EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI...

191
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL TAHUN 2018 TESIS Oleh: AFRIADI 1602011239 PROGRAMSTUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN 2019

Transcript of EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI...

Page 1: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA

DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

TAHUN 2018

TESIS

Oleh:

AFRIADI

1602011239

PROGRAMSTUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

MEDAN

2019

Page 2: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA

DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

TAHUN 2018

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Mayarakat (M.K.M)

pada Program Studi S2 Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Ilmu Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

InstitutHelvetia Medan

Oleh :

AFRIADI

1602011239

PROGRAMSTUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

MEDAN

2019

Page 3: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL
Page 4: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

Telah diuji pada tanggal : 22 Oktober 2019

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : 1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes

Anggota : 2. Dr. dr. Juliandi Haharap, M.A

3. Dr. Mappeaty Nyorong, M.P.H

4. Dr. dr. Hj. Arifah Devi Fitriani, M.Kes

Page 5: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL
Page 6: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

i

Page 7: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

ii

Page 8: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

iii

ABSTRAK

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA

DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

TAHUN 2018

AFRIADI

1602011239

Keberhasilan eliminasi malaria di Kabupaten Aceh Singkil tidak diikuti

dengan daerah lainnya di Aceh. Pencapaian prestasi eliminasi malaria tidak

terlepas dari berbagai sektor terkait yang memiliki komitemen kuat untuk

bersama-sama menggalang pencegahan dan pengendalian malaria dengan

persentase Annual Parasite Incident (API) per 1000 penduduk tahun 2017

mencapai 0%.. Namun frekuensi pelaksanaan program tersebut mengalami

penurunan sehingga diduga dapat menyebabkan masyarakat dapat menderita

penyakit malaria.Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis evaluasi

pelaksanaan program eliminasi malaria di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2018

. Jenis penelitian adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.

Informan penelitian terbagi atas 5 informan kunci yaitu penanggung jawab P2P,

petugas pengelola malaria, bidan desa dan 4 informan utama yaitu kepala

puskesmas dan kepala desa serta 6 informan tambahan yaitu masyarakat, ibu

hamil, kader. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif melalui

tahapan reduksi data, penyajian dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan penemuan dan tata laksana penderita tidak

dilakukan tetapi masyarakat mengalami demam masih diperiksa darahnya.

Pencegahan dan penanggulangan malaria tidak dilakukan seperti pendistribuan

kelambu dan penyemportan lingkungan rumah. surveilans epidemiologi dan

penanggulangan wabah tidak dilakukan karena wabah tidak ada, sehingga dibuat

pemantau berupa laporan bulanan. Peningkatan komunikasi edukasi dan informasi

(KIE) masih berlanjut sampai sekarang melalui penyuluhan kepada masyarakat

lebih difokuskan kepada bidan desa/kader. Peningkatan sumber daya manusia

berupa pelatihan dan bimbingan kepada petugas tidak pernah. Persentase Annual

Parasite Incident (API) per 1000 penduduk pada tahun 2018 mencapai 0%.

Kesimpulannya bahwa pelaksanaan program eliminasi malaria frekuensi

kegiatananya sehingga perlu dilakukan program mempertahankan eliminasi

malaria berkelanjutan.

Kata Kunci : Evaluasi, Eliminasi Malaria

Daftar Pustaka : buku 25 internet 41 ( 2005-2018)

Page 9: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT atas berkat dan

Karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul:

“Evaluasi Pelaksanaan Program Eliminasi Malaria di Kabupaten Aceh

Singkil Tahun 2018”.

Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M) pada Program Studi

S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Gizi Kesehatan Keluarga dan

Kesehatan Reproduksi di Institut Kesehatan Helvetia Medan. Dalam penyusunan

tesis ini, penulis mendapat bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak.

Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc, M.Kes selaku Pembina Yayasan

Helvetia.

2. Iman Muhammad, S.E, S.Kom, M.M, M.Kes, Selaku ketua Yayasan

Helvetia Medan

3. Dr. H. Ismail Efendy, M.Si selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia

Medan.

4. Dr. dr. Hj. Arifah Devi Fitriani, M.Kes, selaku Wakil Rektor Fakultas

Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Medan sekaligus

sebagai Penguji III yang telah memberikan saran dan masukan dalam

menyelesaikan tesis ini.

5. Dr. Asriwati, S. Kep, Ns, S.Pd, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Medan dan Sekaligus Penguji II

yang telah memberikan masukan sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

6. Dr. Anto, S.K.M., M.Kes, MM, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

7. Dr. dr. Juliandi Haharap, M.A, selaku Penguji I yang telah memberikan

saran dan arahan untuk kesempurnaan tesis ini.

Page 10: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

v

8. Dr. Mappeaty Nyorong, M.P.H, selaku Penguji II yang telah memberikan

saran dan arahan untuk kesempurnaan tesis ini.

9. Seluruh Dosen Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat yang telah

mendidik dan mengajarkan berbagai ilmu yang bermanfaat bagi peneliti.

10. Teristimewa kepada orangtua, istri dan anak tercinta yang telah

memberikan dorongan dan motivasi selama peneliti mengikuti pendidikan

Program Studi S2 Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia

Medan.

11. Semua pihak yang telah membantu dan mendorong baik secara langsung

ataupun tidak langsung dalam penyelesaian tesis ini.

Akhir kata penulis mengucapakan terima kasih, semogaa bimbinga,

dorongan dan bantuan yang diberikan kepda penulis dapat membawa berkah .

Medan, Oktober 2019

Penulis,

Afriadi

Page 11: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

vi

RIWAYAT HIDUP

Peneliti bernama Afriadi dilahirkan di Pulau Baguk pada tanggal 23 Juni

1987, beragama Islam, bertempat tinggal di Jalan Nelayan Pulau Baguk Aceh

Singkil. Peneliti merupakan anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan

Alm Nazran. T dan Darwati. Peneliti menikah dengan Yuslaini Sinaga, SE,

dikarunia 1 putri Qafisaha dan 1 putra Al-Fatih.

Jenjang pendidikan formal peneliti mulai di SD Negeri 1 Pulau Balai

tahun 1999. Peneliti menamatkan pendidikan SMP Negeri 1 Pulau Banyak tahun

2002 dan menamatkan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri 1 Singkil tahun

2005. Peneliti menamatkan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Univesitas Muhammadiyah Aceh tahun 2010. Peneliti melanjutkan pendidikan

pada Program Studi S2 Kesehatan Masyarakat Minat Studi Ilmu Kebijakan dan

Manajemen Pelayanan Kesehatan di Institut Kesehatan Helvetia Medan tahun

2016.

Peneliti mulai bekerja sebagai staf di The Prontier tahun 2010 sampai

2011. Kemudian bekerja sebagai petugas verifikator Independen Jamkesmas

mulai 2011 sampai 2013, dan menjadi staf di Dinas Kesehatan Aceh Singkil

mulai 2013 sampai dengan sekarang.

Page 12: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................

ABSTRACT ........................................................................................................i

ABSTRAK .........................................................................................................ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................iii

RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................v

DAFTAR ISI ......................................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................viii

DAFTAR TABEL..............................................................................................ix

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................11

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................11

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................14

2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu ....................................................................14

2.2 Telaah Teori ............................................................................................18

2.2.1 Malaria .......................................................................................18

2.2.2 Etiologi .......................................................................................20

2.2.3 Gejala Malaria .............................................................................23

2.2.4 Diagnosis Malaria .......................................................................25

2.2.5 Faktor Penyebab Malaria.............................................................26

2.2.6 Penyebab Penyakit Malaria .........................................................33

2.2.7 Gejala Penyakit Malaria ..............................................................35

2.2.8 Penyebaran dan Penularan Malaria .............................................37

2.2.9 Pengobatan Malaria .....................................................................38

2.2.10 Pencegahan Malaria ....................................................................38

2.2.11 Program Eliminasi Malaria .........................................................39

2.2.12 Tujuan Program Eliminasi Malaria .............................................40

2.2.13 Kebijakan Program Eliminasi Malaria ........................................40

2.2.14 Strategi ........................................................................................41

2.2.15 Tugas Pokok dan Fungsi Kabupaten Aceh Singkil dalam Kegiatan Eliminasi Malaria ........................................................41

2.2.16 Model Program Eliminasi Malaria ..............................................45

2.2.17 Faktor-faktor yang Memengaruhi Program Eliminasi Malaria ...49

2.3 Landasan Teori ........................................................................................57

2.4. Kerangka Konsep .....................................................................................60

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................61

3.1 Desain Penelitian ......................................................................................61

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................61

Page 13: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

viii

3.2.1 Lokasi Penelitian ...........................................................................61

3.2.2 Waktu Penelitian ..........................................................................61

3.2.3 Informan Penelitian ......................................................................62

3.3 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................63

3.4 Metode Pengumpulan Data ......................................................................64

3.4.1 Jenis Data .....................................................................................64

3.4.2. Uji Keabsahan Data ......................................................................65

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ..........................................................65

3.6 Metode Pengolahan Data .........................................................................66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................69

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian......................................................................69

4.1.1 Geografis .......................................................................................69

4.1.2. Sosial Budaya ................................................................................70

4.1.3. Kependudukan ...............................................................................70

4.1.4. Sanitasi ..........................................................................................70

4.1.5. Sarana Pendidikan .........................................................................71

4.1.6 Gambaran Umum Proses Penelitian ..............................................71

4.2 Analisa Data Penelitian .............................................................................72

4.2.1 Karakteristik Informan Kunci ...................................................................72

4.3 Pembahasan ...............................................................................................74

4.3.1 Input ...............................................................................................74

4.3.2. Proses ...........................................................................................79

4.3.3. Output ...........................................................................................97

4.3.4 Input dalam Evaluasi Pelaksanaan Program Eliminasi Malaria

di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2019 ......................................97

4.3.5 Proses dalam Pelaksanaan Program Eliminasi Malaria di

Kabupaten Aceh Singkil Tahun .................................................104

4.3.5.1 Penemuan dan Tatalaksana Penderita Malaria ..................104

4.3.5.2 Pencegahan dan Penanggulangan Faktor Resiko ...............109

4.3.5.3 Surveilans Epidemiologi dan Penanggulangan Wabah .....118

4.3.5.4 Peningkatan Komunikasi Edukasi dan Informasi (KIE) ....121

4.3.5.5 Peningkatan Sumber Daya Manusia ..................................125

4.4. Implikasi ......................................................................................................129

4.5. Keterbatasan Penelitian ...............................................................................129

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................130

5.1. Kesimpulan ..................................................................................................130

5.2. Saran .............................................................................................................131

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................133

LAMPIRAN .......................................................................................................137

Page 14: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1. Siklus hidup plasmodium Penyebab Malaria ..................... 21

2.2. Siklus hidup plasmodium Penyebab Malaria ..................... 22

2.3. Trias Epidemiologi ............................................................ 27

2.4. Landasan Teori .................................................................. 59

2.5. Kerangka Pikir ................................................................... 60

5.1. Kegiatan Survei Darah Jari ................................................ 99

5.2. Kegiatan Survei Darah Jari ................................................ 105

5.3. Hasil Pemeriksaan Darah Positif Menderita Malaria......... 106

5.4. Pendistribusian Kelambu Berinsektisida kepada

Masyarakat ......................................................................... 110

5.5. Persiapan Penyemprotan Rumah Masyarkat ..................... 114

5.6. Kegiatan Surveilans ........................................................... 118

5.7. Pelatihan Sistem Pelaporan Malaria .................................. 126

Page 15: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

x

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

2.1. Periode Prepaten dan Masa Inkubasi Plasmodium .............. 35

4.1. Karakteristik Informan ......................................................... 73

4.2. Matriks Pertanyaan Informan tentang Keterlibatan Petugas

Berkaitan Program Eliminasi Malaria di Kabupaten Aceh

Singkil .................................................................................. 75

4.3. Matriks Pertanyaan Informan tentang Pembagian Tugas

Program Eliminasi Malaria di Kabupaten Aceh Singkil ...... 76

4.4. Matriks Pertanyaan Informan tentang Sarana dan

Prasarana Program Eliminasi Malaria di Kabupaten Aceh

Singkil .................................................................................. 78

4.5. Matriks Pertanyaan Informan tentang Pendataan Penderita

dalam Program Eliminasi Malaria di Kabupaten Aceh

Singkil .................................................................................. 80

4.6. Matriks Pertanyaan Informan tentang Pengobatan

Penderita dalam Program Eliminasi Malaria di Kabupaten

Aceh Singkil ......................................................................... 82

4.7. Matriks Pertanyaan Informan tentang Pendistribusian

Kelambu Berinsektisida dalam Program Eliminasi Malaria

di Kabupaten Aceh Singkil .................................................. 83

4.8. Matriks Pertanyaan Informan tentang Penyemprotan

Lingkungan Rumah dalam Program Eliminasi Malaria di

Kabupaten Aceh Singkil....................................................... 85

4.9. Matriks Pertanyaan Informan tentang Pengendalian

Vektor Hayati dalam Program Eliminasi Malaria di

Kabupaten Aceh Singkil....................................................... 86

4.10. Matriks Pertanyaan Informan tentang Skrining Ibu Hamil

saat Pemeriksaan Kesehatan dalam Program Eliminasi

Malaria di Kabupaten Aceh Singkil ..................................... 88

4.11. Matriks Pertanyaan Informan tentang Suveilans

Epidemiologi dan Penanggulangan Wabah dalam Program

Eliminasi Malaria di Kabupaten Aceh Singkil ..................... 90

4.12. Matriks Pertanyaan Informan tentang Penyuluhan dan

Ketersediaan Papan Waspada dalam Program Eliminasi

Malaria di Kabupaten Aceh Singkil ..................................... 92

Page 16: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

xi

4.13 Matriks Pertanyaan Informan tentang

Kemitraan/Koordinasi dengan Sektor lain dalam Program

Eliminasi Malaria di Kabupaten Aceh Singkil ..................... 94

4.14. Matriks Pertanyaan Informan tentang Peningkatkan

Kemampuan Petugas dalam Program Eliminasi Malaria di

Kabupaten Aceh Singkil....................................................... 96

Page 17: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1 Pedoman Wawancara ...................................................... 137

2 Materik Hasil Wawancara ............................................... 139

3 Dokumentasi ................................................................... 165

Page 18: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program eliminasi malaria ini adalah suatu upaya untuk menghentikan

penularan malaria setempat dalam satu wilayah geografis tertentu dengan tidak

ditemukan kasus indigenous selama 3 tahun berturut-turut. Namun, bukan berarti

tidak ada kasus malaria impor serta sudah tidak ada vektor malaria di wilayah

tersebut. Karena itu, tetap dibutuhkan kegiatan kewaspadaan untuk mencegah

penularan kembali (1).

World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa 216 juta kasus

malaria terjadi di seluruh dunia pada tahun 2016 dan sekitar 445.000 orang

meninggal karena penyakit serta 28 juta kasus terjadi di ASEAN. Setiap tahunnya

sebanyak 660 ribu orang meninggal dunia karena malaria terutama anak balita

(86%) dan 320 ribu diantaranya berada di Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Kondisi ini menjelaskan bahwa malaria merupakan penyakit menular yang perlu

diwaspadai dan perlu segera ditindaklanjuti untuk mengurangi angka kematian

dan kesakitan (2).

Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius

karena menimbulkan kematian terutama dijumpai di berbagai daerah di Indonesia.

Secara nasional, 75-80% kasus malaria di Indonesia berasal dari kawasan

Indonesia Timur (Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara dan NTT). Malaria

di NTT tertinggi kedua di Indonesia setelah Papua dalam kurun waktu sepuluh

Page 19: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

2

tahun 2006-2015. Kasus malaria di NTT sudah menunjukkan penurunan yang

siginifikan sebesar 71 persen. Tahun 2006 kasus malaria yang terkonfirmasi

sebanyak 123,848 kasus; menurun menjadi 36,128 di tahun 2015. Annual Parasite

Insiden (API) juga menurun dari 28.3 per 1000 menjadi 7.1 per 1000 dalam kurun

waktu yang sama (3).

Jumlah penderita malaria positif di Provinsi Aceh tahun 2016 yang

dilaporkan sebanyak 422 kasus dengan API sebesar 0,1 per 1.000 penduduk

beresiko. Terjadi penurunan jumlah kasus pada tahun 2015 dibandingkan tahun

2014 yang sebanyak 909 kasus dengan API sebesar 0,2 per 1.000 penduduk

beresiko. Angka ini cukup bermakna karena diikuti dengan intensifikasi upaya

pengendalian malaria yang salah satu hasilnya adalah peningkatan cakupan

pemeriksaan sediaan darah atau konfirmasi laboratorium (4).

Berdasarkan hasil evaluasi Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

(P2P) Dinas Kabupaten Singkil bahwa evaluasi program malaria oleh Dinas

Kesehatan Aceh Singkil tahun 2014, menunjukkan bahwa kasus malaria mulai

menurun dalam 3 tahun terakhir (2015-2017). Persentase Annual Parasite

Incident (API) per 1000 penduduk pada tahun 2013 yaitu 1,5% (15 kasus tidak

ada meninggal dunia), tahun 2014 yaitu 1,9% (13 kasus tidak ada meninggal

dunia), selanjutnya pada tahun 2015 yaitu 0%, tahun 2016 yaitu 0% dan tahun

2017 telah mencapai 0%. Kemudian tahun 2018 juga tidak ditemukan kasus

malaria. Dengan keberhasilan ini, maka Kabupaten Aceh Singkil tahun 2017

mendapat sertifikasi Malaria dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Page 20: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

3

berdasarkan hasil suvei dari Tim kementerian kesehatan dan United Nations

International Children's Emergency Fund (UNICEF) (5).

Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas P2P bahwa bahwa

keberhasilan eliminasi malaria di Kabupaten Aceh Singkil tidak diikuti dengan

daerah lainnya di Aceh. Pencapaian prestasi eliminasi malaria tidak terlepas dari

berbagai sektor terkait yang memiliki komitemen kuat untuk bersama-sama

menggalang pencegahan dan pengendalian malaria. Berdasarkan hasil wawancara

dengan bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan

Kabupaten Aceh Singkil bahwa penemuan kasus malaria tidak terlepas kerjasama

dari petugas di lini bawah seperti kepala puskesmas, tenaga kesehatan (setiap

desa), dan kader (setiap desa 1 orang). Petugas kesehatan di setiap puskesmas

memberikan penyuluhan kesehatan tentang program malaria kepada masyarakat

tetapi belum kontinyu karena keterbatasan dana dan petugas kesehatan. Petugas

kesehatan memiliki sikap bersungguh-sungguh dalam melakukan kegiatan

program malaria

Petugas kesehatan merasa memiliki dorongan (motif) dalam melaksanakan

program eliminasi malaria disebabkan dukungan dari lintar sekotral seperti Dinas

Kesehatan Aceh Singkil, pemerintah kecamatan, desa dan LSM (tokoh

masyarakat) seperti pendistribusian pembagian kelambu, kegiatan gorong royong.

Selain itu, petugas kesehatan didukung sarana dan prasarana dalam menyukseskan

program malaria seperti setiap desa memiliki Pos Malaria Desa (PMD) yang

dilengkapi alat pengambil darah atau Rapid Diagnostic Test (RDT). Tujuan dari

RDT tersebut adalah apabila ada masyarakat yang mengalami deman, maka

Page 21: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

4

darahnya akan diambil untuk diperiksa di laboratirum puskesmas. Setiap petugas

seperti tenaga kesehatan dan kader mendapat pelatihan tentang tanda-tanda gejala

menderita malaria.

Petugas P2P juga mengatakan bahwa pelaksanaan pencegahan dan

penanggulangan faktor risiko dengan memberdayakan masyarakat melakukan

gerakan gotong royong seperti Jumat Bersih setiap minggu terutama di daerah

endemis yatu Kecamatan Pulau Banyak dan Kuala Baru. Di setiap fasilitas

kesehatan seperti puskesmas, klinik, balai pengobatan/klinik bila ada masyarakat

menderita demam dianjurkan melakukan pemeriksaan darah untuk

mengidentifikasi kejadian malaria. Untuk mendukung program eliminasi malaria

dilakukan survei epidemiologi melalui pemeriksaan Mass Blood Survey (MBS)

sebanyak masyarakat, baik yang menderita demam maupun tidak dengan

frekuensi 2 kali setahun. Kegiatan ini diselenggarakan dengan berbagai elemen

gabungan yaitu petugas P2P Dinas Kesehatan Aceh Singgil, kepala puskesmas,

tenaga kesehatan dan kader. Untuk meningkatkan kualitas kerja tenaga kesehatan

diselenggarakan pelatihan dan kegiatan refresing keluar kota setiap 1 tahun sekali.

Hasil wawancara dengan 5 orang masyarakat yang tinggal di 5 Kecamatan

mengatakan bahwa mereka ikutserta dalam kegiatan gotong royong menimal

sebulan sekali, membersihkan selokan atau aliran saluran limbah rumah,

membiasakan membuang sampah pada tempatnya. Masyarakat mendukung

program eliminasi dengan berpartisipasi dalam membersihkan lingkungan rumah

sekitarnya dan melaporkan bila ada anggota keluarga menderita deman untuk

diperiksa darahnya dan bersedia memeriksa darah di pelayanan kesehatan untuk

Page 22: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

5

mencegah penularan penyakit malaria. Masyarakat juga mendapatkan promosi

kesehatan dari petugas P2P supaya masyarakat paham dan mengerti tentang

pencegahan malaria seperti penyebaran brosur (leaflet), dan spanduk. Jadwal

kegiatan penyuluhan lainnya juga diselenggarakan di puskesmas, kegiatan

Posyandu dan Posbindu setiap bulan.

Keberhasilan eliminasi malaria tidak terlepas dari dukungan dana

bersumber dana. Pengucuran dana pencegahan malaria sudah sejak lama dimulai

tahun 2013 sebesar Rp. 987 juta, 2014 sebesar Rp. 995, tahun 2015 sebesar 873

juta, tahun 2016 sebesar Rp. 860 juta, tahun 2017 sebesar Rp. 856 juta, tahun

2018 sebesar Rp. 315 juta dan tahun 2019 hanya mencapai 125 juta. Jika dilihat

bahwa anggaran sumber dana program eliminasi malaria setiap tahun mengalami

penurunan, bahkan sangat signifikan di dua tahun terakhir disebabkan pada saat

ini kondisi Kabupaten Aceh Singkil dalam tahap pemeliharaan. Kondisi ini

dikhawatirkan dapat menghambat biaya operasional di lapangan untuk

mempertahakan status Kabupaten Aceh Singkil sebagai bebas malaria.

Frekuensi kegiatan penyuluhan kesehatan tentang program malaria mulai

berkurang di setiap puskesmas. Pembagian kelabu berinsektisida dan resistensi

vektor belum didistribusikan kepada masyarakat untuk mengganti yang rusak.

Ada desa daerah indemis tidak menyelenggarakan gerakan Jumat Bersih terutama

wilayah kerja Kecamatan Pulau Banyak.

Hasil pengamatan peneliti bahwa di berbagai daerah di Kabupaten Aceh

Singkil memiliki berbagai penyakit menular seperti 135 kasus TBC, 0,23% kusta

dari 10.000 penduduk, dan 47% filariasis per 100.000 penduduk, sedangkan

Page 23: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

6

malaria 0%. Hal ini dapat dijelaskan bahwa kasus penyakit menular masih cukup

tinggi terjadi disebabkan pencegahan dan pengendalian belum berjalan efektif

dibandingkan dengan pengelolaan malaria. Selain itu, kebiasaan masyarakat pada

hari Jumat untuk bergotong royong (Jumat Bersih) tidak lagi berlangsung secara

rutin di daerah endemis seperti Desa Teluk Nibung dan Desa Kuala Baru Laut.

Frekuensi penyuluhan kepada masyarakat di beberapa daerah terkesan berkurang

sehingga dapat menyebabkan pemahaman petugas akan berkurang dalam

menguasai materi tentang program eliminasi malaria. Saat ini petugas juga merasa

bahwa peningkatan pemahaman masyarakat tentang program eliminasi sudah

cukup sehingga frekuensi penyuluhan berkurang.

Setelah program eliminasi berjalan selama 2 tahun, petugas jarang

melakukan pemantauan jentik di lingkungan masyarakat diduga disebabkan

kurangnya motivasi petugas sehingga penyampaikan informasi juga berkurang

kepada masyarakat. Pertemuan antara lintas sektoral hanya diselenggarakan setiap

tahun saja untuk mengetahui evaluasi program eliminasi malaria karena

terbatasnya dana dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Singkil. Selain itu,

adanya kemungkinan masyarakat luar daerah Kabupaten Aceh Singkil datang

berkunjung membawa vektor malaria yang dapat menyebabkan penyakit tersebut

menyebar di masyarakat sehingga dapat menyebabkan eliminasi malaria tidak

dapat dipertahankan lagi. Alasan inilah yang membuat peneliti tertarik mengkaji

tentang evaluasi program eliminsasi malaria.

Page 24: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

7

Malaria merupakan penyakit menular, yang disebarkan lewat gigitan

nyamuk Anopheles dan dapat menyerang semua kelompok umur. Pada saat

nyamuk Anopheles infektif menghisap darah manusia, sporozoit yang berada

dikelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah selama kurang lebih

½ jam. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit

hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000-30.000

merozoit hati (tergantung speciesnya). Siklus ini disebut siklus eksoeritrositer

yang berlangsung selama lebih kurang 2 minggu (6).

Penderita malaria memiliki gejala malaria yang muncul pada umumnya 10

hingga 15 hari setelah tergigit nyamuk Anopheles berupa demam ringan yang

hilang-timbul, sakit kepala, sakit otot dan menggigil bersamaan dengan perasaan

tidak enak badan (malaise). Parasit malaria ditemukan pada sel darah merah

penderita yang terinfeksi sehinga malaria dapat ditularkan melalui transfusi darah,

penggunaan jarum suntik bersama, ibu hamil kepada janinnya dan transplantasi

organ (7).

Program pengendalian vektor malaria yang telah dilakukan dengan cara

mengendalikan populasi nyamuk dewasa melalui penyemprotan dalam rumah

(Indoor Residual Spray) dan kelambu berinsektisida (Long Lasting Insecticide

Nets), larvasidasi serta modifikasi/ manipulasi habitat perkembangbiakan

Anopheles spp. Penyemprotan dalam rumah dan pemakaian kelambu

berinsektisida bertujuan untuk memperpendek umur nyamuk sehingga penyebaran

dan penularan malaria dapat terputus (8). Penyakit malaria disebarkan melalui tiga

komponen yang saling terkait, yaitu host, agent dan environment. Komponen ini

Page 25: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

8

merupakan rantai penularan penyakit malaria, sehingga upaya pencegahan dan

pengendalian malaria melalui pemutusan mata rantai penularan tersebut menjadi

sangat efektif (9).

Keberhasilan program eliminasi malaria ditentukan oleh petugas kesehatan

sebagai fasilitator dalam mengelolan program kesehatan tersebut di lapangan.

Faktor yang memengaruhi program eliminasi malari berkaitan dengan perilaku

petugas kesehatan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut

Green bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor predisposisi (faktor

pencetus timbulnya perilaku yaitu umur, pengetahuan, pengalaman, pendidikan,

sikap, kepercayaan, keyakinan, paritas, dan lain sebagainya, faktor pendukung

yaitu faktor yang mendukung timbulnya perilaku seperti lingkungan fisik, dana

dan sumber-sumber yang ada di organisasi) dan faktor pendorong (faktor yang

memperkuat atau mendorong seseorang untuk berperilaku yang berasal dari orang

lain) (10).

Untuk mendukung program pengendalian vektor malaria, Pemerintah

Indonesia telah menetapkan kebijakan dengan menerbitkan Keputusan Menteri

Kesehatan no: 293/Menkes/SK/IV/2009 tentang eliminasi malaria di Indonesia.

Tujuan dari Kepmenkes 293 tahun 2009 ini adalah terwujudnya masyarakat yang

hidup sehat dan terbebas dari penularan malaria secara bertahap hingga tahun

2030, dengan target yaitu Pulau Jawa, Provinsi NAD dan Provinsi Kepulauan

Riau pada tahun 2015. Program eliminasi malaria dilaksanakan secara terpadu dan

mempunyai empat tahap yaitu: tahap pemberantasan, tahap pra eliminasi, tahap

eliminasi, dan tahap pemeliharaan (11).

Page 26: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

9

Upaya Pemerintah Aceh dalam mencegah dan mengendalaikan penyakit

malaria dengan menerbitkan peraturan tentang eliminasi malaria. Menurut

Peraturan Bupati Aceh Singkil Nomor 11 Tahun 2013 tentang Pedoman Eliminasi

Malaria, yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang sehat yang terbebas

dari penularan malaria pada tahun 2015. Program eliminasi malaria dilaksanakan

di 12 puskesmas pada kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Singkil (12).

Kegiatan program eliminasi malaria di Kabupaten Aceh Singkil sebagai

berikut : 1) Penemuan dan tatalaksana penderita (meliputi: penemuan penderita

malaria, pengobatan penderita malaria), 2) Pencegahan dan penanggulangan

faktor resiko (meliputi pembagian kelambu berinsektisida, promosi kesehatan/

penyuluhan), 3) Surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah (meliputi:

pelaporan SKD-Kejadian Luar Biasa (KLB), penanggulangan bila terjadi KLB,

sistem informasi pencatatan malaria), 4) Peningkatan Komunikasi, Edukasi dan

informasi (meliputi: koordinasi dan kerjasama lintas sektor dalam eliminasi

malaria), 5) Peningkatan sumberdaya manusia (meliputi: pelatihan pelatihan

kepada tenaga kesehatan dan pelatihan kepada tenaga mikroskopis) (12).

Dalam upaya mencapai eliminasi malaria tersebut banyak kendala yang

ditemui diberbagai negara. Program eliminasi di Rusia tentang masalah teknis

terjadi pada tahap akhir dari program eliminasi yaitu kesulitan dalam

mengidentifikasi pasien dan tidak adanya metode yang sangat efektif untuk

mendeteksi parasit malaria serta membutuhkan penggunaan rejimen pengobatan

yang berbeda dan obat-obatan antimalaria. Migrasi penduduk yang tidak

terkendali menjadi sangat penting dalam penyebaran infeksi di daerah bebas

Page 27: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

10

malaria. Solusi mendesak adalah untuk meningkatkan metode yang ada dan

mengembangkan yang baru untuk deteksi dan pengobatan infeksi dan paket

kebijakan antimalaria (13).

Kegiatan eliminasi malaria di China dimana terdapat kekurangan tenaga

kerja kesehatan dan ahli malaria. Kurangnya sumberdaya manusia terlatih dan

personil merupakan tantangan besar untuk melaksanakan eliminasi malaria yang

direncanakan pada tahun 2015. (14). Sedangkan di Ethiopia penurunan kejadian

malaria yang telah diamati dalam 3-4 tahun terakhir belum mencapai tujuan

eliminasi malaria karena kesadaran individu terhadap risiko kesehatan lingkungan

dalam menurunkan terjadinya infeksi malaria (15).

Penelitian Roosihermiatie di Provinsi Bali tahun 2010 menyatakan bahwa

pemahaman terhadap eliminasi malaria pada tingkat Dinas Kesehatan Bali sudah

baik, namun pada tingkat lintas sektor belum mengetahui tentang pedoman

eliminasi tersebut. Untuk implementasi program eliminasi malaria telah didukung

oleh Peraturan Gubernur dan Peraturan Bupati Karangasem dan sudah sesuai

dengan strategi pusat. Kegiatan lintas sektor telah bersinergi dengan kebijakan

eliminasi malaria, inovasi dalam mendukung eliminasi malaria sudah

dikembangkan (16).

Melihat fenomena pelaksanaan program eliminasi malaria di berbagai

negara dan daerah di Indonesia masih memiliki kendala dan permasalahan yang

perlu ditingkatkan dan dikelola dengan efektif. Namun di Kabupatan Aceh Singkil

yang didukung dari berbagai lini yaitu petugas dinas kesehatan, puskesmas, bidan

desa, kader dan masyarakat sehingga Kabupaten Aceh Singkil memperoleh

Page 28: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

11

Sertifikasi Eliminasi Malaria tahun 2017, maka peneliti tertarik untuk meneliti

mengenai Evaluasi Pelaksanaan Program Eliminasi Malaria di Kabupaten Aceh

Singkil Tahun 2018.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang

menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penemuan dan tata laksana penderita dalam program eliminasi

malaria di Kabupaten Aceh Singkil tahun 2018.

2. Bagaimana pencegahan dan penanggulangan faktor resiko dalam program

eliminasi malaria di Kabupaten Aceh Singkil tahun 2018.

3. Bagaimana surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah dalam

program eliminasi malaria di Kabupaten Aceh Singkil tahun 2018.

4. Bagaimana peningkatan KIE dalam program eliminasi malaria di Kabupaten

Aceh Singkil tahun 2018.

5. Bagaimana peningkatan sumberdaya manusia dalam program eliminasi

malaria di Kabupaten Aceh Singkil tahun 2018.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk menganalisis penemuan dan tata laksana penderita dalam program

eliminasi malaria di Kabupaten Aceh Singkil tahun 2018.

Page 29: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

12

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pencegahan dan penanggulangan faktor resiko dalam

program eliminasi malaria di Kabupaten Aceh Singkil tahun 2018.

2. Untuk menganalisis surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah

dalam program eliminasi malaria di Kabupaten Aceh Singkil tahun 2018.

3. Untuk menganalisis Peningkatan KIE dalam program eliminasi malaria di

Kabupaten Aceh Singkil tahun 2018.

4. Untuk menganalisis peningkatan sumberdaya manusia dalam program

eliminasi malaria di Kabupaten Aceh Singkil tahun 2018.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis dan

praktis.

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan sebagai masukan bagi

Dinas Kesehatan Aceh Singkil dalam mempertahankan eliminasi malaria.

2. Secara Praktis

Manfaat praktis yang ingin dicapai dalam penelitian ini bagi beberapa pihak

antara lain:

a. Bagi Dinas Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan sebagai

dasar pertimbangan dalam usaha mempertahankan program eliminasi

Page 30: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

13

malaria dan diharapkan dapat memberikan masukan untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat.

b. Bagi Akademisi

Penelitian ini merupakan proses pembelajaran untuk dapat menerapkan

ilmu yang telah diperoleh selama ini dan diharapkan dapat menambah

pengetahuan, pengalaman, dan wawasan mengenai evaluasi program

eliminasi malaria dalam peningkatan kesehatan masyarakat, sehingga hasil

penelitian ini dapat menerangkan dan mempunyai pengetahuan teoritis

dalam kasus nyata di lapangan.

c. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi

dan masukan bagi pemerintah tentang pelaksanaan program eliminasi

malaria dan pengaruh program terhadap masyarakat serta untuk melihat

prestasi pencapaian tujuan program untuk perbaikan di masa yang akan

datang.

Page 31: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

14

Page 32: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu

Penelitian Salman menunjukkan hasil bahwa pelaksanaan program

eliminasi malaria di Kabupaten Halmahera Timur sudah cukup baik. Dalam

penemuan dan tatalaksana penderita, pencegahan dan penanggulangan faktor

resiko, surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah, peningkatan

komunikasi informasi dan edukasi (KIE) dan peningkatan sumber daya manusia

meskipun terdapat kekurangan yakni belum memiliki data yang lengkap bahkan

tidak dapat menunjukan dokumen pelaksanaan kegiatan eliminasi malaria dan

belum adanya peraturan daerah yang mendukung program eliminasi malaria di

kabupaten halmahera timur. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

pelaksanaan kebijakan program eliminasi malaria di Kabupaten Halmahera Timur

sudah cukup baik tapi belum maksimal karena masih kurangnya tenaga kesehatan

yang terlatih serta kurang pemahaman masyarakat mengenai eliminasi malaria

(17).

Penelitian Lestari mengatakan bahwa Maluku Utara merupakan salah satu

provinsi di Indonesia yang mempunyai wilayah endemis malaria sehingga

memerlukan usaha keras untuk mencapai target nasional. Berbagai upaya dalam

pengendalian penyakit malaria sudah dilakukan, bahkan kebijakan

penanggulangan malaria sudah menjadi fokus utama dari pemerintah daerah.

Namun arah kebijakan pengendalian malaria masih belum berorientasi pada

Page 33: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

15

pemberantasan vektor, sehingga kasus malaria masih tinggi. Penentuan

arah kebijakan pengendalian malaria harus memperhatikan 3 komponen penularan

penyakit malaria. Selain itu, komitmen dan kemitraan dari para pengambil

kebijakan dan dukungan peraturan daerah khusus tentang pengendalian malaria

sangat diperlukan agar kebijakan pengendalian malaria dapat dilaksanakan secara

terarah dan berkesinambungan (18).

Penelitian Selasa menunjukkan hasil bahwa penemuan dan tatalaksana

penderita, pencegahan dan penanggulangan faktor risiko, surveilans epidemiologi

dan penanggulangan wabah, peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi

(KIE), dan peningkatan sumber daya manusia dalam implementasi kebijakan

eliminasi malaria di Puskesmas seKota Kupang dilaksanakan sesuai kebijakan

yang ditetapkan yaitu mencapai 100% untuk 11 Puskesmas (19).

Penelitian Manalu menunjukkan hasil bahwa program pengendalian

malaria masih kurang maksimal dikarenakan kurang optimalnya dukungan dan

kerja sama berbagai sektor di luar kesehatan, oleh karena itu perlu ditingkatkan

kemitraan dan di integrasi dengan berbagai kegiatan yang ada di setiap

institusi/lintas sektor terkait. Kesimpulan penelitian, peran pemerintah daerah dan

seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat sangat dibutuhkan dalam

pengendalian vektor malaria yang optimal dan penyediaan sumber data untuk

mengambil kebijakan, sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai (20).

Penelitian Delpi menunjukkan hasil bahwa berdasarkan analisis kebijakan

penanggulangan malaria berpedoman kepada kebijakan Kementerian Kesehatan

RI, buku pedoman belum mencukupi khususnya untuk petugas kesling, promkes

Page 34: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

16

dan petugas desa, sumber daya manusia belum memadai baik dari segi kualitas

maupun kuantitas, dana masih kurang memadai karena masih banyak yang perlu

dilakukan, sarana belum mencukupi karena tidak ada pengadaan dari dinas

kesehatan, proses perencanaan belum berjalan dengan baik karena perencanaan

bersifat top down, tim gebrak malaria belum terbentuk karena camat tidak hadir

pada kegiatan sosialisasi dan pembentukan tim gebrak malaria, penemuan kasus

masih rendah karena pencatatan dan pelaporan, follow up dan cross check belum

dilakukan secara maksimal, survei vektor dan analisa dinamika penularan belum

dilakukan karena tidak ada tenaga terlatih, pembagian kelambu berinsektisida

kepada ibu hamil sudah mencukupi, dan puskesmas belum membuat pemetaan

daerah endemis malaria. Peningkatan kemampuan unit pelayanan kesehatan

tentang SKD-KLB belum dilakukan karena tidak tersedia anggaran, peningkatan

komunikasi, informasi dan edukasi belum berjalan dengan baik, dinas kesehatan

membuat pesan-pesan kesehatan berupa Tujuh Pesan Sikerei dan monitoring,

evaluasi dan pelaporan belum berjalan dengan baik karena tidak adanya

pertemuan tingkat kabupaten dan kegiatan monev ke pustu dan poskesdes serta

pelaksanaan program penanggulangan malaria belum berhasil (21).

Penelitian Sugiarto menunjukkan hasil bahwa kelambu berinsektisida yang

telah digunakan selama enam bulan mempunyai efektivitas yang paling tinggi

(94,13%). Kelambu yang telah digunakan 12-23 bulan, dan lebih dari 24 bulan

menunjukkan tidak efektif karena kematian nyamuk uji adalah 71,74% dan

37,33%. Hasil studi KAP menunjukkan sikap 100% setuju untuk menerima

pembagian kelambu berinsektisida, tetapi tidak bersedia mencuci kelambu

Page 35: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

17

tersebut. Efektivitas kelambu berinsektisida berkorelasi dengan pencucian

kelambu. Penggunaan kelambu berinsektisida akan efektif mencegah penularan

malaria bila didukung oleh perawatan yang baik terhadap kelambu berinsektisida

tersebut (22).

Penelitian Khayati berjudul Beberapa Faktor Petugas yang Berhubungan

dengan Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi Malaria Tingkat Puskesmas di

Kabupaten Purworejo. Jurnal Kesehatan Masyarakat menjelaskan hasil penelitian

bahwa terdapat hubungan antara lama kerja (p=0,018) dan tingkat pendidikan

(p=0,025) dengan hasil pelaksanaan kegiatan surveilans malaria tingkat

puskesmas di Kabupaten Purworejo. Sedangkan tingkat pengetahuan (p=0,569),

sikap petugas (p=0,274), dukungan pimpinan (p=1,000) dan kelengkapan sarana

(p=0,596) tidak berhubungan dengan hasil pelaksanaan kegiatan surveilans

malaria tingkat puskesmas di Kabupaten Purworejo. Berdasarkan hasil penelitian

tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

lama kerja dan tingkat pendidikan petugas surveilans malaria dengan hasil

pelaksanaan kegiatan surveilans malaria tingkat puskesmas di Kabupaten

Purworejo (23).

Penelitian Kalego (2015) berjudul Pengaruh Penyuluhan tentang

Pencegahan Malaria terhadap Kepatuhan Melakukan Pencegahan Malaria dan

Kejadian Malaria di Desa Rindi Kabupaten Sumba Timur menjelaskan bahwa

berdasarkan analisis bivariat denganuji statistik chi-square diperoleh hasil dengan

nilai p=0,003 (p<0,005) antara penyuluhantentang pencegahan malaria dengan

kepatuhan melakukan pencegahan malaria dan nilai p=0,314 (p>0,005)

Page 36: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

18

antara penyuluhan tentang pencegahan malaria dengan kejadian malaria. Artinya

terdapat hubungan yang bermakna antara penyuluhan tentang pencegahan

malariadengan kepatuhan melakukan pencegahan malaria dan tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara penyuluhan tentang pencegahan malaria dengan

kejadian malaria (24).

2.2 Telaah Teori

2.2.1 Malaria

Malaria merupakan penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan

masyarakat di Indonesia, karena menimbulkan angka kesakitan dan kematian

yang tinggi serta menurunkan produktivitas sumberdaya manusia dan

pembangunan nasional. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit

plasmodium dan ditularkan oleh nyamuk anopheles yang dalam

perkembangannya nyamuk memerlukan tempat perindukan. Nyamuk mempunyai

empat stadium dalam perkembangannya yaitu telur, larva, pupa dan dewasa.

stadium larva dan pupa berada di dalam air (1).

Malaria adalah penyakit yang ada sejak zaman Yunani. Istilah malaria

diambil dari bahasa Italia, yaitu mal (buruk) dan area (udara) sehingga dapat

diartikan sebagai udara buruk (bad air) karena penyakit malaria banyak

ditemukan di daerah rawa yang berbau busuk, penyakit malaria disebut juga

dengan demam kura (9).

Penyakit malaria disebabkan oleh sporozoa genus plasmodium dan

ditularkan oleh nyamuk spesies anopheles. Penyakit ini dapat menyerang segala

ras, usia, dan jenis kelamin. Golongan yang berisiko tertular malaria antara lain:

Page 37: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

19

ibu hamil, pelancong yang tidak memiliki kekebalan terhadap malaria, pengungsi

dan pekerja yang berpindah ke daerah endemis malaria (25).

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa)

dari genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles.

Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa Italia yaitu mal (buruk) dan area

(udara) atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang

mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai nama lain, seperti demam

roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura

dan paludisme (26).

Soemirat mengatakan malaria yang disebabkan oleh protozoa terdiri dari

empat jenis species yaitu plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana,

plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana, plasmodium falciparum

menyebabkan malaria tropika dan plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale

(27).

Menurut Achmadi di Indonesia terdapat empat spesies plasmodium, yaitu:

1. Plasmodium vivax, memiliki distribusi geografis terluas, mulai dari wilayah

beriklim dingin, subtropik hingga daerah tropik. Demam terjadi setiap 48 jam

atau setiap hari ketiga, pada siang atau sore. Masa inkubasi plasmodium vivax

antara 12 sampai 17 hari dan salah satu gejala adalah pembengkakan limpa

atau splenomegali

2. Plasmodium falciparum, plasmodium ini merupakan penyebab malaria

tropika, secara klinik berat dan dapat menimbulkan komplikasi berupa malaria

celebral dan fatal. Masa inkubasi malaria tropika ini sekitar 12 hari, dengan

Page 38: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

20

gejala nyeri kepala, pegal linu, demam tidak begitu nyata, serta kadang dapat

menimbulkan gagal ginjal.

3. Plasmodim ovale, masa inkubasi malaria dengan penyebab plasmodium ovale

adalah 12 sampai 17 hari, dengan gejala demam setiap 48 jam, relatif ringan

dan sembuh sendiri.

4. Plasmodium malariae, merupakan penyebab malaria quartana yang

memberikan gejala demam setiap 72 jam. Malaria jenis ini umumnya terdapat

pada daerah gunung, dataran rendah pada daerah tropik, biasanya berlangsung

tanpa gejala, dan ditemukan secara tidak sengaja. Namun malaria jenis ini

sering mengalami kekambuhan (28).

2.2.2 Etiologi

Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium. Pada manusia

plasmodium terdiri dari 4 spesies, yaitu plasmodium falciparum, plasmodium

vivax, plasmodium malariae, dan plasmodium ovale. Akan tetapi jenis spesies

plasmodium falciparum merupakan penyebab infeksi berat bahkan dapat

menimbulkan kematian (7).

a. Siklus Hidup Plasmodium

Parasit malaria (plasmodium) mempunyai dua siklus daur hidup, yaitu

pada tubuh manusia dan didalam tubuh nyamuk Anopheles betina (29).

Page 39: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

21

Gambar 2.1. Siklus Hidup plasmodium Penyebab Malaria (29)

1. Siklus didalam tubuh manusia

Pada waktu nyamuk Anopheles spp infeksi menghisap darah manusia,

sporozoit yang berada dalam kelenjar ludah nyamuk Anopheles masuk kedalam

aliran darah selama lebih kurang 30 menit. Setelah itu sporozoit menuju ke hati

dan menembus hepatosit, dan menjadi tropozoit. Kemudian berkembang menjadi

skizon hati yang terdiri dari 10.000 sampai 30.000 merozoit hati. Siklus ini

disebut siklus eksoeritrositik yang berlangsung selama 9-16 hari. Pada

plasmodium falciparum dan plasmodium malariae siklus skizogoni berlangsung

lebih cepat sedangkan plasmodium vivax dan plasmodium ovale siklus ada yang

cepat dan ada yang lambat. Sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang

menjadi skizon, akan tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang disebut bentuk

hipnozoit. Bentuk hipnozoit dapat tinggal didalam sel hati selama berbulan-bulan

bahkan sampai bertahun-tahun yang pada suatu saat bila penderita mengalami

Page 40: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

22

penurunan imunitas tubuh, maka parasit menjadi aktif sehingga menimbulkan

kekambuhan.

2. Siklus didalam tubuh nyamuk Anopheles betina

Apabila nyamuk Anopheles betina mengisap darah yang mengandung

gematosit, didalam tubuh nyamuk gematosit akan membesar ukurannya dan

meninggalkan eritrosit. Pada tahap gematogenesis ini, mikrogamet akan

mengalami eksflagelasi dan diikuti fertilasi makrogametosit. Sesudah

terbentuknya ookinet, parasit menembus dinding sel midgut, dimana parasit

berkembang menjadi ookista. Setelah ookista pecah, sporozoit akan memasuki

homokel dan pindah menuju kelenjar ludah. Dengan kemampuan bergeraknya,

sporozoit infektif segera menginvasi sel-sel dan keluar dari kelenjar ludah.

Masa inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk kedalam tubuh

sampai timbulnya gejala klinis berupa demam. Lama masa inkubasi bervariasi

tergantung spesies plasmodium. Masa prapaten adalah rentang waktu sejak

sporozoit masuk sampai parasit dapat dideteksi dalam darah dengan pemeriksaan

mikroskopik.

Gambar 2.2. Siklus Hidup plasmodium Penyebab Malaria (29)

Page 41: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

23

b. Tahapan Siklus Plasmodium

Dalam tahapan siklus plasmodium dapat berlangsung keadaan-keadaan

sebagai berikut:

1) Siklus preeritrositik: periode mulai dari masuknya parasit ke dalam darah

sampai merozoit dilepaskan oleh skizon hati dan menginfeksi eritrosit.

2) Periode prepaten: waktu antara terjadinya infeksi dan ditemukannya parasit

didalam darah perifer.

3) Masa inkubasi: waktu antara terjadinya infeksi dengan mulai terlihatnya gejala

penyakit.

4) Siklus eksoeritrositik: siklus yang terjadi sesudah merozoit terbetuk di skizoit

hepatik, merozoit menginfeksi ulang sel hati dan terulangnya kembali

skizogoni.

5) Siklus eritrositik: waktu yang berlangsung mulai masuknya merozoit kedalam

eritrosit, terjadinya reproduksi aseksual didalam eritrosit dan pecahnya

eritrosit yang melepaskan lebih banyak merozoit.

6) Demam paroksismal: Serangan demam yang berulang pada malaria akibat

pecahnya skizoit matang dan masuknya merozoit kedalam aliran darah.

7) Rekuren: Kambuhnya malaria sesudah beberapa bulan tanpa gejala (29).

2.2.3 Gejala Malaria

Malaria adalah penyakit dengan gejala demam, yang terjadi tujuh hari

sampai dua minggu sesudah gigitan nyamuk yang infektif. Adapun gejala-gejala

awal adalah demam, sakit kepala, menggigil dan muntah-muntah (29).

Page 42: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

24

Gejala klasik malaria yang umum terdiri dari tiga stadium (trias malaria)

yaitu:

1. Periode dingin. Mulai menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita sering

membungkus diri dengan selimut atau sarung dan saat menggigil seluruh tubuh

sering bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti

orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti

dengan peningkatan temperatur.

2. Periode panas. Penderita berwajah merah, kulit panas dan kering, nadi cepat

dan panas badan tetap tinggi dapat mencapai 400C atau lebih, respirasi

meningkat, nyeri kepala, terkadang muntah-muntah, dan syok. Periode ini lebih

lama dari fase dingin, dapat sampai dua jam atau lebih diikuti dengan keadaan

berkeringat.

3. Periode berkeringat. Mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah,

temperatur turun, lelah, dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa

sehat dan dapat melaksanakan pekerjaan seperti biasa (7).

Malaria komplikasi gejalanya sama seperti gejala malaria ringan, akan

tetapi disertai dengan salah satu gejala antara lain Gangguan kesadaran (lebih dari

30 menit), Kejang, panas tinggi disertai diikuti gangguan kesadaran, mata kuning

dan tubuh kuning, pendarahan dihidung, gusi atau saluran pencernaan, jumlah

kencing kurang (oliguri), warna air kencing (urine) seperti air teh, kelemahan

umum dan nafas pendek (30).

Page 43: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

25

2.2.4 Diagnosis Malaria

Diagnosis malaria ditegakkan setelah dilakukan wawancara (anamnesis),

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Akan tetapi diagnosis pasti

malaria dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan sediaan darah menunjukakan

hasil yang positif secara mikroskopis atau Uji Diagnosis Cepat (Rapid Diagnostic

Test= RDT) (29).

1. Wawancara (anamnesis)

Anamnesis atau wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang

penderita malaria yakni, keluhan utama: demam, menggigil, dan berkeringat

yang dapat disertai sakit kepala, mual muntah, diare, nyeri otot, pegal-pegal,

dan riwayat pernah tinggal di daerah endemis malaria, serta riwayat pernah

sakit malaria atau minum obat anti malaria satu bulan terakhir, maupun

riwayat pernah mendapat tranfusi darah.

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik terhadap penderita dapat ditemukan mengalami demam

dengan suhu tubuh dari 37,50C sampai 400C, serta anemia yang dibuktikan

dengan konjungtiva palpebra yang pucat, pambesaran limpa (splenomegali)

dan pembesaran hati (hepatomegali).

c. Pemerikasaan laboratorium

Pemeriksaan mikroskopis, pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah yang

menurut teknis pembuatannya dibagi menjadi preparat darah (SDr, sediaan

darah) tebal dan preparat darah tipis, untuk menentukan ada tidaknya parasit

malaria dalam darah. Tes diagnostik cepat Rapid Diagnostic Test (RDT)

Page 44: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

26

adalah pemeriksaan yang dilakukan bedasarkan antigen parasit malaria

dengan imunokromatografi dalam bentuk dipstick. Test ini digunakan pada

waktu terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) atau untuk memeriksa malaria pada

daerah terpencil yang tidak ada tersedia sarana laboratorium. Dibandingkan

uji mikroskopis, tes ini mempunyai kelebihan yaitu hasil pengujian cepat

diperoleh, akan tetapi Rapid Diagnostic Test (RDT) sebaiknya menggunakan

tingkat sentitivity dan specificity lebih dari 95%.

d. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum penderita,

meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah leukosit, eritrosit

dan trombosit (29).

2.2.5 Faktor Penyebab Malaria

Epidemiologi malaria adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran

malaria dan faktor-faktor yang memengaruhinya dalam masyarakat. Dalam

epidemiologi selalu ada 3 faktor yang diselidiki : host (manusia sebagai host

intermediate dan nyamuk sebagai host definitive), agent (penyebab penyakit

malaria, plasmodium), environment (lingkungan) (31).

Gambar 2.3. Trias Epidemiologi (31)

Page 45: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

27

1. Faktor Host (Pejamu)

Secara alami, penduduk di daerah endemis malaria ada yang mudah dan

yang sukar terinfeksi malaria, meskipun gejala klinisnya ringan. Perpindahan

penduduk dari dan ke daerah endemis malaria hingga kini masih menimbulkan

masalah. Wabah penyakit ini sering terjadi di daerah pemukiman baru, seperti di

daerah perkebunan dan transmigrasi, karena pekerja yang datang dari daerah lain

belum mempunyai kekebalan sehingga rentan terinfeksi (25).

Manusia ada yang rentan (susceptible) tertular malaria namun ada pula

yang lebih kebal dan tidak mudah ditulari malaria. Berbagai bangsa atau ras

mempunyai kerentanan yang berbeda. Pada umumnya, pendatang baru ke daerah

endemi, lebih rentan terhadap malaria daripada penduduk aslinya. Faktor-faktor

yang memengaruhi host (pejamu manusia) adalah usia, jenis kelamin, sosial

ekonomi, status, riwayat penyakit sebelumnya, cara hidup, hereditas (keturunan),

status gizi, dan tingkat imunitas (9).

Besarnya ancaman malaria di suatu daerah terkait dengan dimana dan

kapan masalah malaria terjadi, kelompok mana (umur, jenis kelamin, pekerjaan)

penularan terjadi. Keadaan ini memungkinkan kepadatan nyamuk Anopheles

meningkat, sehingga suatu daerah menjadi endemis. Adanya vektordi suatu

tempat dan ditemukan penderita malaria maka penularan akan berlangsung dari

orang sakit ke orang sehat. Untuk memutuskan rantai penularan dan

penanggulangan malaria dapat melalui pengendaliaan vektor dan mencegah

kontak antara vektor dan manusia (32).

Page 46: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

28

Tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria akan memengaruhi

kesetiaan masyarakat untuk memberantas malaria antara lain dengan menyehatkan

lingkungan, menggunakan kelambu, kawat kasa pada rumah dan menggunakan

obat nyamuk (7). Penelitian Winandi menyatakan bahwa perilaku menggunakan

obat anti nyamuk dan penggunaan kelambu berpengaruh terhadap kejadian

malaria. Pada penelitian tersebut menyimpulkan bahwa kebiasaan tidak

menggunakan obat anti nyamuk mempunyai risiko 4,72 kali terkena malaria

daripada orang yang biasa menggunakan obat anti nyamuk (33).

Faktor yang cukup penting adalah pandangan atau persepsi masyarakat

terhadap penyakit malaria, apabila malaria dianggap sebagai suatu kebutuhan

untuk diatasi, upaya untuk menyehatkan lingkungan akan dilaksanakan oleh

masyarakat. Dampak dari laju pembangunan yang kian cepat adalah timbulnya

tempat perindukan buatan manusia itu sendiri, seperti tempat pemukiman baru,

pembangunan bendungan, penambangan timah dan emas yang menimbulkan

perubahan lingkungan yang menguntungkan bagi nyamuk malaria (31).

Strategi lainnya adalah dengan memberdayakan dan menggerakkan

masyarakat untuk mendukung secara aktif upaya eliminasi malaria, menjamin

akses pelayanan berkualitas terhadap masyarakat yang beresiko, melakukan

komunikasi, advokasi, motivasi dan sosialisasi kepada pemerintah dan pemerintah

daerah untuk mendukung secara aktif eliminasi malaria. Salah satu tantangan

untuk mencapai eliminasi malaria di Indonesia adalah adanya perbedaan tingkat

endemisitas malaria di Indonesia mulai dari yang tinggi tingkat endemisitas

sampai dengan tak adanya penularan malaria menurut kabupaten, kecamatan, desa

bahkan sampai dusun dan satuan terkecil masyarakat di pedesaan/kelurahan (34).

Page 47: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

29

2. Faktor Agent (Penyebab)

Penyakit malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk

anopheles betina. Spesies anopheles di seluruh dunia terdapat sekitar 2.000

species dan 60 spesies diantaranya diketahui sebagai penular malaria. Spesies

anopheles di Indonesia ada sekitar 80 jenis dan 24 spesies di antaranya telah

terbukti penular penyakit malaria (25).

Nyamuk anopheles hidup terutama di daerah beriklim tropik dan

subtropik, namun biasa juga hidup di daerah yang beriklim. Nyamuk ini jarang

ditemukan pada ketinggian lebih dari 2.500 mdpl. Sebagian besar ditemukan di

dataran rendah. Tempat perindukannya bervariasi (tergantung spesiesnya) dan

dibagi menjadi tiga kawasan, yaitu pantai, pedalaman dan kaki gunung. Nyamuk

betina biasanya menggigit manusia pada malam hari atau sejak senja hingga

subuh. Jarak terbangnya 2-3 km dari tempat perindukannya (9).

Menurut Buhungo bahwa tiga tanda karakteristik utama dari infeksi

malaria adalah demam, anemia, dan pembangkakan limpa (splenomegal). Demam

merukana gejala paling awal yang diperlihatkan oleh penderita malaria. Demam

akan timbul secara berkala, setiap selang 2-3 hari. Diantara demam diselingi masa

tidak sakit. Selain itu, adalah masa tahan antara masuk parasit ke dalam tubuh

sampai beberapa minggu (35).

Perubahan hematologi merupakan komplikasi yang paling umum terjadi

pada infeksi malaria. Kelainan hematologi pada malaria yang telah dilaporkan

adalah anemia, trombositopenia, dan leukopenia hingga leukositosis. Beberapa

mekanisme terjadinya anemia pada penyakit malaria yaitu penghancuran eritrosit

yang mengandung parasit, diseritropoesis (gangguan dalam pembentukan eritrosit

Page 48: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

30

karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang), hemolisis oleh karena proses

kompleks imun yang dimediasi komplemen pada eritrosit yang tidak terinfeksi,

dan pengaruh sitokin. Anemia terutama tampak jelas pada malaria falciparum dan

malaria kronis dengan penghancuran eritrosit yang cepat dan hebat (7). Infeksi

malaria menyebabkan abnormalitas pada struktur dan fungsi trombosit. Penurunan

jumlah trombosit pada malaria berkaitan dengan berbagai penyebab diantaranya

lisis yang dimediasi imun, sekuestrasi pada limpa, gangguan pada sumsum tulang

dan fagositosis oleh makrofag (36).

3. Faktor Environment (Lingkungan)

Keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada tidaknya malaria di

suatu daerah. Keberadaan danau air payau, genangan air di hutan, persawahan,

tambak ikan, pembukaan hutan dan pertambangan di suatu daerah akan

meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit malaria karena tempat-tempat

tersebut merupakan tempat perindukan nyamuk malaria (25).

Peningkatan kasus malaria sangat erat hubungannya dengan faktor

lingkungan diantaranya kepadatan penduduk, penempatan kandang, dan

pemakaian kelambu. Faktor kepadatan penduduk berkaitan dengan perilaku

nyamuk mengigit manusia. Keberadaan binatang ternak akan memengaruhi

perilaku nyamuk menggigit orang, dan sebaliknya. Karena semakin banyak

binatang ternak, kemungkinan nyamuk menghisap darah semakin besar dan

menggigit orang semakin kecil (32).

Penggunaan kelambu sebagai usaha proteksi terhadap gigitan nyamuk

telahlama dilakukan oleh masyarakat. Kenyataannya, kelambu dapat berperan

sebagai alat untuk mencegah kontak antara nyamuk dan manusia. Kemudian

Page 49: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

31

dikembangkan sebagai program penanggulanganmalaria dengan dicelup dengan

insektisida. Selain sebagai mencegah kontak dengan manusia, juga membunuh

atau menghalau nyamuk, dengan demikian kelambu celup dapat digunakan di

dalam program pengendalian malaria. Adanya hewan ternak sebagai barier maka

nyamuk menggigit hewan ternak sehingga mengurangi kontak gigitan nyamuk

terhadap manusia. Dilaporkan bahwa An. barbirostris dan An. aconitus dalam

mencari mangsa bersifat heterogen, artinya tidak ada selektifitas hospes bagi

kedua spesies untuk mendapatkan mangsa sebagai cumber darah (32).

Faktor lingkungan mempunyai peranan yang besar sesudah perilaku

manusia dalam memerankan kesehatan. Lingkungan vektor adalah keadaan

lingkungan dimana vektor dapat berkembang biak dengan baik (31).

a Lingkungan fisik

Lingkungan fisik dibedakan antara cuaca dan iklim. Cuaca didefinisikan

sebagai fluktuasi yang besar di atmosfer dari jam ke jam atau hari ke hari

sedangkan iklim adalah rata-rata cuaca yang dideskripsikan dalam hubungan

dengan rata-rata dan kuantitas statistic lainnya yang mengukur variasi selama

satu periode waktu untuk suhu daerah geografis. Unsur iklim antara lain suhu

udara, suhu air, kelembapan udara, hujan, angin, cahaya matahari, ketinggian,

arus air.

Menurut Notoatmodjo ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain

mencakup: perumaahn, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air

bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor, rumah hewan trenak

(kandang) dan sebagainya (37).

Page 50: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

32

b. Lingkungan kimia

Sifat-sifat lingkungan kimia berpengaruh terhadap kepadatan vektor antara lain

derajat keasaman air, salinitas, kekeruhan/turbiditas bebas (CO2), oksigen

terlarut (DO) dan tegangan permukaan.

c. Lingkungan biologik

Berbagai jenis tumbuhan seperti bakau, lumut, ganggang, dan berbagai jenis

tumbuhan lain dapat memengaruhi kehidupan larva karena ia dapat

mengahalangi sinar matahari yang masuk atau melindungi dari serangan

makhluk hidup lain. Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan

kepala timah, ikan nila, dan lain-lain akan memengaruhi populasi nyamuk

disuatu daerah.

d. Lingkungan sosial budaya

Faktor sosial memegang peranan yang penting dalam penularan malaria.

Pembangunan bendungan, penambangan timah, dan pembukaan tempat

pemukiman baru adalah beberapa contoh kegiatan pembangunan yang sering

menimbulkan perubahan lingkungan yang menguntungkan bagi nyamuk

anopheles.

Faktor lingkungan besar pengaruhnya dibandingkan dengan faktor lainnya.

Kebiasaan berada di luar rumah sampai larut malam dimana vektornya lebih

bersifat eksofilik dan eksofagik akan memperbesar jumlah gigitan nyamuk.

Penggunaan kelambu, kawat kasa pada rumah dan penggunaan zat penolak

nyamuk yang intensitasnya berbeda sesuai dengan perbedaan status social

masyarakat, akan memengaruhi angka kesakitan malaria (31).

Page 51: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

33

Menurut Babba bahwa faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap

terjadinya malaria adalah faktor karakteristik (meliputi : umur, pendidikan, jenis

kelamin,), faktor lingkungan fisik luar rumah dan dalam rumah (meliputi : jarak

rumah dengan breeding place, suhu, sinar matahari, kelembaban, pencahayaan,

tempat istirahat, genangan air, dinding rumah, ventilasi, penggunaan kawat kasa,

dan lantai rumah), faktor lingkungan kimia (meliputi : air tawar, air payau, dan air

garam), faktor lingkungan biologi (meliputi : keberadaan kandang hewan besar),

faktor sosial ekonomi (meliputi : pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan), faktor

perilaku (meliputi : kebiasaan menggunakan obat nyamuk, kebiasaan keluar

rumah pada malam hari, penggunaan kelambu, penggunaa kasa nyamuk,

penggunaan tempat penampungan air). faktor pelayanan kesehatan (meliputi :

penyuluhan, penyemprotan, pengobatan), faktor lain (meliputi vektor, imunitas,

status gizi, kepadatan nyamuk, dan angin) (38).

2.2.6 Penyebab Penyakit Malaria

Penyebab penyakit malaria di Indonesia ada 4 jenis yaitu: Plasmodium

vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale dan Plasmodium falcifarum.

Gejala dan intensitas serangan ke-4 plasmodium tersebut pada garis besarnya

sama, namun setiap plasmodium tersebut memberikan karakteristik tersendiri

dalam intensitas dan frekuensi serangan (7).

1. Plasmodium vivax (P.vivax)

Jenis malaria ini tersebar hampir di seluruh kepulauan di Indonesia dan

merupakan jenis malaria terbanyak. Jenis ini memberikan infeksi setiap 3 hari

sekali, sehingga sering dikenal dengan istilah malaria tertiana. Masa inkubasi

Page 52: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

34

malaria tertiana berkisar antara 12-17 hari. Serangan pertama diawali dengan

sindrom prodromal seperti sakit kepala, nyeri pinggang, mual, muntah, lesu,

demam tidak teratur pada 2-4 hari pertama, tapi kemudian demamnya menjadi

teratur setiap 48 jam sekali di waktu siang atau sore hari. Suhu badan dapat

mencapai 40,6ºC atau lebih. Keadaan dapat diikuti pembengkakan limpa dan

timbul cacar herpes pada bibir, pusing dan rasa mengantuk, atau gejala lain yang

disebabkan iritasi serebral, namun hanya berlangsung sementara.

2. Plasmodium ovale (P.ovale)

Banyak dijumpai di Indonesia bagian timur terutama di Papua. Gejala

yang ditimbulkan oleh P.ovale mirip dengan P.vivax. Penyembuhan pada P.Ovale

sering terjadi secara spontan atau sembuh sendiri dan jarang kambuh.

3. Plasmodium malariae (P.malariae)

Jenis ini tumbuh subur di daerah tropik, di dataran rendah atau tinggi.

Gejala demam setiap 4 hari sekali, sehingga disebut malaria kuartana. Masa

inkubasi antara 18-40 hari. Gejalanya menyerupai Plasmodium vivax tetapi

demam dirasakan pada sore hari dengan frekuensi yang teratur dan dapat

menyebabkan gangguan pada ginjal yang bersifat menahun.

4. Plasmodium falcifarum (P. falcifarum)

Banyak dijumpai di seluruh kepulauan Indonesia. Malaria ini termasuk

malaria ganas dengan masa inkubasi 9-14 hari, menyerang limpa dan hati. Apabila

organ hati sudah terkena, akan timbul gejala yang menyerupai penyakit

kuning (7).

\

Page 53: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

35

2.2.7 Gejala Penyakit Malaria

Gejala penyakit malaria dimulai dari serangan demam dan disertai gejala

lain yang diselingi oleh priode bebas penyakit Gejala penyakit malaria ditandai

dengan masa priodisitas. Masa inkubasi pada malaria adalah waktu sporozoit

masuk kedalam tubuh manusia (host) sampai timbulnya gejala demam, biasanya

berlangsung 8-37 hari bergantung pada spesies parasit, beratnya infeksi, dan

pengobatan sebelum atau pada derajat imunitas host (9). Berikut ini tabel periode

prepaten dan masa inkubasi plasmodium

Tabel 2.1. Periode Prepaten dan Masa Inkubasi Plasmodium

No. Jenis Plasmodium Periode

Prepaten Masa Inkubasi

1. P. vivax 12,2 hari 13 (12-17 hari)

2. P. falcifarum 11 hari 12 (9-14 hari)

3. P. malariae 32,7 hari 28 (18-40 hari)

4. P. ovale 12 hari 17 (16-18 hari)

Sumber: Cook GC. Prevention and treatment Malaria (29).

Gambaran khas dari penyakit malaria adalah:

1. Demam

Sebelum terjadinya demam, penderita malaria biasanya akan mengeluh

lesu, sakit kepala, nyeri pada tulang dan otot, kurang nafsu makan, rasa tidak enak

pada perut, diare ringan. Demam pada penyakit malaria bersifat periodik dan

berbeda waktunya, tergantung dari plasmodium penyebabnya. Serangan demam

yang khas pada penyakit malaria terdiri dari 3 stadium:

a. Stadium menggigil

Stadium ini dimulai dengan perasaan kedinginan hingga menggigil. Pada

saat menggigil, seluruh tubuhnya bergetar, denyut nadinya cepat, tetapi lemah,

Page 54: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

36

bibir dan jari-jari tangannya biru, serta kulitnya pucat. Pada anak-anak, sering

disertai dengan kejang-kejang. Stadium ini terjadi 15 menit- 1 jam.

b. Stadium puncak demam

Pada stadium ini, penderita menjadi panas sekali, wajah penderita merah,

kulit kering dan terasa panas seperti terbakar, frekuensi pernapasan meningkat,

nadi penuh dan berdenyut keras, sakit kepala semakin hebat, muntah-muntah,

kesadaran menurun, sampai timbul kejang (pada anak-anak). Suhu badan bisa

mencapai 41ºC. Stadium ini berlangsung selama dua jam atau lebih yang diikuti

dengan keadaan berkeringat.

c. Stadium berkeringat

Pada stadium ini, penderita berkeringat banyak di seluruh. Suhu badan

turun dengan cepat, penderita merasa sangat lelah dan sering tertidur. Setelah

bangun dari tidurnya, penderita akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan

seperti bias, stadium ini berlangsung 2-4 jam.

2. Pembesaran limpa (splenomegali)

Pembesaran limpa merupakan gejala khas pada penyakit malaria kronis

atau menahun. Limpa menjadi bengkak dan terasa nyeri. Limpa membengkak

akibat penyumbatan oleh sel-sel darah merah yang mengandung parasit malaria.

Tetapi dengan pengobatan yang baik, limpa dapat berangsur normal kembali.

3. Anemia

Pada penyakit malaria, anemia atau penurunan kadar hemoglobin darah

sampai dibawah nilai normal disebabkan penghancuran sel darah merah yang

berlebihan oleh parasit malaria. Anemia juga dapat timbul akibat gangguan

pembentukan sel darah merah di sumsum tulang (9)..

Page 55: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

37

2.2.8 Penyebaran dan Penularan Malaria

Penyakit malaria ditemukan pada 64º lintang utara sampai 32º lintang

selatan, malaria tersebar di seluruh Indonesia, terutama kawasan timur Indonesia

(9). Penyakit malaria di Indonesia dapat berjangkit di daerah dengan ketinggian

sampai 1.800 m di atas permukaan laut. Spesies yang paling banyak dijumpai

adalah P. falcifarum dan P. vivax sedangkan P. ovale dan P. malariae pernah

ditemukan di Papua dan NTT (25)

Penyakit malaria ditularkan melalui 2 cara, yaitu alamiah dan non alamiah.

Penularan secara alamiah adalah melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang

mengandung parasit malaria (sporozoit) dan non alamiah jika bukan melalui

gigitan nyamuk anopheles.

Berikut beberapa penularan penyakit malaria secara non alamiah:

1. Malaria bawaan (kongenital)

Malaria kongenital adalah malaria pada bayi yang baru dilahirkan karena

ibunya menderita malaria. Penularannya terjadi karena adanya kelainan pada

plasenta, sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada janinnya.

2. Penularan mekanik (transfusion malaria)

Infeksi malaria yang ditularkan melalui transfusi darah dari donor yang

terinfeksi penyakit malaria, pemakaian jarum suntik secara bersama atau

melalui transplantasi organ. Parasit malaria dapat hidup selama 7 hari dalam

darah donor (9).

Page 56: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

38

2.2.9 Pengobatan Malaria

Pengobatan malaria hendaknya dilakukan setelah diagnosis malaria

dikonfirmasi melalui pemeriksaan klinis dan laboratorium. Pengobatan sebaiknya

memperhatikan tiga faktor utama, yaitu spesies plasmodium, status klinis

penderita dan kepakaan obat terhadap parasit yang menginfeksi. Obat anti malaria

yang dapat digunakan untuk memberantas malaria diantaranya malaria falcifarum

adalah artemisinin dan deriviatnya, chinchona alkaloid, meflokuin, balofantrin,

sulfadoksin-pirimetamin, dan proguanil. Sedangkan untuk mengobati malaria

vivax dan malaria ovale, menggunakan obat anti malaria klorokuin. Namun bila

digunakan sebagai terapi radikal pemberian klorokuin diikuti dengan pemberian

primakuin, tidak terkecuali infeksi yang disebabkan plasmodium malariae, jenis

obat klorokuin tetap digunakan (39).

2.2.10 Pencegahan Malaria

Usaha pencegahan penyakit malaria di Indonesia belum mencapai hasil

yang optimal karena beberapa hambatan diantaranya yaitu: tempat perindukan

nyamuk malaria yang tersebar luas, jumlah penderita yang sangat banyak serta

keterbatasan SDM, infrastruktur dan biaya.

Beberapa tindakan dalam upaya pencegahan penyakit malaria :

1. Menghindari gigitan nyamuk malaria

Menghindari gigitan nyamuk terutama di daerah angka penderita malaria

tinggi, disarankan untuk memakai baju dan celana panjang saat ke luar,

memasang kawat kasa di jendela dan ventilasi rumah serta menggunakan

kelambu pada saat tidur terutama pada malam hari.

Page 57: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

39

2. Membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa

a. Penyemprotan rumah rumah di daerah endemis malaria dengan

insektisida, sebaiknya dilaksanakan dua kali setahun dalam interval

waktu enam bulan.

b. Larvaciding yang merupakan kegiatan penyemprotan rawa-rawa yang

potensial sebagai tempat perindukan nyamuk malaria.

c. Biological control yaitu kegiatan penebaran ikan kepala timah (Panchax-

panchax) pada genangan air yang mengalir dan persawahan.

3. Mengurangi tempat perindukan nyamuk malaria

Tempat perindukan nyamuk malaria bermacam-macam, tergantung spesies

nyamuknya. Masyarakat di daerah endemis malaria sangat perlu menjaga

kebersihan lingkungan. Tambak ikan yang kurang terpelihara dibersihkan,

parit di sepanjang pantai dan bekas galian yang terisi air payau harus ditutup,

saluran irigasi dipastikan mengalir dengan lancar untuk mengurangi tempat

perkembangbiakan larva nyamuk malaria (25).

2.2.11 Program Eliminasi Malaria

Kata eliminasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah

pengurangan/ penghilangan, dan malaria adalah penyakit infeksi yang banyak

dijumpai di daerah tropis, disertai gejala demam fluktuasi suhu secara teratur,

ditularkan oleh nyamuk anopheles (40).

Eliminasi malaria adalah suatu upaya untuk menghentikan penularan

malaria setempat dalam satu wilayah geografis tertentu, dan bukan berarti tidak

ada kasus impor serta sudah tidak ada vektor malaria di wilayah tersebut.

Page 58: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

40

Sehingga tetap dibutuhkan kegiatan kewaspadaan untuk mencegah menular

kembali (11).

2.2.12 Tujuan Program Eliminasi Malaria

Adapun tujuan dari eliminasi malaria di Indonesia adalah terwujudnya

masyarakat yang hidup sehat, yang terbebas dari penularan malaria secara

bertahap sampai 2030, untuk Sumatera sendiri eliminasi malaria ditargetkan

tercapai pada tahun 2020 (10).

2.2.13 Kebijakan Program Eliminasi Malaria

Eliminasi Malaria merupakan salah satu prioritas nasional program

pemberantasan penyakit menular. Pelaksanaan eliminasi malaria di Indonesia

dengan menerapkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 293/ MENKES /SK/

IV/2009 tentang pedoman eliminasi malaria, yaitu menghentikan penularan

malaria sehingga terwujudnya masyarakat yang sehat dan terbebas dari penularan

malaria yang akan dilakukan secara menyeluruh dan terpadu oleh pemerintah,

pemerintah daerah, bersama mitra kerja pembangunan termasuk LSM, dunia

usaha, lembaga donor, organisasi profesi, organisasi kesehatan masyarakat dan

masyarakat (10).

Eliminasi malaria dilakukan secara bertahap dari kabupaten/kota, provinsi

dan dari satu pulau atau beberapa pulau sampai ke seluruh wilayah Indonesia

menurut tahapan yang didasarkan pada situasi malaria dan sumber daya yang

tersedia. Berdasarkan pertimbangan terhadap kebijakan tentang eliminasi malaria,

Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil sendiri telah membuat kebijakan tentang

eliminasi malaria di Kabupaten Aceh Singkil yang tercantum dalam Peraturan

Page 59: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

41

Bupati Aceh Singkil Nomor 11 Tahun 2013 tentang eliminasi malaria di

Kabupaten Aceh Singkil (12).

2.2.14 Strategi

Strategi Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil dalam pelaksanaan eliminasi

malaria yaitu: 1) Melakukan penemuan dini dan pengobatan yang tepat, 2)

Memberdayakan masyarakat untuk mendukung secara aktif upaya eliminasi

malaria, 3) Menjamin akses pelayanan berkualitas terhadap masyarakat yang

berisiko, 4) Melakukan komunikasi, advokasi, motivasi dan sosialisasi kepada

Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk mendukung secara aktif eliminasi

malaria, 5) Menggalang kemitraan dan sumber daya baik lokal, nasional, maupun

intenasional, secara terkoordinasi dengan seluruh sektor terkait, termasuk sektor

swasta, organisasi profesi, dan organisasi kemasyarakatan melalui forum gebrak

malaria atau forum kemitraan lainnya, 6) Menyelenggarakan sistem surveilans,

monitoring dan evaluasi sistem kesehatan, 7) Melaksanakan upaya eliminasi

malaria melalui forum kemitraan Gebrak Malaria atau forum kemitraan yang

sudah terbentuk, 8) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan

mengembangkan teknologi (12).

2.2.15 Tugas Pokok dan Fungsi Kabupaten Aceh Singkil dalam Kegiatan

Eliminas Malaria

Peraturan Bupati Kabupaten Aceh Singkil tahun 2013 tentang eliminasi

malaria, dimana tujuan utama eliminasi adalah menghilangkan fokus aktif dan

menghentikan penularan pada wilayah setempat di suatu wilayah, minimal

kabupaten/kota. Pokok-pokok kegiatan adalah :

Page 60: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

42

1. Penemuan dan Tata Laksana Penderita

a. Menemukan semua penderita malaria dengan konfirmasi mikroskopis di

unit pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit, maupun unit

pelayanan kesehatan swasta.

b. Mengobati semua penderita malaria (kasus positif) dengan obat malaria

efektif dan aman yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI (saat ini

menggunakan Artemisinin Combination Therapy atau ACT).

c. Pengobatan penderita malaria falciparum pada hari ke-7 dan ke-28 setelah

pengobatan, sedangkan penderita malaria vivax pada hari ke-7,28 dan 3

bulan setelah pengobatan.

d. Melakukan pemeriksaan ulang sediaan darah dan secara berkala menguji

kemampuan mikroskopis dalam memeriksa sediaan darah.

e. Memantau efikasi obat malaria.

f. Meningkatkan cakupan penemuan dan pengobatan penderita secara fasif

melalui puskesmas pembantu, upaya kesehatan berbasis masyarakat

(Poskesdes, Posyandu, Polmandes).

g. Mengatur dan mengawasi peredaran penjualan obat malaria selain ACT

(klorokuin, fansidar) di warung-warung obat.

2. Pencegahan dan Penanggulangan Faktor Resiko meliputi :

a. Mendistribusikan kelambu berinsektisida secara massal maupun secara rutin

melalui kegiatan integrasi dengan program lain dapat mencakup > 80%

penduduk di lokasi fokus malaria.

Page 61: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

43

b. Melakukan penyemprotan rumah dengan cakupan >90% rumah penduduk di

daerah potensial atau sedang terjadi KLB dan lokasi fokus malaria .

c. Melakukan pengendalian vektor dengan metode lain yang sesuai untuk

menurunkan reseptivitas, dan pengendalian vektor secara hayati.

d. Memantau efikasi insektisida (termasuk kelambu berinsektisida) dan

resistensi vektor.

3. Surveilans Epidemiologi dan Penanggulangan Wabah meliputi :

a. Semua unit pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta (Kantor Pusat

Penanggulangan Malaria, Puskesmas, Poliklinik, Rumah Sakit)

melaksanakan SKD-KLB malaria, dianalisis dan dilaporkan secara berkala

ke Dinas Kapubaten Aceh Singkil.

b. Menanggulangi KLB malaria.

c. Memperkuat sistem informasi kesehatan sehingga semua penderita dan

kematian malaria serta hasil kegiatan dapat dicatat dan dilaporkan.

d. Melaporkan penemuan kasus dengan segera.

e. Menginventarisasi dan memetakan fokus malaria.

f. Membuat data dasar eliminasi, antara lain secara Geographycal Information

system (GIS) berdasarkan data fokus, kasus vektor, genotipe isolate parasit

dan intervensi yang dilakukan.

Page 62: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

44

4. Peningkatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) meliputi :

a. Meningkatkan promosi kesehatan dan kampanye eliminasi malaria.

b. Menggalang kemitraan dengan berbagai program, sektor, LSM, organisasi

keagamaan, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, organisasi

internasional, lembaga donor, dunia usaha, dan seluruh masyarakat.

c. Melakukan integrasi dengan program lain dalam pelayanan masyarakat,

seperti pembagian kelambu berinsektisida, pengobatan penderita.

d. Mentaati dan melaksanakan Perda dan atau perundangan lainnya untuk

mendukung eliminasi malaria.

e. Melakukan advokasi dan sosialisasi untuk mendapatkan dukungan politik

dan jaminan dalam penyedian dana secara berkesinambungan dalam upaya

eliminasi malaria, khususnya menghilangkan fokus aktif yang masih ada.

f. Mobilisasi dana yang bersumber dari kabupaten/kota, provinsi, dan pusat

maupun lembaga donor.

g. Menyelenggarkan pertemuan lintas batas kabupaten/kota untuk

merencanakan dan melaksanakan kegiatan eliminasi malaria secara terpadu.

5. Peningkatan Sumber Daya Manusia meliputi :

a. Re-orientasi program menuju tahap eliminasi disampaikan kepada tenaga

kesehatan pemerintah maupun swasta yang terlibat eliminasi. Re-orientasi

ini mulai dilaksanakan bila

b. Melaksanakan pelatihan/refreshing tenaga mikroskopis Kantor Pusat

Penanggulangan Malaria, Puskesmas dan Rumah Sakit pemerintah maupun

unit pelayanan kesehatan swasta terutama di daerah reseptif untuk menjaga

kualitas pemeriksaan sediaan darah.

Page 63: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

45

c. Pelatihan tenaga pengelola malaria dalam bidang teknis dan manajemen.

d. Sosisalisasi dan pelatihan tatalaksana penderita (12).

2.2.16 Model Program Eliminasi Malaria

Winarno membedakan model suatu program menjadi tujuh, yaitu:

1. Goal Oriented Evaluation Model

Goal oriented evaluation model ini merupakan model yang muncul paling

awal, yang menjadi objek pengamatan pada model ini adalah tujuan dari program

yang sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai. Evaluasi dilakukan secara

berkesinambungan, terus-menerus, mencek seberapa jauh tujuan tersebut sudah

terlaksana di dalam proses pelaksanaan program. Model ini dikembangkan oleh

Tayler.

2. Goal Free Evaluation Model

Model evaluasi yang dikembangkan oleh Michael Scriven ini dapat

dikatakan berlawanan dengan model pertama yang dikembangkan oleh Tyler. Jika

dalam model yang dikembangkan oleh Tyler, evaluator terus-menerus memantau

tujuan, yaitu sejak awal proses terus melihat sejauh mana tujuan tersebut sudah

dapat dicapai, dalam model goal free evaluation (evaluasi lepas dari tujuan) justru

menoleh dari tujuan. Menurut Michael Scriven, dalam melaksanakan evaluasi

program evaluator tidak perlu memerhatikan apa yang menjadi tujuan program.

Perlu diperhatikan dalam program tersebut adalah bagaimana kerjanya program,

dengan jalan mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi, baik hal-hal

positif (yaitu hal yang diharapkan) maupun hal-hal negatif (yang sebetulnya

memang tidak diharapkan).

Page 64: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

46

3. Formatif Sumatif Evaluation Model

Selain model "evaluasi lepas dari tujuan", Michael Scriven juga

mengembangkan model lain, yaitu model formatif-sumatif. Model ini menunjuk

adanya tahapan dan lingkup objek yang dievaluasi, yaitu evaluasi yang dilakukan

pada waktu program masih berjalan (disebut evaluasi formatif) dan ketika

program sudah selesai atau berakhir (disebut evaluasi sumatif).

4. Countenance Evaluation Model

Model ini dikembangkan oleh Stake. Menurut ulasan tambahan yang

diberikan oleh Fernandes (1984), model Stake menekankan pada adanya

pelaksanaan dua hal pokok, yaitu (1) deskripsi (description) dan (2) pertimbangan

(judgments); serta membedakan adanya tiga tahap dalam evaluasi program, yaitu

(1) anteseden (antecedents/context), (2) transaksi (transaction/process), dan (3)

keluaran (output-outcomes).

5. Responsive Evaluation Model

Model evaluasi responsive (responsive evaluation model) dikembangkan

pada tahun 1975 oleh Robert Stake (1975). Pada awalnya Stake menamai model

evaluasi ini Countenance of Educational Evaluation-Daniel L. Stufflebeam dan

Anthony J. Shinfleld (1985) memberi nama model ini sebagai Client-centered

Evaluation. Menurut Stake evaluasi disebut responsif jika memenuhi tiga kriteria:

1) lebih berorientasi secara langsung kepada aktivltas program daripada tujuan

program; 2) merespons kepada persyaratan kebutuhan informasi dari audiens; dan

(3) perspektif nilai-nilai yang berbeda dari orang-orang dilayani dilaporkam dalam

kesuksesan dan kegagalan dari program.

Page 65: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

47

6. CSE-UCLA Evaluation Model

CSE-UCLA terdiri dari dua singkatan, yaitu CSE dan UCLA. CSE

merupakan singkatan dari Center for the Study of Evaluation, sedangkan UCLA

merupakan singkatan dari University of California in Los Angeles. Ciri dari model

CSE-UCLA adalah adanya lima tahap yang dilakukan dalam evaluasi, yaitu

perencanaan, pengembangan, implementasi, hasil, dan dampak. Fernandes (1984)

memberikan penjelasan tentang model CSE-UCLA menjadi empat tahap, yaitu 1)

needs assessment; 2) program planning, 3) formative evaluation, dan 4)

summative evaluation.

7. CIPP Evaluation Model

Model evaluasi ini merupakan model yang paling banyak dikenal dan

diterapkan oleh para evaluator. Oleh karena itu, uraian yang diberikan relatif

panjang dibandingkan dengan model-model lainnya. Model CIPP ini

dikembangkan oleh Stufflebeam, dkk. (1967) di Ohio State University. CIPP yang

merupakan sebuah singkatan dari huruf awal empat buah kata, yaitu:

a. Context evaluation : evaluasi terhadap konteks

b. Input evaluation : evaluasi terhadap masukan

c. Process evaluation : evaluasi terhadap proses

d. Product evaluation : evaluasi terhadap hasil (41).

Komponen-komponen sebuah sistem dapat digunakan untuk mengkaji

program kesehatan. Sistem adalah suatu rangkaian komponen yang berhubungan

satu sama lain dan mempunyai suatu tujuan yang jelas. Komponen suatu sistem

terdiri dari input, proses dan output sebagai berikut:

Page 66: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

48

1. Input

Input adalah sumber daya atau masukan yang dikonsumsikan oleh suatu

sistem. Sumber daya suatu sistem adalah petugas kesehatan, dana dan

prasarana. Nilai input berdampak pada pelaksanaan program dan target

capaian program. Nilai input yang didapatkan kurang sehingga membuat

capaian proses dan output tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.

a. Sumber daya manusia

Manajemen sumber daya manusia adalah pendayagunaan, pengembangan,

peniliaian, pemberian balas jasa dan pengelolaan individu anggota

organisasi atau kelompok pekerja.

b. Dana

Dana sangat penting dan vital karena tanpa dana, maka pelaksanaan

program tidak dapat berjalan dengan efektif. Alokasi dana program

kesehatan mendukung biaya operasional untuk mempermudah jalannya

proses program tersebut.

c. Sarana prasarana

Sarana dan prasarana merupakan sesuatu yang dapat memudahkan dan

memperlancar pelaksanaan suatu kegiatan atau program yang dapat berupa

benda. Kelengkapan sarana dan prasarana sangat menentukan keberhasilan

program kesehatan dalam mengakomodasikan berbagai kegiatan dan

kebutuhan masyarakat.

Page 67: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

49

2. Proses

Proses adalah semua kegiatan sistem. Melalui sistem akan diubah input

menjadi ouput. Proses dari sistem pelayanan kesehatan adalah semua kegiatan

pelayanan mulai dari persiapan bahan, tempat dan kelompok sasaran yang

dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan.

3. Output/outcome

Output adalah hasil langsung (keluaran) suatu sistem yang menjadi output

dalam sistem pelayanan adalah produk program peningkatan derajat

kesehatan. Outcome merupakan dampak atau hasil tidak langsung dari proses

suatu program kesehatan. Model untuk menganalisisi evaluasi program

eliminasi malaria menggunakan input, procces dan output (42).

2.2.17 Faktor-faktor yang Memengaruhi Program Eliminasi Malaria

Faktor yang memengaruhi program eliminasi malari berkaitan dengan

perilaku petugas kesehatan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

Menurut Green bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor predisposisi

(faktor pencetus timbulnya perilaku yaitu umur, pengetahuan, pengalaman,

pendidikan, sikap, kepercayaan, keyakinan, paritas, dan lain sebagainya, faktor

pendukung yaitu faktor yang mendukung timbulnya perilaku seperti lingkungan

fisik, dana dan sumber-sumber yang ada di organisasi) dan faktor pendorong

(faktor yang memperkuat atau mendorong seseorang untuk berperilaku yang

berasal dari orang lain) (10).

Page 68: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

50

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan diperoleh dari usaha

seseorang mencari tahu terlebih dahulu terhadap rangsangan berupa objek dari

luar melalui proses sensori dari interaksi antara dirinya dengan lingkungan

sehingga memperoleh pengetahuan baru tentang suatu objek (43).

Menurut Mubarak bahwa pengetahuan seseorang terhadap objek

mempunyai intensitas atau tahap yang berbeda-beda. Tahap pertama adalah tahu

diartikan hanya sebagai memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati

sesuatu. Tingkatan yang lebih atas lagi adalah aplikasi, diartikan seseorang yang

telah memahami objek yang dimaksud, dapat mengaplikasikan prinsip yang

diketahui tersebut. Sehingga dapat dilihat bahwa walaupun seseorang mempunyai

pengetahuan yang baik tentang penyakit malaria namun tidak menghindarkan

orang tersebut dari risiko terkena penyakit malaria. Hal ini erat kaitannya dengan

perilaku/ tindakan seseorang. Pengetahuan yang baik namun tidak didukung

dengan perilaku yang baik pula maka akan menyebabkan seseorang terkena

penyakit juga (44).

Penelitian yang dilakukan oleh Khayati (2012) mengatakan bahwa

sebagian besar petugas memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang surveilan

malaria dan hasil kegiatan surveilannya kurang baik. Hal ini dimungkinkan karena

sebagian besar petugas melakukan kegiatan surveilans hanya berdasarkan

pengalaman kerja mereka dan disesuaikan dengan SOP yang telah diberikan oleh

DKK Purworejo (23).

Page 69: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

51

Pengetahuan masyarakat mengenai tindakan pencegahan nyamuk didapat

dari pengalaman empirik penduduk setempat. Seperti yang diungkapkan informan

di atas, bahwa mereka sering menjumpai nyamuk pada malam hari, bukan berasal

dari pengetahuan yang diberikan dari luar misalnya penyuluhan atau media-media

informasi lainnya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan di

daerah pedesaan di Kamboja oleh Yasuoka (2012). Pengetahuan masyarakat yang

akhirnya terwujud dalam perilaku lebih banyak terinternalisasi dari pengalaman

yang ia terima selama hidupnya (45).

2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap ini didasari dengan pengalaman yang

dialami seseorang yang pernah menderita penyakit dapat menjadi salah satu

komponen afektif yaitu rasa senang atau tidak senang terhadap suatu obyek. Sikap

positif seseorang terhadap kesehatan kemungkinan tidak otomatis berdampak

pada perilaku seseorang menjadi positif, tetapi sikap yang negatif terhadap

kesehatan hampir pasti berdampak negatif terhadap kesehatan (46).

Faktor-faktor yang memengaruhi sikap yaitu:

a. Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan sikap apabila

pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah

terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang

melibatkan faktor emosional.

Page 70: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

52

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Individu pada umumnya cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau

searah dengan sikap seseorang yang dianggap penting. Kecenderungan ini

antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan untuk menghindari

konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

c. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat

asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan

garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.

d. Media massa

Pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita

yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif berpengaruh terhadap

sikap konsumennya.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat

menentukan sistem kepercayaan. Tidaklah mengherankan apabila pada

gilirannya konsep tersebut memengaruhi sikap.

f. Faktor emosional

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi

sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego (46).

Page 71: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

53

Sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan

tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup. Hasil

penelitian ini memperlihatkan kelompok kasus sebanyak 64 responden (97,0 %)

memiliki sikap baik. Hal ini menunjukkan walaupun seseorang memiliki sikap

yang baik namun tanpa didukung dengan perilaku yang baik tidak menghindarkan

orang tersebut terkena penyakit malaria (47).

Faktor konstektual (situasional) yang memengaruhi kinerja seseorang

meliputi tekanan dan perubahan lingkungan. Namun, tidak semua bentuk sikap

ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang, kadang-

kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang

berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk

mekanisme pertahanan ego. Sikap petugas kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan

surveilans malaria yang tidak memiliki hubungan dengan hasil pelaksanaan

surveilans epidemiologi malaria dimungkinkan karena adanya beberapa hal

tersebut (23).

Khayati juga menambahkan bahwa sebagian besar petugas surveilans

malaria merangkap juga sebagai petugas perawat dan petugas surveilans penyakit

lainnya. Sehingga dimungkinkan beban kerja petugas surveilans malaria cukup

tinggi yang mengakibatkan sikap petugas surveilans malaria sebagian besar

kurang positif dan hasil kegiatan surveilans malaia juga menjadi kurang baik (23).

Page 72: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

54

3. Motivasi

Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu. Herzberg mengemukakan perlunya memperhatikan dua faktor

sebagai bentuk motivasi yang akan diberikan kepada seseorang individu. Faktor-

faktor tersebut yaitu faktor yang menyebabkan ketidakpuasan (hygiene/

maintenance) dan faktor-faktor penyebab kepuasan (motivator) (48).

Faktor motivator adalah faktor-faktor yang terutama berhubungan

langsung dengan isi pekerjaan atau faktor intrinsik. Motivator akan mendorong

terciptanya kepuasan kerja, tetapi tidak terkait langsung dengan ketidakpuasan.

Sedangkan faktor hygiene adalah rangkaian kondisi yang berhubungan dengan

lingkungan tempat pegawai yang bersangkutan melaksanakan pekerjaannya atau

faktor-faktor ekstrinsik (48).

Menurut Hamzah bahwa ada tiga unsur organisasi yang merupakan kunci

motivasi salah satu di antarnya adalah tujuan organisasi. Unsur ini begitu penting,

sebab segala upaya yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang diarahkan

untuk mencapai tujuan. Tujuan organisasi haruslah ditetapkan secara jelas.

Kejelasan tujuan akan mengarahkan segala aktivitas dan perilaku personal untuk

tercapainya tujuan organisasi (49).

Motivasi petugas dalam penerapan program manajemen terpadu balita

sakit (MTBS) pada deteksi dini malaria di Puskesmas Sorendiweri Kabupaten

Supiori tinggi dikarenakan penerapan program manajemen terpadu balita sakit

(MTBS) merupakan instruksi dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Supiori

yang harus diterapkan di semua Puskesmas dalam menagani balita sakit. Petugas

Page 73: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

55

juga termotivasi oleh rasa tanggung jawab lebih luas untuk membuat keputusan

dalam melaksanakan tugas (50).

4. Informasi

Petugas dalam memberikan informasi kesehatan tentang malaria melalui

penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat. Tujuan pemberian informasi

kesehatan tersebut untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang

pencegahan dan pengendalian malaria (51).

Menurut Kalego (2015) mengatakan ada pengaruh pemberian penyuluhan

tentang pencegahan malaria terhadap kepatuhan melakukan pencegahan malaria

dan kejadian malaria secara statistik terdapat hubungan yang sinifikan di Desa

Rindi Kabupaten Sumba Timur (24). Hasil tersebut serupa dengan hasil penelitian

Mardiah (tentang hubungan penyuluhan dengan perilaku pencegahan penyakit

malaria pada masyarakat di wilayah kerja puskesmas Lamteuba Kecamatan

Seulimun Kabupaten Aceh Besar, dimana terdapat hubungan yang bermakna

antara penyuluhan dengan perilaku pencegahan malaria yang meliputi

pengetahuan, sikap dan tindakan (52).

Masyarakat di Desa Wagirpandan Kecamatan Rowokele Kabupaten

Kebumen belum memahami secara benar mengenai penyebab malaria, penular

malaria serta bagaimana cara pencegahan dan pemberantasan malaria. Hal ini

disebabkan karena tingkat kehadiran masyarakat dalam mengikuti penyuluhan

masih rendah, terbukti hanya 7,1% dari responden yang pernah mengikuti

penyuluhan tentang malaria. Menurut sebagian besar informan penyuluhan atau

sosialisasi hanya dilakukan bila terjadi Kejadian Luar Biasa. Salah seorang

Page 74: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

56

petugas kesehatan di Desa Wagirpandan, mengatakan bahwa sosialisasi terakhir

dilakukan pada tahun 2009 silam pasca terjadinya KLB disertai dengan

kelambunisasi. Intervensi terhadap penduduk melalui penyuluhan dilakukan

sporadis saat munculnya kasus yang berakibat KLB, hal ini dikarenakan Jawa

Tengah bukanlah wilayah endemis tinggi untuk penyakit malaria (51)

5. Dukungan lintas sektoral

Partisipasi lintas sektor sangat berperan dalam hal pengendalian malaria.

Peran dan kerjasama lintas sektor diharapkan dapat mengatasi permasalahan

malaria. Kegiatan Eliminasi Malaria harus dilaksanakan secara terpadu dan

terintegrasi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan lintas sektor sebagai

mitra kerja. Dari berbagai pengalaman Eliminasi Malaria pada masa lalu, telah

terbukti bahwa tanpa keterlibatan dan dukungan legislatif, pemerintah daerah,

masyarakat termasuk organisasi sosial, keagamaan dan pihak swasta, maka hasil

yang dicapai belum optimal (53).

Penelitian Manalu (2014) mengatakan bahwa pengendalian malaria di

Kota Batam masih belum berjalan maksimal, salah satu penyebabnya adalah tidak

optimalnya kerjasama lintas sektor, sehingga sulit untuk membuat suatu aturan

seperti amdal untuk daerah endemis malaria terhadap dampak pembangunan di

Kota Batam yang berdampak pada buruknya lingkungan sekitar. Disamping itu

terbatasnya dana biaya operasional di lapangan, seperti penemuan kasus dan

belum tersedianya fasilitas peralatan dan tenaga terlatih/sumber daya manusia,

dan sebagian petugas tidak tinggal menetap di tempat wilayah puskesmas (53).

Page 75: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

57

2.3 Landasan Teori

Masalah kesehatan merupakan masalah yang multikausal, sehingga

penanganan dan solusi pemecahan masalah kesehatan juga harus dilakukan

dengan pendekatan strategis yang multidisiplin. Peraturan Bupati Kabupaten Aceh

Singkil tahun No. 11 Tahun 2013 tentang eliminasi malaria, bertujuan untuk

menghilangkan fokus aktif dan menghentikan penularan pada wilayah setempat di

suatu wilayah, minimal kabupaten/kota.Pokok-pokok kegiatan adalah penemuan

dan tata laksana penderita, pencegahan dan penanggulangan faktor resiko,

surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah, peningkatan komunikasi,

informasi dan edukasi (kie) dan peningkatan sumber daya manusia (12).

Pada prinsipnya keberhasilan pelaksanaan program eliminasi malaria dapat

diukur melalui indikator masukan (input), proses (process), dan luaran (output).

Dan teori yang digunakan adalah teori pendekatan sistem yaitu penerapan suatu

prosedur secara logis dan rasional melalui indikaror masukan, proses, output yang

berhungan dengan suatu kegiatan sehingga dapat berfungsi sebagai suatu kesatuan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (42).

Keberhasilan pelaksanaan program eliminasi malaria tidak terlepas dari

faktor penyebab penyakit malaria. Ahli epidemiologi seperti John Gordon,

membuat klasifikasi tentang faktor “penyebab” penyakit, dan membuat model

yang menggambarkan relasi faktor-faktor tersebut dengan penyakit. Model

tersebut dikenal dengan model triad epidemiology, yang menggambarkan

interaksi tiga komponen penyebab penyakit, yaitu manusia (host), penyebab

(agent), dan lingkungan (environment). Prediksi pola penyakit, model ini

menekankan perlunya analisis dan pemahaman masing-masing komponen.

Page 76: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

58

Penyakit dapat terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara ketiga komponen

tersebut (31).

Penyakit malaria yang merupakan penyakit yang dipengaruhi oleh

berbagai faktor. Sehingga untuk mengetahui faktor risiko kejadian penyakit

malaria, harus diteliti berbagai aspek yang berhubungan, seperti lingkungan fisik

dan biologi rumah, lingkungan fisik, biologi, dan kimia hidup nyamuk,

karakteristik dan perilaku host, pelayanan kesehatan, dan keberadaan vektor, serta

sosial budaya masyarakat (31)

Program elimininasi malaria yang dikaitkan dengan perilaku sekaligus

untuk memperkuat teori program eliminasi malaria, maka Laurence W. Green

mencetuskan teori perilaku menyatakan perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3

faktor utama yaitu

1. Faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu: faktor pencetus timbulnya

perilaku seperti: umur, pengetahuan, pengalaman, pendidikan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, paritas, dan lain sebagainya.

2. Faktor pendukung (enabling factors) yaitu: faktor yang mendukung timbulnya

perilaku seperti lingkungan fisik, dana dan sumber-sumber yang ada di

organisasi.

3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yaitu : faktor-faktor yang memperkuat

atau mendorong seseorang untuk berperilaku yang berasal dari orang lain

misalnya: peraturan dan kebijakan pemerintah, petugas kesehatan, pihak

terkait lainnya (10).

Kerangka landasan teori diilustrasikan sebagai berikut:

Page 77: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

59

Input Process Output

Gambar 2.4 Landasan Teori

Pelaksanan Program

eliminasi malaria:

a. Penemuan dan tata

laksana penderita

b. Pencegahan dan

penanggulangan

faktor resiko

c. Surveilans

epidemiologi dan

penanggulangan

wabah

d. Peningkatan KIE

e. Peningkatan

sumberdaya manusia

(P. Bupati No. 11

tahun 2013)

Keberhasilan Program

Eliminasi Malaria

a. Ketersediaan

sumber daya

manusia

a. Survei epidemiologi

b. Pemeriksaan RDT

c. Pemberdayaan

Berbasis

Masyarakat

Tidak ditemukan

kasus indigenous

selama 3 tahun

berturut-turut

Model Penyebab: a. Host

b. Agent

c. Enviroment

Susanna (2010)

Dampak :

a. Kesakitan

b. Kematian

Faktor yang Memengaruhi:

a. Predisposisi

b. Pendukung

c. Pendorong

Green (2005)

Page 78: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

60

2.4. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep tentang implementasi program eliminasi malaria

adalah sebagai berikut:

Input Procces Output

Gambar 2.5 Kerangka Konsep

- Sumber Daya

Manusia (Tenaga

Kesehatan)

- Sarana dan

prasarana

- Fasilitas

- Informasi

Persentase

Annual

Parasite

Insiden (API)

Evaluasi program

eliminasi malaria:

a. Penemuan dan tata

laksana penderita

b. Pencegahan dan

penanggulangan

faktor resiko

c. Surveilans

epidemiologi dan

penanggulangan

wabah

d. Peningkatan KIE

e. Peningkatan

sumberdaya

manusia

Page 79: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

61

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan deskriptif kualitatif dengan wawancara mendalam terhadap informan

agar diketahui secara jelas dan lebih mendalam tentang program eliminasi malaria

di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2018. Pendekatan kualitatif digunakan untuk

mendapatkan data yang mendalam, data tersebut merupakan data pasti yang

merupakan nilai dibalik data yang tampak (54). Penelitian ini menggunakan

pendekatan fenomenologi karena mengungkapkan pengalaman petugas dalam

melaksanakan program eliminasi malaria di Kabupaten Aceh Singkil.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2018.

Alasan pemilihan lokasi ini disebabkan pada pertimbangan di Kabupaten Aceh

Singkil memperoleh sertifikat daerah eliminasi malaria tahun 2017.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2018 sampai dengan

September 2019, mulai dari pengajuan judul, survei awal, bimbingan,

pengumpulan data dan seminar.

Page 80: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

62

3.2.3 Informan Penelitian

Informan adalah orang yang diharapkan dapat memberikan informasi

tentang situasi dan kondisi mengenai fokus penelitian. Informan penelitian terbagi

atas :

1. Informan kunci yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki informasi

pokok yang diperlukan tentang program eliminasi malaria. Adapun

informan kunci pada penelitian ini adalah 1 orang penanggung jawab

program P2P Dinas Kesehatan Aceh Singkil, 2 orang petugas pengelola

malaria dan 2 orang bidan desa.

2. Informan tambahan yaitu mereka yang dapat memberikan informasi

tambahan dalam mendukung program yaitu 2 orang kepala puskesmas dan

2 orang kepala desa.

3. Informan triangulasi yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi

sosial. Adapun informan utama dalam penelitian ini adalah 2 orang

masyarakat, 2 orang ibu hamil dan 2 orang kader di Desa Teluk Nibung

dan Kuala Baru Laut.

Peneliti menggunakan teknik purposive sampling untuk menentukan

sumber data. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel menurut

kehendak peneliti dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan

tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian

(54).

Page 81: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

63

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. menurut

Sugiyono, bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik

pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi dan wawancara, angket dan

dokumentasi (54). Namun dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang

dilakukan oleh peneliti adalah dengan melalui tiga metode, yaitu:

1. Observasi

Observasi bertujuan untuk mengamati subjek dan objek penelitian,

sehingga peneliti dapat memahami kondisi yang sebenarnya. Pengamatan yang

dilakukan dalam penelitian adalah kegiatan pelaksanaan elminimasi malaria di

Kabupaten Aceh Singkil.

2. Wawancara

Sebelum melakukan wawancara dengan informan, peneliti terlebih dahulu

menyusun pedoman wawancara atau wawancara terstruktur untuk mempermudah

dalam menggali informasi. Instrumen wawancara terdiri dari penemuan dan tata

laksana penderita, pencegahan dan penanggulangan faktor resiko, surveilans

epidemiologi dan penanggulangan wabah, peningkatan KIE dan peningkatan

sumberdaya manusia

Page 82: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

64

3. Dokumentasi

Hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih kredibel kalau

didukung oleh dokumen-dokumen yang bersangkutan. Dokungan yang

dibutuhkan dalam penelitian antara lain kegiatan survailans, penggunaan kelambu,

kegiatan penyemporan dan lainnya.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Jenis Data

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) jenis

yaitu data primer, data sekunder, dan data tertsier.

1) Data Primer

Data primer merupakan data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan/ suatu

organisasi secara langsung dari obyek yang diteliti dan untuk kepentingan

studi ini diperoleh melalui interview (wawancara) dan kuesioner.

2) Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan berupa data

dokumentasi dan arsip-arsip resmi yang mendukung data primer serta

peraturan pemerintah yang berkaitan dengan penelitian ini.

3) Data Tertier

Data tertier merupakan data yang diperoleh dari berbagai referensi yang

sangat valid seperti jurnal, text book, hasil penelitian yang sudah

dipublikasikan.

Page 83: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

65

3.4.2. Uji Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep

kesahihan (validitas) atas kehandalan (reabilitas). Derajat kepercayaan atau

kebenaran suatu penilaian akan ditentukan oleh standar apa yang digunakan.

Kriteria yang digunakan untuk memeriksa keabsahan data, antara lain derajat

Kepercayaan (Credibility) dengan beberapa teknik pemeriksaan seperti triangulasi

dan kecukupan referensial, Keteralihan (Transferability) sebagai persoalan

empiris bergantung pada pengamatan antara konteks pengirim dan penerima,

Kebergantungan (Dependability) dilakukan dengan melakukan pemeriksaan

terhadap keseluruhan proses penelitian, Kepastian (Confimability) merupakan

pengujian hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan dalam

penelitian, jangan sampai proses tidak ada tetapi hasilnya ada (55).

Dalam pengujian keabsahan data penelitian, metode yang digunakan

peneliti yaitu pengujian credibility. Kredibilitas data atau ketepatan dan

keakuratan suatu data yang dihasilkan dari studi kualititaf menjelaskan derajat

atau nilai kebenaran dari data yang dihasilkan termasuk proses analisis data

tersebut dari penelitian yang dilakukan. Suatu hasil penelitian dapat dikatakan

memiliki kredibilitas tinggi atau baik ketika hasil-hasil temuan penelitian tersebut

dapat dikenali dengan baik oleh para partisipasinya dalam konteks sosial mereka.

Pada penelitian ini pengujian kredibilitas antara lain perpanjangan pengamatan,

peningkatan ketekunan dan trianggulasi.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

Untuk mempermudah pengumpulan data di lapangan, maka dirumuskan

definisi operasional setiap variabel penelitian.

Page 84: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

66

a. Penemuan dan tata laksana penderita adalah kegiatan untuk menemukan

semua penderita malaria dengan konfirmasi mikroskopis di unit pelayanan

kesehatan dalam bentuk data penderita malaria dan pengobatan penderita

malaria.

b. Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko adalah kegiatan

pendistribusian kelambu berinsektisida, penyemprotan, pengendalian vektor

hayati, dan skrining ibu hamil saat pemeriksaan kehamilan secara massal

maupun secara rutin.

c. Surveilans epidemiologi dan penanggulangan adalah kegiatan pelaporan

program eliminasi malaria oleh semua unit pelayanan kesehatan ke Dinas

Kapubaten Aceh Singkil untuk bahan evaluasi.

d. Peningkatan KIE adalah kegaitan promosi kesehatan melalui penyuluhan/

papan waspada malaria dan kemitraan dengan berbagai program, sektor,

LSM, organisasi keagamaan kemasyarakatan untuk mempertahankan

eliminasi malaria terutama di daerah endemis.

d. Peningkatan sumber daya manusia adalah kegiatan sosisalisasi dan pelatihan

tatalaksana penderita untuk mempertahankan eliminasi malaria terutama di

daerah endemis.

3.6 Metode Pengolahan Data

Pengolahan dan analisis data menggunakan analisis deskriptif yang

dilakukan untuk menganalisis evaluasi program eliminasi malaria di Kabupaten

Aceh Singkil. Setelah mendapatkan data-data yang diperoleh dalam penelitian ini,

Page 85: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

67

maka langkah selanjutnya adalah mengolah data yang terkumpul dengan

menganalisis data, mendeskripsikan data, serta mengambil kesimpulan.

Secara umum, penelitian kualitatif dalam melakukan analisis data banyak

menggunakan model analisis yang dicetuskan oleh Miles dan Huberman yang

sering disebut dengan metode analisis data interaktif. Mereka mengungkapkan

bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh

(56). Analisis data dilakukan dengan rangkaian tahapan sebagai berikut:

1. Reduksi data

Mengumpulkan yang didapat dan menyederhanakan informasi tersebut,

memilih hal-hal pokok dan memfokuskannya pada hal-hal penting, mencari

tema atau pola dari laporan atau data yang didapat di lapangan. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberi gambaran yang lebih tajam

tentang hasil pengamatan, di samping mempermudah penulis untuk mencari

data yang diperlukan.

2. Penyajian data

Menyajikan berbagai informasi dari data setelah dianalisis sehingga

memberikan gambaran seluruhnya atau bagian-bagian tertentu dari penelitian

yang dilakukan.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Kegiatan analisis data dimaksudkan untuk mencari makna dan membuat

kesimpulan dari data yang telah dikumpulkan dengan mencari pola, tema,

hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul dan hipotesis kerja. Pada

mulanya kesimpulan tersebut tentunya masih sangat tentatif, kabur dan

Page 86: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

68

diragukan. Akan tetapi, dengan bertambahnya data dan melalui verifikasi yang

terus dilakukan selama penelitian berlangsung maka kesimpulan tersebut

menjadi lebih mendalam dan akurat.

Page 87: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

69

69

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Geografis

Kabupaten Aceh Singkil merupakan salah satu Kabupaten dari 23

Kabupaten yang berada dalam Propinsi Aceh, yang dimekarkan dari Kabupaten

Aceh Selatan, dan terbentuk pada tahun 1999 yaitu dengan keluarnya Undang-

Undang No.14 tahun 1999 tanggal 27 April 1999. Namun pada tanggal 2 Januari

tahun 2007 terjadi pemekaran dengan terbentuknya kota Subulussalam menjadi

Pemerintah Kota. Luas wilayah Kabupaten Aceh Singkil seluas 2.187 Km2,

terdiri dari 11 Kecamatan, 120 desa/kelurahan. Posisi Kabupaten Aceh Singkil

terletak pada 20 02’–20 27’30” Lintang Utara dan 970 04’–970 45’ 00 Bujur

Timur, dengan batas-batasnya sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Subulussalam

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Trumon Kabupaten Aceh

Selatan.

Page 88: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

70

4.1.2. Sosial Budaya

Masyarakat Aceh Singkil merupakan masyarakat yang heterogen dengan

banyak suku dari berbagai daerah. ada suku melayu, suku aceh, suku batak, dan

suku padang, sebagian besar menggantungkan hidup dan ekonominya dari hasil

laut (ikan, udang, kepiting, lobster dan lain-lain). Kabupaten ini memiliki dua

bahasa yaitu bahasa Aneuk Jame, dan bahasa Singkil yang digunakan sebagian

besar masyarkat. Untuk daerah sekitar kota Singkil menggunakan bahasa

masyarakat pesisir Sumatera.

4.1.3. Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Aceh Singkil tahun 2019 sebanyak 116.712

jiwa terdiri dari 58.869 jiwa laki-laki dan 57.843 jiwa perempuan. Jumlah

penduduk Kabupaten Aceh Singkil mengalami kenaikan sebesar 2.194 jiwa. Laju

pertumbuhan penduduk Aceh Singkil, yaitu 2,38%. Laju pertumbuhan penduduk

ini dipengaruhi oleh kematian, kelahiran, migrasi masuk dan migrasi keluar.

4.1.4. Sanitasi

Data jumlah seluruh rumah 74.568 rumah, rumah yang sudah memenuhi

syarat sebesar 35.643 rumah. Rumah yang di bina adalah 6.566 rumah atau sekitar

14,75%. Kabupaten Aceh Singkil memiliki 11 puskesmas dan 7 puskesmas

memberikan laporan mengenai jumlah rumah sehat, Puskemas yang tidak

memberikan laporan yaitu Puskesmas Danau Paris, Suro, Kuta Baharu dan

Singkohor. Akses air bersih paling banyak digunakan adalah sumur gali

terlindung yaitu 4.797 pengguna dan jaringan perpipaan (PDAM) sebesar 3.353

Page 89: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

71

pengguna. Keluarga pengguna jamban sehat jenis leher angsa sebanyak 29.837

keluarga dan plengsengan sebanyak 1.182 keluarga.

4.1.5. Sarana Pendidikan

Sarana Pendidikan di Kabupaten Aceh Singkil yaitu Sekolah Dasar (SD)

111 unit, SLTP 35 unit, SLTA 16 unit, RSU 1 unit dan Puskesmas 12 unit.

4.1.6 Gambaran Umum Proses Penelitian

Pengumpulan data dari informan menggunakan metode indepth interview

(wawancara mendalam). Terlebih dahulu peneliti menyerahkan surat izin

penelitian dari Institut Kesehatan Helvetia Medan kepada Bagian Tata Usaha

Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Singkil dan selanjutnya di Puskesmas Pulau

Banyak. Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan menemui informan

terlebih dahulun berdasarkan data kepegawaian Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh

Singkil, untuk menjelaskan maksud dan tujuan peneliti serta membuat jadwal

untuk melakukan wawancara. Sebelum melakukan wawancara mendalam dengan

informan, peneliti berkunjung ketempat informan. Hal tersebut dilakukan untuk

membangun kepercayaan agar informan dapat memberikan informasi secara

terbuka dengan peneliti.

Kegiatan wawancara mendalam dilakukan di tempat kerja informan sesuai

dengan keinginan informan. Waktu wawancara disesuaikan dengan waktu luang

yang diberikan oleh informan pada tanggal 25-28 Juni 2019 sekitar pukul 15.00

WIB sampai selesai agar tidak mengganggu pekerjaan di kantor. Demikian juga

Informan bekerja sebagai kepala Puskesmas Pulau Banyak, pengelola program

Page 90: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

72

P2P dan tenaga kesehatan. Jadwal wawancara pada tanggal 10-12 Juli 2019

sekitar pukul 15.00 WIB sampai selesai, diakhir waktu jadwal pulang kantor.

Wawancara berlangsung menarik perhatian informan karena selama ini penelitian

tentang eliminasi malaria belum pernah dilakukan di daerah tersebut.

4.2 Analisa Data Penelitian

4.2.1 Karakteristik Informan Kunci

Informan kunci dalam penelitian ini adalah 5 orang terdiri dari 1 orang

penanggung jawab program P2P tugas pokok mengelola program eliminasi

malaria di Dinas Kesehatan Aceh Singkil, 2 orang pertugas pengelola P2P malaria

setiap puskesmas yaitu Kecamatan Pulau Banyak dan Kuala Baru.

Informan berumur antara 28 sampai dengan 36 tahun dan berstatus telah

menikah. Semua perempuan kecuali penanggung jawab program P2P dengan latar

belakang pendidikan formal Strata 1 (S1) dan Diploma 3 (D3). Informan telah

bekerja 3 sampai 4 tahun. Semuanya Informan bertempat tinggal di Kota Singkil,

Kecamatan Pulau Banyak dan Kuala Baru.

Informan utama berjumlah 4 orang terdiri dari 2 orang kepala puskesmas

dan 2 orang kepala desa dan 3 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Informan

telah bekerja 2 sampai 4 tahun. Semuanya Informan bertempat tinggal di Kota

Singkil. Selanjutnya informan triangulasi berjumlah 6 orang terdiri dari 2 orang

masyarakat, 2 orang ibu hamil dan 2 orang kader. Informan kader bekerja cukup

lama 6 sampai 7 tahun bertempat tinggal di Desa Teluk Nibung dan Kuala Baru

Laut.

Page 91: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

73

Tabel 4.1 Karakteristik Informan

Inisial/

Kode

Jenis

Kelamin

Umur

(Thn)

Masa Kerja

(Tahun) Jabatan/ Status

Pendi

dikan

Informan TI

(01)

Laki-laki 36 3 Penanggung

jawab P2P

S1

Informan NA

(02)

Perempuan 32 4 Pengelola

program Malari

Kec. Pulau

Banyak

S1

Informan KE

(03)

Perempuan 28 3 Pengelola

program Malari

Kec. Kuala Baru

S1

Informan PI

(04)

Perempuan 28 3 Bidan desa

Teluk Nibung

D3

Informan Ma

(05)

Perempuan 29 4 Bidan desa

Kuala Baru Laut

D3

Informan H

(06)

Laki-laki 45 2 Kepala

puskesmas Kec.

Pulau Banyak

S1

Informan F

(07)

Perempuan 44 3 Kepala

puskesmas Kec.

Kuala Baru

S1

Informan MS

(08)

Laki-laki 42 4 Kepala desa

Teluk Nibung

SMA

Informan FR

(09)

Laki-laki 49 3 Kepala desa

Kuala Baru Laut

SMA

Informan AM

(10)

Laki-laki 42 Masyarakat

desa Teluk

Nibung

SMA

Informan U

(11)

Laki-laki 40 Masyarakat desa

Kuala Baru Laut

SMA

Informan RM

(12)

Perempuan 26 Masyarakat

desa Teluk

Nibung

SMA

Informan L

(13)

Perempuan 28 Masyarakat desa

Kuala Baru Laut

SMP

Informan N

(14)

Perempuan 38 7 Kader desa

Teluk Nibung

SMA

Informan R

(15)

Perempuan 36 6 Kader desa

Kuala Baru Laut

SMA

Page 92: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

74

4.3 Pembahasan

Pelaksanaan program eliminasi malaria berkaitan dengan ungkapan

informan kunci sebagai petugas penanggung jawab P2P Dinas Kabupaten Aceh

Singkil dan Pengelola P2P malaria di puskesmas dan juga informan utama dan

triangulasi yaitu bidan, kapus, kepala desa, masyarakat, ibu hamil dan kader.

Selanjutnya penulis akan menguraikan hasil wawancara mendalam mulai dari

input meliputi tenaga kesehatan, sumber dana manusia, dan sarana, kemudian

proses meliputi penemuan dan tata laksana penderita, pencegahan dan

penanggulangan faktor resiko, surveilans epidemiologi dan penanggulangan

wabah, peningkatan KIE dan peningkatan sumberdaya manusia dan terakhir

output mengenai Persentase Annual Parasite Insiden (API) tahun 2018.

Hasil wawancara dengan informan utama tentang aspek input evaluasi

pelaksanaan program penanggulangan penyakit HIV/AIDS di Kabupaten Aceh

Singkil diperoleh informasi sebagai berikut ini.

4.3.1 Input

Aspek input yang dikaji dalam penelitian berdasarkan sumber daya

manusia, sarana prasarana dan informasi.

1. Kecukupan sumber daya manusia

Hasil wawancara dengan informan tentang keterlibatan petugas berkaitan

program eliminasi malaria diperoleh informasi berikut ini.

Page 93: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

75

Tabel 4.2 Matriks Pertanyaan Informan tentang Keterlibatan Petugas

Berkaitan Program Eliminasi Malaria di Kabupaten Aceh

Singkil

Pertanyaan Informan Pernyataan

Bagaimana

keterlibatan

petugas berkaitan

program eliminasi

malaria ?

01

Tim kerja cukup, Petugas yang

terlibat dalam eliminasi sudah

dibentuk dari dulu dan sampai

sekarang masih aktif, bahkan

masyarakat juga terlibat membantu

program elminasi.

02 Tenaga kesehatan sudah solid, Saya

sendiri sebagai petugas penanggung

jawab dan didukung kepala

puskesmas serta petugas lainnya

seperti analis, petugas pencatat dan

pelaporan kasus malaria.

03 Sudah cukup, kepala puskesmas, saya

sendiri sebagai penanggung jawab,

dokter, analisis, desa bidan dan

kader.

04 Memadai, saya sendiri kader,

bekerjasama dengan kader, petugas

dan dinas.

05 Sudah cukup, saya sendiri dan kader

dibantu petugas puskesmas dan

dinas.

06 Tidak perlu ditambah lagi, wilayah

kerja puskesmas saya sendiri sebagai

penanggung jawab, petugas

pengelola P2PM, dan tenaga

kesehatan lainnya seperti analis dan

petugas pencatat juga.

07 Sudah baik, saya bekerjasama

dengan petugas pengelola P2PM, dan

tenaga kesehatan lainnya.

Page 94: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

76

Pada Tabel 4.2 hasil wawancara di atas, informan mengatakan bahwa

petugas yang terlibat dalam eliminasi malaria adalah kepala dinas, kepala bidang

Program P2P, Kepala seksi P2P, dan Wasor malaria sebagai petugas penanggung

jawab malaria. Tingkat puskesmas terdiri dari kepala puskesmas, dokter, analis,

pengelola program P2P, petugas pencatat dan pelaporan, bidan dan kader desa.

2. Pembagian tugas

Hasil wawancara dengan informan tentang pembagian tugas program

eliminasi malaria diperoleh informasi disajikan berikut ini.

Tabel 4.3 Matriks Pertanyaan Informan tentang Pembagian Tugas

Program Eliminasi Malaria di Kabupaten Aceh Singkil

Pertanyaan Informan Pernyataan

Bagaimana

pembagian tugas

program eliminasi

malaria ?

01 Pembagian tugas sudah baik, Dinas

sudah membentuk struktur

organisasi dalam program elimnasi

program malaria mulai dari

puskesmas sampai ke desa, dimana

mereka dibekali tenaga

surveilansnya, pemeriksaan

mikroskopisnya dan ada

pencacatan dan pelaporan.

02 Memiliki tugas masing-masing,

Saya sebagai pemegang program

dan dibantu petugas pencatat,

dokter, petugas mikroskopis dan

pelaporan masing-masing ada

tugasnya sesuai ketetapan.

03 Tugas petugas saling mengisi,

Kami bekerjsama dengan berbagai

bidang seperti dokter, analis, kader

desa, bidan dan kepala desa.

Laporan dikirim setiap bulan ke

dinas.

Page 95: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

77

Tabel 4.3 (Lanjutan)

Pertanyaan Informan Pernyataan

Bagaimana

pembagian tugas

program eliminasi

malaria ?

04 Tugas saya membantu petugas

kesehatan, saya memantau malaria,

jika ada masyarakat demam

contohnya kami anjurkan periksa

darah. Membantu kader dalam

penyuluhan di posyandu.

07 Sudah baik, Kami saling

bekerjasama dengan petugas

lainnya dengan melakukan tugas

masing-masing untuk

mempertahankan eliminasi di sini.

14 Petugas saling bekerjasama,

Memberikan penyuluhan terutama

di Posyandu dan membantu petugas

puskesmas serta mendatangi rumah

warga yang demam kalau ada

informasi baru dengan bidan desa.

Pada Tabel 4.3 hasil wawancara di atas, informan mengatakan bahwa

petugas kesehatan yang terkait program eliminasi malaria telah ditetapkan tugas

dan tanggung jawab (juknis) masing-masing dan didokumentasikan. Setiap

petugas yang terlibat diwajibkan mengikuti sosialisasi dari dinas kesehatan untuk

mengetahui apa-apa yang harus dikerjakan dan bagaimana pelaksanaan program

malaria tersebut.

Pada umumnya setiap petugas yang bekerja di puskesmas turut menbantu

program eliminasi malaria dan program lainnya. Mereka saling bekerjasama untuk

memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Namun petugas yang terlibat

langsung adalah kapus, pengelola program P2P malaria, petugas pencatat dan

pelaporan, dokter, analis serta di tngkat desa dibantu oleh bidan dan kader desa.

Page 96: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

78

2. Ketersediaan Sarana dan prasarana

Hasil wawancara dengan informan tentang sarana dan prasarana program

eliminasi malaria diperoleh informasi disajikan berikut ini.

Tabel 4.4 Matriks Pertanyaan Informan tentang Sarana dan Prasarana

Program Eliminasi Malaria di Kabupaten Aceh Singkil

Pertanyaan Informan Pernyataan

01 Mendukung dalam program eliminasi

malaria, di setiap puskesmas ada

mikroskop, RDTnya ada, obatnya

tersedia. Kekurangan Cuma kualitas

SDMnya, seperti analis, namun dapat

dioptimalkan melalui pelatihan.

Setiap desa juga ada Pos Malaria

Desa (PMD) dipegang oleh bidan

desa. Untuk sumber dana dalam

eliminasi malaria ini dari dana

APBN ya, dari APBD juga, Bantuan

atau hibah seperti dari WHO.

02 Sarana dan prasarana sangat

mendukung, puskesmas sudah

lumayan cukup lah dalam

pelaksanaan program eliminasi.

05 Sarana belum mendukung, karena

jika ada keluhan malaria kita rujuk

ke puskesmas.

06 Sudah cukup sarananya. Sarana

tersedia seperti ruang laboratorium,

mikroskop, regentia, dan RDT. Juga

obat-obatan seperti ACT, primakuin.

08 Belum lengkap, Kalau di Pos Malaria

Desa (PMD) belum lengkap, di

puskesmas yang lengkap.

15 Masih terbatas, Kalau desa peralatan

terbatas, peralatan yang ada di

puskesmas baru lengkap terutama dokter

untuk mendiagnosa penyakti malaria.

Page 97: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

79

Pada Tabel 4.4 hasil wawancara di atas, informan mengatakan bahwa

ketersediaan sarana dan prasarana sudah memadai untuk mendukung program

eliminasi malaria. Wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Singkil yang terdiri

dari 11 puskesmas, semuanya memiliki laboratorium mikroskop dan RDT di

setiap PMD. Namun kendalanya tidak semua puskesmas memiliki tenaga ahli

analis sehingga diberdayakan petugas lainnya dengan terlebih dahulu dilakukan

pelatihan diagnosa malaria.

Masyarakat yang membutuhkan informasi, maka dibentuk sebuah Pos

Malaria Desa (PMD) yang didalamnya tergabung kegiatan posyandu sebagai

tempat masyarakat bertanya tentang malaria dan penyakit lainnya. Untuk sumber

dana dalam program eliminasi malaria bersumber dari dana APBN, APBD dan

bantuan atau hibah dari WHO.

4.3.2. Proses

Aspek yang dikaji dalam proses adalah 1) Penemuan dan tatalaksana

penderita (meliputi: penemuan penderita malaria, pengobatan penderita malaria),

2) Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko (meliputi pembagian kelambu

berinsektisida, promosi kesehatan/ penyuluhan), 3) Surveilans epidemiologi dan

penanggulangan wabah (meliputi: pelaporan SKD-Kejadian Luar Biasa (KLB),

penanggulangan bila terjadi KLB, sistem informasi pencatatan malaria), 4)

Peningkatan Komunikasi, Edukasi dan informasi (meliputi: koordinasi dan

kerjasama lintas sektor dalam eliminasi malaria), 5) Peningkatan sumberdaya

manusia (meliputi: pelatihan pelatihan kepada tenaga kesehatan dan pelatihan

kepada tenaga mikroskopis).

Page 98: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

80

1. Penemuan dan tata laksana penderita

Pelaksanaan program eliminasi malaria di Kabupaten Aceh Singkil

melalui penemuan dan tata laksana penderita berdasarkan pendataan dan

pengobatan penderita amalaria.

a. Pendataan penderita malaria berkurang

Hasil wawancara dengan informan tentang pendataan penderita dalam

program eliminasi malaria diperoleh informasi disajikan berikut ini.

Tabel 4.5 Matriks Pertanyaan Informan tentang Pendataan Penderita

dalam Program Eliminasi Malaria di Kabupaten Aceh Singkil

Pertanyaan Informan Pernyataan

Bagaimana

kegiatan penemuan

dan tata laksana

penderita berupa

pemeriksaan darah

bagi masyarakat?

01

Mulai berkurang, Sebelum pre

eliminasi malaria, kita terjun

langsung ke lapangan untuk mencari

kasus malaria dan kasus baru

didamping oleh dokter dan tenaga

kesehatan. Saat ini masyarakatnya

datang sendiri ke pelayanan

kesehatan.

02

Kegiatannya berkurang, Pemeriksaan

darah saat ini jika ada keluhan saja

beda dengan tahun-tahun lalu.

07 Mulai berkurang, karena pasien

datang ke ke puskesmas ataupun ke

Posyandu (PMD) untuk diperiksa

darahnya jika ada demam saja.

15 Pemeriksaan sudah berkurang,

Masyarakat pada umumnya ke

puskesmas jika demam saja.

Page 99: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

81

Pada Tabel 4.5 hasil wawancara di atas, informan mengatakan bahwa

kegiatan penemuan dan tata laksana penderita melalui pendataan penderita

malaria dengan cara masyarakat itu sendiri yang dapat berobat ke fasilitas

kesehatan. pada pre eleminasi malaria kegiatan pemeriksaan darah pasien secara

rutin. Tenaga kesehatan menganjurkan agar pasien diperiksa darahnya untuk

mengetahui gejala malaria ataupun penyakit lainnya. Perlakuan khusus diberikan

kepada ibu hamil yang diwajibkan atasnya pemeriksaan darah untuk mengetahui

kondisi kesehatannya.

Pada umumnya atau dapat dikatakan 80% penemuan penderita malaria

karena berobat ke puskesmas dan posyandu ataupun PMD, klinik kesehatan

dengan gejala mengalami demam tinggi, selanjutnya dilakukan tes darah apakah

positif atau negatif. Masyarakat yang positif menderita penyakit malaria akan

didata dan dilaporkan ke petugas pencatat dan pelaporan di puskesmas.

Masyarakat lebih banyak memilih periksa darah datang ke puskesmas daripada di

posyandu atau PMD karena berbarengan dengan pengobatan penyakit yang

diderita. Sedangkan pemeriksaan darah di posyandu atau PMD menggunakan

RDT dengan hasil yang akurat.

b. Pengobatan penderita malaria berkurang

Hasil wawancara dengan informan tentang pengobatan penderita dalam

program eliminasi malaria diperoleh informasi disajikan berikut ini.

Page 100: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

82

Tabel 4.6 Matriks Pertanyaan Informan tentang Pengobatan Penderita

dalam Program Eliminasi Malaria di Kabupaten Aceh Singkil

Pertanyaan Informan Pernyataan

Bagaimana

kegiatan

pengobatan bagi

masyarakat

penderita demam?

01 Pasien berobat tidak ada lagi, karena

kasusnya tidak ditemukan sampai

saat ini.

02 Kasusnya tidak ada lagi, pasien yang

datang kemari yang demam tidak ada

keluhan malaria lagi.

05 Pengobatan malaria tidak ada, Kasua

malaria biasanya ditandainya dengan

gejala demam tetapi bukan

disebabkan nyamuk malaria tetapi

karena flu, batuk atau penyakit

lainya.

06 Tidak ada kasus, Data menunjukkan

masyarakat berobat ke puskesmas

tidak pernah menderita malaria lagi.

10 Tidak ada masyarakat yang

menderita, masyarakat yang

memeriksa darahnya tidak menderita

malaria, tetapi penyakit lainya.

12 Tidak pernah mendengar kasus

malaria, masyarakat di sini tidak ada

terdiagnosa malaria lagi.

Pada Tabel 4.6 hasil wawancara di atas, informan mengatakan bahwa

kegiatan pengobatan penderita malaria dalam upaya pencegahan dan pengendalian

vektor malaria dapat dilakukan di Posyandu, PMD, puskesmas dan fasilitas

kesehatan lainnya. Pada umumnya masyarakat mengalami demam tinggi dan

berkunjung ke puskesmas untuk tes mikroskopis di laboratorium. Dokter

mendiagnosa apakah masyarakat tersebut positif menderita.

Page 101: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

83

Pengobatannya penderita malaria cukup mudah, jika positif malaria

berdasarkan hasil diagnosa karena darah mengandung plasmodium, maka pasien

diwajibkan minum obat ACT dan primakuin dan obat lainnya untuk

menghilangkan gejala deman atau nyeri. Jika pasien rutin minum obat selama 1

minggu demam, ngilu dan nyeri akan berkurang sehingga risiko kronik dapat

diatasi. Saat ini pengobatan kasus malaria tidak ada lagi karena masyarakat

penderita juga tidak ada.

2. Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko

a. Distribusikan kelambu berinsektisida berkurang

Hasil wawancara dengan informan tentang pendistribusian kelambu

berinsektisida dalam program eliminasi malaria diperoleh informasi disajikan

berikut ini:

Tabel 4.7 Matriks Pertanyaan Informan tentang Pendistribusian Kelambu

Berinsektisida dalam Program Eliminasi Malaria di Kabupaten

Aceh Singkil

Pertanyaan Informan Pernyataan

Bagaimana

kegiatan

pendistribusian

kelambu

berinsektisida

kepada

masyarakat?

01 Pendistribusian sudah berkurang,

karena periode tahun 2013-2014

daerah endemis pembagian kelambu

secara massal, tetap sekarang tidak

ada lagi pembagian kelambu,

mungkin ada juga masyarakat yang

ingin tetapi tergantung kebijakan

dari Kapus ya karena kasus malaria

sudah dapat dikendalikan.

02 Berkurang, pemberian kelambu dari

tahun lalu difokuskan di daerah

indemis. Saat ini hanya masyarakat

tertentu saja yang meminta kelambu

karena kasus malaria tidak ada.

Page 102: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

84

Tabel 4.7 (Lanjutan)

Pertanyaan Informan Pernyataan

03 Tidak dibagi lagi, pendistribusian

kelambu khusus bagi positif penderita

malaria saja untuk mencegah tidak

tertular, masyarakat lainnya tidak

dibagi lagi.

04 Tidak ada lagi, kelambu memang

dibagikan kepada masyarakat, tetapi

tidak pernah ada lagi sekarang ini

11 Tidak dapat kelambu, Saya tidak

dapat, tapi ada teman di desa lain

dapat kelambu agar tidak

menderita malaria.

Pada Tabel 4.7 hasil wawancara di atas, informan mengatakan bahwa

kegiatan pencegahan dan pengendalian malaria melaui pendistribusian kelambu

berinsektisida secara massal dilakukan di awal program malaria terutama di

daerah endemis atau daerah HCI yang tinggi. Saat ini kegiatan tersebut tidak

dilakukan lagi di daerah endemis karena kasus malaria sudah dapat ditanggulangi.

Kelambu berinsektisida merupakan bantuan dari provinsi untuk membantu

masyarakat agar terhindari dari penyakit malaria.

b. Penyemprotan lingkungan rumah berkurang

Hasil wawancara dengan informan tentang penyemprotan lingkungan

rumah dalam program eliminasi malaria diperoleh informasi berikut ini.

Page 103: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

85

Tabel 4.8 Matriks Pertanyaan Informan tentang Penyemprotan

Lingkungan Rumah dalam Program Eliminasi Malaria di

Kabupaten Aceh Singkil

Pertanyaan Informan Pernyataan

Bagaimana

kegiatan

Penyemprotan

lingkungan rumah

oleh petugas Dinas

Kesehatan ?

01 Penyemprotan berkurang, karena

kasus tidak ada lagi tetapi kita juga

tanpa diminta masyarakat

menyemprot beberapa titik rumah di

daerah endemis frekuensi tidak rutin

lagi mungkin sekitar 1 kali setahun

02 Penyemportan tidak rutin lagi,

biasanya dulu rutin dilakukan

penyemprotan tanpa harus ada

masyarakat yang menderita, beda

dengan sekarang sudah berkurang

lah.

05 Jarang dilakukan, kegiatan

penyemprotan jarang, tetapi

skrining masih tetap berjalan.

07 Sudah mulai berkurang karena,

masyarakat sudah mulai sadar

manfaat kebersihan lingkungan

rumahnya.

12 Ada tetapi jarang, kalau tak salah,

tahun semalam ada di semprot,

kalau sekarang tidak ada.

Pada Tabel 4.8 hasil wawancara di atas, informan mengatakan bahwa

kegiatan penanggulangan malaria melalui penyemprotan masih berlangsung

sampai saat ini. Petugas yang bertanggung jawab dari dinas kesehatan dan

dibantu oleh masyarakat yang telah ditunjuk dan biasa melakukan penyemprotan

rumah di setiap desa. Kegiatan ini dilakukan apabila ada masyarakat yang positif

malaria.

Page 104: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

86

Informan lain juga mengatakan kegiataan penyemprotan dilakukan dengan

frekuensi terbatas selama 2 tahun terakhir hanya 1 kali saja setahun sekarang ini.

Kegiatan penyemprotan rumah dilakukan apabila ada laporan dari puskesmas

warga yang positif malaria. Kegiatan penyemportan dilakukan radius 200 meter

dari rumah penderita. Namun berbeda dengan ungkapan informan lainnya

mengatakan bahwa penyemprotan tidak dilakukan sampai 200 meter tetapi

beberapa rumah di sekitar rumah penderita untuk mencegah agar vektor nyamuk

tidak berkembang.

c. Pengendalian vektor hayati tidak optimal

Hasil wawancara dengan informan tentang pengendalian vektor hayati

dalam program eliminasi malaria diperoleh informasi disajikan berikut ini.

Tabel 4.9 Matriks Pertanyaan Informan tentang Pengendalian Vektor

Hayati dalam Program Eliminasi Malaria di Kabupaten Aceh

Singkil

Pertanyaan Informan Pernyataan

Bagaimana

kegiatan

pencegahan dan

penanggulangan

faktor resiko

melalui

pengendalian

vektor hayati ?

01 Belum diterapkan, kita hanya

menghimbau masyarakat untuk

membudidayakan tumbuhan seperti

bunga tahi kuning, bunga lavender

dan sereh wangi, tetapi kebanyakan

tidak melakukannya.

02 Masyarakat kurang peduli, tugas

saya menganjurkan masyarakat

menaman tanaman yang ditakuti

nyamuk seperti bunga lavender,

sereh wangi sekaligus menjaga

kebersihan lingkungan rumah

tetapi ada sebagian kecil yang

menanam.

Page 105: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

87

Tabel 4.9 (Lanjutan)

Pertanyaan Informan Pernyataan

12 Kurang peduli, yang ditanam cuma

sereh wangi di belakang rumah.

Sekarang tidak lagi dianjurkan lagi

13 Tidak ada waktu, karena ngak

sempat menanamnya, repot.

14 Masyarakat tidak mau, saya

memberikan penyuluhan tentang

cara mengendalikan nyamyak

dengan menamam tanaman seperti

levender bagus mengusir nyamuk

tetapi masyarakat kurang respons

Pada Tabel 4.9 hasil wawancara di atas, informan mengatakan bahwa

upaya pengendalian vektor di lingkungan sekitar masyarakat dapat dilakukan

dengan menaman berbagai tumbuhan yang tidak disukai nyamuk seperti bunga

tahi kuning, bunga lavender dan sereh wangi. Respon masyarakat ada yang

mendukung dan ada yang tidak mendukung karena susah merawatnya dan tidak

sempat untuk mengurus tanaman tersebut. Informan lain juga mengatakan bahwa

mereka mau menanam tanaman sereh wangi di pekarangan rumah untuk

digunakan sebagai bumbu masakan keluarga. Informan juga mengatakan kegiatan

ini pernah disolisasikan, tetapi kondisinya saat ini tidak dianjurkan atau

disarankan oleh bidan dan kader desa. Penanggulangan melalui hayati tidak

pernah dipantau oleh bidan dan kader desa.

Page 106: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

88

d. Kegiatan skrining ibu hamil berkurang

Hasil wawancara dengan informan tentang skrining ibu hamil saat

pemeriksaan kesehatan dalam program eliminasi malaria diperoleh informasi

disajikan berikut ini.

Tabel 4.10 Matriks Pertanyaan Informan tentang Skrining Ibu Hamil saat

Pemeriksaan Kesehatan dalam Program Eliminasi Malaria di

Kabupaten Aceh Singkil

Pertanyaan Informan Pernyataan

Bagaimana

skrining ibu hamil

saat pemeriksaan

kesehatan dalam

program eliminasi

malaria?

01 Frekuensi penyuluhan berfokus di

puskesmas, dulu seluruh elemen

dilibatkan untuk memberikan

penyuluhan wetelah mendapatkan

Sertifikasi Eliminasi Malaria tahun

2017 kegiatan mulai berkurang.

Kegitan penyuluhan lebih difokus

di puskesmas dan bidan desa.

Pembuatan papan waspada

malaria tidak ada lagi.

02 Peran bidan/kader lebih diperkuat,

kegiatan penyuluhan

menitikberatkan keapda para bidan

desa dan kader. Mereka

memberikan penyuluhan untuk

meningkatkan kesehatan

masyarakat. Untuk papan

waspada bahaya malaria tidak

ada, biasanya berupa spanduk dan

sudah setahun lebih tidak ganti.

Page 107: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

89

Tabel 4.10 (Lanjutan)

Pertanyaan Informan Pernyataan

Bagaimana

skrining ibu hamil

saat pemeriksaan

kesehatan dalam

program eliminasi

malaria?

04 Menyampaikan informasi kepada

masyarakat, tugas saya sebagai

bidan desa memberikan

penyuluhan ke masyarakat, dan

menyampaikan informasi baru

tentang malaria. Kalau frekuensi

ya tidak menentu kadang 1 bulan

sekali kadang lebih lah. Bentuk

promosi kesehatan saat ini berupa

penyampaian informasi saja.

07 Promosi malaria pasif, kegiatan

penyuluhan dan promkes rutin

diberikan terutama masyarakat

datang berobat ke puskesmas,

kalau keluar tidak pernah.

12 Penyuluhan diberikan Posyandu,

tetapi sudah informasi sudah

berkurang membahas malaria.

15 Kegiatan penyuluhan lebih

difokuskasn kepada kesehatan ibu

dan anak, kecuali ada petugas dari

puskesmas untuk didamping. Kalau

petugas dinas kesehatan tidak

turun lagi.

Pada Tabel 4.10 hasil wawancara di atas, informan mengatakan bahwa

upaya pencegahan dan penanggulangan malaria melalui skrining ibu hamil sampai

saat ini masih dilakukan namun frekuensi mulai menurun. Hal ini disebabkan ibu

hamil takut dan merasa cemas kalau diambil darahnya untuk mengetahui apakah

ada penyakit lain yang diderita dan kegiatan ini tanpa dipungut biasaya dari

masyarakat. Disisi lain, petugas juga tidak ingin memaksa masyarakat khususnya

ibu hamil ditest darahnya. Informan lainnya mengatakan bahwa biasanya ibu

Page 108: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

90

hamil melakukan skrining pada saat memeriksa kesehatan ataupun mengikuti

kegiatan di Posyandu.

3. Kegiatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah berkurang

Hasil wawancara dengan informan tentang suveilans epidemiologi dan

penanggulangan wabah dalam program eliminasi malaria diperoleh informasi

berikut ini.

Tabel 4.11 Matriks Pertanyaan Informan tentang Suveilans Epidemiologi

dan Penanggulangan Wabah dalam Program Eliminasi Malaria

di Kabupaten Aceh Singkil

Pertanyaan Informan Pernyataan

Bagaimana kegiatan suveilans

epidemiologi dan

penanggulangan

wabah dalam

program eliminasi

malaria ?

01 Kegiatan surveilans tidak ada dan penanggulangan berbentuk

laporan, kita menunggu laporan

dari masing-masing puskesmas

masih berjalan setiap bulan

sebagai bahan evaluasi dalam

mempertahankan eliminasi

malaria. Kegiatan surveilans waktu

pertama kali menggalakkan

program, saat ini tidak ada lagi

karena tidak sudah tahap

mempertahankan agar API agar

tetap rendah.

02 Laporan rutin disampaikan,

penyampaian laporan ke dinas

setiap bulannya. Kegiatan surveilan

tidak ada. Kita menganjurkan

pemberantasan nyamuk melalui 3

M.

05 Rutin, setiap bulan disampaikan

bersamaan dengan program KIA

lainnya.

Page 109: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

91

Tabel 4.11 (Lanjutan)

Pertanyaan Informan Pernyataan

06 Rutin, Kita sangat menganjurkan

agar petugas pencatatan

melaporkan kegiatannya setiap

bulan ke dinas. Masyarakat

berperilaku hidup bersih dan sehat

Bagaimana

skrining ibu hamil

saat pemeriksaan

kesehatan dalam

program eliminasi

malaria?

15 Rutin melaporkan walaupun tidak

ada kasus sesuai anjuran bidan

desa bersama dengan program

lainnya. Masyarakat digalakkan

perilaku hidup bersih sehat dan

program 3M (Mengurus, Menutup,

Mengubur) tempat air.

Pada Tabel 4.11 hasil wawancara di atas, informan mengatakan bahwa

kegiatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah tidak

diselenggarakan karena wabah malaria sudah tidak terjadi khususnya di daerah

endemis. Namun demikian pengendalian malaria dengan membuat laporan

bulanan, mulai dari desa, puskesmas yang disampaikan ke dinis setiap bulan.

Kegiatan ini masih berlangsung sampai saat ini. Gunanya laporan tersebut untuk

memantau perkembangan vektor malaria dan mempertahankan program eleminasi

malaria di Kabupaten Aceh Singkil. Petugas pencatat dan laporan ditugas

mengumpulkan data dari kader dan puskesmas, balai pengobatan atau klinik untuk

disampaikan sebelum akhir bulan ke dinas kesehatan. Upaya mencegahan malaria

dengan memberdayakan masyarakat agar berperilaku hidup bersih dan sehat dan

program 3M (Menguras, Menutup dan Mengubur) untuk memutus siklus

perkembangan nyamuk.

Page 110: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

92

4. Peningkatan KIE

a. Penyuluhan berfokus pada bidan/kader dan papan waspada malaria tidak

direnovasi

Hasil wawancara dengan informan tentang penyuluhan dan ketersediaan

papan waspada malaria dalam program eliminasi malaria diperoleh informasi

disajikan berikut ini.

Tabel 4.12 Matriks Pertanyaan Informan tentang Penyuluhan dan

Ketersediaan Papan Waspada dalam Program Eliminasi

Malaria di Kabupaten Aceh Singkil

Pertanyaan Informan Pernyataan

Bagaimana

kegiatan

peningkatan KIE

dalam program

eliminasi malaria

seperti

penyuluhan?

Bagaimana

ketersediaan papan

waspada malaria?

01 Frekuensi penyuluhan berfokus di

puskesmas, dulu seluruh elemen

dilibatkan untuk memberikan

penyuluhan setelah mendapatkan

Sertifikasi Eliminasi Malaria tahun

2017 kegiatan mulai berkurang.

Kegitan penyuluhan lebih difokus di

puskesmas dan bidan desa.

Pembuatan papan waspada malaria

tidak ada lagi.

02 Peran bidan/kader lebih diperkuat,

kegiatan penyuluhan

menitikberatkan keapda para bidan

desa dan kader. Mereka memberikan

penyuluhan untuk meningkatkan

kesehatan masyarakat. Untuk papan

waspada bahaya malaria tidak ada,

biasanya berupa spanduk dan sudah

setahun lebih tidak ganti.

04 Menyampaikan informasi kepada

masyarakat, tugas saya sebagai bidan

desa memberikan penyuluhan ke

masyarakat, dan menyampaikan

informasi baru tentang malaria. Kalau

frekuensi ya tidak menentu kadang 1

bulan sekali kadang lebih lah. Bentuk

promosi kesehatan saat ini berupa

penyampaian informasi saja.

Page 111: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

93

Tabel 4.12 (Lanjutan)

Pertanyaan Informan Pernyataan

Bagaimana

kegiatan

peningkatan KIE

dalam program

eliminasi malaria

seperti

penyuluhan?

Bagaimana

ketersediaan papan

waspada malaria?

07 Promosi malaria pasif, kegiatan

penyuluhan dan promkes rutin

diberikan terutama masyarakat

datang berobat ke puskesmas, kalau

keluar tidak pernah.

12 Penyuluhan diberikan Posyandu,

tetapi sudah informasi sudah

berkurang membahas malaria.

15 Kegiatan penyuluhan lebih

difokuskasn kepada kesehatan ibu

dan anak, kecuali ada petugas dari

puskesmas untuk didamping. Kalau

petugas dinas kesehatan tidak turun

lagi.

Pada Tabel 4.12 hasil wawancara di atas, informan mengatakan bahwa

sebelum Kabupaten Aceh Singkil memperoleh Sertifikasi Eliminasi Malaria

Tahun 2017, petugas dari dinas kesehatan bersama dengan tim khusus dari kantor

camat, desa, muspika, Danramil serta puskesmas memberikan penyuluhan tentang

program malaria. Namun setelah memperoleh Sertifikasi tahun 2017, kegiatan

penyuluhan tidak pernah dilakukan lagi sampai saat ini.

Saat ini kegiatan penyuluhan dipegang oleh bidan dan kader desa. Mereka

sebagai pemegang kunci dalam kegiatan promosi kesehatan di masyarakat karena

setiap bulan petugas menyelenggarakan kegiatan Posyandu dan program

kesehatan lainnya dan senantiasi berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.

Kegiatan ini sudah mulai berkurang karena berkaitan dengan banyaknya program

kesehatan lainnya yang dijalankan untuk meningkatkan derajat kesehatan

Page 112: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

94

masyarakat seperti Program KIA meliputi gizi buruk stunting, kesehatan ibu dan

anak. Selain itu kepala desa juga memberdayakan tokoh pemuda dan masyarakat/

agama ikut serta mengkampanyekan program malaria.

Sarana penyuluhan berupa papan waspada malaria yang ditempatkan di

puskesmas dan PMD tidak diperbaharui lagi. Kegiatan penyuluhan di puskesmas

bersikap pasif, dimana petugas hanya menyampaikan kepada masyarakat saat

mereka memeriksa kesehatan. Kegiatan penyuluhan secara aktif tidak pernah

dilakukan karena sudah menjadi tanggung jawab bidan dan kader desa.

b. Kemitraan/koordinasi diselenggarakan setiap akhir tahun

Hasil wawancara dengan informan tentang kemitraan/ koordinasi dengan

sektor lain dalam program eliminasi malaria diperoleh informasi disajikan berikut

ini.

Tabel 4.13 Matriks Pertanyaan Informan tentang Kemitraan/Koordinasi

dengan Sektor lain dalam Program Eliminasi Malaria di

Kabupaten Aceh Singkil

Pertanyaan Informan Pernyataan

Bagaimana

kegiaitan

kemitraan/koordina

si dengan sektor

lain dalam program

eliminasi malaria?

01 Penyelenggaraan kemitraan/

koordinasi program satu tahun

sekali karena kasus malaria tidak

ada sehingga kita hanya

memantau apakah semua

puskesmas sudah memiliki sumber

daya yang cukup dalam

pelaksanaan program ini pada

setiap bulannya.

02 Kegiatan setiap 1 tahun sekali,

kemitraran terus berjalan sampai

sekarang, jumpa pertemuanya 1

tahun sekali saja karena kasus

tidak ada lagi.

Page 113: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

95

Tabel 4.13 (Lanjutan)

Pertanyaan Informan Pernyataan

06 Pertemuan koordinasi sudah

berkurang, Saya beserta pengelola

P2P malaria mengikuti

pembahasan tentang evaluasi

malaria oleh dinas setiap akhir

tahun saja.

07 Bersama petugas malaria

diundang untuk pertemuan rutin

membahas kemajuan progrma

malaria di akhir tahun.

Pada Tabel 4.13 hasil wawancara di atas, informan mengatakan bahwa

koordinasi pelaksanaan program eliminasi malaria di tingkat kabupaten pimpin

oleh kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Singkil dan jajarannya, seperti

Kepala Bidang P2P, Kepala Seksi P2P dan penanggung jawab P2P. Kemudian

dinas kesehatan sebagai penanggung jawab program malaria berkoordinasi

dengan puskesmas, pemerintah camat dan desa dalam menanggulangi wabah

malaria. Khususnya pemerintah desa mereka mendukung dalam pengelolaan

lingkungan hidup seperti Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) melalui gotong

royong setiap Jumat khususnya di daerah endemis seperti Desa Teluk Nibung dan

Kuala Baru Laut.

Sedangkan lini paling bawah adalah bidan dan kader desa yang

bekerjasama untuk memantau perkembangan vektor malaria. Mereka

menyelenggarakan kegiatan Posyandu disertai Pos Malaria Desa yang memiliki

alat Rapid Diagnostic Test (RDT) bertujuan apabila ada masyarakat yang

Page 114: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

96

mengalami deman, maka darahnya akan diambil untuk diperiksa di laboratirum

puskesmas.

Pertemuan dengan mitra tersebut diselenggarakan setiap akhir tahun.

Kegiatan tersebut dibuat untuk melihat hasil program elminasi malaria. Kegiatan

berkurang dibandingkan sebelum tahun 2018 diselenggarakan dua tahun sekali

atau per semester.

4. Peningkatan sumber daya manusia tidak diselenggarakan

Hasil wawancara dengan informan tentang peningkatkan kemampuan

petugas dalam program eliminasi malaria diperoleh informasi berikut ini:

Tabel 4.14 Matriks Pertanyaan Informan tentang Peningkatkan

Kemampuan Petugas dalam Program Eliminasi Malaria di

Kabupaten Aceh Singkil

Pertanyaan Informan Pernyataan

Bagaimana

kegiaitan

peningkatan

sumber daya

petugas dalam

program eliminasi

malaria seperti

pelatihan/sosialiasi?

01 Tidak ada peningkatkan sumber daya

manusia, Kegiatan ini sudah

dilaksanakan jauh-jauh hari sewaktu

program mulai digalakkan, sekarang

tidak ada lagi.

02 Tidak ada, kami sudah pernah dilatih

dan diberikan sosialisasi, sekarang

ngak ada.

04 Tidak ada, karena kami sudah paham

apa yang akan dilakukan tentang

program eliminasi malaria.

14

Dulu diberikan, sekarang tidak lagi.

Page 115: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

97

Pada Tabel 4.14 hasil wawancara di atas, informan mengatakan bahwa

kegiatan peningkatan sumber daya manusia saat ini tidak diselenggarakan lagi.

Dinas kesehatan menyelenggarakan kegiatan pelatihan tentang tanda-tanda gejala

menderita malaria kepada petugas malaria dimulai awal tahun 2014. Pelatihan

juga diberikan kepada Analis (petugas laboratorium) untuk mengetahui apakah

pasien positif menderita malaria. Namun saat ini kegiatan itu tidak

diselenggarakan lagi karena para petugas sudah mengetahui sejak awal program

malaria dimulai apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.

4.3.3. Output

Hasil evaluasi Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas

Kabupaten Aceh Singkil diketahui bahwa Persentase Annual Parasite Incident

(API) per 1000 penduduk pada tahun 2018 yaitu 0%. Keberhasilan ini, membuat

daerah Kabupaten Aceh Singkil tahun 2017 mendapat sertifikasi Malaria dari

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia berdasarkan hasil survei dari Tim

Kementerian Kesehatan dan United Nations International Children's Emergency

Fund (UNICEF). Daerah Kabupaten Aceh Singkil saat ini memasuki tahap

pemeliharaan atau pencegahan tertular kembali bertujuan untuk mempertahankan

eliminasi malaria.

4.3.4 Input dalam Evaluasi Pelaksanaan Program Eliminasi Malaria di

Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2019

Input atau masukan yang dikaji dalam penelitian dalam pelaksanaan

program eliminasi malaria mencakup sumber daya manusia (SDM), sarana dan

prasarana serta informasi.

Page 116: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

98

1. Tenaga kesehatan

Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam

bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan atau keterampilan melalui

pendidikan di bidang kesehatan untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan

untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan adalah seseorang yang

bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada individu,

keluarga dan masyarakat.

Menurut Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan,

disebutkan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri

dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan

melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan

kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

Tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatakan kualitas

peayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat mampu

untuk meningkatakan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga

akan terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi-tinginya. Aspek yang dilihat

dari tenaga kesehatan dalam pelaksanaan program eliminasi malaria adalah

kuantitas tenaga kesehatan, kompetensi tenaga kesehatan.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan di Kabupaten Aceh

Singkil, tenaga kesehatan dan non kesehetan yang terlibat didalam program

eliminasi malaria di Kabupaten Aceh Singkil ini sudah memadai. Pihak telah

menunjuk tenaga kesehatan sebagai pemegang program malaria yang terdiri dari

pemegang program malaria dan petugas pencatat dan pelaporan. Tenaga

Page 117: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

99

kesehatan yang terlibat dalam program eliminasi malaria adalah dokter, analis dan

bidan. Selain tenaga kesehatan, ada tenaga non kesehatan yang telah dibentuk

yaitu kader desa sebagai petugas terdepan yang diharapkan dapat memberikan

informasi yang benar dalam mencegah dan menanggulangi malaria. Ditambah lagi

kepala desa sebagai kepala pemerintah desa membantu sepenuh hati dalam

mempertahankan program eliminasi malaria.

Tenaga kesehatan yang tersedia di Kabupaten Aceh Singkil sudah sesuai

dengan standar tenaga kesehatan menurut Kemenkes RI (2014), berdasarkan

standar ketenagaan program bahwa arti ketenagaan disini adalah menyangkut

kebutuhan minimal dalam hal jumlah dan jenis tenaga yang dilatih dengan tujuan

terselenggaranya kegiatan program malaria oleh suatu UnitPelaksana Kesehatan

(UPK), maka tenaga kesehatan terdiri dari penanggung jawab program P2P di

dinas, dokter, bidan, perawat, mikroskopis serta pengelola program, petugas

pencatat di puskesmas, dan tenaga non kesehatan yang dilatih adalah kader,

sekaligus kepala desa sebagai aparatur negara di desa (57).

Gambar 5.1 Sosialisasi Petugas Malaria

Page 118: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

100

Pelaksanaan program eliminasi malaria di Kabupaten Aceh Singkil, tenaga

kesehatan yang terlibat dalam program eliminasi telah mendapatkan pembagian

tugas masing-masing yang disesuaikan dengan jumlah tenaga kesehatan. Tenaga

kesehatan yang terlibat dalam program tersebut dapat memiliki dua tugas

sekaligus, seperti petugas pencacatan dan pelaporan sekaligus bertugas sebagai

petugas pemegang program P2P malaria.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan di Kabupaten Aceh

Singkil menunjukkan bahwa tenaga kesehatan yang terlibat dalam program

eliminasi malaria sudah memiliki kompetensi profesi yang baik, baik dalam

pengetahuan teknis keprofesian masing-masing maupun dalam menjalankan tugas

dan tanggung jawabnya masing-masing dalam pelaksanaan program eliminasi

malaria.

Menurut Kemenkes RI (2013), salah satu upaya untuk upaya

meningkatkan kompetensi pelaksana program dapat dilakukan melalu pelatihan.

Pelatihan digunakan sebagai metode untuk meningkatkan kualitas aparatur yang

meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap aparatur kesehatan ke arah yang

positif (58).

Agar program eliminasi malaria dapat berjalan dengan lancar, sudah

dilakukan pembagian tugas oleh tenaga kesehatan dalam pelaksanaan program

eliminasi malaria sesuai dengan kompetensi prrofesi masing-masing tenaga

kesehatan dan pelatihan yang telah didapatkan. Adapun pengorganisasian dan

pembagian tugas pengelola program dan tenaga kesehatan yang terlibat dalam

program adalah pimpinan tertinggi adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh

Page 119: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

101

Singkil yang bereperan sebagai penanggung jawab untuk program eliminasi

malaria di Kabupaten Aceh Singkil. Semua hal yang bersangkutan dengan

program eliminasi malaria, berada dalam pengendalian dan pengawasan

penanggung jawab P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Singkil.

Kepala puskesmas memiliki tugas sebagai penanggung jawab dan

pengawas program eliminasi malaria pada Kabupaten Aceh Singkil. Posisi

berikutnya ada pemegang program eliminasi malaria, dimana tenaga kesehatan

tersebut sebagai pengelola yang bertanggung jawab dalam program eliminasi

malaria di Kabupaten Aceh Singkil. Pemegang program eliminasi malaria

memiliki tugas dalam pelaksanaan kegiatan dalam program eliminasi malaria,

seperti dalam kegiatan pencegahan dan penanggulangan faktor resiko, puskesmas

akan mengadakan penyuluhan tentang penecgahan malaria maka penanggung

jawab malaria bertugas untuk membuat materi dan membagikannya kepada

seluruh tenaga kesehatan yang akan berpartisipasi dalam penyuluhan kepada

semua desa. Sedangkan dokter dan bidan memiliki tugas dalam pelayanan

kesehatan dan pemeriksaan pasien. Mikroskopis/analis memiliki tugas dalam

pemeriksaan sediaan darah di laboratorium antara lain memeriksaan sediian darah

pasien dengan mikroskop atau RDT. Petugas pencatat dan pelaporan bertugas

dalam hal pencatatan dan pelaporan tentang kasus malaria pada program eliminasi

malaria sekaligus sebagai tenaga surveilans yang memiliki tugas untuk memantau

kasus malaria seperti memantau peningkatan kasus malaria di suatu desa melalui

analisis data kasus malaria.

Page 120: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

102

Tenaga non kesehatan yang bertugas dalam program eliminasi malaria di

Kabupaten Aceh Singkil, ada kader sebagai tenaga non kesehatan yang memiliki

tugas untuk membantu pelaksanaan kegiatan program eliminasi malaria mulai dari

mengundang masyarakat untuk menghadiri kegiatan yang akan dilaksanakan,

menyiapkan tempat kegiatan, dan memantau apakah masyarakat menjalankan

himbauan yang disampaikan dalam kegiatan pemberantasan dan pengendalian

malaria. Selain itu turut juga dilibatkan berbagai elemen seperti Kapolsek,

Muspika, Danramil, sebagai pendamping dan pengaman dalam program eliminasi

malaria. Tidak cukup itu, bahkan organisasi masyarakat lainnya seperti PKK,

organisasi pemuda dan adat juga dilibatkan dalam kampanye malaria.

2. Sarana prasana/informasi

Sarana dan prasana adalah seluruh bahan, peralatan dan fasilitas yang

digunakan dalam pelaksanaan program suatu program. Dalam mendukung

pelaksanaan program eliminasi malaria di Kabupaten Aceh Singkil, sarana yang

dibuntuhkan adalah logistik, peralatan kesehatan, media penyuluhan, dan sarana

komputer, untuk parsarana yang dibutuhkan adalah gedung puskesmas yang

terdiri dari ruang pendaftaran, ruang pemeriksaan dokter, dan ruang laboratorium.

Menurut Kemenkes RI (2014), untuk pemeriksaan sediaan darah, alat yang

digunakan ada 2 jenis, yaitu dengan menggunakan RDT dan pemeriksaan darah

dengan mikroskop. Adapun alat-alat yang terdapat pada ruang laboratorium

adalah mikroskop binokuler, objek glass, box slide, blood lancet, kapas, alkohol

70% dan giemsa 5%. Sedangkan RDT terdiri dari kotak sampel darah,

cairanbuffer, lancet, dan loop. Upaya pencegahan dimaksud, alat pencegah

Page 121: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

103

malaria adalah kelambu berinsektisida, kandungan yang terdapat pada kelambu

tersebut mempunyai manfaat untuk mengusir nyamuk, alat penyemprot dinding

rumah (RIS) disebut Spray Can, alat ini digunakan harus sesuai dengan prosedur

yang telah ditentukan agar hasil yang diperoleh efektif dan effisien (57).

Sarana dan prasarana dalam pelaksanaan program eliminasi malaria sudah

cukup memadai. Adapun sarana yang tersedia yaitu, untuk pemeriksaan sediaan

darah ada alat kesehatan adalah RDT, mikroskop dan alat kesehatan yang

digunakan untuk pemeriksaan sediaan darah. Sarana logistik lainnya adalah

ketersediaan obat anti malaria yang mendukung sistem pelaksanaan program

eliminasi malaria sudah cukup lengkap. Adapun obat anti malaria yang tersedia di

Kabupaten Aceh Singkil adalah ACT dan primakuin, selain itu juga tersedia

dopsisiclin. Hal ini telah sejalan dengan Kemenkes RI (2014), pengobatan malaria

yang telah dianjurkan oleh program saat ini adalah dengan ACT (Artemisinin

based Combination Therapy) ditambah dengan Primakuin. Untuk sarana promosi

kesehatan tersedia satu poster yang diletakan diruang tunggu pasien, selain itu

untuk kelambu itu sudah disediakan oleh dinas kesehatan setempat (57).

Semua prasarana yang telah tersedia ini berasal dari, Anggaran

Perencanaan Belanja Kabupaten (APBK) dan Global Fund dari organisasi dunia

(WHO) melalui program pencegahan malaria yang setiap tahunnya menyalurkan

dana yang dibutuhkan oleh negara-negara dengan kasus malaria yang masih

tinggi.

Page 122: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

104

4.3.5 Proses dalam Pelaksanaan Program Eliminasi Malaria di Kabupaten

Aceh Singkil Tahun 2019

Upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian masyarakat dapat

dilakukan melalui program eliminasi malaria. Eliminasi malaria merupakan suatu

upaya untuk menghentikan penularan malaria setempat dalam satu wilayah

geografis. Pelaksanaan evaluasi program elimnasi malaria terdiri dari 5 kegiatan

yaitu penemuan dan tatalaksana penderita, pencegahan dan penanggulangan faktor

resiko, surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah, peningkatan

komunikasi edukasi dan informasi (KIE), peningkatan sumber daya manusia.

4.3.5.1 Penemuan dan Tatalaksana Penderita Malaria

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium dan

ditularkan oleh nyamuk anopheles yang dalam perkembangannya nyamuk

memerlukan tempat perindukan. Nyamuk mempunyai empat stadium dalam

perkembangannya yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. stadium larva dan pupa

berada di dalam air.

Pada tahap pre eleminasi malaria, upaya pertama yang dilakukan melalui

kegiatan penemuan dan tata laksana penderita melalui pemeriksaan darah

masyarakat di seluruh wilayah Kabupaten Aceh Singkil. Tim gabungan terdiri dari

petugas dari dinas kesehatan, dokter yang sudah dihunjuk, tenaga kesehatan dari

puskesmas, bidan desa serta didamping tim dari Damramil dan kapolsek sebagai

pengaman dalam kegiatan tersebut. Kegiatan dilaksanakan di 11 titik puskesmas

berdasarkan data daerah mana masyarakat yang pernah menderita malaria.

Kegiatan ini berlangsung mulai tahun 2013.

Page 123: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

105

Gambar 5.2 Kegiatan Survei Darah Jari

Selanjutnya penemuan dan tatalaksana penderita malaria dengan cara

masyarakat itu sendiri yang dapat berobat ke fasilitas kesehatan. Pada pre

eleminasi malaria, kegiatan pemeriksaan darah pasien yang berobat ke puskesmas

diperiksa secara rutin. Tenaga kesehatan menganjurkan agar pasien diperiksa

darahnya untuk mengetahui gejala malaria ataupun penyakit lainnya. Perlakuan

khusus diberikan kepada ibu hamil yang diwajibkan atasnya untuk mengetahui

kondisi kesehatannya. Demikian juga masyarakat yang bertempat tinggal jauh dari

desa dapat melakukan pemeriksaan darah di posyandu atau PMD dengan

menggunakan RDT.

Pada Petugas Dinas Kesehatan Aceh Singkil bekerjasama dengan tim

lainnya seperti petugas puskesmas menyelenggarakan kegiatan di berbagai daerah

terutama daerah endemis. Penemuan penderita malaria akan segera di tangani oleh

dokter dan dicatat sebagai bahan evaluasi.

Page 124: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

106

Demikian juga penemuan kasus malaria masa masa pre elminasi di

pelayanan dasar bahwa penemuan penderita malaria (kasus malaria) hampir

mencapai 80% karena masyarakat berobat ke puskesmas atau klinik kesehatan

dengan gejala mengalami demam tinggi. Setiap ibu hamil dan masyarakat wajib

mengikuti test darah ke Pos Malaria Desa, Posyandu dan puskesmas secara rutin

setiap bulan. Setiap masyarakat yang mengalami gejala demam diwajibkan

memeriksa darah ke fasilitas kesehatan terdekat.

Selanjutnya dilakukan tes daerah apakah positif atau negatif. Masyarakat

yang positif menderita penyakit malaria akan didata oleh petugas pencatat dan

pelaporan di puskesmas. Penemuan lainnya berdasarkan hasil pemeriksaan darah

oleh bidan dan kader desa menggunakan RDT. Bidan desa atau kader juga masih

menyempatkan waktunya apabila diminta datang ke rumah warga memeriksa

darah karena masyarakat mengalam gejala demam. Keadaan ini berlangsung

sebelum Kabupaten Aceh Singkil Mendapatkan Sertifikasi Malaria tahun 2017.

Gambar 5.3 Hasil Pemeriksaan Darah Positif Menderita Malaria

Page 125: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

107

Penemuan kasus malaria merupakan kegiatan rutin maupun khusus dalam

pencarian penderita malaria berdasarkan gejala klinis, yaitu demam, mengigil,

berkeringat, sakit kepala, mual atau muntah dan gejala khas setempat, melalui

pengambilan sediaan darah dan pemeriksaan lainnya terhadap orang yang

menunjukkan gejala klinis malaria tersebut (17).

Menurut Kemenkes RI (2013) bahwa penemuan dan tatalaksana penderita

dapat dilakukan melalui pemeriksaan darah di fasilitas kesehatan (58). Diperkuat

dengan penelitian Selasa menunjukkan hasil bahwa penemuan dan tatalaksana

penderitadi Puskesmas Sekota Kupang dilaksanakan sesuai kebijakan yang

ditetapkan yaitu mencapai 100% untuk 11 Puskesmas (19).

Berdasarkan hasil survei awal bahwa sebelum pelaksanaan program

eliminasi malaria tahun 2014, dinas kesehatan telah melakukan sosialisasi kepada

masyarakat di 11 kecamatan dan bekerjasama dengan lintas sektoral yaitu

pemerintah kecamatan dan desa. Kebijakan ini diambil agar masyarakat luas

mengetahui dan pemahamai tentang malarai sekaligus bersama-sama untuk

memberantas malaria di Kabupaten Aceh Singkil.

Setelah Kabupaten Aceh Singkil mendapatkan sertifikasi malaria, kegiatan

penemuan dan tata laksana penderita mulai berkurang. Kegiatan pemeriksaan

darah masyarakat tidak rutin lagi. Masyarakat hanya memeriksa darah bila

mengalami gejala deman, ngilu dan nyeri untuk mengetahui apakah apakah

darahnya mengandung plasmodium, yang berarti positif menderita malaria.

Adapun alasan tidak dilakukan pemeriksaan darah secara rutin karena Kabupaten

Aceh Singkil memasuki tahap pemelihraan bertujuan agar masyarakat tidak

Page 126: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

108

terlular penyakit malaria lagi. Untuk itu upaya lebih difokuskan kepada

mengendalikan penyebaran vektor nyamun melalui pencegahan dan pengendalian

faktor risiko seperti menjaga kebersihan lingkungan, pengendalian secara hayati

dengan menaman tamanan yang tidak disukai nyamuk dan skrining ibu hamil

serta pendistribusian kelambu berinsektisida agar tidak gigit nyamuk sewaktu

tidur pada malam hari.

Namun, kegiatan tersebut belum tentu efektif atau dapat dikatakan belum

dapat menjamin masyarakat tidak menderita malaria. Langkah yang perlu

dilakukan kembali adalah dengan tetap memeriksa darah bagi masyarakat yang

menderita gejala demam tanpa harus menunggu agar parasit tersebut tidak dapat

berkembang atau tidak dapat terjangkit kepada orang lain.

Proses pengobatan malaria di Kabupaten Aceh Singkil, baik di puskesmas,

posyandu, PMD, klinik, rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya menggunakan

obat-obat berasal dari kementrian kesehatan yaitu ACT. Pengobatan ini termasuk

obat standar yang digunakan dalam program pengendalian malaria di Indonesia

sesuai dengan aturan WHO. Menurut Harijanto dan Paul menyebutkan bahwa

pengobatan yang dianjurkan adalah pengobatan yang efektif, radikal, membunuh

semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh, dengan tujuan pengobatan ini

adalah penyembuhan klinis, parasitologi dan memutuskan mata rantai penularan.

Namun mulai tahun 2015 kasus malaria tidak ditemukan lagi, terbukti dari nilai

API yaitu 0% sehingga kasus pengobatan tidak ada (59).

Page 127: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

109

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa kegiatan penemuan dan

tata laksana penderita mulai berkurang mulai tahun 2015 sampai 2018, tetapi

kegiatan pencegahan dan pengendalian masih tetap dipertahankan agar

masyarakat tidak menderita penyakit malaria. Upaya dan kebijakan yang

dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Sngkil dalam melaksanakan eliminasi

malaria yaitu dengan membuat program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

yaitu Jumat Bersih, dimana masyarakat bergotong royong pada pagi hari dan ada

larangan pada pagi hari dilarang melaut, tetapi setelah Sholat Jumat larangan tidak

berlaku lagi. Selanjutnya sangat penting dilakukan pemberdayaan tokoh-tokoh

masyarakat agar dalam kegiatan adat/agama tetap menghimbau dan memperingati

bahaya malaria bagi masyarakat. Tujuan digalakkannya program ini adalah dapat

memutuskan perkembangbiakan vektor nyamuk malaria (Anopheles spp).

4.3.5.2 Pencegahan dan Penanggulangan Faktor Resiko

Pencegahan malaria merupakan upaya petugas kesehatan bekerjasama

dengan masyarakat agar terhindari dari gigitan nyamuk malaria. Sedangkan

pengendalian adalah upaya atau tindakan masyarakat dan petugas agar kasus

malaria tidak terjadi lagi di Kabupaten Aceh Singkil.

Upaya pencegahan dan pengendalian vektor malaria di Kabupaten Aceh

Singkil salah satunya dengan membagikan kelambu berinsektisida kepada

masyarakat khususnya kepada ibu hamil yang datang berkunjung pertama di

puskesmas dan pembagian kelambu pada daerah endemissecara rutin. Kegiatan ini

berlangsung sampai tahun 2017. Seperti yang telah di rekomendasikan oleh World

Health Organization (WHO) sejak November 2004. Insektisida yang digunakan

Page 128: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

110

pada kelambu aman bagi manusia dan telah digunakan oleh banyak negara.

Pendistibusian kelambu lebih difokuskan pada daerah endemis, dimana

masyarakat memperoleh kelambu dengan gratis. Masyarakat datang berbondong-

bondong ke PMD dan puskesmas untuk mendapatkan kelambu berinsektisida.

Pembagian kelambu setiap 1 keluarga 1 orang. Selain itu, ibu hamil yang

memeriksakan kesehatan diprioritaskan untuk mendapatkan kelambu dengan

gratis. Sebagian bidan desa dan kader juga mendistribusikan kelambu ke rumah

warga yang dekat di wilayah kerjanya. Upaya memberikan kelambu kepada

masyarakat agar tidak tergigit nyamuk sewaktu tidur di malam hari.

Gambar 5.4. Pendistribusian Kelambu Berinsektisida kepada Masyarakat

Page 129: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

111

Menurut Ikawati bahwa program kelambu berinsektisida merupakan salah

satu alternatif untuk pengendalian vektor malaria pada daerah dengan perilaku

nyamuk menggigit di dalam rumah maupun daerahdengan penolakan Indoor

Residual Spraying (IRS). Pemakaian kelambu berinsektisida dapat juga sebagai

upaya tambahan pencegahan penularan malaria dengan menggunakan kelambu

brinsektisida (60).

Salah satu cara untuk menghindari gigitan nyamuk adalah dengan

menggunakan kelambu yang berinsektisida maupun yang tidak berinsektisida

pada saat tidur. Kebiasaan nyamuk untuk mencari darah adalah pada malam

hari.Kebiasaan menggunakan kelambu merupakan upaya yang efektif untuk

menghindari dan mencegah kontak antara nyamuk dan orang sehat pada saat tidur

pada malam hari, di samping pemakaian obat anti nyamuk karena tidak memakai

kelambu karena merasa panas dan sudah terbiasa. Para petugas dari dinas,

puskesmas dan bidan desa/kader memberikan penyuluhan kepada masyarakat agar

menggunakan kelambu dan menggunakan obat nyamuk pada malam hari untuk

mencegah gigitan nyamuk. Jika bepergian pada malam hari sebaiknya

menggunakan tangan panjang dan celana panjang (sarung) untuk menghindari

gigitan nyamuk.

Sesuai dengan penelitian Renwarin (2014) mengatakan bahwa upaya

pencegahan sudah dilaksanakan secara berintegrasi dengan pembagian kelambu

kepada ibu hamil dan bayi yang lengkap imunisasinya. Pembagian kelambu

kepada masyarakat harus dibarengi dengan edukasi yang tepat sesuai dengan

tingkat pemahaman masyarakat setempat. Hal ini mengingat penggunaan kelambu

Page 130: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

112

seringkali diabaikan oleh masyarakat karena minimnya kesadaran dini akan

pentingnya upaya pencegahan malaria (61).

Penggunaan kelambu berinsektisida akan efektif bila dilakukan pada

penduduk di lokasi sasaran, menggunakan kelambu dengan benar, tidak berada di

luar rumah pada malam hari, menggunakan kelambu berinsektisida yang

efektifitasnya lama dan melakukan pencelupan ulang pada waktu yang tepat, serta

merawat kelambu dengan baik. Kegiatan pendistribusian kelambu berinsektisida

berlangsung untuk mengurangi kasus malaria. Selama periode tahun 2015-2017 di

Kabuapten Aceh Singkil, dimana pencapaian angka API yaitu 0%, Namun pada

tahun 2018 kegiatan pendistribusian kelambu berinsektisida tidak dilakukan lagi.

Penelitian Husin (2007) di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu, orang yang

tidur malam tidak menggunakan kelambu mempunyai risiko terkena malaria 5,8

kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang menggunakan kelambu pada

malam hari (62).

Apabila ada masyakarat yang meminta kelambu karena kelambu yang

lama sudah rusak, tergantung kebijakan dari kepala puskesmas dan ketersediaan

kelambu. Pada umumnya puskesmas memberikan kelambu bila masyarakat

membutuhkannya terutama d Desa Teluk Nibung dan Desa Kuala Baru Laut.

Pendistribusian kelambu dari dinas ke puskesmas sudah dihentikan sejak tahun

2017. Sebagian puskesmas memang memiliki stock kelambu di puskesmas

apabila ada masyarakat yang masih membutuhkannya. Sedangkan Dinas

Kesehatan Aceh Singkil masih memiliki stock kelambu yang dapat sewaktu-

waktu dibagikan kepada masyarakat.

Page 131: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

113

Kegiatan lainnya dalam pencegahan dan pengendalian faktor risiko dengan

melakukan penyemportan lingkungan rumah. Tujuan penyemprotan adalah untuk

meminimalisasi jumlah kontak masyarakat dengan nyamuk. Kegiatan

penyemprotan rumah di Kabupaten Aceh Singkil sudah berjalan mulai tahun 2013

sampai 2018, dimana kegiatan ini rutin dilakukan oleh petugas kesehatan bersama

dengan petugas penyemprot dari masyarakat yang terbiasa melakukan aktivitas

tersebut.

Pada tahap pre eliminasi kegiatan penyemprotan rumah dilakukan secara

rutin terutama di daerah endemis yaitu Desa Nibung Raya dan Kuala Baru Laut.

Petugas yang bertanggung jawab berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh

Singkil. Kegiatan tersebut dirotasi setiap desa sampai seluruh desa pada titik yang

sudah ditetapkan dari hasil surveilan awal disemprot dan berlangsung mulai tahun

2013-2015. Seiring waktu, kegiatan tersebut mulai berkurang karena kasus

malaria sudah tidak ditemukan lagi. Selanjutnya, penyemprotan dilakukan pada

rumah masyarakat yang terdiagnosa demam saja dengan jarak 200 meter.

Kemudian aktivitas tersebut diubah menjadi pelaksanaan penyemprotan

apabila ada indikasi masyarakat menderita malaria. Radius menyemprotan dengan

jarak 200 meter dari rumah penderita. Namun setelah tahun 2018 kegiatan ini

sudah sangat jarang dilakukan karena tidak ditemukan kasus penyakit malaria.

Walaupun kasus malaria tidak ditemukan, bukan berarti tidak ada lagi

penyemprotan, tetapi petugas masih melakukan penyemprotan rumah masyarakat

sesuai dengan kebijakan kepala dinas kesehatan. Frekuensi kegiatan minimal 1

bulan sekali di setiap desa dengan dipilih titik endemis yang paling berisiko.

Page 132: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

114

Petugas yang melakukan kegiatan penyemprotan berasal dari dinas

kesehatan Aceh Singkil bekerjasama dengan masyarakat yang sudah terbiasa

melakukan aktivitas penyemprotan. Setiap desa, masyarakat ada yang bersedia

melakukan penyemprotan dengan biaya sekali penyemprotan sebesar Rp. 50.000.

Masyarakat dikatakan sudah biasa karena mereka jualah pada masa pre eliminasi

malaria ikut terlibat sampai sekarang. Setiap desa sudah ada masyarakat yang

ditunjuk sebagai petugas penyemprotan malaria setiap penyemprotan dilakukan

pada radius 200 meter dari titik awalnya.

Gambar 5.5 Persiapan Penyemprotan Rumah Masyarkat

Keberadaan tempat perindukan nyamuk berkisar pada jarak <200 meter

dari rumah penduduk. Hasil penelitian menunjukkan jarak rumah dengan tempat

perindukan nyamuk seperti sawah, dan ladang merupakan faktor risiko penularan

malaria karena jarak terbang nyamuk pada kondisi normal adalah maksimal 200

meter (63).

Page 133: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

115

Selanjutnya kegiatan pelaksanaan pencegahan dan pengendalian yang

dilakukan pemerintah Kabupaten Aceh Singkil adalah pengendalian vektor hayati.

Petugas kesehatan memberikan penyuluhan tentang manfaaf menanam tanaman

yang tidak disukai nyamuk seperti lavender, serei wangi, dan bunga tahi kuning.

Respons masyarakat ada yang mengikuti anjuran tersebut tetapi lebih banyak yang

tidak melakukannya karena tidak sempat atau sibuk mengurus keluarga.

Sayangnya pengendalian malaria dari aspek hayati tidak pernah dipantau

oleh bidan dan kader desa ataupun petugas lainnya karena kegiatan ini hanya

bersikap anjuran. Sisi lainnya bahwa masyarakat merasa kerepotan dan tidak

memiliki hobby untuk menanam tanaman tersebut karena bibitnya tidak

disediakan dan merepotkan. Menurut penelitian Salman (2017) bahwa

pengendalian vektor malaria dapat dilakukan dengan menaman tamanan seperti

lavender dan membudayakan jenis ikan yang dapat memakan jentik-jentik

nyamuk di Kabupaten Halmahera Timuror (17).

Pengobatan bukan merupakan satu-satunya cara yang dapat menurunkan

kasus malaria di masyarakat karena penyakit malaria ini sangat berhubungan

dengan faktor lingkungan. Lingkungan memberi pengaruh besar terhadap

perkembangbiakan vector malaria yaitu nyamuk. Sehingga lingkungan juga perlu

mendapat perhatian dalam hubungannya memutus mata rantai penularan penyakit

malaria. Castro mengembangkan enviroment management dengan basis

komunitas dalam upaya penanggulangan malaria. Langkah ini bukan berarti

menggantikan tindakan lain, melainkan melengkapi upaya eradikasi malaria

sehingga saling melengkapi dan menguatkan (64).

Page 134: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

116

Kegiatan lainnya yang dilakukan Dinas Kabupaten Aceh Singkil adalah

skrining ibu hamil. Pada masa pre eliminasi setiap ibu hamil yang melakukan

pemeriksaan kesehatan di posyandu, puskesmas dan fasilitas kesehatan

diwajibkan pemeriksan darah secara rutin untuk mengetahui apakah kondisi

kesehatan ibu hamil. Sesuai dengan Permenkes RI (2013) bahwa dalam upaya

penanggulangan malaria, setiap ibu hamil diperiksa darahnya untuk mencegah

tidak tertular penyakit malaria dan mengetahuai gangguan kesehatan selama

hamil.

Namun setelah kasus malaria tahun 2015 dengan API 0%, kegiatan ini

berlansung berkurang. Terjadi perubahan kebijakan dimana ibu hamil yang

dilakukan skrining hanya apabila ada gejala demam, ngilu dan nyeri saja. Sampat

tahun 2018 kegiatan tersebut justru semakin berkurang karena sebagian ibu hamil

tidak mau dan takut sakit apabila darah diambil untuk diperiksa. Ada juga alasan

lainnya karena suami melarang mengambil darah pada saat ibu sedang hamil. Para

petugas kesehatan juga tidak memaksakan kehendak agar ibu hamil melakukan

skrining darah.

Menurut asumsi peneliti bahwa kegiatan pencegahan dan pengendalian

kasua malari sudah sangat berkurang. Kondisi ini dapat dilihat dari kegiatan

penmbagian kelambu kepada masyarakat di setiap puskesmas dan PMD tidak ada.

Namun ada juga masyarakat yang meminta kelambu untuk menghindari gigitan

nyamuk, tetapi yang yang diberikan ada yang tidak diberikan. Hal ini disebabkan

ketersediaan kelambu di puskesmas tersebut. Perlunya bagi Dinas Kesehatan tetap

menganggarkan dana untuk mempertahankan eliminasi malaria dengan

Page 135: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

117

mendistribusikan kelambu khususnya pada masyarakat yang membutuhkannya

karena sangat efektif menghindari gigitan nyamuk pada malam hari.

Tidak terkecuali pencegahan dan pengendalian melakukan penyemprotan

dapat dikatakan sudah sangat berkurang karena kasus malaria tidak ditemukan.

Namun proses penyemprotan masih berlangsung sampai tahun 2018 dengan

frekuensi setiap desa endemis mendapat 1 kali titik menyemprotan di daerah yang

berisiko masyarakat menderita malaria. Sedangkan di desa tidak endemis tidak

pernah dilakukan lagi. Aktivitas pencegahan dan pengendalian lainnya yang

mengalami penurunan adalah skrining ibu hamil, dimana mereka justru mulai

menolak apabila darah diambil untuk diperiksa disebabkan rasa takut dan alasan

dilarang suaminya. Sedangkan kegiatan pencegahan dan pengendalian melalui

penanaman tanaman (hayati) tidak pernah dipantau sejak digalakkan pencegahan

malaria sampai sekarang.

Menurut asumsi peneliti bahwa seyogianya kegiatan penyemprotan selain

dapat memutuskan rantai perkembang biakan nyamuk malaria juga dapat

menghindari masyarakat terhindari dari penyakit malaria disebabkan kegiatan

diselenggarakan pada radisu 200 meter. Jika perlu dalam mempertahankan pasca

eliminasi malaria, tetap dilakukan pemeriksaan jentik di daerah kawasan

pemukiman masyarakat supaya benar-benar keberadaan nyamuk dapat

dikendalikan dengan baik. Kegiatan ini juga dapat dilakukan di kawasan

pemukiman masyarakat yang berdekatan dengan daerah rawa-rata (perairan)

merupakan tempat bertelurnya nyamuk malaria.

Page 136: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

118

4.3.5.3 Surveilans Epidemiologi dan Penanggulangan Wabah

Surveilans malaria adalah kegiatan yang terus menerus, teratur dan

sistematis dalam pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data malaria

untuk menghasilkan informasi yang akurat yang dapat disebarluaskan dan

digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan tindakan penanggulangan yang

cepat dan tepat disesuaikan dengan kondisi setempat. Tujuan dilakukan surveilans

malaria adalah kewaspadaan dini untuk KLB malaria, memantau kecenderungan

penyakit malaria, analisis faktor risiko, memantau program kesehatan dan

menentukan prioritas pemberantasan penyakit.

Gambar 5.6. Kegiatan Surveilans

Kegiatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah pre

eliminasi di Kabupaten Aceh Singkil dimulai dengan menurunkan tim gabungan

petugas dari dinas kesehatan, dokter, tenaga kesehatan dari puskesmas, bidan desa

dan sektor lainnya seperti camat, kade serta Damramil, Kapolsek sebagai

pengaman kegiatan untuk pemetaan kasus malaria. Tujuan kegiatan ini

Page 137: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

119

diselenggarakan untuk membuat peta daerah kasus malaria. Aktivitas tersebut

diselenggarakan di setiap desa sampai seluruh desa dilakukan pemeriksaan darah

masyarakat. Selanjutnya petugas dinas juga mengumpulkan laporan dari seluruh

fasilitas kesehatan di wilayah Kabupaten Aceh Singkil berkaitan dengan data

kasus malaria yang diderita masyarakat. Kegiatan ini dilakukan tahun 2013 ketika

kegiatan program eliminasi malaria akan digalakkan di seluruh wilayah

Kabupaten Aceh Singkil. Dari hasil surveilan tersebut diperoleh daerah yang

endemis adalah Desa Teluk Nibung dan Desa Kuala Baru Laut.

Selanjutnya kegiatan dilanjutkan dengan pelaksanaan pre eliminasi malaria

dengan melibatkan tim khusus yang telah dibentuk Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten Aceh Singkil dengan bekerjasama dengan lintas sektoral yaitu

pemerintah kecamatan, desa, Damramil, kepolisian dan LSM serta tokoh

masyarakat. Sejak tahun 2015 sampai 2018, kegiatan surveilans epidemiologi

tidak diselenggarakan karena wabah malaria sudah tidak terjadi khususnya di

daerah endemis. Selanjutnya kegiatan penanggulangan wabah lebih difokuskan

dalam bentuk laporan. Petugas Penanggung Jawab P2P Malaria memberlakukan

penyampaian laporan bulanan, mulai dari desa, puskesmas yang disampaikan ke

dinis setiap bulan serta fasilitas lainnya seperti klinik dan rumah sakit. Kegiatan

ini masih berlangsung sampai saat ini. Gunanya laporan tersebut untuk memantau

perkembangan vektor malaria dan mempertahankan program eleminasi malaria di

Kabupaten Aceh Singkil.

Page 138: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

120

Sesuai dengan penelitian Zainuddin (2014) mengatakan bahwa pada tahap

proses pengumpulan data menggunakan format laporan mingguan W2 dan format

laporan bulanan, format laporan dan alur pelaporan sederhana, kelengkapan

laporan W2 dan bulanan 100%, ketepatan waktu laporan W2 >80% dan laporan

bulanan > 90%. Laporan ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi petugas

malaria untuk menentukan arah dan kebijakan apa yang akan diambil dalam tahun

berjalan (65).

Bentuk dan penyampaian laporan surveilans epidemiologi sampai saat ini

masih dilakukan sesuai dengan peraturan Bupati No. 11 Tahun 2013 bahwa

laporan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah dilakukan rutin

setiap satu bulan sekali untuk bahan evaluasi dalam penanggulangan wabah

malaria.

Upaya lainnya yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Singkil

dalam penanggulangan malaria adalah menggalakkan program 3M (Menguras,

Menutup, Mengubur) untuk memutus rantai perkembangbiakan nyamuk malaria.

Setiap rumah dianjurkan oleh bidan desa dan kader selalu setiap minggu

menerapkan program 3M. Bukan cuma menguras melainkan menggosok dinding

bak atau tempat penampungan air karena telur nyamuk dapat menempel erat di

dinding bak, sehingga perlu disikat untuk dapat terbuang. Tindakan menguras

perlu didukung dengan menutup segala tempat penampungan air. Bila ada tempat

penampungan air yang sulit dikuras. Tenaga kesehatan menganjurkan

memberikan larvasida, atau racun larva serangga yang dapat diperoleh di PMD.

Page 139: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

121

Masyarakat juga dianjurkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

guna menghindari gangguan penyakit terutama malaria. Selain kegiatan gotong

royong, masyarakat juga dianjurkan membersihkan rumah dan halaman rumah

untuk menghindari sarang nyamuk tertelur di dalam rumah terutama lawa-lawa

dalam atas rumah. Masyarakat juga dianjurkan tidak menggantung baju dan

menghindari pakaian yang bertumpuk-tumpuk supaya dimasukkan dalam suatu

tempat yang tertutup sehingga nyamuk tidak dapat hinggap. Perubahan perilaku

masyarakat berlangsung sampai sekarang ini.

Menurut peneliti bahwa apabila kegiatan larvasida tidak dilakukan

sungguh dapat menyebabkan KLB malaria karena perkembangan nyamuk malaria

tidak dapat dipantau di sekitar rumah. Kegiatan larvasida sangat efektif untuk

memberantas nyamuk pada saat masih dalam bentuk jentik-jentik sehingga tidak

dapat tumbuh menjadi nyamuk.

4.3.5.4 Peningkatan Komunikasi Edukasi dan Informasi (KIE)

Peningkatan komunikasi edukasi dan informasi dilakukan dengan

menyelenggarakan promosi kesehatan dan kampanye eliminasi malaria,

menggalang kemitraan dengan berbagai program, sektor, LSM, organisasi

keagamaan, organisasi kemasyarakatan lainya, melakukan integrasi dengan

program lain dalam pelayanan masyarakat, dan menyelenggarkan pertemuan

lintas batas kabupaten/kota untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan

eliminasi malaria secara terpadu.

Page 140: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

122

Pada awal mula program eliminasi malaria di Kabupaten Aceh tahun

2014-2015, petugas dari dinas kesehatan bersama-sama dengan dari petugas

kantor camat, desa, muspika, Danramil serta puskesmas memberikan promosi

kesehatan tentang program malaria kepada masyarakat di 11 wilayah kerja

puskesmas. Kegiatan penyuluhan ini dibantu oleh puskesmas masing-masing

wilayah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang program eliminasi

malaria. Seterusnya kegiatan ini mulai dihentikan tahun 2016. Setelah

memperoleh Sertifikasi tahun 2017, kegiatan penyuluhan dari dinas kesehatan

tidak pernah dilakukan lagi sampai saat ini. Namun kegiatan pelayanan lebih di

fokuskan di puskesmas dan PMD.

Pada masa pre eliminasi malaria, kegiatan peningkatkan KIE lainnya

adalah pertemuan petugas dinas kesehatan dengan lintas sektoral diselenggarakan

lebih dari 2 kali setahun untuk mengambil kebijakan menuju eliminasi malaria di

Kabupaten Aceh Singkil. Semua tim terlibat langsung dalam mengikuti pertemuan

tersebut. Mereka bersungguh-sungguh dan memiliki komitmen agar Kabupaten

Aceh Singkil bebas malaria.

Seiring waktu, kegiatan atau frekuensi penyuluhan mulai berangsung-

angsur tidak rutin dilakukan karena sejak tahun 2015, tidak ditemukan kasus

malaria di masyarakat. Kebijakan pun berubah dimana promosi/penyuluhan

berbasis bidan desa lebih diproritas. Menurut Akay (2017) bahwa bidan desa lebih

banyak berinteraksi dengan masyarakat sehingga mereka lebih efektif sebagai

penyuluh tentang informasi baru malaria (66).

Page 141: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

123

Penyuluhan yang dilakukan bidan desa/kader yang berlangsung di PMD

atau Posyandu tidak berbeda jauh dengan program kesehatan lainnya, dimana

dipegang oleh bidan dan kader desa karena mereka setiap bulan

menyelenggarakan kegiatan Posyandu dan program kesehatan lainnya serta

senantiasi berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya. Kegiatan ini pun sudah

mulai berkurang karena berkaitan dengan banyaknya program kesehatan lainnya

yang dijalankan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat seperti

Program KIA meliputi gizi buruk stunting, kesehatan ibu dan anak. Selain itu

kepala desa juga memberdayakan tokoh pemuda dan masyarakat/ agama ikut serta

mengkampanyekan program malaria. Sedangkan tim dari dinas kesehatan tidak

aktif lagi turun ke masyarakat. Sesuai pendapat Akay (2017) bahwa kegiatan

penyuluhan belum optimal di Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa

Tenggara. Diupayakan agar kegiatan penyuluhan tetap dilakukan secara rutin

terutama informasi baru tentang malaria kepada masyarakat (66).

Kegiatan peningkatan KIE lainnya pada masa pre eliminasi malaria

berlangsung cukup meriah. Setiap desa dibentangkan berbagai spanduk peringatan

bahaya malaria tujuannya agar masyarakat berpartisiipasi mencegah malaria

sehingga masyarakat dapat hidup sehat. Bahkan di setiap puskesmas dibuat

spanduk dan leaflet tentang program eliminasi malaria. Setiap masyarakat yang

berobat diberikan lealfet untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman

mereka. Leaftet tersebut berisi tentang pengertian malaria, gejala, pencegahan dan

pengendaliannya.

Page 142: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

124

Setelah Kabupaten Aceh Singkil memperoleh sertifikasi tahun 2017,

sarana penyuluhan berupa papan waspada malaria yang ditempatkan di puskesmas

dan PMD tidak diperbaharui lagi. Kini, kegiatan penyuluhan di puskesmas

bersikap pasit, dimana petugas hanya menyampaikan kepada masyarakat saat

mereka memeriksa kesehatan dan pembagian lealfet pun tidak ada lagi. Namun

disela-sela pemberian konseling atau informasi tentang suatu penyakit, terkadang

tercetus juga tentang penyakit malaria. Kegiatan penyuluhan secara aktif tidak

pernah dilakukan karena sudah menjadi tanggung jawab bidan dan kader desa.

Penyuluhan kesehatan adalah suatu penerapan konsep promosi di dalam

bidang kesehatan. Promosi kesehatan dapat juga diartikan sebagai suatu

pedagogik praktis atau praktek pendidikan, oleh sebab itu konsep promosi

kesehatan adalah konsep promosi yang diaplikasikan pada bidang kesehatan.

Penyuluhan kesehatan bertujuan untuk menggugah kesadaran, memberikan atau

meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang program eliminasi malaria untuk

peningkatan kesehatan bagi dirinya sendiri, keluarganya, maupun masyarakatnya.

Alat bantu penyuluhan kesehatan dapat berupa leaflet, brosur, spanduk, atau

media cetak lainya (37)

Demikian juga kegiatan koordinasi pelaksanaan program eliminasi malaria

mengalami penurunan mulai tahun 2017. kepala Dinas Kesehatan Kabupaten

Aceh Singkil sebagai pimpinan tertinggi dalam program eliminasi malaria

membawani Kepala Bidang P2P, Kepala Seksi P2P dan penanggung jawab P2P.

Kemudian dinas kesehatan sebagai penanggung jawab program malaria

berkoordinasi dengan puskesmas, pemerintah camat dan desa dalam

Page 143: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

125

menanggulangi wabah malaria. Khususnya pemerintah desa mereka mendukung

dalam pengelolaan lingkungan hidup seperti Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) melalui gotong royong setiap Jumat khususnya di daerah endemis seperti

Desa Teluk Nibung dan Kuala Baru Laut.

Sedangkan lini paling bawah adalah bidan dan kader desa yang

bekerjasama untuk memantau perkembangan vektor malaria. Mereka

menyelenggarakan kegiatan Posyandu disertai Pos Malaria Desa yang memiliki

alat Rapid Diagnostic Test (RDT) bertujuan apabila ada masyarakat yang

mengalami deman, maka darahnya akan diambil untuk diperiksa di laboratirum

puskesmas.

Pertemuan dengan mitra tersebut diselenggarakan setiap akhir tahun.

Kegiatan tersebut dibuat untuk melihat hasil program elminasi malaria. Kegiatan

berkurang dibandingkan sebelum tahun 2018 diselenggarakan dua tahun sekali

atau per semester. Pengurangan frekuensi pertemuan tersebut dikurangi

disebabkan wilayah kerja Kabupaten Aceh Singkil telah memasuki tahap

pemeliharaan dalam program eliminasi malaria.

4.3.5.5 Peningkatan Sumber Daya Manusia

Peningkatan Sumber Daya Manusia petugas malaria merupakan upaya

dinas keseahtan memberikan pemahaman melalui sosialisasi atau pelatihan

kepada petugas program malaria dalam menjalankan tugas dan tanggung

jawabnya. Pada masa pre eliminiasi, kegiatan peningkatan sumber daya manusia

melalui sosialisasi tentang mengenai tanda-tanda gejala menderita malaria kepada

petugas malaria dimulai awal tahun 2014 oleh Dinas kesehatan Kebuapten Aceh

Page 144: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

126

Singkil. Pelatihan juga diberikan kepada dokter, Analis (petugas laboratorium)

untuk mengetahui apakah pasien positif menderita malaria. Demikian juga bentuk

laporan malaria telah disampaikan ke petugas puskesmas dan bidan desa dimana

bentuknya tidak berbeda jauh dengan laporan malaria yang sudah ada atau laporan

kesehatan lainnya sehingga memudahkan petugas mengisi form tersebut.

Pelatihan dan sosialisasi sudah dilakukan terhadap tenaga kesehatan yang

terlibat dalam program eliminasi malaria bahkan jauh sebelum pemberantaan dan

penanggulangan malaria berganti menjadi program eliminasi malaria di

Kabupaten Aceh Singkil. Setelah keluarnya peraturan Bupati Kabupaten Aceh

Singkil Nomor 11 tahun 2013, pelatihan sudah dilakukan kepada pengelola

program eliminasi malaria, bidan termasuk kader. Adapun pelatihan yang

dilakukan adalah job trying oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Singkil

sehingga informan sudah mengetahui tugas pokok dan wewenang serta tanggung

jawabnya masing-masing.

Gambar 5.7 Pelatihan Sistem Pelaporan Malaria

Page 145: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

127

Pelatihan bertujuan agar petugas malaria dapat meningkatkan kemampuan

dan keterampilan dalam menjalan program malaria. jika pelatihan tidak dilakukan

refresing dapat membuat kualitas kerja petugas menjadi menurun (23). Upaya

peningkatan sumber daya manusia sangat penting dilakukan karena petugas

diharapkan memahami tujuan Eliminasi Malaria serta tugas-tugas yang harus

dilaksanakan. Pelatihan dan refresing diperlukan untuk menjaga kualitas

pemeriksaan. Monitoring dan evaluasi adalah proses kegiatan untuk memantau

dan mengevaluasi pelaksanaan upaya eliminasi malaria dengan menilai kemajuan

dan kualitas implementasi upaya eliminasi malaria dari aspek operasional dan

idikator proses serta dampak, menilai indikator epidemiologi dari pelaksanaan

kegiatan, memantau adanya hambatan, permasalahan, juga penyimpangan dalam

pelaksanaan upaya eliminasi malaria dengan interpretasi hasil yang tepat dan

untuk menginformasikan revisi kebijakan dan strategi, dan mendokumentasikan

pencapaian dan kemajuan eliminasi malaria (16).

Kegiatan sosialisasi dan pelatihan dilakukan 1 kali saja, setelah itu petugas

malaria di berbagai lini dapat melihat buku pedoman tentang program eliminasi

malaria sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan. Kegiatan sosialisasi dan

pelatihan tidak pernah dilakukan sampai sekarang karena para petugas sudah

mengetahui dan paham tentang tugas dan tanggung jawabnya dalam program

eliminasi malaria. Berdasarkan pengamatan di lapangan, para petugas malaria

dapat bertanya atau saling memberikan informasi dengan teman lainnya jika

mereka berkumpul saat penyampaian laporan bulanan di puskesmas.

Page 146: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

128

Saat ini, upaya dan kebijakan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten Aceh Singkil dalam peningkatan sumber daya manusia dengan

melakukan bimbingan dari petugas yang ada yaitu dengan melakukan pengawasan

terus menerus agar berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta

memberikan dukungan–dukungan berupa fasilitas untuk menunjang kegiatan ini.

Namun kegiatan itu tidak berlangsung sampai saat ini karena diduga para petugas

sudah mampu dan terampil dalam penangangan program malaria. Padahal jika

kemampuan dan keterampilan tidak diasah (refresing) atau dipraktekkan dapat

menurunkan kemampuan petugas dan bahkan lupa akan tugas dan tanggung

jawabnya dalam program malaria.

Menurut asumsi peneliti bahwa kegiatan peningkatan sumber daya

manusia petugas malaria diselenggarakan cukup satu kali saja disebabkan mereka

sudah memiliki pengalaman dalam bidang tugasnya atau mempunyai pengalaman

saat bekerja sebagai petugas kesehatan dalam mengelola program kesehatan

lainnya. Hal ini mempermudah mereka untuk pemahami dan mengetahui tugas

dan tanggung jawab dalam mensukeskan program eliminasi malaria sampai tahap

fase untuk mempertahankan program tersebut.

Namun tidak tertutup kemungkinan apabila kegiatan pemberantasan dan

mengendalian malaria tidak diselenggarakan dapat menyebabkan mereka lupa dan

tidak ingat laki. Hal ini tentunya sangat merugikan karena pelaksanaan tugas

dalam pencegahan malaria tidak efekti atau optimal. Maka dari itu, perlunya

petugas malaria tetap di edukasi agar mereka tidak lupa dan mereka pahama apa

yang harus dilakukan apabila terjadi kejadian KLB kembali.

Page 147: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

129

4.4. Implikasi

Implementasi program eliminasi malaria di Kabupatan Aceh Singkil

mampu mempertahankan API mencapai 0% dari tahun 2015-2018. Namun

beberapa aspek pencegahan pengendalian tidak rutin dilakukan sehingga

masyarakat dapat berisiko menderita malaria. Perlunya petugas program malaria

tetap melaksanakan tugas dan tanggungnya bersamaan dengan program kesehatan

lainnya untuk mempertahankan status eliminasi malaria seperti PHBS, Program

3M dan mempertahankan kegiatan Gotong Royong pada hari Jumat. Pemangku

kebijakan juga perlu mengambil langkah menyelenggarakan Kampanye Malaria

dan program lainnya supaya Kabupaten Aceh Singkil terbebas dari malaria.

4.5. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini tempat penelitian terdiri dari 2 puskesmas yang

merupakan daerah endemis malaria, namun masih ada 9 puskesmas lagi yang

belum tercover dalam pelaksanaan evaluasi program eliminasi malaria dan

masyarakat pernah menderita malaria.

Page 148: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

130

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Sebagai bagian akhir dari tahapan penelitian ini, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Kegiatan penemuan dan tata laksana penderita pre eliminasi tahun 2014

sampai 2015 dengan melakukan pemeriksaan rutin bagi masyarakat yang

berobat ke fasilitas kesehatan. Namun saat ini, pemeriksaan kesehatan

dianjurkan jika masyarakat mengalami gejala deman, nyeri, ngilu saja.

Sedangkan pengobatan tidak dilakukan karena kasusnya tidak ditemukan lagi

2. Pencegahan dan penanggulangan malaria dilakukan tahun 2018 seperti

pendistribuan kelambu dan penyemportan lingkungan rumah frekuensinya

berkurang karena kasus malaria tidak ditemukan, pengendalian secara hayati

seperti penanaman tanaman yang ditakui nyamuk tidak pernah dipantau.

3. Kegiatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah melalui laporan

bulanan disampaikan dari bidan desa/kader ke puskesmas dan diteruskan ke

dinas kesehatan setiap bulan sebagai bahan evaluasi dan monitoring dalam

tahap pemeliharan program eliminasi malaria.

4. Peningkatan komunikasi edukasi dan informasi (KIE) bagi masyarakat masih

berlanjut sampai sekarang dengan arah kebijakan penyuluhan lebih diprioritas

di desa oleh bidan dan kader dan di puskesmas bersifat pasif. Alat promosi

kesehatan seperti leaflet dan spanduk juga tidak diperbaharui. Kegaitan

Page 149: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

131

pertemuan mitra tim program eliminasi malaria tetap diselenggarakan setiap

tahun sekali di akhir tahun.

5. Peningkatan kemampuan dan keterampialn pelatihan dan bimbingan kepada

petugas diselenggarakan 1 kali pada awal program pre eliminasi malaria

karena petugas malaria sudah paham atas tugas dan tanggung jawab masing.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian dan hasil pembahasan dalam

penelitian ini diajukan beberapa saran yaitu:

1. Diharapkan pemerintah Kabupaten Aceh Singkil memaksimalkan kembali

anggaran kegiatan pasca eliminasi malaria.

2. Diharapkan kepada Dinas Kabupaten Aceh Singkil tetap waspada dan tetap

memprioritas program mendukungan program eliminasi malaria bersama

dengan program kesehatan lainnya dengan tetap meningkatkan edukasi secara

berkala kepada petugas dan tujun ke lapangan untuk memberikan motivasi

kepada para petugas.

3. Diharapkan pemberdayaan tokoh-tokoh masyarakat dan agama agar tetap

memberikan menghimbau kepada masyarakat menjaga kebersihan lingkungan

dan waspada terhadap malaria.

4. Diharapkan kepada masyarakat dan ibu hamil mengalami gejala deman segera

berkunjung ke fasilitas kesehatan untuk memeriksa kesehatan lanjutan.

5. Diharapkan masyarakat tetap menjaga keseberihan lingkungaan dan perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) dan aktif mengikuti kegitan gotong royong

Page 150: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

132

Jumat Bersih serta program 3 M untuk memutus rantai perkembangbiakan

nyamuk malaria.

6. Diharapkan bidan desa dan kader siap siaga dalam melakukan tugas pasca

eliminasi malaria terutama dalam memberikan penyuluhan kepada

masyarakat.

Page 151: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

133

DAFTAR PUSTAKA

1. Sihabuddin, Muktiyo, W., Sudarmo. Komunikasi Organisasi Dinas Kesehatan

dalam Program Eliminasi Malaria. Jurnal Sospol, Vol 4 No 1 (Januari-Juni

2018) : 118-131.

2. World Health Organization. Sexual and Reproductive Health; 2016.

3. Selasa, Pius. Implementation of Malaria Elimination Policy at Kupang City

Public Health Center Implementasi Kebijakan Eliminasi Malaria di Pusat

Kesehatan Masyarakat Kota Kupang. Jurnal Info Kesehatan. Vo 15, No.1,

Juni 2017, pp. 97-109.

4. Pemerintah Aceh. Profil Kesehatan Provinsi Aceh. Banda Aceh; 2015.

5. Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil. Profil Dinas Kesehatan Tahun 2017.

Singkil; 2017.

6. Putra, Teuku, Romi, Imansyah. Malaria dan Permasalahannya. Jurnal

Kedokteran Syiah Kuala. Volume 11 Nomor 2 Agustus 2011.

7. Harijanto, PN. Malaria. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed ke-6. Jakarta:

Interna Publishing; 2014.

8. Kementerian Kesehatan RI. Situasi Terkini Perkembangan Program

Pengendalian Malaria di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Press;

2016.

9. Sorontou, Yohanna. Ilmu Malaria Klinik. Jakarta: Penerbit Buku EGC; 2013.

10. Green LW. Health Education Planning: a Diagnostic Approach. (4st edition).

California: Mayfield Publishing Company; 2005.

11. Kemenkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan No 293/Menkes/SK/IV/2009

tentang Eliminasi Malaria. Jakarta; 2009.

12. Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil. Peraturan Bupati Aceh Singkil Nomor

11 Tahun 2013 tentang Eliminasi Malaria. Singkil; 2013.

13. Kondrashin, A. V, A. M. Baranova , L. F. Morozova , E. V.Stepanova.2011.

Urgent tasksof malaria elimination programs.

14. Malar J. Integrated Vector Management For Malaria Control in China. 2015.

15. Woyessa A, Hadis M, Kebede A. 2013. Human Resource Capacity To

Effectively Implement Malaria Elimination: A Policy Brief For Ethiopia. Int J

Technol Assess Health Care. 2013 Apr;29(2):212-7.

16. Roosihermiatie. Analisis Implementasi Kebijakan Eliminasi Malaria di

Provinsi Bali; 2010.

17. Salman A., Pinontoan O.R., Keeknusa J. Eevaluasi Pelaksanaan Proram

Eliminasi Malaria di Kabupaten Halmahera Timuror. Artikel. Program

Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi, 2017.

18. Lestari, Tri. RP. Kebijakan Pengendalian Malaria di Maluku Utara Malaria

Control Policy In North Moluccas. Kajian Vol 17 No.2 Juni 2012.

19. Manalu, Helper Sahat P., Rachmalina SP., Sukowati, Supratman, Suharjo.

Peran Tenaga Kesehatan Dan Kerjasama Lintas Sektor Dalam Pengendalian

Malaria. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 13 No 1, Maret 2014 : 50 – 58.

20. Delpi, Kuswanto. Analisis Program Penanggulangan Malaria Di Puskesmas

Sioban. Tesis. FKM. Universitas Andalas; 2016.

Page 152: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

134

21. Sugiarto. Evaluasi Kelambu Berinsektisida terhadap Nyamuk An. Sundaicus

(Diptera: Culicidae) di Pulau Sebatik, Kalimantan Utara. Jurnal Vektor

Penyakit, Vol. 11 No. 2, 2017 : 61 – 70.

22. Roosihermiatie, B., Pratiwi, NL., Rukmini, Widodo, JP., Analisis

Implementasi Kebijakan Eliminasi Malaria Di Indonesia. Buletin Penelitian

Sistem Kesehatan – Vol. 18 No. 3 Juli 2015: 277–284.

23. Khayati N. Yuliawati S. Wuryanto MA. Beberapa Faktor Petugas yang

Berhubungan dengan Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi Malaria Tingkat

Puskesmas di Kabupaten Purworejo. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Volume

1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 364- 373.

24. Kalego DA, Lidia K., dan SetionoKW. Pengaruh Penyuluhan tentang

Pencegahan Malaria terhadap Kepatuhan Melakukan Pencegahan Malaria dan

Kejadian Malaria di Desa Rindi Kabupaten Sumba Timur.

Universitas Nusa Cenda.

25. Prabowo, A. Malaria Mencegah dan Mengatasinya. Jakarta: Puspa Swara;

2008.

26. Irianto, Koes. Parasitologi: Beberapa Penyakit yang Mempengaruhi

Kesehatan Manusia. Bandung: Yrama Widya; 2009.

27. Soemirat, J. Kesehatan Lingkungan. Cetakan Kedelapan. Yogyakarta: Gadjah

Mada. University Press; 2013.

28. Achmadi, Umar Fahmi. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah.Jakarta:

Buku Kompas; 2012.

29. Soedarto. Buku ajar Parasitologi kedokteran. Jakarta: Sagung Seto; 2011.

30. Anies. Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT.Elex Media.

Komputindo; 2006.

31. Susana, D., Dinamika PenularanMalaria, UI Press, Jakarta; 2011.

32. Munif, Amrul. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Malaria di

Indonesia (Analisis Data Riskesdas 2007). Jurnal Ekologi KesehatanVol. 9

No 2 Juni 2010: 1207-1218.

33. Winandi, Eli. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di

Kecamatan Selebar Kota Bengkulu, Tesis, Universitas Indonesia. 2006.

34. Kemenkes RI. Buku Saku Menuju Eliminasi Malaria.Direktorat PPBB Ditjen

PP & PL. Jakarta; 2011.

35. Buhungo, Ruwiah Abdullah. Faktor Perilaku Kesehatan Masyarakat dan

Kondisi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Malaria. Artikel. IAIN Sultan

Amai Gorontalo; 2010.

36. Natalia, Diana. Peranan trombosit dalam patogenesis malaria. MKA. 2014;

37(3): 219-25.

37. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta; 2012.

38. Babba I. Faktor-Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kejadian Malaria. (Studi

Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Hamadi Kota Jayapura). Tesis. Program

Pascasarjana. Universitas Diponegoro Semarang. 2007.

39. Widoyono. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan

Pemberantasannya.Jakarta : Erlangga; 2008.

Page 153: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

135

40. Departemen Pendidikan Indonesia Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka; 2008.

41. Winarno. Kebijakan Publik, Teori, Proses, dan Studi Kasus edisi & Revisi.

Terbaru. CAPS. Yogyakarta; 2012.

42. Muninjaya Gde, A.A. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Jakarta: EGC;

2011.

43. Notoatmodjo S. Pendidikan dan Perilaku kesehatan. Jakarta: PT. Rineka

Cipta; 2012.

44. Mubarak, W.I., Chayatin, N. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi.

Jakarta: Salemba Medika; 2011.

45. Yasuoka Junko., Krishna C Poudel., Po Ly., Che Nguon., Duong Socheat.,

and Masamine Jimba. Scaleup of Cmmunity-based Malaria Control can be

Achieved Degrading Community Health Workers Service Quality: the village

malaria worker project in Cambodia. Malaria Journal. 2012, 11(4): 11-12.

46. Azwar S. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Jakarta: Pustaka.

Pelajar; 2011.

47. Santy. Hubungan antara Faktor Individu dan Faktor Lingkungan dengan

Kejadian Malaria di Desa Sungai Ayak 3 Kecamatan Belitang Hilir

Kabupaten Sekadau. Naskah Publikasi; 2014. Fakultas Kedokteran

Universitas Tanjungpura.

48. Purwanto N. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya; 2010.

49. Hamzah B. Uno. Teori Motivasi & Pengukuranya : Analisis di Bidang

Pendidikan.Cetakan 9. Jakarta: Bumi Askara; 2012.

50. Matulessy I., Hanis M., Kadir A., Hubungan Pengetahuan dan Motivasi

Petugas Kesehatan dengan Penerapan Program Manajemen Terpadu Balita

Sakit (MTBS) Pada Deteksi Dini Malaria di Puskesmas Sorendiweri

Kabupaten Supiori.STIKES Nani Hasanudin Makassar. Volume 3 Nomor 1

Tahun 2013.

51. Irawan AS., Pujiyanti A., Pengetahuan Sikap dan Perilaku Masyarakat di

Daerah Kejadian Luar Biasa Malaria Desa Wagirpandan Kecamatan

Rowokele Kabupaten Kebumen. Jurnal Vektora; 2011. Vol. IV No. 2

52. Mardiah. Hubungan Penyuluhan dengan Perilaku Pencegahan Penyakit

Malaria pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Lamteuba Kecamatan

Saelimum Kabupaten Aceh Besar. Tesis. FKM USU.pdf.

53. Manalu H.S.P., Rachmalina SP., Sukowati S., Suharjo. Peran Tenaga

Kesehatan dan Kerjasama Lintas Sektor dalam Pengendalian Malaria. Jurnal

Ekologi Kesehatan. 2014, 13 (1): 50 -58.

54. Sugiyono. Metode Penelitian Kuntitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta; 2011.

55. Bungin B. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan. Publik

dan Ilmu Sosia lainnya. Jakarta: Kencana Prenama Media Group; 2010.

56. Miles M.B., dan Huberman A. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber tentang

Metode-Metode Baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohisi. Jakarta:

Universitas Indonesia, 2007.

Page 154: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

136

57. Kemenkes RI. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia.

Jakarta: Kemenkes RI; 2014.

58. Kemenkes RI. Hari Malaria Sedunia di Indonesia. Jakarta; 2013.

59. Harijanto dan Paul Tata Laksana Malaria untuk Indonesia, dalam Bulletin

Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Triwulan 1 2011. Pusat Data dan

Informasi, Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang

Kementrian Kesehatan RI.

60. Ikawati, Yunianto, Paramita. Efektifitas Pemakaian Kelambu Berinsektisida

di Desa Endemis Malaria di Kabupaten Wonosobo. Jurnal Balaba. 2010, 6

(2):1- 6.

61. Renwarin V.M.V., Umboh J.M.L., Kandou G.D., Analisis Pelaksanaan

Program Eliminasi Malaria di Kota Tomohon. JIKMU, Suplemen. 2014. 4

(4): 634-643.

62. Husin H. Analisis faktor risiko kejadian malaria di Puskesmas Sukamerindu

Kecematan Sungai Serut Kota Bengkulu Provinsi Bengkulu. [Tesis].

Semarang: Universitas Dipenegoro; 2007.

63. Ngambut K., Sila H.O. Faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat tentang

Malaria di Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang. Jurnal Kesehatan

Masyarakat Nasional. 2012, 7 (6): 271-278.

64. Castro, M. C., Tsuruta, A., Kanamori, S., Kannady, K., dan Mkude, Marcia,

S. 2009. Community-based Environmental Management for Malaria Control:

Evidence from A Small-scale Intervention in Dar es Salaam, Tanzania.

Malaria Journal 2009, 8:57.

65. Zainuddin. Evaluasi Pelaksanaan Sistem Surveilans Malaria di Dinas

Kesehatan Sumbawa Besar.Jurnal Berkala Epidemiologi. 2014, 2 (3):342–

354.

66. Akay C.S., Tuda J.S.B., Pijoh V.D. Gambaran Pengetahuan Masyarakat

tentang Penyakit Malaria di Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa

Tenggara. Joernal e Biomedik. 2017, 3(1): 435-441.

Page 155: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

137

LAMPIRAN 1

PEDOMAN WAWANCARA

Tanggal :

Pukul :

Identitas Diri

Inisial : …………………

Umur :…………………Tahun

Jenis Kelamin :…………………..

Pendidikan :…………………..

Jabatan :................................

Alamat :…………………….

Input

Pertanyaan

1. Bagaimana keterlibatan petugas berkaitan program eliminasi malaria ?

2. Bagaimana pembagian tugas program eliminasi malaria ?

3. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana program eliminasi malaria?

Proses

Pertanyaan

1. Bagaimana kegiatan penemuan dan tata laksana penderita berupa pemeriksaan

darah dan pengobatan bagi masyarakat penderita demam?

2. Bagaimana kegiatan pencegahan dan penanggulangan faktor resiko dalam

program eliminasi malaria seperti pendistribusian kelambu berinsektisida,

Penyemprotan lingkungan rumah dan pengendalian vektor hayati?

3. Bagaimana kegiatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah

dalam program eliminasi malaria seperti laporan bulanan yang harus

disampaikan?

Page 156: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

138

4. Bagaimana kegiatan peningkatan KIE dalam program eliminasi malaria

seperti penyuluhan/ papan waspada malaria, dan kemitraan/koordinasi.

5. Bagaimana kegiaitan peningkatan sumber daya petugas dalam program

eliminasi malaria seperti pelatihan/sosialiasi?

Output

Pertanyaan

1. Berapa Persentase Annual Parasite Incident (API) per 1000 penduduk pada

tahun 2018 di Kabupaten Aceh Singkil ?

Page 157: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

139

LAMPIRAN 2

MATERIK HASIL WAWANCARA

INPUT

No. Topik Indikator

1 Sumber

Daya

Manusia

(Tenaga

Kesehatan)

a.

Keterlibatan

Petugas

a. PJ P2p Yang terlibat dalam

eliminasi ini di dinasnya ini

ya, ada kepala dinas,

dibawahnya kabid PJ

Program P2P, Kasi P2P,

setelah itu Wasor malaria

sebagai petugas penanggung

jawab malaria. Untuk di

Puskesmas puskkesmas itu

sendri ya kepala

puskesmasnya dan tenaga

kesehatan yang terlibat

dalam program eliminasi

tersebut, seperti dokter,

analisnya, bidan desanya

dan kadernya didesa. Itu

untuk dinas kesehatannya

ya, tapi dikabupaten

mandailing adalagi yang

namanya malaria centre

(KPPM) yang menangani

malaria jug ada kepala

badannya juga ya.

Pengelola

program 1 Puskesmas penanggung

jawab semua program itu

kepala puskesmas sendiri,

jadi untuk petugasnya dalam

program ini jadi dua lah,

saya sendiri sebagai

pemegang program dan

analis, satu lagi petugas

pencatat dan pelaporan

kasus malaria. Yang terlibat

ya dokterkan, bidan desa,

kader juga

Page 158: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

140

Pengelola

program 2 Terlihat kepala, puskesmas,

saya sendiri sebagai

penanggung jawab, dokter,

analisis, kalau di desa bidan

dan kader, kita bekerjasama

sama semua

Bidan 1 Kalau didesa saya sendiri

dan kader, bekerjasama

dengan petugas dan dinas

Bidan 2 Saya sendiri dan kader di

sini, ada juga petugas dari

puskesmas dan dinas juga

terlibat

Kapus 1 Wilayah kerja puskesmas

saya sendiri sebagai

penanggung jawab, petugas

pengelola P2PM, dan tenaga

kesehatan lainnya seperti

analis dan petugas pencatat

juga

Kapus 2 Kepala puskesmas, petugas

pengelola P2PM, dan tenaga

kesehatan lainnya

Kades 1 Saya bertugas membangu

petugas dari dinas dan

puskesmas, jika ada

penderita malaria, kami siap

melakukan fogging ke

rumah masyarakat, disertai

petugas dari puskesmas dan

dinas.

Kades 2 Kami terlibat langsung bila

ada masyarakat yang

terkena malaria, dilakukan

fogging bersama petugas

puskesmas

Masyarakat

1 Biasanya petugas yang

sering datang ke rumah-

rumah petugas puskesmas,

kalau dari dinas jarang juga,

bidan dan kader juga ikut

menyampaikan informasi

Page 159: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

141

Masyarakat

2 Petugas puskesmas aja,

bidan dan kader

Ibu hamil

1

Bidan desa, kader di

posyandu, petugas

puskesmas

Ibu hamil

2

Petugas pengelola malaria

dari puskesmas, bidan dan

kader

Kader 1 Saya sendiri dan bedan desa

memberikan penyuluhan

Kader 2 Saya bekerjasama dengan

bidan desa, setiap bulan

membuat laporan

disampaikan ke puskesmas,

ada tidak ada penderitat

malaria.

b. Pembagian

tugas

PJ P2P Kita di Dinas ini, sebagai

perpanjangan tangan orang

puskesmas,makanya

dipuskesmas itu sendiri kita

bekali seperti ada petugas

puskesmas,tenaga

surveilansnya,adapemeriksa

an mikroskopisnya dan ada

pencacatan dan pelaporan

yang diketahui oleh kepala

puskesmas dengan tujuan

untuk menghilangkan

penularan dan kasus malaria

di wilayah kerja masing-

masing dari puskesmas

tersebut

Pengelola

program 1

Saya sebagai pemegang

program, ada satu petugas

pencatat dan pelaporan, dan

ada pembagian tugasnya, ya

dokter itu dipoli memeriksa

pasien dan apa bila ada gejala

malaria dibawa ke

laboratorium, lalu petugas

mikroskopis memeriksa

sediaan darahnya dan

laporannya kita kasih ke

surveilans untuk memasukkan

data dan mengirim data dan

memantau malaria di

lapangan.

Page 160: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

142

Pengelola

program 2

Memantau, memeriksa dan

mencatat laporan kasus

malaria, setiap bulan kita

kiram datanya ke dinas

sebagai bahan evaluasi.

Kami bekerjsama dengan

berbagai bidang seperti

dokter, analis, kader desa,

bidan dan kepala desa

Bidan 1 Tugas saya membantu

petugas kesehatan dalam

memantau malaria, jika ada

masyarakat demam

contohnya kami anjurkan

periksa darah. Membantu

kader dalam penyuluhan di

posyandu

Bidan 2 Dokter itu sudah jelas

tugasnya, analis juga,

pencatat juga udah ada

tugasnya masing-masing,

kalo misalnya saya sebagai

bidan desa saya bisa juga

menyuluh di desa dan kader

yang mengumpulkan

masyarakat

Kapus 1 Saya sebagai penanggung

jawab seluruh program dan

kegiatan yang ada di

puskesmas, dibawah saya

ada pemegang masing-

masing program, seperti

halnya pemegang program

eliminasi malaria. Selain itu

ada dokter, analis, petugas

pencatat dan pelaporan,

bidan desa dan juga

kadernya .Adapun

Pembagian tugasnya

tentunya dokter itu di poli

untuk menegakkan diagnosa

dan memberikan terapi,

untuk analis itu dia

melakukan pemeriksaan

mikroskopis dan kebetulan

analis kita tadi adalah beliau

Page 161: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

143

yang bertugas sebagai

penangung jawab program

ini, tetapi untuk yang upaya

perorangan yang

menyangkut masyarakat itu

merupakan tugas kami

bersama, misalnya ini ada

penyuluhan tentang

penyakit menular yang

termasuk malaria ya

dijadikan tugas bersama

dimana yang menjadi

narasumber itu bisa dokter,

bidan dan pemegang

program malaria tersebut

Kapus 2 Kami saling bekerjasama

dengan petugas lainnya,

maka itu untuk

mempertahankan eliminasi

di sini, masing-masing

memiliki tugas seperti saja

pemegang program sebagai

penanggung jawab di

lapangan, dokter memeriksa

kesehatan, kemudian ada

petugas pemeriksaan

mikroskopis dan petugas

penyuluhan tentang kesling.

Saya menganjurkan kepada

petugas agar berkomitmen

penuh dalam program

eliminasi malaria

Kades 1 Tugas kami hanya

membantu petugas dari

puskesmas dan dinas untuk

menyebarkan informasi

tentang malaria. Terutama

bila ada masyarakat

penderita malaria. Kami

juga menyediakan data-data

atau laporan mengenai

masyarakat di sini jika

diperlukan. Ada juga

mengkoordinor kegiatan

Jumat bersih di desa-desa

Page 162: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

144

Kades 2 Berupaya agar desa ini tidak

ada penderita malaria, kita

anjurkan masyarakat periksa

darah terutama jika ada

demam, itu perlu dicurigai.

Kami juga siap membantu

mengkoordinasi masyarakat

untuk membantu petugas

kesehatan dari dinas

maupun puskesmas dan

penanggulangan malaria.

Masyarakat

1 Ikut bergotong royong

untuk membersihkan rumah,

halaman…..,

perabotan..eeee. agar bersih

supaya nyamuk tidak

bersarang. Di suruah periksa

darah kalau ada keluarga

yang demam

Masyarakat

2 Bergotong royong bersama-

sama dan kalau eeee

keluarga demam, cepat

diperiksa katanya malaria

penyakti berbahaya.

Ibu hamil

1

Yang kutahu, periksa darah

kalau diemam

Ibu hamil

2

Kalau demam disuruh bidan

cepat periksa darah agar

tidak kena malaria

Kader 1 Memberikan penyuluhan

terutama di

Posyandu….kadang

mendatangi rumah warga

yang demam kalau ada

informasi baru.

Kader 2 Melaksanakan posyandu di

desa,eee…. Penyuluhan,

periksa darah, dan membuat

laporan dengan bidan desa

Page 163: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

145

2 Sarana dan

prasarana

a. Fasilitas PJ P2P Sampai saat ini sebenarnya…, seperti

ini…, kita di kabupaten Aceh Singkil

ada 11 puskesmas, mikroskop ada,

RDTnya ada, obatnya ada dibagikan

semua. Untuk tiap puskesmas sudah

punya

Tapi kita ini yang kurang adalah

SDMnya, SDM dalam artiannya

begini loh, seharusnya kan

mikroskopisnya analis, tapi kita masih

kurang analis di setiap puskesmas,

akhirnya kita lakukanlah pelatihan

tenaga kesehatan lain untuk bisa

bertindak sebagai analis yang bukan

dari analis, seperti pelatihan

mikroskopis karena penegakan

diagnosa malaria itu sendiri kan gak

bisa hanya klinis saja harus dengan

diagnosa seperti di periksa secara

mikrskopis. Di setiap desa juga ada

Pos Malaria Desa (PMD) dipegang

oleh bidan desa dan kader agar

masyarakat mudah mencari informasi

Untuk sumber dana dalam eliminasi

malaria ini ada dari dana APBN ya,

dari APBD juga, Bantuan atau hibah

seperti dari WHO juga ada

Pengelola

program 1

Sarana dan prasarana di puskesmas

menurut saya sudah lumayan cukup

lah dalam pelaksanaan program ini ya

Pengelola

program 2

Sudah cukup lah karena didukung

dari dinas kesehatan, semua peralatan

dikirim dari sana semua..apa yang

kita butuhkan akan dikirim ke mari.

Bidan 1 Sarana di Pos Malaria Desa sini

belum lengkap. Tugan kami hanya

memberikan penyuluhan dan

memantau masyarakat yang dicurigai

penyakit malaria supaya diambil

darahnya untuk diperiksa ke

puskesmas.

Page 164: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

146

Bidan 2 Sarana di desa ini belum mendukung,

eeee…..jika ada keluhan malaria kita

rujuk ke puskesmas

Kapus 1 Ruang Laboratorium ada ya, dan

untuk pemekrisaannya seperti

mikroskop, regentia, dan RDT tadi

kita juga sudah tersedia. Kalo untuk

misalnyalah seseorang itu datang

dengan gejala malaria klinis,untuk

penegakan diagnosa sarananya seperti

mikroskop, regensia, dan semuanya

baik yang RDT sudah cukup, obat-

obatan kita juga alhamdulillah cukup

tersedia, seperti untuk yang lini

pertama ACT ada, primakuin juga

ada, untuk yang lini kedua dopsisiclin

juga ada. Sumbernya itu dari Dinas

Kesehatan, semua obat kita

pengadaannya dari dinas kesehatan

Untuk tingkat desa dibentuk Pos

Malaria Desa tempat masyarakat

bertanya

Kapus 2 Itu misalnya RDT, regentia ,obat-

obatan lengkap, sudah lengkap saya

kira. Kita juga bekerjasama dengan

klinik, balai pengobatan/klinik bila

ada masyarakat menderita demam

untuk segera di laporkan untuk

mencegah penyebarannya.

Masyarakat pada umumnya sudah

paham tentang malaria, cara

menularkan karena mereka dapat

bertanya ke bidan desa sebagai

pengelola Pos Malaria Desa

Kades 1 Kalau di Pos Malaria Desa (PMD)

belum lengkap, di puskesmas yang

lengkap

Kades 2 Di puskesmas peralatan sudah

mendukung karena mereka kan

bekerjasama dengan dinas kesehatan

Masyarakat

1

Saya kira sudah didukung sarana dan

prasarana ya di puskesmas

Masyarakat

2

Sudah lengkap

Page 165: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

147

Ibu hamil 1 Di Puskesmas saya rasa kalau berobat

malaria sudah lengkap, mereka juga

selalu melayani kalau banyak yang

berobat

Bertanya langsung ke Pos Malaria

Desa, disitu kan ada bidan desa, dia

kan memberikan penjelasan

Ibu hamil 2 Lengkap peralatan di puskesmas.

Tentang informasi, kalau lagi berobat

ke puskesmas ditanya di sana, di desa

Nibung juga langsung ke bidan desa

ya

Kader 1 Di Puskesmas saya rasa kalau berobat

malaria sudah lengkap, mereka juga

selalu melayani kalau banyak yang

berobat. Eeee… desa ini ada Pos

Malaria Desa (PMD) tetapi

sarananya kurang lengkap, ada RDT

untuk diperiksa ke puskesmas, obat

tidak ada, harus berobat ke

puskesmas.

Informasi mudah diperoleh di

posyandu dan Pos Malaria Desa

Kader 2 Kalau desa peralatan terbatas,

peralatan yang ada di puskesmas baru

lengkap. Terutama dokter untuk

mendiagnosa penyakti malaria. Disni

cuma ada Pos Malaria Desa (PMD)

untuk memantau kejadian malaria

dilengkapi dengan alat pemeriksa

darah

Masyarakat dapat menjumpai saya di

Posyandu atau Pos Malaria Desa

Page 166: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

148

No

.

PROSES

1 Penemuan dan

tata laksana

penderita

a. Pendataan

penderita

malaria

PJ P2P Untuk itu…., masyarakatnya

datang sendiri ke pelayanan

kesehatan baik itu ke puskesmas

atau ke malaria center ya,

biasanya masyarakat datang

dengan suatu keluhan kalo itu

mengarah kepada malaria klinis

akan dilakukan pemeriksaan

lanjutan dengan mikroskopis atau

RDT ya

Pengelola

program 1

Kalau di puskesmas ini sendiri

pasiennya yang datang sambil

berobat

Pengelola

program 2

Masyarakat datang kepuskesmas

ya, selain itu ada juga yang kita

periksa saat posyandu

Bidan 1 Disini juga pasien datang ke

PMD, diluar juga ada waktu

posyandu ambil darah, tapi untuk

tenaga kesehatan kegiatan untuk

mendatangi pasien itu belum ada,

kalau pun ada satu-satu atas

permintaan masyarakat, itu saya

rasa kalo ada wabah aja, kalo

disini diwilayah kerja kita masih

aman-aman.

Bidan 2 Kalau di puskesmas ini sendiri

pasiennya yang datang

Kapus 1 Kita menunggu pasien datang untuk berobat. Ada juga dari

bidan dan kader membawa contoh

darah untuk diperiksa di

laboratorium.

Kapus 2 Delapan puluh persen penemuan

penderita adalah masyarakat

datang ke puskesmas ataupun ke

Posyandu (PMD) untuk diambil

contoh darahnya, ada juga

memang ibu hamil yang ANC

pada saat ke posyandu seperti

Page 167: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

149

yang saya bilang kita skrining ibu

hamil tadi dengan RDT ditempat

dan dibawa ke lab, memang lebih

banyak yang ke puskesmas, tapi

sebenarnya apabila memang jarak

tempuhnya jauh dari puskesmas

dan Bidan Desa melihat ada yang

bergejala, bidan desa tersebut bisa

langsung meminta RDT ke

petugas laboratorium. Cuman itu

saja kami lihat RDT ini agak

susah untuk mendapat hasil yang

positif, dengan kata lain RDT

hasilnya negatif begitu kita

periksa dengan mikroskop

ternyata hasilnya positif.

Kades 1 Eee saat posyandu kami

mengambil darah ibu hamil atau

masyarakat yang mengalami

demam

Kades 2 Kadang-kadang dipanggil ke

rumah warga juga sich…..kalau

ada yang demam

Masyarakat

1

Saya dan keluarga kalau demam

langsung periksa darah

Masyarakat

2

Saya sudah pernah dimabil darah

di puskesmas, tapi hasilnya

negatif.

Ibu hamil 1 Periksa darah juga karena takut

tiba-tiba menderita malaria,

padahal saya tidak demam

Ibu hamil 2 Rumah kan jauh dari puskesmas,

saya datang ke klinik untuk

diambil darah sambil periksa

kesehatan.

Kader 1 Masyarakat datang kepuskesmas

ya, selain itu ada juga yang kita

periksa saat posyandu

Kader 2 Masyarakat pada umumnya ke

puskesmas untuk diperiksa, ada

juga mengambil darahnya di

posyandu dan PMD pun bisa.

Page 168: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

150

b. Pengobatan

penderita

malaria

PJ P2P Pengobatannya penderita itu

seperti tadi misalnya, pasien itu

datang untuk berobat memalui

pendaftaran dulu ya, lalu ke poli

dimana dokter melakukan

penegakan diagnosa, apabila si

pasien tersebut memiliki gejala

malaria klinis, pasien tersebut di

suruh untuk melakukan tes

mikroskopis di laboratorium dan

hasilnya positif, pasien tersebut

kembali lagi kedokter untuk

mendapatkan resep obat, yang

kemudian resep tersebut di bawa

ke ruang obat untuk mengambil

obat tadi.

Pengelola

program 1

Pasien datang kemari, ya udah

diperiksa, kalau gejalanya mengarah

kepada malaria, langsung

laboratorium, kalau misalnya positif

ada plasmodium dalam darahnya,

pasien ke dokter lagi lalu dikasih

resep obat yang sesuai dengan jenis

plasmodium dan berat badan

penderita juga, yang diberikan

sekarangkan ACT sama primakuin

Pengelola

program 2

Pasien malaria diberikan obat

ACT sama primakuin dan

dianjurkan dikonsumsi secara

rutin

Bidan 1 Setahu saya sich…. Diberi obat

primakuin dan diminum sesuai

aturan

Bidan 2 Dikasi obat primakuin sudah

cukup, beberapa hari kemudian

jika obat rutin dimium penyakit

akan hilang dengan sendirinya.

Biasanya ditandainya dengan

gejala demam sudah turun

Kapus 1 Masyarakat datang puskesmas ke

dokter dengan gejala malaria

diakukan test dengan

mikroskopis,Kalau misalnya pas

posyandu masayarakat itu

Page 169: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

151

misalnya datang dengan gejala

seperti demam lebih dari tiga hari,

mual, nyeri di tulang itu lakukan

test RDT kalau hasilnya positif

kita kasih obat malaria

Kapus 2 Di sini penanggung jawabnya

tentunya dokter yang memastikan

hasil lab, jika menderit malaria

diberikan obat ACT sama

primakuin.

Kades 1 Ngak tahu pengobatanyaan, tapi

biasanya diberikan obat

malaria,…apa yang namanya saya

lupa

Kades 2 Diberikan obat malaria, namanya

saya lupa.

Masyarakat

1

Biasanya ada gejala dulu seperti

demam, diperiksa darahnya kalau

positif, diberi obat

Masyarakat

2

Bisa melalui posyandu atau PMD

atau langsung ke puskesmas

Ibu hamil 1 Kena penyakit malaria dikasi

obat, ngak tahu nama obatnya

Ibu hamil 2 Minum obat malaria, ada juga di

warung, balai pengobatan dapat

dibeli

Kader 1 Masyarakat yang sudah periksa

darahnya biasanya mereka

mengalam gejala demam dulu,

lalu darahnya diperiksa lab

puskesmas, jika diagnosa positif,

maka diberi obat makanan.

Kader 2 Pengobatan penyakit malaria

ditangani dokter puskesmas

Page 170: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

152

2 Pencegahan dan

penanggulangan

faktor resiko

a. Mendistribusi

kan kelambu

berinsektisida

PJ P2P Pendistribusian massal, itu semua

tiap KK dapat, cuma ada yang

khusus untuk ibu hamil, itu

namanya kalau dalam ekonomi

ada yang satu pendistribusian

massal dan kedua pendistribusian

kelambu rutin, rutin tadi.. ibu

hamil yang di skrining, yang

dapat kelambu, pendistribusian

massal tu untuk yang per KK tapi

itu khusus untuk daerah yang

endemis tinggi gak semua, kalau

apa namanya… HCI dia.. di

daerah HCI, untuk pembagian

yang rutin itu

Pengelola

program 1

Pemberian kelambu itu seingat

saya dari tahun lalu bagi daerah

indemis. Saat ini hanya penderita

malaria saya agar tidak terjangkit

ke masyarakat lain.

Pengelola

program 2

Pendistribusian kelambu khusus

bagi positif penderita malaria saja

untuk mencegah tidak tertular,

masyarakat lainnya tidak dibagi

lagi.

Bidan 1 Kelambu, yaa memang dibagikan

kepada masyarakat, kayak tidak

pernah ada lagi sekarang ini

Bidan 2 Waktu pembagian kelambu saya

terlibat langsung, tapi sekarang

kegiatan ya sudah tidak ada lagi.

Pernah saya tanya kepada petugas

puskesmasnya katanya

pengendalian malaria sudah dapat

diatasi.

Kapus 1 Yaaa, sama jugalah kalau ada

bantuan dari luar negri itu di beri

lah kelambu, setau saya, ee.. di

wilayah kerja saya ini termasuk

Page 171: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

153

daerah indemis sehingga pihak

dinas banyak memberikan

kelambu untuk dibagikan kepada

masyarakat. Saat ini sudah tidak

ada kegiatan tersebut

Kapus 2 Sejak awal program malaria

digalanggkan pemerintah,

masyarakat diberikan kelambu

berinsektisida, sekarang tidak ada

lagi kegiatan tersebut. stok

kelambu sudah tidak ada lagi,

kalau ada masyarakat yang minta,

eeee kita hubungi pihak dinas

supaya diantar

Kades 1 ee..Sebelumnya orang dinas

memberitahu saya la kalau ada

pembagian kelambu, ya udah

cuma tu aja

Kades 2 Pembagian kelambu masyarakat

dulunya sudah dapat

diprioritaskan daerah banyak

terjangkit malaria, sekarang tidak

ada lagi sepertinya

Masyarakat

1

Iya….Saya hanya mendengar dari

teman, masyarakat diberi kelambu

kataya

Masyarakat

2

Saya tidak dapat, tapi ada teman di

desa lain dapat kelambu agar tidak

penyakit malaria

Ibu hamil 1 Pembagian kelambu ada dari

puskesmas

Ibu hamil 2 Ada, dibagikan oleh bidan dan

petugas dari puskesmas

Kader 1 Eee….Itu tugas saya sebagai

kader bekerjasama dengan

pengelola malaria

Kader 2 Bidan terlibat langsung

membagikan kelambu, saya

diminta supaya membantunya

b. Penyemprotan

lingkungan

rumah

PJ P2P Sebenarnya, kalau yang

sebenarnya ya ee.. sebelum

puncak penularan dilakukan

penyemprotan, tapi karena kita di

program ini dana-dana APBD

Page 172: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

154

sudah menurun, ya sesuai dengan

dana penyemprotan dilakukan bila

ada masyarakat menderita

penyakit dengan radius 200 m. ini

dilakukan masyarakat yang sudah

lama ditunjuk dan sudah biasa

melakukan penyemprotan.

Pengelola

program 1

Masyarakat yang terkena malaria,

rumahnya dan sekitarnya

rumahnya di semprot agar

penyakit tidak tertular

Pengelola

program 2

Biasanya…dulu rutin dilakukan

penyemprotan tanpa harus ada

masyarakat yang menderita, beda

dengan sekarang sudah berkurang

lah

Bidan 1 Daerah endemis ya, orang-orang

di daerah tertentu itu hendaknya

malam itu jangan banyak di luar,

pakai kelambu, misalnya kalau

orang sering begadang pasti kena

malaria, begitu. karna nyamuk

malaria itu berkembang dan

mengeluarkan penyakit dari mulai

malam dari mulai jam 6 sampai

besok. Penyemprotan ke rumah

masyarakat jarang terjadi

sekarang

Bidan 2 Jarang dilakukan sekarang, tetapi

skring masih tetap berjalan

Kapus 1 Kegiataan ini mungkin frekuensi

terbatas selama 2 tahun mungkin

hanya 4 kali saja sekarang ini.

Kegiatan ini dipegang oleh dinas

dan penyemprotan dialakukan

masyarakat

Kapus 2 Eee..sudah mulai berkurang

karena, masyarakat sudah mulai

sadar manfaat kebersihan

lingkungan rumahnya.

Kades 1 Kita kan melakukan persiapan

alat-alat nya, diisi kedalam

tabungnya tu kan dengan racun

nya, udah satu air ama racunnya

tadi, maka bersiaplah di

laksanakanlah tugas

Page 173: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

155

penyemprotan, petugasnya ada 2

orang setiap desa, maka

penyemprotan tu sekelilingnya,

dari depan sampai ke belakang

dengan secara sempurna, ada juga

lah masyarakat yang tak mau,

misalnya dia tak mau di semprot

di belakang atau kamarnya, jadi

kan penyemprotannya tak

sempurna, sebenarnya saya sudah

kasi pengertian tapi karena

mereka tidak tau, menganggap tu

adalah racun kan pasti bahaya,

kek gitu lah

Kades 2 Petugas penyemprotan cukup

banyak dari dinas, jika ada

intruksi dari puskesmas, biasanya

hari itu juga kita damping

masyarakat supaya rumahnya

disemprot agar bibit penyakit

tidak sempat menular lagi

Masyarakat

1

Ya saya tahu penemprotan

dinding rumah dilakukan jika ada

penderita malaria

Masyarakat

2

Iya……di sekitar sini pernah di

apa namanya…penymprotan

ya….karena ada yang kena

malaria katanya

Ibu hamil 1 Ee… ada, tapi jarang, kalau tak

salah.. tahun semalam ada di

semprot, kalau sekarang tak tau

lah

Ibu hamil 2 Jarang sekarang disemprot, gak

tau kenapa

Kader 1 Ada jugo , tapi dibatasi la

penyemprotannyo tu, rumah ku

tak di semprot, kadang ada jugo

masyarakat yang tak di semprot

rumahnyo, ya.. orang tu mintak di

semprot, haahha…

Kader 2 Kegiatan ini sudah terbatas. Jika

ada rumah disemprot, berita ini

sampai sama saya.

Page 174: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

156

c. Pengendalian

vektor hayati

PJ P2P Untuk penegendalian vektor

dilingkungan kita menghimbau

masyarakat untuk membudidayakan

tumbuhan seperti bunga tahi kuning,

bunga lavender dan sereh wangi,

sedangkan untuk puskesmas kita ada

penyuluhan

Pengelola

program 1

Menganjurkan masyarakat

menaman tanaman yang ditakuti

nyamuk seperti bunga lavender,

sereh wangi terutama menjaga

kebersihan lingkungan rumah

Pengelola

program 2

Masyarakat ada yang mau dan ada

yang tidak mau, katanya sulit

mencari bibitnya

Bidan 1 Kita suluh supaya warga mau

naman tanaman sepertisereh

wangi kan banyak di jual dipajak

Bidan 2 Kalau itu dipantau jarang sekali,

cuman sudah kita suruh mereka

itu

Kapus 1 Tugas kader dan bidan desa

khusus memberikan penyuluhan

tentang pengendanlian malaria

iya..itu salah satu agar masyarakat

di pekarangan rumah dibersihak,

jangan ada pakaian yang

bertumpuk-tumpuk lah, kalau bisa

mereka juga dianjurkan tanam

seperti bunga tahi kuning untuk

mengusir nyamuk

Kapus 2 Itu tugas kader dan bidan, kita

disni hanya bertugas memeriksa

darah dan mengobati pasien

Kades 1 Ada saya dengar masyarakat

disuruh menanan tanaman tetapi

program itu tidak dipantau sekali

Kades 2 Kalau masyarakat mau mereka

menanam, kita tidak bisa

paksakan

Masyarakat

1

Ada yang mau ada juga tidak mau

Page 175: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

157

Masyarakat

2

Saya juga menaman sereh wangi

dan bunga tahu kunig di belakang

dan depan rumah

Ibu hamil 1 Yang ditanam cuma sereh wangi

di belakang rumah

Ibu hamil 2 Ngak sempat menanamnya, repot

Kader 1 Iya memberikan penyuluhan

tentang cara mengendalikan

nyamyak dengan menamam

tanaman seperti levender bagus

mengusir nyamuk

Kader 2 Masyarakat sudah juga kalau kita

kasi tau, hanya sebagian kecil

yang mau

d. Skrining ibu

hamil PJ P2P Setiap ibu hamil, wajib di skrining

pada kunjungan pertama tanpa

memandang usia kehamilan,

seumpamanya udah 3 bulan baru

ketemu ama bidan desa kita maka

wajib di skrining, bidan desa

kalau dia lagi posyandu ..ada yang

nampak di posyandu ibu hamil

maka wajib di skrining atau adaa..

warga yang hamil yang mau

periksa ke bidan wajib di skrining

gitu jadi baik yang datang atau

kita yang jumpa wajib skrining

itu, kita tanyak udah pernah

skrining belum? kan gitu. skrining

cuma 1 kali, cuma nanti kalau dia

demam baru di periksa kemudian

kita periksa lagi, tapi itu namanya

bukan skrining, kita duga dah

malaria, maka kita periksa tapi

namanya bukan skrining karna

skrining itu Cuma 1 kali

Pengelola

program 1

Ibu hamil berkunjung ke

puskesmas yang pertama kali

langsung diperiksa darahnya.

Sekarang jika mereka bersedia

baru kita periksa darahnya

Page 176: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

158

Pengelola

program 2

Sebelum kondisi sekarang ini, kita

menganjurkan ibu hamil skrining

yaa….jika mereka periksa

kehamilan di puskesmas untuk

mengendalikan ya…vektor

malaria. Sekarang jika demam

saja baru kita buat

Bidan 1 Kegiatan skrining ibu hamil sudah

mulai ditinggal, karena katanya

penyakit malaria sudah dapat

dikendalikan, kan seharusnya ibu

hamil harus diperiksa darahnya

untuk mengetahui penyakit

lainnya…demi kesehatan juga.

Bidan 2 Ada juga ibu hamil yang menolak

diperiksa darahnya. Mereka

kurang bersedia katanya sakit kan

ngak sakit demam

Kapus 1 Kami yang hanya menunggu

masyarakat yang mau periksa

darahnya, ujung tomboknya kan

kader sama bidan ya. Jika mereka

giat, banyak sampel darah sampai

ke mari untuk diperiksa

Kapus 2 Seyogianya ibu hamil mau

demam atau tidak, mereka mesti

lah periksa darah sebagai apa ya

deteksi dini apakah ada penyakit

lainnnya saat hamil, kan

gratis…untuk mereka juga lah

nantinya.

Kades 1 Ibu hamil….eeee. Pergi ke

puskemsas untuk rutin pemeriksa

darah

Kades 2 Kan sudah disosialisasi kepada

masyarakat supaya darah segera

diperiksa apabila ada keluarga

mengalami demam. Kalau

masalah apakah masyarakat kalau

demam langsung periksa, yang

Page 177: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

159

lebih tau kan petugas puskesmas

ya.

Masyarakat

1

Iya..masyarakat lebih senang ke

pupskesmas

Masyarakat

2

Ibu hamil periksa darah ke

puskesmas sekalian periksa

kehamilan

Ibu hamil 1 Diperiksa di puskesmas,

Ibu hamil 2 Ambil didarahnya di Posyandu

Kader 1 Yaa…masyarakat dan ibu hamil

dapat menghubungi kami jika

perlu darahnya diperiksa

Kader 2 Bisanya diambil di Posyandu atau

PMD jika mereka malas ke

puskesmas

3 Surveilans

epidemiologi dan

penanggulangan

wabah

a. Laporan

berkala

PJ P2P Sampai saat in laporan dari

puskesmas masih berjalan setiap

bulan sebagai bahan evaluasi

dalam mempertahankan eliminasi

malaria

Pengelola

program 1

Rutin menyampaikan laporan ke

dinas setiap bulannya

Pengelola

program 2

Rutin karena sudah ditegaskan

kapus jangan sampai laporan

terlambat sampai ke dinas

Bidan 1 Laporan itu setiap bulan

disampaikan, apakah ada

penderita atau tidak

Bidan 2 Setiap bulan disampaikan

bersamaan dengan program KIA

lainnya

Kapus 1 Kita sangat menganjurkan agar

petugas pencatatan melaporkan

kegiatannya setiap bulan ke dinas

Kapus 2 Laporan sampai tepat waktu

setiap bulan karena kasusnya

tidak ada lagi

Page 178: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

160

Kades 1 Yang saya dengar laporan

disampikan setiap bulan

Kades 2 Saya kurang paham itu….

Kader 1 Saya dibantu bidan desa

melaporkan kegiatan apa yang di

posyandu ke pupskesmas

Kader 2 Rutin melaporkan

4 Peningkatan KIE PJ P2P Sebenarnya gini, ee... kita untuk

melakukan khusus itu tidak ada,

tinggal lagi, itu kita sarankan

kepada bidan desa atau petugas

posyandu tetap di apakan ke

masyarakat, itu sudah

penyuluhan, penyuluhan gak

harus ngumpulin orang kan? kita

ngomong-ngomong sama

masyarakat itu sudah penyuluhan

kan gitu? itu kami sarankan sama

bidan desa, ada kegiatan-kegiatan

lain, tolonglah di sampaikan

tentang malaria ini kan gitu, sama

orang KIA juga kita pesankan

juga, sama orang promkes kita

pesankan juga, kalau mereka

dapat tolong lah ingatkan tentang

malaria itu

a. Penyuluhan/

papan

waspada

malaria

Pengelola

program 1

Lakukan penyuluhan, ee..ya tak

perlu dikomandai, para bidan desa

dan kader sudah tau tentang tugas

mereka memberikan penyuluhan

untuk meningkatkan kesehatan

masyarakat. Untuk papan

waspada bahaya malaria tidak ada

ya….biasanya pun ada berupa

leaflet di puskesmas

Pengelola

program 2

Saya sendiri bertugas membantu

penyuluhan di setiaip desa.

Terutama kegiatan Posyandu agar

kader dan bidan desa selalu

memberikan penyuluhan tentang

malaria

Page 179: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

161

Bidan 1 Tugas saya memberikan

penyuluhan ke masyarakat, dan

menyampaikan informasi baru

tentang malaria. Kalau frekuensi

ya tidak menentu….eeee…kadang

1 bulan sekali kadang lebih lah.

Bentuk promosi kesehatan saat ini

berupa penyampaian informasi

saja

Bidan 2 Itu meruakan kewajiban saya

sebagai bidan desa di sini, saya

juga menyampaikan kepada

masyarakat agar memberitahukan

kepada warga lainnya waspada

terhadap malaria.

Kapus 1 Penyuluhan ada.. promkes ada,

ada petugasnya. Penyuluhan lebih

difokuskan di posyandu dan PMD

karena mereka yang langung

berinterkasi di sekitar masyarakat

Kapus 2 Kegiatan penyuluhan dan

promkes rutin diberikan terutama

masyarakat datang berobat ke

puskesmas

Kades 1 Penyuluan malaria kapan pun bisa

dilakukan bulan hanya rutin

Kades 2 Jika ada kegiatan ke masyarakat,

disampaikan agar masyarakat

menjaga kebersihan lingkungan

sekitarnya.

Masyarakat 1 Ada juga la penyuluhan,

ee…kurang tau berapa kali

Masyarakat 2 Ee… ada lah, pernah

Ibu hamil 1 Penyuluhanee…pernah lah

mungkin di Posyandu

Ibu hamil 2 Pernah mengikuti di posyandu,

suami juga memberitahu bahwa

desa kita mau dibaut bebas

malaria katanya

Kader 1 Setiap bulan kan ada posyandu,

disitu itu kami berikan

penyuluhan….di luar itu kadang-

kadang ada juga

Kader 2 Penyuluhan biasanya di posyandu

aja sekarang ini, kecuali ada dari

petugas didamping lah.

Page 180: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

162

b. Kemitraan/ko

ordinasi

PJ P2P Koordinasi dalam pelaksanaan

program eliminasi malaria ada

ditingkat nasional, ada pada

tingkat provinsi dan tingkat

kabupaten. Pada tingkat

kabupaten itu di pimpin oleh

dinas kesehatan kabupaten

mandailing natal dan

jajarannya. Koordinasi

dilakukan pada saat kita akan

melakukan suatu kegiatan

dalam pelaksanaan suatu

kegiatan dalam program

eliminasi malaria, terus

koordinasi lainnya seperti

apakah semua puskesmas

sudah memiliki sumber daya

yang cukup dalam pelaksanaan

program ini pada setiap

bulannya. Kegiatan evaluasi

untuk melihat hasil program

elminasi malaria setiap akhir

tahun, kalau dua dua tahun

sekali

Pengelola

program 1

Kemitraran terus berjalan

sampai sekarang, jumpa

pertemuanya 1 tahun sekali

saja

Pengelola

program 2

Pertemuan lintas program

biasanya diselenggarakan 1

tahun sekali membahas tentang

capaian API dan hambatan

yang dihadapi untuk dicarai

solusi dalam mempertahankan

eliminasi malaria

Bidan 1 Untuk program elminasi

malaria dievaluasi setiap tahun,

mereka berkumpul untuk

menentukan langkah apa yang

perlu diambil tahun berikutnya

Page 181: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

163

Bidan 2 Ya tentunya puskesmaskan

merupakan UPT dari Dinas

Kesehatan, jadi koordinasi itu

sudah pasti ada, seperti

misalnya pembagian kelambu,

itu kan dari dinas ada

koordinasi, dan penetapan zona

merah tadi jugakan dapatnya

dari dinas kesehatan dan kita

membantu mendistribusikan.

Pada saat pendistribusian juga

disertai dengan penyuluhan,

bagaimana cara pemakaian

kelambu, bagaimana cara

perawatannya itu juga ada

didampingi

Kapus 1 Saya beserta pengelola P2P

malaria mengikuti pembahasan

tentang evaluasi malaria oleh

dinas, disana itu disampaikan

upaya penanggulangan malari

yang sedang diterapkan

Kapus 2 Bersama petugas malaria

diundang untuk pertemuan

rutin membahas kemajuan

progrma malaria di akhir

tahun.

5 Peningkatan

sumberdaya

manusia

a. Pelatihan/sosi

alisasi petugas PJ P2P Kegiatan ini sudah

dilaksanakan jauh-jauh hari

sewaktu program mulai

digalakkan, sekarang tidak ada

lagi

Pengelola

program 1

Kami sudah pernah dilatih dan

diberikan sosialisasi, sekarang

ngak ada

Pengelola

program 2

Tidak ada sekarang ini, karena

kita sudah paham kegiatan dan

program malaria. Kan sudah

dilatih

Bidan 1 Tidak ada

Page 182: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

164

Bidan 2 Ngak tidak ada

Kapus 1 Programnya pelatihan sewaktu

pre eleminasi dilakukan untuk

mendukung kegiatan di

lapangan berupa tanggung

jawab eee tuganya

Kapus 2 Tidak ada saat ini, mereka

sudah paham tuknis mereka

masing-masing

Kades 1 Tidak tahu

Kades 2 Tidak tahu

Kader 1 Dulu diberikan

Kader 2 Iya..itu dulu, sekarang tidak

ada lagi

Page 183: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

165

LAMPIRAN 3

DOKUMENTASI

Gambar 1. Wawancara Peneliti dengan Informan Penanggung Jawab P2P Dinas

Kesehatan P2P

Gambar 2.Wawancara Peneliti dengan Informan Kepala Desa Teluk Nibung

Page 184: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

166

Gambar 3. Wawancara Peneliti dengan Informan Kepala Puskesmas Pulau

Banyak

Page 185: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

167

Page 186: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

168

Page 187: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

169

Page 188: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

170

Page 189: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

171

Page 190: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

172

Page 191: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI ...repository.helvetia.ac.id/2535/6/AFRIADI 1602011239.pdf · EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

173