Disparitas, Konvergensi, dan Determinan Produktivitas ...

19
Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol. 14 No. 1, Juli 2013: 63-81 ISSN 1411-5212 Disparitas, Konvergensi, dan Determinan Produktivitas Tenaga Kerja Regional di Indonesia Disparity, Convergence, and Determinant of Regional Labour Productivity in Indonesia Aisyah Fitri Yuniasih a,* , Muhammad Firdaus a , Idqan Fahmi a a Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Abstract Indonesia has been still experiencing regional economic disparity problems, including in labour productivity. This study employs dynamic panel approach to analyze convergence and to identify determinants of regional labour productivity during the period of 1987–2011. The System Generalized Method of Moments (Sys- GMM) estimation results show that regional convergence process occurs with speed of convergence of 0.06518 per year. Physical capital stock, human capital stock, total trade, and real wage give positive impacts. Therefore, government should prioritize in overcoming labour productivity disparity in Eastern Indonesia in which are more unequal than in Western Indonesia where interventions should be greater for provinces with lower labour productivity. Keywords: Disparity, Convergence, Labour Productivity, Dynamic Panel Abstrak Indonesia masih mengalami masalah terkait dengan disparitas perekonomian regional, termasuk dalam hal produktivitas tenaga kerja. Studi ini menggunakan pendekatan panel dinamis untuk menganalisis konvergensi dan mengidentifikasi determinan produktivitas tenaga kerja regional selama periode 1987– 2011. Model estimasi System Generalized Method of Moments (Sys-GMM) menunjukkan bahwa proses konvergensi regional terjadi dengan kecepatan konvergensi 0,06518 per tahun. Stok modal fisik, stok modal manusia, total perdagangan, dan upah riil ditemukan memberikan pengaruh positif. Pemerintah harus lebih memprioritaskan untuk mengatasi masalah disparitas produktivitas tenaga kerja di Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang lebih timpang dibandingkan Kawasan Barat Indonesia (KBI) di mana intervensi harus lebih fokus terhadap provinsi-provinsi dengan tingkat produktivitas tenaga kerja yang lebih rendah. Kata kunci: Disparitas, Konvergensi, Produktivitas Tenaga Kerja, Panel Dinamis JEL classifications: C23, O47, O53 Pendahuluan Pembangunan ekonomi secara umum difokus- kan pada usaha peningkatan pertumbuhan eko- nomi yang berkaitan erat dengan pendapatan * Alamat Korespondensi: Jl. Otista I A No. 19 RT. 004 RW. 001 Bidara Cina Jatinegara Jakarta Ti- mur 13330. HP: +6281379198540. E-mail : aisyah.fy@ gmail.com. nasional baik secara total maupun per kapita dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahte- raan masyarakat. Hasil pertumbuhan ekonomi tersebut diharapkan dapat didistribusikan se- cara merata ke seluruh masyarakat sehingga permasalahan-permasalahan sosial ekonomi se- perti penggangguran, kemiskinan, ketimpang- an distribusi pendapatan, dan sebagainya da- pat dipecahkan melalui mekanisme trickle do-

Transcript of Disparitas, Konvergensi, dan Determinan Produktivitas ...

Page 1: Disparitas, Konvergensi, dan Determinan Produktivitas ...

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan IndonesiaVol. 14 No. 1, Juli 2013: 63-81

ISSN 1411-5212

Disparitas, Konvergensi, dan Determinan Produktivitas Tenaga KerjaRegional di Indonesia

Disparity, Convergence, and Determinant of Regional Labour Productivityin Indonesia

Aisyah Fitri Yuniasiha,∗, Muhammad Firdausa, Idqan Fahmia

aFakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Abstract

Indonesia has been still experiencing regional economic disparity problems, including in labour productivity.This study employs dynamic panel approach to analyze convergence and to identify determinants of regionallabour productivity during the period of 1987–2011. The System Generalized Method of Moments (Sys-GMM) estimation results show that regional convergence process occurs with speed of convergence of 0.06518per year. Physical capital stock, human capital stock, total trade, and real wage give positive impacts.Therefore, government should prioritize in overcoming labour productivity disparity in Eastern Indonesiain which are more unequal than in Western Indonesia where interventions should be greater for provinceswith lower labour productivity.Keywords: Disparity, Convergence, Labour Productivity, Dynamic Panel

Abstrak

Indonesia masih mengalami masalah terkait dengan disparitas perekonomian regional, termasuk dalamhal produktivitas tenaga kerja. Studi ini menggunakan pendekatan panel dinamis untuk menganalisiskonvergensi dan mengidentifikasi determinan produktivitas tenaga kerja regional selama periode 1987–2011. Model estimasi System Generalized Method of Moments (Sys-GMM) menunjukkan bahwa proseskonvergensi regional terjadi dengan kecepatan konvergensi 0,06518 per tahun. Stok modal fisik, stok modalmanusia, total perdagangan, dan upah riil ditemukan memberikan pengaruh positif. Pemerintah haruslebih memprioritaskan untuk mengatasi masalah disparitas produktivitas tenaga kerja di Kawasan TimurIndonesia (KTI) yang lebih timpang dibandingkan Kawasan Barat Indonesia (KBI) di mana intervensiharus lebih fokus terhadap provinsi-provinsi dengan tingkat produktivitas tenaga kerja yang lebih rendah.Kata kunci: Disparitas, Konvergensi, Produktivitas Tenaga Kerja, Panel Dinamis

JEL classifications: C23, O47, O53

Pendahuluan

Pembangunan ekonomi secara umum difokus-kan pada usaha peningkatan pertumbuhan eko-nomi yang berkaitan erat dengan pendapatan

∗Alamat Korespondensi: Jl. Otista I A No. 19RT. 004 RW. 001 Bidara Cina Jatinegara Jakarta Ti-mur 13330. HP: +6281379198540. E-mail : [email protected].

nasional baik secara total maupun per kapitadengan tujuan untuk meningkatkan kesejahte-raan masyarakat. Hasil pertumbuhan ekonomitersebut diharapkan dapat didistribusikan se-cara merata ke seluruh masyarakat sehinggapermasalahan-permasalahan sosial ekonomi se-perti penggangguran, kemiskinan, ketimpang-an distribusi pendapatan, dan sebagainya da-pat dipecahkan melalui mekanisme trickle do-

Page 2: Disparitas, Konvergensi, dan Determinan Produktivitas ...

Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan...64

Gambar 1: Perkembangan Pembangunan Ekonomi Indonesia Periode 2007–2011

Sumber: BPS (2007–2011), Data Diolah

wn effect (Todaro dan Smith, 2006). Perkem-bangan pembangunan perekonomian Indonesiaberdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)periode 2007–2011 pada Gambar 1 menunjuk-kan bahwa di Indonesia terjadi peningkatanpertumbuhan ekonomi yang diiringi oleh keber-hasilan dalam hal penurunan tingkat pengang-guran terbuka dan persentase penduduk mis-kin. Namun, prestasi ini tidak diikuti oleh per-baikan pemerataan distribusi pendapatan ma-syarakat karena dilihat dari perkembangan ni-lai koefisien Gini sebesar 0,36 pada tahun 2007,walaupun sempat sedikit turun menjadi 0,35pada tahun 2008, tetapi kemudian terus me-ningkat menjadi 0,41 pada tahun 2011. Hal inimerupakan indikasi awal bahwa masalah dis-paritas perekonomian yaitu ketimpangan dis-tribusi pendapatan merupakan masalah pem-bangunan ekonomi yang masih melanda Indo-nesia hingga saat ini.

Williams et al. (2012) menyatakan bahwa sa-lah satu pemicu ketimpangan distribusi penda-patan adalah disparitas regional. Indonesia ter-diri dari 34 provinsi dengan perbedaan struk-tur perekonomian terkait dengan beragamnyafaktor endowment yang dimiliki. Hal ini men-dorong timbulnya masalah disparitas kinerjaperekonomian regional yang disebabkan olehperbedaan kecepatan pertumbuhan ekonomiantarprovinsi di mana output provinsi yanglebih kaya dengan faktor endowment dipas-

tikan akan lebih tinggi dibandingkan provin-si yang lebih langka faktor endowment-nya.Proses pembangunan ekonomi mengklasifika-sikan provinsi-provinsi di Indonesia ke dalamdua kriteria, yaitu provinsi-provinsi maju danprovinsi-provinsi yang relatif tertinggal.

Disparitas kinerja perekonomian regional da-pat dikaji menggunakan tiga macam ukuranpertumbuhan antara lain pertumbuhan output,pertumbuhan output per kapita, dan pertum-buhan output per tenaga kerja (Armstrong danTaylor, 2000). Penggunaan output per tenagakerja atau produktivitas tenaga kerja sebagaiukuran disparitas regional selain belum banyakdilakukan untuk mengukur disparitas regionaldi Indonesia, juga memiliki beberapa keung-gulan antara lain lebih sensitif terhadap per-bedaan jumlah tenaga kerja jika dibandingkandengan penggunaan output yang biasanya di-dekati oleh Produk Domestik Regional Bruto(PDRB), serta memungkinkan dilakukan de-komposisi secara sektoral jika dibandingkan de-ngan output per kapita yang biasanya didekatioleh PDRB per kapita (Bawono, 2011). Ukur-an output per tenaga kerja atau produktivitastenaga kerja digunakan sebagai indikator dayasaing di suatu daerah (Armstrong dan Taylor,2000).

Data BPS menunjukkan bahwa selama peri-ode 2007–2011 Provinsi DKI Jakarta denganrata-rata produktivitas tenaga kerja agregat

Page 3: Disparitas, Konvergensi, dan Determinan Produktivitas ...

Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan... 65

sebesar Rp87,52 juta per tenaga kerja meru-pakan provinsi dengan rata-rata produktivi-tas tenaga kerja agregat tertinggi di Indone-sia. Provinsi dengan rata-rata produktivitas te-naga kerja agregat terendah di Indonesia ada-lah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) de-ngan rata-rata produktivitas tenaga kerja agre-gat hanya sebesar Rp5,76 juta per tenaga kerjaatau seperlimabelas kali rata-rata produktivi-tas tenaga kerja agregat Provinsi DKI Jakarta.Provinsi dengan rata-rata produktivitas tena-ga kerja agregat terendah di Kawasan Barat In-donesia (KBI) adalah Provinsi Bengkulu, yaitusebesar Rp9,84 juta per tenaga kerja atau ha-nya mencapai sekitar sepersembilan kali rata-rata produktivitas tenaga kerja agregat Pro-vinsi DKI Jakarta yang tertinggi di KBI. Pro-vinsi Kalimantan Timur (Kaltim) merupakanprovinsi dengan rata-rata produktivitas tena-ga kerja agregat tertinggi di Kawasan TimurIndonesia (KTI) dengan rata-rata produktivi-tas tenaga kerja agregat sebesar Rp80,07 ju-ta per tenaga kerja atau mencapai sekitar 14kali lipat rata-rata produktivitas tenaga kerjaagregat Provinsi NTT yang terendah di KTI.Hal ini merupakan indikasi awal bahwa terjadidisparitas regional produktivitas tenaga kerjaagregat di Indonesia di mana produktivitas te-naga kerja di KTI lebih timpang dibandingkandi KBI.

Disparitas regional produktivitas tenaga ker-ja akan menjadi hambatan bagi peningkat-an pendapatan nasional karena dapat memi-cu disparitas distribusi pendapatan (Ismail etal., 2012). Selama periode 2007–2011, pertum-buhan ekonomi KBI lebih cepat dibandingKTI, serta lebih dari 80% pendapatan nasio-nal merupakan kontribusi dari KBI. Dispari-tas juga menjadi masalah karena menurut You(2013) disparitas dapat menyebabkan keter-tinggalan dalam hal pembangunan ekonomi.Data BPS menunjukkan bahwa berdasarkannilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pa-da tahun 2011, 13 dari 16 provinsi di KTI atausekitar 81,25% memiliki nilai IPM di bawah ni-

lai IPM nasional Indonesia, sedangkan di KBIhanya 3 dari 17 provinsi atau 29,41% saja yangmemiliki nilai IPM di bawah nilai IPM nasio-nal Indonesia yang sebesar 0,7277 (Gambar 2dan Gambar 3). Selain itu, disparitas produk-tivitas tenaga kerja agregat di Indonesia ini di-khawatirkan dapat mendorong terjadinya lon-jakan migrasi yang dilakukan oleh tenaga kerjadengan produktivitas rendah menuju provinsidengan produktivitas tenaga kerja yang lebihtinggi yang dikhawatirkan akan memperparahkondisi disparitas yang terjadi (Gezici dan Kes-kin, 2005). Hasil Sensus Penduduk 2010 me-nunjukkan bahwa sekitar 80% dari total migra-si baik migrasi ’risen’ (recent migration) ma-upun migrasi seumur hidup (life time migra-tion) masuk ke KBI di mana kondisi dispari-tas produktivitas tenaga kerjanya lebih mera-ta. Menurut BPS, seseorang dikatakan sebagaimigran ’risen’ apabila provinsi tempat tinggallima tahun yang lalu berbeda dengan provinsitempat tinggal sekarang, sedangkan migran se-umur hidup jika provinsi tempat lahirnya ber-beda dengan provinsi tempat tinggal sekarang.Masalah disparitas ini memerlukan penangan-an yang serius, karena kasus disparitas pereko-nomian yang terjadi di berbagai negara terbuk-ti mendorong munculnya gejolak-gejolak sosialyang dapat merugikan atau mengganggu kiner-ja perekonomian makro yang telah dicapai (Su-fii, 2010).

Ismail et al. (2012) menyatakan bahwa pro-duktivitas tenaga kerja merupakan determinanyang paling penting yang memengaruhi tingkatpendapatan nasional dan pertumbuhan ekono-mi suatu daerah karena merupakan salah sa-tu determinan stabilitas ekonomi terkait de-ngan masalah pemerataan distribusi pendapat-an masyarakat.

Studi ini menggambarkan kondisi disparitasproduktivitas tenaga kerja regional di Indone-sia kemudian melibatkan pengembangan danpengimplementasian kerangka panel dinamisuntuk mengidentifikasi terjadinya konvergensidan faktor-faktor yang memengaruhi produk-

Page 4: Disparitas, Konvergensi, dan Determinan Produktivitas ...

Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan...66

Gambar 2: Nilai IPM Provinsi-Provinsi di KBI Tahun 2011

Sumber: BPS (2011), Data Diolah

tivitas tenaga kerja di Indonesia tersebut. Pe-ngembangan pemahaman mengenai disparitasdan konvergensi produktivitas tenaga kerja inidapat memberikan rekomendasi kebijakan bagipemerintah agar strategi pembangunan tidakbias regional. Hal ini dilakukan dengan tujuanuntuk mengurangi ketimpangan demi tercapai-nya pembangunan regional yang lebih seim-bang.

Berdasarkan latar belakang dan perumusanmasalah di atas, studi ini bertujuan untuk:(1) menggambarkan kondisi disparitas regio-nal produktivitas tenaga kerja di Indonesia; (2)mengidentifikasi terjadinya konvergensi regio-nal produktivitas tenaga kerja di Indonesia; (3)mengidentifikasi faktor-faktor apa yang meme-ngaruhi produktivitas tenaga kerja regional diIndonesia; dan (4) merumuskan kebijakan pe-merintah untuk mengatasi masalah disparitasdengan mengakselerasi proses konvergensi re-gional produktivitas tenaga kerja tersebut. Ak-selerasi proses konvergensi regional produktivi-tas tenaga kerja dapat dilakukan dengan mem-berikan porsi intervensi determinan produkti-

vitas tenaga kerja regional untuk provinsi de-ngan produktivitas tenaga kerja yang lebih ren-dah harus lebih besar dibandingkan provinsidengan produktivitas tenaga kerja yang lebihtinggi.

Ruang lingkup studi ini mencakup 26 pro-vinsi yang ada di Indonesia dengan tidak men-cakup Provinsi Timor Timur yang telah me-misahkan diri dari Indonesia sejak tahun 1999serta provinsi baru seperti Provinsi Kepulau-an Bangka Belitung, Provinsi Kepulauan Riau,Provinsi Banten, Provinsi Gorontalo, ProvinsiSulawasi Barat, Provinsi Maluku Utara, Pro-vinsi Papua Barat, dan Provinsi KalimantanUtara. Hal ini dikarenakan periode analisis da-lam studi ini adalah tahun 1987–2011 semen-tara 7 provinsi baru terbentuk di pertengahanperiode analisis studi ini dan khusus untuk Pro-vinsi Kalimantan Utara belum terbentuk da-lam periode analisis. Data provinsi-provinsi ba-ru hasil pemekaran, yang berbentuk data seriesyang tidak tersedia secara lengkap tersebut, di-agregasi ke provinsi induknya. Provinsi Kepu-lauan Bangka Belitung diagregasi dengan Pro-

Page 5: Disparitas, Konvergensi, dan Determinan Produktivitas ...

Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan... 67

Gambar 3: Nilai IPM Provinsi-Provinsi di KTI Tahun 2011

Sumber: BPS (2011), Data Diolah

vinsi Sumatra Selatan, Provinsi Kepulauan Ri-au dengan Provinsi Riau, Provinsi Banten de-ngan Provinsi Jawa Barat, Provinsi Gorontalodengan Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Su-lawesi Barat dengan Provinsi Sulawesi Selatan,Provinsi Maluku Utara dengan Provinsi Malu-ku, dan Provinsi Papua Barat dengan ProvinsiPapua. Data panel yang merupakan kombinasidata tahunan periode 1987–2011 untuk 26 pro-vinsi yang ada di Indonesia yang dikelompok-kan menjadi 2, yaitu KBI yang meliputi Suma-tera, Jawa, dan Bali, serta KTI yang meliputiNusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Malu-ku, dan Papua.

Tinjauan Referensi

Dunford (2009) dan Firdaus (2006) mengkla-sifikasikan teori model pembangunan ekonomiregional berdasarkan pandangannya terhadapkonvergensi. Model yang mendukung terjadi-nya konvergensi adalah Neoklasik, sedangkanyang tidak mendukung terjadinya konvergensiadalah model Circular Cummulative Causation

(CCC). Model pertumbuhan ekonomi endogenmenyatakan bahwa konvergensi atau divergen-si mungkin terjadi dipengaruhi oleh ketersedi-aan faktor produksi, sedangkan model geografiekonomis baru menyatakan bahwa konvergen-si atau divergensi mungkin terjadi dipengaruhioleh sejarah dan ekspektasi masa depan ten-tang suatu wilayah.

Barro dan Sala-i-Martin (2004) merumus-kan dua konsep konvergensi dalam konteks per-tumbuhan ekonomi antarnegara dan antarwi-layah yaitu konvergensi Beta dan konvergensiSigma. Ada dua pendekatan konvergensi Beta,yaitu konvergensi Beta Absolut (Absolut BetaConvergence) dan konvergensi Beta Bersyarat(Conditional Beta Convergence). KonvergensiBeta Absolut mengasumsikan bahwa daerah-daerah dalam jangka panjang tidak memilikikecenderungan untuk menunjukkan perbedaandalam tingkat kemajuan teknologi, tingkat mo-dal fisik, tingkat modal manusia, tingkat per-tumbuhan tenaga kerja, dan tingkat depresiasimodal sehingga memprediksi bahwa modal pertenaga kerja di semua daerah akan konvergen

Page 6: Disparitas, Konvergensi, dan Determinan Produktivitas ...

Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan...68

menuju nilai steady state k* yang sama terlepasdari kondisi awal perekonomian masing-masingdaerah. Dalam hal ini, perekonomian daerahdengan tingkat produktivitas tenaga kerja yanglebih rendah cenderung tumbuh lebih cepat di-bandingkan perekonomian daerah dengan ting-kat produktivitas tenaga kerja yang lebih ting-gi. Konvergensi Beta Absolut ini bisa menye-satkan karena mengasumsikan setiap daerahmemiliki tingkat steady state yang sama.

Konvergensi Beta Bersyarat berhubungandengan perbedaan fungsi produksi agregat an-tardaerah menyatakan bahwa setiap daerahakan konvergen dengan sangat cepat menujutingkat steady state-nya masing-masing. Dalamhal ini, diasumsikan tingkat kemajuan tekno-logi dan tingkat depresiasi modal adalah sa-ma untuk semua daerah, tetapi parameter lainseperti tingkat tabungan dan tingkat pertum-buhan populasi penduduk dapat berbeda an-tardaerah. Dalam model pertumbuhan ekono-mi Solow, parameter-parameter ini hanya me-miliki pengaruh pada tingkat produktivitas te-naga kerja. Tingkat pertumbuhan produktivi-tas tenaga kerja pada jangka panjang sepenuh-nya hanya ditentukan oleh tingkat kemajuanteknologi yang diasumsikan sama untuk semuadaerah. Walaupun tingkat produktivitas tena-ga kerja pada jangka panjang dapat bervariasiantardaerah, tetapi tingkat pertumbuhan pro-duktivitas tenaga kerja pada jangka panjangakan diasumsikan sama. Temuan ini memenga-ruhi dari perspektif kebijakan karena walau-pun setiap daerah kecepatan konvergensinyacepat, namun pada jangka panjang setiap dae-rah angka mencapai tingkat produktivitas yangberbeda-beda. Dalam studi ini konsep konver-gensi Beta yang digunakan adalah konvergensiBeta Bersyarat.

Konsep konvergensi Sigma dapat didefini-sikan bahwa sekelompok perekonomian dapatkonvergen jika dispersi tingkat produktivitastenaga kerja cenderung berkurang sepanjangwaktu, yaitu σt+T < σt di mana σt merupa-kan dispersi tingkat produktivitas tenaga kerja

pada waktu ke-t dan σt+T merupakan dispersitingkat produktivitas tenaga kerja pada T ta-hun setelah waktu ke-t. Ada dua pendekatanpengukuran konvergensi Sigma (σt) antara la-in menggunakan standar deviasi dan koefisienvariasi dari log produktivitas tenaga kerja padawaktu ke-t antardaerah.

Garcia dan Soelistianingsih (1998) menggu-nakan data 26 provinsi di Indonesia mengiku-ti model pertumbuhan ekonomi Barro perio-de 1975–1993, 1980–1993, 1983–1993 denganmetode cross section Ordinary Least Squa-re (OLS). Hasil studinya menunjukkan bahwatingkat pendidikan secara signifikan berpenga-ruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional,sementara tingkat kelahiran berpengaruh ne-gatif. Peranan sektor minyak dan gas berpe-ngaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomiregional pada periode 1975–1993, tetapi tidaksignifikan pada periode 1983–1993. Kekurang-an studi ini adalah penggunaan teknik estimasicross section OLS yang tidak memperhatikanfaktor keragaman individual dalam analisisnya.

Resosudarmo dan Vidyattama (2006) meng-estimasi pertumbuhan pendapatan per kapi-ta 26 provinsi di Indonesia periode 1993–2002untuk mengidentifikasi determinan disparitaspendapatan regional Indonesia dengan meng-gunakan metode analisis data panel Fixed Effe-ct Model (FEM). Walaupun terjadi disparitaspendapatan regional, tetapi terjadi konvergen-si bersyarat pertumbuhan pendapatan per ka-pita regional di mana tabungan modal fisik,keterbukaan perdagangan, dan kontribusi sek-tor migas merupakan determinan pertumbuh-an pendapatan per kapita provinsial di Indone-sia. Walaupun metode yang digunakan meng-hasilkan estimator yang lebih konsisten diban-dingkan metode OLS dan Random Effect Mo-del (REM), namun estimasi masih menghada-pi masalah endogenitas yang disebabkan olehpenggunaan metode analisis data panel statisdi mana terdapat variabel pada sisi kanan per-samaan yang bukan merupakan variabel ekso-gen.

Page 7: Disparitas, Konvergensi, dan Determinan Produktivitas ...

Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan... 69

Firdaus dan Yusop (2009) melakukan anali-sis dinamis konvergensi regional di 26 provin-si Indonesia periode 1983–2003 dengan pende-katan data Panel OLS, FEM, REM, First Di-fference Generalized Method of Moments (FD-GMM), dan System Generalized Method of Mo-ments (Sys-GMM). Penggunaan metode anali-sis data panel dinamis mengatasi masalah en-dogenitas. Estimator Sys-GMM terbukti tidakbias, konsisten, dan valid menunjukkan bahwaterjadi proses konvergensi antarprovinsi di In-donesia pada periode 1983–2003 walaupun ke-cepatan konvergensinya relatif sangat rendahdibandingkan negara berkembang lainnya. Na-mun, studi ini menggunakan ukuran PDRB perkapita sehingga tidak dimungkinkan dekompo-sisi secara sektoral.

Purawan (2010) melakukan analisis konver-gensi perekonomian regional di Indonesia de-ngan menggunakan ukuran output per tenagakerja atau produktivitas tenaga kerja. Studiini menggunakan data 26 provinsi di Indone-sia periode 1992–2007 dengan pendekatan da-ta panel FEM. Hasilnya akumulasi modal fisik,akumulasi modal manusia, pertumbuhan popu-lasi, dan pembangunan finansial berpengaruhnegatif; sedangkan Foreign Direct Investment(FDI), ketimpangan, keterbukaan perdagang-an, dan kontribusi minyak dan gas (migas) ber-pengaruh positif. Proses konvergensi terjadi le-bih cepat pada pradesentralisasi dibandingkansaat pascadesentralisasi. Akumulasi stok modalfisik, FDI, keterbukaan perdagangan, dan kon-tribusi migas berpengaruh positif; sedangkanakumulasi modal manusia, pertumbuhan po-pulasi, pembangunan finansial, dan ketimpang-an berpengaruh negatif terhadap produktivi-tas tenaga kerja Indonesia pradesentralisasi.Akumulasi stok modal manusia, pertumbuh-an populasi, FDI, ketimpangan, keterbukaanperdagangan, dan kontribusi migas berpenga-ruh positif; sedangkan akumulasi modal fisikdan pembangunan finansial berpengaruh nega-tif terhadap produktivitas tenaga kerja Indone-sia pascadesentralisasi.

Jiang (2012) melakukan analisis mengenaipengaruh keterbukaan dan konvergensi pro-duktivitas tenaga kerja provinsi-provinsi di Ci-na periode 1984–2008 dengan menggunakanpendekatan data panel. Studi ini menemu-kan bahwa keterbukaan ekonomi regional yangmenggunakan variabel total perdagangan in-ternasional positif memengaruhi pertumbuh-an regional produktivitas tenaga kerja selainvariabel modal fisik, pertumbuhan pendudukdan modal manusia. Ketika heterogenitas re-gional dan keterbukaan ekonomi diperhitung-kan, maka terjadi konvergensi bersyarat yangcepat dalam tingkat produktivitas tenaga kerjaprovinsi-provinsi di Cina tersebut. Namun, stu-di ini belum mengidentifikasi pengaruh upahriil terhadap produktivitas tenaga kerja regio-nal.

Sumarlin (2006) menganalisis hubungan ka-usalitas antara upah dan produktivitas tenagakerja di Indonesia selama periode 1980–2004dengan menggunakan metode Granger Cau-sality dan OLS. Hasilnya terdapat hubunganyang searah di mana upah memengaruhi pro-duktivitas tenaga kerja dan upah berpengaruhpositif terhadap produktivitas tenaga kerja.

Pengaruh keterbukaan ekonomi terhadapproduktivitas dibahas oleh Kim et al. (2007).Teori export-led growth menyatakan bahwa eks-por meningkatkan pertumbuhan ekonomi me-lalui peningkatan produktivitas. Perusahaancenderung mempelajari teknologi terkini mela-lui kegiatan ekspor dan mengadopsi teknologitersebut dalam proses produksinya agar pro-duk yang dihasilkan dapat bersaing di pasar in-ternasional dan pasar antarprovinsi. Perusaha-an dapat belajar sambil mencoba dengan meni-ru apa yang dilakukan perusahaan asing dalamhal proses produksi dan penjualan barang eks-por melalui proses trial and error. Lebih jauhlagi, peningkatan produksi akibat ekspor me-nurunkan biaya produksi per unit sehingga me-ningkatkan produktivitas. Selain itu, ekspor ju-ga menghasilkan uang dalam mata uang asingyang langka dimiliki daerah-daerah pada ta-

Page 8: Disparitas, Konvergensi, dan Determinan Produktivitas ...

Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan...70

hap awal pembangunan ekonomi. Mata uangasing tersebut dapat digunakan untuk meng-impor barang modal dan input antara.

Hubungan teoritis antara impor dan pro-duktivitas cenderung lebih rumit dibanding-kan hubungan antara ekspor dan produktivi-tas. Peningkatan impor barang konsumsi men-dorong perusahaan substitusi impor domes-tik untuk berinovasi dan merestrukturisasi diriagar dapat bersaing dengan perusahaan asing,dengan demikian impor meningkatkan efisiensidan produktivitas. Dalam jangka panjang, per-usahaan akan menjadi semakin produktif dankompetitif sehingga meningkatkan investasinyadalam bentuk teknologi baru. Hal ini menye-babkan kurva penawaran bergeser ke kanan.

Secara umum, pengaruh keterbukaan perda-gangan terhadap produktivitas tergantung pa-da struktur pasar dan faktor institusional. Didalam pasar persaingan tidak sempurna, pa-sar substitusi impor domestik akan terpurukakibat peningkatan impor yang kemudian me-nyebabkan investasi berkurang dan pada akhir-nya produktivitas menurun. Lebih jauh lagi,harapan keuntungan yang lebih tinggi mendo-rong peningkatan investasi Research and De-velopment (R & D) dan inovasi-inovasi. Inves-tasi R & D lebih besar pada perusahaan yangberorientasi ekspor dibandingkan perusahaansubstitusi impor tergantung besarnya dampakketerbukaan pasar. Impor barang modal daninput antara yang tidak dapat diproduksi didalam negeri memungkinkan perusahaan do-mestik untuk berspesialisasi dan berdiversifika-si agar dapat meningkatkan produktivitasnyalebih jauh lagi.

Teori upah efisiensi menyatakan bahwa upahdapat digunakan sebagai pendorong produkti-vitas dan memperkuat hubungan kerja antarapengusaha dan tenaga kerja pada jangka pan-jang (Mankiw, 2003). Menurut teori ini, pro-duktivitas tenaga kerja akan tergantung pa-da tingkat upah yang diterima karena tingkatupah adalah tujuan yang memotivasi tenagakerja. Pertama, tingkat upah perlu mencukupi

kebutuhan dan yang kedua, tingginya diingin-kan agar sesuai dengan harapan ekonomis.

Berdasarkan beberapa studi terdahulu yangtelah dipaparkan sebelumnya, faktor-faktoryang diduga akan memengaruhi produktivitastenaga kerja regional di Indonesia antara la-in stok modal fisik, stok modal manusia, totalperdagangan, dan upah riil. Oleh karena itu,studi ini akan meneliti pengaruh faktor-faktortersebut terhadap produktivitas tenaga kerjaregional di Indonesia. Studi ini menerapkanstudi Jiang (2012) untuk provinsi-provinsi diIndonesia dengan menambahkan variabel upahyang menurut Sumarlin (2006) upah berpenga-ruh positif terhadap produktivitas tenaga ker-ja. Studi ini berusaha menyempurnakan studi-studi sebelumnya dengan menggunakan ukur-an output per tenaga kerja atau produktivitastenaga kerja, serta menggunakan metode ana-lisis data panel dinamis mengatasi masalah en-dogenitas.

Metode

Jenis data yang digunakan dalam studi ini ada-lah data sekunder berupa data panel yang ber-sifat balanced panel dari 26 provinsi di Indone-sia selama periode 1987–2011 yang bersumberdari BPS. Analisis disparitas produktivitas te-naga kerja regional di Indonesia menggunakanukuran koefisien variasi tertimbang yang meru-pakan modifikasi indeks Williamsons yang di-gunakan Akita dan Kataoka (2003) dengan ru-mus:

CV =1

LP

√Li

LΣni=1(LPi − LP )2 (1)

dengan:CV = koefisien variasi tertimbang;LP = produktivitas tenaga kerja (juta rupiahper tenaga kerja);L = jumlah tenaga kerja (jiwa);i = unit untuk provinsi (26 provinsi di Indo-nesia).

Page 9: Disparitas, Konvergensi, dan Determinan Produktivitas ...

Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan... 71

Estimasi model konvergensi produktivitastenaga kerja agregat dilakukan dengan meng-gunakan metode analisis data panel dinamis,yaitu dengan pendekatan Sys-GMM. Hal inidisebabkan oleh adanya lag variabel terikat,yaitu produktivitas tenaga kerja sebagai varia-bel bebas dalam spesifikasi modelnya. Hubung-an dinamis mengakibatkan munculnya masalahendogenitas sehingga apabila model diestimasidengan analisis data panel statis akan mengha-silkan penduga yang bias dan tidak konsisten(Verbeek, 2004). Evaluasi dilakukan untuk me-nentukan model yang tepat yang harus meme-nuhi kriteria tidak bias, konsisten, dan valid.

Analisis data panel dinamis didorong ma-raknya fakta bahwa berkembangnya hubunganyang bersifat dinamis antara variabel-variabelekonomi dalam kaitannya dengan analisis dina-mika penyesuaian. Hubungan dinamis ini dici-rikan oleh keberadaan lag variabel terikat seba-gai variabel bebas yang mengakibatkan mun-culnya masalah endogenitas, sehingga apabi-la model diestimasi dengan analisis data pa-nel statis akan menghasilkan penduga yang bi-as dan tidak konsisten yang dapat di atasi de-ngan pendekatan Generalized Method of Mo-ments (GMM).

Spesifikasi model konvergensi produktivitastenaga kerja di Indonesia yang digunakan da-lam studi ini mengikuti model Jiang (2012)yang telah dimodifikasi. Model agregat meng-gunakan model yang terestriksi yang dilakukandengan mempertimbangkan pengaruh tingkatdepresiasi (ngd) baik dalam variabel stok mo-dal fisik maupun stok modal manusia. Ting-kat depresiasi (ngd) dihitung dengan rumus(nit + git + δit) di mana n merupakan ting-kat pertumbuhan tenaga kerja, g merupakantingkat pertumbuhan kemajuan teknologi, danδ merupakan tingkat depresiasi modal di mananilai (git+δit) diasumsikan sebesar 0,05 sepertiyang digunakan oleh Firdaus dan Yusop (2009)dan bersifat konstan untuk semua provinsi pa-da setiap tahun. Spesifikasi model agregat se-

cara ekonometrika adalah sebagai berikut:

lnLPit =β1 lnLPi,t−1 + β2 ln sngdit

+ β3 lnhngdit + β4 lnTRADEit

+ β5 ln(RWit) + εit(2)

dengan:LP = produktivitas tenaga kerja (juta rupiahper tenaga kerja);sngd = stok modal fisik (proporsi terhadapPDRB riil);hngd = stok modal manusia (proporsi terha-dap jumlah penduduk);TRADE = total perdagangan fisik (proporsiterhadap PDRB riil);RW = upah riil (rupiah);i = unit untuk provinsi (26 provinsi di Indo-nesia);t = unit untuk kelompok periode waktu (8kelompok periode waktu);εit = residual untuk provinsi ke-i dan kelom-pok periode waktu ke-j.

Penggunaan metode analisis data panel di-bandingkan dengan metode analisis data crosssection murni memungkinkan dilakukannyapembagian total periode waktu studi ke da-lam beberapa rentang waktu. Hal ini disebab-kan oleh rentang waktu tahunan yang terlalupendek untuk studi mengenai konvergensi kare-na mengandung gangguan jangka pendek yangcukup besar yang dapat mengganggu hasil es-timasi. Data tahunan dalam studi ini dibagike dalam periode waktu tiga tahunan berda-sarkan identifikasi siklus perekonomian Indo-nesia yang digunakan oleh Firdaus dan Yusop(2009). Dalam bentuk seperti ini, selain me-ngurangi pengaruh fluktuasi siklus bisnis, kom-ponen error transitory terpisah tiga tahun ka-lender, sehingga akan lebih kecil kemungkinan-nya untuk berkorelasi serial dibandingkan jikamenggunakan data tahunan (Islam, 1995). Ni-lai variabel terikat menggunakan nilai variabelpada akhir periode, sedangkan untuk lag-nyamenggunakan nilai variabel pada awal periode.Nilai variabel bebas dihitung sebagai rata-rata

Page 10: Disparitas, Konvergensi, dan Determinan Produktivitas ...

Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan...72

pada periode waktu yang bersesuaian. Proseskonvergensi terjadi apabila koefisien dari β1bernilai kurang dari 1, dengan kecepatan kon-vergensi dinyatakan sebagai λ yaitu − ln(β1)

τ .Studi ini menggunakan data tahunan yang di-bagi ke dalam periode waktu 3 tahunan sehing-ga nilai τ = 3 − 1 = 2. Waktu yang diperlukanuntuk menutup setengah kesenjangan (half ti-

me convergence) dihitung dengan rumus ln(2)λ .

Hasil dan Analisis

Disparitas Produktivitas Tenaga Ker-ja Agregat di Indonesia

Disparitas produktivitas tenaga kerja meru-pakan fenomena yang dialami Indonesia selamaperiode 1987–2011. Prediksi terjadinya konver-gensi dalam hal ini diharapkan dapat mengu-rangi ketimpangan tersebut. Hal ini memerlu-kan dipenuhinya kondisi di mana provinsi de-ngan produktivitas tenaga kerja yang rendahuntuk dapat tumbuh lebih cepat dibanding-kan provinsi dengan produktivitas tenaga kerjayang lebih tinggi. Pengukuran disparitas pro-duktivitas tenaga kerja regional di Indonesiamenggunakan ukuran koefisien variasi tertim-bang yang merupakan modifikasi indeks Willi-amsons seperti yang digunakan Akita dan Ka-taoka (2003) dilakukan agar dapat memberi-kan gambaran kondisi disparitas produktivitastenaga kerja regional di Indonesia yang lebihreliabel. Disparitas di kawasan yang lebih ma-ju relatif lebih rendah karena lebih dapat me-manfaatkan kesempatan dan peluang dari pro-ses pembangunan ekonomi yang tersedia secaralebih merata antardaerah di kawasan tersebut.Daerah yang relatif tertinggal kurang mampumemanfaatkan kesempatan dan peluang terse-but karena dipengaruhi oleh keterbatasan sara-na dan prasana pembangunan, serta rendahnyakualitas sumber daya manusianya.

Nilai koefisien variasi tertimbang produkti-vitas tenaga kerja agregat di Indonesia menu-rut data BPS selama periode 1987–2011 me-

nunjukkan tren penurunan yang cukup signi-fikan dari tahun ke tahun baik secara nasio-nal, baik di KBI maupun di KTI (Gambar 4).Kondisi ini menggambarkan perbaikan kondisidisparitas produktivitas tenaga kerja agregatyang diharapkan menuju terjadinya konvergen-si. Gambar 4 menunjukkan bahwa pada tahun2011, berdasarkan nilai koefisien variasi tertim-bangnya, kondisi kesetaraan disparitas produk-tivitas tenaga kerja terjadi baik secara nasio-nal di KBI maupun di KTI dengan nilai koe-fisien variasi tertimbang sekitar 0,81. ProvinsiKalimantan Timur (Kaltim) merupakan pro-vinsi yang memiliki produktivitas tenaga kerjatertinggi di Indonesia pada periode 1987–2007dengan rata-rata sebesar Rp78,55 juta per te-naga kerja. Predikat tersebut diambil alih olehProvinsi DKI Jakarta pada periode 2007–2011dengan rata-rata sebesar Rp87,74 juta per te-naga kerja. Data BPS menunjukkan bahwa se-lama periode 1987–2011 nilai PDRB riil Pro-vinsi DKI Jakarta selalu berada di atas Pro-vinsi Kaltim. Kontributor utama pembentukPDRB Provinsi Kaltim sejak tahun 1987 me-rupakan sektor pertambangan dan penggali-an, serta sektor industri pengolahan yang ti-dak menyerap tenaga kerja dalam jumlah be-sar sehingga menyebabkan produktivitas tena-ga kerja Provinsi Kaltim lebih tinggi dibandingProvinsi DKI Jakarta. Nilai tambah sektor pri-mer yang pada awalnya cukup tinggi, dalamhal ini sektor pertambangan dan penggalian,seiring berjalannya waktu semakin berkurangterkait ketersediaannya yang juga semakin ber-kurang. Provinsi DKI Jakarta mulai mening-katkan produktivitas tenaga kerjanya melaluipeningkatan kontribusi sektor keuangan yangselama 6 tahun terakhir yang secara rata-ratamencapai 28,89% dari PDRB riil Provinsi DKIJakarta dan hanya menyerap rata-rata 7,53%tenaga kerja Provinsi DKI Jakarta. Strukturperekonomian Provinsi DKI Jakarta memanglebih didominasi sektor tersier seperti sektorperdagangan, hotel, dan restoran, serta sek-tor pengangkutan dan komunikasi yang berni-

Page 11: Disparitas, Konvergensi, dan Determinan Produktivitas ...

Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan... 73

Gambar 4: Perkembangan Nilai Koefisien Variasi Tertimbang Produktivitas Tenaga Kerja Agregat diIndonesia, KBI, dan KTI Tahun 1987–2011

Sumber: BPS (1987–2011), Data Diolah

lai tambah lebih tinggi. Kontribusi sektor se-kunder yaitu sektor industri pengolahan ter-hadap PDRB riil Provinsi DKI Jakarta jugacukup besar, namun semakin berkurang daritahun ke tahun.

Provinsi NTT cukup konsisten menjadi pro-vinsi yang memiliki produktivitas tenaga ker-ja terendah di Indonesia pada periode 1987–2011 dengan rata-rata sebesar Rp4,33 juta pertenaga kerja di mana predikat tersebut hanyadiambil alih oleh Provinsi Maluku pada tahun1999, yaitu sebesar Rp3,10 juta per tenaga ker-ja. Data BPS menunjukkan bahwa selama pe-riode 1987–2011 Provinsi NTT merupakan pro-vinsi dengan rata-rata proporsi tenaga kerjatamatan SMA yang terendah di mana secararata-rata hanya 10% tenaga kerjanya tamatanSMA. Hal ini diduga menjadi penyebab ren-dahnya produktivitas tenaga kerja di ProvinsiNTT.

Disparitas produktivitas tenaga kerja agre-gat selama periode 1987–2011 terlihat terja-di di Indonesia dengan dispersi sekitar 18 ka-li lipat antara provinsi dengan rata-rata pro-

duktivitas tenaga kerja tertinggi dan terendahdengan rata-rata nilai koefisien variasi tertim-bang sebesar 0,95. Penurunan nilai koefisienvariasi tertimbang produktivitas tenaga kerjasebesar 29,04% dari 1,12 pada tahun 1987 men-jadi hanya sebesar 0,80 pada tahun 2011. Halini merupakan indikasi yang baik terjadinya pe-nurunan disparitas yang ada. Prediksi terjadi-nya konvergensi didukung oleh fakta bahwa se-lama periode 1987–2011 rata-rata tingkat per-tumbuhan produktivitas tenaga kerja ProvinsiNTT sebesar 3,70% dan Provinsi Maluku sebe-sar 2,93% di mana lebih tinggi dibandingkanProvinsi Kaltim sebesar -0,45% dan ProvinsiDKI Jakarta sebesar 2,71%.

Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsidengan produktivitas tenaga kerja tertinggi diKBI selama periode 1987–2011 dengan rata-rata sebesar Rp70,99 juta per tenaga kerja, se-dangkan yang terendah di KBI adalah ProvinsiBengkulu dengan rata-rata produktivitas tena-ga kerja sebesar Rp7,49 juta per tenaga kerjadan Provinsi Lampung dengan rata-rata pro-duktivitas tenaga kerja sebesar Rp7,84 juta per

Page 12: Disparitas, Konvergensi, dan Determinan Produktivitas ...

Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan...74

tenaga kerja. Rata-rata nilai koefisien variasitertimbang sebesar 0,89 dengan jarak antaraprovinsi tertinggi dan provinsi terendah sekitar9 kali lipat yang menunjukkan bahwa kondisidi KBI jauh lebih baik. Pada tahun 1987, KBImemiliki nilai koefisien variasi tertimbang sebe-sar 1,01, kemudian pada tahun 2011 mengala-mi penurunan sebesar 22,35% menjadi sebesar0,78. Rata-rata tingkat pertumbuhan produk-tivitas tenaga kerja Provinsi Bengkulu adalahsebesar 2,59% dan Provinsi Lampung sebesar4,37%, sedangkan Provinsi DKI Jakarta sebe-sar 2,71% sehingga prediksi terjadinya konver-gensi belum dapat dipastikan di sini.

Kondisi disparitas produktivitas tenaga ker-ja agregat yang lebih parah terjadi di KTI. Pro-vinsi dengan tingkat produktivitas tenaga kerjatertinggi selama periode tahun 1987–2011 ada-lah Provinsi Kaltim dan yang terendah ada-lah Provinsi NTT, dan Maluku serupa seper-ti pada kondisi secara nasional. Rata-rata ni-lai koefisien variasi tertimbang selama periode1987–2011 sebesar 1,21, tetapi penurunan yangsangat signifikan terjadi yaitu sebesar 47,12%dari yang cukup tinggi yaitu sebesar 1,61 padatahun 1987 menjadi hanya sebesar 0,85 padatahun 2011.

Disparitas regional pada tahap awal pemba-ngunan ekonomi merupakan hal yang wajar.Williamson (1965) dalam Tambunan (2001)menyatakan bahwa pada tahap awal pemba-ngunan ekonomi, disparitas akan membesardan terkonsentrasi pada daerah-daerah terten-tu yang sudah relatif maju, misalnya dalam sa-rana dan prasarana pembangunan ekonomi ser-ta kualitas sumber daya manusia. Kemudian,dalam tahap pembangunan ekonomi berikut-nya, terjadi konvergensi dan disparitas meng-alami penurunan. Tren menurun yang ditun-jukkan plot produktivitas tenaga kerja dengankoefisien variasi tertimbangnya pada Gambar 5merupakan indikasi bahwa konvergensi dan pe-nurunan disparitas produktivitas tenaga kerjaagregat terjadi di Indonesia.

Indikasi tersebut menyatakan bahwa Indo-

nesia sedang mengalami tahap pembangunanekonomi lebih lanjut dalam hal produktivitastenaga kerja di mana seiring dengan pertum-buhan produktivitas tenaga kerja yang terja-di, maka disparitas produktivitas tenaga kerja-nya semakin berkurang. Oleh karena itu, per-tumbuhan produktivitas tenaga kerja di Indo-nesia harus ditingkatkan di mana pertumbuh-an produktivitas tenaga kerja di provinsi yangproduktivitas tenaga kerjanya lebih rendah ha-rus lebih cepat dibandingkan dengan provinsiyang produktivitas tenaga kerjanya lebih ting-gi. Dengan demikian, intervensi terhadap de-terminan produktivitas tenaga kerja Indonesiaharus diprioritaskan di provinsi-provinsi yangproduktivitas tenaga kerjanya lebih rendah.

Konvergensi dan Determinan Produk-tivitas Tenaga Kerja Regional di Indo-nesia

Tahapan awal yang dilakukan adalah penguji-an stasioneritas data untuk memastikan agarhubungan antara variabel terikat dan variabelbebas yang dihasilkan tetap valid. Tabel 1 me-nampilkan hasil pengujian akar unit (unit ro-ot) seluruh variabel yang digunakan dalam stu-di ini dengan menggunakan metode pengujianyang sesuai dengan hasil plot data yang telahdilakukan sebelumnya. Hasil pengujian terlihatberagam untuk masing-masing jenis stastistikuji, tetapi minimal terdapat 1 statistik uji yangmenyatakan bahwa dengan tingkat kepercaya-an 95% seluruh variabel yang digunakan padastudi ini tidak mengandung akar unit atau sta-sioner pada tingkat level baik sehingga estimasimodel pada tingkat level dapat dilakukan.

Estimasi model konvergensi produktivitastenaga kerja dilakukan dengan menggunakanmetode analisis data panel dinamis, yaitu de-ngan pendekatan FD-GMM dan Sys-GMM.Hal ini disebabkan oleh adanya lag variabelterikat, yaitu produktivitas tenaga kerja seba-gai variabel bebas dalam spesifikasi modelnya.Analisis data panel statis dengan pendekatanPooled Least Square (PLS) dan FEM, tetap di-

Page 13: Disparitas, Konvergensi, dan Determinan Produktivitas ...

Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan... 75

Gambar 5: Hubungan Antara Perkembangan Produktivitas Tenaga Kerja dengan DisparitasProduktivitas Tenaga Kerja Agregat di Indonesia Tahun 1987–2011

Sumber: BPS (1987–2011), Data Diolah

lakukan dalam rangka melakukan perbanding-an dan penentuan salah satu kriteria pendekat-an model data panel dinamis yang tepat, yaitupenduga yang tidak bias. Selain itu, model da-ta panel dinamis yang tepat penduganya jugaharus konsisten penduganya dan menggunakaninstrumen yang valid. Ringkasan hasil estima-si model agregat di Indonesia disajikan dalamTabel 2.

Pengujian continuum pada model denganpendekatan FD-GMM menunjukkan bahwapenduga koefisien dari lag variabel terikat da-lam hal ini lag produktivitas tenaga kerja yangsebesar 0,380015 ternyata lebih kecil diban-dingkan dengan penduga dengan pendekatanFEM yang sebesar 0,609697 dan penduga de-ngan pendekatan PLS yang sebesar 0,929096.Hal ini menyatakan bahwa penduga denganpendekatan FD-GMM bersifat bias. Uji LMterhadap model dengan pendekatan FD-GMMmenyatakan bahwa uji signifikansi m1 denganstatistik uji sebesar -2,0308 menunjukkan hasilyang signifikan, sedangkan uji signifikansi m2dengan statistik uji sebesar 1,3843 menunjuk-kan hasil yang tidak signifikan sehingga dapatdisimpulkan bahwa penduga dengan pendekat-

an FD-GMM bersifat konsisten. Hasil uji Sar-gan dengan statistik uji sebesar 25,8107 yangmenunjukkan hasil yang tidak signifikan me-nyatakan bahwa penduga dengan pendekatanFD-GMM menggunakan instrumen yang bersi-fat valid. Walaupun penduga dengan pendekat-an GMM bersifat konsisten dan menggunakaninstrumen yang bersifat valid, namun karenahasil pengujian continuum menyatakan bahwapenduga tersebut bersifat bias, maka model de-ngan pendekatan FD-GMM tidak tepat digu-nakan meskipun uji statistik hasil uji Goodnessof Fit-nya 1914,96.

Penduga koefisien dari lag variabel terikatdari model dengan pendekatan Sys-GMM se-besar 0,877779 lebih besar dari penduga darimodel dengan pendekatan FEM dan lebih kecildari penduga model dengan pendekatan PLSsehingga syarat continuum terpenuhi dan pen-duga dinyatakan bersifat tidak bias. Hasil ujiLM juga menunjukkan bahwa statistik uji hasiluji signifikansi m1 sebesar -2,0434 yang berartisignifikan, sedangkan statistik uji hasil uji sig-nifikansi m2 sebesar 1,7691 yang berarti tidaksignifikan. Hal ini menyatakan bahwa pendu-ga dengan pendekatan Sys-GMM juga bersi-

Page 14: Disparitas, Konvergensi, dan Determinan Produktivitas ...

Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan...76

Tabel 1: Hasil Pengujian Stasioneritas Data

Variabel MetodeStatistik Uji

LLC Breitung IPS ADF PP

Model konvergensi produktivitas tenaga kerja agregat

ln LP 2 -1,47150 -1,75616* 0,50733 42,0366 99,0702*ln LP(-1) 2 -2,84108* -2,12461* 0,28316 44,0153 99,4825*ln sngd 1 -3,68137* -2,65263* 79,3826* 136,3920*ln hngd 1 -5,62264* 2,12556* 67,2866 111,2820*ln trade 2 4,66715* 1,02695 -0,94161 69,0528 70,7862*ln rw 1 -4,38276* -1,46648 72,6096* 55,1464

Sumber: Hasil Pengolahan PenulisKeterangan: 1 = Dengan intersep tanpa trenKeterangan: 2 = Dengan intersep dan trenKeterangan: ** signifikan pada taraf 5%Keterangan: *** signifikan pada taraf 1%.

fat konsisten. Hasil uji Sargan dengan statistikuji sebesar 25,8107 yang tidak signifikan me-nyatakan bahwa penduga dengan pendekatanSys-GMM bersifat valid. Ketiga hasil pengu-jian di atas menyatakan bahwa model denganpendekatan Sys-GMM memenuhi kriteria mo-del panel dinamis yang tepat. Hasil statistik ujiGoodness of Fit dengan pendekatan Sys-GMMsebesar 75299,70 menyatakan bahwa minimal 1variabel di antara lag produktivitas tenaga ker-ja, stok modal fisik, stok modal manusia, totalperdagangan, dan upah riil yang secara signi-fikan memengaruhi produktivitas tenaga kerjaagregat di Indonesia. Hasil uji t pada modelpendekatan Sys-GMM menyatakan bahwa va-riabel lag produktivitas tenaga kerja, stok mo-dal fisik, stok modal manusia, total perdagang-an, dan upah riil berpengaruh positif terhadapproduktivitas tenaga kerja agregat di Indone-sia.

Model konvergensi di atas dapat memberi-kan informasi mengenai beberapa faktor yangmemengaruhi produktivitas tenaga kerja regio-nal di Indonesia dengan asumsi memberikanpengaruh yang sama di KBI maupun di KTI.Intervensi terhadap faktor-faktor tersebut per-lu dilakukan untuk mengakselerasi terjadinyaproses konvergensi. Intervensi harus lebih fokusterhadap wilayah dengan tingkat produktivitastenaga kerja yang lebih rendah agar produkti-vitas tenaga kerjanya dapat meningkat lebih

cepat sehingga proses konvergensi lebih cepatterjadi.

Koefisien variabel lag produktivitas tenagakerja sebesar 0,877779 yang lebih kecil dari sa-tu menyatakan bahwa proses konvergensi terja-di terkait disparitas produktivitas tenaga kerjaagregat. Hal ini mengindikasikan bahwa kece-patan konvergensi produktivitas tenaga kerja0,6518 dengan half time convergence atau wak-tu yang diperlukan untuk menutup kesenjang-an sekitar 11 tahun. Hasil kecepatan konver-gensi dan half time convergence dalam studiini sedikit lebih cepat dibandingkan hasil studiSusanti (2005) di 26 provinsi di Indonesia sela-ma periode 1987–2003 yang menemukan bah-wa kecepatan konvergensi produktivitas tena-ga kerja agregat sebesar 0,0498 dengan half ti-me convergence selama 14 tahun. Penambahanbeberapa variabel yang diduga memengaruhiproduktivitas tenaga kerja seperti stok modalfisik, stok modal manusia, total perdagangan,dan upah riil, serta penggunaan metode ana-lisis data panel dinamis yang dapat mengata-si masalah endogenitas, serta menghasilkan es-timator yang tidak bias dan konsisten dalamstudi ini dianggap sebagai penyebab lebih ce-patnya kecepatan konvergensi yang terjadi.

Model estimasi dengan pendekatan Sys-GMM yang merupakan model agregat terba-ik memberikan hasil koefisien regresi variabelstok modal fisik sebesar 0,050768. Hal ini ber-

Page 15: Disparitas, Konvergensi, dan Determinan Produktivitas ...

Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan... 77

Tabel 2: Ringkasan Hasil Estimasi Model Konvergensi Produktivitas Tenaga Kerja Agregat di Indonesiadengan Metode PLS, FEM, FD-GMM, dan Sys-GMM

Variabel PLS FEM FD GMM Sys-GMM

ln lp(-1) 0,9290964 0,6094972 0,3800153 0,877779171,29*** 14,89*** 11,41*** 72,00***

ln sngd 0,0480568 -0,0044243 0,019550 0,05076773,30*** -0,18 0,61 4,09***

ln hngd 0,049451 0,0926171 0,0614656 0,07199473,34*** 4,28*** 3,49*** 13,78***

ln trade 0,0203764 0,1368685 0,4440153 0,0552271,24 4,24*** 8,26*** 2,40**

ln rw 0,089461 0,205801 0,462813 0,0202002,77*** 4,66*** 19,28*** 5,90***

cons -1,033687 -1,700812-2,54** -3,05***

Implied λ 0,065180156Half time convergence 10,63432838

R-squared 0,9776 0,9661Adj. R-squared 0,9772Uji Goodness of Fit 2446,51 176,30 1914,96 75299,70

[0,0000]*** [0,0000]*** [0,0000]*** [0,0000]***

Uji LMm1 -2,0308 -2,0434

[0,0423]** [0,0410]**m2 1,3843 1,7691

[0,1663 [0,0769

Uji Sargan 25,8107 25,8107[0,9999] [1,0000]

Sumber: Hasil Pengolahan PenulisKeterangan: ** signifikan pada taraf 5%Keterangan: *** signifikan pada taraf 1%.

arti bahwa variabel stok modal fisik berpe-ngaruh positif terhadap produktivitas tenagakerja agregat di Indonesia. Peningkatan 1%stok modal fisik akan meningkatkan produkti-vitas tenaga kerja agregat di Indonesia sebesar0,050768%, ceteris paribus. Hasil ini sesuai de-ngan hasil studi Jiang (2012). Purawan (2010)yang menggunakan produktivitas tenaga ker-ja sebagai ukuran disparitas menemukan bah-wa stok modal fisik berpengaruh negatif padaperiode 1992–2007, berpengaruh positif padaperiode pradesentralisasi, dan berpengaruh ne-gatif pada periode pascadesentralisasi. Denganmenggunakan output per kapita sebagai ukur-an disparitas pengaruh positif stok modal fisikditemukan juga oleh Resosudarmo dan Vidyat-tama (2006), serta Firdaus dan Yusop (2009).

Hasil koefisien regresi variabel stok modal

manusia pada model agregat sebesar 0,071995.Hal ini menyatakan bahwa variabel stok mo-dal manusia berpengaruh positif terhadap pro-duktivitas tenaga kerja agregat di Indonesia.Peningkatan 1% stok modal manusia akan me-ningkatkan produktivitas tenaga kerja agregatsebesar 0,071995%, ceteris paribus. Hasil studiJiang (2012) menemukan bahwa pengaruh stokmodal manusia terhadap produktivitas tena-ga kerja tidak signifikan. Purawan (2010) yangmenggunakan produktivitas tenaga kerja seba-gai ukuran disparitas menemukan bahwa stokmodal manusia berpengaruh negatif pada peri-ode 1992–2007, berpengaruh negatif pada peri-ode pradesentralisasi, dan berpengaruh posi-tif pada periode pascadesentralisasi. Denganmenggunakan output per kapita sebagai ukur-an disparitas pengaruh positif stok modal ma-

Page 16: Disparitas, Konvergensi, dan Determinan Produktivitas ...

Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan...78

nusia ditemukan juga oleh Resosudarmo danVidyattama (2006) yang menggunakan proksiproporsi penduduk lulusan SMA. Sama halnyadengan variabel stok modal fisik, varibel stokmodal manusia berpengaruh positif terhadapproduktivitas tenaga kerja agregat di Indone-sia sesuai dengan perannya dalam meningkat-kan kapasitas produksi seperti prediksi modelpertumbuhan ekonomi endogen.

Variabel total perdagangan memiliki hasilkoefisien regresi sebesar 0,055227. Hal ini ber-arti bahwa variabel total perdagangan berpe-ngaruh positif terhadap produktivitas tenagakerja agregat di Indonesia. Peningkatan 1% to-tal perdagangan akan meningkatkan produkti-vitas tenaga kerja agregat sebesar 0,055227%,ceteris paribus. Hasil studi ini sesuai denganhasil studi Jiang (2012). Purawan (2010) yangmenggunakan produktivitas tenaga kerja seba-gai ukuran disparitas menemukan bahwa totalperdagangan berpengaruh positif pada periode1992–2007, pradesentralisasi dan pascadesen-tralisasi. Dengan menggunakan output per ka-pita sebagai ukuran disparitas pengaruh positiftotal perdagangan ditemukan juga oleh Reso-sudarmo dan Vidyattama (2006). Ada lima ja-lur potensial menurut Jiang (2012) yang meng-hubungkan pengaruh keterbukaan perdagang-an terhadap produktivitas tenaga kerja regio-nal di Indonesia antara lain: (1) transmisi tek-nologi melalui proses imitasi; (2) iklim kompe-tisi yang ketat yang mendorong inovasi; (3) ak-ses terhadap tenaga kerja asing terampil yangdapat meningkatkan keterampilan teknikal ma-upun manajerial; (4) munculnya perusahaanbaru yang dapat mengambil keuntungan daripendahulunya, penghematan biaya tetap ter-kait strategi ekspor impor bagi perusahaan ba-ru sehingga mempermudahnya untuk berpene-trasi ke dalam industri; serta (5) peningkatanpermintaan input yang diproduksi perusahaanhulu oleh perusahaan hilir.

Hasil koefisien regresi variabel upah riil pa-da model konvergensi produktivitas tenaga ker-ja agregat di Indonesia sebesar 0,020200. Hal

ini berarti bahwa variabel upah riil berpenga-ruh positif terhadap produktivitas tenaga kerjaagregat di Indonesia. Peningkatan 1% upah riilakan meningkatkan produktivitas tenaga ker-ja agregat sebesar 0,020200%, ceteris paribus.Hasil studi ini sesuai dengan hasil studi Su-marlin (2006). Hubungan positif antara upahriil dan produktivitas tenaga kerja tersebut di-pengaruhi oleh peningkatan biaya oportunitasdari kehilangan pekerjaan akibat peningkatanupah riil yang dapat mendorong peningkatankinerja tenaga kerja tersebut. Selain itu, upahriil yang lebih tinggi akan meningkatkan biayatenaga kerja sehingga mendorong perusahaanuntuk mensubstitusi unit tenaga kerja denganunit modal yang kemudian akan meningkatkanmarginal produk dari tenaga kerja atau pro-duktivitas tenaga kerja.

Pemerintah dalam rangka upaya mengurangidisparitas sekaligus mempercepat proses kon-vergensi regional produktivitas tenaga kerja diIndonesia. Walaupun pemerintah harus mene-rapkan kebijakan yang sifatnya adil bagi selu-ruh rakyatnya agar tidak memicu kecemburu-an sosial terkait masalah disparitas, pemerin-tah harus lebih memprioritaskan untuk meng-atasi masalah disparitas produktivitas tenagakerja di KTI dibandingkan di KBI karena KTImemiliki tingkat disparitas yang lebih tinggi.Agar konvergensi lebih cepat terjadi dan ma-salah disparitas produktivitas tenaga kerja re-gional di Indonesia lebih cepat teratasi, por-si intervensi determinan produktivitas tenagakerja regional untuk provinsi dengan produk-tivitas tenaga kerja yang lebih rendah haruslebih besar dibandingkan provinsi dengan pro-duktivitas tenaga kerja yang lebih tinggi.

Pemerintah harus meningkatkan akumula-si stok modal fisik melalui peningkatan por-si investasi dalam perekonomian dalam jum-lah yang tepat untuk menyediakan kebutuh-an investasi bagi tenaga kerja baru agar ra-sio modal output tetap terjaga dan mendorongperekonomian menuju kondisi steady state me-lalui peningkatan proporsi PMTB terhadap

Page 17: Disparitas, Konvergensi, dan Determinan Produktivitas ...

Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan... 79

PDRB. Kemudian, pemerintah harus mening-katkan akumulasi stok modal manusia yangberkaitan dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM), misalnya melalui penye-lenggaraan pelatihan kerja berbasis kompeten-si (competency based training), mengembang-kan standardisasi dan sertifikasi kompetensi te-naga kerja, meningkatkan relevansi dan kuali-tas lembaga pelatihan kerja termasuk pening-katan profesionalisme instruktur pelatihan ker-ja, serta meningkatkan sarana dan prasaranapelatihan kerja tersebut. Selain itu, pemerin-tah harus mengantisipasi peningkatan pertum-buhan tenaga kerja dengan peningkatan por-si investasi dalam perekonomian dalam jumlahyang memadai untuk menyediakan kebutuhaninvestasi bagi tenaga kerja baru agar rasio mo-dal output tetap terjaga. Apabila peningkat-an jumlah tenaga kerja melebihi peningkataninvestasi, maka investasi per tenaga kerja a-kan menurun dan berpengaruh negatif terha-dap produktivitas tenaga kerja.

Pemerintah harus mendorong peningkatanderajat keterbukaan perdagangan Indonesiauntuk meningkatkan produktivitas tenaga ker-ja agregat di Indonesia, misalnya dengan ke-bijakan penghapusan hambatan perdaganganbaik tarif maupun nontarif yang dikombinasi-kan dengan kebijakan proteksi produsen dalamnegeri yang tepat. Kemudian, pemerintah ha-rus meningkatkan upah riil melalui penetap-an kebijakan Upah Minimum Provinsi (UMP)yang seimbang dengan Kebutuhan Hidup La-yak (KHL) agar dapat meningkatkan produk-tivitas tenaga kerja agregat di Indonesia.

Simpulan

Berdasarkan hasil dan analisis yang telah dipa-parkan sebelumnya dan merujuk pada perma-salahan dan tujuan awal dari studi ini, makadapat diambil beberapa kesimpulan. Pertama,disparitas regional produktivitas tenaga kerjaagregat merupakan fenomena yang dialami In-donesia selama periode 1987–2011 di mana dis-

paritas regional di KTI lebih timpang diban-dingkan di KBI. Kedua, konvergensi regionalproduktivitas tenaga kerja agregat selama peri-ode 1987–2011 terjadi di Indonesia dengan ke-cepatan konvergensi 0,06518 dan waktu yangdiperlukan untuk menutup kesenjangan seki-tar 11 tahun. Ketiga, determinan produktivitastenaga kerja agregat di Indonesia selama per-iode 1987–2011 antara lain stok modal fisik,stok modal manusia, total perdagangan, danupah riil di mana semuanya berpengaruh po-sitif. Keempat, pemerintah harus menerapkankebijakan dengan melakukan intervensi terha-dap faktor-faktor yang diketahui memengaruhiproduktivitas tenaga kerja di Indonesia dalamrangka mengurangi disparitas dengan memper-cepat proses konvergensi regional produktivitastenaga kerja tersebut.

Adapun, beberapa hal yang dapat disaran-kan bagi pemerintah berdasarkan studi ini an-tara lain walaupun pemerintah harus mene-rapkan kebijakan yang sifatnya adil bagi selu-ruh rakyatnya agar tidak memicu kecemburuansosial terkait masalah disparitas, pemerintahharus lebih memprioritaskan untuk mengatasimasalah disparitas produktivitas tenaga kerjadi KTI dibandingkan di KBI karena KTI me-miliki tingkat disparitas yang lebih tinggi. Se-lain itu, intervensi harus lebih fokus terhadapprovinsi-provinsi dengan tingkat produktivitastenaga kerja yang lebih rendah agar produk-tivitas tenaga kerjanya dapat meningkat lebihcepat sehingga proses konvergensi lebih cepatterjadi. Dalam rangka lebih mempercepat pe-ningkatan produktivitas tenaga kerja sehinggadapat mempercepat proses konvergensi, peme-rintah harus fokus terhadap determinan yangmemberikan pengaruh lebih dominan di manadalam hal ini adalah stok modal manusia.

Daftar Pustaka

[1] Akita, T., & Kataoka, M. (2003). Regional In-come Inequality in the Post War Japan. ERSAConference Paper, ersa03p480. 43rd Congressof the European Regional Science Associa-

Page 18: Disparitas, Konvergensi, dan Determinan Produktivitas ...

Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan...80

Tabel 3: Definisi Operasional Variabel

Nama Variabel Deskripsi Definisi Operasional Variabel

LP produktivitas tenaga kerja nilai PDRB riil yang dibagi dengan jumlah penduduk umur 15tahun ke atas yang bekerja

sngd stok modal fisik proporsi PMTB riil terhadap PDRB riil dibagi variabel tingkatdepresiasi

hngd stok modal manusia proporsi penduduk umur 15 tahun ke atas yang bekerja yang ta-mat SMA dibagi variabel tingkat depresiasi

TRADE total perdagangan proporsi total keterbukaan perdagangan baik internasional dan in-terprovinsial, yaitu ekspor riil ditambah impor riil terhadap PDRBriil

RW upah riil rata-rata upah dari penduduk umur 15 tahun ke atas yang beker-ja dengan status pekerjaan utama sebagai buruh dibagi deflatorPDRB

Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

tion (ERSA) at Jyvaskyla, Finland, August27–30, 2003. http://www-sre.wu-wien.ac.at/

ersa/ersaconfs/ersa03/cdrom/papers/480.pdf

(Accessed January 17, 2013).[2] Armstrong, H., & Taylor, J. (2000). Regional Eco-

nomics and Policy, 3rd Edition. Massachusetts,USA: Blackwell Publisher.

[3] Barro, R. J., & Sala-i-Martin, X. (2004). EconomicGrowth. New York: McGraw-Hill.

[4] Bawono, A. N. (2011). Keterkaitan Spasial Per-bedaan Produktivitas Tenaga Kerja Kabupa-ten/Kota di Pulau Jawa. Tesis. Bogor: InstitutPertanian Bogor.

[5] Dunford, M. (2009). Regional Development Mo-dels. In N. Thrift, & R. Kitchin (Eds), Interna-tional Encyclopedia of Human Geography, Twelve-Volume Set, Elsevier Science, pp. 192–201.

[6] Firdaus, M. (2006). Impact of Investment Inflo-ws on Regional Disparity in Indonesia. DisertasiDoktoral. Serdang, Selangor, Darul Ehsan, Mala-ysia: Universiti Putra Malaysia. http://psasir.

upm.edu.my/8324/1/FEP_2006_3_A.pdf (AccessedJanuary 17, 2013).

[7] Firdaus, M., & Yusop, Z. (2009). Dynamic Ana-lysis of Regional Convergence in Indonesia. Inter-national Journal of Economics and Management,3 (1), 73–86.

[8] Garcia, J. G., & Soelistianingsih, L. (1998). Whydo Differences in Provincial Incomes Persist in In-donesia? Bulletin of Indonesia Economic Studies,34 (1), 95–120.

[9] Gezici, F., & Keskin, B. (2005). Interactionbetween Regional Inequalities and Internal Mi-gration in Turkey. ERSA Conference Papers,ersa05p132. Vienna, Austria: European RegionalScience Association. http://www-sre.wu-wien.

ac.at/ersa/ersaconfs/ersa05/papers/132.pdf

(Accessed January 20, 2013).

[10] Islam, N. (1995). Growth Empirics: A Panel DataApproach. The Quarterly Journal of Economics,110 (4), 1127–2270.

[11] Ismail, R., Rosa, A., & Sulaiman, N. (2012). Glo-balisation and Labour Productivity in the Mala-ysian Manufacturing Sector. Review of Economicand Finance, 2, 76–86.

[12] Jiang, Y. (2012). An Empirical Study of Opennessand Convergence in Labor Productivity in the Chi-nese Provinces. Economic Change and Restructu-ring, 45 (4), 317–336.

[13] Kim, S., Lim, H., & Park, D. (2007). The Effectof Imports and Exports on Total Factor Produ-ctivity in Korea. RIETI Discussion Paper Series,07-E-022. Japan: Research Institute of Economy,Trade and Industry. http://www.rieti.go.jp/

jp/publications/dp/07e022.pdf (Accessed Fe-bruary 10, 2013).

[14] Mankiw, N. G. (2003). Pengantar Ekonomi. Jakar-ta: Erlangga.

[15] Purawan, A. A. (2010). Convergence AmongIndonesian Regions: Pre Vs. Post Decentra-lization. Tesis. Seoul: KDI School of PublicPolicy and Management. http://211.253.40.86/mille/service/SAT/10000/IMG/000000005399/

2010fall_Akhmad%20Adi%20Purawan.pdf (Acces-sed February 10, 2013).

[16] Ray, D. (1998). Development Economics. Prince-ton: Princeton University Press.

[17] Resosudarmo, B. P., & Vidyattama, Y. (2006). Re-gional Income Disparity in Indonesia: A Panel Da-ta Analysis. ASEAN Economic Bulletin, 23 (1),31–44

[18] Sufii, S. (2010). Konvergensi Ekonomi Regionaldi Indonesia Sebelum dan Sesudah PemberlakuanOtonomi Daerah. Tesis. Depok: Fakultas EkonomiUniversitas Indonesia.

[19] Sumarlin. (2006). Analisis Hubungan Tingkat

Page 19: Disparitas, Konvergensi, dan Determinan Produktivitas ...

Aisyah F. Y., M. Firdaus, & Idqan F./Disparitas, Konvergensi, dan... 81

Upah Tinggi terhadap Produktivitas di Indone-sia. Tesis. Medan: Sekolah Pascasarjana Univer-sitas Sumatera Utara.

[20] Susanti, B. H. (2005). Konvergensi ProduktivitasTenaga Kerja Sektoral Antar Propinsi di Indone-sia (1987-2003). Tesis. Depok: Fakultas EkonomiUniversitas Indonesia.

[21] Tambunan, T. (2001). Perekonomian Indonesia:Teori dan Temuan Empiris. Jakarta: PT GhaliaIndonesia.

[22] Todaro, M. P., & Smith, S. C. (2006). Pembangun-an Ekonomi. Jilid I. Edisi ke-9. Jakarta: Erlangga.

[23] Verbeek, M. (2004). A Guide to Modern Econo-metrics, 2nd Edition. New Jersey: John Wiley &Sons.

[24] Williams, C., Draca, M., & Smith, C. (2003).Productivity and Regional Economic Perfor-mance in Australia. Brisbane, Queensland:Office of Economic and Statistical Rese-arch. Queensland Treasury. http://www.

qgso.qld.gov.au/products/publications/

productivity-reg-econ-performance-au/

productivity-reg-econ-performance-au.pdf

(Accessed January 20, 2013).[25] You, S. T. (2013). Inequality Does Cause

Underdevelopment: Comprehensive Ana-lyses of the Relationship. Thesis. Berkeley:University of California Berkeley. https:

//www.econ.berkeley.edu/sites/default/

files/Soosun%20Tiah%20You_thesis.pdf (Acces-sed June 1, 2013).