DESAIN BAHAN AJAR PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN …
Transcript of DESAIN BAHAN AJAR PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN …
97
DESAIN BAHAN AJAR PADA MATERI SISTEM
PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL BERBASIS
KEMAMPUAN BERPIKIR ALJABAR
Kiki Halimatus Sadiyah1), Cita Dwi Rosita2), Sri Asnawati3)
1) Universitas Gunung Jati Cirebon, [email protected]
2) Universitas Gunung Jati Cirebon, [email protected]
3) Universitas Gunung Jati Cirebon, [email protected]
Abstrak. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya hambatan belajar
siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel terkait
kemampuan berpikir aljabar. Salah satu cara untuk mengatasi
permasalahan tersebut adalah dengan mendesain bahan ajar. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana mendesain bahan ajar pada
materi sistem persamaan linear dua variabel berbasis kemampuan
berpikir aljabar untuk kelas VIII SMP/ MTs. Penelitian ini menggunakan
tahap desain didaktis Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu soal tes, lembar validasi bahan ajar, dan lembar praktikalitas.
Penelitian ini diawali dengan melakukan tes uji coba untuk mengetahui
hambatan belajar yang dilaksanakan di SMPN 1 Waled kelas VIII H
sebanyak 24 siswa tahun pelajaran 2017/ 2018. Dalam penelitian ini
hambatan belajar yang mucul terbagi menjadi tiga tipe, yaitu yang
pertama hambatan belajar terkait merepresentasikan soal cerita ke dalam
model matematika. Hambatan belajar yang kedua tekait menganalisis
masalah sistem persamaan linear dua variabel, dan hambatan belajar
yang ketiga terkait dengan hubungan visual dan simbolis suatu sistem
persamaan linear dua variabel. Hasil validasi modul yang dilakukan oleh
tiga validator diperoleh modul dengan kriteria sangat valid. Sementara
validasi pengguna diperoleh modul dengan tingkat kepraktisan sangat
praktis.
Kata Kunci: Hambatan Belajar, Kemampuan Berpikir Aljabar, Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel
Abstract. This research is motivated by the existence of student learning
obstacle in the material of two-variable linear equations system related to the
abiluty to think algebraically. One way to overcome this problem is to design
teaching materials. This study aims to find out how to design teaching materials
is the material of two-variable linear equation systems based on algebraic
98
thinking skills for class VIII SMP/ MTs. This study uses didictic design stages
The instruments used in this study were test questions, teaching material
validation sheets, and practical sheets. This study begins by conducting atest to
find out the learning obstcle carried out in SMP N 1 Waled class VIII H as many
as 24 students in the school year 2017/2018. In this study the learning obstacle
that appear are divided into three types, namely the first learning obstacle is
represent story questions into mathematical models. The second learning
obstacle is analyze the problem of system of linear questions two variabels, anf
third learning obstacle are related to the visual and symbolic relationships of a
system of two-variable linear equations. The result of module validation carried
out by three validators obtained modules with very valid criteria. While the
user validation is obtained a module with a very practical level of practicality.
Keywords: learning obstacle, algebraic thinking, two variabel linear equation
system
Pendahuluan
Proses pembelajaran matematika tidak terlepas dari proses berpikir dimana
dalam proses berpikir berkaitan dengan kemampuan berpikir matematika.
Menurut Asnawati, Sanusi, & Noto (2018: 2) matematika merupakan salah
satu cara untuk dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan yang
dibutuhkan. Salah satunya adalah kemampuan berpikir aljabar. Hal ini karena
berpikir aljabar merupakan elemen penting dan mendasar dari kemampuan
berpikir matematika. Menurut Wahyuni, Rosita, & Agustien (2014: 43) untuk
dapat berpikir aljabar seseorang harus memahami pola, hubungan dan fungsi
untuk dapat menganalisis situasi matematika serta menggunakan simbol-
simbol.
Guru yang akan mengembangkan kemampuan berpikir aljabar harus
mengetahui cara berpikir dan bernalar siswa. Menurut Chalouh (Sukmawati,
2015: 90) kemampuan berpikir aljabar adalah kemampuan yang didalamnya
melibatkan penalaran matematika dengan membentuk makna atau suatu
simbol dan operasi aljabar. Adapun indikator yang akan diamati dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan representasi
a. Menampilkan hubungan secara visual, simbolis, numerik, dan
verbal.
b. Menafsirkan informasi dalam representasi-representasi.
99
2. Kemampuan penalaran
Menganalisis masalah untuk menggali dan mengukur hal penting.
3. Aljabar sebagai alat untuk fungsi dan pemodelan matematika
Merepresentasikan ide-ide matematika dengan menggunakan persamaan,
tabel, grafik, atau kata-kata.
Menurut Moma (2017: 131) pada umumnya siswa mengerjakan soal seperti
apa yang dicontohkan oleh guru, tidak mampu menyelesaikan soal dengan
caranya sendiri dan tidak biasa. Dari hasil uji kemampuan berpikir aljabar
pada materi sistem persamaan linear dua variabel kelas VIII di salah satu SMP
di Kabupaten Cirebon siswa mengerjakan soal dari apa yang dicontohkan saja
dan ketika diberikan soal yang berbeda siswa kebingungan untuk
menyelesaikannya, penulis menemukan persamasalahan rendahnya
kemampuan berpikir aljabar. Beberapa siswa masih belum dapat membuat
model matematika dengan tepat, belum dapat merepresentasikan persamaan
kedalam bentuk grafik, belum dapat menyelesaikan penyelesaian sistem
persamaan linear dua variabel dengan tepat.
Hasil yang ditemukan pada saat melaksanakan uji kemampuan berpikir
aljabar ditemukan hambatan belajar (learning obstacle). Menurut Kereh, dkk
(Wahyuni, 2017: 12) hambatan belajar matematika dapat terjadi hampir pada
setiap jenjang selama masa sekolah bahkan sampai orang dewasa
(mahasiswa). Hambatan belajar adalah kendala yang dialami siswa ketika
proses pembelajaran sehingga hasil belajar kurang optimal.
Menurut Brousseau (Tamba, 2014: 765), membagi tiga hambatan belajar siswa
(learning obstacle) yaitu hambatan epistimologis, hambatan didaktis, dan
hambatan ontogenik. Hambatan belajar yang akan dikaji pada penelitian ini
adalah jenis hambatan epistimologis berupa kesulitan belajar siswa yang
disebabkan terbatasnya sebuah konsep dan pemahaman siswa tidak terjadi
secara menyeluruh dalam konsep matematika terkait materi sistem
persamaan linear dua variabel. Hambatan ini yang menjadi pertimbangan
guru dalam menyusun desain didaktis.
Menurut Aisah, Kusnandi, & Yulianti (2016: 16) desain didaktis merupakan
rencana dari proses pembelajaran yang berupa bahan ajar dan dibuat
berdasarkan hambatan belajar yang terjadi pada siswa. Pemilihan bahan ajar
merupakan hal penting karena dapat mempengaruhi hasil dari pembelajaran.
100
Menurut Rosita (2016), bahan ajar memiliki peranan penting dalam mencapai
tujuan pendidikan. Bahan ajar berisikan tentang komponen-komponen yang
harus dipelajari oleh siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Bahan
ajar yang dipilih harus menarik karena dengan begitu siswa akan tertarik
untuk membacanya sehingga mereka tidak hanya belajar dari yang dijelaskan
guru. terdapat empat jenis bahan ajar menurut Majid (2011: 174) yaitu bahan
ajar cetak (printed), bahan ajar dengar (audio), bahan ajar pandang dengar
(audio visual), dan bahan ajar interaktif (interactive teaching material). Penelitian
ini bahan ajar yang digunakan adalah bahan ajar cetak yang berupa modul.
Modul yang dibuat pada materi sistem persamaan linear dua variabel ini
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir aljabar serta dapat
mengatasi hambatan belajar yang dihadapi siswa, serta dapat membantu
siswa belajar secara mandiri.
METODE
Desain penelitian ini berupa desain didaktis. Menurut Suryadi (2013: 12)
penelitian desain didaktis pada dasarnya terdiri dari tiga tahap yaitu: (1)
analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran yang wujudnya berupa desain
didaktis hipotesis termasuk ADP (Antisipasi, Didaktis, dan Pedagogis) (2)
analisis metapedadidaktik dan (3) analisis retrosfektif. Namun pada
penelitian ini peneliti hanya menggunakan dua tahap yaitu analisis situasi
didaktis sebelum pembelajaran yang wujudnya berupa desain didaktis
hipotesis termasuk ADP dan analisis metapedadidaktik.
Subjek dalam penelitian ini terbagi menjadi dua. Pertama siswa kelas VIII H
SMP Negeri di Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2017/2018 sebanyak 24
siswa yang untuk mengetahui hambatan belajar (learning obstacle) pada materi
sistem persamaan linear dua variabel. Kedua subjek praktikalitas guru dan
siswa. Uji praktikalitas guru diberikan kepada salah satu guru mata pelajaran
matematika di salah satu SMP di Kabupaten Cirebon dan uji praktikalitas
siswa adalah 25 siswa di salah satu SMP di Kabupaten Cirebon.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes, lembar
validasi bahan ajar, dan lembar praktikalitas. Instrumen soal tes uji coba yang
digunakan adalah soal-soal dengan indikator kemampuan berpikir aljabar
yang berkaitan dengan materi sistem persamaan linear dua variabel. terdiri
101
dari 8 soal yang kemudian hasil jawaban siswa diidentifikasi untuk
memperoleh learning obstale.
Instrumen lembar validasi bahan ajar dilakukan untuk mengukur kevalidan
suatu isi dari bahan ajar yang telah dibuat. Validator dalam penelitian ini yaitu
dua dosen ahli dalam bidang matematika serta seorang guru mata pelajaran
matematika di salah satu SMP di Kabupaten Cirebon. Setelah bahan ajar valid
lalu memberikan lembar praktikalitas bahan ajar untuk mengetahui
kepraktisan bahan ajar. Uji praktikalitas dilakukan oleh seorang guru mata
pelajran matematika dan 25 orang siswa kelas VIII di salah satu SMP di
Kabupaten Cirebon.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui bagaimana mendesain
bahan ajar pada materi sistem persamaan linear dua variabel berbasis
kemampuan berpikir aljabar yang melalui dua tahap yaitu tahap analisis
situasi didaktis sebelum pembelajaran dan tahap metapedadidaktik. Pada
tahap analisis situsi didaktik sebelum pembelajaran Penelitian ini diawali
dengan memberikan soal tes kemampuan berpikir aljabar untuk
mengidentifikasi learning obstacle pada siswa berkaitan dengan materi sistem
persamaan linear dua variabel berbasis kemampuan berpikir aljabar.
Dari hasil analisis pengerjaan siswa di temukan beberapa learning obstacle yang
telah dilakukan terdapat beberapa kekeliruan siswa diantaranya siswa masih
belum dapat membuat model matematika dengan tepat, belum dapat
merepresentasikan persamaan kedalam bentuk grafik, belum dapat
menyelesaikan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dengan
tepat. Berikut merupakan contoh jawaban siswa dalam mengerjakan soal.
Soal
Setengah uang Andri ditambah uang Hadi adalah Rp60.000. Dua pertiga
uang Andri dikurangi 1
3 uang Hadi adalah Rp20.000. Buatlah sistem
persamaannya, dan tentukan masing-masing uang Andri dan uang Hadi!
102
Gambar 1. Contoh Jawaban Siswa Mengerjakan Soal
Soal
Perhatikan gambar berikut.
Tentukan nilai 𝑥 dan 𝑦
.
Gambar 2. Contoh Jawaban Siswa Mengerjakan Soal
Soal
Gambarlah penyelesaian dari sistem persamaan linear dua variabel
berikut dengan menggunakan grafik!
a. 𝑦 − 2𝑥 = 9 b. 3𝑥 − 𝑦 = −22
𝑦 = 6 − 𝑥 3𝑦 = −5𝑥 − 4
2𝑥 + 2𝑦
𝑥 + 4𝑦
10
14
103
Gambar 3. Contoh Jawaban Siswa Mengerjakan Soal
Dari gambar 1 siswa mengalami kekeliruan yaitu siswa belum dapat
memodelkan permasalahan dengan tepat sehingga menyebabkan siswa tidak
dapat menyelesaikan penyelesaian sistem persamaan linear dua varaibel.
Gambar 2 kekeliruan yang dialami siswa yaitu siswa belum dapat membuat
model matematika dari ukuran bangun datar yang diketahui dengan tepat.
Sedangkan kekeliruan yang dialami siswa pada gambar 3 siswa tidak dapat
menentukan titik potong sehingga menyebabkan siswa tidak dapat
menggambar grafik dari sistem persamaan linear dua variabel yang diketahui.
Learning obstacle yang didapat setelah uji kemampuan berpikir aljabar
kemudian dikelompokan menjadi tiga tipe. Learning obstacle tipe pertama
terkait merepresentasikan soal cerita ke dalam model matematika. Learning
obstacle tipe kedua terkait menganalisis masalah sistem persamaan linear dua
variabel, dan learning obstacle tipe ketiga terkait dengan hubungan visual dan
simbolis suatu sistem persamaan linear dua variabel.
Antisipasi yang disajikan pada modul yang dibuat serta antisipasi yang
diberikan guru diharapkan dapat mengatasi learning obstacle yang dialami
siswa terkait materi sistem persamaan linear dua variabel berbasis
kemampuan berpikir aljabar.
Penyusunan modul didasrkan pada sistematika modul menurut Prastowo
(2015: 113), sebagai berikut:
a. Judul modul, yaitu Modul Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Berbasis
Kemampuan Berpikir Aljabar.
b. Petunjuk Umum pada bagian ini terdiri deskripsi modul, materi prasyarat,
kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator kemmapuan berpikir aljabar,
indikator pembelajaran, tujuan pembelajaran, petunjuk penggunaan modul
seta petakonsep.
c. Materi modul dan contoh soal, merupakan kegiatan yang melibatkan siswa
dalam pembelajaran.
i. Materi berisi uraian materi sistem persamaan linear dua variabel yang
akan dipelajari siswa.
ii. Contoh soal yang disajikan merupakan stimulus siswa dalam materi
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
104
d. Evaluasi terdiri dari:
i. Soal latihan disajikan agar siswa dapat berlatih soal-soal Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel
ii. Soal Diskusi soal ynag disajikan untuk dikerjakan secara berkelompok
iii. Evaluasi yaitu soal-soal yang disajikan setelah siswa mempelajari
materi sistem persamaa linear dua variabel yang bertujuan mengukur
kemampuan siswa.
Modul yang disusun menggunakan teori belajar brunner yang memiliki tiga
tahapan Menurut (Suyono & Hariyanto, 2017) yaitu tahap enaktif, tahap
ikonk, dan tahap simbolik. Tahap enaktif merupakan tahap dimana
pembelajaran melibatkan kejadian nyata, pada modul dituangkan contoh dan
latihan yang digunakan berkaitan dengan penerapan kehidupan sehari-hari.
Tahap Ikonik merupakan tahap dimana informasi yang telah didapat oleh
siswa direpresentasikan dalam betuk gambar, grafik atau visual, pada modul
dituangkan tahap ikonik yaitu siswa diminta untuk menggambar grafik dari
suatu sistem persamaan linear dua variabel. Tahap Simbolik merupaan tahap
dimana informasi yang telah didapat siswa direpresentasikan dalam bentuk
simbol atau lambang-lambang matematika. Pada modul tahap ini siswa
diminta untuk membuat persamaan garis lurus yang melalui dua titik.
Brunner menegaskan bahwa guru harus membantu siswa dan
membimbingnya untuk melewati ketiga tahap tersebut dengan suatu proses
yang disebut scaffolding.
Salah satu cara untuk mengetahui apakah modul yang telah dibuat layak atau
tidak adalah dengan melakukan uji validasi oleh para ahli. Desain bahan ajar
berbasis kemampuan berpikir aljabar yang telah dibuat kemudian divalidasi
terlebih dahulu tiga validator. Adapun hasil validasi bahan ajar dari tiga
validator dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Validasi Bahan Ajar
Validator Skor
Empirik
Skor yang
Diharapkan
Nilai
Validasi
Kriteria
Validasi
𝑉1 72 80 90,00% Sangat
Valid
𝑉2 73 80 91,25% Sangat
Valid
105
𝑉3 76 80 95% Sangat
Valid
Hasil validasi vahan ajar diperoleh persentase keseluruhan yaitu 92,08% ini
menunjukan bahwa modul yang telah disusun berada pada kriteria sangat
valid. Selain menilai modul mengggunakan lembar validasi masing-masing
validator memberikan masukan terhadap modul untuk dilakukan perbaikan.
Setelah bahan ajar divalidasi oleh validator dan diperbaiki berdasarkan
masukan dari para validator maka selanjutnya modul divalidasi oleh
pengguna yaitu seorang guru matematika dan 25 siswa kelas VIII
menggunakan lembar praktikalitas. Adapun hasil angket praktikalitas guru
dan siswa dapat dilihat pada tabel 2 dan 3.
Tabel 2. Hasil Angket Praktikalitas Guru pada Tiap Aspek
No Aspek Penilaian Jumlah Skor Nilai
1 Kemudahan Pengguna 16 100%
2 Efisiensi Waktu 7 87,5%
3 Manfaat 15 93,75%
Rata-rata 𝟗𝟑, 𝟕𝟓
Berdasarkan tabel 2 hasil angket praktikalitas guru pada masing-masing
aspek diperoleh 100% terhadap aspek kemudahan pengguna, 87,5% terhadap
aspek efisiensi waktu dan 93,75% terhadap aspek manfaat. Dengan demikian
aspek kemudahan pengguna dan aspek manfaat berada pada kriteria sangat
praktis, aspek efisiensi waktu berada pada kriteria praktis. Maka rata-rata
angket praktikalitas yang dilakukan oleh guru terhadap modul sistem
persamaan linear dua variabel aljabar adalah 93,75% dan masuk dalam
kriteria sangat praktis.
Tabel 3. Hasil Angket Praktikalitas Siswa pada Setiap Aspek
No Aspek Penilaian Jumlah Skor Nilai
1 Kemudahan Pengguna 16 100%
2 Efisiensi Waktu 7 87,5%
3 Manfaat 15 93,75%
Rata-rata 𝟖𝟐, 𝟓%
106
Berdasarkan Tabel 3 perhitungan persentase kepraktisan bahan ajar terhadap
siswa pada masing-masing aspek dan diperoleh hasil sebesar 83,25%
terhadap aspek kemudahan, 79,5% terhadap aspek efisiensi waktu dan
84,75% pada aspek manfaat. Dengan demikian aspek kemudahan pengguna
berada pada kriteria sangat praktis, aspek efisiensi waktu berada pada kriteria
praktis serta aspek manfaat berada pada kriteria sangat praktis. Rata-rata
angket praktikalitas yang dilakukan oleh siswa terhadap modul dengan nilai
82,5% dan masuk dalam kategori sangat praktis.
Kesimpulan dan saran
Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh sebagai berikut.
1. Learning obstacle khususnya hambata-hambatan epistimologis yang muncul
dalam mempelajari materi sistem persamaan linear dua variabel terbagi
menjadi tiga tipe, yaitu tipe pertama learning obstacle terkait
merepresentasikan soal cerita ke dalam model matematika, learning obstacle
tipe kedua terkait menganalisis masalah sistem persamaan linear dua
variabel, dan yang ketiga learning obstacle terkait dengan hubungan visual
dan simbolis suatu sistem pesamaan linear dua variabel. setelah
mengetahui learning obstacle langkah selanjutnya adalah membuat situasi
dan antisipasi didaktis yang diterapkan pada desain didaktis yang dibuat
berupa modul sistem persamann linear dua variabel kemudian modul
tesebut divalidasi oleh ahli matematika. Hasil Hasil validasi modul yang
dilakukan oleh tiga validator diperoleh persentase 91,08% yang memiliki
kriteria sangat valid. Sehingga modul dapat digunakan untuk proses
pembelajaran.
2. Desain didaktis berupa modul persamaan linear dua variabel yang telah
melakukan revisi sesuai dengan arahan validator kemudian divalidasi oleh
pengguna yaitu guru dan siswa dengan cara mengisi angket praktiklalitas.
Dari hasil tersebut diperoleh penilaian angket praktikalitas guru sebesar
93,75% artinya modul sistem persamaan linear dua variabel dikategorikan
sangat praktis oleh guru. Adapun hasil penilaian angket praktiklaitas siswa
sebesar 82,50% yang termasuk dalam kategori sangat praktis.
Berdasarkan simpulan hasil penelitian dari pembahasan seperti yang
disebutkan di atas, maka disarankan hal-hal berikut.
107
1. Penulis menyarankan kepada pengemban peneliti selanjutnya untuk
subjek menganalisis learning obstacle lebih luas sehingga learning obstacle
yang diperoleh beragam karena penelitian yang telah dilakukan penulis
hanya menggunakan 24 siswa untuk menganalisis learning obstacle.
2. Desain didaktis berupa modul yang telah dibuat oleh penulis ini hanya
diberikan kepada 25 siswa untuk mengetahui kepraktisan modul. Oleh
karena itu, untuk peneliti selanjutnya penulis menyarankan untuk
mengimplementasikan modul agar mengetahui apakah ada peningkatan
hasil belajar menggunakan modul pada saat pembelajaran di kelas.
Daftar Pustaka
Aisah, L.S., Kusnandi., & Yulianti, K. 2016. Desain Didaktis Konsep Luas
Permukaan dan Volume Prisma dalam Pembelajaran Matematika SMP.
MATHLINE. Vol (1)(1). Hal. 14-22.
Asnawati, S., Sanusi, N.M., & Noto, M.S. 2018. Pemecahan Masalah Matematis
Bersdasarkan Kemampuan Awal Matematis Melalui Pembelajaran Grup
Investigasi Berbantuan Geogebra Matakuliah Geometri Analitik.
UNION. Vol (6)(2). Hal 157-165.
Ferdianto, F., & Setiyani. 2018. Pengembangan Bahan Ajar Media
Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal Mahasiswa Pendidikan
Matematika. JNPM. Vol (2)(1). Hal 37-47.
Kriegler, S. 2008. “Just What Is Algebraic Thinking?”.
http://www.math.ucla.edu/kriegler/pub/algebra.
Moma, L. 2017. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pemecahan
Masalah Matematis Mahasiswa Melalui Metode Diskusi. Jurnal
Cakrawala Pendidikan. XXXVI (1), hlm.130-139.
Sukmawati, A. 2015. Berpikir Aljabar dalam Menyelesaikan Masalah
Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Banjarmasin. Vol
(1)(2). Hal. 89-95.
Suryadi, D. 2013. Didactical Design Research (DDR) dalam Pengembangan
Pembelajaran Matematika. Prosiding Seminal Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika. ISSN: 977-2338831. Hal.3-12.
108
Tamba, K. P. 2014. Desain didaktis bahan ajar pertidaksamaan. Seminar
Nasional Pendidikan Matematika Ahmad Dahlan. ISSN: 9 772407 749004.
Wahyuni, A. 2017. Analisis Hambatan Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah
Kalkulus Dasar. JNPM. Vol (1)(1). Hal 10-23.
Wahyuni, I., Rosita, C.D., & Agustien, M.K. 2014. Pengaruh Model
Pembelajaran Treffinger Terhadap Kemampuan Berpikir Aljabar Siswa.
Seminar Nasional Pendidikan Matematika Ahmad Dahlan. ISSN: 9 772407
749004. Hal. 42-53