EPILEPSI

download EPILEPSI

of 38

Transcript of EPILEPSI

EPILEPSI PADA ANAKPembimbing : dr. Riza M , SpA

Oleh : Gina Fadhilah 030.06.103

Anatomi Otak

DEFINISIlepas muatan listrik yang berlebihan di sel neuron otak

Fungsi sel neuron terganggu

Suatu kelainan otak yang ditandai oleh adanya faktor predisposisi yang dapat mencetuskan bangkitan epileptik, perubahan neurobiologis, kognitif, psikologis dan adanya konsekuensi sosial yang diakibatkannya (International League AgainstEpilepsy dan International Bureau for Epilepsy,2005)

E P I D E M I O LO G I Pada tahun 2000 epilepsi di seluruh dunia berjumlah 50 juta orang, 37 juta orang diantaranya adalah epilepsi primer, dan 80% tinggal di negara berkembang. Laporan WHO (2001) ratarata terdapat 8,2 orang penyandang epilepsi aktif diantara 1000 orang penduduk, dengan angka insidensi 50 per 100.000 penduduk. Angka prevalensi dan insidensi diperkirakan lebih tinggi di negara-negara berkembang.

Etiologi Dibagi atas dua kelompok : 1.Epilepsi Idiopatik - penyebab tidak diketahui - >50% dari penderita epilepsi anak - usia > 3 tahun 2.Epilepsi simptomatik - penyebab bervariasi

KLASIFIKASI

Kejang Parsial -Kejang parsial sederhana motor sensory autonomic psychic -Kejang Parsial Kompleks

Kejang Umum -absences typical atypical - tonic clonic -tonic -clonic -myoclonic -atonic

PATOFISIOLOGI

Idiopatik Infeksi Tumor Ischaemi Trauma Toksik Kelainan Genetik

Gangguan metabolisme potensial membran Perubahan permeabilitas membran sel neuron Ambang lepas muatan listrik Lepas muatan berlebihan Kejang

NEUROTRANSMITTER GABA inhibisiKejang disebabkan karena ada ketidakseimbangan antara pengaruh inhibisi dan eksitatori pada otak Ketidakseimbangan bisa terjadi karena : Kurangnya transmisi inhibitoriContoh: setelah pemberian antagonis GABA, atau selama penghentian pemberian agonis GABA (alkohol, benzodiazepin)

Meningkatnya aksi eksitatori meningkatnya aksi glutamat atau aspartat

Gejala KejangSisi Otak yang TerkenaLobus Frontalis Lobus Oksipitalis Lobus Parietalis Lobus Temporalis

GejalaKedutan pada otot tertentu Halusinasi kilauan cahaya Mati rasa / kesemutan pada bagian tubuh tertentu Halusinasi gambaran & perilaku repetitif yang kompleks, mis: berjalan berputarputar Gerakan mengunyah, gerakan bibir mencium Halusinasi bau, baik yang menyenangkan/tidak

Lobus Temporalis Anterior Lobus Temporalis Anterior sebelah dalam

KEJANG PARSIALKejang parsial disebabkan oleh adanya suatu lesi fokal yang terdapat dalam otak, tetapi pada sebagian besar pasien, penyebabnya masih belum diketahui (idiopatik). Kejang parsial di klasifikasikan berdasarkan ada atau tidaknya gangguan kesadaran.

KEJANG PARSIAL SEDERHANAMotorik Aktivitas motorik merupakan gejala sering terlihat Fokus epileptogen terletak di korteks motorik. Bangkitan kejang terdapat pada salah satu atau sebagian anggota badan tanpa disertai dengan hilang kesadaran. Gerakan bersifat tonik atau klonik yang melibatkan daerah wajah, leher dan ekstrimitas Penjalaran daerah berbatasan akan mengakibatkan terlibatnya bagianbagian tubuh secara berurutan, sering bermula di daerah distal, keadaan ini dikenal sebagai bangkitan jakson

Sensorik Bangkitan somatosensorik jarang dijumpai, dan berasal dari gyrus postsentralis. Bangkitan somatosensorik ditandai dengan sensasi abnormal, berupa rasa baal, rasa semutan, seperti ditusuk-tusuk di daerah yang terlibat Bangkitan somatosensorik biasanya melibatkan ibu jari, tangan atau muka Bila daerah proprioseptif terlibat akan dijumpai perasaan sikap yang abnormal pada anggota gerak atas atau bawah, kehilangan persepsi spatial dari ekstrimitas bangkitan somatosensorik dapat hanya terbatas, menjalar dan dapat menjadi bangkitan yang kompleks(parsial kompleks) atau menjadi kejang umum

Bangkitan sensoris khusus Bangkitan visual Bangkitan auditoar (pendengaran) Bangkitan penciuman Bangkitan pengecapan Autonom Bangkitan ini biasanya disertai oleh fenomena yang kompleks. Gejala autonom dapat dijumpai bersama bentuk kejang yang lain, perubahan denyut jantung, menjadi pucat, menjadi merah (flushing), perubahan ukuran pupil. Muntah, borborigmi, dan inkontinensia dapat sebagai komponen autonom.

KEJANG PARSIAL KOMPLEKS Kejang ini biasanya diawali dengan Kejang Parsial Sederhana dengan atau tanpa adanya aura, yang diikuti adanya perubahan kesadaran automatisme

KEJANG UMUMAbsences (petit mal)Petit mal dikenal juga sebagai absence murni. Bangkitannya berlangsung singkat, hanya beberapa detik (5-15 detik). Pada serangan epilepsy jenis ini terlihat hal berikut : 1. Penderita tiba-tiba berhenti melakukan apa saja yang sedang ia lakukan ( misalnya makan, bermain, berbicara) 2. Penderita memandang kosong (staring). Pada saat ini ia tidak bereaksi saat diajak berbicara atau bila dipanggil, karena ia tidak sadar. 3. Setelah beberapa detik penderita kemudian sadar dan meneruskan aktifitasnya.

TONIC CLONIC ( GRAND MAL )Grand mal merupakan jenis epilepsy yang paling sering dijumpai pada anak. Grand mal primer ditandai dengan hilang kesadaran dan bangkitan tonik-klonik penderita tidak mengingat atau tidak tahu adanya serangan sejak awal Aura Grandmal sekunder Bangkitan fokal atau bangkitan parsial (baik yang sederhana, maupun yang kompleks dapat berkembang menjadi bangkitan umum

Bangkitan dimulai dengan kehilangan kesadaran

Fase Tonic 60 detik sikap opistotonus epileptic cry sianosis Fase Klonik 40 detik Kejang berhenti penderita mengompol keluar busa dari mulut

Keadaan Stupor sampai Koma

4 5 menit kemudian penderita bangun

MIOCLONIC Bangkitan berupa gerakan involunter misalnya anggukan kepala, fleksi lengan yang terjadi berulang-ulang. Bangkitan terjadi demikian cepatnya sehingga sukar diketahui apakah ada kehilangan kesadaran atau tidak. Bangkitan ini sangat peka terhadap rangsang sensorik

ATONIC Epilepsi jenis ini biasanya dimulai antara umur2-5 tahun dan sering disertai retardasi mental.

Bangkitan berupa kehilangan sikap tubuh karena menurunnya tonus otot dengan tiba-tiba dan cepat sehingga penderita jatuh atau mencari pegangan dan kemudian dapat berdiri kembali. Bangkitan ini sering juga disebut drop attack

ANAMNESAPada orang tua ditanyakan pola keadaan : 1. Umur saat kejang pertama 2. Riwayat prenatal, kelahiran dan perkembangan 3. Riwayat penyakit dahulu 4. Riwayat pengobatan 5. Riwayat keluarga

Pada anak yang lebih besar dapat ditanyakan : Faktor yang mencetuskan serangan kejang Aura Perasaan atau pengalaman selama kejang Keadaan sesudah serangan Frekuensi kejang Keluhan-keluhan lain

PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan darah dan urin EEG, Rekaman video EEG Lumbal pungsi Pemeriksaan Radiologi CT-scan

PENATALAKSANAAN Non farmakologi: Amati faktor pemicu Menghindari faktor pemicu (jika ada), misalnya : stress, OR, konsumsi kopi atau alkohol, perubahan jadwal tidur, terlambat makan, dll.

Farmakologi : menggunakan obat-obat antiepilepsi

PRINSIP PENATALAKSANAAN1. Obat anti epilepsi (OAE) apabila diagnosis epilepsi sudah dipastikan, minimum 2 kali bangkitan dalam setahun. Berikan penjelasan mengenai tujuan pengobatan dan efek samping dari pengobatan tersebut. 2. Terapi dimulai dengan monoterapi 3. Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan dinaikan secara bertahap samapai dengan dosis efektif tercapai atau timbul efek samping obat. 4. Apabila dengan penggunakan OAE dosis maksimum tidak dapat mengontrol bangkitan, maka ditambahkan OAE kedua dimana bila sudah mencapai dosis terapi, maka OAE pertama dosisnya diturunkan secara perlahan. 5. Adapun penambahan OAE ketiga baru diberikan setelah terbukti bangkitan tidak terkontorl dengan pemberian OAE pertama dan kedua.

Pemilihan obat : Tergantung pada jenis epilepsinyaKejang Umum (generalized seizures) Kejang parsial Drug of choice Karbamazepin Fenitoin Valproat Lamotrigin Gabapentin Topiramat Tiagabin Primidon Fenobarbital Tonic-clonic Valproat Karbamazepin Fenitoin Lamotrigin Topiramat Primidon Fenobarbital Abscense Etosuksimid Valproat Myoclonic, atonic Valproat

Alternatives

Clonazepam Lamotrigin

Klonazepam Lamotrigin Topiramat Felbamat

ALGORITMA TATALAKSANA EPILEPSI

Diagnosa positifMulai pengobatan dg satu AED Pilih berdasar klasifikasi kejang dan efek samping

YaEfek samping dapat ditoleransi ? Ya Tidak Turunkan dosis

Sembuh ?

TidakEfek samping dapat ditoleransi ? Ya Tidak Turunkan dosis Tambah AED 2

Kualitas hidup optimal ?YaLanjutkan

Tingkatkan dosis

Tidak

Pertimbangkan, Atasi dg tepat

Sembuh?Hentikan AED1 Tetap gunakan AED2 Ya Tidak

terapi lanjut

lanjut

lanjutanLanjutkan Tidak sembuh

terapi Efek samping dapat ditoleransi ? Tidak kambuh Selama > 2 th ? ya tidak Tidak Ya

Hentikan AED yang tdk Tingkatkan dosis efektif, AED2, cek interaksi, Tambahkan AED2 yang lain Cek kepatuhan Sembuh ? Y a Lanjutkan terapi TidakRekonfirmasi diagnosis, Pertimbangkan pembedahan Atau AED lain

Hentikan Kembali ke pengobatan Assesment awal

PROGNOSIS Tergantung penyebab kejang btk klinis kejang gambaran EEG

TINDAK LANJUT * Pemeriksaan EEG berkala * Pemantauan tumbuh kembang

DAFTAR PUSTAKA

1. Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, Buku kuliah 2 ilmu kesehatan anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, 1985 2. Behrman, kliegman, Arvin. ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15, Volume 3. Jakarta. EGC, 2000. 3. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga,Jilid kedua. Penerbit Media Aesculapius fakultas kedokteran Universitas Indonesia,2000 4. Dwi Putro Widodo. Kejang demam apa yang perlu diwaspadai. Penanganan demam pada anak secara professional, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta, RCSM 2005 5. Sylvia AP. Patofisiologi Konsep Klinis Proses proses Penyakit Edisi ke-6 Vol.2. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran 6. Matondang C, Wahidiyat I, Sastroasmoro S. Diagnosis Fisis pada Anak. Edisi ke 2. Jakarta 7. Hay W, Hayward A, dkk. Current Pediatric Diagnosis and Treatment.19th Edition. McGrawHill, 2009 8. http://www.mayoclinic.com/health/seizure/DS00346/DSECTION Accessed on October 28th 2010 9. Kasim M.Sholeh, dkk.Buku Ajar Neonatologi, Jakarta.IDAI.2008. 10. Epilepsy - Clinical Features. Avaible in http://emedicine.medscape.com/article/215840-differential. Last modified March 2011.