Elza Prima - Hipertensi
description
Transcript of Elza Prima - Hipertensi
M A K A L A H K A S U SLABORATORIUM ILMU/UNIT PELAYANAN FARMASI
Hipertensi
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Madya
Oleh:
Elza Prima Prayoga
209.121.0009
KEPANITERAAN KLINIK MADYA
LABORATORIUM/UNIT PELAYANAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISMA/RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sholawat serta salam yang kami junjungkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita menuju jalan kebenaran sehingga
dalam penyelesaian tugas ini saya dapat memilah antara yang baik dan buruk. Saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak sehingga dalam penyusunan laporan
kasus ini dapat terselesaikan.
Makalah ini membahas tentang hipertensi, yaitu terkait status pasien, etiologi,
klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, dan manajemen
penatalaksanaannya.
Saya menyadari dalam makalah ini belum sempurna secara keseluruhan oleh
karena itu saya dengan tangan terbuka menerima masukan-masukan yang
membangun sehingga dapat membantu dalam penyempurnaan dan pengembangan
penyelesaian laporan selanjutnya.
Demikian pengantar ini saya buat, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua. Amin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Surakarta, 26 Desember 2014
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................. 1
KATA PENGANTAR............................................................................... 2
DAFTAR ISI ............................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi............................................................................................. 6
2.2 Epidemiologi.................................................................................... 7
2.3 Manifestasi Klinis............................................................................. 7
2.4 Pemeriksaan Penunjang.................................................................... 8
2.5 Diagnosis.......................................................................................... 8
2.6 Patofisiologi...................................................................................... 9
2.7 Kersakan Organ Target.................................................................... 10
2.8 Penatalaksanaan................................................................................ 11
BAB III ILUSTRASI KASUS................................................................ 13
BAB IV PEMBAHASAN OBAT........................................................... 19
BAB V PENUTUP................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 22
3
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam masyarakat barat, tekanan darah (TD) meningkat sesuai dengan umur
dan distribusi nilai TD ini dalam masyarakat merupakan variabel kontinyu dimana
rentang normal didefinisikan sebagai nilai ujung dan nilai yang lebih tinggi atau
keadaan hipertensi awal. Pentingnya batasan hipertensi muncul dari angka morbiditas
yang berhubungan dengan riwayat hipertensi yang tidak terkontrol. Pasien biasanya
menunjukan gejala dan diagnosis hipertensi selalu dihubungkan dengan
kecenderungan penggunaan obat seumur hidup dan implikasi berdasarkan analisis
risiko. Tekanan darah sangat sangat bervariasi tergantung pada keadaan, akan
meningkat saat aktivitas fisik, emosi, dan stres, dan turun selama tidur. Sebelum
dibuat diagnosis hipertensi diperlukan pengukuran berulang paling tidak pada tiga
kesempatan yang berbeda selama 4-6 minggu.
Pengukuran di rumah dapat dilakukan pasien dengan menggunakan
sfigmomanometer yang tepat sehingga menambah jumlah pengukuran untuk analisis.
Teknik pengukuran TD ambulatori 24 jam dikerjakan bila terdapat keraguan
diagnosis dan untuk menilai respon terhadap terapi, karena cara ini telah terbukti
mempunyai korelasi yang lebih tepat dengan kerusakan organ target (end organ)
dibanding perkiraan dokter dan merupakan alat bantu yang lebih baik untuk
meramalkan masalah kardiovaskuler. Hal-hal berikut sebagian besar berdasarkan
rekomendasi British Hypertension Society (1999).
Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa hal,
antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi
yang belum mendapatkan pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan
darahnya belum mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang
dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
Dari kelompok penyakit kardiovaskuler hipertensi paling banyak ditemui.
Antara 10-15% orang dewasa menderita kelainan ini. Penting sekali untuk dokter
mencoba mengenali dan mengobati penderita-penderita hipertensi pada masyarakat.
4
Selama ini dikenal dua jenis hipertensi yaitu : 1) hipertensi primer (esensial),
penyebabnya tidak diketahui, dan mencakup ±90% dari kasus hipertensi; 2) hipertensi
sekunder, penyebabnya diketahui dan ini menyangkut ±10% dari kasus-kasus
hipertensi.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita
yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi
140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah satu faktor risiko untuk stroke,
serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan penyebab
utama gagal jantung kronis.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih
tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah
diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari
120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi,
biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya
terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga
kali dalam jangka beberapa minggu.
Hipertensi yang tidak diketahui didefinisikan sebagai hipertensi esensial, atau
lebih dikenal hipertensi primer, untuk membedakannya dengan hipertensi
sekunder bahwa hipertensi sekunder dengan sebab yang diketahui. Menurut The
Seventh Report Of The Joint Committe on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang
dewasa terbagi menjadi kelompok Normotensi, Prahipertensi, Hipertensi Derajat
I, Hipertensi derajat II.
Klas.Tekanan Darah TDS (mmHG) TDD (mmHg)
6
Normal
Prahipertensi
Hipertensi Stage I
Hipertensi Stage II
<120
120-139
140-159
≥160
<80
80-89
90-99
≥100
2.2 Epidemiologi
Data epidemiologi menunjukkan bahwa dengan meningkatnya populasi lanjut
usia, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga, dimana
hipertensi sistolik maupun hipertensi sistolik diastolik sering timbul pada usia >60
tahun. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000,insiden hipertensi pada
orang dewasa adalah sekitar 29-31% yang berarti terdapat 58-65 juta orang
hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHANES III
tahun 1989-1991.Hipertensi esensial sendiri merupakan 95% dari seluruh kasus
hipertensi.
2.3 Manifestasi Klinis
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila
demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak,
atau jantung. Gejala lain yang lebih sering ditemukan adalah sakit kepala,
epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata
berkunang –kunang dan pusing
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala
yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah
kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi,
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
7
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
berikut:
sakit kepala
kelelahan
mual
muntah
sesak nafas
gelisah
pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati
hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi
bertujuan untuk menentukkan adanya kerusakan organ dan faktor lain atau
mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer
lengkap, kimia darah (kalium , natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol
total, kolesterol HDL, kolesterol LDL) dan EKG. Sebagai tambahan dapat
dilakukan pemeriksaan yang lain seperti klirens kreatinin, protein urin 24 jam,
asam urat, kolesterol HDL,dan EKG.
2.5 Diagnosis
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran,
hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan
yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis.
Pengukuran pertama harus dikonfirmasikan pada sedikitnya 2 kunjungan lagi
dalam waktu satu sampai beberapa minggu. Pengukuran tekanan darah dilakukan
8
dalam keadaan pasien duduk bersandar, setelah pasien beristirahat selama 5
menit, dengan ukuran pembungkus lengan yang sesuai.
Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lamanya
menderita, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan dengan penyakit
jantung koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskuler dll. Apakah terdapat
riwayat penyakit dalam keluarga dan gejala-gejala yang berkaitan dengan
penyebab hipertensi, perubahan aktivitas/ kebiasaan merokok, konsumsi
makanan, riwayat obat-obatan bebas, faktor lingkungan, pekerjaan, psikososial
dsb.
2.6 Patogenesis
Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama
karena interaksi antara faktor-faktor risisko tertentu. Faktor- faktor risiko yang
mendorong timbulnya kenaikan darah tersebut adalah :
1. faktor risiko, seperti : diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas,
merokok, genetik
2. sistem syaraf simpatis
a. tonus simpatis
b. variasi diurnal
3. keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi : endotel
pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos
dan interstitium juga memberikan kontribusi akhir.
4. pengaruh sistem endokrin setempat yang berperan pada system renin,
angiotensin, dan aldosteron.
Kaplan menggambarkan beberapa faktor yang berperan dalam
pengendalian tekanan darah yang mempengaruhi Tekanan Darah = Curah
Jantung x Tekanan Perifer.14
2.7 Kerusakan Organ Target
9
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum ditemui pada
pasien hipertensi adalah :
1. jantung
a. hipertrofi ventrikel kiri
b. angina atau infark miokardium
c. gagal jantung
2. otak
strok atau transient ischemic attack
3. penyakit ginjal kronis
4. penyakit arteri perifer
5. retinopati
Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ
tersebut dapat melalui akibat langsung dari tekanan darah pada organ, atau
karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor
AT1 angiotensin II, stres oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide
synthase, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam
dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ
target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi
transforming growth factor-β (TGF-β).14
Pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya kerusakan organ target meliputi:
1. jantung
a. pemeriksaan fisik
b. foto polos dada(untuk melihat pembesaran jantung, kondisi arteri
intratoraks dan sirkulasi pulmoner)
2. pembuluh darah
a. pemeriksaan fisik termasuk perhitungan pulse pressure
b. USG karotis
c. Fungsi endotel (masih dalampenelitian)
3. otak
10
a. pemeriksaan neurologis
b. diagnosis stroke ditegakkan dengan menggunakan cranial computed
tomography (CT) scan atau magnetic resonance imaging (MRI) (untuk
pasien dengan keluhan gangguan neural, kehilangan memori atau
gangguan kognitif)
4. mata
funduskopi
5. fungsi ginjal
a. pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria/mikro-
makroalbuminuria serta rasio albumin kreatinin urin
b. perkiraan laju filtrasi glomerolus, yang untuk pasien dalam kondisi
stabil dapat diperkirakan dengan menggunakan modifikasi rumus dari
Cockroft-Gault sesuai dengan anjuran National Kidney Foundation
(NKF).14
2.8 Pengobatan
Tujuan pengobatan pada pasien hipertensi adalah :
a. target tekanan darah <140/90 mmHg, untuk individu beresiko tinggi
(diabetes,gagal ginjal proteinuri)<130/80 mmHg
b. penurunan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskuler
c. mengahambat laju penyakit ginjal proteinuri
Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan terapi
farmakologis. Terapi nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien
hipertensi dengan tujuan untuk menurunkan tekanan darah dan mengendalikan
faktor-faktor resiko, serta penyakit penyerta lainnya.Adapun terapi
nonfarmakologis sbb:
a. menghentikkan merokok
b. menurunkan berata badan yang berlebihan
c. menurunkan konsumsi alkohol yang berlebihan
d. latihan fisik
11
e. menurunkan asupan garam
f. meningkatkan konsumsi buah dan sayur
g. menurunkan asupan lemak
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang
dianjurkan oelh JNC 7 adalah :
a. diuretika, terutaman jenis thiazid atau aldosterone antagonist
b. beta bloker (BB)
c. Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist
d. Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACE Inhibitor)
e. Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/blocker (ARB)
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap dan
target tekanan darah dicapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan
untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang dan yang
memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari. Jika terapi dimulai
dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian tekanan darah
belum mancapai target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatakan dosis
obat tersebut atau berpindah ke antihipertensi yang lain dengan dosis rendah baik
tunggal maupun kombinasi. Kombinasi yang terbukti dapat ditolerir pasien adalah
: diuretika dan ACEI atau ARB, CCB dan BB, CCB dan atau ARB, CCB dan
diuretika, ARB dan BB,kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat.
BAB III
12
ILUSTRASI KASUS
3.1 ANAMNESA
1. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. Z
Umur : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pekerjaan : buruh pabrik
Alamat : Kebakkramat
No. CM : 01005325
Tanggal Masuk : 24 Desember 2014
2. Keluhan Utama : Kepala cekot-cekot
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
± 2 hari SMRS, pasien mengeluh sakit di kepala, sakit dirasakan
seperti dipukul-pukul dan kepala terasa berat yang hilang timbul, muncul
terutama saat pasien kelelahan, sakit kepala semakin memberat dengan
aktivitas dan berkurang dengan istirahat, sesak nafas tidak ada, mata kabur
tidak ada, mata bengkak tidak ada.
Pasien mengeluh sering kaku di tengkuk sejak ± 1 bulan SMRS, yang
hilang timbul, terasa memberat saat pasien kelelahan, kemudian pasien
berobat ke puskesmas, oleh dokter, pasien didiagnosa sakit tekanan darah
tinggi dan diberi obat oleh dokter, pasien tidak tahu namanya, setelah itu
keluhan dirasakan berkurang. Saat obat habis keluhan muncul lagi, tapi pasien
tidak memeriksakan diri lagi ke dokter.
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
a. Riwayat sakit tekanan darah tinggi : (+) sejak 1 bulan SMRS, tidak rutin
kontrol
b. Riwayat sakit jantung : disangkal
13
c. Riwayat stroke : disangkal
d. Riwayat asma : disangkal
e. Riwayat batuk lama : disangkal
f. Riwayat sakit liver : disangkal
g. Riwayat alergi : disangkal
h. Riwayat mondok : disangkal
5. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat merokok : disangkal
b. Riwayat minum jamu : disangkal
c. Riwayat minum obat pegal linu : disangkal
d. Riwayat minum minuman keras : disangkal
e. Riwayat olah raga teratur : disangkal
6. Riwayat Penyakit pada Anggota Keluarga
b. Riwayat sakit gula : disangkal
c. Riwayat tekanan darah tinggi : (+)
d. Riwayat sakit gula : disangkal
e. Riwayat asma : disangkal
f. Riwayat alergi : disangkal
g. Riwayat batuk lama : disangkal
7. Riwayat Gizi
Sebelum sakit pasien makan teratur 3 kali sehari, tidak pernah telat,
sebanyak masing-masing 1 piring nasi, sayur-sayuran dengan lauk pauk tahu
dan tempe, daging kadang-kadang. Dalam sehari penderita minum kurang
lebih 2-3 liter. Nafsu makan pasien tidak menurun.
8. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang janda pensiunan PNS. Pasien mempunyai 3 orang
anak kandung, 1 diantaranya sudah bekerja. Sehari – hari pasien tidur di
rumah salah satu anaknya yang sudah bekerja. Pasien adalah pedagang
pakaian di Pasar Klewer.
14
3.2 PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum Sakit sedang, compos mentis, gizi kesan cukup
Tanda Vital
Status Gizi
Tensi : 170/100 mmHg
Nadi : 108 x/ menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
Heart rate : 108 x/ menit, irama reguler
Frekuensi Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36.8 0C
BB 50 kg
TB 159 cm
BMI 50 / (1,59)2 = 19,79 kg/m2 kesan normoweigh.
C. Kulit Warna coklat, turgor menurun (-), hiperpigmentasi (-),
kering (-), teleangiektasis (-), petechie (-), ikterik (-),
ekimosis (-), pucat (-)
D. Kepala Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, uban
(-), mudah rontok (-), luka (-)
E. Mata Mata cekung (-/-), konjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik
(-/-), perdarahan subkonjugtiva (-/-), pupil isokor dengan
diameter (3 mm/3 mm), reflek cahaya (+/+), edema
palpebra (-/-), strabismus (-/-)
F. Telinga Membran timpani intak, sekret (-), darah (-), nyeri tekan
mastoid (-), nyeri tekan tragus (-)
G. Hidung Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), fungsi
penghidu baik
H. Mulut Sianosis (-), gusi berdarah (-), gigi tanggal (+), bibir
kering (-), pucat (-), lidah tifoid (-), papil lidah atrofi (-),
stomatitis (-), luka pada sudut bibir (-)
I. Leher JVP R+2cm (tidak meningkat), trakea di tengah, simetris,
pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran limfonodi
cervical (-), leher kaku (-), distensi vena-vena leher (-)
15
J. Thorax Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada kanan =
kiri, retraksi intercostal (-), spider nevi (-), pernafasan
torakoabdominal, sela iga melebar (-), pembesaran KGB
axilla (-/-)
Jantung :
Inspeksi Iktus kordis tidak tampak
Palpasi Iktus kordis teraba di SIC V 1 cm medial linea
medioclavicularis
Iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi Batas jantung kanan atas : SIC II linea sternalis dextra
Batas jantung kanan bawah : SIC IV linea parasternalis
dekstra
Batas jantung kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Batas jantung kiri bawah : SIC V 1 cm medial linea
medioklavicularis sinistra
Pinggang jantung : SIC II-III parasternalis sinistra
→ konfigurasi jantung kesan tidak melebar
Auskultasi HR : 108 kali/menit reguler. Bunyi jantung I-II murni,
intensitas normal, reguler, bising (-), gallop (-). Bunyi
jantung I > Bunyi jantung II, di SIC V 1 cm medial linea
medioklavikula sinistra dan SIC IV linea parasternal
sinistra. Bunyi jantung II > Bunyi jantung I di SIC II linea
parasternal dextra et sinistra.
Pulmo :
Inspeksi Normochest, simetris, sela iga melebar (-), iga mendatar
(-). Pengembangan dada kanan = kiri, sela iga melebar,
retraksi intercostal (-)
Palpasi Simetris. Pergerakan dada ka = ki, peranjakan dada ka = ki,
fremitus raba kanan = kiri
Perkusi Sonor / Sonor
16
Auskultasi Suara dasar vesikuler intensitas normal, suara tambahan
wheezing (-/-), ronchi basah kasar (-/-), ronchi basah halus
basal paru (-/-), krepitasi (-/-)
K. Punggung kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok
kostovertebra (-),
L. Abdomen :
Inspeksi Dinding perut sejajar dari dinding thorak, distended (-),
venektasi (-), sikatrik (-), stria (-), caput medusae (-)
Auscultasi Peristaltik (+) normal
Perkusi Timpani, pekak alih (-)
Palpasi Supel, nyeri tekan (-). Hepar tidak teraba. Lien tidak teraba.
M Genitourinaria Ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-)
N. Ekstremitas Kuku pucat (-), spoon nail (-)
Akral dingin Odem
_ _
_ _
_ _
_ _
3.3 DIAGNOSIS
HIPERTENSI STAGE II
3.4 TUJUAN PENGOBATAN
1 menurunkan tekanan darah tanpa memperberat penyakit penyerta.
2. menghilangkan rasa sakit yang timbul akibat peningkatan tekanan darah.
3. mengurangi rasa kesemutan
4. modifikasi gaya hidup
3.5 PENGOBATAN
1. Nonmedikamentosa
a. menghindari merokok dan perokok
17
d. latihan fisik
e. menurunkan asupan garam
f. meningkatkan konsumsi buah dan sayur
g. menurunkan asupan lemak
2. Medikamentosa
R/ HCT tab mg 25 No.XIV
S 1 dd tab 1 mane
R/ Captopril tab mg 12.5 No.XXVIII
S 2 dd tab 1 ac
Pro: Tn.Z (50 tahun)
18
BAB IV
PEMBAHASAN OBAT
Hipertensi Stage II pada kasus ini ditegakkan atas dasar tekanan darah pasien
yang mencapai 170/100 mmHg. Untuk terapi medikamentosa berdasarkan algoritme
pengobatan Hipertensi :
Modifikasi gaya hidup
Belum mencapai target (< 140/90 mmHg) atau
dengan DM dan CKD (<130/80 mmHg)
Pilihan obat awalan
Tanpa penyakit penyerta Dengan penyakit penyerta
HT Stage I terutama thiazid. Boleh ACE inhibitor, AIRA, ARB, β Blocker, Ca antagonis, atau kombinasi
HT Stage II2 kombinasi obat atau
lebih ( tiazid + ACE
inhibitor/AIRA/β
Blocker, Ca antagonis)
Obat untuk penyakit penyerta, gunakan OAH lain (diuretic, ACE inhibitor, ARB, β Blocker, atau CCB) yang diperlukan
Tidak mencapai target
Optimalkan dosis atau tambah obat lain
19
Pada kasus diatas diberikan obat: kombinasi Hidroklorotiazid + Captopril.
Hidroklorotiazid merupakan salah satu golongan obat diuretik dengan proses
pengeluaran cairan tubuh via urine. Obat ini mampu menurunkan tekanan darah
karena dapat menurunkan volume darah, aliran balik vena, dan curah jantung.
Diberikan 1x/hari pada pagi hari. Captopril merupakan obat antihipertensi golongan
ACE inhibitor yaitu dengan menurunkan Angiotensin II yang merupakan
vasokonstriktor dalam sirkulasi. Diberikan pada saat perut kosong yaitu 1 jam
sebelum makan atau 2 jam sesudah makan. Bat diminum 2x/hari. Pemberian
kombinasi obat ini dengan diuretic atau antihipertensi lainnya akan meningkatkan
efek hipotensi.
Terapi medikamentosa untuk hipertensi stage II pada kasus ini menggunakan
Hidrochlorothiazide Tablet 25 mg 1 kali sehari sebagai terapi initial karena
Hidrochlorothiazide termasuk golongan diuretik yang dapat meningkatkan
pengeluaran garam dan air oleh ginjal sehingga volume darah dan tekanan darah juga
menurun, selain itu diperkirakan juga berpengaruh langsung terhadap dinding
pembuluh darah, yaitu berupa penurunan Na, yang membuat dinding lebih kebal
terhadap noradrenalin, efek hipotensinya relatif ringan dan termasuk obat hipertensi
pilihan utama. Sebagai terapi tahap kedua dengan Captopril Tablet 12,5 mg 2 kali
sehari, obat ini termasuk ACE inhibitor yang mempunyai efek menghambat
pembentukan AT II sehigga terjadi vasodilatasi, berkurangnya retensi garam dan air.
20
BAB V
KESIMPULAN
Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan terapi
farmakologis. Adapun terapi nonfarmakologis antara lain: menghentikkan
merokok, menurunkan berata badan yang berlebihan, menurunkan konsumsi
alkohol yang berlebihan, latihan fisik, menurunkan asupan garam, meningkatkan
konsumsi buah dan sayur, dan menurunkan asupan lemak. Sedangkan jenis-jenis
obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan oelh
JNC 7 adalah : golongan diuretika, terutaman jenis thiazid atau aldosterone
antagonist; beta bloker (BB); Calcium Channel Blocker atau Calcium
Antagonist; Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACE Inhibitor); dan
Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/blocker (ARB)
21
DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, et al, eds. Kapita Selekta
Kedokteran, edisi 3, jilid I. Jakarta: Penerbit Media Aesculapius, 2001; 518-
522
Ganiswara, G. Sulistia. 1995. Farmakologi dan Terapi, edisi 4. Jakarta : Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Supandiman, I., Fadjari, H. 2006. Anemia pada Penyakit Kronik. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Pp: 651-652
Yogiantoro, M. Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simardibrata K. M., Setiati,
S. 2006. Hipertensi Esensial. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid I.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Pp: 610-614
22