DEMAM TIFOID NEW.docx

30
I. PENDAHULUAN Salah satu penyakit infeksi sistemik akut yang banyak dijumpai di berbagai belahan dunia hingga saat ini adalah demam tifoid yang disebabkan oleh bakteri gram negatif Salmonella typhi. Di Indonesia, demam tifoid lebih dikenal oleh masyarakat dengan istilah “penyakit tifus”. Dalam empat dekade terakhir, demam tifoid telah menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Diperkirakan angka kejadian penyakit ini mencapai 13-17 juta kasus di seluruh dunia dengan angka kematian mencapai 600.000 jiwa per tahun. Daerah endemik demam tifoid tersebar di berbagai benua, mulai dari Asia, Afrika, Amerika Selatan, Karibia, hingga Oceania. Sebagain besar kasus (80%) ditemukan di negara-negara berkembang, seperti Bangladesh, Laos, Nepal, Pakistan, India, Vietnam, dan termasuk Indonesia. Indonesia merupakan salah satu wilayah endemis demam tifoid dengan

Transcript of DEMAM TIFOID NEW.docx

Page 1: DEMAM TIFOID NEW.docx

I. PENDAHULUAN

Salah satu penyakit infeksi sistemik akut yang banyak dijumpai di berbagai

belahan dunia hingga saat ini adalah demam tifoid yang disebabkan oleh bakteri gram

negatif Salmonella typhi. Di Indonesia, demam tifoid lebih dikenal oleh masyarakat

dengan istilah “penyakit tifus”.

Dalam empat dekade terakhir, demam tifoid telah menjadi masalah kesehatan

global bagi masyarakat dunia. Diperkirakan angka kejadian penyakit ini mencapai 13-

17 juta kasus di seluruh dunia dengan angka kematian mencapai 600.000 jiwa per

tahun. Daerah endemik demam tifoid tersebar di berbagai benua, mulai dari Asia,

Afrika, Amerika Selatan, Karibia, hingga Oceania. Sebagain besar kasus (80%)

ditemukan di negara-negara berkembang, seperti Bangladesh, Laos, Nepal, Pakistan,

India, Vietnam, dan termasuk Indonesia. Indonesia merupakan salah satu wilayah

endemis demam tifoid dengan mayoritas angka kejadian terjadi pada kelompok umur

3-19 tahun (91% kasus).1,3,4

Munculnya daerah endemik demam tifoid dipengaruhi oleh berbagai faktor,

antara lain laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, peningkatan urbanisasi,

rendahnya kualitas pelayanan kesehatan, kurangnya suplai air, buruknya sanitasi, dan

tingkat resistensi antibiotik yang sensitif untuk bakteri Salmonella typhi, seperti

kloramfenikol, ampisilin, trimetoprim, dan ciprofloxcacin.1

Penularan Salmonella typhi terutama terjadi melalui makanan atau minuman

yang terkontaminasi. Selain itu, transmisi Salmonella typhi juga dapat terjadi secara

transplasental dari ibu hamil ke bayinya.4

Page 2: DEMAM TIFOID NEW.docx

II. DEFENISI

Demam Typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang

disebabkan oleh Salmonella Typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan,

ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endotelial atau endokardial

dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit mononuklear dari hati,

limpa, kelenjar limfe usus dan peyer’s patch. ( Sumarmo S.dkk 2008 ) Penyebab

utama dari penyakit ini adalah mikroorganisme Salmonella Typhosa dan Salmonella

Typhi, A, B, dan C. Mikroorganisme ini banyak terdapat di kotoran, tinja manusia

dan makanan atau minuman yang terkena mikroorganisme yang di bawa oleh lalat.

Sebenarnya sumber utama dari penyakit ini adalah lingkungan yang kotor dan tidak

sehat. Tidak seperti virus yang dapat beterbangan di udara, mikroorganisme ini hidup

di sanitasi yang buruk seperti lingkungan kumuh, makanan dan minuman yang tidak

higenis Manifestas Klinik. ( Ngastiyah, 2005 ) Gejala demam typhoid sering kali

muncul setelah 1 sampai 3 mingguterpapar mulai dari tingkat sedang hingga parah.

Gejala klasik yang muncul mulai dari demam tinggi, malas, sakit kepala, konstipasi

atau diare, Rose-Spot pada dada dan Hepatosplenomegali ( WHO, 2010 ). Rose spot

adalah suatu ruam makulopapular yang berwarna merah dengan ukuran 1 sampai 5

mm, sering kali di jumpai pada daerah abdomen, thoraks, ekstremitas dan punggung

pada orang kulit putih, tetapi tidak pernah di laporkan di temukan pada anak

Indonesia. Ruam ini muncul pada hari ke 7 sampai 10 dan bertahan selama 2 sampai

3 hari. ( Soedarmo et al. 2010 ) Periode inkubasi demam typhoid pada anak antara 5

sampai 40 hari dengan rata-rata 10 sampai 14 hari. Gejala klinis ringan tidak

Page 3: DEMAM TIFOID NEW.docx

memerlukan perawatan, sedangkan gejala klinis berat harus di rawat. Anak

mengalami demam tinggi pada sore hingga malam hari dan turun pada pagi hari.

Banyak penderita demam typhoid yang di akibatkan kurang masukan cairan dan

makanan. ( Soedarmo et al. 2010 ) Penderita typhoid perlu di rawat di rumah sakit

untuk isolasi agar penyakit ini tidak menular ke orang lain. Penderita harus istirahat

total minimal 7 hari bebas panas. Istirahat total ini untuk mencegah terjadinya

komplikasi di usus. Makanan yang di konsumsi adalah makanan lunak dan tidak

banyak berserat. Sayuran dengan serat kasar seperti daun singkong harus di hindari,

jadi harus benar-benar di jaga makanannya untuk memberi kesempatan kepada usus

menjalani upaya penyembuhan. (Soedarto, 2007 )

III. EPIDEMIOLOGI

Demam typhoid masih merupakan masalah kesehatan sedang bergembang.

Besarnya angka kasus demam typhoid di dunia ini sangat sukar di tentukan sebabab

penyakit ini di kenal mempunyai gejala dengan spektrum klinisnya sangat luas. Di

perkirakan angka kejadian dari 150/100.000/tahuan di Amerika Selatan dan

900/100.000/tahun di Asia. Umur di Indonesia ( daerah endemis ) di laporkan antara

3 smpai 19 tahun mencapai 91% kasus. Angka yang kurang lebih sama juga di

laporkan dari Amerika Selatan. Salmonella Typhi dapat hidup dalam tubuh manusia

( manusia sebagai natural reservoir). Manusia yang terinfeksi Salmonella Typhi dapat

mengeksresikanya melalui sekret saluran nafas, urin dan tinja dalam jangka waktu

yang sangat bervariasi. Salmonella Typhi yang berada di luar tubuh manusia dapat

Page 4: DEMAM TIFOID NEW.docx

hidup untuk beberapa minggu apabila berada di dalam air, es, debu atau kotoran yang

kering maupun pada pakian. Akan tetapi Salmonella Typhi hanya dapat hidup kurang

dari 1 minggu pada raw sewage, dan mudah di matikan dengan klorinasi dan

pasteurisasi (temperatur 630C ). Terjadinya penularan Salmonella Typhi sebagian

besar melalui minuman atau makanan yang tercemar oleh mikroorganisme yang

berasal dari penderita atau pembawa mikroorganisme biasanya keluar bersamasama

dengan tinja ( melalui rute oral fekal, jalur oro, fenal ). Dapat juga terjadi transmisi

transplasental dari seorang ibu hamil yang berada dalam bakteremia ke pada bayinya,

pernah di laporkan pula transmisi oro fekal dari seorang ibu pembawa mikrooranisme

pada saat proses kelahirannya kepada bayinya dan sumber mikroorganisme berasal

dari labolatorium peneliti. ( Sumarmo S.dkk 2008 )

IV. ETIOLOGI

Salmonella typhi sama dengan Salmonella lain adalah bakteri Gram negatif

mempunyai flagela tidak berkapsul dan tidak membentuk spora fakultatif anaerob.

Mempunyai anti gensomatik ( O ) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen

( H ) yang terdiri dari protein dan envelope antigen ( K ) yang tediri dari polisakarida.

Mempunyai makromolekuler lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapisan

luar dari diding sel yang di namakan endotoksin. Salmonella Typhi juga dapat

memperoleh plasmid faktor R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple

antibiotik. ( Sumarmo S.dkk 2008 )

Page 5: DEMAM TIFOID NEW.docx

V. MANIFESTASI KLINIK

Masa inkubasi Salmonella typhi antara 3-21 hari, tergantung dari status

kesehatan dan kekebalan tubuh penderita. Pada fase awal penyakit, penderita demam

tifoid selalu menderita demam dan banyak yang melaporkan bahwa demam terasa

lebih tinggi saat sore atau malam hari dibandingkan pagi harinya. Ada juga yang

menyebut karakteristik demam pada penyakit ini dengan istilah ”step ladder

temperature chart”, yang ditandai dengan demam yang naik bertahap tiap hari,

mencapai titik tertinggi pada akhir minggu pertama kemudian bertahan tinggi, dan

selanjutnya akan turun perlahan pada minggu keempat bila tidak terdapat fokus

infeksi.1,4

Gejala lain yang dapat menyertai demam tifoid adalah malaise, pusing, batuk,

nyeri tenggorokan, nyeri perut, konstipasi, diare, myalgia, hingga delirium dan

penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan adanya lidah kotor

(tampak putih di bagian tengah dan kemerahan di tepi dan ujung), hepatomegali,

splenomegali, distensi abdominal, tenderness, bradikardia relatif, hingga ruam

makulopapular berwarna merah muda, berdiameter 2-3 mm yang disebut dengan rose

spot.2,4

VI. PENEGAKAN DIAGNOSTIK

Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan adanya penurunan kadar

hemoglobin, trombositopenia, kenaikan LED, aneosinofilia, limfopenia, leukopenia,

leukosit normal, hingga leukositosis.5 2

Page 6: DEMAM TIFOID NEW.docx

Gold standard untuk menegakkan diagnosis demam tifoid adalah pemeriksaan

kultur darah (biakan empedu) untuk Salmonella typhi. Pemeriksaan kultur darah

biasanya akan memberikan hasil positif pada minggu pertama penyakit. Hal ini

bahkan dapat ditemukan pada 80% pasien yang tidak diobati antibiotik. Pemeriksaan

lain untuk demam tifoid adalah uji serologi Widal dan deteksi antibodi IgM

Salmonella typhi dalam serum. 1,2,4

Uji serologi widal mendeteksi adanya antibodi aglutinasi terhadap antigen O

yang berasal dari somatik dan antigen H yang berasal dari flagella Salmonella typhi.

Diagnosis demam tifoid dapat ditegakkan apabila ditemukan titer O aglutinin sekali

periksa mencapai ≥ 1/200 atau terdapat kenaikan 4 kali pada titer sepasang. Apabila

hasil tes widal menunjukkan hasil negatif, maka hal tersebut tidak menyingkirkan

kemungkinan diagnosis demam tifoid.4,5

- IVFD NaCl 0,9% 28 tpm

- Ceftriaxon 2 gr /24 jam/i

- PCT 500 mg 3x1

- Dulcolax oral 1 kali

VII. PATOFISIOLOGI

Penularan Salmonella thypii dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang

dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus

(muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid

dapat menularkan kuman Salmonella thypii kepada orang lain. Kuman tersebut dapat

Page 7: DEMAM TIFOID NEW.docx

ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan

dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan

kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman

Salmonella thypii masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.

Salmonella thyposa masuk melaui saluran pencernaan kemudian masuk ke

lambung. Basil akan masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan

oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan

mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limfoid ini kuman berkembang biak,

lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel

retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan

menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung

empedu ke organ terutama hati dan limpa serta berkembangbiak sehingga organ-

organ tersebut membesar (Ngastiyah 2005).

Semula klien merasa demam akibat endotoksin, sedangkan gejala pada

saluran pencernaan di sebabkan oleh kelainan pada usus halus. Pada minggu pertama

sakit, terjadi hyperplasia plaks payers. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus.

Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plak pyeri

(Suriadi 2006).

Page 8: DEMAM TIFOID NEW.docx

VIII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Menurut Suryadi (2006) pemeriksaan pada klien dengan typhoid adalah

pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari:

1. Pemeriksaan leukosit

Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat

leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah

sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit

pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-

kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi

Page 9: DEMAM TIFOID NEW.docx

sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk

diagnosa demam typhoid.

2. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat

kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

3. Biakan darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila

biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid.

Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor:

a. Teknik pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium

yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang

digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam

tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.

b. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit

Biakan darah terhadap Salmonella thypii terutama positif pada

minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada

waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.

c. Vaksinasi di masa lampau

Page 10: DEMAM TIFOID NEW.docx

Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat

menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan

bakteremia sehingga biakan darah negatif.

d. Pengobatan dengan obat anti mikroba.

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti

mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil

biakan mungkin negatif.

4. Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi

(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella thypii terdapat dalam

serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah

divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi

Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji

widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang

disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh Salmonella thypii, klien

membuat antibodi atau aglutinin yaitu :

a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh

kuman).

b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel

kuman).

c. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari

simpai kuman)

Page 11: DEMAM TIFOID NEW.docx

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan

titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita

typhoid.

5. Pemeriksaan Tubex

Pemeriksaan yang dapat dijadikan alternatif untuk mendeteksi penyakit

demam tifoid lebih dini adalah mendeteksi antigen spesifik dari kuman

Salmonella (lipopolisakarida O9) melalui pemeriksaan IgM Anti Salmonella

(Tubex TF). Pemeriksaan ini lebih spesifik, lebih sensitif, dan lebih praktis

untuk deteksi dini infeksi akibat kuman Salmonella thypii. Keunggulan

pemeriksaan Tubox TF antara lain bisa mendeteksi secara dini infeksi akut

akibat Salmonella thypii, karena antibody IgM muncul pada hari ke 3

terjadinya demam. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan ini

mempunyai sensitivitas yang tinggi terhadap kuman Salmonella (lebih dari

95%). Keunggulan lain hanya dibutuhkan sampel darah sedikit, dan hasil dapat

diperoleh lebih cepat, Anon1 (2010).

IX. PENATALKSANAAN

Terapi pada demam tifoid adalah untuk mencapai keadaan bebas demam dan

gejala, mencegah komplikasi, dan menghindari kematian. Yang juga tidak kalah

penting adalah eradikasi total bakeri untuk mencegah kekambuhandan keadaan

carrier. Pemilihan antibiotik tergantung pada pola sensitivitas isolat Salmonella typhi

setempat. Munculnya galur Salmonella typhi yang resisten terhadap banyak antibiotik

Page 12: DEMAM TIFOID NEW.docx

(kelompok MDR) dapat mengurangi pilihan antibiotik yang akan diberikan. Terdapat

2 kategori resistensi antibiotik yaitu resisten terhadap antibiotik kelompok

chloramphenicol, ampicillin, dan trimethoprim sulfamethoxazole (kelompok MDR)

dan resisten terhadap antibiotik fluoroquinolone. Nalidixic acid resistant Salmonella

typhi (NARST) merupakan petanda berkurangnya sensitivitas terhadap

fluoroquinolone. Terapi antibiotik yang diberikan untuk demam tifoid tanpa

komplikasi berdasarkan WHO tahun 2003 dapat dilihat pada tabel.3

Antibiotik golongan fluoroquinolone (ciprofloxacin, ofl oxacin, dan pefl

oxacin) merupakan terapi yang efektif untuk demam tifoid yang disebabkan isolat

tidak resisten terhadap fluoroquinolone dengan angka kesembuhan klinis sebesar

98%, waktu penurunan demam 4 hari, dan angka kekambuhan dan fecal carrier

kurang dari 2%.3

Fluoroquinolone memiliki penetrasi ke jaringan yang sangat baik, dapat

membunuh S. typhi intraseluler di dalam monosit/makrofag, serta mencapai kadar

yang tinggi dalam kandung empedu dibandingkan antibiotik lain. Berbagai studi telah

dilakukan untuk menilai efektivitas fluoroquinolone dan salah satu fluoroquinolone

yang saat ini telah diteliti dan memiliki efektivitas yang baik adalah levofloxacin.

Studi komparatif, acak, dan tersamar tunggal telah dilakukan untuk levofl oxacin

terhadap obat standar ciprofloxacin untuk terapi demam tifoid tanpa komplikasi.

Levofloxacin diberikan dengan dosis 500 mg, 1 kali sehari dan ciprofloxacin

diberikan dengan dosis 500 mg, 2 kali sehari masing-masing selama 7 hari.

Kesimpulan dari studi ini adalah bahwa pada saat ini levofloxacin lebih bermanfaat

Page 13: DEMAM TIFOID NEW.docx

dibandingkan ciprofloxacin dalam hal waktu penurunan demam, hasil mikrobiologi

dan secara bermakna memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan

ciprofloxacin.3

Di Amerika Serikat, pemberian regimen ciprofloxcacin atau ceftriaxone

menjadi first line bagi infeksi Salmonella typhi yang resisten terhadap kloramfenikol,

ampisilin, trimethoprim-sulfamethoxazole, streptomycin, sulfonamides, atau

tetrasiklin.1

Tabel 1: Antibiotik yang diberikan pada demam tifoid tanpa komplikasi menurut

WHO 2003

Terapi Optimal Terapi Alternatif

Sensitivita

sAntibiotik

Dosis

mg/kgHari Antibiotik

Dosis

mg/kgHari

Fully

Sensitive

Fluoroquinolone

(ofloxacin atau

ciprofloxacin)

15 5-7

Chloramphenicol

Amoxicillin

TMP-SMX

50 – 75

75 –

100

8 - 40

14-

21

14

14

Multidrug

Resisten

Fluoroquinolone

Atau

15

15 – 20

5-7

7-14

Azithromycin

Cefixime

7

7-14

Page 14: DEMAM TIFOID NEW.docx

Cefixime

Quinolone

Resisten

Azithromycin

atau Ceftriaxone

8 – 10

75

7

10-

14

Cefixime 7-14

Tabel 2: Antibiotik yang diberikan pada demam tifoid berat menurut WHO 2003

Terapi Optimal Terapi Alternatif

Sensitivita

sAntibiotik

Dosis

mg/kgHari Antibiotik mg/kg Hari

Fully

Sensitive

Fluoroquinolone

(ofloxacin)15

10-

14

Chloramphenicol

Amoxicillin

TMP-SMX

100

100

8 - 40

14-

21

14

14

Multidrug

ResistenFluoroquinolone 15

10-

14

Ceftriaxone

Cefotaxime

60

80

10-

14

Quinolone

Resisten

Ceftriaxone 60 10-

14

Fluoroquinolone 20 7-14

Page 15: DEMAM TIFOID NEW.docx

Cefotaxime 80

Pemberian steroid diindikasikan pada kasus toksik tifoid (disertai gangguan

kesadaran dengan atau tanpa kelainan neurologis dan hasil pemeriksaan CSF dalam

batas normal) atau pasien yang mengalami renjatan septik. Regimen yang dapat

diberikan adalah deksamethasone dengan dosis 3x5 mg. Sedangkan pada pasien anak

dapat digunakan deksametashone IV dengan dosis 3 mg/kg dalam 30 menit sebagai

dosis awal yang dilanjutkan dengan 1 mg/kg tiap 6 jam hingga 48 jam. Pengobatan

lainnya bersifat simtomatik.4,5

Pengobatan penderita Demam Tifoid di Rumah Sakit terdiri dari pengobatan

suportif meliputi istirahat dan diet, medikamentosa, terapi penyulit (tergantung

penyulit yang terjadi). Istirahat bertujuan untuk mencegah komplikasi dan

mempercepat penyembuhan. Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari

bebas demam atau kurag lebih selama 14 hari. Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai

dengan pulihnya kekuatan pasien. (Mansjoer, 2001)

Diet dan terapi penunjuang dilakukan dengan pertama, pasien diberikan bubur

saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan

pasien. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan tingkat

dini yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat

kasar) dapat diberikan dengan aman. Juga perlu diberikan vitamin dan mineral untuk

mendukung keadaan umum pasien.(Mansjoer, 2001)

Page 16: DEMAM TIFOID NEW.docx

Pada kasus perforasi intestinal dan renjatan septik diperlukan perawatan

intensif dengan nutrisi parenteral total. Spektrum antibiotik maupun kombinasi

beberapa obat yang bekerja secara sinergis dapat dipertimbangkan. Kortikosteroid

perlu diberikan pada renjatan septik. (Mansjoer, 2001)

Diet Penyakit Demam Tifoid

Penderita penyakit demam Tifoid selama menjalani perawatan haruslah mengikuti

petunjuk diet yang dianjurkan oleh dokter untuk di konsumsi, antara lain :

1. Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.

2. Tidak mengandung banyak serat.

3. Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.

4. Makanan lunak diberikan selama istirahat.

X. KOMPLIKASI

Komplikasi demam tifoid dapat dibagi di dalam :

1. Komplikasi intestinal

1. Perdarahan usus

2. Perforasi usus

3. Ileus paralitik

2. Komplikasi ekstraintetstinal

1. Komplikasi kardiovaskular: kegagalan sirkulasi perifer

(renjatan/sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.

Page 17: DEMAM TIFOID NEW.docx

2. Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia dan atau

koagulasi intravaskular diseminata dan sindrom uremia hemoltilik.

3. Komplikasi paru: penuomonia, empiema dan peluritis.

4. Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitiasis.

5. Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis dan perinefritis.

6. Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis dan artritis.

7. Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, mengingismus, meningitis,

polineuritis perifer, sindrim Guillain-Barre, psikosis dan sindrom

katatonia.

Pada anak-anak dengan demam paratifoid, komplikasi lebih jarang terjadi.

Komplikasi lebih sering terjadi pada keadaan toksemia berat dan kelemahan umum,

bila perawatan pasien kurang sempurna. (Mansjoer, 2001)

XI. PENCEGAHAN

Pencegahan demam tifoid diupayakan melalui berbagai cara: umum dan

khusus/imunisasi. Termasuk cara umum antara lain adalah peningkatan higiene dan

sanitasi karena perbaikan higiene dan sanitasi saja dapat menurunkan insidensi

demam tifoid. (Penyediaan air bersih, pembuangan dan pengelolaan sampah).

Menjaga kebersihan pribadi dan menjaga apa yang masuk mulut (diminum atau

dimakan) tidak tercemar Salmonella typhi. Pemutusan rantai transmisi juga penting

yaitu pengawasan terhadap penjual (keliling) minuman/makanan. (Darmowandowo,

2006)

Page 18: DEMAM TIFOID NEW.docx

Ada dua vaksin untuk mencegah demam tifoid. Yang pertama adalah vaksin

yang diinaktivasi (kuman yang mati) yang diberikan secara injeksi. Yang kedua

adalah vaksin yang dilemahkan (attenuated) yang diberikan secara oral. Pemberian

vaksin tifoid secara rutin tidak direkomendasikan, vaksin tifoid hanta

direkomendasikan untuk pelancong yang berkunjung ke tempat-tempat yang demam

tifoid sering terjadi, orang yang kontak dengan penderita karier tifoid dan pekerja

laboratorium. (Department of Health and human service, 2004)

Vaksin tifoid yang diinaktivasi (per injeksi) tidak boleh diberikan kepada

anak-anak kurang dari dua tahun. Satu dosis sudah menyediakan proteksi, oleh karena

itu haruslah diberikan sekurang-kurangnya 2 minggu sebelum bepergian supaya

memberikan waktu kepada vaksin untuk bekerja. Dosis ulangan diperlukan setiap dua

tahun untuk orang-orang yang memiliki resiko terjangkit. (Department of Health and

human service, 2004)

Vaksin tifoid yang dilemahkan (per oral) tidak boleh diberikan kepada anak-

anak kurang dari 6 tahun. Empat dosis yang diberikan dua hari secara terpisah

diperlukan untuk proteksi. Dosis terakhir harus diberikan sekurang-kurangnya satu

minggu sebelum bepergian supaya memberikan waktu kepada vaksin untuk bekerja.

Dosis ulangan diperlukan setiap 5 tahun untuk orang-orang yang masih memiliki

resiko terjangkit. (Department of Health and human service, 2004)

Ada beberapa orang yang tidak boleh mendapatkan vaksin tifoid atau harus

menunggu. Yang tidak boleh mendapatkan vaksin tifoid diinaktivasi (per injeksi)

adalah orang yang memiliki reaksi yang berbahaya saat diberi dosis vaksin

Page 19: DEMAM TIFOID NEW.docx

sebelumnya, maka ia tidak boleh mendapatkan vaksin dengan dosis lainnya. Orang

yang tidak boleh mendapatkan vaksin tifoid yang dilemahkan (per oral) adalah :

orang yang mengalami reaksi berbahaya saat diberi vaksin sebelumnya maka tidak

boleh mendapatkan dosis lainnya, orang yang memiliki sistem imunitas yang lemah

maka tidak boleh mendapatkan vaksin ini, mereka hanya boleh mendapatkan vaksin

tifoid yang diinaktifasi, diantara mereka adalah penderita HIV/AIDS atau penyakit

lain yang menyerang sistem imunitas, orang yang sedang mengalami pengobatan

dengan obat-obatan yang mempengaruhi sistem imunitas tubuh semisal steroid

selama 2 minggu atau lebih, penderita kanker dan orang yang mendapatkan

perawatan kanker dengan sinar X atau obat-obatan. Vaksin tifoid oral tidak boleh

diberikan dalam waktu 24 jam bersamaan dengan pemberian antibiotik. (Department

of Health and human service, 2004)

Suatu vaksin, sebagaimana obat-obatan lainnya, bisa menyebabkan problem

serius seperti reaksi alergi yang parah. Resiko suatu vaksin yang menyebabkan

bahaya serius atau kematian sangatlah jarang terjadi. Problem serius dari kedua jenis

vaksin tifoid sangatlah jarang. Pada vaksin tifoid yang diinaktivasi, reaksi ringan

yang dapat terjadi adalah : demam (sekitar 1 orang per 100), sakit kepada (sekitar 3

orang per 100) kemerahan atau pembengkakan pada lokasi injeksi (sekitar 7 orang

per 100). Pada vaksin tifoid yang dilemahkan, reaksi ringan yang dapat terjadi adalah

demam atau sakit kepada (5 orang per 100), perut tidak enak, mual, muntah-muntah

atau ruam-ruam (jarang terjadi). (Department of Health and human service, 2004