EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT) …lib.unnes.ac.id/41350/1/6411415082.pdf ·...
Transcript of EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT) …lib.unnes.ac.id/41350/1/6411415082.pdf ·...
EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN
TAMBAHAN (PMT) PADA IBU HAMIL KEKURANGAN
ENERGI KRONIS (KEK) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KARANGANYAR KOTA SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Disusun oleh :
Laelatul Rohmah
NIM 6411415082
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
ii
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fkultas Ilmu Keolahragaan
Uniersitas Negeri Semarang
Juni 2020
ABSTRAK
Laelatul Rohmah
Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada Ibu Hamil
Kekurangan Energi Kronis (KEK) di Wilayah Kerja Puskesmas Karanganyar
Kota Semarang
XIII+169 halaman+ 3 tabel+ 2 gambar+ 9 lampiran
Puskesmas dengan cakupan BBLR tinggi adalah Puskesmas Krobokan dan
Karanganyar. Hal ini berbanding lurus dengan ibu hamil Kekurangan Energi Kronis
(Bumil KEK), Bumil KEK dipuskesmas Karanganyar melampaui target (5%)
hingga mencapai 20,3% (Bumil). Upaya yang dilakukan dalam perbaikan gizi ibu
hamil KEK adalah dengan pemberian makanan tambahan. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui bagaimana evaluasi program PMT di wilayah Kerja
Puskesmas Kranganyar.
Jenis Penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode
kualitatif. Penentuan informan dilakukan dengan menggunakan teknik purposive
sampling dan snowball sampling. Teknik pengambilan data primer pada penelitian
ini adalah wawancara mendalam (indepht interview) sedangankan untuk data
sekunder penelitian ini ialah dengan studi literature. Analisis data dilakukan sejak
awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan.
Hasil penelitian menunjukkan dalam segi input adalah sumber dana, sarana
prasarana, bentuk pelayanan, dan bahan PMT sudah sesuai dengan petunjuk
sedangkan sasaran dan SDM belum sesuai dengan Juknis PMT. Dari segi proses
perencanaan, pelaksanaan, dan pencatatan sudah sesuai tetapi terdapat kendala
akibat droping dari pusat yang tidak menentu, untuk pemantauan belum sesuai
dengan Juknis. Dari segi output bayi yang lahir dari ibu KEK yang menkonsumsi
PMT, lahir dengan normal, tidak mengalami BBLR.
Kata kunci : Program Pemberian Makanan Tambahan, Ibu hamil, KEK.
iii
Public Health Science Departement
Faculty of Sports Science
Universitas Negeri Semarang
June 2020
ABSTRACT
Laelatul Rohmah
Evaluation of Supplementary Feeding Program for Pregnant Women with
Chronic Energy Deficiency (CED) in the Area of Karanganyar Primary
Healthcare Center Semarang City
XIII+ 169 pages +3 tables + 3 images + 9 appendices
Primary Healthcare Center with high low birth weight coverage is the
Krobokan and Karanganyar Primary Healthcare Center. This is directly
proportional to the expectant mother of chronic energy deficiency, pregnant women
with Chronic Energy Deficiency (CED) in Karanganyar Primary Healthcare Center
beyond the target (5%) Reaches 20.3% (pregnant women). The efforts made in the
nutrient improvement of the pregnant women CED is with the provision of
additional food. The purpose of this research is to know how to evaluate of
Supplementary Feeding Program in in the Area of Karanganyar Primary Healthcare
Center.
This type of research is descriptive using qualitative methods. The main
informant in this study is the head of health care, the PMT Program, nutritionist,
Gasurkes in Puskesmas, and the head of the community empowerment and nutrition
of Dinkes Semarang City, while the triangularity is pregnant women KEK PMT.
Instrument Weaver uses semi-structured interview guidelines. The primary data
retrieval technique in this study is an in-depth interview (indepht interview) to keep
the secondary data of the study in literature. Data analysis was conducted since the
beginning of research and during the research process was implemented.
The results showed in terms of inputs are human resources, funding sources,
infrastructure facilities, objectives, service forms, and materials are already in
accordance with the instructions. In terms of planning process, implementation,
monitoring, and recording are appropriate but can be constrained by the the of the
erratic center. In terms of output babies born from the mother of Chronic Energy
Deficiency (CED) who consume Supplementary Feeding Program, born normally,
not experiencing BBLR.
Keywords: Supplementary Feeding Program, Pregnant woman, Chronic Energy
Deficiency (CED)
iv
PERNYATAAN
v
PENGESAHAN
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
1. Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu
telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu
berharap. (QS. Al-Insyirah,6-8).
2. Kebahagiaan itu bergantung pada dirimu sendiri. (Aristoteles)
3. Hidup ini seperti sepeda. Agar tetap seimbang, kau harus terus bergerak
(Albert Einstein)
4. Dengan kerja keras dan kreatifitas tanpa batas, kita bisa membuat hal biasa
menjadi istimewa.
PERSEMBAHAN :
Tanpa mengurangi rasa syukur kepada Allah
SWT, saya persembahkan skripsi ini untuk :
1. Kedua Orang Tua Saya (Bapak Zuhdi dan
Ibu Sri Rahayu) yang dengan setulus hati
telah membesarkan, mendidik dan
memotivasi saya.
2. Adik dan keluarga saya.
3. Teman-teman Jurusan Ilmu Kesehatan
Mayarakat, serta almamater Universitas
Negeri Semarang.
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-
Nya, yang telah melimpahkan rahmat kepada setiap hambanya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Program Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) Pada Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis (KEK) Di Wilayah
Kerja Puskesmas Karanganyar Kota Semarang”. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang (UNNES). Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak sekali memperoleh bantuan
baik moril maupun materil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada :
1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Prof. Dr.
Tandiyo Rahayu, M.Pd., atas izin penelitiannya.
2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang Irwan Budiono, SKM., M.Kes (Epid), atas
izin penelitiannya.
3. Dosen Pembimbing, Bapak Prof. Dr. Bambang Budi Raharjo, M. Si., yang
telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing
dan memberikan pengarahan dalam menyusun skripsi ini.
4. Seluruh dosen pengajar dan staf Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat.
5. Kepala Puskesmas Karanganyar, Penanggung jawab program PMT, serta
semua staf dan karyawan di Puskesmas.
6. Kedua orang tua, adik, dan teman-teman saya.
viii
DAFTAR ISI
SAMPUL…………………..………………………………………………………i
ABSTRAK .............................................................................................................. ii
ABSTRACT ........................................................................................................... iii
PERNYATAAN ..................................................................................................... iv
PENGESAHAN ...................................................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
LAMPIRAN ......................................................................................................... xiii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG .............................................................................. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH .............................................................................. 9
1.2.1 Rumusan Masalah Umum ....................................................................... 9
1.2.2 Rumusan Masalah Khusus ...................................................................... 9
1.3 TUJUAN PENELITIAN ............................................................................... 9
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 9
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 9
1.4 MANFAAT ................................................................................................. 10
1.4.1 Bagi Peneliti .......................................................................................... 10
1.4.2 Bagi Puskesmas .................................................................................... 10
1.4.3 Bagi Masyarakat ................................................................................... 10
1.5 KEASLIAN PENELITIAN ......................................................................... 11
1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN ............................................................ 14
1.6.1 Ruang Lingkup Tempat ........................................................................ 14
1.6.2 Ruang Lingkup Waktu .......................................................................... 14
1.6.3 Ruang Lingkup Keilmuan ..................................................................... 14
BAB II ................................................................................................................... 15
ix
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 15
2.1 LANDASAN TEORI .................................................................................. 15
2.1.1 Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ................................................ 15
2.1.2 Kekurangan Energi Kronis (KEK) ....................................................... 25
2.1.3 Puskesmas ............................................................................................. 30
2.1.4 Evaluasi ................................................................................................. 36
2.2 KERANGKA TEORI .................................................................................. 45
BAB III ................................................................................................................. 46
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 46
3.1 ALUR PIKIR ............................................................................................... 46
3.2 FOKUS PENELITIAN ................................................................................ 47
3.3 JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN .............................................. 49
3.4 SUMBER INFORMASI .............................................................................. 49
3.4.1 Data Primer ........................................................................................... 49
3.4.2 Data Sekunder ....................................................................................... 50
3.5 INSTRUMEN PENELITIAN DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA .. 51
3.5.1 Instrumen Penelitian ............................................................................. 51
3.5.2 Teknik Pengambilan Data ..................................................................... 51
3.6 PROSEDUR PENELITIAN ........................................................................ 52
3.6.1 Tahap Pra-Penelitian ............................................................................. 52
3.6.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 53
3.6.3 Tahap Pasca Penelitian ......................................................................... 53
3.7 PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA ................................................... 53
3.8.1 Data Reduction (Reduksi Data) ............................................................ 55
3.8.2 Data Display (Penyajian Data) ............................................................. 56
3.8.3 Conclusion Drawing/ Verification ........................................................ 56
BAB IV ................................................................................................................. 58
HASIL PENELITIAN ........................................................................................... 58
4.1 GAMBARAN UMUM ................................................................................ 58
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................................... 58
4.1.2 Identifikasi Informan ............................................................................ 59
4.2 HASIL PENELITIAN ................................................................................. 61
x
4.2.1 Deskripsi Aspek Input .......................................................................... 61
4.2.2 Deskripsi Aspek Proses ........................................................................ 70
4.2.3 Deskripsi Aspek Output ........................................................................ 77
BAB V ................................................................................................................... 78
PEMBAHASAN ................................................................................................... 78
5.1.1 Aspek Input ........................................................................................... 78
5.1.2 Aspek Proses ......................................................................................... 84
5.1.3 Aspek Output ........................................................................................ 89
5.2 HAMBATAN DAN KELEMAHAN PENELITIAN .................................. 93
5.2.1 Hambatan Penelitian ............................................................................. 93
5.2.2 Kelemahan Penelitian ........................................................................... 93
BAB IV ................................................................................................................. 94
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 94
6.1 SIMPULAN ................................................................................................. 94
6.2 SARAN ....................................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 97
xi
DAFTAR TABEL
Table 1.1 Keaslian Penelitian ……………………………………………………..9
Tabel 4.1 Gambaran Umum Informan Utama……………………………………63
Tabel 4.2 Gambaran Umum Informan Triangulasi ………………………………64
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori …………………………………………………….40
Gambar 3.1 Alur Pikir …………………………………………………………..41
xiii
LAMPIRAN
Lampiran 1 .......................................................................................................... 101
Surat Keputusan Pembimbing ............................................................................. 101
Lampiran 2 .......................................................................................................... 102
Surat izin penelitian dari Fakultas Ilmmu Keolahragaan, UNNES..................... 102
Lampiran 3 .......................................................................................................... 103
Surat izin penelitian dari Kesbangpol ................................................................. 103
Lampiran 4 .......................................................................................................... 105
Ethical Clearance ................................................................................................ 105
Lampiran 5 .......................................................................................................... 114
Surat telah melaksanakan penelitian ................................................................... 114
Lampiran 6 .......................................................................................................... 115
Instrumen Penelitian............................................................................................ 115
Lampiran 7 .......................................................................................................... 126
Hasil Wawancara ................................................................................................ 126
Lampiran 8 .......................................................................................................... 161
Lembar Observasi ............................................................................................... 161
Lampiran 9 .......................................................................................................... 165
Dokmentasi Penelitian ........................................................................................ 165
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sebagai negara berkembang masalah kekurangan gizi masih menjadi
masalah utama di masyarakat Indonesia. Salah satu masalah kekurangan gizi pada
ibu hamil di Indonesia yaitu Kekurangan Energi Kronik (Pastuty et al., 2018).
Masalah gizi merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan anak secara tidak
langsung yang sebenarnya masih dapat dicegah (Indrawati, 2015). Penyebab
terbesar kematian ibu selama tahun 2010 sampai 2013 adalah pendarahan,
hipertensi, infeksi, partus lama, dan abortus. Pendarahan menempati persentase
tertinggi penyebab kematian ibu (28%), anemia dan Kekurangan Energi Kronis
(KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan dan infeksi
yang merupakan faktor kematian utama ibu (Apriyanti, 2017).
Abraham et al. (2015) menyebutkan, kekurangan gizi pada ibu dan bayi
telah menyumbang setidaknya 3,5 juta kematian setiap tahunnya dan menyumbang
11% dari penyakit global di dunia. Menurut survei dari Ethiopian Demographic and
Health Survey (EDHS) di negara berkembang tahun 2014 untuk masalah
kekurangan gizi di Kerala (India) berkisar 19%, Bangladesh (Asia) sekitar 34%,
dan di daerah kumuh Dhaka sekitar 34%. Kekurangan energi kronis adalah
manifestasi penting dari kekurangan gizi buruk dan juga kedua masalah utama di
negara berkembang (Prawita et al., 2017).
2
Kurang Energi Kronis merupakan keadaaan dimana ibu penderita
kekuarangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan
timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. Indikator untuk menggambarkan ibu
hamil Kurang Energi Kronis dengan melakukan pengukuran Lingkar Lengan Atas
(LiLA) pada lengan atas sebelah kiri kurang dari 23,5 cm yang diukur dengan
menggunakan pita ukur (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2019).
Masa kehamilan merupakan periode penting pada 1000 hari pertama
kehidupan sehingga memerlukan perhatian khusus. Ibu hamil merupakan salah satu
kelompok rawan gizi (Kemenkes RI, 2018). Berdasarkan PSG tahun 2016, 53,9%
ibu hamil mengalami defisit energi (<70% AKE) dan 13,1% mengalami defisit
ringan (70-90% AKE). Untuk kecukupan protein, 51,9% ibu hamil mengalami
defisit protein (<80% AKP) dan 18,8% mengalami defisit ringan (80-99% AKP).
Salah satu identifikasi ibu hamil KEK adalah memiliki ukuran Lingkar Lengan Atas
(LILA) <23,5cm (Kemenkes RI, 2018). Asupan energi dan protein yang tidak
mencukupi pada ibu hamil dapat menyebabkan Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu
hamil dengan KEK berisiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) juga dapat
menjadi penyebab tidak langsung kematian ibu (Kemenkes RI, 2017) serta
berdampak pada meningkatnya prevalensi stunting di Indonesia (Kemenkes RI,
2018).
Kekurangan gizi pada masa kehamilan juga dikaitkan dengan risiko
terjadinya penyakit kronis pada usia dewasa, yaitu kegemukan, penyakit jantung
dan pembuluh darah, hipertensi, stroke dan diabetes. Pada masa kehamilan gizi ibu
hamil harus memenuhi kebutuhan gizi untuk dirinya dan untuk pertumbuhan serta
3
perkembangan janin karena gizi janin tergantung pada gizi ibu dan kebutuhan gizi
ibu juga harus tetap terpenuhi.
Persentase ibu hamil KEK diharapkan turun sebesar 1,5% setiap tahunnya.
Dimulai pada tahun 2015 dengan batasan maksimal 24,2% ibu hamil KEK, hingga
pada akhir tahun 2019 diharapkan persentase ibu hamil KEK dibawah 18,2%. Data
dasar sebagai bahan penetapan persentase bumil KEK ini didapat dari hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013. Dengan ditetapkannya target tersebut,
maka diharapkan persentase ibu hamil KEK setiap tahunnya tidak melebihi target.
(Kemenkes RI, 2016)
Dari data Dinas Kesehatan Kota Semarang, prevalensi ibu hamil KEK di
Kota Semarang pada tahun 2018 (5,66%) mengalami penurunan dari tahun 2016
(6,89%). Target Renstra Kota Semarang (<5,3%). Dengan adanya tenaga petugas
surveilans KIA (Gassurkes) di kelurahan yang melakukan pendataan secara terus
menerus sehingga ibu hamil KEK terdeteksi dengan baik, dengan demikian dapat
segera dilakukan tindakan-tindakan pemulihan pada ibu hamil KEK tersebut.
Berdasarkan lapoaran prevalensi ibu hamil KEK di Puskesmas pada tahun 2018
dari 37 Puskesmas di Kota Semarang, menunjukkan di 23 Puskesmas (62,16%)
belum memenuhi target Renstra Kota Semarang (<5,3%) sedangkan hanya 14
Puskesmas (37,84%) sudah memenuhi target. Tingginya prevalensi bumil KEK di
puskesmas yang belum memenuhi target, dapat disebabkan kurangnya pengetahuan
ibu tentang gizi sehingga mempengaruhi pola makan. Demikian pula dengan faktor
sosial ekonomi yang mempengaruhi kemampuan ibu untuk mengkonsumsi
4
makanan yang bergizi, status gizi ibu pada saat remaja menjadi faktor resiko
trjadinya KEK (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2019).
Ibu yang Kekurangan Energi Kronis seringkali memiliki anak yang
kekurangan gizi. KEK pada ibu hamil di negara-negara berkembang bertanggung
jawab untuk 1 dari 6 kasus dengan berat badan lahir rendah. Puskesmas dengan
cakupan BBLR tinggi adalah Puskesmas Krobokan dan Karanganyar. Hal ini
berbanding lurus dengan ibu hamil Kekurangan Energi Kronis (Bumil KEK), Bumil
KEK dipuskesmas Karanganyar melampaui target (5%) hingga mencapai 20,3%
(Bumil) (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2019). Persentase ibu hamil Kurang
Energi Kronik (KEK) menggambarkan risiko yang akan dialami ibu hamil dan
bayinya dalam masa kehamilan, persalinan dan pasca persalinan. Target presentase
ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) Indonesia pada tahun 2018 adalah 19,7%
dan tahun 2019 adalah 18,2% (Ditjen Kesmas Kemenkes RI, 2017). Dengan
demikian, Puskesmas Karanganyar belum memenuhi target presentase ibu hamil
KEK baik dari target nasional maupun target Renstra Kota Semarang.
Upaya yang dilakukan dalam perbaikan gizi ibu hamil KEK adalah dengan
pemberian makanan tambahan. Pemberian makanan tambahan khususnya bagi
kelompok rawan merupakan salah satu strategi suplementasi dalam mengatasi
masalah gizi. Dalam rangka penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi
pada lingkup pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) pemberian
makana tambahan merupakan upaya yang dapat dilakukan sejalan dengan kegiatan
germas lainnya (Kemenkes RI, 2017). Persentase ibu hamil KEK yang mendapat
makanan tambahan merupakan salah satu dari 6 (enam) indikator kinerja kegiatan
5
(IKK) pembinaan gizi masyarakat yang harus dicapai dalam Rencana Strategis
(Renstra) Kementerian Kesehatan 2015-2019 (Direktorat Bina Gizi, 2015).
Bentuk makanan tambahan untuk ibu hamil KEK menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 51 Tahun 2016 tentang Standar Produk Suplementasi
Gizi adalah biskuit yang mengandung protein, asam linoleat, karbohidrat, dan
diperkaya dengan 11 vitamin dan 7 mineral (Kemenkes RI, 2018). Prinsip dasar
pemberian makanan tambahan dilakukan untuk memenuhi kecukupan gizi ibu
hamil, ketentuan PMT diberikan pada ibu hamil KEK yaitu ibu hamil yang
memiliki ukuran LiLA dibawah 23,5 cm, PMT pada ibu hamil terintegrasi dengan
pelayanan Antenatal Care (ANC). Tiap bungkus Makanan Tambahan (MT) ibu
hamil berisi 3 keping biskuit lapis (60 gram). Pada kehamilan trimester I diberikan
2 keping per hari hingga ibu hamil tidak lagi berada dalam kategori KEK sesuai
dengan pemeriksaan LiLA. Pada kehamilan trimester II dan III diberikan 3 keping
per hari hingga ibu hamil tidak lagi berada dalam kategori KEK sesuai dengan
pemeriksaan LiLA. Pemantauan pertambahan berat badan sesuai standar kenaikan
berat badan ibu hamil. Apabila berat badan sudah sesuai standar kenaikan berat
badan selanjutnya mengonsumsi makanan bergizi seimbang (Direktorat Bina Gizi
Masyarakat, 2017). Upaya pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil KEK
merupakan realisasi dari upaya kesehatan dalam bentuk kuratif sekaligus preventif
guna meningkatkan status gizi ibu hamil, agar melahirkan anak yang tidak
mempunyai masalah gizi (Direktorat Bina Gizi, 2015).
Peraturan Menteri Kesehatan No 75 tahun 2014 tentang Puskesmas
menjelaskan bahwa Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
6
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya yang melayani pasien dengan berbagai masalah kesehatan termasuk
masalah gizi. Tingginya masalah gizi dan penyakit yang terkait dengan gizi di
masyarakat memerlukan penanganan paripurna, namun dengan keterbatasan
berbagai faktor pendukung, maka penanganan masalah tersebut belum optimal.
Salah satu faktor tersebut adalah petugas kesehatan termasuk tenaga gizi bekerja
belum sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Fenomena ini, akan memberikan
implikasi yang besar terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan dan gizi di
Indonesia (Kemenkes RI dan WHO, 2012).
Pelaksanaan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu di Puskesmas
merupakan salah satu indikator penting dalam kinerja Puskesmas (Permenkes RI,
2014). Pelayanan kesehatan dapat berjalan dengan baik bergantung dari
pendayagunaan petugas dan kemampuan petugas (tenaga medis dan para medis)
yang pada akhirnya akan berkaitan dengan kualitas dan efisiensi serta efektivitas
dari program penanggulangan gizi kurang pada balita. Tindakan evaluasi dari setiap
program yang dilakukan oleh Puskesmas penting dilakukan, mengingat peranan
Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan, terutama pelayanan kesehatan
dasar kepada masyarakat adalah fungsi pemerintah dalam memberikan dan
mengurus keperluan kebutuhan dasar masyarakat untuk meningkatkan taraf
kesejahteraan rakyat (Permenkes RI, 2014).
7
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Karanganyar,
diperoleh informasi bahwa program PMT untuk hamil KEK telah dilaksanakan.
Makanan tambahan diberikan pada ibu hamil yang memiliki ukuran Lingkar
Lengan Atas (LiLA) dibawah 23,5 cm. Pemberian makanan tambahan pada ibu
hamil terintegrasi dengan pelayanan Antenatal Care (ANC). Pada tahun 2018 ada
20% ibu hamil yang mempunyai LiLA kurang dari 23,5 cm. Dari penuturan
pemegang program PMT di di Puskesmas Karanganyar yaitu bidan di bidang KIA,
dalam pelaksanaan program pemberian makanan tambahan di Puskesmas
Karanganyar masih ditemukan permasalahan seperti program tersebut belum
terlaksana sesuai prosedur dikarenakan droping PMT dari pusat tidak dapat
dipastian kapan datangnya dan mengakibatkan stok di puskesmas menjadi tidak
menentu juga. Petugas tidak dapat memastikan apakah PMT tersebut dikonsumsi
oleh ibu hamil yang mengalami KEK atau tidak. Biskuit yang diberikan tidak
dikonsumsi seluruhnya karena ibu hamil KEK tidak menyukai rasa biskuit. Hal
tersebut sejalan dengan penelitian dari Mangalik et al. (2019) yang menyebutkan,
Makanan Tambahan yang diberikan tidak dihabiskan oleh ibu hamil karena rasanya
terlalu manis sehingga mereka tidak suka konsumsi PMT dalam jangka waktu
panjang seperti instruksi dari ahli gizi/bidan/gasurkes.
Permasalahan tersebut dapat menghambat pelaksanaan program pemberian
makanan tambahan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Untuk
mengetahui pelaksanaan program pemberian makanan tambahan di Puskesmas
Karanganyar apakah sudah berjalan sesuai dengan pedoman yang ditetapkan maka
perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi ditujukan untuk melihat sebagian kegagalan
8
suatu kebijakan dan untuk mengetahui apakah kebijakan yang telah dirumuskan dan
dilaksanakan dapat menghasilkan dampak yang diinginkan. Dalam hal ini evaluasi
program PMT diukur berdasarkan pendekatan sistem berupa input (SDM, sumber
dana, sarana dan prasarana, sasaran, bentuk pelayanan, dan material/PMT), proses
(perencanaan/persiapan, pelaksanaan, pemantauan, penctatan/pelaporan) dan
output (Capaian Program PMT dan Peningkatan status gizi ibu hamil KEK) dan
dampak dari keberhasilan program ini adalah penurunan stunting dan BBLR pada
bayi.
Penelitian yang dilakukan di Yogyakarta tentang pengaruh PMT pada ibu
hamil terhadap berat lahir bayi dengan jumlah sampel 128 ibu hamil didapatkan
hasil rerata berat lahir bayi pada kelompok perlakuan adalah 3.248 g dan kelompok
pembanding 2.974 g dengan perbedaan rerata berat lahir bayi sebesar 274 g
(p=0,0002; 95%CI:131-416) sehingga PMT-P terbukti secara signifikan
berpengaruh terhadap berat lahir bayi (Zulaidah et al., 2014). Supadmi (2018)
menyatakan, stunting juga berkaitan dengan kurang optimalnya pemberian gizi
spesifik dan sensitive. Salah satu unsur dari gizi spesifik adalah PMT untuk
mengatasi KEK pada ibu hamil (Izwardi, 2019).
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada
ibu hamil KEK di Wilayah Kerja Puskesmas Karanganyar Semarang.
9
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Rumusan Masalah Umum
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimanakah evaluasi program pemberian makanan tambahan (PMT) pada
ibu hamil KEK di Wilayah Kerja Puskesmas Karanganyar Semarang?
1.2.2 Rumusan Masalah Khusus
1. Bagaimana gambaran input program PMT pada ibu hamil KEK di Wilayah
Kerja Puskesmas Karanganyar Semarang?
2. Bagaimana gambaran proses program PMT pada ibu hamil KEK di Wilayah
Kerja Karanganyar Semarang?
3. Bagaimana gambaran proses program PMT pada ibu hamil KEK di Wilayah
Kerja Karanganyar Semarang?
4. Apakah program PMT pada ibu hamil KEK di Wilayah Kerja Karanganyar
Semarang sudah sesuai dengan juknis dari pemerintah?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi program pemberian
makanan tambahan (PMT) pada ibu hamil KEK di Wilayah Kerja Puskesmas
Karanganyar Semarang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran input program PMT pada ibu hamil KEK di Wilayah
Kerja Puskesmas Karanganyar Semarang.
10
2. Mengetahui gambaran proses program PMT pada ibu hamil KEK di
Wilayah Kerja Karanganyar Semarang.
3. Mengetahui gambaran proses program PMT pada ibu hamil KEK di
Wilayah Kerja Karanganyar Semarang.
4. Mengetahui apakah program PMT pada ibu hamil KEK di Wilayah Kerja
Karanganyar Semarang sudah sesuai dengan juknis dari pemerintah atau
belum.
1.4 MANFAAT
1.4.1 Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dalam mengkaji suatu permasalahan secara ilmiah
dengan teori yang pernah diperoleh.
1.4.2 Bagi Puskesmas
Sebagai bahan evaluasi program PMT pada ibu hamil KEK yang merupakan
salah satu upaya dari pemerintah untuk menanggulangi KEK pada ibu hamil serta
bahan masukan untuk Puskesmas Karanganyar.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Penelitian yang dilakukan ini memiliki manfaat yaitu menambah
pengetahuan masyarakat tentang program PMT untuk ibu hamil yang KEK,
sehingga masyarakat dapat berpartisipasi untuk keberhasilan program PMT
khususnya di wilayah kerja Puskesmas Karanganyar Semarang.
11
1.5 KEASLIAN PENELITIAN
Table 1.1 Keaslian Penelitian
No Peneliti Judul Rancangan
Penelitian Variabel
Hasil
Penelitian
1. Rahmi
Nurmadi
nisia
Efektifitas
Program
Pemberian
Makanan
Tambahan
pada Ibu Hamil
Kekurangan
Energi Kronik
di Koa Depok
Metode
Kualitatif
yang
diprekaya
dengan
penelitian
kuantitatif
Efektifitas
dari
Program
Peerian
Makanan
Tambahan
pada Ibu
Hamil
Kekuranga
n Energi
Kronik di
Kota
Depok
Dari segi
input dan
proses,
semua
komponen
suadah
sesuai
dengan
perencanaan
yang telah
di tetapkan.
Namun,
konsep
perencanaan
masih
belum
memasukka
n
komponen-
komponen
penting
untuk dapat
melihat
keeftifan
program
secara
spesifik.
2. Fulinda
Elvandar
i
Kajian
Pelaksanaan
Program
Pemberian
Makanan
Tambahan
(PMT) pada
Ibu Hamil
Kekurangan
Metode
kualitatif
dengan jenis
studi kasus.
Kajian dari
Pelaksana
an
Program
Pemberian
Makanan
Tambahan
(PMT)
pada Ibu
Input,
ketersediaan
SDM masih
kurang
karena tidak
adanya
tenaga gizi
di
Puskesmas.
12
Enenrgi
Kronis(KEK)
Hamil
Kekuranga
n Enenrgi
Kronis(KE
K)
Proses,
metode
pelaksanaan
dan
koordinasi
lintas sector
belum
sesuai
dengan
panduan
PMT
Kemenkes
RI. Output,
capaian
peningkatan
LILA pada
ibu hamil
KEK yang
telah
mendapat
PMT dari 17
orang yang
mendapat
PMT, 14
orang
mengalami
peningatan
LILA dan 3
orang
lainnya
tetap.
3. Rosyati
Pastuty,
Rochmah
KM, Teti
Herawati
Efektifitas
Program
Pemberian
Makanan
Tambahan-
Pemulihan
Pada Ibu Hamil
Kurang Energi
Kronik
Mixed
Methods
dengan
metodologi
penelitian
Concurrent
Mixed
Methods.
Analisis data
kualitatif
menggunaka
Efektifitas
dari
Program
Pemberian
Makanan
Tambahan
-
Pemulihan
Pada Ibu
Hamil
Kurang
Semua
komponen
implemente
asi program
Pemberan
Makanan
Tambahan-
Pemulihan
dari input,
proes dan
outpu telah
13
di Kota
Palembang
n content
analysis dan
kuantitatif
dengan Uji
Wilcoxon.
Energi
Kronik
di Kota
Palemban
g
dilaksanaka
n sesuai
dengan
rencana.
Berdasarkan
analisis
Wlcoxon
Test
menunjukka
n ada
perbedaan
ukuran
LILA
sebelum dan
sesuadah
Pemberian
Makanann
Tambahan-
Pemulihan
pada ibu
hmail
dengan
p=0,001
(p<0,05).
4. Sari
Insana
Efektivitas
Program
Pemberian
Makanan
Tambahan
(Pmt)
Pada Ibu Hamil
Kekurangan
Energi Kronik
(KEK)
di Wilayah
Kerja
Puskesmas
Alosika
Kualitaatif
dan
Kuantitatif
Efektivitas
dari
Program
Pemberian
Makanan
Tambahan
(Pmt)
Pada Ibu
Hamil
Kekuranga
n Energi
Kronik
(KEK)
di Wilayah
Kerja
Dari segi
input dan
proses,
semua
komponen
telah ssuai
degan apa
yang
direncanaka
n dan dari
output,
100% ibu
hamil KEK
yang
mendapat
PMT
mengalami
14
Kabupaten
Konawe Tahun
2018
Puskesmas
Alosika
Kabupaten
Konawe
Tahun
2018
kenaikan
bert badan.
Beberapa hal yang menbedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian
sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Penelitian tentang evaluasi PMT belum pernah di lakukan di Puskesmas
Karanganyar.
2. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2019.
1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN
1.6.1 Ruang Lingkup Tempat
Tempat dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Karanganyar Kota
Semarang.
1.6.2 Ruang Lingkup Waktu
Waktu yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu dari penyusunan proposal
sampai dengan penyusunan laporan penelitian yaitu dari bulan Mei sampai dengan
bulan Januari 2020.
1.6.3 Ruang Lingkup Keilmuan
Penelitian ini dilakukan pada lingkup Ilmu Kesehatan Masyarakat
khususnya bidang Administrasi Kebijakan Kesehatan.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LANDASAN TEORI
2.1.1 Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
2.1.1.1 Pengertian
Makanan Tambahan Ibu Hamil adalah suplementasi gizi berupa biskuit
lapis yang dibuat dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan
mineral yang diberikan kepada ibu hamil dengan kategori Kurang Energi Kronis
(KEK) untuk mencukupi kebutuhan gizi (Kementrian Kesehatan RI, 2019)
2.1.1.2 Tujuan PMT
Tujuan PMT ibu hamil adalah untuk memenuhi kebutuhan zat gizi selama
kehamilan, sehingga dapat mencegah kekurangan gizi dan akibat yang ditimbulkan
(Panduan PMT, 2012).
2.1.1.3 Sasaran PMT
Sasaran utama PMT Ibu Hamil adalah Ibu Hamil risiko Kurang Energi
Kronis (KEK) yang mempunyai Lingkar Lengan Atas (LILA) kurang dari 23,5 cm
(Kementrian Kesehatan RI, 2017).
2.1.1.4 Standar Makanan tambahan Untuk Ibu Hamil KEK
1. Kandungan
a. Komposisi
Produk berbentuk biskuit yang terbuat dari terigu, lemak nabati
tanpa hidrogenasi, gula, susu, telur, kacang-kacangan, buah kering,
diperkaya dengan 11 vitamin dan 7 mineral, dengan atau tanpa penambahan
Bahan Tambahan Pangan (BTP) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
16
Bahan pewarna sintetik, pengawet, dan pemanis buatan tidak boleh
dipergunakan. Semua bahan yang digunakan harus bermutu, bersih, aman,
dan sesuai untuk dikonsumsi ibu hamil.
b. Syarat Mutu
Zat Gizi yang dikandung makanan tambahan dihitung dalam 100
gram produk.
2. Bahan Tambahan Pangan (BTP)
a. Penggunaan BTP harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
perundangan.
b. BTP pewarna sintetik, pengawet dan pemanis buatan tidak boleh
dipergunakan.
3. Cemaran
Harus memenuhi batas cemaran mikroba, logam berat, dan cemaran lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Pengolahan
a. Pengolahan produk dilakukan dengan menerapkan cara produksi pangan
olahan yang baik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Proses pengolahan menggunakan teknologi industri guna memperoleh
produk yang berkualitas.
5. Pengemasan dan Pelabelan
a. Produk dikemas sedemikian rupa untuk mempertahankan kualitas,
keamanan, dan kemanfaatan produk.
17
b. Pelabelan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
c. Ketentuan lain yang harus dicantumkan pada label sebagai berikut:
1) Peruntukan produk: “makanan tambahan untuk ibu hamil kurang
energi kronik”
2) Takaran saji dan anjuran konsumsi sehari, sesuai dengan pedoman
yang ditetapkan oleh Menteri. (Kemenkes RI, 2016)
2.1.1.5 Mekanisme Pemberian PMT
Pemberian makanan tambahan dilakukan untuk memenuhi kecukupan gizi
ibu hamil. Ketentuan pemberian, yaitu
a. PMT diberikan pada ibu hamil KEK yaitu ibu hamil yang memiliki ukuran
Lingkar Lengan Atas (LiLA) dibawah 23,5 cm
b. Pemberian MT pada ibu hamil terintegrasi dengan pelayanan Antenatal
Care (ANC)
c. Tiap bungkus MT ibu hamil berisi 3 keping biskuit lapis (60 gram)
d. Pada kehamilan trimester I diberikan 2 keping per hari hingga ibu hamil
tidak lagi berada dalam kategori Kurang Energi Kronis (KEK) sesuai
dengan pemeriksaan Lingkar Lengan Atas (LiLA)
e. Pada kehamilan trimester II dan III diberikan 3 keping per hari hingga ibu
hamil tidak lagi berada dalam kategori Kurang Energi Kronis (KEK) sesuai
dengan pemeriksaan Lingkar Lengan Atas (LiILA)
18
f. Pemantauan pertambahan berat badan sesuai standar kenaikan berat badan
ibu hamil. Apabila berat badan sudah sesuai standar kenaikan berat badan
selanjutnya mengonsumsi makanan keluarga gizi seimbang.
Makanan Tambahan Ibu Hamil adalah suplementasi gizi berupa biskuit
lapis yang dibuat dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan
mineral yang diberikan kepada ibu hamil dengan kategori Kurang Energi Kronis
(KEK) untuk mencukupi kebutuhan gizi. Tiap kemasan primer (3 keping/60 gram)
Makanan Tambahan Ibu Hamil mengandung minimum 270 Kalori, minimum 6
gram protein, minimum 12 gram lemak. Makanan Tambahan Ibu Hamil diperkaya
11 macam vitamin(A, D E, B1, B2, B3, B5, B6, B12, C, Asam Folat) dan 7 macam
mineral (Besi, Kalsium, Natrium, Seng, Iodium, Fosfor, Selenium). Bentuk PMT
yaitu biskuit lapis (sandwich) yang pada permukaan atas biscuit tercantum tulisan
“MT Ibu Hamil”. Tekstur/Konsistensi, yaitu biscuit (renyah), isi (krim/selai padat
dan lembut), berat (berat rata-rata 20 gram/biskuit lapis), warna (sesuai dengan hasil
proses pengolahan yang normal (tidak gosong), rasa (manis), isi (manis rasa
strawberry/nenas/lemon).
Mutu dan keamanan produk makanan tambahan ibu hamil memenuhi
persyaratan mutu dan keamanan sesuai untuk ibu hamil. Masa kedaluwarsa yaitu
waktu antara selesai diproduksi sampai batas akhir masih layak dikonsumsi, produk
MT mempunyai masa kedaluwarsa 24 bulan. Kemasan PMT yaitu setiap 3 (tiga)
biskuit lapis dikemas dalam 1 (satu) kemasan primer (berat 60 gram), setiap 7
(tujuh) kemasan primer dikemas dalam 1 (satu) kotak kemasan sekunder (berat 420
19
gram), setiap 4 (empat) kemasan sekunder dikemas dalam 1 (satu) kemasan tersier
(Kemenkes RI (2017).
2.1.1.6 Penyelenggaraan PMT
Proses kegiatan PMT terdiri dari persiapan, pelaksanaan, pemantauan,
pencatatan dan pelaporan. Langkah-langkah penyelenggaraan PMT sebagai
berikut:
Meunurut Juknis PMT (2019), pengiriman MT Balita dan Ibu Hamil
Pengadaan Pusat (franco puskesmas) dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Direktorat Gizi Masyarakat mengirimkan surat ke Dinkes Provinsi untuk
membuat surat permintaan nama petugas pemeriksa MT di Dinkes
Kabupaten/kota dan nama petugas penerima MT di puskesmas;
b. Dinkes Provinsi mengirimkan surat permintaan nama petugas pemeriksa
MT di Dinkes Kabupaten/kota dan nama petugas penerima MT di
puskesmas ke Dinkes Kabupaten/Kota;
c. Dinkes Kabupaten/Kota membuat SK petugas pemeriksa MT di Dinkes
Kabupaten/Kota dan petugas penerima MT di puskesmas;
d. Pembuatan SK dilakukan secara online melalui sigiziterpadu. Petunjuk
operasional terlampir. Biaya yang timbul akibat pembuatan SK tersebut
dibebankan pada anggaran pemerintah daerah Kabupaten/Kota.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Direktur Gizi Masyarakat selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
membuat surat pemberitahuan yang ditujukan kepada Kepala Dinas
20
Kesehatan Kabupaten/Kota tentang rencana pengiriman MT sesuai alokasi
yang sudah ditetapkan dengan tembusan ke Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi;
b. Penyedia barang memberitahukan tentang jumlah dan waktu pengiriman
MT kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan ke
Direktur Gizi Masyarakat dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi;
c. Penyedia barang mengirim MT ke pukesmas melalui Dinkes
Kabupaten/Kota sesuai dengan alokasi yang telah ditetapkan. Apabila jenis
barang yang diterima tidak sesuai, penyedia wajib melengkapi paling
lambat 14 hari kerja;
d. Setelah MT diterima, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat
surat pernyataan menerima hibah;
e. Petugas yang ditunjuk berdasarkan SK/Surat Tugas Kepala Dinas
Kesehatan Kab/Kota membuat dan menandatangani Berita Acara
Pemeriksaan Barang (BAPB) sesuai jumlah, jenis, yang diterima. BAPB
asli diserahkan ke penyedia barang dan tembusan dikirim ke PPK.
f. BAPB dibuat secara online melalui aplikasi Sigizi Terpadu dan di upload
bersama dengan penyedia. Petunjuk Operasional sebagaimana terlampir.
g. Apabila MT yang diterima dalam kondisi tidak layak (kemasan dan atau isi
MT), maka tim pemeriksa Dinkes Kabupaten/Kota wajib menolak dan
mengembalikan sesuai jumlah barang yang tidak layak tersebut kepada
penyedia melalui Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
21
h. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat rencana distribusi MT ke
masing-masing Puskesmas berdasarkan data sasaran riil di masingmasing
Puskesmas;
i. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menginformasikan secara tertulis ke
Puskesmas tentang jumlah dan waktu penerimaan MT yang akan
didistribusikan ke masing-masing Puskesmas;
j. Setelah MT diterima di Puskesmas, petugas penerima Puskesmas membuat
dan menandatangani Berita Acara Serah Terima Barang (BAST) sesuai
jumlah, jenis, yang diterima. BAST asli diserahkan ke penyedia barang serta
tembusan ke PPK dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
k. BAST dibuat secara online melalui aplikasi Sigizi Terpadu dan di upload
bersama dengan penyedia. Petunjuk Operasional sebagaimana terlampir
l. Penanggungjawab gudang Puskesmas melakukan pencatatan dan pelaporan
administrasi gudang, yaitu dengan membuat Surat Bukti Barang Masuk
(SBBM), Surat Bukti Barang Keluar (SBBK), Kartu Persediaan Barang
(KPB);
m. Puskesmas mengirim MT ke sasaran melalui Posyandu atau unit pelayanan
kesehatan lainnya melalui Bidan di Desa (BDD) atau petugas yang
ditunjuk/kader;
n. BDD atau petugas yang ditunjuk/kader mendistribusikan MT ke sasaran dan
mencatat jumlah MT yang telah didistribusikan;
o. Pencatatan distribusi dan konsumsi makanan tambahan ke sasaran
dilakukan melalui Sigizi Terpadu (module-PPGBM).
22
3. Pemantauan/Pengawasan
Meunurut Jukni PMT (2019), pemantauan merupakan komponen penting
dalam pengelolaan MT yang mencakup distribusi MT dan pemanfaatan oleh
sasaran. Kegiatan pemantauan dan evaluasi pemberian MT menggunakan formulir
pemantauan yang kemudian diinput kedalam aplikasi sigiziterpadu.
1. Distribusi MT
Pemantauan distribusi termasuk penyimpanan dilakukan pada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, Puskesmas
a. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Pemantauan dilaksanakan oleh petugas Provinsi dan Kabupaten/Kota dengan
melakukan pengamatan terhadap:
1) Jadwal penerimaan MT di Dinkes Kabupaten/Kota
2) Jumlah dan jenis MT
3) Kondisi fisik gudang dan penyimpanan
4) Catatan administrasi gudang
5) Rencana pendistribusian MT dari Kabupaten ke Puskesmas (alokasi rencana
pendistribusian dan pemberitahuan ke Puskesmas).
6) Pelaksanaan pendistribusian (jumlah dan jenis MT yang telah
didistribusikan, cara pendistribusian, dan jumlah yang rusak).
b. Puskesmas
Pemantauan dilaksanakan oleh petugas Kabupaten/Kota dan Puskesmas,
dengan melakukan pengamatan terhadap:
23
1) Jadwal penerimaan MT di Puskesmas
2) Jumlah dan jenis MT
3) Kondisi fisik gudang dan penyimpanan
4) Catatan administrasi gudang
5) Rencana pendistribusian MT dari Kabupaten ke Puskesmas (alokasi
rencana pendistribusian dan pemberitahuan ke Puskesmas).
6) Pelaksanaan pendistribusian (jumlah dan jenis MT yang telah
didistribusikan, cara pendistribusian, dan jumlah yang rusak).
2. Pemantauan Pemanfaatan MT di tingkat Sasaran
Pemantauan dilaksanakan oleh BDD/petugas yang ditunjuk/kader, dengan
melakukan pengamatan terhadap:
1) Cara penyimpanan (wadah, letak)
2) Cara penyajian (besar porsi, daya terima)
3) Persediaan MT
4) Keluhan sasaran terhadap MT
4. Pencatatan/Pelaporan
Pencatatan seluruh kegiatan distribusi makanan tambahan sampai ke sasaran
yang bersumber dari Pengadaan Pusat maupun Pengadaan Daerah, dilakukan
menggunakan formulir bantu manual yang selanjutnya diinput ke dalam aplikasi
pencatatan dan pelaporan elektronik sigiziterpadu yang dapat diakses melalui
alamat http: //sigiziterpadu.gizi.kemkes.go.id.
1. Pencatatan Adminitrasi Gudang
24
Pencatatan administrasi gudang atau Stoc Opname MT dilakukan di Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas menggunakan formulir stock opname
makanan tambahan. Pengisian formulir pencatatan administrasi gudang MT di
puskesmas sama seperti di Dinkes Kabupaten/Kota. Pencatatan administrasi
gudang atau Stock Opname selanjutnya diinput ke aplikasi sigiziterpadu pada menu
Distribusi PMT. Pada aplikasi ini juga terdapat format BAST.
2. Pencatatan Distribusi dan Konsumsi MT pada Sasaran
Pencatatan distribusi dan konsumsi MT dilakukan pada semua sasaran yang
menerima MT. Pencatatan ini bertujuan untuk mengetahui jumlah dan jenis MT
yang diterima dan dikonsumsi oleh sasaran. Formulir Distribusi dan Konsumsi MT
pada sasaran dapat digunakan untuk ibu hamil dan balita. Formulir ini selanjutnya
diinput ke aplikasi sigiziterpadu pada modul e-PPGBM entry PMT. Pada menu
tersebut, keterangan menerima makanan tambahan melekat pada data masing-
masing individu seperti data penimbangan, pengukuran maupun pelayanan lainnya.
Data sasaran balita dan ibu hamil penerima MT yang sudah diinput oleh
puskesmas dapat diamati perubahan pertumbuhan berat badan dan status gizi nya
setiap saat. Rekapitulasi dan pelaporan secara otomatis dilakukan oleh sistem
aplikasi, dan umpan balik dapat dilakukan secara berjenjang pada waktu yang
bersamaan sehingga lebih efektif dan efisien.
25
2.1.2 Kekurangan Energi Kronis (KEK)
2.1.2.1 Pengertian KEK
KEK merupakan salah satu keadaan malnutrisi. Malnutrisi adalah keadaan
patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relative atau absolut satu atau
lebih zat gizi (Insana, 2018) KEK adalah keadaan dimana seseorang mengalami
kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Dengan
ditandai berat badan kurang dari 40 kg atau tampak kurus dan dengan LiLA-nya
kurang `dari 23,5 cm (Kemenkes, (2015) dalam Insana (2018)). Kurang Enenrgi
Kronis merupakan keadaaan dimana ibu penderita kekuarangan makanan yang
berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan
pada ibu (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2019).
2.1.2.2 Indikator KEK
Indikator untuk menggambarkan ibu hamil Kurang Energi Kronis dengan
melakukan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) pada lengan atas sebelah kiri
kurang dari 23,5 cm yang diukur dengan menggunakan pita ukur (Dinas Kesehatan
Kota Semarang, 2019). Parameter yang digunakan adalah jumlah bumil KEK dan
prevalensi bumil KEK. Jumlah bumil KEK di hitung setiap bulan untuk intervensi,
sedangkan prevalensi dihitung setiap tahun (Depkes (2008) dalam Nurmadinisia
(2012)). Indikator ibu hamil KEK merupakan indikator untuk mengurangi risiko
persalinan, pertumbuhan dan perkembangan anak dikemudian hari. Persentase ibu
hamil Kurang energi Kronik (KEK) menggambarkan risiko yang akan dialami ibu
hamil dan bayinya dalam masa kehamilan, persalinan dan pasca persalinan (Ditjen
Kesmas Kemenkes, 2017).
26
2.1.2.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan KEK Ibu Hamil
Secara umum, kurang gizi pada ibu hamil dikaitkan dengan kemiskinan,
ketidakadilan gender, serta hambatan terhadap akses berbagai kesempatan
pendidikan. KEK juga dikaitkan dengan kurangnya akses terhadap pelayanan
keseshatan yang adekuat, tingginya fertilitas dan bebab kerja yang tinggi. Secara
spesifik, penyebab KEK adalah ketidakseimbangan antara asupan untuk
pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energy. Yang sering terjadi adalah
ketidakseimbanagn pangan secara musiman atau secara kronis di tingkt rumah
tangga, distribusi didalam rumah tangga yang tidak proporsional dan beratnya
beban kerja ibu hamil.
Beberapa hal yang berkaitan dengan status gizi seorang ibu:
a. Kehamilan yang terlalu muda (dibawah 20 tahun).
b. Kehamilan yang terlalu tua (diatas 35 tahun).
c. Kehamilan yang terlalu dekat dengan jarak kehailan sebelumya (kurang dar 2
tahun), kehamilan yang terlalu sering.
d. Kehamilan yang terlalu jauh jaraknya dari kehamilan sebelumnya (lebih dari 5
tahun), kehamilan yang terlalu jarang. (Nurmadinisia, 2012)
Penyebab utama terjadinya KEK pada ibu hamil yaitu sejak sebelum hamil
ibu sudah mengalami kekurangan energi, karena kebutuhan orang hamil lebih tinggi
dari ibu yang tidak dalam keadaan hamil. Kehamilan menyebabkan meningkatnya
metabolism energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat
selama hamil. Penyebab dari KEK dapat dibagi menjadi dua, yaitu
1. Penyebab Langsung,
Peyebab langsung terdiri dari asupan makanan atau pola konsumsi dan infeksi.
27
2. Penyebab Tidak Langsung
a. Hambatan utilitas zat-zat gizi. Hambatan utilitas zat-zat gizi ialah
hambatan penggunaan zat-zat gizi karena susunan asam amino didalam
tubuh tidak seimbang yang dapat menyababkan penurunan nafsu makan
dan penurunan konsumsi makan.
b. Hambatan absorbsi karena penyakit infeksi atau infeksi cacing.
c. Ekonomi yang kurang.
d. Pengetahuan
e. Pendidikan umum dan pendidikan gizi kurang.
f. Produksi pangan yang kurang mencukupi kubutuhan.
g. Kondisi hygiene yang kurang baik.
h. Jumlah anak yang terlalu banyak.
i. Usia ibu yang tua
j. Penghasilan rendah.
k. Perdagangan dan distribusi yang tidak lancar dan tidak merata.
Penyebab tidak langsung dari KEK banyak, maka penyakit ini disebut
penyakit dengan causa multi factorial dan antara hubungan menggambarkan
interaksi antara faktor dan menuju titik pusat kekurangan energi kronis. (Insana,
2018)
2.1.2.4 Dampak KEK
Kondisi kesehatan bayi yang dilahirkan sangat dipengaruhi oleh keadaan
gizi ibu selama hamil. KEK pada ibu hamil perlu diwaspadai kemungkinan ibu
melahirkan bayi berat lahir rendah, pertumbuhan dan perkembangan otak janin
28
terhambat sehingga mempengaruhi kecerdasan anak dikemudian hari dan
kemungkinan premature (Kemenkes RI, 2015). Ibu hamil yang berisiko KEK
adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran LiLA kurang dari 23,5 cm. Menurut
Hamin et al (2014) dalam Insana (2018) menyatakan bahwa LiLA ibu hamil
berkorelasai positif dengan IMT ibu hamil, sehingga pengukuran IMT ibu hamil
sama akuratnya dengan pengukuran LiLA ibu hamil.
Menurut Moehji (2013) dalam Insana (2018) menyatakan bahwa gizi buruk
karena kesalahan dalam pengaturan makanan membawa dampak yang tidak
menguntungkan bukan hanya bagi ibu tetapi juga bagi bayi yang akan lahir.
Dampak gizi buruk terhadap ibu dapat berupa hyperemesis, keracunan kehamilan
(eklampsi), kesulitan saat kelahiran, perdarahan, bahkan dapat membawa kematian.
Bagi bayi yang ada dalam kandungan, gizi ibu yang buruk dapat menyebabkan
terjadinya keguguran (abortus), bayi lahir sebelum waktunya (premature), BBLR,
kematian neonatus dan kematian dibawah satu tahun.
Selain itu adanya masalah gizi timbul karena perilaku gizi yang salah.
Perilaku gizi yang salah adalah ketidakseimbangan antara konsumsi zat gizi dan
kecukupan gizi. Jika seseorang mengkonsumsi zat gizi kurang dari kebutuhan
gizinya, maka orang itu akan menderita gizi kurang (Khomsan dan Anwar, 2014
dalm Insana (2018). Menurut Lubis (2013) dalam Insana (2018) bila ibu mengalami
kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah baik pada ibu maupun
janin, seperti diuraikan berikut ini:
29
1. Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu
antara lain: anemia, perdarahan, berat badab ibu tidak bertambah secara normal,
dan terkena penyakit infeksi.
2. Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan
persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), perdarahan
pasca persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.
3. Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin
dan dapat menimbulkan keguguran (abortus), kematian neonatal, cacat bawaan,
anemia pada bayi, asfiksia intrapartum (mati dalam kandungan), lahir dengan
BBLR.
Menurut Soetjiningsih (2015) dalam Insana (2018) adanya kekuragan
energy protein (KEP) akan mengakibatkan ukuran plasenta kecil dan kurangnya
suplai zat-zat makanan ke janin. Bayi BBLR mempunyai risiko kematian lebih
tinggi dari pada bayi cukup bulan. Kekurangan gizi pada ibu yang lama dan
berkelanjutan selama masa kehamilan akan berakibat lebih buruk pada janin dari
pada malnutrisi akut.
2.1.2.5 Pencegahan Bumil KEK
Menurut Chinue (2015) dalam Insana (2018), ada beberapa cara untuk
mencegah terjadinya KEK, antara lain :
30
1. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi, yaitu :
a. Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan
hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayur
berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe).
b. Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin
C (seperti daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan
nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam
usus.
c. Menambah pemasukan zat besi dalam tubuh dengan meminum tablet
penambah darah. Guna mencegah terjadinya risiko KEK pada ibu hamil
sebelum kehamilan (WUS) sudah harus mempunyai gizi yang baik,
misalnya dengan LILA tidak kurang dari 23.5 cm. Beberapa kriteria ibu
KEK adalah berat badan ibu sebelum hamil <42 kg, tinggi badan ibu <145
cm, berat badan ibu pada kehamilan trimester III <45 kg, Indeks Masa
Tubuh (IMT) sebelum hamil < 17,00 dan ibu menderita anemia (Hb <11
gr%).
2.1.3 Puskesmas
2.1.3.1 Definisi Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI No 75, 2014).
31
2.1.3.2 Fungsi Puskesmas
Ada tiga fungsi pokok utama diemban puskesmas dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan dasar (PKD) kepada seluruh target/ sasaran masyarakat di
wilayah kerjanya, yakni sebagai berikut.
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
a. Berupaya menggerakan lintas sektor dalam dunia usaha di wilayah
kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan
kesehatan.
b. Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari pelayanan setiap
program pembangunan di wilayah kerjanya.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat
Berupaya agar perorangan, terutama pemuka masyarakat, keluarga, dan
masyarakat memiliki perilaku berikut.
a. Sadar, mau dan mampu melayani diri sendiri serta masyarakat untuk hidup
sehat.
b. Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan, termasuk
pembiayaan.
c. Ikut menetapkan, menyelenggarakan, dana mementau pelaksanaan program
kesehatan.
d. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.
e. Merangsang masyarakat, termasuk swasta, untuk melaksanakan kegiatan
dalam rangka menolong dirinya sendiri.
32
f. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan
menggunakan suber daya yang ada asecara efektif dan efisien.
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama, yaitu menyelenggarakan pelayanan
kesehatan tingkat pertama (primer) secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan (kontinu) mencakup pelayanan kesehatan peroranngan dan
pelayanan kesehatan masyarakat
4. Pelayana kesehatan perorangan.
5. Pelayanan kesehatan masyarakat (Mubarak, 2012: 184).
2.1.3.3 Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan
Sehat adalah gambaran masa depan msyarakat kecamatanyang ingin dicapai
melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan
dan berperilaku sehat, memiliki kemampuan unntuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan
setingitingginya. Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapati mencakup empat
indikator.
1. Lingkungan sehat.
2. Perilaku sehat.
3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu.
4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan (Mubarak, 2012: 185).
33
2.1.3.4 Misi Puskesmas
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
mendukung tercapainya misi Pembangunan Kesehatan Nasional. Misi tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu menggerakan pembangunan sektor lain yang
diselenggarakan di wilayah kerjanya agar memperhatikan aspek kesehatan,
setidak- tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di
bidang kesehatan melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan
menuju kemandirian untuk hidup sehat.
3. Memelihara dan meningatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehtan yang diselenggarakan. Puskesmas akan selalu berupaya
menyelenggarakan pelayanan kesehtan yang sesuai dengan standard an
memuaskan masyarakat., mengupayakan pemerataanpelayanan kesehatan,
serta meningkatkan efesiensi pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau
oleh seluruh anggota masyarakat.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat
yang berkunjung atau bertempat tinggal di wilayah kerjanya tanpa
34
diskriminasi. Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang
dilakukan puskesma menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan
yang sesuai. Upaya tersebut mencakup pula aspek lingkungan dari yang
bersangkutan.
2.1.3.5 Strategi Puskesmas
Strategi puskesmas untuk mewujudkan pembangunan kesehtan adalah
melalui pelayanan kesehtan yang bersifat menyeluruh (comprehensive health care
service) serta pelayanan kesehtan yang menerapkan pendekatan yang menyeluruh
(holistic approach) (Mubarak, 2012: 186).
2.1.3.6 Kegiatan Pokok Puskesmas
Program kesehatan dasar adalah program minimal yang harus dilakukan
oleh tiap puskesmas. Kegiatan dikemas dalam “Enam Dasar” berikut:
1. Promosi Kesehatan (promkes).
2. Kesehatan Lingkungan (kesling).
3. Kesehatan Ibu dan Anak, termasuk Keluarga Berencana (KB).
4. Perbaikan Gizi.
5. Pemberantasan Penyakit Menular.
6. Pengobatan.
Berdasarkan buku Pedoman Kerja Puskesmas yang terbaru, ada 20 usaha
pokok kesehatan yang dapat dilakukan oleh puskesmas. Usaha- usaha pokok itu
bergantung pada faktor tenaga, sasaran, prasarana, biaya yang tersedia, serta
kemampuan manajemen dari setiap puskesmas. Kegiatan pokok puskesmas itu
adalah sebagai berikut :
1. Upaya kesehatan ibu dan anak
35
2. Upaya keluarga berencana
3. Upaya perbaikan gizi
4. Upaya kesehatan lingkungan
5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
6. Upaya pengobatan, termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan lalu lintas
7. Upaya penyuluhan kesehatan masyarakat
8. Kesehatan olahraga
9. Perawatan kesehatan masyarakat
10. Kesehatan kerja
11. Kesehatan gigi dan mulut
12. Kesehatan jiwa
13. Kesehatan mata
14. Laboratorium sederhana
15. Pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi kesehatan
16. Kesehatan usia lanjut
17. Pembinaan pengobatan tradisional
18. Kesehatan remaja
19. Dana sehat
Peran puskesmas dalam konteks otonomi daerah saat ini, puskesmas
mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis. Puskesmas
dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh kedepan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebuk ditunjukkan dengan
ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang
36
dan realistis, tata laksana kegiatan- kegiatan yang tersusun rapih, serta sistem
evaluasi dan pemantauan yang akurat. Puskesmas juga di tuntut untuk berperan
dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan
kesehatan secara komprehensif dan terpadu (Mubarak, 2012: 188).
Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah geografis, dan keadaan
infrastruktur lainnya, merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah
kerja puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat pemerintahan daerah tingkat II,
sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh bupati dan
memperhatikan sarana teknis dari Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Provinsi.
Untuk kota besar, wilayah kerja puskesmas bisa satu kelurahan, sedangkan
puskesmas di ibukota kecamatan merupakan puskesmas rujukan yang berfungsi
sebagai pusat rujukan dari puskesmas kelurahan serta mempunyai fungsi sebagai
pusat rujukan dari puskesmas kelurahan serta mempunyai fungsi koordinasi.
Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata- rata 30.000 penduduk
setiap puskesmas (Mubarak, 2012: 189).
2.1.4 Evaluasi
2.1.4.1 Definisi Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses untuk mengidentifikasi masalah,
mengumpulkan data dan menganalisis data, membandingkan dengan kriteria,
menyimpulkan hasil yang telah dicapai, menginterpretasikan hasil menjadi
rumusan kebijakan dan menyajikan informasi (rekomendasi) untuk pembuatan
keputusan. Evaluasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses membandingkan
37
antara hasil yang telah dicapai oleh suatu program dengan tujuan yang
direncanakan. Menurut kamus istilah manajemen evaluasi ialah suatu proses
bersistem dan objektif menganalisis sifat dan ciri pekerjaan di dalam suatu
organisasi atau pekerjaan (Notoatmodjo, 2003). Evaluasi program merupakan satu
metode untuk mengetahui dan menilai efektivitas suatu program dengan
membandingkan kriteria yang telah ditentukan atau tujuan yang ingin dicapai
dengan hasil yang dicapai. Hasil yang dicapai dalam bentuk informasi digunakan
sebagai bahan pertimbangan untuk pembuatan keputusan dan penentuan kebijakan.
Jenis evaluasi yang akan digunakan sangat tergantung dari tujuan yang ingin
dicapai lembaga, tahapan program yang akan dievaluasi dan jenis keputusan yang
akan diambil (Syahputra, 2016).
Perhimpunan ahli kesehatan masyarakat Amerika, mendefinisikan evaluasi
merupakan suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan dan
usaha pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan. Proses tersebut mencakup
kegiatan-kegiatan: memformulasikan tujuan, indentifikasi kriteria yang tepat untuk
digunakan mengukur keberhasilan, menentukan dan menjelaskan derajat
keberhasilan dan rekomendasi untuk kelanjutan aktivitas program. Dari batasan-
batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa proses atau kegiatan dan dalam kegiatan
evaluasi itu mencakup langkah-langkah :
1. Menetapkan atau memformulasikan tujuan evaluasi, yaitu tentang apa yang
akan dievaluasi terhadap program yang dievaluasi.
2. Menetapkan kriteria yang akan digunakan dalam menentukan keberhasilan
program yang akan dievaluasi.
38
3. Menetapkan cara atau metode evaluasi yang akan digunakan.
4. Melaksanakan evaluasi, mengolah dan menganalisis data atau hasil
pelaksanaan evaluasi tersebut.
5. Menentukan keberhasilan program yang dievaluasi berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan tersebut serta memberikan penjelasan-penjelasannya.
6. Menyusun rekomendasi atau saran-saran tindakan lebih lanjut terhadap
program berikutnya berdasarkan hasil evaluasi tersebut (Notoatmodjo, 2003).
2.1.4.2 Evaluasi Program/Kegiatan
Dalam evaluasi pembangunan dikenal instrumen kebijakan yang dikenal
dengan istilah program dan kegiatan. Program adalah bentuk instrument kebijakan
yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah/lembaga atau masyarakat, yang dikoordinasikan oleh instansi
pemerintah untuk mencapai sasaran tujuan serta memperoleh alokasi anggaran.
Sedangkan kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau
beberapa satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu
program. Program adalah sekumpulan kegiatan yang terencana dan tersistem.
Kegiatan terdiri atas sekumpulan elemen sistem yaitu :
1. Input (masukan)
Input adalah sub-elemen yang diperlukan sebagai masukan untuk berfungsinya
sistem.
2. Proses
Proses adalah suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah masukan sehingga
menghasilkan sesuatu (keluaran) yang direncanakan.
39
3. Output (keluaran)
Output (keluaran) adalah hal yang dihasilkan oleh proses.
4. Feed-back (umpan balik)
Feed-back (umpan balik) adalah hasil dari proses yang sekaligus sebagai masukan
untuk sistem tersebut.
5. Impact (dampak)
Impact (dampak) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran setelah beberapa
waktu lamanya.
6. Environment (lingkungan)
Environment (lingkungan) adalah dunia di luar sistem yang mempengaruhi sistem
tersebut.
Program juga terdiri atas komponen-komponen meliputi: tujuan, sasaran,
kriterian keberhasilan, jenis kegiatan, prosedur untuk melaksanakan kegiatan,
waktu untuk melakukan kegiatan, komponen pendukung seperti fasilitas, alat dan
bahan, dan pengorganisasian. Dengan demikian Evaluasi Program adalah proses
untuk mengidentifikasi, mengumpulkan fakta, menganalisis data dan
menginterpretasikan, serta menyajikan informasi untuk pembuatan keputusan bagi
pimpinan. Evaluasi program dilaksanakan secara sistematik seiring dengan tahapan
(waktu pelaksanaan) program untuk mengetahui ketercapaian tujuan, dan
memberikan umpan balik untuk memperbaiki program (Syahputra, 2016).
2.1.4.3 Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Evaluasi Program gizi dilakukan untuk menilai kemajuan kegiatan dan hasil
yang dicapai dalam upaya peningkatan gizi masyarakat yang dilakukan oleh
40
masing-masing wilayah atau daerah. Tujuan evaluasi secara umum untuk
mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang
dijumpai dalam pelaksanaan program/ kegiatan dapat dinilai dan dipelajari guna
perbaikan pelaksanaan program/kegiatan di masa yang akan datang.
Evaluasi memiliki beberapa fungsi antara lain :
1. Memberikan informasi yang valid mengenai program dan kegiatan yaitu
seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dicapai. Dengan
evaluasi dapat diungkapkan mengenai pencapaian statu tujuan, sasaran dan
target tertentu.
2. Memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang
mendasari tujuan dan target.
3. Memberi sumbangan pada aplikasi metode analisis kebijakan termasuk
perumusan masalah yang direkomendasikan.
4. Evaluasi memiliki tujuan pokok melihat seberapa besar kesenjangan antara
pencapaian hasil kegiatan dan program dengan harapan atau renacana yang
sudah ditetapkan (Syahputra, 2016).
2.1.4.4 Langkah-langkah Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian integral dari proses manajemen (Notoatmodjo,
2005). Evaluasi secara umum meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menentukan apa yang akan dievaluasi. Ini karena apa saja bisa dievaluasi,
apakah itu rencananya, sumber daya, proses pelaksanaan, keluaran, efek atau
bahkan dampak suatu kegiatan serta pengaruh terhadap lingkungan yang luas.
41
2. Mengembangkan kerangka dan batasan. Di tahap ini dilakukan asumsi-asumsi
mengenai hasil evaluasi pembatasan ruang lingkup evaluasi serta batasan –
batasan yang dipakai agar objektif dan fokus.
3. Merancang desain (metode). Karena biasanya evaluasi terfokus pada satu atau
beberapa aspek, maka dilakukan perancangan desain.
4. Menyusun instrumen dan rencana pelaksanaan. Selanjutnya ialah
mengembangkan instrumen pengamatan atau pengukuran serta rencana
analisis dan membuat rencana pelaksanaan evaluasi.
5. Melakukan pengamatan, pengukuran, dan analisis. Selanjutnya adalah
melakukan pengumpulan data hasil pengamatan, melakukan pengukuran serta
mengolah informasi dan mengkajinya sesuai tujuan evaluasi.
6. Membuat kesimpulan dan pelaporan. Informasi yang dihasilkan dari proses
evaluasi ini disajikan dalam bentuk laporan sesuai dengan kebutuhan atau
permintaan.
Sedangkan menurut Nurcholis (2009) dalam Syahputra (2016) secara umum
langkah-langkah evaluasi mencakup 2 hal menurut waktunya, yaitu :
1. Evaluasi formatif: untuk melihat dan meneliti pelaksanaan suatu program,
mencari umpan balik untuk memperbaiki pelaksanaan program.
2. Evaluasi sumatif: dilaksanakan pada akhir program untuk mengukur apakah
tujuan program tersebut tercapai.
2.1.4.5 Jenis Evaluasi
Untuk mendapatkan evaluasi yang tepat dan sesuai dengan tujuan evaluasi,
dapat digunakan beberapa pendekatan, salah satunya adalah dengan pendekatan
42
sistem. Pendekatan sistem dapat dilakukan untuk suatu program kesehatan dimana
penilaian secara komprehensif dapat dilakukan dengan menilai input, proses dan
output.
Evaluasi dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu :
1. Evaluasi input adalah evaluasi yang dilakukan pada atribut atau ciri – ciri
tempat pemberian pelayanan, yang meliputi: sumber daya manusia, dana,
sarana dan prasarana. Evaluasi input ini memfokuskan pada berbagai unsur
yang masuk dalam suatu pelaksanaan suatu program.
2. Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan terhadap berbagai kegiatan
yang dilakukan untuk mencapai tujuan, yang berkaitan dengan penyediaan
dan penerimaan pelayanan. Evaluasi proses ini menilai pelaksanaan
kegiatan apakah telah mencapai target yang ditetapkan, mengidentifikasi
kendala dan masalah yang dihadapi serta pemecahannya. Evaluasi ini
memfokuskan diri pada aktivitas program yang melibatkan interaksi
langsung antara klien dengan staf „terdepan‟ (line staff) yang merupakan
pusat dari pencapaian tujuan (objektif) program.
3. Evaluasi output adalah evaluasi yang dilakukan terhadap hasil pelayanan,
berkaitan dengan hasil yang dicapai dalam pelaksanaan pelayanan tersebut.
Evaluasi ini menilai pencapaian setiap kegiatan penanggulangan gizi.
Evaluasi suatu program kesehatan masyarakat dilakukan terhadap 3 hal,
yakni evaluasi terhadap proses pelaksanaan program, evaluasi terhadap hasil
program dan terhadap dampak program
43
1. Evaluasi proses ditujukan terhadap pelaksanaan program, yang menyangkut
penggunaan sumber daya, seperti tenaga, dana dan fasilitas yang lain.
2. Evaluasi hasil program ditujukan untuk menilai sejauh mana program tersebut
berhasil, yakni sejauh mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tercapai.
Misalnya: meningkatnya cakupan imunisasi, meningkatnya ibu-ibu hamil yang
memeriksakan kehamilannya dan sebagainya.
3. Evaluasi dampak program ditujukan untuk menilai sejauh mana program itu
mempunyai dampak terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Dampak
program-program kesehatan ini tercermin dari membaiknya atau
meningkatnya indikator-indikator kesehatan masyarakat. Misalnya:
menurunnya angka kematian bayi (IMR), meningkatnya status gizi anak balita,
menurunya angka kematian ibu dsb (Notoatmodjo, 2003).
Dalam evaluasi program dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis umum,
yaitu sebagai berikut:
1. Evaluasi kebutuhan. Pengukuran yang dibutuhkan adalah sebuah perencanaan
program prasyarat untuk efektif
2. Evaluasi dari proses. Setelah program telah dikembangkan dan dimulai,
evaluator akan berubah untuk mendokumentasikan sejauh mana program telah
dilaksanakan seperti yang dirancang dan melayani target populasi
3. Evaluasi dari hasil. Penilaian hasil yang dicapai oleh masyarakat dalam
program telah fokus utama dari evaluator.
44
4. Evaluasi efisiensi. Sebuah program banyak berhasil membantu para peserta,
namun biaya merupakan masalah tambahan yang administrator dan legislator
harus kembali pada perencanaan.
Program harus dirancang dengan cara sedemikian rupa untuk
memungkinkan pengkajian objektif apakah tujuan khusus (objektif) sudah dicapai.
Pelaksanaan intervensi harus dipastikan efektif dan hal ini berada diluar deskripsi
proses yang dipakai untuk melaksanakan intervensi. Ada tiga tipe evaluasi yang
telah diuraikan: formatif, proses dan outcome. Evaluasi formatif menilai perlunya
intervensi, evaluasi proses menjelaskan pelaksanaannya dan evaluasi outcome yang
menguraikan dampaknya pada perilaku. Suatu program dikatakan efektif hanya jika
program tersebut menghasilkan perubahan perilaku seperti yang dikehendaki
outcome. Mempertimbangkan apakah pendekatan yang dilakukan untuk
menghasilkan perubahan yang dikehendaki itu adalah cara yang paling efektif dari
segi waktu dan biayanya, atau menilai cost-benefit pada intervensi tersebut,
merupakan unsur terakhir dalam evaluasi (Syahputra, 2016).
Sedangkan menurut Nurcholis (2009) dalam Syahputra (2016), evaluasi
dapat dilakukan dengan 3 jenis pilihan sesuai waktunya. Ketiga jenis evaluasi
tersebut yaitu:
1. Evaluasi yang dilakukan sebelum suatu program/kegiatan dilaksanakan (ex
ante evaluation)
2. Evaluasi yang dilaksanakan pada saat berlangsung (on-going evaluation)
3. Evaluasi yang dilakukan sesudah program/kegiatan dilaksanakan (ex-post
evaluation).
45
2.2 KERANGKA TEORI
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Modifikasi dari Azwar (2010), Pastuty et al (2018).
Evaluasi Program PMT Ibu Hamil KEK
INPUT PROSES OUTPUT
1. Man
Sumber Daya
Manusia
2. Money
Sumber Dana
3. Machine
(Sarana dan
Prasarana)
4. Market
Sasaran
penerima
PMT(ibu hamil
KEK)
5. Method
Bentuk
Pelayanan
6. Material
PMT
Pemulihan
1. Persiapan/Peren
canaan
2. Pelaksanaan
3. Pmantauan/Pen
gawasan
4. Pencatatan/Pela
poran
1. Capaian
Pemberian
Makanan
Tambahan
2. Peningkatan
status gizi ibu
hamil KEK
Impact
Feedback
46
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 ALUR PIKIR
Gambar 3.1 Alur Pikir
Evaluasi Program PMT Ibu Hamil KEK
INPUT PROSES OUTPUT
1. Man
Sumber Daya
Manusia (SDM)
2. Money
Sumber Dana
3. Machine
(Sarana dan
Prasarana)
4. Market
Sasaran
penerima
PMT(ibu hamil
KEK)
5. Method
Bentuk
Pelayanan
6. Material
PMT
Pemulihan
1. Persiapan/
Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Pemantauan/
Pengawasan
4. Pencatatan/
Pelaporan
1. Capaian
Pemberian
Makanan
Tambahan
2. Peningkatan
status gizi ibu
hamil KEK
47
3.2 FOKUS PENELITIAN
Dalam penelitian ini, fokus penelitian berisi pokok kajian yang menjadi
pusat perhatian, yaitu evaluasi program pemberian makanan tambahan (PMT) pada
ibu hamil kekurangan energi kronis (KEK) di wilayah kerja Puskesmas
Karanganyar Kota Semarang.
Fokus dalam penelitian ini adalah mengkaji evaluasi program
penanggulangan gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Karanganyar Kota
Semarang, meliputi :
1. Dari segi input program terdiri dari :
a. Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia dapat dilihat dari usia, masa kerja, pendidikan,
pengetahuan tentang program, serta ketersediaan SDMnya.
b. Sumber Dana
Sumber dana Program PMT di Puskesmas Karanganyar Kota Semarang.
c. Sarana dan prasarana
Ketersediaan fasilitas yang dipakai langsung/alat untuk mencapai tujuan
seperti adanya kartu pencapaian dan formulir pelaporan, timbangan
untuk mengukur berat badan ibu, petunjuk teknis. Ketersediaan fasilitas
penunjang dan sarana meliputi ketersediaan posyandu ataupun polindes.
d. Sasaran PMT
Ibu hamil KEK di wilayah kerja Puskesmas Karanganyar Kota
Semarang.
e. Cara Penyelenggaraan
Cara penyelenggaraan kegiatan PMT sesuai panduan dari pemerintah.
48
f. Material
Adanya bahan paket PMT untuk ibu hamil KEK.
2. Dalam proses terdiri dari:
a. Perencanaan
1) Besaran masalah yang dihadapi.
2) Ketersediaan dana.
3) Ketersediaan sumber daya
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan program PMT pada ibu hamil KEK mengacu pada
dokumen KAK (Kerangka Acuan Kegiatan) yang telah dibuat pada saat
perencanaan. Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil diberikan
dalam bentuk roti biskuit (sandwich).
c. Pengawasan dan Penilaian PMT ibu hamil KEK
Dalam pelaksanaannya, apakah petugas gizi di puskesmas melakukan
pengawasan secara khusus apakah PMT yang diberikan telah
dikonsumsi sesuai aturan atau tidak. Memantau pertambahan berat
badan atau pengukuran LILA ibu hamil.
d. Pencatatan dan Pelaporan
Proses untuk memastikan bahwa segala aktivitas dalam pelaksanaan
sesuai dengan apa yang telah direncanakanmelalui pelaporan
pertanggungjawaban secara tertulis.
3. Output
49
Capaian Pemberian Makana Tambahan serta status gizi ibu hamil KEK serta
peningkatan status Gizi Ibu Hamil KEK.
3.3 JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode
kualitatif.
Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus yaitu studi yang
mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, mempunyai pengambilan
data yang mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi. (Mekar,
2013:47). Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara mendalam (indepth
interview).
3.4 SUMBER INFORMASI
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari data primer
dan data sekunder yang selanjutnya akan diolah menjadi informasi sesuai yang
dibutuhkan.
3.4.1 Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara langsung
secara mendalam kepada pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program
pemberian makanan tambahan (PMT) di Puskesmas Karanganyar Kota Semarang.
Penentuan informan dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling
dan snowball sampling . Teknik purposive sampling merupakan teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Cara pemilihan
informan pada penelitian ini tidak diarahkan pada jumlah tetapi berdasarkan asas
kesesuaian dan kecukupan. Ada delapan informan dalam penelitian ini, lima
50
informan utama dan tiga informan triangulasi. Kriteria untuk informan utama antara
lain:
1. Pelaksana program dalam program PMT ibu hamil KEK di Puskesmas
Karanganyar.
2. Telah bekerja minimal satu tahun di Puskesmas Karanganyar.
3. Bersedia menjadi informan.
Informan utama dalam penelitian ini adalah :
1. Kepala Puskesmas Karanganyar.
2. Pemegang program PMT di Puskesmas Karaganyar yaitu bidan yang ada di
Puskesmas Karanganyar.
3. Nutrisionis di Puskesmas Karnganyar.
4. Gasurkes di Puskesmas Karanganyar.
5. Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Gizi Dinas Kesehatan Kota
Semarang.
Kriteria untuk informan triangulasi antara lain:
1. Ibu hamil dengan LILA kurang dari 23,5 cm penerima PMT.
2. Bersedia menjadi informan.
3.4.2 Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau dokumen (Sugiyono,
2010:308). Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari
Puskesmas Karanganyar Kota Semarang berupa jumlah bayi BBLR dan ibu hamil
KEK, serta data geografis wilayah kerja Puskesmas Karanganyar Kota Semarang.
51
3.5 INSTRUMEN PENELITIAN DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA
3.5.1 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah perangkat yang akan digunakan untuk
memperoleh dan mengumpulkan data (Notoatmojo, 2005:48). Instrumen yang
digunakan adalah pedoman wawancara. Selain pedoman wawancara dalam
penelitian ini, peneliti dan asisten peneliti juga digunakan sebagai instrumen
penelitian. Penelitian sendiri digunakan karena selalu ada pengembangan
pertanyaan pada saat melakukan wawancara, sedangkan asisten peneliti digunakan
untuk membantu peneliti mengambil dokumentasi setiap langkah penelitian.
Kemudian alat tulis, alat perekam dan kamera juga digunakan sebagai instrumen
penelitian. Alat perekam digunakan untuk merekam semua pembicaraan peneliti
dengan informan selama wawancara. Kamera digunakan untuk membantu peneliti
merekam kondisi lingkungan selama wawancara berlangsung (Notoatmojo,
2005:50).
3.5.2 Teknik Pengambilan Data
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada kondisi
alamiah (natural setting), sumber data primer dan teknik pengumpulan lebih banyak
pada wawancara mendalam (indepth interview) dan studi dokumentasi. Alat-alat
tambahan yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data berupa panduan
wawancara, buku catatan, dan alat perekam (Sugiyono, 2010:308). Teknik
pengambilan data primer pada penelitian ini adalah wawancara mendalam (indepht
interview). Wawancara mendalam (indepth interview) adalah proses memperoleh
52
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau
tanpa menggunakan pedoman wawancara (Saryono, 2010:76). Sementara teknik
pengambilan data sekunder penelitian ini ialah dengan studi literatur.
3.6 PROSEDUR PENELITIAN
Kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini secara garis besar adalah
sebagai berikut :
3.6.1 Tahap Pra-Penelitian
Tahap awal penelitian adalah kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan
penelitian. Adapun kegiatan pada awal penelitian adalah :
1. Melakukan studi pustaka dengan mencari data awal melalui dokumen-
dokumen yang relevan, sehingga didapatkan rumusan masalah yang ingin
diteliti.
2. Mengurus perijinan studi pendahuluan dari Universitas Negeri Semarang untuk
instansi yang dituju (Dinas Kesehatan Kota Semarang dan Puskesmas
Karanganyar).
3. Penyerahan surat ke Dinas Kesehatan Kota Semarang dan Puskesmas
Karanganyar.
4. Melakukan studi pendahuluan ke lapangan.
5. Menyusun proposal skripsi yang berjudul “Evaluasi Program Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) Pada Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis
(KEK) Di Wilayah Kerja Puskesmas Karanganyar Kota Semarang.”
53
3.6.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain :
1. Pelaksanaan wawancara (indepth interview) kepada informan (sumber data
primer) yang telah ditentukan.
2. Pencatatan, analisis singkat, dan pengambilan foto pada setiap langkah yang
dilakukan.
3.6.3 Tahap Pasca Penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain :
1. Perangkuman semua data wawancara yang telah dikumpulkan, membuat
catatan yang rapi untuk kemudian diserahkan kepada pembimbing sebagai data
mentah.
2. Pembandingan data hasil wawancara dengan data sekunder yang terkait dengan
pelaksanaan program pemberian makanan tambahan pemulihan.
3. Analisis data dan membandingkan dengan panduan penyelenggaraan program
pemberian makanan tambahan pemulihan.
4. Penyajian data dan pembuatan simpulan dalam bentuk laporan skripsi.
3.7 PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA
Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan
untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang
mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak terpisahkan dari
tubuh pengetahuan penelitian kualitatif (Moleong, 2007:320).
Menurut Sugiyono (2015) triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini
diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
54
berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik
pengumpulan data, dan waktu.
1) Triangulasi Sumber
Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang
telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang telah dianalisis oleh peneliti
sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan
(member check) dengan masing-masing sumber data (Sugiyono, 2015:274).
2) Triangulasi Teknik
Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh
dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi atau kuesioner. Bila
dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang
berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data
yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap
benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandang berbeda-beda
(Sugiyono, 2015:274).
3) Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan
dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum
banyak masalah, akan memberikan data lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk
itu dalam rangka pengujian kredibiltas data dapat dilakukan dengan pengecekan
dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang
berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara
55
berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya (Sugiyono,
2015:274).
Dalam penelitian ini triangulasi dapat dilakukan dengan cara
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen, serta membandingkan
hasil wawancara antar narasumber.
3.8 TEKNIK ANALISIS DATA
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki
lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai dilapangan (Sugiyono, 2015:245).
Data diperoleh, kemudian dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Dimulai
dari wawancara, observasi, editing, mengklasifikasikan, reduksi, selanjutnya
aktivitas penyajian data serta menyimpulkan data (Sugiyono, 2012:246).
Miles and Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam anlisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu
data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification (Sugiyono, 2015:
246).
3.8.1 Data Reduction (Reduksi Data)
Setelah peneliti melakukan pengambilan data di lapangan, maka akan
diperoleh suatu data. Oleh karena itu perlu segera dilakukan analisis data melalui
reduksi data. Reduksi data merupakan proses merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan di lapangan dengan langkah mengurangi atau
menghilangkan hal-hal yang tidak perlu. Reduksi data digunakan untuk
56
menghasilkan hipotesis mengenai komposisi dari hasil lapangan. Sehingga
memberikan gambaran data yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengambilan data selanjutnya serta mencarinya bila diperlukan
(Sugiyono, 2012:247).
3.8.2 Data Display (Penyajian Data)
Dalam penelitia kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar ketegori, flowchart dan sejenisnya. Dalam
hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan, yang paling sering digunakan
untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat
naratif (Sugiyono, 2015:249). Dalam penelitian ini, penyajian data yang digunakan
adalah dengan teks yang bersifat naratif. Penyajian data akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa
yang telah dipahami.
3.8.3 Conclusion Drawing/ Verification
Langkah ke tiga dalam analisis data menurut Miles and Hberman adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan berikutnya. Dan kesimpulan akan kredibel
bila didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten (Sugiyono, 2012:252).
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu
obyek yang sebelumnya masih reang-remang atau gelap sehingga stelah diteliti
57
menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori
(Sugiyono, 2015: 253).
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 GAMBARAN UMUM
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Karanganyar terletak di wilayah kelurahan Karanganyar,
Kecamatan Tugu. Letaknya diperkotaan daerah pinggiran ± 14 km dari pusat kota.
Jarak ke Dinas Kota Semarang sajauh 14 KM, sedangkan jarak tempuh ke
kecamatan maupun kelurahan sejauh 3 KM dan antara 1-4. Luas wilayahnya
1904,71 HA, terdiri dari daratan rendah dengan tinggi dari permukaan laut
maximum 5 m dan minimum 2 m. baik pada musim kemarau ataupun penghujan
100% bisa dilalui oleh kendaraan.
Batas wilayah administrasi Puskesmas adalah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Laut Jawa
2. Sebelah Selatan : Kecamatan Tambak Aji
3. Sebelah Barat : Kelurahan Mangkang Wetan
4. Sebelah Timur : Kec Semarang Barat
Dengan wilayah kerja yang meliputi 4 kalurahan :
1. Kelurahan Tugu
2. Kelurahan Jerakah
3. Kelurahan Karanganyar
4. Kelurahan Randu Garut
59
Wilayah kerja Puskesmas Karanganyar dikelilingi daerah industri dan
pabrik. Penduduk di sekitar puskesmas banyak yang bekerja sebagai buruh pabrik,
dan banyak pendatang dari berbagai kota atau daerah luar Semarang untuk bekerja
disana. Penduduk dari luar Semarang bertemat tinggal di rumah kos.
4.1.2 Identifikasi Informan
4.1.2.1 Identifikasi Informan Utama
Informan utama dalam penelitian ini berjumlah 5 orang yang terdiri dari 1
kepala puskeskas, 1 tenaga gizi puskesmas, 1 koordinator bidan puskesmas, 1
teanga gasurkes, dan 1 kepala seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Gizi di Dinas
Kesehatan Kota Semarang.
Tabel 4.1 Gambaran Umum Informan Utama
Informan
Utama (IU) Umur Jenis Kelamin Pendidikan Jabatan
Informan 1 47 tahun Perempuan S-2 Kesehatan
Masyarakat
Kepala Seksi
Pemberdayaan
Masyarakat
dan Gizi
Informan 2 45 tahun Perempuan S-1
Kedokteran
Umum
Kepala
Puskesmas
Karanganyar
Informan 3 39 Tahun Perempuan D-IV
Kebidanan
Bidan
Penyelia
Informan 4 43 tahun Perempuan D-III Sarjana
Muda
Nutrisionis
Pelaksana
Lanjutan
Informan 5 28 tahun Perempuan D-III
Kebidanan
Gasurkes di
Puskesmas
Karangayar
60
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat beberapa karakteristik informan
utama yaitu semua informan berjenis kelamin perempuan. Dilihat dari usianya
maka usia informan yang paling muda adalah 28 tahun dan usia yang paling tua
adalah 47 tahun. Dari segi latar belakang pendidikannya 2 orang informan memiliki
tingkat pendidikan D-III Kebidanan, 1 orang memiliki tingkat pendidikan D-IV
Kebidanan, 1 informan memiliki tingkat pendidikan S1 Kedokteran umum dan 1
orang informan memiliki tingkat pendidikan S-2 Kesehatan Masyarakat. Dan
berdasarkan jabatan, 4 informan utama merupakan petugas yang bekerja di wilayah
kerja Puskesmas Karanganya dan 1 orang bertugas di Dinas Kesehatan Kota
Semarang.
4.1.2.2 Identifikasi Informan Triangulasi
Informan triangulasi dalam penelitian ini berjumlah 3 orang yang terdiri dari
ibu hamil KEK yang menerima paket makanan tambahan (PMT).
Tabel 4.2 Gambaran Umum Informan Triangulasi
Informan
Triangulasi
(IT)
Umur Jenis
Kelamin Pendidikan Keterangan
Informan
Triangulasi
1
35 tahun Perempuan SMP Ibu hamil KEK
penerima PMT
Informan
Triangulasi
2
28 tahun Perempuan SMA Ibu hamil KEK
penerima PMT
Informan
Triangulasi
3
29 tahun Perempuan SMA Ibu hamil KEK
penerima PMT
61
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa informan trianggulasi
pendidikan terakhirnya adalah SMP dan SMA. Usia termuda informan adalah 28
tahun dan tertuanya 35 tahun.
4.2 HASIL PENELITIAN
4.2.1 Deskripsi Aspek Input
Variabel input meliputi 6 bagian yaitu Man/ Sumber Daya Manusia (SDM),
Money/ Sumber Dana, Machine/Sarana dan Prasarana, Market/Sasaran penerima
PMT(ibu hamil KEK), Method/ Bentuk Pelayanan dan Material/ PMT Ibu Hamil.
4.2.1.1 Sumber Daya Manusia (SDM)
Puskesmas Karanganyar dipimpin oleh seorang dokter yang telah bertugas
selama 3 tahun sebagai kepala Puskesmas Karanganyar. Tenaga yang berperan
dalam program Pemberian Makanan Tambahan di Puskesmas Karanganyar adalah
petugas gizi, bidan dan gasurkes. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara
mendalam dengan informan utama tentang SDM terlibat serta peran dari SDM
tersebut dalam program PMT Ibu Hamil sebagai berikut :
“PMT itu biasanya ada Petugas gizi sama bidan dua dari puskesmas, kalau kader
enggak, PMT ibu hamil kita kasih lagsung ke sasaran berarti ini sama ada
gasurkes ada dua. Kalau PMT soalnya langsung ke sasaran.”
(Informan 3)
“Dateng ya sudah langsung masuk gudang nanti saya kan dapet yang namanya
ini, misalnya susu, berita acara serah terima barang, ini saya fotokopi tak
kasihkan kia jadi kia sudah tau ada barang sejumlah ini, nah dia mau nyetok
diruangannya seberapa.”
(Informan 4)
62
Pernyataan informan utama didukung oleh pernyataan informan triangulasi
bahwa yang memberikan PMT Ibu Hamil adalah bidan dan gasurkes, sebagai
berikut :
Berdasarkan dari pernyataan dari informan utama, untuk pendisribusian
beban kerja yang diberikan sudah sesuai dengan kapasitas petugas tetapi untuk
pemantauan pemanfaatan PMT, puskesmas tidak mempunyai kader atau petugas
khusus. Hal tersebut berdasarkan dari hasil wawancara dengan narasumber sebagai
berikut.
Pernyataan tersebut sesuai dengan keterangan dari Informan Triangulasi
sebagai berkut:
“Dulu saya yang ngasih ya bu bidan.”
(Informan Triangulasi 1)
“Kalo yang dateng ke rumah ya gasurkes, tapi kadang bidan juga. Yang ngasih
PMT bu bidan di Puskesmas.”
(Informan Triangulasi 2)
“Sudah sesuai, ya ada tambahan bidan juga, saya rasa sudah cuma memang
pemengang program KIA itu kan luas ya dari pra nikah dan anaknya dari yang
belum lahir, tapi sudah berbagi beban kerja.”
(Informan 2)
“Kalau untuk hanya pemberiannya saja si sudah cukup ya, tapi kalau untuk
pemantauan yang apakah PMT benar-benar di makan apa tidak, itu kami belum
bisa.”
(Informan 3)
63
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kendala yang dihadapi
Puskesmas Karanganyar dalam Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kurangnya
SDM untuk pemantauan pemanfaatan atau penkonsumsian PMT pada ibu hamil.
Sedangkan untuk pendistribusian PMT, SDM sudah sesua dengan beban kerja.
4.2.1.2 Money/ Sumber Dana
Sumber dana merupakan pendukung dalam suatu program agar program
yang dibuat berhasil serta memperoleh tujuan yang ingin dicapai. Sumber dana
yang tersedia di Puskesmas Karanganyar hanya berupa PMT yang diperoleh dari
Dinas Kesehatan Kota Semarang (DKK Semarang) yang di dropping langsung dari
pusat, yaitu Kemenkes dan bersumber dari APBN dan APBD, serta dari perusahaan
swasta. Hal tersebut berdasarkan pernyataan dari informan utama sebagai berikut.
“Dari APBN, kemudian APBD kemudian ada juga dari CSR. CSR itu dari
perusahaaan-perusahaan swasta itu lho dek. Cuman kebanyakan yang swasta itu
kebanyakan si PMTnya PMT balita.”
(Informan 1)
“Nggak ada si mbak paling yang nanya ya gasurkes atau bu bidan kalo pas lagi
periksa, dimakan apa nggak rotinya.”
(Informan Triangulasi 1)
Petugas khusus apa mbak, ndak ada. Yang biasa Tanya ya bu bidan itu.
(Informan Triangulasi 2)
64
Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan informan triangulasi bahwa
dana yang tersedia hanya dalam bentuk PMT dalam program PMT Ibu Hamil. Hal
tersebut berdasarkan wawancara dengan narasumber sebagai berikut.
Berdasarkan pernyataan dari informan utama, tidak ada kendala yang
dihadapi terkait dengan dana dalam program penanggulangan gizi kurang jika ada
kendalanya hanya biasanya PMT dari dinkes tidak tersedia.
“Ya biskuit itu mbak.”
(Informan triangulasi 1)
“Biscuit selai stroberi.”
(Informan Triangulasi 2)
“Roti tapi, sebulan.”
(Informan Triangulasi 3)
“Tidak musti ada PMT nya, maksudnya tidak rutin setiap bulan apa di dropping
itu ndak, tergantung dari pusatya ngasih ke DKK seberapa, kapan seberapa,
kesininya baru bulan apa, kita tidak bisa menentukan.”
(Informan 4)
“Nggak ada, kalau yang kita kelola sendiri nggak ada, karena itu dari dropping.”
(Informan 2)
“Kalau sumber dana dari puskesmas tidak ada, sumber dana dari APBN dan
APBD , kita dropping,kita terima, pembelian sendiri nggak ada.”
(Informan 3)
65
Hal tersebut didukung dengan pernytaan informan triangulasi sebagai
berikut:
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sumber dana dari
Pukesmas Karanganayar sendiri untuk program PMT ibu hamil tidak tersedia,
hanya memberikan PMT dari pusat saja. Dan kendala yang di hadapi Puskesmas
Karanganyar adalah apabila dropingan dari pusat atau dinas kesehatan tidak tepat
waktu yang mengakibatkan puskesmas kehabisan stok PMT untuk ibu hamil.
4.2.1.3 Machine/Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang tersedia baik dari segi kuantitas dan kualitas akan
mendukung untuk mencapai tujuan dari suatu program. Berdasarkan wawancara
dengan infoman utama sarana dan prasarana yang tersedia dalam program PMT Ibu
Hamil yaitu berupa alat untuk pmeriksaan atau pengukuran berat badan dan LILA,
buku panduan untuk pelaksanaan program PMtT, konseling dan penyuluhan, serta
kelas ibu hamil. Berikut hasil wawancara dengan informan utama.
Sarana prasarana tersebut dirasa cukup untuk ibu hamil KEK, dengan
pernyataan sebgai berikut:
“…konseling sama penyuluhan gitu.”
(Informan 2)
“Ya paling penyuluhan, atau konseling. Sama alat-alat timbangan, pita pengukur
LiLA seperti itu paling.”
(Informan 4)
“Ya nggak rutin si mbak, kalo pas rotinya di puskesmas habis ya nggak dikasih.”
(Informan Triangulasi 1)
66
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada
kendala dalam sarana dan prasarana. Pita ukur dan timbangan, panduan atau juknis,
serta ada konseling dan penyuluhan tersedia dengan baik di Puskesmas Karananyar.
Dan ibu-ibu hamil KEK juga sudah merasa cukup dengan sarana prasarana tersebut.
4.2.1.1 Market/Sasaran penerima PMT(ibu hamil KEK)
Karakteristik sasaran dari ibu hamil KEK didapat dari pengumpulan
laporaan program monitoring PMT ibu hamil KEK dan data kohort ibu hamil yang
ada di puskesmas. Sasarnnya yaitu ibu hamil yang lingkar lengan atas (LILA) nya
kurang dari 23,5 cm. Berikut hasil wawancara dengan informan utama.
Tetapi dalam kenyataanya, tidak hanya ibu hamil yang LiLA nya di bawah
23,5cm saja yang diberikan PMT, akan tetapi ibu yang anemi juga diturut di beri
PMT. Hal tersebut sejalan dengan keterangan informan berikut.
“Ibu hamil yag KEK, LiLA nya kurang dari 23,5 cm.”
(Informan 3)
“Ini kan ibu hamil, sebenarnya sasarannya bisa , kaitannya untuk PMT
penyuluhan, PMT penyuluhan kepada seluruh ibu hamil gitu ya, ada PMT
infeksi, PMT infeksi adalah untuk ibu hamil KEK tapi untuk saat ini kita ada
untuk memenuhi untuk ibu hamil KEK, sasarannya adalah untuk ibu hamil
KEK.
(Informan 1)
“Cukup-cukup aja si mbak.”
(Informan Triangulasi 1)
“Cukup.”
(Informan Triangulasi 2)
67
Hal tersebut sejalan dengan salah satu keterangan dari informan Triangulasi
berikut:
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa PMT tidak hanya diberikan
kepada ibu hamil KEK saja tetapi pada ibu anemi juga. Hal tersebut dilakaukan
karena pihak Puskesmas Karanganyar mengikuti panduan atau juknis yang ada di
Puskesmas. Menurut Juknis Program PMT ibu hamil KEK dari Puskesmas
Karangayar, sasarannya bukan hanya ibu KEK saja melainkan untuk ibu hamil yang
mengalami anemia juga.
4.2.1.4 Method/ Bentuk Pelayanan
Bentuk pelayanan dari Program PMT Ibu Hamil KEK yaitu pemberian PMT
secara langsung kepada ibu hamil yang KEK serta pemeriksaan secara rutin pada
Antenatal Care (ANC), kelas ibu hamil, penyuluhan, dan konseling. Berikut
pernyataan dari informan utama.
“tidak semua ibu hamil mau diberikan seperti itu, kadang ada yang mau, ada
yang nggak punya resiko, gitu ya , mugkin dia cuma anemi aja bukan sasaran
untuk KEK nya tadi.”
(Informan 3)
“Bentuknya ya PMT nya kita kasih langsung ke ibu hamil yang KEK, kalo pas
tidak bisa ke puskesmas ya nanti kita titip ke gasurkes yang pas keliling itu. Kan
PMT terintegrasi dengan ANC, nanti juga ada konseling sama penyuluhan gizi.”
(Informan 3)
“Pas periksa ik, soale kan HB ku turun, maksudnya buat tambah-tambah ben
HB ne munggah ngonoiku mbak.
(Informan Triangulasi 3)
68
Hal tersebut sejalan dengan pernyataan dari Innforman triangulasi berikut:
PMT diberikan ketika ibu datang ke puskesmas, bagi ibu yang tidak dapat
datang, PMT akan dititipkan Gasurkes. Tidak ada kenadala dalam pelayan PMT
karena sudah terintegrasi dengan ANC. Konseling dan penyuluhan dilakukan
sebagai sarana penunjang saat PMT tidak tersedia karena stok habis dan belum ada
dropingan dari pusat.
4.2.1.5 Material/ PMT Ibu Hamil
Makanan Tambahan Ibu Hamil berbentuk biskuit lapis dan rasa manis
dibungkus dalam kemasan alumunium foil berisi 3 keping, Setiap 3 (tiga) biskuit
lapis dikemas dalam 1(satu) kemasan primer (berat 60 gram). Mengandung
minimum 270 kalori, minimum 6 gram protein, minimum 12 gram lemak. Setiap 7
(tujuh) kemasan primet dikemas dalam 1(satu) kotak kemasan sekunder (berat 420
gram). Setiap 4 (empat) kemasan sekunde dikemas dalam 1 (satu) kemasan tersier.
Hal tersebut sejalan dengan peryataan informan utama sebagai berikut.
“Kan ini ada ANC juga, kadang ya ada penyuluhan gizi.”
(Informan Triangulasi 1)
“Iya ada ANC, penyuluhan gizi ya ada.”
(Informan Triangulasi 2)
“Ya nanti itu ibu hamil yang KEK kita kasih PMT nya selama stok masih ada”.
(Informan 4)
“PMT nya itu kalau ibu hamil KEK kan biskuit dek, yang dikasih dari punyanya
KEMENKES.”
(Informan 1)
69
Kendala yang dihadapi terkait dengan material bahan PMTnya adalah tidak
semua ibu mau mengkonsumsinya secara rutin, hal ini disebabkan karena rasa dari
biskuit yang tidak terlalu enak. Dan beberapa ibu, ada yang membagi biskuit
tersebut dengan anak dan suaminya. Hal ini didapat dari pernyataan informan
utama.
Rasa dari biskuit membuat eneg dan terasa tidak enak bagi ibu hamil. Hal
tersebut disebutkan oleh triangulasi sebgai berikut:
“PMT nya berupa biscuit ibu hamil, satu karton untuk satu bulan.”
(Informan 3)
“Nek ibu hamilnya punya balita, PMTnya tidak dimakan ibu hamilnya tok. Ibu
hamilnya bosen, berhenti di tengah jalan.”
(Informan 4)
“Kadang juga cerita diamakan tapi eneg mbak, tak bagi sama anak, suami juga
minta, nek pertama kan masih enak belum eneg nah itu kalau udah sering, ya
dibagi-bagi.”
(Informan 5)
“Rotinya eneg kok. Ya dimakan, tapi kan misalnya kalo dimakan setiap hari kan
eneg, dimakan tapi nggak setiap hari, misalkan pengen nyemil atau apa gitu,
tapikan aku punya cemilan sendiri rasanya kan eneng kan kayak gimana gitu,
selainya itu nggak enak, rotinya si emnag enak, tapi nak kayak kalo sek yang
suka ya doyan, kadang kan biasanya nggak ada yang sukak, katanya. Kata
temeku juga pernah dikasih kayak gitu, Cuma kadang eneg memang. kan setiap
hari. Aku nggak makan setiap hari, kadang-kadang.
(Informan Triangulasi 2)
Enggak tak makan setiap hari, eneg soale.
(Informan Triangulasi 3)
70
Dari uraian diatas dapat disimpukan bahwa kendala yang dihadapi adalah,
ibu hamil enggan memakan biscuit dikarenakan ibu-ibu hamil tidak menyukai rasa
dari biskuit PMT dan membuat eneg. Hal tersebut terkadang menjadikan biscuit
juga dibagikan ke anak atau keluarga yang lain. Untuk bahan dan standar gizi,
biskuit sudah terjamin karena didapat langsung dari Dinkes atau Kemenkes. Pihak
Puskesmas Karanganyar tidak pernah membuat sendiri biscuit tersebut.
4.2.2 Deskripsi Aspek Proses
4.2.2.1 Persiapan/ Perencanaan
Bagian ini akan membahas mengenai bagaimana persiapan sebelum
program pemberian makanan tambahan dilaksanakan meliputi penentuan ibu hamil
yang KEK dengan pengukuran LiLA. Menurut Alita (2013), persiapan menjadi
penentu berjalannya suatu kegiatan atau program. Apabila suatu kegiatan
dipersiapkan dengan baik maka akan memberikan peluang keberhasilan kegiatan
tersebut. dan penyuluhan.
Dari Dinas Kesehatan Kota Semarang sendiri, program PMT Ibu Hamil
dibawah tanggung jawab bidang Kesehatan Masyarakat dan pada seksi
Pemberdayaan dan Gizi serta bekerja sama dengan seksi KIA. Perencanaan
program PMT Ibu Hamil dimulai dari bawah, yaitu data yang di dapat dari
Puskesmas pada tahun lalu untuk membuat perkiraan jumlah PMT yang akan di
droping dari pusat. Hal ini dijelaskan oleh informan utama sebagai berikut.
“Alur perencanakaan program dari data kita yang ada kan, dari data ibu hamil
KEK itu. Kita kan perencanaan sebenarnya harapannya dari bawah dari
puskesmas data ibu hamil KEK tahun lalu itu berapa, itu didapat dari puskesmas
masing-masing kan. Kita kebutuhan pmt berapa kan gitu ya, itu nanti kemudian
dikirimkan ke pusat.” (Informan 1)
71
Tetapi dalam kenyataannya, dropingan berasal dari pusat langsung, bahkan
pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang hanya menerima saja jumlahnya berapa.
Dan puskesmas pun sama, mereka tidak tau berapa jumlah yang akan mereka
dapatkan, karena semuanya dari pusat. Dan terkadang terjadi kehabisan stok karena
dropingan yang tidak menentu. Hal ini di paparkan oleh informan utama sebagai
berikut.
Karena pengadaan dari Kemenkes dikakukan dalam satu waktu, Puskesmas
Karanganyar terkadang kehabisan stok, dan harus menunggu pengadaan
“Ya kita kan ada sasaran jumlah penduduk nanti ada target ibu hamilnya dalam
setahun berapa, berdasarkan dari itu dan itu ya diteatapkan oleh dinas, jadi awal
tahun itu kita ditetapkan ibu hamil sekian bayi baru lahir sekian nah itu sebagai
dasar perencananya jadi ketika itu nanti gizinya kan memantau juga diposyandu
kalau bidannya kan lebih kearah penemuannya di puskesmas setiap kunjungan
di puskesmasn begitu, kalau gizinya berdasarkan diposyandu terus kalau yang
lain para medis yang lain kalau ditemukan ibu hamil yang kek segera ditangani.
Jadi memang koordinasinya perencanaan setelah itu dipasrahkan ke dinas
alokasi yang droping itu masih diberikan ke kita.”
(Informan 2)
“Kalo dari dinas, kita terima dari sasaran ibu hamil yang beresiko, misalnya dari
tahun lalu kita ada sekian nanti dinas akan memberiakna dropping sekian ratus
karton ni untuk puskesmas karanganyar nanti kita bisa distribusikan untuk
sasaran kita yang masuk kategori, sasarannya kira-kira dari tahun lalu, seperti
itu, sekian kasus, paling plus minusnya kan 10% jumlah sasaran.”
(Informan 3)
“Itu kan dropingan ya jadi memanag kemaren selama stoknya ada di dinas ya di
droping e puskesmas setau saya malah langsung dari KEMENKES kok. Karena
pengadaannya serempak disatu waktu gitu. Pengadaannya juga tergantung
dropingan. “
(Informan 1)
72
selanjutnya untuk mendapatkan PMT lagi. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam
pendistribusian PMT ke ibu hamil KEK yang membutuhkan PMT. Padahal di
Wilayah kerja Puskesmas Karanganyar banyak pendatang dari luar daerah untuk
bekerja, karena Karanyar merupakan daerah indutri yang menjadikan jumlah ibu
hamil terkadang tidak menentu. Hal ini disampaikan oleh informan utama sebagai
berikut:
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa dropingan dari pusat sangat
berpengaruh dalam perencanaan di puskesmas, karena semuanya sudah ditentukan
oleh pusat. Kendala yang dihadapi saat perencanaan adalah terkadang jumlah ibu
hamil bertambah dipertengahan tahun karena banyak warga pendatang dari daerah
lain untuk bekerja di Wilayah Kerja Puskesmas Karanganyar yang merupakan
daerah industri, hal tersebut yang membuat puskesmas kehabisan stok PMT.
4.2.2.2 Pelaksanaan
Bagian ini akan membahas mengenai bagaimana berjalannya program PMT
Ibu Hamil di wilayah kerja Puskesmas Karanganyar dilihat dari pendistribusian
pemberian paket makanan kepada Ibu Hamil KEK, penyimpanan dan pemberian
konseling oleh petugas. Pendistribusian dilakukan dari pusat berupa dropingan, dari
Dinas Kesehatan
Kota Semarang sendiri apabila ada PMT dari pusat, maka akan langsung
dikirim ke Puskesmas yang ada di Semarang sesuai jumlah yang telah ditentukan.
“Tapi biasanya ada tambahan tidak terduga dari ibu-ibu dari daerah lain yang
bekerja di pabrik, atau ada ibu hamil yang ikut suaminya kerja di daerah sini.”
(Informan 3)
73
Tidak ditimbun di penyimpanan Dinas Kesehatan Kota Semarang, karena
jumlahnya sangat banyak. Apabila masih lebih, baru disimpan di gudang
ppenyimpanan Dinas Kesehatan Kota Semarang. Hal tersebut dijelaskan oleh
informan utama, sebaai berikut.
Untuk penyimpanan di Puskesmas, mereka mempunyai ruangan
penyimpanan khusus untuk PMT yang terdapat tatakan kayu, agar PMT tidak
langsung terkena lantai. Setelah bagian gizi menerima, langsung dilaporkan ke
bagian KIA dan selanjutnya akan serahkan pada bagiian KIA. Berikut penjelasan
dari informan untama.
Dalam kenyataannya PMT tidak selalu ada setiap dibutuhkan. Apabila stok
di Puskesmas habis, maka tidak bisa langsung minta atau di beri oleh Dinas
Kesehatan Kota Semarang karena kalau stok mereka juga habis Dinas Kesehatan
Kota Semarang juga tidak dapat berbuat apa-apa karena semuanya dari pusat.
Apabila tidak ada dropingan dari pusat, maka ke bawahnya juga tidak akan dapat.
“Kalo PMT KEK gini biasanya kita langsung ke puskesmas, kalo masih ada sisa
kita taruh di rumah gizi gitu, kita langsung droping ke puskesmas. Dari pusat
terus nanti langsung ke puskesmas, tahun ini kita rencananya minta langung ke
puskesmas. Kalo nanti misal masih ada ya kita tampung dirumah gizi, tapi di
rumah gizi cuma sedikt karena rumah gizi cuma kecil.”
(Informan 1)
“Dateng ya sudah langsung masuk gudang nanti saya kan dapet yang namanya
ini, misalnya susu, berita acara serah terima barang, ini saya fotokopi tak
kasihkan KIA jadi KIA sudah tau ada barang sejumlah ini, nah dia mau nyetok
diruangannyas seberapa begitu.”
(Informan 4)
74
Hal ini menjadi salah satu kendala dalam program PMT Ibu Hamil seperti
pernyataan informan utama berikut.
Selama tidak ada stok PMT di puskesmas, maka pihak puskesmas hanya
melakukan penyuluhan. Apabila stok PMT sudah ada maka langsung diberikan.
Jadi kendala utama pelaksanaan program PMT ibu hamil KEK di Puskesmas
Karanganyar adalah habisnya stok PMT dan harus menunggu pengadaan PMT
selanjutnya untuk mendapatkan PMT lagi.
4.2.2.3 Pemantauan/ Pengawasan
Bagian ini akan membahas mengenai pemantauan program PMT Ibu Hamil
di wilayah kerja Puskesmas Karanganyar, pemantauan dilakukan setiap bulan
selama pelaksanaan pemberian PMT. Pemantauan meliputi pengukuran berat
badan, ukuran LILA memastikan bahwa paket makanan benar-benar dikonsumsi
oleh ibu hamil KEK. Untuk pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang sendiri mereka
mengevauasi dari tiga sampai enam bulan sekali. Evaluasi di lakukan oleh salah
satu staf Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Gizi. Dan untuk memastikan apakah
PMT tersebut benar-benar dikonsumsi oleh Ibu hamil atau tidak, pihak Dinkes
maupun Puskesmas tidak dapat memastikannya. Seperti di jelaskan oleh informan
utama berikut.
“Itu kan dropingan ya jadi memang kemaren selama stoknya ada di dinas ya di
droping ke puskesmas, setau saya malah langsung dari kemenkes kok. Karena
pengadaannya serempak disatu waktu gitu. Pengadaannya juga tergantung
dropingan, paling kita inikan konselingnya aja.”
(Informan 2)
75
Ibu KEK juga mempunyai cemilan lain atau terkadang menkonsumsi
vitamin dan makanan bergizi yang tidak dapat dipantau secara rutin oleh pihak
puskesmas. Hal tersebut disampaikan oleh Informan Triangulasi berikut:
Dalam pelaksanaannya kendala yang di hadapi Puskesmas Karanganyar
adalah tidak adanya kader atau petugas khusus untuk memantau atau memastikan
PMT benar-benar dikonsumsi oleh ibu hamil KEK atau tidak. Puskesmas hanya
dapat memantau pendistribusiannya saja, untuk memantau pengkonsumsian PMT,
bidan dan gasurkes hanya sekedar menanyai ibu hamil KEK apakah mereka
menkonsumsinya atau tidak.
“Proses pemantauan dan evaluasinya, jadi memang pemantauannya kita baru
memberikan bahwa ini PMT itu bahwa sudah kita distribusikan ke puskesmas
sesuai dengan dari pembagian dari pusat, sesuai dengan puskesmas. Nah
puskesmas itu evaluasinya adalah pmt ini habis atau tidak, nah cuma memang
kita masih belum tapi pemberiannya memang ssesuai dengan juknis yang ada
ya, cuma memang kita belum pernah mengevaluasi apakah, ya itu tadi
penghitungaanya adalah apakah bumil KEK yang kita kasih PMT masih jadi
bumil KEK atau tidak nah itu yang belum pernah kita lakukan, tapi ya
kebanyakan ya masih bumil KEK gitu ya.”
(Informan 1)
“Iya ngecek ditribusinya, kan ada data ibu hamil kek itu berapa, untuk efek
pemberia ini terhadap peningkatan status gizinya memang belum sampai disitu,
hanya sebatas mengetahui kriteria penerima pmt itu, ini kan dropingan apakah
sudah sesuai dengan kriterinya sama megevaluasi jumlahnya, banyak atau
sedikitnya.”
(Informan 2)
“…tapikan aku punya cemilan sendiri….”
(Informan Triangulasi 2)
76
4.2.2.4 Pencatatan/ Pelaporan
Bagian ini akan membahas mengenai kegiatan pencatatan dan pelaporan
dari kegiatan PMT Ibu Hamil di Puskesmas Karanganyar. Pencatatan dimulai dari
pendataan ibu hamil KEK, penerimaan PMT dari pusat ke Puskesmas, penyerahan
ke ibu hamil KEK dan perkembangan dari ibu dan janin. Ada pencatatan yang
masih manual, tetapi ada juga yang sudah online dengan aplikasi, jadi bisa langsung
terhubung ke pusat. Berikut hasil wawancara dengan informan :
Untuk pencatatan perkembangan gizi ibu hamil seperti ukuran LiLA, berat
badan dll, dicatat oleh gasurkes dan bidan di Puskesmas Kranganyar di buku dan di
sistem. Hal tersebut dikemukakan oleh informan utama sebagai berikut:
“Sistem pelaporanya, kita kan ada online itu ya kayak dengan SIP itu ya, SIP
pelaporan bulanan itu kan ada, sekaraNg kalau evalusi masalah gizi buruk, itu
pakainya emptbgm. Tapi kalau yang khusus PMT, itu biasanya pencatatanya
pakai total manual. Tapi kalau laporan sistem puskesmasnya ke kita kaitannya
dengan survailens itu adalah tadi dengan laporan bulanan yang pakai SIP itu,
sejenis sistem informasi puskesmas sama ya, dengan emptbgm, online, saya
bukanya sistem informasi gizi terpadu, itu nanti ada data ibu hamil, pemberian
pmt, itu nanti ada. Itu nanti sampai ke pusat, nanti berita acara kita print, nanti
di pusat sudah ngerti. Disemua puskesmas sudah menggunakan. Makanya
sistem ini terpusat dari pusat sisitem informasi terpadu pakai ini semua. Jadi ini
kan masih berprogres ya, jadi selain ini ya tadi sistem informasi puskesmas.”
(Informan 1)
“Mereka ada laporan bulanan simpus yang dari SIK namanya, laporan bulanan
itu yang online juga ada, terus yang dari, itu kan belum bisa menjabarkan,
evalusinya dari yang 3 bulanan itu.”
(Informan 2)
“Bentuknya buku, kalo diterima iya berapa iya, kalo pengkosumsiannya kita
nggak ada yang mantau.”
(Informan 3)
77
Dalam pencatatan dan pelaporan baik dari Puskesmas dan Dinkes, sudah
menggunakan sistem atau online yang terhubung langsung degan pusat atau
Kemenkes, tetapi ada beberapa yang masih menggunakan manual. Untuk
pencatatan dan pelaporan tidak ada kendala di Puskesmas Karanganyar tetapi tidak
ada pencatatan dan pelaporan mengenai pemanfaatan tauan pengkonsumsian PMT
hanya ada pencatatan peneriamaannya saja.
4.2.3 Deskripsi Aspek Output
4.2.3.1 Capaian Pemberian Makanan Tambahan
Berdasarkan hasil telaah dokumen mengenai capaian pemberian makanan
tambahan di wilayah kerja Puskesmas Karanganyar, cakupan pemberian makanan
tambahan terakhir dilakukan tahun2018. Sedangkan untuk tahun 2019 belum ada
karena droping dari pusat belum ada, jadi di puskesmas tidak dapat melaksnaan
PMT. Saat dropngan dilakukan, pihak puskesmas akan langsung memberikan PMT
pada ibu hamil KEK. Sejauh ini indikator hanya berupa apakah PMT di puskesmas
habis atau tidak dan dimakan atau tidak. Tetapi dari pihak Dinas maupun Puskesmas
hanya bisa memastikan PMT di Puskesmas habis atau tidak, tapi tidak mengetahui
apakah PMT benar-benar dikonsumsi sendiri oleh ibu hamil KEK atau diberikan
pada anak dan suaminya. Seperti pernyataan dari informan utama berikut.
“Datanya kita, pakenya gaspol, kayak sistem kita online, kita kan laporin ke sini
data mentah, lilanya segini segini segini, nanti yang ngitung kan sini. Yang
nyatet kohortnya kadang kalo ada waktu ya KIA, kalau nggak ada waktu ya dari
kita nya, siapa yang sempet ya itu yang nulis. “
(Informan 5)
78
Dari uarain diatas dapat disimpulkan bahwa pihak pukesmas dan Dinkes
hanya dapat memantau habis tidaknya stok di puskesmas tetapi tidak dapat
memastikan PMT tersebut benar-benar dikonsumsi secara rutin oleh ibu hamil KEK
atau tidak.
4.2.3.2 Peningkatan status gizi ibu hamil KEK
Peningkatan status gizi ini juga belum dapat diketahui presentasenya oleh
pihak Dinas maupun Puskesmas Karanganyar. Hal ini disebabkan karena mereka
“Nah itu kaitannya dengan rutinitas pemberian pmt ini, belum lagi pemantauan
makannya, bukan hanya sekedar diberikan. Bisa jadi ibu hamil dikasih tapi
ternyata ngga dimakan sama ibu hamilnya, dikasihkan anaknya, karena pmt ibu
hmail itu lebih enak, kata temen-temen juga enka lho ini rotinya. Anak saya juga
malah dapet, lho kamu dapet dari mana, teryata dikasih. Nah Kita kan nggak
bisa mengevaluasi sejauh itu, ibaratnya pmo, orang yang kena tb itu, itu kan
diaksih obat itu dipantau, itu sangat sulit disini. Kelemahan kita ya tadi dalam
hal evalusi-evalusi progress pemberian pmt itu sejauh mana itu.”
(Informan 1)
“Saya kok belum bisa jawab presentasenya ya mbak, karena memang kadang
tidak semua diberikan sesuai mau, 3 bulan mau benar-benar bisa gitu, kan
memang harsnya 3 bulan itu diberikan dan konsumsi patuh, kalo peningkatan
ada tapi preentasenya saya ndak bisa bilang berapa, belum diteliti kalo itu,
harusnya ada angkanya kan, dari sekian ibu hamil diberiakn pmt sekian hasilnya
harusnya , nah saya ndak punya data itu.
(Informan 3)
“Secara angka memang nggak ada, KEK itu kan, maksudnya gini, kita
berharapnya kan nggak ada, dan setiap bulan itu kan beda-beda kondisinya gitu,
ya targetnya begitu terdeksi ya langsung dapet PMT nya gitu. Dimanapun dia
terdeteksi misalnya dariposyandu dari informasi kader atau pada saat kunjungan
rumah atau kunjungan kesini ya sedapatnya begitu ditangkapnya maksudnya
terdekteksi ya kita berikan, ya kita ini ya distribusinya bukan hanya disini tapi
juga di posyandu.”
(Informan 2)
79
juga belum pernah mengevaluasi apakah dengan PMT, LILA ibu hamil bisa naik
apa tidak. Karena ada beberapa faktor penyerta yang lainnya juga, misalnya pihak
puskesmas tidak menegetahui makanan apa saja yang dikonsumsi setiapa hari dan
apakah ibu hamil mengkonsumsi vitamin yang lainnya juga dan kebnayakan ibu
tidak full tiga bulan mengkonsumsi PMT. Faktor lain juga PMT hanya sebagai
cemilan saja, buka makanan utama. Hal ini di paparkan oleh informan utama
sebagai berikut.
Di perkuat dengan pernyataan dari triangulasi sebagai berikut:
Dari pihak Dinkes menjelaskan
Kalau dirumah ya ndak ada memang, kita mantaunya dari berat badan, setiap
bulan kan kontrol nah, cuma sekedar ditanya dimakan ngak, habis ndak, ada
keluhan, mual apa enneg, habisnya berapa, cuma sekedar itu dan penambahan
berat badan gitu.
Tapi memang ada resiko-resiko, misalnya si ibu itu ternyata punya balita, nah
biskuit ibu hamil ini bukan sekedar dimakan ibuknya tapi dimakan juga anakya,
padahal sudah dibilangin, ini untuk ibuknya, tapi kalau anaknya mau, minta
gimana, lah seperti itu lho, jadi tidak 100%, saya akui tidak 100% dimakan habis
ibuknya kalau si ibu itu punya balita, kalau ibuknya cuma berdua sama
suamunya tok atau sama mertuanya, kemungkinan bisa habis oleh ibuknya
sendiri gitu.
(informan 4)
“Yo kadang nek pas laper wae, nek pengen makan ya makan. Nek aku pas leper
gitu, nek malem, orang hamil kan biasanya leper gitu tak makan, tapi kalo ndak
ya ndak.”
(Informan Triangulasi 1)
“misalkan pengen nyemil atau apa gitu, tapikan aku punya cemilan sendiri
rasanya kan eneng kan kayak gimana gitu, selainya itu nggak enak”
(Informan Triangulasi 2)
80
Dari pihak Dinkes menambahkan karena untuk proses membesarkan LiLA
itu membutuhkan waktu yang lama, yang paling diperhatikan disini adalah kondisi
janinnya, apakah berat dan besar janin ibu yang KEK itu sudah sesuai apa belum.
Dan bayi yang dilahirkan mengalami BBLR atau tidak. Hal ini sesuai dengan
pernyataan informan utama sebagai berikut :
Peningkatan status gizi pada ibu hamil juga berpegaruh terhadap kondisi
janin dan bayi yang dilahirkan. Apabila kenaikan LiLA belum terlihat, kita juga
dapat melihat bagaimana perkembangan janinnya. Karena di beberapa kasus LiLA
ibu tidak meningkat tetapi berat janin meningkat dan membesar.
“Karena kita belum mengevaluasi ya belum, tapi kalau dari angka BBLR kita
kan nggak terlalu banyak kan gitu lhoo.”
(Informan 1)
“Untuk ibu yang KEK disini bayinya tidak ada yang BBLR.”
(Informan 3)
78
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 HASIL PEMBAHASAN
5.1.1 Aspek Input
5.1.1.1 Man/ Sumber Daya Manusia (SDM)
Undang-undang No 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan menyatakan
bahwa tenaga kesehatan berperan penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan
yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat mampu untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga akan terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber
daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rustam (2012), efisiensi dan
efektifitas suatu pelaksanaan dari sebuah program bergantung pada sumber daya
manusia. Sumber daya manusia akan sangat menentukan suatu keberhasilan
program dengan esksistensi sumber daya manusia yang berkualitas dan sangat
memadai, agar mereka bisa tanggap dalam melaksanakan suatu pekerjaan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 369 tahun
2007 tentang standar profesi bidan mengenai intervensi ibu hamil dengan KEK,
dapat dilakukan dengan cara melakukan rujukan ke petugas tenaga gizi serta
berkolaborasi untuk membantu memonitoring serta mengevaluasi asupan
pemberian makanan dan kenaikan berat badan.
79
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara dengan
petugas gizi Puskesmas Karananyar, Kepala puskesmas dan Bidan, bahwa Sumber
Daya Manusia yang terlibat dalam program PMT Ibu Hamil di Puskesmas
Karanganyar adalah petugas gizi dari Puskesmas Karanganyar, bidan dan petugas
KIA, dan Gasurkes yang bertutugas di Puskesmas Karanganyar.
Berdasarkan juknis PMT (2019), harus ada BDD/petugas yang
ditunjuk/kader,untuk melaksanakan pemantauan pemanfaatan PMT pada ibu hamil
KEK. Di Puskesmas Karanganyar sendiri SDM untuk Pemnatauan pemanfaatan
belum ada, hanya ada SDM untuk pendistribusian saja.
5.1.1.2 Money/ Sumber Dana
Anggaran adalah ungkapan keuangan dari program kerja untuk mencapai
sasaran dalam jangka waktu yang telah ditentukan dapat juga diartikan suatu
rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan,
yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter serta berlaku untuk jangka waktu
(periode) tertentu yang akan datang. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
dibiayai dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Prawita (2017).
Undang-undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pembiayaan kesehatan
berasal dari pemerintah, permerintah daerah, masyarakat, swasta dan sumber lain.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara, anggaran
dana untuk program PMT Ibu Hamil KEK berasal dari APBN, APBD, dan
Perusahaan Swasta. Akan tetapi anggaran ini sudah berupa produk yaitu biscuit siap
makan yang di droping langsung dari pusat, dari Kementrian Kesehatan. untuk
80
Dinas Kesehatan dan Puskesmas mereka tidak menyediakan dana untuk program
ini, karena sudah di droping dari pusat langsung. Apabila terjadi kekosongan stok,
Puskesmas tidak menganggarkan untuk membeli produk melainkan hanya
melakukan penyuluhan dan konseling sebagai penggantinya. Pendistribusian PMT
tidak menentu waktunya, bahkan tahun 2019 belum ada droping dari pusat.
Sehingga PMT tersebut tidak dapat diberikan kepada Ibu Haml KEK yang
membutuhkan.
Dapat disimpulkan bahwa anggaran yang digunakan oleh Puskesmas
Karanganyar untuk program PMT ibu hamil KEK sudah sesuai dengan Juknis PMT
dari Kemenkes.
5.1.1.3 Machine/ Sarana dan Prasarana
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rustam (2012), ketersediaan
sarana dan prasarana keberadaannya sangat penting dalam melaksanakan suatu
program kesehatan karena sarana dan prasarana merupakan alat penunjang untuk
mencapai tujuan dari suatu program. Sarana dan prasaran kesehatan meliputi
seberapa banyak fasilitas-fasilitas kesehatan, konseling maupun pusat-pusat
informasi bagi individu masyarakat.
Berdasarkan pernyataan dari wawancara mendalam dengan narasumber
tentang sarana dan prasarana, ketersediaan sarana dan prasarana di Puskesmas
Karanganyar dapat dipenuhi baik dari jenis dan jumlahnya. Sarana yang tersedia
untuk menunjang kegiatan program PMT Ibu Hamil seperti timbangan injak
manual, pita ukur, meja dan kursi, ANC, kelas ibu hamil, konseling dan Juknis
81
pelaksanaan program PMT. Untuk sarana penunjang bagi pelaksana program,
masing-masing mempuyai kompuer atau leptop untuk menginput data pada sistem
gizi.
Menurut hasil penelitian Lamabelawa (2006:102), mengatakan bahwa
pekerjaan seseorang untuk menjalankan tugasnya tingkat kualitas hasilnya sangat
ditentukan oleh sarana dan prasarana. Alat kerja yang canggih disertai pedoman dan
pelatihan penggunaannnya secara lengkap dan sempurna akan berpengaruh
terhadap produktifitas dan kualitas kerja yang optimal.
Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sarana dan
prasarana di Puskesmas sudah lengkap baik dari segi fisik, konseling, juknis
maupun sistem. Untuk menunjang terlaksananya suatu kegiatan maka harus
tercukupi sarana dan prasarananya.
5.1.1.4 Market/ Sasaran penerima PMT(Ibu Hamil KEK)
Pada ibu hamil KEK yang memiliki Lingkar Lengan Atas (LiLA) dibawah
23,5 cm diberikan MT disertai konseling yang bertujuan untuk meningkatkan status
gizi ibu. Jangka waktu pemberian MT pada ibu hamil KEK dapat lebih dari 1 bulan.
Ibu hamil harus menghabiskan MT yang diterima dan melakukan kunjungan ANC
termasuk melakukan pemantauan pertambahan berat badan sesuai standar kenaikan
berat badan ibu hamil dan atau LiLA.
Meunurut Juknis PMT (2019), Pada kehamilan trimester I diberikan 2
keping biskuit lapis per hari. Pada kehamilan trimester II dan III diberikan 3 keping
biskuit lapis per hari. Tiap bungkus MT ibu hamil berisi 3 keping biskuit lapis (60
82
gram). Pemberian MT ini sebagai MT Penyuluhan yang diberikan dengan waktu
pemberian maksimal 1 (satu) bulan disertai dengan edukasi. MT Ibu Hamil ini dapat
juga digunakan pada situasi darurat.
Sasaran program Pemberian Makanan Tambahan ibu hamil KEK di
Wilayah Kerja Puskesmas Karanganyar adalah semua ibu hamil yang mengalami
KEK berdasarkan ukuran LILA <23,5 cm dan ibu hamil yang mengalami anemia.
Hal tersebut d=sesuai dengan Juknis yang dibuat oleh pihak Puskesmas
Karanganyar Biasanya ukuran LiLA akan diketahui saat pemeriksaan rutin yang
dilakukan oleh ibu hamil. Ibu hamil dengan LiLA <23,5 cm akan didata dan diberi
PMT apabila stok PMT masih ada. Apabila stok PMT habis, maka akan diberi
penyuluhan dan konseling serta pengukuran rutin perbulan.
Kesimpulannya sasaran PMT ibu hamil KEK di Puskesmas Karanganyar
tidak sesuai dengan Juknis PMT dari Kemenkes tetapi mengikuti Juknis PMT dari
Puskesmas Karanganyar sendiri yaitu ibu yang mengalami anemia juga medapatkan
PMT.
5.1.1.5 Method/ Bentuk Pelayanan
Meunurut Juknis PMT (2019), pemberian makanan tambahan atau
suplementasi gizi khususnya bagi ibu hamil dan anak merupakan salah satu strategi
peningkatan akses pangan bergizi untuk pemenuhan kebutuhan anak dan ibu hamil
dalam mengatasi masalah gizi. Karena berdasarkan data Survei Diet Total (SDT)
tahun 2014 menunjukan masih kurangnya konsumsi harian ibu hamil dan anak dari
kebutuhannya berdasarkan angka kecukupan gizi. Lebih dari separuh balita (55,7%)
83
mempunyai asupan energi yang kurang dari Angka Kecukupan Energi (AKE) yang
dianjurkan. Pada kelompok ibu hamil baik di pedesaan maupun perkotaan lebih dari
separuhnya mengalami defisit asupan energi dan protein.
Pemberian MT pada ibu hamil dilakukan untuk memenuhi kecukupan gizi
ibu selama kehamilan dengan tetap mengkonsumi makanan keluarga sesuai gizi
seimbang. Pemberian MT pada ibu hamil terintegrasi dengan pelayanan Antenatal
Care (ANC).
Menurut Mengalik (2019), pendistribusian PMT dilakukan di Puskesmas
saat ibu hamil melakukan pemeriksaan ANC terpadu, pada tahapan pemeriksaan
gizi akan dilakukan skrining gizi, konseling dan edukasi gizi terlebih dahulu
kemudian diakhir dengan pemberian makanan tambahan.
Di Puskesmas Karanganyar apabila terjadi kekosongan stok PMT, maka
akan ada penyuluhan, kelas ibu hamil dan konseling. Menurut Prawita (2015), ibu
yang telah diberikan konseling kesadaran gizi serta melakukan pemeriksaan rutin
antenatal dapat meningkatkan perbaikan status gizi. Hal ini didukung oleh
penelitian Haoyue Gao dkk (2013), bahwa kepatuhan setidaknya untuk beberapa
nutrisi yang direkomendasikan, dengan penekanan khusus pada pendidikan
mengenai gizi dapat mengurangi kesenjangan status gizi yang terjadi. Hal ini
menunjukkan konseling dan penyuluhan juga penting bagi ibu hamil KEK.
Dipuskesmas karanganyar bentuk pelayanan PMT ibu hamil sudah sesuai
dengan JUknis PMT dari Kemenkes, yaitu terintegrasi dengan ANC dan dibarengi
dengan konseling dan penyluhan sebagai sarana penunjang.
84
5.1.1.6 Material/ PMT Pemulihan
Meunurut Juknis PMT (2019), biskuit Ibu Hamil diperkaya 11 macam
vitamin(A, D E, B1, B2, B3, B5, B6, B12, C, Folat) dan 7 macam mineral (Besi,
Kalsium, Natrium, Seng, Iodium, Fosfor, Selenium). Makanan Tambahan Ibu
Hamil berbentuk biskuit lapis dan rasa manis dibungkus dalam kemasan
alumunium foil berisi 3 keping, dengan rincian :
1. Setiap 3 (tiga) biskuit lapis dikemas dalam 1(satu) kemasan primer (berat
60 gram). Mengandung minimum 270 kalori, minimum 6 gram protein,
minimum 12 gram lemak.
2. Setiap 7 (tujuh) kemasan primet dikemas dalam 1 (satu) kotak kemasan
sekunder (berat 420 gram).
3. Setiap 4 (empat) kemasan sekunde dikemas dalam 1 (satu) kemasan tersier.
Di Puskesmas Karanganyar PMT bagi ibu hamil KEK sudah sesuai standar
karena dropingan langsung dari pusat dan tidak pernah membuat pengadaan sendiri.
Kadaluarsa, kemasan, dan penyimpanan selalu diperhatikan dari pihak puskesmas,
terutama gudang penyimpanan yang menggunakan alas kayu untuk penempatan
PMT agar boks tidak bersentuhan langsung dengan lantai
5.1.2 Aspek Proses
Menurut Pastuti (2018) menyebutkan, hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam melakukan proses yaitu menilai perencanaan program untuk mengetahui
target sasaran dari program PMT, pelaksanan program serta pengawasaan program
85
apakah telah mencapai target yang ditetapkan, serta mengidentifikasi kendala dan
masalah yang dihadapi dan pemecahannya.
5.1.2.1 Persiapan/ Perencanaan
Meunurut Juknis PMT (2019), dalam hal perencanaan, volume pengadaan
MT balita dan ibu hamil ditetapkan menggunakan prevalensi balita kurus usia 6 –
59 bulan dan prevalensi ibu hamil KEK yang bersumber dari data nasional. Dalam
tahap pelaksanaan, volume pengadaan MT balita dan ibu hamil ditetapkan dengan
data sasaran riil yang ditemukan berdasarkan rekapitulasi hasil kegiatan surveilans
gizi di puskesmas. Sebelum MT didistribusikan dilakukan inspeksi di gudang
penyedia terkait kesesuaian jumlah dan spesifikasi produk. Makanan tambahan
yang sudah diproduksi dan diinspeksi dibuktikan dengan Berita Acara Pemeriksaan
Barang (BAPB) oleh Panitia Penerima Hasil Pekerjaan Pengadaan MT baik di Pusat
atau di Daerah.
Dari hasil wawancara dengan pihak Dinas Kesehatan dan Puskesmas
Karanganyar, perencanaan program PMT Ibu Hamil di Puskesmas Karanganyar
dimulai dari sasaran jumlah penduduk yang nanti menjadi target ibu hamilnya
dalam setahun berapa, jadi awal tahun nanti ditetapkan ibu hamil sekian bayi baru
lahir sekian, itu sebagai dasar perencananya lalu data tersebut dikirim ke dinas dan
pusat. Setelah data tersebut dikirim, KEMENKES yang akan menentukan besaran
jumlah PMT yang akan diterima. Untuk perencanaannya Puskesmas Karanganyar
sudah sesuai dengan Juknis PMT dari Kemenkes.
86
5.1.2.2 Pelaksanaan
Setelah persiapan program pemberian makanan tambahan pemulihan telah
selesai dibuat maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan program. Pelaksanaan
program dapat berjalan dan berhasil apabila ada persiapan yang baik. Pelaksanaan
program pemberian makanan tambahan pemulihan terdiri dari pendistribusian dan
konseling. Pendistribusian paket makanan tambahan pemulihan merupakan proses
pemberian paket makanan tambahan ke ibu hamil KEK. PMT tersebut diberikan
langsung kepada ibu hamil KEK yang datang ke puskesmas. Dalam
pelaksanaannya, droping PMT dari pusat tidak menentu turunnya, dan jumlahnya
telah di tentukan oleh pusat. Dalam penditribusiannya, setelah Dinkes menerima
dari pusat, maka langsung di distribusikan ke masing-masing Puskesmas. Apabila
masih ada stok lebih, maka akan di taruh di rumah gizi. Setelah diberikan PMT ibu
hamil KEK juga diberikan edukasi tentang gizi. Setelah konseling diharapkan
individu dan keluarga mampu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi
masalahnya.
5.1.2.3 Pemantauan/Pengawasan
Meunurut Juknis PMT (2019), pemantauan merupakan komponen penting
dalam pengelolaan MT yang mencakup distribusi MT dan pemanfaatan oleh
sasaran. Kegiatan pemantauan merupakan proses untuk mengamati secara terus
menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan pedoman atau rencana yang sudah
disusun sebelumnya. Dengan dilakukan pemantauan nantinya akan diketahui jika
terjadi penyimpangan. Semua kebijakan publik, baik itu peraturan, larangan,
87
kebijakan retribusi atau apapun kebijakannya pastilah mengandung unsur control
(pengawasan) (Agustino, 2014:166).
Pemantauan yang dilakukan oleh kepala Puskesmas Karanganyar yaitu
dengan melihat laporan bulanan dan melakukan pengecekan ke lapangan.
Selanjutnya, pemantauan dari Dinas Kesehatan Kota Semarang juga dilakukan
dengan melihat laporan setiap bulan, selain itu juga melakukan kunjungan ke
puskesmas.
Pemantauan dari pihak Dinas Kesehatan dilakukan pada tiga sampai enam
bulan sekali. Sedangkan di puskesmas dilakukan sebulan sekali dan tiga bulan
sekali. Pemantauan di Puskesmas Karanganyar belum sesuai dengan Juknis PMT
dari Kemenkes karena pemantauan hanya dapat dilakukan pada distribusi saja, yaitu
dari pusat ke puskesmas dan dari puskesmas ke ibu hamil KEK saja. Sedangkan
untuk pemantauan pemanfaatanya baik dari pihak Dinkes maupun Puskesmas
belum dapat melaksanakannya. Mereka tidak dapat memastikan apakah PMT
tersebut dikonsumsi baik secara rutin maupuan tidak. Pihak puskesmas hanya
menanyai apakah PMT dikonsumsi dan memberikan penyuluhan agar PMT benar-
benar dikonsumsi. Hal ini dikarenakan tidak adanya kader atau petugas khusus
untuk memantau pemanfaatan atau pengkonsumsian PMT.
5.1.2.4 Pencatatan/Pelaporan
Pencatatan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui
bagaimana berjalannya program apakah dapat terlaksana dan dapat mencapai tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya. Pencatatan dapat dilakukan siapa saja yang ikut
88
terlibat dalam pelaksanaan program atau petugas pelaksana program. Sedangkan
pelaporan adalah pemberian hasil pencatatan yang telah dilakukan oleh petugas
kepada pihak yang berada diatasnya. Fungsi dari pencatatan dan pelaporan adalah
untuk mengetahui keberhasilan program dan sebagai bahan evaluasi program.
Evaluasi program akan digunakan sebagai masukan untuk pelaksanaan program
yang akan datang supaya nantinya program dapat berjalan lebih baik dari
sebelumnya.
Meunurut Juknis PMT (2019), pencatatan seluruh kegiatan distribusi
makanan tambahan sampai ke sasaran yang bersumber dari Pengadaan Pusat
maupun Pengadaan Daerah, dilakukan menggunakan formulir bantu manual yang
selanjutnya diinput ke dalam aplikasi pencatatan dan pelaporan elektronik
sigiziterpadu yang dapat diakses melalui alamat http:
//sigiziterpadu.gizi.kemkes.go.id.
Pencatatan administrasi gudang atau Stoc Opname MT dilakukan di Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas menggunakan formulir stock opname
makanan tambahan. Pengisian formulir pencatatan administrasi gudang MT di
puskesmas sama seperti di Dinkes Kabupaten/Kota. Pencatatan administrasi
gudang atau Stock Opname selanjutnya diinput ke aplikasi sigiziterpadu pada menu
Distribusi PMT. Pada aplikasi ini juga terdapat format BAST. Pencatatan distribusi
dan konsumsi MT dilakukan pada semua sasaran yang menerima MT. Pencatatan
ini bertujuan untuk mengetahui jumlah dan jenis MT yang diterima dan dikonsumsi
oleh sasaran. Formulir Distribusi dan Konsumsi MT pada sasaran dapat digunakan
untuk ibu hamildan balita. Formulir ini selanjutnya diinput ke aplikasi sigiziterpadu
89
pada modul e-PPGBM entry PMT. Pada menu tersebut, keterangan menerima
makanan tambahan melekat pada data masing-masing individu seperti data
penimbangan, pengukuran maupun pelayanan lainnya. Data sasaran balita dan ibu
hamil penerima MT yang sudah diinput oleh puskesmas dapat diamati perubahan
pertumbuhan berat badan dan status gizi nya setiap saat. Rekapitulasi dan pelaporan
secara otomatis dilakukan oleh sistem aplikasi, dan umpan balik dapat dilakukan
secara berjenjang pada waktu yang bersamaan sehingga lebih efektif dan efisien.
Di Puskesmas Karanganyar pencatatan dan pelaporan menggunakan sistem
atau online dan juga manual. Pencatatan dimulai dari gasurkes, bidang gizi dan
KIA. Untuk pelaporan ke kepala puskesmas menggunakan laporan bulanan atau per
tiga bulan. Sedangkan pelaporan untuk ke Dinkes menggunakan email dan sistem.
Hal tersebut menunjukkan bahwa sistem pencatatan da pelaporan di Puskesmas
Karanganyar sudah sesuai dengan Juknis PMT dari Kemenkes.
5.1.3 Aspek Output
Output mengenai evaluasi program penanggulangan gizi kurang di
Puskesmas Karanganyar yaitu, Status gizi ibu hamil KEK, dan capaian pemberian
makanan tambahan (PMT).
5.1.3.1 Capaian Pemberian Makanan Tambahan
Status gizi merupakan indikator kesehatan yang penting karena gizi ibu
hamil berhubungan dengan gizi bayinya. Program 1000 hari kehidupan dimuai
sejak ibu hamil atau anak masih dalam kandungan. Ibu hamil rentan terhadap
kesehatan gizi salah satunya adalah kekurangan energi kronis (KEK). Salah satu
90
upaya peningkatan status gizi ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Karangannyar
yaitu dengan mengadakan PMT ibu hamil. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Alita & Ahyanti (2013), keberhasilan pemberian makanan tambahan berhubungan
dengan perencanaan, pelaksanaan, pencatatan, penilaian dan pelaporan.
Hasil penilitian yang dilakukan wilayah kerja Puskesmas Karanganyar,
pemberian makanan tambahan telah sesuai dengan prosedur apabila stok masih ada.
Pemberian PMT bukan hanya pada ibu hamil KEK saja tetai diberikan juga untuk
ibu hamil yang mengalami anemia, hal ini sejalan dengan juknis yang dibuat oleh
Puskesmas Karanganyar. Tetapi untuk pemantauan dimakan atau tidak, itu belum
dapat dipantau. Pengukuran LiLA perbulan juga kadang tidak dilakukan. Dan
makanan apa saja yang dimakan tidak diketahui oleh pihak puskesmas.
Berdasarkan telaah dokumen tentang cakupan pemberian makanan
tambahan hanya ada di tahun 2018. Sedangkan untuk tahun 2019 belum dilakukan
pemberian makanan tambahan karena stoknya belum ada, dan tidak ada dropingan
dari pusat. Unuk capaian Program PMT ibu hamil di Puskesmas Kanganyar masih
kurang dan belum maksimal karena masih banyak kendala dan beberapa bagian dari
program tidak sesuai dengan panguan Juknis dari Kemenkes.
5.1.3.2 Status Gizi Ibu Hamil KEK
Hasil penelitian yang dilakukan di Kota Surabaya mengemukakan bahwa
pemberian makanan tambahan (PMT) mampu memberikan perubahan status gizi
ibu hamil KEK menjadi normal. Tetapi masih terdapat faktor lain yang
mempengaruhi status gizi ibu hamil KEK seperti pola makan, konsumsi makanan,
91
status ekonomi, status kesehatan dan faktor internal seperti beban kerja berlebihan
dan pengetahuan gizi kurang baik (Nugrahini, 2013).
Hasil penelitian Kathleen dan Drora Fraser (2010), mengemukakan
pemberian intervensi pada ibu hamil dengan KEK berefek positif pada bobot lahir
bayi. Penelitian ini mengungkapkan bahwa risiko terjadinya BBLR dapat menurun
jika dilakukan intervensi. Penelitian di Palembang oleh Pastuti (2018) menyatakan,
berdasarkan analisis data menunjukan perbandingan ukuran LILA sebelum PMT-P
pada ibu hamil dan setelah PMT-P diberikan selama 90 hari, menunjukan tidak ada
ukuran LILA ibu hamil yang berkurang setelah PMT-P. Sebanyak 103 ibu hamil
mengalami pertambahan ukuran LiLA setelah PMT-P dan 6 ibu hamil dengan tidak
ada penambahan ukuran LILA. Hasil Uji Wilcoxon menunjukan nilai significancy
0,001 (p<0,05) dengan demikian dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang
bermakna ukuran LILA sebelum PMT dan setelah PMT pada Ibu Hamil KEK.
Sebagian kecil ibu hamil yang mendapatkan PMT tidak mengalami perubahan pada
ukuran LiLA selama mendapatkan PMT, hal ini kemungkinan dikarenakan ibu
yang tidak rutin mengkonsumsi makanan tambahan, ataupun asupan gizi pokok
baik kuantitas maupun kualitas masih belum memenuhi standar asupan gizi
seimbang, ataupun faktor karakteristik ibu berdasarkan usia serta gaya hidup ibu
yang tidak sehat.
Penelitian yang dilakukan di Yogyakarta tentang pengaruh PMT-P pada ibu
hamil terhadap berat lahir bayi dengan jumlah sampel 128 ibu hamil didapatkan
hasil rerata berat lahir bayi pada kelompok perlakuan adalah 3.248 g dan kelompok
pembanding 2.974 g dengan perbedaan rerata berat lahir bayi sebesar 274 g
92
(p=0,0002; 95%CI:131-416) sehingga PMT-P terbukti secara signifikan
berpengaruh terhadap berat lahir bayi (Zulaidah, 2014).
Analisis data kuantitatif diolah dengan uji Mann-Whitney, menunjukkan
hasil bahwa program PMT pada ibu hamil KEK hanya mampu memperbaiki status
gizi menjadi normal sebesar 13%. Asupan energi dan protein ibu hamil KEK setelah
program PMT mampu mengubah status gizi menjadi normal sebesar 20%. Tidak
terdapat perbedaan asupan energi dan protein setelah program PMT-P terhadap
status gizi ibu hamil KEK dan normal (p>0,05) (Nugraheni, 2014).
Dari hasil wawancara dengan informan pihak Dinas Kesehatan, peningkatan
LiLA tidak dapat terjadi begitu cepat, butuh waktu beberpa bulan. Sedangkan
menurut penelitian yang telah di lakukan, ibu yang mengkonsumsi PMT lebih dari
tiga bulan mengakibatkan bayi tumbuh terlalu besar. Untuk saat ini lebih
dipentingkan untuk perkembangan bayinya, jadi walaupun LiLA nya ibu kecil, tapi
kalau janinnya sudah sesuai berat dan sehatnya maka itu juga dapat menjadi acuan.
Serta kelahiran bayi yang normal atau tidak terjadi BBLR pada bayi yang lahir dai
ibu hamil KEK juga dapat dijadikan acuan peningkatan status gizi ibu. Berdasarkan
hasil wawancara dan telaah dokumen, di Puskesmas Karanganyar Sendiri, ibu
hamil yang KEK tidak tercatat bayinya mengalami BBLR. Hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa terjadi peningkatan gizi pada ibu hamil KEK penerima PMT di
Puskesmas Karanganyar.
93
5.2 HAMBATAN DAN KELEMAHAN PENELITIAN
5.2.1 Hambatan Penelitian
Wawancara terhadap informan triangulasi dilakukan dirumah informan jadi
peneliti mengalami kesulitan dalam mencari rumah informan.
5.2.2 Kelemahan Penelitian
Penelitian ini berfokus pada Program PMT ibu hamil KEK, terdapat
beberapa faktor yang mungkin berpengaruh pada status gizi ibu hamil KEK tidak
diteliti pada penelitian ini.
94
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa :
1. Input, sumber daya manusia yang ada di Puskesmas Karanganyar masih
kuranng terutama untuk kader/ petugas pemantauan pemanfaatan PMT ibu
hamil KEK. Dana pada program PMT Ibu Hamil hanya berupa PMT yang di
dapat dari Dinkes atau langsung dari pusat yang sudah berupa biscuit siap
makan. Sarana dan prasarana pada program PMT Ibu Hamil di Puskesmas
Karanganyar dinilai sudah cukup. Sasarannya mengikuti Juknis Puskesmas.
Bentuk pelayanannya berupa pemberian PMT, ANC, kelas ibu hamil, dan
konseling. PMT nya berupa biskuit lapis dan rasa manis dibungkus dalam
kemasan alumunium foil.
2. Proses, perencanaannya dimulai dari prevalensi ibu hamil KEK yang
bersumber dari data nasional yang dikirim oleh puskesmas. Pelaksanaanya
dilapangan, waktu droping tidak menentu, bahkan hampir setahun belum ada
droping dari pusat. Pemantauan dilakukan setiap sebulan sekali di puskesmas
dan tiga bulan sekali dari Dinas Kesehatan Kota Semarang dan hanya
pemantauan ditribusi saja, pemantauan pemanfaatan belum dilakukan.
Pencatatan dan pelaporannya menggunkan manual dan online. Untuk yang
online menggunakan email atau aplikasi yang langsung terhubung dengan
pusat.
95
3. Output, pemberin PMT hanya dapat dipantau sampai pendistribusian kepada
ibu hamil KEK, tetapi untuk pemantauan penkonsumsian belum dilakukan.
Penambahan ukuran LiLA merupakan output dari program PMT Ibu Hamil,
tapi kenyataanya untuk meningkatkan ukuran LiLA butuh waktu yang tidak
sebentar, banyak ibu hamil KEK susah naik LiLAnya. Untuk output lain dapat
dilihat dari kelahiran bayinya, apakah BBLR atau tidak. Di Puskesmas
Karangayar Ibu hamil yang mempunyai riwayat KEK tetapi menerima PMT
banyak yang bayinya tidak BBLR.
6.2 SARAN
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini yaitu :
1. Bagi Dinas Kesehatan
Menambah SDM, agar beban kerja lebih efisien dan dapat melaksanakan tugas
dengan baik.
2. Bagi Puskesmas
a. Meningkatkan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang
tujuan program pemberian makanan tambahan. Kalau bisa jangan hanya
ibu hamilnya saja tapi juga suami atau anggota keluarganya juga, agar
mereka mengerti pentingnya PMT dan tidak ikut mengkonsumsiya.
b. Pengawasan program pemberian makanan tambahan harus lebih
ditingkatkan supaya program dapat berjalan sesuai dengan rencana dan
dapat mencapai tujuan.
96
3. Bagi masyarakat
a. Masyarakat dan lintas sektor perlu mendukung dan berpartisipasi dalam
pelaksanaan program pemberian makanan tambahan secara bersama-sama
demi tercapainya tujuan program.
b. Masyarakat terutama suami harus lebih memperhatikan kebutuhan gizi
yang diperlukan oleh keluarga terutama kebutuhan gizi ibu hamil serta
memberi semangat dan motivasi untuk mengkonsumsi PMT yang
diberikan.
4. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti selanjutnya untuk melanjutkan penelitian lebih lanjut,
misalnya dengan menggunakan metode dan desain penelitian lain untuk
mengetahui dan meneliti faktor lain menegani program PMT ibu hamil
97
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, Saba., Miruts, Gebremeskel., & Shumye, Ashenafi. (2015). Magnitude
of chronic energy deficiency and its associated factors among women of
reproductive age in the Kunama population,Tigray, Ethiopia, in 2014. BMC
Nutrition, 1:12.
Abu- Saad, Kathleen, Drora Fraser.(2010).Maternal nutrition and birth outcome.
Israel: Oxford Journal.
Agustino, Leo. (2014). Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Alfabeta. Bandung.
Aprianti, E. (2017) Gambaran Kejadian Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada
Ibu Hamil di Puskesmas Kasihan I Bantul Yogyakarta Tahun 2017.
Yogyakarta: SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL
ACHMAD YANI.
Dinas Kesehatan Kota Semarang. (2019). Laporan Tahunan Bidang Kesehatan
Masyarakat tahun 2018. Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang.
Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat Kementrian Kesehatan. (2017). Laporan
Kinerja Ditjen Kesehatan Masyarakat Tahun 2016. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.
Elvandari, Fulinda. (2018). Kajian Pelaksanaan Program Pmeberian Makanan
Tambahan (PMT) pada Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis (KEK)(Studi
pada Puskesmas Cakru Kecamatan Kencong Kabupaten Jember Thun
2017).Skripsi. Jember: Universitas Jember.
Gao H, Stiller CK, Scherbaum V, Biesalski HK, Wang Q, Hormann E, et al. (2013)
Dietary intake and food habits of pregnant women residing in urban and
rural areas of deyang city. sichuan province. china. Nutrients.
Hadiriesandi, Monica. (2016). Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan
Pemulihan Untuk Balita Gizi Buruk di Puskesmas Andong Kabupaten
Boyolali.Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Indrawati, Siti. (2015). Hubungan Status Gizi Ibu Hamil Dengan Kejadian BBLR
di Wilayah Puskesmas Minggir Kabupaten Sleman. Yogyakata: Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Insana, Sari.(2018). Efektivitas Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Pada Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronik (KEK) di Wilayah Kerja
Puskesmas Alosika Kabupaten Konawe Tahun 2018.Skripsi. Kendari:
Politeknik Kesehatan Kendari.
Izwardi, Doddy. (2019). Kebijakan dan Strategi Penangulangan Stunting di
Indonesia. FGD Skrining Malnutrisi pada Anak di Rumah Sakit. (pp. 25).
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
98
Kementrian Kesehatan RI.(2007).Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor
369/MENKES/SK/ III/2007. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan RI. (2011). Panduan Penyelenggaraan Pemberian
Makanan Tambahan Bagi Balita Gizi Kurang (Bantuan Operasional
Ksehatan). Jakarta: Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Kementrian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Departemen Kesehatan.
Kementrian Kesehatan RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 tahun
2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kementrian kesehatan
RI.
Kemetrian Kesehatan RI dan WHO. (2013) Buku Saku Pedoman Pelayanan Gizi
Bagi Petugas Puskesmas. Jakarta: Kementrian Republik Indonesia.
Kementrian Kesehatan RI.(2016). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 51 tahun
2016 Tentang Standar Produk Suplementasi Gizi. Jakarta: Kementrian
kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan RI.(2016). Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015.
Jakarta: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI.
Kementrian Kesehatan RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. (2017).
Petunjuk Teknis Pemberian Makanan Tambahan (balita-ibu hamil-anak
sekolah). Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. (2019).
Petunjuk Teknis Pemberian Makanan Tambahan (balita-ibu hamil-anak
sekolah). Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan RI. (2018). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan RI. (2018). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan
(Situasi Balita Pendek (stunting) di Indonesia. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan RI.
Mangalik, Gelora., Koritelu, R. Trikoriyanto ., Amah, Mirna Wala., Junezar,
Rananda., I, Omega Peggy., Kbarek, Widi, Ristia. (2019). Program
Pemberian Makanan Tambahan:Studi Kasus Pada Ibu Hamil Dengan
Kurang Energi Kronis Di Puskesmas Cebongan Salatiga. Jurnal Ilmu
Keperawatan dan Kebidanan, 10(1): 111-115.
Mekar, S. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Dalam Bidang
Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta
Mubarak, Iqbal Mubarak. (2012). Ilmu Kesehatan Masyarakat : Konsep dan
Aplikasi dalam Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
99
Nisa, Linda Syahadatun., Sandra, Cristyana., & Utami, Sri. (2018). Penyebab
Kejadian Kekurangan Energi Kronis Pada Ibu Hamil Risiko Tinggi dan
Pemanfaatan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Jelbuk Jember.
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia, 6(2): 136-142.
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta
Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar,
Jakarta, PT. Rineka cipta.
Nugrahini EY, Effendi J, Herawati D. Asupan energi dan protein setelah program
pemberian makanan tambahan pemulihan ibu hamil kurang energi kronik
di puskesmas kota surabaya. Universitas Padjadjaran; 2013.
Pastuty, Rosyanti., KM, Rochmah., & Hrawati, Teti. 2018. Efektifitas Program
Pemberian Makanan Tambahan-Pemulihan Pada Ibu Hamil Kurang Energi
Kronik di Kota Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 9(3):179-
188.
Prawita, Arsy.,Susanti, Ari Indra.,Sari, Puspa. (2017). Survei Intervensi Ibu Hamil
Kurang Energi Kronik (KEK) di Kecamatan Jatinangor Tahun 2015. JSK,
2(4): 186-191.
Rustam S. 2012. Evaluasi Pelaksanaan Program Pemberian Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) (Studi Kasus di Puskesmas Konda
Kabupaten Konawe Selatan), Tesis, Universitas Indonesia
Sandjaja. (2009). Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) Pada Ibu Hamil di
Indonesia. Gizi Indon, 32(2):128-138.
Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan. Nuha
Medika. Yogyakarta
Sugiyono, P.D. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Vol. 8).
Alfabeta. Bandung
Syahputra, Ridwan. (2016). Evaluasi Program Penanggulangan Gizi Kurang di
Wilayah Kerja Puskesmas Bugangan Kecamatan Semarang Timur Kota
Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Zulaidah, H.S., Kandarina. I., Hakimi, M. (2014). Pengaruh Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) pada Ibu Hamil Terhadap Berat Lahir Bayi.
Jurnal Gizi Klinik Indonesia UGM, 11(2): 61-71
100
LAMPIRAN
101
Lampiran 1
Surat Keputusan Pembimbing
102
Lampiran 2
Surat izin penelitian dari Fakultas Ilmmu Keolahragaan, UNNES
103
Lampiran 3
Surat izin penelitian dari Kesbangpol
104
105
Lampiran 4
Ethical Clearance
106
107
108
109
110
111
112
113
114
Lampiran 5
Surat telah melaksanakan penelitian
115
Lampiran 6
Instrumen Penelitian
PEDOMAN WAWANCARA MWNDALAM
EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT)
PADA IBU HAMIL KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGANYAR KOTA SEMARANG
Untuk Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Gizi Dinas Kesehatan
Kota Semarang
I. Identitas Informan
1. Nama Informan :
2. Tempat Tanggal Lahir :
3. Pendidikan Terakhir :
4. Lama bekerja sebagai pelaksana kegiatan PMT Ibu Hamil KEK :
5. No. HP :
II. Daftar Pertanyaan
INPUT
1. Sejak kapan program PMT ibu hamil KEK diselenggarakan di Kota
Semarang?
2. Siapa saja yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan PMT di
Kota Semarang?
3. Apakah SDM nya sudah sesuai dengan beban kerja?
4. Apa saja peran staf yag terkait kegiatan PMT Ibu hamil KEK di Kota
Semarang tersebut?
5. Dari mana sumber dana untuk program tersebut dan bagaimana
pengeolaannya?
6. Bagaimana kriteria Ibu hamil yang mendapatkan PMT di Kota Semarang?
7. Apa saja sarana penunjang untuk program PMT ibu hamil?
8. Apakah di Dinkes ada buku panduan untuk Program PMT ibu hamil?
9. Apa bentuk PMT yang diberikan dalam kegitan PMT Ibu hamil KEK di
Kota Semarang?
10. Bentuk programnya sendiri itu bagaimana?
116
PROSES
1. Bagaimana perencanaan program PMT Ibu hamil KEK di Kota Semarang?
2. Bagaimana pendistribusian dan penyimpaan PMT Ibu hamil dari pihak
Dinas Kesehatan Kota ke Puskesmas?
3. Kendala apa sajakah yang biasanya muncul dalam kegiatan PMT Ibu hamil
KEK di Kota Semarang? Baik yang terjadi ditingkat Dinkes maupun dalam
pelaksanaan yang dilaporkan oleh petugas gizi di Puskesmas?
4. Bagaimana cara mengatasi kendala yang terjadi dalam kegiatan PMT Ibu
hamil KEK di Kota Semarang?
5. Apakah yang dilakukan pihak Dinas kesehatan dan Puskesmas apabila di
puskesmas mengalami kekosongan PMT? Dan mengapa?
6. Bagaimana proses pemantauan program PMT Ibu hamil dari pihak Dinas
Kesehatan Kota ke Puskesmas?
7. Apakah ada waktu evaluasi khusus dari pihak Dinkes ke Puskesmas?
8. Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporannya?
OUTPUT
1. Bagaimana pencapaian program PMT ibu hamil KEK di Kota Semarang?
2. Apakah hasil dari kegitan PMT Ibu hamil KEK di Kota Semarang sudah
dapat diukur tingkat keberhasilannya? Jika iya, bagaimana hasil yang
didapatkan? Jika tidak, mengapa?
117
PEDOMAN WAWANCARA MWNDALAM
EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT)
PADA IBU HAMIL KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGANYAR KOTA SEMARANG
Untuk Kepala Puskesmas Karanganyar
I. Identitas Informan
1. Nama Informan :
2. Tempat Tanggal Lahir :
3. Pendidikan Terakhir :
4. Lama bekerja sebagai pelaksana kegiatan PMT Ibu Hamil KEK :
5. No. HP :
II. Daftar Pertanyaan
INPUT
1. Siapa saja yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan PMT
di Puskesmas Karanganyar?
2. Jika dilihat berdasarkan kebutuhan sasaran program PMT, apakah
ketersediaan SDM untuk program PMT di Puskesmas Karanganyar
sudah mencukupi??
3. Siapa saja yang staf yang terlibat dalam Program PMT di Puskesmas
Karanganyar?
4. Dari mana sumber dana untuk program tersebut dan berapa besar
dananya?
5. Apa saja sarana yang disediakan untuk program PMT di Puskesmas
Karanganyar?
6. Adakah panduan/ pedoman/ petunjuk teknis pelaksanaan program PMT
dari Puskesmas?
7. Siapakah sasaran untuk program PMT dan bagaimana cara penentuan
sasaran serta siapa saja yang terlibat dan seperti apa peran Anda dalam
penentuan sasaran?
8. Bagaimana bentuk pelayanan program PMT dari Puskesmas?
9. Apa saja bahan paket PMT darimana bahan PMT tersebut diperoleh?
PROSES
1. Bagaimana perencanaan program PMT Ibu hamil KEK di Puskesmas
Karangayar?
118
2. Bagaimana pendistribusian dan penyimpaan PMT Ibu hamil dari pihak
Puskesmas kepada ibu hamil KEK?
3. Kendala apa sajakah yang biasanya muncul dalam kegiatan PMT Ibu
hamil KEK di Puskesmas Karangayar?
4. Apakah yang dilakukan pihak puskesmas apabila di mengalami
kekosongan PMT? Dan mengapa?
5. Bagaimana proses pemantauan program PMT Ibu hamil dari Kepala
Puskesmas?
6. Siapa yang menjadi pengawas dan penilai dalam kegiatan PMT Ibu
hamil KEK di Puskesmas Karanganyar?
7. Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporannya?
OUTPUT
1. Bagaimana pencapaian Program PMT ibu hamil KEK di Puksesmas
Karanganyar ?
2. Apakah ibu haml KEK mengalami kenaikan status gizi setelah pemberian
makanan tambahan?
119
PEDOMAN WAWANCARA MWNDALAM
EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT)
PADA IBU HAMIL KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGANYAR KOTA SEMARANG
Untuk Kepala Penanggung jawab Porgram PMT ibu hamil KEK di Puskesms
Karanganayar
I. Identitas Informan
1. Nama Informan :
2. Tempat Tanggal Lahir :
3. Pendidikan Terakhir :
4. Lama bekerja sebagai pelaksana kegiatan PMT Ibu Hamil KEK :
5. No. HP :
II. Daftar Pertanyaan
INPUT
1. Sejak kapan program PMT ibu hamil KEK diselenggarakan di
Puskesmas Kranganyar?
2. Siapa saja yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan PMT
di Puskesmas Karanganyar?
3. Jika dilihat berdasarkan kebutuhan sasaran program PMT, apakah
ketersediaan SDM untuk program PMT di Puskesmas Karanganyar
sudah mencukupi??
4. Dari mana sumber dana untuk program tersebut dan berapa besar
dananya?
5. Apa saja sarana yang disediakan untuk program PMT di Puskesmas
Karanganyar?
6. Adakah panduan/ pedoman/ petunjuk teknis pelaksanaan program PMT
dari Puskesmas?
7. Siapakah sasaran untuk program PMT dan bagaimana cara penentuan
sasaran serta siapa saja yang terlibat dan seperti apa peran Anda dalam
penentuan sasaran?
8. Bagaimana bentuk pelayanan program PMT dari Puskesmas?
9. Apa saja bahan paket PMT darimana bahan PMT tersebut diperoleh?
120
PROSES
1. Bagaimana perencanaan program PMT Ibu hamil KEK di Puskesmas
Karangayar?
2. Bagaimana pendistribusian dan penyimpaan PMT Ibu hamil dari pihak
Puskesmas kepada ibu hamil KEK?
3. Kendala apa sajakah yang biasanya muncul dalam kegiatan PMT Ibu
hamil KEK di Puskesmas Karangayar?
4. Bagaimana cara mengatasi kendala yang terjadi dalam kegiatan PMT
Ibu hamil KEK di Puskesmas Karangayar?
5. Apakah yang dilakukan pihak puskesmas apabila di mengalami
kekosongan PMT? Dan mengapa?
6. Bagaimana proses pemantauan program PMT Ibu hamil dari Kepala
Puskesmas?
7. Apakah ada waktu khusus yang dilakukan untuk mengevaluasi
pemberian PMT kepada Ibu hamil KEK ?
8. Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporannya?
OUTPUT
1. Bagaimana pencapaian Program PMT ibu hamil KEK di Puksesmas
Karanganyar ?
2. Apakah ibu hamil KEK mengalami kenaikan status gizi setelah pemberian
makanan tambahan?
121
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT)
PADA IBU HAMIL KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGANYAR KOTA SEMARANG
Untuk Tenaga Gizi di Puskesmas Karanganyar
I. Identitas Informan
Nama Informan :
Tempat Tanggal Lahir :
Pendidikan Terakhir :
Lama bekerja sebagai pelaksana kegiatan PMT Ibu Hamil KEK :
No. HP :
II. Daftar Pertanyaan
INPUT
1. Sejak kapan program PMT ibu hamil KEK diselenggarakan di
Puskesmas Kranganyar?
2. Siapa saja yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan PMT
di Puskesmas Karanganyar?
3. Jika dilihat berdasarkan kebutuhan sasaran program PMT, apakah
ketersediaan SDM untuk program PMT di Puskesmas Karanganyar
sudah mencukupi??
4. Dari mana sumber dana untuk program tersebut dan berapa besar
dananya?
5. Apa saja sarana yang disediakan untuk program PMT di Puskesmas
Karanganyar?
6. Adakah panduan/ pedoman/ petunjuk teknis pelaksanaan program PMT
dari Puskesmas?
7. Siapakah sasaran untuk program PMT dan bagaimana cara penentuan
sasaran serta siapa saja yang terlibat dan seperti apa peran Anda dalam
penentuan sasaran?
8. Bagaimana bentuk pelayanan program PMT dari Puskesmas?
9. Apa saja bahan paket PMT darimana bahan PMT tersebut diperoleh?
PROSES
1. Bagaimana perencanaan program PMT Ibu hamil KEK di Puskesmas
Karangayar?
122
2. Bagaimana pendistribusian dan penyimpaan PMT Ibu hamil dari pihak
Puskesmas kepada ibu hamil KEK?
3. Bagaimana pelaksanaannya, apakah sudah sesuai dengan petunjuk
teknis PMT?
4. Kendala apa sajakah yang biasanya muncul dalam kegiatan PMT Ibu
hamil KEK di Puskesmas Karangayar?
5. Bagaimana cara mengatasi kendala yang terjadi dalam kegiatan PMT
Ibu hamil KEK di Puskesmas Karangayar?
6. Apakah yang dilakukan pihak puskesmas apabila di mengalami
kekosongan PMT? Dan mengapa?
7. Bagaimana proses pemantauan program PMT Ibu hamil dari Kepala
Puskesmas?
8. Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporannya?
OUTPUT
1. Bagaimana pencapaian Program PMT ibu hamil KEK di Puksesmas
Karanganyar ?
2. Apakah ibu hamil KEK mengalami kenaikan status gizi setelah pemberian
makanan tambahan?
123
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT)
PADA IBU HAMIL KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGANYAR KOTA SEMARANG
Untuk Tenaga Gasurkes di Puskesmas Karanganyar
I. Identitas Informan
1. Nama Informan :
2. Tempat Tanggal Lahir :
3. Pendidikan Terakhir :
4. Lama bekerja sebagai pelaksana kegiatan PMT Ibu Hamil KEK :
5. No. HP :
II. Daftar Pertanyaan
INPUT
1. Apakah anda mengetahui tetang Prgram PMT ibu hamil KEK?
2. Jika dilihat berdasarkan kebutuhan sasaran program PMT, apakah
ketersediaan SDM untuk program PMT di Puskesmas Karanganyar
sudah mencukupi?
3. Siapa saja yang staf yang terlibat dalam Program PMT di Puskesmas
Karanganyar?
4. Dari mana sumber dana untuk program tersebut dan berapa besar
dananya?
5. Apa saja sarana yang disediakan untuk program PMT di Puskesmas
Karanganyar?
6. Adakah panduan/ pedoman/ petunjuk teknis pelaksanaan program PMT
dari Puskesmas?
7. Siapakah sasaran untuk program PMT dan bagaimana cara penentuan
sasaran serta siapa saja yang terlibat dan seperti apa peran Anda dalam
penentuan sasaran?
8. Bagaimana bentuk pelayanan program PMT dari Puskesmas?
9. Apa saja bahan paket PMT darimana bahan PMT tersebut diperoleh?
PROSES
1. Bagaimana perencanaan program PMT Ibu hamil KEK di Puskesmas
Karangayar?
2. Bagaimana pendistribusian dan penyimpaan PMT Ibu hamil dari pihak
Puskesmas kepada ibu hamil KEK?
3. Kendala apa sajakah yang biasanya muncul dalam kegiatan PMT Ibu
hamil KEK di Puskesmas Karangayar?
124
4. Bagaimana proses pemantauan program PMT Ibu hamil dari Kepala
Puskesmas?
5. Kalau pemantauan dari gasurkes ke ibu hamil kEK terkait PMT
bagaiamna?
6. Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporannya?
OUTPUT
1. Bagaimana pencapaian Program PMT ibu hamil KEK di Puksesmas
Karanganyar ?
2. Apakah ibu hamil KEK mengalami kenaikan status gizi setelah
pemberian makanan tambahan?
125
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT)
PADA IBU HAMIL KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGANYAR KOTA SEMARANG
Untuk ibu hamil KEK penerima PMT di Puskesmas Karanganyar
I. Identitas Informan
Nama Informan :
Tempat Tanggal Lahir :
Pendidikan Terakhir :
Lama bekerja sebagai pelaksana kegiatan PMT Ibu Hamil KEK :
No. HP :
II. Daftar Pertanyaan
1. Apakah ibu mengetahui tentang program PMT untuk ibu hamil KEK?
2. Apakah ibu mendapatkan bahan PMT secara rutin?
3. Sejak kapan ibu menerima PMT?
4. PMT yang diberikan kepada ibu berupa apa saja?
5. Berapa jumlah PMT yang ibu terima?
6. Yang memberikan PMT siapa dan dimana ?
7. Apa ibu sudah merasa cukup dengan sarana yang disediakan untuk program
PMT bumil?
8. Siapa saja yang mengonsumsi PMT?
9. Apakah ada petugas khusus yang menayai atau memantau penkonsumsian
PMT ?
10. Apakah petugas gizi dan gasurkes, memberi motivasi/ dorongan kepada ibu
untuk mengikuti program PMT? Jika iya, motivasi seperti apa yang
diberikan?
11. Apakah berat badan ibu bertamabah setelah mngkonsumsi PMT?
12. Apakah ada keluhan apada saat dan setelah mengkosumsi PMT? Jika iya,
apa keluhan tersebut?
13. Apakah dikonsumsi secara rutin?
14. Rasanya bagaimana?
126
Lampiran 7
Hasil Wawancara
1. Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Gizi Dinas Kesehatan Kota
Semarang
No. Pertanyaan Hasil Wawancara
INPUT
1. Sejak kapan program PMT ibu
hamil KEK diselenggarakan
di Kota Semarang?
Oh itu ya sudah sejak lama, sebelum
saya disini ya sudah ada.
2. Siapa saja yang bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan
kegiatan PMT di Kota
Semarang?
Yang namanya program, yang
bertanggungjawab ya dari kepala
dinas to ya, Kabid, Kasi begitu, nah
kalo yang bertanggungjawab ya itu.
Kalo dari bidangnya itu Kesmas,
seksinya berarti kalo PMT itu kita
bergandengan dengan KIA, jadi
inikan pemberdayaan masyarakat dan
gizi, ditambah dengan KIA karena
yang punya ibu hamilnya dari sana.
3. Apakah SDM nya sudah
sesuai dengan beban kerja?
Kalo di dinkes sendiri itu kita kurang,
karna ini aja kita sudah nabahin non
ASN dua orang, kan gitu, belum lagi
rumah pelangi aja belum ada yang
nggarap. Jadi untuk rumah pelangi
yang untuk stanbay disana nggak ada,
hanya penjaga malem.
4. Apa saja peran staf yag terkait
kegiatan PMT Ibu hamil KEK
di Kota Semarang tersebut?
Tenaga nutrisioneis itu ada tiga ASN
dua non ASN, penjaga malam di
rumah gizi satu orang, pramusaji satu
127
orang untuk di rumah gizi. Untuk
SKM ada dua orang di seksi kita .
5. Dari mana sumber dana untuk
program tersebut dan
bagaimana pengeolaannya?
Dari APBN, kemudian APBD
kemudian ada juga dari CSR. CSR itu
dari perusahaaan-perusahaan swasta
itu lho dek. Cuman kebanyakan yang
swasta itu kebanyakan si PMTnya
kebanyakan PMTnya balita.
6. Bagaimana kriteria Ibu hamil
yang mendapatkan PMT di
Kota Semarang?
Ini kan ibu hamil, sebenarnya
sasaranya bisa, kaitannya untuk PMT
penyuluhan, PMT penyuluhan kepada
seluruh ibu hamil gitu ya, ada PMT
infeksi, PMT infeksi adalah untuk ibu
hamil KEK tapi untuk saat ini kita ada
untuk memenuhi untuk ibu hamil
KEK, sasarannya adalah untuk ibu
hamil KEK.
7. Apa saja sarana penunjang
untuk program PMT ibu
hamil?
Sarana ANC itu masuk sarana
penunjang lain nggak, kita wajibkan
ibu hamil itu untuk senantiasa ANC,
sampai kan minimal kan K4,
walaupun kan sebenarnya harusnya
kan nggak harus k4 ya, harapannya
ibu hamil rutin dengan kesehatannya.
Dan sebenarnya penaganan ini ibu
hamil kek, sekarang kan remaja-
remaja pada diet to mbak, yak an, trus
akhire ini ne kecil-kecil to lengannya
sini kecil to jadi kek, lha untuk
ngedekkan itukan lama kan, kan gitu
ya, pemberian pmt itu sebenarnya,
untuk menangani ibu kek dalam
waktu beberapa bulan, bayangin lah
jenengan lah udah kecil gini terus
kepengen tidak kek itu kan prosesnya
128
lama kan. Kita dalam pemberian PMT
itu memang focus untuk bagaimana
perkembangan kesehatan janinnya
kan gitu, makanya untuk selain
pemberian PMT karena untuk
meningkatkan ibu hamil kek menjadi
ibu hamil normal yang kita perhatkan
adalah perkembangan janinnya,
karena, kenapa sih kita openi ibu
hamil kek, itu karena kita lagi ingin
menyelamatkan yang seribu hari
kelahiran, nah sribu hari kelahiran
kan dari mulai ibu hamil gitu lho,
Cuma sebenarnya harusnya
penanganan ini dari mulai remaja
seperti jenengan, yang kecil-kecil
kuru-kurus kayak gini tu harusnya
ditingkatkan gizinya, jadi nanti jadi
ibu hamil sudah sehat gitu, makanya
tadi alternatifnya untuk menangani ini
tadi ya dengan bagaimana ibu hail ini
bisa periksa ANC dan rutin.
8. Apakah di Dinkes ada buku
panduan untuk Program PMT
ibu hamil?
Untuk penyelenggaraan, ini ada, ini
maksudnya, ini dari pusat, kita kan
mengacunya ke KEMENKES,
aturannya dari sana semua. Ini tahun
2019 yang baru. Saya baru dapat
kemaren saya dapetnya bau tiga, jadi
tiga ini yang satu tak kasih ke
pemegang programnya belum kita
kasihkan ke puskesmas tapi hamper
mirip kok sama yang sebelumnya.
9. Apa bentuk PMT yang
diberikan dalam kegitan PMT
PMT nya itu kalau ibu hamil KEK
kan biscuit dek, yang dikasih dari
punyanya KEMENKES
129
Ibu hamil KEK di Kota
Semarang?
10. Bentuk programnya sendiri itu
bagaimana?
Jadi, setelah ibu hamil yang KEK
terdata kalau setoknya masih ada ya
langsung dikasih ke ibunya.
PROSES
1. Bagaimana perencanaan
program PMT Ibu hamil KEK
di Kota Semarang?
Alur perencanakaan program dari
data kita yang ada kan, dari data ibu
hamil KEK itu. Kita kan perencanaan
sebenarnya harapannya dari bawah
dari pusksmas data ibu hamil KEK
tahun lalu itu berapa, itu didapat dari
puskesmas masing-masing kan. Kita
kebutuhan PMT berapa kan gitu ya,
itu nanti kemudian dikirimkan ke
pusat. Cuma kemarin saat saya
pelatihan saya tahu-tahu sudah dapat
kota semarang dapat PMT segini, ni
puskemas ini, ini ini, gitu ya. apakah
memang karena datanya itu sudah di
tarik ke pusat saya ngga ngerti, tapi
ngerti-ngerti kita kota semarang saat
saya pelatihan itu kota semarang
dapatnya segini, walaupun kemaren
terus terang juga pada saat plotingan
ini juga direvisi kalau memang
kelebihan atau bagaimana gitu. Tapi
kita tetap merekap dari data ibu hamil
KEK berapa, itu kira-kira kebutuhan
PMT nya berapa seperti itu.
2. Bagaimana pendistribusian
dan penyimpaan PMT Ibu
hamil dari pihak Dinas
Kesehatan Kota ke
Puskesmas?
Kalo PMT kek gini biasanya kita
langsung ke puskesmas, kalo masih
ada sisa kita taruh di rumah gizi gitu,
kita langsung droping ke puskesmas.
Dari pusat terus nanti langsung ke
puskesmas, tahun ini kita rencananya
130
minta langung di droping ke
puskesmas. Kalo nanti misal masih
ada ya kita tampung dirumah gizi, tapi
di rumah gizi cuma sedikit karena
rumah gizi cuma kecil.
3. Kendala apa sajakah yang
biasanya muncul dalam
kegiatan PMT Ibu hamil KEK
di Kota Semarang? Baik yang
terjadi ditingkat Dinkes
maupun dalam pelaksanaan
yang dilaporkan oleh petugas
gizi di Puskesmas?
Kendalanya itu adalah yang perlu kita
evaluasi tadi, satu, harapannya
perencanaan itu diwali dari bawah,
misalnya PMT itu butuhnya segini,
dari PMT yang turun itu harusnya
tepat sasaran, ya kemudian bener-
bener dievalusi, cuman yang jadi
masalahnya tadi ada yang
jangkaunnya satu puskesmas sampai
10 kelurahan ya bayangin, itu kan
sangat jauh bnaget apalagi harus
ngerambah ibu hamil segitu bayaknya
kan gitu, ibu hamilnya kan sasaranya
kan bukan sedikit, kan banyak. Nah
itu kaitannya dengan rutinitas
pemberian PMT ini, belum lagi
pemantauan makannya, bukan hanya
sekedar diberikan. Bisa jadi ibu hamil
dikasih tapi ternyata ngga dimakan
sama ibu hamilnya, dikasihkan
anaknya, karena PMT ibu hamil itu
lebih enak, kata temen-temen juga
enak lho ini rotinya. Anak saya juga
malah dapet, lho kamu dapet dari
mana, teryata dikasih. Nah Kita kan
nggak bisa mengevaluasi sejauh itu,
ibaratnya PMO, orang yang kena TB
itu, itu kan diaksih obat itu dipantau,
itu sangat sulit disini. Kelemahan kita
ya tadi dalam hal evalusi-evalusi
progress pemberian PMT itu sejauh
mana itu
131
4. Bagaimana cara mengatasi
kendala yang terjadi dalam
kegiatan PMT Ibu hamil KEK
di Kota Semarang?
Yang ingin saya lakukan ya
bagaimana kita, e-PPGBM membuat
komitmen bersama dulu, karena
pelaporan didalam sistem ini kan
banyak banget mbak,bayangkan, di
puskesmas cuma ada satu orang tok,
ini padahal kan ada kaitannya dengan
e-PPGBM, terus kaitannya denan
laporan rutin ya, kaitannya tambahan
PMT. PMT nya itu ada balita ada
bumil, itu banyak banget lho, itu nanti
memsukkan data e-PPGBM kan per
by nim , memasukkan data by nim itu
harus ada NIK nya nah kemarin itu
kesulitannya NIK nya. Setelah NIK
nya kemaren sudah, nanti berikan
dengan discukcapil, tapi kalau itu
NIK nya nggak punya itu kan kita
kesulitan juga data nggak bisa
muncul, terus nanti ada pengukuran
penimbangan, idealnya pengukuran
penimbangan ini masukkan setiap
bulan, bayangin, padahal balitanya
berapa, kan banyak banget itu kan,
belum nnati tambah bumilnya kan
gitu. Bumilnya terus dikasih evalusi
tu PMT terus dievauasi, masukan lagi
datanya berapa lama itu. Dan lagi pula
ini sistemnya ini kadang kala eror,
dan itu bisa konek pada malam hari,
memangnya kita kerja sampai malam
hari, kalo internet kan baru akan
lancar pada malam hari kan gitu.
Kendalanya satu sisi sasarnya
banyak, tenaga nya hanya satu orang
belum lagi mereka harus pembinaan
ke lapangan bagaimana acaranya, dan
132
untuk nyampek PMT sudah dimakan,
sesungguhnya kan kita tidak tau.
5. Apakah yang dilakukan pihak
Dinas kesehatan dan
Puskesmas apabila di
puskesmas mengalami
kekosongan PMT? Dan
mengapa?
Ibu hamil ini kan sembilan bulan to
mbak, nah untuk pemberian PMT
pada ibu hamil KEK itu kan tiga
bulan, nah dari sembilan bulan berarti
ada tiga bulan kan, misalnya sekarang
itu habis ni pas usianya sembilan
bulan, berarti otomatis sebelumnya
kan udah dapet, kalau sekarang masih
baru trimester pertama itu ini habis,
itu kan nanti ada dropping dari
KEMENKES, cuma itu ini nanti
rencanaya bulan November ini, kalo
ngga November ya awal Desember.
Cuma ini kana ada penyuluhan, kan
ibu hamil tidak cuma dikasih saja.
6. Bagaimana proses
pemantauan program PMT
Ibu hamil dari pihak Dinas
Kesehatan Kota ke
Puskesmas?
Proses pemantauan dan evaluasinya,
jadi memang pemantauannya kita
baru memberikan bahwa ini PMT itu
bahwa sudah kita distribusikan to ke
puskesmas sesuai dengan dari
pembagian dari pusat, sesuai dengan
puskesmas. Nah puskesmas itu
evaluasinya adalah PMT ini habis
atau tidak, nah cuma memang kita
masih belum tapi pemberiannya
memang sesuai dengan juknis yang
ada ya, cuma memang kita belum
pernah mengevaluasi apakah, ya itu
tadi penghitungaanya adalah apakah
bumil kek yang kita kasih PMT masih
jadi bumil KEK atau tidak nah itu
yang beelum pernah kita lakukan, tapi
ya kebanyakan ya masih bumil KEK
gitu ya, padahal, tadi memang saya
133
diskusikan sebenarnya karena
pemberian PMT yang kemaren kita
sudah evaluasi, itukan dalam
pemberian PMT bumil KEK yang
lebih, eh itukan dalam pedoman yang
ini (2019) itukan satu bulan, dan bisa
lebih. Cuman ini yang buku dulu itu,
kalau ngga salah 90 hari, 90 hari kan
3 bulan kan berarti kan, nah kalau
lebih dari pemberian 3 bulan teryata
nanti bayi nya jadi tambah besar, itu
pernah dicoba kan, yang kemaren
ditemukan itu kalau lebih dari 3 bulan
itu ternyata janinnya jadi besar,
sehinnga makanya dibatasi itu. Tapi
ibu hamilnya ya jelas menurut saya
masih tetep KEK, walaupun saya
tidak punya datanya nih ibunya masih
KEK, cuma berapa persennya ibu
hamil kek yang diberi PMT janin nya
yang normal berapa yang BBLR
berapa, maaf itu belum kita lakukan.
Untuk saat ini PMT sudah diserap
gitu aja.
7. Apakah ada waktu evaluasi
khusus dari pihak Dinkes ke
Puskesmas?
Cuman kaitannya dengan PMT habis
atau tidak, itu biasanya kita evaluasi
dalam waktu kurun 6 bulan sekali.
Cuma memang karena kesibukan
temen-temen apalagi dengan SDM
yang memang yang sangat minim, itu
kadang kala satu tahun sekali, pada
saat supervisi kan, supervisi dilihat
PMTnya masih banyak apa tidak gitu.
8. Bagaimana sistem pencatatan
dan pelaporannya?
Sistem pelaporanya, kita kan ada
online itu ya kayak dengan SIP itu ya,
SIP pelaporan bulanan itu kan ada,
134
sekarang kalau evalusi masalah gizi
buruk, itu pakainya e-PPGBM. Tapi
kalau yang khusus PMT, itu biasanya
pencatatanya pakai total manual. Tapi
kalau laporan sisitem puskesmasnya
ke kita kaitannya dengan survailens
itu adalah tadi dengan laporan
bulanan yang pakai SIP itu, sejeis
sistem informasi puskesas sama ya,
dengan e-PPGBM, online, saya
bukanya sistem informasi gizi
terpadu, itu nanti ada data ibu hamil,
pemberian PMT, itu nanti ada. Itu
nanti sampai ke pusat, nanti berita
acara kita print, nanti di pusat suadah
ngerti. Disemua puskesmas sudah
mengguakan. Makanya sistem ini
terpusat dari pusat sisitem informasi
terpadu pakai ini semua. Jadi ini kan
masih berprogres ya, jadi selain ini ya
tadi sitem informasi puskesmas.
OUTPUT
1. Bagaimana pencapaian
program PMT ibu hamil KEK
di Kota Semarang?
Semuanya sudah menggnakan sistem,
jadi data bisa langsung terhubung
semua.
Kami hanya bisa memantau
penditribusiannya, untuk
penkonsumsian rutinnya kami belum
bisa memanta.
2. Apakah ibu haml KEK
mengalami kenaikan status
gizi setelah pemberian
makanan tambahan?
Karena kita belum mengevaluasi ya
belum, tapi kalau dari angka BBLR
kita kan nggak terlalu banyak kan gitu
lhoo, kalau dilihat dari itu dan gizi
buruknya masih dibawah target
nasional apakah itu berhasil apakah
dari PMT, wallahu a’alam saya ya
135
2. Kepala Puskesmas Karanganayar
No. Pertanyaan Hasil Wawancara
INPUT
1. Apakah anda mengetahui
tetang Prgram PMT ibu
hamil KEK ?
Ya tahu, program tentang pemberian
makanan tambahan untuk ibu hamil,
yang berupa biskuit itu kan.
2. Siapa saja yang bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan
kegiatan PMT di Puskesmas
Karanganyar?
Ada bidan, tenaga gisi, ada gasurkes
juga.
3. Jika dilihat berdasarkan
kebutuhan sasaran program
PMT, apakah ketersediaan
SDM untuk program PMT di
Puskesmas Karanganyar
sudah mencukupi?
Sudah sesuai ya ada tambahan bidan
juga, saya rasa sudah. Cuma memang
pemengang program KIA itu kan luas
ya dari pra nikah anaknya dari yang
belum lahir tapi sudah berbagi beban
kerja.
nggak ngerti, itu kan belum ada
survey berhasil apa tidaknya.
Targetnya PMT habis ya habis, nah
yang saya kejar kan dampaknya,
dampak dari pemberian PMT apa.
Belum ada renstra yang
menunnjukkan target tentang
keberhasilan pemberian PMT, adanya
angka kematian ibu, angka kematian
bayi, kan gitu.
136
4. Siapa saja yang staf yang
terlibat dalam Program PMT
di Puskesmas Karanganyar?
Program KIA, pemegang
programnya, ahli gizinya terus untuk
penyimpanan ada bagian umumnya
juga yang nyimpen digudang.
5. Dari mana sumber dana
untuk program PMT dan
berapa besar dananya?
Nggak ada, kalau yang kita kelola
sendiri nggak ada, karena itu dari
dropping.
6. Apa saja sarana yang
disediakan untuk program
PMT di Puskesmas
Karanganyar?
Kalau secara fisik nggak, konseling
sama penyuluhan gitu.
7. Adakah panduan/ pedoman/
petunjuk teknis pelaksanaan
program PMT dari
Puskesmas?
Ada, nanti bisa dilihat di bagian gizi
ya.
8. Siapakah sasaran untuk
program PMT dan
bagaimana cara penentuan
sasaran serta siapa saja yang
terlibat dan seperti apa peran
Anda dalam penentuan
sasaran?
Ya, ibu hamil yang LiLAnya kurang
dari 23,5 cm, setelah periksa kan
diukur biasanya, kalau ibu hamilnya
termasuk KEK ya nanti dikasih.
9. Bagaimana bentuk
pelayanan program PMT
dari Puskesmas?
Program ini terintegrasi dengan ANC,
dan penyuluhan ke ibu hamil.
10. Apa saja bahan paket PMT
darimana bahan PMT
tersebut diperoleh?
PMT berupa biscuit yang didapat
langsung dari pusat, semuanya dari
pusat, kita tidak menyediakan kalau
bukan dari pusat untuk ibu hamil.
137
PROSES
1. Bagaimana perencanaan
program PMT Ibu hamil
KEK di Puskesmas
Karangayar?
Ya kita kan ada sasaran jumlah
penduduk nanti tu ada target ibu
hamilnya dalam setahun berapa,
berdasarkan dari itu dan itu ya
ditetapkan oleh dinas, jadi awal tahun
itu kita ditetapkan ibu hamil sekian
bayi baru lahir sekian nah itu sebagai
dasar perencananya jadi ketika itu
nanti gizinya kan memantau juga
diposyandu kalau bidannya kan lebih
kearah penemuannya di puskesmas
setiap kunjungan di puskesmasn
begitu, kalau gizinya berdasarkan
diposyandu terus kalau yang lain para
medis yang lain kalau ditemukan ibu
hamil yang kek segera ditangani. Jadi
memang koordinasinya perencanaan
setelah itu dipasrahkan ke dinas
alokasi yang droping itu masih
diberikan ke kita.
2. Bagaimana pendistribusian
dan penyimpaan PMT Ibu
hamil dari pihak Puskesmas
kepada ibu hamil KEK?
Itu kan dropingan dari pusat, nanti
kalau barangnya datang kita taruh di
gudang dulu, baru nanti yang KIA
yang ngambil di gudang, biasanya di
taruh diruang KIA juga biar gampang
ngambilnya.
3. Kendala apa sajakah yang
biasanya muncul dalam
kegiatan PMT Ibu hamil
KEK di Puskesmas
Karangayar?
Kendalanya nggak ada ya, karena ini
memang diberikan semua ke ibu
hamil KEK yang sesuai kriteria ya
sudah, walaupun dia bukan domisili
sini ataupun domisili sini tapi bukan
KTP sini mereka berkunjung ke sini
dan memenuhi kriteria ya kita beri.
138
4. Apakah yang dilakukan
pihak puskesmas apabila di
mengalami kekosongan
PMT? Dan mengapa?
Itu kan dropingan ya jadi memanag
kemaren selama stoknya ada di dinas
ya di droping e puskesmas setau saya
malah langsung dari KEMENKES
kok. Karena pengadaannya serempak
disatu waktu gitu. Pengadaannya juga
tergantung dropingan, paling kita
inikan konselingnya aja.
5. Bagaimana proses
pemantauan program PMT
Ibu hamil dari Kepala
Puskesmas?
Iya ngecek ditribusinya, kan ada data
ibu hamil KEK itu berapa, untuk efek
pemberia ini terhadap peningkatan
status gizinya memang belum sampai
disitu, hanya sebatas mengetahui
kriteria penerima PMT itu, ini kan
dropingan apakah sudah sesuai
dengan kriterinya sama megevaluasi
jumlahnya, banyak atau sedikitnya.
6. Siapa yang menjadi
pengawas dan penilai dalam
kegiatan PMT Ibu hamil
KEK di Puskesmas
Karanganyar?
Pengawas ada lainnya ada bagian gizi
juga iya, bidan juga iya, kita biasanya
monevnya per PJ , inikan sebuan
sekali , biasanya saya sekitar tiga
bualn sampai enam bulan nanti saya
liat lagi sekali. Ini kan saya juga ada
monev dengan gasurkes ini memntau
kan ada ibu hamil restinya, kan salah
satunya KEK itu, itu antara tiga
bulanan lah.
7. Bagaimana sistem
pencatatan dan
pelaporannya?
Mereka ada laporan bulanan simpus
yang dari SIK namanya, laporan
bulanan itu yang online juga ada,
terus yang dari, itu kan belum bisa
139
menjabarkan, evalusinya dari yang
tiga bulanan itu.
OUTPUT
1. Bagaimana pencapaian
Program PMT ibu hamil
KEK di Puksesmas
Karanganyar ?
Secara angka memang nggak ada,
KEK itu kan, maksudnya gini, kita
berharapnya kan nggak ada, dan
setiap bulan itu kan beda-beda
kondisinya gitu, ya targetnya begitu
terdeksi ya langsung dapet PMT nya
gitu. Dimanapun dia terdeteksi
misalnya dariposyandu dari informasi
kader atau pada saat kunjungan rumah
atau kunjungan kesini ya sedapatnya
begitu ditangkapnya maksudnya
terdekteksi ya kita berikan, ya kita ini
ya distribusinya bukan hanya disini
tapi juga di posyandu.
2. Apakah ibu haml KEK
mengalami kenaikan status
gizi setelah pemberian
makanan tambahan?
Dari penelitian yang seperti kan
belum pernah gitu ya, maksudnya
apakah ada dampak yng signifikan
dari pemberian pmt terhadap
kenaikan LiLA, itu memag belum.
Cuma kalau melihat apa namanya
keberlanjutan ini kan, inikan
maksudya kadang mereka periksa
kesini konsul kesini, terus periksa ke
yang lain nah, kalo ke tempat yang
lain kan otomatis nggak dapet yang
itu, pemantauannya juga agak susah
kalau tidak benar-benar dalam
penelitian gitu kan, kalau penelitian
kan kita memantau beberapa orang
terus menerus berkesinambungan
pemberian ini sampai dia hampir
melahirkan iu ada signifikan apa
140
nggak, nah itu kita nggak bisa nilai
itu, karena memang , untuk
menganalis itu kita belum ada, jadi
kita bertugas mendistribusi PMT.
3. Penanggung jawab Program PMT di Puskesmas Karnganyar
No. Pertanyaan Hasil Wawancara
INPUT
1. Sejak kapan program PMT
ibu hamil KEK
diselenggarakan di
Puskesmas Kranganyar?
Sudah lama si, saya kesini udah ada.
2. Siapa saja yang bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan
kegiatan PMT di Puskesmas
Karanganyar?
PMT itu biasanya ada Petugas gizi
sama bidan dua dari puskesmas, kalau
kader enggak, PMT ibu hamil kita
kasih lagsung ke sasaran berarti ini
sama ada gasurkes ada dua. Kalau
PMT soalnya langsung ke sasaran.
3. Jika dilihat berdasarkan
kebutuhan sasaran program
PMT, apakah ketersediaan
SDM untuk program PMT di
Puskesmas Karanganyar
sudah mencukupi?
Kalau untuk hanya pemberiannya saja
si sudah cukup ya, tapi kalau untuk
pemantauan yang apakah PMT benar-
benar di makan apa tidak, itu kami
belum bisa.
4. Dari mana sumber dana
untuk program PMT dan
berapa besar dananya?
Kalau sumber dana dari puskesmas
tidak ada, sumber dana dari APBN
dan APBD, kita dropping, kita terima,
pembelian sendiri nggak ada.
141
5. Apa saja sarana yang
disediakan untuk program
PMT di Puskesmas
Karanganyar?
Sarana pendukung ya kalau pita ukur,
timbangan, seperti itu, ada juga
konseling dan penyuluhan.
6. Adakah panduan/ pedoman/
petunjuk teknis pelaksanaan
program PMT dari
Puskesmas?
Ada, tapi nggak di saya, nanti bisa
dilihat di bagian gizi ya.
7. Siapakah sasaran untuk
program PMT dan
bagaimana cara penentuan
sasaran serta siapa saja yang
terlibat dan seperti apa peran
Anda dalam penentuan
sasaran?
Ibu hamil yang KEK, LiLA nya
kurang dari 23,5 cm. Sasaran droping
itu, mereka memberikan itu
tergantung dari sasaran kita, misalnya
dari tahun kemarin. Kan ada juga
yang diberikan tapi tidak mau.
8. Bagaimana bentuk
pelayanan program PMT
dari Puskesmas?
Bentuknya ya PMT nya kita kasih
langsung ke ibu hamil yang KEK,
kalo pas tidak bisa ke puskesmas ya
nanti kita titip ke gasurkes yang pas
keliling itu. Kan PMT terintegrasi
dengan ANC, nanti juga ada
konseling sama penyuluhan gizi.
9. Apa saja bahan paket PMT
darimana bahan PMT
tersebut diperoleh?
PMT nya berupa biskuit ibu hamil,
satu karton untuk satu bulan, nanti
kalau datang lagi diskasih lagi, kalau
ynag KEK itu kan butuh waktuya kan
lama nggak satu bulan , susah paling
ndak itu tiga sampai enam bulan
evaluasinya, kayak gizinya kurang.
142
PROSES
1. Bagaimana perencanaan
program PMT Ibu hamil
KEK di Puskesmas
Karangayar?
Kalo dari dinas, kita terima dari
sasaran ibu hamil yang beresiko,
misalnya dari tahun lalu kita ada
sekian nanti dinas akan memberiakna
dropping sekian ratus karton ni untuk
Puskesmas Karanganyar nanti kita
bisa distribusikan untuk sasaran kita
yang masuk kategori, sasarannya
kira-kira dari tahun lalu, seperti itu,
sekian kasus, paling plus minusnya
kan 10% jumlah sasaran.
Tapi biasanya ada tambahan tidak
terduga dari ibu-ibu dari daerah lain
yang bekerja di pabrik, atau ada ibu
hamil yang ikut suaminya kerja di
daerah sini.
2. Bagaimana pendistribusian
dan penyimpaan PMT Ibu
hamil dari pihak Puskesmas
kepeda ibu hamil KEK?
Kalau ada dropingan biasanya gizi
yang nerima dulu baru nanti kita
dikasih tau, lalu kita yang
menyerahkan ke ibu hamilnya.
3. Kendala apa sajakah yang
biasanya muncul dalam
kegiatan PMT Ibu hamil
KEK di Puskesmas
Karangayar?
Kendala PMT, ya ndak semua ibu
hamil mau diberikan PMT, kan ada
yang nggak suka, bener nggak
dimakan dia-nya nggak, kita nggak
bisa tau kan karena tidak kita lihat
secara langsung, kan nggak ada yang
mantau.
4. Bagaimana cara mengatasi
kendala yang terjadi dalam
kegiatan PMT Ibu hamil
Kita konselingnya sudah kita
informasikan, ini untuk ibu hamil
bukan untuk balita, balita nanti ada
143
KEK di Puskesmas
Karangayar?
sendiri, anak ada sendiri, tapi kan
nggak tau semua, kalau misalnya dia
rasanya nggak suka, mau gimana lagi
terusan, nggak suka enneg atau apa,
silahkan dengan PMT yang lain, kan
ndak harus PMT itu kan, tapi kan bisa
mandiri
5. Apakah yang dilakukan
pihak puskesmas apabila di
mengalami kekosongan
PMT? Dan mengapa?
Ya tadi dengan konseling,
penyuluhan, begitu.
6. Bagaimana proses
pemantauan
pengkonsumsian program
PMT Ibu hamil?
Saya nggak ada yang mantau mbak,
beda sama obat TBC, yang wajib
diminum setiap hari, kalau PMT itu
nggak ada yang mantau kita ingetin
aja.
7. Apakah ada waktu khusus
yang dilakukan untuk
mengevaluasi pemberian
PMT kepada Ibu hamil KEK
?
Pengevaluasianya setiap satu bulan,
satu bulan masih ada apa nggak,
dimakan apa nggak pasien kontrol,
bisa dapat lagi kan.
8. Bagaimana sistem
pencatatan dan
pelaporannya?
Bentuknya buku, kalo diterima iya
berapa iya, kalo pengkosumsiannya
kita nggak ada yang mantau.
OUTPUT
1. Bagaimana pencapaian
program PMT ibu hamil
KEK di Kota Semarang
Saya kok belum bisa jawab
presentasenya ya mbak, karena
memang kadang tidak semua
diberikan sesuai mau, e tiga bulan
144
mau benar-benar bisa gitu, kan
memang harusnya tiga bulan itu
diberikan dan konsumsi patuh, kalo
peningkatan ada tapi presentasenya
saya ndak bisa bilang berapa, belum
diteliti kalo itu, harusnya ada
angkanya kan, dari sekian ibu hamil
diberiakn PMT sekian hasilnya
harusnya, nah saya ndak punya data
itu.
Misalnya ada pembagian ibu hamil
tapi yang peningkatan bener-benar
tiga bulan itu dievaluasi ni, itu yang
belum mbak.
2. Apakah ibu hamil KEK
mengalami kenaikan status
gizi setelah pemberian
makanan tambahan ?
Pada intinya si gini, memang tidak
semua kadang diberikan dengan
sesuai yang ada di standarya,
juknisnya secara realita dilapangan,
ya, standarnya si seperti itu tadi, ada
tiga bulan berturut-turut bagaimana
dievaluasi lagi, apa bener-bener ini,
tapi memang ada beberapa kendala
yang dihadapi di lapangan, tidak
semua ibu hamil mau diberikan
seperti itu, kadang yang mau, yang
nggak punya resiko, gitu ya , mugkin
dia cuma anemi aja bukan sasaran
untuk KEK nya tadi, atau yag lain,
entah diskonsusi atau tidak, dan
mungkin form nya kita juga belum
sesuai ya yang ada di ini ya, saya juga
nggak liat (juknis dari kemenkes).
Untuk ibu yang KEK disini bayinya
tidak ada yang BBLR.
145
4. Tenaga Gizi di Puskesmas Karanganyar
No. Pertanyaan Hasil Wawancara
INPUT
1. Sejak kapan program PMT
ibu hamil KEK
diselenggarakan di
Puskesmas Kranganyar?
Sudah lama mbak, ya sebelum saya
disini ya sudah ada kok.
2. Siapa saja yang bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan
kegiatan PMT di Puskesmas
Karanganyar?
Ya saya, terus bu bidan si paling
mbak, tapi saya tanggung jawabnya
lebih ke balita, kalo ibu hamil itu
bagian KIA.
3. Jika dilihat berdasarkan
kebutuhan sasaran program
PMT, apakah ketersediaan
SDM untuk program PMT di
Puskesmas Karanganyar
sudah mencukupi?
Ya kita cuma, pelaksana dari atas,
kalau cuma untuk nerima sama ngasih
si ya cukup-cukup aja mbak.
4. Dari mana sumber dana
untuk program PMT dan
berapa besar dananya?
Kita nggak ada dana untuk PMT iu
hamil, seua itu dropingan dari pusat.
Kita nggak menyediakan dana
sendiri, kan itu udah berupa barang
mbak, langsung.
5. Apa saja sarana yang
disediakan untuk program
Ya paling penyuluhan, atau
konseling. Sama alat-alat timbangan,
pita pengukur LiLA seperti itu paling.
146
PMT di Puskesmas
Karanganyar?
6. Adakah panduan/ pedoman/
petunjuk teknis pelaksanaan
program PMT dari
Puskesmas?
Ada juknisnya, dari puskesmas
sendiri, buat sendiri, kalo puskesmas
sudah akreditasi sudah harus punya
sendiri.
7. Siapakah sasaran untuk
program PMT dan
bagaimana cara penentuan
sasaran serta siapa saja yang
terlibat dan seperti apa peran
Anda dalam penentuan
sasaran?
Sasarannya ya ibu hamil KEK itu
mbak
8. Bagaimana bentuk
pelayanan program PMT
dari Puskesmas?
Ya nanti itu ibu hamil yang KEK kita
kasih PMT nya selama stok masih ada
9. Apa saja bahan paket PMT
darimana bahan PMT
tersebut diperoleh?
PMT berupa biscuit yang didapat
langsung dari pusat, semuanya dari
pusat, kita tidak menyediakan kalau
bukan dari pusat untuk ibu hamil.
PROSES
1. Bagaimana perencanaan
program PMT Ibu hamil
KEK di Puskesmas
Karangayar?
Biasanya itu dari jumlah yang tahun
kemarin, nanti dari situ mbak.
2. Bagaimana pendistribusian
dan penyimpaan PMT Ibu
Dateng ya sudah langsung masuk
gudang nanti saya kan dapet yang
namanya ini, misalnya susu, berita
147
hamil dari pihak Puskesmas
kepeda ibu hamil KEK?
acara serah terima barang, ini saya
fotokopi tak kasihkan KIA, jadi KIA
sudah tau ada barang sejumlah ini,
nah dia mau nyetok diruangannya
seberapa KIA sebenarnya punya ini
mbk, cuma karena orangnya yang
dulu sudah pensiun mungkin
tinngalane mbuh neng di, dan tidak
dikasihkan ke saya juga, mungkin
nanti kalau ada pmt lagi baru, dateng,
nanti beliaunya otomatis akan
membuat buku stok, buku serah
terimanya
Terakhir tahun 2018, tahun 2019
belum ada, saya suah laporan ya
sudah.
3. Bagaimana pelaksanaannya,
apakah sudah sesuai dengan
petunjuk teknis PMT?
Kita sebisa mungkin ya sesuai Juknis,
tapi kan keadaan di lapangan kadang
beda.
4. Kendala apa sajakah yang
biasanya muncul dalam
kegiatan PMT Ibu hamil
KEK di Puskesmas
Karangayar?
Tidak musti ada PMT nya,
maksudnya tidak rutin setiap bulan
apa di dropping itu ndak, tergantung
dai pusatya ngasih ke DKK seberapa,
kapan seberapa, kesininya baru bulan
apa, kita tidak bisa menentukan lha ini
sudah satu tahun habis, kita nggak
bisa ngasih, udah selesai-selesai,
belum tentu ada.
Tadi tingkat konsumsi, nek
diharapakan makanan tambahan ibu
hamil ini diharapakan bisa
meningkatan berat badan ibu hamil,
belum tentu bisa seratus persen
148
berhasil, karena inikan cuma utuk
cemilan tok
Nek ibu hamilnya punya balita,
PMTnya tidak dimakan ibu hamilnya
tok.
Ibu hamilnya bosen, berenti di tengah
jalan, tiga bulan berturu-turut suruh
makan ini tok ya belum tentu kan,
terus nek makane kui tok ndak makan
yang lain yo apa bisa meningkatkan
berat badan wong cuma segitu tok
5. Bagaimana cara mengatasi
kendala yang terjadi dalam
kegiatan PMT Ibu hamil
KEK di Puskesmas
Karangayar?
Paling ya penyluhan ke ibu hamilnya
mbak.
6. Apakah yang dilakukan
pihak puskesmas apabila di
mengalami kekosongan
PMT? Dan mengapa?
Ya kita nggak bisa apa-apa karena
kan itu droping dari pusat lagsung,
kalo dari sana nya tidak ada ya kita
tidak bisa apa-apa.
7. Bagaimana proses
pemantauan program PMT
Ibu hamil pada penangung
jawab program di
Puskesmas?
Ada bukunya, buku stok yang
diterima, saya nggak punya yang di
juknis ini, ini yang punya malah
kesling, kita Cuma sekedar jumlah
dan manual di buku, kan makanan ada
batas kadaluarsa, harus sekedar
didistribusikan.
Kalau dirumah ya ndak ada memang,
kita mantaunya dari berat badan,
setiap bulan kan kontrol nah, cuma
sekedar ditanya dimakan ngak, habis
149
ndak, ada keluhan, mual apa enneg,
habisnya berapa, cuma sekedar itu
dan penambahan berat badan gitu,.
Tapi memang ada resiko-resiko,
misalnya si ibu itu ternyata punya
balita, nah bskuit ibu hamil ini bukan
sekedar dimakan ibuknya tapi
dimakan juga anakya, padahal sudah
dibilangin, ini untuk ibuknya, tapi
kalau anaknya mau, minta gimana,
lah seperti itu lho, jadi tidak 100%,
saya akui tidak 100% dimakan habis
ibuknya kalau si ibu itu punya balita,
kalau ibuknya cuma berdua sama
suamunya tok atau sama mertuanya,
kemungkinan bisa habis oleh ibuknya
sendiri gitu
Kita Cuma pemantauan sekedar
penambahan berat badan dan ditanya
dimakan ngak, tapi memang ada
resiko-resiko.
8. Bagaimana sistem
pencatatan dan
pelaporannya?
Dengan buku, sama penambahan
berat badan yang ada di KIA, yang
kohort itu
Pencatatan setiap bulannya dikirim
ke Dinkes lewat email.
OUTPUT
1. Bagaimana pencapaian
Program PMT ibu hamil
KEK di Puksesmas
Karanganyar ?
Kalau cuma pemberiannya ya sudah,
tapi kalau untuk pemantauannya
belum.
150
2. Apakah ibu hamil KEK
mengalami kenaikan status
gizi setelah pemberian
makanan tambahan?
Kalau angka realnya kita belum bisa
jawab, soalnya belum benar-benar
bisa kita pantau.
5. Gasurkes
No. Pertanyaan Hasil Wawancara
INPUT
1. Apakah anda mengetahui
tetang Prgram PMT ibu
hamil KEK ?
Ya tahu, program tentang pemberian
makanan tambahan untuk ibu hamil,
yang berupa biskuit itu kan.
2. Jika dilihat berdasarkan
kebutuhan sasaran program
PMT, apakah ketersediaan
SDM untuk program PMT di
Puskesmas Karanganyar
sudah mencukupi?
Kalau sesuai, si sesuai, soalnya nggak
begitu banyak juga ibu hamilnya, dari
pada yang megang satu keluaraha tapi
yang ibu hamilnya banyak ya banyak.
3. Siapa saja yang staf yang
terlibat dalam Program PMT
di Puskesmas Karanganyar?
Yang tau programnya ya yang bagian
KIA itu mbak.
4. Dari mana sumber dana
untuk program PMT dan
berapa besar dananya?
Yang saya tau itu langsung berupa
barang di droping langsung dari pusat
.
5. Apa saja sarana yang
disediakan untuk program
PMT di Puskesmas
Karanganyar?
Kadang kita bawa di kelas ibu hamil,
tapikan nggak semua ibu hamil itu
KEK, pemberiannya rata, nggak
151
semua yang KEK tok, tapi yang
dateng itu dapet biscuit semua.
6. Adakah panduan/ pedoman/
petunjuk teknis pelaksanaan
program PMT dari
Puskesmas?
Sepertinya itu di bagian gizi yang
punya.
7. Siapakah sasaran untuk
program PMT dan
bagaimana cara penentuan
sasaran serta siapa saja yang
terlibat dan seperti apa peran
Anda dalam penentuan
sasaran?
Ya nanti itu diberikan ke ibu KEK,
kita si paling cuma kadang dititipi aja,
biasanya langsung diberikan di
puskesmas pas mereka periksa.
8. Bagaimana bentuk
pelayanan program PMT
dari Puskesmas?
Saya taunya kayaknya da kaitannya
sama ANC si.
9. Apa saja bahan paket PMT
darimana bahan PMT
tersebut diperoleh?
Biskuit ibu hamil itu si.
PROSES
1. Bagaimana perencanaan
program PMT Ibu hamil
KEK di Puskesmas
Karangayar?
Kalau untuk itu saya kurang paham,
soalnya kan disini saya gasurkes ya,
kita cuma keliling untuk data aja,
kalau perencanaanya itu ya dari yang
pegang program mungkin lebih
paham.
152
2. Bagaimana pendistribusian
dan penyimpaan PMT Ibu
hamil dari pihak Puskesmas
kepeda ibu hamil KEK?
Disini kita Cuma data dan kadang
dititipin saja dari bu bidan, pas kita
keliling.
3. Kendala apa sajakah yang
biasanya muncul dalam
kegiatan PMT Ibu hamil
KEK di Puskesmas
Karangayar?
Nggak ada kendala si untuk
pendataanya.
Kalo kader si kebanyakan pmt untuk
bayi, kalo untuk ibu hamil si emang
diserahkannya disini juga biar ibu
hamilnya periksa disini jadi ada
timbal balikya , nggak satu tok, nek
kita bawain kesana, periksanya
dibidan tok cukup, ndak ke
puskesmas. Biar periksanya juga
tetep dipuskesmas, jadi harus kesini,
biar kesini sendiri biar dapetnya dari
sini.
4. Bagaimana proses
pemantauan program PMT
Ibu hamil dari Kepala
Puskesmas?
Kalo puskesmas kurang tau, tapi
mungkin, mungkin juga kelapangan
juga, tapi ya kadang ke lapangan tapi
kalo puskesmas lebih ke ibu hamil
resti-resti yang terlalu bahaya, kalau
untuk yang KEK aja si jarang, paling
kalau KEK sama apa peyertanya lha
itu mereka turun. Tapi kalau KEK tok
nggak ada faktor lain mereka jarang si
memang.
5. Kalau pemantauan dari
gasurkes ke ibu hamil kEK
terkait PMT bagaiamna?
Kita cuma tanya aja , Kadang juga
cerita diamakan tapi eneg mbak, tak
bagi sama anak, suami juga minta,
nek pertama kan masih enak belum
eneg nah itu kalau udah sering, ya
dibagi-bagi.
153
6. Bagaimana sistem
pencatatan dan
pelaporannya?
Datanya kita, pakenya gaspol, kayak
sistem kita online, kita kan laporin ke
sini data mentah, lilanya segini segini
segini, nanti yang ngitung kan sini
Yang nyatet kohortnya kadang kalo
ada waktu ya KIA, kalau nggak ada
waktu ya dari kita nya, siapa yang
sempet ya itu yang nulis.
OUTPUT
1. Bagaimana pencapaian
Program PMT ibu hamil
KEK di Puksesmas
Karanganyar ?
Karena disini saya cuma mendata
saja, kalau dari saya ya sudah.
2. Apakah ibu hamil KEK
mengalami kenaikan status
gizi setelah pemberian
makanan tambahan?
Setiap bulan kan kita periksa, yang
wajib dipriksa kan tensi sama
LiLAnya kalau kunjungan ke rumah,
jadinya kan tau perkembangannya
kayak apa naik apa nggak .
Kurang tau juga si, karena kan
konsumsinya bukan PMT tok,
mungkin dirumahnya dia masak-
masaknya ditambah gizinya, kalau
satu faktor, pmt tok mempengaruhi,
ya kurang tau juga, soalaya
dirumahnya juga mereka masak apa
ya mereka yang tau juga. Mungkin ya
berpengaruh, tapi ya beberapa persen
tok mungkin.
154
6. Ibu hamil KEK peneriam PMT (1)
No. Pertanyaan Hasil Wawanara
1. Apakah ibu mengetahui tentang
program PMT untuk ibu hamil
KEK?
Enggak mbak, nggak tau.
2. Apakah ibu mendapatkan bahan
PMT secara rutin?
Dari 4 bulan sampe pas meh lahir
Ndak, kadang nek pas habis
sakanane ya ndak, kalo aku masih
ada gitu ya, ya udah diabiskan dulu,
kalo nggak pas sananya kosong ya ,
ya nggak dikasih, kalo ada ya
dikasih.
3. Sejak kapan ibu menerima PMT?
Sejak 4 bulan kayaknya
Karena hb ku rendah, LILA nya 21
Dikasih pas ke puskesmas aja.
4. PMT yang diberikan kepada ibu
berupa apa saja?
Ya biskuit itu mbak.
5. Berapa jumlah PMT yang ibu
terima dan apakah diberikan
secara rutin?
Koyone 3 dus po mbak, ya nggak
rutin si mbak, kalo pas rotinya di
puskesmas habis ya nggak dikasih.
Atau kalo pas rotine saya masih ya
belum dikasih lagi.
6. Yang memberikan PMT siapa
dan dimana ?
Dulu saya yang ngasih ya bu bidan.
7. Apa ibu sudah merasa cukup
dengan sarana yang disediakan
untuk program PMT bumil?
Cukup-cukup aja si mbak. Kan ini
ada ANC juga, kadang ya ada
penyuluhan gizi.
155
(sarana fisik, ANC, penyuluhan
gizi)
8. Siapa saja yang mengonsumsi
PMT?
Ya saya sendiri, tak makan sendiri.
Iya, kadang kan orang hamil mut-
mutan kadang pengen sek seger-
seger, roti kan eneg, pengennya yang
seger-seger buah atau apa gitu.
9. Apakah ada petugas khusus yang
menayai atau memantau
penkonsumsian PMT ?
Nggak ada si mbak paling yang
nanya ya gasurkes atau bu bidan kalo
pas lagi periksa, dimakan apa nggak
rotinya.
10. Apakah petugas gizi dan
gasurkes, memberi motivasi/
dorongan kepada ibu untuk
mengikuti program PMT? Jika
iya, motivasi seperti apa yang
diberikan?
Ya hee dimakan ya biar hb nya
nambah.
11. Apakah berat badan ibu
bertamabah setelah
mngkonsumsi PMT?
Hb nya biasa aja nggak naik.
Nek selama hamil yak nambah.
Ya mungkin, nambah gara-gara apa
kan nggak tau, orang hamil kan
makannya juga banyak
12. Apakah ada keluhan apada saat
dan setelah mengkosumsi PMT?
Jika iya, apa keluhan tersebut?
Nggak ada, aku cuma HB tok.
13. Apakah dikonsumsi secara rutin?
Yo kadang nek pas laper wae, nek
pengen makan ya makan.
156
Nek aku pas leper gitu, nek malem,
orang hamil kan biasanya leper gitu
tak makan, tapi kalo ndak ya ndak.
14. Rasanya bagaimana?
Ya mayan, stroberi to, tapi yang
stroberinya kadang nggak tak makan
Cuma rotinya aja. Kan eneg aku.
7. Ibu hamil KEK peneriam PMT (2)
No. Pertanyaan Hasil Wawanara
1. Apakah ibu mengetahui tentang
program PMT untuk ibu hamil
KEK?
Enggak mbak, nggak tau.
2. Apakah ibu mendapatkan bahan
PMT secara rutin?
Pokoknya selama sembilan, tiga
bulan apa, tapi aku ngga dapet tiga,
nggak dua bulan, berapa bulan, lupa
ik, nggak 2 bulan full.
Pertama kan LiLA nya kurang, terus
dikasih itu, dikasih langsung sama
bu bidannya.
3. Sejak kapan ibu menerima PMT?
Pas pertma kali aku dites pertama
kali hamil, kurang HBnya, HBnya
10, lingkarnya 22 kalo nggak salah.
4. PMT yang diberikan kepada ibu
berupa apa saja?
Biscuit selai stroberi.
5. Berapa jumlah PMT yang ibu
terima dan apakah diberikan
secara rutin?
Dua dus aja.
157
Nggak tau, mungkin hbnya udah
normal.
Pas ANC nggak dikasih, pas priksa
aja.
6. Yang memberikan PMT siapa
dan dimana?
Kalo yang dateng ke rumah ya
gasurkes, tapi kadang bidan juga.
Yang ngasih PMT bu bidan di
Puskesmas.”
7. Apa ibu sudah merasa cukup
dengan sarana yang disediakan
untuk program PMT bumil?
(sarana fisik, ANC, penyuluhan
gizi)
Cukup. Iya ada ANC, penyuluhan
gizi ya ada.
8. Siapa saja yang mengonsumsi
PMT?
Tak makan sendiri.
9. Apakah ada petugas khusus yang
menayai atau memantau
penkonsumsian PMT?
Petugas khusus apa mbak, ndak ada.
Yang biasa Tanya ya bu bidan itu.
10. Apakah petugas gizi dan
gasurkes, memberi motivasi/
dorongan kepada ibu untuk
mengikuti program PMT? Jika
iya, motivasi seperti apa yang
diberikan?
Ya hee si suruh makan, ya tak
makan, tapi aku bilang nggak setiap
hari karena eneg gitu, emang kayak
gitu rasanya.
11. Apakah berat badan ibu
bertamabah setelah
mngkonsumsi PMT?
Nggak tau yo tapi karena makanya
nggak setiap hari si.
158
12. Apakah ada keluhan apada saat
dan setelah mengkosumsi PMT?
Jika iya, apa keluhan tersebut?
Engak ik.
13. Apakah dikonsumsi secara rutin?
Enggak tak makan setiap hari, eneg
soale.
14. Rasanya bagaimana?
Rotinya eneg kok.
Ya dimakan, tapi kan misalnya kalo
dimakan setiap hari kan eneg,
dimakan tapi nggak setiap hari,
misalkan pengen nyemil atau apa
gitu, tapikan aku punya cemilan
sendiri rasanya kan eneng kan kayak
gimana gitu, selainya itu nggak enak,
rotinya si emang enak, tapi nak
kayak kalo sek yang suka ya doyan,
kadang kan biasanya nggak ada yang
sukak, katanya. Kata temeku juga
pernah dikasih kayak gitu, Cuma
kadang eneg memang. kan setiap
hari. Aku nggak makan setiap hari,
kadang-kadang.
8. Ibu hamil KEK peneriam PMT (3)
No. Pertanyaan Hasil Wawanara
1. Apakah ibu mengetahui tentang
program PMT untuk ibu hamil
KEK?
Rak retia, aku rak doyan.
2. Apakah ibu mendapatkan bahan
PMT secara rutin?
Sepisan tok.
159
3. Sejak kapan ibu menerima PMT?
Pas periksa ik, soale kan HB ku
turun, maksudnya buat tambah-
tambah ben HB ne munggah
ngonoiku mbak.
Pas turun tok kae pisan tok.
Pas periksa sekali tok, waktu pas 6
bulan.
Uuran LiLA ne lali aku mbak.
4. PMT yang diberikan kepada ibu
berupa apa saja?
Roti tapi, sebulan.
5. Berapa jumlah PMT yang ibu
terima dan apakah diberikan
secara rutin?
Sak dus tok.
6. Apa ibu sudah merasa cukup
dengan sarana yang disediakan
untuk program PMT bumil?
(sarana fisik, ANC, penyuluhan
gizi)
Cukup. ANC ada, penyuluhan ada.
7. Siapa saja yang mengonsumsi
PMT?
Dimakan sendiri. Do rak doyan si
mbak ngonokui, rsane ki rak enak,
enek, ambune ki ws heh, stroberi-
stroberi.
8. Apakah ada petugas khusus yang
menayai atau memantau
penkonsumsian PMT ?
Adanya ya mbak hesti itu. Biasane
Tanya dimakan apa nggak rotine.
Kadang yo aku sek cerita-cerita.
9. Apakah petugas gizi dan
gasurkes, memberi motivasi/
dorongan kepada ibu untuk
mengikuti program PMT? Jika
Hee, mbak hesti ngono iku wonge.
160
iya, motivasi seperti apa yang
diberikan?
10. Apakah berat badan ibu
bertamabah setelah
mngkonsumsi PMT?
Ndak, yo ngonokiu, kan wong
meteng dewe-dewe si mbak, delalah
aku meteng 3 yo ngono kabeh HB ku
rendah terus, nggak ada perubahan,
rak ngefek.
11. Apakah ada keluhan apada saat
dan setelah mengkosumsi PMT?
Jika iya, apa keluhan tersebut?
Ndak, biasa.
12. Apakah dikonsumsi secara rutin?
Ya dimakan.
13. Rasanya bagaimana? Rak enak ik.
161
Lampiran 8
Lembar Observasi
LEMBAR OBSERVASI
PELAKSANAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN UNTUK IBU
HAMIL KEK
MENURUT PEDOMAN PETUNJUK TEKNIS MAKANAN TAMBAHAN
BALITA DAN IBU HAMIL TAHUN 2019
No. INFORMASI JAWABAN
KETERANGAN YA TIDAK
1. Mengetahui
jadwal
penerimaan dari
Dinkes
Kabupaten/Kota
√
Lihat Surat
Rencana
Pengiriman
dari Dinkes
kabupaten/Kot
a ke Kepala
Puskesmas
atau cek
apakah ada
informasi lisan
melalui telepon
2. Ada gudang
penyimpanan
PMT, amati
penyimpanan
PMT di gudang
- Kebersihan
- Ventilasi
√
Amati gudang
penyimpanan
PMT
162
- Kelembaban
- Atap tidak
bocor
- Kapasitas
- Cara
penyimpanan
- Tumpukan
kardus
- Palet
- Penyimpanan
terpisah dari
bahan
berbahaya
- Penyimpanan
yang rusak
terpisah
3. Penerimaan
PMT tepat
Waktu
√
Cocokkan
dokumen SPB
dengan BAPB
4. Jumlah dan
jenis yang
diterima sesuai
dengan Surat
Pengiriman
Barang (SPB)
√
Cocokkan
dokumen SPB
dengan BAPB
5. Ada catatan
administrasi
MT
- Masuk
- Keluar
- Sisa
√
Cek catatan
administrasi
gudang
163
- Rusak
6. Apakah ada
data sasaran ?
- Bumil KEK √
Cek data
sasaran MT di
seluruh desa
wilayah kerja
Puskesmas
7. Apakah ada
rencana
kegiatan
distribusi MT ?
√
Cek dokumen
rencana
distribusi MT
8. Apakah
sebelum
pendistribusian
MT, ada
pemberitahuan
dari Puskesmas?
√
Cek arsip surat
pemberitahuan
distribusi MT
dari
Puskesmas ke
BDD/petugas
yg
ditunjuk/kader
9. Apakah
pendistribusian
MT sesuai
rencana ?
- Jumlah
- Jenis
- Waktu
distribusi
√
Cek
kesesuaian
jumlah MT
yang dikirim
dengan jumlah
sasaran
164
10. Apakah ada MT
dari sumber lain
yang
didistribusikan ?
- Sumber
- Namaproduk
- Jenis
- Jumlah
- Sasaran
√
APBDII/lainlain
165
Lampiran 9
Dokmentasi Penelitian
Wawancara dengan Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Gizi Dinas
Kesehatan Kota Semarang
Wawancara dengan Kepala Puskesmas Karanganyar
166
Wawancara dengan Nutrisionis di Puskesmas Karanganyar
Wawancara dengan Penanggung jawab Program PMT ibu hamil di Puskesmas
Karanganyar
167
Wawancara dengan Gasurkes di Puskesmas Karanganyar
Wawancara dengan ibu KEK penerima PMT
168
Wawancara dengan ibu KEK penerima PMT
Wawancara dengan ibu KEK penerima PMT
169
Penyimpanan PMT di Puskesmas Karanganyar
Biskuit PMT ibu hamil