Ekreg ho-6- disparitas new 241011
-
Upload
catur-purnomo -
Category
Documents
-
view
726 -
download
3
description
Transcript of Ekreg ho-6- disparitas new 241011
KETIDAKMERATAAN (DISPARITAS) REGIONAL
PROGRAM PASCA SARJANA ILMU EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA
19 Oktober 2011
Penyebab Disparitas Pendapatan Regional
• Kuznets (1955) postulated that income inequality in a region is related to the region’s level of economic development. As a region develops, income inequality will increase as income becomes concentrated in the hands of owner/capitalists.
• Amos (1988) extended Kuznet, who suggested that at some threshold level of development, income begins to be more widely distributed to other members of society, leading to a decrease in income inequality as development progresses.
• Kuznets hypothesis implies that for a developed economy, the coefficient on the per capita income term will be negative. However, if the most advanced economies begin to experience forces that increase income inequality, the coefficient of per capita income squared will be positive.
Pendapatan perkapita riil dan disparitas sebagai fungsi dari waktu
Pendapatan per kapita riil Index disparitas
Waktu WaktuPendapatan
Hipotesis U Terbalik Kuznets
General Entropy dan Ketidakmerataan
• Semua pengukuran tentang ketidakmerataan (inequality) bertolak dari konsep General Entropy (GE).
• Syarat dalam GE yang harus dipenuhi untuk mengukur ketidak merataan adalah:
• Mean independence if all incomes were doubled, the measure would not change.
• Population size independence If the population were to change, the measure of inequality should not change, ceteris paribus.
• Symmetry If you and I swap incomes, there should be no change in the measure of inequality.
• Pigou-Dalton Transfer sensitivity the transfer of income from rich to poor reduces measured inequality
• Decomposability inequality may be broken down by population groups or income sources or in other dimensions
Generalized Entropy dan Ketidakmerataan Regional
• Indeks Gini memenuhi empat syarat pertama, namun dekomposisi unsur dalam koefisien Gini sulit dilakukan. Koefisien Gini bertolak dari konsep GE, namun terbatas hanya pada ketidakmerataan individu.
• Untuk konteks regional, perlu dilakukan pengukuran dengan metode lain seperti Index Covariance (Indeks Williamson), Indeks Spesialisasi, Indeks Entropy, Theil inequality (memenuhi seluruh asumsi dalam pengukuran inequality), dan metode lainnya
• Dimana, y adalah income rata-rata. Nilai GE berkisar 0 - ∞. Nilai 0 menunjukkan distribusi merata, makin tinggi GE, makin tinggi ketidakmerataan
• Parameter α pada GE menggambarkan bobot perbedaan tiap kelompok dari distribusi pendapatan.
• Jika nilai α rendah maka GE akan sensitif terhadap perubahan yang terjadi pada kelompok bawah dari distribusi . Demikian juga jika bobot alfa tinggi, akan sentitif terhadap perubahan pada kelompok teratas dari distribusi. Umumnya α berkisar 0-1
Relevansi Pengukuran Ketidakmerataan
• Pengukuran inequality antara digunakan untuk menjawab pertanyaan apakah misalnya desentralisasi fiskal membuat income per kapita tiap daerah semakin konvergen, cenderung lebih merata, dsb.
• Secara konseptual, melalui desentralisasi fiskal, pemberian wewenang fiskal kepada daerah seharusnya dapat mendorong pemanfaatan sumber daya daerah secara oprimal
• Desentralisasi fiskal mempunyai efek regresif, yang tidak dimiliki ketika peranan Pemerintah Pusat terlalu besar sehingga daerah tidak leluasa bergerak
• Tak terbatas pada aspek desentralisasi fiskal, misalnya apakah faktor pendidikan atau pembangunan infrastruktur di berbagai daerah ikut mendorong pertumbuhan atau pembangunan ekonomi daerah yang lebih merata
Regional disparities and Fiscal Decentralization
Sumber: Ezcurra dan P. Pascual 2008)
Koefisien Gini• Misalkan kita mempuyai 250 juta (100%) penduduk yang
terbagi menurut kelompok pendapatan, mulai 40% kelompok pendapatan paling rendah, 40% berpendapatan menengah, dan 20% berpendapatan paling tinggi.
• Jika masing-masing kelompok mempunyai income yang sama, misalnya 40% penduduk berpendidikan paling rendah, bersama dengan 40% berpendidikan menengah dan 20% berpendikan tinggi mempunyai income yang sama, maka koefisien Gini sama dengan 0 kurva Lorenz berhimpit dengan garis diagonal.
• Secara ekstrim jika income masing kelompok berbeda sangat tinggi , misalnya hanya bagian kecil dari kelompok 20% berpendidikan tinggi yang menikmati 100% income, maka koefisien gini sama dengan 1 kurva Lorenz membentuk segitiga berhimpit dengan garis horizontal dan vertikal, membentuk segitiga dengan garis diagonal
• Semakin kecil koefien Gini, luas bidang yang dibentuk kurva Lorenz dengan garis diagonal semakin kecil.
Koefisien Gini dan Kurva Lorenz
Secara discreet
Gini index as (half of) the average income difference for all pairs of individuals divided by the average income in society.
KOEFISIEN GINI PRAKTIS UNTUK ENERGI
dimana:
Xi = jumlah pelanggan listrik menurut kelompok i (persentase terhadap populasi pelanggan
Yi = Persentase konsumsi listrik menurut kelompok pelanggan, dengan Yi diurutkan dari konsumsi terendah ke tertinggi
)).((111
i
iiiie XXYYG
• Konsumsi listrik di Indonesia belum terdistribusi merata. Golongan menengah kaya (2200 VA - > 6600 VA) cenderung menggunakan listrik berlebihan, sementara golongan miskin (450 VA) belum mendapatkan listrik dengan cukup. Kemampuan golongan miskin baru sebatas untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti penerangan. Tarif listrik terlalu murah sehingga golongan menengah kaya cenderung menggunakan listrik tidak sesuai kebutuhan.
• Bagaimana disparitas konsumsi listrik menurut pelanggan di Indonesia dibandingkan dengan negara lain?
KOEFISIEN GINI LISTRIK 2003
Xi Yi Yi+1 Xi+1
2200 - >6600 VA 0,039 0,174 0,398 0,341
900 - 1300 VA 0,341 0,398 0,428 0,620
450 VA 0,620 0,428 0 0
(Yi+1)+Yi (Xi+1)-Xi ((Yi+1)+Yi)*((Xi+1)-Xi)
2200 - 6600 VA 0,572 0,301 0,172
900 - 1300 VA 0,826 0,279 0,231
450 VA 0,428 (0,620) (0,266)
∑ ((Yi+1)+Yi)*((Xi+1)-Xi) 0,138
GE= 1-(∑ ((Yi+1)+Yi)*((Xi+1)-Xi)) 0,862
KOEFISIEN GINI LISTRIK 2010
Xi Xi+1 Yi Yi+1
2200 – >6600 VA 0,049 0,431 0,193 0,451
900 – 1300 VA 0,431 0,521 0,451 0,356
450 VA 0,521 0 0,356 0
Yi+1 + Yi Xi+1 – Xi (Yi+1 +Yi)*(Xi+1 – Xi)
2200 – >6600 VA 0,644 0,382 0,246
900 – 1300 VA 0,807 0,090 0,073
450 VA 0,356 (0,521) (0,186)
∑ (Yi+1 + Yi)*(Xi+1 – Xi) 0,133
Ge= 1-(∑ (Yi+1 + Yi)*(Xi+1 – Xi)) 0,867
KOEFISIEN GINI LISTRIK INDONESIA
• Jika dilihat dari koefisien Gini, konsumsi listrik di Indonesia cenderung tidak merata baik untuk tahun 2003 maupun untuk tahun 2010.
• Koefisien Gini tahun 2003 sebesar 0,862 sedangkan tahun 2010 sebesar 0,867. Hal ini mencerminkan bahwa selama 7 tahun terakhir tidak ada pemerataan konsumsi listrik yang cukup berarti.
• Namun hal ini masih sangat bias karena hanya menggunakan data pelanggan yang tersambung dengan jaringan PLN. Sedangkan pelanggan listrik lainnya, terutama diluar jaringan (off grid), seperti pelanggan mikro hidro dan pengguna solar home system, tidak terhitung.
13
KOEFISIEN GINI KONSUMSI LISTRIK INDONESIA DIBANDING NEGARA LAIN
• Dari sisi penawaran, Indonesia masih menghadapi kendala terbatas nya kapasitas pembangkit listrik sehingga belum sepenuhnya mampu melayani permintaan rumah tangga perusahaan, industri, dan lainnya. Rasio elektrifikasi pada tahun 2010 kurang lebih 62%.
• Dari sisi permintaan, bagian terbesar konsumsi listrik adalah oleh rumah tangga, disusul oleh industri
• Pemerataan konsumsi listrik tertinggi adalah di Norwegia yang tercermin dari angka koefisien Gini yang rendah (0,19). Kenya merupakan negara yang dapat dikatakan sangat tidak merata konsumsi listriknya, dengan koefisien Gini yang jauh lebih tinggi (0,87).
14
KURVA LORENZ KONSUMSI LISTRIK DI INDONESIA, 2010
100
100
81
%
%
36
52
450 VA = 52% 2200 – > 6600 VA900 – 1300VA = 43%
GINI KOEFISIEN KONSUMSI LISTRIK DAN PENDAPATAN
100
80 100
40
80
%
%
40 40 20
GINI Koefisien Konsumsi Listrik =
0,867
GINI Koefisien Pendapatan = 0,33
40
Kons
umsi
Lis
trik
Kum
ulati
f (%
)
Populasi Kumulatif (%)
Koefisien Gini Konsumsi Listrik di Beberapa Negara
0
20
40
60
80
100
0 20 40 60 80 100
Norway (0,19)
USA (0,37)
El Salvador (0,6)
Thailand (0,61)
Kenya (0,87)
Indeks Disparitas Williamson (Weighted Coeffient Variation)
n
i
iiw P
PYY
YCV
1
2)(1
Pi = jumlah penduduk di daerah ke-i
P = jumlah penduduk nasional
Yi = pendapatan per kapita di daerah ke-i
Y = pendapatan per kapita nasional
n = banyaknya daerah
Prinsipnya sama dengan formula pengukuran indeks disparitas oleh Williamsion
With α=2 the GE measure becomes 1/2 the squared coefficient of variation, CV:
Ketidakmerataan (Dispersi) dengan Entropy
N
iii ppE
1
ln
• Indeks entropy diturunkan menggunakan konsep teori informasi (information theory). Indeks entropi dinyatakan sebagai:
• Indeks entropy akan menangkap informasi apakah konsentrasi kegiatan ekonomi regional cenderung makin terkonsentrasi (homogen) atau tersebar dari waktu ke waktu
pi = variabel sektor i atau kegiatan ekonomi i sebagai share terhadap total N sektor
11
N
iip
Tahun Kab A Kab B Kab C Kab D Jumlah Rata-rata SD1990 4 8 2 6 20 5 2.5822000 3 5 5 7 20 5 1.633
Entropy 1990 = (4/20) ln(4/20) + (8/20) ln (8/20) + (2/20) ln(2/20) + (6/20) ln(6/20) = -0.322 – 0.367 – 0.230 – 0.361 = 1.280
Entropy 2000 = (3/20) ln(3/20) + (5/20) ln(5/20) + (5/20) ln(5/20) + (7/20) ln (7/20) = -0.285 – 0.347 – 0.347 – 0.367 = 1.345
Ketidakmerataan Theil T dan Theil L
• Indeks Theil T
• Indeks Theil L
i ij
ij
j
ij
nn
YY
Y
YT
/
/log
i ij
ij
j
ij
YY
nn
n
nL
/
/log
Yij = total pengeluaran rumah tangga kelas-j di dalam grup ke-i
Y = total pengeluaran seluruh rumah tangga
nij = banyaknya rumah tangga pengeluaran kelas-j di dalam grup ke-i
Dekomposisi Theil: Between (B)dan Within (W)
i
Bwi
iii
i
i TTnn
YY
Y
YT
Y
YT
/
/log(
i
Bwi
iii
i
i LLYY
nn
n
nL
n
nL
/
/log(
j iij
iij
i
ij
i nn
YY
Y
YT
/
/log
j iij
iij
i
iji YY
nn
n
nL
/
/log
Struktur hierarki: Region-Propinsi-Kabupaten
Regional income disparity: China dan Indonesia
Between Region dan Within Region
KONVERGENSI REGIONAL • Konvergensi menunjukkan terjadinya penurunan perbedaan
pendapatan per kapita di berbagai region income per kapita di berbagai region mendekati income rata-rata seluruh region SIGMA CONVERGENCE
• Ketika dalam proses konvergensi, jika region tertinggal atau region miskin tumbuh lebih cepat dibandingkan region yang lebih dahulu maju atau makmur BETA CONVERGENCE
• BETA CONVERGENCE menunjukkan bahwa income per kapita daerah miskin akan dapat mengejar (cathing up) income per kapita daerah yang lebih dahulu maju, yang pada suatu ketika income per kapita akan sama.
Β negarif/ (-) Indikasi konvergensi: pertumbuhan income perkapita selama k tahun berkolesai negatif
Beberapa Faktor Penyebab Konvergensi
• Pengaruh limpahan teknologi (knowledge spillovers) karena masuknya investasi yang membawa innovasi dan teknologi ke daerah
• Penyerapan informasi dan teknologi melalui perusahaan-perusahan ke daerah adalah bagian dari proses yang disebut sebagai diffusi innovasi dan adopsi teknologi
• Ketidakmampuan daerah menyerap transfer teknologi mengakibatkan tidak terjadi spillover terhadap daerah bersangkutan
• Barro and Sala i Martin (1990): pola konvergensi di tiap negara ataupun daerah berbeda. Pada umumnya tingkat konvergensi di Eropa berkisar 2% per tahun
Absolute dan Conditional Convergence
• Konvergensi Absolut: konvergensi yang terjadi antara pendapatan per kapita daerah miskin dengan daerah kaya tanpa pengaruh faktor yang lebih spesifik sebagai faktor pendorong
• Conditiona Convergence: konvergensi yang terjadi antara pendapatan per kapita daerah miskin dan daerah kaya, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, tidak semata-mata karena faktor income per kapita.
Sigma Convergence
Absolute Convergence
Conditional Convergence