Deti Dewantisari_030_Kimia Medisinal 1
-
Upload
sheila-pratiwi -
Category
Documents
-
view
61 -
download
9
description
Transcript of Deti Dewantisari_030_Kimia Medisinal 1
LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA MEDISINAL
SEMESTER GANJIL 2015 – 2016
PENENTUAN KOEFISIEN PARTISI MINYAK/ AIR
ASAM SALISILAT
Hari / Jam Praktikum : Selasa, 13.00-16-00
TanggalPraktikum : 15 September 2015
Kelompok : 8
Asisten : Sheila Pratiwi
Theresia Ratnadhevi
DETI DEWANTISARI
260110150030
LABORATORIUM KIMIA MEDISINAL
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015
PENENTUAN KOEFISIEN PARTISI MINYAK / AIR ASAM SALISILAT
I. Tujuan
Menentukan koefisien partisi asam salisilat dengan metode pengecualian
II. Prinsip
1. Titrasi asam basa
Titrasi adalah metode analisis kuantitatif untuk menentukan kadar suatu
larutan (sutresna,2006 )
2. Koefisien partisi
Koefisien partisi adalah distibusi kestimbangan dari analit antara fasa
sampel dan fasa
gas, dan kesetimbangan dari perbandingan kadar zat dalam dua fase (
Alfred, 1983 )
III. Reaksi
1.
2.
3. C6H7OH + (C2H5)2O (C6H7)2O + (C2H5)(OH)2
IV. Teori Dasar
Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara pasti.
Larutan baku biasanya ditempatkan pada buret, yang berfungsi sebagai alat ukur
volume dari larutan baku. Larutan baku terbagi 2 jenis yaitu larutan baku primer
dan baku sekunder.Larutan baku dibuat dengan penimbangan zat lalu melarutkan
zat tersebut dalam air. Larutan yang dibuat dari zat harus memenuhi syarat –
syarat tertentu sehingga dapat disebut larutan baku, syarat tersebut adalah
1. Memiliki tingkat kemurnian yang tinggi;
2. kering, tidak terpengaruh oleh udara/lingkungan(zat tersebut stabil)
3. Mudah larut didalam air
4. Mempunyai massa ekivalen yang tinggi.
Zat yang dapat dibuat sekaligus digunakan sebagai larutan baku primer
adalah asam oksalat {C2H2O4 2H2O), Boraks(Na2B4O710 H2O), asam
benzoat C6H5COOH) (Chang, 2005).
Larutan baku sekunder adalah larutan yang konsentrasinya akan dicari.
Penentuan konsentrasi suatu larutan ini disebut dengan pembakuan.
Pembakuan dilakukan dengan proses titrasi asam basa karena asam oksalat
yang menjadi larutan baku primer merupakan asam lemah sedangkan
NaOH yang akan dicari konsentrasinya atau yang disebut larutan baku
sekunder merupakan basa kuat.(Chang, 2005).
Titrasi merupakan penambahan secara cermat volume suatu larutan yang
mengandung zat a yang belum diketahui konsentrainya, dengan larutan b yang
konsentrasinya telah diketahui lebih dulu.(Chang, 2005). Didalam titrasi batas
akhir dilakukannya titrasi adalah sampai perubahan warna terjadi yang dinamakan
titik akhir titrasi. Perubahan warna yang terjadi disebabkan oleh penambahan
indikator pada larutan baku sekunder yang akan dicari konsentrasinya. Indikator
pada titrasi asam lemah dengan basa kuat umumnya menggunakan indikator
fenolftalein karena fenolftalein mempunyai pH rentang 8-10, dan akan berubah
warna menjadi merah muda ketika dilarutkan kedalam asam.
Dalam menghitung konsentrasi NaOH dengan titrasi digunakan konsep
stoikiometri atau penghitungan . Kelarutan adalah dapatnya sejumlah zat terlarut (
solute ) larut dalam pelarut spesifik dibawah kondisi yang diberikan (satyajid,
2007). Kelarutan suatu molekul dapat dijelaskan berdasarkan polaritas
molekulnya. Bahan dengan polaritas yang sama akan terlarut kedalam bagian
yang lainnya. Pelarut polar memiliki muatan parsial yang berinteraksi dengan
muatan parsial pada senyawa polar,pelarut polar tidak dapat berinteraksi dengan
senyawa non polar yang tidak memiliki muatan (satyajid,2007).
Koefisien partisi digunakan sebagai perhitungan kasar untuk
memperkirakan kepolaritasan dari suatu pelarut. Tingkat kepolaritasan suatu
senyawa ditentukan berdasar koefisien partisinya. Dalam istilah layperson ,
koefisien partisi pelarut adalah perbandingan konsentrasi larutan yang berfase
organik dengan konsentrasi larutan yang berfase anorganik (Martin, 1990).
Jika komponen molekul berbeda dalam polaritas, ukuran dan sifat
kimianya, maka keduanya tidak akan bercampur sempurna. Ini merupakan kondisi
penting untuk pelarut ekstraksi. Distribusi pada pasangan yang tidak bercampur
bergantung pada kelarutan pada maisng – masing cairan tersebut (kealey, 2002).
V. Alat dan Bahan
Alat
Buret Corong pisah Gelas kimia Gelas ukur
Labu erlenmeyer Pipet tetes Statif Volume pipet
Bahan
Air
Asam salisilat
Indikator Fenolftalein
NaOH
Etil eter
VI. Prosedur
Percobaan terdiri dari tiga kegiatan : (1) pembakuan NaOH oleh asam oksalat (2)
Titrasi asam salisiat dengan NaoH (3) Titrasi asam salisilat yang ditambah etil eter
oleh NaOH
pembakuan NaOH oleh asam oksalat
Sebelum massa NaOH dihitung, terlebih dulu tara kan neraca kemudian timbang
massa NaOH sebanyak 0,6 gram. Larutkan padatan NaOH yang telah ditimbang
kedalam 150 ml aquades yang telah dipanaskan. Simpan larutan Naoh kedalam
buret, Kemudian siapkan 10 ml asam oksalat 0,1 N didalam labu Erlenmeyer lalu
teteskan indicator penolftalein 3 tetes, lakukan titrasi sampai terjadinya perubahan
warna, amati perubahan volume dari Naoh untuk dapat menentukan nilai
konsentrasinya
Titrasi asam salisiat dengan NaoH
Siapkan larutan NaOH yang telah diketahui konsentrasinya kedalam buret,
timbang asam salisilat sebanyak 1,5 gram, sebelum menimbang terlebih dahulu
tekan start dan tera kan lalu simpan asam salisilat diatas neraca baru setelah itu
timbang asam salisilat tersebut, asam salisilat dilarutkan kedalam aquades. Ambil
dan masukan 15 ml larutan asam salisilat kedalam labu Erlenmeyer yang telah
ditambahkan 20 ml aquades kemudian tambahkan 3 tetes indicator fenolftalein
lakukan titrasi dengan menngamati seberapa banyak volume NaOH yang terpakai,
lalu hitung konsentrasi dari asam salisilat.
Titrasi asam salisilat yang ditambah etil eter oleh NaOH
Menyiapkan 15 ml asam salisilat, 20 ml aquades, 10 ml etil eter campurkan ketiga
larutan kedalam gelas kimia lalu pindahkan larutan tersebut kedalam corong pisah
lalu kocok larutan didalam ruang asam, setelah terbentuk 2 lapisan pisahkan
lapisan bawah kedalam labu Erlenmeyer tambahkan 2 tetes indikator fenolftalein,
masukan larutan NaOH kedalam buret kemudian lakukan titrasi sampai terjadi
perubahan, terakhir hitung volume NaOH yang terpakai untuk menghitung
konsentrasi asam salisilat + etil eter.
VII. Data Pengamatan dan Perhitungan
NO Perlakuan Hasil
1 Menimbang NaOH sebanyak 0,6 gram CO2 hilang dan menguap
NaOH larut semua dalam
air
2 Memanaskan aquades 2 l
3 Melarutkan NaOH kedalam aquades 150 ml lalu
aduk
4 Menimbang asam salisilat 1,5 gram Asam salisilat tidak
semuanya larut dalam
aquades 5
Melarutkan asam salisilat kedalam 150 ml aquades
yang telah dipanaskan
6 Masukan NaOH kedalam buret Terjadi perubahan warna
menjadi merah muda
menandakan titik akhir
titrasi
7 Masukan 10 ml asam oksalat kedalam labu
erlenmeyer
8 Menambahkan 3 tetes indicator fenolftalein &
lakukan titrasi
9 Lihat dan amati perubahan volume
Terjadi perubahan volume,
volume tersebut digunakan
dalam menghitung
konsentrasi NaOH
10 Masukan NaOH kedalam buret Terjadi perubahan warna
menjadi merah muda
menandakan titik akhir
titrasi
11 Masukan 15 ml larutan asam salisilat kedalam
labu Erlenmeyer
12 Tambahkan 20 ml aquades
13 Tambahkan 3 tetes fenolftalein & titrasi
14 Amati perubahan volume
Terjadi perubahan volume,
volume tersebut digunakan
dalam menghitung
konsentrasi Asam salisilat
15 Masukan 15 ml larutan asam salisilat kedalam
corong pemisah
Terjadi perubahan warna
menjadi merah muda
menandakan titik akhir
titrasi
16 Tambahkan 10 ml etil eter dan 20 ml air kedalam
corong pemisah yang berisi larutan asam salisilat
17 Kocok larutan tersebut diruang asam
18 Pisahkan larutan lalu masukan lapisan air (lapisan
bawah) ke labu Erlenmeyer
19 Tambahkan 2 tetes fenolftalein & titrasi
20 Amati perubahan volume
Terjadi perubahan
volume, volume tersebut
digunakan dalam
menghitung konsentrasi
Asam salisilat + etil eter
a. Perhitungan
Pembakuan NaOH
Diketahui :
1. konsentrasi asam oksalat 0,1 N
2. Volume asam oksalat 10 ml
3. Volume Awal NaOH 14,2 ml , volume akhir NaOH 14, 6 ml
=
= 14,4 ml
Maka konsentrasi NaOH adalah :
Va X Ma = Vb X Mb
10 x 0,1 = 14,4 x Mb
Mb = 0,0694 N = 0,7 N
Penentuan konsentrasi asam salisilat
Diketahui :
1. Konsentrasi NaOH 0,07 N
2. Volume salisilat 15 ml
3. Volume aquades 20 ml
4. Volume NaOH yang terpakai 5,3 ml
Maka konsentrasi asam salisilat adalah :
Va X Ma = Vb X Mb
35 X Ma = 5,3 X 0,07
Ma = 0,0106
Penentuan konsentrasi asam salisilat ditambah etil eter
1. Konsentrasi NaOH 0,07 N
2. Volume salisilat 15 ml
3. Volume aquades 20 ml
4. Volume etil eter 10 ml
5. Volume NaOH 1,9 ml
Maka konsentrasinya
Va X Ma = Vb X Mb
45 X Ma = 1,9 X 0,07
Ma = 0,00296
Koefisin partisi =
=
= 2,581081
VIII. Hasil dan Pembahasan
Pada praktikum ini hal pertama yang dilakukan adalah pembakuan NaOH oleh
asam oksalat,asam oksalat digunakan dalam pembakuan NaOH Karena asam
oksalat termasuk kedalam larutan baku primer sehingga konsentrasi asam oksalat
telah diketahui diawal. Asam oksalat dikatakan sebagai larutan baku primer
Karena memiliki berat ekuivalen yang tinggi yaitu sebesar 126, berat ekuivalen ini
yang membuat asam oksalat tidak mudah terpengaruh kemurniannya, dan pada
titrasinya selalu sampai terbentuk garam normalnya.
NaOH mempunyai sifat lembab cair dan dapat menyerap karbondioksida
dari udara secara sontan. NaOH larut didalam air, etanol, methanol walupun
kelarutan NaOH lebih kecil dari KOH. Pembakuan NaOH dilakukan dengan
proses penetralan / titrasi, titrasi yang digunakan titrasi asam – basa, karena NaOH
merupakan basa kuat dan asam oksalat merupakan asam lemah.
Dalam proses titrasi dikenal titer (larutan pentitrasi), titran (larutan yang akan
dititrasi) dan titrat (larutan hasil titrasi). Titer berada di dalam buret dan
penambahannya dilakukan sedikit demi sedikit ke dalam titran yang berada dalam
labu erlenmeyer . Hasil titrasinya disebut titrat. Reaksi penetralan asam – basa ini
menggunakan indikator fenolftalein Karena fenolftalein memiliki warna asam tak
berwarna, rentang PH perubahan warna 8,3-10. Sesuai dengan definisinya bahwa
indikator adalah zat yang memberikan perubahan warna (chang, 2005), perubahan
warna pada fenolftalein terjadi karena struktur ion resonansinnya termasuk bentuk
– bentuk dari kuinoid, serta jumlah ikatan rangkap yang terkonjugasi. Pada titrasi
asam basa titik akhir titrasi dikatakan jika reaksi telah mengalami perubahan
warna, indikator fenolftalein menimbulkan warna merah disebabkan oleh struktur
konjugasi kuinoid, dan dalam suasana yang sangat basa struktur konjugasi kuinoid
berubah menjadi benzoid ( trianion ), yang menyebabkan fenolftalein tidak
berwarna (sukarta, 1999). Perubahan warna fenolftalein disebabkan juga oleh
perubahan jumlah ikatan rangkap yang terkonjugasi. Setelah terjadi perubahan
maka konsentrasi dari NaOH dapat diketahui dengan menghitung nya
menggunakan stoikiometri larutan. Volume NaOH yang terpakai pada titrasi ini
adalah 14,4 ml.
Kegiatan selanjutnya yaitu menentukan konsentrasi asam salisilat dengan
titrasi terhadap NaOH, sebelum mendapatkan larutan asam salisilat, mula – mula
asam salisilat yang berbentuk serbuk dilarutkan dalam aquades yang telah
dipanaskan namun pada percobaan yang telah dilakukan asam salisilat tidak
bercampur semua dengan aquades, ini disebabkan mungkin karena pada saat
dilarutkan aquades sudah tidak terlalu panas karena setelah pemanasan selesai
aquades tidak langsung digunakan untuk melarutkan asam salisilat. Titrasi
dilakukan dengan menyimpan larutan NaOH didalam buret dan larutan asam
salisilat + aquades didalam labu erlenmeyer dengan indikator fenolftalein sampai
terjadi perubahan warna, volume NaOH yang terpakai sebanyak 5,3 ml sehingga
konsentrasi asam salisilat yang didapat adalah 0,0106 N.
Percobaan ketiga yaitu menentukan konsentrasi dari asam salisilat yang
ditambahkan dengan dietil eter, pertama dengan mencampurkan 15 ml asam
salisilat, 20 ml aquades, dan 10 ml etil eter lalu mengocoknya diruang asam.
Pengocokan ini akan menimbulkan dua fasa cair yang tidak bercampur, menurut
hukum distribusi Nerst, jika ke dalam sistem dua fasa cair yang tidak saling
bercampur dimasukkan solute yang tidak dapat larut dalam kedua pelarut tersebut
maka akan terjadi pembagian kelarutan, perbedaan itu disebabkan karena
perbedaan kepolaran.
Perbandingan konsentrasi solute di dalam kedua pelarut ini tetap, dan merupakan
suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut disebut tetapan partisi atau
koefisien partisi. Koefisien distribusi (Martin, 1990).
Pada percobaan yang dilakukan dicorong pemisah, dihasilkan minyak
padahal pada percobaan pengocokan yang lainnya hanya terjadi perbedaan lapisan
berwarna putih, minyak ini mungkin disebabkan karena terdapat kandungan
minyak atau zat lain didalam corong yang sudah menempel dan sukar untuk
dibersihkan akibat penggunaan corong di percobaan yang telah dilakukan
sebelumnya, awalnya prediksi minyak ini disebabkan karena pada percobaan
salah memasukan aquades dan yang dimasukan ternyata bukan aquades, tetapi
setelah percobaan dilakukan lagi dan lagi sebanyak 2 kali dengan aquades yang
sebenarnya pada pengocokan tetap dihasilkan kembali minyak.
Setelah pengocokan dan dihasilkan dua lapisan cairan yang berbeda,
perbedaan lapisan ini disebabkan karena kelarutan dan kepolaritasan antara
polaritas suatu molekul dengan jumlah dan tipe ikatan polar atau ikatan kovalen
non polarnya. Kelarutan dari suatu molekul dijelaskan dengan dasar polaritas dari
molekul, dimana contohnya air sebagai pelarut polar dan benzene sebagai pelarut
non polar, pelarut – pelarut ini tidak akan bercampur, pelarut polar memiliki
muatan parsial yang menyebabkan terjadinya interaksi dengan senyawa polar.
Begitu juga dengan senyawa non polar yang tidak memiliki muatan tidak dapat
berinteraksi dengan senyawanya(satyajid, 2007). Kemudian cairan tersebut
dipisahkan dan lapisan yang bawah dikeluarkan dari corong pisah lalu disimpan
kedalam gelas kimia, larutan ini yang akan dititrasi dengan NaOH. Sehingga
konsentrasi asam salisilat dengan etil eter dapat dihitung, titrasi membutuhkan 1,9
ml volume NaOH dan konsentrasi asam salisilat + etil eter yaitu 0,00296.
IX. KESIMPULAN
1. Dari hasil percobaan dihasilkan konsentrasi NaOH adalah 0,07 N.
2. Konsentrasi asam salisilat 0,0106 N
3. Konsentrasi asam salisilat + etil eter adalah 0,0296 N sehingga
4. Nilai koefisien partisinya adalah 2,581081.
Daftar pustaka
Achmadi, suminar setiati.2001.Prinsip 2 kimia modern.Jakarta: PT.Gelora
Aksara Pratama.
Chang, Raymond.2005.Kimia dasar konsep – konsep inti. Jakarta : Erlangga.
Kealey & Haines, P, J. 2002. Analytical chemistry. UK:BIOS Scientific
publisher.
Martin, Alfred. 1990. Farmasi Fisik 1. Jakarta:UI press
Satyajit D,dkk.2007.Chemical for pharmacy students. England
Sukarta, I Nyoman. 1999. Penggunaan Ekstrak Bunga Angsoka Merah (Ixora
gandiflora) sebagai Indikator Alternatif dalam Titrasi Asam-Basa..
Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan MIPA, STKIP
Singaraja.
Trisnadewi, Desi.2015.Polaritas larutan available at
www.academia.edu/9194012/polaritas_larutan (diakses pada tanggal 18
september 2015 )