Demam Tifoid2

6
 Merupakan suatu penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi. Disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever. Karakteristik : 1. Demam yg me ma nj ang 2. Bakte remi a ta npa terli batny a en dotel atau endok ardiu m 3. Ina si n multi plika si bakte ri pd sel M! h epar " limpa " nodus lim#aiku s" dan pla k peyer Epidemiologi 1. Demam ti#oid terseba r di se luruh dunia. $ran smisi tertingg i di %#rika sub sahara n" % sia tengah" %sia tenggara 2. Masi h mrpk n mas alah ke seha tan di ne gara tr opis & i ndone sia mr p endemis 3. %ngk a kejadi an ' 1( juta kasu s setia p tahun & Indo nesi a )(*+,1 * kasus per 1 **.*** pe ndudu k pertah un" dg mortalitas 3"1 - 1*" / . Meny erang umur 0+3* tahun" jaran g 2 tah un at au ( * tahu n 0. 4ak i2 5 perempu an Faktor yang Mempengaruhi 1. 6ost a. 6igi enita s : kebia saan jajan di lu ar " ke biasa an 7 u7i ta ngan  b. Menurunnya sistem i mun penderita 7. Int en si ta s in#e ks i d. 8sia e. Keasaman lambu ng #. Malnutrisi g. 9ene tik : berga ntung dar i gen 64% yg dituru nkan" gen in i dsb gen resp on imun meng atur inte raks i dr sel ke sel dalam sistem imun 2. %gent a. a kt or ir ul en si kuman a; %nt ig en soma ti k < ;  b; %ntigen kapsular =i ; 7; %nt ig en #l ag el 6 ; d; <ute r Me mbra n >r otein <M> ; : po rin d an no npor in  b. ?umlah kuman in#e ksius 1* 0  - 1* @ 7. Mut asi geneti k sh g kuma n mj d lbh i rul en d. Ae si st ensi thd p engobatan 3. nironment a. Ke seh ata n d an san ita si ya ng ren dah  b. kualitas sumber a ir yg tdk memadai Penularan >enularan oleh Salmonella typhi ke manusia melalui makanan dan minuman yang telah ter7emar oleh #eses atau urin dari penderita ti#oid : 1. >enderit a yg sdg te ri n# eksi 2. >e nder it a sdg mas a penye mbuha n 3. Carrier Gambaran Klinis 1. %namnesis a. Masa inkubasi 3 +(* ha ri S typ hi ; d an 1+ 1* ha ri S pa raty phi ;  b. K8 : Demam a; Bias anya pd a namne sis de man tjd 0 +) har i yg tdk be rhasi l dg anti piret ika  b; Bersi#at #ebr is remiten dan suhu tida k berapa tinggi 7; Ming gu I : demam be rsi#a t berta hap maki n naik seti ap hari ste p ladder ; " biasany a menuru n pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari d; Ming gu II : pen derit a ter us be rada dalam keada an de mam e; Ming gu III : suhu tubuh be raan gsur +ang sur tur un dan normal kemba li pada akhi r minggu ke tiga >erbedaan in#eksi typhoid n paratyphoid 1. S7r umum" tngkat kesakitan n kompli kas i pd in#eks i par atypho id lbh sedang dan durasinya lbh pendek 2. >erbandingan kasus ty phoid n  paratyphoid 1* : 1

description

dema

Transcript of Demam Tifoid2

Merupakan suatu penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi. Disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever. Karakteristik :1. Demam yg memanjang2. Bakteremia tanpa terlibatnya endotel atau endokardium 3. Invasi n multiplikasi bakteri pd sel MN hepar, limpa, nodus limfaikus, dan plak peyer

Epidemiologi 1. Demam tifoid tersebar di seluruh dunia. Transmisi tertinggi di Afrika sub saharan, Asia tengah, Asia tenggara2. Masih mrpkn masalah kesehatan di negara tropis indonesia mrp endemis3. Perbedaan infeksi typhoid n paratyphoidScr umum, tngkat kesakitan n komplikasi pd infeksi paratyphoid lbh sedang dan durasinya lbh pendekPerbandingan kasus typhoid n paratyphoid 10 : 1Angka kejadian 16 juta kasus setiap tahun Indonesia 760-810 kasus per 100.000 penduduk pertahun, dg mortalitas 3,1 10,4 %4. Menyerang umur 5-30 tahun, jarang ( < 2 tahun atau > 60 tahun5. Laki2 = perempuan

Faktor yang Mempengaruhi1. Host a. Higienitas : kebiasaan jajan di luar, kebiasaan cuci tanganb. Menurunnya sistem imun penderitac. Intensitas infeksid. Usiae. Keasaman lambungf. Malnutrisi g. Genetik : bergantung dari gen HLA yg diturunkan, gen ini dsb gen respon imun ( mengatur interaksi dr sel ke sel dalam sistem imun2. Agenta. Faktor virulensi kumana) Antigen somatik ( O )b) Antigen kapsular ( Vi )c) Antigen flagel ( H )d) Outer Membran Protein ( OMP ) : porin dan nonporinb. Jumlah kuman infeksius 105 109c. Mutasi genetik shg kuman mjd lbh virulend. Resistensi thd pengobatan3. Environmenta. Kesehatan dan sanitasi yang rendahb. kualitas sumber air yg tdk memadaiPenularan Penularan oleh Salmonella typhi ke manusia melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh feses atau urin dari penderita tifoid :

1. Penderita yg sdg terinfeksi2. Penderita sdg masa penyembuhan3. Carrier Gambaran Klinis1. Anamnesis a. Masa inkubasi 3-60 hari ( S typhi ) dan 1-10 hari ( S paratyphi )b. KU : Demam a) Biasanya pd anamnesis deman tjd 5-7 hari yg tdk berhasil dg antipiretikab) Bersifat febris remiten dan suhu tidak berapa tinggic) Minggu I : demam bersifat bertahap makin naik setiap hari ( step ladder ), biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam harid) Minggu II : penderita terus berada dalam keadaan demame) Minggu III : suhu tubuh beraangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketigac. Disertai dg lesu, malas, nyeri kepala, nyeri otot punggung dan sendi, perut kembung obstipasi ( kadang diare ), mual, muntah, batukd. Perlu ditanyakana) Berasal atau bepergian dari daerah endemisb) Kebiasaan makan minum ( kerang, ice cream, air mentah )c) Pernah menjalani vaksinasi demam tifoid2. Pemeriksaan Fisika. Keadaan umum : penderita tampak lesu, letih, wajah kosongb. Kesadaran : kadang tampak gelisah, delirium, atau komac. Bradikardi relatif (pe suhu10C tdk diikuti pe nadi 8x/mnt )d. Pendengaran menurune. Tifoid tounge (lidah kotor di tengah, tepi n ujungnya merah )f. Rose spota) Bercak makulopapular ukuran 1-6 mm, dapat timbul pada kulit dada dan abdomen tjd krn embolisasi bakteri pd kulitb) Pd 40-80% penderitac) Berlangsung singkat (2-3 hari), antara hari ke7-ke12 d) Hilang pd penekanan a. Bronchitic chestb. Abdominal tenderness atau kem bungc. Hepatomegalid. Splenomegali Durasi penyakit yg tdk diobati rata2 4 mingguKeluhan dan Gejala Demam Tifoid

Periode penyakitKeluhanGejalaPatologi

Minggu I.

1. Tdk spesifik2. sakit kepala3. malaise4. Panas brlngsng insidius, stepladder5. Konstipasi6. batuk non produktif

Gangg sal cernaBakteremia

Minggu II1. Pasien terlihat toxic dan apatis dg suhu badan tinggi2. distensi abdomen3. splenomegali4. rose spot5. bradikardi relatif6. nyeri abdomen7. diare atau konstipasiRose spot, splenomegali, hepatomegaliVaskulitis, hiperplasia plak peyer, nodul tifoid pd hati n limpa

Minggu IIIThe patient isweak with a feeble pulse and rapid breathing; crackles may developover the lung bases. Death may occur at this stage from overwhelmingtoxaemia, myocarditis, intestinal haemorrhage or perforation.Considerable weight loss is common.

1. Pasien trlht sangat sakit2. Pasien tlhat lemah dg nadi lemah, napas cepat3. Demam tinggi menetap4. Delirium5. Distensi abd semakin nyata n bising usus melemah6. Diare : feses cair, warna hijau kekuningan7. Komplikasi : perdarahan sal cerna, perforasi, syokMelena, ileus, ketegangan abdomen, komaUlserasi plak peyer, perforasi disertai peritonitis

Minggu IV dstthe fever, mental state and abdominaldistension slowly improve over a few days but intestinal complicationsmay still occur. Convalescence is usually a slow process.

Keluhan menurun, relaps, penurunan BBTampak sakit berat, kakeksiaKolesistitis, carrier kronik

Px Laboratorium Penunjang1. Daraha. Leukopenia atau leukositosisb. Neutropeniac. Limfositosisd. Aneosinofiliae. Anemiaf. Laju Endap Darah (LED)g. SGOT / SGPT meningkat2. Urin a. Albuminuriab. Tes Diazo (+)3. Tinja : pra soup stool ( bnyk eritrosit di tinja ) atau bloody stool4. Identifikasi kuman melalui isolasi/biakana. Biakan darah a) Minggu I : positif 80 90 %b) Minggu II : positif 20-25 %c) Minggu III : positif 10-15 %b. Biakan urine : positif setelah minggu pertamac. Biakan fesesmedr minggu II (10-15%) hingga minggu III (75%) dan turun secara perlahand. Biakan sumsum tulang hasil (+) didapat pada 80-95% kasus dan sering tetap positif selama perjalanan penyakit dan menghilang pada fase penyembuhane. Biakan empedu : tumbuh koloni Salmonella typhif. Rose spots5. Pemeriksaan serologi a. Uji Widalb. Tes TUBEXc. EIA DOTd. ELISA)e. Px dipstik6. Identifikasi kuman secara molekulera. PCR Salmonella typhi hasilnya (+)

Diagnosis Banding

Infeksi Bakteri 1. Malaria2. sepsis with other bacterial pathogens3. tuberculosis4. brucellosis5. tularaemia6. leptospirosis and rickettsial diseaseInfeksi virus 1. dengue2. acute hepatitis3. infectious mononucleosis

Penatalaksanaan 1. Non farmako a. Tirah baringb. Makanan lunak rendah serat utk cegah perdarahan dan perforasic. Diet mgd kalori dan protein yang cukupd. Asupan cairan yg cukup utk mencegah dehidrasi akb demam

2. Farmakologia. Antibiotik a) Kloramfenikol 4x500 mg selama 11-14 hari b) Tiamfenikol 4x500 mgc) Trimetropim- Sulfametoksazol 2x2 tabletd) Kotrimoksazol 2 x 2 tablet selama 2 minggue) Ampisilin dan amoksisilin 50-150 mg/kgBB selama 2 mingguf) Sefalosporin generasi III seftriakson 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc selama jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari. Dapat pula diberikan sefotaksim 2-3 x 1 gram, sefoperazon 2 x 1 gramog) Fluorokuinolon (demam pada umumnya lisis pada hari III atau menjelang hari IV) Norfloksasin 2 x 400 mg/hari selama 14 hari Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 6 hari Kombinasi 2 antibiotik bla tjd toksid tifoid, peritonitis, perforasi, syok septikBumil : amoksisilin, ampisilin, seftriaksonKortikosteroid : bila td toksik tifoid atau syok septik, dosis 3x5 mg Ofloksasin 2 x 400 mg/hari selama 7 hari Pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari Fleroksasin 400 mg/hari selama 7 harib. Simtomatik a) Antipiretikb) Antiemetikc) Vitamin

Kekambuhan

Between 10% and 20% of patients treated with antibiotics suffer a relapse after initial recovery. A relapse typically occurs a week or so after stopping therapy, but occurrence after 70 days has been reported. A relapse is generally milder and shorter than the initial illness. The incidence of relapse after treatment with fluoroquinolones (1.5%) or broad-spectrum cephalosporins (5%) is lower than after treatment with chloramphenicol, trimethoprim-sulfamethoxazole and ampicillin. Tanda :1. The blood culture is positive again, even in the presence of high serum levels of H, O and Vi antibodies2. rose spots may reappear

Karier 20% of typhoid patients will excrete the organism for 2 months after the onset of illness and 10% for 3 months, only about 3% of patients go on to become carriers. ( kultur fese positif selama lbh dr 1 tahun ). Insiden tinggi pd wanita dan dewasa and is probably correlated with the prevalence of cholelithiasisTerapi 1. Tanpa disertai kolelitiasisa. Ampisilin 100mg/kgBB/hari + probenesid 100mg/kgBB/harib. Amoksisilin 100mg/kgBB/hari + probenesid 100mg/kgBB/haric. Trimetropin + sulfametoksazol 2 tablet/2kali/hari2. Disertai kolelitiasisa. Kolesistektomi + regimen diatas slm 28 hrb. Kolesistektomi + salah satu dr ( siprofloksasin 750 mg/2 kali/hari atau norfloksasin 400 mg/2 kali/hari3. Disertai infeksi schisostoma haematobium pd traktus urinariusa. Eradikasi haematobium : Prazikuantel 40mg/kgBB dosis tunggal atau Metrifonat 7,5-10 mg/kgBB bila perlu diberikan3 dosis interval 2 mnggb. Setelh terapi di atas baru dilakukan terapi utk tifoidDinyatakan bkn sbg tifoid carrier bl stl dilakkn biakan scr acak serial minimal 6x px dinyatakan tdk ditemukan bakteri salmonellaPencegahan 1. Identifikasi dan eradikasi S typhii pd pasien asimtomatik, karier, dan akut2. Pencegahan transmisi langsung dr penderita karier maupun infeksi akut3. Proteksi pd orang yg beresiko tinggi tertular dan terinfeksi4. Vaksin a. Vaksin oral Ty21a : blm beredar d indonesiab. Vaksin parenteral : ViCPS, vaksin kapsul polisakaridaKomplikasi 1. Intestinal a. Perdarahan intestinalb. Perforasi usus2. Ekstraintestinala. Kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (syok, sepsis), miokarditis dan endokarditis (1-5 %), trombosis, tromboflebitisb. Hematologi : anemia hemolitik, trombositopenia, koaguolasi intravaskuler diseminata ( CID ), dan sindrom uremia hemolitikc. Paru : bronkitis (11-86 %), pneumonia, empiema, dan pleuritisd. Hepar dan sistem bilier : hepatitis tifosa dan kolelitiasis, Pankreatitise. Ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritisf. Tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan artritisg. Neuropsikiatrik : delirium, meningismus, meningitis, polineuritis perifer, psikosis, dan sindrom katatonia