perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN ... · II.3 Wajib Pajak Parkir di Kabupaten...
Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN ... · II.3 Wajib Pajak Parkir di Kabupaten...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERBANDINGAN ANTARA PERDA NOMOR 19 TAHUN 2001 DENGAN
PERDA NOMOR 13 TAHUN 2010 DAN DAMPAK TERHADAP
PENERIMAAN PAJAK PARKIR DI KABUPATEN
KARANGANYAR
TUGAS AKHIR
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan
Oleh:
Imma Syela Juniska
F3408104
PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tugas Akhir dengan judul PERBANDINGAN ANTARA PERDA NOMOR 19
TAHUN 2001 DENGAN PERDA NOMOR 13 TAHUN 2010 DAN DAMPAK
TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PARKIR DI KABUPATEN
KARANGANYAR telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diujikan guna
mencapai derajat Ahli Madya Program DIII Perpajakan FE UNS
Surakarta, 15 Juli 2011
Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing
Trisninik Ratih Wulandari, SE., Ak. NRP. 34070003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji
Tugas Akhir Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi
tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya Perpajakan
Surakarta, 28 Juli 2011
Tim Penguji Tugas Akhir
1. Suyanto, SE., MSi., Ak. (.................................) NRP. 3408 00002
Penguji
2. Trisninik Ratih Wulandari, SE., Ak. (.................................) NRP. 34070003
Dosen Pembimbing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
§ Diam itu emas, maka bicaralah seperlunya dan ucapkan kata yang berguna
dan bermanfaat bagi orang lain.
§ Kita tidak bisa menjadi bijaksana dengan kebijaksanaan orang lain, tapi
kita bisa berpengetahuan dengan pengetahuan orang lain.
§ Jangan takut mengambil sebuah resiko, takutlah jika kita hanya berjalan
ditempat.
§ Kita tidak akan pernah sekalipun mencapai Roma jika kita belum
melakukan satu langkah ke depan.
§ Lakukanlah segala suatu hal diawali dengan niat, percaya diri dan penuh
rasa tanggung jawab.
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:
¨ Allah SWT
¨ Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan nasehat, dukungan,
dan doanya
¨ Adikku dan seluruh keluarga besarku tersayang
¨ Seseorang yang telah menjadi motivasi dan inspirasiku
¨ Teman-teman D3 Perpajakan angkatan 2008
¨ Almamaterku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan Tugas Akhir dengan
judul PERBANDINGAN ANTARA PERDA NOMOR 19 TAHUN 2001
DENGAN PERDA NOMOR 13 TAHUN 2010 DAN DAMPAK TERHADAP
PENERIMAAN PAJAK PARKIR DI KABUPATEN KARANGANYAR ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Penulisan Tugas Akhir ini disusun dengan maksud untuk memenuhi syarat-
syarat mencapai gelar Ahli Madya pada Program Diploma III Program Studi
Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini banyak
memperoleh bantuan yang berasal dari berbagai pihak maka dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Wisnu Untoro selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Drs. Santosa Tri Hananto, MSi, Ak. selaku Ketua Program Diploma III
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Sri Suranta, SE., MSi., Ak., BKP selaku ketua Program Diploma III
Akuntansi Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
4. Ahmad Ridwan, SE. selaku Pembimbing Akademik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
5. Trisninik Ratih Wulandari, SE., Ak. selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir
yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan dalam
penyusunan Tugas Akhir.
6. Titik Setyaningsih, SE., Ak. selaku Dosen Pembimbing Magang.
7. Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret, yang telah bersedia membagi ilmunya kepada penulis.
8. Seluruh pegawai dan staf Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Kabupaten Karanganyar.
9. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan nasehat, dukungan, cinta dan
doanya.
10. Adikku tersayang walaupun sering menjengkelkan namun selalu memberi
semangat.
11. Seseorang yang yang telah menjadi motivasi dan inspirasiku, yang tak henti-
hentinya memberikan dorongan dan selalu mengingatkan untuk segera
menyelesaikan Tugas Akhir ini, ’PoO ku’ tercinta.
12. Sahabatku Dimar, Rindang, Reyna terima kasih untuk saran, kritik, dan
kegilaan kita selama di kampus.
13. Cah-cah pajak Dina, Nyid-nyid, Rina, Anggi, Faham yang telah bersama-
sama menimba ilmu di DPPKAD Karanganyar.
14. Semua temen-teman pajak A dan B 2008 terima kasih atas kerjasamanya.
15. AD 6064 MZ ‘Mio ku tersayang’ yang telah mengantarku kemana aku pergi.
16. Notebook dan flasdiskku yang sangat membantu dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
17. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan Tugas
Akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Atas jasa-jasa yang telah mereka berikan, penulis berdoa semoga mereka
mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis sangat menyadari bahwa Tugas Akhir
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak sangat Penulis harapkan, semoga Tugas Akhir ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Surakarta, Juli 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
ABSTRAK..........................................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN......................................................................v
KATA PENGANTAR ........................................................................................vi
DAFTAR ISI.......................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ..............................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
A............................................................................................Ga
mbaran Umum Perusahaan .......................................................1
B. ...........................................................................................Lat
ar Belakang Masalah.................................................................24
C. ...........................................................................................Per
umusan Masalah........................................................................27
D............................................................................................Tuj
uan Penelitian............................................................................27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
E. ...........................................................................................Ma
nfaat Penelitian..........................................................................28
F. ...........................................................................................Met
ode Penelitian............................................................................28
BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN .....................................31
A............................................................................................Tinj
auan Pustaka..............................................................................31
B. ...........................................................................................Ana
lisis Data dan Pembahasan........................................................38
BAB III TEMUAN.........................................................................................84
A............................................................................................Kel
ebihan ........................................................................................84
B. ...........................................................................................Kel
emahan ......................................................................................85
BAB IV PENUTUP........................................................................................86
A............................................................................................Sim
pulan..........................................................................................86
B. ...........................................................................................Rek
omendasi ...................................................................................87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
II.1 Perbandingan antara Perda Nomor 19 Tahun 2001 dengan
Perda Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pajak Parkir ................................ 39
II.2 Wajib Pajak Parkir di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010.................. 71
II.3 Wajib Pajak Parkir di Kabupaten Karanganyar Tahun 2011.................. 72
II.4 Target Penerimaan Pajak Parkir di Kabupaten Karanganyar
pada Tahun 2010 (per bulan) .................................................................. 80
II.5 Perbandingan Target Penerimaan Pajak parkir di Kabupaten
Karanganyar pada Tahun 2010 s/d Tahun 2011 (per bulan) .................. 82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
I.1 Struktur Organisasi DPPKAD Kabupaten Karanganyar ........................ 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Permohonan Magang
Lampiran 2 Ijin Magang Dari DPPKAD Karanganyar
Lampiran 3 Keterangan Selesai Magang
Lampiran 4 Lembar Penilaian Magang
Lampiran 5 Memo Laporan magang
Lampiran 6 Surat Pernyataan
Lampiran 7 Laporan Pendapatan Daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ABSTRACT
PERBANDINGAN ANTARA PERDA NOMOR 19 TAHUN 2001 DENGAN
PERDA NOMOR 13 TAHUN 2010 DAN DAMPAK TERHADAP
PENERIMAAN PAJAK PARKIR DI KABUPATEN
KARANGANYAR
Imma Syela Juniska
F3408104
Parking tax is one of the local taxes that become a PAD District Karanganyar whose implementation is managed by DPPKAD. The purpose of this research was to determine the changes that occur between the law No. 19 of 2001 by law No. 13 of 2010 and the impact of parking tax revenue, to know the suitability Regulation No. 13 of 2010 on the implementation of tax collection practices in the field and parking lot to determine the impact of regulation changes the parking lot of tax revenue.
Techniques of data collection is done by field research, interviews and literature study. Results from research conducted was the implementation of parking in the field of taxation not in accordance with the applicable laws of Regulation No. 13 of 2010 and many taxpayers who make tax arrears so that officers from DPPKAD taxpayers who have come to collect the tax due. The writer gives advice to the parties to further disseminate DPPKAD Regulation No. 13 of 2010 so that taxpayers know better what and how the parking tax collection procedures and provide strict penalties for taxpayers who make tax arrears. Keyword: The impact of changes Regulation, parking tax revenue
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
ABSTRACT
PERBANDINGAN ANTARA PERDA NOMOR 19 TAHUN 2001 DENGAN
PERDA NOMOR 13 TAHUN 2010 DAN DAMPAK TERHADAP
PENERIMAAN PAJAK PARKIR DI KABUPATEN
KARANGANYAR
Imma Syela Juniska
F3408104
Pajak Parkir adalah salah satu pajak daerah yang menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Karanganyar yang pelaksanaannya dikelola oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan yang terjadi antara Perda Nomor 19 Tahun 2001 dengan Perda Nomor 13 Tahun 2010 dan dampak terhadap penerimaan pajak parkir, mengetahui kesesuaian Perda Nomor 13 Tahun 2010 terhadap praktik pelaksanaan pemungutan pajak parkir di lapangan dan untuk mengetahui dampak perubahan Perda tersebut terhadap penerimaan pajak parkir. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan penelitian lapangan, wawancara dan studi pustaka. Hasil dari penelitian yang dilakukan ternyata pelaksanaan pemungutan pajak parkir di lapangan tidak sesuai dengan Perda yang berlaku yaitu Perda Nomor 13 tahun 2010 dan banyak Wajib Pajak yang melakukan penunggakan pajak sehingga petugas dari DPPKAD yang harus mendatangi Wajib Pajak untuk menagih pajak yang terutang. Penulis memberikan saran kepada pihak DPPKAD untuk lebih mensosialisasikan Perda Nomor 13 Tahun 2010 sehingga Wajib Pajak lebih mengetahui apa dan bagaimana prosedur pemungutan pajak parkir dan memberikan sanksi yang tegas bagi Wajib Pajak yang melakukan penunggakan pajak. Kata kunci: Dampak perubahan Perda, penerimaan pajak parkir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(DPPKAD) Kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari Satuan Kerja
Perangkat Daerah dalam lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten
Karanganyar yang berkedudukan sebagai Dinas Daerah. DPPKAD
dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor
2 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Daerah Kabupaten
Karanganyar. Tugas-tugas DPPKAD yaitu melaksanakan Urusan
Pemerintahan Daerah berdasar Asas Otonomi dan tugas pembantuan
dalam bidang Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah:
1. Sekretariat
2. Bidang Pendaftaran dan Pendataan
3. Bidang Penetapan dan Penagihan
4. Bidang Anggaran
5. Bidang Perbendaharaan dan Kas
6. Bidang Akutansi dan Aset Daerah
Sejalan dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun
1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, peranan masyarakat atau publik di era reformasi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
otonomi daerah dewasa ini menjadi semakin penting. Masyarakat bukan
lagi sebagai obyek pembangunan, tetapi juga subyek pembangunan.
Otonomi daerah akan berdampak pada semakin besarnya wewenang
dan tanggung jawab yang diberikan kepada daerah dalam mengelola
pembangunan dan keuangan didaerahnya masing-masing. Disamping hal
ini akan berdampak pada sejumlah dampak positif, perlu diantisipasi
kemungkinan timbulnya dampak negatif. Salah satu dampak negatif
desentralisasi dalam pengelolaan pembangunan dan keuangan daerah
adalah kemungkinan bergesernya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN)
dari pusat ke daerah. Guna mengantisipasi hal ini dimensi partisipasi dan
akuntabilitas publik dalam pengelolaan pembangunan dan keuangan
daerah menjadi penting.
Salah satu wujud akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan
pembangunan keuangan daerah adalah dengan diwajibkanya pimpinan
unit kerja di Pemerintah Daerah untuk mempertanggungjawabkan
pelaksanaan pembangunan dan pemerintahan di lingkungan kerja pada
setiap akhir tahun anggaran. Di samping itu, dalam pengelolaan
Anggaran daerah telah terjadi perubahan pendekatan yang harus lebih
menekankan pada pentingnya aspek kinerja (performance). Dengan
menerapkan anggaran kinerja (performance budgeting), pihak eksekutif
tidak saja dituntut untuk mempertanggungjawabkan beberapa dan
kemana setiap sumber dana yang dimiliki daerah teralokasi, tetapi juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
harus melihat apakah dana teralokasi tersebut sesuai dengan kepentingan
dan kebutuhan masyarakat.
1. Kedudukan
Kedudukan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Kabupaten Karanganyar adalah sebagai pengelola sumber
Pendapatan Daerah yang bertanggung jawab kepada Bupati
Karanganyar. Dibentuk berdasarkan ketentuan Pasal 9 Peraturan
Daerah Kabupaten Karanganyar No 9 Tahun 2001 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Karanganyar.
2. Kewenangan
Bidang kewenangan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah adalah pengelola pendapatan daerah.
3. Visi
Visi merupakan cara pandang jauh kedepan tentang kemana
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Karanganyar akan diarahkan atau dibawa agar dapat
eksis dan apa yang akan dicapai pada masa depan.
Visi DPPKAD adalah: “menjadi dinas yang professional di
bidang pengelolaan sumber-sumber pendapatan daerah melalui
program intensifikasi dan ekstensifikasi dalam rangka mendukung
Kabupaten Karanganyar menuju tingkat pendapatan terkemuka di
Jawa Tengah“.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
4. Misi
Dalam rangka mendukung atau mewujudkan misi yang telah
ditetapkan dan berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi, maka misi
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Karanganyar dapat ditetapkan sebagai berikut:
a. Meningkatkan sumber daya pengelolaan pendapatan daerah
yang profesional.
b. Meningkatkan pelayanan ketatausahan/administrasi pengelolaan
Pendapatan Daerah sesuai sistem manajemen keuangan atau
pendapatan daerah yang berlaku.
c. Meningkatkan pelayanan masyarakat dibidang pendapatan.
d. Meningkatkan pendapatan setiap tahun anggaran.
e. Meningkatkan koordinasi dan kerja sama yang harmonis dengan
semua pihak yang terkait dalam upaya peningkatan pendapatan
daerah.
5. Tujuan
Tujuan merupakan implementasi atau penjabaran dari misi dan
merupakan sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan pada kurun
waktu tertentu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun ke depan. Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Karanganyar menetapkan tujuan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola sumber-
sumber pendapatan daerah yang profesional melalui pembinaan
pendidikan dan pelatihan teknis maupun fungsional.
b. Meningkatkan pelaksanaan sistem manajemen keuangan atau
pendapatan secara efektif dan efisien.
c. Meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat di bidang
pendapatan daerah dan meningkatkan ke sasaran membayar
pajak daerah maupun retribusi daerah sesuai dengan ketentuan
dan prosedur.
d. Meningkatkan sarana dan prasarana sumber-sumber pendapatan
dalam menunjang pelayanan prima dan peningkatan pendapatan
daerah.
e. Meningkatkan penerimaan pendapatan daerah tiap tahun
khususnya intensifikasi pengelolaan PAD dari sektor pajak dana
penimbangan retribusi daerah dan penerimaan lain-lain.
f. Meningkatkan upaya peningkatan pendapatan daerah khususnya
ekstensifikasi sumber-sumber baru pendapatan daerah yang
potensial.
g. Meningkatkan koordinasi dan kerja sama yang harmonis dengan
semua pihak yang terkait dalam upaya peningkatan pengelolaan
pendapatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
6. Sasaran
Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan secara terukur yang
akan dicapai secara nyata dalam jangka waktu tertentu. Sasaran
merupakan bagian integral dalam proses perencanaan strategis dalam
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.
Berdasarkan pengertian tersebut Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Karanganyar menetapkan
sasaran sebagai berikut:
a. Tersedia data potensi sumber-sumber pendapatan daerah
khususnya pajak dan retribusi daerah melalui pendataan,
penelitian, dan pengkajian.
b. Terbangun dan terpeliharanya sarana dan prasarana sumber-
sumber pendapatan daerah yang memadai.
c. Makin efektif dan efesien pengelolaan sumber-sumber
pendapatan daerah.
d. Meningkatkan penerimaan pendapatan daerah setiap tahun
anggaran.
e. Terjalin hubungan atau kerja sama yang hormonis dengan
semua pihak yang terkait dalam pengelolaan pendapatan daerah.
f. Terselenggaranya koordinasi yang mantap antar unit kerja
pengelolaan pendapatan daerah dan dengan daerah tetangga di
bidang pendapatan daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
g. Makin bertambahnya jenis sumber pendapatan daerah yang
menunjang peningkatan pendapatan daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2. Struktur Organisasi DPPKAD Kabupaten Karanganyar
Gambar I.1
Struktur Organisasi DPPKAD Kabupaten Karanganyar
Sumber: DPPKAD Karanganyar
KEPALA
SEKRETARIS
SUBAG
PERENCANAAN
SUBAG
KEUANGAN
SUBAG UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
UPTD
BIDANG AKUNTANSI DAN ASET DAERAH
BIDANG PERBENDAHARAAN
DAN KAS
SEKSI PERBENDAHARAAN & PENGENDALIAN KAS
SEKSI AKUNTANSI
SEKSI ASET DAERAH
SEKSI PENERIMAAN DAN
PENGELUARAN
BIDANG ANGGARAN
SEKSI PERENCANAAN &
PENYUSUNAN ANGGARAN
SEKSI PENGENDALIAN
ANGGARAN
BIDANG PENETAPAN DAN
PENAGIHAN
SEKSI PENETAPAN
SEKSI PENAGIHAN
BIDANG PENDAFTARAN
DAN PENDATAAN
SEKSI PENDAFTARAN
SEKSI PENDATAAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
3. Deskripsi Jabatan
1. Kepala Dinas
Tugas:
a. Membantu Bupati dalam melaksanakan urusan pemerintahan
daerah dibidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset
daerah berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan.
b. Merumuskan program kegiatan Dinas berdasarkan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku dan sumber data yang
tersedia sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan.
c. Mengarahkan tugas bawahan sesuai bidang tugasnya baik secara
lisan maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.
Fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah dibidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset
daerah yang meliputi pendaftaran dan pendataan, penetapan dan
penagihan, anggaran, perbendaharaan dan kas, akuntansi dan
aset daerah serta kesekretariatan.
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelaksanaan
pelayanan umum dibidang pendapatan, pengelolaan keuangan
dan aset daerah, yang meliputi pendaftaran dan pendataan,
penetapan dan penagihan, anggaran, perbendaharaan dan kas,
akuntansi dan aset daerah serta kesekretariatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2. Sekretaris
Tugas:
a. Membantu Kepala Dinas dalam merumuskan kebijakan,
mengkoordinasikan, membina dan mengendalikan kegiatan
perencanaan, keuangan, umum, dan kepegawaian di lingkungan
Dinas.
b. Merumuskan program kegiatan Sekretariat berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sumber data
yang tersedia sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan.
Fungsi:
a. Melaksanakan koordinasi dengan Kepala Bidang di lingkungan
Dinas secara langsung maupun tidak langsung untuk
mendapatkan masukan, informasi serta untuk mengevaluasi
permasalahan agar diperoleh hasil kerja yang optimal.
b. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Sekretariat terdiri atas:
a. Kepala Sub Bagian Perencanaan
Tugas:
1) Menyusun program kegiatan Sub Bagian Perencanaan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan sumber data yang tersedia sebagai pedoman
pelaksanaan kegiatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2) Menjabarkan perintah atasan melalui pengkajian
permasalahan dan peraturan perundang-undangan agar
pelaksanaan tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Fungsi:
1) Menyiapkan konsep naskah dinas bidang perencanaan
sesuai dengan ketentuan berlaku.
2) Menyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran
(RKA)/Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) atau
Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran (DPPA) sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
b. Kepala Sub Bagian Keuangan
Tugas:
1) Menyusun program kegiatan Sub Bagian Keuangan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan sumber data yang tersedia sebagai pedoman
pelaksanaan kegiatan.
2) Membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan bidang
tugasnya, memberi petunjuk dan arahan secara lisan
maupun tertulis guna meningkatkan kelancaran pelaksanaan
tugas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Fungsi:
1) Menyiapkan proses pencairan dana dan pengelolaan
administrasi keuangan.
2) Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran
dengan cara membandingkan laporan perkembangan
realisasi belanja dengan rencana pembiayaan yang telah
disusun untuk bahan laporan kepada atasan.
c. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Tugas:
1) Menyusun program kegiatan Sub Bagian Umum dan
Kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan sumber data yang tersedia sebagai
pedoman pelaksanaan kegiatan.
2) Menyiapkan konsep naskah dinas bidang administrasi
umum dan kepegawaian sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Fungsi:
1) Melaksanakan pengendalian dan verifikasi serta pelaporan
keuangan di lingkungan Dinas.
2) Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai
dasar pengambilan kebijakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
3. Kepala Bidang Pendaftaran dan Pendataan
Tugas:
a. Membantu Kepala Dinas dalam merumuskan kebijakan,
mengkoordinasikan, membina dan mengendalikan kegiatan
dibidang Pendaftaran dan Pendataan.
b. Melaksanakan koordinasi dengan Sekretaris dan Kepala Bidang
di lingkungan Dinas baik secara langsung maupun tidak
langsung untuk mendapatkan masukan, informasi serta untuk
mengevaluasi permasalahan agar diperoleh hasil kerja yang
optimal.
Fungsi:
a. Merumuskan rencana kerja dan program kegiatan bidang
pendaftaran dan pendataan obyek dan subyek pajak dan retribusi
daerah serta pendataan PBB.
b. Merumuskan rencana kerja dan program kegiatan pendataan ijin
HO, ijin bangunan dan ijin perumahan.
Bidang Pendaftaran dan Pendataan terdiri atas:
a. Kepala Seksi Pendaftaran
Tugas:
1) Membantu Kepala Bidang Pendaftaran dan Pendataan
dalam melaksanakan penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, dan pengendalian
kegiatan Seksi Pendaftaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
2) Mengarahkan tugas bawahan sesuai bidang tugasnya baik
secara lisan maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan
tugas.
Fungsi:
1) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan pendaftaran wajib
pajak dan wajib retribusi kepada atasan.
2) Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai
dasar pengambilan kebijakan.
b. Kepala Seksi Pendataan
Tugas:
1) Menyusun rencana kegiatan dibidang pendataan, mencatat
data obyek dan subyek .
2) Menghimpun, mengelola, dan mencatat data obyek dan
subyek pajak dan retribusi daerah.
Fungsi:
1) Melaksanakan pendataan ijin HO, ijin bangunan, ijin
perumahan.
2) Melaksanakan kegiatan pendataan Notaris/PPAT dan Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
4. Kepala Bidang Penetapan dan Penagihan
Tugas:
a. Merumuskan program kegiatan dibidang Penetapan dan
Penagihan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan sumber data yang tersedia sebagai pedoman
pelaksanaan kegiatan.
b. Merekomendasi surat perjanjian yang ada hubungannya dengan
tontonan untuk pemberian saran teknis pembayaran pajaknya.
Fungsi:
a. Melaksanakan penagihan pajak dan retribusi daerah yang telah
melampaui jatuh tempo sesuai peraturan yang berlaku agar
pembayaran pajak dan retribusi daerah tertib dan lancar.
b. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai
dasar pengambilan kebijakan.
Bidang Penetapan dan Penagihan terdiri atas:
a. Kepala Seksi Penetapan
Tugas:
1) Mengarahkan tugas bawahan sesuai bidang tugasnya baik
secara lisan maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan
tugas.
2) Menyiapkan blangko penerbitan surat ketetapan guna
mendapatkan penetapan pajak dan retribusi dari Kepala
Seksi Penetapan untuk diproses lebih lanjut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Fungsi:
1) Menyerahkan surat ketetapan kepada wajib pajak dan wajib
retribusi untuk membayar pajak dan retribusi kepada
bendahara.
2) Melaksanakan monitoring, evaluasi, dan menilai prestasi
kerja pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui
sistem penilaian yang tersedia sebagai cerminan penampilan
kerja.
b. Kepala Seksi Penagihan
Tugas:
1) Membantu Kepala Bidang Penetapan dan Penagihan dalam
melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan,
koordinasi, pembinaan, dan pengendalian kegiatan Seksi
Penagihan.
2) Menyusun program kegiatan di Seksi Penagihan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan sumber data yang tersedia sebagai pedoman
pelaksanaan kegiatan.
Fungsi:
1) Melaksanakan koordinasi dengan Kepala Seksi dan Kepala
Sub Bagian di lingkungan Dinas baik secara langsung
maupun tidak langsung untuk mendapatkan masukan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
informasi serta untuk mengevaluasi permasalahan agar
diperoleh hasil kerja yang optimal.
2) Menyusun rencana kerja di bidang penagihan pelaksanaan
administrasi dan pendistribusian surat menyurat dan
dokumentasi yang berhubungan dengan penagihan sebagai
pedoman pelaksanaan tugas.
5. Kepala Bidang Anggaran
Tugas:
a. Membantu Kepala Dinas dalam merumuskan kebijakan,
mengkoordinasikan, membina, dan mengendalikan kegiatan di
Bidang Anggaran.
b. Merumuskan program kegiatan di Bidang Anggaran
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
sumber data yang tersedia sebagai pelaksanaan kegiatan.
Fungsi:
a. Melaksanakan koordinasi dengan Sekretaris dan Kepala Bidang
di lingkungan Dinas baik secara langsung maupun tidak
langsung untuk mendapatkan masukan, informasi serta untuk
mengevaluasi permasalahan agar diperoleh hasil kerja yang
optimal.
b. Melaksanakan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan APBD
dan perubahan APBD perkembangan dan sebagai bahan
perumusan kebijakan atasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Bidang Anggaran terdiri dari:
a. Kepala Seksi Pengendalian Anggaran
Tugas:
1) Membantu Kepala Bidang Anggaran dalam melaksanakan
penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi,
pembinaan, dan pengendalian kegiatan Seksi Pengendalian
Anggaran.
2) Menyusun program kegiatan di Seksi Pengendalian
Anggaran berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan sumber data yang tersedia sebagai pedoman
pelaksanaan kegiatan.
Fungsi:
1) Melaksanakan koordinasi dengan Kepala Seksi dan Kepala
Sub Bagian di lingkungan Dinas baik secara langsung
maupun tidak langsung untuk mendapatkan masukan,
informasi serta untuk mengevaluasi permasalahan agar
diperoleh kerja yang optimal.
2) Menyelenggarakan pengendalian APBD sesuai dengan
ukuran, kompleksitas dan sifat dari tugas dan fungsi sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Kepala Seksi Perencanaan dan Penyusunan Anggaran
Tugas:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
1) Membantu Kepala Bidang Anggaran dalam melaksanakan
penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi,
pembinaan, dan pengendalian kegiatan Seksi Perencanaan
dan Penyusunan Anggaran.
2) Menyusun program kegiatan di Seksi Perencanaan dan
Penyusunan Anggaran berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan sumber data yang tersedia
sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan.
Fungsi:
1) Melaksanakan koordinasi dengan Kepala Seksi dan Kepala
Sub Bagian di lingkungan Dinas baik secara langsung
maupun tidak langsung untuk mendapatkan masukan,
informasi serta untuk mengevaluasi permasalahan agar
diperoleh kerja yang optimal.
2) Membuat Surat Edaran Bupati tentang petunjuk penyusunan
RKA-SKPD, Penetapan APBD maupun Perubahan APBD.
6. Kepala Bidang Pembendaharaan dan Kas
Tugas:
a. Membantu Kepala Dinas dalam merumuskan kebijakan,
mengkoordinasikan, membina dan mengendalikan kegiatan di
Bidang Perbendaharaan dan Kas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
b. Merumuskan program kegiatan di Bidang Perbendaharaan dan
Kas berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan sumber data yang tersedia sebagai pelaksanaan kegiatan.
Fungsi:
a. Melaksanakan koordinasi dengan Sekretaris dan Kepala Bidang
di lingkungan Dinas baik secara langsung maupun tidak
langsung untuk mendapatkan masukan, informasi serta untuk
mengevaluasi permasalahan agar diperoleh kerja yang optimal.
b. Menyusun konsep peraturan, keputusan, edaran serta petunjuk
pelaksanaan dan petunjuk teknis Bupati dalam rangka
pelaksanaan APBD.
Bidang Perbendaharaan dan Kas terdiri dari:
a. Kepala Seksi Perbendaharaan dan Pengendalian Kas
Tugas:
1) Membantu Kepala Bidang Perbendaharaan dan Kas dalam
merumuskan kebijakan, mengkoordinasikan, membina dan
mengendalikan kegiatan di Seksi Perbendaharaan dan
Pengendalian Kas.
2) Menyusun program kegiatan di Seksi Perbendaharan dan
Pengendalian Kas berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan sumber data yang tersedia
sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Fungsi:
1) Melaksanakan koordinasi dengan Kepala Seksi dan Kepala
Sub Bagian di lingkungan Dinas baik secara langsung
maupun tidak langsung untuk mendapatkan masukan,
informasi serta untuk mengevaluasi permasalahan agar
diperoleh kerja yang optimal.
2) Mengurus, mengajukan dan mencairkan dana-dana yang
berasal dari pusat, propinsi dan lainnya.
b. Kepala Seksi Penerimaan dan Pengeluaran
Tugas:
1) Membantu Kepala Bidang Perbendaharaan dan Kas dalam
melaksanakan penyiapan bahan perumuskan kebijakan,
koordinasi, pembinaan dan pengendalian kegiatan Seksi
Penerimaan dan Pengeluaran.
2) Menyusun program kegiatan di Seksi Penerimaan dan
Pengeluaran berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun lalu
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
sumber data yang tersedia sebagai pedoman pelaksanaan
kegiatan.
Fungsi:
1) Melaksanakan koordinasi dengan Kepala Seksi dan Kepala
Sub Bagian di lingkungan Dinas baik secara langsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
maupun tidak langsung untuk mendapatkan masukan,
informasi serta untuk mengevaluasi permasalahan agar
diperoleh kerja yang optimal.
2) Mengumpulkan hasil analisis Seksi Anggaran belanja
langsung, belanja tidak langsung dan belanja modal untuk
disajikan sebagai bahan laporan dan evaluasi kepada atasan.
7. Kepala Bidang Akuntansi dan Aset Daerah
Tugas:
a. Membantu Kepala Dinas dalam merumuskan kebijakan,
mengkoordinasikan, membina dan mengendalikan kegiatan di
Bidang Akuntansi dan Aset Daerah.
b. Merumuskan program kegiatan Akuntansi dan Aset Daerah
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
sumber data yang tersedia sebagai pelaksanaan kegiatan.
Fungsi:
a. Melaksanakan koordinasi dengan Sekretaris dan Kepala Bidang
di lingkungan Dinas baik secara langsung maupun tidak
langsung untuk mendapatkan masukan, informasi serta untuk
mengevaluasi permasalahan agar diperoleh kerja yang optimal.
b. Mengkoordinasi pelaksanaan akuntansi baik langsung maupun
tidak langsung dengan Bidang dan UPTD di lingkungan Dinas
maupun Bendahara pada SKPD terhadap keabsahan setoran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
pendapatan Daerah maupun terhadap SP2D, pengeluaran, dan
pembiayaan yang telah diambil (sesuai pembebanan rekening).
Bidang Akuntansi dan Aset Daerah terdiri dari:
a. Kepala Seksi Akuntansi
Tugas:
1) Membantu Kepala Bidang Akuntansi dan Aset Daerah
dalam melaksanakan penyiapaan bahan perumuskan
kebijakan, koordinasi, pembinaan dan pengendalian
kegiatan Seksi Akuntansi.
2) Menyusun program kegiatan Seksi Akuntansi berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sumber
data yang tersedia sebagai pelaksanaan kegiatan.
Fungsi:
1) Melaksanakan koordinasi dengan Kepala Seksi dan Kepala
Sub Bagian di lingkungan Dinas baik secara langsung
maupun tidak langsung untuk mendapatkan masukan,
informasi serta untuk mengevaluasi permasalahan agar
diperoleh kerja yang optimal.
2) Menyusun laporan bulanan, triwulanan, dan tahunan
pendapatan dan belanja serta pembiayaan Daerah
berdasarkan catatan akuntansi sebagai bahan penyajian data
kepada atasan maupun penyusunan laporan kinerja daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
b. Kepala Seksi Aset Daerah
Tugas:
1) Membantu Kepala Bidang Akuntansi dan Aset Daerah
dalam melaksanakan penyiapaan bahan perumuskan
kebijakan, koordinasi, pembinaan dan pengendalian
kegiatan Seksi Aset Daerah.
2) Menyusun program kegiatan di Seksi Aset Daerah
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan sumber data yang tersedia sebagai pelaksanaan
kegiatan.
Fungsi:
1) Melaksanakan koordinasi dengan Kepala Seksi dan Kepala
Sub Bagian di lingkungan Dinas baik secara langsung
maupun tidak langsung untuk mendapatkan masukan,
informasi serta untuk mengevaluasi permasalahan agar
diperoleh kerja yang optimal.
2) Melaksanakan pengawasan pembukuan secara sistematis
dan kronologis mengenai aset.
B. Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan sumber utama penerimaan pemerintah di samping
sektor migas dan ekspor barang-barang nonmigas. Negara Republik
Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
orang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, oleh karena itu menempatkan
pajak sebagai suatu wujud kewajiban kenegaraan dalam pembiayaan
pembangunan nasional. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H, pajak
adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum (Mardiasmo, 2008:1).
Pemerintah Pusat melalui otonomi daerah memberi wewenang kepada
Pemerintah Daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri temasuk dalam
hal pengelolaan keuangan. Pajak daerah merupakan salah satu sumber
penerimaan daerah dan termasuk dalam komponen Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Pemerintah Daerah memperoleh pendapatan dari sektor pajak yaitu
melalui pungutan-pungutan yang dikumpulkan dan dikelola oleh pemerintah
daerah sendiri yang dasar hukumnya ditetapkan berdasarkan ketentuan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah. Di dalam Undang-Undang tersebut terdapat beberapa jenis pajak
yang dipungut oleh Pemerintah Kabupaten/Kota salah satunya adalah pajak
parkir.
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD)
merupakan instansi pemerintah yang bertugas memantau penerimaan
pendapatan daerah berupa pajak dan retribusi salah satunya yaitu pajak parkir.
Pelaksanaan pemungutan pajak parkir dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang telah ditetapkan yaitu dalam Peraturan Daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Nomor 13 Tahun 2010 yang merupakan perubahan dari Peraturan Daerah
Nomor 19 Tahun 2001. Perda Nomor 13 Tahun 2010 mulai berlaku tanggal 1
Januari 2011 dan terjadi perubahan antara kedua Perda tersebut. Dalam Perda
Nomor 13 Tahun 2010, penjelasan pasal demi pasal lebih signifikan sehingga
terjadi peningkatan wajib pajak pada tahun 2011. Dengan peningkatan
tersebut, tentunya akan berpengaruh pada penerimaan pajak parkir itu sendiri.
Dari penghasilan pajak parkir tersebut akan dapat meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) yang merupakan sumber penghasilan untuk menunjang
pembangunan pemerintah daerah.
Pajak parkir adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaran tempat
parkir di luar badan jalan. Pajak parkir merupakan pajak yang potensial untuk
mendukung upaya peningkatan pendapatan daerah yang sekaligus untuk
mengatur dan menertibkan keberadaan parkir yang diselenggarakan oleh
orang atau badan yang berada di Kabupaten Karanganyar.
Berdasarkan penjelasan yang telah penulis sampaikan di atas maka
penulis ingin mengetahui apa saja perubahan yang terjadi pada kedua Perda
tersebut dan mengetahui bagaimana dampak terhadap penerimaan pajak
parkir. Untuk itu penulis membuat tugas akhir yang berjudul
“PERBANDINGAN ANTARA PERDA NOMOR 19 TAHUN 2001
DENGAN PERDA NOMOR 13 TAHUN 2010 DAN DAMPAK
TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PARKIR DI KABUPATEN
KARANGANYAR”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
C. Perumusan Masalah
Dari gambaran objek penelitian di atas, maka untuk memudahkan
penyusunan tugas akhir ini, penulis mencoba merumuskan masalah:
1. Apa saja perubahan yang terjadi antara Perda Nomor 19 Tahun 2001
dengan Perda Nomor 13 Tahun 2010 tentang pajak parkir di Kabupaten
Karanganyar ?
2. Bagaimana kesesuaian Perda Nomor 13 Tahun 2010 terhadap praktik
pelaksanaan pemungutan pajak parkir di Kabupaten Karanganyar ?
3. Bagaimana dampak perubahan Perda Nomor 19 Tahun 2001 dengan
Perda Nomor 13 Tahun 2010 terhadap penerimaan pajak parkir di
Kabupaten Karanganyar ?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui perubahan yang terjadi antara Perda Nomor 19 Tahun 2001
dengan Perda Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pajak Parkir di Kabupaten
Karanganyar.
2. Mengetahui kesesuaian Perda Nomor 13 Tahun 2010 terhadap praktik
pelaksanaan pemungutan pajak parkir di Kabupaten Karanganyar.
3. Mengetahui bagaimana dampak perubahan Perda Nomor 19 Tahun 2001
dengan Perda Nomor 13 Tahun 2010 terhadap penerimaan pajak parkir di
Kabupaten Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Bagi Mahasiswa
1. Dapat menerapkan teori yang diperoleh dari perkuliahan ke dalam
permasalahan yang timbul.
2. Menambah wawasan/pengetahuan mahasiswa di bidang perpajakan,
khususnya tentang pajak parkir.
3. Mempersiapkan mahasiswa agar memperoleh pengalaman dalam
menghadapi dunia kerja.
b. Bagi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Dapat memberikan masukan dalam upaya meningkatkan pendapatan
daerah khususnya pajak parkir.
c. Bagi Pembaca
Dapat menambah ilmu pengetahuan dan dapat digunakan sebagai sumber
informasi dan referensi.
F. Metode Penelitian
1. Objek Penelitian
Objek penelitian berlokasi di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Kabupaten Karanganyar berupa pajak parkir yaitu
terdapat prosedur yang kurang tepat dalam proses pemungutan dan
dampak terhadap penerimaan pajak parkir itu sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer yaitu teknik pengumpulan data dalam suatu penelitain
atau karya ilmiah yang diperoleh dari sumber pertama dan biasanya
belum diolah (Ketut, 2009). Data primer yang digunakan adalah data
yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti yaitu mengenai
Peraturan Daerah tentang pajak parkir yang telah ditetapkan oleh
DPPKAD Kabupaten Karanganyar.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dari
sumber lain atau pihak kedua dan data ini biasanya sudah dalam
keadaan diolah (Ketut, 2009). Data sekunder yang digunakan adalah
data yang diperoleh dengan mempelajari buku-buku, literatur,
undang-undang pajak dan surat keputusan.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk
mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi,
motivasi, perasaan yang dilakukan antara dua pihak yaitu
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dengan orang yang
diwawancarai (Arifin dan Amran, 2000). Penulis melakukan
wawancara kepada orang yang kompeten untuk memperoleh data
mengenai pajak parkir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung terhadap sesuatu yang
dijadikan objek penelitian (Rampan, 2000). Dalam teknik
pengumpulan data ini penulis melakukan pengamatan terhadap
pelaksanaan pemungutan pajak parkir di DPPKAD Kabupaten
Karanganyar.
c. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah kegiatan yang meliputi mencari, membaca dan
menelaah laporan-laporan penelitian dan bahan pustaka yang
memuat teori-teori yang relevan dengan penelitian yang akan
dilakukan (Anggoro, 2008). Penulis memanfaatkan media bacaan
atau literatur-literatur dari berbagai sumber sebagai penunjang untuk
melakukan analisa mengenai pajak parkir yang sesuai dan
berhubungan dengan tema penyusunan Tugas Akhir.
4. Teknik Pembahasan
Teknik pembahasan yang digunakan penulis adalah teknik pembahasan
deskriptif. Teknik deskriptif yaitu teknik untuk membuat gambaran atau
deskripsi secara akurat mengenai suatu objek yang diteliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
BAB II
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Pajak
Pengertian pajak menurut Feldmann yaitu pajak sebagai prestasi
yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut
norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya
kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-
pengeluaran umum sedangkan Rochmat Soemitro mendefinisikan pajak
adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal
(kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum. Definisinya yang kemudian
dipertahankan menjadi pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat
kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan “surplus-nya”
digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk
membiayai public investment (Suandy, 2008).
Berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan menjelaskan bahwa pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Dapat disimpulkan pajak memiliki unsur-unsur antara lain:
a. Iuran dari rakyat kepada negara yaitu negara yang berhak memungut
iuran dari rakyat. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).
b. Berdasarkan undang-undang yaitu pajak dipungut berdasarkan atau
dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
c. Tanpa jasa timbal dan kontraprestasi dari negara secara langsung
dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan
kontraprestasi individual oleh pemerintah.
d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni
pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat
(Mardiasmo, 2008).
2. Fungsi Pajak
Pajak memiliki dua fungsi, yaitu (Suandy, 2008):
a. Fungsi budgetair/finansial yaitu memasukkan uang sebanyak-
banyaknya ke kas negara, dengan tujuan untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran negara.
b. Fungsi regulerend/mengatur yaitu pajak digunakan sebagai alat
untuk mengatur baik masyarakat baik di bidang ekonomi, sosial,
maupun politik dengan tujuan tertentu.
3. Syarat Pemungutan Pajak
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan,
maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut
(Mardiasmo, 2008):
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
a. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)
b. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat yuridis)
c. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis)
d. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansiil)
e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
4. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi (Waluyo, 2007):
a. Official Assessment System yaitu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan
besarnya pajak terutang.
b. Self Assessment System yaitu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib
Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan
melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
c. Withholding System yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut
besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
5. Pembagian Pajak
Pembagian pajak dapat dikelompokkan berdasarkan (Suandy, 2008):
a. Berdasarkan golongan
1) Pajak langsung yaitu pajak yang bebannya harus ditanggung
sendiri oleh wajib Pajak yang bersangkutan dan tidak dapat
dialihkan kepada pihak lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
2) Pajak tidak langsung yaitu pajak yang bebannya dapat dialihkan
atau digeserkan kepada pihak lain.
b. Berdasarkan wewenang pemungut
1) Pajak pusat/pajak negara yaitu pajak yang wewenang
pemungutannya ada pada pemerintah pusat yang
pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan melalui
Direktorat Jenderal Pajak.
2) Pajak daerah yaitu pajak yang wewenang pemungutannya ada
pada pemerintah daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh
Dinas Pendapatan Daerah.
c. Berdasarkan sifat
1) Pajak subjektif yaitu pajak yang memerhatikan kondisi/keadaan
wajib pajak.
2) Pajak objektif yaitu pajak yang pada awalnya memerhatikan
objek yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar,
kemudian baru dicari subjeknya baik orang pribadi maupun
badan.
6. Pengertian Pajak Daerah
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, pajak daerah adalah kontribusi wajib
kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
a. Kriteria Pajak Daerah
Kriteria pajak daerah secara spesifik diuraikan oleh K.J. Davey yang
terdiri atas 4 hal, yaitu (Syafiqurrahman dan Nur Haryani, 2007) :
1) Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah berdasarkan
pengaturan dari daerah sendiri.
2) Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan Pemerintah Pusat
tetapi penetapan tarifnya dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
3) Pajak yang ditetapkan dan atau dipungut oleh Pemerintah
Daerah.
4) Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh Pemerintah
Pusat tetapi hasil pemungutannya diberikan kepada Pemerintah
Daerah.
b. Jenis-jenis Pajak Daerah
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 jenis pajak daerah
dibagi menjadi:
1) Jenis Pajak Propinsi terdiri atas:
a) Pajak Kendaraan Bermotor
b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
d) Pajak Air Permukaan
e) Pajak Rokok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
2) Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas:
a) Pajak Hotel
b) Pajak Restoran
c) Pajak Hiburan
d) Pajak Reklame
e) Pajak Penerangan Jalan
f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
g) Pajak Parkir
h) Pajak Air Tanah
i) Pajak Sarang Burung Walet
j) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
k) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
7. Pajak Parkir
1. Pengertian Pajak Parkir
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor
13 Tahun 2010 tentang Pajak Parkir, pajak parkir yang selanjutnya
dapat disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah atas
penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang di
sediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan
sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan
kendaraan bermotor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
2. Nama, Objek, Subjek dan Wajib Pajak Parkir
a. Dengan nama Pajak Parkir dipungut pajak atas setiap pelayanan
penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh orang
pribadi atau badan.
b. Objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar
badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha
maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk
penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.
Objek Pajak Parkir meliputi:
1) Halaman areal parkir atau gedung parkir.
2) Tempat penitipan kendaraan.
3) Garasi kendaraan bermotor yang difungsikan sebagai
tempat parkir dengan dipungut biaya.
c. Subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau badan yang
melakukan parkir kendaraan bermotor.
d. Wajib Pajak Parkir adalah orang pribadi atau badan yang
menyelenggarakan tempat parkir.
3. Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak
Dasar Pengenaan Pajak Parkir adalah jumlah pembayaran atau
yang seharusnya dibayar kepada penyelenggara tempat parkir. Di
Kabupaten Karanganyar tarif Pajak Parkir ditetapkan sebesar 20%
(dua puluh persen).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
B. Pembahasan Masalah
1. Perubahan Antara Perda Nomor 19 Tahun 2001 dengan Perda
Nomor 13 Tahun 2010
Pajak parkir merupakan salah satu pajak daerah yang menjadi
sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Karanganyar yang
pelaksanaannya dikelola oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Kabupaten Karanganyar. Penerimaan pajak parkir
sangat dipengaruhi oleh banyaknya objek pajak parkir dan proses
pelaksanaan pemungutannya. Pelaksanaan pemungutan tersebut
tercantum dalam Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2010 yang
merupakan perubahan dari Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2001.
Perda Nomor 19 Tahun 2001 mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2002
sedangkan Perda Nomor 13 Tahun 2010 mulai berlaku pada tanggal 1
Januari 2011. Terjadi pergantian Perda dikarenakan adanya Peraturan
baru yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah. Antara kedua Perda tersebut terjadi perubahan
yaitu perbedaan jumlah pasal dan penjelasan pasal demi pasal. Untuk
mengetahui perbedaan tersebut, berikut ini disajikan tabel tentang
perubahan antara Perda Nomor 19 Tahun 2001 dengan Perda Nomor 13
Tahun 2010 tentang pajak parkir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Tabel II.1
Perubahan Antara Perda Nomor 19 Tahun 2001 dengan Perda Nomor 13 Tahun 2010
Perda Nomor 19 Tahun 2001 Perda Nomor 13 Tahun 2010 Pasal 1 Pasal 1
Dalam peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: (1) Daerah adalah Kabupaten Karanganyar; (2) Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta
Perangkat Daerah Otonomi yang lain sebagai badan eksekutif daerah;
(3) Bupati adalah Bupati Karanganyar; (4) Kas Daerah adalah Kas Pemerintah Kabupaten
Karanganyar; (5) Pajak Parkir adalah pajak yang dikenakan atas
penyelenggara tempat parkir di luar badan jalan oleh orang pribadi atau badan baik yang di sediakan berkaitan dengan pokok usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotoryang memungut bayaran;
(6) Kendaraan adalah sesuatu alat yang dapat bergerak di jalan baik kendaraan bermotor dan tidak bermotor;
(7) Surat pemberitahuan pajak daerah yang selanjutnya disingkat dengan SPTPD adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan penghitungan dan pembayaran pajak yang terutang menurut peraturan perundang-undangan perpajakan daerah;
(8) Surat setor pajak daerah yang selanjutnya di
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: (1) Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 (2) Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 (3) Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 (4) Badan adalah Sekumpulan orang dan/atau modal yang
merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
(5) Badan Jalan adalah bagian jalan yang meliputi seluruh jalur lalu lintas, median, dan bahu jalan.
(6) Penyidik adalah pejabat polisi Negara republik Indonesia atau PPNS tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang undang untuk melakukan penyidikan.
(7) Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat dengan PPNS adalah pejabat PNS tertentu yang diberi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
singkat dengan SSPD adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke Kas Daerah atau ke tempat lain yang ditetapkan oleh Bupati;
(9) Surat ketetapan pajak daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang;
(10) Surat ketetapan pajak daerah kurang bayar yang selanjutnya disingkat SKPDKB adalah surat kuputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak terutang, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran kredit pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus di bayar;
(11) Surat ketetapan pajak daerah kurang tambahan yang selanjutnya disingkat SKPDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas pajak yang telah di tetapkan;
(12) Surat ketetapan pajak daerah lebih bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDLB, adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang;
(13) Surat ketetapan pajak daerah nihil, yang selanjutnya disingkat SKPDN, adalah suatu keputusan yang menentukan jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan kredit pajal, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak;
(14) Surat tagihan pajak daerah yang selanjutnya
wewenang khusus oleh undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing dan dalam pelaksanaan tugasnya berada di bawah koordinasi dan pengawasan penyidik Polri.
(8) Juru Sita adalah petugas yang ditunjuk oleh atau atas kuasa Menteri Keuangan untuk melaksanakan Surat Paksa.
(9) Kas Daerah adalah Kas Pemerintah Kabupaten Karanganyar.
(10) Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara.
(11) Pajak Parkir, yang selanjutnya dapat disebut Pajak adalah kontribusi wajib kepada Daerah atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang di sediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.
(12) Kendaraan adalah sesuatu alat yang dapat bergerak di jalan baik kendaraan bermotor dan tidak bermotor.
(13) Subjek Pajak Daerah adalah orang pribadi atau Badan yang dapat dikenakan Pajak.
(14) Wajib Pajak Daerah adalah orang pribadi atau Badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
(15) Masa Pajak Daerah adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender atau jangka waktu lain yang diatur dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
disingkat STPD, adalah surat untuk melakukan tagihan pajak atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.
Peraturan Bupati paling lama 3 (tiga) bulan kalender, yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak terutang.
(16) Tahun Pajak Daerah adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun kalender, kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
(17) Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
(18) Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data obyek dan subyek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada Wajib Pajak serta pengawasan penyetorannya.
(19) Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SPTPD adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan daerah.
(20) Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SSPD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau yang telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
(21) Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDKB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administratif dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.
(22) Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya disingkat SKPDKBT, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
(23) Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDLB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang.
(24) Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, yang selanjutnya disingkat dengan SKPDN, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
(25) Surat Tagihan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat STPD, adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.
(26) Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
terdapat dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Tagihan Pajak Daerah, Surat Keputusan Pembetulan, atau Surat Keputusan Keberatan.
(27) Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.
(28) Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas anding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
(29) Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.
(30) Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan retribusi dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah dan retribusi daerah.
(31) Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah dan retribusi adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan daerah dan retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
(32) Surat Paksa adalah Surat Perintah membayar utang pajakdan biaya penagihan pajak.
Pasal 2 Pasal 2 (1) Dengan nama pajak parkir dipungut atas setiap pelayanan
penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh orang pribadi atau badan.
(2) Obyek Pajak Parkir adalah setiap penggunaan atau pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di tempat fasilitas di luar badan jalan.
(3) Obyek Pajak Parkir sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini meliputi: a. halaman areal parkir atau gedung parkir; b. tempat penitipan kendaraan; c. garasi kendaraan bermotor.
(1) Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 (2) Objek Pajak adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar
badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.
(3) Objek Pajak sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini meliputi: a. halaman areal parkir atau gedung parkir; b. tempat penitipan kendaraan; c. garasi kendaraan bermotor yang difungsikan sebagai
tempat parkir dengan dipungut biaya. (4) Dikecualikan dari obyek Pajak adalah:
a. penyelenggaraan tempat Parkir oleh Pemerintah dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Pemerintah Daerah; b. penyelenggaraan tempat Parkir oleh perkantoran yang
hanya digunakan untuk karyawannya sendiri; c. penyelenggaraan tempat Parkir oleh kedutaan,
konsulat, dan perwakilan Negara asing dengan asas timbal balik.
Pasal 3 Pasal 3 Dikecualikan dari obyek Pajak parkir adalah parkir yang di selenggarakan di luar badan jalan oleh pemerintah yang ditetapkan oleh Bupati.
(1) Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukan parkir kendaraan bermotor.
(2) Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan tempat parkir.
Pasal 4 Pasal 4 (1) Subyek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau badan yang
melakukan pembayaran atas layanan tempat parkir di luar badan jalan.
(2) Wajib pajak parkir adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan usaha parkir di luar badan jalan.
(1) Dasar pengenaan Pajak adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada penyelanggara tempat Parkir.
(2) Jumlah yang seharusnya dibayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk potongan harga parkir dan parkir cuma-cuma yang diberikan kepada penerima jasa Parkir.
Pasal 5 Pasal 5 (1) Dasar pengenaan pajak parkir adalah jumlah pembayaran
yang dilakukan kepada wajib pajak parkir (orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab);
(2) Jumlah pembayaran sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini disertai dengan bukti pembayaran yang berupa karcis/benda berharga.
(3) Tata cara pemakaian karcis/benda berharga sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini di tetapkan oleh Bupati.
Tarif Pajak ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Pasal 6 Pasal 6 Tarif pajak parkir ditetapan sebesar 20% (dua puluh persen)
Besaran pokok Pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1).
Pasal 7 Pasal 7 Tingkat pengunaan jasa parkir diukur berdasarkan lokasi, jenis kendaraan dan jangka waktu penggunaan.
Pajak yang terutang dipungut di Wilayah Daerah.
Pasal 8 Pasal 8 (1) Prinsip penetapan tarip pajak parkir pajak parkir adalah
untuk memperoleh pendapatan dengan mempertimbangkan biaya penyediaan fasilitas, biaya pelayanan dan biaya pemeliharaan.
(2) Stuktur dan besarnya tarif parkir ditetapkan dengan keputusan Bupati.
Masa Pajak diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Pasal 9 Pasal 9 (1) Wajib Pajak parkir wajib melaporkan usahanya secara
tertulis kepada Bupati untuk dikukuhkan sebagai wajib pungut dalam jangka waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum dimulainya kegaitan usaha tersebut;
(2) Wajib Pajak Parkir yang tidak melaporkan usahanya sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini dikenakan sangsi berupa denda administrasi setinggi-tingginya Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah);
(3) Tata cara pelaporan dan pengukuhan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini ditetapkan oleh Bupati.
(1) Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat pembayaran Parkir.
(2) Tata cara penetapan pajak diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 10 Pasal 10 (1) Pajak Parkir yang terutang dipungut di Daerah. (1) Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPTPD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
(2) Besarnya pajak parkir terutang diutang dengan cara mengalihkan tarif sebagaimana dimaksud Pasal 6 Peraturan Daerah ini dengan pengenaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 peraturan Daerah ini
(2) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditanda tangani oleh Wajib Pajak atau Kuasanya.
(3) Bentuk, isi, dan tata cara pengisian SPTPD diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 11 Pasal 11 Masa Pajak Parkir adalah jangka waktu tertentu yang lamanya ditetapkan oleh Bupati sebagai dasar untuk menghitung besarnya pajak parkir terutang.
(1) Pemungutan Pajak dilarang diborongkan. (2) Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakan sendiri
dibayar dengan menggunakan SPTPD, SKPDKB, dan/atau SKPDKBT.
Pasal 12 Pasal 12 Tahun Pajak Parkir adalah jangka waktu yang lama 1 (satu) tahun takwin kecuali bila wajib pajak parkir menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwin.
(1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Pejabat dapat menerbitkan:
a. SKPDKB dalam hal: 1) jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau
keterangan lain, pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar;
2) jika SPTPD tidak disampaikan kepada Pejabat dalam jangka waktu tertentu dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat teguran;
3) jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara jabatan.
b. SKPDKBT jika ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang.
c. SKPDN jika jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
terutang dan tidak ada kredit pajak. (2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 1) dan angka 2) dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.
(3) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
(4) Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan jika Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.
(5) Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 3) dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak ditambah sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.
Pasal 13 Pasal 13 (1) Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPTPD; (2) SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini harus diisi
dengan jelas, benar dan lengkap serta ditanda tangani oleh
(1) Bupati dapat menerbitkan STPD jika : a. pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;
b. dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
wajib pajak atau kuasanya; (3) SPTPD sebagaimana dimasud ayat (1) Pasal ini harus
disampaikan kepada Bupati selambat-lambatnya 15 ( lima belas ) hari setelah berakhirnya masa pajak;
(4) Bentuk, isi dan tata cara pengisian SPTPD ditetapakan oleh Bupati.
pembayaran sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung;
c. wajib pajak dikenakan sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.
(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b ditambah dengan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan untuk paling lama 15 (lima belas) bulan sejak saat terutangnya pajak.
Pasal 14 Pasal 14 (1) Berdasarkan SPTPD Sebagaimana dimaksud pasal14 ayat
(1) peraturan daerah ini,Bupati menetapkan pajak terutang dengan menertibkan SKPD.
(2) Apabila SKPD Sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini tidak atau kurang dibayar setelah lewat waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak SKPD diterima, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dan ditagih dengan menerbitkan STPD.
(1) Bupati menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah saat terutangnya pajak.
(2) SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.
(3) Bupati atas permohonan Wajib Pajak setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran, angsuran, dan penundaan pembayaran pajak diatur dengan Peraturan Bupati.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Pasal 15 Pasal 15 (1) Wajib pajak yang membayar sendiri, SPTPD sebagaimana
dimaksud dalam pasal 12 ayat (1) Peraturan Daerah ini digunakan untuk menghitung, memperhitungkan dan menetapkan pajak sendiri yang terutang.
(2) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Bupati dapat menerbitkan: a. SKPDKB b. SKPDKBT c. SKPDN
(3) SKPDKB Sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf a Pasal ini diterbitkan : a. apabila berdasarkan pemeriksaan atau keterangan lain
pajak yang terutang atau kurang dibayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.
b. apabila SPTPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dan telah ditegur secara tertulis, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.
c. apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara jabatan,dan dikenakan
(1) Pajak yang terutang berdasarkan SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding yang tidak atau kurang dibayar oleh Wajib Pajak pada waktunya dapat ditagih dengan Surat Paksa.
(2) Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
sanksi administrasi sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak ditambah sanksi yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak .
(4) SPDKBT sebagaimana dimaksut pada ayat (2) huruf b pasal ini diterbitkan apabila ditemukan data baru atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terhutang, akan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
(5) SKPDN sebagaimana dimaksut ayat (2) huruf c pasal ini diterbitkan apabila jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
(6) Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB dan SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b pasal ini tidak atau tidak sepenuhnya dibayar dalam jangka waktu yang telah ditentukan, ditagih dengan menerbitkan STPD ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga 2% (dua pesen) sebulan.
Pasal 16 Pasal 16 (1) Pembayaran pajak dilakukan di kas Daerah atau tempat lain
yang di tunjuk oleh Bupati sesuai waktu yang ditentukan dalam SPTPD,SKPD,SKPDKB, SKPDKBT dan STPD.
(1) Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 (2) Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 (3) Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
(2) Apabila pembayaran pajak dilakukan di tempat lain yang ditunjukan, hasil penerimaan pajak harus disetor ke kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan Bupati.
(3) Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2) pasal ini dilakukan dengan SSPD
Pasal 17 Pasal 17 (1) Pembayaran pajak parker dilakukan sekaligus atau lunas. (2) Bupati dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak
untuk mengansur pajak terutang dalam kurun waktu tertentu, setelah memenuhi persyaratan yang tertentu.
(3) Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini, harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen ) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar.
(4) Bupati dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk menunda pembayaran pajak sampai batas waktu yang ditentukan dengan dikenakan bunga 2% (dua persen) sebulan dari jumlah yang belum atau kurang bayar.
(5) Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata cara pembayaran angsuran dan penundaan sebagaimana dimaksud ayat (2) dan (4) pasal ini, ditetapkan oleh Bupati.
(1) Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 (2) Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 (3) Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 (4) Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 (5) Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001
Pasal 18 Pasal 18 (1) Setiap pembayaran pajak parkir sebagaimana dimaksud
pasal 17 Peraturan Daerah ini diberikan tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan.
(2) Bentuk, Jenis, isi,ukuran tanda bukti pembayaran dan buku
(1) Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001. (2) Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
penerimaan pajak parkir sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, ditetapkan oleh Bupati
Pasal 19 Pasal 19 (1) Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang
sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran.
(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis, wajib pajak harus melunasi pajak yang terutang.
(3) Surat Teguran, Surat Peringataan atau surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini dikeluarkan oleh pejabat.
(1) Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 (2) Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 (3) Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001
Pasal 20 Pasal 20 (1) Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak
dilunasi dalam jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis, jumlah pajak yang harus dibayar, ditagih dengan surat paksa.
(2) Pejabat menerbitkan surat paksa segera setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal surat teguran atau surat peringataan atau surat lain yang sejenis.
(1) Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001 (2) Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001
Pasal 21 Pasal 21 Apabila Pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam sesudah tanggal Pemberitahuan Surat Paksa, Pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.
Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001
Pasal 22 Pasal 22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Setelah dilakukan penyitaan dan Wajib Pajak belum juga melunasi utang pajaknya, setelah lewat 10 (sepuluh) hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Pejabat mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang Negara.
Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001
Pasal 23 Pasal 23 Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam dan tempat pelaksanaan lelang, Juru Sita memberitahukan dengan segera secara tertulis kepada Wajib Pajak.
Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001
Pasal 24 Pasal 24 Bentuk, jenis dan isi formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan penagihan Pajak Daerah ditetapkan oleh Bupati.
Sama dengan Perda Nomor 19 Tahun 2001
Pasal 25 Pasal 25 (1) Bupati, berdasarkan permohonan Wajib Pajak parkir dapat
memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak parkir.
(2) Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak parkir sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini ditetapkan oleh bupati.
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atas suatu: a. SKPDKB; b. SKPDKBT; c. SKPDLB; d. SKPDN; dan
(2) Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan daerah.
(3) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas.
(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat, tanggal pemotongan atau pemungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kecuali jika Wajib Pajak dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
(5) Keberatan dapat diajukan apabila Wajib Pajak telah membayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak.
(6) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) tidak dianggap sebagai Surat Keberatan sehingga tidak dipertimbangkan.
(7) Tanda penerimaan surat keberatan yang diberikan oleh Bupati atau tanda pengiriman surat keberatan melalui surat pos tercatat sebagai tanda bukti penerimaan surat keberatan.
Pasal 26 Pasal 26 (1) Bupati karena jabatanya atau atas permohonan wajib pajak
dapat: a. membetulkan SKPD atau SKPDKB atau SKPDKBT, atau
STPD yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan atau kekeliruan dalam penerapan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah;
b. membatalkan atau mengurangkan ketetapan pajak yang tidak benar;
c. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan pajak yang terutang dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan dan wajib pajak atau bukan karena kesalahannya.
(2) Permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi
(1) Bupati atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan, sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.
(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya pajak yang terutang.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
administrasi atas SKPD, SKPBKB, SKPDKBT dan STPD sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini harus disampaikan secara tertulis oleh wajib pajak kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD dengan memberikan alasan yang jelas.
(3) Bupati atau Pejabat paling lama 3 (tiga) bulan sejak surat permohonan sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini diterima sudah harus memberikan keputusan.
(4) Apabila setelah lewat waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud ayat (3) pasal ini Bupati atau pejabat tidak memberiakan keputusan, permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dikabulkan.
Pasal 27 Pasal 27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
pajak, atau tanggal pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini dengan alasan yang jelas ,kecuali apabila wajib pajak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
(3) Bupati atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak surat permohonan keberatan sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini diterima, sudah harus memberikan keputusan.
(4) Apabila setelah lewat waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksut ayat (3) pasal ini Bupati atau Pejabat tidak memberikan keputusan, permohonan keberatan dianggap dikabulkan.
(5) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini tidak menunda kewajiban membayar pajak.
Pasal 28 Pasal 28 (1) Wajib pajak dapat mengajukan banding kepada badan
penyelesaian Sengketa Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah diterimanya keputusan keberatan.
(2) Pengajuan banding sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini tidak menunda kewajiban membayar pajak.
(1) Jika pengajuan keberatan atau permohonan banding dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.
(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKPDLB.
(3) Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
(4) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan banding, sanksi administratif berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan.
(5) Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.
Pasal 29 Pasal 29 Apabila pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pasal 27 peraturan Daerah ini atau Banding sebagaimana dimaksud pasal 28 Peraturan Daerah ini dikabulkan sebagian atau seluruhnya,kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.
(1) SKPDKB sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat (1) huruf a diterbitkan : a.
pabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak dibayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga atas kurang bayar sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang bayar atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.
b. pabila SPTPD tidak disampaikan dalan jangka waktu yang ditentukan dan ditegur secara tertulis,dikenakan sanksi administtrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
terutangnya pajak. c.
pabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara jabatan dan dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak ditambah sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak kurang bayar atau yang terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan sejak saat terutangnya pajak.
(2) SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat (1) huruf b diterbitkan apabila ditemukan data baru atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang akan dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
(3) SKPDN sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat (1) huruf c diterbitkan apabila jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
(4) Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB dan SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat (1) huruf a dan b tidak atau tidak sepenuhnya dibayar dalam jangka waktu yang telah ditentukan, ditagih dengan menerbitkan STPD di tambah sanksi Administratif berupa bunga 2% (dua persen) sebulan.
(5) Penambahan jumlah pajak yang terutang sebagaimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
dimaksud pada ayat (2) tidak dikenakan apabila Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.
Pasal 30 Pasal 30 (1) Wajib pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak kepada Bupati atau pejabat secara tertulis dengan menyebutkan sekurang-kurangnya a. nama dan alamat wajib pajak; b. masa pajak; c. besarnya kelebihan pembayaran pajak; d. alasan yang jelas.
(2) Bupati atau pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini harus memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini di lampaui, Bupati atau pejabat tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus diterbitkan dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan.
(4) Apabila wajib pajak mempunyai utang pajak lainnya, kelebihan penbayaran pajak sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang pajak dimaksud.
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan dalam waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkan SKPDLB dengan menerbitkan surat perintah membayar kelebihan pajak (SPMKP).
(1) Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya, Pejabat dapat membetulkan SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
(2) Bupati dapat : a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administratif
berupa bunga, denda, dan kenaikan pajak yang terutang menurut peraturan perundangundangan perpajakan daerah, dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya;
b. mengurangkan atau membatalkan SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB yang tidak benar;
c. mengurangkan atau membatalkan STPD; d. membatalkan hasil pemeriksaan atau ketetapan pajak
yang dilaksanakan atau diterbitkan tidak sesuai dengan tata cara yang ditentukan; dan
e. mengurangkan ketetapan pajak terutang berdasarkan pertimbangan kemampuan membayar Wajib Pajak atau kondisi tertentu objek pajak.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengurangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah lewat waktu 2 (dua) bulan sejak diterbitkanya SKPDLB, Bupati atau pejabat memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas kelambatam pembayaran kelebihan pajak.
atau penghapusan sanksi administratif dan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 31 Pasal 31 Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan utang pajak lain sebagaimana dimaksud pasal 30 ayat (4) peraturan daerah ini,pembayaran dilakukan dengan cara pemindah bukuan dan bukti pemindah bukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pambayaran pajak kepada Bupati atau Pejabat secara tertulis dengan menyebutkan sekurang-kurangnya : a. nama dan alamat wajib pajak; b. masa pajak; c. besarnya kelebihan pembayaran pajak; d. alasan yang jelas.
(2) Bupati dalam waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini harus memberikan Keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaiman dimaksud pada ayat (2) telah dilampui dan Bupati tidak memberikan suatu putusan, permohonan pengembalian kelebiham pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.
(4) Apabila Wajib Pajak mempunyai utang pajak kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang pajak tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB.
(6) Jika pengembalian kelebihan pajak dilakukan setelah lewat 2 (dua) bulan Bupati atau Pejabat memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran pajak.
(7) Tata cara pengembalian pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 32 Pasal 32 (1) Hak untuk melakukan penagihan pajak, kadaluarsa setelah
melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terhutangnya pajak, kecuali apabila wajib pajak melakukan tindakan pidana di bidang perpajakan daerah.
(2) Kadaluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini tertangguh apabila: a. diterbitkan surat teguran dan surat paksa,atau ; b. ada pengakuan utang pajak dari wajib pajak baik
langsung maupun tidak langsung.
Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan utang pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (4) Peraturan Daerah ini, pembayaran dilakukan dengan cara pemindah bukuan dan bukti pemindah bukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.
Pasal 33 Pasal 33 (1) Wajib pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan
atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak yang terutang.
(2) Wajib pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau
(1) Wajib Pajak yang melakukan usaha dengan omzet paling sedikit Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) per tahun wajib menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan.
(2) Kriteria Wajib Pajak dan penentuan besaran omzet serta tata cara pembukuan atau pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (tahun) bulan dan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak yang terutang.
Pasal 34 Pasal 34 Tindak pidana sebagaimana dimaksud pasal 33 Peraturan Daerah ini tidak dituntut setelah melampaui jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa pajak atau berakhirnya Bagian Tahun Pajak atau berakhirnya Tahun Pajak.
(1) Hak untuk melakukan penagihan pajak menjadi kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak kecuali apabila Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan daerah.
(2) Kedaluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila : a diterbitkan Surat Teguran dan/atau Surat Paksa atau; b ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik
langsung maupun tidak langsung. (3) Dalam hal ini diterbitkan Surat Teguran dan/atau Surat
Paksa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kadaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal penyampaian Surat Paksa tersebut.
(4) Pengakuan utang Pajak secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Pajak dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Pajak dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
(5) Pengakuan utang secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh wajib pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Pasal 35 Pasal 35 (1) Pejabat pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan
pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah.
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah: a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti
keterangan atau laporan berkenan dengan tindak pidana dibidang perpajakan Daerah atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tetntang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan daerah tersebut;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang perpajakan daerah;
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah;
g. menyuruh berhenti melarang seseorang meninggalkan
(1) Piutang pajak yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Bupati menetapkan keputusan penghapusan piutang pajak yang sudah kadaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Tata cara penghapusan piutang pajak yang sudah kadaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud huruf e ayat ini;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan daerah;
i. memanggil orang untuk didengar keteranganya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum, sesuai dengan ketentuan yang diataur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
Pasal 36 Pasal 36 Hal-hal yang belum diataur dalam peraturan daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaanya akan diataur lebih lanjut oleh Bupati.
Instansi yang melaksanakan pemungutan Pajak Parkir dapat diberikan insentif sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 37 Pasal 37 Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
(1) Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan atau pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga terhadap tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati untuk membantu dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah: a. pejabat atau tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi
atau saksi ahli dalam sidang pengadilan; b. pejabat atau tenaga ahli yang ditetapkan oleh Bupati
untuk memberikan keterangan kepada pejabat lembaga negara atau instansi Pemerintah yang berwenang melakukan pemeriksaan dalam bidang keuangan daerah.
(4) Untuk kepentingan Daerah, Bupati berwenang memberi izin tertulis kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2), agar memberikan keterangan, memperlihatkan bukti tertulis dari atau tentang Wajib Pajak kepada pihak yang ditunjuk.
(5) Untuk kepentingan pemeriksaan di pengadilan dalam perkara pidana atau perdata, atas permintaan hakim sesuai dengan Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata, Bupati dapat memberi izin tertulis kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2), untuk memberikan dan memperlihatkan bukti tertulis dan keterangan wajib pajak yang ada padanya.
(6) Permintaan hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
harus menyebutkan nama tersangka atau nama tergugat, keterangan yang diminta, serta kaitan antara perkara pidana atau perdata yang bersangkutan dengan keterangan yang diminta.
Pasal 38 (1) Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak
menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dipidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dipidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 39 Tindak pidana di bidang perpajakan daerah tidak dituntut
setelah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak atau berakhirnya Bagian Tahun Pajak atau berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.
Pasal 40 (1) Pejabat atau Tenaga Ahli yang ditunjuk oleh Bupati yang
karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) dan ayat (2) dipidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pejabat atau Tenaga Ahli yang ditunjuk oleh Bupati yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) dan ayat (2) dipidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yang kerahasiaannya dilanggar.
(4) Tuntutan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sesuai dengan sifatnya adalah menyangkut kepentingan pribadi seseorang atau Badan selaku Wajib Pajak, karena itu dijadikan tindak pidana pengaduan.
Pasal 41 (1) PPNS tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi
wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti
keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan Daerah dan Retribusi;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi;
d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan Daerah dan Retribusi;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan/atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Sumber: DPPKAD Karanganyar
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Pasal 42 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini
sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur dengan oleh Bupati.
Pasal 43 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan
Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 19 Tahun 2001 tentang Pajak Parkir (Lembaran Daerah Kabupaten Karanganyar Tahun 2001 Nomor 88 Seri A.1) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 44 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2011.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Dari tabel II.1 di atas dapat diketahui perbedaan antara kedua Perda
yaitu mengenai jumlah pasal dan penjelasan pasal. Dalam Perda Nomor
13 Tahun 2010 penjelasan per pasal lebih jelas sehingga memudahkan
orang atau para calon wajib pajak memahami apa dan bagaimana pajak
parkir itu. Untuk mengetahui pengaruh perubahan Perda terhadap jumlah
wajib pajak, berikut disajikan tabel tentang jumlah wajib pajak parkir di
Kabupaten Karanganyar antara tahun 2010 dengan tahun 2011.
Tabel II.2
Wajib Pajak Parkir di Kabupaten Karanganyar
Tahun 2010
No Nama Wajib Pajak Alamat 1 Penitipan Atmo Sumarto Barat Pasar Jungke 2 Penitipan Padmo Yulianto Jungke 3 Penitipan Sutaryono Bejen 4 Penitipan Rosalia Jaten 5 Penitipan Sunardi Depan Pasar Jungke 6 Penitipan Sudar Selatan Pasar Jungke 7 Penitipan Rukini Kebak 8 Penitipan Daliyo Utara Terminal Palur 9 Penitipan Umar Selatan Terminal Palur 10 Penitipan Sutarto Utara Polsek Palur 11 Penitipan RS PKU Muhammadiyah/Bapak.
Samsu Papahan
12 Penitipan Giyatno Karangpandan 13 Parkir Tamansari Colomadu 14 Parkir Samsat Karanganyar 15 Parkir Kolam Renang Intanpari Gaum, Tasikamdu 16 Parkir Mall Luwes Jaten 17 Parkir RM Amanah Karangpandan 18 Parkir RSU PKU Muhammadiyah Papahan 19 Parkir Makam Giri Bangun Giri Bangun, Matesih 20 Parkir SFA Toserba Padangan 21 Parkir Mitra Toserba Karanganyar 22 Parkir Primkopol Jl Lawu Karanganyar 23 Parkir BRI Karanganyar 24 Parkir BPN Karanganyar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
25 Parkir PPT Tawangmangu Tawangamngu 26 Parkir Parang Ijo Ngargoyoso 27 Parkir Sondokoro Tasikmadu 28 Parkir Lor In Colomadu 29 Parkir RSUD Karanganyar Karanganyar
Sumber: DPPKAD Karanganyar
Tabel II.3
Wajib Pajak Parkir di Kabupaten Karanganyar
Tahun 2011
No Nama Wajib Pajak Alamat 1 Penitipan Atmo Sumarto Barat Pasar Jungke 2 Penitipan Padmo Yulianto Jungke 3 Penitipan Sutaryono Bejen 4 Penitipan Rosalia Jaten 5 Penitipan Sunardi Depan Pasar Jungke 6 Penitipan Sudar Selatan Pasar Jungke 7 Penitipan Rukini Kebak 8 Penitipan Daliyo Utara Terminal Palur 9 Penitipan Umar Selatan Terminal Palur 10 Penitipan Sutarto Utara Polsek Palur 11 Penitipan RS PKU Muhammadiyah/Bapak
Samsu Papahan
12 Penitipan Giyatno Karangpandan 13 Parkir Tamansari Colomadu 14 Parkir Samsat Karanganyar 15 Parkir Kolam Renang Intanpari Gaum, Tasikamdu 16 Parkir Mall Luwes Jaten 17 Parkir RM Amanah Karangpandan 18 Parkir RSU PKU Muhammadiyah/Ibu Papahan 19 Parkir Makam Giri Bangun Giri Bangun, Matesih 20 Parkir SFA Toserba Padangan 21 Parkir Mitra Toserba Karanganyar 22 Parkir Primkopol Jl Lawu Karanganyar 23 Parkir BRI Karanganyar 24 Parkir BPN Karanganyar 25 Parkir PPT Tawangmangu Tawangamngu 26 Parkir Parang Ijo Ngargoyoso 27 Parkir Sondokoro Tasikmadu 28 Parkir Lor In Colomadu 29 Parkir RSUD Karanganyar Karanganyar 30 Parkir Palur Plaza Palur
Sumber: DPPKAD Karanganyar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Perubahan antara Perda Nomor 19 Tahun 2001 dengan Perda Nomor
13 Tahun 2010 tidak begitu berpengaruh terhadap wajib pajak. Antara
tahun 2010 dengan tahun 2011 jumlah wajib pajak hanya bertambah 1
(satu) saja. Hal ini dikarenakan kurangnya sosialisasi dari Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah sehingga belum
banyak wajib pajak yang mau mendaftarkan objek pajaknya.
2. Kesesuaian Perda Nomor 13 Tahun 2010 Terhadap Praktik
Pelaksanaan Pemungutan Pajak Parkir di Kabupaten Karanganyar
a. Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Parkir Menurut Peraturan
Daerah
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor
13 Tahun 2010 tentang Pajak Parkir, pajak terutang dalam masa
pajak terjadi pada saat pembayaran. Masa pajak untuk pajak parkir
adalah 1 (satu) bulan kalender atau paling lama 3 (tiga) bulan
kalender yang menjadi dasar Wajib Pajak untuk menghitung,
menyetor dan melaporkan pajak terutang. Pelaksanaan pemungutan
pajak parkir di Kabupaten Karanganyar berdasarkan Peraturan
Daerah adalah sebagai berikut:
1) Wajib pajak datang ke Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Karanganyar untuk
mendaftar dan melaporkan objek pajaknya. Wajib pajak mengisi
formulir pendaftaran sesuai objek pajak yang dimiliki dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
`jelas, benar, dan lengkap serta ditanda tangani oleh wajib pajak
atau kuasanya. Petugas meneliti/memverifikasi dan mencatat ke
dalam kartu data serta menerbitkan SPTPD yang kemudian
disampaikan kepada Bupati.
2) Berdasarkan SPTPD tersebut, kemudian menetapkan besarnya
pajak yang terutang dengan menerbitkan SKPD. Setelah wajib
pajak menerima SKPD, kemudian wajib pajak membayarkan
pajak berdasarkan SKPD pada waktu yang telah ditentukan dan
memperoleh SSPD sebagai bukti pembayaran.
3) Apabila dalam SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai
akibat salah tulis maupun salah hitung dan pajak dalam tahun
berjalan tidak atau kurang dibayar setelah jangka waktu 30 (tiga
puluh) hari sejak SKPD diterima, Bupati menerbitkan STPD dan
wajib pajak akan dikenakan sanksi berupa denda administratif
sebesar 2% (dua persen) setiap bulan.
4) Surat Teguran atau Surat Peringatan lain yang sejenis sebagai
awal tindakan pelaksaan penagihan pajak dikeluarkan 7 (tujuh)
hari sejak saat jatuh tempo pembayaran. Dalam jangka waktu 7
(tujuh) hari setelah Surat Teguran atau Surat Peringatan lain
yang sejenis, wajib pajak harus melunasi pajak yang terutang.
5) Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi
dalam jangka waktu yang telah ditentukan dalam Surat Teguran
atau Surat Peringatan lain yang sejenis, jumlah pajak yang harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
dibayar ditagih dengan Surat Paksa. Surat Paksa diterbitkan
setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal Surat
Teguran atau Surat Peringatan lain yang sejenis.
6) Setelah Surat Paksa diterbitkan dan wajib pajak tidak melunasi
pajak yang terutang dalam jangka waktu 2 x 24 jam, maka
Pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan
Penyitaan.
7) Apabila setelah dilakukan penyitaan dan wajib pajak belum juga
melunasi hutang pajaknya setelah jangka waktu 10 (sepuluh
hari) sejak tanggal pelaksaan Surat Perintah Melaksanakan
Penyitaan, Pejabat mengajukan permintaan penetapan tanggal
pelelangan kepada Kantor Lelang Negara.
8) Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam,
dan tempat pelaksanaan lelang, Juru Sita segera
memberitahukan secara tertulis kepada wajib pajak.
b. Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Parkir di Lapangan
Pelaksaan pemungutan pajak parkir di Kabupaten Karanganyar
menurut praktek atau lapangan yaitu:
1) Petugas dari Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah mendatangi Wajib Pajak untuk mendata dan
mendaftar objek pajak yang ada di wilayah Kabupaten
Karanganyar. Kegiatan pendataan dan pendaftaran dilakukan
dengan pengisian formulir berupa SPTPD oleh Wajib Pajak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
dengan jelas, lengkap, dan benar serta ditanda tangani oleh
Wajib Pajak atau kuasanya.
2) Petugas kemudian kembali ke Kantor Dinas Pendapatan
Pengelolaan dan Aset Daerah untuk memproses dan merinci
data Wajib Pajak.
3) SPTPD disampaikan kepada Bupati selambat-lambatnya 15
(lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak. Semua data
yang diperoleh dari SPTPD dicatat dalam berkas dan digunakan
untuk memperhitungkan dan menetapkan besarnya pajak yang
terutang dengan menerbitkan SKPD. Besarnya pajak parkir
terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar
pengenaannya.
4) Dalam pembayaran pajak, Wajib Pajak tidak tepat waktu dalam
membayar pajak yang terutang sehingga petugas dari Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang harus
mendatangi dan menagih ke tempat Wajib Pajak yang
bersangkutan. Setelah pembayaran dilakukan kemudian Wajib
Pajak memperoleh SSPD sebagai bukti pembayaran.
5) Sanksi pembayaran dalam pelaksanaan di lapangan tidak pernah
dikenakan walaupun STPD tetap diterbitkan. Petugas melakukan
pendekatan kepada wajib pajak dengan memberikan tenggang
waktu atau kelonggaran dalam pelunasan pajak yang terutang.
Dengan cara ini diharapkan wajib pajak leluasa dalam melunasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
hutang pajaknya. Apabila sanksi administratif tetap dilakukan
dikhawatirkan wajib pajak tidak mau membayar pajaknya,
sehingga penerimaan pendapatan dari pajak parkir akan
berkurang dan mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD).
c. Dokumen atau formulir yang digunakan dalam pelaksanaan
pemungutan pajak parkir:
1) Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) adalah surat yang
digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan penghitungan
dan pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak,
dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang–undangan perpajakan daerah.
2) Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) adalah surat ketetapan
pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak yang
terutang.
3) Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) adalah bukti pembayaran
atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan
menggunakan formulir atau yang telah dilakukan dengan cara
lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk
oleh Bupati.
4) Surat Tagihan Pajak (STPD) adalah surat untuk melakukan
tagihan pajak dan/atau sanksi administratif berupa bunga
dan/atau denda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
5) Surat Perintah adalah surat yang diberikan kepada wajib pajak
dari Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Kabupaten Karanganyar
6) Surat Teguran adalah surat yang diberikan kepada wajib pajak
atas keterlambatan pembayaran pajak.
7) Surat Paksa adalah surat perintah membayar hutang dan biaya
penagihan pajak.
8) Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan adalah surat terakhir
yang diberikan wajib pajak yang berisi tentang perintah
penyitaan akibat mengabaikan surat teguran dan surat paksa.
d. Perbandingan Antara Pemungutan Pajak Parkir Menurut Perda
dengan Praktik Lapangan
Berdasarkan informasi dan data yang diperoleh, dapat diketahui
hasil evaluasi yaitu sebagai berikut:
1. Menurut Peraturan Daerah dalam kegiatan pendataan dan
pendaftaran, wajib pajak datang ke Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah untuk mengisi formulir
pendaftaran, namun dalam pelaksanaannya petugas dari Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang harus
mendatangi para wajib pajak.
2. Dalam Peraturan Daerah sistem pemungutan pajak yang
digunakan adalah Self Assesment System yaitu wajib pajak yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
dituntut lebih aktif, namun dalam pelaksanaannya sistem yang
digunakan adalah Official Assesment System.
3. Dalam pembayaran pajak, wajib pajak tidak datang sendiri ke
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah,
melainkan petugas dari Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah yang mendatangi para wajib pajak
untuk menagih pajak yang terutang.
4. Dalam pelaksanaan pemungutan di lapangan, sanksi administrasi
tidak benar-benar dikenakan. Petugas Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah lebih memilih dengan
cara melakukan pendekatan kepada wajib pajak dengan
memberikan tenggang waktu pelunasan pajak yang terutang.
Dari hasil evaluasi di atas dapat disimpulkan bahwa di Kabupaten
Karanganyar pelaksanaan pemungutan pajak parkir di lapangan belum
sesuai dengan Peraturan Daerah yang berlaku. Hal ini dikarenakan
adanya ketentuan dalam Peraturan Daerah yang tidak dilakukan di
lapangan.
3. Dampak Perubahan Perda Nomor 19 Tahun 2001 dengan Perda
Nomor 13 Tahun 2010 Terhadap Penerimaan Pajak Parkir di
Kabupaten Karanganyar
Pelaksanaan Perda Nomor 19 Tahun 2001 berakhir pada akhir tahun
2010 dan awal tahun 2011 sudah menggunakan Perda yang baru yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Perda Nomor 13 Tahun 2010. Dengan perubahan Perda tersebut antara
tahun 2010 dengan tahun 2011 terjadi pertambahan jumlah wajib pajak
dan hal tersebut akan berdampak pada penerimaan pajak parkir
khususnya penerimaan pajak per bulan. Untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh dari perubahan Perda tersebut, berikut disajikan tabel
mengenai target dan realisasi penerimaan pajak parkir di Kabupaten
Karanganyar Tahun Anggaran 2010.
Tabel II.4
Target Penerimaan Pajak Parkir di Kabupaten Karanganyar
Tahun 2010 (per bulan)
Bulan Target (a) Realisasi
Penerimaan (b)
Persentase
(b/a x 100%)
Januari 2.116.250 - -
Pebruari 2.116.250 4.036.500 190,74%
Maret 2.116.250 3.175.688 150,06%
April 2.116.250 3.557.000 168,08%
Mei 2.116.250 5.525.800 261,11%
Juni 2.116.250 4.739.500 223,96%
Juli 2.116.250 3.668.000 173,33%
Agustus 2.116.250 2.875.800 135,89%
September 2.297.250 4.671.500 203,35%
Oktober 2.297.250 2.724.800 118,61%
November 2.297.250 4.355.600 189,60%
Desember 2.297.250 1.313.100 57,16%
Sumber: DPPKAD Karanganyar
Dari tabel II.4 di atas dapat diketahui bahwa realisasi penerimaan
pajak parkir mengalami peningkatan dan melebihi target pada bulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Pebruari sampai bulan November. Namun pada bulan Desember realisasi
penerimaan tidak dapat memenuhi target yang telah ditetapkan. Dalam
Tahun Anggaran 2010 pada bulan Januari sampai bulan Agustus target
yang ditetapkan yaitu sebesar Rp 2.116.250,- sedangkan pada bulan
September sampai bulan Desember target yang ditetapkan sebesar Rp
2.297.250,-. Terjadi peningkatan target karena memang ada perubahan
target dari pusat, dan pada bulan-bulan sebelumnya realisasi penerimaan
selalu melebihi target sehingga Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah menaikkan jumlah target anggaran.
Pada bulan Januari sampai bulan Agustus target yang ditetapkan
yaitu Rp 2.116.250,- namun pada bulan Januari tidak ada penerimaan
atau terjadi tunggakan pajak sehingga penerimaan pada bulan Pebruari
jauh melebihi target yaitu dengan persentase sebesar 190,74%. Pada
bulan Maret persentase penerimaan turun tetapi masih melebihi target
yaitu sebesar 150,06%. Pada bulan April naik menjadi 168,08%, dan di
bulan Mei dan Juni jumlah persentase sangat jauh melebihi target yaitu
sebesar 261,11% dan 223,96%. Pada bulan Juli persentase turun menjadi
173,33% dan pada bulan Agustus persentase penerimaan turun lagi yaitu
sebesar 135,89%.
Pada bulan September sampai bulan Desember target yang
ditetapkan yaitu sebesar Rp 2.297.250,-. Realisasi penerimaan pajak
parkir pada bulan September sampai bulan November selalu melebihi
target. Pada bulan September persentase penerimaan yaitu sebesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
203,35%, pada bulan Oktober turun menjadi 118,61%. Pada bulan
November naik lagi menjadi 189,60% dan pada bulan Desember realisasi
penerimaan pajak parkir tidak dapat memenuhi target yang telah
ditetapkan yaitu hanya dengan persentase sebesar 57,16% karena omzet
berkurang dan berkurangnya omzet antara lain yaitu berkurangnya
pengunjung, adanya pesaing baru dan ketidak sadaran akan pajak.
Pada tahun 2011 Perda Nomor 13 Tahun 2010 mulai berlaku yaitu
sebagai pedoman dalam pemungutan pajak parkir. Untuk mengetahui
tingkat efektifitas pemungutan pajak parkir antara Perda Nomor 19
Tahun 2001 dengan Perda Nomor 13 Tahun 2010, berikut disajikan tabel
mengenai perbandingan target dan realisasi penerimaan pajak parkir di
Kabupaten Karanganyar tahun anggaran 2010 s/d 2011 pada bulan
Januari sampai bulan April.
Tabel II.5
Perbandingan Target Penerimaan Pajak Parkir di Kabupaten Karanganyar
Tahun Anggaran 2010 s/d 2011 (per bulan)
Bulan Target (a) Realisasi
Penerimaan (b)
Persentase
(b/a x 100%)
Tahun
2010
Tahun
2011
Tahun
2010
Tahun
2011
Tahun
2010
Tahun
2011
Tahun
2010
Tahun
2011
Januari Januari 2.116.250 2.416.667 - 8.348.400 - 345,45%
Pebruari Pebruari 2.116.250 2.416.667 4.036.500 3.877.300 190,74% 160,44%
Maret Maret 2.116.250 2.416.667 3.175.688 6.077.800 150,06% 251,49%
April April 2.116.250 2.416.667 3.557.000 9.027.100 168,08% 373,54%
Sumber: DPPKAD Karanganyar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Dari tabel II.5 di atas dapat diketahui bahwa perbedaan target yang
ditetapkan sangat jelas terlihat yaitu sebesar Rp 2.116.250,- dengan Rp
2.416.667,-. Begitu pula dengan realisasi penerimaannya, pada bulan
Januari tahun 2010 tidak ada penerimaan atau terjadi penunggakan pajak.
Namun pada bulan Pebruari hingga bulan April realisasi penerimaan
dapat memenuhi target yang telah ditetapkan yaitu sebesar Rp
4.036.500,-, Rp 3.175.688,-, dan Rp 3.557.000,- dengan persentase
sebesar 190,74%, 150,06%, dan 168,08%.
Pada bulan Januari sampai bulan April tahun 2011 realisasi
penerimaan pajak parkir jauh melebihi target yang telah ditetapkan yaitu
sebesar Rp 8.348.400,-, Rp 3.877.300,-, Rp 6.077.800,-, dan
Rp9.027.100,- dengan persentase sebesar 345,45%, 160,44%, 251,49%,
dan 373,54%. Dengan demikian berlakunya Perda Nomor 13 Tahun 2010
sangat berpengaruh terhadap penerimaan pajak parkir, jadi dalam tahun
2011 pemungutan pajak parkir sudah efektif untuk meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah karena realisasi penerimaan pajak per bulan
selalu meningkat jauh melebihi target anggaran yang telah ditetapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
BAB III
TEMUAN
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD)
Kabupaten Karanganyar adalah instansi yang bertanggung jawab dalam hal
pendataan, penetapan, pembukuan, pemungutan dan penerimaan serta penagihan
pajak salah satunya pada pajak parkir. Berdasarkan analisis dan pembahasan yang
telah dilakukan, penulis mengemukakan beberapa kelebihan dan kelemahan antara
lain:
A. Kelebihan
1. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Karanganyar selalu meningkatkan jumlah target penerimaan pajak parkir
yang akan dicapai.
2. Pemungutan pajak parkir dengan acuan Perda Nomor 13 Tahun 2010
sudah efektif dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
3. Sistem pemungutan pajak parkir yang dilaksanakan cukup efektif karena
petugas yang lebih berperan aktif, sehingga mampu memenuhi target
realisasi pajak parkir yang telah ditentukan oleh Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Karanganyar.
4. Penerimaan pajak parkir pada akhir tahun 2010 sempat mengalami
penurunan, namun pada awal tahun 2011 mengalami peningkatan yang
cukup tajam.
B. Kelemahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
1. Dengan dibukanya lapangan usaha baru namun masih ada Wajib Pajak
yang belum mendaftarkan objek pajak parkir, hal itu dikarenakan
kurangnya sosialisasi dari Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Kabupaten Karanganyar.
2. Masih rendahnya kesadaran Wajib Pajak dalam membayar pajak dan
pembayaran pajak tidak tepat waktu, sehingga petugas dari Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang harus
mendatangi Wajib Pajak yang bersangkutan dan menagih pajak yang
terutang.
3. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah belum
menindak lanjuti secara tegas bagi para Wajib Pajak yang telat
membayar dan melakukan penunggakan pajak karena tidak adanya
sanksi/denda bagi mereka, dan hal itu mengakibatkan masyarakat kurang
peduli dengan pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
BAB IV
PENUTUP
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah disampaikan pada bab
sebelumnya yang berhubungan dengan perbandingan Peratuan Daerah tentang
pajak parkir dan dampak terhadap penerimaan pajak parkir di Kabupaten
Karanganyar, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
A. Simpulan
1. Dalam Perda Nomor 19 Tahun 2001 terdiri dari 37 pasal sedangkan dalam
Perda Nomor 13 Tahun 2010 terdiri dari 44 pasal. Perubahan yang terjadi
antara kedua Perda tersebut yaitu pada pasal 1 sampai dengan pasal 15
dan pasal 25 sampai dengan pasal 44. Pada pasal 16 sampai pasal 24
tidak terjadi perubahan antara Perda Nomor 19 Tahun 2001 dengan Perda
Nomor 13 Tahun 2010.
2. Pajak Parkir merupakan salah satu sumber penerimaan daerah di
Kabupaten Karanganyar yang pelaksanaannya dikelola oleh Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang sistem
pemungutan pajak di lapangan atau praktiknya berbeda dengan Peraturan
Daerah Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pajak Parkir, karena ada
ketentuan dalam Perda yang tidak dilaksanakan.
3. Berlakunya Perda Nomor 13 Tahun 2010 sangat berpengaruh terhadap
penerimaan pajak parkir, sehingga dalam tahun 2011 pemungutan pajak
parkir sudah efektif untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah karena
realisasi penerimaan pajak per bulan selalu meningkat jauh melebihi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
target anggaran yang telah ditetapkan yaitu pada bulan Januari sampai
bulan April persentase penerimaan pajak parkir sebesar 345,45%,
160,44%, 251,49%, dan 373,54%.
4. Kendala yang dihadapi dalam sistem pemungutan pajak parkir yaitu
petugas dari Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
yang harus mendatangi para Wajib Pajak untuk melakukan pendataan
dan menagih pajak yang terutang karena kurangnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya pajak dalam meningkatkan Pendapatn Asli
Daerah Kabupaten Karanganyar.
B. Rekomendasi
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka penulis dapat
memberikan rekomendasi sebagai berikut:
1. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah harus lebih
mensosialisasikan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pajak
Parkir agar para Wajib Pajak mengetahui apa dan bagaimana prosedur-
prosedur pemungutan pajak parkir. Dalam Perda tersebut penjelasan per
pasal lebih jelas sehingga akan memudahkan Wajib Pajak untuk
memahaminya. Dengan hal tersebut dimungkinkan para Wajib Pajak
dapat mendaftarkan objek pajaknya dan Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah tidak perlu menugaskan petugas untuk
mendata Wajib Pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
2. Selain sosialisasi tentang Perda, Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah perlu melakukan sosialisasi tentang pajak agar Wajib
Pajak yang melakukan penunggakan pajak tahu pentingnya pajak dan
menjadi peduli dengan pajak sehingga penunggakan pajak tidak lagi
terjadi.
3. Memberikan sanksi yang tegas bagi para Wajib Pajak yang terlambat
membayar pajak yang terutang yaitu dengan memberlakukan sanksi
administratif sebesar 2% (dua persen) menurut Perda yang berlaku.
4. Untuk menindaklanjuti para Wajib Pajak yang sering melakukan
penunggakan pajak, pihak Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah dapat memperbaharui Peraturan Daerah yaitu mengenai
sanksi administratif. Sanksi administratif yang dikenakan terlalu kecil
yaitu sebesar 2% (dua persen) dari pajak yang terutang, hal itu membuat
Wajib Pajak meremehkan sanksi tersebut sehingga banyak Wajib Pajak
yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya untuk membayar
pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Zaenal dan S. Arman Tasai. 2000. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademi Pressindo.
Bartakusumah, Deddy Supriady dan Dadang Solihin. 2001. Otonomi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ilyas, Wirawan B dan Richard Burton. 2007. Hukum Pajak. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat.
Ketut. 2009. Statistika, Demografi, Teknologi, Informasi dan Bisnis Online. Bali: Badan Penelitian Pusat Statistik.
Mardiasmo. 2008. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 19 Tahun 2001 Tentang Pajak Parkir.
Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Pajak Parkir.
Prakosa, Kesit Bambang. 2003. Pajak dan Retribusi Daerah. Yogyakarta: UII Press.
Rampan, Korrie Layun. 2000. Angkatan 2000 dalm Sastra Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Suandy, Early. 2008. Hukum Pajak. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat.
Syafiqurrahman, Muhammad dan Nur Haryani. 2007. Praktik Pajak Daerah, PBB dan BM. UNS Press.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Waluyo. 2007. Perpajakan Indonesia. Edisi Ketujuh. Jakarta: Salemba Empat.