Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara...

77
FAKTOR-FAKTOR RISIKO KANKER PAYUDARA PADA PASIEN KANKER PAYUDARA WANITA DI RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS JAKARTA DEVI NUR OKTAVIANA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Transcript of Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara...

Page 1: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

FAKTOR-FAKTOR RISIKO KANKER PAYUDARA PADA PASIEN KANKER PAYUDARA WANITA

DI RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS JAKARTA

DEVI NUR OKTAVIANA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011

Page 2: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

ABSTRACT

DEVI NUR OKTAVIANA. Risk Factors of Breast Cancer in Patients with Breast Cancer Woman at Cancer Hospital Dharmais Jakarta. Under direction of EVY DAMAYANTHI and KARDINAH.

In the world, cancer is the second leading cause of death after cardiovascular disease. In Indonesia the disease is the leading cause of cancer death number five after cardiovascular, infections, respiratory, and gastrointestinal diseases. Breast cancer incidence in Indonesia at 26 per 100,000 women. In Indonesia in 2004 breast cancer inpatients 15.40%, in 2007 to 16.85%. This study aims to know the risk factors of breast cancer in patients with breast cancer woman at Cancer Hospital Dharmais Jakarta. This study is an observational analytic design with Hospital-Based Case Control Study. Analysis used in this study were univariate, bivariate, and multivariate. Bivariate analysis done by 2x2 table analysis and Chi-Square analysis. Multivariate analysis done by multiple logistic regression analysis. The research showed is no relationship between age, nutritional status, knowledge of nutrition, the consumption of fatty foods, consumption of vegetables, family history of breast cancer, age of menarche, duration of breastfeeding, extended use of hormonal contraceptives, duration of physical activity, and passive smokers against incidence of breast cancer. The result of bivariate analysis is high consumption of preserved and grill foods 9.308 times the risk of developing breast cancer (OR: 9.308 with 95% CI: 1.778-48.723) compared with low consumption of preserved and grill foods. Based on multivariate analysis no variable effect on the incidence of breast cancer. Keywords: breast cancer, risk factors

Page 3: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

RINGKASAN

DEVI NUR OKTAVIANA. Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara pada Pasien Kanker Payudara Wanita di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta. Dibimbing oleh EVY DAMAYANTHI dan KARDINAH.

Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara

yang terus tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk

benjolan di payudara. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui besar risiko usia,

status gizi, pengetahuan gizi, konsumsi makanan berlemak, konsumsi makanan

diawetkan dan dibakar, konsumsi sayur, konsumsi buah, riwayat kanker

payudara pada keluarga, usia menstruasi pertama, usia menopause, lama

menyusui, lama menggunakan alat kontrasepsi hormonal, lama melakukan

aktivitas fisik, dan perokok pasif terhadap kejadian kanker payudara pada pasien

kanker payudara wanita di Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD) Jakarta.

Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan desain Hospital

Based Case Control Study. Populasi adalah pasien wanita rawat jalan yang

datang ke Instalasi Radiodiagnostik RSKD. Contoh adalah pasien wanita rawat

jalan yang datang ke Instalasi Radiodiagnostik pada tanggal 2 Agustus 2011

sampai dengan 19 Agustus 2011 yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian

ini dan memenuhi kriteria untuk masing-masing kelompok. Contoh terbagi ke

dalam kelompok kasus dan kelompok kontrol. Kriteria kelompok kasus adalah

didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG

Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia di atas 20

tahun, bukan seorang vegetarian, dan bersedia menjadi responden. Kriteria

kelompok kontrol adalah tidak terdiagnosis kanker payudara berdasarkan

pemeriksaan USG Payudara/Mammografi, tidak menderita penyakit keganasan

lain, wanita berusia di atas 20 tahun, dan bersedia menjadi responden.

Data yang telah diperoleh diolah baik secara manual atau dengan

menggunakan Microsoft Excel 2007 for Windows dan SPSS (Statistical Product

and Service Solution) 16.0 for Windows. Analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah univariat, bivariat, dan multivariat. Analisis univariat

digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dan proporsi dari

berbagai variabel yang diteliti. Hasil disajikan dalam bentuk jumlah dan

persentase. Analisis bivariat dilakukan dengan analisis tabel 2x2 dengan tujuan

untuk menghitung nilai Odds Ratio (OR) dan analisis Chi-Square untuk

menentukan variabel yang dapat masuk ke dalam analisis multivariat, selain itu

digunakan juga untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi dengan

kanker payudara. Analisis multivariat digunakan untuk menarik kesimpulan akhir

suatu penelitian. Kriteria untuk dapat dilakukan analisis regresi logistik berganda

yaitu faktor risiko yang memiliki p<0.05 pada analisis bivariat.

Berdasarkan analisis univariat dapat dideskripsikan rata-rata usia contoh

dalam penelitian ini adalah 47.6 ± 8.2 tahun pada kelompok kasus, sedangkan

rata-rata usia contoh pada kelompok kontrol adalah sebesar 40.7 ± 9.7 tahun.

Kelompok kasus banyak terdapat pada rentang usia 40-49 tahun yaitu sebesar

41.7%, kemudian pada rentang usia 50-59 tahun yaitu sebesar 37.5%. Sebagian

Page 4: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

besar kelompok kasus maupun kelompok kontrol memiliki status gizi normal yaitu

masing-masing sebesar 87.5% dan 62.5%. Pengetahuan gizi dalam kategori

sedang lebih banyak ditemukan pada kelompok kontrol yaitu sebesar 83.3%

dibandingkan dengan kelompok kasus yaitu sebesar 75%. Tinggi konsumsi

makanan berlemak, tinggi konsumsi makanan diawetkan dan dibakar, konsumsi

sayur <5 porsi/hari, riwayat kanker payudara pada keluarga, usia menopause

>50 tahun, lama melakukan aktivitas fisik <30 menit/hari, dan perokok pasif

banyak ditemukan pada kelompok kasus dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Berdasarkan hasil analisis bivariat, hanya konsumsi makanan diawetkan

dan dibakar yang merupakan faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya

kanker payudara, artinya tinggi konsumsi makanan diawetkan dan dibakar

berisiko 9.308 kali terkena kanker payudara (OR=9.308 dengan 95% CI: 1.778-

48.723) dibandingkan dengan rendah konsumsi makanan diawetkan dan

dibakar. Setelah dilakukan analisis multivariat terhadap faktor risiko yang nilai

p<0.05 (konsumsi makanan diawetkan dan dibakar dan usia menopause)

diketahui bahwa konsumsi makanan diawetkan dan dibakar bukanlah faktor

risiko yang dapat menyebabkan kanker payudara, OR: 0.107 (95% CI: 0.021-

0.562). Hal ini dapat diartikan bahwa berdasarkan hasil analisis regresi logistik

berganda, tidak ada faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya kanker

payudara.

Kata kunci: kanker payudara, faktor risiko

Page 5: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

FAKTOR-FAKTOR RISIKO KANKER PAYUDARA PADA PASIEN KANKER PAYUDARA WANITA

DI RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS JAKARTA

DEVI NUR OKTAVIANA

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011

Page 6: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

Judul Skripsi : Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara pada Pasien Kanker

Payudara Wanita di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta

Nama : Devi Nur Oktaviana

NRP : I14070108

Disetujui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS

dr. Kardinah, Sp.Rad NIP. 19621204 198903 2 002 NIP. 19601211 198512 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP. 19621218 198703 1 001

Tanggal Lulus:

Page 7: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya

sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam

penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan Agustus

2011 ini adalah Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara pada Pasien Kanker

Payudara Wanita di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta. Terima kasih penulis

ucapkan kepada Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS dan dr. Kardinah, Sp.Rad selaku

pembimbing yang telah banyak memberikan motivasi, arahan, dan saran. Dr. Ir.

Dodik Briawan, MCN selaku penguji dan Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M. Sc selaku

pemandu seminar yang telah memberikan masukan demi kesempurnaan karya

ilmiah ini. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M. Si dan Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, M. Kes atas segala

bantuan dan dukungan yang telah diberikan. Pemerintah Provinsi Jambi yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menerima beasiswa

sehingga penulis dapat menyelesaikan studi strata 1 di Institut Pertanian Bogor

(IPB). Kedua orang tua, nenek, abang Tony Kusnadi serta keluarga besar yang

selalu memberikan kasih sayang, doa, restu, serta dukungan yang tak pernah

habis kepada penulis. Sahabat yang langka ditemukan bagi penulis (Nursida

Yaru dan Habiba Macap). Teman-teman Luminaire khususnya sahabat Prima

(Nesyi/ayuk, Devi S./Teteh, Mayang/neng, dan Siti Hajar/ceuceu) yang

memberikan warna dan keceriaan dalam kehidupan penulis. Dewan Pejuang dan

Dewan Dialektik yang telah memberikan banyak pengalaman organisasi dan

persahabatan yang hangat kepada penulis. Teman-teman lainnya yang memberi

semangat kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Di samping itu,

penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh staf Instalasi Radiodiagnostik

Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta yang telah banyak membantu penulis

dalam pengumpulan data penelitian.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2011

Devi Nur Oktaviana

Page 8: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 11 Oktober 1990 dari ayah

Kusnadi dan ibu Zul Finaria. Penulis merupakan putri bungsu dari dua

bersaudara.

Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 8 Batang Hari Jambi dan pada

tahun yang sama lulus masuk IPB melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah dari

Pemerintah Provinsi Jambi. Penulis memilih mayor Ilmu Gizi, Fakultas Ekologi

Manusia.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi mahasiwa yaitu

Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia pada tahun 2008/2009

dan 2009/2010. Selain itu, penulis juga aktif di berbagai kepanitiaan yang

diselenggarakan oleh beberapa organisasi tingkat perguruan tinggi maupun

nasional. Pada tahun 2010 penulis mengikuti Kuliah Kerja Profesi di Desa Pulau

Burung, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi

Kalimantan Selatan yang disponsori oleh PT. Arutmin Indonesia. Serta pada

tahun 2011 penulis mengikuti Internship Dietetik di Rumah Sakit Kanker

Dharmais Jakarta.

Page 9: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .............................................................................................. ii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... v

PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 Latar Belakang ..................................................................................... 1 Tujuan ................................................................................................... 4 Kegunaan ............................................................................................. 4

TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 6 Kanker Payudara .................................................................................. 6 Penyebab Kanker Payudara ................................................................ 7 Faktor Risiko Kanker Payudara ........................................................... 8 Tanda dan Gejala Kanker Payudara ................................................... 20 Deteksi Dini Kanker Payudara ............................................................. 21 Stadium Kanker Payudara ................................................................... 22

KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................................ 25

HIPOTESIS ...................................................................................................... 27

METODE .......................................................................................................... 29 Desain, Tempat, dan Waktu ................................................................ 29 Jumlah dan Cara Penarikan Contoh .................................................... 29 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ..................................................... 30 Pengolahan dan Analisis Data ............................................................. 31

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 36 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 36 Karakteristik Contoh dan Hubungan Faktor Risiko dengan Kanker Payudara .............................................................................................. 37 Analisis Multivariat terhadap Faktor Risiko Kanker Payudara ............ 53 Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 54

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 55 Kesimpulan ........................................................................................... 55 Saran .................................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 56

LAMPIRAN ....................................................................................................... 61

Page 10: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Persentase wanita Amerika yang diperkirakan akan terkena kanker payudara selama interval 10, 20, dan 30 tahun sesuai dengan usia mereka saat ini, 2005-2007 ...................................................................... 9

2. Kategori status gizi berdasarkan IMT ....................................................... 10

3. Nilai OR menurut hasil penelitian Indrati (2005) ...................................... 30

4. Besar contoh (n) berdasarkan hasil penelitian Indrati (2005) .................. 30

5. Kategori status gizi berdasarkan IMT ....................................................... 31

6. Hubungan faktor risiko dengan kejadian kanker payudara ...................... 34

7. Distribusi contoh berdasarkan tingkat pendidikan pada kelompok kasus dan kelompok kontrol ................................................................................ 37

8. Distribusi contoh berdasarkan pekerjaan pada kelompok kasus dan kelompok kontrol ....................................................................................... 38

9. Distribusi contoh berdasarkan usia pada kelompok kasus dan kelompok kontrol ....................................................................................... 38

10. Distribusi contoh berdasarkan status gizi pada kelompok kasus dan kelompok kontrol ....................................................................................... 39

11. Hubungan antara status gizi dengan kanker payudara ........................... 40

12. Distribusi contoh berdasarkan pengetahuan gizi pada kelompok kasus dan kelompok kontrol ................................................................................ 41

13. Hubungan antara pengetahuan gizi dengan kanker payudara ................ 41

14. Distribusi contoh berdasarkan konsumsi makanan berlemak pada kelompok kasus dan kelompok kontrol..................................................... 42

15. Distribusi contoh berdasarkan konsumsi makanan diawetkan dan dibakar pada kelompok kasus dan kelompok kontrol .............................. 43

16. Distribusi contoh berdasarkan konsumsi sayur pada kelompok kasus dan kelompok kontrol ................................................................................ 44

17. Distribusi contoh berdasarkan konsumsi buah pada kelompok kasus dan kelompok kontrol ................................................................................ 45

18. Distribusi contoh berdasarkan riwayat kanker payudara pada keluarga pada kelompok kasus dan kelompok kontrol ........................................... 46

19. Distribusi contoh berdasarkan usia menstruasi pertama pada kelompok kasus dan kelompok kontrol ..................................................................... 46

20. Distribusi contoh berdasarkan usia menopause pada kelompok kasus dan kelompok kontrol ................................................................................ 47

Page 11: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

iii

21. Distribusi contoh berdasarkan lama menyusui pada kelompok kasus dan kelompok kontrol ................................................................................ 48

22. Distribusi contoh berdasarkan alat kontrasepsi hormonal yang digunakan pada kelompok kasus dan kelompok kontrol ......................... 49

23. Distribusi contoh berdasarkan lama menggunakan alat kontrasepsi hormonal pada kelompok kasus dan kelompok kontrol ........................... 50

24. Distribusi contoh berdasarkan lama melakukan aktivitas fisik pada kelompok kasus dan kelompok kontrol..................................................... 50

25. Distribusi contoh berdasarkan perokok pasif pada kelompok kasus dan kelompok kontrol ....................................................................................... 51

26. Variabel kandidat untuk analisis regresi logistik berganda ...................... 53

27. Model akhir analisis regresi logistik berganda terhadap faktor-faktor risiko kanker payudara .............................................................................. 54

Page 12: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka berfikir penelitian ...................................................................... 26

2. Distribusi contoh berdasarkan stadium kanker pada kelompok kasus .... 52

Page 13: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Informed Consent ..................................................................................... 62

2. Cara perhitungan besar contoh ................................................................ 63

3. Surat Ijin Penelitian ................................................................................... 64

Page 14: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam keadaan normal, reproduksi sel adalah suatu proses yang

terkontrol ketat. Rangsangan tertentu dan berbagai faktor pertumbuhan, baik

fisiologis maupun patologis, dapat mempengaruhi kecepatan reproduksi sel.

Pembelahan sel yang tidak terkontrol dan tanpa batas serta tidak bertujuan

tersebut disebut kanker (Corwin 2000). Menurut Tannock dan Hill (1998) kanker

adalah penyakit di mana sel-sel ganas berproleferasi untuk menghasilkan

keturunan sel-sel yang juga ganas. Mangan (2005) menyatakan bahwa sel-sel

kanker akan membelah diri dengan cepat dan terus-menerus sehingga dapat

menyusup ke jaringan disekitarnya. Sel-sel ini akan menyebar melalui jaringan

ikat, darah, dan menyerang organ-organ penting serta saraf tulang belakang.

Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara

yang terus tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk

benjolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau tidak dikontrol,

sel-sel kanker bisa menyebar (metastasis) pada bagian-bagian tubuh lain dan

nantinya dapat mengakibatkan kematian. Metastasis bisa terjadi pada kelenjar

getah bening ketiak ataupun di atas tulang belakang (Tapan 2005). Menurut

American Cancer Society (ACS) (2011) kanker payudara adalah tumor ganas

yang menyerang sel-sel payudara. Tumor ganas adalah sekelompok sel-sel

kanker yang dapat tumbuh dan menyerang jaringan sekitarnya atau menyebar ke

daerah lain pada tubuh. Penyakit ini terjadi hampir seluruhnya pada wanita,

tetapi dapat juga terjadi pada pria.

Di dunia, kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah

penyakit kardiovaskular. Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun

2003, setiap tahun timbul lebih dari 10 juta kasus penderita baru kanker dengan

prediksi peningkatan setiap tahun kurang lebih 20%. Diperkirakan pada tahun

2020 jumlah penderita baru penyakit kanker meningkat hampir 20 juta penderita,

84 juta orang diantaranya akan meninggal pada sepuluh tahun ke depan bila

tidak dilakukan intervensi yang memadai (Depkes 2009). Berdasarkan data WHO

Global Burden of Disease 2004, di dunia kanker yang paling umum terjadi pada

wanita adalah kanker payudara, 16% dari semua kejadian kanker pada wanita.

Diperkirakan 519.000 perempuan meninggal akibat kanker payudara pada tahun

2004. Meskipun kanker payudara dianggap sebagai penyakit di negara maju,

Page 15: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

2

namun mayoritas (69%) dari semua kematian kanker payudara terjadi di negara

berkembang (WHO 2011).

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001

penyakit kanker merupakan penyebab kematian nomor 5 di Indonesia setelah

penyakit kardiovaskular, infeksi, pernafasan, dan pencernaan (Depkes 2010).

Berdasarkan data Globocan (Estimasi International Agenct Cancer

Registry/IACR) 2002, kanker payudara menempati urutan pertama dari seluruh

kanker pada perempuan. IACR mengestimasi insidens kanker payudara di

Indonesia sebesar 26 per 100.000 perempuan. Data dari Sistem Informasi

Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa kanker

payudara menempati urutan pertama pasien rawat inap (15.40%) dan pasien

rawat jalan (15.78%) (Depkes 2007), pada tahun 2007 terjadi peningkatan pasien

rawat inap kanker payudara menjadi 16.85% (Depkes 2010).

Perjalanan penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan secara

jelas, tetapi banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang

berhubungan dengan peningkatan risiko atau kemungkinan untuk terjadinya

kanker payudara. Faktor-faktor itu disebut faktor risiko (Depkes 2007). Menurut

hasil penelitian Indrati (2005) faktor risiko yang terbukti berpengaruh terhadap

kejadian kanker payudara adalah riwayat tumor jinak, lama melakukan aktivitas

fisik <4 jam/minggu, frekuensi tinggi konsumsi lemak, riwayat kanker payudara

pada keluarga, lama menyusui <5 bulan, dan lama menggunakan kontrasepsi

oral >10 tahun. Menurut Damayanthi (2008) kanker merupakan penyakit genetik,

namun penyebab utamanya adalah faktor lingkungan yang sepertiganya

disebabkan oleh makanan. Seseorang diharapkan dapat menghindari makanan

yang menyebabkan terjadinya kanker dan mengonsumsi makanan untuk

memenuhi kecukupan gizinya serta zat nutraceutical yang memiliki aktivitas anti

tumor.

Menurut Sirait et al. (2009) beberapa faktor yang meningkatkan risiko

kanker payudara adalah usia tua, pertama kali menstruasi (menarche) dini, usia

makin tua saat menopause, usia makin tua saat pertama kali melahirkan, tidak

pernah hamil, riwayat keluarga menderita kanker payudara (terutama ibu dan

saudara perempuan), riwayat pernah menderita tumor jinak payudara,

mengonsumsi alat kontrasepsi hormonal dalam jangka panjang, mengonsumsi

alkohol, serta pajanan radiasi pada payudara terutama saat periode

pembentukan payudara.

Page 16: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

3

Pada penelitian ini dilihat hubungan dan besar risiko dari beberapa faktor

risiko yang dapat meningkatkan risiko kanker. Faktor-faktor risiko yang akan

diteliti adalah usia, status gizi, pengetahuan gizi, konsumsi makanan berlemak,

konsumsi makanan diawetkan dan dibakar, konsumsi sayur, konsumsi buah,

riwayat kanker payudara pada keluarga, usia menstruasi pertama, usia

menopause, lama menyusui, lama menggunakan alat kontrasepsi hormonal,

lama melakukan aktivitas fisik, serta perokok pasif.

Dari beberapa penelitian tersebut belum ditemukan penelitian yang

meneliti konsumsi makanan diawetkan dan dibakar secara sekaligus bersama

dengan faktor risiko lainnya. Menurut Harris dan Karmas (1989) nitrosamin

adalah sekelompok senyawa kimia yang ternyata bersifat karsinogen. Nitrosamin

dideteksi ada dalam daging yang diawetkan dengan curing dan pengasapan.

Menurut Mahan dan Escott-Stump (2008) risiko kanker yang mungkin meningkat

ditimbulkan oleh pembentukan polisiklik hidrokarbon aromatik dan hetrosiklik

amina selama memasak dengan metode pemanasan seperti grilling, broiling,

barbecuing, dan daging yang diasapkan. Selain itu, beberapa peneliti juga telah

menemukan aktivitas mutagenik dalam makanan setelah digoreng dan

dipanggang dengan arang.

Menurut Depkes (2007) faktor risiko yang utama kejadian kanker

berhubungan dengan keadaan hormonal (esterogen dominan) dan genetik.

Penyebab terjadinya keadaan esterogen dominan dapat terjadi karena beberapa

faktor risiko. Salah satu golongan faktor risiko tersebut adalah diet dan faktor

yang berhubungan dengan diet. Faktor risiko ini dapat dibagi dua yaitu faktor

risiko memperberat dan mengurangi terjadinya kanker. Beberapa faktor yang

memperberat seperti peningkatan berat badan yang bermakna pada saat

menopause, diet ala barat yang tinggi lemak, dan minuman beralkohol. Faktor

risiko yang mempunyai dampak positif atau dapat mengurangi terjadinya kanker

seperti peningkatan konsumsi serat serta peningkatan konsumsi sayur dan buah.

Seperti kebanyakan penelitian yang telah dilakukan, konsumsi sayur dan

buah ditempatkan sebagai faktor penghambat atau protektor terhadap kejadian

kanker payudara. Namun, pada penelitian ini konsumsi sayur dan buah

ditempatkan sebagai faktor risiko kanker payudara dengan melihat konsumsi

sayur dan buah dalam sehari yang telah memenuhi anjuran atau belum

memenuhi anjuran. Suatu organisasi penelitian dan penyuluhan kanker di

Amerika Serikat yaitu World Cancer Research Fund dan American Institute for

Page 17: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

4

Cancer Research pada tahun 2007 mengeluarkan rekomendasi guna mencegah

dan mengendalikan penyakit kanker di dunia. Salah satu rekomendasi tersebut

adalah seseorang memakan sedikitnya 5 porsi/penyajian (sedikitnya 400 g)

berbagai sayuran non pati dan buah-buahan setiap hari (Damayanthi 2008).

Menurut Depkes (2007) salah satu cara mencegah penyakit kanker adalah

mengonsumsi sayur dan buah lebih dari 500 gram per hari. Oleh sebab itu, pada

penelitian ini konsumsi sayur dan buah dianalisis sebagai faktor risiko kanker

payudara.

Penelitian ini juga melihat besar risiko antara pengetahuan gizi dengan

kanker payudara yang belum ada pada penelitian-penelitian sebelumnya.

Pengetahuan termasuk di dalamnya pengetahuan gizi dapat diperoleh melalui

pendidikan formal dan pendidikan informal (Suhardjo 1989). Menururt (Khomsan

et al. 2009) tingkat pengetahuan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku

seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman, dan kejelasan

konsep mengenai objek tertentu. Harper et al. (1985) menyatakan bahwa faktor

pribadi yang mempengaruhi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi adalah

banyaknya informasi yang dimiliki seseorang mengenai kebutuhan tubuh akan

zat gizi dan kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan gizi ke

dalam pemilihan pangan.

Tujuan

a. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor risiko kanker payudara pada pasien kanker payudara

wanita di RSKD.

b. Tujuan Khusus

Mengetahui besar risiko usia, status gizi, pengetahuan gizi, konsumsi

makanan berlemak, konsumsi makanan diawetkan dan dibakar, konsumsi

sayur, konsumsi buah, riwayat kanker payudara pada keluarga, usia

menstruasi pertama, usia menopause, lama menyusui, lama menggunakan

alat kontrasepsi hormonal, lama melakukan aktivitas fisik, dan perokok pasif

terhadap kejadian kanker payudara pada pasien kanker payudara wanita di

RSKD.

Kegunaan

1. Bagi instansi terkait

Sebagai masukan dan informasi bagi program kesehatan dalam rangka

mencegah kanker payudara wanita.

Page 18: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

5

2. Bagi masyarakat

Sebagai masukan dan informasi kepada masyarakat untuk memperhatikan

cara hidup sehat sebagai salah satu cara untuk mencegah kanker payudara

wanita.

3. Bagi peneliti

Sebagai masukan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan,

khususnya bidang kesehatan masyarakat.

Page 19: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

TINJAUAN PUSTAKA

Kanker Payudara

Tumor ada yang bersifat jinak (tumor jinak) dan ada yang bersifat ganas

(tumor ganas). Tumor jinak (benigna) tumbuhnya lambat dan biasanya

mempunyai kapsul, tidak tumbuh infiltratif, tidak merusak jaringan sekitarnya, dan

tidak menimbulkan penyebaran pada tempat yang jauh. Tumor ganas (maligna)

tumbuh cepat, infiltratif, dan merusak jaringan di sekitarnya. Di samping itu dapat

menyebar keseluruh tubuh melalui aliran limfe atau aliran darah dan sering

menimbulkan kematian (McCance & Huether 2010).

Di dunia barat, kanker adalah penyebab utama kematian dan sumber

morbiditas pada orang dewasa. Kejadian kanker meningkat tajam dengan

bertambahnya usia dan sangat dipengaruhi oleh jenis kelamin, gaya hidup, etnis,

infeksi, dan genetika. Lingkungan, genetika, dan perilaku berinteraksi

memodifikasi respon risiko perkembangan kanker (McCance & Huether 2010).

Kanker adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal yang cenderung menginvasi

jaringan di sekitarnya dan menyebar ke tempat-tempat jauh (Corwin 2000).

Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar,

saluran kelenjar dan jaringan payudara, tidak termasuk kulit payudara (Depkes

2007). Menurut Tapan (2005) kanker payudara adalah sekelompok sel tidak

normal pada payudara yang terus tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel

ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang

atau tidak dikontrol, sel-sel kanker bisa menyebar pada bagian-bagian tubuh lain

dan nantinya dapat mengakibatkan kematian.

Karsinogenesis merupakan proses yang berlangsung sangat lama. Hal ini

sebagaian disebabkan karena dibutuhkan sejumlah pembelahan sel untuk

menjadikan suatu tumor yang manifes klinis dari suatu sel yang mengalami

transformasi, tergantung pada frekuensi pembelahannya. Hal ini dapat

berlangsung 5-10 tahun (van de Velve et al. 1999). Menurut Tannock dan Hill

(1998) keseluruhan periode laten dari tahap inisiasi suatu karsinogenesis hingga

kanker tersebut dapat dideteksi secara klinis sekitar 10-20 tahun. Karsinogenesis

berlangsung lama dan dibagi tiga tahap yakni inisiasi, promosi, dan

perkembangan (progression).

Tahap inisiasi merupakan tahapan yang berlangsung cepat. Dalam

keadaan normal, replikasi asam deoksiribonukleat (DNA) terjadi dengan tingkat

presisi yang sangat tinggi. Hal ini terjadi karena adanya enzim-enzim pengoreksi

Page 20: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

7

yang meneliti untai DNA untuk mencari adanya kesalahan transkripsi. Apabila

ditemukan suatu kesalahan, maka basa-basa DNA yang terlibat akan dipotong

dan diperbaiki. Namun, terkadang kesalahan transkripsi tersebut tidak terdeteksi

oleh enzim-enzim pengoreksi tersebut. Kesalahan tersebut menjadi mutasi

permanen dan akan bertahan di semua sel keturunannya (Corwin 2000).

Sel yang telah terinisiasi adalah sel yang telah mengalami mutasi. Sel

yang terinisiasi bukan sel kanker, harus berlangsung proses-proses promosi

selama bertahun-tahun sebelum sel tersebut menjadi sel kanker (Corwin 2000).

Menurut Tannock dan Hill (1998) sel terinisiasi dapat tetap tenang bila tidak

dihidupkan oleh zat yang disebut promotor. Promotor sendiri tidak dapat

menginduksi perubahan kearah neoplasma sebelum bekerja pada sel terinisiasi.

Promotor merangsang proliferasi sel dengan mengubah fungsi gen regulator,

mengubah bagaimana suatu sel berespons terhadap berbagai stimulator kimiawi

atau inhibitor pertumbuhan atau mengubah bagaimana suatu sel berespons

terhadap komunikasi antar sel. Contoh promotor antara lain hormon endogen

(dihasilkan oleh tubuh) misalnya esterogen, zat-zat tambahan tertentu untuk

makanan, serta komponen asap rokok dan alkohol.

Tahap yang terakhir adalah tahap perkembangan (progression). Tahap ini

berlangsung berbulan-bulan. Pada awal tahap ini, sel preneoplasma dalam

stadium metaplasia berkembang menjadi stadium displasia sebelum menjadi

neoplasma. Terjadi ekspansi populasi sel-sel ini secara spontan dan ireversibel.

Sel-sel menjadi kurang responsif terhadap sistem imunitas tubuh dan regulasi

sel. Pada akhir fase ini gambaran histologis dan klinis menunjukkan keganasan

(Tannock & Hill 1998).

Penyebab Kanker Payudara

Sampai saat ini belum ditemukan data pasti yang menjadi faktor

penyebab utama penyakit kanker payudara. Penyebab kanker payudara sampai

saat ini diduga akibat interaksi yang rumit dari banyak faktor. Beberapa faktor

yang meningkatkan risiko kanker payudara adalah usia tua, usia menstruasi

pertama pada usia dini, usia makin tua saat menopause, usia makin tua saat

pertama kali melahirkan, tidak pernah hamil, riwayat keluarga menderita kanker

payudara (terutama ibu dan saudara perempuan), riwayat pernah menderita

tumor jinak payudara, mengonsumsi obat kontrasepsi hormonal dalam jangka

panjang, mengonsumsi alkohol serta pajanan radiasi pada payudara terutama

saat periode pembentukan payudara. Beberapa kajian literatur menyebutkan

Page 21: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

8

bahwa pemakaian hormonal, obesitas, konsumsi alkohol, hamil pertama di usia

tua, asupan lemak, khususnya lemak jenuh berkaitan dengan peningkatan risiko

kanker payudara (Sirait et al. 2009).

Faktor Risiko Kanker Payudara

Hasil penelitian Kelsey dan Gammon (1991) menerangkan beberapa

faktor risiko kanker, antara lain karakteristik demografi seperti jenis kelamin, usia,

dan ras/suku bangsa; faktor-faktor genetik seperti riwayat kanker payudara pada

keluarga, gen khusus, riwayat kanker pada satu payudara, dan riwayat kanker

endrometrium/ovarium; reproduksi seperti tidak pernah melahirkan dan usia

pertama kali hamil; hormonal seperti usia menstruasi dan usia menopause; serta

faktor-faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti kegemukan, aktivitas fisik, diet,

alkohol, paparan radiasi, kontrasepsi oral, dan terapi hormonal.

Menurut Corwin (2000) faktor risiko kanker dibagi menjadi tiga bagian

yaitu faktor risiko perilaku, faktor risiko hormonal, dan faktor risiko yang

diwariskan. Faktor risiko perilaku antara lain merokok, terpajan ke berbagai

karsinogen misalnya asbestos atau tar batubara dan makanan yang banyak

mengandung lemak serta daging yang diawetkan. Faktor risiko hormonal adalah

esterogen. Esterogen dapat berfungsi sebagai promotor bagi kanker tertentu,

misalnya kanker payudara dan endometrium. Kadar esterogen yang tinggi

menyebabkan terjadinya menstruasi dini dan menopause lambat pada seorang

wanita yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara. Adanya

riwayat keluarga yang mengidap kanker terutama kanker dari satu jenis adalah

faktor risiko terjangkitnya kanker. Kubba (2003) menyatakan bahwa etiologi

kanker payudara bersifat multifaktoral yang mencakup faktor genetik, lingkungan,

dan reproduksi. Ketiganya berinteraksi melalui mekanisme yang kompleks.

Dampak dari faktor lingkungan dan reproduksi tergantung pada usia wanita.

Faktor lingkungan dan gaya hidup adalah merokok.

Menurut Global Alliance Indonesia et al. (2003) dalam menjawab

pertanyaan seputar kesehatan reproduksi, faktor-faktor risiko yang dapat

meningkatkan terjadinya kanker payudara adalah mendapat mestruasi pertama

pada usia kurang dari 10 tahun, menopause setelah umur 50 tahun, tidak pernah

melahirkan anak, melahirkan anak pertama sesudah umur 35 tahun, tidak pernah

menyusui anak, pernah mengalami operasi pada payudara yang disebabkan

oleh tumor jinak payudara, dan diantara anggota keluarga ada yang menderita

kanker payudara. Selain itu disarankan pula pada wanita yang memiliki risiko

Page 22: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

9

tinggi terhadap kanker payudara untuk berhati-hati menggunakan obat-obatan

hormonal atau sebaiknya di bawah pengawasan dokter.

Berdasarkan hasil penelitian Diana (2009) di rumah sakit onkologi

Surabaya, faktor risiko penyakit kanker payudara yang bermakna adalah

menstruasi pertama pada usia dini, usia menopause lebih dari 50 tahun, tidak

pernah melahirkan, dan riwayat keluarga dengan kanker payudara. Menurutnya

melakukan upaya pencegahan terhadap terjadinya menstruasi pertama pada

usia dini, antara lain menjaga pola makan dengan tidak terlalu banyak makan

makanan yang mengandung lemak.

Usia. Usia sangat penting sebagai faktor risiko kanker payudara. Risiko

terjadinya kanker payudara bertambah sebanding dengan pertambahan usia

(Azamris 2006). Menurut Kubba (2003) kanker payudara dapat diklasifikasikan

berdasarkan usia saat terkena kanker payudara yaitu kanker usia reproduksi

terjadi pada wanita di bawah usia 40, kanker pre menopause terjadi pada wanita

usia 40-55, dan kanker post menopause yang merupakan mayoritas dari

penderita kanker payudara.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) (2010) menerangkan

bahwa risiko kanker payudara meningkat dengan bertambahnya usia. Tabel 1 di

bawah ini menunjukkan persentase wanita Amerika (sekitar 100 orang) yang

diperkirakan akan terkena kanker payudara selama periode yang berbeda.

Periode waktu didasarkan pada usia perempuan saat ini.

Tabel 1 Persentase wanita Amerika yang diperkirakan akan terkena kanker payudara selama interval 10, 20, dan 30 tahun sesuai dengan usia mereka saat ini, 2005-2007

Usia sekarang 10 Tahun 20 Tahun 30 Tahun

30 tahun 0.43 1.86 4.13 40 tahun 1.45 3.75 6.87 50 tahun 2.38 5.60 8.66 60 tahun 3.45 6.71 8.65

Berdasarkan di atas, diketahui bahwa wanita yang saat ini berusia 60

tahun akan terkena kanker payudara 10 tahun mendatang sebanyak 3.45%. Hal

ini dapat diartikan bahwa 3 atau 4 dari 100 wanita yang berusia 60 tahun saat ini

diperkirakan akan terkena kanker pada usia 70 tahun. Menurut Veroncssi et al.

(1995) dalam Azamris (2006) meningkatnya risiko terkena kanker payudara

dengan bertambahnya usia diduga karena pengaruh paparan hormonal

(estrogen) yang lama serta paparan faktor risiko lain yang memerlukan waktu

lama untuk dapat menginduksi terjadinya kanker. Berdasarkan penelitian yang

Page 23: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

10

dilakukan Indrati (2005), usia merupakan variabel yang tidak terbukti

berpengaruh terhadap kejadian kanker payudara pada wanita. Namun, dilihat

dari distribusi penyebaran kasus, kasus kanker payudara meningkat dengan

bertambahnya umur dan mencapai puncak pada rentang umur 40-49 tahun.

Status Gizi. Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status

keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang

dibutuhkan (requirement) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis

(pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lain

sebagainya). Ketidakcukupan intake dalam jangka waktu yang lama akan

menghasilkan proses metabolisme, komposisi tubuh, kondisi fisik, dan psikologis

yang dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit (Suyatno 2009).

Pada penelitian berbasis masyarakat cara pengukuran yang sering

digunakan adalah metode antropometri gizi. Antropometri berasal dari kata

anthropos dan metros. Anthopos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi

antropometri ialah ukuran dari tubuh. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain

berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan tebal lemak di bawah kulit.

Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai

ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi (Supariasa et al. 2002).

Antropometri dapat dipakai sebagai indikator untuk menilai status gizi

dengan mengukur beberapa parameter yang disebut dengan istilah indeks

(perbandingan) atau disebut rasio. Salah satu pengukuran yang dapat digunakan

adalah dengan menggunakan rasio berat badan terhadap tinggi badan atau

dikenal dengan indeks massa tubuh (IMT) untuk menilai status gizi (Arisman

2002).

Tabel 2 Kategori status gizi berdasarkan IMT

Kategori Status Gizi Cut-off points IMT

Kurus <18 kg/m2

Normal 18-25 kg/m2

Kegemukan 25.1-27 kg/m2

Obesitas >27 kg/m2

Sumber: Pedoman Praktis Terapi Gizi Medis Departemen Kesehatan RI (2003) dalam Depkes (2006)

Status gizi atau tingkat konsumsi pangan merupakan bagian penting dari

status kesehatan seseorang. Tidak hanya status gizi yang mempengaruhi

kesehatan seseorang, tetapi status kesehatan juga mempengaruhi status gizi

seseorang (Suhardjo 2003). Hubungan antara berat badan, indeks massa tubuh,

dan berat badan relatif dalam studi epidemiologi telah membuktikan adanya

Page 24: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

11

sebuah asosiasi positif dengan kanker payudara, endometrium, dan ginjal. Pada

kanker payudara, hubungan yang positif terlihat pada wanita post menopause,

sedangkan pada wanita pre menopause hubungan ini relatif kecil. IMT pada

masa remaja memiliki implikasi untuk risiko kematian akibat kanker pada masa

mendatang. Oleh karena itu, mengukur IMT sepanjang hidup sangat penting

untuk menentukan peningkatan risiko obesitas (Mahan & Escott-Stump 2008).

Penelitian Maso et al. (2008) menemukan bahwa terdapat hubungan langsung

antara IMT dengan kematian penderita kanker payudara, hal ini juga telah

ditemukan pada penelitian-penelitian sebelumnya.

Pengetahuan Gizi. Pengetahuan didefinisikan secara sederhana sebagai

informasi yang disimpan dalam ingatan (Engel et al. 1994). Pengetahuan adalah

informasi yang disimpan dalam ingatan dan menjadi penentu utama perilaku

seseorang. Tingkat pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh kemampuan

intelektualnya (Khomsan et al. 2009). Pengetahuan termasuk di dalamnya

pengetahuan gizi dapat diperoleh melalui pendidikan formal dan pendidikan

informal (Suhardjo 1989). Tingkat pengetahuan akan berpengaruh terhadap

sikap dan perilaku seseorang karena berhubungan dengan daya nalar,

pengalaman, dan kejelasan konsep mengenai objek tertentu. Seseorang dapat

memperoleh pengetahuan gizi melalui berbagai sumber seperti buku-buku

pustaka, majalah, televisi, radio, surat kabar, dan orang lain (suami, teman,

tetangga, ahli gizi, dokter, dll) (Khomsan et al. 2009).

Salah satu pertimbangan seseorang untuk mengonsumsi makanan

adalah tingkat pengetahuan tentang manfaat makanan tersebut bagi kesehatan,

pengetahuan tentang bahan penyusun asal makanan, dan makna simboliknya.

Semakin baik pengetahuan gizinya, maka seseorang akan semakin

memperhatikan kuantitas dan kualitas pangan yang akan dikonsumsinya. Orang

yang tidak mempunyai cukup pengetahuan gizi, akan memilih makanan yang

paling menarik panca indra dan tidak mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi

makanan. Sebaliknya, orang yang semakin baik pengetahuan gizinya lebih

banyak mempergunakan pertimbangan rasional dan pengetahuannya sebagai

dasar sebelum mengonsumsi makanan tertentu (Khomsan et al. 2009).

Menurut Suhardjo (2003) faktor pribadi juga merupakan salah satu

pertimbangan seseorang untuk mengonsumsi makanan. Faktor pribadi yang

dimaksud di sini antara lain banyaknya informasi yang dimiliki seseorang tentang

kebutuhan tubuh akan gizi selama beberapa masa dalam perjalanan hidupnya,

Page 25: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

12

kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan gizi ke dalam pemilihan

pangan dan pengembangan cara pemanfaatan pangan yang sesuai, serta

hubungan keadaan kesehatan seseorang dengan kebutuhan akan pangan untuk

pemeliharaan kesehatan dan pengobatan penyakit.

Faktor pribadi yang mempengaruhi jumlah dan jenis pangan yang

dikonsumsi adalah banyaknya informasi yang dimiliki seseorang mengenai

kebutuhan tubuh akan zat gizi dan kemampuan seseorang untuk menerapkan

pengetahuan gizi ke dalalm pemilihan pangan (Harper et al. 1985). Menurut

Khomsan (2000) kategori pengetahuan gizi bisa dibagi dalam tiga kelompok yaitu

baik, sedang, dan kurang. Cara pengkategorian dilakukan dengan menetapkan

cut-off point dari skor yang telah dijadikan persen. Untuk keseragaman maka di

sini dianjurkan menggunakan cut-off point sebagai berikut: baik: >80%, sedang:

60-80%, kurang: <60%.

Konsumsi Makanan Berlemak. Ada hubungan yang potensial antara diet tinggi

lemak (Western) dengan kejadian kanker payudara pada beberapa studi

observasional. Sebuah meta analisis dari case control study sebagai

perbandingan internasional menunjukkan hal yang sama bahwa diet tinggi lemak

meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara. Begitupun dengan cohort study

yang menunjukkan hasil yang menemukan hubungan antara diet tinggi lemak

dengan risiko terjadinya kanker payudara (Vogel 2000).

Hipotesis bahwa diet tinggi lemak meningkatkan risiko kanker sebagian

besar didasarkan pada pengamatan bahwa konsumsi per kapita lemak sangat

berkorelasi dengan tingkat kematian nasional untuk kanker payudara (Wakai et

al. 2000). Howe et al. (1991) dalam Willett (2001) merangkum hasil dari 12 case

control study yang terdiri dari 4312 kasus dan 5978 kontrol. Risiko relatif (RR)

untuk konsumsi 100 g total lemak harian adalah 1.35 untuk keseluruhan dan 1.48

untuk wanita post menopause.

Menurut Willett (2001) konsumsi lemak secara keseluruhan tidak dapat

mempengaruhi risiko kanker payudara. Setiap jenis lemak menghasilkan efek

yang berbeda. Sama seperti penelitian yang dilakukan Smith-Warner et al.

(2001), diketahui bahwa ada hasil yang berbeda antara dua cohort study. Breast

Cancer Detection Demonstration Project Followup Cohort Study menemukan

bahwa lemak tak jenuh tunggal bukan lemak jenuh atau lemak tak jenuh ganda,

secara bermakna dikaitkan dengan risiko kanker payudara, sedangkan cohort

study yang dilakukan di Swedia menemukan hubungan yang terbalik antara

Page 26: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

13

risiko kanker payudara dengan lemak tak jenuh tunggal. Secara signifikan

terdapat hubungan positif antara kanker payudara dengan lemak tak jenuh

ganda dan tidak ada hubungan antara risiko kanker payudara dengan lemak

jenuh.

Rekomendasi yang dikeluarkan oleh kelompok ahli Food and

Agriculture Organization (FAO)/WHO untuk masalah konsumsi lemak/minyak

minimal adalah bagi sebagian besar orang dewasa, konsumsi lemak/minyak

harian harus dapat menyumbang paling tidak 15% dari total energi/kalori

yang dibutuhkan per hari. Konsumsi lemak yang berlebihan akan

menimbulkan kegemukan, meningkatkan risiko terkena penyakit jantung

koroner dan beberapa jenis kanker. Rekomendasi yang dikeluarkan oleh

kelompok ahli FAO/WHO untuk masalah konsumsi lemak/minyak maksimal

adalah untuk individu yang aktif dan kondisi energi serta nutrisinya sudah

cukup atau seimbang, sebaiknya mengonsumsi maksimal 35% dari total

energi/kalori yang dibutuhkan per hari, jumlah lemak jenuh dikonsumsi

sebaiknya tidak melebihi 10% dan jumlah lemak tak jenuh ganda 3-7% dari

total energi. Untuk individu dengan aktifitas sedang, sebaiknya tidak

mengonsumsi lebih dari 30% dari total energi, terutama lemak hewani yang

tinggi kandungan lemak jenuhnya (Koswara 2010).

Konsumsi Makanan yang Diawetkan dan Dibakar. Penggunaan nitrat dan nitrit

dalam pengolahan makanan telah sejak lama dilakukan. Hal ini dimulai secara

tidak sengaja dengan ditemukannya bahwa daging yang diawetkan dengan

garam kasar memberikan warna merah setelah dimasak. Sejak itu nitrat dan nitrit

secara luas digunakan untuk memperoleh warna merah yang seragam pada

produk-produk daging yang diawetkan dan praktek ini membawa pengembangan

proses pengasinan (curing) modern (Muchtadi 1989). Menurut Harris dan

Karmas (1989) natrium klorida adalah komponen bahan pangan yang tak dapat

diabaikan. Pada konsentrasi yang rendah, zat ini memberikan sumbangan besar

terhadap cita rasa. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, garam menunjukkan kerja

bakteriostatik yang penting. Dibeberapa negara, penggaraman masih digunakan

untuk pengawetan.

Menurut Buckle (1985) curing daging adalah suatu proses yang dapat

menghambat pertumbuhan mikroorganisme melalui penggunaan garam sodium

khlorida dan pengendalian aktivitas air diikuti dengan penggunaan garam nitrit

yang ditambahkan untuk mempertahankan warna daging dan pengasapan untuk

Page 27: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

14

mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme selanjutnya dan mencapai suatu

rasa daging asin yang diinginkan. Harris dan Karmas (1989) curing juga

bertujuan untuk pengawetan selain untuk produksi pigmen daging dan

pembentukan cita rasa yang khas.

Penggunaan bahan ini menjadi semakin luas karena manfaat nitrit dalam

pengolahan daging (seperti sosis, kornet, ham, dan hamburger). Penggunaan

nitrat dan nitrit dalam makanan (terutama produk-produk daging) dibatasi karena

adanya efek meracuni dari kedua senyawa tersebut. Umumnya nitrit lebih

beracun dibandingkan dengan nitrat, oleh karena itu konsumsi nitrit pada

manusia dibatasi sampai 0.4 mg/kg berat badan per hari. Akhir-akhir ini

penggunaan nitrit sebagai bahan pengawet kembali disoroti oleh banyak ahli

karena adanya bukti-bukti yang menunjukkan bahwa nitrosamin, suatu

karsinogen, dapat terbentuk dari hasil reaksi antara nitrit dengan senyawa amin

sekunder pada daging (Muchtadi 1989).

Nitrosamin adalah sekelompok senyawa kimia yang ternyata bersifat

karsinogen. Nitrosamin menunjukkan intensitas karsinogenik dan spesifikasi

organ yang berbeda. Nitrosamin dideteksi ada dalam daging yang diawetkan

dengan curing dan pengasapan. Ada kekhawatiran bahwa nitrosamin dapat

diregenerasi selama pelaksanaan curing. Pengasapan dapat pula menyebabkan

pembentukan nitrosamin karena nitrogen oksida telah dideteksi ada dalam asap

kayu dan amina ada dalam daging hewan. Nitrosamin dapat muncul dalam tubuh

manusia apabila pra zatnya yaitu amina dan nitrit atau nitrat, saling bersentuhan

dalam lambung (Harris & Karmas 1989). Pertanyaan yang selalu diajukan adalah

sejauh mana pengaruh nitrosamin terhadap kesehatan manusia. Hal-hal yang

harus dipertimbangkan antara lain: 1. Pengaruh kumulatif dan percepatan dari

kontak dengan nitrosamin dalam jangka waktu lama, 2. Potensi karsinogenik

relatif senyawa nitrosamin, 3. Efek sinergistik dari karsinogen lain dari bahan

makanan maupun lingkungan, 4. Kecepatan pembentukan karsinogen in vivo

(Muchtadi 1989).

Konsumsi Sayur dan Buah. Menurut Almatsier (2006) sayuran merupakan

sumber vitamin A, vitamin C, asam folat, magnesium, kalium dan serat, serta

tidak mengandung lemak dan kolesterol. Dianjurkan sayuran yang dimakan

setiap hari terdiri dari campuran sayuran daun, kacang-kacangan, dan sayuran

berwarna jingga. Porsi sayuran dalam bentuk tercampur yang dianjurkan sehari

untuk orang dewasa adalah sebanyak 150-200 gram atau 1.5-2 mangkok sehari.

Page 28: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

15

Buah secara keseluruhan merupakan sumber vitamin A, vitamin C, kalium, dan

serat. Buah tidak mengandung natrium, lemak (kecuali alpukat), dan kolesterol.

Porsi buah yang dianjurkan sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak 200-

300 gram atau 2-3 potong sehari berupa pepaya atau buah lainnya.

World Cancer Research Fund dan American Institute for Cancer Reserch

pada tahun 2007 merekomendasikan untuk personal mengonsumsi sedikitnya

lima porsi/penyajian (sedikitnya 400 g) berbagai sayuran non-pati dan buah-

buahan setiap hari (Damayanthi 2008). Menurut Depkes (2007) salah satu cara

mencegah penyakit kanker adalah mengonsumsi sayur dan buah lebih dari 500

gram per hari. Masyarakat yang mengonsumsi banyak sayur dan buah lebih

sehat dengan risiko penyakit degeneratif termasuk kanker yang rendah. Sifat

protektif ini diyakini karena kandungan berbagai jenis antioksidan yang terdapat

di dalam sayur dan buah (Silalahi 2006).

Hasil penelitian Zhang et al. (2009) di salah satu rumah sakit Guangdong,

Cina menunjukkan bahwa konsumsi sayur dan buah menjadi kebalikan dari

faktor risiko kanker payudara. Konsumsi sayur dan buah seperti sayur berdaun

hijau tua, sayur kursifera, wortel, tomat, pisang, semangka, dan pepaya

merupakan kebalikan dan memiliki hubungan yang signifikan terhadap kanker

payudara. Sayur dan buah bersifat melindungi atau mencegah perkembangan

kanker termasuk kanker payudara. Hal ini berkaitan dengan substansi potensial

berupa antikarsinogenik yang dikandung dalam sayur dan buah seperti

karotenoid, vitamin C, vitamin E, dihtiolthiones, isoflavon, dan isotiosianat.

Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Perry (2009) pada wanita

di Asia Timur dan wanita di negara barat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

asupan tinggi sayuran dan buah segar dapat mengurangi risiko kanker payudara

baik pada wanita di Asia Timur maupun wanita di negara barat. Berdasarkan

hasil penelitian diketahui bahwa makanan tradisional Asia Timur memiliki

penekanan pada penggunaan sayuran segar yang dapat menekan terjadinya

kanker payudara.

Riwayat Kanker Payudara pada Keluarga. Kanker dianggap suatu kelompok

penyakit seluler dan genetik karena dimulai dari satu sel yang telah mengalami

mutasi DNA sebagai komponen dasar gen. Sel-sel yang mengalami kerusakan

genetik tidak peka lagi terhadap mekanisme regulasi siklus sel normal sehingga

akan terus melakukan proliferasi tanpa kontrol. Mutasi yang terjadi pada DNA di

dalam gen yang meregulasi siklus sel (pertumbuhan, kematian, dan

Page 29: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

16

pemeliharaan sel) akan menyebabkan penyimpangan siklus sel dan salah satu

akibatnya adalah pembentukan kanker atau karsinogenesis (Silalahi 2006).

Menurut McKelvey dan Evans (2003) kanker adalah produk akhir dari

serangkaian mutasi DNA. Mutasi ini mengarah pada pertumbuhan klon tertentu

dari suatu sel. Gen penting yang mengatur pertumbuhan sel biasanya target dari

mutasi ini dan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok utama yaitu

protooncogenes, tumor suppressor genes, dan gatekeeper genes.

Protooncogenes merangsang dan mengatur pertumbuhan dan pembelahan sel.

Tumor suppressor genes menghambat pertumbuhan sel dan memulai apoptosis.

Gatekeeper genes mempertahankan integritas genom dengan mendeteksi

kesalahan den memperbaikinya.

Sekitar 5-10% dari kasus kanker payudara dianggap keturunan,

dihasilkan langsung dari gen rusak/mutasi yang diwariskan dari orang tua.

Penyebab paling umum dari kanker payudara secara genetik adalah mewarisi

mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2 (ACS 2011). National Cancer Institute

(NCI) (2009) menyatakan bahwa BRCA1 dan BRCA2 adalah gen pada manusia

yang termasuk ke dalam kelas gen yang dikenal sebagai tumor suppressor

genes. Pada keadaan normal, BRCA1 dan BRCA2 membantu menjamin

stabilitas bahan genetik sel (DNA) dan membantu mencegah pertumbuhan sel

yang tidak terkendali. Mutasi pada gen ini telah dikaitkan dengan perkembangan

kanker payudara dan kanker ovarium. Jika seseorang telah mewarisi salinan gen

bermutasi ini dari orang tuanya, maka ia memiliki risiko tinggi terkena kanker

payudara selama hidupnya. Risiko dapat setinggi 80% untuk anggota dari

keluarga dengan mutasi BRCA. Wanita dengan mutasi ini juga memiliki

peningkatan risiko untuk mengembangkan kanker lainnya terutama kanker

ovarium (ACS 2011).

Usia Menstruasi Pertama. Setiap bulan rahim atau uterus mempersiapkan diri

untuk menerima kehadiran sel telur. Namun, karena sel telur yang telah

dihasilkan tidak dibuahi, maka dinding rahim yang semula menebal untuk tempat

persiapan menempelnya janin menjadi tidak berguna lagi. Dinding rahim ini akan

runtuh dan keluar melalui vagina. Kejadian ini disebut sebagai periode

menstruasi. Menstruasi untuk pertama kalinya terjadi pada usia remaja. Secara

biologis, terjadi pada usia antara 10-19 tahun (Sulastomo et al. 2002).

Widyantoro (2002) berpendapat bahwa menstruasi pertama pada

umumnya terjadi pada usia 12-13 tahun, meskipun pada zaman sekarang ada

Page 30: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

17

yang terjadi pada umur 9-10 tahun. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi dan

kesehatan yang lebih baik. Bagga dan Kulkarni (2000) dalam penelitiannya

membagi tiga kategori usia menstruasi pertama kali pada seorang wanita yaitu

usia menstruasi pertama cepat (<11 tahun), usia menstruasi pertama ideal (12-

13 tahun), dan usia menstruasi pertama terlambat (>14 tahun).

Pada sebagian besar case control study, menstruasi dini meningkatkan

risiko terkena kanker payudara. Wanita yang mengalami menstruasi dini

(sebelum usia 12 tahun) terutama bila disertai dengan menopause terlambat

(lebih dari 55 tahun) mempunyai risiko kanker payudara lebih besar. Menstruasi

dini berhubungan dengan lamanya paparan hormon esterogen dan progesteron

yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan

payudara (Indrati 2005). Pertumbuhan jaringan payudara sangat sensitif

terhadap estrogen, maka perempuan yang terpajan estrogen dalam waktu

jangka panjang akan memiliki risiko yang besar terhadap terjadinya kanker

payudara (Sirait et al. 2009). Menurut Vogel (2000), wanita yang menstruasi

pertama pada usia 11-14 tahun memiliki risiko 10-30% lebih besar terkena

kanker dibandingkan dengan perempuan yang mendapat menstruasi pertama

kali pada usia 16 tahun.

Usia Menopause. Menopause adalah kondisi alamiah yang dialami oleh setiap

wanita yang ditandai dengan berhentinya haid secara tetap, yaitu jika seseorang

tidak haid lagi dalam masa 1 tahun. Biasanya menopause terjadi pada usia 45-

55 tahun (Global Alliance Indonesia et al. 2003). Menurut Irawati (2002)

menopause bukan peristiwa yang terjadi secara mendadak, melainkan proses

yang berlangsung lama bahkan pada beberapa orang dapat berlangsung selama

10 tahun. Menstruasi benar-benar tidak datang lagi pada seorang perempuan

rata-rata pada usia 50 tahun (dengan rentang antara 48-52 tahun).

Menurut Wirakusumah (2004) usia memasuki menopause pada setiap

wanita berbeda-beda. Ada yang di atas 40 tahun dan ada yang di bawahnya,

biasanya berkisar antara 35-55 tahun. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

cepat lambatnya seseorang memasuki masa menopause, antara lain faktor

keturunan, gizi, cepat lambatnya awal menstruasi, bobot tubuh, merokok atau

tidak merokok, wanita yang telah menikah, serta penyakit yang dialami wanita

tersebut. Menurut Ganong (1990) biasanya menstruasi terjadi pada usia 45-55

tahun.

Page 31: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

18

Lama Menyusui. Kanker payudara adalah kanker yang paling umum di kalangan

wanita. Sekitar seperempat dari semua wanita yang menerima diagnosis pada

saat sebelum menopause berpotensi menderita kanker payudara. Saat ini lebih

banyak wanita memilih untuk menyusui, terutama mereka yang berencana hamil

dikemudian hari. Menyusui merupakan salah satu dari beberapa faktor yang

dapat dimodifikasi dan dapat membantu untuk mencegah terjadinya kanker

payudara (Riordan 2005).

Wanita yang menyusui risiko terkena kanker payudara lebih kecil

dibandingkan dengan wanita yang tidak menyusui (Cancer Research UK 2010).

Semakin lama menyusui dapat menurunkan risiko terkena kanker payudara

(Newcomb et al. 1994). Ada hubungan antara lamanya menyusui dengan efek

pencegahan terjadinya kanker payudara. Dengan bertambah lamanya menyusui

anak maka paparan estrogen terhadap payudara berkurang dan menjadi faktor

protektif terhadap risiko kanker payudara (Azamris 2006).

Dua meta analisis besar (review dari banyak studi) pada efek menyusui

terhadap perkembangan kanker payudara menyimpulkan bahwa menyusui

memiliki fungsi perlindungan terhadap kanker payudara (Bernier et al. 2000).

Studi ini menunjukkan bahwa ada hubungan terbalik antara kanker payudara

dengan menyusui, khususnya di kalangan wanita pre menopause dan bagi

wanita yang ingin melahirkan dan menyusui pada usia dini (Newcomb et al.

1994, Zheng et al. 2001). Efek perlindungan dari menyusui diduga karena

mengurangi jumlah ovulasi secara proporsional dengan durasi dan intensitas

menyusui. Kadar esterogen pun lebih rendah jika dibandingkan dengan wanita

yang sedang mengalami menstruasi. Selain itu, menyusui dapat mengurangi

konsentrasi endogen dan eksogen karsinogen yang hadir dalam sel-sel epitel

duktal dan lobular (Helewa et al. 2002 dalam Riordan 2005).

Lama Menggunakan Alat Kontrasepsi Hormonal. Menurut Nurdiana dan

Widyantoro (2002) alat kontrasepsi hormonal mengandung hormon-hormon

reproduksi perempuan. Ada beberapa metode dalam kelompok alat kontrasepsi

ini yakni berupa pil, suntikan, dan susuk/implan. Ketiganya efektif mengandung

hormon dengan komposisi yang kurang lebih sama. Dengan penambahan

hormon-hormon tersebut, diharapkan proses pematangan sel telur dicegah

sehingga tidak dapat dibuahi sperma.

Di Indonesia penggunaan hormon sebagai alat kontrasepsi sudah populer

di masyarakat. Pemakaian kontrasepsi hormonal terbanyak adalah jenis suntikan

Page 32: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

19

dan pil. Kontrasepsi oral (pil) yang paling banyak digunakan adalah kombinasi

estrogen dan progesteron (Sirait et al. 2009). Kontrasepsi oral yang berisi

esterogen dan progesteron adalah salah satu bahan yang digunakan untuk

mencegah terjadinya konsepsi (Vogel 2000).

Alat kontrasepsi hormonal yang terakhir adalah susuk atau yang biasa

disebut alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK). Alat kontrasepsi ini terdiri dari 6

tube kecil dari plastik dengan panjang masing-masing 3 cm. Hormon yang

dikandung dalam susuk ini adalah progesteron, yakni hormon yang berfungsi

menghentikan suplai hormon esterogen yang mendorong pembentukan lapisan

dinding lemak yang menyebabkan terjadinya menstruasi. Susuk ditempatkan di

bawah kulit, efektif mencegah kehamilan dengan cara mengalirkan secara

perlahan-lahan hormon yang dibawanya. Selanjutnya hormon ini akan mengalir

ke dalam tubuh lewat pembuluh-pembuluh darah. Susuk bekerja efektif selama 5

tahun (Nurdiana & Widyantoro 2002).

Berdasarkan hasil penelitian Indrati (2005) wanita yang menggunakan

kontrasepsi oral >10 tahun memberikan risiko sebesar 3.10 kali dibandingkan

dengan wanita yang tidak menggunkan kontrasepsi oral. Penelitian Harianto et

al. (2005) menunjukkan bahwa pengguna pil kontrasepsi kombinasi memiliki

risiko 1.864 kali lebih tinggi untuk terkena kanker payudara dibandingkan dengan

bukan pengguna pil kontrasepsi kombinasi.

Lama Melakukan Aktivitas Fisik. Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor

risiko dari kanker. Telah diketahui bahwa semakin rendah aktivitas fisik, faktor

risiko terjadinya kanker semakin besar. Aktivitas fisik adalah faktor risiko dari

kanker payudara yang dapat diubah. Faktor risiko kanker akan menurun dengan

adanya perubahan peningkatan aktivitas fisik yang dilakukan (Margolis et al.

2005). Menurut hasil penelitian Indrati (2005) wanita yang memiliki aktivitas fisik

<4 jam/minggu memiliki risiko 9.7 kali lebih besar terkena kanker payudara

dibandingkan dengan wanita yang memiliki aktivitas fisik ≥4 jam/minggu.

Aktivitas fisik dapat mengurangi risiko kanker payudara. Dalam

mengurangi risiko kanker payudara aktivitas fisik dikaitkan dengan

kemampuannya meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, menurunkan lemak

tubuh, dan mempengaruhi tingkat hormon (Vogel 2000). Berdasarkan penelitian

yang dilakukan Peters et al. (2009) diketahui bahwa hubungan aktivitas fisik

dengan risiko kanker payudara secara sugestif dimodifikasi oleh IMT. Hal ini

Page 33: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

20

banyak ditemukan pada wanita yang memiliki kelebihan berat badan (IMT >25

kg/m2) dibandingkan dengan wanita yang kurus (IMT <25 kg/m2).

Perokok Pasif. Perokok pasif dikenal dengan nama secondhand smoke atau

Environmental Tobacco Smoke (ETS). Perokok pasif disebut demikian karena

menghisap campuran dari dua bentuk asap yaitu asap dari pembakaran

tembakau (asap yang berasal dari ujung rokok yang menyala, dari pipa, atau dari

cerutu) dan asap utama (asap yang dihembuskan oleh perokok). Meskipun

sering dianggap sama, namun sesungguhnya kedua asap ini berbeda. Asap dari

pembakaran tembakau memiliki konsentrasi karsinogen lebih tinggi daripada

asap utama. Selain itu, asap dari pembakaran tembakau memiliki partikel yang

lebih kecil daripada asap utama sehingga mudah untuk masuk ke dalam sel-sel

tubuh. Asap utama mengandung lebih dari 4.000 senyawa kimia, lebih dari 60

yang diketahui atau diduga dapat menyebabkan kanker (ACS 2011).

Indonesia menempati urutan keenam diantara negara-negara dengan

tingkat konsumsi tembakau tertinggi di dunia. Prevalensi merokok di antara

dewasa 15 tahun dan di atasnya adalah 34.4% meningkat dari 31.5% pada tahun

2001 atau lebih dari 50 juta dewasa Indonesia adalah perokok di tahun 2004

(Indonesian Tobacco Control Network 2007). Menurut Terry dan Rohan (2002)

rokok mengandung banyak zat-zat kimia yang berbahaya. Zat kimia dalam rokok

diserap darah dan langsung menuju jantung. Jantung akan bekerja lebih keras

dan cepat sebanyak 10-25 bit/menit atau sekitar 36.000 bit/hari.

Berdasarkan hasil penelitian Terry dan Rohan (2002) disebutkan bahwa

kandungan dari rokok tembakau seperti polycyclic hydrocarbons, asam amino

aromatik, dan N-nitrosamines dapat menyebabkan tumor. Rokok tembakau

mengandung banyak zat-zat yang berpotensi merusak tubuh. Zat-zat tersebut

mungkin memiliki daya rusak yang berbeda dan dapat memengaruhi tahapan

perkembangan kanker. Menurut Indrati (2005) wanita yang merokok akan

memiliki tingkat metabolisme esterogen lebih tinggi dibanding wanita yang tidak

merokok. Pengukuran konsumsi rokok dapat dilakukan dengan menggunakan

ukuran kuantitatif seperti frekuensi merokok (rokok/hari), durasi (berapa tahun

merokok), umur ketika awal merokok, dan umur ketika berhenti merokok (Terry &

Rohan 2002).

Tanda dan Gejala Kanker Payudara

Kanker payudara biasanya tidak menghasilkan gejala awal ketika

ukurannya masih kecil dan dapat diobati. Oleh karena itu, sangat penting bagi

Page 34: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

21

wanita mengikuti pedoman yang direkomendasikan untuk menemukan kanker

payudara dini, sebelum berkembang gejala-gejalanya. Ketika kanker payudara

telah tumbuh ke ukuran yang lebih besar dan dapat dirasakan, tanda fisik yang

paling terlihat adalah timbulnya massa yang menyakitkan. Tanda-tanda lainnya

seperti nyeri payudara, penebalan, bengkak, iritasi kulit atau distorsi, dan

kelainan puting payudara (ACS 2011).

ACS (2011) menuliskan bahwa meluasnya penggunaan mammogram

telah meningkatkan jumlah kanker payudara ditemukan sebelum menimbulkan

gejala apapun. Gejala yang paling umum dari kanker payudara adalah benjolan

atau massa baru yang muncul. Sebuah massa yang tidak menyakitkan, keras,

dan memiliki tepi yang tidak teratur. Tanda-tanda lain dari kanker payudara

adalah pembengkakan dari semua atau sebagian payudara, iritasi kulit, nyeri

pada puting, retraksi puting (berbalik ke dalam), kemerahan, penebalan puting

atau kulit payudara, keluarnya cairan dari putting selain air susu ibu (ASI).

Kadang-kadang kanker payudara dapat menyebar ke kelenjar getah bening di

bawah lengan atau di sekitar tulang leher. Penyebaran tersebut menimbulkan

benjolan atau pembengkakan bahkan sebelum tumor sebenarnya di dalam

jaringan payudara dirasakan.

Deteksi Dini Kanker Payudara

Menurut data yang diperoleh dari RSKD, saat ini kebanyakan pasien

kanker datang ke rumah sakit dalam keadaan penyakitnya yang telah lanjut,

biaya pengobatan sangat besar dan hasil pengobatan pun tidak memuaskan.

Sebenarnya ada upaya yang dapat dilakukan agar kanker dapat ditemukan

sedini mungkin yaitu dengan melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker.

Menurut Depkes (2007) upaya deteksi dini kanker payudara adalah upaya untuk

mendeteksi atau mengidentifikasi secara dini adanya kanker payudara, sehingga

diharapkan dapat diobati dengan teknik yang dampak fisiknya kecil dan punya

peluang lebih besar untuk sembuh. Upaya ini sangat penting, sebab apabila

kanker payudara dapat dideteksi pada stadium dini dan diobati dengan tepat

maka tingkat kesembuhannya yang cukup tinggi (80-90%).

Ada dua komponen deteksi dini yaitu penapisan (screening) dan edukasi

tentang penemuan dini (early diagnosis). Penapisan atau skrining adalah upaya

pemeriksaan atau test yang sederhana dan mudah dilaksanakan pada populasi

masyarakat sehat. Tujuan penapisan atau skrining adalah untuk mengetahui

masyarakat yang sakit atau berisiko terkena penyakit di antara masyarakat yang

Page 35: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

22

sehat. Penemuan dini adalah upaya pemeriksaan pada masyarakat yang telah

merasakan adanya gejala (Depkes 2007).

Menurut Depkes (2007) selain penapisan, Periksa Payudara Sendiri

(SADARI) juga strategi lain untuk penemuan dini. SADARI sebaiknya dilakukan

oleh semua perempuan dimulai sejak usia subur dan dilakukan setiap kali selesai

menstruasi. Penapisan yang ideal adalah dengan cara pemeriksaan klinis

payudara oleh tenaga terlatih, dilanjutkan dengan pemeriksaan USG dan atau

mammografi. Penapisan yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan yaitu

dengan cara:

1. Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Tenaga Medis Terlatih (Clinical Breast

Examination/CBE). CBE dianjurkan untuk dilakukan tiga tahun sekali pada

wanita usia 20-40 tahun. Pada wanita usia di atas 40 tahun, CBE dilakukan

setiap tahun.

2. Pemeriksaan Ultrasonography (USG). Jika pada pemeriksaan CBE terdapat

benjolan, maka dibutuhkan pemeriksaan lanjutan dengan USG maupun

mammografi. USG dilakukan terutama untuk membuktikan adanya massa

kistik dan padat yang mengarah pada keganasan. USG dilakukan pada

perempuan usia di bawah 40 tahun.

3. Pemeriksaan Mammografi. Bagi wanita di atas 40 tahun, dianjurkan

melakukan pemeriksaan ini setiap tahun. Mammografi dilakukan pada wanita

yang bergejala maupun pada wanita yang tidak bergejala (opportunistic

screening dan organized screening).

Stadium Kanker Payudara

Menurut American Society of Clinical Oncology Foundation dan Canadian

Cancer Society (2011) stadium dalam kanker bertujuan untuk menggambarkan

kondisi kanker. Kondisi ini meliputi letak kanker, sampai dimana penyebarannya,

dan sejauh mana pengaruhnya terhadap organ tubuh yang lain. Stadium pada

kanker juga merupakan salah satu cara yang membantu dokter untuk

menentukan pengobatan yang cocok untuk pasien. Salah satu cara yang

digunakan dokter untuk menggambarkan stadium kanker adalah dengan

menggunakan sistem TNM. Sistem ini menggunakan tiga kriteria untuk

menentukan stadium kanker, yaitu:

1. Tumor itu sendiri, seberapa besar ukuran tumor dan dimana lokasinya (T,

Tumor).

Page 36: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

23

2. Kelenjar getah bening di sekitar tumor, penyebaran tumor ke kelenjar getah

bening disekitarnya (N, Node).

3. Penyebaran tumor ke organ lain (M, Metastasis).

Stadium 0:

Disebut ductal carsinoma in situ atau noninvasive cancer, yaitu kanker tidak

menyebar keluar dari pembuluh/saluran payudara dan kelenjar-kelenjar (lobules)

susu pada payudara.

Stadium I:

Tumor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta tidak ada titik pada

pembuluh getah bening.

Stadium II A:

Pasien pada kondisi ini:

Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan pada

titik-titik pada saluran getah bening di ketiak (axillary limph nodes).

Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm. Belum

menyebar ke titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak.

Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara, tapi ditemukan pada titik-titik di

pembuluh getah bening ketiak.

Stadium II B:

Pasien pada kondisi ini:

Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak melebihi 5 cm.

Telah menyebar pada titik-titik di pembuluh getah bening ketiak.

Diameter tumor lebih lebar dari 5 cm tapi belum menyebar.

Stadium III A:

Pasien pada kondisi ini:

Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik pada

pembuluh getah bening ketiak.

Diameter tumor lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik pada

pembuluh getah bening ketiak.

Stadium III B:

Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan

bahkan luka bernanah di payudara atau didiagnosis sebagai inflammatory breast

cancer. Sudah atau belum menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening di

ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh.

Page 37: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

24

Stadium III C:

Sebagaimana stadium IIIB, tetapi telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh

getah bening dalam group N3 (kanker telah menyebar lebih dari 10 titik disaluran

getah bening di bawah tulang selangka).

Stadium IV:

Ukuran tumor bisa berapa saja, tetapi telah menyebar ke lokasi yang jauh, yaitu:

tulang, paru-paru, liver, atau tulang rusuk.

Page 38: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

KERANGKA PEMIKIRAN

Kanker payudara adalah kanker yang paling umum pada kalangan wanita

di dunia Barat. Pada tahun 2000, diperkirakan akan ada lebih dari 41.000

kematian di Amerika Serikat akibat kanker payudara (Vogel 2000). Di Indonesia

kanker tertinggi yang diderita oleh wanita adalah kanker payudara dengan angka

kejadian 26 per 100.000 perempuan (Depkes 2010). Menurut Sirait et al. (2009)

penyebab kanker payudara sampai saat ini diduga akibat interaksi yang rumit

dari banyak faktor. Menurut Perry (2009) faktor risiko yang diketahui dapat

menyebabkan kanker payudara secara luas dibagi menjadi tiga kategori yaitu

hormonal/reproduksi, intrinsik, dan yang diperoleh. Faktor hormonal adalah

eksposur hormon steroid. Faktor risiko intrinsik adalah herediter atau yang

berkaitan genetik. Faktor risiko yang diperoleh adalah gaya hidup atau faktor

lingkungan.

Menurut Kelsey dan Gammon (1991) ada beberapa faktor risiko kanker

payudara yaitu karakteristik demografi (jenis kelamin, usia, ras/suku bangsa),

faktor-faktor genetik (riwayat kanker payudara/ovarium pada keluarga, gen

khusus, riwayat kanker pada satu payudara, riwayat kanker

endometrium/ovarium), reproduksi (tidak pernah melahirkan, usia pertama kali

hamil), hormonal (usia menstruasi, usia menopause), serta faktor-faktor risiko

yang dapat dimodifikasi (kegemukan, aktivitas fisik, diet, alkohol, paparan radiasi,

kontrasepsi oral, terapi hormonal).

Penelitian yang dilakukan Indrati (2005) menunjukkan bahwa dari 19

faktor risiko yang diteliti ada 6 faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian

kanker payudara. Sembilan belas faktor risiko yang diteliti tersebut adalah usia,

riwayat aborsi, lama menyusui, usia menstruasi pertama, usia menopause, lama

pemakaian kontrasepsi oral, lama melakukan aktivitas fisik, kebiasaan merokok,

pola konsumsi makanan berlemak, pola konsumsi makanan berserat, paparan

pestisida, riwayat berada di medan elektromagnetik, riwayat tumor jinak, riwayat

trauma fisik, riwayat kanker ovarium, riwayat kanker payudara sebelumnya,

riwayat kanker payudara keluarga, riwayat kanker ovarium keluarga, dan riwayat

kegemukan. Kemudian, setelah dilakukan analisis data, diperoleh 6 faktor risiko

yang berpengaruh terhadap kejadian kanker payudara yaitu riwayat tumor jinak,

lama melakukan aktivitas fisik <4 jam/minggu, frekuensi tinggi lemak, riwayat

kanker payudara pada keluarga, lama menyusui <5 bulan, dan lama

menggunakan kontrasepsi oral >10 tahun.

Page 39: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

26

Pada penelitian ini tidak semua faktor risiko yang berpengaruh terhadap

kejadian kanker diteliti karena adanya beberapa keterbatasan. Faktor-faktor

risiko yang akan diteliti adalah usia, status gizi, pengetahuan gizi, konsumsi

makanan berlemak, konsumsi makanan diawetkan dan dibakar, konsumsi sayur,

konsumsi buah, riwayat kanker payudara pada keluarga, usia menstruasi

pertama, usia menopause, lama menyusui, lama menggunakan alat kontrasepsi

hormonal, lama melakukan aktivitas fisik, dan perokok pasif. Faktor risiko yang

akan diteliti disajikan pada bagan sebagai berikut.

Gambar 1 Kerangka berfikir penelitian

Keterangan

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Hubungan yang diteliti : Hubungan yang tidak diteliti

Konsumsi: 1. Makanan berlemak 2. Makanan diawetkan dan di bakar 3. Sayur 4. Buah

Usia Menopause Kanker Payudara

Pengetahuan Gizi

Usia Menstruasi

Pertama

Riwayat Kanker Payudara pada

Keluarga

Demografi

Ras

Usia Faktor

Genetik

Riwayat Kanker Lainnya pada

Keluarga

Lama Menyusui Lama menggunakan

alat kontrasepsi hormonal

Gaya Hidup: 1. Merokok 2. Aktivitas

fisik

Status Gizi

Page 40: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

HIPOTESIS

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. H0 : Usia tidak meningkatkan risiko kejadian kanker payudara. H1 : Usia meningkatkan risiko kejadian kanker payudara. 2. H0 : Status gizi tidak meningkatkan risiko kejadian kanker payudara. H1 : Status gizi meningkatkan risiko kejadian kanker payudara. 3. H0 : Pengetahuan gizi tidak meningkatkan risiko kejadian kanker

payudara. H1 : Pengetahuan gizi meningkatkan risiko kejadian kanker payudara. 4. H0 : Konsumsi makanan berlemak tidak meningkatkan risiko kejadian

kanker payudara. H1 : Konsumsi makanana berlemak meningkatkan risiko kejadian

kanker payudara. 5. H0 : Konsumsi makanan diawetkan dan dibakar tidak meningkatkan

risiko kejadian kanker payudara. H1 : Konsumsi makanan diawetkan dan dibakar meningkatkan risiko

kejadian kanker payudara. 6. H0 : Konsumsi sayur tidak meningkatkan risiko kejadian kanker

payudara. H1 : Konsumsi sayur meningkatkan risiko kejadian kanker payudara. 7. H0 : Konsumsi buah tidak meningkatkan risiko kejadian kanker

payudara. H1 : Konsumsi buah meningkatkan risiko kejadian kanker payudara. 8. H0 : Riwayat kanker payudara pada keluarga tidak meningkatkan risiko

kejadian kanker payudara. H1 : Riwayat kanker payudara pada keluarga meningkatkan risiko

kejadian kanker payudara. 9. H0 : Usia menstruasi pertama tidak meningkatkan risiko kejadian

kanker payudara. H1 : Usia menstruasi pertama meningkatkan risiko kejadian kanker

payudara. 10. H0 : Usia menopause tidak meningkatkan risiko kejadian kanker

payudara. H1 : Usia menopause meningkatkan risiko kejadian kanker payudara. 11. H0 : Lama menyusui tidak meningkatkan risiko kejadian kanker

payudara. H1 : Lama menyusui meningkatkan risiko kejadian kanker payudara.

Page 41: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

28

12. H0 : Lama menggunakan alat kontrasepsi hormonal tidak meningkatkan risiko kejadian kanker payudara.

H1 : Lama menggunakan alat kontrasepsi hormonal meningkatkan risiko kejadian kanker payudara.

13. H0 : Lama melakukan aktivitas fisik tidak meningkatkan risiko kejadian

kanker payudara. H1 : Lama melakukan aktivitas fisik meningkatkan risiko kejadian

kanker payudara. 14. H0 : Perokok pasif tidak meningkatkan risiko kejadian kanker payudara. H1 : Perokok pasif meningkatkan risiko kejadian kanker payudara.

Page 42: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

METODE

Desain, Tempat, dan Waktu

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat

observasional analitik dengan desain Hospital Based Case Control Study.

Prinsip yang mendasari studi ini adalah contoh dipilih berdasarkan apakah

mereka menderita (kasus) atau tidak menderita (kontrol) suatu kejadian penyakit

yang sedang diteliti, kemudian kelompok contoh dibandingkan dengan kelompok

kontrol untuk mengetahui proporsi kejadian berdasarkan riwayat ada atau

tidaknya paparan. Pada penelitian ini, kelompok kasus adalah pasien wanita

yang menderita kanker payudara dan kelompok kontrol adalah pasien wanita

yang tidak menderita kanker payudara. Tempat penelitian atau studi kasus

dilaksanakan di Instalasi Radiodoagnostik RSKD. Penelitian dilakukan pada

bulan Agustus 2011.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Populasi adalah pasien wanita rawat jalan yang datang ke Instalasi

Radiodiagnostik RSKD. Contoh adalah pasien wanita rawat jalan yang datang ke

Instalasi Radiodiagnostik pada tanggal 2 Agustus 2011 sampai dengan 19

Agustus 2011 yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini dan memenuhi

kriteria untuk masing-masing kelompok yang ditunjukkan dengan

menandatangani Informed Consent (contoh Informed Consent dapat dilihat

Lampiran 1). Contoh terbagi ke dalam kelompok kasus dan kelompok kontrol.

Kriteria contoh yang digunakan untuk kelompok kasus yaitu:

a. Didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG

Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi

b. Wanita berusia di atas 20 tahun

c. Bukan seorang vegetarian

d. Bersedia menjadi responden.

Kriteria yang digunakan untuk kelompok kontrol yaitu:

a. Tidak didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG

Payudara/Mammografi

b. Tidak menderita penyakit keganasan lain

c. Wanita berusia di atas 20 tahun

d. Bersedia menjadi responden.

Page 43: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

30

Besar contoh minimal pada penelitian ini dihitung menggunakan

persamaan berikut (Lemeshow et al. 1997).

Di mana, P =

Keterangan: n = besar contoh P = perkiraan proporsi paparan pada kontrol OR = Odds Rasio Zα = Tingkat kemaknaan = 95% Zβ = Power/kekuatan = 80%

Penentuan besar contoh penelitian berdasarkan Odds Rasio (OR) hasil

penelitian sebelumnya yaitu penelitian Indrati (2005) yang nilai risiko dari

variabelnya terbukti bermakna dan signifikan terhadap faktor risiko kejadian

kanker payudara. Nilai OR yang digunakan adalah nilai OR variabel frekuensi

tinggi lemak yaitu sebesar 2.71. Nilai OR berdasarkan hasil penelitian Indrati

(2005) disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 3 Nilai OR menurut hasil penelitian Indrati (2005)

No. Variabel OR 95% CI

1. Riwayat tumor jinak 8.95 2.36-49.07 2. Lama melakukan aktivitas fisik <4 jam/minggu 9.70 4.67-23.05 3. Frekuensi tinggi konsumsi lemak 2.71 1.33-5.82 4. Riwayat kanker payudara pada keluarga 3.94 2.27-1.21 5. Lama menyusui <5 bulan 3.26 1.17-10.2 6. Lama menggunakan kontrasepsi oral >10 tahun 3.10 1.18-9.55

Berdasarkan perhitungan nilai OR tersebut, diperoleh besar contoh (n)

yang disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4 Besar contoh (n) berdasarkan hasil penelitian Indrati (2005)

No. Variabel OR n

1. Riwayat tumor jinak 8.95 13 2. Lama melakukan aktivitas fisik <4 jam/minggu 9.70 12 3. Frekuensi tinggi konsumsi lemak 2.71 24 4. Riwayat kanker payudara pada keluarga 3.94 18 5. Lama menyusui <5 bulan 3.26 20 6. Lama menggunakan kontrasepsi oral >10 tahun 3.10 21

Besar contoh yang digunakan pada penelitian ini adalah 24 orang.

Perbandingan contoh kasus dan kontrol 1:1 sehingga jumlah contoh seluruhnya

48 orang. Contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 2.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer. Data primer meliputi usia,

antropometri (berat badan dan tinggi badan), pengetahuan gizi, konsumsi

Page 44: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

31

makanan berlemak, konsumsi makanan diawetkan dan dibakar, konsumsi sayur,

konsumsi buah, riwayat kanker payudara pada keluarga, usia menstruasi

pertama, usia menopause, lama menyusui, lama menggunakan alat kontrasepsi

hormonal, lama melakukan aktivitas fisik, perokok pasif, serta stadium kanker

payudara ketika terdeteksi khusus untuk kelompok kasus. Data primer ini

dikumpulkan melalui wawancara terstruktur dengan contoh dan menggunakan

alat bantu berupa kuesioner.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diolah dalam penelitian ini adalah data usia, antropometri

(berat badan dan tinggi badan), pengetahuan gizi, konsumsi makanan berlemak,

konsumsi makanan diawetkan dan dibakar, konsumsi sayur, konsumsi buah,

riwayat kanker payudara pada keluarga, usia menstruasi pertama, usia

menopause, lama menyusui, lama menggunakan alat kontrasepsi hormonal,

lama melakukan aktivitas fisik, perokok pasif, serta stadium kanker payudara

ketika terdeteksi khusus untuk kelompok kasus.

1. Usia. Data usia yang digunakan dalam penelitian ini data usia pasien pada

saat diwawancarai atau pada saat penelitian berlangsung. Pasien yang

dijadikan contoh adalah pasien yang berusia di atas 20 tahun baik pada

kelompok kasus maupun kelompok kontrol. Dalam pengolahan data usia

contoh dikelompokkan menjadi usia 20-29 tahun, 30-39 tahun, 40-49 tahun,

50-59 tahun, dan 60-69 tahun. Menurut van de Velve et al. (1999), Tannock

dan Hill (1998) proses karsinogenesis berlangsung sekitar 10 tahun.

2. Status gizi. Data status gizi yang digunakan diukur dengan menggunakan

IMT dengan kategori sebagai berikut:

Tabel 5 Kategori status gizi berdasarkan IMT

Kategori Status Gizi Cut-off points IMT

Kurus <18 kg/m2

Normal 18-25 kg/m2

Kegemukan 25.1-27 kg/m2

Obesitas >27 kg/m2

Sumber: Pedoman Praktis Terapi Gizi Medis Departemen Kesehatan RI (2003) dalam Depkes (2006)

3. Pengetahuan gizi. Data pengetahuan gizi yang digunakan diperoleh dari skor

contoh menjawab kuesioner tentang pengetahuan gizi. Kategori

pengetahuan gizi dibagi dalam tiga kelompok dengan cut-off point skor yang

telah dijadikan persen yaitu baik: >80%, sedang: 60-80%, kurang: <60%

(Khomsan 2000).

Page 45: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

32

4. Konsumsi makanan berlemak. Data konsumsi makanan berlemak yang

digunakan adalah data konsumsi gorengan atau makanan yang digoreng,

makanan bersantan, dan jeroan. Kategori konsumsi makanan berlemak

dalam penelitian ini dikategorikan menjadi tinggi dan rendah. Tinggi jika

contoh mengonsumsi makanan berlemak hampir setiap hari, rendah jika

contoh mengonsumsi makanan berlemak >2 hari sekali. Kategori ini

mengacu pada hasil penelitian Indrati (2005), berdasarkan hasil penelitian

tersebut diketahui bahwa wanita yang konsumsi makanan berlemaknya

tinggi berisiko 2.71 kali (95% CI: 1.33-5.82) dibandingkan dengan wanita

yang konsumsi makanan berlemaknya rendah.

5. Konsumsi makanan diawetkan dan dibakar. Data konsumsi makanan

diawetkan dan dibakar yang digunakan adalah data konsumsi sosis, kornet,

dan sate. Kategori konsumsi makanan diawetkan dan dibakar dalam

penelitian ini dikategorikan menjadi tinggi dan rendah. Tinggi jika contoh

mengonsumsi makanan berlemak hampir setiap hari, rendah jika contoh

mengonsumsi makanan berlemak >2 hari sekali.

6. Konsumsi sayur. Data konsumsi sayur yang digunakan dalam penelitian ini

dikategorikan menjadi <5 porsi/hari dan ≥5 porsi/hari. Menurut Depkes

(2007) salah satu cara mencegah penyakit kanker adalah mengonsumsi

sayur dan buah lebih dari 500 gram per hari.

7. Konsumsi buah. Data konsumsi buah yang digunakan dalam penelitian ini

dikategorikan menjadi <5 porsi/hari dan ≥5 porsi/hari (Depkes 2007).

8. Riwayat kanker payudara pada keluarga. Data riwayat kanker payudara

pada keluarga dilihat dari ada atau tidak adanya riwayat kanker payudara

pada keluarga terutama pada keturunan pertama (ibu, adik, atau anak

perempuan) ACS (2011). Selain itu, dilihat pula ada atau tidak adanya

kanker payudara pada pria dalam keluarga (Depkes 2007).

9. Usia menstruasi pertama. Data usia menstruasi pertama yang digunakan

dalam penelitian ini dikategorikan menjadi <12 tahun dan ≥12 tahun (Depkes

2007).

10. Usia menopause. Data usia menopause yang digunakan dalam penelitian ini

dikategorikan menjadi >50 tahun dan ≤50 tahun (Depkes 2007).

11. Lama menyusui. Data lama menyusui yang digunakan dalam penelitian ini

dikategorikan menjadi <6 bulan dan ≥6 bulan. Kategori ini berdasarkan

rekomendasi khusus dari World Cancer Research Fund dan American

Page 46: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

33

Institute for Cancer Research pada tahun 2007 yang menyatakan bahwa ibu

seyogyanya menyusui anaknya secara eksklusif ke bayi sampai 6 bulan

untuk mencegah penyakit kanker.

12. Lama menggunakan alat kontrasepsi hormonal. Data lama menggunakan

alat kontrasepsi hormonal yang digunakan dalam penelitian ini dikategorikan

menjadi >10 tahun dan ≤10 tahun. Kategori ini mengacu pada hasil

penelitian Indrati (2005), hasil penelitian Indrati (2005) terhadap lama

menggunakan alat kontrasepsi oral adalah wanita yang menggunakan alat

kontrasepsi oral >10 tahun berisiko 3.10 kali terkena kannker payudara

dibandingkan dengan wanita yang tidak menggunakan alat kontrasepsi oral.

Dalam penelitian ini akan dilihat risiko lama menggunakan alat kontrasepsi

hormonal. Menurut Nurdiana dan Widyantoro (2002) alat kontrasepsi

hormonal yang terdiri atas pil, suntikan, dan susuk/implan ini efektif

mengandung hormon-hormon reproduksi perempuan dengan komposisi

yang kurang lebih sama.

13. Lama melakukan aktivitas fisik. Data lama melakukan aktivitas fisik dalam

penelitian ini dikategorikan menjadi <30 menit/hari dan ≥30 menit/hari.

Kategori ini berdasarkan rekomendasi dari World Cancer Research Fund

dan American Institute for Cancer Research pada tahun 2007 yang

menyatakan bahwa aktivitas fisik atau berolahraga minimal selama 30 menit

setiap hari untuk mencegah penyakit kanker.

14. Perokok pasif. Data perokok pasif dalam penelitian ini dilihat dari status

contoh sebagai perokok pasif atau bukan sebagai perokok pasif. Dikatakan

perokok pasif bila contoh terpapar asap rokok baik dalam lingkungan tempat

tinggal maupun lingkungan tempat bekerja.

Data yang telah diperoleh diolah baik secara manual atau dengan

menggunakan Microsoft Excel 2007 for Windows dan SPSS (Statistical Product

and Service Solution) 16.0 for Windows. Tahapan pengolahan data meliputi

editing (mengkaji dan meneliti data yang telah terkumpul dari hasil wawancara),

coding (pemberian kode pada data untuk mempermudah proses memasukkan

data ke dalam komputer), entry (memasukkan data ke dalam program komputer

untuk dilakukan analisis lebih lanjut), dan tabulating (data direkap dan disusun

dalam bentuk tabel). Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

univariat, bivariat, dan multivariat.

Page 47: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

34

Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi

frekuensi dan proporsi dari berbagai variabel yang diteliti. Hasil disajikan dalam

bentuk jumlah dan persentase.

Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan analisis tabel 2x2 dengan tujuan untuk

menghitung nilai OR, yaitu risiko relatif antara kelompok kasus dengan kelompok

kontrol. Perhitungan OR dapat dilakukan sebagai berikut (Kleinbaum 1994 dalam

Meylina 2005):

Tabel 6 Hubungan faktor risiko dengan kejadian kanker payudara

Faktor risiko

Kasus Kontrol Jumlah

Ya a b a + b = m1 Tidak c d c + d = m0

Jumlah a + c = n1 b + d = n0 a + b + c + d = t

Dimana, OR =

= ad/bc

Bila OR = 1, tidak ada hubungan antara kanker payudara dengan faktor risiko.

Bila OR < 1, adanya faktor risiko dapat menurunkan risiko terkena kanker

payudara (faktor protektor).

Bila OR > 1, adanya faktor risiko dapat meningkatkan risiko terkena kanker

payudara (faktor risiko).

Uji kemaknaan digunakan analisis Chi-Square. Analisis ini digunakan

untuk menentukan variabel yang dapat masuk ke dalam analisis multivariat.

Tingkat kemaknaan statistik yang dianjurkan adalah p<0.05.

Analisis Multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk menarik kesimpulan akhir suatu

penelitian. Pada penelitian ini digunakan analisis regresi logistik berganda karena

outcome (kanker payudara) dalam penelitian ini bersifat dikotomi (Murti 1997

dalam Meylina 2005). Tujuan utama analisis regresi logistik berganda adalah

untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan

variabel terikat (kanker payudara).

Kriteria untuk dapat dilakukan analisis regresi logistik berganda yaitu

faktor risiko yang memiliki p<0.05 pada analisis bivariat. Melalui analisis

multivariat regresi logistik berganda dapat dihitung OR terkontrol, yaitu untuk

memperkirakan besarnya risiko terjadinya kanker payudara yang disebabkan

faktor risiko. Cara yang digunakan dalam analisis regresi logistik berganda

Page 48: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

35

adalah metode backward stepwise, yaitu dilakukan proses seleksi bertahap pada

beberapa faktor risiko yang tidak memenuhi kriteria pemodelan dimulai dari

variabel (faktor risiko) yang nilai tidak signifikan terbesar, sehingga tidak ada lagi

faktor risiko yang tidak dapat dikeluarkan lagi untuk kemudian menjadi model

regresi logistik akhir. Angka signifikansi yang ditetapkan dalam penelitian ini

adalah p<0.05.

Definisi Operasional

Usia adalah umur contoh pada saat diwawancarai atau pada saat penelitian

berlangsung.

Status gizi adalah tanda-tanda atau penampilan fisik yang diakibatkan oleh

keseimbangan pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang terlihat

melalui indikator IMT (hasil perbandingan berat badan (kg) dengan tinggi

badan kuadrat (m)).

Pengetahuan gizi adalah informasi tentang gizi yang diketahui oleh masing-

masing orang dalam kelompok kasus dan kelompok kontrol.

Konsumsi makanan berlemak adalah kebiasaan contoh mengonsumsi

makanan berlemak dalam sehari.

Konsumsi makanan diawetkan dan dibakar adalah kebiasaan contoh

mengonsumsi makanan diawetkan dan dibakar dalam sehari.

Konsumsi sayur adalah kebiasaan contoh mengonsumsi sayur dalam sehari.

Konsumsi buah adalah kebiasaan contoh mengonsumsi buah dalam sehari.

Riwayat kanker payudara pada keluarga adalah ada tidaknya keluarga contoh

dalam satu keturunan yang menderita kanker payudara.

Usia menstruasi pertama adalah usia contoh pada saat pertama kali mendapat

menstruasi.

Usia menopause adalah usia contoh ketika menopause.

Lama menyusui adalah waktu menyusui contoh dimulai dari kehamilan pertama

hingga kehamilan terakhir.

Lama menggunakan alat kontrasepsi hormonal adalah riwayat pemakaian

alat kontrasepsi hormonal contoh.

Lama melakukan aktivitas fisik adalah kebiasaan contoh melakukan aktivitas

fisik dalam sehari.

Perokok pasif adalah contoh yang terpapar asap rokok baik dalam lingkungan

tempat tinggal maupun lingkungan tempat bekerja.

Page 49: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Kanker Dharmais berlokasi di Jl. Let. Jend. S. Parman Kav.

84-86, Slipi, Jakarta Barat. Dibangunan di atas tanah milik pemerintah seluas

38.920 m2 dengan luas total seluruh bangunan adalah 63.540 m2. Bangunan ini

terdiri dari 7 blok bangunan, yaitu bangunan utama, bangunan asrama dan

litbang, bangunan auditorium, bangunan penunjang, bangunan teknik dan umum,

bangunan genset, bangunan rumah duka, tempat TPS dan incenerator, serta

IPAL/STP. Bangunan utama terdiri dari 8 lantai dan ditambah 2 lantai basement.

Saat ini lantai yang sudah dioperasikan adalah lantai basement, lantai 1, 2, 3, 4,

5, dan 8 sedangkan lantai lainnya masih dalam tahap persiapan pengembangan

fisik.

Instalasi Radiodiagnostik terletak di lantai basement RSKD. Instalasi

Radiodiagnostik memiliki peralatan sangat lengkap, terdiri dari X-Ray

konvensional, Mammografi, Angiografi, CT Scan, MRI, USG dan Kedokteran

Nuklir. Instalasi Radidiagnostik RSKD unggul dalam bidang kecepatan dan

ketepatan diagnostik serta penentuan stadium kanker. Instalasi Radiodiagnostik

dapat melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker. Pelayanan yang diberikan

dapat mendeteksi kanker leher rahim, kanker payudara, kanker prostat, kanker

kolorektal, dan kanker hati. Selain itu, instalasi ini juga memberikan pelayanan uji

kesehatan umum (general check up) bagi pasien yang ingin melakukan deteksi

dini kanker atau pasien yang ingin mengetahui status kesehatannya.

Pemeriksaan radiologi menggunakan sinar X untuk pemeriksaan

payudara dianggap sebagai teknologi tepat guna untuk mendeteksi keberadaan

kelainan pada payudara. Pemeriksaan payudara pada umumnya dilakukan

dengan menggunakan mammografi dan USG payudara. Mammografi dinilai

sensitif untuk mendeteksi lesi (gangguan jaringan) yang tidak teraba dalam

pemeriksaan payudara. Untuk memperkirakan keganasan digunakan kategori

breast imaging reporting and data system (Bi-Rads) yang menggolongkan

mikrokalsifikasi (tanda dini kanker payudara) yang akan tergambar pada

mammografi dari kategori 0 sampai dengan 5. Pasien yang termasuk ke dalam

kategori 4 dan 5 sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan biopsi

jaringan untuk memastikan hasil diagnosis. Sementara itu, pemeriksaan dengan

USG payudara dapat melihat dan mendeteksi adanya lesi padat maupun lesi

setengah cair, termasuk melihat ukuran lesi secara jelas. USG payudara bersifat

Page 50: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

37

saling melengkapi dengan mammografi untuk diagnosis optimal kelainan

payudara (Buku Profil RSKD).

Karakteristik Contoh dan Hubungan Faktor Risiko dengan Kanker Payudara

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dikategorikan menjadi enam, yaitu Sekolah Dasar

(SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA), Diploma/Akademi, Sarjana, dan Pasca Sarjana. Distribusi contoh

berdasarkan tingkat pendidikan pada kelompok kasus dan kelompok kontrol

dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Distribusi contoh berdasarkan tingkat pendidikan pada kelompok kasus dan kelompok kontrol

Pendidikan Kasus Kontrol

n % n %

SD 0 0 1 4.2 SLTP 4 16.7 2 8.3 SLTA 7 29.2 5 20.8 Diploma/Akademi 1 4.2 1 4.2 Sarjana 11 45.8 11 45.8 Pasca Sarjana 1 4.2 4 16.7

Total 24 100 24 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebagian besar kelompok

kasus memiliki tingkat pendidikan sarjana yaitu sebesar 45.8% sama dengan

tingkat pendidikan pada kelompok kontrol. Menurut Guhardja et al. (1992)

pendidikan merupakan faktor dari diri seseorang yang mempengaruhi

perilakunya. Selain itu, pendidikan juga memiliki peranan yang cukup penting

dalam perbaikan makanan, setidaknya tahu bahwa makanan penting bagi

kesehatan. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi konsumsi pangan melalui

cara pemilihan bahan pangan. Orang yang berpendidikan tinggi cenderung untuk

memilih makanan yang baik dalam hal jumlah dan mutu dibandingkan dengan

yang berpendidikan rendah.

Menurut Khomsan et al. (2009) tingkat pengetahuan seseorang dapat

dipengaruhi oleh kemampuan intelektualnya. Tingkat pengetahuan akan

berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang karena berhubungan

dengan daya nalar, pengalaman, dan kejelasan konsep mengenai objek tertentu.

Sumarwan (2003) menyatakan bahwa keterbatasan pengetahuan dapat

mempengaruhi tingkah laku seseorang dalam memenuhi kebutuhannya. Tingkat

pendidikan seseorang juga akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianut, cara

berpikir, cara pandang bahkan persepsinya terhadap suatu masalah. Pendidikan

yang berbeda akan menyebabkan selera yang berbeda juga.

Page 51: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

38

Secara logika dapat dikatakan bahwa peningkatan status pendidikan

akan meningkatkan status sosial ekonomi, yang kemudian akan mengubah pola

hidup. Pola hidup masyarakat dengan sosial ekonomi baik berupa asupan lemak

yang lebih tinggi serta pola hidup tidak sehat akan meningkatkan paparan faktor

risiko kanker payudara (Azamris 2006).

Pekerjaan

Jenis pekerjaan contoh dikategorikan menjadi empat, yaitu belum

bekerja, Ibu Rumah Tangga (IRT), Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan pegawai

swasta. Distribusi contoh berdasarkan pekerjaan pada kelompok kasus dan

kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Distribusi contoh berdasarkan pekerjaan pada kelompok kasus dan kelompok kontrol

Pekerjaan Kasus Kontrol

n % n %

Belum Bekerja 0 0 1 4.2 IRT 16 66.7 15 62.5 PNS 7 29.2 5 20.8 Pegawai Swasta 1 4.2 3 12.5

Total 24 100 24 100

Berdasarkan di atas, diketahui bahwa sebagian besar kasus bekerja

sebagai IRT yaitu sebesar 66.7%, namun jumlah ini tidak berbeda jauh dengan

kelompok kontrol yaitu sebesar 62.5%.

Usia

Rata-rata usia contoh dalam penelitian ini adalah 47.6 ± 8.2 tahun pada

kelompok kasus, sedangkan rata-rata usia contoh pada kelompok kontrol adalah

sebesar 40.7 ± 9.7 tahun. Baik pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol

distribusi contoh banyak terdapat pada rentang usia 40-49 tahun (41.7%).

Distribusi contoh berdasarkan usia pada kelompok kasus dan kelompok kontrol

dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Distribusi contoh berdasarkan usia pada kelompok kasus dan kelompok kontrol

Usia Kasus Kontrol

p-value OR 95% CI n % n %

20-29 tahun 0 0 3 12.5 0.074 - - 30-39 tahun 3 12.5 7 29.2 0.155 0.347 0.078-1.549 40-49 tahun 10 41.7 10 41.7 1 1 0.317-3.151 50-59 tahun 9 37.5 4 16.7 0.104 3 0.774-11.627 60-69 tahun 2 8.3 0 0 0.149 - -

Total 24 100 24 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa kelompok kasus banyak

terdapat pada rentang usia 40-49 tahun yaitu sebesar 41.7%, kemudian pada

Page 52: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

39

rentang usia 50-59 tahun yaitu sebesar 37.5%. Selaras dengan penelitian yang

dilakukan Indrati (2005) bahwa kelompok kasus banyak terdapat pada rentang

usia 40-49 tahun yaitu sebesar 36.5%, kemudian pada rentang usia 50-59 tahun

yaitu sebesar 30.8%. Hal yang sama juga terdapat pada penelitian Azamris

(2006) yang menemukan bahwa kasus kanker payudara banyak terdapat pada

rentang usia 40-50 tahun yaitu sebesar 34.3%. Depkes (2007) menyatakan

bahwa salah satu faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan berkembangnya

kanker payudara adalah usia di atas 40 tahun. Hubungan antara usia dengan

kanker payudara dianalisis menggunakan Chi-Square, hasilnya menunjukkan

bahwa usia pada semua rentang yang telah ditetapkan tidak berhubungan

dengan kanker payudara (p>0.05).

Usia sangat penting sebagai faktor yang berpengaruh terhadap kanker

payudara. Kejadian kanker payudara akan meningkat cepat pada usia

reproduktif, kemudian setelah itu meningkat dengan kecepatan yang lebih

rendah (Wakai et al. 2000). Risiko terjadinya kanker payudara bertambah

sebanding dengan pertambahan usia. Hubungan ini diduga karena pengaruh

paparan hormonal (estrogen) yang lama serta paparan faktor risiko lain yang

memerlukan waktu lama untuk dapat menginduksi terjadinya kanker (Azamris

2006). Meningkatnya risiko kanker pada usia lanjut mungkin merupakan

gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya waktu pemaparan

terhadap karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat

usia (Dinkes Bone Belango 2007).

Status Gizi

Status gizi contoh dikategorikan menjadi empat berdasarkan cut-off points

IMT menurut Depkes (2006), yaitu kurus (IMT: <18 kg/m2), normal (IMT: 18-25

kg/m2), kegemukan (IMT: 25.1-27 kg/m2), obesitas (IMT: >27 kg/m2). Distribusi

contoh berdasarkan status gizi pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dapat

dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Distribusi contoh berdasarkan status gizi pada kelompok kasus dan kelompok kontrol

Status Gizi Kasus Kontrol

n % n %

Kurus 0 0 2 8.3 Normal 21 87.5 15 62.5 Kegemukan 2 8.3 3 12.5 Obesitas 1 4.2 4 16.7

Total 24 100 24 100

Page 53: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

40

Berdasakan Tabel 10, diketahui bahwa sebagian besar kelompok kasus

maupun kelompok kontrol memiliki status gizi normal yaitu masing-masing

sebesar 87.5% dan 62.5%. Hubungan antara status gizi dengan kanker

payudara dianalisis menggunakan Chi-Square dan tabel 2x2, dalam analisis

status gizi nomal dijadikan pembanding terhadap status gizi kegemukan dan

status gizi obesitas. Rekomendasi dari World Cancer Research Fund dan

American Institute for Cancer Research pada tahun 2007 menyatakan bahwa

untuk mencegah penyakit kanker seseorang sebaiknya menjaga berat badan

dalam kisaran berat badan normal. Keadaan kegemukan dan obesitas

meningkatkan risiko beberapa kanker (Damayanthi 2008). Hubungan antara

status gizi dengan kanker payuda dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Hubungan antara status gizi dengan kanker payudara

Status Gizi Kasus Kontrol

p-value OR 95% CI n % n %

Kegemukan 2 8.7 3 16.7 0.446 2.1 0.312-14.152

Normal 21 91.7 15 83.3

Total 23 100 18 100

Obesitas 1 4.5 4 21.1 0.140 5.6 0.567-55.260

Normal 21 95.5 15 78.9

Total 22 100 19 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa tidak terdapat hubungan

antara status gizi dengan kanker payudara (p>0.05). Hasil ini tidak selaras

dengan beberapa penelitian sebelumnya, seperti penelitian yang dilakukan Tung

et al. (1999). Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa seorang

wanita dengan IMT >25 kg/m2 berhubungan dengan risiko kanker payudara pada

saat post menopause (OR=1.90 pada 95% CI: 1.10-3.24) dibandingkan dengan

IMT ≤20 kg/m2. Berat badan ≥58 kg menunjukkan hubungan yang signifikan

dengan risiko kanker payudara dibandingkan dengan berat badan ≤47 kg pada

wanita post menopause (OR=1.83 pada 95% CI: 1.10-3.01). Menurut Mahan dan

Escott-Stump (2008) hubungan antara berat badan, IMT, dan berat badan relatif

dengan kanker yang spesifik sudah diteliti secara luas dan sebagian besar studi

epidemiologi menunjukkan hubungan yang positif dengan kanker payudara,

endometrium, dan ginjal. Pada kanker payudara, ada hubungan yang positif

antara penambahan berat badan saat post menopause terhadap peningkatan

risiko terjadinya penyakit. Berdasarkan penelitian Azamris (2006) diketahui

bahwa overweight akan menigkatkan risiko kanker payudara 2.29 kali lipat (95%

CI: 2.06-2.53).

Page 54: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

41

Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi contoh dikategorikan menjadi tiga, yaitu baik jika >80%

jawaban benar dari pertanyaan, sedang jika 60-80% jawaban benar dari

pertanyaan, dan kurang jika <60% jawaban benar dari pertanyaan. Distribusi

contoh berdasarkan pengetahuan gizi pada kelompok kasus dan kelompok

kontrol dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Distribusi contoh berdasarkan pengetahuan gizi pada kelompok kasus dan kelompok kontrol

Pengetahuan Gizi Kasus Kontrol

n % n %

Rendah 4 16.7 3 12.5 Sedang 18 75 20 83.3 Tinggi 2 8.3 1 4.2

Total 24 100 24 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa pengetahuan gizi dalam

kategori sedang lebih banyak ditemukan pada kelompok kontrol yaitu sebesar

83.3% dibandingkan dengan kelompok kasus yaitu sebesar 75%. Hubungan

antara pengetahuan gizi dengan kanker payudara dianalisis menggunakan Chi-

Square dan tabel 2x2, dalam analisis pengetahuan gizi baik dijadikan

pembanding terhadap pengetahuan gizi rendah dan pengetahuan gizi sedang.

Hubungan antara pengetahuan gizi dengan kanker payuda dapat dilihat pada

Tabel 13.

Tabel 13 Hubungan antara pengetahuan gizi dengan kanker payudara

Pengetahuan Gizi

Kasus Kontrol p-value OR 95% CI

n % n %

Rendah 4 66.7 3 75 0.779 1.5 0.89-25.392

Baik 2 33.3 1 25

Total 6 100 4 100

Sedang 18 90 20 95.2 0.529 2.222 0.185-26.629

Baik 2 10 1 4.8

Total 20 100 21 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa tidak terdapat hubungan

antara pengetahuan gizi dengan kanker payudara (p>0.05). Tingkat pengetahuan

seseorang dapat dipengaruhi oleh kemampuan intelektualnya. Tingkat

pengetahuan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang karena

berhubungan dengan daya nalar, pengalaman, dan kejelasan konsep mengenai

objek tertentu. Salah satu pertimbangan seseorang untuk mengonsumsi

makanan adalah tingkat pengetahuan tentang manfaat makanan tersebut bagi

kesehatan, pengetahuan tentang bahan penyusun asal makanan, dan makna

simboliknya. Semakin baik pengetahuan gizinya, maka seseorang akan semakin

Page 55: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

42

memperhatikan kuantitas dan kualitas pangan yang akan dikonsumsinya

(Khomsan et al. 2009).

Konsumsi Makanan Berlemak

Konsumsi makanan berlemak dikategorikan ke dalam tinggi dan rendah.

Tinggi jika contoh mengonsumsi makanan berlemak hampir setiap hari, rendah

jika contoh mengonsumsi makanan berlemak >2 hari sekali. Distribusi contoh

berdasarkan konsumsi makanan berlemak pada kelompok kasus dan kelompok

kontrol dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Distribusi contoh berdasarkan konsumsi makanan berlemak pada kelompok kasus dan kelompok kontrol

Konsumsi Makanan Berlemak

Kasus Kontrol p-value OR 95% CI

n % n %

Tinggi 22 91.7 17 70.8 0.064 4.529 0.832-24.649

Rendah 2 8.3 7 29.2

Total 24 100 24 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa tinggi konsumsi makanan

berlemak banyak ditemukan pada kelompok kasus yaitu sebesar 91.7%

dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 70.8%. Hubungan antara

konsumsi makanan berlemak dengan kanker payudara dianalisis menggunakan

Chi-Square dan tabel 2x2, hasilnya menunjukkan bahwa konsumsi makanan

berlemak tidak berhubungan dengan kanker payudara (p>0.05). Hasil ini tidak

selaras dengan beberapa data eksperimental dan data epidemiologi yang

menunjukkan hubungan antara beberapa jenis kanker dan jumlah lemak dalam

makanan. Diet tinggi lemak cenderung tinggi kalori dan berkontribusi terhadap

obesitas, yang berhubungan dengan meningkatnya risiko beberapa kanker

seperti kolon dan rektum, esopagus, kandung empedu, payudara (terutama post

menopause), endometrium, pankreas, dan ginjal (Mahan & Escott-Stump 2008).

Lemak menyumbang energi paling besar yaitu sebesar 9 kkal/g dibandingkan

protein dan karbohidrat yaitu masing-masing sebesar 4 kkal/g. Namun, konsumsi

lemak secara keseluruhan tidak dapat mempengaruhi risiko kanker payudara.

Setiap jenis lemak menghasilkan efek yang berbeda (Willett 2001).

Konsumsi Makanan Diawetkan dan Dibakar

Konsumsi makanan diawetkan dan dibakar dikategorikan ke dalam tinggi

dan rendah. Tinggi jika contoh mengonsumsi makanan diawetkan dan dibakar

hampir setiap hari, rendah jika contoh mengonsumsi makanan diawetkan dan

dibakar >2 hari sekali. Distribusi contoh berdasarkan konsumsi makanan

Page 56: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

43

diawetkan dan dibakar pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dapat dilihat

pada Tabel 15.

Tabel 15 Distribusi contoh berdasarkan konsumsi makanan diawetkan dan dibakar pada kelompok kasus dan kelompok kontrol

Konsumsi Makanan Diawetkan dan Dibakar

Kasus Kontrol p-value OR 95% CI

n % n %

Tinggi 11 45.8 2 8.3 0.003 9.308 1.778-48.723

Rendah 13 54.2 22 91.7

Total 24 100 24 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa tinggi konsumsi makanan

diawetkan dan dibakar banyak ditemukan pada kelompok kasus yaitu sebesar

45.8% dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 8.3%. Hubungan

antara konsumsi makanan diawetkan dan dibakar dengan kanker payudara

dianalisis menggunakan Chi-Square dan tabel 2x2, hasilnya menunjukkan bahwa

konsumsi makanan diawetkan dan dibakar berhubungan dengan kanker

payudara (p<0.05). Berdasarkan nilai OR di atas diketahui bahwa wanita yang

konsumsi makanan diawetkan dan dibakarnya tinggi berisiko 9.308 kali (95% CI:

1.778-48.723) terkena kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang

konsumsi makanan diawetkan dan dibakarnya rendah.

Dalam pengolahan daging seperti sosis dan kornet digunakan nitrat dan

nitrit. Awalnya nitrat dan nitrit secara luas digunakan untuk memperoleh warna

merah yang seragam pada produk-produk daging yang diawetkan dan praktek ini

membawa pengembangan proses curing modern. Saat ini penggunaan nitrat dan

nitrit dalam makanan (terutama produk-produk daging) dibatasi karena adanya

efek meracuni dari kedua senyawa tersebut. Umumnya nitrit lebih beracun

dibandingkan dengan nitrat, oleh karena itu konsumsi nitrit pada manusia

dibatasi sampai 0.4 mg/kg berat badan per hari. Akhir-akhir ini penggunaan nitrit

sebagai bahan pengawet kembali disoroti oleh banyak ahli karena adanya bukti-

bukti yang menunjukkan bahwa nitrosamin, suatu karsinogen, dapat terbentuk

dari hasil reaksi antara nitrit dengan senyawa amin sekunder pada daging

(Muchtadi 1989).

Nitrosamin adalah sekelompok senyawa kimia yang ternyata bersifat

karsinogen. Nitrosamin dideteksi ada dalam daging yang diawetkan dengan

curing dan pengasapan. Pengasapan dapat pula menyebabkan pembentukan

nitrosamin karena nitrogen oksida telah dideteksi ada dalam asap kayu dan

amina ada dalam daging hewan. Nitrosamin dapat muncul dalam tubuh manusia

apabila pra zatnya yaitu amina dan nitrit atau nitrat, saling bersentuhan dalam

Page 57: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

44

lambung (Harris & Karmas 1989). Diet tinggi sayuran dan buah-buahan yang

kaya vitamin C dan phytochemical dapat menghambat konversi nitrit menjadi

nitrosamin. Penelitian telah menunjukkan risiko kanker yang mungkin meningkat

yang ditimbulkan oleh pembentukan polisiklik hidrokarbon aromatik dan

hetrosiklik amina selama memasak dengan metode pemanasan seperti grilling,

broiling, barbecuing, dan daging yang diasapkan. Selain itu, beberapa peneliti

juga telah menemukan aktivitas mutagenik dalam makanan setelah digoreng dan

dipanggang dengan arang (Mahan & Escott-Stump 2008).

Konsumsi Sayur

Konsumsi sayur dikategorikan ke dalam <5 porsi/hari dan ≥5 porsi/hari.

Distribusi contoh berdasarkan konsumsi sayur pada kelompok kasus dan

kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Distribusi contoh berdasarkan konsumsi sayur pada kelompok kasus dan kelompok kontrol

Konsumsi Sayur Kasus Kontrol

p-value OR 95% CI n % n %

<5 porsi/hari 19 79.2 17 70.8 0.507 0.639 0.171-2.395

≥5 porsi/hari 5 20.8 7 29.2

Total 24 100 24 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa konsumsi sayur <5 porsi/hari

banyak ditemukan pada kelompok kasus yaitu sebesar 79.2% dibandingkan

dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 70.8%. Hubungan antara konsumsi sayur

dengan kanker payudara dianalisis menggunakan Chi-Square dan tabel 2x2,

hasilnya menunjukkan bahwa konsumsi sayur tidak berhubungan dengan kanker

payudara (p>0.05). Hasil penelitian ini tidak seperti beberapa hasil penelitian

yang telah dilakukan seperti hasil penelitian Zhang et al. (2009) di salah satu

rumah sakit Guangdong, Cina yang menunjukkan bahwa konsumsi sayur dan

buah menjadi kebalikan dari faktor risiko kanker payudara. Sayur dan buah

bersifat melindungi atau mencegah perkembangan kanker termasuk kanker

payudara. Hal ini berkaitan dengan substansi potensial berupa antikarsinogenik

yang dikandung dalam sayur dan buah seperti karotenoid, vitamin C, vitamin E,

dihtiolthiones, isoflavon, dan isotiosianat. Sama halnya dengan penelitian yang

dilakukan Perry (2009) pada wanita di Asia Timur dan wanita di negara barat.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa asupan tinggi sayuran dan buah segar

dapat mengurangi risiko kanker payudara baik pada wanita di Asia Timur

maupun wanita di negara barat.

Page 58: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

45

Kajian komprehensif dari studi epidemiologi telah meneliti hubungan

antara konsumsi sayur dan buah terhadap timbulnya kanker, hasilnya

menemukan efek perlindungan yang signifikan secara statistik dalam 128 dari

156 penelitian diet. Pada umumnya, sayuran dan buah-buahan rendah energi

dan merupakan sumber yang baik untuk serat, vitamin, mineral dan zat biologis

aktif. Contoh zat-zat (karsinogenik) yang ditemukan dalam sayuran dan buah

adalah antioksidan seperti vitamin C dan E, selenium dan phytochemical,

karotenoid, flavonoid, sterol, senyawa allium, indoles, phenols dan terpenes

(Mahan & Escott-Stump 2008).

Konsumsi Buah

Konsumsi buah dikategorikan ke dalam <5 porsi/hari dan ≥5 porsi/hari.

Distribusi contoh berdasarkan konsumsi buah pada kelompok kasus dan

kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Distribusi contoh berdasarkan konsumsi buah pada kelompok kasus dan kelompok kontrol

Konsumsi Buah Kasus Kontrol

p-value OR 95% CI n % n %

<5 porsi/hari 18 75 18 75 1 1 0.271-3.694

≥5 porsi/hari 6 25 6 25

Total 24 100 24 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa konsumsi buah <5 porsi/hari

ditemukan baik pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol yaitu masing-

masing sebesar 75%. Hubungan antara konsumsi buah dengan kanker payudara

dianalisis menggunakan Chi-Square dan tabel 2x2, hasilnya menunjukkan bahwa

konsumsi buah tidak berhubungan dengan kanker payudara (p>0.05). Seperti

data yang diperoleh dari Riskesdas pada tahun 2007 bahwa prevalensi kurang

konsumsi sayur dan buah pada masyarakat Indonesia sebesar 93.6% yang

menyebabkan tingginya angka kejadian kanker di Indonesia (Depkes 2010).

Sayur dan buah merupakan salah satu zat anti kanker. Sebagian besar zat anti

kanker ini memiliki mekanisme yang saling melengkapi. Hal ini berkaitan dengan

penghambatan pembentukan nitrosamin, penyediaan subsrat untuk

pembentukan agen antineoplastik, mengikat cairan karsinogen dalam saluran

pencernaan, perubahan metabolisme hormon, dan efek antioksidan (Mahan &

Escott-Stump 2008).

Riwayat Kanker Payudara pada Keluarga

Riwayat kanker payudara pada keluarga dilihat dari ada atau tidak

adanya riwayat kanker payudara pada keluarga. Distribusi contoh berdasarkan

Page 59: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

46

riwayat kanker payudara pada keluarga pada kelompok kasus dan kelompok

kontrol dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Distribusi contoh berdasarkan riwayat kanker payudara pada keluarga pada kelompok kasus dan kelompok kontrol

Riwayat Kanker Payudara pada

Keluarga

Kasus Kontrol p-

value OR 95% CI

n % n %

Ya 6 25 3 12.5 0.267 2.333 0.509-10.629

Tidak 18 75 21 87.5

Total 24 100 24 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa riwayat kanker payudara pada

keluarga lebih banyak ditemukan pada kelompok kasus yaitu sebesar 25%

dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 12.5%. Hubungan antara

riwayat kanker payudara pada keluarga dengan kanker payudara dianalisis

menggunakan Chi-Square dan tabel 2x2, hasilnya menunjukkan bahwa riwayat

kanker payudara pada keluarga tidak berhubungan dengan kanker payudara

(p>0.05). Hasil penelitian ini tidak mendukung beberapa kajian yang

menyebutkan bahwa sekitar 5-10% dari kasus kanker payudara dianggap

keturunan, dihasilkan langsung dari gen rusak/mutasi yang diwariskan dari orang

tua. Penyebab paling umum dari kanker payudara secara genetik adalah

mewarisi mutasi pada gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada

kromosom 13 (ACS 2011, van de Velve et al. 1999).

Penelitian prospektif dan retrospektif epidemiologi genetik telah

menunjukkan bahwa wanita dengan mutasi pada gen BRCA1 atau BRCA2

memiliki risiko tinggi kanker payudara dan ovarium (Vogel 2000). Ada tiga cara

atau faktor penting dalam proses terjadinya mutasi gen yaitu faktor lingkungan

yang meliputi zat gizi, agen infektor, gaya hidup; faktor kebetulan/kesempatan;

dan faktor keturunan atau bawaan (McKelvey & Evans 2003).

Usia Menstruasi Pertama

Usia menstruasi pertama contoh dikategorikan menjadi dua, yaitu usia

<12 tahun dan ≥12 tahun. Distribusi contoh berdasarkan usia menstruasi

pertama pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Distribusi contoh berdasarkan usia menstruasi pertama pada kelompok kasus dan kelompok kontrol

Usia Menstruasi Pertama

Kasus Kontrol p-value OR 95% CI

n % n %

<12 tahun 5 20.8 9 37.5 0.204 0.439 0.121-1.587

≥12 tahun 19 79.2 15 62.5

Total 24 100 24 100

Page 60: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

47

Berdasarkan Tabel 19, diketahui bahwa contoh yang usia menstruasi

pertama <12 tahun lebih banyak ditemukan pada kelompok kontrol yaitu sebesar

37.5% dibandingkan dengan kelompok kasus yaitu sebesar 20.8%. Hubungan

antara usia menstruasi pertama dengan kanker payudara dianalisis

menggunakan Chi-Square dan tabel 2x2, hasilnya menunjukkan bahwa usia

menstruasi pertama tidak berhubungan dengan kanker payudara (p>0.05). Hasil

penelitian ini tidak menunjukkan hasil yang selaras dengan penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya.

Menurut Indrati (2005), van de Velve et al. (1999) menstruasi pertama

dini (sebelum usia 12 tahun) terutama bila disertai dengan menopause terlambat

(lebih dari 55 tahun) meningkatkan risiko terhadap kanker payudara, hal ini

berhubungan dengan lamanya paparan hormon esterogen dan progesteron yang

berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.

Sirait et al. (2009) menyatakan pertumbuhan jaringan payudara sangat sensitif

terhadap esterogen, maka perempuan yang terpajan esterogen dalam jangka

panjang akan memiliki risiko yang besar terhadap terjadinya kanker payudara.

Berdasarkan hasil penelitian Gao et al. (2000) wanita yang usia

menstruasi pertama ≤12 tahun berhubungan dengan risiko kanker payudara,

sedangkan wanita yang usia menstruasi pertamanya ≥17 tahun menurunkan

risiko terhadap kanker payudara sebesar 30%. Menurut Vogel (2000), wanita

yang menstruasi pertama pada usia 11-14 tahun memiliki risiko 10-30% lebih

besar terkena kanker dibandingkan dengan perempuan yang mendapat

menstruasi pertama kali pada usia 16 tahun.

Usia Menopause

Usia menopause contoh dikategorikan menjadi dua, yaitu usia >50 tahun

dan ≤50 tahun. Distribusi contoh berdasarkan usia menopause pada kelompok

kasus dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Distribusi contoh berdasarkan usia menopause pada kelompok kasus dan kelompok kontrol

Usia Menopause Kasus Kontrol

p-value OR 95% CI n % n %

>50 tahun 6 25 1 4.2 0.041 7.667 0.846-69.540

≤50 tahun 18 75 23 95.8

Total 24 100 24 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa usia menopause >50 tahun

lebih banyak ditemukan pada kelompok kasus yaitu sebesar 25% dibandingkan

dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 4.2%. Hubungan antara riwayat kanker

Page 61: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

48

payudara pada keluarga dengan kanker payudara dianalisis menggunakan Chi-

Square dan tabel 2x2. Berdasarkan hasil analisis Chi-Square terdapat hubungan

antara usia menopause dengan kanker payudara (p<0.05). Namun, berdasarkan

hasil analisis tabel 2x2 diketahui bahwa nilai OR: 7.667 tidak bermakna pada

95% CI: 0.846-69.540.

Menurut Irawati (2002) menopause bukan peristiwa yang terjadi secara

mendadak, melainkan proses yang berlangsung lama bahkan pada beberapa

orang dapat berlangsung selama 10 tahun. Menstruasi benar-benar tidak datang

lagi pada seorang perempuan rata-rata pada usia 50 tahun (dengan rentang

antara 48-52 tahun). Biasanya menopause terjadi pada usia 45-55 tahun (Global

Alliance Indonesia et al. 2003). Usia menopause berkaitan dengan lamanya

paparan hormon esterogen dan progesteron yang berpengaruh terhadap proses

proliferasi jaringan payudara (Indrati 2005, van de Velve et al. 1999). Wanita

yang menopause pada usia sekitar 55 tahun atau lebih memiliki risiko 50% lebih

besar terkena kanker payudara, sedangkan wanita yang menopause pada usia

45 tahun atau lebih muda memiliki risiko 30% lebih besar terkena kanker

payudara (Vogel 2000).

Lama Menyusui

Lama menyusui contoh dikategorikan menjadi dua, yaitu lama menyusui

≥6 bulan dan <6 bulan. Distribusi contoh berdasarkan lama menyusui pada

kelompok kasus dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21 Distribusi contoh berdasarkan lama menyusui pada kelompok kasus dan kelompok kontrol

Lama Menyusui Kasus Kontrol

p-value OR 95% CI n % n %

<6 bulan 12 50 14 58.3 0.562 0.714 0.229-2.233

≥6 bulan 12 50 10 41.7

Total 24 100 24 100

Berdasarkan Tabel 21, diketahui bahwa contoh yang lama menyusui <6

bulan lebih banyak ditemukan pada kelompok kontrol yaitu sebesar 58.3%

dibandingkan dengan kelompok kasus yaitu sebesar 50%. Hubungan antara

lama menyusui dengan kanker payudara dianalisis menggunakan Chi-Square

dan tabel 2x2, hasilnya menunjukkan bahwa lama menyusui tidak berhubungan

dengan kanker payudara (p>0.05). Penelitian ini tidak memperlihatkan hasil yang

serupa dengan beberapa penelitian lain, hasil penelitian Helewa et al. (2002)

dalam Riordan (2005) menunjukkan efek perlindungan dari menyusui. Hal ini

diduga karena mengurangi jumlah ovulasi secara proporsional dengan durasi

Page 62: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

49

dan intensitas menyusui. Kadar esterogen pun lebih rendah jika dibandingkan

dengan wanita yang sedang mengalami menstruasi. Selain itu, menyusui dapat

mengurangi konsentrasi endogen dan eksogen karsinogen yang hadir dalam sel-

sel epitel duktal dan lobular. Menurut Azamris (2006) ada hubungan antara

lamanya menyusui dengan efek pencegahan terjadinya kanker payudara.

Dengan bertambah lamanya menyusui anak maka paparan estrogen terhadap

payudara berkurang dan menjadi faktor protektif terhadap risiko kanker

payudara.

Lama Menggunakan Alat Kontrasepsi Hormonal

Sebelum dideskripsikan lama menggunakan alat kontrasepsi hormonal,

akan dideskripsikan terlebih dahulu alat kontrasepsi hormonal yang digunakan

contoh. Alat kontrasepsi hormonal yang digunakan contoh dikategorikan menjadi

empat, yaitu pil, suntik, implan, dan tidak menggunakan alat kontrasepsi

hormonal.

Baik kelompok kasus maupun kelompok kontrol sebagian besar tidak

menggunakan alat kontrasepsi hormonal yaitu masing-masing sebanyak 21

orang (87.5%) dan 20 orang (83.3%). Pada kelompok kasus tidak ada contoh

yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal berupa implan, sedangkan pada

kelompok kontrol tidak ada contoh yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal

berupa pil dan implan. Distribusi contoh berdasarkan alat kontrasepsi hormonal

yang digunakan pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dapat dilihat pada

Tabel 22.

Tabel 22 Distribusi contoh berdasarkan alat kontrasepsi hormonal yang digunakan pada kelompok kasus dan kelompok kontrol

Alat Kontrasepsi yang Digunakan Kasus Kontrol

n % n %

Pil 2 8.3 0 0 Suntik 1 4.2 4 16.7 Implan 0 0 0 0 Tidak menggunakan alat kontrasepsi hormonal

21 87.5 20 83.3

Total 24 100 24 100

Lama menggunakan alat kontrasepsi hormonal contoh dikategorikan

menjadi dua, yaitu lama menggunakan alat kontrasepsi hormonal selama >10

tahun dan ≤10 tahun. Dalam analisis, kelompok yang tidak menggunakan alat

kontrasepsi hormonal tidak disertakan. Distribusi contoh berdasarkan lama

menggunakan alat kontrasepsi hormonal pada kelompok kasus dan kelompok

kontrol dapat dilihat pada Tabel 23.

Page 63: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

50

Tabel 23 Distribusi contoh berdasarkan lama menggunakan alat kontrasepsi hormonal pada kelompok kasus dan kelompok kontrol

Lama Menggunakan Alat Kontrasepsi Hormonal

Kasus Kontrol

n % n %

>10 tahun 3 100 4 100 ≤10 tahun 0 0 0 0

Total 3 100 4 100

Berdasarkan di atas, diketahui bahwa lama menggunakan alat

kontrasepsi hormonal >10 tahun banyak ditemukan pada kelompok kontrol.

Namun, tidak ada contoh yang lama menggunakan alat kontrasepsi hormonal

≤10 tahun sehingga data ini tidak dapat dianalisis Chi-Square dan tabel 2x2. Di

Indonesia penggunaan hormon sebagai alat kontrasepsi sudah populer di

masyarakat. Pemakaian kontrasepsi hormonal terbanyak adalah jenis suntikan

dan pil. Kontrasepsi oral (pil) yang paling banyak digunakan adalah kombinasi

estrogen dan progesteron (Sirait et al. 2009).

Berdasarkan hasil penelitian Harianto et al. (2005) diketahui bahwa

pengguna pil kontrasepsi kombinasi memiliki risiko 1.864 kali lebih tinggi untuk

terkena kanker payudara dibandingkan dengan bukan pengguna pil kontrasepsi

kombinasi. Untuk lama penggunaan pil kontrasepsi kombinasi pada kelompok

kasus banyak ditemukan pada kelompok pengguna 5-9 tahun.

Lama Melakukan Aktivitas Fisik

Lama melakukan aktivitas fisik dalam penelitian ini dikategorikan menjadi

<30 menit/hari dan ≥30 menit/hari. Distribusi contoh berdasarkan lama

melakukan aktivitas fisik pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dapat

dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24 Distribusi contoh berdasarkan lama melakukan aktivitas fisik pada kelompok kasus dan kelompok kontrol

Lama Melakukan Aktivitas Fisik

Kasus Kontrol p-value OR 95% CI

n % n %

<30 menit/hari 23 95.8 20 83.3 0.156 4.6 0.474-44.604

≥30 menit/hari 1 4.2 4 16.7

Total 24 100 24 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa lama melakukan aktivitas fisik

<30 menit/hari banyak ditemukan pada kelompok kasus yaitu sebesar 95.8%

dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 83.3%. Hubungan antara

lama melakukan aktivitas fisik dengan kanker payudara dianalisis menggunakan

Chi-Square dan tabel 2x2, hasilnya menunjukkan bahwa lama melakukan

aktivitas fisik tidak berhubungan dengan kanker payudara (p>0.05). Dalam

mengurangi risiko kanker payudara aktivitas fisik dikaitkan dengan

Page 64: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

51

kemampuannya meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, menurunkan lemak

tubuh, dan mempengaruhi tingkat hormon (Vogel 2000). Berdasarkan penelitian

yang dilakukan Peters et al. (2009) diketahui bahwa hubungan aktivitas fisik

dengan risiko kanker payudara secara sugestif dimodifikasi oleh IMT.

Perokok Pasif

Perokok pasif adalah contoh yang terpapar asap rokok baik dalam

lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan tempat bekerja. Bukan perokok

pasif adalah contoh yang tidak terpapar asap baik dalam lingkungan tempat

tinggal maupun lingkungan tempat bekerja. Distribusi contoh berdasarkan

perokok pasif pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dapat dilihat pada

Tabel 25.

Tabel 25 Distribusi contoh berdasarkan perokok pasif pada kelompok kasus dan kelompok kontrol

Perokok Pasif Kasus Kontrol

p-value OR 95% CI n % n %

Ya 9 37.5 7 29.2 0.54 1.457 0.436-4.874

Tidak 15 62.5 17 70.8

Total 24 100 24 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa status perokok pasif banyak

ditemukan pada kelompok kasus yaitu sebesar 37.5% dibandingkan dengan

kelompok kontrol yaitu sebesar 29.2%. Hubungan antara perokok pasif dengan

kanker payudara dianalisis menggunakan Chi-Square dan tabel 2x2, hasilnya

menunjukkan bahwa perokok pasif tidak berhubungan dengan kanker payudara

(p>0.05).

Perokok pasif atau yang dikenal sebagai secondhand smoke dengan

kanker payudara masih kontroversi pada sebagian studi, karena ada efek risiko

yang berbeda antara perokok dengan orang yang hanya menghisap asap rokok

(ACS 2011). Namun, The U.S. Environmental Protection Agency, The U.S.

National Toxicology Program, The U.S. Surgeon General, dan The International

Agency for Research on Cancer perokok pasif dapat menyebabkan kanker pada

manusia terutama kanker paru-paru. Beberapa penelitian juga menemukan

bahwa perokok pasif diduga meningkatkan risiko kanker payudara, kanker

rongga hidung, dan kanker nasofaring pada orang dewasa serta risiko leukemia,

limfoma, dan tumor otak pada anak-anak (NCI 2011).

Penelitian Miller et al. (2006) menunjukkan ada hubungan antara perokok

pasif dengan kanker payudara terutama pada wanita pre menopause, sedangkan

studi yang dilakukan pada 10 case control study dan 4 cohort study, tujuh di

Page 65: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

52

antaranya signifikan secara statistik menunjukkan bahwa perokok pasif

meningkatkan risiko kanker payudara pada wanita post menopause.

Stadium Kanker

Khusus pada kelompok kasus, dideskripsikan mengenai stadium kanker

payudara ketika terdeteksi dari contoh yang ditemukan selama penelitian.

Distribusi contoh berdasarkan stadium kanker pada kelompok kasus dapat dilihat

pada Gambar 2.

Gambar 2 Distribusi contoh berdasarkan stadium kanker pada kelompok kasus

Berdasarkan Gambar 2, diketahui bahwa sebagian besar contoh

memeriksakan dirinya pada stadium II yaitu sebesar 62.5%. Menurut American

Society of Clinical Oncology Foundation dan Canadian Cancer Society (2011)

stadium dalam kanker bertujuan untuk menggambarkan kondisi kanker. Kondisi

ini meliputi letak kanker, sampai dimana penyebarannya, dan sejauh mana

pengaruhnya terhadap organ tubuh yang lain. Stadium awal/dini biasanya

merujuk pada stadium 0-2 sedangkan stadium lanjut pada stadium 2-4 (Cancer

Information & Support Center/CISC 2007).

Berdasarkan data dari rekam medis RSKD 2010, saat ini kanker

payudara merupakan kanker yang paling banyak diderita oleh perempuan. Di

RSKD sendiri, kanker payudara menduduki peringkat pertama dari 10 kanker

terbesar. Hampir 85% pasien kanker payudara datang ke rumah sakit dalam

keadaan stadium lanjut (RSKD 2011). Menurut Depkes (2007) kanker payudara

menjadi salah satu masalah utama pada kesehatan perempuan di dunia,

terutama di negara berkembang yang mempunyai sumber daya terbatas seperti

di Indonesia. Alasan meningkatnya kanker payudara di negara berkembang

tersebut adalah karena kurangnya program penapisan yang efektif. Menurut

Depkes (2007), van de Velve et al. (1999) Program penapisan bertujuan untuk

Stadium III 25%

Stadium II 62.5%

Stadium I 13%

Page 66: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

53

mendeteksi keadaan sebelum terjadinya kanker maupun kanker pada stadium

dini termasuk pengobatannya sebelum proses invasif yang lebih lanjut.

Saat ini di Indonesia telah dilakukan upaya penanggulangan terpadu

penyakit kanker payudara. Upaya ini dilakukan sejak dari puskesmas. Kunci

keberhasilan pengendalian kanker payudara tersebut adalah penapisan/skrining

yang diikuti dengan pengobatan yang adekuat. Menurut data yang diperoleh dari

WHO pada tahun 2004, lebih dari 50% perempuan yang terdiagnosa kanker

tidak pernah melakukan penapisan. Departemen Kesahatan Republik Indonesia

pun telah mengeluarkan buku pedomen teknis pengendalian kanker payudara

untuk puskesmas. Buku ini bertujuan untuk membantu tim manajemen provinsi,

kabupaten/kota, dan puskesmas untuk merencanakan, melaksanakan, membina,

memonitor, dan mengevaluasi pelaksanaan pencegahan dan pelayanan kanker

payudara di puskesmas (Depkes 2007).

Menurut Depkes (2007) selain penapisan, penemuan dini merupakan

strategi lain untuk down staging. Down staging adalah stadium kanker yang

masih rendah dan dapat disembuhkan. Penemuan dini dimulai dengan

peningkatan kesadaran masyarakat tentang perubahan bentuk atau adanya

kelainan pada payudara dengan memasyarakatkan kegiatan SADARI. SADARI

sebaiknya dilakukan pada wanita sejak usia subur. SADARI dilakukan secara

rutin setiap bulan untuk meyakinkan bahwa seorang wanita dalam keadaan

sehat.

Analisis Multivariat terhadap Faktor Risiko Kanker Payudara

Hubungan faktor-faktor risiko dengan kanker payudara dianalisis secara

bersama-sama dengan menggunakan analisis multivariat regresi logistik

berganda. Seleksi variabel kandidat yang masuk analisis multivariat adalah yang

memiliki nilai p<0.05. Faktor risiko yang memenuhi syarat untuk dimasukkan ke

dalam analisis multivariat dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26 Variabel kandidat untuk analisis regresi logistik berganda

Variabel p-value

Konsumsi Makanan Diawetkan dan Dibakar

Tinggi 0.003

Rendah

Usia Menopause

>50 tahun 0.041

≤50 tahun

Setelah menganalisis kedua faktor risiko tersebut secara bersama-sama,

maka ditemukan satu faktor risiko yang berhubungan (p<0.05). Hasil analisis

multivariat terhadap faktor risiko kanker payudara dapat dilihat pada Tabel 27.

Page 67: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

54

Tabel 27 Model akhir analisis regresi logistik berganda terhadap faktor-faktor risiko kanker payudara

Faktor Risiko B p-value OR 95% CI

Konsumsi Makanan Diawetkan dan Dibakar -2.231 0.008 0.107 0.021-0.562

Constant 1.705 .027 5.500

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa konsumsi makanan diawetkan

dan dibakar bukanlah faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker payudara,

OR: 0.107 (95% CI: 0.021-0.562). Hal ini dapat diartikan bahwa berdasarkan

hasil analisis regresi logistik berganda, tidak ada faktor risiko yang dapat

menyebabkan terjadinya kanker payudara.

Keterbatasan Penelitian

Selama masa penelitian terdapat beberapa kesulitan, berikut beberapa

kesulitan yang pada akhirnya menjadi keterbatasan dalam penelitian ini.

Pada tahap pengumpulan data, banyak contoh yang menolak untuk dijadikan

subjek penelitian.

Keterbatasan waktu contoh dalam memberikan informasi atau jawaban dari

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Hal ini disebabkan oleh

wawancara dilakukan disela-sela waktu contoh menunggu giliran pemeriksaan

payudara.

Jumlah contoh yang dijadikan subjek dalam penelitian ini tidak representatif,

kurang menggambarkan kejadian yang sesungguhnya.

Perbedaan yang tidak terlalu mencolok antara kedua kelompok penelitian.

Rata-rata kelompok kontrol memiliki riwayat menderita kista payudara, tumor

jinak payudara, pasca operasi tumor jinak payudara, atau hal lain yang

umumnya terdapat keluhan pada payudara. Hal ini disebabkan jarang sekali

seseorang memeriksakan dirinya ke rumah sakit jika tidak ada keluhan yang

dirasakan sebelumnya dan dari semua contoh yang diteliti sedikit sekali yang

menyatakan bahwa datang ke rumah sakit untuk pemeriksaan kesehatan

secara berkala. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa terdapat

kesamaan gaya hidup dan pola konsumsi antara kelompok kasus dengan

kelompok kontrol. Namun, pada saat dilakukan penelitian contoh pada

kelompok kasus tersebut telah tidak menderita penyakit-penyakit seperti yang

disebutkan.

Page 68: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dalam penelitian ini ada empat belas faktor risiko yang diduga dapat

menyebabkan terjadinya kanker payudara. Namun, berdasarkan hasil analisis

bivariat, hanya konsumsi makanan diawetkan dan dibakar yang merupakan

faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya kanker payudara, artinya tinggi

konsumsi makanan diawetkan dan dibakar berisiko 9.308 kali terkena kanker

payudara (OR=9.308 dengan 95% CI: 1.778-48.723) dibandingkan dengan

rendah konsumsi makanan diawetkan dan dibakar. Setelah dilakukan analisis

multivariat terhadap faktor risiko yang nilai p<0.05 (konsumsi makanan diawetkan

dan dibakar dan usia menopause) diketahui bahwa konsumsi makanan

diawetkan dan dibakar bukanlah faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker

payudara, OR: 0.107 (95% CI: 0.021-0.562). Hal ini dapat diartikan bahwa

berdasarkan hasil analisis regresi logistik berganda, tidak ada faktor risiko yang

dapat menyebabkan terjadinya kanker payudara.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh maka saran yang dapat

diberikan antara lain sebaiknya dilakukan penelitian dengan jumlah contoh dan

panggalian data yang lebih baik. Lakukan wawancara pada saat contoh tidak

dalam keadaan terburu-buru.

Page 69: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustakan Utama.

American Cancer Society. 2011. Breast cancer. http://www.cancer.org/Cancer/BreastCancer/index [8 Oktober 2011].

American Society of Clinical Oncology Foundation, Canadian Cancer Society. 2011. Stadium dan grade dalam kanker payudara. http://www.primasolusimedika.com/images/events/Stadium%20Kanker%20Payudara.pdf [27 Agustus 2011].

Arisman. 2002. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.

Azamris. 2006. Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RSUP Dr. M. Djamil Padang, Sumatera Barat. http:// kalbefarma.com [18 Mei 2011].

Bagga A, Kulkarni S. 2000. Age at menarche and secular trend in Maharashtrian (Indian) girls. Acta Biologica Szegediensis 44(1-4):53-57.

Bernier MO, Plu-Bureau G, Bossard N, Ayzac Y, Thalabard JC. 2000. Breastfeeding and risk of breast cancer: a meta-analysis of published studies. European Society of Human Reproduction and Embrology 6(4):374-386.

Buckle KA, Edwards RA, Fleet GH, Wooton M. 1985. Ilmu Pangan. Purnomo H,

Adiono, penerjemah. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Terjemahan dari: Food Science.

Cancer Information & Support Center. 2007. Kanker payudara: stadium berapa?. http://cancerclubcisc.wordpress.com/2007/11/05/kanker-payudara-stadium-berapa/ [16 Oktober 2011].

Cancer Research UK. 2010. Breast cancer risk factors. http://info.cancerresearchuk.org/cancerstats/types/breast/riskfactors/ [18 Mei 2011].

Centers for Disease Control and Prevention. 2010. Breast Cancer Risk by Age. http://www.cdc.gov/cancer/breast/statistics/age.htm [14 Oktober 2011].

Corwin EJ. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Pendit BU, penerjemah; Pakaryaningsing, editor. Jakarta: Penerbit Buku Kedoktoran EGC. Terjemahan dari: Handbook of Pathophysiology.

Damayanthi E. 2008. Gizi dan kanker. Indonesia Journal of Cancer 3(2):109-113.

[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Glosarium 2006. http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Glosarium%202006.pdf [3 Desember 2011].

[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Petunjuk Teknis Pencegahan – Deteksi Dini Kanker Leher Rahim & Kanker Payudara.

Page 70: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

57

Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Direktorat Jendral PP & PL, Departemen Kesehatan RI.

[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Obesitas dan kurang aktivitas fisik menyumbang 30% kanker. http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/137-obesitas-dan-kurang-aktivitas-fisik-menyumbang-30-kanker [13 Oktober 2011].

[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Jika tidak dikendalikan 26 juta orang di dunia menderita kanker. http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1060-jika-tidak-dikendalikan-26-juta-orang-di-dunia-menderita-kanker-.html [13 Oktober 2011].

[Dinkes] Dinas Kesehatan Bone Belango. 2007. Mengenal kanker. http://dinkesbonebolango.org/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=56 [29 September 2011].

Diana N. 2009. Faktor risiko kejadian kanker payudara pada wanita di Rumah Sakit Onkologi Surabaya tahun 2008 [skripsi]. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga.

Engel JF, Blackwell RD, Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen. Ed ke-6 Jilid I.

Budijanto, penerjemah. Jakarta: Binarupa Aksara. Terjemahan dari: Consumer Behavior.

Ganong WF. 1990. Fisiologi Kedokteran. Dharma A, penerjemah. Jakarta: EGC Pnerbit Buku Kedokteran. Terjemahan dari: Medical Physiology.

Gao et al. 2000. Association of menstrual and reproductive factors with breast cancer risk: Results from the shanghai breast cancer study. Int. J. Cancer 87:295–300.

Global Alliance Inddonesia, Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Jawa Barat, Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita, Yayasan Pengembangan Manajemen Kesehatan Perdhaki. 2003. Tanya Jawab Seputar Kesehatan Reproduksi Buku Pegangan Promosi Kesehatan Pekerja. Indonesia:

Global Alliance for Workers and Communities.

Guhardja S, Puspitawati H, Hartoyo, Hastuti D. 1992. Manajemen sumber daya keluarga [diktat]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Petanian Bogor.

Harianto, Mutiara R, Surachmat H. 2005. Risiko penggunaan pil kontrasepsi kombinasi terhadap kejadian kanker payudara pada reseptor KB di Perjan RS DR. Cipto Mangunkusumo. Majalah Ilmu Kefarmasian 2(1):84-99.

Harper LJ, Deaton BJ, Driskel JA. 1985. Pangan, Gizi, dan Pertanian. Suhardjo, penerjemah. Jakarta: UI Press.

Harris RS, Karmas E. 1989. Evaluasi Gizi pada Pengolahan Bahan Pangan. Bandung: Penerbit ITB.

Page 71: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

58

Indonesian Tobacco Control Network. 2007. Fakta konsumsi tembakau di Indonesia. http://indotc1.blogspot.com/2007/05/fakta-konsumsi-tembakau-di-indonesia.html [14 Oktober 2011].

Indrati R. 2005. Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian kanker payudara wanita (studi kasus di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang) [tesis]. Semarang: Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro. [terhubung berkala]. http:// eprints.undip.ac.id/14998/1/2005E4D002071.pdf [8 Mei 2011].

Irawati T. 2002. Informasi Kesehatan Reproduksi Perempuan. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia. Yogyakarta: Galang Printika.

Kelsey JL, Gammon MD. 1991. The epidemiology of breast cancer. Cancer Journal for Clinician 41(3):146-165.

Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Khomsan et al. 2009. Aspek Sosio-Budaya Gizi dan Sistem Pangan Suku Baduy. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Koswara S. 2010. Konsumsi lemak yang ideal bagi kesehatan. http://www.ebookpangan.com/ARTIKEL/KONSUMSI%20LEMAK%20YANG%20IDEAL.pdf [11 Agustus 2011].

Kubba A. 2003. Breast cancer an the pill. Journal of The Royal Society of Medicine 96:280-283.

Lemeshow S, Pramono D, Hari K. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mahan LK, Escott-Stump. 2008. Food, Nutrition, & Diet Therapy. Canada: Elsevier. Inc.

Mangan Y. 2005. Cara Bijak Menaklukkan Kanker. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Margolis et al. 2005. Physical Activity in Different Periods of Life and the Risk of Breast Cancer: The Norwegian-Swedish Women's Lifestyle and Health Cohort Study. Cancer Epidemiol Biomarkers 14:27-32.

Maso LD et al. 2008. Effect of obesity and other lifestyle factors on mortality in women with breast cancer. Int. J. Cancer 123:2188-2194.

McChance KL, Huether SE, editor. 2010. Pathophysiology The Biologic Basis for Disease in Adults and Children. Ed ke-6. Canada: Mosby Elsevier.

McKelvey KD, Evans JP. 2003. Cancer genetics in primary Care. Journal of Nutrition 133:3767S-377S.

Meylina E. 2005. Analisis faktor risiko hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Page 72: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

59

Miller MD et al. 2006. The association between exposure to environmental tobacco smoke and breast cancer: a review by the California Environmental Protection Agency. California Environmental Protection Agency 44(2):93-106.

Muchtadi D. 1989. Aspek Biokimia dan Gizi dalam Keamanan Pangan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

National Cancer Institute. 2009. What are BRCA1 and BRCA2. http://www.cancer.gov/cancertopics/factsheet/Risk/BRCA [17 Oktober 2011].

National Cancer Institute. 2011. What is secondhand smoke http://www.cancer.gov/cancertopics/factsheet/Tobacco/ETS [17 Oktober 2011].

Newcomb P et al. 1994. Lactation and reduced risk of premenopausal breast cancer. NEngl J Med 330(2):81-87.

Nurdiana E, Widyantoro N. 2002. Informasi Kesehatan Reproduksi Perempuan. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia. Yogyakarta: Galang Printika.

Perry CS, Otero JC, Palmer JL, Gross AS. 2009. Risk factors for breast cancer in East Asian women relative to women in the West. Journal of Clinical Oncology 5:219-231.

Peters et al. 2009. Physical activity and postmenopausal breast cancer in risk the NIH-AARP diet and health study. Cancer Epidemiol Biomarkers Prev 18:289-296.

Riordan J. 2005. Breastfeeding and human lactation. Ed ke-3. Massachusetts: Jones and Bartlett Publishers.

[RSKD] Rumah Sakit Kanker Dharmais. 2011. Tanda dan gejala kanker payudara. http://www.dharmais.co.id/index.php/type-of-cancer.html [16 Oktober 2011].

Silalahi J. 2006. Antioksidan dalam diet dan karsinogenesis. Cermin Dunia Kedokteran 153:39-42.

Sirait A, Oemiati R, Indrawati L. 2009. Hubungan kontrasepsi pil dengan tumor/kanker payudara di Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia 59(8).

Smith-Warner et al. 2001. Types of dietary fat and breast cancer: a pooled analysis of cohort studies. Int. J. Cancer 92:767-774.

Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor: PAU.

Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.

Sulastomo A, Nurdiana E, Widyantoro N. 2002. Informasi Kesehatan Reproduksi Perempuan. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia. Yogyakarta:

Galang Printika.

Page 73: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

60

Sumarwan U. 2003. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Jakarta: Penerbit Ghaliq.

Supariasa IDN, Bakri B, dan Fajar I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.

Suyatno. 2009. Penentuan Status Gizi. http://suyatno.blog.undip.ac.id/files/2009/11pengertian-penentuan-status-gizi.pdf [17 September 2011].

Tannock IF, Hill RP. 1998. The Basic Science of Oncology. Ed ke-3. Singapore: McGraw-Hill.

Tapan E. 2005. Kanker, Antioksidan, dan Terapi Komplementer. Jakarta: Elex

Media Komputindo.

Terry P, Rohan T. 2002. Cigarette Smoking and the Risk of Breast Cancer in Women: A Review of the Literature. Cancer Epidemiol Biomarkers 11:953-971.

Tung HT et al. 1999. Risk factors for breast cancer in Japan, with special attention to anthopometric measurements and reproductive history. Jpn J Cun Oncol 29(3): 137-146.

van de Velve. CHJ, Bosman FT, Wagener DJTh. 1999. Onkologi. Arjono,

penerjemah. Yogyakarta: Panitia Kanker RSUP DR. Sardjito. Terjemahan dari: Onkologie.

Vogel VG. 2000. Breast cancer prevention: A review of current evidence. Cancer Journal for Clinicians 50(3):156-170.

Wakai et al. 2000. Fat intake and breast cancer risk in an area where fat intake is low: a case-control study in Indonesia. International Journal of Epidemiology 29:20–28.

Widyantoro N. 2002. Informasi Kesehatan Reproduksi Perempuan. Yayasan

Lembaga Konsumen Indonesia. Yogyakarta: Galang Printika.

Willett WC. 2001. Diet and breast cancer. Journal of Internal Medicine 249:395-411.

Wirakusumah E. 2004. Tips & Solusi untuk Tetap Sehat, Cantik, dan Bahagia di Masa Menopause dengan Terapi Esterogen Alami. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

[WHO] World Health Organization. 2011. Cancer. http://www.who.int/cancer/en/ [8 Oktober 2011].

Zhang CX, Ho SC, Chen YM, Fua JH, Cheng SZ, Lin FY. 2009. Greater vegetable and fruit intake is associated with a lower risk of breast cancer among Chinese women. Int. J. Cancer 125:181-188.

Zheng T et al. 2001. Lactation and breast cancer risk: a case-control study in Connecticut. British Journal of Cancer 84(11):1472-1476.

Page 74: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

LAMPIRAN

Page 75: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

62

Lampiran 1 Informed Consent

UNDANGAN UNTUK BERPARTISIPASI Ibu/Sdri diundang untuk berpartisipasi dalam Program Evaluasi Kanker Payudara ini. Informasi berikut ini disediakan untuk membantu Ibu/Sdri untuk membuat keputusan keikutsertaan setelah mendapat penjelasan. Jika ada pertanyaan jangan ragu untuk disampaikan.

TUJUAN PROGRAM

Tujuan program ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan gizi Ibu/Sdri dan untuk mengetahui faktor-faktor risiko terjadinya kanker payudara.

PENJELASAN PROSEDUR PROGRAM Program ini dilakukan dengan metode wawancara. Wawancara dilakukan pada setiap wanita yang datang dan memeriksakan dirinya ke Instalasi Deteksi Dini dan Onkologi Sosial RSKD serta bersedia menyetujui Formulir Partisipasi. Pada Ibu/Sdri akan diajukan beberapa pertanyaan yang dirangkum dalam kuesioner. Kuesioner ditujukan untuk mengetahui karakteristik, gaya hidup, dan riwayat kesehatan Ibu/Sdri. Selain melakukan wawancara dengan kuesioner, kepada Ibu/Sdri juga akan dilakukan pengukuran pengetahuan gizi, pengukuran berat badan, dan pengukuran tinggi badan.

POTENSI RISIKO DAN KETIDAKNYAMANAN Kegiatan ini adalah suatu wawancara dan pengukuran. Kegiatan ini kemungkinan akan menimbulkan rasa kurang nyaman (bosan) selama pengisian kuesioner.

POTENSI MANFAAT

Manfaat secara personal dapat Ibu/Sdri terima dari partisipasi dalam program ini adalah mengetahui tingkat pengetahuan gizi.

HAK PESERTA Hak-hak Ibu/Sdri adalah memperoleh informasi hasil pemeriksaan kesehatan antara lain berat badan, tinggi badan, dan status gizi.

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Ibu/Sdri secara sukarela memutuskan apakah ikut berpartisipasi atau tidak dalam program ini. Tanda tangan Ibu/Sdri telah memutuskan untuk berpartisipasi karena telah membaca dan memahami informasi yang diberikan.

Tanda Tangan Peserta Tanggal: Kontak: Devi (0852 6691 8789)

FORMULIR PARTISIPASI

PROGRAM EVALUASI KANKER PAYUDARA

Page 76: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

63

Lampiran 2 Cara perhitungan besar contoh

Dengan menggunakan 95% Confidence Interval (CI) dan Statistic Power

80% besar contoh minimal pada penelitian ini dihitung menggunakan persamaan

berikut (Lemeshow et al. 1997).

Di mana, P =

Keterangan: n = besar contoh P = perkiraan proporsi paparan pada kontrol OR = Odds Rasio Zα = Tingkat kemaknaan = 95% Zβ = Power/kekuatan = 80%

Nilai OR yang digunakan adalah nilai OR variabel frekuensi tinggi lemak yaitu

sebesar 2.71.

P =

= 0.73

= 23.68 ≈ 24 untuk masing-masing kelompok

Page 77: Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker ... · didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia

64

Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian