EFEKTIVITAS PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING (STUDI …
Transcript of EFEKTIVITAS PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING (STUDI …
EFEKTIVITAS PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING (STUDI
SMA N 7 TEBO)
Skripsi
Di Ajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (SI)
Dalam Bimbingan Penyuluhan Islam
Fakultas Dakwah
SUPANTI
UB 150131
PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI 2019
MOTTO
“serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk (Q.S An-Nahl)”.1
1Departemen Agama RIS, al-Quran ( Semarang: Jasa Media Utama, 2013), 16.
ABSTRAK
Penelitian ini di latar belakangi oleh adanya guru non bimbingan
konseling di SMA N 7 Tebo, yang pelaksanaan nya berjalan kurang
efektif. Karena guru non bimbingan konseling berlatar belakang
pendidikan kewarganegaraan sehingga di dalam pelaksanaanya
cenderung untuk menghukum.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui
Efektivitas Pelayanan Bimbingan Konseling terhadap Siswa oleh
Guru Non Bimbingan Konseling, sedangkan secara khusus 1) Untuk
mengetahui bentuk pelayanan yang di lakukan oleh guru non
bimbingan konseling, 2) Untuk mengungkapkan dampak pelayanan
guru non bimbingan konseling terhadap siswa., 3) Untuk mengetahui
upaya sekolah dalam meningkatkan keefektifan guru non bimbingan
konseling.
Karya Ilmiah ini menggunakan metode pengamatan deskriptif
kualitatif melalui teknik pengumpulan data dengan cara observasi,
wawancara, dan dokumentasi dengan teknik deskriptif. Data yang
terkumpul kemudian di analisis dan di kelompokkan berdasarkan
permasalahan pengamatan yang ada.
Sampel penelitian ini adalah Guru Non Bimbingan Konseling
dan siswa siswi kelas XII di SMA N 7 Tebo. Peneliti melakukan
wawancara dengan Guru Non BK dan beberapa siswa di sekolah
tersebut dan semua staf yang terlibat di dalam penelitian tersebut.
Hasil penelitian ini adalah 1) Bentuk layanan bimbingan
konseling yang dilaksanakan oleh guru non bimbingan konseling di
SMA N 7 Tebo adalah layanan orientasi, layanan informasi, layanan
penempatan dan penyaluran, layanan konselingperorangan (individu).
Di samping itu guru non bimbingan konseling membantu pihak
sekolah melaksanakan razia yang merupakan salah satu program
sekolah, 2) Efektivitas pelayanan Non BK berjalan kurangbaik, 3)
Upaya sekolah untuk meningkatkan Efektivitas Pelayanan Non BK
dengan memberikan sarana prasarana dan lain-lain.
PERSEMBAHAN
Sujud syukur kepada Allah SWT
Atas Limpahan rahmat dan kasih sayang Nya
Telah memberikan kesabaran dan kemudahan dalam setiap proses yang kujalani
Sholawat serta salamselalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Kupersembahkan sebuah karya yang penuh ini kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi.
Yaitu kepada Bapak “Suparman” dan Ibu“Paini” yang telah memberikan kasih sayang, doa, nasehat, dan motivasi untuk menjadi manusia
yang lebih baik lagi kedepannya, serta memberikanku dukungan dalam keadaan apapun, dan di manapun yang tidak mungkin akan pernah
terbalaskan. Semoga kalian bangga dengan pencapaian sampai saat ini.
Juga “KakakSupandi.S.Kep.NersBesertakelurgabesarAdmorejdodanAlm.Mi
nem” yang telahmemberikanakucontohsertanasehatbahwapendidikanitusegalanya di
dalamkehidupaninidanterimakasihjugakelurgabesar yang sudahmemberikanmotivasinyadanselalumendukungapapunkeputusan yang
di buat.
Terimakasih ku ucapkan kepada Dosen PembimbingSya’roni.M.Pd.Idan
Junaidijauhari, S.Pd, M.Pd.Iyang selama ini menuntun dan membimbingskripsiini.
TerimakasihKeluargabesar SMA N 7 Tebobesertastaf yang
telahmemberikanmotivasisayahinggasaatini.
Terimaksihuntukteman yang menemani di setiaplangkahdariawal,
temandarikecilumikurniafajridanislainioct, temanseperjuangandari SMA N 7
Tebo, temanseperjuangankuliahbimbinganpenyuluhanislam,
terkhususmitriyanto, ciciindah, ciciwulandari, yevitmarda, masturoh,
noviusa’dah, yayangayuputri,
ukhtymulyanti,ElyGuspiyaTerimakasihjugauntuktemanterbaik yang
selalumenemanibegadangdanmemberikanmotivasinyaselamainiyaituIhsanDel
oidphotografh.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirahim
Alhamdulillahi rabbil’alamin, puji dan syukur kita panjatkan
atas kehadirat Allah SWT, atas berkat Rahman dan karunia-Nya yang
dilimpahkan tercurahkan kepada kita semua. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah menyampaikan syariat islam kepada
seluruh umat manusia. Atas rahmat Allah SWT, akhirnya penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pada Fakultas Dakwah Jurusan BimbinganPenyuluhan Islam UIN STS
Jambi. Syukur alhamdulillah skripsi ini dapat terselesaikan berkat
do’a, dorongan, dan juga nasihat dari beberapa pihak yang bersifat
moril maupun material, tentunya merekalah yang telah memberikan
bimbingan dengan penuh kesabaran akhirnya kesulitan bisa teratasi
dengan baik. Dalam hal ini penulis sangat membutuhkan bantuan
untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam menyelsaikan karya ini.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
yang tak terhingga kepada beberapa pihak yaitu :
1. Bapak Sya’roni M.Pd.I Pembimbing I dan Bapak Junaidi Jauhari,
S.Pd, M.Pd.I. Selaku Pembimbing II Fakultas Dakwah Universitas
Islam Negeri STS Jambi.
2. BapakSyaro’ni M.Pd.I, selaku Ketua Jurusan Bimbingan Penyuluhan
Islam dan Ibu Neneng Hasanah S.Ag. M.Pd.I., sekretaris Jurusan
Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah Universitas Islam
Negeri STS Jambi.
3. Bapak Samsu, S.Ag, M.Pd.I, Ph. D selaku Dekan Fakultas Dakwah
Universitas Islam Negeri STS Jambi.
4. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH, M. Hum selaku Wakil Dekan I
Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri STS Jambi.
5. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA, selaku Rektor Universitas Islam
Negeri STS Jambi.
6. Bapak Prof. Suaidi, MA, Ph.D selaku Wakil Rektor I. Dr. H. Hidayat,
M.Pd. Wakil Rektor II, Ibu Dr. Hj. Fadilah, M.Pd, Wakil Rektor III
Universitas Islam Negeri STS Jambi.
7. Bapak/Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuannya
kepada penulis.
8. Kabag Fak Dakwah, Kasubag dan karyawan dan karyawati
dilingkungan Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri STS Jambi.
9. KepalaPerpustakaan Universitas Islam Negeri STS Jambi.
10. Serta sahabat-sahabat di KonsentrtrasiBimbinganPenyuluhan Islam,
yang telah memberikan support dan selalu menjadi inpsirasi sekaligus
imajinasi bagi penulis.
Atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan,
penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga, semoga skripsi
ini bermanfaat untuk semua pihak yang membaca. Dengan iringan
do’a semoga bantuan mereka menjadi amal ibadah dan mendapat
ridho dari Allah SWT atas apa yang telah diberikan kepada penulis.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
NOTA DINAS .............................................................................................................. ii
SURAT PERYATAAN ORISINIL SKRIPSI .......................................................... iii
PENGESAHAN .......................................................................................................... iv
MOTTO........................................................................................................................ v
ABSTRAK................................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Permasalahan .................................................................................. 7
C. Batasan Masalah ............................................................................. 7
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................... 7
E. Kerangka Teori ............................................................................... 8
F. Metode Penelitian ......................................................................... 20
G. Pemeriksaan Keabsahan Data ...................................................... 24
H. Studi Relevan ........................................................................... …26
BAB II PROFIL SEKOLAH
A. SejarahSingkat SMA N 7 Tebo .................................................... 28
B. ProfilSekolah SMA N 7 Tebo ...................................................... 29
C. IdentitasSekolah SMA N 7 Tebo .................................................. 29
D. JumlahPesertaDidikEnamTahunTerakhir .................................... 30
E. PrestasiDuaTahunTerakhir ........................................................... 30
F. StrukturOrganisasiSekolah ......................................................... 31
BAB III BENTUK PELAYANAN BIMBINGAN DAN
KONSELING YANG DILAKUKAN DI SMA N 7 TEBO
DAN DAMPAK BIMBINGAN YANGDIBERIKAN OLEH
GURU NON BIMBINGAN KONSELING
A. BentukPelayananBimbinganKonselingdari Guru Non
BimbinganKonseling .................................................................... 32
B. DampakPelayananBimbinganBonseling yang di
Berikanoleh Guru Non BimbinganKonseling .............................. 43
BAB IV UPAYA SEKOLAH MENINGKATKAN EFEKTIVITAS
PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. MemberikanKesempatan Guru
untukMeningkatkanEfektivitaskepada Guru
BimbinganKonseling .................................................................... 49
B. Menyediakansaranadanprasaranasekolahan ................................. 51
C. Memberikankesempatankepada Guru Non BK mengikuti
MGBK(Musyawarah Guru BK) .................................................. 52
D. MeningkatkanSupervisi Guru BimbinganKonseling ................... 53
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 55
B. Saran-saran ................................................................................... 56
C. Kata Penutup ................................................................................ 56
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN..............................................................................
CURICULUM VITAE ....................................................................................
TRANSLITERASI
A. Alfabet
Arab
Indonesia Arab Indonesia
ṭ ط ’ ا
ẓ ظ B ب
‘ ع T ت
Gh غ Th ث
F ف J ج
Q ق ḥ ح
K ك Kh خ
L ل D د
M م Dh ذ
N ن R ر
H ہ Z ز
W و S س
٫ ء Sh ش
Y ي ṣ ص
- - ḍ ض
B. Vokal dan Harkat
Arab
Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia
آ
A ا Ā إی
I
ٱ
U آی
Á آو
Aw
I إ Ū وٱ
آی
Ay
C. T ṭ
Transliterasinya untuk ta marbutah ini ada dua macam:
1. T ṭ yang mati atau mendapat harakat sukun , maka
transliterasinya adalah /h/.
Arab
Indonesia
ةصلا Ṣ l
اةمر i
2. Ta Marbutah hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah dan
dammah, maka transliterasinya adalah /t/.
Arab
Indonesia
لتربيةوزارةا Wiz t l-Tarbiyah
لزمناةامر i t l-zaman
3. Ta Marbutah yang berharkat tanwin maka translit adalah
/tan/tin/tun.
Contoh:
Arab
Indonesia
فجئة
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Siswa merupakan salah satu komponen manusia yang menempati
posisi sentral. Siswa menjadi pokok persoalan dan tumpuan penelitian
dalam semua proses transformasi dan tumpuan perhatian dalam semua
proses transformasi yang disebut pendidikan. Sebagai salah satu
komponen penting dalam sistem pendidikan, siswa sering disebut sebagai
“ raw material” (bahan mentah) yang memerlukan bimbingan. Dalam
perspektif pedadogis, siswa diartikan sebagai sejenis mahkluk “homo
educandum”, mahkluk yang menghajatkan pendidikan. Dalam pengertian
ini, siswa dipandang sebagai manusia yang memiliki potensi yang
bersifat laten, sehingga dibutuhkan binaan dan bimbingan untuk
mengaktualisasikannya agar ia dapat menjadi manusia susila yang
cakap.2
Allah SWT berfirman yang mana termasuk dalam QS.Mujadilah:
”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat
(Q.S. al-Mujadilah : 11)”.3
Dalam perspektif psikologis, siswa adalah individu yang sedang
berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun
psikis menurut fitrahnya masing-masing. Sebagai individu yang tengah
2Ulul Azam, Bimbingan dan Konseling Perkembangan di Sekolah, (Yogyakarta:
Depubish, 2016), 24. 3Departemen Agama RIS, al-Quran ( Semarang: Jasa Media Utama, 2013), 58.
2
tumbuh dan berkembang, siswa memerlukan bimbingan dan pengarahan
yang konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya. 4
Di undang-undang sistem pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003
pasal 1 ayat 4, “siswa (peserta didik) diartikan sebagai anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses
pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu”5
Ada beberapa defenisi tentang siswa yang disebutkan di atas
dapat disimpulkan bahwa siswa individu yang memiliki sejumlah
karakteristik, di antaranya:
a. Siswa adalah individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang
khas, sehingga ia merupakan insan yang unik. Potensi-potensi khas
yang di milikinya ini perlu dikembangkan dan diaktualisasikan
sehingga mampu mencapai taraf perkembangan yang optimal.
b. Siswa adalah individu yang sedang berkembang, artinya siswa tengah
mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya secara wajar, baik
yang ditujukan kepada diri sendiri maupun yang di arahkan pada
penyesuaian dengan lingkungannya.
c. Siswa adalah individu yang membutuhkan bimbingan individu dan
perlakuan manusiawi. Sebagai individu yang sedang berkembang,
maka proses pemberian bantuan dan bimbingan perlu mengacu pada
tingkat perkembangannya.
d. Siswa adalah individu yang memiliki kemampuan untuk mendiri.
Dalam perkembangannya siswa memiliki kemampuan untuk
berkembang ke arah kedewasaan. Di samping itu, dalam diri siswa
juga terdapat kecenderungan untuk melepaskan diri dari
kebergantungan pada pihak lain. Karena itu, setahap demi setahap
4Ulul Azam, Bimbingan dan Konseling Perkembangan di Sekolah, (Yogyakarta:
Depubish, 2016), 24. 5Redaksi CMedia, UUD 1945 dan Perubahanya, (Jakarta: Redaksi Cmedia, 2012),
14.
3
orang tua atau pendidik perlu memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mandiri dan bertangung jawab sesuai dengan kepribadianya.6
Dalam Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28 C ayat (1), Pasal 32 Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 tentang
pendidikan nasional Indonesia adalah pendidikan yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Sistem
pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang
saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Sedangkan peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia
pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.7
Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional.
Sesuai dengan makna uraian tentang kefahaman, penanganan dan
penyikapan yang meliputi unsur kognisi, afeksi dan perlakuan konselor
terhadap kasus, pekerjaan profesional itu harus dilaksanakan dengan
mengikuti kaidah yang menjamin efisien dan efektifitas proses dan
lainnya. Kemudian menurut Permendikbud No 111 tahun 2014, Pasal 1
Ayat 1 menjelaskan bahwa bimbingan konseling adalah upaya sistematis,
objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh
konselor atau guru bimbingan konseling untuk memfasilitasi
perkembangan peserta didik/konseli untuk mencapai kemandirian dalam
kehidupannya.8
Bimbingan konseling merupakan terjemahan dari “guidance” dan
“counseling” dalam bahasa inggris. “Guidance” atau akar katanya
6Ulul Azam, Bimbingan dan Konseling Perkembangan di Sekolah, (Yogyakarta:
Depubish, 2016), 245. 7Redaksi CMedia, UUD 1945 dan Perubahanya, (Jakarta: Redaksi Cmedia, 2012),
15. 8Mohammad Nuh,”Permendikbud Bimbingan Konseling”, diakses dari
https://www.slideshare/mobile/wincibal/permendikbud-tahun2014-nomor-111-bimbingan-
konseling, pada tanggal 19 september 2018 pukul 15.01.
4
“guide” bermakna menunjukkan, membimbing, membantu, menentukan,
mengatur, mengemudikan, memimpin, memberi saran, ataupun
menuntun. Jadi, bimbingan dapat di artikan membantu atau menuntun.
Namun tidak semua bantuan atau tuntunan merupakan bimbingan,
dengan firman:
“ kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan
serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati
untuk kebenaran (Surah: Al-Asr ayat 3).”9
Selain itu dalam penyelengaraan juga harus dalam suatu proses
pemberdayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung
sepanjang hayat dengan memberi keteladanan, membangun kemauan dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
Namun yang terjadi sangatlah berbeda dengan keadaan siswa sekarang
mayoritas bertolak belakang dengan misi yang ditegakkan oleh bangsa
kita baik itu pada bidang pendidikan moral maupun dari segi
intelektual.10
Namun juga dunia pendidikan tidaklah lepas dari yang namanya
bimbingan konseling.Bimbingan konseling yang dahulu dikenal dengan
nama bimbingan penyuluhan (Guideance and Conseling), merupakan
bagian tak terpisahkan dari sebuah sistem pendidikan. Sebagai sebuah
sistem, kehadirannya diperlukan dalam upaya pembimbingan sikap
perilaku siswa terutama dalam menghadapi perubahan-perubahan dirinya
menuju jenjang usia yang lebih lanjut.
Dilihat dari segi istilah bimbingan konseling yang sering di
singkat dengan BK. Dahulu istilah bimbingan konseling disekolah baru
dikenal sejak abad ke-20.Sejak tahun 1910 istilah bimbingan penyuluhan
9Departemen Agama RIS, al-Quran ( Semarang: Jasa Media Utama, 2013), 103.
10Muhammad ali, Muhammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta
Didik (Jakarta: PT. bumi aksara, 2014), 173.
5
secara berangsur-angsur menjadi bagian dari pembendaharaan
pendidikan, sekalipun dalam arti yang beda-beda.
Pada tahap selanjutnya bimbingan konseling sudah diberikan
hampir di semua sekolah, namun dalam wujud yang belum direncanakan
dan terorganisasi dengan baik, kemudian pemerintah mengusahakan agar
bimbingan konseling diterapkan disekolah-sekolah. Di Indonesia
bimbingan konseling sebagai program di sekolah mulai muncul pada
1962, dengan ditandai dengan adanya perubahan sistem pendidikan di
SMA ataupun di jenjang apa saja.
Penjelasan di atas sudah dijelaskan bahwasanya bimbingan
konselingitu sendiri sudah diterapkan di semua sekolah tetapi tidak
menutup kemungkinan ada banyak sekolah yang tidak ada guru
bimbingan konselingnya. Dikarenakan mungkin jauh dari jangkauan
pemerintah bahkan juga kebijakan-kebijakan yang belum dilaksanakan
dari sekolah itu sendiri.11
Guru bimbingankonseling memang sangat diperlukan
keberadaanya karena dilihat dari definisi dan pengertiannya bimbingan
konseling adalah proses pemberian bantuan terhadap individu atau
kelompok agar dapat mengatasi masalahnya. Dan jika diterapkan dalam
dunia pendidikan guru bimbingan konseling itu sendiri memiliki banyak
fungsi di antaranya:
1. Suatu konsep yang melihat bimbingan dan pendidikan disekolah
bersifat inklusif, yang berarti bahwa seluruh pendidikan harus
membantu individu agar mereka bertumbuh menjadi dewasa yang
memadai, efektif, sehat, dan senang hidupnya
2. Suatu konsep tentang bimbingan sebagai suatu pola pelayanan yang
khusus sifatnya. Kemudian sebaliknya jika di dalam suatu pendidikan
yang tidak memiliki guru bimbingan konseling atau memiliki guru
bimbingan konseling tetapi bukan berlatar belakang bimbingan
11
Ahmad Susanto, Bimbingan Konseling di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Kharisma
Putra Utama 2015), 3.
6
konseling maka keefektifan guru bimbingan konseling tersebut
kurang berjalan dengan baik.12
Dicantumkannya konselor sebagai salah satu tenaga pendidik
pada Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (SISDIKNAS) Pasal 1 ayat 13, merupakan salah satu indikator
bahwa konselor sebagai salah satu profesi kiprahnya mulai diterima
masyarakat dan pemerintah. Oleh karena itu, tonggak yang bersejarah ini
harus dimanfaatkan dan dijadikan landasan kuat dalam melakukan
evaluasi diri sebagai bagian dari upaya membangun profesi yang
profesional.
Kemajuan zaman yang memberikan peluang dan tantangan sama
besarnya memunculkan kultur kehidupan manusia yang bukan hanya
berorientasi pada aspek keunggulan dan kecepatan waktu tetapi secara
terbuka menuntut proses pembelajaran sebagai wahana dan fasilitas yang
terorganisir untuk menjadikan manusia yang memiliki pemenuhan
kebutuhan belajarnya.
Dewasa ini seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan
zaman kenakalan pada remaja atau lebih tepatnya di SMA semakin
merajalela. Seperti contohnya pencurian, pembunuhan, minum-minuman
keras, merokok, membolos dan lain sebagainya.Remaja adalah suatu
periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa
Dari contoh-contoh di atas tentang kenakalan remaja dalam dunia
pendidikan yang sangat memerlukan yang namanya guru bimbingan
konseling agar dapat mengarahkan individu menjadi pribadi yang lebih
baik dan dewasa.Kenakalan remaja yang dipaparkan di atas seharusnya
dapat penanganan dari guru bimbingan konseling yang professional
bukan malah sebaliknya yang bukan dari guru bimbingan
konseling.Kenakalan remaja semakin merajalela karena perkembangan
zaman dan teknologi untuk lebih mudah mengakses segala kegiatan
12
Ahmad Susanto, Bimbingan Konseling di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Kharisma
Putra Utama 2015), 3.
7
maupun yang terjadi di lingkungan sekitar baik atau buruk. Biasanya
kenakalan remaja paling banyak terjadi itu dikalangan pelajar yang
berada di pedesaan yang jauh dari kota, karena mereka di dalam dunia
pendidikan yang formal belum mengenal yang namanya guru bimbingan
konseling atau guru bimbingan konseling yang bukan dari bimbingan
konseling itu sendiri melainkan guru mata pelajaran lain yang diberikan
wewenang atau tugas sebagai guru bimbingan konseling disekolah
tersebut.
Berdasarkan observasi lapangan di SMA N 7 Tebo di temukan
adanya kenakalan remaja membolos disekolah itu merupakan bentuk
pelanggaran yang sederhana atau sangat kecil resiko namun jika tidak
ditangani dengan baik oleh guru bimbingan konseling yang profesional
maka akan menjadi masalah yang sangat besar contohnya, memberikan
contoh kepada siswa lainya untuk membolos, kemudian dampak dari
membolos tersebut membuat resah masyarakat atau bahkan keluarga dan
lain sebagainya. Jika di dalam sekolah formal memiliki guru bimbingan
konseling yang profesional juga akan semakin efektif karena memahami
dasar-dasar bimbingan konseling dan mengerti tentang kode etik sebagai
konselor, namun jika di dalam sekolah formal memiliki guru bimbingan
konseling yang non bimbingan konseling maka pelayanannya terkesan
seperti polisi sekolah. Sebagaimana yang sudah peneliti lakukan
menemukan bahwa ada beberapa pengakuan anak tentang mengatakan
guru bimbingan konseling sebagai polisi sekolah karena di dalam
pelayanannya guru bimbingan konseling banyak melakukan razia, yaitu
tepatnya di SMA N 7 Tebo.Kemudian dari indikasi pernyataan di
ataspenulis untuk mengadakan penelitian tentang Efektivitas Pelayanan
Bimbingan Konseling (STUDI DI SMA NEGERI 7 TEBO).
B. Permasalahan
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka secara
umum masalah utama dalam peneliti ini adalah Efektivitas Pelayanan
8
Bimbingan Konseling di SMA N 7 Tebo. Sedangkan secara khusus di
antaranya:
1. Apa saja bentuk dan dampak dari pelayanan bimbingan konseling di
SMA N 7 Tebo?
2. Bagaimana upaya sekolah dalam meningkatkan efektifitas guru non
bimbingan konseling di SMA N 7 Tebo?
C. Batasan Masalah
Untuk mendapatkan data yang lebih mendalam dan terarah, maka
penulis membatasi masalah yang akan di teliti hanya untuk mengetahui
bentuk pelayanan bimbingan konseling serta keefektifan pelayanan
bimbingan konseling di kelas XII di SMA N 7 Tebo.
D. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui keefektifan pelayanan bimbingan konseling di
SMA N 7 Tebo.
b. Tujuan khusus
1) Untuk mengetahui bentuk pelayanan yang di lakukan oleh
guru bimbingan konseling dan dampak pelayanan guru
bimbingan konseling terhadap siswa.
2) Untuk mengetahui upaya sekolah dalam meningkatkan
keefektifan guru bimbingan konseling13
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritik
Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan
pelayanan bimbingan konseling seperti, merencanakan kegiatan
penyelesaian studi, menyesuaikan diri dengan lingkungan
pendidikan, dan mengatasi hambatan atau kesulitan ke ilmu
jurusan dan bimbingan penyuluhan islam.
13
Abu Bakar dan Luddin, Dasar-dasar Konseling: Tinjauan Teori dan Praktik,
(Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2010), 21
9
b. Secara Praktis
1) Memberi bantuan kepada guru bimbingan konseling. Seperti
contohnya, memberikan ilmu baru untuk guru bimbingan dan
konseling di dalam pelayanan bimbingan konseling tersebut.
2) Sebagai masukan baru bagi sekolah SMA N 7 Tebo
Memberikan kritikan yang membangun yang seharusnya di
terapkan di sekolah, seperti menerapkan bimbingan konseling
sesuai dengan bimbingan dan konseling professional.
3) Memberi pengalaman dan pengetahuan yang baru bagi
penulis, misalnya dalam hal berinteraksi, menambah wawasan,
mengenal banyak orang dan lain-lain.
E. Kerangka Teori
1. Pengertian Bimbingan Konseling dan Efektifitas Pelayanan
a. Efektifitas Pelayanan
1. Pengertian Efektifitas
Kata efektif berasal dari bahasa Ingris yaitu effectiveyang
berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan
baik.Kamus ilmiah popular mendefinisikan efektivitas sebagai
ketepatan pengunaan, hasil guna atau menunjang tujuan.
Efektivitas merupakan unsure pokok untuk mencapai tujuan
atau sasaran yang telah di tentukan di dalam setiap organisasi,
kegiatan ataupun program.Disebut efektif apabila tercapai
tujuan atau sasaran yang telah di tentukan.14
Efektifitas adalah tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan
atau sasaran dan efektifitas ini sesungguhnya merupakan suatu
konsep yang lebih luas yang mencakup berbagai faktor di
dalam maupun di luar diri seseorang dengan demikian, tetapi
juga dapat dilihat dari segi perspektif atau sikap individu.15
14
Aswarni, Matra Fungsional Administrasi Pendidikan (Yogyakarta: Purbasari,
1989),154. 15
Aswarni, Matra Fungsional Administrasi Pendidikan (Yogyakarta: Purbasari,
1989),154.
10
Dari beberapa pendapat di atas mengenai efektivitas, dapat
disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang
menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan
waktu) yang telah di capai oleh manajemen, yang mana target
tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Hal ini sesuai
dengan pendapat yang di kemukakan oleh Hidayat yang
menjelaskakan bahwa “efektivitas adalah suatu ukuran yang
menyatakan seberapa jauh target yang dicapai makin tinggi
efektivitasnya”.16
2. Aspek-aspek Efektifitas
a. Aspek tugas dan fungsi
Suatu lembaga atau seseorang dikatakan efektif jika
melaksankan tugas dan fungsinya. Begitu juga suatu
program bimbingan konseling akan efektif jika tugas dan
fungsinya dapat dilaksanakan dengan baik. Sedangkan
yang dimaksud dengan tugas atau fungsi adalah tugas
bimbingan konseling memberikan bimbingan dengan baik
dan tugas peserta didik belajar dengan baik.Adapun tugas
dan fungsi bimbingan konseling sebagai fungsi
pemahaman, preventif, pengembangan, penyembuhan, dan
penyaluran.
b. Aspek rencana atau program
Rencana atau program adalah rencana pembelajaran yang
terprogram yaitu berupa materi yang terwujud dalam
sebuah kurikulum yang telah ditetapkan.Bimbingan
konseling di SMA N 7 memiliki program yaitu di
16
Aswarni, Matra Fungsional Administrasi Pendidikan (Yogyakarta: Purbasari,
1989),155.
11
antaranya, program tahunan, program bulanan dan
program mingguan.17
c. Aspek ketentuan atau aturan
Efektifitas suatu program juga dapat dilihat dari sudut
berfungsi atau tidaknya ketentuan atau aturan yang telah di
buat.Aspek ini mencakup aturan-aturan baik yang
berhubungan dengan guru maupun peserta didik.Jika
ketentuan ini dilaksanakan berarti ketentuan dan aturan
telah berlaku secara efektif.Di dalam bimbingan konseling
memiliki aturan yang sesuai dengan kurikulum, karena
sudah mengharuskan setiap sekolah menerapkan adanya
guru bimbingan konseling.
d. Aspek tujuan dan kondisi ideal
Suatu program atau kegiatan dikatakan efektif jika tujuan
atau kondisi ideal program tersebut dicapai. Penilaian
aspek ini dapat dilihat dari prestasi yang dicapai oleh
peserta didik, dengan cara guru bimbingan konseling
melihat kekuatan siswa untuk menyelesaikan masalahnya
sendiri dengan bantuan guru bimbingan konseling.18
3. Ukuran Efektivitas
Mengukur efektivitas organisasi bukanlah suatu hal
yang sangat sederhana, karena efektivitas dapat di kaji dari
berbagai sudut pandang dan tergantung pada siapa yang
menilai serta menginterpretasikannya. Bila dipandang dari
sudut produktivitas, maka seorang manager produksi
memberikan pemahaman bahwa efektivitas berarti kualitas dan
kuantitas (output) barang dan jasa.
17
Aswarni, Matra Fungsional Administrasi Pendidikan (Yogyakarta: Purbasari,
1989),154. 18
Aswarni, Matra Fungsional Administrasi Pendidikan (Yogyakarta: Purbasari,
1989), 154.
12
Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan
membandingkan antara rencana yang telah ditentukan dengan
hasil nyata yang telah diwujudkan.Namun, jika usaha atau
hasil pekerjaan dan tindakan yang di lakukan tidak tepat
sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang
diharapkan maka hal itu dikatakan efektif.
Adapun kriteria atau ukuran mengenai pencapaian
tujuan efektif atau tidak. Sebagaiamana di kemukakan oleh
Siagian yaitu:
a) Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksudkan
supaya karyawan dalam pelaksanaan tugas mencapai
sasaran yang terarah dan tujuan organisasi dapat tercapai.
b) Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui
bahwa strategi adalah “pada jalan” yang diikuti dalam
melakukan berbagai upaya dalam mencapai sasaran-
sasaran yang ditentukan agar para implementer tidak
tersesat dalam pencapaian tujuan organisasi.
c) Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap
berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai dan strategi
yang telah ditetapkan artinya kebijakan harus mampu
menjembatani tujuan-tujuan dengan usaha-usaha
pelaksanaan kegiatan operasional.19
d) Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti
memutuskan sekarang apa yang dikerjakn oleh organisasi
dimasa depan.
e) Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik
masih perlu dijabarkan dalam program-program
pelaksanaan yang tepat sebab apabila tidak, para pelaksana
akan kurang memiliki pedoman bertindak dan bekerja
19
Slamet Soekamto, dkk, Ekonomi, (Bogor: 2006), 156.
13
f) Tersedianya sarana dan prasarana yang tersedia dan
mungkin disediakan oleh organisasi
g) Pelaksanaan yang efektif dan efesien bagaimana baiknya
suatu program apabila tidak dilaksanakan secara efektif
dan efesien maka organisasi tersebut tidak akan mencapai
sasarannya karena dengan pelaksanaan organisasi semakin
didekatkan pada tujuananya.
h) System pengawasan dan pengendalian yang bersifat
mendidik mengingat sifat manusia yang tidak sempurna
maka efektivitas organisasi menuntut terdapatnya system
pengawasan dan pengendalian.20
Adapun kriteria untuk mengukur efektivitas suatu
organisasi ada tiga pendekatan yang dapat digunakkan, seperti
yang dikemukakan oleh Lubis:
1. Pendekatan sumber (resource approach) yakni mengukur
efektivitas dan input. Pendekatan mengutamakan adanya
keberhasilan organisasi untuk memperoleh sumber daya,
baik fisik maupun nonfisik yang susuai dengan kebutuhan
organisasi.
2. Pendekatan proses (process apporch) adalah untuk melihat
sejauh mana efektivitas pelaksanaan program dari semua
kegiatan proses internal atau mekanisme organisasi.
3. Pendekatan sasaran (goals approach) dimana pusat
perhatian pada output, mengukur keberhasilan organisasi
untuk mencapai hasil (output) yang sesuai dengan
rencana.21
b. Pengertian Bimbingan Konseling
Pelayanan bimbingan konseling adalah pekerjaan
profesional. Sesuai dengan makna uraian tentang kefahaman,
20
Slamet Soekamto, dkk, Ekonomi, (Bogor: 2006), 156. 21
Slamet Soekamto, dkk, Ekonomi, (Bogor: 2006), 157.
14
penanganan dan penyikapan yang meliputi unsur kognisi, afeksi
dan perlakuan konselor terhadap kasus, pekerjaan profesional itu
harus dilaksanakan dengan mengikuti kaidah yang menjamin
efisien dan efektifitas proses dan lainnya. Kaidah-kaidah tersebut
didasarkan atas tuntutan keilmuan layanan disatu segi, antara lain
bahwa layanan harus didasarkan atas data dan tingkat
perkembangan klien, dan tuntutan optimalisasi proses
penyelenggaraan layanan di segi lain, yaitu antara lain suasana
konseling ditandai oleh adanya kehangatan, kefahaman,
penerimaan, kebebasan dan keterbukaan serta serta berbagai
sumber daya yang perlu diaktifkan.22
Kegiatan bimbingan konseling di sekolah, diselenggarakan
oleh pejabat fungsional secara resmi dinamakan guru bimbingan
konseling disekolah merupakan kegiatan atau pelayanan
fungsional yang bersifat keahlian dan menurut Permendikbud No
111 tahun 2014 dalam Pasal 1 Ayat 4 guru bimbingan konseling
adalah pendidik yang berkualifikasi akademik minimal Sarjana
Pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan konseling dan memiliki
kompetensi di bidang bimbingan konseling.23
Dalam peraturan
pemerintah No. 38/1992 tentang tenaga kependidikan:
1. Pasal 1 ayat 2 yaitu tenaga pendidik adalah tenaga
kependidikan yang bertugas membimbing, mengajar dan atau
melatih peserta didik.
2. Pasal 1 ayat 3 yaitu tenaga pembimbing adalah tenaga
pendidik yang bertugas membimbing peserta didik.24
22
Abu Bakar dan Luddin, Dasar-dasar Konseling: Tinjauan Teori dan Praktik,
(Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2010), 22. 23
Mohammad Nuh,”Permendikbud Bimbingan Konseling”, diakses dari
https://www.slideshare/mobile/wincibal/permendikbud-tahun2014-nomor-111-bimbingan-
konseling, pada tanggal 19 september 2018 pukul 15.01. 24
Panjdi Setijo, Pendidikan Pancasila: Perspektif Sejarah Perjuanagan Bangsa,
(Jakarta: Cikal Sakti, 2002), 6.
15
Bimbingan konseling merupakan terjemahan dari “guidance”
dan “counseling” dalam bahasa inggris. “Guidance” atau akar
katanya “guide” bermakna menunjukkan, membimbing, membantu,
menentukan, mengatur, mengemudikan, memimpin, memberi saran,
ataupun menuntun. Jadi, bimbingan dapat di artikan membantu atau
menuntun. Namun tidak semua bantuan atau tuntunan merupakan
bimbingan. Bantuan yang bermakna hendaknya senantiasa memenuhi
serangkaian syarat dan prinsip seperti berikut ini.
1. Bimbingan merupakan suatu proses yang kontinyu, sistematis,
berencana, dan terarah pada suatu tujuan.
2. Bimbingan merupakan proses membantu individu. Bimbingan
adalah untuk semua, “guidance for all”, dengan firman:
“Hai manusia, sesunguhnya telah datang kepadamu pelajaran
dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang
berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang
beriman”. (Qs. Yunus:57)25
Bimbingan konseling di dasarkan pada petunjuk al-Qur’an dan al-
Hadits, baik mengenai ajaran memerintah atau memberi isyarat
agar memberi bimbingan, petunjuk kepada orang lain sesuai
dengan ayat di atas.
3. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan dalam kegiatan
bimbingan bertujuan agarindividu mampu mengembangkan
dirinya secara optimal sesuai dengan potensi yang ada pada
dirinya.
4. Sasaran dan fokus bimbingan adalah tercapainya kemandirian
individu, yaitu tercapainya perkembangan yang optimal dan dapat
25
Departemen Agama RIS, al-Quran ( Semarang: Jasa Media Utama, 2013), 10.
16
menyesuaikandirinya dengan lingkungan sehingga tercapai
kebahagiaan hidupnya. Keserasian pribadi-lingkungan menjadi
dinamika sentral keberfungsian individu (konseli).
Dalam bimbingan konseling individu petugas yang
melaksanakan proses layanan bimbingan dan konseling di sebut
“konselor” atau “helper”, yang dalam setting sekolah acapkali disebut
“ guru bimbingan konseling”. Sedangkan individu yang diberi
pelayanan bimbingan dan konseling di sebut “konseli”. Dalam buku
penataan pendidikan profesional konselor dan konseling dalam jalur
pendidikan formal, penyebutan atau istilah konseli digunakan untuk
mencitrakan penerima layanan yang sedang menghadapi
permasalahan.
Berangkat dari istilah “membantu” maka posisi konselor atau
guru bimbingan konseling bukan sebagai pemeran utama dalam
menyelesaikan masalah konseli, namun berperan sebagai “pembantu”,
bukan sebagai pengambil keputusan akhir dalam penyelesaian sebuah
masalah dan kemudian di dalam pendidikan formal menurut
Permendikbud no 111, yang mana menjelaskan bahwasanya setiap
siswa memerlukan layanan bimbingan konseling guna untuk
menghadapi masalah yang akan terjadi dikarenakan para peserta didik
memiliki perbedaan baik dalam bidang, akademis, sosial, politik,
kepribadian, minat dan bakat.26
c. Pengertian Konseling
Istilah konseling secara epistimologi berasal dari bahasa latin
“conseli” yang berarti “dengan atau bersama”, yang dirangkai dengan
“menerima” “memahami”, sedangkan istilah konseling berasal dari
bahasa inggris “to counser” yang secara epistimologiberarti “to give
advice” yang berarti memberi saran dan nasehat.
26
Rifda El Fiah, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Lampung: Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) 2015), 1.
17
Konseling merupakan perjumpaan psikososio kultural antara
konselor dengan konseli (individu yang memperoleh layanan), dan
sebagai ahli konseling dilaksanakan dengan dilandasi oleh motif
altrustik dan empatik dengan selalu mempertimbangkan dampak
jangka panjang dari layanan yang diberikan kepada konseli. Dengan
sifat layanan seperti itu, maka seorang konselor dapat disebut sebagai
safe practioner.27
Dari beberapa rumusan defenisi tersebut kita dapat melihat
beberapa karakteristik dari konseling berikut ini:
1. Konseling senantiasa melibatkan dua orang (konselor dankonseli)
yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi dengan cara
komunikasi langsung dengan mencermati secara seksama isi
pembicaraan dan bahasa tubuh (body languange) dengan maksud
untuk lebih memahami antara konselor dan konseli.
2. Model interaksi dalam konseling tersebut terbatas pada dimensi
verbal, yakni pembicaraan konselor dan konseli, disatu sisi konseli
berbicara tentang masalah yang saat ini terjadi.28
F. Kualifikasi Bimbingan Konseling
Konseling adalah proses interaksi yang memfasilitasi dan
mengklarifikasi makna pemahaman diri dan lingkungan, tujuan-tujuan
serta nilai-nilai perilaku klien pada waktu yang akan datang.
Bila konseling dianggap sebagai fasilitas dalam mengklarifikasi
pemahaman diri dan lingkungan di mana klien berada berikut tujuan-
tujuan serta nilai-nilai klien bagi perilakunya di masa datang, maka
kewajiban konselor adalah mengajarkan bagaimana berpikir secara
rasional tentang masalah-masalah pribadi klien dan bagaimana
mengambil keputusan-keputusan yang secara moral nampak memuaskan
baik bagi dirinya maupun lingkungannya.
27
Rifda El Fiah, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Lampung: Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) 2015), 1. 28
Rifda El Fiah, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Lampung: Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) 2015), 1.
18
Dalam hal ini model konseling akan memberikan rujukandalam
membatasi dan memfokuskan tujuan, waktu dan prosedur kerjanya,
berdasarkan keragaman klien dan perberbedaan orientasi konselor, secara
umum seorang konselor hendaknya menunjukkan sikap dan perilaku
sebagai berikut.
a. Berusaha menciptakan suasana dan hubungan konseling yang
kondusif
b. Berusaha menjaga sikap objektif terhadap klien
c. Mengekplorasi faktor penyebab masalah-masalah psikologis, baik
masa lalu maupun masa kini
d. Menentukan kerangka rujukan atau perangkat kognitif terhadap
kesulitan klien dengan cara yang dapat dimengerti klien
e. Konseling memiliki strategi untuk mengubah kembali perilaku salah
yaitu, keyakinan irasional, gangguan emosi dan menyalahkan diri
sendiri
f. Mempertahankan trasfer pemahaman tentang perilaku baru yang
diperlukan klien dalam kehidupan sehari-harinya
g. Menjadi model atau contoh sosok yang memiliki sikap sehat dan
normal
h. Menyadari kesalahan yang pernah dibuat dan resiko yang dihadapi
i. Dapat dipercaya dan mampu menjaga kerahasiaan
j. Memiliki orientasi diri yang selalu berkembang
k. Iklas dalam menjalankan profesinya
Beberapa upaya untuk mendukungnya keahlian dan kompetensi yang
tercermin dalam sikap dan perilaku konselor itu menuntut:
1. Persyaratan calon konselor profesional, tidak hanya berdasarkan
batas minimal jenjang pendidikan tetapi menekankan juga pada
syarat-syarat pribadi seperti kecerdasan, bakat, minat dan aspek-
aspek pribadi lainnya yang diyakini menunjang profesinya.29
29
Uman Suherman, Kompetensi dan Aspek Etika Profesional Konselor Masa Depan,
(AS :2007, No 1, Vol 1), 42.
19
2. Penentuan akreditasi pendidikan calon konselor dan pemberian
lisensi atau kewenangan seorang konselor sebagai surat
kepercayaan yang dilakukan organisasi profesi dengan standar
nasional perlu dilakukan secara kontinyu.
3. Penataan perkuliahan tidak hanya menekankan pada aspek-aspek
matakuliah tetapi memiliki kesinambungan antar matakuliah dan
pelaksanaan praktikum baik di laboratorium maupun di lapangan.
4. Pemberian kesempatan untuk praktek dan evaluasi diri serta
pengembangannya bagi konselor yang telah memenuhi
standarisasi profesi hendaknya terus dilakukan baik oleh ABKIN
maupun lembaga dimana seorang konselor bekerja.30
G. Tujuan Bimbingan Konseling di Sekolah
Bimbingan konseling bertujuan membantu peserta didik
mencapai tugas-tugas perkembangan secara optimal sebagai makhluk
Tuhan, sosial, dan pribadi.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, peserta didik harus
mendapatkan kesempatan untuk:
1. mengenal dan melaksanakan tujuan hidupnya serta merumuskan
rencana hidup yang didasarkan atas tujuan itu
2. mengenal dan memahami kebutuhannya secara realistis
3. mengenal dan menanggulangi kesulitan-kesulitan sendiri
Bimbingan konseling bertujuan membantu peserta didik agar memiliki
kompetensi mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin atau
mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-tugas
perkembangan yang harus dikuasainya sebaik mungkin.
Pengembangan potensi meliputi tiga tahapan, yaitu: pemahaman dan
kesadaran (awareness), sikap dan penerimaan (accommodation), dan
keterampilan atau tindakan (action) melaksanakan tugas-tugas
perkembangan.
30
Uman Suherman, Kompetensi dan Aspek Etika Profesional Konselor Masa Depan,
(AS :2007, No 1, Vol 1), 42.
20
H. Fungsi Bimbingan Konseling di Sekolah
Pelayanan bimbingan konseling mengemban sejumlah fungsi
yang hendak dipenuhi melalui pelaksanaan kegiatan bimbingan dan
konseling. Fungsi-fungsi tersebut adalah :
a) Fungsi pemahaman yaitu fungsi bimbingan konseling yang akan
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu
sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik.
b) Fungsi pencegahan yaitu fungsi bimbingan konseling yang akan
menghasilkan tercegahnya dan terhindarnya peserta didik dari
berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat
mengganggu, menghambat, ataupun menimbulkan kesulitan dan
kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.
c) Fungsi penuntasan yaitu fungsi bimbingan konseling yang akan
menghasilkan teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh
peserta didik.
d) Fungsi pemeliharaan dan pengembangan yaitu fungsi
bimbingankonseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan
perkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik
dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan
berkelanjutan.31
Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui diselenggarakannya
berbagai jenis layanan dan kegiatan bimbingan konseling untuk
mencapai hasil sebagaimana terkandung didalam masing-masing
fungsi itu.
I. Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling di Sekolah
Sejumlah prinsip mendasari gerak dan langkah penyelenggaraan
pelayanan bimbingan konseling. Prinsip ini berkaitan dengan tujuan,
sasaran layanan, jenis layanan dan kegiatan pendukung serta berbagai
31
Surya Dharma, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Ditjen PMPTK
2008), 7.
21
aspek operasional pelayanan bimbingan konseling. Dalam layanan
bimbingankonseling perlu diperhatikan sejumlah prinsip yaitu:
a. Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran layanan.
b. Prinsi-prinsip berkenaan dengan permasalahan individu.
c. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program layanan.
d. Prinsip-prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan.32
J. Asas Bimbingan Konseling
Pelayanan bimbingan konseling adalah pekerjaan profesional.
Sesuai dengan makna uraian tentang kefahaman, penanganan dan
penyikapan yang meliputi unsur kognisi, afeksi dan perlakuan konselor
terhadap kasus, pekerjaan profesional itu harus dilaksanakan dengan
mengikuti kaidah yang menjamin efesien dan efektifitas proses dan
lainnya.
Dalam penyelengaraan pelayanan bimbingan konseling kaidah-
kaidah tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan konseling, yaitu
ketentuan yang harus diterapkan dalam peyelengaraan pelayanan itu.
Asas-asas yang dimaksudkan adalah, asas kerahasiaan, asas
kesukarelaan,asas keterbukaan, asas kekinian, asas kemandirian, asas
kegiatan, asas keharmonisan, asas keterpaduan, asas kenormatifan, asas
keahlian, asas alih tangan , dan asas tut wuri handayani33
.
K. Peran Personil Sekolah dalam Pengembangan Bimbingan Konseling
Dalam pendidikan formal, tugas dan peran masing-masing
personil pendidikan dalam bimbingan konseling sebagai berikut:
a. Kepala Sekolah
1. Penentuan staf personil bimbingan konseling
2. Penyusunan program bimbingan konseling
32
Surya Dharma, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Ditjen PMPTK
2008), 9. 33
Abu Bakar dan Luddin, Dasar-dasar Konseling ( Bandung: Citapustaka Media
Perintis, 2010), 23.
22
3. Sosialisasi dan penetapan program bimbingan konseling kepada
sivitas sekolah sebagai bagian dari program pendidikan
4. Penyediaan kelengkapan sarana dan prasarana yang di perlukan
dalam kegiatan bimbingan konseling
5. Pemantauan dan supervisi terhadap pelaksanaan bimbingan
konseling
6. Pengembangan kerjasama dengan instansi atau profesi lain yang
berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan bimbingan konseling
7. Pengembangan program bimbingan konseling termasuk pembinaan
dan pelatihan personil bimbingan konseling.34
b. Wakil Kepala Sekolah
1. Pelaksanaan kebijakan pimpinan sekolah terutama yang berkaitan
dengan pelaksanaan layanan bimbingan konseling
2. Penyediaan informasi baik berkaitan dengan aktivitas dan prestasi
akademik, penyediaan dan kelengkapan sarana prasarana,
kesiswaan maupun sumber daya lain yang di perlukan dan dapat
mendukung dalam penyusunan program bimbingan konseling.
3. Sosialisasiprogram bimbingan konseling kepada seluruh personil
dan komponen sekolah sesuai dengan bidang dan kewenanganya.
4. Dukungan dan pemantauan pelaksanaan layanan bimbingan
konseling
c. Wali Kelas
1. Menyediakan informasi tentang karakteristik dan kebutuhan para
siswa di kelasnya.
2. Mensosialisasikan keberadaan layanan bimbingan konseling
terutama tujuan, fungsi dan mekanisme layanan kepada para
siswa dan orang tua siswa di kelasnya
3. Memantau perkembangan dan kemajuan para siswa di kelasnya
terutama yang telah memperoleh layanan bimbingan konseling.
34
Ulul Azam, Bimbingan dan Konseling Perkembangan di Sekolah, (Yogyakarta:
Depubish, 2016), 62.
23
4. Mengidentifikasi siswa yang membutuhkan layanan responsif
berkenaan dengan permasalahan yang di hadapinya.
5. Melakukan kunjungan rumah.
6. Kegiatan konferensi kasus.35
d. Guru Mata Pelajaran
1. Mensosialisasikan layanan bimbingan konseling kepada siswa
terutama berkaitan dengan motivasi sikap dan kebiasaan belajar
yang efektif
2. Menyediakan informasi mengenai sikap dan kebiasaan siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran
3. Mengidentifikasi siswa yang memerlukan layanan bimbingan
konseling terutama berkenaan dengan mata pelajaran
4. Memantau perkembangan dan kemajuan siswa terutama yang
telah memperoleh layanan bimbingan konseling
5. Melakukan upaya layanan bimbingan belajar terutama pada
program perbaikan dan pengayaan mata pelajaran yang di
ampunya.
6. Pelaksaan konferensi kasus
e. Staf Administrasi
1. Mengorganisasikan seluruh aktivitas layanan bimbingan konseling
2. Melakukan analisis terhadap karakteristik dan kebutuhan
perkembangan siswa
3. Mengkoordinasikan seluruh personil layanan bimbingan
konseling, mulai dari penyusunan, pelaksanaan sampai dengan
penilaian terhadap layanan bimbingan konseling
4. Melakukan analisis terhadap kondisi sekolah akan layanan
bimbingan konseling
5. Memberikan layanan dasar kepada seluruh siswa
35
Ulul Azam, Bimbingan dan Konseling Perkembangan di Sekolah, (Yogyakarta:
Depubish, 2016), 63.
24
6. Melaksanakan layanan responsif kepada siswa terutama dalam
bentuk konseling
7. Mengadministrasikan seluruh kegiatan bimbingan konseling
8. Mengadakan tindak lanjut terutama berkaitan dengan alih tangan
kepada ahli lain
9. Mempertangungjawabkan seluruh kegiatan.36
L. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Untuk mengkaji persoalan dalam penelitian ini akan
digunakan pendekatan penelitian kualitatif-deskriptif, yang meminjam
istilahtradisi penelitian ilmu pengetahuan sosial bergantung pada
pengamatan manusia dalam kawasan yang berhubungan dengan
orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahan yang digunakan
Bogdan dan Biklen, data yang dihasilkan dalam penelitiankualitatif
adalah data di amati. Inilah yang menjadi penyebab studi kualitatif
diistilahkan Inquiry research naturalistik research.37
2. Setting dan Subjek Penelitian
a. Setting Penelitian
Setting dalam hal ini adalah lokasi tempat penelitian
lapangan dilakukan. Pemilihan setting harus disertai pertimbangan
tertentu, misalnya pertimbangan rasional, praktis, ataupun
ekonomis. Penelitian mengambil lokasi di SMA N 7 Tebo. Alasan
SMA N 7 Tebo ini penulis pilih sebagai setting penelitian, yaitu
karena berdasarkan hasil observasi penulis, penulis menemukan
sesuatu yang unik dan menarik, yaitu belum pernah sebelumnya
diteliti.
Terlebih lagi alasan yang paling mendasar kenapa penulis
ingin sekali melakukan penelitian di SMA N 7 Tebo adalah karena
36
Ulul Azam, Bimbingan dan Konseling Perkembangan di Sekolah, (Yogyakarta:
Depubish, 2016), 63. 37
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif Dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2015),
218.
25
satu hal yaitu pelayanan yang diberikan guru non bimbingan dan
konseling terhadap siswa tersebut.Yang mana guru bimbingan
konseling melakukan razia setiap minggu atau bulanan, guna
kedisiplinan dan ketertiban siswa. Terlebih tempatnya yang
strategis dan ekonomis membuat penulis bisa mengunjungi setiap
waktu, sehingga penulis bisa mendapatkan data yang akurat.
b. Subjek Penelitian
Subjek adalah responden dan informan yang akan diminta
keterangan. Pemilih subjek ini dilandasi teori bahwa subjek yang
baik adalah subjek yang lama terlibat aktif dalam medan dan
aktivitas yang diteliti, cukup mengetahui, memahami, atau
berkepentingan dengan aktivitas-aktivitas yang akan diteliti, serta
memiliki banyak waktu untuk memberikan informasi secara benar
kepada peneliti.38
Dalam menentukan subjek penelitian ini penulis
mengunakan teknik pengambilan sampel, yaitu mengunakkan
Nonprobability Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang
tidak memberi peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini
meliputi, sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh
dan snowball. Dan dalam penelitian ini mengunakan teknik
purposive sampling yaitu teknik pengambilan sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang
tersebut yang di anggap paling tahu tetang apa yang kita harapkan,
atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan
penelitian menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti.39
Dalam penelitian ini guru bimbingan konseling adalah subjek
paling penting untuk memberikan informasi yang penulis harapkan,
38
K.Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung: Mandar Maju, 1990),
45. 39
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif Dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2015),
218.
26
sedangkan sekolahan dan lainnya menjadi faktor pendukung untuk
menguji validitas data dan menjadi perbandingan antara jawaban
realita yang ada.
3. Sumber dan Jenis Data
a. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari, manusia,
situasi/peristiwa, dan dokumentasi.
1. Sumber data berbentuk perkataan maupun tindakan sumber
data orang yaitu sumber data yang bisa memberikan data
berupa jawaban lisan melalui wawancara.
2. Sumber data suasana/peristiwa berupa suasana yang bergerak
(peristiwa) ataupun diam (suasana). Meliputi ruangan suasana,
dan proses. Sumber data tersebutmerupakan objek yang akan
diobservasi. Sumber data dokumenter atau berbagai referensi
yang menjadi bahan rujukan dan berkaitan langsung dengan
masalah yang diteliti.
b. Jenis Data
1. Data Primer
Data primer merupakan sumber data penelitian yang
dikumpulkan dan diolah suatu organisasi atau perorangan dari
objeknya. Data primer penelitian ini adalah hasil wawancara
langsung penulis bersama guru bimbingan konselingdan siswa
di SMA N 7 Tebo, guru mata pelajaran lain, wakil kepala
sekolah, kepala sekolah dan lain-lain.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakansumber data penelitian yang
diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan
dan di oleh pihak lain. Data sekunder dalam penelitian ini
adalah, jurnal, skripsi, buku-buku, dokumen-dokumen di SMA
N 7 Tebo.
4. Metode Pengumpulan Data
27
a. Observasi non Partisipan
Yaitu observasi dimana peneliti tidak memposisikan dirinya
sebagai anggota kelompok yang diteliti. 40
b. Wawancara
Tujuan dari wawancara adalah untuk menemukan permasalahan
secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara
diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara,
peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang
dikemukakan oleh informan.41
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengukuran data melalaui data-
data dokumenter, berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah. Agenda atau pun jurnal yang dapat memberikan informsi
tentang objek yang akan di teliti.
5. Teknik analisis data
Teknik analisis data yang di gunakan adalah teknik analisis
data yang di lapangan, model Miles dan Huberman dalam buku
Sugiyono, yaitu analisis dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada
saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan
data dalam periode tertentu, pada saat wawancara, peneliti sudah
melakukan analisis terhadap jawaban yang di wawancarai. Bila
jawaban yang di wawancarai setelah di analisis terasa belum
memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai
tahap tertentu, diperoleh data yang kredibel. Miles dan Huberman,
mengemukakan bahwa aktifitas dalam menganalisis data kualitatif di
lakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
sampai tuntas, sehingga data nya sudah jenuh. Aktivitas dalam
menganalisis data, yaitu data reduction, data displey, danconclution
drawing or ferification.
40
Hariwijaya, Skripsi, Tesis Desertasi, (Yogyakarta:Bahan Dengan Hak Cipta,
2017), 66. 41
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, 233.
28
Langkah-langkah analisi ini sebagai berikut :
1. Reduksi data ( data reduction), yaitu merangkum, memilih hal-hal
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
pola. Dengan demikian data yang telah di teduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila di
perlukan.
2. Penyajian data atau data displey, yaitu penyajian data berupa narasi
pengungkapan secara tertulis agar alur kronologis peristiwa dapat
mengungkap apa yang terjadi di balik peristiwa itu. Dalam
penelitian kualitatif, penjian data bisa di lakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungna antar kategori, flochart dan
sejenisnya.
3. Penarikan kesimpulan(ferifiktion conclution), yaitu suatu kegiatan
yang di lakukan selama penilitaan berlangsung. Makna yang
muncul harus slalu di uji kebenaran dan kesesuaian nya melalui
proses pemeriksaan keabsaan data sehingga validitas nya
terjamin.42
G. Pemeriksaan dan Keabsahan Data
Untuk memperoleh data yang terpercaya (trustworthiness) dan
dapat di percaya (reliable), maka peneliti melakukan teknik
pemeriksaan keabsahan data yang di dasarkan atas sejumlah kriteria.
Dalam penelitian kualitatif ,upaya pemeriksaan keabsahan data
dilakukan lewat 4 cara, yaitu:
1. Perpanjangan keikutsertaan
Dilakukan lewat keikut sertaan peneliti dilokasi secara
langsung dan cukup lama, dalam upaya mendeteksi dan
memperhitungkan penyimpangan yang mungkin mengurangi
keabsahan data, karena kesalahan penilaian data (distertion) oleh
peneliti atau responden, di sengaja atau tidak sengaja.
42
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, 249.
29
Distorsi data dari peneliti dapat muncul karena adanya nilai-
nilai bawakan dari peneliti atau saat adanya keterasingan peneliti
dari lapangan yang di teliti , sedangkan distorsi data dari
responden, dapat timbul secara tidak sengaja, karena responden
berupaya memberikan informasi fiktif yang dapat menyenangkan
peneliti, atau pun menutupi fata yang sebenrnya.
Distorsi data tersebut, dapat dihindari melalui perpanjangan
keikut sertaan peneliti di lapangan yang di harapkan dapat
menjadikan data yang diperoleh memiliki derajat reabilitas dan
validitas yang tinggi, perpanjangan keikut sertaan peneliti pada
akhirnya juga akn menjadi semacam motivasi unutk menjalin
hubungan baik yang saling mempercayai antara responden sebagai
objek peneliti dan peneliti.
2. Ketekunan pengamatan
Dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara teliti,
rinci, dan berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang
mennonjol dalam penelitian. Faktor-faktor tersebut selanjutnya di
telaah, sehingga peneliti dapat memahami faktor-faktor tersebut.
Ketekunan pengamatan dapat dilakukan dengan upaya
mendapatkan karakteristik data yang bener-bener relevan dan
terfokus pada objek penelitian.
Permasalahan dan fokus penelitian, hal ini dapat di
harapkan pula untuk mengurangi distorsi data yang mungkin timbul
akibat keterburuan penelitian untuk menilai suatu persoalan,
ataupun distorsi data yang timbul dari kesalahan responden yang
memberikan data secara tidak benar, misalnya berdusta, menipu
dan berpura-pura. 43
3. Trianggulasi
43
Yvoinna Lincoin & Egon S Cuba, Content Anaysis: An Indtroduction to its
Methodology, (Baverly Hills: Sage Publications, 1981), 327.
30
Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu diluar data pokok, untuk keperluan
pengecekan, reabilitas data melalui pemeriksaan data silang, yaitu
lewat perbandingan berbagai data yang diperoleh dari banyaknya
informan terdapat empat macam teknik trianggulasi yang akan
digunakkan dalam penelitian ini yaitu:
a. Sumber yaitu, membandingkan dan mengecek balik derajat
reabilitas suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda dalam metode kualitatif.
b. Metode yaitu, teknik pengecekan keabsahan data dengan
meneliti hasil konsistensi, reabilitas, dan validitas data yang
diperoleh dari metode pengumpulan data tertentu. Terdapat dua
cara yang dapat dilakukan dalam trianggulasi dalam metode
yaitu: pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil
penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan
derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode
sumber yang sama.
c. Penyidik yaitu, teknik pengecekan data melalui perbandingan
hasil daya yang diperoleh dari satu pengamat dengan hasil
penyidikan pengamat lainnya. Cara ini dapat dilakukan bila
penelitian dilakukan dalam suatu kelompok, dimana masing-
masing peneliti kemudian membandingkan hasil penelitiannya.
d. Teori yaitu, pengecekan ke absahan data melalui perbandingan
dua atau lebih teori yang berbicara tentang hal yang sama,
dimaksudkan untuk mendapatkan penjelasan banding tentang
suatu hal yang diteliti. Penerapan teknik tersebut, dapat
dialakukan dengan memasukkan teori-teori pembanding dan
memperkaya dan membandingkan penjelasan pada teori utama
yang digunakkan dalam penelitian.44
44
Yvoinna Lincoin & Egon S Cuba, Content Anaysis: An Indtroduction to its
Methodology, (Baverly Hills: Sage Publications, 1981), 327.
31
4. Diskusi dengan Teman Sejawat
Langkah akhir untuk menjamin keabsahan data, peneliti akan
melakukan diskusi dengan teman sejawat, guna memastikkan data
yang diterima benar-benar real dan bukan semata persepsi sepihak
dari peneliti atau informan. Melalui cara tersebut peneliti
mengharapkan mendapatkan sambungan, masukan, dan saran yang
berharga dan konstruktif dalam meninjau keabsahan data.
H. Studi Relevan
Kajian dan penelitian tentang efektivitas bimbingan konseling
sudah banyak dilakukan. Berdasarkan penelusuran terdapat beberapa
karya yang membicarakan efekivitas bimbingan konseling di
antaranya karya Ima Kusuma Dewi dengan judul, efektivitas layanan
bimbingan konseling terhadap problem belajar siswa di Yogyakarta.
Karya ini menceritakan tentang efektivitas atau tidaknya guru
bimbingan konseling yang ada di sekolah tersebut, dalam mengatasi
masalah dalam belajar siswa. 45
Adapun tesis yang ditulis Cecep
Rahmat Hidayat, efektivitas program bimbingan dan konseling sosial
untuk mengembangkan penyesuaian sosial siswa di Bandung. Karya
ini menceritakan tentang efektivitas program bimbingan konseling
untuk mengembangkan rasa sosial antar siswa dan siswi di sekolah
menengah Bandung.46
Disamping itu juga ada Karya Ilmiah Kristianti Batuadji, dkk.,
hubunganantara efektivitas fungsi bimbingan dan konseling dengan
persepsi siswa terhadap bimbingan konseling di sekolah menengah
pertama Yogyakarta. Karya ini menceritakan tentang bagaimana
45
Ima Kusuma Dewi, Efektivitas Layanan Bimbingan dan Konseling Terhadap
Problem Belajar Siswa, ( Yogyakarta: 2008), 3. 46
Cecep Rahmat Hidayat, Efektivitas Program Bimbingan Sosial Siswa, ( Bandung:
Repository, 2016), 2.
32
hubungan guru bimbingan konseling terhadap persepsi siswa tentang
guru bimbingankonseling tersebut.47
Sebagaimana terlihat distudi relevan ini bahwa ada diantara
kajian ini yang membahas tentang Efektivitas Pelayanan Bimbingan
Konseling terhadap Siswa oleh Guru Di SMA N 7 Tebo, karya-karya
di atas adalah berbeda dengan karya yang sedang penulis
rampungkan. Kedua karya fokus kepada efektivitas guru bimbingan
konseling yang profesional untuk mengatasi masalah-masalah yang
ada disekolahan, kemudian satu karya fokus kepada hubungan dari
bimbingan konseling itu sendiri, yaitu tahun 2008, 2015, dan 2016.
Sehingga dapat ditegaskan bahwa akan banyak perbedaan yang terjadi
pada kurun 2018 hingga kini. Melihat adanya perbedaan setting, tentu
saja penelitian yang dihasilkan akan berbeda. Kemudian karya yang
sedang penulis rampungkan ini akan membahas efektivitas pelayanan
bimbingan konseling dari guru non bimbingan konseling, maka akan
sangat berbeda dengan karya-karya ilmiah di atas yang di lakukan
oleh guru bimbingan konseling yang berlatar belakang BK.
47
Kristianto Batuadji, dkk, Hubungan Antara Efektivitas Fungsi Bimbingan dan
Konseling dengan Presepsi Siswa terhadap Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah
Pertama, ( Yogyakarta: Fakultas Psikologi, Vol 36, No 1, 2015), 18.
33
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Singkat SMAN 7 Tebo
Pada awalnya SMAN 7 Tebo bernama SMUN 3 Rimbo Bujang
berdiri pada tahun 1997 dan pada tahun pelajaran ke 1998/1999
pertama kali melaksanakan Penerimaan Siswa Baru. SMUN 3 Rimbo
Bujang beralamat di jalan Apel Desa Karagdadi Kecamatan Rimbo
Ilir Kabupaten Tebodengan Kepala Sekolahnya pada waktu itu Bapak
Drs. Suradi Hidayat terhitung mulai tanggal 1 Juli 1998.
Pada waktu itu gedung SMUN 3 Rimbo Bujang terdiri atas 6
ruang kelas, labor IPA, perpustakaan, kantor guru, kantor kepala
sekolah, ruang tata usaha, ruang wakil, ruang BP, ruang OSIS, ruang
Pramuka, dan dapur.
Terhitung mulai tanggal 13 september 2001 dengan keputusan
Bupati Tebo Nomor :821.22/18/UP, Kepala SMUN 3 Rimbo Bujang
dijabat oleh bapak, Drs. Murni Kas, sampai dengan tahun 2008. Pada
tahun 2003, berdasarkan Keputusan Bupati Tebo Nomor :379 tahun
2003, tanggal 5 Mei 2003 SMUN 3 Rimbo Bujang berubah menjadi
SMA N 7 Kabupaten Tebo. Pada tanggal 31 Oktober 2008, Kepala
SMAN 7 Tebo dijabat oleh bapak Apriwan, S.Pd, berdasarkan
keputusan Bupati Tebo Nomor: 821.22/217/BKD, sampai dengan
tahun 2012. Pada tanggal 29 Mei 2012, Kepala SMAN 7 Tebo di jabat
oleh bapak Guruh Puji Raharjo, S.Pd, berdasarkan keputusan Bupati
Tebo Nomor: 821.22/151/BKD, sampai dengan tahun 2014. Pada
tanggal 31 Desember 2014, berdasarkan Keputusan Bupati Tebo
Nomor: 821.22/411/BKPP, Kepala SMAN 7 dijabat oleh Sularno
SM,S.Pdsampai dengan saat ini.48
48
Sularno, Kepala Sekolah SMA N 7, Wawancara dengan Penulis, 20 Agustus 2018,
Kabupaten Tebo, Dokumentasi.
34
B. Profil Sekolah SMA N 7 Tebo
1. Visi
a. Menuju peserta didik berprestasi, kompetitif, terampil, serta
menguasai IPTEK dengan dilandasi IMTAQ
2. Misi
a. Meningkatkan prestasi akademik lulusan
b. Membentuk peserta didik yang berakhlak dan berbudi pekerti
luhur
c. Menigkatkan prestasi ekstrakulikuler
d. Menumbuhkan minat baca
e. Meningkatkan kemampuan berbahasa inggris
f. Meningkatkan kemampuan dan pemahaman terhadap
budidaya pertanian lokal.
C. Identitas Sekolah SMA N 7 Tebo
Nama Sekolah :SMA N 7 Tebo
NSS/NPSN :301100807011/10503254
Status Sekolah :Negeri
Akreditasi :A (Tanggal 30 Desember 2015)
Alamat Sekolah :Jl. Apel Blok C Kec. Rimbo Ilir Tebo
Luas Lahan Sekolah :20.000 Meter Persegi
Kurikulum :K-13
Jumlah Rombel :18 Rombel
Tenaga Pendidik :35 +1 Kepala Sekolah
Tenaga Administrasi :3 Orang
35
D. Jumlah Peserta Didik Enam Tahun Terakhir SMA N 7 Tebo
Tahun
Pelajaran
Jumlah
Pendafta
r
Calon
siswa
Kelas X
Kelas XI
Kelas XII
Jumlah
Kelas(X-XII)
Jumla
h
siswa
Jumla
h
rombe
l
jumla
h
siswa
Jumla
h
rombe
l
Jumla
h
siswa
Jumla
h
rombe
l
Jumla
h
siswa
Jumla
h
rombe
l
2013/201
4
192 160 5 156 5 177 6 493 16
2014/201
5
102 102 4 160 5 156 5 418 14
2015/201
6
200 182 6 99 4 150 5 431 15
2016/201
7
170 164 6 178 6 95 4 437 16
2018/201
8
190 183 6 160 6 177 6 520 18
2018/201
9
165 165 6 180 6 148 6 493 18
E. Prestasi Dua Tahun Terakhir
1. Juara 1 lomba OSN Bidang Study Ekonomi Tingkat Kabupaten
Tebo tahun ajaran 2016/2017
2. Juara 1 lomba Debat Bahasa Inggris Tingkat Kabupaten Tebo
tahun ajaran 2016/2017
3. Juara 2 lomba Debat Bahasa Indonesia Tingkat Kabupaten Tebo
tahun ajaran 2017
4. Juara 1 lomba Pembicara dalam Lomba Debat Bahasa Inggris
Tingkat Kabupaten Tebo tahun ajaran 2017
5. Juara 2 lomba pembicara dalam Lomba Debat Bahasa Inggris
Tingkat Kabupaten Tebo tahun 2017
36
6. Juara 2 lomba Debat Bahasa Indonesia Tingkat Provinsi Jambi
tahun ajaran 2017
7. Juara 3 Pembicara dalam Lomba Debat Bahasa Indonesia Tingkat
Provinsi Jambi tahun ajaran 2017
8. Juara 1 lari 100 M Putra lomba O2SN Tingkat Kabupaten Tebo
tahun ajaran 2017
9. Juara 2 lomba Penulisan Artikel Kependudukan SLTA Tingkat
Provinsi Jambi tahun ajaran 2017
10. Juara 1 lomba Senam Lalu Lintas SLTA Tingkat Kabupaten Tebo
tahun ajaran 2017
11. Juara 2 lomba Senam Lalu Lintas SLTA Tingkat Kabupaten Tebo
tahun ajaran 201849
49
Surono, WakilKepala Sekolah SMA N 7 Wawancara dengan Penulis. 21 Agustus
2018, Kabupaten Tebo. Dokumentasi
37
F. Struktur Organisasi Sekolah
BAB III
38
BENTUK PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING YANG
DILAKUKAN DI SMA N 7 TEBO DAN DAMPAK BIMBINGAN
YANG DIBERIKAN OLEH GURU NON BIMBINGAN
KONSELING
A. Bentuk Pelayanan BimbinganKonseling dari Guru non Konseling
Sebelum menjelaskan bentuk pelayanan bimbingan konseling di
sekolah SMA N 7 Tebo, terlebih dulu penulis uraikan bentuk pelayanan
bimbingan konseling secara umum berdasarkan kaidah bimbingan
konseling untuk bahan perbandingan berikut ini.
Pelayanan bimbingankonseling memiliki peranan yang penting,
bagi individu yang berada dalam lingkungan sekolah, keluarga, maupun
masyarakat pada umumnya. Sekolah merupakan lembaga formal yang
secara khusus dibentuk untuk penyelengaraan pendidikan bagi warga
masyarakat. Dalam lembaga sekolah terdapat sejumlah bidang kegiatan
dan bidang pelayanan bimbingan konseling mempunyai kedudukan dan
peranan yang khusus. Bidang-bidang tersebut di antaranya, pertama,
bidang kurikulum dan pengajaran meliputi semua bentuk pengembangan
kurikulum dan pelaksanaan pengajaran, yaitu penyampaian dan
pengembangan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kemampuan
berkomunikasi peserta didik. Kedua, bidang administrasi atau
kepemimpinan, yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi berkenaan
dengan tanggungjawab dan pengambilan kebijaksanaan serta bentuk
kegiatan pengelolaan dan administrasi sekolah, seperti perencanaan,
pembiayaan, pengadaan dan pengembangan staf, prasarana dan sarana
fisik dan pengawasan, termasuk dalam bidang ini tangungjawab konselor
sekolah yaitu tangungjawab konselor kepada siswa, kepada orang tua,
kepada sejawat, kepada sekolah dan masyarakat dan kepada diri sendiri
serta profesi.50
Ketiga, bidang kesiswaan yaitu bidang yang meliputi
berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu kepada pelayanan kesiswaan
50
Abu Bakar M Luddin, Dasar-dasar Konseling:Tinjauan Teori dan Praktik,
(Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2010), 29.
39
secara individu agar masing-masing peserta didik dapat berkembang sesuai
dengan bakat, potensi dan minatnya serta tahap perkembangannya, bidang
ini dikenal sebagai bidang pelayanan bimbingan konseling.Dalam proses
pendidikan khususnya di sekolah, adanya bidang-bidang tugas atau
pelayanan yang saling terkait. Bidang-bidang tersebut hendaknya secara
lengkap ada apabila diinginkan agar pendidikan di sekolah dapat berjalan
dengan sebaik baiknya untuk memenuhi mencapai optimal keperluan
peserta didik dalam proses perkembangannya.51
Suatu kegiatan bimbingan konseling disebut layanan apabila
kegiatan tersebut dilakukan melalui kontak langsung dengan sasaran
layanan (klien), dan secara langsung berkenaan dengan permasalahan
ataupun kepentingan tertentu yang dirasakan oleh sasaran layanan itu.
Kegiatan yang merupakan layanan itu mengemban fungsi tertentu dan
pemenuhan fungsi tersebut serta dampak positif layanan yang
dimaksudkan diharapkan dapat secara langsung dirasakan oleh sasaran
(klien) yang mendapatkan layananan tersebut.52
a. Layanan orientasi, yaitu bimbingan konseling yang memungkinkan
peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan pengaruh
yang besar terhadap peserta didik (terutama orang tua) memahami
lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta didik, untuk
mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di
lingkungan layanan tersebut.53
Layanan orientasi ditujukan untuk siswa
yang baru guna memberikan pemahaman dan penyesuaian diri terhadap
lingkungan sekolah yang baru dimasuki. Hasil yang diharapkan dari
layanan orientasi adalah dipermudahnya penyesuaian siswa terhadap
pola kehidupan social, kegiatan belajar dan kegiatan di sekolah yang
mendukung keberhasilan siswa. Individu memahami berbagai hal yang
51
Abu Bakar M Luddin, Dasar-dasar Konseling:Tinjauan Teori dan Praktik,
(Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2010), 30. 52
Prayitno, Pelayanan Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi,
2000), 35. 53
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling
di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), 60.
40
penting dari suasana yang baru dijumpainya, kemudian mengolah hal-
hal yang baru dijumpainya, kemudian mengolah hal-hal baru tersebut
sehingga dapat digunakan untuk sesuatu yang menguntungkan.54
b. Layanan informasi, yaitu layanan bimbingankonseling yang
memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami berbagai
informasi (seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan) yang
dapat dipergunakkan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan
keputusan untuk kepentingan peserta didik (klien).
c. Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu layanan bimbingan
konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh
penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya
penempatan/penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar,
jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan
ko/ekstrakulikuler) sesuai dengan potensi, bakat dan minat, serta
kondisi pribadinya.55
d. Layanan penguasaan konten, yaitu layanan bantuan kepada individu
(diri-sendiri ataupun dalam kelompok) untuk menguasai kemampuan
atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar.56
e. Layanan konseling perorangan, yaitu layanan bimbingan konseling
yang meungkinkan peserta didik (klien) mendapatkan layanan langsung
tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka
pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya.
f. Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling
yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama
melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari
narasumber tertentu (terutama guru pembimbing) dan atau membahas
54
Abu Bakar M Luddin, Dasar-dasar Konseling:Tinjauan Teori dan Praktik,
(Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2010), 67. 55
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling
di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), 62. 56
Mohammad Yudha Gutara dan dkk, Layanan Penguasaan Konten untuk
Meningkatkan Keterampilan Berbicara di Depan Umum Bagi Siswa, ( Jakarta: Universitas
Indraprasta PGRI, 2017), Vol 3, No 2, 138.
41
secara bersama-sama pokok pembahasan (topik) tertentu yang berguna
untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari dan atau
untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu maupun sebagai
pelajar, dan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan
atau tindakan tertentu.
g. Layanan konseling kelompok, yaitu layanan bimbingan konseling
peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan
pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika
kelompok, masalah yang dibahas itu adalah masalah-masalah pribadi
yang di alami oleh masing-masing anggota kelompok.
Berdasarkan pada fungsi dan prinsip bimbingan, maka kerangka kerja
layanan bimbingan konseling itu dikembangkan dalam suatu program
bimbingan konseling yang dijabarkan dalam empat kegiatan utama yaitu:
1. Layanan dasar bimbingan,untuk membantu seluruh peserta didik
mengembangkan perilaku efektif dan keterampilan-keterampilan
hidupnya yang mengacu pada tugas-tugas perkembangan peserta didik.
2. Layanan responsif, untuk membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan
sangat penting oleh peserta didik saat ini. Layanan ini lebih bersifat
preventif atau mungkin kuratif.
3. Layanan perencanaan individual, bertujuan untuk membantu seluruh
peserta didik membuat dan mengimplementasikan rencana-rencana
pendidikan, karir, dan sosial pribadinya. Tujuan utama dari layanan ini
untuk membantu peserta didik memantau dan memahami pertumbuhan
dan perkembangannya sendiri, kemudian merencanakan dan
mengimplementasikan rencana-rencananya itu atas dasar hasil
pemantauan dan pemahamannya itu.57
4. Dukungan sistem, yaitu kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan
untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan
secara menyeluruh melalui pengembangan profesional, hubungan
57
Achmad Juntika Nurishan dan Akur Sudianto, Manajemen Bimbingan dan
Konseling di SMP, (Jakarta: PT. Grasindo, 2005), 18.
42
masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasehat,
masyarakat yang lebih luas, manajemen program, penelitian dan
pengembagan.58
Dalam konteks pelayanan bimbingan konseling, manajemen
pelayanan bimbingan konseling berarti perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan aktivitas-aktivitas pelayanan bimbingan
konseling dan pengunaan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.Manajemen pelayanan bimbingan konseling juga
bisa berarti bekerja dengan orang-orang untuk menemukan,
menginterprestasikan dan mencapai tujuan-tujuan pelayanan bimbingan
konseling dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia (staffing),
pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling).59
Sebagaimana uraian diatas peneliti juga menemukan bentuk pelayanan
yang sama di sekolah SMA N 7 Tebo meskipun tidak semua layanan
dilaksanakan dan guru bimbingan konseling tidak berasal dari lulusan
bimbingan konseling. Berikut dibawah ini hasil dari penelitian penulis yang
menemukan bahwa bentuk pelayanan bimbingan di sekolah SMA N 7 tebo :
1. Layanan orientasi
Layanan orientasi di sekolah SMA N 7 Tebo dilaksanakandalam bentuk
pengenalan kepada siswa dan siswi yang baru memasuki sekolah yang
baru. Layanan orientasi ini tidak selalu dilakukan oleh guru non
bimbingan konseling, tetapi juga bisa dilakukan oleh guru mata pelajaran
lain yang diberikan tugas untuk memberikan layanan orintasi ini kepada
siswa siswi yang baru masuk sekolah. Didalam layanan orientasi siswa
dikenalkan dengan guru, struktur sekolah, ruang kelas secara keseluruhan
mengenalkan sekolah, kemudian para siswa juga diarahkan untuk saling
mengenal antara siswa satu sama lain sehingga siswa merasa menjadi satu
58
Achmad Juntika Nurishan dan Akur Sudianto, Manajemen Bimbingan dan
Konseling di SMP, (Jakarta: PT. Grasindo, 2005), 19. 59
Tohirin, Bimbingandan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2007), 273.
43
keluarga.Layanan orientasi ini biasanya dilakukan pada hari ke dua/tiga
dari pertama masuk bagi siswa siswi baru.60
Siswa siswi akan dikenalkan pada sekitar lingkungan sekolah seperti
guru-guru yang mengajar di sekolah, jumlah kelas yang ada di SMA N 7
Tebo, jumlah siswa-siswi yang ada di sekolah, ruang-ruang kelas dan
beserta ruang-ruang yan lain. Bukan hanya itu saja, pada saat layanan
orientasi itu dilaksanakan akan melibatkan semua siswa siswi secara tidak
langsung yang memberikan dampak positif bagi mereka, misalnya
menambah wawasan baru dan memperbanyak pengalaman bagi siswa
siswi yang baru untuk menjalin hubungan baik antar sesamanya. Dari
layanan orintasi tersebut siswa siswi akan di ajarkan tentang cara
berinteraksi antar sesama. Layanan orientasi bisa juga dilakukan pada
kelas-kelas tertentu yang tidak melibatkan semua siswa siswi baru seperti
yang dijelaskan pada uraian di atas.Layanan orientasi ini menekankan
siswa siswi agar memahami lingkungan sekolah agar dapat merasa
nyaman untuk belajar mengajar/berada di sekolah dan dapat
mengembangkan kemampuannya di sekolah baru.61
2. Layanan informasi
Layanan informasi di sekolah SMA N 7 Tebo berbentuk pemberian
informasi seputar tatatertib seperti kedisplinan, kerapian, lalu jika ada
yang melanggar salah satu dari tatatertib sekolah maka guru bimbingan
konseling akan memanggil anak yang bersangkutan dan diberi
nasehat.62
layanan orintasi ini juga tidak selalu dilakukan oleh guru non
bimbingan konseling tetapi juga bisa dilakukan oleh guru mata pelajaran
lain seperti guru agama islam atau bisa dilakukan oleh waka kesiswaan. 63
60
Sularno, Kepala Sekolah SMA N7 Wawancara dengan Penulis. 12 Desember
2018, Kabupaten Tebo. Dokumentasi 61
Sularno, Kepala Sekolah SMA N7 Wawancara dengan Penulis. 12 Desember
2018, Kabupaten Tebo. Dokumentasi 62
Sularno, Kepala Sekolah SMA N7 Wawancara dengan Penulis. 13 Agustus 2018,
Kabupaten Tebo. Dokumentasi 63
Sularno, Kepala Sekolah SMA N7 Wawancara dengan Penulis. 12 Desember
2018, Kabupaten Tebo. Dokumentasi
44
Layanan informasi ini penting diterapkan/dilakukan di SMA N 7 Tebo
atau di sekolah-sekolah formal lainnya karena sangat memberikan
pengaruh untuk meningkatkan kedisiplinan sekolah. Biasanya membahas
tentang mengunakan pakaian yang rapi, rok tidak boleh ketat, celana tidak
boleh di pensil, baju dimasukkan, mengunakan kaos kaki hitam putih
setiap hari senin-kamis, mengunakan kaos hitam saat hari jum’at dan
sabtu, mengunakan aksesoris yang lengkap saat melakukan upacara
bendera pada hari senin, mengunakan sepatu hitam putih setiap hari,
masuk pukul 07.30 WIB, dan lain-lain. Kemudian jika yang melangar
akan dipangil oleh guru non bimbingan konseling dan masuk dalam
catatan buku hitam. Jika masih di ulangi sebanyak 3 kali akan diberikan
sanksi seperti melakukan perjanjian di atas matrai atau bisa dilaporkan
kepada orang tua siswa siswi.64
3. Layanan penempatan dan penyaluran
Layanan penyaluran danpenempatan di SMA N 7 Tebo ini terlihat pada
pelaksanaan penempatan jurusan, namun penempatan dan penyaluran ini
berpatokan pada nilai. Misalnya, siswa satu memiliki nilai di atas rata-rata
seperti masuk 10 besar akan ditempatkan di jurusan ilmu pengetahuan
alam, sedangkan siswa yang memiliki nilai di bawah rata-rata/standar
akan ditempatkan di jurusan ilmu pengetahuan sosial. Menurut penulis
penempatan seperti ini kurang tepat dikarenakan nilai tidak bisa di jadikan
patokan, karena tentu seorang siswa yang memiliki nilai tinggi belum
tentu memiliki bakat dibidang tersebut, bisa saja bakat dan minatnya pada
bidang sosial ataupun sebaliknya.
4. Layanan perorangan (individu)
Layanan perorangan atau individu di sekolah SMA N 7 Tebo
dilaksanakan hanya pada anak atau siswa yang bermasalah. Misalnya,
seorang anak melangar peraturan sekolah akan di panggil dan di berikan
nasehat, jika pelangaran terus berlanjut anak akan di masukkan di dalam
64
Sularno, Kepala Sekolah SMA N7 Wawancara dengan Penulis. 12 Desember
2018, Kabupaten Tebo. Dokumentasi
45
catatan hitam, yaitu sebuah buku catatan siswa yang bermasalah. Hal ini
menurut pandangan penulis hubungan dengan guru bimbingan konseling
agaknya pelayanan kurang tepat. Karena di dalam pelaksanaan layanan
perorangan adalah sebagaimana yang diketahui bukan anak-anak yang
bermasalah saja yang harus mendapatkan pelayanan konseling, namun
juga anak-anak yang tidak bermasalah. Dan layanan perorangan dilakukan
dengan cara tatap muka (face to face), antara guru bimbingan dan
konseling dengan siswa untuk kemudian memcahkan masalah yang ada
pada siswa melalui beberapa teknik pengungkapan kasus.65
Pelayanan bimbingan konseling di sekolah SMA N 7 Tebo secara umum
sama dengan sekolah-sekolah formal lainya yang dipimpin oleh guru
bimbingan konseling yang sudah diatur di dalam peraturan Menteri
Pendidikan nasional nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah, yang memuat pengembangan diri peserta
didik dalam struktur kurikulum setiap satuan pendidikan difasilitasi dan atau
dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan. Namun guru
bimbingan konseling yang ada di SMA N 7 Tebo berlatar belakang bukan
non bimbingan konseling, yaitu dari guru mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan sehingga pelayanan bimbingan konseling di sekolah SMA
N 7 Tebo ini kurang berjalan dengan baik, terlihat dari pelayanan yang
kurang tepat yang penulis lihat saat melakukan penelitian.
Penulis juga memperoleh respon yang negatif dari siswa seperti
pandangan siswa yang mengatakan guru bimbingan konseling seperti polisi
sekolah yang sering memberikan hukuman dan memiliki banyakperaturan,
adapun peraturan yang diungkapkan oleh siswa yang penulis wawancarai
adalah peraturan penggunaan handphone, rambut panjang bagi laki-laki, rok
ketat bagi perempuan, penggunakan kaus kaki, mojok dan berpacaran
berlebihan dan seputar kerapian dan kedisplinan, hal ini tentu wajar dilakukan
untuk ketertiban sekolah, namun terjadi timpang tindih dalam penyelesaian
65
Sularno, Kepala Sekolah SMA N 7 Wawancara dengan Penulis. 13 Agustus 2018,
Kabupaten Tebo. Dokumentasi
46
masalah, dimana bagi pelanggar akan langsung diberikan hukuman, ini tentu
tidak tepat kajiannya dibidang bimbingan konseling, karena sejatinya
konseling adalah penyelesaian masalah oleh individu dan guru bimbingan
konseling membantu atau sebagai fasilitator dalam penyelesaian masalah
tersebut berdasarkan wawancara yang penulis lakukan hal itu belum
terlaksana. Sebagaimana wawancara dengan salah satu siswa dibawah ini.
Memaparkan argumen tentang pelayanan bimbingan konseling, salah
satu siswa yang menyatakan:
“[G]uru BK ki gawene ger razia-razia lho mbak koyo polisi sekolah, aku
asek kenek razia ngowo Hp gek dipanggil mbak. Asek ngawe surat
keterangan? Seng ke razia okeh tenan kelas XII, aku rak ngerti kok iso okeh
tenan mbok iku ibu e ku gawe hukuman langsung jadi ne kan ke siswa ne ku
nantang ngono, trus enek jugak mbak opo jenenge o yo siswa ki seng melok
melok ngono ayy mbak e jaman ne iki jaman ne teknologi nek ga gowo hp
koncone ne gowo ko kayak hino tenan jadi aku kadang melok melok jugak.
Orak ger razia hp wae mbak tapi okeh koyo katok dipensil ngo laki-laki, rok
ketat ngo wong wedok kambek rambut panjang ngo laki-laki mbak. Bar kui
seng enek lueh parah wong seng kenek razia mojok karo pacaran seng luweh-
luweh, kui kan ngisin isini too mbak nek di pangil gek opo meneh di kon
ngawe surat perjanjian di atas matrai”.66
Penulis juga mewawancarai guru bimbingan konseling yang menjelaskan
bahwa dirinya bukan dari lulusan bimbingan konseling tapi pendidikan
kewarganegaraan, karena pendidikan kewarganegaraan berhubungan dengan
komunikasi masyarakat, guru tersebut oleh kepala sekolah untuk mengemban
tugas sebagai guru bimbingan konseling.
Menjelaskan pelayanan bimbingan konseling oleh guru non
bimbingan konseling di sekolah, Herli Mustika menyatakan:
“[I]bu sebener e ki udu jurusane lho ndok ngajar bimbingan konseling, tapi
di kei kepercayaan sama Kepsek, ibu iku jurusane pendidikan
kewarganegaraan di Padang, tapi kan kalau di pkn itu tentang komunikasi dan
masyarakat jadi agak nyambung karo bimbingan konseling, makane kui ibuk
di angkat jadi guru bimbingan dan konseling”.67
66
Nama Samaran Aishah Fulan, siswi di SMA N 7 wawancara dengan Penulis. 25
Oktober 2018, Kabupaten Tebo, Dokumentasi 67
Herli Mustika, Guru Bimbingan dan Konseling Wawancara dengan Penulis. 17
Oktober 2018, Kabupaten Tebo, Dokumentasi.
47
Hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dilaksanakan di SMA N
7 Tebo yaitu juga terdapat program tahunan, semester dan bulanan yang
diberikan guru bimbingan konseling dari nonbimbingan konseling ini.
Observasi juga menunjukan adanya fasilitas serta tempat ruang bimbingan
konseling yang terletak di samping unit kesehatan sekolah, Juga termasuk
didalamnya berkas-berkas yang dibuat guru bimbingan konseling non
bimbingan konseling ini, guru bimbingan konseling tersebut juga memiliki
program bimbingankonseling program, tahunan, bulanan, maupun harian dan
kegiatan pendukung lainnya. Observasi juga menunjukan kepada penulis
bahwa ruangan bimbingan konseling cukup luas, terdapat ruang tersendiri
untuk koordinator dan guru bimbingan konseling, ruang tamu, dan ruang
konseling. Di dalam ruangan koordinator terdapat tempat untuk menyimpan
file-file berupa buku maupun berupa file yang disimpan dikomputer.
Menjelaskan pelayanan bimbingan konseling oleh guru non bimbingan
konseling di sekolah, Herli Mustika menyatakan:
“[K]alau soal program kui enek program tahunan, bulanan bahkan
minguan dan harian ndok dengan bantuan kepala sekolah dan guru seng laen,
misal e ibuk masuk kelokal lokal, ngei kesempatan siswa konsultasi nek enek
masalah, trus razia tiap 2 minggu, Nah seng kenek razia ki di tulis nek buku
hitam di ngo arsip.68
Program bimbingan konseling di SMA N 7 Tebo sebagaimana
wawancara diatas, memiliki program tahunan, bulanan, minguan dan harian.
Misalnya seperti masuk kelokal-lokal memberikan pengarahan, memberikan
kesempatan siswa yang konsultasi dan melakukan razia 2 minggu sekali.
Guru bimbingan konseling juga masuk ke dalam kelas-kelas
memberikan pengarahan atau sebagainya, namun sampai pada saat penelitian
ini dilaksanakan guru bimbingan konseling mengungkapkan bahwa itu
sekarang sudah jarang dilakukan karena guru bimbingan konseling juga
mengajar mata pelajaran lainnya. Namun guru bimbingan konseling tersebut
juga bekerja sama dengan wali kelas yang ada untuk menyelesaikan masalah
68
Herli Mustika, Guru Bimbingan dan Konseling Wawancara dengan Penulis. 17
Oktober 2018, Kabupaten Tebo, Dokumentasi.
48
atau menangani masalah siswa, yang dilakukan di setiap semester. Jika ada
siswa yang bermasalah dan tidak bisa ditangani oleh wali kelas maka
diserahkan kepada guru bimbingan konseling yang ada di SMA N 7 Tebo.
Pelayanan bimbingan konseling di SMA N 7 Tebo memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada siswa siswi untuk berkonsultasi apapun
yang menyangkut dengan pendidikan. Misalnya kelas XII mereka
berkonsultasi untuk jurusan yang nanti ia akan lanjutkan setelah ia lulus di
SMA tersebut. Pada pelayanan ini penulis melihat bahwa layanan informasi
berjalan dengan cukup baik.
Menjelaskan pelayanan bimbingan konseling oleh guru non bimbingan
konseling di sekolah, Herli Mustika menyatakan:
“[B]iasane ndok, anak anak konsultasi itu di kelas XII ger masalah jurusan
nanti mau nyambung kemana dan seperti apa. Dan biasane siswa seng
konsultasi yang merasa bermasalah wae dan ngalami kesulitan. Kalau untuk
yang lain memang gak ada.69
Pelayanan bimbingan konseling di sekolah SMA N 7 Tebo dengan cara
merazia demi menertibkan kedisiplinan disekolah tersebut. Biasanya razia
dilakukan di hari senin setelah upacara bendera saat siswa siswi tersebut
kumpul dilapangan secara menyeluruh, kemudian biasanya hari sabtu akhir
pekan setelah senam pagi yang berkumpul dilapangan, namun razia juga
dilakukan mendadak seperti hari-hari biasa guru bimbingan konseling akan
secara tiba-tiba datang ke kelas-kelas. Dalam proses razia tersebut guru
bimbingan konseling dibantu oleh guru-guru yang lain, dan biasanya razia
tersebut adalah mencari siswa atau siswi yang membawa handphone
kesekolah, memiliki rambut panjang bagi laki laki, kaos kaki, mojok, dan
berpacaran yang terlalu bebas. Razia itu dilakukan 2 minggu sekali tapi jika
ada pengaduan atau kecurigaan guru terhadap siswa razia dilakukan secara
tiba tiba. Kemudian siswa yang terkena razia itu akan di catat dimasukkan di
buku hitam sebagai catatan buruk atau siswa yang bermasalah. Jika siswa itu
terkena razia 3 kali berturut-turut maka akan di kenakan sanksi membuat
69
Herli Mustika, Guru Bimbingan dan Konseling Wawancara dengan Penulis. 17
Oktober 2018, Kabupaten Tebo, Dokumentasi.
49
surat perjanjian di atas matrai atau handphone akan ditahan selama satu tahun
pelajaran. Jika siswa masih melakukan kesalahan yang sama maka akan
dilakukan pemangilan orang tua dan diserahkan kepada kepala sekolah untuk
menindaklanjuti masalah siswa tersebut. Biasanya yang melakukan perjanjian
di atas matrai itu seperti siswa yang membawa handphone, mojok dan
berpacaran disekolah terlalu bebas.
Menjelaskan pelayanan bimbingan konseling oleh guru non bimbingan
konseling di sekolah, Herli Mustika menyatakan:
“[R]azia disekolah ini ndok biasane jadwal e 2 minggu sekali tapi jika
ada siswa yang banyak ketahuan ngowo Hp maka razia dadakan dilakokne
ndok dan razia dilakokne di ewangi guru-guru liane….”. 70
Menjelaskan pelayanan bimbingan konseling di sekolah, penulis:
Razia memang seharusnya di adakan di dalam sekolah formal atau
bukan, hal itu di karenakan untuk meningkatkan kedisiplinan sekolah
tersebut, seperti contohnya di SMA N 7 Tebo melakukan razia sekolah 2
minggu sekali. Di dalam razia tersebut akan ada siswa-siswi yang terkena
razia baik itu razia HP, rambut panjang, rok ketat, celana pensil, berpacaran
berlebihan dan lain-lain. Siswa yang terkena razia itu akan di catat dalam
buku hitam dan di serahkan oleh guru bimbingan konseling. Guru bimbingan
konseling tersebut yang akan memberikan kebijakan atau hukuman untuk
siswa-siswi yang terkena razia, namun yang terjadi di SMA N 7 Tebo
menerapkan hukuman bagi siswa-siswi yang terkena razia secara langsung
tanpa memberikan bimbingan atau arahan terlebih dahulu.
B. Dampak Pelayanan Bimbingan dan Konseling yang diberikan oleh
Guru Non bimbingan konseling.
Pelayanan bimbingankonseling di SMA N 7 Tebo yang terkenal
dikalangan siswa dan guru adalah razia, bahkan guru fisika
mengungkapkan bahwa pelayanan bimbingan konseling dianggap sudah
sangat bagus dengan metode razia ini.
70
Meri Marlina, Guru Fisika SMA N 7, Wawancara dengan Penulis, 20 Oktober
2018, Kabupaten Tebo, Dokumentasi.
50
Menjelaskan tangapan tentang pelayanan bimbingan konseling di
sekolah, Meri Marlina menyatakan:
“[K]alau menurut ibuk guru bimbingan konseling itu sudah bagus
pelayanannya karena sudah melakukan tugas dengan sebaik mungkin dan
mencoba menertibkan sekolah dengan melakukan razia. Saya juga sering
ikut operasi razia yang dilakukan kepada siswa. Sebenarnya guru
bimbingan konseling itu memang melakukan tugasnya sebagai guru
bimbingan konseling hanya saja kurang begitu fokus, karena mengemban
dua tugas yang berbeda menjadi guru mata pelajaran lain juga di waktu
yang sama”.71
Permendikbud No. 111 tahun 2014 tentang alokasi waktu
pelayanan bimbingan konseling yang baik di lakukan 2jam
pelajaran/perminggu di setiap kelas-kelas.Dan seharusnya guru bimbingan
konseling hanya mengemban tugas sebagai guru BK.72
Paparan wawancara diatas juga menjelaskan kendala yang dihadapi
guru non bimbingan konseling adalah adanya ketidak fokusan
menjalankan tugas karena guru bimbingan konseling mengemban tugas
lain yaitu sebagai guru mata pelajaran. Di bawah ini akan dijelaskan
beberapa dampak dari pelayanan yang diberikan guru bimbingan konseling
di sekolah SMA N 7 Tebo yaitu:
1. Layanan orientasi
Layanan orientasi yang diberikan oleh guru bimbingan konseling
mendapat tanggapan positif dari siswa, yang mana materi yang
disampaikan misalnya tentang program pengajaran, kegiatan
ekstrakulikuler, aturan-aturan/kedisiplinan sekolah dan seputar
pergaulan dengan teman sejawat, sehingga siswa menjadi mengenal
lingkungan sekolah, para guru dan teman-temannya, hal ini
memudahkan guru untuk menanamkan nilai-nilai kerjasama didalam
diri siswa.Layanan yang diberikan oleh guru bimbingan konseling
72Mohammad Nuh,”Permendikbud Bimbingan Konseling”, diakses dari
https://www.slideshare/mobile/wincibal/permendikbud-tahun2014-nomor-111-bimbingan-
konseling, pada tanggal 24 November 2018 pukul 11.30
51
tersebut cukup efektif, yang meliputi dasar bimbingan, responsif dan
layanan perencanaan individu di dalam pendidikan.Layanan tersebut
sangat di perlukan siswa siswi di dalam masa orientasi untuk
menjalankan pendidikan di tempat dan suasana baru. Pemberian
layanan orientasi itu dilakukan pada hari kedua pengenalan pada siswa
siswi baru yang di sebut sebagai MOS(Masa Orientasi Sekolah). Cara
memberikan layanan orientasi tersebut bisa dilakukan dilapangan
dengan diberikan ke semua siswa siswi, namun biasanya guru
bimbigan konseling juga masuk ke kelas-kelas memberikan layanan
orientasi tersebut.Pada dasarnya yang terjadi di SMA N 7 Tebo yang
memberikan layanan orientasi ini bukan hanya melalui guru bimbingan
konseling tetapi bisa dilakukan oleh guru mata pelajaran yang lain
yang di berikan tangungjawab menyampaikan layanan orientasi
tersebut seputar peraturan dan tatatertib sekolah. Siswa siswi yang baru
memasuki dunia pendidikan baru atau lanjutan masih memiliki
kebiasaan dan pengetahuan belum cukup banyak, di layanan orientasi
ini menekankan siswa siswi agar memiliki kebiasaan dan wawasan
yang cukup luas lagi khususnya tentang sekolah baru mereka, ini salah
satu alas an bahwasanya layanan orientasi penting diterapkan oleh
siswa siswi yang baru memasuki dunia pendidikan baru. Karena jika
siswa siswi baru tidak di berikan pengetahuan atau dikenalkan tentang
peraturan sekolah, guru mata pelajaran, staf-staf sekolah, ruang kelas,
ruang guru, dan lain-lain itu akan menghambat perkembangan dan
pengetahuan siswa siswi. Pada saat MOS(Masa Orientasi Siswa) akan
di ikuti oleh semua siswa siswi baru berkumpul pada satu lapangan,
yang memberikan dampak yang positif bagi antar siswa siswi agar
mudah untuk berinteraksi satu dengan lainnya.73
73
Herli Mustika, Guru Bimbingan dan Konseling Wawancara dengan Penulis. 8
Desember 2018, Kabupaten Tebo, Dokumentasi.
52
2. Layanan informasi
Layanan informasi di sekolah SMA N 7 Tebo hanyalah seputar
tatatertib sekolah, seperti kerapian dan kedisplinan padahal ranah
bimbingan konseling yang sebenarnya dalam layanan informasi adalah
lebih luas lagi yaitu memberikan informasi karir dan dalam layanan
informasi seharusnya tidak ada hukuman, tentu kita pahami bersama
bahwa layanan informasi adalah memberikan informasi kepada siswa
yang dilakukan guru bimbingan konseling untuk membantu siswa
mengatasi kesulitannya dibidang informasi. 74
Namun di SMA N 7
Tebo tidak demikian, sebagaimana yang penulis paparkan diatas
layanan informasi yang diberikan adalah kedisiplinan dan kerapian,
untuk siswa yang tidak mengindahkan informasi ini akan diberikan
hukuman rambut dipotong bagi laki laki yang memiliki 75
rambut
panjang, handphone disita selama satu semester bagi yang membawa
handphone kesekolah, layanan yang kurang tepat telah menyebabkan
siswa menjadi membenci guru bimbingan konseling dan menganggap
guru bimbingan konseling adalah polisi sekolah, bahkan menurut
pengakuan guru bimbingan konseling ia mendapatkan perlakuan yang
kurang mengenakan dari siswa seperti siswa yang datang kerumah
dengan mengamuk, selain itu guru bimbingan konseling juga pernah
diteror dan juga mendapati orang tua yang marah karena tidak senang
anaknya dipotong botak rambutnya. Melihat dari pemaparan di atas
bahwasanya pelayanan guru bimbingan konseling berjalan kurang
efektif, kurang sesuai dengan layanan informasi yang sesungguhnya,
yaitu memberikan informasi kepada siswa untuk menjadi pertimbangan
dan pengambilan keputusan para siswa.
74
Herli Mustika, Guru Bimbingan dan Konseling Wawancara dengan Penulis. 17
Oktober 2018, Kabupaten Tebo, Dokumentasi. 75
Herli Mustika, Guru Bimbingan dan Konseling Wawancara dengan Penulis. 17
Oktober 2018, Kabupaten Tebo, Dokumentasi.
53
3. Layanan penempatan dan penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran yang ada di SMA N 7 Tebo
secara umum di dalam pengaplikasiannya itu sedikit melenceng dari
kebijakan yang semestinya. Misalnya saja untuk memilih jurusan ilmu
pengetahuan dan ilmu sosial meraka itu ditentukan oleh nilai, jika
mereka memiliki nilai yang bagus atau masuk kategori 10 besar dalam
peringkat kelas maka akan ditempatkan di jurusan ilmu pengetahuan
alam, dan untuk nilai standar siswa akan ditempatkan di jurusan ilmu
pendidikan sosial atau bahasa. Jika di dalam pelayanan bimbingan dan
konseling itu didasarkan atas nilai itu tidak sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki atau sesuai dengan minat bakat siswa tersebut. Bisa jadi
siswa yang mendapat nilai bagus dan dapat juara itu sebenarya ingin
masuk di ilmu pengetahuan sosial begitu sebaliknya, misalnya nilai
yang paling tinggi di mata pelajaran eksak (biologi, mtk, fisika, dan
kimia) maka masuk di jurusan ilmu pengetahuan alam, jika nilai yang
paling tinggi mata pelajaran sosial (geografi, ekonomi, sejarah, dan
sosiologi) maka akan masuk jurusan ilmu pengetahuan sosial, dan jika
nilai yang paling tinggi mata pelajaran bahasa (bahasa inggris, bahasa
arab dan budaya) maka akan masuk di jurusan bahasa. Dampaknya hal
ini menjadi penyebab siswa kesulitan dalam menentukan minat
bakatnya, bahkan sebagaian dari siswa ada yang mengeluh terhadap
kondisi ini, dimana ada sebagian yang memiliki nilai tinggi ingin di
jurusan ilmu pengetahuan sosial atau bahasa namun karena nilainya
tinggi anak ini ditempatkan di ilmu pengetahuan alam yang sebenarnya
bukan minatnya begitu sebaliknya. Melihat dari pemaparan di atas
pelayanan guru bimbingan konseling berjalan kurang efektif, karena
seharusnya di dalam penempatan/penyaluran siswa mendapat tempat
yang paling tepat (misalnya penempatan/penyaluran di dalam kelas,
kelompok belajar, jurusan, ko/ekstrakulikuler) sesuai dengan potensi,
minat dan bakat, serta kemampuan pribadinya bukan dari nilai yang di
capainya.
54
4. Layanan perorangan (individu)
Layanan perorangan (individu) itu memberikan pelayanan hanya
kepada siswa siswi yang bermasalah saja. Dengan cara di panggil oleh
guru bimbingan konseling untuk menghadap dan akan di masukkan di
dalam daftar buku hitam. 76
Seharusnya di dalam pelayanan bimbingan
konseling sesunguhnya tidak seperti itu, maka jika ada siswa
bermasalah itu kita telusuri apa penyebabnya sampai tuntas, kita tidak
bisa langsung memberinya hukuman atau teguran itu bukan tugas dari
guru bimbingankonseling sebenarnya, berarti layanan ini tidak berjalan
dengan efektif.77
Dampak dari layanan perorangan yang tidak sesuai
adalah menimbulkan pandangan yang salah pada diri siswa yang
menganggap bimbingan konseling hanya untuk anak-anak yang
bermasalah saja dan anak-anak yang pernah memasuki ruangan
bimbingan konseling merasa dirinya adalah anak yang nakal sehingga
menimbulkan sikap rendah diri dan membuat anak memiliki
kepercayaan diri yang rendah sehingga sulit melakukan hal
baik.Melihat dari pemaparan di atas pelayanan yang di berikan oleh
guru bimbingan konseling berjalan kurang efektif karena sebenarnya
layanan perorangan tidak hanya diperuntukkan oleh siswa yang
bermasalah saja tapi untuk semua individu.78
76
Herli Mustika, Guru Bimbingan dan Konseling Wawancara dengan Penulis. 12
Desember 2018, Kabupaten Tebo, Dokumentasi. 77
Herli Mustika, Guru Bimbingan dan Konseling Wawancara dengan Penulis. 17
Oktober 2018, Kabupaten Tebo, Dokumentasi. 78
Herli Mustika, Guru Bimbingan dan Konseling Wawancara dengan Penulis. 17
Oktober 2018, Kabupaten Tebo, Dokumentasi.
55
BAB IV
UPAYA SEKOLAH MENINGKATKAN EFEKTIVITAS
PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING
Pelayanan bimbingan konseling di SMA N 7 Tebo di lakukan oleh
guru non bimbingan konseling, berikut beberapa upaya sekolah untuk
meningkatkan efektivitas pelayanan bimbingan konseling:
1. Memberikan Kesempatan Guru Bimbingan Konselinguntuk
meningkatkan Efektivitas
Sekolah memberikan kesempatan guru untuk meningkatkan
keefektifan kepada guru bimbingan konseling dengan mengikuti
diklat bimbingan konseling di Provinsi Jambi. Diklat tersebut di ikuti
oleh semua sekolah yang memiliki guru non bimbingan konseling,
yang salah satunya yaitu guru bimbingan konseling di SMA N 7 Tebo.
Diklat tersebut yang mengadakan adalah pemerintah yang bertujuan
untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam bimbingan dan
konseling yang professional. guru non bimbingan konseling di SMA
N 7 Tebo sudah mengikuti diklat tersebut sebanyak 3 kali yaitu: (1)
diklat pertama, para peserta guru non bimbingan konseling itu
menginap di hotel Sang Ratu yang bertempat di jambi. Diklat itu
berlangsung 3-4 hari. Kegiatan di dalam diklat tersebut seperti
seminar, yang ada pemateri memberikan pengetahuan yang lebih
tentang apa dan seperti apa guru bimbingan konseling yang
professional. 79
Guru non bimbingan konseling setiap mengikuti diklat
akan di berikan buku panduan atau materi yang akan di sampaikan
oleh pemateri yang isinya itu (apa pengertian BK, konsep dasar BK,
cirri-ciri BK, dll). Biasanya materi yang di sampaikan bisa memakan
waktu 2 jam, kemudian setelah di berikan materi para peserta diklat
tersebut di berikan seperti ujian tulisan dan lisan seputar materi yang
79
Herli Mustika, Guru Bimbingan dan Konseling Wawancara dengan Penulis. 17
Oktober 2018, Kabupaten Tebo, Dokumentasi.
56
di sampaikan.Kemudian tema dari diklat yaitu pembentukan karakter
siswa siswi.Diklat pertama itu pada tahun 2014. (2) diklat kedua,
sama seperti diklat pertama yang di adakan oleh pemerintah yang
bertempat di hotel Sang Ratu yang berlangsung 3-4 hari. Seperti hal
nya seperti diklat sebelumnya yaitu seperti seminar yang ada pemateri
kemudian adanya Tanya jawab di sesi tersebut, di dalam memberikan
materi itu berlangsung 1,5-2 jam. Setelah di berikan materi kemudian
para peserta di berikan pertanyaan rulisan ataupun lisan seputar materi
yang di sampaiakan.Dilat kedua itu bertema membangun hubungan
yang baik antar sesama peserta didik.Di dalam seminar tersebut guru
non bimbingan konseling di berikan buku panduan seperti “buku
bimbingan konseling karya Prayitno).Sebelum mengikuti diklat di
wajibkan oleh guru non bimbingan konseling memiliki beberapa buku
untuk di jadikan sebagai pedoman. Diklat yang kedua di lakukan pada
tahun 2015 yang di ikuti oleh 150 peserta di provinsi jambi.(3) diklat
ketiga, seperti biasa diklat tersebut bertempat di hotel Sang Ratu yang
berlangsung 3-4 hari. Seperti biasanya proses diklat tersebut seperti
seminar yang adanya pemateri menyampaikan ilmu pengetahuan yang
belum di miliki oleh guru non bimbingan konseling guna untuk
meningkatkan efektivitas guru-guru non bimbingan konseling. Setiap
pemateri memberikan materi sekitar 2 jam, setelah itu seperti biasa
para peserta akan di tes baik tertulis maupun lisan seputar materi yang
di sampaikan. Pada diklat ketiga tersebut bertema bimbingan
konseling karier.Yang di adakan pada tahun 2017.Setelah mengikuti
diklat tersebut para guru non bimbingankonseling memiliki sertifikasi
guru bimbingan konseling untuk menunjang keefektivitasan guru non
bimbingan konseling.80
80
Herli Mustika, Guru Bimbingan dan Konseling Wawancara dengan Penulis. 2
Desember 2018, Kabupaten Tebo, Dokumentasi.
57
2. Menyediakan Sarana dan Prasarana Sekolah
Pihak sekolah SMA N 7 Tebo memberikan fasilitas yang
memadai untuk pelaksanan bimbingan konseling seperti, adanya
ruang bimbingan konseling, adanya guru bimbingan konseling, serta
peralatan yang di sediakan, misalnya, ada laptop untuk menyimpan
beberapa dokumen penting tentang bimbingan konseling di sekolah
tersebut dan buku untuk mencatat siswa-siswi yang bermasalah atau
yang berkonsultasi kepada guru bimbingan konseling seperti halnya
pada sekolah-sekolah formal lainnya81
. Sarana dan prasarana yang di
berikan oleh sekolah sangat di manfaatkan oleh guru non bimbingan
konseling yang ada di SMA N 7 Tebo, misalnya saja jika ada operasi
razia siswa siswi yang terjaring oleh razia tersebut akan di
kumpulkan dan akan di pangil ke ruangan bimbingan konseling, dan
kemudian guru bimbingan konseling akan mencatat siswa yang
terkena razia di catatan hitam beserta pelangaran yang di lakukannya.
Dan juga jika siswa siswi melakukan bimbingan konseling itu juga
akan di catat di buku oleh guru non bimbingan konseling untuk
mengakumulasikan masalah-masalah yang banyak di alami oleh
siswa siswi itu seperti apa. Kemudian jika siswa siswi yang
bermasalah berulang-ulang kali akan di berikakan surat keterangan
pemangilan orang tua dan di lengkapi dengan matrai, kemudian
dalam bentuk sofe file akan di simpan di dalam computer/laptop
untuk dijadikan arsip dan masuk dalam program tahunan. Ruangan
bimbingan konseling yang cukup strategis dan menyendiri
memberikan suasana yang tenang untuk siswa siswi untuk
berkonsultasi masalah yang mereka alami.Tidak banyak orang yang
ber lalu lalang di sekitar ruangan bimbingan konseling supaya tidak
81
Sularno, Kepala Sekolah SMA N 7, Wawancara dengan Penulis, 24 Oktober 2018,
Kabupaten Tebo, Dokumentasi.
58
malu bagi siswa yang ingin berkonsultasi.Kemudian computer/laptop
digunakan guru bimbingan konseling menyimpan data-data yang ada
di catatan hitam sebagai penilaian di akhir semester yaitu program
pertahun.Guru non bimbingan juga di berikan buku tentang
bimbingan konseling untuk lebih menambah wawasan guru non
bimbingan konseling tersebut, untuk lebih memahami siswa siswi
dan meningkatkan efektivitas pelayanan bimbingan konseling seperti
pelayanan BK professional.82
3. Memberikan kesempatan kepada Guru Bimbingan Konseling
mengikuti MGBK(Musyawarah Guru Bimbingan Konseling)
Guru bimbingan konseling di berikan kebebasan untuk
mengikuti organisasi MGBK(Musyawarah Guru Bimbingan
Konseling) di kabupaten, yaitu kabupaten Tebo.Organisasi itu di
adakan oleh kabupaten.Tujuan di adakan organisasi tersebut untuk
mempererat silaturahmi antar guru BK dan melakukan kajian-kajian
kecil sepurat bimbingan konseling. Guru bimbingan konseling yang
ada di kabupaten Tebo memang sangat sedikit, itu salah satu
alasannya organisasi tersebut di bentuk.Organisasi tersebut biasanya
juga membahas bagaimana perkembangan di setiap sekolah tentang
siswa siswi terhadap layanan bimbingan konsleing (sheering),
kemudian jika ada salah satu guru BK yang kesulitan atau
bermasalah di situ tempat bertukar pengalaman atau wawasan untuk
saling membantu di dalam menyelesaikan masalah yang di hadapi
oleh guru BK.Untuk menangulangi kekurangan SDM guru
bimbingan konseling.Guru bimbingan konseling yang mengikuti
organisasi MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan Konseling) itu
berkisar hanya puluhan orang. Pada awalnya guru non bimbingan
konseling di SMA N 7 Tebo telah mengikuti organisasi
MGBK(Musyawarah Guru BimbinganKonseling) selama beberapa
82
Herli Mustika, Guru Bimbingan dan Konseling, Wawancara dengan Penulis, 2
Desember 2018, Kabupaten Tebo, Dokumentasi.
59
bulan, namun pada kenyataanya yang tergabung di
MGBK(Musyawarah Guru Bimbingan Konseling) hanya untuk guru
bimbingan konseling yang berlatar belakang bimbingan konseling
saja. Sejak dari itu guru bimbingan konseling sudah berhenti dari
organisasi MGBK(Musyawarah Guru Bimbingan Konseling) karena
guru di SMA N 7 Tebo merupakan guru non bimbingan konseling83
.
Meskipun guru non bi bingan konsleing sudah mengikuti diklat
selama kurang lebih 3 kali diklat dan mendapatkan sertifikasi guru
BK, tetapi hal itu belum bisa menjadikan guru non BK menjadi guru
BK. Organisasi tersebut hanya berlaku untuk guru BK yang
berstandar S1 BK.84
Namun menurut guru non bimbingan konseling
organisasi MGBK( Musyawarah Guru Bimbingan Konseling) pada
saat ini itu mulai non aktif, karena banyak peserta yang ikut
organisasi MGBK(Musyawarah Guru Bimbingan Konseling) yang
berstandar S1 BK, itu sangat sedikit yang tidak memungkinkan
organisasi tersebut di dirikan lagi. Sebelum adanya peraturan yang
mengikuti orgaisasi MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan
Konseling) itu berstandar S1 BK, cukup eksis dan banyak
pengikutnya karena kebanyakan guru BK itu berlatar belakang non
BK, kurangnya SDM dan potensi yang ada di daerah Tebo sehingga
ketertingalan jauh dari Kabupaten-kabupaten lain yang memiliki
SDM guru bimbingan konsleing berstandar S1 BK yang banyak.
4. Meningkatkan Supervisi Guru Bimbingan Konseling
Meningkatkan supervisi guru bimbingan konseling di sekolah
dalam meningkatkan efektivitas pelayanan bimbingan dan konseling
di SMA N 7 Tebo dengan terstruktur/berkala. Meskipun kepala
sekolah sudah memberikan sepenuhnya kepercayaan kepada guru
bimbingan konseling terhadapsiswa siswi yang ada disekolah
83
Herli Mustika, Guru Bimbingan dan Konseling SMA N 7, Wawancara dengan
Penulis, 22 Oktober 2018, Kabupaten Tebo, Dokumentasi. 84
Herli Mustika, Guru Bimbingan dan Konseling SMA N 7, Wawancara dengan
Penulis, 26 November 2018, Kabupaten Tebo, Dokumentasi.
60
tersebut, kepala sekolah harus tetap memberikan pengawasan,
misalnya cara guru bimbingan dan konseling memberikan hukuman
kepada siswa-siswi yang bermasalah terlalu berat sehingga
mengangu kenyamanan belajar mengajar siswa di sekolah. Dengan
adanya pengawasan dari kepala sekolah itu tanda adanya kerjasama
antara guru bimbingan konseling dengan kepala sekolah untuk
meningkatkan efektivitas pelayanan bimbingankonseling. Semua
sudah berusaha di laporkan kepada pemerintah dan diterapkan, akan
tetapi memang belum adanya sumber daya manusia/tenaga pendidik
S1 bimbingan konseling. Di karenakan jarak yang jauh dan keadaan
ekonomi maka di berlakukan guru non bimbingan konseling untuk
meminimalisir hambatan/masalah yang di hadapi siswa sampai
adanya guru bimbingan konseling profesional.85
Di dalam
peningkatan suvervisi sekolah bukan hanya bersangkutan tentang
kepala sekolah, tetapi menyangkut semua staf dan guru mata
pelajaran lain. Yang membantu guru non bimbingan konseling di
dalam melakukan pelayanannya. Misalnya saja guru Fisika ikut guru
non bimbingan konseling di dalam operasi razia guna untuk
meningkatkan kedisiplinan sekolah tersebut, kemudian ada wali kelas
yang memberikan laporan di setiap harinya kepada guru non
bimbingan konseling bagi siswa yang melakukan pelangaran atau
yang tidak bisa mengikuti pelajaran di dalam kelas.86
Kemudian ada
staf yang membantu guru non bimbingan konseling yang bermasalah
pada siswa siswi yang telat di dalam melakukan pembayaran atau
pelunasan keuangan spp. Semua itu akan di laporkan oleh guru non
bimbingan konseling, untuk mengetahui apa faktornya. Apakah uang
85
Sularno, Kepala Sekolah SMA N 7, Wawancara dengan Penulis, 24 Oktober 2018,
Kabupaten Tebo, Dokumentasi. 86
Sularno, Kepala Sekolah SMA N 7, Wawancara dengan Penulis, 24 Oktober 2018,
Kabupaten Tebo, Dokumentasi.
61
tersebut di salahgunakan oleh siswa siswi itu akan di telusuri lebih
lanjut oleh guru non bimbingan konseling.87
87
Sularno, Kepala Sekolah SMA N 7, Wawancara dengan Penulis, 26 November
2018, Kabupaten Tebo, Dokumentasi.
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka penulis
menyimpulkan secara umum efektivitas pelayanan bimbingan
konseling oleh guru non bimbingan konseling terhadap siswa di SMA
N 7 Tebo berjalan tidak efektif. Sedangkan secara khusus sebagai
berikut:
1. Bentuk layanan bimbingan konseling yang dilaksanakan oleh guru
non bimbingan konseling di SMA N 7 Tebo adalahlayanan
orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran,
layanan konseling perorangan (individu). Di samping itu guru non
bimbingan konseling membantu pihak sekolah melaksanakan razia
yang merupakan salah satu program sekolah.
2. Dampak pelayanan bimbingan konseling di SMA N 7 Tebo yaitu
kurang berjalan dengan baik program BK yang sesunguhnya. Di
dalam pelaksanaan BK itu tidak ada namanya hukuman, tetapi
bimbingan untuk siswa siswi yang bermasalah, namun yang
terjadi di SMA N 7 Tebo itu mengutamakan hukuman di setiap
siswa yang bermasalah. Sedangkan dampak secara psikis di alami
oleh siswa siswi yaitu merasa takut jika berurusan dengan guru
bimbingan konseling, karena setiap pelangaran yang di alami oleh
siswa siswi akan masuk dalam catatan hitam dan untuk siswa
siswi yang bermasalah akan diberikan hukuman. Itu sebabnya
karena guru bimbingan konseling yang ada di SMA N 7 bukan
berlatar belakang guru bimbingan konseling, tetapi guru mata
pelajaran pendidikan kewarganegaraan, sehingga di setiap
pelayanannya selalu berhubungan dengan hukum
3. Upaya sekolah meningkatkan efektivitas pelayanan guru non
bimbingan konseling yaitu dengan beberapa cara seperti:
menyediakan sarana dan prasarana di sekolah yaitu (memberikan
ruang bimbingan konseling, computer/laptop untuk menyimpan
data, buku untuk menulis siswa-siswi yang bermasalah atau
berkonsultasi), memberikan waktu untuk melakukan pelayanan
BK, memberikan kesempatan kepada guru bimbingan konseling
mengikuti organisasi MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan
Konseling), meningkatkan suvervisi guru bimbingan konseling
agar pelaksanaanya terstruktur dan berskala.
B. Saran-saran
Setelah menarik kesimpulan, melalui penelitian ini
disampaiakan saran sebagai berikut:
1. Guru nonbimbingan konseling untuk mempertimbangkan
pelaksanaan razia, agar guru non bimbingan konseling tidak di
angap sebagai polisi sekolaholeh siswa siswi.
2. Guru non bimbingan konseling lebih memperhatikan tentang
pelayanan yang di berikan kepada siswa sehingga siswa tidak
mengalami tekanan dan hambatan di dalam pelaksanaan belajar
mengajar di sekolah.
3. Seluruh siswa-siswi untuk mematuhi segala aturan agar
keberlangsungan pelayanan bimbingan konseling berjalan dengan
baik dan efektif.
4. Guru non bimbingan konselinguntuk bekerja sama dengan pihak
lain, seperti guru matapelajaran dan wali kelas agar terciptanya
pelayanan bimbingan konseling secara efektif dan professional.
5. Kepada pihak sekolah untuk meningkatkan efektivitas guru
bimbingan konseling seperti contohnya mencari sumber daya
manusia yang berkualifikasi S1 BK.
C. Kata Penutup
Alhamdulillah, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah
SWT, serta sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW, karena atas rahmat, karunia dan izinya lah skripsi
ini dapat penulis selesaikan. Kendati cukup banyak rintangan, namun
dengan rahmatnya dapat terlaksana dengan lancar.
Dengan menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penulisan
skripsi ini banyak sekali ditemui kekuranganya, baik dalam penulisan
atau pemikiran, suku kata, pembahasan yang menurut penulis
bukanlah suatu hal yang sengaja, akan tetapi karena keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan penulis.
Kepada Allah SWT penulis berserah diri, semoga skripsi ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
pembaca.
Wasalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.
Jambi, 1 November 2018
Supanti
NIM. UB. 150131
CURRICULUM VITAE
A. Informasi Diri
Nama : Supanti
Tempat & Tanggal Lahir :Giriwinanggun/ 21September 1996
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Rimbo Ilir Unit 15 Kab. Tebo
B. Riwayat Pendidikan
SMA N 7 Tebo : Lulus tahun 2015
SMP N 6 Tebo : Lulus tahun 2012
SD N 123/VIII :Lulus tahun 2006
TK PERTIWI : Lulus tahun 2005
C. Karya Tulis
1. Diagnosis Gangguan Kejiwaan
D. Riwayat Organisasi
1. LDK Kampus 2015
2. PMII Tahun 2016
3. HIMARI Tahun 2016-2017
JADWAL PENELITIAN
Kegiatan
Agustus September Oktober November Desember Januari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penulisan Draf
Proposal
x
x
2 Konsultasi dg
ka.jur/prodi
dan lainnya
untk fokus
penelitian
x
x
x
3 Revisi Draf
Proposal
x
x
4 Proses Seminar
Proposal
x
x
5 Revisi Draf
Proposal
Setelah
seminar
x
6 Konsultasi dg
Pembimbing
x
x
7 Koleksi Data
8 Analisa dan
Penulisan Draf
Awal Skripsi
x
9 Draf Awal
dibaca
pembimbing
10 Revisi Draf
Awal
x
11 Draf Dua
dibaca
pembimbing
12 Revisi Draf
Data
13 Draf2Revisi
dibaca
pembimbing
14 Penulisan Draf
Akhir
15 Draf Akhir
Dibaca
Pembimbing
16 Ujian
Munaqasah
17 Revisi Skripsi
Setelah Ujian
Munaqasah
20 Mengikuti
Wisuda
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
PROPOSAL
“EFEKTIVITAS PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
TERHADAP SISWA OLEH GURU NON BIMBINGAN KONSELING DI
SMA N 7 TEBO”
No JENIS DATA METODE SUMBER DATA
1. -Letak Geografis
SMA N 7 Tebo
-Observasi
-Dokumentasi
-Wawancara
-Setting
-Dokumentasi Geografis
-Pengurus/ Pembina SMA
2. -Sejarah SMA -Wawancara
-Dokumentasi
-Pengurus/Pembina SMA
-Dokumen Sejarah SMA
3. -Visi, Misi, dan
Tujuan SMA
-Dokumentasi -Dokumen Visi, Misi, dan
Tujuan SMA
4. -Struktur Organisasi
dan Kepengurusan
SMA
-Dokumentasi -Bagan Struktur
Organisasi dan nama-
nama pengurus SMA
5. -Sarana/Fasilitas
SMA
-Observasi
-Dokumentasi
-Wawancara
-Keadaan Fasilitas
-Dokumen Fasilitas
-Pengurus/Pembina SMA
6. -Program BK Di
SMA
-Dokumentasi -Dokumen Program pada
SMA
7. -Dasar Konseptual
BK Di SMA
-Dokumentasi
-Wawancara
-Dokumen Dasar BK
-Pengurus/Prmbina SMA
8. -Implementasi BK -Observasi
-Dokumentasi
-Praktik Implementasi
-Dokumen Implementasi
-Pengurus/Pemimpin
SMA
9. -Relevansi
implementasi BK
dari Non BK
-Observasi
-Dokumen
-Wawancara
-Implikasi Terhadap
Efektivitas Pelayanan
Siswa
-Dokumen tentang BK
-Pengurus/Pembina SMA
A. Panduan Observasi
No Jenis Data Objek Observasi
1. -Letak Geografis
SMA N 7 Tebo
-Keadaan dan Letak Geografis
2. -Sarana/Fasilitas
SMAN 7 Tebo
-Sarana dan prasarana yang tersedia pada
SMAN 7, seperti:- Kelengkapan ruang SMAN
7 Tebo
3. -Praktik Ekeftivitas
Pelayanan Non BK
Pada SMAN 7 Tebo
-Metode yang diterapkan dalam terapi
-Alokasi waktu yang dibutuhkan untuk
penerapan satu metode
4. -Relevansi
implementasi
efektivitas pelayanan
Non BK terhadap
siswa
-Dampak perilaku yang terlihat secara
langsung terhadap siswa setelah menjalani
pelayanan Non bk terhadap siswa
B. Panduan Dokumentasi
No Jenis Data Data Dokumenter
1. -Letak Geografis
SMAN 7 Tebo
-Data Dokumentasi letak geografis SMAN 7
Tebo
2. -Sejarah SMAN 7
Tebo
-Data dokumentasi tentang sejarah dan
perkembangan SMAN 7 Tebo
3. -Visi, Misi, dan
Tujuan SMAN 7
Tebo
-Data dokumentasi tentang visi, misi dan
tujuan SMAN 7 tebo
4. -Struktur Organisasi
dan kepergurusan
SMAN 7 Tebo
-Data dokumentasi tentang struktur organisasi
dan keperguruan pada SMAN 7 Tebo
-Daftar nama pengurus/pembina dan juga
SMAN 7 Tebo
-Daftar riwayat pengurus/Pembina SMAN 7
Tebo
-Data-data lain yang dibutuhkan
5. -Sarana/Fasilitas
SMAN 7 Tebo
-Data dokumentasi tentang sarana/Failitas
yang dimiliki SMAN 7 Tebo
6. -Program efektivitas
pelayanan Non BK
-Data dokumentasi tentang program
efektivitas pelayanan Non BK
7. -Dasar konseptual
implementasi
-Data tentang dasar konseptual dalam
implementasi efektivitas pelayanan Non BK
efektivitas pelayanan
Non BK
pada SMAN 7 Tebo
8. -Implementasi
efektivitas pelayanan
Non BK pada SMAN
7 Tebo
-Data tentang implementasi efektivitas
pelayanan Non BK, yang
meliputi:administrasi, program, metode, dan
juga implementasinya secara teknis.
9. -Relevansi
implementasi
efektivitas pelayanan
Non BK terhadap
siswa
-Dokumen tentang relevansi implementasi
efektivitas pelayanan Non BK terhadap siswa
C. Butir-butir Wawancara
No Jenis Data Sumber Data dan Substansi Wawacara
1. -Letak Geografis
SMAN 7 Tebo
PIMPINAN /PEMBINA SMA N:
-Bisa dijelaskan letak geografis SMAN 7
Tebo?
2. -Sejarah SMAN 7
Tebo
PIMPINAN/PEMBINA SMAN 7 TEBO:
-Bagamaina sejarah pendiri SMAN 7 Tebo?
-Kapan dan oleh siapa SMAN 7 didirikan?
-Apa yang menjadi motivasi pendiri SMAN?
-Bagaimana perkembangannya hingga saat
ini?
3. -Sarana /Fasilitas
SMAN 7 Tebo
PIMPINAN/PEMBINA SMAN 7 TEBO
-Apa saja sarana yang dimiliki SMAN 7
Tebo?
4. -Dasar konseptual
implementasi
Efektivitas pelayanan
Non BK
PIMPINAN/PEMBINA SMA N 7 TEBO
-Apakah yang menjadi landasan konseptual
implementasi Efektivitas pelayanan Non BK
pada SMAN 7 Tebo?
5. -Implementasi
efektivitas pelayanan
Non BK pada SMAN
7 Tebo
PIMPINAN/PEMBINA SMAN 7 TEBO:
-Bagaimana program efektivitas pelayanan
Non BK?
-Apa saja aturan administrasinya?
-Apa saja susunan program kegiatannya?
-Apa saja metode yang digunakkan?
-Bagaimana teknis penerapan metode tersebut:
-kapan dilaksanakan dan apa tujuannya?
-apa saja amalan-amalan yang dilakukan?
6. -Relevansi PIMPINAN/PEMBINA SMAN 7 Tebo:
implementasi
efektivitas pelayanan
Non BK terhadap
siswa
-Dampak apa yang diharapakan dalam
pelaksanaan efektivas?
LAMPIRAN LAMPIRAN DOKUMENTASI
FOTO BERSAMA DI DEPAN SMA N 7 TEBO
FOTO SEKITAR KELAS SMA N 7 TEBO
FOTO BERSAMA WAKIL KEPALA SEKOLAH SMA N 7 TEBO
FOTO BERSAMA GURU MATA PELAJARAN LAIN DI SMA N 7
TEBO
WAWANCARA DENGAN GURU NON BK DI SMA N 7 TEBO
FOTO BERSAMA GURU NON BIMBINGAN KONSELING
CATATAN HITAM SISWA SISWI DI SMA N 7 TEBO
CONTOH SURAT PERJANJIAN PELANGARAN SISWA SISWI
RUANG BELAJAR SIMULASI SISWA SISWI
TAMPAK DEPAN SEKOLAH SMA N 7TEBO
MATERI DIKLAT GURU NON BK
FOTO BERSAMA SALAH SATU SISWA