Enzim Glukoamilase
-
Upload
chitta-putri-noviani -
Category
Documents
-
view
558 -
download
5
Transcript of Enzim Glukoamilase
![Page 1: Enzim Glukoamilase](https://reader038.fdocuments.net/reader038/viewer/2022110119/5572023d4979599169a3312f/html5/thumbnails/1.jpg)
ENZIM GLUKOAMILASE
Resume
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Pangan II
CHITTA PUTRI NOVIANI
109096000007
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012 M/1433 H
![Page 2: Enzim Glukoamilase](https://reader038.fdocuments.net/reader038/viewer/2022110119/5572023d4979599169a3312f/html5/thumbnails/2.jpg)
Glukoamilase / Amiloglukosidase
Enzim amilase adalah enzim yang berperan sebagai katalis untuk
memecah pati/starch menjadi gula. Amylase diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:
1. α – amylase
2. β – amylase
3. γ – amylase
Amiloglukosidase atau glukoamilase adalah enzim γ – amylase (EC.
3.2.1.3). jenis enzim ini bekerja paling efisien pada kondisi lingkungan yang
asam, dan memiliki pH optimal 3.
Nama lain dari enzim ini adalah Glucan 1,4-α-glucosidase, 1,4- α-D-
Glucan glucohydrolase, EC 3.2.1.3, Exoglucosidase.
Glukoamilase merupakan salah satu produk enzim komersial yang
jumlahnya mewakili 25-33% dari total pasar enzim di dunia, atau secara tepatnya
menempati posisi kedua setelah enzim protease (Nguyen et al., 2002).
Menurut Sauer et al. (2000), secara umum enzim glukoamilase dapat
didefinisikan sebagai enzim yang termasuk dalam kelas hidrolase, yang
membebaskan β – glukosa dari pati nonpereduksi ataupun poli- dan oligosakarida
lain. Enzim glukoamilase termasuk dalam kelas hidrolase, yang artinya jenis
reaksi yang dikatalisa adalah reaksi hidrolisis.
Enzim ini termasuk ke dalam enzim eksoamilase yang menghidrolisa
ikatan α – 1,4 secara berurutan dari ujung nonreduksi rantai amilosa, amilopektin,
dan glikogen dengan melepaskan glukosa (Fogarty dan Kelly, 1979). Norman
(1980) menambahkan, enzim glukoamilase berbeda dengan enzim β – amylase,
karena enzim ini juga dapat menghidrolisis ikatan α – 1,6- glikosidik meskipun
berjalan lambat. Bahkan Pazur et al. (1962) menambahkan lebih lanjut selain
dapat menghidrolisis α – 1,6- glikosidik, juga dapat menghidrolisis α – 1,3-
glikosidik dengan reaksi yang berjalan lambat juga. Oleh karena itu enzim ini
dapat mengkonversi seluruh pati menjadi glukosa.
Enzim glukoamilase yang sangat penting di industri pengolahan pati,
terutama produksi kristal glukosa dan high fructose syrup (HFS). Glukoamilase
adalah enzim yang diperoleh dari beberapa kapang Aspergillus atau Rhizopus
![Page 3: Enzim Glukoamilase](https://reader038.fdocuments.net/reader038/viewer/2022110119/5572023d4979599169a3312f/html5/thumbnails/3.jpg)
(Pandey et al., 1994). Aspergillus oryzae adalah salah satu jenis kapang yang
sangat penting peranannya dalam industri makanan seperti sake, kecap dan
sebagai penghasil hidrolitik enzim seperti α – amylase, glukoamilase dan
proteinase. Dalam industri sake, glukoamilase sangat penting keberadaannya dan
tingkat keberhasilan fermentasinya sangat bergantung pada aktivitas glukoamilase
(Nukowaka dalam Dae-Hee Ee et al., 1995)
Walaupun menunjukkan aktivitas transglukosidase, glukoamilase yang
berasal dari Aspergillus bersifat lebih termostabil daripada glukoamilase yang
berasal dari Rhizopus (Lonsane, 1992). Hal ini menyebabkan glukoamilase yang
berasal dari Aspergillus dapat bekerja pada suhu yang cukup tinggi sehingga
reaksi hidrolisis dapat berjalan dengan cepat. Menurut (Balasubramaniem, 2001)
dengan perbaikan galur secara tradisional dan optimasi proses fermentasi,
Aspergillus niger dapat memproduksi glukoamilase dalam jumlah yang cukup
tinggi (lebih dari 20 g glukoamilase/L). Kualitas dan kuantitas glukoamilase yang
dihasilkan oleh kapang-kapang dipengaruhi oleh metode pembiakan. Menurut
Alazard (1981), telah membandingkan aktivitas produksi glukoamilase oleh A.
niger dengan metode fermentasi padat (solid-state fermentation-SSF) tiga kali
lebih tinggi dibanding fermentasi terbenam (sub-merged fermentation-SmF).
James et al (1997) menjelaskan salah satu aplikasi enzim glukoamilase
dalam industri terutama dalam industri minuman, adalah memproduksi bir rendah
kalori. Tipikal enzim yang biasanya dipilih untuk digunakan oleh industri
makanan adalah enzim yang termostabil yang kebanyakan dihasilkan dari
fungsi/kapang. Muchtadi et al. (1992) menjelaskan sifat enzim biasanya akan
ditentukan oleh jenis mikroba yang dihasilkannya. Umumnya mikroba termofilik
akan menghasilkan enzim glukoamilase yang tahan panas, sementara mikroba
mesofilik umumnya akan menghasilkan enzim glukoamilase yang kurang tahan
panas. Sebenarnya terdapat beberapa teori mengenai ketahanan panas dari
glukoamilase, diantaranya Prasad et al. (1981) menyebutkan adanya factor
pelindung dalam sel sebagai penyebab. Rao et al. (1981) menjelaskan bahwa sifat
tahan panas disebabkan adanya protein hidrofilik yang tinggi dalam sel, selain
berhubungan erat juga dengan struktur karbohidrat dalam enzim.
![Page 4: Enzim Glukoamilase](https://reader038.fdocuments.net/reader038/viewer/2022110119/5572023d4979599169a3312f/html5/thumbnails/4.jpg)
Isolasi Enzim Glukoamilase
Enzim dapat diproduksi baik dalam bentuk kasar maupun enxim murni.
Biaya untuk memperoleh enzim kasar tentu saja lebih murah disbanding enzim
murni, karena itu industry biasanya menggunakan enzim kasar, sementara untuk
keperluan penelitian umumnya digunakan yang murni. (Muchtadi et al., 1992).
Roe (2001) menyebutkan lima kunci tahapan yang umunya diperlukan dalam
setiap proses pemurnian, yakni tahap pembuatan ekstrak sampel, dilanjutkan
pemisahan padatan, pengurangan air, penghilangan kontaminan, serta stabilisasi
produk akhir. Dalam proses pemurnian, jumlah awal bahan yang digunakan
menjadi dasar pertimbangan yang sangat penting agar rendemen yang dihasilkan
dapat sesuai dengan yang diinginkan meskipun telah melewati berbagai tahapan
proses. Jumlah bahan awal sebaiknya dibuat semaksimal mungkin sekaligus
mengusahakan minimalnya jumlah kontaminan yang mungkin muncul, agar tahap
pemurnian bisa berjalan sesederhana mungkin. Untuk bahan yang dihasilkan
dengan proses fermentasi, langkah tersebut dapat ditempuh dengan beberapa cara,
antara lain dengan seleksi galur, manipulasi genetic dan juga optimisasi pada
proses fermentasi.
Secara garis beras terdapat tiga tahap utama di dalam pemurnian protein,
yakni tahap pengendapan protein, pemisahan dengan kolom kromatografi, dan
metode elektroforesis serta tahap kristalisasi enzim (Muchtadi et al., 1992). Ho
(1990) memberikan alternative tahap pemurnian yang dapat dilakukan berdasar
analisa tahap pemurnian yang biasa dilakukan dalam penelitian. Tahapan
pemurnian yang dikemukakan ini meliputi beberapa bagian besar, yakni tahap
sintesis, isolasi dan konsentrasi sampel, tahap pemurnian kasar, termasuk
didalamnya absorpsi dan presipitasi, tahap pemurnian dengan resolusi tinggi,
termasuk kromatografi dan interaksi afinitas, tahap pengganti buffer, termasuk
filtrasi gel serta pengeringan sampel murni yang diperoleh.
![Page 5: Enzim Glukoamilase](https://reader038.fdocuments.net/reader038/viewer/2022110119/5572023d4979599169a3312f/html5/thumbnails/5.jpg)
Daftar Pustaka
Alazard, D. & Raimbault, M. 1981. Comparative Study of Amylolytic Enzymes Production by Aspergillus niger in Liquid and Solid State Cultivation. Eur. J. Appl. Microbiol. Biotechnol. 12:113-117.
Balasubramaniem, A. K., Nagarajan, K. V. & Paramasamy, G. 2001. Optimization of Media for -Fructofuranosidase Production by Aspergillus niger in Submerged and Solid State Fermentation. Process Biochemistry. 36:1241-1247.
Dae-Hee Ee, Uchiyama K, Nozaki H, Shimizu H and Shioya S. 1995. Maximum Glucoamylase Production by temperature-sensitive Mutant of Saccharomyces cerevisiae in Bath Culture. Annual report of ICBiotech 18, Osaka University, Osaka, Japan.
Fogarty WM and Kelly CT. 1979. Starch Degrading Enzymes of a Microbial Origin, Progres Industrial Microbiologi 15, 88-150.
Ho, S.V. 1990. Strategies for Large Scale Protein Purification. Di dalam protein Purification from Molecular Mechanisms to Large-scale Processes. Ladisch, M.R., R.C. Willson, C.C. Painton dan S.E. Builder (eds). American Chemical Society, Washington DC.
James, J.A., J.L. Berger dan B.H. Lee. 1997. Purification of Glucoamylase from Lactobacillus amylovorus ATCC 33621. Current Microbiology Vol.34: 186-191.
Lonsane, B. K. & Ghildyal, N. P.. Exoenzymes. In : Doelle, H. W., Mitchell, D. A. & Rolz, C. E. (eds). 1992. Solid Substrate Cultivation. London Elsevier Applied Science. p. 201.
Muchtadi, D., N.S. Palupi dan M. Astawan. 1992. Enzim dalam Industri Pangan. PAU-IPB, Bogor.
Nguyen, Q.D., J.M. Rezessy-Szabo. M. Claeyssens, I. Stals dan A. Hoschke. 2002. Purification and Characterization of Amylolytic Enzymes from Termophilic Fungus Thermomyces lanuginosus Strain ATCC 346.
Norman.1980. Di dalam Muchtadi, D., N.S. Palupi dan M. Astawan. 1992. Enzim dalam Industri Pangan. PAU-IPB, Bogor.
Pandey, A., Ashakumary, L., Selvakumar, P. & Vijayalakshmi. 1994. Influence of Water Activity on Growth and Activity of Aspergillus niger for
![Page 6: Enzim Glukoamilase](https://reader038.fdocuments.net/reader038/viewer/2022110119/5572023d4979599169a3312f/html5/thumbnails/6.jpg)
Glucoamylase Production in Solid-state Fermentation. World J. Microbiol. Technol. 10:485-486.
Pazur et al. 1962. Di dalam Muchtadi, D., N.S. Palupi dan M. Astawan. 1992. Enzim dalam Industri Pangan. PAU-IPB, Bogor.
Prasad dan Meheshari. 1981. Di dalam Muchtadi, D., N.S. Palupi dan M. Astawan. 1992. Enzim dalam Industri Pangan. PAU-IPB, Bogor.
Rao et al. 1981. Di dalam Muchtadi, D., N.S. Palupi dan M. Astawan. 1992. Enzim dalam Industri Pangan. PAU-IPB, Bogor.
Roe, S.D. 2001. Purification Strategy. Di dalam Protein purification Techniques. Second edition. Roe, S.D. (ed). Oxford University Press, UK.
Sauer J., B.W. Sigurskjold, U. Christensen., T.P. Frandsen, E. Mirgorodskaya, M. Harrison, P. Roepstorff dan B. Svensson. 2000. Glucoamylase:structure/fuction relationship, and protein engineering. Biochimica et Biophysica Acta Vol. 1543: 275-293.