DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

34
DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA KE MASA EDITOR Ida Bagus Putra Yadnya I Wayan Ardika Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana

Transcript of DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

Page 1: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA

DARI MASA KE MASA

EDITOR

Ida Bagus Putra Yadnya

I Wayan Ardika

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana

Page 2: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

Pustaka Larasan

2017

Page 3: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

4 v

Ida Bagus Putra Yadnya & I Wayan Ardika, Editor

DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA

DARI MASA KE MASA

viii + 350 halaman, 23 x 15,5 cm

ISBN 978-602-5401-15-2

© Ida Bagus Putra Yadnya & I Wayan Ardika, 2017

Desain Sampul:

Epistula Communications Bali

Ilustrasi Sampul:

Made Widnyana

Tataletak:

Ema Sukarelawanto

Penerbit:

Pustaka Larasan

Jalan Tunggul Ametung IIIA No. 11B

Denpasar, Bali

Email: [email protected]

Bekerja sama dengan

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Udayana

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara

apapun, baik secara elektronik maupun mekanik, termasuk dengan cara

penggunaan mesin fotokopi, merekam, atau dengan sistem penyimpanan

lainnya, tanpa izin dari penulis.

Page 4: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

5 v

Kata Pengantar

Sambutan Rektor Universitas Udayana

vii

ix

1 Pendahuluan 1

2

Keberadaan Manusia Nusantara Pertama (Homo Erectus) hingga

Manusia Modern (Homo Sapiens) di Indonesia

Oleh I Wayan Ardika

15

3

Rekonstruksi Budaya Austronesia

Oleh Ni Luh Sutjiati Beratha & I Wayan Ardika

39

4

Relasi Historis Bahasa-Bahasa Austronesia

Oleh Aron Meko Mbete

65

5

Sejarah Politik Hindu Buddha

Oleh I Ketut Setiawan

81

6

Seni Pahat dan Arsitektur Hindu Buddha di Indonesia

Oleh I Wayan Redig

111

7

Kakawin Sutasoma: Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan

Sumber Pengetahuan Multikulturalisme

Oleh I Nyoman Suarka

145

8

Proses Islamisasi di Indonesia Selama Abad XV-XVI

Oleh Ida Ayu Wirasmini Sidemen

165

9

Budaya Indonesia Masa Kolonial

Oleh I Ketut Ardhana

185

10

Kontak Budaya Nusantara dengan Budaya Eropa dan Munculnya

Agama Katolik dan Protestan di Indonesia

Oleh I Ketut Ardhana

203

Page 5: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

6 v

11 Politik dan Peran Bahasa Indonesia di Era Sumpah Pemuda

dan Kemerdekaan

Oleh I Wayan Pastika

223

12

Debat Intelektual tentang Kebudayaan Menjelang Kemerdekaan

Indonesia

Oleh I Wayan Resen

243

13

Manusia dan Kebudayaan Indonesia Pada Era Global dan

Postmodern

Oleh I Nyoman Dhana

281

14

Pariwisata sebagai Representasi Globalisasi dan Budaya

Posmodern

Oleh Ida Bagus Gde Pujaastawa

297

15

Peran Media Massa dalam Revitalisasi Budaya Daerah

di Indonesia di Era Global

Oleh I Nyoman Darma Putra

317

Indeks

Tentang Penulis

341

348

Page 6: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

1 1

M

anusia mempunyai salah satu sifat mendasar yaitu berubah

atau melakukan perubahan. Perubahan tersebut tentu

mem peng ar uhi c ara-c ara hi dup man usia bese r ta

masyarakat sekitarnya sehingga terjadilah perubahan kebudayaan

atau yang disebut dengan dinamika kebudayaan. Secara universal

tidak ada kebudayaan yang tidak berubah, tidak ada kebudayaan yang

tidak adaptif terhadap bentuk perubahan. Hal ini yang menyebabkan

kebudayaan bersifat dinamis dan adaptif.

Kata dinamika mengandung nosi tenaga kekuatan, selalu bergerak,

berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap

keadaan, mengikuti pengaruh dan kondisi lingkungan di sekitarnya.

Dapat dikatakan bahwa dinamika kebudayaan adalah cara kehidupan

masyarakat yang selalu bergerak, berkembang dan menyesuaikan diri

dengan setiap keadaan. Dinamika dan adaptasi budaya berlangsung

karena adanya perubahan-perubahan yang melingkupi kehidupan

manusia secara antropologis melalui proses belajar kebudayaan sendiri

(yakni internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi), proses pengenalan

kebudayaan asing (seperti akulturasi dan asimilasi), evolusi dan difusi

kebudayaan, dan proses inovasi atau penemuan kebudayaan baru.

Indonesia adalah negara multietnik, multikultur dan multilingual

dan manusia Indonesia secara kultural dapat dikatakan berada pada

Page 7: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

2 2

tiga ruang budaya, yakni pertama, kampung lokal, misalnya etnik

Jawa berkampung di Pulau Jawa, etnik Bali berkampung di Pulau Bali,

dan seterusnya. Kedua, etnik-etnik di Indonesia adalah bagian dari

NKRI sehingga mereka bisa disebut berada pada kampung nasional.

Ketiga, NKRI berada pada kampung lebih besar, yakni kampung

global – sekaligus berarti pula ikut pada kampung global karena

etnik-etnik di Indonesia adalah bagian dari NKRI. Eksistensi manusia

dan kebudayaan Indonesia saat ini telah mengalami evolusi panjang

yang dibentuk melalui proses migrasi dan kontak dengan bangsa luar.

Buku ini membentangkan lanskap dinamika manusia dan kebudayaan

Indonesia dari masa prasejarah sampai era global dewasa ini yang

mencakup keberadaan manusia Nusantara pertama (Homo Erectus)

hingga manusia modern (Homo Sapiens) di Indonesia, kajian bahasa

dan budaya Austronesia, kontak bangsa dan etnik Nusantara dengan

bangsa luar, kehadiran dan dinamika agama-agama di Indonesia,

falsafah Bhineka Tunggal Ika, kolonialisme, nasionalisme, polemik

dan politik kebudayaan, pariwisata, hingga peran media massa dalam

proses formasi lanskap budaya Indonesia.

Evolusi kebudayaan merupakan proses perkembangan kebudayaan

umat manusia pada umumnya dari bentuk-bentuk kebudayaan yang

sederhana, hingga bentuk-bentuk yang makin lama makin kompleks.

Kecepatan perkembangannya atau proses evolusinya berbeda-beda

setiap wilayah yang ada di muka bumi ini namun secara universal,

masyarakat manusia berkembang secara lambat dari tingkat-tingkat

rendah dan sederhana menuju ke tingkat yang lebih tinggi dan

kompleks. Buku ini mencoba menggambarkan dinamika manusia

dan kebudayaan Indonesia mulai dari tulisan I Wayan Ardika yang

berjudul “Keberadaan Manusia Nusantara Pertama (Homo Erectus)

hingga Manusia Modern (Homo Sapiens) di Indonesia”. Penghuni

Kepulauan Indonesia menunjukkan keragaman genetik yang berawal

dari 1,5 juta tahun silam hingga sekarang. Homo erectus telah

menghuni Indonesia khususnya Pulau Jawa dan mungkin pula Flores

selama kurang lebih satu juta tahun dengan evolusinya. Tulisan ini

Page 8: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

3 3

mendeskripsikan temuan manusia Nusantara pertama (Homo erectus)

dan perkembangannya selama kurun waktu satu juta tahun hingga

ditemukan manusia modern (Homo sapiens). Teori migrasi baik

Homo erectus maupun Homo sapiens yang diduga berasal dari Afrika

(out of Africa) dibahas pada bagian tulisan ini. Kepulauan Indonesia

tampaknya merupakan tempat perlintasan migrasi manusia dari

Homo erectus, Homo sapiens dan Ras Mongoloid. Untaian kepulauan

Indonesia digunakan sebagai jembatan oleh migran dari benua Asia

hingga Australia, bahkan sampai ke Pasifik.

Budaya dan bahasa merupakan dua sisi mata uang yang tidak

dapat dipisahkan. Bahasa adalah bagian dari budaya dan budaya

dimaknai melalui bahasa. Ni Luh Sutjiati Beratha dan I Wayan Ardika

berusaha merekonstruksi budaya Austronesia yang dicirikan oleh

kesamaan bahasa. Meskipun telah terjadi interaksi dan perubahan

secara budaya dan biologi berabad-abad lamanya, ciri-ciri umum yang

dimiliki oleh penutur Austronesia adalah 1) Sebagian besar penutur

Austronesia di luar Melanesia dan Filipina memiliki ciri biologi yang

dapat digolongkan sebagai ras Mongoloid Selatan; 2) Secara budaya,

penutur Austronesia di masa lampau memiliki tradisi mentato tubuh;

3) Menggunakan layar pada sampan/perahu; 4) Secara etnografi

maupun di masa prasejarah penutur Austronesia mempunyai stile/

gaya seni, dan ciri sosial yang terkait dengan urutan kelahiran untuk

saudara kandung; serta 5) pemujaan terhadap leluhur/nenek moyang

yang dianggap cikal-bakal/pendiri keturunan.

Rekonstruksi budaya Austronesia juga didukung oleh kata-kata

yang berkognat sebagai bukti bahwa nama-nama yang ada pada budaya

Austronesia ditunjukkan oleh bukti kebahasaan yang ada pada bahasa

yang tergolong ke dalam rumpun bahasa Austronesia. Kesamaan unsur

budaya tersebut mengindikasikan eksistensi dan kontak di kalangan

komunitas penutur Austronesia yang tersebar di wilayah Nusantara.

Tradisi seni dan upacara pemujaan leluhur masih tetap berlanjut,

meskipun telah mengalami dinamika dan perubahan karena pengaruh

dari luar dan perkembangan lokal.

Page 9: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

4 4

Bahasa tidak dapat dipisahkan dari manusia, khususnya evolusi

manusia dan evolusi bahasa manusia. Lebih jauh Aron Meko Mbete

dalam buku ini mengungkap rumpun bahasa Austronesia dengan

meyakini bahwa bantuan ilmu pengetahuan khususnya biologi dengan

memanfaatkan metode Biologi Molekuler mutakhir sangat bermakna

untuk menyingkap perjalanan sejarah manusia termasuk evolusi,

perjalanan, dan perkembangan bahasa manusia. Evolusi tersebut

tersingkap melalui temuan Homo sapiens hasil galian yang anatomis

dan arkeologis, yang secara kronologi evolusi manusia bermula dari

Afrika 1,5 juta tahun silam, kemudian menyebar ke pelbagai wilayah

bumi, termasuk di Papua dan Australia. Namun demikian segi

ragawi maupun keberagaman bahasa dan budaya di Papua, bahasa-

bahasa asli Australia, dan di kawasan Asia Tenggara khususnya, tetap

menjadi misteri. Ditilik dari segi jumlah penutur dan tradisi tulisnya,

bahasa-bahasa daerah di Indonesia dibagi menjadi tiga kelompok.

Kelompok pertama, bahasa-bahasa besar dengan jumlah penuturnya

puluhan juta dan masih memiliki tradisi tulis seperti bahasa Jawa,

bahasa Sunda, dan bahasa Bali. Yang kedua, bahasa-bahasa kelompok

‘menengah’ dengan dukungan penuturnya jutaan jiwa seperti bahasa

Bugis, bahasa Batak, bahasa Aceh, bahasa Mandar, bahasa Lampung,

dan sebagainya. Kelompok ketiga adalah bahasa-bahasa ‘kecil’ dengan

jumlah penuturnya hanya beberapa ratus ribu, bahkan ada bahasa-

bahasa kecil yang hanya dituturkan oleh sekitar seratus atau beberapa

puluh penutur saja. Akan tetapi meskipun berbeda-beda bahasa,

karena memang tidak saling memahami, sesungguhnya bahasa-bahasa

daerah itu memiliki hubungan genetis. Secara historis bahasa-bahasa

itu bersumber dari asal-muasal yang sama. Jika perjalanan masa

lalu bahasa-bahasa itu dijejaki kembali, bahasa-bahasa yang ada di

Indonesia, Malaysia, Filipina, Formosa, Polinesia, Papua New Guinea

termasuk Rumpun Austronesia. Sebagian lagi termasuk Rumpun Non-

Austronesia. Rumpun Non-Austronesia disebut juga Rumpun Trans-

Papua atau juga bahasa-bahasa Papua. Bahasa-bahasa Non-Austronesia

itu hidup secara berdampingan di kawasan Nusantara ini.

Page 10: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

5 5

Proses saling mempengaruhi adalah gejala yang wajar dalam

minteraksi antar masyarakat. Melalui interaksi dengan berbagai

masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok

masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum Indonesia terbentuk)

telah mengalami proses dipengaruhi dan mempengaruhi. Kemampuan

berubah merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan manusia

dan tanpa itu kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan

keadaan yang senantiasa berubah. Seperti halnya bangsa-bangsa lain,

bangsa Indonesia pada hakikatnya juga berkembang akibat adanya

pengaruh luar. I Ketut Setiawan berbicara mengenai sejarah politik

Hindu Buddha di Indonesia yang tidak bisa dilepaskan dari masuknya

unsur-unsur budaya dari luar, khususnya India. Pembahasan tentang

masalah ini telah dimulai pada akhir abad ke-19 oleh para sarjana

bangsa Belanda yang pada umumnya memiliki bekal pengetahuan

tentang kebudayaan India. Hal yang menjadi perhatian utama adalah

“tema Indianisasi” yang digunakan untuk menyatukan persoalan

pokok peradaban Indonesia yang menunjukkan pengaruh besar agama

Hindu dan Buddha.

Berdasarkan bukti-bukti tertulis yang telah ditemukan, pengaruh

India telah berada di Indonesia pada abad ke-4. Pengaruh itu bukan lagi

dalam taraf awal, tetapi sudah menyebar dengan intensitas yang relatif

telah maju dan mendalam. Peninggalan Hindu tertua di Indonesia

adalah prasasti-prasasti pada yupa yang ditemukan di Kutai, di daerah

Kalimantan Timur. Berdasarkan tipe aksaranya, prasasti-prasasti itu

diduga berasal dari abad ke-4 serta prasasti-prasasti yang ditemukan

di Jawa Barat, yang dikeluarkan pada masa Kerajaan Tarumanagara.

Unsur-unsur masukan dari India yang dikategorikan sebagai tradisi

besar itu selain mengantar bangsa Indonesia memasuki masa sejarah,

juga mengakibatkan terjadinya akulturasi dan proses sosial budaya

lain, sehingga terbentuklah pola kehidupan masyarakat Indonesia

dengan pelbagai pranatanya.

Peradaban Hindu Buddha Indonesia bersumber dari India tersebut

diadopsi, tetapi juga diadaptasi dan dikembangkan di Indonesia sesuai

Page 11: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

6 6

dengan tradisi Indonesia. Budaya yang diadopsi diseleksi, yang tidak

cocok dibuang, yang cocok diambil untuk dikembangkan, dan dalam

pengembangannya berlaku proses evolusi. I Wayan Redig menyajikan

dalam buku ini saat-saat awal perkembangannya yakni “Seni Pahat

dan Arsitektur Hindu Buddha di Indonesia” khususnya seni arca

dan bangunan candi, yang sangat sederhana penampilannya, seperti

candi-candi yang dibangun di Jawa Tengah bagian utara (Dieng dan

Wonosobo) yang dibangun di pegunungan karena gunung adalah

tempat tinggi, tempat suci untuk roh leluhur berdasarkan tradisi

prasejarah.

Candi-candi yang megah dan arca-arca yang anggun muncul pada

masa kemudian, terutama ketika memuncaknya masa keemasan

bangunan klasik Hindu Buddha Indonesia di Jawa Tengah, abad

IX-X. Pada abad tersebut pengaruh India menguat. Akan tetapi karena

diimbangi dengan keterampilan yang matang untuk mengolahnya

maka muncullah seni-seni yang mengagumkan. Borobudur misalnya,

ini bangunan stupa, stupa juga ada di negeri lain, tetapi khusus untuk

Borobudur memiliki kekhasan.

Seni pahat yang berkembang berupa pahatan dalam bentuk

relief, dan juga berupa pahatan penuh yang dapat dilihat dari empat

arah, yang dikenal dengan istilah patung atau arca. Pahatan berupa

relief dapat memperindah tampilan sebuah candi. Biasanya pahatan

relief ini, didapatkan pada bidang-bidang datar bangunan candi.

Gambar-gambar yang ditampilkan bervariasi, biasanya berupa

tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia. Pahatan relief candi,

selain menampilkan tema-tema cerita, juga menampilkan kehidupan

manusia sehari-hari, seperti membajak di sawah, menggunakan

perahu bercadik, menari,dan lain sebagainya. Selain itu ada juga

penggambaran para dewata dan makhluk-makhluk kahyangan.

Budaya daerah yang dimiliki suku bangsa di Indonesia merupakan

sumber konsep dan sumber inspirasi bagi bangsa Indonesia dalam

proses Indonesianisasi untuk membentuk kesatuan budaya nasional.

Hal ini dibuktikan oleh keberadaan kata-kata ataupun ungkapan-

Page 12: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

7 7

ungkapan yang bersumber pada bahasa daerah atau budaya daerah

diangkat dan dijadikan falsafah bangsa. Dalam buku ini I Nyoman

Suarka menyajikan hasil galian akademisnya terhadap sebuah karya

sastra Jawa Kuna, yakni Kakawin Sutasoma yang merupakan sumber

ideologi, falsafah, dan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia

dengan judul .”Kakawin Sutasoma: Pancasila, Bhineka Tunggal Ika,

dan Sumber Pengetahuan Multikulturalisme”. Diungkapkan dalam

tulisan ini bahwa bahasa dan sastra Jawa Kuna merupakan unsur utama

bagi terbentuknya jatidiri bangsa Indonesia. Bahasa dan sastra Jawa

Kuna menjadi sangat dekat dan lekat dengan kehidupan sehari-hari,

kehidupan artistik, maupun kehidupan sosial budaya masyarakat

Indonesia. Proses pewarisan nilai luhur budaya bangsa, moralitas,

daya cipta, dan kesadaran sejarah masyarakat Indonesia salah satunya

bersumber pada bahasa dan sastra Jawa Kuna. Hal ini dapat dibuktikan

melalui terpilihnya istilah pancasila dan bhineka tunggal ika yang

termuat dalam Kakawin Sutasoma telah diangkat serta dijadikan dasar

negara dan motto bangsa Indonesia. Sebagai warisan budaya bangsa

Indonesia Kakawin Sutasoma mengandung jiwa multikulturalisme

yang mengedepankan nilai-nilai keberagaman dalam kebersamaan

dan kesederajatan yang sangat dibutuhkan oleh seluruh warga Negara

Indonesia karena keberadaan masyarakat Indonesia yang memiliki

keanekaragaman budaya, suku, ras, adat-istiadat, bahasa, kesenian,

dan agama.

Penyebaran kebudayaan berjalan seiring dengan migrasi kelompok-

kelompok manusia di muka bumi yang akhirnya juga diikuti oleh

tersebarnya unsur-unsur kebudayaan melalui proses difusi. Memahami

budaya Indonesia sekarang, tentu tidak terlepaskan dari adanya

pengaruh-pengaruh budaya sebelumnya di tiap-tiap tradisi budaya

setempat atau lokal yang dikenal sebagai local genius yang masih

berlangsung dan berkembang seirama dengan dinamika masyarakat

dan budaya nasional dan universal. Ida Ayu Wirasmini Sidemen dalam

tulisannya memaparkan masuk dan berkembangnya agama Islam

ke nusantara, lebih menonjol melalui perdagangan pelayaran dari

Page 13: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

8 8

pada melalui penaklukan militer atau penyebaran oleh ulama dalam

bentuk pesantren. Para pedagang Islam dari Gujarat melakukan

penyebaran agama Islam, untuk mengisi waktu luangnya di bandar-

bandar perdagangan seperti di Malaka, menunggu angin musim

yang dapat mereka gunakan untuk kembali ke barat, sehingga proses

Islamisasi memiliki karakter yang lebih lembut, penuh kedamaian dan

toleransi. Corak karakter ini menjadi warna agama Islam nusantara

yang berkembang didasari oleh budaya dan peradaban milik sendiri.

Melalui penelusuran sejarah disajikan bahwa kalau Sriwijaya dengan

Nalandanya pernah menjadi pusat studi agama Buddha, Wilatikta

pernah menjadi pusat studi agama Hindu Siwa Sidhanta, seharusnya

Nusantara juga dapat menjadi pusat studi Islam, karena berhasil

tercipta sebagai Islam bentuk baru, sebagai perpaduan antara yang

pendatang dengan yang didatangi.

Dalam perkembangannya, manusia dan kebudayaan Indonesia

tidak dapat dilepaskan dari pengaruh kolonialisme. Bagaimana

dinamika masyarakat dan budaya Indonesia pada masa lalu, terutama

dalam kaitannya dengan episode-episode sejarah sebelumnya yaitu

pada masa kolonial Belanda di Kepulauan Nusantara dipaparkan oleh

I Ketut Ardhana. Dalam tulisannya terungkap bahwa pemahaman

tentang masyarakat dan budaya Indonesia di masa kolonial Belanda,

hendaknya dikaitkan dengan maksud dan tujuan kedatangan

penjajahan Belanda di Indonesia yang pada masa lalu dikenal sebagai

Nederlandsch Indies. Pada zaman kekuasaan kolonial Inggris dan

Belanda peran budaya Indonesia tidak banyak dibahas mengingat

kepentingan kekuasaan Inggris dan Belanda tampaknya tercurah

pada masalah ekonomi, perdagangan dan politik. Perhatian mereka

terhadap kebudayaan Nusantara masih sangat terbatas dan kebudayaan

penduduk pribumi dibiarkan berlangsung dan berkembang, sepanjang

tidak mengganggu, mengancam eksistensi kekuasaan mereka di

tanah jajahan. Bagi mereka perkembangan kebudayaan masyarakat

pribumi harus dibiarkan berkembang secara alami, sepanjang dalam

pengembangan aspek-aspek sosial budaya itu tidak mengarah untuk

Page 14: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

9 9

membangkitkan semangat atau ideologi politik. Walaupun demikian,

Ardhana mengidentifikasi adanya pergeseran-pergeseran dari struktur

budaya masyarakat yang dikuasai oleh birokrasi tradisional menuju

ke birokrasi pemerintah kolonial. Kekuasaan pemerintah kolonial

Belanda tidaklah mampu menghapuskan ciri-ciri dari birokrasi

tradisional yang berbasiskan ikatan-ikatan primordialisme bahkan

terlihat ke arah untuk lebih memperkuatnya karena dengan adanya

penguatan hubungan patron-client yang berbasis ikatan-ikatan

primordialisme pada birokrasi tradisional akan dapat dimanfaatkan

dalam memperkuat birokrasi kolonial Belanda.

Lebih lanjut I Ketut Ardhana dalam tulisan lain mengangkat

“Kontak Budaya Nusantara dengan Budaya Eropa dan Munculnya

Agama Katolik dan Protestan di Indonesia”. Digambarkan bahwa

penyebaran agama Katholik dan Protestan di Indonesia erat kaitannya

dengan datangnya kekuasaan kolonial Portugis dan Belanda pada abad

ke-16, terutama setelah jatuhnya Malaka pada tahun 1511. Berbeda

halnya dengan penyebaran agama Hindu dan Islam, yang kebanyakan

terjadi di Indonesia Barat, terutama terkonsentrasi di Jawa dan

Sumatra, maka penyebaran agama Katolik dan Protestan kebanyakan

terjadi di wilayah Indonesia bagian timur. Namun demikan, perlu

dicatat, bahwa penyebaran dan berkembangnya agama Katolik dan

Protestan ini tampaknya sama seperti agama yang terjadi sebelumnya

yang dapat memadukan tradisi budaya yang ada sebelumnya. Oleh

karena itu, penyebaran agama Katolik dan Protestan ini dilaksanakan

secara damai di wilayah-wilayah perkembangannya di Kepulauan

Nusantara.

Penyebaran agama Katolik dan Protestan ini memang tidak hanya

dikaitkan dengan persoalan politik kolonial, baik yang dilakukan oleh

penguasa kolonial Portugis dan Belanda, tetapi juga berdampak pada

aspek-aspek sosial budaya, ekonomi dan agama masyarakat setempat.

Kepercayaan-kepercayaan yang ada sebelumnya, tampak mengalami

perubahan dari kepercayaan lokal menjadi menganut agama Katolik

dan Protestan. Meskipun demikian, ini tidaklah berarti, bahwa

Page 15: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

10 10

kepercayaan lokal yang ada itu, dihilangkan, melainkan dapat hidup

bertahan dan berkembang hingga dewasa ini. Tampaknya kepercayaan-

kepercayaan lokal memiliki nilai-nilai adi luhung sebagaimana halnya

juga dengan nilai-nilai keagamaan yang disebarkan kemudian,

dalam arti bahwa perlu untuk dilestarikan dalam konteks kehidupan

masyarakat dewasa ini.

Berbagai etnik yang ada di Indonesia mengalami proses

pembudayaan berganda, yakni: pertama, pengindonesiaan atau

Indonesiaisasi dan globalisasi. Proses ini dilakukan lewat berbagai agen

pendidikan antara lain berbentuk penanaman kebudayaan nasional-

Pancasila, bahasa Indonesia, hukum nasional, pembelajaran bahasa

asing (Inggris) dll. Lebih dari pada itu kebudayaan nasional dan

kebudayaan global secara intensif merembes ke dalam kebudayaan

etnik lewat agen pendidikan antara lain televisi.

Bahasa Indonesia merupakan media Indonesianisasi berbagai etnik

nusantara. Tulisan I Wayan Pastika mengangkat tema politik dan peran

bahasa Indonesia di era Sumpah Pemuda dan kemerdekaan. Jati diri

bangsa Indonesia terangkat ke permukaan menjadi sebuah bangsa

yang penuh percaya diri, dalam memperjuangkan hak kebangsaan dan

kenagaraan oleh keberadaan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia kemudian menjadi alat pemersatu yang sangat

kuat setelah Sumpah Pemuda diikrarkan pada 28 Oktober 1928 oleh

para pemuda pejuang dengan sumpah ketiganya: “Kami putra dan

putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.

Namun demikian diyakini bahwa dewasa ini untuk menjadikan bahasa

Indonesia sebagai sebuah bahasa yang kuat dan mampu mewahanai

konsep, gagasan, dan pengetahuan yang maju, tidaklah cukup hanya

dengan penguatan jati diri secara politik. Diperlukan kesadaran dan

sikap positif dari setiap penuturnya untuk mengembangkan sistem

kebahasaan dan aspek penggunaannya ke arah yang diharapkan.

Pasca-Sumpah Pemuda memasuki kemerdekaan bangsa Indonesia,

tepatnya di era 1930-an, berbagai gagasan bermunculan mengenai

bentuk ideal kebudayaan Indonesia, yakni bagaimana seharusnya

Page 16: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

11 11

wujud bangsa dan kebudayaan baru Indonesia yang hendak dibangun

ketika nanti Indonesia sudah merdeka dan harus membangun

kebudayaannya. I Wayan Resen dalam tulisannya memaparkan debat

intelektual tentang kebudayaan menjelang kemerdekaan Indonesia.

Dikatakan bahwa berbagai kondisi yang melatarbelakangi lahirnya

gagasan ideal tersebut termasuk pemikiran Indonesia masih berada

di bawah penjajahan bangsa Belanda yang masih tercerai-berai

berdasarkan banyak hal, khususnya menurut kesukuan, kebahasaan,

batas wilayah yang dihuni masing-masing suku bangsa, adat-istiadat

serta budaya setempat, dan juga agama atau kepercayaan. Kenyataan

bahwa belum tumbuhnya kesadaran yang kuat dan merata di kalangan

orang Indonesia sebagai satu bangsa mengakibatkan perlawanan-

perlawanan lokal yang sering secara sporadis dilancarkan terhadap

penjajah Belanda tidak kunjung membawa hasil. Pemicu yang lain

adalah keterpaksaan penjajah Belanda melaksanakan politik etis atas

tuntutan kewajiban moral menghormati kemanusiaan sebagai nilai

universal mendasar bagi kehidupan manusia berakhlak menyebabkan

pihak penjajah merasa wajib memajukan bangsa Indonesia melalui

perluasan pendidikan kepada rakyat Indonesia sehingga selanjutnya

mulai lahir dan semakin banyaknya kaum intelektual Indonesia

mengenyam pendidikan Barat di samping pendidikan lokal yang

masih bercorak traditional. Di samping itu semakin tersedianya fasiltas

untuk pengungkapan pikiran kritis semakin membangun ketajaman

berpikir dan keberanian berekspresi golongan intelektual Indonesia

ternyata sangat berperan sebagai pelopor dalam menebarkan dan

menggerakkan semangat kebangsaan Indonesia ke berbagai lapisan

masyarakat Indonesia. Polemik kebudayaan yang berlangsung pada

era 1930-an, memang secara formal diangggap berlangsung dari 1935

sampai dengan 1939 namun setiap kali isu kebudayaan dibicarakan

kembali selalu memunculkan perubahan/perbedaan persepsi yang

menunjukkan sifat dinamika kebudayaan dari era ke era sesuai dengan

kebutuhan/tuntutan era masing-masing.

Dalam perkembangannya, manusia dan kebudayaan Indonesia

Page 17: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

12 12

tidak dapat dilepaskan dari pengaruh era global dan postmodern. I

Nyoman Dhana dalam buku ini melukiskan manusia dan kebudayaan

Indonesia pada era global dan postmodern dan menegaskan bahwa

globalisasi merupakan proses ekonomi, proses politik, dan proses

kultural. Globalisasi merupakan fenomena yang kompleks atau

multidimensional. Adanya pengaruh budaya yang berkembang

pada era global dan posmodern terhadap manusia dan kebudayaan

Indonesia memungkinkan munculnya manusia Indonesia dengan

watak, kepercayaan, dan perbuatan tertentu yang mencerminkan

betapa kuatnya pengaruh budaya global dan posmodern. Hal ini

penting untuk dicermati mengingat kebudayaan yang berkembang

pada era global dan posmodern bisa berpengaruh negatif dan sering

menunjukkan realita tentang manusia dan kebudayaan Indonesia

umumnya yang tidak sesuai dengan citranya.

Berkembangnya pariwisata sebagai institusi modern merupakan

bagian dari proses globalisasi yang merambah Indonesia. Ida

Bagus Gde Pujaastawa dalam tulisannya melihat pariwisata sebagai

representasi globalisasi dan budaya postmodern yang sejatinya

merupakan fenomena yang bersifat universal sebagai implikasi dari

adanya dorongan untuk mencari hiburan atau kesenangan yang

dialami oleh setiap individu di berbagai belahan dunia. Meskipun

banyak literatur yang menyatakan bahwa sejarah perkembangan

pariwisata berawal dari Benua Eropa, namun bukti-bukti sejarah

mengindikasikan adanya mobilitas spasial manusia yang dilakukan

untuk tujuan mencari hiburan atau kesenangan antara lain terdapat

dalam bentuk panel relief di Candi Borobudur yang dibangun pada

abad VIII. Beberapa panel relief tersebut menggambarkan adanya

tempat menyerupai rumah makan dan penginapan serta aktivitas

orang-orang yang sedang minum-minum dan bersenang-senang.

Meningkatnya kegiatan pariwisata dunia merupakan implikasi dari

dinamika kehidupan masyarakat yang semakin kompleks yang ditandai

dengan penggunaan energi, waktu, dan pikiran secara lebih intensif.

Demikian pula dengan motivasi kegiatan berwisata pada masyarakat

Page 18: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

13 13

posmodern tidaklah semata-mata untuk memenuhi kebutuhan akan

refreshing atau rekreasi, melainkan merupakan representasi dari gaya

hidup yang didorong oleh hasrat untuk menunjukkan kemewahan,

kehormatan, prestise, status, dan identitas diri.

Seiring dengan era globalisasi yang bercirikan keterbukaan akses

terhadap informasi, rasa ingin tahu dunia luar akan Indonesia dengan

segala aspek manusia dan kebudayaan bisa terpenuhi melalui media

massa. Melalui berbagai bentuk media massa pengenalan dan apresiasi

lintas budaya bisa dilakukan dalam bahasa asing yang tentu saja

nantinya bisa menjadi sumbangan pada peradaban dunia. Dalam

bagian akhir buku ini I Nyoman Darma Putra menulis tentang peran

media massa dan berdasarkan banyaknya kajian-kajian tentang media

massa mengidentikkan dengan arena politik karena media massa,

baik cetak maupun elektronik, sering didominasi berita-berita politik

yang banyak digunakan oleh politisi untuk pencitraan. Walupun

pada kenyataannya media massa juga banyak memuat berita lain

seperti berita ekonomi, keuangan, pendidikan, olah raga, dan budaya

namun disinyalir kajian media massa sebagai arena menumbuhkan

perkembangan seni budaya jarang sekali muncul.

Tulisan I Nyoman Darma Putra ini membahas peran media massa,

khususnya media elektronik dalam merevitalisasi budaya daerah

Indonesia dengan mencontohkan Bali dan Riau untuk melihat

peran media elektronik dalam melestarikan seni budaya daerah

setempat. Selain menggarisbawahi peran penting media elektronik

dalam membangun kesadaran bagi warga lokal dalam mengenal

dan mengembangkan kebudayaannya, simpulan yang diberikan

mengindikasikan bahwa media elektronik seperti radio dan televisi

yang sering dituduh sebagai saluran masuknya budaya global yang

asing bagi budaya lokal tidak sepenuhnya benar. Diilustrasikan bahwa

betapa tulusnya radio dan televisi di Riau dan di Bali memberikan

ruang untuk pembinaan seni budaya daerah yang dapat mengimbangi

sedikit berita-berita keras tentang politik, konflik regional, dan aneka

tragedi lainnya. Dengan demikian tegasnya kemajuan teknologi

Page 19: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

14 14

media atau media teknologi tidak serta-merta meninggalkan tradisi

dan dengan memberikan contoh acara kidung interaktif di Bali dan

Pantun Melayu di Riau yang ditayangkan secara interaktif di media

elektronik di kedua daerah tersebut menunjukkan bahwa media

massa elektronik dapat menjadi wahana efektif untuk melestarikan

dan mengembangkan seni budaya daerah. Dan pada akhir tulisannya

disarankan agar di era global ini semua pengampu kepentingan

senantiasa mengefektifkan dan mengintensifkan penggunaan berbagai

bentuk media massa dalam usaha pelestarian budaya daerah.

Editor,

Ida Bagus Putra Yadnya

I Wayan Ardika

Page 20: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

341 341

A Abdullah, T. 169, 176, 178, 182, 183,

188, 198, 201 Aceh 4, 66, 67, 70, 71, 72, 73, 165,

166, 168, 169, 170, 172, 174, 175 , 177, 179, 181, 182, 190, 191, 2 01, 205, 206

Adas, M. 285, 295 Adityawarman 134 Afrika 3, 4, 16, 17, 21, 23, 29, 32, 3

3, 68, 78, 80 Airlangga 95, 96, 97, 98, 107, 152 Albuqerque, A. 205 Alfian, A. 165, 166, 168, 169, 170, 17

2, 182, 183, 190, 201 Alfred Rusell Wallace 31 Amerika 22, 68, 75, 175, 251, 269, 2

74, 275 Antonio de Pigafetta 207 Appadurai, A. 283, 300, 313 arca Bodhissatwa Amoghapasa 118 Archidiskodon 21 Arupadhatu 121 Arupalaka 179 Asia 3, 4, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 31

, 34, 37, 62, 65, 73, 78, 79, 81, 82, 89, 90, 110, 165, 166, 167, 1 68, 171, 172, 173, 178, 182, 183 , 192, 201, 202, 205, 207, 214, 2 66, 305, 339, 349

Astinapura 98 Aswawarman 83 Atmadja, N.B. 286, 293, 295 Australia 3, 4, 18, 19, 31, 34, 35, 36

, 37, 63, 78, 349 Austronesia v, viii, 2, 3, 4, 36, 37, 39

, 40, 41, 42, 44, 45, 50, 61, 63, 65, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74 , 75, 76, 77, 79, 80, 146

Awaloketeswara 114, 117, 118 Azra, A. 213, 222, 274, 275, 276, 278

B Bajau 73 Bakrie, A.R. 323 Balaputra Dewa 91, 92 Bali iv, 2, 4, 13, 14, 20, 40, 44, 50,

52, 53, 59, 61, 63, 66, 67, 69, 70

, 71, 72, 73, 95, 100, 101, 104, 10 5, 106, 107, 108, 109, 110, 117, 1 18, 127, 128, 131, 137, 140, 143, 147, 152, 163, 180, 181, 184, 190 , 195, 199, 202, 205, 208, 209, 23 2, 236, 293, 294, 295, 301, 304, 3 05, 306, 313, 314, 315, 318, 319, 320, 321, 324, 325, 326, 327, 328 , 329, 330, 332, 334, 338, 339, 34 7, 348, 350

Baliseering 199, 301 Banda 74, 165, 182 Bangka 87, 89, 90 Bangli 105, 127, 325 Banjarnegara 93 Barito 20 Barker, C. 281, 296 Barus 204 Batak 4, 45, 46, 61, 66, 67, 69, 70, 7

1, 72, 73, 195, 206, 219, 220, 33 1, 335

Batanghari 20 Batavia 187, 189, 196, 211, 217, 301

, 316. Bawomatolou 39, 42, 43, 44, 45 B.D. van Rietschoten 35 Belanda 5, 8, 9, 11, 81, 91, 166, 174,

179, 186, 187, 189, 190, 191, 192 , 193, 194, 195, 196, 197, 198, 19 9, 200, 201, 202, 204, 207, 211, 2 12, 213, 214, 215, 216, 217, 218, 220, 221, 225, 245, 246, 247, 248 , 249, 250, 257, 259, 261, 267, 29 9, 300, 301, 316

Bellwood, P. 31, 32, 33, 34, 36, 42 Bengawan Solo 26, 27, 28, 29, 299 Bernd Nothofer 75 Bhineka Tunggal Ika viii, 2, 7, 136, 146

, 155, 162, 276 Bhismaprabawa 96 Bima 69, 70, 71, 73, 93, 119, 120, 121

, 176, 194, 208 Blahbatuh 104 Blitar 138 Blora 20, 27 Blust, R.A. 50, 52, 62, 63, 68, 71, 72,

75, 76, 78, 79

Page 21: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

342 342

Bojonegoro 96 Borobudur 6, 12, 93, 94, 116, 118, 12

0, 121, 122, 128, 138, 142, 252, 2 59, 298

Brandstetter, R. 53, 63, 75, 80 Brian Fay 41 Brinton, C. 244, 247, 278 Buddha v, 5, 6, 8, 81, 87, 88, 90, 91,

92, 93, 94, 95, 96, 101, 102, 103, 104, 105, 111, 113, 114, 115, 116 , 117, 118, 120, 121, 123, 124, 12 5, 128, 129, 130, 131, 136, 141, 1

Dang Hyang Nirartha 181 Dawan 73 Dayak 45, 46, 61, 63, 73, 219 Demak 176, 177, 179, 180 Dempwolff 53, 72 Den Haag 211, 214 Dewapala Dewa 91 Dewa Simha 94 Dewi Parwati 133 Dharmawangsa 95, 96, 107 Dieng 6, 93, 115, 119, 120, 121, 142 Dietrich 215

42, 153, 154, 155, 156, 159, 160, 1 Dili 21761, 181, 182

Budi Utomo 196, 197, 248 Bugis 4, 66, 67, 69, 71, 72, 73, 176

, 331 Buleleng 104, 105, 118

C Calon Arang 330 Campa 103 Campursari 332 candi Badut 94, 95 Candi Jago 128, 129, 130, 140 candi Mendut 93, 116, 121 Candi Muara Takus 130 candi Penataran 135, 136, 138, 139 Candi Polah 138 candi Prambanan

93, 94, 116, 120, 123, 128, 147 candi Surawana 140 Candi Surawana 140 Candi Tigawangi 140 Candrabhaga 85 Chamorro 73 China 29, 36, 37 Cia-cia 73 Cina 20, 21, 87, 89, 90, 91, 103, 165

, 166, 167, 168, 173, 178, 205, 2 08, 335

Cirebon 176, 177, 299 Clynes, A. 52, 63 cognate set 69 Corpuz 282, 296 Couteau, J. 306, 314 Crawfurd, J. 189 Curtis 26 Cut Nyak Dien 179

D Daha 96, 97, 181

Dang Hyang Angsoka 181 Dang Hyang Astapaka 181

Page 22: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

343 343

Diponogoro 179, 258 Dirk Fock 299 Dongson 45, 46 Dyah Lokapala 95 E Enggano 73 enkulturasi 1 Ensink, J. 152, 163 Erokwanas 76 Eropa v, 9, 12, 17, 29, 33, 166, 172,

174, 175, 179, 187, 193, 194, 196 , 198, 199, 203, 204, 208, 210, 21 3, 214, 217, 251, 295, 297,

298, 301, 304

Ethiopia 32 Eugene Dubois 22, 25, 35 Eurasia 21, 31, 32 F Filipina 3, 31, 34, 35, 37, 39, 42, 73 Flores 2, 18, 31, 32, 36, 38, 69, 73, 7

9, 80, 194, 207, 208, 209, 210, 21 1, 212, 216, 220, 221, 222

Formosa 4, 39, 66, 67, 68, 73 Fransiskus Xaverius 211 G gajah Airawata 85 Gajah Mada 103, 104, 109, 170, 181 Gajayana 94 Gayo 70, 73, 206 George Coedes 87, 88 Gerakan Riau Merdeka 331 G.H.R. von Koenigswald 22, 25, 26, 27 Gianyar 104, 107, 108, 109, 127, 131

, 325, 326 Globalisasi vi, 12, 282, 284, 293, 295,

296, 297, 300, 316 Gorontalo 73 Gujarat 8, 165, 166, 167, 169, 171, 17

Page 23: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

344 344

3, 175, 177, 182 Gunung Kawi 96, 97, 107, 108, 131 Gunung Lawu 22, 24, 141 Gunung Merapi 24 Gunung Semeru 103, 154

H Hang Tuah 172 Hangzhou Bay 42 Hassanuddin 179 Hawai 71, 74 Hayam Wuruk 102, 103, 104, 152, 157

, 158, 298 Hegel 262, 263, 268 Helong 73 Henley, D. 218, 222 Hindu v, 5, 6, 8, 9, 81, 82, 83, 86, 9

1, 92, 93, 94, 95, 101, 103, 105, 1 10, 111, 113, 114, 116, 120, 122, 123, 124, 128, 129, 130, 140, 141 , 142, 152, 167, 168, 171, 176, 17 8, 180, 181, 182, 203, 209, 210, 2 21, 261, 266, 315, 330, 348

hobbit 31, 32 Holle 82 Homo Erectus v, vii, 2, 15, 18, 22 Homo floresiensis 31, 32, 38 Homo Sapiens v, vii, 2, 15, 32 Howells 36 Huberman 41 Hujung Galuh 96 Hurgronje, S. 191, 202

I Imam Bonjol 179, 257, 258 India 5, 6, 81, 82, 83, 84, 86, 87, 89

, 91, 93, 103, 114, 115, 117, 119, 120, 126, 141, 142, 150, 163, 166 , 169, 173, 174, 175, 177, 203, 20 6, 207, 266, 348

Indragiri 20 Inggris 8, 10, 166, 174, 187, 188, 19

0, 204, 229, 233, 234, 235, 236, 237, 240, 244, 297, 298, 310, 34 9, 350

I Nyoman Suprapta 330 Irarutu 76 Iresim 76 Isidore Dyen 75 Islam 7, 8, 9, 104, 167, 168, 169, 170

, 171, 172, 173, 174, 175, 176, 17 7, 178, 179, 180, 181, 182, 183, 1 91, 194, 197, 202, 203, 204, 205,

206, 208, 209, 210, 213, 214, 217

Page 24: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

345 345

, 220, 221, 222, 261, 266 Islamisasi v, 8, 165, 169, 174, 176, 1

77, 178, 179, 180, 182, 183, 206 , 222

I-tsing 87, 90 J Jakarta 38, 62, 63, 78, 79, 85, 86, 109

, 110, 116, 125, 132, 143, 163, 16 4, 166, 167, 168, 169, 173, 176, 1 82, 183, 201, 202, 217, 222, 231, 233, 235, 237, 241, 242, 278, 279 , 295, 296, 301, 306, 314, 315, 31 6, 333, 349

Jambi 88, 89, 90, 101, 124, 126, 143 Jassin, H.B. 253, 279 Jawa 2, 4, 5, 6, 7, 9, 15, 18, 19, 20,

21, 22, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 34 , 35, 36, 38, 50, 61, 66, 67, 69, 7 0, 71, 72, 73, 75, 82, 84, 85, 86, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96 , 97, 98, 99, 100, 101, 103, 107, 1 08, 109, 114, 115, 117, 118, 119, 120, 124, 125, 126, 127, 128, 129 , 130, 132, 135, 137, 138, 139, 14 0, 141, 142, 143, 146, 147, 148, 1 49, 150, 151, 152, 155, 157, 160, 164, 170, 173, 175, 176, 177, 179 , 187, 188, 189, 192, 195, 196, 20 5, 207, 208, 209, 213, 215, 217, 2 18, 221, 259, 261, 298, 299, 318, 331, 332, 348

Jawa Barat 5, 82, 84, 85, 86, 114 Jawa Kuna 7, 61, 140, 146, 147, 148,

149, 150, 151, 152, 155, 157, 160 , 164, 348

Jawa Tengah 6, 21, 22, 27, 28, 29, 91 , 92, 93, 94, 109, 115, 117, 118, 1 19, 120, 124, 125, 128, 129, 132, 135, 142, 143, 152, 213

Jawa Timur 26, 29, 34, 35, 38, 94, 96 , 97, 100, 107, 108, 109, 118, 120 , 124, 125, 126, 127, 128, 129, 13 0, 135, 137, 138, 139, 140, 141, 1 42, 148, 152, 298

Jayabhaya 97, 98, 99, 100, 108 Jayakatwang 102, 109 Jayapangus 100, 106, 108 Jayasakti 100, 108 Jenggala 96, 97, 98, 99 Jerman 297, 349 Jombang 132 Jung 263

Page 25: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

346 346

K Kahayan 20, 219 Kahuripan 94, 95, 96, 97 Kairo 173 Kakawin Sutasoma v, 7, 103, 145, 146,

149, 150, 152, 153, 155, 156, 157 , 158, 159, 160, 161, 162, 163

Kalasan 94, 117 Kali Biuk 21 Kali Cisaat 21 Kali Glagah 21 Kalimantan 5, 18, 19, 20, 42, 46, 75,

82, 83, 176, 195, 202, 208, 210, 2 12, 213, 219, 222

Kalimantan Timur 5, 82, 83 Kalingga 82, 161 Kamadhatu 121 Kamboja 103, 148 Kameswara 99, 100 Kanjuruhan 94 Karanganyar 22 Karl Marx 262, 263 Katolik v, 9, 199, 203, 204, 205, 206,

207, 208, 209, 210, 211, 212, 214 , 215, 216, 217, 220, 221, 222

Kebo Edan 127 Kedah 90 Kedang 73 Kediri 94, 96, 97, 98, 99, 100, 102, 10

8, 109, 131, 137, 138, 140 Kedungbrubus 26 Kelantan 36 Ken Arok 100, 101, 102 Kendeng 24, 26 Kerajaan Mataram Hindu 91 Kern, H. 70, 75, 82, 98 Kertajaya 100, 108 kidung Sudamala 140 Ki Hajar Dewantara 253 Kili Suci 97 Kintamani 106, 127 Klaten 119, 122, 123 kolonialisme viii, 2, 8, 179, 246, 301 Konawe 73 Kota Kapur 87, 88 Kristen 204, 208, 210, 211, 213, 214,

215, 216, 217, 219, 220, 222 Kroeber 77 Krtarajasa 132. Lihat juga Raden Wijaya Kundungga 83 Kupang 66, 212, 214, 215, 217, 223 Kutai 5, 82, 83, 84, 113

L Lamaholot 73 Lamalera 71, 72 Laos 34, 148 Ligor 90 lingua franca 66, 223 Lio 69, 70, 71, 72, 73, 80 local genius 7, 185 Lubis, A.Y. 287, 288, 290, 296 Luzon 31 M Madagaskar 37, 39, 68, 69, 73 Madiun 26, 96, 299 Madura 66, 75, 195 Mahabharata 95, 137, 150 Mahabrata 112, 135 Mahatir Mohammad 331 Mahayana 88, 153, 156, 252, 275, 27

6, 279 Mahendradatta 95, 100 Majapahit 94, 102, 103, 104, 109, 128

, 132, 133, 134, 135, 136, 137, 13 8, 140, 141, 143, 152, 153, 157, 1 58, 160, 163, 168, 170, 171, 178, 179, 180, 181, 183, 210, 258, 298

Makuta Wangsa Wardhana 95 Malang 96, 100, 118, 143, 299 Malaysia 4, 35, 36, 37, 65, 66, 67, 7

5, 91, 103, 148, 225, 232, 331, 3 36, 339

Malayu 41, 50, 53, 54, 59, 90, 101. Lihat juga Jambi

Malik al-Saleh 168, 169, 170 Maluku 46, 67, 74, 76, 166, 173, 175

, 176, 179, 181, 205, 207, 208, 20 9, 210, 211, 212, 259

Mandala 80, 121, 326 Mangaia 74 Manggarai 71, 72, 73, 194 manusia Indonesia

1, 12, 149, 281, 282, 291 Maori 74 Marawijaya Tunggawarman 91 Marco Polo 168 Marsden 188, 189, 202, 222 Max Havelaar 193 Mekah 173, 180 Meko Mbete v, 4, 52, 54, 63, 65, 348 Melanesia 3, 36, 39, 62, 66, 74 Melayu Ambon 66

Page 26: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

347 347

Melayu Ampenan 66 Melayu Betawi 66 Melayu Kupang 66 Melayu Larantuka 66 Melayu Loloan 66 Melayu Manado 66 Melayu Papua 66 Meoswar 76 Merapu 48, 49 Merauke 65 Merkara 82 Milan 297 Miles 41 Minahasa 73, 207, 209, 215, 216, 218 Minang 66, 334 Minangkabau

61, 73, 174, 199, 206, 259, 331 Mojokerto 26, 27 Molengraaf 19 Mongoloid 3, 36, 37, 39, 40 Mpu Prapanca 102 Mpu Tantular 103, 152, 155, 159, 160

, 162, 163 Muhammad Yamin 88 Mulawarman 83, 84 Multatuli 193. Lihat juga Max Havelaar multietnik 1 multikultur 1 multilingual x, 1 Muna 70, 71, 73 Museum Nasional 86, 116, 125, 132 Myanmar 130, 148

N Nagarakertagama 102, 103 Nalanda 91 nasionalisme viii, 2, 197, 201, 248, 258 Neanderthal 34 Nederlandsch Indies 8, 186. Lihat

juga Belanda Negrito 36 New South Wales 34 Ngadha 73 Ngandong 20, 27, 28, 29, 30 Ngawi 20, 26, 29 Ngebung 22, 23, 24 Nias iv, 39, 42, 43, 45, 46, 63, 69, 7

2, 73, 219 Nieuwenhuys 299 NKRI x, 2 Nusantara v, vii, viii, 2, 3, 4, 8, 9, 1

5, 16, 18, 21, 45, 46, 61, 66, 68 , 73, 78, 79, 113, 143, 146, 147,

148, 160, 165, 166, 168, 169, 17

Page 27: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

348 348

0, 173, 175, 176, 177, 178, 179, 180, 181, 182, 183, 186, 187, 189 , 191, 192, 193, 198, 199, 200, 20 3, 204, 207, 208, 209, 210, 212, 213, 214, 216, 221, 223, 245, 24 7, 248, 275, 276, 298, 334

Nusa Tenggara 48, 176, 194, 201, 206, 207, 208, 209, 210, 211, 212, 215 , 216, 220, 222, 223, 349

Nusa Tenggara Timur 48, 194, 206, 207 , 209, 210, 211, 216, 223

O Oppenorth 27 Orde Baru 149, 272, 302, 303, 305, 31

9, 320, 331, 332, 334 P Pakpak 71 Pakubuwono X 298, 299, 313 Palawan 34 Palembang 87, 88, 89, 114, 173 Palu’é 73 Pancasila 7, 149, 155 Papua 4, 18, 19, 66, 67, 68, 74, 76, 7

7, 78, 80, 211, 213, 214, 215, 219 , 220, 233

Papua New Guinea 4, 66, 67, 76, 77 Parameswara 171, 172 Pararaton 103 parasparopasarpana 161 Paris 38, 297, 315 Pasuruan 96 Pasuwitran Dagang Gantal 328 Pattimura 257, 258 Pax Neerlandica 200 Pejeng 104, 105 Pekanbaru 331, 333, 334, 337, 339 Penjalu 96 Persia 165, 166, 167, 173, 175, 177 Peter Brown 31 Piliang, A.Y 282, 288, 290, 291, 292,

294, 296 Pires, Tome 169, 170, 171, 173, 175,

204, 205 Plaosan 93, 94 Poerbatjaraka 88, 148, 163, 253, 264 Polinesia 4, 41, 42, 50, 53, 54, 59, 66

, 67, 73, 75, 79 politik kebudayaan viii, 2

Portugis 9, 165, 174, 175, 177, 178, 179, 203, 204, 205, 206, 207, 208 , 209, 211, 212, 214, 215, 216, 2 17, 221

Page 28: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

349 349

Prancis 23, 87 prasasti abhayagiriwihara 92 prasasti Bawang 88 prasasti Blanjong 105 prasasti Canggal 91, 92 prasasti Dinoyo 94 Prasasti Hantang 97 prasasti Kahulunan 92 prasasti Karang Berahi 87, 90 prasasti Kayumwungan 92 prasasti Kedu 92 prasasti Kedukan Bukit 87, 88 prasasti Klurak 92 prasasti Kota Kapur 87, 88 Prasasti Manjusrigrha 123 Prasasti Nalanda 91 prasasti Palas Pasemah 88 prasasti Sarwadharma 99 prasasti Siwagraha 122 prasasti Sukabumi 146 prasasti Talang Tuwo 87, 88 prasasti Telaga Batu 87, 89 prasasti Wurare 98 Protestan v, 9, 203, 204, 211, 213, 21

4, 215, 216, 217, 218, 219, 220, 221, 222

Pucangan 22, 23, 24, 25, 26, 30 Purnawarman 84, 85, 86 Pu Sindok 95

Q Quentin Atkinson 33

R Raden Wijaya 132, 133 Raffles, T.S. 187, 188, 189, 202, 222 Ragajaya 100, 108 Raja Megat Iskandar Syah 172. Lihat

juga Parameswar Ramayana 112, 122, 135, 139, 143, 15

0, 151, 152 Rambu Solo 46 Rante Kalimbuang 48 Rapanui 74 Rarotonga 74 Ray 77 Reformasi 215, 322 Reid, A. 167, 183, 188, 202, 204, 205

, 206, 222 Rendra, W.S. 305 Riau 13, 14, 66, 75, 130, 174, 318, 3

19, 324, 330, 331, 332, 333, 334, 338, 339

Richard Klein 32, 33

Roma 204, 210, 297 S Sabang 65 Sahul 18, 19, 36, 38 Sakyakirti 90 Samoa 71, 72, 74 Sampit 20 Samudra Hindia 90 Samudra Pasai 165, 167, 168, 169, 170

, 171, 172, 174, 181, 183, 205 Sanggrama Wijaya 96, 97 Sang Hyang Kamahayanikan 95 Sangiran 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28,

29, 30 Sangir Talaud 73, 207, 216, 219 Sanjaya 91, 92, 93 Santa Cruz 74 Sanusi Pane 198, 253, 262, 263, 264 Sarekat Dagang Islam 197 Sarekat Islam 197 Sasak 50, 52, 53, 62, 63, 66, 70, 71,

73, 147 Schmulling, P.E.C. 22 Selandia Baru 37, 39, 68 Selat Malaka 89, 90, 166, 167, 205, 207 Senoi 36 Seram 74, 208 Serawak 34, 35, 37 Sibarani, R. 273, 274, 276, 279 sikhara 93 Sikka 73, 209 Simbuang Batu 48 Singapura 65, 233, 331 Siwa Sidhanta 8, 181, 182 Sleman 94, 115 Sobei 76 Soekmono, R. 112, 119, 135, 143, 168

, 169, 171, 174, 183 Soeriadiredja 48 Spanyol 166, 174, 178, 203, 208, 209 Sragen 22, 28 Sri Gunapriya Dharmapatni

100, 106, 107. Lihat juga Mahendra- datta

Sri Isanatungga Wijaya 95 Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga

Anantawikrama Tunggadewa 96 Sriwijaya 8, 66, 87, 88, 89, 90, 91, 11

0, 114, 124, 168, 182, 183, 258 Sutan Takdir Alisjahbana (STA) 250, 251

, 252, 253, 254, 255, 256, 257, 25 8, 259, 260, 262, 263, 265, 266, 2 67, 269, 271, 273, 274, 276

Page 29: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

350 350

Sugriwa 135, 152, 163, 328 Sulawesi 31, 42, 67, 73, 75, 173, 176, 1

79, 194, 195, 209, 213, 215, 218 Sumatra 9, 18, 19, 20, 35, 50, 63, 87,

115, 127, 167, 173, 174, 177, 179, 187, 188, 190, 195, 198, 201, 202, 204, 206, 209, 211, 213, 215, 220, 221, 222

Sumpah Pemuda vi, 10, 65, 66, 197, 22 3, 224, 226, 227, 231, 237, 239, 2 48, 249

Sunda 4, 18, 19, 21, 36, 38, 62, 66, 67 , 70, 71, 72, 73, 75, 90, 110, 147, 175, 179, 331

Sungai Brantas 96, 97 Sungai Cemoro 24 Sungai Citarum 84 Sungai Kampar 20 Sungai Kapuas 20, 219 Suparlan, P. 271, 272, 273, 276, 279 Surabaya 96, 107, 176, 296, 299, 301 Suryadi 318, 331, 332, 333, 334, 335, 3

36, 337, 339 Sutasoma v, 7, 103, 136, 145, 146, 149

, 150, 152, 153, 154, 155, 156, 157 , 158, 159, 160, 161, 162, 163

Sutherland, H. 195, 202 Sutjiati Beratha, N.L. v, viii, 3, 39, 50, 52

, 53, 63, 347 Swiss 297

T Tagalog 62, 69, 70, 71, 72 Taiwan 37, 39, 42, 44, 45, 46, 68 Talinbu 74 taman Sriksetra 88 Tam Pa Ling 34 Tanahmerah 77 Tanimbar 46, 208 Tantra 125 Tarumanagara 5, 82, 83, 84, 85, 86, 88 Tarumanegara 109, 114. Lihat juga Taru-

managara Tasmania 35 Teeuw, A. 147, 164, 249, 251, 252, 279 Tegal 21, 117 Ter Haar 27 Ternate 176, 179, 195, 205, 211 Tetun 71, 73 Teuku Umar 179, 257, 258 Thomas Horsfield 188

Tidore 176, 179, 205 Timor Leste 80, 209, 212, 213 Timor Timur 216, 217. Lihat

juga Timor Leste Tiongkok 42, 169, 173, 203, 207 T. Jacob 26 Tolaki 73 Tonga 71, 72, 74 Toraja 43, 44, 45, 46, 47, 48, 53, 64

, 73, 218 Trinil 20, 22, 26, 28, 29, 30 Trowulan 104, 138 Tuban 96, 177, 301 Tulungagung 34, 35 Turki 174, 177 U Udayana iii, iv, v, vii, viii, ix, x, 80,

95, 100, 106, 107, 108, 127, 131 , 242, 278, 279, 315, 347, 348, 349, 350

Ukraina 34 V Van der Tuuk, H. 75, 76, 110 van Leur, J.C. 177, 186 Vereenigde Oost Indische Compagnie

(VOC) 179, 186, 211, 215, 216 Vereeniging Toeristen Verkeer

300, 301, 316 Von Heine-Geldern 81 W Wajak 34, 35, 36, 37 Warmadewa 95, 105, 106, 107 Watu Renggong 180 Weber, Max 19 Wonosobo 6, 119, 142 Y Yogyakarta 63, 79, 94, 109, 110, 115

, 119, 122, 163, 164, 168, 169, 181, 183, 202, 295, 296, 314, 3 15, 348

Z Zhejiang 42 Zoetmulder, P.J.

146, 152, 153, 157, 164

Page 30: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

351 351

I Wayan Ardika, lahir di Tabanan pada tanggal 18 Februari 1952. Sejak

tahun 1980 sebagai tenaga edukatif di Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Udayana. I Wayan Ardika sebagai Guru Besar di Prodi Arkeologi, Fakultas

Ilmu Budaya, Universitas Udayana sejak 1998 hingga sekarang. Sebagai

guru besar ilmu arkeologi, I Wayan Ardika tertarik untuk meneliti masa

prasejarah Bali, sejarah Bali Kuno, dan pariwisata warisan budaya. Menulis

beberapa buku antara lain: Stratifikasi Sosial pada masa Prasejarah di Bali

(2017), Perajin pada Masa Bali Kuno (2015), Warisan Budaya Perspektif

Masa Kin (2015), Sejarah Bali dari Masa Prasejarah sampai Modern (2012),

Pusaka Budaya dan Pariwisata (2007). Mengikuti seminar dan menerbitkan

sejumlah karya ilmiah di jurnal internasional.

Ni Luh Sutjiati Beratha, menyelesaikan pendidikan magister di Monash

University Melbourne, dan doktor di Australian National University di

Canberra. Mampun menghasilkan sejumlah publikasi dari hasil penelitian

baik di jurnal nasional dan internasional, dan menulis buku ajar untuk

siswa Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Menaruh minat besar untuk

penelitian yang terkait dengan pelestarian kebudayaan Bali. Marginalisasi

Bahasa Bali, Ekologi Bahasa Bali di Kawasan Pariwisata di Bali, Komodifikasi/

Hibridisasi Kerajinan Bali, Industri Budaya, dll. Saat ini sedang menjabat

sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Unud.

Aron Meko Mbete adalah Guru Besar di bidang linguistik serapan, mengajar

di Fakultas ilmu Budaya Universitas Udayana.

I Ketut Setiawan adalah staf pengajar di Jurusan Arkeologi sejak 1985.

Pada 1995 meraih gelar Master di Universitas Indonesia dan melanjutkan

pendidikan S3 Kajian Budaya di Universitas Udayana dan memperoleh

gelar Doktor pada 2011. Di samping sebagai dosen di Jurusan Arkeologi

juga menjadi staf pengajar di Program Magister dan Doktor Kajian Budaya,

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana.

I Wayan Redig mengajar di Jurusan Arkeogoli dan Program Magister

dan Doktor Kajian Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana.

Pendidikan terakhir S3 tahun 1993 di Punyab University Chandigarh,

India.

Page 31: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

352 352

I Nyoman Suarka dilahirkan di Tabanan, 12 Pebruari 1961. Dia adalah guru

besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana dalam bidang ilmu Sastra

Jawa Kuna. Dia menyelesaikan S3 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

tahun 2007. Buku yang telah diterbitkan, antara lain Kidung Tantri

Pisacarana (Denpasar: Pustaka Larasan, 2007); Makna Hari Suci Agama

Hindu Menurut Lontar Sundarigama (Denpasar: Cakra Press, 2008); Telaah

Sastra Kakawin Sebuah Pengantar (Denpasar, Pustaka Larasan, 2009); Nilai

Karakter Bangsa dalam Permainan Tradisional Anak-anak Bali (Denpasar:

Udayana University Press, 2011); Meniti Kehidupan Berguru dari Pengalaman

& Riwayat Leluhur Pande di Bali (Denpasar: Udayana University Press,

2015). Minat penelitiannya mencakup aksara, bahasa, sastra dan budaya

Bali serta bahasa dan sastra Jawa Kuna (Kawi).

Ida Ayu Wirasmini Sidemen adalah staf pengajar di Jurusan Sejarah,

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana. Pendidikan terakhir S3

diselesaikan di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

I Ketut Ardhana adalah Guru Besar Sejarah Asia pada Program Studi

Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana. Ia menyelesaikan

Program Master di Australian National University (ANU) Australia dan

Program Doktor pada Ilmu-Ilmu Asia Tenggara pada Universitat Passau

di Passau Jerman tahun 2000. Bukunya yang sudah terbit Penataan Nusa

Tenggara Pada Masa Kolonial (1915—1950), Jakarta: Raja Grafiti, 2005,

“History Education in Borderline Territory”, dalam Historia: International

Journal of History, Vol. XIV, No.1 (June, 2013), “Early Harbours in Eastern

Nusa Tenggara”, dalam John N. Miksic and Goh Geok Yien (eds). Ancient

Harbours in Southeast Asia: The Archaelogy of Early Harbours and Evidence

of Inter-Regional Trade. Bangkok: SEAMEO SPAFA: Regional Center for

Archaelogy and Fine Arts, 2013. Minat penelitiannya mencakup penelitian

sejarah, kota pusaka budaya, kajian budaya, dan studi perbatasan di Asia

Tenggara. Email: [email protected]

I Wayan Pastika adalah Guru Besar bahasa Indonesia dan linguistik di

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana. Pendidikan doktor dalam

bidang linguistik umum diselesaikan di Department of Linguistics, Faculty

of Arts, The Australian National University di Canberra Australia tahun

2000. Disertasinya bertajuk Voice Selection in Narrative Balinese Discourse.

Sejak 1 April 2017 sampai 1 April 2020 diberi izin oleh Rektor Universitas

Page 32: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

353 353

Udayana untuk mengajar bahasa Indonesia dan linguistik di Graduate School

of Language and Culture Osaka University, Jepang.

Page 33: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

354 354

I Wayan Resen adalah staf pengajar di Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu

Budaya, Universitas Udayana.

I Nyoman Dhana adalah staf pengajar di Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu

Budaya, Universitas Udayana. Minat penelitiannya mencakup penelitian

antropologi, masyarakat multikultural, dan kajian budaya.

Ida Bagus Gde Pujaastawa. lahir di Denpasar, 18 November 1962. Dosen

tetap Program Studi Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana.

Menyelesaikan studi doktoral di Program S-3 Kajian Budaya Universitas

Udayana tahun 2011. Di samping mengajar juga aktif meneliti, menulis

artikel, buku, dan sebagai pembicara masalah-masalah sosial-budaya dan

kepariwisataan di berbagai pertemuan ilmiah. E-mail : ibg_pujaastawa@

yahoo.co.id

I Nyoman Darma Putra adalah dosen Fakultas Ilmu Budaya dan

Ketua Program Studi Magister Kajian Pariwisata, Universitas Udayana.

Menyelesaikan program doktor di School of Languages and Coparative

Cultural Studies, University of Queensland, 2003, dan sejak 2013 menjadi

honorary professor di almamaternya ini. Disertasinya terbit menjadi buku A

literary mirror; Balinese reflections on modernity and identity in the twentieth

century (Leiden: KITLV Press, 2011). Menulis beberapa buku biografi

tokoh pariwisata Bali dan menyunting buku termasuk Pariwisata Berbasis

Masyarakat Model Bali (2015) dan bersama Siobhan Campbell mengedit

buku Recent Developments in Bali Tourism: Culture, Heritage, and Landscape in

an Open Fortress (2015). Ia kini ketua editor Jurnal Kajian Bali (terakreditasi)

dan Jumpa (Jurnal Master Pariwisata).

Ida Bagus Putra Yadnya adalah Guru Besar di bidang Linguistik /

Terjemahan, dosen di Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya. Saat

ini menduduki posisi sebagai Ketua Program Magister Linguistik, Program

Pasca Sarjana Universitas Udayana dan sebagai Ketua Grup Riset Linguistik

Terapan berfokus pada terjemahan, pembelajaran bahasa, perencanaan

bahasa, dan linguistik kebudayaan.

Page 34: DINAMIKA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DARI MASA …

B

uku ini membentangkan lanskap dinamika manusia dan

kebudayaan Indonesia dari masa pra-sejarah sampai era global

dewasa ini. Migrasi dan kontak dengan bangsa luar merupakan faktor

penting dalam proses pembentukan lanskap budaya Indonesia dari

masa ke masa.

Diawali dengan uraian tentang masa pra-sejarah yang ditandai

dengan kehadiran manusia pertama nusantara (Homo Erectus) dan

disusul oleh manusia yang cerdas dan bijak (Homo Sapiens) puluhan

ribu tahun silam, buku ini kemudian menyajikan kajian tentang bahasa

dan budaya Austronesia, kontak bangsa dan etnik Nusantara dengan

bangsa luar, kehadiran dan dinamika agama-agama di Indonesia,

falsafah Bhinneka Tunggal lka, kolonialisme, nasionalisme, polemik

dan politik kebudayaan, pariwisata, hingga peran media massa dalam

proses formasi lanskap budaya Indonesia.

Artikel-artikel di dalam buku ini ditulis oleh dosen-dosen Fakultas llmu

Budaya Universitas Udayana dengan latar belakang keahlian masing-

masing termasuk bidang arkeologi, linguistik, sejarah, antropologi,

sastra Jawa Kuno, sasra Indonesia, dan kajian budaya. Buku ini

dimaksudkan sebagai bahan pokok mata kuliah Masyarakat dan

Kebudayaan Indonesia.

ISBN 97�-b02-5�0J.-J.5-2

II 1111111111 9 786025 401152