Efektivitas Ekstrak Daun Dewa

13
7 RESUME JURNAL Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Farmakognosi Mata Kuliah : Praktikum Farmakognosi Dosen Pengampu : Nur Ermawati, S. Far.,Apt Nila Oktaviani, M.Si Disusun oleh: Ainal Hana NPM . 0540018212 Mia Sari Zulfiati NPM. 0540018312 Nailatul Izzah NPM. 0540018412 Semester I V PROGRAM STUDI DIII FARMASI

description

kognosi

Transcript of Efektivitas Ekstrak Daun Dewa

RESUME JURNALDisusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum FarmakognosiMata Kuliah : Praktikum FarmakognosiDosen Pengampu :Nur Ermawati, S. Far.,Apt

Nila Oktaviani, M.Si

Disusun oleh:Ainal Hana

NPM. 0540018212Mia Sari Zulfiati NPM. 0540018312

Nailatul Izzah

NPM. 0540018412Semester IVPROGRAM STUDI DIII FARMASI

FAKUTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEKALONGAN

2014 / 2015EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN DEWA (Gynura pseudochina (Lour.) DC)

TERHADAP PERTUMBUHAN CANDIDA ALBICANS PADA PLAT DASAR GIGI

TIRUAN RESIN AKRILIKI. TUJUAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui daya anti jamur ekstrak daun dewa pada

beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan candida albicans.II. PENDAHULUAN

Sejak Dahulu Masyarakat Indonesia menegnal dan memakai obat-obatan yang berasala dari alam atau obat tradisional dalam menghadapi masalah kesehatan. Salah satu obat tradisional yang digunakan adalah (Gynura pseudochina (Lour.) DC). Yang dikenal dengan nama daun dewa ( Anonim, 1989; Dalimartha, 1999).

Tanaman daun dewa dapat digunakan sebagai antikoagulan, antikarsiogenik, antimutagenitas, diuretik, member efek analgesik, menghentikan pendarahan, menghilangkan panas, membersihkan racun, penurun kadar gula darah, stimulasi sirkulasi, (Anonim, 2002). Daun dewa dapat digunakan dalam bentuk segar atau yang telah dikeringkan. Menurut Voight (1994) ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan melarutkan serbuh tumbuhan menggunakan bahan pengekstraksi, kemudian bahan pengekstrasi sebagian atau seluruhnya diuapkan. Pembuatan ekstrak daun dewa dapat dilakukan dengan cara ekstraksi. Ekstraksi merupakan proses pemisahan dan isolasi zat organik dari suatu campuran dengan penambahan pelarut tertentu. Daun dewa memiliki kandungan kimia alkaloid, saponin, flavonoid, minyak atsiri, dan tanin ( Dalimartha, 1999). Senyawa alkaloid mempunyai kemampuan berikatan dengan protein (Tjay dan Raharja, 1979). Menurut Yogiartono dan Widjoseno (2001), saponin bersifat sebagai pembersih. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang dapat menimbulkan busa jika dikocok dalam air (Robinson, 1995). Minyak Atsiri bersifat sebagaiantibakteri dan antifungi (Harborne, 1987). Tanin merupakan bahan yang terdapat pada tanaman berkhasiat obat dan mempunyai aksi fisiologis dalam menghambat bakteri (Tylerdkk., 1988). Flavonoid merupakan golongan senyawa fenol (Robinson, 1995). Menurut Pelczar dan can (1988), fenol bersifat bakterisid dan fungisid yang mempunyai kemampuan menambah permeabilitas sel dan pada keadaan tinggi dapat mengkoagulasi protein.

Gigi tiruan merupakan protesa yang menggantikan sebagian ataupun seluruh gigi asli yang hilang serta jaringan sekitarnya. Tujuan pembuatan protesa adalah mengemblikan fungsi, penampilan, kenyamanan, dan kesehatan yang terganggu akibat dari hilangnya gigi. Salah satu bagian dari suatu gigi tiruan adalah plat dasar. Plat dasar gigi tiruan merupakan bagian dari gigi tiruan yang berkntak dengan mukosa mulut, tempat menempel dan mendukung anasir gigi tiruan, menyalurkan tekanan oklusal ke jaringan pendukung dan memberi retensi dan stabilitas pada gigi tiruan (Gunadi dkk, 1995).

Menurut Phillips (1991), lebih dari 95% plat gigi tiruan dibuat dari bahan resin akrilik. Resin akrilik terdiri dari serbuk (polimer) dan cairan (monomer) yang dicampur dengan perbandingan yang benar. Berdasarkan cara polimerisasinya resin akrilik dibagi menjadi 4 macam, yaitu: a. heat curred acrylic resin ( resin akrilik kuring panas ), b. Cold Curred acrylic resin ( resin akrilik kuring dingin ) , c. microwave curred acrylic resin ( resin akrilik gelombang mikro ), d. visible light curred acrylic resin (resin akrilik sinar tampak) (Annusavice, 2003).

Pada pemakaian gigi tiruan terjadi akumulasi plak yang disebabkan karena kasarnya permukaan resin akrilik. Tekstur permukaan suatu restorasi berpengaruh terhadap perlekatan plak ( Lumdin dan Emilson, 1989 cit. Inayati, 2001). Semakin kasar permukaan resin akrilik maka perlekatan plak semakin meningkat. Plak merupakan deposit lunak yang melekat pada permukaan gigi tiruan yang mengandung banyak mikroorganisme (Glickman, 1972). Akumulasi plak dapat terjadi karena mukosa dibawah gigi tiruan sebagian besar tertutup plat dasar gigi tiruan, sehingga pembersihan oleh salivadan lidah pada permukaan mukosa akan terhalang ( Basker dkk., 1996). Plak pada gigi tiruan merupakan faktor penting yang dapat menyebabkan inflamasi pada mukosa palatal (Theilade, 1975 cit. Abelson, 1981). Menurut Budtz-Jorgensen (1979), plak mudah melekat pada permukaan plat dasar gigi tiruan yang menghadap mukosa, hal ini merupakan salah satu faktor penyebab denture stomatitis(suatu reaksi peradangan yang terjadi pada jaringan lunak pendukung gigi tiruan) yang disebabkan oleh candida albicans (flora normal yang terdapat pada membrane mukosa mulut, saluran pencernaan dan vagina. Candida albicans dapat menyebabkan terjadinya infeksi), trauma gigi tiruan, kebersihan gigi tiruan, pemakaian gigi tiruan yang terus menerus, kesehatan mulut, kondisi sistemik dan nutrisi serta peranan saliva.III. KLASIFIKASI TANAMANGYNURAE SEGETUM FOLIUM

Nama lain

: Daun dewa

Nama tanaman asal : Gynura segetum

Kingdom

: plantae

Super divisi

: Spermatophyta

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Subkelas

: Asteridae

Ordo

: Asterales

Keluarga

: asteraceae

Genus

: genura

Species

: Gynura segetum ( Lour) merrZat berkhasiat utama: Saponin, minyak atsiri, flavonoidPenggunaan: antihipertensi, antikoagulan, antikarsiogenik, antimutagenitas, diuretik, member efek analgesik, menghentikan pendarahan, menghilangkan panas, membersihkan racun, penurun kadar gula darah, stimulasi sirkulasi.

Pemerian: Tidak berbau dan tidak berasa

Bagian yang digunakan: Daun

Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik

IV. METODE PENELITIANA. ALAT DAN BAHAN1. ALATa) Kuvetb) Gipsc) Vacum Rotary Evaporationd) Soxhlete) Botol steril gelapf) Tabung reaksig) Jarum oseh) Incubatori) Pinset sterilj) Vortex mixerk) Cawan petril) Plat dasar gigi tiruan2. BAHANa) Malam merahb) Vaselinc) CMSd) Daun dewa keringe) Aquadestf) Koloni Candida albicansg) Alkohol 70 %B. PROSEDUR KERJA1) Pembuatan Extrak Daun DewaSebanyak 1000 gram daun dewa kering digiling untuk dibuat substrat

Dilakukan ekstraksi dengan alat soxhlet menggunakan etanol 70% selama 2-3 jam sehingga diperoleh cairan ekstrak sebagai hail penyaringan yang sempurna

Cairan ekstrak dipekatkan dengan menggunakan Vacum Rotary Evaporator hingga didapatkan ekstrak kering

Kemudian ditimbang selanjutnya dimasukkan kedalam botol streril gelap

2) Tahap Pelaksanaan PenelitianCakram resin akrilik dengan diameter 10 mm sebanyak 31 buah (nomor 1-31)

Disterilkan dengan alcohol 70%

Diambil dengan pinset steril

Direndam dalam 10 ml suspensi candida albicans selama 24 jam pada suhu 37C dalam tabung reaksi

Tiga puluh buah cakram resin akrilik dibagi dalam 3 kelompok, satu buah cakram resin akrilik digunakan sebagai kontrol

Ketiga kelompok direndam selama 8 jam dalam ekstrak daun dewa dengan konsentrasi yang berbeda pada suhu kamar

Kelompok I terdiri dari cakram resin akrilik nomor 1-10

Kelompok II terdiri atas cakram resin akrilik nomor 11-20 yang direndam dalam 10 ml ekstrak daun dewa dengan konsentrasi 5% dan ditempatkan dalam tabung nomor 11-20

Kelompok III terdiri dari cakram resin akrilik nomor 21-30 yang direndam dalam 10 ml ekstrak daun dewa dengan konsentrasi 10% dan dimasukkan kedalam tabung 20-30

Cakram nomor 31 digunakan sebagai kontrol dan direndam dalam 10 ml akuades steril

Cakram resin akrilik 1-31 masing-masing dikocok dengan vortex mixer selama 1 menit dan masing-masing tabung reaksi dilakukan pengenceran seri sampai 10

V. HASIL DAN PEMBAHASANPada jurnal penelitian kali ini yang dilakukan adalah mengukur daya anti jamur ekstrak daun dewa pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan candida albicans. Daun Dewa merupakan simplisia yang diperoleh dari tanaman Gynura pseudochina (Lour.) DC atau Gynura segetum dari keluarga Asteraceae. Daun dewa mengandung saponin, minyak atsiri, flavonoid, yang biasanya digunakan untuk antihipertensi, antikoagulan, antikarsiogenik, antimutagenitas, diuretik, member efek analgesik, menghentikan pendarahan, menghilangkan panas, membersihkan racun, penurun kadar gula darah, stimulasi sirkulasi. Daun dewa mempunyai ciri fisiologis tidak berbau dan tidak berasa.

Dari hasil penelitian di jurnal didapatkan perhitungan pertumbuhan candida albicans menunjukkan bahwa pada ekstrak daun dewa konsentrasi 2,5% mempunyai rata-rata pertumbuhan candida albicans tertinggi yaitu 52,5 x 10 dan pada ekstrak daun dewa konsentrasi 10% mempunyai rata pertumbuhan candida albicans terendah yaitu 16,2 x 10 hal ini disebabkan karena ekstrak daun dewa konsentrasi 2,5%, 5% dan 10% mengandung senyawa flavonoid sebagai anti jamur (anti fungi). Ekstrak daun dewa konsentrasi 10% mengandung lebih banyak senyawa flavonoid daripada ekstrak daun dewa dengan konsentrasi 2,5% dan 5%, sehingga ekstrak daun dewa konsentrasi 10% memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan candida albicans dibandingkan dengan ekstrak daun dewa konsentrasi 2,5% dan 5%. Hal ini sesuai dengan pendapat Pelczar dan chan (1988), bahwa makin tinggi konsentrasi suatu zat antimikrobia akan semakin cepat sel mikroba terbunuh dan terhambat pertumbuhannya. Pengaruh ekstrak daun dewa dari masing-masing konsentrasi ditunjukkan dengan Anava satu jalur dengan hasil terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok (p