faktor - faktor yang mempengaruhi keberhasilan KAPET Parepare.docx

7
ABSTRAK Faktor - faktor yang mempengaruhi kerberhasilan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) antara lain Kota Pare-pare, Kabupaten Barru, Kabupaten Pinrang, Kabupaten Sidrap dan Kabupaten Enrekang. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pola pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi dan penyebab keberhasilan KAPET Parepare yang ada di wilayah KAPET Pare-pare. Daerah yang termasuk dalam daerah berkembang cepat adalah Kota Pare-pare, Kabupaten Barru dan Kabupaten Enrekang. Sedangkan daerah yang termasuk dalam daerah maju tapi tertekan adalah Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Sidrap. Dan untuk struktur ekonomi yang terdapat di wilayah KAPET Pare-pare di dominasi oleh sektor primer, kemudian sektor tersier dan sektor sekunder. Jadi sektor yang berpotensial untuk dikembangkan di wilayah KAPET Pare-pare adalah sektor Primer. Sektor unggulan yang ada di Kota Pare-pare adalah sektor Listrik, Gas & Air Bersih, Bangunan, Perdagangan, Hotel & Restoran, Pengangkutan & Komunikasi serta sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah memerlukan dorongan kuat dari berbagai sektor dan pemerintah daerah. Upaya yang akan dilakukan untuk menarik investasi masuk ke KAPET harus didukung dengan keterpaduan infrastruktur yang dapat menggerakkan kegiatan ekonomi di KAPET. Kapet Parepare dibentuk dalam rangka mengemban misi perbaikan iklim investasi di daerah. Kesimpulannya kenerhasilan dalam KAPET Parepare ini belum sepenuhnya berhasil karena masih banyak upaya – upaya yang belum terlaksana dengan baik dan maksimal masih kurangnya para investor menanamkan modalnya di KAPET Parepare ini. A. LATAR BELAKANG Dalam rangka upaya pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pemerintah telah mengambil langkah dan kebijakan untuk memacu pertumbuhan ekonomi dibeberapa wilayah di Indonesia khususnya di wilayah Timur Indonesia. Dilakukan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET), sesuai dengan Keppres No. 150 Tahun 2000. KAPET Parepare ditetapkan melalui KEPPRES No. 164 Tahun 1998 dengan luas wilayah 6.905,081 Km2 dan jumlah penduduk 1.005.320 jiwa (Tahun 2001). Cakupan wilayah KAPET Parepare meliputi Kota Parepare, Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Kabupaten Pinrang, Kabupaten Enrekang, dan Kabupaten Barru. Lokasinya berjarak kurang lebih 152

Transcript of faktor - faktor yang mempengaruhi keberhasilan KAPET Parepare.docx

ABSTRAKFaktor - faktor yang mempengaruhi kerberhasilan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) antara lain Kota Pare-pare, Kabupaten Barru, Kabupaten Pinrang, Kabupaten Sidrap dan Kabupaten Enrekang. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pola pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi dan penyebab keberhasilan KAPET Parepare yang ada di wilayah KAPET Pare-pare. Daerah yang termasuk dalam daerah berkembang cepat adalah Kota Pare-pare, Kabupaten Barru dan Kabupaten Enrekang. Sedangkan daerah yang termasuk dalam daerah maju tapi tertekan adalah Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Sidrap. Dan untuk struktur ekonomi yang terdapat di wilayah KAPET Pare-pare di dominasi oleh sektor primer, kemudian sektor tersier dan sektor sekunder. Jadi sektor yang berpotensial untuk dikembangkan di wilayah KAPET Pare-pare adalah sektor Primer. Sektor unggulan yang ada di Kota Pare-pare adalah sektor Listrik, Gas & Air Bersih, Bangunan, Perdagangan, Hotel & Restoran, Pengangkutan & Komunikasi serta sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah memerlukan dorongan kuat dari berbagai sektor dan pemerintah daerah. Upaya yang akan dilakukan untuk menarik investasi masuk ke KAPET harus didukung dengan keterpaduan infrastruktur yang dapat menggerakkan kegiatan ekonomi di KAPET. Kapet Parepare dibentuk dalam rangka mengemban misi perbaikan iklim investasi di daerah. Kesimpulannya kenerhasilan dalam KAPET Parepare ini belum sepenuhnya berhasil karena masih banyak upaya upaya yang belum terlaksana dengan baik dan maksimal masih kurangnya para investor menanamkan modalnya di KAPET Parepare ini.

A. LATAR BELAKANGDalam rangka upaya pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pemerintah telah mengambil langkah dan kebijakan untuk memacu pertumbuhan ekonomi dibeberapa wilayah di Indonesia khususnya di wilayah Timur Indonesia. Dilakukan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET), sesuai dengan Keppres No. 150 Tahun 2000. KAPET Parepare ditetapkan melalui KEPPRES No. 164 Tahun 1998 dengan luas wilayah 6.905,081 Km2 dan jumlah penduduk 1.005.320 jiwa (Tahun 2001). Cakupan wilayah KAPET Parepare meliputi Kota Parepare, Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Kabupaten Pinrang, Kabupaten Enrekang, dan Kabupaten Barru. Lokasinya berjarak kurang lebih 152 Km arah utara Kota Makassar (Ibukota Provinsi), yang dihubungkan jaringan jalan dengan kondisi baik.Visi dan misi KAPET Parepare pembentukannya berdasarkan pada usaha untuk meningkatkan daya tarik kawasan, peningkatan sektor unggulan, peningkatan unggulan lokasi (posisi geografis dan ketersediaan prasarana wilayah), pemberdayaan kelembagaan, dan keterkaitan fungsional antar kawasan yang mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.KAPET Parepare diharapkan berfungsi sebagai pusat produksi dan industri pengolahan, sehingga kota Parepare sebagai pusat jasa dan perdagangan untuk mendorong kegiatan ekonomi dan agroindustri di wilayah belakangnya (hinterland).KAPET Parepare termasuk dalam wilayah kerjasama regional negara-negara ASEAN yang tergabung dalam : Brunei Darussalam - Indonesia - Malaysia - Philipina East Asean Growth Area (BIMP - EAGA) yang merupakan bentuk kerjasama bilateral negara-negara ASEAN untuk wilayah bagian timur. Pembangunan Nasional yang terdapat sejak Pelita I hingga Pelita VI telah menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cukup mengesankan. Akan tetapi upaya mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut kurang diimbangi dengan aspek pemerataan hasil pembangunan.

B. RUMUSAN MASALAH1. Apa saja yang mempengaruhi agar KAPET Parepare dapat berhasil?2. Apa yang harus dilakukan untuk mencapai keberhasilan tersebut?

C. STUDI PUSTAKAKAPET adalah wilayah geografis dengan batas-batas tertentu yang memiliki potensi untuk cepat tumbuh dan mempunyai sektor unggulan yang dapat mengerakkan pertumbuhan ekonomi wilayah dan sekitarnya serta memerlukan dana investasi yang besar bagi pengembangannya.Keputusan Presiden No. 120 Tahun 1993 tentang Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia (DP KTI) merupakan kebijakan embrio terbentuknya KAPET. Dewan ini bertugas menggagas dan merumuskan konsepsi pengembangan KTI, termasuk kebijakan yang diperlukan untuk mendukungnya. Sebagai wujudnya, tersusun Keputusan Presiden No. 89 Tahun 1996 yang kemudian disempurnakan dengan Keputusan Presiden No. 9 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET).Adapun tujuan dari pembentukan KAPET adalah pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya ke seluruh wilayah Indonesia dengan memberikan peluang kepada dunia usaha agar mampu berperan serta dalam kegiatan pembangunan di KTI yang relatif tertinggal dan beberapa lainnya di KBI. Inti dari pendekatan KAPET adalah mendorong terbentuknya suatu kawasan yang berperan sebagai penggerak utama (prime mover) pengembangan wilayah. Pemilahan kawasan-kawasan pembangunan dengan menentukan prioritas atas suatu kawasan merupakan strategi agar percepatan pembangunan dapat dilakukan. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah memerlukan dorongan kuat dari berbagai sektor dan pemerintah daerah. Upaya yang akan dilakukan untuk menarik investasi masuk ke KAPET harus didukung dengan keterpaduan infrastruktur yang dapat menggerakkan kegiatan ekonomi di KAPET.Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau penanaman modal bagi perusahaan untuk membeli barang modal dan perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan produksi barang dan jasa dalam perekonomian. Pertambahan jumlah barang modal memungkinkan perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan jasa di masa yang akan datang. Faktor-faktor utama yang menentukan tingkat investasi adalah suku bunga, prediksi tingkat keuntungan, prediksi mengenai kondisi ekonomi ke depan, kemajuan teknologi, tingkat pendapatan nasional dan keuntungan perusahaan (Sukirno, 2004).Infrastuktur fisik dan sosial dapat didefinisikan sebagai kebutuhan dasar fisik pengorganisasian sistem struktur yang diperlukan untuk jaminan ekonomi sektor publik dan sektor privat sebagai layanan dan fasilitas yang diperlukan agar perekonomian dapat berfungsi dengan baik istilah ini umumnya merujuk kepada hal infrastruktur teknis atau fisik yang mendukung jaringan struktur seperti fasilitas antara lain dapat berupa : jalan, kereta api, air bersih, bandara, kanal, waduk, tanggul, pengelolahan limbah, perlistrikan, telekomunikasi, pelabuhan secara fungsional, infrastruktur selain fasilitas akan tetapi dapat pula mendukung kelancaran aktivitas ekonomi masyarakat, distribusi aliran produk barang dan jasa sebagai contoh bahwa jalan dapat melancarkan transportasi pengiriman bahan baku sampai ke pabrik kemudian untuk didistribusikan ke pasar hingga sampai kepada masyarakat.

D. PEMBAHASAN1. Pengaruh keberhasilan KAPET ParepareDengan menarik investasi masuk ke KAPET Parepare, sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah. Lambatnya arus investasi di KTI sehingga menyebabkan pembangunan KTI sangat tertinggal dibanding KBI dapat diindentifikasi beberapa faktor utama penyebabnya, antara lain yaitu: a. terbatasnya sarana dan prasarana (infrastruktur) seperti transportasi darat, laut dan udara dan telekomunikasi, serta tersedianya tenaga listrik yang sangat berpengaruh terhadap berbagai aspek yang dapat mendorong pertumbuhan misalnya, mengurangi minat investor untuk menginvestasikan modalnya di KTI, meningkatnya biaya produksi, dan menurunkan daya saing produk yang dihasilkan oleh KTIb. terbatasnya sarana pendidikan dan tenaga pendidik yang berkualitas, yang berakibat terhadap rendahnya kualitas SDM yang sangat dibutuhkan untuk pembangunan KTIc. terbatasnya kewenangan pengambilan keputusan seperti di bidang perbankan, berbagai perijinan dan lain-lain di KTI, sehingga proses pengambilan keputusan memakan waktu lama karena harus diputuskan oleh pusat. Di samping itu, hal ini menyebabkan tingginya biaya operasional dari para pengguna jasa tersebutd. kondisi sosial dan keamanan di beberapa daerah yang belum kondusif, telah menyebabkan keengganan investor untuk menanamkan modalnya di KTI. Terkait dengan substansi RPerpres tentang RTR KAPET, pada kesempatan yang sama, Kasubdit Wilayah II, Firman Napitupulu menjelaskan bahwa keterpaduan infrastruktur merupakan faktor penting dalam mendorong pengembangan kawasan.Peningkatan Daya Saing KAPET melalui Pengembangan Sektor Hilir, Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) didorong menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah melalui konsep pengembangan yang terfokus, berbasis pada pengelolaan sumber daya alam yang memiliki daya saing. Hal ini dilakukan dengan peningkatan daya saing pada sektor hilir untuk memberikan nilai tambah dan penciptaan inovasi kepada komoditas yang dihasilkan dimana pada akhirnya menciptakan spesialisasi hasil produksi. Hal ini mengemukan dalam Konsultasi Teknis Penyusunan Rancangan Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional KAPET.Agar pembangunan yang dilaksanakan lebih terarah dan memberikan hasil dan daya guna yang efektif bagi kehidupan seluruh bangsa Indonesia maka pembangunan yang dilaksanakan mengacu pada perencanaan yang terprogram secara bertahap dengan memperhatikan perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu pemerintah merancang suatu perencanaan pembangunan yang tersusun dalam suatu Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun), dan mulai Repelita VII diuraikan dalam suatu Repeta (Rencana Pembangunan Tahunan), yang memuat uraian kebijakan secara rinci dan terukur tentang beberapa Propenas (Program Pembangunan Nasional). Rancangan APBN tahun 2001 adalah Repeta pertama dari pelaksanaan Propenas yang merupakan penjabaran GBHN 1999-2004, di samping merupakan tahun pertama pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal.2. Usaha dalam mencapai keberhasilan KAPET ParepareUpaya yang akan dilakukan untuk menarik investasi masuk ke KAPET harus didukung dengan keterpaduan infrastruktur yang dapat menggerakkan kegiatan ekonomi di KAPET. Peraturan Pemarintah No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) mengamanatkan, KAPET sebagai Kawasan Strategis Nasional perlu diprioritaskan penataan ruangnya. Berdasarkan hal tersebut, pada tahun 2011, Direktorat Jenderal Penataan Ruang mulai menyusun Rencana Tata Ruang KAPET sebagai acuan dalam pengembangan dan pemanfaatan ruang di KAPET. Dalam melakukan realokasi investasi tersebut, khususnya di KTI tampaknya tidak sederhana, dan untuk itu, harus memenuhi beberapa kondisi; pertama, perlu penyiapan kondisi daerah sasaran untuk dapat menghasilkan produktivitas modal yang optimal, dalam arti efisien secara teknis maupun secara ekonomis. Kedua, peningkatan produktivitas modal tersebut dapat dicapai apabila mampu menstimulasi terjadinya aliran investasi yang berkelanjutan. Di samping itu, beberapa faktor seperti yang telah disebutkan di atas patut pula dipertimbangkan.Faktor penentu dilakukannya investasi, yaitu investasi memberikan revenue tambahan kepada perusahaan melalui penjualan produknya secara lebih besar, suku bunga merupakan harga atau biaya yang harus dibayar. dalam meminjamkan uang untuk suatu periode tertentu dan ekspekstasi keuntungan. Dengan demikian para investor melakukan investasi untuk mendapatkan keuntungan atas investasi yang dilakukan. Pertimbangan tersebut adalah sepenuhnya merupakan pertimbangan-pertimbangan investasi yang terkait secara langsung dengan faktor-faktor ekonomi. Di samping pertimbangan faktor ekonomi yang menjadi penentu investasi, pertimbangan non ekonomi seperti jaminan keamanan, stabilitas politik, penegakan hukum dan sosial budaya merupakan faktor penentu yang tidak kalah pentingnya untuk menentukan keberhasilan investasi.Untuk merangsang pertumbuhan investasi dalam wilayah KAPET, dikeluarkan pula berbagai bentuk pemberian kemudahan insentif. Kemudahan ini amat perlu untuk mengurangi risiko investasi yang relatif tinggi di KTI sebagai akibat keterbatasan infrastuktur, perlakuan ekonomi, dan masih rendahnya daya saing dibanding KBI.Terkait dengan keterpaduan infrastuktur, diperlukan pembahasan dan kesepakatan antara sektor di pusat dan daerah untuk mencapai keterpaduan infrastruktur yang dibutuhkan. Hasil dari pembahasan mengenai keterpaduan infrastruktur tersebut selanjutnya akan mejadi masukan dalam lampiran indikasi program yang merupakan bagian tak terpisahkan dari RPerpres.Untuk memperhatikan hal-hal yang penting dalam menyusun urutan prioritas keterpaduan infrastruktur KAPET. Yang pertama adalah program infrastruktur harus melalui perencanaan matang dengan memperhatikan kondisi lingkungan, kebutuhan, peraturan yang berlaku, serta dampak terhadap lingkungan yang dilewati. Kedua, rumusan keterpaduan infrastruktur harus telah dibahas dengan pemerintah daerah terkait dan masuk ke dalam rencana tata ruang wilayah terkait. Ketiga, program infrastruktur KAPET juga harus sesuai dengan rencana sektor. Pengajuan pembangunan infrastruktur baru, tidak perlu sampai menggantikan fungsi infrastruktur yang sudah ada, melainkan didorong untuk menjadi satu entitas yang terintegrasi.

E. KESIMPULANDengan menarik investasi masuk ke KAPET Parepare, sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah. Dan keterpaduan infrastruktur merupakan faktor penting dalam mendorong pengembangan kawasan. Upaya yang akan dilakukan untuk menarik investasi masuk ke KAPET harus didukung dengan keterpaduan infrastruktur yang dapat menggerakkan kegiatan ekonomi di KAPET. Terkait dengan keterpaduan infrastuktur, diperlukan pembahasan dan kesepakatan antara sektor di pusat dan daerah untuk mencapai keterpaduan infrastruktur yang dibutuhkan. Agar pembangunan yang dilaksanakan lebih terarah dan memberikan hasil dan daya guna yang efektif bagi kehidupan seluruh bangsa Indonesia maka pembangunan yang dilaksanakan mengacu pada perencanaan yang terprogram secara bertahap dengan memperhatikan perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.Dilihat dari rata-rata pertumbuhan daerah yang berada dalam KAPET, keberadaan KAPET Pare Pare belum secara signifikan mampu mendorong perekonomian daerah seperti salah satu yang diamanatkan dalam Keppres 164 tahun 1998 tentang pembentukan KAPET Pare Pare yakni mendorong pertumbuhan daerah dalam kawasan KAPET.

F. REFERENSIhttp://id.m.wikipedia.org/wiki/infrastuktur.com. Infrastuktur. 9.09 am.http://bphn.go.id/data/documents/98kp164.doc.com. Kapet Parepare. 7.30 pm.

http://www.researchgate.net/publication/50876366_ANALISIS_POTENSI_EKONOMI_KAWASAN_PENGEMBANGAN_EKONOMI_TERPADU_%28KAPET%29_PARE_PARE_DI_SULAWESI_SELATAN. RAMDHANY RAMDHANY. Article. 7.35 pm.

http://syahriartato.wordpress.com/2013/03/03/mengenal-kapet-parepare/. Dr.Ir.Drs.H.Syahriar Tato.SH.MS.MH.MM..IAP. Mengenal Kapet Pare pare. 7.45 pm.

potensidaerah.ugm.ac.id/data/KAPET%20PAREPARE.pdf. Kapet Parepare. 8.01 pm

cakrawalaberita.com/daerah/kapet-parepare-dinilai-tidak-efektif. Kapet Parepare di nilai tidak efektif. 8.09 pm.