gg. Jambu RT 002/RW 04 Kel. Kedaung Kota Depok
8 Lena Perempuan, 40 tahun, ibu rumh tangga, orang tua dari GP (17 tahun) tinggal di Sawangan, anaknya yang diterlibat pada perkelahian antar kelompok pelajar, teman satu sekolah dari S.
9 IH Laki-laki, 15 tahun, anak ke 3 dari 3 bersaudara, anak dari Paidi, sekolah di SMP Miftahul Ulum kelas 9. Terlibat pemalakan terhadap murid SMPN 20 Depok.
10 Paidi Laki-laki, 51 tahun, orangtua dari IH tinggal di Kelurahan Meruyung Pancoran Mas Depok
11 Sohibur Rachman, Amd.IP, S.Sos,MH
Laki-laki, Kepala Rutan Kelas IIB Cilodong
12 Eep Saipudin Laki-laki, 40 tahun, supir rental car, tinggal di Perum Depok II, Kota Depok.
13 KTW Laki-laki, 19 tahun, tinggal di Kp. Sindang Karsa No. 64 RT 04/09 Kel. Sukamaju Baru Kec Tapos Depok, bekerja pembuat kitcen set. Sebelumnya pernah bekerja di bengkel las selama 8 bulan. Tahanan di Rutan Cilodong Depok dengan kasus membawa senjata tajam.
63FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
14 IS Laki-laki, 19 tahun. putus sekolah SD kls VI, tinggal di Kelurahan Jagakarsa, Rt 07 Rw 11 Jakarta Selatan. Ayah: Wanda Sudarno, bekerja sebagai karyawan steam mobil. Ibu: Yetti Sudarti. Kedua orangtua telah bercerai. Anak 1 dari 1. Selama ini ikut nenek. Tahanan di Rutan Cilodong (1 bulan), sebelumnya ditahan di sel Polres Kota Depok selama hampir 3 bulan, kasus penganiayaan, kejadian pada tanggal 15 Mei 2017.
15 T Laki-laki, 28 tahun, tukang parkir di Pondok Baru, Citayam. Lulus SMP. Alamat: Ratu Jaya, Cipayung RT 02/RW 04 No.4. Status: sudah menikah, memiliki 2 orang anak (7 tahun dan 4 tahun). Isteri bekerja sebagai pegawai laundry. Tahanan di Rutan Cilodong (selama 5 bulan) dan sebelumnya ditahan di sel Polres Depok selama 2 bulan 5 hari. Kasus: membawa senjata tajam (celurit)
16 Iptu Iwan Nugraha
Laki-laki, Waka Tim Jaguar, Polresta Kota Depok.
17 Doni Laki-laki, 21 tahun, kakak dari DS, 15 tahun, yang terlibat dalam kasus membawa senjata tajam (celurit)
18 Amir Laki-laki, 41 tahun, TKSK Cilodong, tinggal di Kota Depok.
19 Syarif Laki-laki, 40 tahun, TKSK Pancoran Mas, tinggal di Kota Depok
20 Wiwid Perempuan, 31 tahun, TKSK Cinere, tinggal di Kota Depok.
21 Doni Laki-laki, 42 tahun, Tagana angkatan II, tinggal di Kota Depok.
22 Miftah Laki-laki, Sakti Peksos Kota Depok
23 Heru Laki-laki, Sakti Peksos Kota Depok
24 Siti Habibah Perempuan, Sakti Peksos Kota Depok
64 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Menurut Amir (TKSK Cilodong), anak-anak ini mencari jati diri “ini loh geng saya” biar dikenal masyarakat dan yang lain. Rata-rata anak putus sekolah dan susah diatur biasanya meresahkan menjelang hari raya karena malam libur puasa, begadang/keluyuran nongkrong. Ciri mereka urakan, pakaian tidak sopan, pengaruh miras. Masuk jadi anggota “kalo sudah berbuat”. Seminggu sebelum idul fitri kejadian di Cilodong 2/3 kali puteran pake motor buat ulah bawa samurai, digeebek masyarakat lalu polisi datang. Minimal ada 10 anak, ada yang perempuan juga. Selain anak-anak motor, yang buat resah juga “anak-anak punk”. Kalo geng motor hanya waktu tertentu tapi anak-anak punk tiap hari ada dan pindah-pindah. Di simpangan Depok banyak pada nongkrong disitu. Saran saya, dilibatkan pelopor perdamaian untik melerai atau mencegah aksi geng motor. Selama ini belum ada kerjasama dengan polisi menangani geng motor.
Menurut Syarif (TKSK Pancoran Mas): setahu saya ada kelompok Jepang “Jempatan Mampang” dari luar Panmas trus juga sering tawuran pembacokan antar kelompok motor di simpangan Rangkapan Jaya Baru Sawangan. Daerah Margo juga sering tawuran abis sahur. Ribut antar kampung, gerimbolan pemuda tanggung banyak di GDC, polisi sebut “gerombolan/rombongan bermotor”.
65FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Doni (Tagana) lokasi yang biasanya anak-anak tawuran di Taman Merdeka, di Kecamatan Panmas; Pitara. Mereka nyerang bawa sepeda motor sama sajam. Hukuman mereka sangat ringan. Panggil orangtua. Pulangin. Bikin surat pernyataan. Efek jera tidak ada. Polisi selalu bilang terbentur Undang-undang. Paling dipindahin sekolah. Khususnya kasus-kasus kriminal tinggi. sama seperti orang narkoba. dipenjara. keluar, mereka aman. Kita ngenes, ditangkap, kemudian dilepas. Kasus pencabulan, cuma didamaikan, terus pindah sekolah. Terlalu lentur. efek jera tidak ada. Kasus tahun 2016 viral di medsos. Lokasi lain: Margo city. Dulu disebut tawuran. Polisi suka minta bantuan juga. Saya, aktif di kepolisian, bersama teman-teman. Pernah ada berita, geng dari Bekasi mau balas dendam. Heboh. Aparat selalu patroli, Korem, Koramil. Kalau, kita bilangin galakan dia. Bilangin, nongol lagi. kalau binmas diajak ngobrol.
Di Kota Depok berdasarkan keterangan Polresta Depok ditemukan beberapa nama kelompok motor, yaitu: Depok Bogor Official, Amerika, Jepang, Margonda, Jurang Maut, Bujang Lapuk dan Mahesa Kurung. Selain nama itu ditemukan juga nama Squad (Bripka Vino, anggota Tim Jaguar, wawancara 19 September 2017). Beberapa nama tersebut yang mempunyai akun Instagram beserta lambang-lambang kelompok dalam tabel berikut ini.
66 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Tabe
l 9. N
ama-
nam
a ke
lom
pok
men
urut
info
rmas
i Pol
rest
a D
epok
No.
Nam
a G
eng
Mot
or, L
amb
ang
dan
Jarg
on
1. 2.D
epok
Bog
or
Offi
cial
Jep
ang
(Jem
bat
an
Mam
pan
g)
Gen
g A
mer
ica
Gan
gste
r M
argo
nd
aJu
ran
g M
aut
Gen
gste
rG
eng
Squ
ad
3.“N
o su
rren
der
fo
r th
e sa
ke o
f a
self-
este
em”
“The
diff
eren
ces
that
un
ite
us
all”
“Keb
ersa
maa
n
adal
ah n
afas
ka
mi”
Tid
ak
dit
emu
kan
ja
rgon
Tid
ak
dit
emu
kan
ja
rgon
“Bu
kan
der
ajat
yan
g ki
ta b
angg
akan
te
tap
i sol
idar
itas
se
lam
a 3
tah
un
kit
a b
ersa
hab
at”
Sum
ber
: Tim
Jagu
ar P
olre
sta
Dep
ok d
an a
kun
IG g
eng
mot
or
67FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Tabel diatas merupakan sebagian kecil kelompok anak-anak dan remaja yang terlacak oleh kepolisian dan pernah tertangkap dalam beberapa “operasi cipta kondisi” Polresta Depok. Menurut tim jaguar, antara 10-20 anak sudah kumpul..bisa membentuk kelompok yang berdasar satu sekolah atau lingkungan atau kesamaan visi atau kedekatan teman.
3. Aktivitas Geng Motor
Kegiatan yang dapat dilihat dari akun kelompok-kelompok ini nongkrong-nongkrong, konvoi, tawuran. Semua kegiatan tersebut di-upload oleh mereka bahkan menurut keterangan Tim Jaguar, kadang kelompok ini janjian ketemu untuk adu kekuatan atau tawuran, saling mengejek. Menurut kepolisian dan sumber dari informan lainnya, beberapa lokasi di Kota Depok yang dianggap rawan terjadinya aksi tawuran dan ulah geng motor (berbagai sumber), yakni : Jalan Juanda Kecamatan Sukmajaya, Jalan Arif Rahman Hakim Kecamatan Beji, Jalan Krukut Kecamatan Limo, Jalan Pitara Kecamatan Pancoranmas, Jalan Lewinanggung, Jalan Pekapuran Kecamatan Cimanggis, Jalan Raya Ciputat, Jalan Raya Mochtar Kecamatan Sawangan, Jalan Bambu Kuning Bojonggede dan Jalan Raya Grand Depok City.
Akan tetapi ketika dilakukan penelusuran di lapangan tidak ditemukan personil masing-masing geng. Sejumlah nama orang yang diduga terlibat geng motor, yang diterima dari kepolisian, Polsek Pancoran Mas, Polsek Sawangan, Satreskrim Polres Depok, dan Rutan Cilodong ternyata tidak ada yang mengaku sebagai personil dari salah satu geng. Oleh sebab itu sulit untuk menjelaskan aneka aspek organisasional geng motor di kota ini, seperti: siapa pendiri, siapa pemimpin, keanggotaan, aturan main, lambang dan lainnya, kecuali kelompok yang aktif mempunyai akun Instagram.
68 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Beberapa kasus yang ditemui setelah tertangkap oleh kepolisian adalah:
S, seorang laki-laki, 17 tahun, pelajar di SMK X, yang sempat ditangkap polisi bersama 7 orang lainnya, karena terlibat tawuran di pertigaan Parung pada Jum’at siang tanggal 18 Agustus 2017 tidak merasa sebagai anggota geng tertentu. Ketika ditemui di rumahnya, dia mengaku berurusan dengan polisi karena terlibat tawuran dengan sejumlah pelajar dari sekolah lain. Dia menjelaskan, pada saat mau berangkat sekolah, seperti biasa janjian sama teman-temannya yang 1 sekolah naik angkot bareng bertiga, saling nunggu di pertigaan Parung. Hari itu ketika sudah berkumpul bertiga, tiba-tiba diserang oleh sekelompok pelajar dari sekolah lain. Penyerang datang berombongan dengan mengendarai 3 sepeda motor, tiap motor berisi 3 orang. Menurut S ketika mereka diserang mereka bertiga melakukan perlawanan. “Kami lawanlah Pak”. Ketika polisi datang melerai, lawannya langsung kabur, sementara mereka tetap di tempat. Polisi memeriksa barang bawaan mereka dan menemukan celurit dalam tas yang dipegang oleh S. Oleh sebab itu S dan dua kawannya beserta barang bukti dibawa ke Polsek Sawangan, dianggab membawa senjata tajam. Dalam penjelasannya S mengatakan celurit itu bukan miliknya, melainkan milik pihak penyerang. S mengatakan: ketika polisi datang, mereka buru-buru kabur, tasnya jatuh saya ambil. Pas polisi datang tas itu diperiksa, isinya celurit. Saya dibilang bawa celurit. Menurut S, sekolahnya memang sering diserang sekolah lain dari Panmas dan Pamulang. Dia juga mengaku sering tidak masuk sekolah. Dalam sebulan kadang 2 minggu tidak masuk sekolah kalau ada tawuran. Kadang kalo tidak ada ongkos, tidak sekolah.Penjelasan senada diterima dari Ibu Lena, perempuan, ibu dari GP (laki-laki, 17 tahun) teman S
69FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
yang ikut ditangkap polisi Polsek Sawangan. Ibu Lena, sesuai penuturan anaknya GP, mengatakan: Mereka papasan dengan anak sekolah lain yang baru pulang. Mereka menunggu angkot di pos Bojongsari, yang nyerang datang dari arah Ciputat, naik motor bocengan 3 orang, ngacungin senjata tajam, waktu polisi dateng..tas yang ada isi senjata dijatuhin. Di pertigaan, banyak yang lihat tapi gak berani bantuin karena diacungin senjata. Mereka pakai seragam sekolah lari ke arah Bogor.
IH, laki-laki, 15 tahun, anak ke 3 dari 3 bersaudara, umur 15 tahun, sekolah di sebuah SMP swasta (MU) kelas 9. Dia diambil polisi setelah ditangkap satpam dan guru-guru SMPN 20 karena melakukan pemalakan. Menurut penjelasan IH, dia diajak temannya bernama Kev ke SMPN 20 Depok yang terletak di Komplek Marinir Kel. Rangkapan Jaya Baru Kec. Pancoran Mas sekitar jam 12.30, siang. “Kata Kevin ‘ayo malakin sekolah lain’” demikian IH mengungkapkan kembali cara temannya Kev mengajak dirinya, ketika itu. IH menurut saja atas ajakan temannya tersebut. Mereka pergi berlima, IH, Kevin, Dimas dan dua orang lainnya, menggunakan 4 sepeda motor. Di depan sekolahan SMPN 20. IH menuturkan: “Kevin dan Diman yang mintain duit, saya menunggu di motor seberang sekolah. Yang dipalakin diem aja, trus kasih duit 20 ribu. Pas waktu itu ada satpam lewat, trus kami dimasukin ke sekolah, ditanya2 sama guru dan dijedotin ke tembok”.
KTW, laki-laki, 19 tahun. KTW ditemui di rumah tahanan (Rutan) Cilodong, Kota Depok. Dia ditahan karena kedapatan membawa dua bilah celurit. Ketika itu, KTW bertiga bersama DS dan Babol naik motor, sampai di pertigaan Dongkel Sukatani Tapos diamankan polisi. Sementara temannya Babol sempat kabur melarikan diri dengan sepeda motornya. Sementara KTW dan DS dibawa ke Polres untuk diperiksa. KTW mengakui
70 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
niat mereka membawa celurit untuk melakukan penyerangan terhadap anak-anak lain/tawuran di daerah Karet Gas Alam Depok. KTW mengaku biasa nongkrong di pinggir jalan sampai sekitar jam 03 pagi, biasanya 8 orang. Doni, Kakak dari DS, 15 tahun, teman dari KTW menjelaskan adiknya hanya ikut-ikutan. Menurut Doni, adiknya DS pada waktu kejadian, bulan puasa malem sekitar jam 20.30 lagi maen di sebuah warnet diajak sama KTW pake motor sama Babol.
IS laki-laki, 19 tahun. Dia di tahan karena kasus membawa senjata tajam pada tanggal 15 Mei 2017 di Haji Gandul. IS menjelaskan: Ketika itu, saya mau jual sajam (celurit). Saya ngantar naik sepeda motor. Sore2. Saya senggolan, lalu orang itu ngejar. Saya kejebak macet. Saya minta maaf, tidak sengaja. Langsung ditangkap warga. Untuk nakuti saya mengeluarkan celurit. IS menjelaskan awalnya mereka (3 orang) yang mengejar, langsung kabur. Saya diserahin ke Polsek Bimo. Langsung dimasukin tahanan. Proses hukum berjalan, tidak ada pendamping hukum. hari rabu depan ini baru mau tuntutan. Sajam beli di jatinegara. Saya beli baju di Jatinegara. Teman saya telepon minta dibelikan sajam. Katanya tolong talangin dulu. Baru sekali ini. Waktu kejadian itu, saya punya bukti, ada bonnya. Saya kasih polisi. Katanya ‘ini tidak bisa nguatin lu’.
T laki-laki 28 tahun, tukang parkir di Pondok Baru, Citayam. Lulus SMP. Alamat: Ratu Jaya, Cipayung RT 02/RW 04 No.4. Status: sudah menikah, memiliki 2 orang anak, anak pertama 7 tahun dan anak kedua usia 4 tahun. Isteri bekerja sebagai pegawai laundry, dengan gaji Rp. 1.500.000 per bulan. Rumah milik sendiri. Orangtua, ayah bernama Muh. Kusman (almarhum). Di sel tahanan Polres Depok selama 2 bulan 5 hari. di Rutan 5 bulan. Penghasilan kalau lagi bekerja sebagai
71FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
penjaga parker sebesar Rp.120.000 per hari. Biasanya dapat 500.000 dibagi 3 dengan teman. Kejadiannya sekitar bulan Juli sedang naik motor sampai di pertigaan Citayam kesenggol motor lain, karena yang disenggol marah dan mau mukul maka T mengeluarkan senajata tajam berupa celurit untuk nakut-nakutin yang mau mukul. Tetapi warga sekitar langsung berteriak dan mengamankan T dan ditangkap polisi.
M, mahasiswa salah satu universitas swasta di Condet, ditemui di ruang Jaguar Polresta Depok. M datang di ruang Tim Jaguar dalam rangka mengambil hp-nya yang diamankan tim Jaguar hari Minggu 18 September 2017 dini hari sekitar pulul 02.00. Malam itu, Tim Jaguar Polresta Depok, seperti biasa melakukan razia, tiba di sebuah lokasi di jalan dekat kampus GD, di sebuah warnet. Tim melihat sejumlah remaja sedang nongkrong. Melihat kelompok tersebut Tim Jaguar langsung menghentikan kendaraan yang ditumpangi, lalu menyeberangi jalan untuk menemui kelompok tersebut. Melihat kedatangan polisi para remaja langsung berhamburan melarikan diri. Tim Jaguar berhasil menangkap beberapa orang dan membawa mereka berikut sejumlah hape dan senjata tajam yang ditemukan ke Markas Polresta. M mengaku berada di warnet, lokasi nongkrong para remaja, karena sedang main game. Ketika ditanya, mengapa main game sampai pagi? M mengatakan: setiap hari dari senin hingga jum’at saya kuliah. Hari Sabtu dan Minggu merupakan kesempatan main, berkumpul dengan kawan-kawan. Menurut M dia main di lokasi tersebut atas ajakan temannya.Namun ternyata yang hadir di sana tidak semua orang yang sudah dikenalnya. Kesempatan ngumpul tersebut sekaligus untuk saling kenal, menambah teman. Selama berada di lokasi nongkrong tersebut selain main game mereka saling bercerita, ngobrolin apa saja, sambil
72 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
ketawa-ketawa. Ayah M yang ikut hadir di ruangan Tim Jaguar, ketika ditanya tentang keberadaan M di luar rumah hingga dini hari, sepertinya tidak mempermasalahkan hal tersebut asalkan masih tahu dimana keberadaan anaknya dan bisa dihubungi.
Pertanyaannya adalah, apakah kasus-kasus tersebut di atas merupakan indikasi adanya geng motor di Depok?
Mencermati informasi dari S dan ibu Lena, kiranya S dan GP bukan anggota geng motor tertentu, melainkan korban dari pelajar sekolah lain yang melakukan penyerangan. Faktanya mereka, S, GP dan seorang kawannya yang lain tidak menggunakan sepeda motor. Mereka berniat pergi ke sekolah dengan menggunakan kendaraan umum, angkot. Namun, ketika ditangkap polisi, S memegang tas berisi senjata tajam. Indikasi geng motor justeru ditemukan dari pihak yang melakukan serangan. Mereka datang menggunakan sepeda motor, masing-masing dengan 3 orang penumpang. Namun polisi saat itu belum berhasil menangkap mereka, terlanjur melarikan diri.
Berbeda dengan kasus S dan kawan-kawannya. IH adalah pelaku pemalakan, bersama empat orang temannya. Mereka menggunakan 3 sepeda motor datang ke lingkungan SMPN 20 dengan tujuan melakukan pemalakan terhadap anak peserta didik sekolah tersebut. Menilik kelompok IH sebanyak lima orang dengan menggunakan 4 buah sepeda motor kiranya relatif memenuhi beberapa ciri sebagai geng motor.Ketika ditanya apakah KTW merupakan anggota dari geng tertentu. Mereka tidak mengaku. Akan tetapi dari informasi yang diperoleh ada beberapa indikasi bahwa KTW merupakan anggota “geng” tertentu. Misalnya: KTW mengakui niat mereka membawa celurit untuk melakukan penyerangan terhadap anak-anak lain.
73FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Pada kasus KTW dan 2 orang kawannya yaitu DS dan Babol, ditemukan indikasi mereka berniat melakukan tindak kekerasan. KTW mengaku membawa senjata tajam dengan niat melakukan penyerangan terhadap anak-anak lain/tawuran di daerah Karet Gas Alam Depok. Indikasi lain adalah pengakuan kebiasaan nongkrong di pinggir jalan sampai sekitar jam 03 pagi, biasanya 8 orang.
Geng motor skuad. Geng ini ditemukan kemudian. Salah seorang anggotanya, M, mahasiswa jurusan Bimbingan dan Penyuluhan. M tidak mengakui dirinya anggota geng, akan tetapi dilayar hp-nya terpampang nama geng squad. Dalam hapenya banyak ditemukan gambar orang lain dan gambar dirinya dengan pose dengan “dihiasi” senjata tajam. Menurut M gambar-gambar itu merupakan postingan dari teman-temannya dalam group whats app. Keanggotaan M dalam kelompok WA tersebut dimasukkan oleh temannya.
Mencermati informasi dari berbagai pihak diatas, tampak bahwa geng motor di Kota Depok lebih berupa kelompok-kelompok remaja yang melakukan berbagai aktifitas bersama yang kadang-kadang cenderung melanggar hukum. Kelompok-kelompok tersebut cenderung “cair” yang tidak memiliki organisasi tetap. Anggotanya juga tidak merupakan satu wilayah saja, bisa saja gabungan berbagai wilayah misalnya: Jakarta, Bogor, Bekasi dan Depok. Menurut keterangan tim Jaguar, hal ini karena Depok adalah wilayah perlintasan dari berbagai wilayah seperti Jakarta, Bogor, dan Tangerang.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari berbagai informan maka dapat dinyatakan bahwa geng motor yang ada di Kota Depok lebih merupakan kelompok-kelompok remaja yang melakukan tindakan kenakalan. Anggota geng berusia
74 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
belasan tahun. Jumlah geng di seluruh Kota tidak diketahui persis, menurut dugaan pihak kepolisian berkisar 10 sampai 20 geng. Jumlah anggota geng bervariasi mulai dari puluhan hingga ratusan orang. Kegiatan yang mereka lakukan adalah mulai dari mengendarai sepeda motor secara berombongan, biasanya berboncengan 3 orang, seringkali membawa senjata tajam. Geng motor juga kerap berkumpul, nongkrong di lokasi tertentu, hingga larut malam atau bahkan hingga dini hari. Anggota geng berasal dari berbagai wilayah Kota Depok maupun dari luar kota Depok. Ikatan yang mempersatukan mereka lebih berupa persamaan aspirasi, ingin dikenal, ingin memiliki teman.
Berdasarkan data kepolisian ada beberapa kejadian tindak pidana yang diduga dilakukan oleh anggota geng motor, sebagaimana dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 10. Data kejadian tindak pidana yang diduga dilakukanoleh geng motor
NoWaktu dan
KasusInisial Tersangka
Tempat Kejadian Perkara
Modus Operandi
1. 28 Mei 2017Sajam
FA (18th pelajar, tinggal di Kel Mekarjaya, Sukmajaya, DepokFI (16th) pelajar tinggal di Kec SukmajayaMYP (16th) tinggal di Kel Sukamaju, Cilodong
Simpangan Sukmajaya, Depok
Para pelaku (diduga kelompok geng motor) kedapatan berboncengan motor 3 orang sambal berteriak-teriak dan mengacungkan senjata tajam
75FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
2. 5 Juni 2017Sajam
KT (18th) tinggal di Kel Sukamaju Kec TaposDS (16th) tinggal di Kel Rangkapan Jaya Kec Pancoran Mas
Jl. Pertigaan Dongkel Kel Sukatani Kec Tapos Depok
Ketika anggota Buser melaksanakan operasi di wilayah Tapos dan Cimanggis telah meintas motor berboncengan bertiga setelah digeledah kedapatan memabwa 2 buah celurit
3. 18 Juli 2017Pengania-yaan
MOR (17th) tinggal di Kel Rangkapan Jaya Kec Pancoran Mas KS (16th) tinggal di Kel Rangkapan Jaya Kec Pancoran Mas
Jl. Raya Wadas Kel Pancoran Mas Kec Pancoran Mas Depok
Pelaku membacok korban AF (19th) dengan ceurit hingga korban mengalami luka robek di punggung.
4. 8 April 2017Sajam
FH (19th) tinggal di Tugu, Cimanggis Depok
Komplek Adikarya Jl. Ir. H. Juanda Kel Baktijaya Sukmajaya Depok
Pelaku kedapatan membawa senjata tajam berupa celurit
5. 6 Maret 2017Sajam
AFRS (18th) tidak bekerja tinggal di Kel Meruyung Kec Limo Depok
Jl. Erha Kel Gandul Kec Cinere Depok
Tersangka bersama seorang temannya sedang membawa satu bilah plat besi bergerigi bergagang besi kemudian saksi mengejar tersangka dan ditangkap oleh saksi dan warga.
76 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
6. 16 Maret 2017Sajam
BH (18th) tinggal Kel Mampang Kec Pancoran Mas Depok
Jl. Pramuka Kel Mampang Kec Pancoran Mas Depok
Polisi mendapat laporan dari warga adanya pelajar yang diduga akan tawuran di jalan Pramuka selanjutnya bersama saksi melakukan pegecekan dan benar ada pelajar bergerombol dan diduga akan melakukan tawuran, setelah diperiksa tersangka membawa senjata tajam jenis celurit.
7. 5 Februari 2017Sajam
H (17th) pelajar tinggal di PAncoran Mas DepokS (16th) buruh tinggal di Pancoran Mas DepokB (18th) tidak bekerja tinggal di Pancoran Mas Depok
Jalan Cagar Alam Kel Pancoran Mas Kec Pancoran Mas Depok
Ketiga pelaku kedapatan membawa senjata tajam kemudian diamankan di Polsek Pancoran Mas
Sumber: Polresta Depok Agustus 2017
Tabel diatas adalah sebagian kasus-kasus yang diproses oleh Polresta Depok terkait tindak pidana membawa senjata tajam dengan niat saling menyerang atau tawuran dengan kelompok lain. Kasus-kasus tersebut oleh Polresta Depok diindikasikan dilakukan oleh anggota geng motor. Dalam proses penahanan
77FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
tidak disebutkan apakah tindak pidana yang dilakukan oleh anggota geng motor atau tidak tetapi hanya melihat pasal pelanggaran hukum saja, seperti membawa senjata tajam, penganiayaan atau tindak pidana yang tercantum dalam pasal KUHP).
• Kendala dalam pengumpulan data:
Relatif sulit menemukan kelompok yang menamakan diri geng motor di Kota Depok. Sejumlah orang yang diduga merupakan bagian dari geng motor ternyata sulit ditemui. Alamat tidak sesuai, tidak ada nomor rumah. S seorang remaja laki-laki pelajar SMK yang nama dan alamatnya diperoleh dari Polsek Sawangan yang menurut informasi Polisi sempat ditangkap karena terlibat tawuran ketika dicari di alamat yang ditulis oleh yang bersangkutan ternyata tidak mudah untuk menemukannya. Kesulitan pertama, untuk menemukan alamat, wilayah nama jalan, RT/RW dan Kelurahan tertulis diperlukan bertanya sebanyak 5 kali kepada sejumlah orang. Setelah tiba di wilayah yang tertulis, ternyata yang bersangkutan tinggal tidak persis seperti tertera pada alamat yang ditulis oleh yang bersangkutan sendiri. Lima orang yang diduga mengenal yang bersangkutan atau keluarganya ternyata tidak mengenal. Kesulitan yang sama dialami ketika mencari informan lain.
Berdasarkan informasi dari tim peneliti di Bandung, ada cabang geng motor GBR di Kota Depok dengan diberikannya beberapa nama dan nomer HP oleh ketua GBR Bandung. Peneliti sudah berkali-kali menghubungi beberapa nama dan kontak tersebut tetapi tidak menunjukkan hasil dan tidak direspon dengan baik dengan alasan tidak ada waktu atau sedang berada di luar kota. Berdasarkan keterangan dari kontak tersebut, nama-nama yang diberikan ketua GBR Bandung
78 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
sudah berumah tangga dan bekerja di sektor swasta tetapi tidak memperoleh keterangan lebih lanjut mengenai aktivitas GBR Depok.
Kendala lain yang ditemui di lapangan adalah keberadaan kelompok-kelompok yang dikenal kepolisian dan media massa sulit untuk dilacak karena tidak ada data dan informasi berupa nama dan alamat anggota kelompok, anak-anak yang ditangkap Polresta Depok karena membawa senjata tajam tidak sepenuhnya mengaku berasal dari kelompok tertentu atau tidak bersedia memberi tahu nama dan alamat teman-teman mereka karena takut akan akibatnya. Polresta Depok khususnya Tim Jaguar selama ini hanya melakukan patroli dan penangkapan, sedangkan proses selanjutnya di SPKT (Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu). SPKT memilah-milah, apabila masih dibawah umur akan dipanggil orang tua/wali dan kadang dibuat surat pernyataan, sedangkan yang diatas umur 18 tahun akan diproses penahanan. Permasalahan adalah kebanyakan yang tertangkap tim Jaguar adalah anak-anak dibawah umur, karena sudah terlalu banyak, hampir tiap minggu ada yang tertangkap, sehingga tidak ada data akurat sudah berapa banyak anak-anak dibawah umur yang ditangkap beserta identitas lengkap. Tim Jaguar hanya memberikan pembinaan dan arahan sesaat pada waktu orang tua/wali datang menjemput anaknya, belum ada tindakan pembinaan lainnya.
• Upaya yang telah dilakukan
Penanganan terhadap gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat dari segala tindakan kriminal terutama ulah anak-anak berandalan berotor selama ini hanya ditangani oleh pihak kepolisian khususnya Tim Jaguar. Awal pembentukan Tim Jaguar sejak tahun 2012, yang beranggotakan 21 polisi pada awalnya tetapi sekarang tinggal 18 anggota polisi. Menurut Iptu
79FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Iwan, tidak semua anggota polisi mau masuk jadi tm jaguar karena resiko tinggi. Di lapangan pada saat patrol kadang berhadapan dengan anak-anak yang membawa senjata tajam dan melawan aparat.
Pada saat patroli yang dilakukan setiap hari tetapi akan ditambah anggota yang ikut patrol waktu malam minggu atau libur. Indikasi adanya pelanggaran hukum biasanya setiap anak yang naik sepeda motor berboncengan dua dan tiga orang, pasti bawa senjata tajam. Mereka sekedar hobi, ingin menunjukkan bahwa dia paling hebat. Kalau ada anak-anak nongkrong ‘saya serang’. Mereka dari Cilandak, di-vidio-in. 10 motor berboncengan 3 orang. Sekedar dia senang-senang, begitu dapat foto di-up load. Kampus Tercinta 100-an geng motor. Kita di-vidio-in. Kita diginiin, (sambil menunjukkan jari kelingking). Maksudnya menganggab kecil polisi atau sekedar ngeledek polisi. Dalam aksinya, mereka tidak pakai ngomong, langsung sikat. Pelaku, rata-rata anak SMP kelas II atau III. Kalau ketangkap nangis. Foto-foto ada di instagram Jaguar Resta Depok. Ada kelompok yang ketangkap, alasannya pulang ngaji. Kalau ketangkap mereka keluarkan “baju”. Bisa jadi pengaruh negative game di internet ..anak-anak jadi berani berkelahi. Belakangan agak mending, berkurang. Jarang sekarang bawa sajam. Mereka umpetin. Kadang mereka, live di instagram. membawa sajam..nekad.
Mereka lintas wilayah Bogor-Depok-Cibinong. Kadang sampai ke Jakarta Timur. Kelompok remaja 10 sampai 15 orang bikin kelompok, bikin nama. Mereka tidak ada efek jera. Pihak sekolah tidak ada reaksi. Sebaiknya sekolah dan Pemda adakan kegiatan. Anak-anak Panmas menantang kita. Mereka mengatakan: ‘paling kita dipulangin, orangtua dipanggil’. Ada juga di Margonda, namanya Gang Cilaya. Seluruh Kota
80 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Depok meliputi sekitar 10 sampai 20 kelompok. Pernah ada kasus puasa tahun lalu anak SD kls 6 menikam temannya sendiri... gara-gara saling ledek-ledekan. Kita tidak benci anak-anak itu, tapi perbuatannya kita benci. Pihak sekolah sering mengundang kita. Anak-anak yang terlibat kebanyakan dari sekolah swasta, dari sekolah negeri jarang ada. Proses: Jaguar menangkap, serahkan ke SPKT, kemudian ke Serse, bagi pelaku yang masih dibawah umur kemudian dipanggil orang tua buat surat pernyataan lalu dibawa pulang..paling sedikit diceramahin dulu sama kita. Kata Iptu Iwan: “Cuma sayangnya anak-anak itu gak kapok paling ketangkap trus suruh pulang…kita maunya disuruh berdiri dulu seharian dilapangan atau buat kegiatan kedisplinan.
• Aspirasi
• Dinas SosialSecara kelembagaan, Dinas Sosial berpisah dari
Dinas Tenaga Kerja sejak Desember 2016. Januari 2017 mulai berdiri Dinas Sosial Kota Depok jadi belum setahun umurnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabid Rehsos Dinsos Kota Depok menyatakan :
“Kami belum berbuat apa-apa untuk pelaku geng motor”. Dari Kemsos juga belum ada prototype penanganan geng motor. Saya juga awam dengan geng motor. Pelaku rata-rata berusia di bawah 18 tahun, putus sekolah, yang direkrut organisasi. Anak itu pengen diakui keberadaannya. Menganggap geng motor gagah. Pakai seleksi juga itu. Sehari-hari melakukan kriminalitas, mengambil HP. Sasaran mereka pengendara motor lain”.
81FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Saya baca, sudah diamankan. Keresahan masyarakat sudah hilang. Namun sisi lain sebenarnya yang harus dibenahi masalah sosial. Saya harus berbuat, saya datang ke daerahnya. Setelah itu kalau ada model-model geng motor. Saya orang baru, bukan dari sosial, tapi dari rumah sakit. Orangtua kewalahan. Anak orang miskin ada handicap sosial. Kenapa sampai nakal harus direhab. Kita data dulu. Sehari-hari ngapain. Intinya asesmenlah, kita gali. Kenapa? yang pintar menggali adalah pekerja sosial. Diagnosa. Terapi apa? Kami belum lakukan. Kurang kasih sayang. Kemiskinan. Kita kasih pelatihan, misalnya parenting skill. Dalam menangani ini tidak bisa Dinas Sosial sendiri. Perlu pemberdayaan keluarga, sampai sembuh, proses lama. Perlu lintas sektor.
Depok ini memiliki moto “Depok Kota Ketahanan Keluarga”. Program unggulan. Kota layak anak sudah dapat. “LK3 mau diberdayakan”. Kami akan undang pihak-pihak terkait masalah keluarga dan anak. Ada sistem penanganan masalah sosial, termasuk perceraian PNS, anak korban KDRT, geng motor. Ada kasus ibu meninggalkan anak di RT. Itu rencana kami ke depan. Ini karena sudah menjadi Dinas, sudah mengerucut.
Waang, Kepala Seksi Resos pada Dinas Sosial Kota Depok menyatakan :
“Pelaku geng motor tidak hanya orang miskin, menengah atas juga ada. Orangtua sibuk dengan urusan masing-masing. Masuk geng motor tidak mudah, ada seleksi juga, usia mereka sekitar 15 tahun”. Mereka bisa dimasukkan panti sosial. Ada kepuasan. Masalahnya bukan uang. Kami kesulitan panti rujukan. Kami gak punya panti sosial. Kalau
82 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
perempuan sudah ada panti Kemsos (tempat rujukan). Kalau lansia biasanya kami titip di BKSW Kab.Bogor.
Beberapa pernyataan dari para sakti peksos sebagai berikut bahwa selama ini “sakti peksos belum pernah dilibatkan dalam menangani anak-anak geng motor”, pernah dipanggil dari PK Bapas kasus pelaku keterbelakangan mental. Bapas yang menangani pelaku, sedang sakti peksos lebih banyak pendampingan korban pelecehan seksual. Depok hanya memiliki Rumah perlindungan sosial yang ada di kel. Beji. Biasanya orang tua pelaku hanya memikirkan gimana caranya anaknya bisa keluar dari polisi tanpa memikirkan mengapa anaknya berbuat tindak pidana, sedangkan orang tua korban hanya berpikir agar pelau dihukum berat. Selama ini pelaku direhabilitasi di BRSMP milik Pemda Jabar dengan melibatkan TNI untuk disiplin. Depok belum memilki panti sendiri, baik anak maupun lansia. Selama ini bekerjasama dengan2 panti swasta. Sepengetahuan kami sering tawuran antar anak-anak motor di daerah jl. Raya Bogor (Cimanggis Cisalak) dan Citayam.
Berdasarkan informasi diatas, memang belum ada upaya penanganan yang dilakukan oleh Dinas Sosial beserta jajaran dibawahnya seperti sakti peksos, TKSK atau Tagana. Hal ini karena Dinas Sosial tidak mempunyai tugas dan fungsi khusus untuk menangani geng motor, tidak ada “paying hukum” yang menyatakan bahwa permasalahan geng motor masuk dalam PMKS. Namun Dinas Sosial melalui Kabid Rehabilitasi Sosial membutuhkan data dan informasi untuk menangani permasalahan sosial khususnya remaja dan keluarga melalui LK3. Beliau merencanakan mengundang instansi terkait untuk menangani berbagai permasalahan sosial termasuk anak-anak geng motor.
83FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
• Polisi Resort Kota DepokTugas kepolisian khususnya tim jaguar adalah melakukan
penegakan hukum untuk pengamanan wilayah dari berbagai gangguan keamanan di masyarakat. Dalam hal penanganan geng motor yang sering tertangkap kebanyakan usia anak sekolah (masih dibawah umur), selama ini belum terdata lengkap, hanya diserahkan ke SPKT (Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu), dipanggil orang tua dan dipulangkan, belum ada data rekapitulasi secara lengkap. Pendataan tersebut baru akan dilakukan oleh Ketua tim Jaguar karena dirasakan perlu, menurut Iptu Iwan (Waka Tim Jaguar). Tugas tim jaguar hanya mengejar dan menangkap jadi tidak sampai mendata namun kelamaan dirasakan diperlukan untuk pembinaan anak dan remaja agar tidak berulang-ulang anak-anak yang tertangkap.
Penanganan lain yang dirasakan perlu adalah pembinaan terhadap anak-anak dan remaja yang tertangkap terutama yang masih dibawah umur, kalau hanya dipanggil orang tua dan buat surat pernyataan tidak jera dan perbuatan akan terulang lagi. “Perlu ada kegiatan khusus pembinaan kedisiplinan atau apalah yang bisa membuat anak-anak ini kapok”, kata Iptu Iwan.
• Rumah TahananRumah Tahanan Kelas IIB Cilodong Depok saat ini
menampung sejumlah 952 tahanan yang dinilai sudah over kapasitas, menurut Kepala Rutan. Diantara semua tahanan tersebut ada sejumlah tahanan usia anak. Hal ini menjadi masalah karena dicampur dengan tahanan dewasa dan belum ada pekerja sosial. Rutan akan menyediakan ruang khusus untuk konsultasi. Namun sudah 14 tahanan anak yang dipindah ke LP anak di Bandung, karena Depok belum
84 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
memiliki LPKS untuk menampung tahanan anak. Masalah lain timbul karena orang tua ada yang keberatan anaknya dipindah ke Bandung dengan alasan jauh dari Depok. Ada 1 anak (DS) umur 15 tahun, setelah mendapat vonis hakim harus direhabilitasi di panti swasta di Mekarsari karena Depok belum memiliki panti anak. Sesuai amanat SPPA, anak memang tidak seharusnya berada di rutan bersama dengan tahanan dewasa tetapi karena belum ada lembaga yang menampung maka terpaksa ditempatkan di rutan walau di blok dan sel yang terpisah.
• Masyakarat Salah seorang warga berharap “harus dibuat shock therapy
agar mereka mikir lagi dalam melakukan hal yang melanggar hukum, kasih aja sanksi sosial”. Pernyataan lain “jangan hanya didata dan dikasih pengarahan.... besok-besok balik lagi, harusnya buat aja diklat militer sebelum dikembalikan ke orang tua “. Ada juga yang berkomentar soal seringnya anak-anak sekolah tawuran dengan membawa senjata tajam: “harus dicari akar masalahnya, untuk diputuskan mata rantainya agar tidak terus terjadi turun temurun pada juniornya. PR buat sekolah, diknas dan aparat terkait”.
Masyarakat berharap adanya kegiatan bagi anak dan remaja waktu libur sekolah, karena maraknya kasus kriminal geng motor pada saat libur sekolah. Selain itu anak-anak dan remaja juga tidak dibiarkan keluyuran tengah malam sehingga bisa terjadi balapan liar atau tawuran. Pembatasan warung-warung khususnya warnet agar tidak beroperasi lewat tengah malam karena sering dijadikan tempat nongkrong. Tawuran antar sekolah harusnya menjadi perhatian bagi pihak sekolah-sekolah yang sering terlibat, harus ada langkah khusus menangani masalah ini.
85FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
BAB IV ANALISIS DATA
A. Karakteristik Geng Motor
Berdasarkan temuan lapangan di Bandung, Cirebon dan Depok, ada persamaan dan perbedaan karakteristik geng motor. Ciri-ciri umum yang ditemui adalah:
1. Umumnya anggota berasal dari remaja dengan usia remaja usia antara 12 hingga 21 tahun.
2. Rekrutmen anggota baru dilakukan di lingkungan sekolah atau daerah-daerah pemukiman dengan jumlah populasi remaja cukup banyak.
3. Remaja bergabung menjadi anggota geng motor dengan alasan:
a. Aktivitas konvoi bermotor menarik sekaligus menantang untuk digeluti.
b. Ancaman anggota senior yang telah ada sebelumnya di sekolah atau di lingkungan rumah
c. Bentuk pelarian dari sikap frustasi terhadap keadaan lingkungan keluarga yang tidak harmonis, dan
d. Pemenuhan atas kebutuhan terhadap eksistensi diri, mencoba sesuatu yang baru, unik, dan menyenangkan.
1. Menjadikan aksesoris motor sebagai identitas kelompok atau ciri khas geng motor dengan cara memodifikasi motor seperti mempreteli bagian tertentu motor, mengecat atau menempelkan stiker khusus di motornya.
2. Mempunyai seragam tertentu atau pakaian anggota geng motor yang menunjukkan identitasnya, seperti jaket atau kaos khusus dengan model atau warna tertentu dengan disertai logo geng mereka dan atribut lainnya.
86 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Tabe
l 11.
Kar
akte
rist
ik G
eng
Mot
or d
i 3 K
ota,
Pro
vins
i Jaw
a B
arat
No.
Asp
ek/K
ota
Ban
du
ng
Cir
ebon
Dep
ok
1.N
ama
Gen
g/ke
lom
pok
yan
g d
item
uka
n
XT
C, B
rige
z, G
BR
, Moo
nra
ker.
Ad
a LO
(Li
aiso
n O
ffici
al)
yan
g m
enja
di p
engh
ubu
ng
anta
ra P
olis
i dan
Gen
g M
otor
, tu
gasn
ya u
ntu
k d
etek
si d
ini d
an
mem
anta
u.
XT
C, B
rige
z, G
BR
, M
oon
rake
r d
an K
onac
kD
epok
Bog
or O
ffici
al, J
epan
g (J
emb
atan
Mam
pan
g),
Mar
gon
da,
Am
eric
a, Ju
ran
g M
aut,
Bu
jan
g La
pu
k, S
qu
ad,
San
ca d
an k
elom
pok
kec
il la
inn
ya
2.Si
fat o
rgan
isas
iTe
rorg
anis
ir, a
da
pem
imp
in,
sist
em k
ean
ggot
aan
, log
o, ja
rgon
d
an tr
adis
i.
Tero
rgan
isir
, ad
a p
emim
pin
, si
stem
kea
ngg
otaa
n, l
ogo,
ja
rgon
dan
trad
isi.
Tid
ak te
rorg
anis
ir, l
ogo,
jarg
on
dan
trad
isi,
mer
asa
eksi
s d
ari
med
sos
3.P
erki
raan
jum
lah
an
ggot
a*+
5.50
0 or
ang
+ 90
0 or
ang
Tia
p k
elom
pok
bila
ad
a m
inim
al
10-2
0 or
ang
sud
ah m
emb
entu
k ke
lom
pok
.
4.Si
stem
re
kru
tmen
Tia
p a
ngg
ota
mel
aku
kan
re
kru
tmen
dar
i tah
un
ke
tah
un
, m
elal
ui t
eman
/ lin
gku
nga
n.
Pem
ben
tuka
n “
sel”
bar
u m
asin
g-m
asin
g ge
ng
di w
ilaya
h b
aru
, d
ilaku
kan
sec
ara
man
dir
i ole
h
sim
pat
isan
. Tid
ak a
da
gari
s ko
man
do
yan
g ke
tat a
nta
r se
l.
Ber
gabu
ng
lew
at a
jaka
n/
teka
nan
an
ggot
a/te
man
/ p
engu
rus.
Mas
uk
men
jad
i an
ggot
a ge
ng
mer
asa
leb
ih b
eran
i, b
angg
a,
dis
egan
i dan
dih
orm
ati
mas
yara
kat.
Dia
jak
tem
an s
ekol
ah/
lingk
un
gan
/ken
al d
ari m
edia
so
sial
(ak
un
Inst
agra
m
kelo
mp
ok).
Mas
uk
angg
ota
kelo
mp
ok a
gar
ken
al le
bih
b
anya
k te
man
, ter
tari
k d
ari
aksi
yan
g d
iup
load
ke
med
sos,
ke
lihat
an k
eren
.
5.A
tura
n d
alam
ge
ng/
kel
omp
okSa
ling
seti
a ka
wan
dan
sal
ing
tolo
ng
men
olon
g an
tar
angg
ota
Waj
ib ja
ga n
ama
bai
k ge
ng
dan
pat
uh
sam
a p
angl
ima,
ad
a sa
nks
i jik
a m
elan
ggar
Men
jaga
keb
ersa
maa
n k
elom
pok
d
an “
ber
ani b
erbu
at d
enga
n
mem
baw
a se
nja
ta ta
jam
”
87FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
6.K
egia
tan
N
ongk
ron
g d
ilan
jutk
an d
enga
n
kon
voi,
kelil
ing
kota
. Beb
erap
a “s
el”
bar
u s
ud
ah m
elak
uka
n
kegi
atan
roh
ani d
an b
akti
sos
ial.
Sud
ah a
da
kerj
asam
a d
enga
n
pes
antr
en d
an n
ama
rad
io (
Kit
a FM
) m
enje
lan
g L
ebar
an, d
an
Idu
l Ad
ha.
Ap
abila
terj
adi t
ind
ak
keke
rasa
n o
leh
seg
elin
tir
angg
ota
buka
n d
ikom
and
oi o
leh
gen
g.
Diin
dik
asik
an b
ahw
a or
ang/
kelo
mp
ok y
ang
mel
aku
kan
ti
nd
ak k
rim
inal
mem
baw
a at
ribu
t ke
lom
pok
bes
ar.
Non
gkro
ng d
ilanj
utka
n ko
nvoi
ke
lilin
g ko
ta s
esua
i sel
era
pim
pina
n, d
alam
kon
voi
oran
gnya
ban
yak,
jala
n as
al-a
sala
n, b
awa
senj
ata
lagi
., ad
a ju
ga k
egia
tan
bakt
i so
sial
. Per
ilaku
ang
gota
gen
g da
lam
kon
voi y
ang
men
guas
ai
jala
n ra
ya m
enar
ik p
erha
tian
mas
yara
kat.
Kad
ang
teri
ak-
teri
ak a
tau
mem
bent
ak k
etik
a be
rhad
apan
den
gan
oran
g la
in y
ang
men
ggan
ggu
atau
m
engh
alan
gi la
lu li
ntas
yan
g di
lalu
i sel
ama
di p
erja
lana
n.
Non
gkro
ng d
ilanj
utka
n ko
nvoi
at
au m
enye
rang
kel
ompo
k la
in y
ang
dite
mui
di j
alan
an,
men
yera
ng o
rang
di j
alan
an
yang
dir
asak
an m
engh
alan
gi
atau
seb
agai
sya
rat “
kebe
rani
an”
men
jadi
ang
gota
kel
ompo
k de
ngan
m
emba
wa
senj
ata
taja
m. T
awur
an
anta
r kel
ompo
k se
ring
terj
adi b
ila
berp
apas
an d
i jal
anan
ata
u ba
hkan
ja
njia
n un
tuk
salin
g se
rang
mel
alui
ak
un m
edso
s m
asin
g-m
asin
g. A
da
juga
keg
iata
n “m
alak
” ke
ana
k se
kola
h la
in.
7.L
okas
i ku
mp
ul
Tem
pat
-tem
pat
yan
g d
ipili
h
un
tuk
kum
pu
l bia
san
ya:
Mas
ing-
mas
ing
gen
g p
un
ya
mar
kas
Pu
nya
sp
ot/t
itik
un
tuk
kum
pu
l se
per
ti d
i jal
anan
, war
un
g,
tam
an.
Tem
pat d
ipili
h be
rdas
arka
n sa
lah
satu
lebi
h pe
rtim
bang
an
beri
kut :
Tida
k m
enja
di te
mpa
t no
ngkr
ong
geng
lain
.A
da w
arun
g ya
ng b
isa
men
erim
a ke
hadi
ran
geng
. B
iasa
nya
tem
pat d
ipili
h ya
ng
agak
gel
apM
asya
raka
t sep
utar
din
ilai
perm
isif
atau
taku
t sam
a ge
ng
Tem
pat
-tem
pat
non
gkro
ng
bia
san
ya d
ipili
h:
Lap
anga
n a
tau
tem
pat
-tem
pat
ya
ng
tid
ak a
da
pem
ilikn
ya
Ad
a w
aru
ng/
war
net
yan
g b
isa
men
erim
a m
enja
di t
emp
at
kum
pu
l.
8.K
eber
lan
juta
nT
ran
sfor
mas
i men
jad
i OK
P/
Org
anis
asi m
assa
--
88 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Keterangan *:
Estimasi jumlah anggota geng/kelompok motor dari Kepolisian (tidak ada angka pasti jumlah anggota, tetapi diperkirakan masing-masing geng mencakup ratusan sampai ribuan orang. “Anggota” masing-masing geng dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu; usia remaja (belasan tahun, masih bersekolah atau putus sekolah) dan usia dewasa muda.
Selanjutnya berdasarkan data pada tabel di atas, dapat dirumuskan tipe geng motor berdasarkan aspek organisasi, anggota, kegiatan, aktivitas di media sosial, spot/titik kumpul dan atribut yang biasa digunakan, yaitu:
1. Geng motor terorganisir “formal”
Geng motor ini berjumlah 4 yang berada di Kota Bandung yaitu GBR, XTC, Brigez dan Moonraker. Keempat geng ini telah lama terbentuk (sejak tahun 70an), tercatat di kepolisian dan ada penghubungnya yaitu LO (Liasion Officer), mempunyai pengurus anak cabang di tingkat kecamatan, masih menjaga tradisi dan kebiasaan yang dipegang oleh pimpinan geng seperti pendiri-pendirinya. Keempat geng ini juga mempunyai cabang di kota-kota besar lain namun tidak secara formal mengikuti aturan yang geng motor “induk”. Pembentukan di kota-kota lain hanya “pemberitahuan”. Kegiatan dan keanggotaan bebas ditentukan oleh geng yang dibentuk diluar kota Bandung.
2. Geng motor yang sudah bertransformasi
Tranformasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti perubahan rupa (bentuk, sifat dan fungsi). Transformasi dalam hal geng motor ini dimaksudkan bahwa organisasi dan kegiatan yang sebelumnya hanya nongkrong dan kumpul-kumpul sudah mengarah ke kegiatan positif untuk menghilangkan citra negatif geng motor. Pengurus geng motor ini telah mendeklarasikan diri sebagai Organisasi Massa atau Organisasi Karya Pemuda (OKP) yang lebih kearah politik dengan mendukung partai
89FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
politik tertentu. Pada kegiatan-kegiatan partai turut serta meramaikan dan mengamankan kegiatan partai. Walaupun mempunyai nama geng yang sama dengan keempat geng besar yang ada di Kota Bandung (GBR, XTC, Brigez dan Moonraker), masing-masing saling mengenal namun tidak berhubungan langsung secara organisasi.
3. Geng motor berandalan/simpatisan
Geng motor yang disebut “berandalan” oleh kepolisian ini adalah kumpulan remaja yang menggunakan motor yang membentuk kelompok dengan identitas tertentu. Kegiatan mereka biasanya nongkrong dan kumpul, kadang disertai minuman keras dan narkoba, konvoi keliling kota dikomandoi pimpinan atau panglimanya.
Kelompok ini kadang membawa senjata tajam untuk menyerang kelompok lain atau orang-orang yang dianggap mengganggu/menghalangi konvoi dengan teriak-teriak/membentak.
Kelompok ini juga aktif di media sosial supaya kelihatan “eksis” dan kadang janjian untuk saling serang dengan kelompong lain.
90 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Tabe
l 12.
Tip
e G
eng
Mot
or d
i 3 K
ota,
Pro
vins
i Jaw
a B
arat
No
Asp
ek/T
ipe
Gen
g te
roga
nis
ir “
form
al”
Gen
g su
dah
“b
ertr
ansf
orm
asi”
Gen
g b
eran
dal
an/s
imp
atis
an
1.St
atu
s O
rgan
isas
i (p
emb
entu
kan
, at
ura
n/
per
jan
jian
ti
dak
tert
ulis
, b
asec
amp
/m
arka
s)
Mem
pu
nya
i pim
pin
an a
tau
se
seor
ang
yan
g m
enja
di
pan
uta
n. S
ud
ah te
rcat
at
dat
a n
ama
orga
nis
asi d
an
angg
otan
ya d
i Kep
olis
ian
.
Ad
a or
gan
isas
i/ p
engu
rus,
an
ak c
aban
g, p
erja
njia
n/
atu
ran
, bas
ecam
p/
mas
kas
teta
p a
tau
mob
ile.
Mem
pu
nya
i Vis
i dan
mis
i d
an s
loga
n. A
da
LO s
ebag
ai
pen
ghu
bun
g u
ntu
k 4
gen
g b
esar
.
Ad
a or
gan
isas
i/p
engu
rus,
p
erja
njia
n/a
tura
n, m
arka
s d
an m
arka
s te
tap
/mob
ile.
Leb
ih m
emili
h, m
enga
jak,
dan
m
emb
erik
an c
onto
h k
epad
a an
ggot
a ge
ng
yan
g m
asih
u
sia
rem
aja
un
tuk
mel
aku
kan
ke
giat
an y
ang
pos
itif.
Su
dah
m
enga
rah
ke
orga
nis
asi
sosi
al (
Orm
as),
cen
der
un
g m
otif
eko
nom
i, d
itu
ngg
angi
ke
nd
araa
n p
olit
ik. A
da
LO s
ebag
ai
pen
ghu
bun
g u
ntu
k 4
gen
g b
esar
.
Terb
entu
knya
gen
g m
otor
um
um
nya
b
erm
ula
dar
i aca
ra n
ongk
ron
g d
an
kum
pu
l-ku
mp
ul s
esam
a p
ecin
ta
mot
or (
Gen
g lo
kal a
tau
gen
g ya
ng
bar
u te
rben
tuk
dad
akan
), k
emu
dia
n
mem
un
culk
an id
e u
ntu
k m
emb
entu
k su
atu
kel
omp
ok d
enga
n id
enti
tas
tert
entu
. Kem
ud
ian
mer
eka
men
arik
ka
wan
-kaw
ann
ya u
ntu
k b
erga
bun
g d
enga
n s
uka
rela
, ata
u b
ahka
n d
enga
n
anca
man
.
2.A
ngg
ota
(usi
a,p
end
dk,
st
atu
s p
erka
win
an,
JK,je
nja
ng
“kar
ier”
)
Usi
a an
ggot
a m
ula
i 20-
30
tah
un
, pen
did
ikan
min
imal
SM
A, s
tatu
s m
enik
ah, j
enis
ke
lam
in la
ki-l
aki,
ada
jen
jan
g ka
rier
den
gan
m
edia
dan
mek
anis
me
tert
entu
yan
g su
dah
d
isep
akat
i.
Usi
a an
ggot
a d
iata
s 25
tah
un
ya
ng
du
lu p
ern
ah b
erga
bun
g m
enja
di a
ngg
ota
gen
g, je
nis
ke
lam
in la
ki-l
aki ,
sta
tus
men
ikah
, je
nja
ng
kari
er d
enga
n m
edia
dan
m
ekan
ism
e te
rten
tu y
ang
sud
ah
dis
epak
ti.
Usi
a 12
-25,
sta
tus
pel
ajar
/ m
ahas
isw
a /p
utu
s se
kola
h, j
enis
kel
amin
laki
-la
ki d
an p
erem
pu
an, p
enca
rian
jati
d
iri,
nam
bah
tem
an, p
elam
pia
san
, p
enca
rian
per
hat
ian
(ru
ang
koso
ng)
, je
nja
ng
kari
er d
enga
n “
keb
eran
ian
” b
erak
si
91FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
3.K
egia
tan
: (n
ongk
ron
g,
kon
voi,
bak
ti
sosi
al, b
uat
se
nja
ta ta
jam
, m
enye
ran
g ge
ng
lain
/mas
yara
kat)
Keg
iata
n n
ongk
ron
g/
kum
pu
l bai
k d
i mar
kas
atau
te
mp
at te
rten
tu, k
onvo
i ,
kegi
atan
kea
gam
aan
, bak
ti
sosi
al, k
epem
ud
aan
dan
ol
ah r
aga.
Par
a se
nio
r su
dah
m
emili
ki p
eker
jaan
yan
g la
yak,
ber
pro
fesi
seb
agai
ke
pal
a p
olis
i, p
enga
cara
, d
an p
engu
sah
a.
Keg
iata
n n
ongk
ron
g/ k
um
pu
l bai
k d
i mar
kas
atau
tem
pat
tert
entu
, ko
nvo
i , k
egia
tan
kea
gam
aan
, b
akti
sos
ial,
kep
emu
daa
n d
an
olah
rag
a. G
eng
yan
g su
dah
m
enja
di O
rmas
/OK
P p
un
ya
kegi
atan
mer
amai
kan
ata
u
men
jaga
kea
man
an p
ada
acar
a p
arta
i. P
un
ya b
uti
k m
enju
al
akse
sori
dan
atr
ibu
t gen
g m
otor
.
Ket
ika
jum
lah
an
ggot
a b
erta
mb
ah
ban
yak,
mer
eka
mu
lai m
elak
uka
n
kon
voi.
Nge
trac
k, k
ebu
t-ke
buta
n, d
an
taw
ura
n. A
ktiv
itas
bia
san
ya m
alam
h
ari,
dim
ula
i den
gan
ber
kum
pu
l di
sud
ut-
sud
ut k
ota
yan
g ge
lap
tak
jara
ng
dis
erta
i min
um
an k
eras
dan
nar
kob
a.
Sete
lah
lew
at te
nga
h m
alam
mer
eka
mu
lai k
onvo
i, d
enga
n s
uar
a ri
but d
an
tid
ak m
emak
ai la
mp
u, m
emb
awa
ben
der
a ge
ng
bah
kan
sen
jata
taja
m.
Tuju
an u
ntu
k sw
eep
ing
gen
g m
otor
la
in, j
ika
tid
ak m
enem
uka
n y
ang
dic
ari,
seri
ngk
ali m
emb
abi b
uta
d
enga
n m
enga
nia
ya s
iap
a sa
ja
yan
g m
erek
a te
mu
i di j
alan
, ata
u
mel
aku
kan
pen
gru
saka
n.
4.A
ktiv
itas
di
med
ia s
osia
lP
un
ya w
eb/a
kun
ber
isi
kegi
atan
aga
r d
iken
al
mas
yara
kat,
jati
dir
i an
ggot
a d
an m
enja
rin
g an
ggot
a b
aru
yan
g te
rtar
ik.
Pu
nya
web
/aku
n b
eris
i keg
iata
n
agar
dik
enal
mas
yara
kat,
jati
dir
i an
ggot
a d
an m
enja
rin
g an
ggot
a b
aru
yan
g te
rtar
ik.
Pu
nya
aku
n In
stag
ram
ber
isi
kegi
atan
non
gkro
ng
atau
taw
ura
n,
men
un
jukk
an ja
ti d
iri g
eng
dan
m
enja
rin
g an
ggot
a b
aru
yan
g te
rtar
ik.
5.Sp
ot/t
itik
ku
mp
ul/
loka
si
non
gkro
ng
Tem
pat
ku
mp
ul d
i mar
kas
atau
tem
pat
mak
an/k
afe,
ja
lan
an a
tau
tam
an.
Tem
pat
ku
mp
ul d
i mar
kas
atau
te
mp
at m
akan
/kaf
e, ja
lan
an a
tau
ta
man
.
Tem
pat
ku
mp
ul d
i war
un
g/ w
arn
et,
lap
anga
n a
tau
tem
pat
kos
ong.
6.A
trib
ut (
iden
tita
s ke
lom
pok
) =
stik
er, e
mb
lem
, ja
rgon
, kao
s,
jake
t
Pu
nya
iden
tita
s ge
ng
ber
up
a lo
go, e
mle
m,
ben
der
a, s
tike
r, ja
rgon
, ka
os d
an ja
ket.
Pu
nya
iden
tita
s ge
ng
ber
up
a lo
go, e
mb
lem
, ben
der
a, s
tike
r, ja
rgon
, kao
s d
an ja
ket.
Pu
nya
iden
tita
s ge
ng
ber
up
a lo
go/
lam
ban
g, k
aos,
ben
der
a.
92 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Ketiga tipe geng motor diatas dijabarkan dari masing-masing aspek ke dalam tiap nama geng motor yang ditemukan di 3 kota yaitu Bandung, Cirebon dan Depok. Pada tabel dibawah ini terlihat mulai dari pembentukan suatu geng motor, kepengurusan dan organisasi, keanggotakan (usia, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan), kegiatan, aktivitas di media sosial dan atribut yang mereka gunakan. Pada tabel dibawah ini terlihat bahwa geng motor yang anggotanya berusia diatas 20 tahun dan sudah menikah, geng motornya juga sudah beralih menjadi organisasi massa tidak lagi menjadi berandalan bermotor tetapi ada indikasi simpatisan yang melakukan penyerangan dan melakukan tindak kriminal di jalan.
93FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Tabe
l 13.
Asp
ek d
an T
ipe
Gen
g M
otor
ASPE
KTI
PE /
NAMA
GENG
MOT
OR “F
ORMA
L”GE
NG M
OTOR
“B
ERTR
ANSF
ORMA
SI”
GENG
MOT
OR B
ERAN
DALA
N/SI
MPAT
ISAN
GBR
XTC
Brige
zMo
on-
rake
rGB
RXT
CBr
igez
Moon
-ra
ker
Kona
ckDe
pok
Bogo
r Of
ficial
Mar-
gond
a Je
pang
Jura
ng
Maut
Ame-
rica
Bujan
g La
puk
Sanc
aSq
uad
STAT
US
ORGA
NISA
SI
Bera
wal d
ari k
umpu
l dan
no
ngkro
ng: p
ecint
a moto
rV
VV
VV
VV
VV
VV
VV
VV
VV
Menc
ari b
anya
k tem
anV
VV
VV
VV
VV
VV
VV
VV
VV
Memp
unya
i pim
pinan
/pang
lima
peng
urus
anak
caba
ngV
VV
VV
VV
VV
VV
VV
VV
VV
Memp
unya
i Pen
guru
s Ana
k Ca
bang
(PAC
) V
VV
V-
--
--
--
--
--
--
Ada a
turan
/perja
njian
tidak
ter
tulis
VV
VV
VV
VV
VV
VV
VV
VV
V
Memp
unya
i mar
kas/
base
camp
VV
VV
VV
VV
--
--
--
--
-Su
dah m
enjad
i org
anisa
si ma
ssa/O
KPV
VV
V-
--
--
--
--
--
--
ANGG
OTA
Angg
ota: la
ki-lak
i dan
pe
remp
uan
VV
VV
VV
VV
VV
VV
VV
VV
V
Usia
angg
ota 12
-20 t
ahun
--
--
VV
VV
VV
VV
VV
VV
VUs
ia an
ggota
20-3
0 tah
unV
VV
V-
--
--
--
--
--
--
Pend
idika
n: mi
nimal
SMA
VV
VV
--
--
--
--
--
--
-Pe
ndidi
kan:
SMP,
SMA
dan
putus
seko
lah-
--
-V
VV
VV
VV
VV
VV
VV
Statu
s per
kawi
nan:
menik
ahV
VV
V-
--
--
--
--
--
--
Statu
s per
kawi
nan:
belum
men
ikah
--
--
VV
VV
VV
VV
VV
VV
V
Ada j
enjan
g “ka
rier”
VV
VV
--
--
--
--
--
--
-
94 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
KEGI
ATAN
Kegia
tan: n
ongk
rong
dan
kump
ul di
spot
terten
tuV
VV
VV
VV
VV
VV
VV
VV
VV
Bakti
sosia
l dan
kegia
tan
keag
amaa
nV
VV
VV
VV
VV
--
--
--
--
Meny
eran
g gen
g lain
atau
ma
syar
akat
sekit
ar-
--
-V
VV
VV
VV
VV
VV
VV
Memi
liki s
enjat
a taja
m-
--
-V
VV
VV
VV
VV
VV
VV
Nong
krong
kada
ng di
serta
i mi
ras d
an na
rkoba
--
--
VV
VV
VV
VV
VV
VV
V
MEDI
A SO
SIAL
Memp
unya
i aku
n di m
edia
sosia
l (web
, Insta
gram
)V
VV
VV
VV
VV
VV
VV
VV
VV
SPOT
KU
MPUL
Memp
unya
i spo
t temp
at no
ngkro
ng/ k
umpu
lV
VV
VV
VV
VV
VV
VV
VV
VV
ATRI
BUT
Memp
unya
i atrib
ut (st
iker, k
aos,
bend
era,
emble
m, ja
ket, j
argo
n)V
VV
VV
VV
VV
VV
VV
VV
VV
95FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
B. Faktor Penyebab Perilaku Agresif Geng Motor
Banyak hal menjadi penyebab seseorang masuk menjadi anggota geng motor. Hal tersebut bisa dipandang dari segi psikologis,sosiologis,maupun hukum. Sumber penyebab bisa berasal dari lingkungan keluarga yang kurang harmonis dan kurang memberikan kenyamanan bagi seorang remaja yang membutuhkan kasih sayang, dorongan moril dan kebutuhan akan eksistensinya sebagai bagian dari keluarga. Kemudian lingkungan sosial lainnya seperti lingkungan pergaulan dan sekolah yang kurang terfilterisasi dari pengaruh-pengaruh buruk terhadap remaja tersebut. Terlebih lagi pengaruh media elektronik dan massa yang pada saat ini tidak sedikit mempertontonkan perilaku dan gaya hidup remaja yang negatif seperti kekerasan, pergaulan bebas, miuman keras dan narkoba (seperti yang dilakukan salah satu geng motor di Cirebon).
1. Aspek Psikologis
Terbentuknya geng motor ini dimulai dari perkumpulan atau kelompok antar remaja. Sebenarnya aktivitas berkumpul dan berkelompok merupakan hal yang lumrah. Masalahnya adalah, apabila kegiatan ketika berkumpulnya itu mengarah kepada hal yang negatif serta merugikan diri sendiri bagi masa depannya.Kegiatan nongkrong-nongkrong yang biasanya malam hari hingga menjelang subuh akhirnya berujung tawuran, balapan liar atau kebut-kebutan di jalan sampai mengganggu siapapun yang menghalangi jalan mereka.
Anggota geng motor yang kebanyakan adalah remaja usia 12-21 tahun dimana kadang disebut “usia berontak”, sedang masa pertumbuhan. Salah satunya muncul kebutuhan : menyatakan eksistensi diri sebagai jagoan, anggota kelompok yang disegani, ditakuti, sangat tergantung pada persepsi diri
96 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
remaja itu sendiri.Remaja adalah suatu tingkatan umur, dimana seorang anak tidak lagi bersikap seperti anak-anak, tetapi belum dapat juga dipandang sebagai orang dewasa. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka daripada pikiran realistis mereka.Emosi remaja masih labil. Mereka dapat mudah tersinggung hanya karena dipelototi, contohnya seperti “bersamaan dengan perjalanan konvoi, biasanya geng motor akan marah besar kalo ada yang mengganggu perjalanan atau dinilai mengganggu”.
Kenakalan remaja adalah tindakan melanggar peraturan atau hukum yang dilakukan oleh anak yang berada pada masa remaja. Perilaku yang ditampilkan bermacam-macam, mulai dari kenakalan ringan seperti membolos sekolah, melanggar peraturan-peraturan sekolah, melanggar jam malam yang ditetapkan orangtua, hingga kenakalan berat seperti vandalisme, perkelahian antar geng, penggunaan obat-obat terlarang, dan minuman keras. Tindakan kenakalan remaja yang tidak terkontrol akan menjerumuskan seorang remaja pada perilaku kejahatan remaja (juvenile deliquency). Seperti yang diungkapkan wakapolres Depok yang tidak setuju menyebut remaja ini “geng motor” tetapi lebih ke kenakalan remaja, karena mereka “bukan organized crime” seperti geng-geng motor di Amerika.
Sekelompok remaja yang bergabung dalam geng motor tersebut tengah mencari identitas diri, mencari banyak teman untuk berbagi (curhat). “Sebagai satu kelompok, sesama anggota merasa adanya ikatan yang kuat, anggota menunjukkan loyalitas dan kesetiakawanan yang kuat”, seperti diungkap salah satu informan.Dalam proses tersebut, mereka cenderung mengikuti kelompok yang dianggap mereka sebagai kelompok yang ideal.Keterlibatan dalam kegiatan kelompok
97FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
bermotor, lebih beraroma pada keinginan mencari identitas atau mencari jati diri.Pengakuan informan bahwa mulai masuk menjadi anggota kelompok ini adalah pada usia belasan tahun, baik anak yang masih bersekolah maupun tidak.
Alasan remaja masuk menjadi anggota atas kesadaran sendiri, tertarik karena keliatan “khas cowok”, diajak teman, jenuh dengan kegiatan rutin sekolah dan rumah, seperti diungkap salah seorang informan: “Orang tua sibuk, nggak ada teman curhat”. Ada kepuasan sendiri karena punya banyak teman, ungkapan lain: “di dalam geng motor, merasa nyaman karena bisa bebas dari cengkraman aturan orang tua, dan bertemu dengan teman sebaya sama-sama melampiaskan isi hati”. Ketemu teman baru dan kumpul-kumpul menjadi pelampiasan kepenatan rutinitas sekolah dan kuliah seperti diungkap M di Depok: “kuliah udah dari senin sampai jum’at, sabtu minggu cari hiburanlah”. Latar belakang keluarga beragam dari yang buruh sampai anak pejabat atau bahkan anak polisi tetapi orang tua tidak mengetahui mereka masuk dalam geng.
Sifat terlalu terbuka yang serba membolehkan dan mengizinkan menjadi penanda sikap permisif (pola asuh yang menekankan ekspresi diri dan pengaturan diri sendiri). Sikap permisif ini menjadi celah bagi anak muda untuk berbuat kejahatan, karena mereka merasa tidak ada yang akan menegur atau mencegah. Hal ini bisa dilihat dari bebasnya anak-anak muda berada di luar rumah, berkendara kendati belum berusia layak mendapat Surat Izin Mengemudi (SIM) hingga larut malam bahkan dini hari.Kasus M di Depok, main di warnet sampai jam 3 pagi dan akhirnya ketangkap polisi karena di warnet ketemu beberapa senjata tajam, orang tuanya malah berkata: “gak apa-apa yang penting masih bisa dihubungi dan tau ada dimana”.
98 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Berdasarkan beberapa temuan di atas, maka penyebab timbulnya perilaku agresi pada kondisi internal remaja yang masuk dalam anggota geng yaitu remaja mempunyai kepribadian yang kurang matang dan mempunyai kontrol diri yang rendah, mudah tersinggung sehingga mudah terpengaruh oleh perilaku orang-orang di sekitarnya (ikut-ikutan). Kondisi eksternal meliputi frustasi dan kebosanan dengan rutinitas sehingga mencari hiburan dengan berkelompok dan berteman, nongkrong, konvoi ramai-ramai menjadi hiburan menarik dan menjadi “pemberani” karena di jalan orang-orang sekitar takut mendekat, kegiatan yang “khas cowok”, model yang dilihat “hebat” yaitu panglima geng motor.
Persoalan krusialnya adalah kenapa geng motor sering melakukan kekerasan atau agresi?. Walau tidak dapat dipastikan, data lapangan menunjukkan bahwa perilaku agresi yang dilakukan oleh anggota geng motor terkait dengan beberapa hal yang melatar belakanginya. Hal ini sejalan dengan model umum afektif agresi (General Affective Aggression Model atau GAMM) sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab II. Menurut teori ini, agresi dipicu oleh banyak variabel input. Variabel input yang ditemukan di lokasi penelitian adalah meliputi rasa frustasi, pemaparan terhadap tingkah laku agresif orang lain (model agresif), munculnya tanda-tanda yang berhubungan frustrasi dengan agresi (misalnya senapan atau senjata lainnya) dan situasi social yang menyebabkan individu mengalami ketidaknyamanan. Variabel lainnya adalah sikap individual yang mendorong individu untuk melakukan agresi (mudah marah), belief anggoata geng motor bahwa membela kehormatan dan nama baik geng merupakan kebanggaaan tersendiri.
Rasa frustrasi terjadi atas kondisi keluarga yang dipersepsikan tidak mampu memenuhi kebutuhan anak hingga
99FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
mencari dan menemukan pemenuhannya dalam geng motor. Pemaparan atas tingkah laku agresi terjadi dengan seringnya melihat perilaku sesama anggota geng motor melakukan agresi hingga hal itu dianggap hal yang biasa bagi mereka. Sedangkan situasi yang tidak nyaman terjadi ketika anggota geng motor merasa diganggu pihak lain ketika konvoi.
Lebih lanjut, semua variabel input ini saling berinteraksi mempengaruhi sikap dan perilaku individu anggota geng motor. Mengacu pada teori GAAM, interaksi ini berjalan melalui 3 proses dasar, yaitu: keterangsangan, keadaan afektif, dan kognisi agresi. Berdasarkan pengamatan lapangan, keterangsangan terjadi dalam konteks konformitas, yaitu perilaku menyesuaikan diri sehubungan dengan adanya tekanan sosial, baik yang nyata maupun tidak nyata. Tekanan psikologis kelompok geng motor membuat individu menjadi berani mengambil inisiatif bertindak melawan orang lain yang dipersepsikan sebagai pihak merintangi kegiatan geng. Dalam konteks ini anggota lain menjadi conform (seakan-akan otomatis) mengikuti inisiator untuk bertindak agresif.
Keadaan afektif, terutama dikaitkan dengan afek negatif anggota geng di satu sisi, berhadapan dengan pihak yang dinilai sebagai lawan di sisi lain, yang kemudian menimbulkan keterangsangan (arousal) mengingat dalam kognisinya sudah tersimpan pengetahuan untuk bertindak agresif berdasarkan pemaparan yang diperoleh sebelumnya.
2. Aspek Sosiologis
a. Tersedianya sarana yaitu sepeda motor. Geng motor tidak akan ada atau tidak akan muncul apabila tidak tersedia sarana utama mereka yaitu sepeda motor. Faktanya, kini demikian mudah memperoleh sepeda motor. Sepeda motor
100 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
nyaris dapat dimiliki oleh setiap orang atau keluarga yang menginginkannya. Jumlah sepeda motor di masyarakat cukup tinggi. Mengamati penggunaan sepeda motor dalam kehidupan masyarakat tampak bahwa sepeda motor sangat efektif dan efesien sebagai sarana mobilitas warga. Orang dapat berpergian secara mandiri dengan murah dan cepat dengan mengendarai sepeda motor. Dengan bahan bakar 1 liter seharga Rp.7.000 sepeda motor dapat menempuh jarak sekitar 12 sampai 15 km, dalam waktu relatif cepat, tanpa tergantung pihak lain. Oleh sebab itu, tanpa perduli peraturan yang berlaku, banyak keluarga menyediakan sepeda motor bagi anaknya untuk berbagai keperluan, termasuk untuk pergi/pulang ke sekolah. Kemudahan memperoleh sepeda motor dan kemudahan menggunakan sepeda motor kiranya telah ikut berkontribusi pada munculnya geng motor. Diduga sifat sepeda motor yang mudah dikendarai, sendiri, berdua atau bahkan bertiga, dapat dipacu dengan kecepatan tinggi kiranya telah ikut merangsang para remaja untuk melakukan tindakan kenakalan. Mencermati praktek geng motor, bergerombolan berpergian atau melakukan kebut-kebutan misalnya dapat memuaskan rasa senang tanpa rasa takut. Dengan menggunakan sepeda motor para remaja dalam waktu sekejab dapat menghilang dari suatu lokasi ke lokasi lain.
b. Kondisi sosial di wilayah perkotaan yang pada satu sisi semakin padat dan pada sisi lain cenderung semakin individualistik kiranya juga turut berkontribusi dalam memunculkan fenomena geng motor. Kepadatan penduduk diperkotaan antara lain berimplikasi pada tingkat kompetisi yang semakin ketat dalam memperoleh sumber daya dan akses yang terbatas. Hubungan sosial antar warga cenderung semakin longgar. Masyarakat cenderung bergeser dari gemainshaf (guyup) kearah gemainschaf. Dalam situasi demikian remaja sebagai orang
101FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
yang tengah mencari jati diri, yang memiliki kebutuhan menyatakan eksistensi dirinya berupaya memenuhi kebutuhannya sesuai aspirasi dan peluang yang tersedia.Dalam hal ini, sebagian remaja menemukan kepuasannya dalam kelompok yang melakukan kegiatan dengan ciri khas menggunakan sepeda motor.
3. Aspek Yuridis
Anggota geng motor sudah terbiasa untuk melanggar hukum. Kalau soal membuka jalan dan memukul spion mobil orang itu biasa dan sering dilakukan pada saat konvoi.Setiap geng memang tidak membenarkan tindakan itu, tapi ada tradisi yang tidak tertulis dan dipahami secara kolektif bahwa tindakan itu adalah bagian dari kehidupan jalanan.Apalagi yang melakukannya anggota yang masih berusia belasan tahun.Mereka mewajarkannya sebagai salah satu upaya mencari jati diri dengan melanggar kaidah hukum.Sekarang geng-geng motor sudah berada dalam taraf berbahaya, tak segan mereka tawuran dengan membawa senjata tajam dan tanpa merasa berdosa para anggota geng tersebut melukai atau bahkan membunuh (kasus di Cirebon dan Depok).
Kasus di Bandung, brandal geng motor sering ribut tapi tidak melaporkan ke polisi hanya melakukan perkelahian kelompok antar geng menganiaya merampas kendaraannya. Korban juga tidak melaporkan sekarang mengarah tindak pidana begal penjambretan.Ada juga klub motor kelompok yang sering nongkrong di spot tertentu, ada juga simpatisan yang tidak mempunyai kendaraan ikut gabung seperti anak punk pengamen jalanan preman-preman yang masuk ke salah satu geng kemudian direkrut oleh kelompok geng yang berani untuk melakukan tindak kejahatan, karena geng tersebut sudah menjadi organisasi (ada susunan organisasi)
102 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
masyarakat jadi yang melakukan itu adalah berandal geng motor di luar anggota geng motor yang merupakan simpatisan dalam melakukan tindak kriminalnya.
Tindak kriminal anggota geng motor yang kebanyakan adalah usia anak 12-18 tahun dimana dalam UU SPPA disebutkan bahwa tindak pidana yang melibatkan anak dibedakan menjadi pelaku, korban atau saksi (pasal 1). Seorang pelaku tindak pidana anak dapat dikenakan dua jenis sanksi, yaitu tindakan, bagi pelaku yang berumur di bawah 14 tahun dan pidana, bagi pelaku yang berumur 15 tahun ke atas. Tindak pidana yang biasa dilakukan anggota geng motor mulai kebut-kebutan di jalan, konvoi tidak memakai helm, berboncengan motor lebih dari 3 orang, tidak mematuhi aturan lalu lintas, sampai dengan membawa senjata tajam, melukai orang lain dan yang paling berat adalah pembunuhan.Untuk kasus-kasus pelanggaran hukum tetap diproses sesuai aturan sampai dengan vonis pengadilan, terlihat dari data status tahanan dan narapidana di Cirebon dan Depok).
Persoalan muncul karena pelaku tindak pidana kebanyakan membawa senjata tajam dilakukan oleh anak-anak usia 12-15 tahun (pelajar SMP dan SMA) seperti kebanyakan kasus yang ditemui di Depok. Tindakan kepolisian setelah pengejaran dan penangkapan adalah memanggil orang tua dan membuat surat pernyataan. Lama-kelamaan kejadian berulang, tidak ada efek jera lagi, seperti kata-kata mereka “paling kita dipulangin, orangtua dipanggil”. Saking banyaknya kasus ini (tiap minggu tertangkap 10-15 anak membawa senjata tajam), tim jaguar Depok mulai akan mendata secara detil anak-anak dan berharap akan ada penanganan lebih lanjut.
103FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Kasus tindak kriminal anak yang diproses sejak penahanan sampai dititipkan di rutan menjadi permasalahan juga karena di Cirebon dan Depok belum ada LPKS (Lembaga Penyelenggara Kesejahteraan Sosial) dan LPAS (Lembaga Penitipan Anak Sementara).Setelah divonis, anak ada yang direhabilitasi ke panti swasta karena belum ada panti anak milik pemerintah daerah. Untuk yang berusia diatas 15 tahun dilimpahkan ke LPKA (lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak) di Bandung, seperti yang dilakukan olrh Rutan Kelas IIB Cilodong, Depok.
Berdasarkan temuan di lapangan, perilaku agresif dan tindak kriminal anggota geng motor disebabkan oleh berbagai kondisi (internal, eksternal, stressor lingkungan dan situasional) seperti:
1. Kondisi internal. Usia remaja sebagai “usia berontak” dimana emosi lebih kuat dan menguasai daripada pikiran realistis, mudah tersinggung, frustasi dengan keadaan lingkungan keluarga dan sekolah (jenuh dan bosan), pencarian jati diri (mengisi ruang kosong) bisa mendapatkan banyak teman sebagai tempat “curhat”.
2. Kondisi eskternal. Kasus-kasus yang ditemui, keluarga permisif membolehkan anaknya mengendarai motor walau belum mempunyai SIM, anak boleh keluyuran tengah malam bahkan sampai dini hari. Tertarik masuk geng motor karena diajak teman, melihat geng motor “keren/unik” dan “khas cowok”. Nongkrong dan konvoi menjadi daya tarik karena dilakukan beramai-ramai dan diperhatikan bahkan ditakui masyarakat yang dilewati. Situasi ini menjadi tidak terkendali dan berani melakukan tindak kriminal.
3. Stressor lingkungan.Ketiga lokasi penelitian adalah 1 termasuk kota besar yang berpenduduk padat yaitu Kota Bandung, Kota Depok adalah wilayah sub-urban penyangga
104 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
ibukota Jakarta yang perkembangan jumlah penduduk dan kepadatan sangat tinggi, demikian juga Kota Cirebon perkembangan kepadatan penduduk meningkat. Semakin berkurangnya ruang/fasilitas dan kegiatan kepemudaan khususnya di waktu libur sekolah menjadikan anak/remaja mencari “hiburan” di kegiatan geng motor yang cenderung ke tindak kriminal.
4. Situasional. Kegiatan geng motor yang diawali dengan nongkrong/kumpul biasanya pada malam hari sampai dini hari diwarnai dengan minuman keras dan narkoba oleh beberapa anggota. Kegiatan berkelompok seperti kejadian sehabis bubar konvoi dalam perjalanan pulang menjadi pendorong “keberanian” bertindak kriminal di jalanan tanpa sepengetahuan “panglima” tetapi kalau sudah menuju rumah pulang sendiri-sendiri, tidak berani lagi (motor sudah tidak nyaring bunyinya) pelan-pelan.
Anak dan remaja yang menjadi anggota geng cenderung melakukan tindak kriminal dari ringan sampai berat. Penegakan hukum tetap ditegakkan sesuai aturan UU yang berlaku baik KUHP maupun SPPA dan peraturan lain yang berkaitan. Penerapan sanksi hukum terhadap pelaku tindak pidana usia anak mulai dari taraf penyidikan, proses peradilan, sampai pada penahanan dalam penerapannya masih menemui banyak kendala, seperti perilaku yang berulang-ulang tetapi sanksi hanya ringan, penempatan tahanan anak menyatu dengan tahanan dewasa, tidak semua daerah mempunyai panti rehabilitasi untuk anak baik swasta atau pemerintah.
c. Penanganan Yang Sudah Dilakukan
Beberapa pihak telah berupaya melakukan pendekatan dengan berbagai cara untuk menangani perilaku geng motor dan anggotanya sesuai dengan tugasnya masing-masing,
105FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
seperti:
1. Polisi melakukan penegakan hukum mulai dari patroli, pengejaran dan penangkapan bagi anggota geng motor yang melanggar hukum yang dilakukan oleh tim (Prabu di Bandung dan Cirebon, Jaguar di Depok). Binmas kepolisian Bandung melakukan Penyuluhan Hukum Terpadu ke sekolah-sekolah khususnya (misalnya sebagai pembina upacara), penyebaran leaflet dan pamflet. Khusus di Bandung dilakukan pendekatan melalui LO (Liaison Officer) sebagai tindakan “pre emptive” dengan menjadi penghubung antara geng motor dan kepolisian. Sedangkan di Cirebon dan Depok, kepolisian mengaku bahwa selama ini yang dilakukan pihaknya cenderung fokus kepada penegakan hukum secara standar sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Dinas Sosial di 3 wilayah kota baru sebatas penanganan pada ABH (anak berkonflik dengan hukum) tetapi belum sepenuhnya terlibat pada anak-anak yang terlibat di geng motor karena tergantung pada pemberitahuan dari pihak kepolisian untuk melibatkan sakti peksos. Beberapa kasus di Depok pernah melibatkan sakti peksos pada waktu terjadi tawuran, tetapi sakti peksos lebih banyak dilibatkan pada kasus pelecehan seksual. Dinas Sosial kesulitan terlibat dalam penanganan geng motor karena tidak ada aturan/payung hukumnya. Dinas Sosial Kota Depok baru akan berencana terlibat tetapi tidak khusus geng motor, melalui LK3 karena menurut Kabid Rehsos, masalah ini bermuara dari keluarga., namun tidak ada data yang mendukung berapa besar kasus yang terjadi.
3. Pemerintah Daerah Kota dan Kabupaten Bandung melibatkan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dalam razia PMKS dan Penyuluhan Hukum Terpadu. Hal ini belum ada di Kota Cirebon dan Depok. Dinas Pemuda dan
106 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Olah Raga melakukan pembinaan kepad geng motor yang sudah menjadi Organisasi Massa (Ormas) atau Organisasi Karya Pemuda (OKP) khususnya di Bandung. Hal ini belum ada di Cirebon dan Depok.
4. Rutan/Lapas/Bapas tidak spesifik ada data kasus geng motor tetapi mengikuti pasal KUHP/UU lalu lintas yang dilanggar oleh anggota geng motor. Penanganan sama dengan tahanan atau napi lainnya, yang berbeda adalah pada usia tahanan/napi apakah masih usia anak-anak atau dewasa.
5. Lembaga keagamaan khususnya di Kota Bandung berusaha mengarahkan ke kegiatan yang positif melalui pondok pesantren, kegiatan kerohanian. Kerjasama ini dilakukan pada geng motor yang sudah mulai beralih ke organisasi massa dengna mengadakan kegiatan tabliq akbar atau kegiatan kerohanian lain menjelang hari raya keagamaan.
107FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
BAB VPENUTUP
A. Kesimpulan
Ciri-ciri umum geng motor yang berada di 3 (tiga ) kota wilayah penelitian adalah:
1. Geng motor remaja usia antara 12 hingga 21 tahun yang sering terlibat tawuran antar geng dan bertindak kriminal di jalan, umumnya mereka masih pelajar atau putus sekolah, sedangkan geng motor yang telah lama berdiri dan membentuk Organisasi Massa umumnya sudah berusia diatas 21 tahun dan sudah berkeluarga.
2. Rekrutmen anggota baru bagi geng motor yang remaja dilakukan di lingkungan sekolah atau daerah-daerah pemukiman dengan jumlah populasi remaja cukup banyak, sedangkan geng motor formal rekrutmen awalnya melalui teman yang mempunyai kesenangan yang sama yaitu bermotor dan konvoi.
3. Bergabung menjadi anggota geng motor dengan alasan:
a. Aktivitas konvoi bermotor menarik sekaligus menantang untuk digeluti.
b. Ancaman anggota senior yang telah ada sebelumnya di sekolah atau di lingkungan rumah
c. Bentuk pelarian dari sikap frustasi terhadap keadaan lingkungan keluarga yang tidak harmonis, dan
d. Pemenuhan atas kebutuhan terhadap eksistensi diri, mencoba sesuatu yang baru, unik, dan menyenangkan.
4. Menjadikan aksesoris motor sebagai identitas kelompok atau ciri khas geng motor dengan cara memodifikasi motor seperti mempreteli bagian tertentu motor, mengecat atau menempelkan stiker khusus di motornya.
108 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
5. Mempunyai seragam tertentu atau pakaian anggota geng motor yang menunjukkan identitasnya, seperti jaket atau kaos khusus dengan model atau warna tertentu dengan disertai logo geng mereka dan atribut lainnya.
Dari beberapa karakteristik tersebut dapat dirumuskan beberapa tipe geng motor. Pemilihan tipe ini berdasarkan aspek organisasi, anggota, kegiatan, aktivitas di media sosial, spot/titik kumpul dan atribut yang biasa digunakan, yaitu:
1. Geng motor terorganisir “formal”
Geng motor ini berjumlah 4 yang berada di Kota Bandung yaitu GBR, XTC, Brigez dan Moonraker. Keempat geng ini telah lama terbentuk (sejak tahun 70an), tercatat di kepolisian dan ada penghubungnya yaitu LO (Liasion Officer), mempunyai pengurus anak cabang di tingkat kecamatan, masih menjaga tradisi dan kebiasaan yang dipegang oleh pimpinan geng seperti pendiri-pendirinya. Keempat geng ini juga mempunyai cabang di kota-kota besar lain namun tidak secara formal mengikuti aturan yang geng motor “induk”. Pembentukan di kota-kota lain hanya “pemberitahuan”. Kegiatan dan keanggotaan bebas ditentukan oleh geng yang dibentuk diluar kota Bandung.
2. Geng motor yang sudah bertransformasi
Tranformasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti perubahan rupa (bentuk, sifat dan fungsi). Transformasi dalam hal geng motor ini dimaksudkan bahwa organisasi dan kegiatan yang sebelumnya hanya nongkrong dan kumpul-kumpul sudah mengarah ke kegiatan positif untuk menghilangkan citra negatif geng motor. Pengurus geng motor ini telah mendeklarasikan diri sebagai Organisasi Massa atau Organisasi Karya Pemuda (OKP) yang lebih kearah politik dengan mendukung partai politik tertentu. Pada kegiatan-kegiatan partai turut serta meramaikan dan mengamankan kegiatan partai. Walaupun
109FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
mempunyai nama geng yang sama dengan keempat geng besar yang ada di Kota Bandung (GBR, XTC, Brigez dan Moonraker), masing-masing saling mengenal namun tidak berhubungan langsung secara organisasi.
3. Geng motor berandalan/simpatisan
Geng motor yang disebut “berandalan” oleh kepolisian ini adalah kumpulan remaja yang menggunakan motor yang membentuk kelompok dengan identitas tertentu. Kegiatan mereka biasanya nongkrong dan kumpul, kadang disertai minuman keras dan narkoba, konvoi keliling kota dikomandoi pimpinan atau panglimanya. Kelompok ini kadang membawa senjata tajam untuk menyerang kelompok lain atau orang-orang yang dianggap mengganggu kegiatan mereka. Aktivitas geng motor lebih banyak terutama pada waktu libur sekolah dan waktu-waktu sebelum dan pulang sekolah (tawuran pelajar) dengan membawa senjata tajam.
Penanganan yang sudah dilakukan kepolisian di 3 (tiga) kota masih terbatas pada penegakan hukum (pengejaran dan penangkapan), kegiatan penyuluhan hukum terpadu di sekolah-sekolah (polisi sebagai pembina upacara), penyebaran leaflet atau pamflet bersama beberapa instansi daerah. Khusus Kota Bandung, sudah lama terbentuk LO (Liasion Officer) sebagai penghubung antara kepolisian dan 4 (empat) geng motor yang besar yang ada di Bandung (XTC, Moonraker, Brigez dan GBR). Dinas sosial di 3 (tiga) daerah lokus penelitian (Kota Depok, Kota Bandung dan Kota Cirebon), belum banyak terlibat karena terkendala “payung hukum” yang khusus untuk penanganan geng motor. Selama ini terbatas pada penanganan Anak yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) dengan melibatkan sakti peksos pada kasus korban dan pelaku berusia anak-anak tetapi, untuk anggota geng motor yang berusia dewasa belum ada dasar pelaksanaannya.
110 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
B. Rekomendasi
1. Belum adanya payung hukum dalam penanganan “anggota geng motor” khususnya geng motor berandalan. Geng motor berandalan yang anggotanya sebagian besar adalah remaja, oleh karenanya diperlukan “Regulasi” di tingkat pusat dan daerah (semacam Surat Keputusan Bersama) antara Kepolisian, Kementerian Sosial, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pemuda dan Olah Raga yang akan ditindaklanjuti di tingkat provinsi/kabupaten/kota kemudian diturunkan dalam bentuk Peraturan Daerah/Gubernur/Bupati/ Walikota tentang “Pembinaan Generasi Muda”.
Dalam Surat Keputusan Bersama tersebut diwajibkan untuk menyediakan fasilitas umum/sosial untuk pemanfaatan ruang/waktu kosong, kegiatan mengisi waktu libur, pengembangan kreatifitas remaja serta kegiatan lain yang dapat dilakukan untuk generasi muda. Penanganan anggota geng motor tidak sebatas penegakan hukum oleh kepolisian tetapi juga pembinaan generasi muda yang melibatkan berbagai pihak.
2. Intervensi sosial terhadap remaja dan keluarga disesuaikan berdasarkan tipologi geng motornya, diantaranya.
a. Geng Motor Terorganisir “formal”
• Penyuluhan sosial lebih proaktif (bisa melalui community counselling) kepada pengurus dan anggota geng tipe ini tentang PSKS dan PMKS. Diharapkan anggota geng semakin meningkat kesadarannya tentang potensi dan sumber kesejahteraan sosial dalam rangka membantu menangani permasalahan kesejahteraan sosial (PMKS) sesuai dengan status dan perannya
• Mendorong para anggota (dan pengurus) Geng Motor untuk lebih berperan aktif dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial/kemasyarakatan, mengingat anggota geng motor tipe ini memiliki loyalitas dan komitment yang tinggi kepada kelompoknya. Sebagai contoh himbauan dan ajakan agar anggota geng motor
111FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
lebih aktif dengan kegiatan Karang Taruna.
• Melibatkan Pengurus (jika memungkinkan juga anggotanya) dalam kegiatan-kegiatan kemsyarakatan, termasuk didalamnya kegiatan yang terkait dengan pendekatan kepada “geng-geng motor baru”.
• Pelibatan Pengurus geng motor (sebagai success story) bersama pekerja sosial dalam penanganan anggota geng motor melalui assessmen dan rehabilitasi sosial bagi yang menjalani hukuman karena melanggar hukum.
b. Geng Motor yang sudah Bertransformasi
• Geng motor formal yang telah menjadi organisasi massa dapat juga diarahkan untuk menjadi organisasi sosial, sebagai PSKS (Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial), oleh karenanya, pendekatan kepada Pengurus Geng Motor menjadi penting.
• Melibatkan Pengurus (jika memungkinkan juga anggotanya) dalam kegiatan-kegiatan kemsyarakatan.
• Pelibatan Pengurus geng motor (sebagai success story) bersama pekerja sosial dalam penanganan anggota geng motor melalui assessmen dan rehabilitasi sosial bagi yang menjalani hukuman karena melanggar hukum.
c. Geng Motor Berandalan/simpatisan
• Penyuluhan sosial dan atau penyelenggaraan kegiatan/lomba yang lebih menarik minat remaja terutama pada waktu libur sekolah seperti lomba balap motor di sirkuit resmi, atau lomba yang berhubungan dengan aktivitas dalam bermotor lainnya. Hal ini terkait dengan pengisisn waktu dengan kegiatan positif.
• Penyuluhan sosial melalui dialog sosial tentang “parenting skill menghadapi remaja bermasalah” oleh
112 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
LK3 di daerah-daerah yang banyak terdapat remaja yang sering tawuran bermotor.
• Bersama institusi penegak hukum melakukan pembinaan mental kepada anggota geng motor berandalan, melalui semacam pelatihan “kesamaptaan” dan mental sebelum dirujuk ke instansi sosial setempat untuk mendapatkan bimbingan sosial dan ketrampilan dan usaha ekonomis produktif.
• Pelibatan pekerja sosial dalam penanganan anggota geng motor melalui assessmen dan rehabilitasi sosial bagi yang menjalani sanki hukuman.
3. Peran Pemerintah Daerah
a. Kordinasi antar SKPD (Dinas Sosial, Dispora, Diknas) untuk fasilitas kegiatan kepemudaan terutama pada saat libur sekolah, mengingat tindak criminal berandal bermotor banyak terjadi pada masa liburan sekolah. (berdasarkan informasi dalam temuan penelitian, juga kasus kriminal geng motor tahun 2017 banyak terjadi di saat libur sekolah).
b. Perlunya koordinasi yang berkesinambungan (pertemuan rutin) antar sekolah yang siswanya sering terlibat tawuran untuk mengambil langkah-langkah sebagai mengurangi tawuran antar pelajar. Berandalan bermotor sebagian terbesar anggotanya adalah para pelajar (dan membawa senjata tajam).
113FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
DAFTAR PUSTAKA
Atika, T. (2015). Perkembangan Geng Motor sebagai Salah Satu Fenomena Kenakalan Remaja di Kota Medan. Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial. 14 (2).79-85.
Baron, R.A. & Byrne. (2000). Human Aggression. (terjemahan Waskito) New York : Plenum.
Baron, R.A. & Byrne. (2005). Psikologi Sosial.Edisi kesepuluh Jilid 2. Penerbit Erlangga.
Berkowitz, L. (1995). Agresi: sebab & akibatnya. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo.
Brofenbrenerr, U.(1979). The Echology of Human development: Experiments by Nature and Design. Cambrige, MA: Harvard University Press.
Fadilla, R. (2013). Hubungan Identitas Sosial Dengan Perilaku Agresif Pada Geng Motor. Psikologia, 8 (2), 73-78.
Hadisiwi, P & Suminar, R. (2013). Konstruksi Sosial Anggota Geng Motor di Kota Bandung. Jurnal Kajian Komunikasi, 1 (1), 1-10.
Hadisuprapto, P. (2004). Studi tentang Makna Penyimpangan Perilaku di Kalangan Remaja. Jurnal Kriminologi Indonesia, 3 (3), 9-18.
Kartono. (2010). Kenakalan Remaja. Jakarta : PT. Raja Grafindo. Persada.
Sambas, N. (2011). Penanggulangan Pelanggaran Hukum yang Dilakukan Geng Motor oleh Kepolisian di Wilayah Bandung. Jurnal Mimbar. 27 (2), 225-232.
114 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Sari, Y. (2014). Persepsi Siswa tentang Geng Motor dan Peran Guru Pembimbing di Madrasah Tsanawiyah Al-Muttaqin Pekanbaru. Pekanbaru: UIN Riau.
Susantyo, B. (2011). Memahami Perilaku Agresif: Sebuah Tinjauan Konseptual. Jurnal Informasi. 16 (03), 189-202.
Susantyo, B. (2016). Faktor-Faktor Determinan Penyebab Perilaku Agresif Remaja Di Permukiman Kumuh Di Kota Bandung. Jurnal Sosiokonsepsia. 6 (1), 001-018.
Susantyo, B. (2017). Lingkungan dan Perilaku Agresif Individu. Jurnal Sosio Informa. 3 (1). 15-25.
Suyanto, B. (2015). Ulah Brutal Geng Motor.Diakses 1 Agustus 2017 dari Jawa Pos: https://www.pressreader.com/indonesia/jawa-pos/20150605/281547994503235.
Tribun News. (2017, Juni 24). Tujuh Geng Motor yang Resahkan Warga ini Akhirnya Kena Batunya. Retrieved Juli 10, 2017, from Tribun News: http://www.tribunnews.com/regional/2017/06/24/tujuh-geng-motor-yang-resahkan-warga-ini-akhirnya-kena-batunya.
115FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
BIODATA PENULIS
Irmayani, lahir di Jakarta tanggal 20 Februari 1968, menamatkan program S1 dari Fakultas Hukum Universitas Trisakti, Jakarta tahun 1992 dan Magister Psikologi Sosial dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta tahun 2002. Saat ini menjabat Peneliti Madya pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial Republik Indonesia. Penelitian yang pernah dilakukan meliputi topik-topik yang berkaitan dengan Ketahanan Sosial Masyarakat, Desa Berketahanan Sosial, Pranata Sosial dalam menangani masalah narkoba, Ketahanan Sosial Keluarga, Pemberdayaan Masyarakat Miskin melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial, Program Keluarga Harapan, Survey Anak Jalanan, Penelitian Prevalensi Penyalahgunana Obat/Napza pada remaja di kota besar, Survey Kekerasan terhadap Anak, Survey Kesejahteraan Sosial Dasar, Perlindungan Sosial terhadap anak korban kekerasan, Sistem Peradilan Pidana Anak, Anak Berkonflik dengan Hukum di Lapas/Rutan Dewasa, Pemetaan SDM Kesos. Pernah menulis di buku dan jurnal kesos dengan topik-topik: Aspek Psikologis pada Indikator Ketahanan Sosial Keluarga, Kekerasan Seksual terhadap Anak (Dampak Psikologis dan Pemulihan melalui Konseling dan Terapi), Perilaku Coping terhadap Anggota PKH menjelang exit program, Tinjauan Psikologi Sosial dan Behaviorisme dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin.
B. Mujiyadi, menamatkan program S1 dari Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada Jogyakarta, dan Master of Social Work dari La Trobe Universty, Melbourne,
116 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Australia. Saat ini menjabat Peneliti Madya pada Puslitbang Kesejahteraan Sosial, Badan Pendidikan dan Penelitian Kementerian Sosial. Selain itu juga sebagai anggota Pembina Ilmiah pada lembaga yang sama. Penelitian yang pernah dilakukan meliputi topik-topik yang berkaitan dengan Gelandangan dan Pengemis, Anak Jalanan, Lanjut Usia, Penanganan Masalah Sosial Melalui Panti, Penyusunan Indikator Kesejahteraan Sosial, Perlindungan Tenaga Kerja Wanita di Sektor Industri, Tanggung Jawab Dunia Usaha bagi Masyarakat di sekitarnya, Model Pemberdayaan Keluarga dalam Pencegahan Tindak Tuna Sosial Remaja di Perkotaan, Subsidi BBM bagi Panti Sosial, Social Work With Migrant Worker, Pelayanan Sosial Bagi Korban Tindak Kekerasan, Implementasi Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Penelitian Pola MultiLayanan pada Panti Sosial Penyandang Cacat, Sikap Masyarakat terhadap Trafficking Anak di Daerah Pengirim, Profil Pendamping dalam Perlindungan Anak Berkonflik dengan Hukum, Studi tentang Penanganan Pekerja Migran Domestik Bermasalah dan Keluarganya, Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Hutan, Pemberdayaan Fakir Miskin Daerah Pantai, Penelitian Pemetaan Desa Sejahtera Mandiri, dan Pemetaan Sumber Daya Manusia Bidang Kesejahteraan Sosial. Selain itu pernah mengikuti berbagai kursus dan seminar di dalam dan luar negeri yang meliputi topik Social Development, Social Work With Migrant and Refugee, Community Based Rehabilitation for Disabled Persons, Micro Planning for Poverty Reduction and Sustainable Development, Senior Social Welfare Administrators, dan lain-lain. Demikian juga pernah menjadi anggota Pokja MPMK, Pokja JPS, Penyusunan
117FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Repelita VII bidang Kesejahteraan Sosial, penyusunan Renstra Pembangunan Kesejahteraan Sosial 2000-2004, dan Renstra Pembangunan Kesejahteraan Sosial 2004-2009, dan Renstra Pembangunan Kesejahteraan Sosial 2009-2014. Pengalaman lainnya adalah bekerja sama dengan ADB, Safe the Children UK, UN DSA, JICA dan beberapa lembaga lain dalam berbagai kegiatan penelitian dan pengembangan sosial.
Anwar Sitepu, lahir di Sumatera Utara, 4 September 1958, menjadi peneliti di Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial sejak 1999. Saat ini menjabat Peneliti Madya. Memperoleh gelar sarjana kesejahteraan sosial dari Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Widuri di Jakarta tahun 1986 dan Magister Profesional Pengembangan Masyarakat dari Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 2004. Pernah bekerja sebagai pekerja sosial untuk Yayasan Sosial Pelita Kasih di Tanjung Priok, Jakarta Utara, 1982 sampai 1986. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan adalah: Studi Kebijakan Program Keluarga Harapan: Pengembangan Pusat Layanan Sosial (2009); Evaluasi Model Pemberdayaan Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (2009); Penelantaran, Pengucilan dan Kerentanan Anak di Jakarta Barat (2010); Evaluasi Pelayanan Sosial Melalui Panti Sosial Bina Remaja (2010); Dampak PKH pada Rumah Tangga Miskin; Studi Pendahuluan Kriteria Fakir Miskin (2011); Pengembangan Lembaga Kesejahteraan Sosial untuk Penanggulangan Kemiskinan (2010,2011,2012); Survey Kekerasan terhadap Anak (2013); Survey Kesejahteraan Sosial Dasar (2014); Evaluasi Implementasi Kebijakan Raskin (2014);
118 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Pengembangan Desa Sejahtera Mandiri (2015); Dampak Kelompok Usaha Bersama pada Penanganan Kemiskinan (2016).
Badrun Susantyo, lahir pada 20 Agustus 1967, di Sragen, Jawa Tengah, adalah Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI. Menyelesaikan pendidikan Sarjana (Drs.) untuk bidang Ilmu Pekerjaan Sosial/Kesejahteraan Sosial dari Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung, Pendidikan Magister diperoleh dari Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPN Institut Pertanian Bogor (IPB). Menyelesaikan pendidikan doktor (Ph.D) pada bidang keilmuan Social Development/Social Work pada School of Social Science Universiti Sains Malaysia (USM) Penang, Malaysia. Sebelum menekuni dunia “riset” sebagai seorang peneliti, penulis juga empat menjadi Staf Pengajar di STKS Bandung dan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati (SGD).
Togiaratua Nainggolan, lahir di Samosir, 3 Maret 1966, merupakan alumnus IKIP Padang (S1) dan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta (S2). Saat ini bekerja sebagai peneliti di Puslitbang Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial RI. Pernah mengajar di Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia (UPI) YAI Jakarta Tahun 2002-2014) dan Fakultas Psikologi Universitas Bhayangkara Jaya Jakarta (Tahun 2007-2015). Saat ini juga bekerja sebagai anggota dewan redaksi majalah ilmiah/jurnal Sosio Informa yang diterbitkan oleh Pusat
119FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraasn Sosial-Kementerian Sosial RI.
Sugiyanto, lahir di Tawangharjo 8 Januari 1961. Magister Sains Program Studi Ilmu Administrasi Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Publik, Kekhususan Pengembangan Masyarakat (S2), diperoleh dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (2005) dan S1 (Sarjana Pendidikan Moral Pancasila dan Kewargaan Negara) diperoleh dari Sekolah Tinggi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (STPIPS) YAPSI Jayapura (1994). Jabatan peneliti: Peneliti Madya Bidang Kesejahteraan Sosial di Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Badiklitpensos, Kementerian Sosial RI. Aktif mengikuti kegiatan penelitian bidang kesejahteraan sosial, dan berbagai seminar permasalahan sosial di Indonesia. Beberapa hasil penelitiannya telah diterbitkan, baik secara mandiri maupun kelompok, dan tulisanya pernah diterbitkan di Jurnal maupun Informasi.
Muslim Sabarisman, lahir tanggal 24 Juni 1970 di Bandung, Jawa Barat, menamatkan program DIV Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung tahun 1995. Pendidikan dan Pelatihan yang pernah diikuti antara lain Diklat Penanggulangan Bencana Balatbangsos Depsos (2005), Diklat Dasar Penelitian BBPPKS Lembang (2005), Diklat Fungsional Peneliti Tingkat Pertama LIPI (2007), Diklat Analisis Dampak Lingkungan dan Sosial BBPPKS Lembang (2007). Saat ini sebagai peneliti Muda di Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Badan Pendidikan
120 FENOMENA GENG MOTOR: Studi di Beberapa Kota Jawa Barat
dan Penelitian Kementerian Sosial RI. Penelitian yang pernah diikuti Penelitian Evaluasi Pelaksanaan Program Subsidi Panti dalam Mendukung Kelangsungan Pelayanan Panti Sosial, Implementasi Program Pemberdayaan Fakir Miskin (Studi Evaluasi di Delapan Provinsi Indonesia), Pemberdayaan Fakir Miskin Di Kawasan Kawasan pantai, Pelayanan Sosial Rehabilitasi Sosial Anak di Panti Sosial Marsudi Putera (Evaluasi Program Penanganan Anak Nakal),Penelitian Pemberdayaan Keluarga (Studi Evaluasi di Sumatera Barat,Sulawesi Utara,Jawa Timur dan kalimantan Selatan), Penelitian Profil Pendamping Dalam Perlindungan Anak Berkonflik Dengan Hukum (Studi Kasus di Provinsi Kalimantan Barat dan Nusa Tenggara Barat), Pendampingan Sosial Bagi Anak Berhadapan Dengan Hukum di Kota Mataram, Penelitian Sikap Masyarakat Terhadap Trafficking Anak di Daerah Pengirim (Study Kasus di Provinsi Kalimantan Barat dan Jawa Timur), Penelitian Gaya Hidup Sebagai Penyebab Terjadinya Trafficking Anak, Restorative Justice Penangan Anak Berhadapan Dengan Hukum Berbasis Masyarakat di Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah, Penelitian Pemberdayaan Mayarakat Miskin kawasan Pantai di Provinsi Kalimantan Barat. Pengembangan Kebijakan, Srategi dan Model Pelayanan Terpadu Dan Gerakan Masyarakat Peduli Kabupaten/Kota Sejahtera (PANDU GEMPITA) Kajian Kebijakan. Persfektif Komitmen Tim Kerja Dalam Pengembangan Rumah Layak Huni Bagi Keluarga Miskin di Bondowoso, Permasalahan dan Penanganan Anak Jalanan di Kota Bandung, Peluang dan Tantangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Kabupaten Berau Kalimantan Timur, Fenomena Kenakalan Remaja dan Kriminalitas, Peran Dinas Sosial Dalam Penanggulangan Kemiskinan Di Kota Sukabumi.