ETIKA SAINS
description
Transcript of ETIKA SAINS
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia, baik sebagai individu atau masyarakat, menyimpan segudang
dilema yang sangat menarik jika diperbincangkan. Banyak dimensi yang cukup
sulit untuk dipecahkan dalam misteri dari individu bernama manusia. Dilema-
dilema itu antara lain terkait masalah ketuhanan, jiwa/roh, kebebasan, dan lain
sebagainya.
Dalam menghadapi dilema-dilema tersebut, manusia akan berusaha
mencari jalan keluarnya. Dan dalam mencari jalan keluarnya, manusia harus
mematuhi berbagai norma, nilai, atau etika. Agar pemecahan tersebut tidak
mengalami kontroversi.
Begitu juga dalam hal penelitian ilmu pengetahuan, atau sains. Ada etika-
etika tertentu yang harus kita patuhi, agar ilmu yang kita teliti sesuai dengan
batas-batas yang telah ditentukan, serta dapat diterima orang lain.
Kegiatan-kegiatan bioteknologi modern telah banyak memberikan manfaat
bagi kemanusiaan. Satu contoh lagi di bidang kedokteran adalah: dengan teknik
biologi molekuler, telah dikembangkan analisis genetik untuk mendeteksi dini
penyakit-penyakit kelainan gen, sehingga dapat dilakukan pengobatan lebih awal;
ini merupakan perkembangan yang menjanjikan di bidang kedokteran/kesehatan.
Kemajuan ilmu pengetahuan menuntut diadakan eksperimen-eksperimen baru.
Tetapi apakah batas-batas etis untuk eksperimen semacam itu? Sampai di mana
hak-hak manusia yang terlibat dalam eksperimen harus dilindungi? Bagaimana
pun ilmu pengetahuan sebagai ciptaan manusia yang tidak akan lepas dari
tanggung jawab manusia itu sendiri ,Samsi Jacobalis (dalam I Made, 2013)
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian etika?
2. Apakah yang dimaksud Bioetika?
3. Bagaimana aplikasi etika dalam pengembangan ilmu dan teknolgi?
4. Bagaimana netralitas ilmu dan teknologi?
1
2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian etika
2. Untuk mengetahui yang dimaksud Bioetika
3. Untuk mengetahui aplikasi etika dalam pengembangan ilmu dan teknolgi
4. Untuk mengetahui netralitas ilmu dan teknologi
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian etika
Kata etika tidak hanya terdengar dalam ruang kuliah saja tetapi kalangan
intelektual pun sering disinggung tentang etika. Istilah “etika” pun berasal dari
bahasa Yunani kuno. Kata Yunani “ethos” dalam bentuk tunggal mempunyai
banyak arti: kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap cara berpikir. Dalam bentuk
jamak “ta etha” artinya: adat kebiasaan. Istilah etika yang oleh filsuf Yunani
besar Aristoteles 9384-322 SM) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral,
maka etika adalah ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat
kebiasaan, K.Bertens, (dalam I Made, 2013)
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta,
sejak 1953) “etika” dijelaskan sebagai: “ilmu pengetahuan tentang asas-asas
akhlak (moral). Jadi, kamus lama hanya mengenal satu arti yaitu etika sebagai
ilmu. Dalam Kamus Besar Bahasa yang baru (KBBI,edisi ke -1,1988, etika
dijelaskan dengan mendedakan tiga arti: “1) ilmu tentang apa yang baik dan apa
yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak); 2) kumpulan asas atau
nilai yang berkenaan dengan akhlak; 3) nilai mengenai benar dan salah yang
dianut suatu golongan atau masyarakat” K.Bertens, (dalam I Made, 2013).
Etika adalah cabang filsafat yang mengenakan refleksi dan metode pada
tugas manusia untuk menemukan nilai-nilai moral atau menerjemahkan nilai-nilai
itu ke dalam norma-norma (etika dasar) dan menerapkan nya pada situasi
kehidupan konkret Guido Maertens, (dalam I Made, 2013)
Etika merupakan nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi
pengangan untuk seseorang dalam mengatur tingkah laku. Moral hampir sama
dengan etika, sekalipun asalnya berbeda. Etika menjadi nilai dan norma
pengangan seseorang untuk mengatur tingkah lakunya, misalnya bahwa perbuatan
seseorang tidak bermoral dapat dimaksudkan bahwa kita menganggap perbuatan
orang itu melanggar nilai-nilai dan norma etis yang berlaku dalam masyarakat.
3
4
Untuk melengkapi pengertian tentang etika, perlu juga ditambahkan
tentang apa yang menurut Peter Singer (dalam I Made, 2013) sebenarnya bukan
etika
1. Etika bukan seperangkat larangan khusus yang hanya berhubungan dengan
perilaku seksual.
2. Etika bukan sistem yang ideal, luhur, dan baik dalam teori, namun tidak ada
gunanya dalam praktik.
3. Etika bukan suatu yang hanya dapat dimengerti dalam konteks agama. Ini
tentulah pemikiran sesular. Menurut ajaran agama, sesuatu yang secara
moral’baik’ adalah sesuatu yang disetujui dan disenangi Tuhan. Sedangkan
Singer berpendapat suatu perbuatan manusia adalah baik karena itu disetujui
Tuhan, bukan sebaliknya karena disetujui Tuhan perbuatan itu menjadi baik.
4. Etika bukan sesuatu yang relative atau subyektif,
B. Bioetika
Menurut M.de Wachter (dalam I Made, 2013)Berbicara mengenai bioetika
sungguh melebihi pembicaraan tradisional tentang perilaku dokter yang baik
terhadap orang sakit. Bahkan etika klinis tidak mencakup seluruh bioetika baru,
karena bioetika tidak hanya menyangkut pasien dan dokter, melainkan masyarakat
secara keseluruhan, khususnya mereka yang bertanggung jawab atas perencanaan
dan pelaksanaan pelayanan kesehatan.
Bioetik berasal dari bahasa Yunani; bios berarti hidup atau kehidupan, dan
ethike berarti ilmu atau studi tentang isu-isu etik yang timbul dalam praktek ilmu
biologi. Terdapat dua metode pengambilan keputusan etis yang sering dipakai
dalam bioetika. Yang pertama dikenal dengan nama “etika deontologis” yang
merupakan pengambilan keputusan dengan memulai pertanyaan” Apa yang harus
saya lakukan? Pendekatan kedua disebut “konsekuensialisme” yaitu baik
buruknya suatu perbuatan tidak ditetapkan atas dasar prinsip-prinsip, tetapi
dengan menyelidiki konsekuensi perbuatan. Etika situasi menjadi popular karena
karya Joseph Fletcher pertengahan 1960-an, minta agar kita memperhatikan
dengan serius implikasi-implikasi praktis dari pandangan etis kita.
Konsekuensialisme tidak cukuplah kita melakukan yang baik; mestinya kita tahu
5
juga perbuatan paling baik di antara semua perbuatan baik yang mungkin, Sajid
Darmadipura (dalam I Made, 2013)
Dr Abel memberikan defenisi bioetika adalah studi interdisipliner tentang
masalah-masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan
ilmu kedokteran, baik pada skala mikro maupun makro, serta tentang dampak atas
masyarakat luas dan sistem nilainya, kini dan di masa yang akan datang.
Sejak tahun 1970, bioetika mempelajari tingkah laku manusia dalam
lingkup ilmu pengetahuan yang terkait erat dengan kehidupan manusia. Salah
seorang yang menggunakan istilah bioetika dalam publikasi adalah peneliti kanker
Van Rensellaer Potter dalam bukunya “Bioethics, Bridge to the Future” yang
diterbitkan pada tahun 1971. Setelah buku tersebut terpublikasi banyak yang
menyusul publikasi tentang bioetika. Telah berdiri juga beberapa lembaga
pengkajian bioetika yang terkemuka di Amerika, Eropa, Jepang, dan tempat-
tempat lain. Hasting Center adalah institute di Hastings-on Hudson, Negara
bagian New York, yang untuk pertama kali meneliti masalah-masalah bioetika.
Juga di Indonesia sudah ada Komisi Bioetika Nasional sejak 17 September 2004.
Pada 1977 filsuf Amerika, Samuel Gorovitz, mendefenisikan bioetika adalah
penyelidikan kritis tentang dimensi-dimensi moral dari pengambilan keputusan
dalam konteks berkaitan dengan kesehatan dan dalam konteks yang melibatkan
ilmu-ilmu biologis, Sajid Darmadipura, (dalam I Made, 2013).
Bioetik dimengerti secara lebih luas dan tidak dipahami hanya sekedar
bioteknologi saja. Dan definisi ini berkisar secara kuat kepada pengertian dan isi
dari “martabat manusia“. Tema-tema yang dibahas oleh bioetika menjadi sangat
beragam. Beberapa di antaranya adalah: asistensi kesehatan, aborsi, teknologi
prokreasi, kloning, eutanasia, bunuh diri, hukuman mati, studi klinis manusia,
transplantasi organ, manipulasi gen manusia, AIDS, obat-obatan terlarang dan
ekologi. Dari masing-masing bidang ini, masih ada beberapa kajian khusus seperti
pengawetan sperma dan ovum serta embrio, Koesnandar, dkk (dalam I Made,
2013).
Institusi-institusi telah membahas masalah bioetika seperti transpalasi
organ tubuh, pembuahan in vitro, jantung buatan, abortus, penguasaan kelahiran,
alokasi sumber daya, rekayasa genetik, pengubahan perilaku, dan problem-
6
problem yang berkaitan dengan kematian. Karena bioetika menyelidiki dimensi
etis dari masalah-masalah teknologi, ilmu kedokteran, dan biologi, sejauh
diterapkan pada kehidupan, maka mau tidak mau cakupannya luas sekali (Thomas
Shannon, 1995:1). Ada sekurangnya tiga cara melihat bioetika:
1. Bioetika deskriptif ialah pengamatan dan penafsiran deskriptif cara orang
memandang kehidupan, interaksi moral dan tanggungjawab dengan
organisme hidup dalam kehidupan mereka.
2. Bioetika preskriptif memberitahu atau berusaha mengatakan pada orang lain
apa yang baik atau jelek secara etika, dan apa prinsip-pinsip yang paling
penting dalam membuat keputusan-keputusan seperti itu. Ini dapat juga
dikatakan bahwa seseorang atau sesuatu mempunyai hak, dan orang lain
mempunyai kewajiban terhadap hak ini.
3. Bioetika interaktif ialah diskusi dan debat mengenai butir 1 dan 2 di atas
antara orang, kelompok dalam masyarakat, dan komunitas.
Bioetika merupakan kajian tentang dimensi moral dari pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan kesehatan dan biologi (Samuel Garovitz, 1977).
F.J.E. Basterra (1994) menyatakan bioetika bukan hanya berurusan dengan
hubungan dokter-pasien dari sudut pandangan moral, tetapi juga ikut peduli
dengan profesi terkait, seperti kesehatan mental. Bioetika mencakup perhatian
pada riset biomedis dan riset tentang perilaku manusia, baik berhubungan dengan
Tujuan terapi maupun tidak. Studi bioetika mencakup secara luas isu-isu sosial
seperti kesehatan masyarakat, lingkungan kerja, dan demografi. International
Association of Bioethics: Bioetika adalah studi tentang isu-isu etis, social, hokum,
dan isu-isu lain yang timbul dalam pelayanan kesehatan dan ilmu-ilmu biologi
(Samsi Jacobalis, 2005:186).
Isu-isu yang berkembang dalam dunia kesehatan secara luas dan studi tentang
sosial, etika dan isu-isu yang timbul dalam ilmu–ilmu biologi. Isu-isu yang
bersangkutan dalam bidang bioetika diantaranya:
1. Teknologi
Hampir tak satu pun kehidupan kita yang tidak tersetentuh teknologi, tidak semua
teknologi mempunyai akibat-akibat baik ada juga akibat-akibat buruk. Teknologi
7
membawa manfaat untuk manusia, misalnya; computer telah menyajikan
kemampuan luar biasa untuk menghitung dan mengolah informasi, teknologi
kedokteran meningkatkan kemampuan mengadakan diagnosis yang tepat.
Teknologi yang bersifat negatif misalnya; senjata-senjata nuklir membawa kita
dekat dengan kehancuran.
2. Abortus
Kasus yang paling tajam menunjukkan masalah-masalah moral adalah
penggunaan abortus sebagai jalan keluar untuk kegagalan kontrasepsi. Abortus
dikaitkan dengan penghentian kehamilan secara sengaja, tidak secara langsung
berkaitan dengan perkembangan bioteknologi modern.
3. Transplantasi Organ
Transpalasi organ adalah wilayah dalam ilmu kedokteran modern, di mana telah
terjadi paling banyak perubahan radial dan perkembangan yang mengemparkan.
Yang menjadi beberapa masalah etis diantaranya Bagaimana transpalasi dapat
dibenarkan? Bagaimana memperoleh organ? Seleksi organ kehidupan itu berapa
harganya? Jantung buatan. Orang yang masih hidup memberikan organnya
kepada orang lain.
4. Rekayasa genetik
Rekayasa genetik dinaksudkan sejumlah besar kemungkinan yang kita miliki
untuk mencampuri kehidupan manusia-di samping aspek-aspek alam lainnya dan
mengubah menurut rencana dan keinginan kita. Hal tersebut menimbulkan banyak
masalah-masalah etis.
5. Euthanasia
Eutanasia dapat juga didefinisikan sebagai tindakan mengakhiri hidup seorang
individu secara tidak menyakitkan, ketika tindakan tersebut dapat dikatakan
sebagai bantuan untuk meringankan penderitaan dari individu yang akan
mengakhiri hidupnya (Parikesit, 2007). Pada saat ini banyak sekali
pertentangan terhadap praktek eutanasia. Ada pihak-pihak yang kontra
terutama dari kalangan pemuka agama yang menganggap bahwa tindakan
eutanasia merupakan upaya pembunuhan baik yang dilakukan secara terencana
8
ataupun tidak dan juga dipandang menyalahi aturan agama karena
mendahului kehendak Allah SWT. Tetapi tidak sedikit juga yang menjadi
kelompok yang pro akan tindakan eutanasia ini yang umumnya di anut
terutama oleh kebanyakan pasien atau orang yang memiliki penyakit atau
penderitaan yang tak berkesudahan dan kesempatan untuk sembuhnya tipis.
6. Hak pasien
Berkembangnya etika pelayanan kesehatan sebagai suatu bidang khusus dan
pencarian berbagai hak melalui pengadilan telah membantu untuk menetapkan
banyak hak dalam konteks pelayanan kesehatan. Hak-hak pasien diantaranya; hak
atas informasi, hak untuk menolak pengobatan, hak atas privasi, catatan medis di
Rumah Sakit dan lain-lain.
C. Aplikasi etika dalam pengembangan ilmu dan teknologi
Aplikasi etika dalam pengembangan ilmu dan teknologi sangat erat
kaitannya dengan kaidah-kaidah dasar bioetika, untuk membentengi diri agar
tidak gila teknologi.
1. Tindakan berbuat baik
Prinsip berbuat baik merupakan segi positif dari prinsip “tidak merugikan.
Kewajiban berbuat baik menuntut bahwa kita harus membantu orang lain dalam
memajukan kepentingan mereka, jika kita melakukannya tanpa resiko bagi diri
kita sendiri. Berbuat baik adalah cara untuk menjamin sikap timbale balik dalam
hubungan kita satu sama lain dan menyampaikan kepada orang lain apa yang kita
terima di masa lampau.
Proses dalam berbuat baik ada empat langkah. Pertama, orang yang harus
kita bantu mengalami bahaya besar atau resiko kehilangan sesuatu yang penting.
Kedua, saya sanggup melakukan sesuatu yang secara langsung menyumbang
untuk mencegah terjadinya kerugian atau kehilangan sesuatu. Ketiga, perbuatan
agaknya mencegah terjadinya kerugian. Keempat, manfaat yang diterima orang
sebagai akibat perbuatan. Sikap yang dapat dilakukan dalam berbuat baik, Agus
Purwadianto (dalam I Made, 2013):
9
a) Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk
kepentingan orang lain)
b) Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan
dokter
c) Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya
misalnya: Kewajiban menolong pasien gawat darurat, Menghargai hak-hak
pasien secara keseluruhan, Tidak menarik honorarium di luar kewajaran,
Memberikan obat berkhasiat namun murah
2. Tidak merugikan
Tidak merugikan merupakan suatu cara teknis untuk menyatakan bahwa
kita berkewajiban tidak mencelakakan orang lain, salah satu prinsip paling
tradisional dari etika kedokteran. Kewajiban untuk tidak merugikan seseorang
dengan sengaja atau secara langsung. Kewajiban untuk tidak merugikan akan
melarang mengebut di jalan ( Ibid:97). Sikap yang dapat dilakukan dalam tidak
merugikan, Agus Purwadianto (dalam I Made, 2013):
Menolong pasien emergensi :
a) Mengobati pasien yang luka
b) Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
c) Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
d) Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
e) Memberikan semangat hidup
f) Melindungi pasien dari serangan
3. Keadilan
Keadilan adalah pembagian manfaat dan beban, serta pembagian barang
dan jasa menurut standar yang adil. Akan tetapi, menentukan standar adil itu telah
merepotkan dan membingungkan orang sepanjang masa (Ibid:169). Keadilan non-
komparatif menentukan pembagian barang atau sumber dengan memakai standar
yang tak tergantung dari tuntutan orang lain. Disini terdapat suatu prinsip
pembagian atau perlakuan, bukan evaluasi terhadap keadaan khusus sebuah kasus
atau kebutuhan individu. Prinsip formal keadilan bersifat non-komparatif, sejauh
iya menetapkan suatu aturan untuk mengukur pembagian. Prinsip material
10
keadilan memfokuskan suatu cirri yang relevan atau suatu criteria yang bisa
menjadi dasar untuk mengadakan pembagian. Dengan demikian prinsip material
keadilan bersifat komparatif, sejauh menyangkut kebutuhan khusus dan atas dasar
itu menentukan apa yang harus dilakukan Thomas.S (dalam I Made, 2013).
Sikap yang dapat dilakukan dalam keadilan menurut Agus Purwadianto, (dalam I
Made, 2013) :
a) Memberlakukan sesuatu secara universal
b) Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
c) Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
d) Menghargai hak seseorang
e) Tidak melakukan penyalahgunaan
f) Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban,
sanksi) secara adil
g) Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan
kompeten
h) Tidak member beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
i) Tidak membedakan atas status sosial
4. Otonomi
Otonomi adalah suatu bentuk kebebasan bertindak, dimana seseorang
mengambil keputusan sesuai dengan rencana yang ditentukannya sendiri. Yang
pertama adalah kemampuan untuk mengambil keputusan tentang suatu rencana
bertindak. Orang harus mampu memeriksa alternative-alternatif yang ada dan
yang membedakannya. Kedua, orang harus mampu mewujudkan rencananya
menjadi kenyataan Thomas S (dalam I Made, 2013).
Walaupun otonomi itu penting dan memengang peranan kusial dalam
bioetika, kita harus tetap mengerti otonomi dalam konteks komunitas dan juga
tanggung jawab moral lain yang mungkin kita punya
Sikap yang dapat dilakukan dalam otonomi Agus Purwadianto (dalam I
Made, 2013)
a) Berterus terang
11
b) Menghargai privasi
c) Menjaga rahasia
d) Membiarkan seorang dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
e) Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non
emergensi
f) Tidak berbohong meskipun demi kebaikan pasien
g) Menjaga hubungan (kontrak)
D. Netralitas Ilmu Dan Teknologi
Wacana masalah netralisasi ilmu memang masih dalam perdebatan di
kalangan masyarakat. Tetapi pada hakikatnya ilmu itu mempunyai nilai Netral
(nol), dengan ilmu itu netral maka perkembangan ilmu pengetahuan bisa
berkembang. Sehingga tidak tercampuri dengan suatu hal yang dapat menjadikan
ilmu atau itu sendiri menjadi terhambat dalam perkembangannya.
Sedangkan netral itu sendiri ada berbagai pandangan yang pertama dalam
pandangan Ontologi, yakni masalah atau hakikat netral itu sendiri. Yang
mempunyai ruang lingkup tentang baik buruknya ilmu yang telah ada.
Kemudian dalam pandangan secara Epistimologi yaitu masalah bagaimana
mendapatkan ilmu itu. Dan untuk mendapatkanya apakah sesuai atau malah
menyimpang dari metode ilmiah.
Ketika seorang ahli jantung ingin meneliti tentang jantung manusia. Ada
suatu kendala apabila Dokter ini meneliti jantung selain jantung manusia seperti
jantung simpanse misalnya, tentu hasilnya berbeda apabila dokter itu
menggunakan jantung manusia itu. Tetapi masalahnya ada beberapa yang tidak
menyetujui hal ini, dikarenakan telah keluar dari rasa kemanusiaan. Padahal
tujuan awal agar data yang diperoleh valid dan lengkap, tetapi mereka salah
memandang hal tersebut.
Sedangkan yang terakhir adalah netarisasi dalam pandangan Aksiologi. ini
menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu itu sendiri. Seperti suatu hal yang
12
sangat disesalkan oleh Albert Einsten, karena penemuannya tentang nuklir.
Ternyata manusia sebagai pengkonsumsi dari hasil temuan ilmu itu telah
menyimpang atau menyalahi aturan yang ada. Padahal Einsten meneliti nuklir
bukan karena dia ingin menggunakannya sebagai bom/perusak, tetapi sebaliknya
yaitu untuk kemaslahatan manusia sendiri. Tetapi manusia sendirilah yang telah
salah menggunakan hasil pikiran Einstein itu.
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Etika adalah cabang filsafat yang mengenakan refleksi dan metode pada
tugas manusia untuk menemukan nilai-nilai moral atau menerjemahkan nilai-nilai
itu ke dalam norma-norma (etika dasar) dan menerapkan nya pada situasi
kehidupan konkret, Prof.Dr.Guido Maertens (dalam I Made, 2013).
Bioetika tidak untuk mencegah perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tetapi menyadarkan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai
batas-batas dan tanggung jawab terhadap manusia dan kemanusiaan. Banyak
ilmuwan yang secara ambisius akan mengembangkan teknologi biologi tingkat
tinggi namun tanpa memperhitungkan sebuah perkembangan sosial dan kultural
masyarakat. Teknologi bagaikan pisau bermata dua, karena teknologi berdampak
negatif dan positif.
Ada juga ilmuwan yang mengabaikan baik dan buruk yang menjadi tata
nilai masyarakat, karena mereka merasa bahwa ilmu pengetahuan tidak berada di
domain tersebut, Djati (dalam Lepiyanto, 2011).
B. SARAN
Dalam pengambilan keputusan melakukan percobaan untuk mengadopsi
temuan yang dapat dianggap paling bermanfaat dari beberapa aspek harus
memikirkan dampak negative dan positif disekitarnya. Rekomendasi Etika dan
Bioetika yaitu: Mulai dari diri sendiri dan lingkungan keluarga, saling
mengingatkan, kembangkan etika profesi.
13
14
DAFTAR PUSTAKA
Lepiyanto, Agil. 2011. Bioetika Membuka Wahana Dunia. (online).
https://duniagil.wordpress.com/2011/12/21/bioetika/
Murtopo, Herulono. 2014. Etika Dalam Sains. (online)
http://www.kompasiana.com/heroelonz/etika-adalah-
sains_552bae556ea834cc5f8b4567
Nuada, I Made. 2013. Filsafat dan Bioetika Pembelajaran Biologi. (online)
http://imadenuada.blogspot.co.id/2013/10/bioetika-cinta.html
Sri, Riana. 2013. Peran Etika Dalam Perkembangan Ilmu dan Teknologi. (online).
http://luckymbem.blogspot.co.id/2012/12/bioetika-adalah.html
Aulia, Auffa. 2018. Pentingnya Etika Dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan Dan Penerapannya Dalam Kehidupan. (online). https://aufaaulia.wordpress.com/pentingnya-etika-dalam-pengembangan-ilmu-pengetahuan-danpenerapannya-dalam-kehidupan/
14