degsel

41
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penuaan merupakan kejadian yang alamiah, adalah proses degenerasi yang berlangsung pada setiap orang. Proses menua disebabkan oleh faktor intrinsik, yang berarti terjadi perubahan struktur anatomik dan fungsi sel maupun jaringan disebabkan oleh penyimpangan didalam sel/jaringan dan bukan oleh faktor luar (penyakit). Menghambat penuaan berarti mempertahankan struktur anatomi pada suatu tahapan kehidupan tertentu sepanjang mungkin maka untuk ini diperlukan penguasaan ilmu anatomi. Terjadinya perubahan anatomik pada sel maupun jaringan tiap saat dalam tahapan kehidupan menunjukan bahwa anatomi adalah ilmu yang dinamis. Banyak sekali keluhan-keluhan yang dialami oleh para manula yang mengalami degenerasi. Diantaranya masalah musculoskeletal (misalnya osteoporosis), pada wanita periode haid yang tidak teratur, sensasi semburan panas (Hot Flashes), masalah seksual, rasa lesu dan gangguan tidur, perubahan perasaan, perubahan bentuk tubuh, dan keluhan lain seperti nyeri kepala, gangguan daya ingat (pelupa), nyeri persendian dan kaku otot, serta gangguan konsentrasi dalam berpikir. Untuk lebih jelasnya mengenai degenerasi dan mengetahui mengenai penyebab, tanda-tanda, pemeriksaan, dll, dibahas secara lengkap pada makalah ini.

description

degenerasi browww

Transcript of degsel

  • BAB IPENDAHULUAN

    1.1 Latar belakang

    Penuaan merupakan kejadian yang alamiah, adalah proses degenerasi yang

    berlangsung pada setiap orang. Proses menua disebabkan oleh faktor intrinsik, yang

    berarti terjadi perubahan struktur anatomik dan fungsi sel maupun jaringan

    disebabkan oleh penyimpangan didalam sel/jaringan dan bukan oleh faktor luar

    (penyakit). Menghambat penuaan berarti mempertahankan struktur anatomi pada

    suatu tahapan kehidupan tertentu sepanjang mungkin maka untuk ini diperlukan

    penguasaan ilmu anatomi. Terjadinya perubahan anatomik pada sel maupun jaringan

    tiap saat dalam tahapan kehidupan menunjukan bahwa anatomi adalah ilmu yang

    dinamis.

    Banyak sekali keluhan-keluhan yang dialami oleh para manula yang

    mengalami degenerasi. Diantaranya masalah musculoskeletal (misalnya

    osteoporosis), pada wanita periode haid yang tidak teratur, sensasi semburan panas

    (Hot Flashes), masalah seksual, rasa lesu dan gangguan tidur, perubahan perasaan,

    perubahan bentuk tubuh, dan keluhan lain seperti nyeri kepala, gangguan daya ingat

    (pelupa), nyeri persendian dan kaku otot, serta gangguan konsentrasi dalam berpikir.

    Untuk lebih jelasnya mengenai degenerasi dan mengetahui mengenai

    penyebab, tanda-tanda, pemeriksaan, dll, dibahas secara lengkap pada makalah ini.

  • 1.2 Rumusan Masalah

    1.2.1 Bagaimana klasifikasi dan HPA dari degenerasi ?

    1.2.2 Bagaimana etiologi, patogenesis, gambaran klinis, dan pemeriksaan radologis,

    klinis, dan HPA dari :

    a. tulang e. lidah

    b. TMJ f. mukosa

    c. gigi (pulpa) g. Jaringan periodontal

    d. salivary gland

    1.3 Tujuan Penulisan

    1.3.1 Mengetahui klasifikasi dan HPA dari degenerasi

    1.3.2 Mengetahui etiologi, patogenesis, gambaran klinis, dan pemeriksaan

    radologis, klinis, dan HPA dari :

    a. tulang e. lidah

    b. TMJ f. mukosa

  • c. gigi (pulpa) g. Jaringan periodontal

    d. salivary gland

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Degenerasi

    Degenerasi dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu pembengkakan

    sel dan perubahan perlemakan. Pembengkakan sel timbul jika sel tidak dapat

    mengatur keseimbangan ion dan cairan yang menyebabkan hidrasi sel. Sedangkan

    perubahan perlemakan bermanifestasi sebagai vakuola-vakuola lemak di dalam

    sitoplasma dan terjadi karena hipoksia atau bahan toksik. Perubahan perlemakan

    dijumpai pada sel yang tergantung pada metabolism lemak seperti sel hepatosit dan

    sel miokard. (Janti Sudiono, 2003 : 13)

    1. Degenerasi Hidrofik

    Degenerasi hidrofik merupakan jejas sel yang reversible dengan penimbunan

    intraselular yang lebih parah jika dengan degenerasi albumin. Etiologinya sama

    dengan pembengkakan sel hanya intensitas rangsangan patologik lebih berat dan

    jangka waktu terpapar rangsangan patologik lebih lama.

    Secara miokroskopik organ yang mengalami degenerasi hidrofik menjadi

    lebih besar dan lebih berat daripada normal dsan juga nampak lebih pucat. Nampak

    juga vakuola-vakuola kecil sampai besar dalam sitoplasma

  • 2. Degenerasi Lemak

    Degenerasi lemak dan perubahan perlemakan (fatty change)

    menggambarkan adanya penimbunan abnormal trigliserid dalam sel parenkim.

    Perubahan perlemakan sering terjadi di hepar karena hepar merupakan organ utama

    dalam metabolism lemak selain organ jantung, otot dan ginjal.

    Etiologi dari degenerasi lemak adalah toksin, malnutrisi protein, diabetes

    mellitus, obesitas, dan anoksia. Jika terjadi gangguan dalam proses metabolism

    lemak, akan timbul penimbunan trigliserid yang berlebihan. Akibat perubahan

    perlemakan tergantung dari banyaknya timbunan lemak. Jika tidak terlalu banyak

    timbunan lemak, tidak menyebabkan gangguan fungsi sel, tetapi jika timbunan lemak

    berlebihan, terjadi perubahan perlemakan yang menyebabkan nekrosis.

    3. Degenerasi Hyalin

    Istilah hyaline digunakan untuk istilah deskriprif histologik dan bukan

    sebagai tanda adanya jejas sel. Umumnya perubahan hyaline merupakan perubahan

    dalam sel atau rongga ekstraseluler yang memberikan gambaran homogeny, cerah

    dan berwarna merah muda dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin. Kedaan ini

    terbentuk akibat berbagai perubahan dan tidak menunjukkan suatu bentuk

    penimbunan yang spesifik.

    4. Degenerasi Zenker

    Dahulu dikenal sebagai degenerasi hialin pada otot sadar yang mengalami

    nekrosis. Otot yang mengalami degenerasi zenker adalah otot rektus abdominis dan

    diafragma.

    5. Degenerasi Mukoid

    Mucus adalah substansi kompleks yang cerah, kental, dan berlendir dengan

    komposisi yang bermacam-macam dan pada keadaan normal disekresi oleh sel epitel

    serta dapat pula sebagai bagian dari matriks jaringan ikat longgar tertentu.

  • Musin dapat dijumpai di dalam sel, dan mendesak inti ke tepi seperti pada

    adenokarsinoma gaster yang memberikan gambaran difus terdiri atas sel-sel gaster

    yang memiliki sifat ganas dan mengandung musin. Musin tersebut akan mendesak

    inti ke tepi sehingga sel menyerupai cincin dinamakan Signet Ring Cell. Musin di

    jaringan ikat, dahulu dinamakan degenerasi miksomatosa. Keadaan ini menunjukkan

    adanya musin di daerah interselular dan memisahkan sel-sel Stelata (Stellate Cell/

    Star Cell). (Janti Sudiono, 2003 : 14-20)

    2.2 DEGENRASI PADA JARINGAN KERAS

    1. Degenerasi pada tulang (Osteoporosis)

    Osteoporosis merupakan penipisan tulang yang abnormal, mungkin idiopatik

    atau sekunder terhadap penyakit lain. Yang ditandai oleh berkurangnya massa dan

    mineral tulang sehingga menyebabkan kondisi tulang menjadi rapuh, keropos dan

    mudah patah.

    Osteoporosis termasuk penyakit gangguan metabolism, dimana tubuh tidak

    mampu menyerap dan menggunakan bahan-bahan untuk proses pertulangan secara

    normal, seperti zat kapur = Kalsium, phospat, dan bahan-bahan lainnya.

    Pada keadaan ini terjadi pengurangan masa/ jaringan tulang dibandingkan

    dengan keadaan normal. Atau dengan bahasa awam, tulang lebih ringan dan lebih

    rapuh. Meskipun mungkin zat-zat dan mineral untuk pemebentuk tulang di dalam

    darah masih dalam batas nilai normal. Proses pengurangan ini terjadi di seluruh

    tulang dan berkelanjutan sepanjang kehidupan.

    2. Degenerasi pada TMJ

    Osteoartritis (OA) adalah bentuk dari arthritis yang berhubungan dengan

    degenerasi tulang dan kartilago yang paling sering terjadi pada usia lanjut.

    Osteoartritis, yang juga disebut dengan penyakit sendi degeneratif, artritis

    degeneratif, osteoartrosis, atau artritis hipertrofik, merupakan salah satu masalah

  • kedokteran yang paling sering terjadi dan menimbulkan gejala pada orang orang

    usia lanjut maupun setengah baya. Terjadi pada orang dari segala etnis, lebih sering

    mengenai wanita, dan merupakan penyebab tersering disabilitas jangka panjang pada

    pasien dengan usia lebih dari 65 tahun. Lebih dari sepertiga orang dengan usia lebih

    dari 45 tahun mengeluhkan gejala persendian yang bervariasi mulai sensasi kekakuan

    sendi tertentu dan rasa nyeri intermiten yang berhubungan dengan aktivitas, sampai

    kelumpuhan anggota gerak dan nyeri hebat yang menetap, biasanya dirasakan akibat

    deformitas dan ketidakstabilan sendi.

    Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi yang karakteristik dengan

    menipisnya rawan sendi secara progresif, disertai dengan pembentukan tulang baru

    pada trabekula subkondral dan terbentuknya rawan sendi dan tulang baru pada tepi

    sendi (osteofit).

    3. Degenerasi pada gigi (Pulpa)

    Degenerasi pulpa merupakan kemunduran jaringan pulpa yang bukan

    diakibatkan karena suatu keradangan. Degenerasi umumnya dijumpai pada gigi orang

    tua, degenerasi juga dapat disebabkan oleh iritasi ringan yang persisten pada gigi

    orang muda, seperti pada degenerasi kalsifik pulpa. Degenerasi tidak berhubungan

    dengan infeksi atau karies, meskipun suatu kavitas atau tumpatan mungkin dijumpai

    pada gigi yang terpengaruh. Tingkat awal degenerasi pulpa biasnya tidak

    menyebabkan gejala klinis nyata. Gigi tidak berubah warna , dan pulpa bereaksi

    secara normal terhadap tes listrik dan tes termal. Bila degenerasi pulpa berkembang

    gigi mungkin berubah warna dan pulpa tidak bereaksi terhadap stimulasi.

    2.3 DEGENERASI PADA JARINGAN LUNAK

    1. Degenerasi pada kelenjar saliva (Xerostomia)

  • Xerostomia : mulut kering akibat produksi kelenjar ludah yang berkurang. Gangguan

    produksi kelenjar ludah tersebut dapat diakibatkan oleh gangguan / penyakit pada

    pusat ludah, syaraf pembawa rangsang ludah ataupun oleh perubahan komposisi faali

    elektrolit ludah. Gangguan tersebut diatas dapat terjadi oleh karena rasa takut / cemas,

    depresi, tumor otak, obat-obatan tertentu, penyakit kencing manis, penyakit ginjal dan

    penyakit radang selaput otak.Keluhan mulut kering dapat terjadi akut atau kronis,

    sementara atau permanen dan kurang atau agak sempurna. Dalam bentuk apa keluhan

    mulut kering timbul, tergantung dari penyebabmya. Mulut kering juga dapat

    disebabkan oleh berbagai faktor. Keadaan-keadaan fisiologis seperti berolahraga,

    berbicara terlalu lama, bernafas melalui mulut, stress dapat menyebabkan keluhan

    mulut kering. Penyebab yang paling penting diketahui adalah adanya gangguan pada

    kelenjar saliva yang dapat menyebabkan penurunan produksi saliva, seperti radiasi

    pada daerah leher dan kepala, penyakit lokal pada kelenjar saliva dan lain-lain.

    2. Degenerasi pada lidah (Taste Disorder)

    Pengecap merupakan fungsi utama taste buds dalam rongga mulut, namun

    indera pembau juga sangat berperan pada persepsi pengecap. Selain itu, tekstur

    makanan seperti yang dideteksi oleh indera pengecap taktil dari rongga mulut dan

    keberadaan elemen dalam makanan seperti merica, yang merangsang ujung saraf

    nyeri, juga berperan pada pengecap.

    Biasanya orang tua mengeluh tidak adanya rasa makanan. Keluhan ini dapat

    disebabkan karena dengan bertambahnya usia mempengaruhi kepekaan rasa akibat

    berkurangnya jumlah pengecap pada lidah, kehilangan unsur-unsur reseptor pengecap

    juga dapat mengurangi fungsional yang dapat mempengaruhi turunnya sensasi rasa,

    perubahan ini harus diingat orang tua mengenai berkurangnya kenikmatan pada saat

    makan (Papas AS et al., 1991).

    3. Degenerasi pada mukosa

  • Secara klinis terlihat atrofi mukosa dan warna yang lebih pucat pada lapisan epitel, kemampuan mitosis berkurang disertai pergantian epitel yang lambat

    Proses keratinisasi berlangsung lambat dan lapisan epitel terlihat tipis pada lamina propria dan submukosa terjadi perubahan yang mirip dengan lapisan

    dermis

    Sel-sel mengalami perubahan terutama sel fibroblas Serat elastin dan kolagen bertambah tebal dan memadat

    Patogenesis : Penurunan proloferasi epitel , menyebabkan penipisan

    mukosa, pengasaran serabut kolagen

    Pemeriksaan HPA : Pada lamina Propria dan lapisan submukosa trjadi perubahan

    yang mirip dengan lapisan dermis.

    4. Degenerasi jaringan periodontal

    Selama proses me-nua, kelenjar lemak meningkat dan permukaan

    mukosa tampak halus serta pembuluh darah lingual menonjol; ini mungkin

    ber-hubungan dengan menipisnya epitel mukosa karena menurunnya

    proliferasi sel. Selain itu, mukosa mengalami pengasaran serabut kolagen

    dan kemunduran elastisitas. Mukosa menjadi peka akibat penurunan drastis

    produksi saliva (hiposaliva).

  • BAB III

    PEMBAHASAN

    3.1 Klasifikasi degenerasi

    Degenerasi merupakan kemunduran sel oleh karena padanya terjadi gangguan

    metabolisme sehingga tertimbun (akumulasi) bahan-bahan metabolit, yang normal

    tidak tampak dalam jumlah sedikit, sehingga sel menjadi bengkak dan sakit.

    Degenerasi dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu pembengkakan sel dan

    perubahan perlemakan. Pembengkakan sel timbul jika sel timbul jika sel tidak dapat

    mengatur keseimbangan ion dan cairan yang menyebabkan hidrasi sel. Sedangkan

    perubahan perlemakan bermanifestasi sebagai vakuola-vakuola lemak di dalam

    sitoplasma dan terjadi karena hipoksia atau bahan toksik. Perubahan perlemakan

    dijumpai pada sel yang tergantung pada metabolisme lemak seperti sel hepatosit dan

    selmiokard.

    Macam-macam degenerasi:

    1. Degenerasi lemak

    Ialah timbunan lemak yang abnormal dalam sel yang sakit, dapat terjadi pada

    hepar, jantung, ginjal, dan pulpa.

    Etiologi :

    Anoxia

    Infeksi

    Intoksikasi zat kimia (chlour, phospor, bishmath, arsen)

    Mal nutrisi

    Diabetes melitus

  • Infiltrasi lemak/jaringan lemak ialah timbunan lemak diantara jaringan ikat

    (jantung, pankreas), pada obesitas, tidak menyebabkan gangguan fungsi.

    2. Degenerasi lendir

    Bahan lendir tubuh :

    Diproduksi oleh jaringan ikat oleh fibroblast mucopoliy sacharida/myxoid

    Myxoid adalah zat perekat antar sel jaringan ikat yang berfungsi sebagai

    shock absorber dan sebagai pertahanan jaringan ikat (menstion serangan

    kuman).

    Degenerasi lendir dibagi dua, yaitu :

    Degenerasi mukoid

    Musin dapat dijumpai pada sel dan mendesak inti ke tepi seperti pada

    adenokarsinoma gaster yang memberikan gambaran difus terdiri atas sel-

    sel gaster yang memiliki sifat ganas dan mengandung musin. Musin

    tersebut akan mendesak inti ke tepi sehingga sel menyerupai cincin dan

    damakan signet ring sel.

    Degenerasi miksomatik

    Pada degenerasi miksomatik, musin tertimbun di jaringan ikat. Keadaan

    ini menunjukkan adanya musin di daerah interseluler dan memisahkan

    sel-sel stelata.

    3. Degenerasi hyaline

    Umumnya perubahan hialin merupakan perubahan dalam sel atau rongga

    ekstraselular yang memberikan gambaran homogen, cerah, dan berwarna merah

    muda dengan pewarnaan HE. Keadaan ini terbentuk akibat berbagai perubahan

    dan tidak menunukkan suatu bentuk penimbunan yang spesifik.

    4. Degenerasi hidrofik

    Degenerasi hidropik merupakan jejas yang reversible dengan penimbuna

    intraselular yang lebih parah jika dibandingkan degenerasi albumin. Etiologinya

  • dianggap sama dengan pembengkakan sel, hanya intensitas rangsang patologik

    lebih berat dan jangka waktu terpapar rangsangan patologik tersebut lebih lama.

    Krakteristik dengan penumpukan air lanjut dalam sel. Hal ini dapat disebabkan

    oleh kerusakan mitokondria yang nyata, terhentinya produksi ATP dan

    kegagalan dari pompa natrium, yang menyebabkan peningkatan tekanan

    osmotic dalam sel. Perubahan dalam permeabilitas membran sel terhadap zat

    lain dapat ditimbulkan oleh bahan-bahantoksik.

    Selain itu dapat disebkan oleh gangguan air dan elektrolit yang berat,

    khususnya kehilangan kalium. Bahan-bahan fisiko-kimiawi, contohnya luka

    baker, terseduh, kloroform dan karbon tetraklorida. Keadaaan efektif dan

    setelah cloudy swelling,jika berlangsung lama.

    Degenerasi hidropik ini biasanya terdapat pada sel hepar dan tubulus kontortus

    ginjal.

    Gambaran makroskopis organ yang mengalami degenerasi hidrofik menjadi

    lebih besar dan lebih berat daripada normal dan juga tampak lebih pucat.

    Gambaran mikroskopik menunjukkan sel membengkak menyebabkan desakan

    pada kapiler-kapiler organ seperti kapiler pada sinusoid hati. Bila pada

    penimbunan air dalam sel berlanjut karena jejas terhadap sel semakin berat,

    akan timbul vakuola-vakuola kecil dan nampak cerah dalam sitoplasmik.

    Sehingga nampak vakuola-vakuola kecil sampai besar pada sitoplasma.

    5. Degenerasi zenker

    Degenerasi zenker dikenal sebagai degenerasi hialin pada otot sadar yang

    mengalami nekrosis. Otot yang mengalami degenerasi zenker adalah otot rectus

    abdominis dan diafragma. Degenerasi ini ditemukan pada pneunomia dan tifus

    abdominalis stadium terminal.

    6. Degenerasi Amiloid

    Degenerasi amiloid ini memiliki kesamaan dengan degenerasi hyaline.

    Degenerasi amiloid memiliki sifat diantaranya memberikan reaksi khusus pada

  • pengecatan, selektif dalam deposisinta (ada dua bagian tubuh yang terpilih/

    tidak seluruhnya/selektif), ada hubungan dengan penyakit tertentu, dan

    ditemukan pada organ-organ yang termasuk RES.

    Macam Amilodosis :

    a. Amilodosis primer

    Ini tidak diketahui penyebabnya yang jelas (idiopatik). Organ yang

    terkena antaralain jaringan otot, tract digostricus, jantung dan lidah.

    Komplikasinya yaitu pada otot, serat-serat otot diganti / ditimbun bahan

    amiloid.

    b. Amilodosis sekunder

    Terjadi secara sekunder, sebagai komplikasi penyakit lain (didahului oleh

    penyakit lain). Misal oleh penyakit tuberkolusa, osteo myelitis khronis

    supurativa, lepra, tumor ganas. Organ yang terkena antara lain limpa,

    ginjal dan anak ginjal, hati, dan sel getah bening.

    c. Amilodosis pada Multiple Myeloma (tumor pada myeloma)Multiple myeloma adalah tumor ganas yang HPA mengandung banyak

    sel plasma. Dasar etiologinya adalah reaksi imunologi. Pada umumnya

    30% kasus multiple myeloma disertai amilodosis primer.

    d. Amilodosis LokalAmilodosis local terjadi pada tempat-tempat tertentu.

    Patogenesis :

    Merupakan permulaan dari amilodosis primer yang umum

    (menyeluruh)

    Pada penderita dengan penyakit lain misalnya diabetes militus

    (pada lympha / kelopak mata)

    Penderita yang lanjut usia (pada pancreas)

  • Penyakit trachoma (timbul bintil-bintil pada kelopak mata amiloid

    tumor)

    3.2 Penyakit Degenerasi

    1. Degenerasi pada Tulang

    Klasifikasi

    a. Osteoporosis primer

    Osteoporosis primer sering menyerang wanitapaska menopause dan juga pada

    pria usia lanjut dengan penyebab yang belum diketahui.

    b. Osteoporosis sekunder

    Sedangkan osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit yang berhubungan

    dengan :

    Cushing's disease

    Hyperthyroidism

    Hyperparathyroidism

    Hypogonadism

    Kelainan hepar

    Kegagalan ginjal kronis

    Kurang gerak

    Kebiasaan minum alkohol

    Pemakai obat-obatan/corticosteroid

    Kelebihan kafein

    Merokok

    Etiologi :

  • Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormon

    utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam

    tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia diantara 51-75

    tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita

    memiliki risiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita

    kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit

    hitam.

    Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan

    kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan

    hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan

    ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70

    tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita

    osteoporosis senilis dan postmenopausal.

    Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis

    sekunder, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-

    obatan.Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal

    (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid,

    barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang

    berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan ini.

    Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang

    penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang

    memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak

    memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.

    Gejala Klinis

    Kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita

    osteoporosis senilis), sehingga pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala.

    Beberapa penderita tidak memiliki gejala. Jika kepadatan tulang sangat berkurang

  • sehingga tulang menjadi kolaps atau hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan

    kelainan bentuk.

    Kolaps tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang

    belakang yang rapuh bisa mengalami kolaps secara spontan atau karena cedera

    ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari

    punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika

    disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan

    menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Jika

    beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal

    dari tulang belakang (punuk Dowager), yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit.

    Tulang lainnya bisa patah, yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang

    ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah

    tulang panggul. Yang juga sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius) di daerah

    persambungannya dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles. Selain itu,

    pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung menyembuh secara perlahan.

    Patogenesis

    Mekanisme yang mendasari dalam semua kasus osteoporosis adalah

    ketidakseimbangan antara resorpsi tulang dan pembentukan tulang. Dalam tulang

    normal, terdapat matrik konstan remodeling tulang; hingga 10% dari seluruh massa

    tulang mungkin mengalami remodeling pada saat titik waktu tertentu. Proses

    pengambilan tempat dalam satuan-satuan multiseluler tulang (bone multicellular units

    (BMUs)) pertama kali dijelaskan oleh Frost tahun 1963.[1] Tulang diresorpsi oleh sel

    osteoklas (yang diturunkan dari sumsum tulang), setelah tulang baru disetorkan oleh

    sel osteoblas.

    Osteoporosis adalah suatu penyakit kelainan pada tulang yang ditandai

    dengan berkurangnya massa tulang, kerusakan tubuh atau arsitektur tulang sehingga

    tulang mudah patah.

  • Osteoporosis adalah penyakit degeneratif yaitu suatu penyakit yang

    berhubungan dengan usia. Tapi Osteoporosis bisa dihindari atau dicegah agar jangan

    terjadi akibat yang lebih fatal yaitu patah tulang.

    Secara normal di tubuh kita terjadi suatu tahapan yang disebut remodelling

    tulang, yaitu suatu proses pergantian tulang yang sudah tua untuk diganti dengan

    tulang yang baru. Hal ini sudah terjadi pada saat pembentukan tulang mulai

    berlangsung sampai selama kita hidup.

    Setiap saat terjadi remodeling tulang di tulang manusia. Proses remodeling

    ini dimulai dengan terjadinya resorpsi atau penyerapan atau penarikan tulang oleh sel

    tulang yaitu osteoklas, kemudian tulang yang sudah diserap itu tadi akan diisi oleh

    tulang yang baru dengan bantuan sel tulang yang bernama osteoblas.

    Kejadian ini adalah suatu keadaan yang normal, dimana pada saat proses

    pembentukan tulang sampai umur 30 35 tahun, jumlah tulang yang diserap atau

    diresorpsi sama dengan jumlah tulang baru yang mengisi atau menggantikan sehingga

    terbentuk puncak massa tulang, tapi setelah berumur 35 tahun keadaan ini tidak

    berjalan dengan seimbang lagi dimana jumlah tulang yang diserap lebih besar dari

    jumlah tulang baru yang menggantikan. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya

    penurunan massa tulang yang berakibat pada osteoporosis.

    Macam degenerasi pada tulang :

    a. Mandibula

    Rahang bawah dibentuk oleh tulang mandibula yang merupakan struktur tulang

    paling kokoh pada wajah. Tulang mandibula adalah tulang yang unik,

    membentuk lengkung atau arkus dari kri ke kanan yang bila ditilik dari garis

    tengah memiliki struktur simetris di bagian kiri dan kanan.

    b. Penuaan pada mandibula

    Penuaan pada mandibula terjadi karena adanya resobsi alveolar sampai setinggi

    1cm, terutama pada rahang tanpa gigi atau setelah pencabutan.

    c. Tulang alveolar :

  • Terjadi resobsi pada processus alveolaris, terutama setelah pencabutan gigi,

    sehingga : tinggi wajah berkurang, pipi dan labium oris tidak terdukung, serta

    wajah menjadi keriput.

    Resobsi tulang alveolar menyebabkan pengurangan jumlah tulang akibat

    kerusakan tulang karena adanya peningkatan osteoklas, sehingga terjadi proses

    osteolisis dan peningkatan vaskularisasi. Akibat penuaan mengakibatkan

    kontraksi otot bertambah panjang saat menutup mulut. Hal ini menyebabkan

    kerja sendi lebih kompleks. Terjadi resobsi pada caput mandibula, membatasi

    ruang gerak dan menutup mandibula. Penuaaan mengakibatkan kehilangan

    kontak oklusal sehingga mengacaukan fungsi kunyah.

    Unsur-unsur tulang mandibula berubah secara signifikan dengan bertambahnya

    usia untuk kedua jenis kelamin dan bahwa perubahan ini, ditambah dengan

    perubahan jaringan lunak menyebabkan tampilan pada usia yang lebih rendah

    sepertiga dari wajahnya. Baik panjang maupun tinggi mandibula berkurang

    secara signifikan untuk kedua jenis kelamin. Perubahan tulang ini dapat

    menghasikan suatu tampilan yaitu berkurangnya proyeksi dan tinggi wajah

    bagian bawah yang ditemukan seiring bertambahnya umur. Sudut rahang

    meningkat dengan usia, yang mengakibatkan batas bawah wajah menjadi

    kurang jelas. Hilangnya keseluruhan volume mandibula mungkin juga

    berkontribusi terhadap penuruna dari lapisan lemak bukal. Hilangnya volume

    mandibula juga mempengaruhi penuaan leher yang berkontribusi memberikan

    kelenturan plathysma dan jaringan lunak leher. Hasil ini menunjukkan bahwa

    mandibula berubah secara dramatis dengan bertambahnya usia.

    2. Degenerasi pada TMJ

    Osteoartritis adalah proses degenerasi atau penuaan sendi. Pada proses penuaan

    ini lapisan tulang rawan sendi yang terdapat pada rongga sendi menipis, sehingga

    jarak antara dua tulang saling bedekatan. Hal ini terjadi dalam waktu yang lama

  • membuat rasa ngilu pada sendi bila digerakan. Reaksi lain yang timbul akibat dari

    beradunya dua tulang tersebut membuat jaringan tulang manjadi kasar dan timbul

    berduri (spur).

    Osteoarthritis adalah tipe dari arthritis yang disebabkan oleh kerusakan atau

    penguraian dan akhirnya kehilangan tulang muda (cartilage) dari satu atau lebih

    sendi-sendi. Cartilage adalah senyawa protein yang melayani sebagai "bantal" antara

    tulang-tulang dari sendi-sendi. Osteoarthritis juga dikenal sebagai degenerative

  • arthritis.

    1. Etiologi.

  • Osteoartritis seringkali terjadi tanpa diketahui sebabnya, yang disebut

    denganosteoartritis idiopatik. Pada kasus yang lebih jarang, osteoartritis dapat

    terjadi akibat trauma pada sendi, infeksi, atau variasi herediter, perkembangan,

    kelainan metabolik dan neurologik., yang disebut dengan osteoartritis sekunder.

    Onset usia pada osteoartritis sekunder tergantung pada penyebabnya; maka dari

    itu, penyakit ini dapat berkembang pada dewasa muda, dan bahkan anak-anak,

    seperti halnya pada orang tua. Sebaliknya, terdapat hubungan yang kuat antara

    osteoartritis primer dengan umur.

    Osteoartritis biasanya melibatkan semua jaringan yang membentuk sendi

    sinovial, termasuk rawan sendi, tulang subchondral, tulang metafise, synovium,

    ligamen, kapsul sendi, dan otot otot yang bekerja melalui sendi; tetapi

    perubahan primer meliputi kerusakan rawan sendi, remodeling tulang

    subchondral, dan pembentukan osteofit.

    2. Patogenesis

    tulang rawan

    KONDROSIT mengalami degenerasi

    tulang rawan tipis (matriks dan struktur)

    retakan pada sendi

  • tulang rapuh

    permukaan tulang rawan kasar dan berlubang

    sendi tidak bisa bergerak dengan halus

    semua komponen dalam sendi (tulang, kapsul sendi, jaringan

    sinovial, tendon dan tulang rawan)

    kekakuan sendi

    Perubahan jaringan synovial

    cairan synovial akan berkurang mempengaruhi kelancaran

    pergerakan dari diskus artikularis

    akibat lebih lanjut terjadi krepitasi pada gerak sendi

    pada keadaan lebih parah dapat merobek atau merusak diskus

    artikularis

    Perubahan pada ligamentum sendi

    pengurangan ketebalan kapsula sendi

    pengurangan daya tahan regangan dari serat kolagen yang

    membentuk ligamentum TMJ penurunan keleluasaan artikulasi

    sendi TMJ

    Sintesa kolagen juga akan menurun bila tjd kerusakan

    ligamentum, proses reparasi juga melambat

  • 3. Degenerasi pada Gigi (pulpa)

    Degenarasi pulpa ini jarang ditemukan namun perlu diikutkan pada

    suatu deskripsi penyakit pulpa. Degenerasi pulpa pada umunya ditemui pada

    penderita usia lanjut yang dapat disebabkan oleh iritasi ringan yang persisten.

    Kadang-kadang dapat juga ditemukan pada penderita muda seperti pengapuran.

    Degenerasi pulpa ini tidak perlu berhubungan dengan infeksi atau karies, meskipun

    suatu kavitas atau tumpatan mungkin dijumpai pada gigi yang terpengaruh. Tingkat

    awal degenerasi pulpa biasanya tidak menyebabkan gejala klinis yang nyata. Gigi

    tidak berubah warna, dan pulpa bereaksi secara normal tehadap tes listrik dan tes

    termal. Ada beberapa macam degenerasi pulpa yaitu degenerasi kalsifik, degenerasi

    atrofik, degenerasi fibrous.

    Perubahan pulpa

    volume ruangpulpa menyempit ok/dentin reparative

    jumlah sel berkurang, jumlah saraf bertambah

    secara histologis, jaringan pulpa terlihat lebih padat dapat

    terjadi pengapuran yang tida teratur (pulp stones) tjd pengurangan

    jumlah dan penurunan kualitas dinding pembuluh >reaktifitas

    berkurang

    Degenerasi kalsifik.

    Pada degenerasi kalsifik, sebagian jaingan pulpa digantikan oleh bahan

    mengkapur; yaitu terbentuk batu pulpa atau dentikel. Kalsifikasi dapat terjadi baik di

    dalam kamar pulpa ataupun saluran akar, tapi umumnya dijumpai pada kamar pulpa.

    Bahan mengapur mempunyai struktur berlamina seperti kulit bawang, dan terletak

    tidak terikat di dalam badan pulpa. Dentikel atau batu pulpa demikian dapat menjadi

    cukup besar untuk memberikan suatu bekas pada kavitas pulpa bila masa mengapur

  • tersebut dihilangkan. Pada jienis kalsifikasi lain, bahan mengapur terikat pada

    dinding kavitas pulpa dan merupakan suatu bagian utuh darinya. Tidak selalu

    mungkin untuk membedakan satu jenis lain pada radiograf.

    Diduga bahwa dentikel dijumpai pada lebih dari 60% orang dewasa. Batu pulpa

    dianggap sebagai pengerasan yang tidak berbahaya, meskipun rasa sakit yang,

    menyebar (referred pain) pada beberapa pasien dianggap berasal dari kalsifikasi ini

    pada pulpa.

    Degenerasi Atrofik

    Pada pasien degenerasi ini, yang diamati secara histologis pada pulpa orang tua,

    dijumpai lebih sedikit sel-sel stelat, dan cairan interseluler meningkat. Jaringan pulpa

    kurang sensitif daripada normal. Yang disebut Atrofi retikular adalah suatu artifak

    (artifact) dihasilkan oleh penundaan bahan fiksatif dalam mencapai pulpa dan

    hendaknya tidak dikelirukan dengan degenerasi atrofik. Tidak terdapat diagnosis

    klinis.

    Degenerasi Fibrous

    Bentuk degenerasi pulpa ini ditandai dengan pergantian elemen seluler oleh

    jaringan penghubung fibrous. Pada pengambilan dari saluran akar, pulpa demikian

    punya penampila khusus serabut keras. Penyakit ini tidak menyebabkan gejala khusus

    untuk membantu dalam diagnosis klinis.

    Artifak Pulpa

    Pernah diperkirakan bahwa vakuolisasi odontoblas adalah suatu jenis

    degenerasi pulpa ditandai dengan ruang kosong yang sebelumnya diisi oleh

    odontoblas. Kemungkinan ini adalah suatu artifak yang disebabkan karena fiksasi

    jelek spesimen jaringan. Degenerasi lemak pulpa, bersama-sama dengan atrofi

  • retikuler dan vakuolisasi, semuanya mungkin artifak dengan sebab sama, yaitu fiksasi

    yang tidak memuaskan.

    Metastasis sel-sel tumor

    Metastasis sel-sel tumor ke pulpa gigi jarang terjadi, kecuali mungkin pada

    tingkat akhir. Mekanisme terjadinya keterlibatan pulpa demikian pada kebanyakan

    kasus adalah perluasan local langsung dari rahang. Satu laporan mencatat keterlibatan

    pulpa gigi molar pada pasien berusia 11 tahun dengan kondromiksosarkoma rahang

    bawah. Dari 39 pasien yang diperiksa dengan tumor maligna di dalam mulut, hanya

    satu di mana ditemuka sel-sel tumor di dalam pulpa.

    4. Degenerasi pada Kelenjar Ludah ( Xerostomia )

    Xerostomia merupakan istilah untuk keadaan mulut yang kering, sama seperti

    xeroptalmia yang digunakan untuk mata yang kering dan xerodermia untuk kulit yang

    kering. Bila mukosa pada beberapa daerah kering, seperti pada mata, mulut, hidung

    dan pharynx, maka sindrom Sicca sering digunakan untuk keadaan ini. Daerah-daerah

    mulut yang kering dapat disebut keratokonjungtivitis sicca, rhinitis sicca, paringitis

    sicca dan bahkan laryngitis sicca. Pada tiap keadaan tersebut terlihat mukosa yang

    kering, walaupun pada sebagian besar keadaan, kekeringan tersebut hanya bersifat

    subyektif.

    Pada mukosa mulut normalnya basah serta mengkilat. Bila dikeringkan

    dengan sepotong kasa akan terlihat butiran cairan dari kelenjar local, dalam beberapa

    menit saja. Kelenjar ini, mempunyai peranan penting, walaupun hanya menghasilkan

    sebagian kecil dari seluruh cairan pelumas mulut, sebagian besar diantaranya

    diproduksi oleh kelenjar ludah mayor. Dari kelenjar-kelenjar ludah tersebut, kelenjar

    parotid merupakan yang paling penting. Kedua kelenjar submandibula dapat dipotong

    tanpa kesulitan yang berarti setelah operasi, tetapi pemotongan salah satu kelenjar

  • parotis atau hilangnya sekresi dari kelenjar ini, dapat menyebabkan mulut terasa

    kering.

    Etiologi dan patogenesis Xerostomia

    1. Fisiologi :

    Sensasi mulut kering yang subjektif terjadi setelah bicara yang berlebihan

    dan selama berolahraga. Pada keadaan ini ada dua faktor yang ikut berperan.

    Bernafas melalui mulut yang terjadi pada saat olah raga, berbicara atau menyanyi,

    juga dapat member efek kering pada mulut. Selain itu, juga ada komponen

    emosional, yang merangsang terjadinya efek simpatik dari sistem saraf autonom

    dan menghalangi sistem parasimpatik, sehingga menyebabkan berkurangnya

    aliran ludah dan mulut menjadi kering. Sebagian besar orang mengalami sensasi

    mulut kering sebelum melakukan Tanya jawab yang penting atau sebelum pidato.

    2. Agenesis dari kelenjar ludah :

    Sangat jarang terjadi, tetapi kadang-kadang pasien memang mempunyai

    keadaan mulut yang kering sejak lahir. Hasil sialografi menunjukkan cacat yang

    besar dari kelenjar ludah. Selain itu, terdapat berbagai macam keadaan yang ikut

    berpengaruh disini. Gejala ringan yang timbul meliputi sulit mengunyah makanan

    yang kering, serta rasa kering pada mulut yang terus menerus. Pada keadaan lebih

    lanjut, mukosa terlihat kering, dengan lidah yang merah, meradang tapi kering.

    Kecepatan pembentukan karies sangat meningkat. Usaha mempertahankan gigi-

    gigi, berperan penting, karena pasien biasanya sukar menerima penggunaan gigi

    tiruan.

    3. Karena penyumbatan hidung :

    Pada anak-anak, penyebab penyumbatan hidung yang paling sering

    terlihat adalah pembesaran tonsil nasoparingeal (adenoid). Pada orang dewasa

    terdapat berbagai macam penyebab, dari penyimpangan keadaan hidung, polip

    hidung atau hipertropi rhinitis. Semua keadaan tersebut menyebabkan pasien

    bernafas dari mulut, tanpa penyumbatan hidung. Atau mungkin juga berupa

  • maloklusi gigi-gigi seri, biasanya gigi seri yang protrusi (maloklusi Angle klas III

    divisi 1) atau bibir yang lemah serta kurang berfungsi. Kadua faktor tersebut

    dapat terlihat bersamaan.

    Apapun penyebabnya, akibatnya sama yaitu rasa kering yang bersifat

    subjektif pada mulut dan hyperplasia dari jaringan gingiva yang kering di sekitar

    gigi-gigi seri atas pada permukaan labial. Gingival dapat menjadi merah,

    mengkilat, dan sering mudah berdarah.

    4. Faktor penuaan dan psikologi :

    normalnya, mulut menjadi kering dengan bertambahnya umur, terbukti

    bahwa banyak orang lanjut usia yang menemukan bahwa mulutnya bereaksi

    dengan cara yang sama. Keadaan mulut yang kering dapat terlihat berupa

    kesulitan mengunyah dan menelan, atau kesulitan dalam menggunakan gigi

    tiruan. Mukosa yang kering menyebabkan pemakaian gigi tiruan tidak

    menyenangkan, karena gagal untuk membentuk selapis tipis mucous untuk tempat

    gigi tiruan melayang pada permukaannya, dan dengan tegangan permukaan yang

    berkurang untuk retensi gigi tiruan dalam menahan tekanan kunyah. Bila daerah

    pendukung gigi tiruan telah terasa nyeri, trauma dapat berlangsung terus.

    Seringkali wanita menopause terserang xerostomia, tetapi pria pada

    kelompok umur yang sama juga tidak jarang terserang, yang mengeluh tentang

    berbagai sensasi pada mulutnya, salah satunya rasa kering pada mulut. Pada

    pemeriksaan pasien tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda mulut kering yang

    objektif. Sangat mengherankan bahwa banyak obat yang kurang bermanfaat untuk

    keadaan tersebut. Tipe pasien lain mempunyai tanda-tanda psikiatrik yang rumit

    dari depresi ringan maupun kecemasan. Perawatan untuk pasien ini dengan

    antidepresan atau obat penenang.

    5. Xerostomia pada keadaan demam serta infeksi pernafasan :

    Kadang-kadang demam dapat menimbulkan keadaan mulut yang kering,

    biasanya keadaan tersebut kurang tidak begitu mengganggu pasien dan dapat

    diperingan dengan beberapa teguk air. Pada pasien yang tidak sehat, mulut kering

  • mudah terserang infeksi sekunder dengan candida albicans, serta kemungkinan

    terjadinya infeksi kelenjar parotis, yang menyebabkan terjadinya akut supuratif

    parotitis.

    Infeksi pernafasan biasanya menyebabkan mulut terasa kering. Pada

    infeksi saluran pernafasan bagian atas, penyumbatan hidung menyebabkan pasien

    bernafas melalui mulut. Bronchitis, asma dan pneumonia dapat meningkatkan

    kecepatan pernafasan, dan karena usaha pasien untuk menghirup nafas sebesar-

    besarnya, ia menghirup udara dengan mulut. Terutama pada pasien asma, mulut

    menjadi sangat kering dengan deposit mucous di sekitar gigi-giginya.

    Kebrsihan mulut sanagt penting peranannya dalam mencegah infeksi

    sekunder. Kebersihan mulut dapat ditingkatkan dengan menjaga mulut selalu

    dalam keadaan basah.

    6. Penyakit kelenjar ludah menimbulkan xerostomia :

    Selain syndrome Sjogren, penyakit-penyakit kelenjar ludah jarang

    menimbulkan xerostomia. Penyakit harus mengenai kedua kelenjar parotis secara

    bergantian untuk dapat menimbulkan kerusakan yang menyeluruh. Infeksi paroris

    juga dapat menimbulkan xerostomia.

    7. Sindron Sicca (Sindron Sjogren) :

    Merupakan penyebab xerostomia yang paling penting dan tanda-tandanya

    telah dibahas sebelumnya. Biasanya penderita seorang wanita, dalam periode

    menopause serta menderita penyakit auto-imun, terutama rheumatoid artritis.

    Mukosa-mukosa selain mukosa mulut dapat terserang. Mukosa mulut terlihat

    keriput, atau mengkilat dengan lidah berlobus yang khas.

    8. Setelah Radioterapi :

    Dengan teknik radioterapi yang baru dan lebih baik, bahkan untuk radiasi

    mulut, kelenjar ludah tetap dapat dilindungi untuk menghalangi terjadinya

    kerusakan. Radiasi parotis jarang diperlukan. Bahkan setelah dilakukan radiasi

    kelenjar parotis unilateral, akan terlihat adanya perubahan besar. Pada pasien

  • yang lebih muda, insiden karies gigi meningkat cepat. Biasanya karies tersebut

    terletak di servikal dan dapat mengenai semua gigi.

    9. Keadaan-keadaan lain yang menimbulkan xerostomia :

    Diabetes mellitus yang sering tidak terkontrol serta berhubungan dengan

    polidipsia dan poliuria, dapat menyebabkan mulut kering. Diabetes inspidus

    karena sifat dehidrasi yang dimilikinya, dapat menyebabkan xerostomia.

    Dehidrasi medis atau operasi dari penyebab apapun dapat member efek serupa,

    keadaan-keadaan tersebut dapat bervariasi, dari perdarahan sampai

    hiperparatiroidism. Uremia tidak hanya menimbulkan mulut berbau tetapi juga

    menimbulkan xerostomia. Perokok juga mula-mula mengalami ptialism, yang

    setelah beberapa jam kemudian berubah menjadi mulut yang kering.

    10. Obat yang merangsang xerostomia :

    Ada sejumlah obat yang salah satu efek sampingnya, berupa xerostomia.

    Untuk menyebutkan semua obat yang menimbulkan rasa kering pada mulut, kita

    perlu menyebutkan hampir semua obat yang terdapat pada farmakope. Ada

    beberapa obat dari tiap kelompok, yang dibicarakan disini dalam hubungannya

    dengan xerostomia.

    a. Obat yang bekerja pada daerah otak yang tinggi.

    Semua obat yang menghalangi aktivitas pusat otak yang tinggi juga

    dapat menghalangi sistem saraf simpatik dan parasimpatik. Efek anti-

    sialogogik sama dengan berkurangnya aliran ludah selama pasien tidur. Yang

    termasuk kelompok tersebut adalah semua obat yang termasuk kategori obat

    penenang, hipnotik, narkotik, dan penghilang rasa sakit.

    b. Obat yang bekerja pada ganglia autonomic

    Aksi obat ini berjalan melalui ganglia parasimpatik, yang mempunyai

    pola perpindahan neurohumoral yang sama dengan ganglia simpatik. Nikotin

    dapat menyebabkan rangsang permulaan pada penggunaan dosis tinggi,

    diikuti dengan efek penyumbatan. Jadi secara teoritis dapat dikatakan bahwa

  • perokok berat selalu mengalami xerostomia. Anggapan tersebut memang

    selalu didukung bukti-klinis, tapi berapa besar

    c. Obat yang bekerja pada pertemuan parasimpatik neuro-efektor

    Sebagian besar obat yang menimbulkan xerostomia bekerja pada

    daerah ini dengan cara memblokir efek muskarinik dari asetilkolin. Atropine,

    suatu alkaloid beladona, bersama dengan substansi lain yang berhubungan

    dengannya, seperti hemotropin, hiosin dan produk-produk ammonium

    quartenari lainnya, juga dapat menyebabkan mulut terasa kering bila diberikan

    secara sistemis. Ada sejumlah obat yang digunakan sebagai spasmolitik, dan

    untuk mengurangi sekresi gastric, seperti propantelin (probanten) dan poldin

    (nakton), mempunyai efek sama.

    Semua antihistamin mempunyai efek samping kolinergiok serta dapat

    mengurangi aliran ludah. Derivate penotiasin juga mempunyai efek yang

    sama. Bahkan pada dasarnya, bebrapa antihistamin merupakan derivate

    penotiasin. Keadaan yang serupa berlaku juga untuk beberapa obat yang

    digunakan untuk perawatan Parkisonism, seperti benzhexol, benztropin, dan

    orphenadrin.

    Obat trisilik anti depresi seperti imipramin, amitriptylin, dan

    komponen yang berhubungan dengannya, dapat menyebabkan mulut terasa

    kering. Kerena depresi endogenus sendiri dapat menyebabkan xerostomia,

    sulit untuk menentukan apakah penyakit atau cara perawatannya yang

    menimbulkan mulut kering.

    d. Obat yang bekerja pada daerah pertemuan adrenergic neuro-efektor

    Ampetamin dan derivatnya yang digunakan sebagai obat perangsang

    atau obat penurun nafsu makan dapat mengurangi aliran ludah. Epedrin, yang

    masih sering digunakan untuk perawatan asma, bertujuan untuk mengurangi

    ketegangan bronkus, juga mempunyai efek serupa. Untungnya pembesaran

    bronkus terjadi dengan efek yang lebih khusus dan aksi yang lebih kecil

    terhadap kelenjar ludah.

  • Patogenesis Xerostomia

    a. Secara umum (Hubungan sekresi saliva dengan xerostomia)

    Pada lidah terdapat nervus-nervus penghantar yakni nervus glossofaringeus

    yang bercabang menuju traktus solitarius. Saat lidah menerima rangsangan

    taktil dan pengecapan, di lanjutkan oleh nervus glossofaringeus & nervus

    fasialis. Nervus glossofaringeus membawa rangsangan menuju traktus

    solitaries yang di dalamnya terdapat nervus solitarius superior dan inferior.

    Oleh nervus glossofaringeus yang bercabang pada ganglion otikum dan di

    lanjutkan menuju kelenjar parotis. Sedangkan nervus facialis bercabang pada

    traktus solitaries menbawa rangsangn tersebut ke ganglion submandibularis

    menuju ke kelenjar submandibularis. Jika lidah mengalami atrofi pada

    papillanya, maka lidah tidak mampu menghantarkan simpul-simpul

    rangsangannya, sehingga rangsangan tersebut tidak sampai pada glandula

    saliva yang berfungsi untuk memproduksi saliva sebagai respon atas

    rangsangan yang di hantarkan. Akibatnya, sekresi dari saliva menurun

    sehingga rongga mulut menjadi kering.

    b. Bertambahnya usia terjadi perubahan dan kemunduran fungsi kelenjar

    saliva, dimana kelenjar parenkim hilang yang digantikan oleh jaringan lemak

    dan penyambung, lining sel duktus intermediate mengalami atropi. Keadaan

    ini mengakibatkan pengurangan

    Gambaran Klinis Xerostomia

    1. Mukosa mulut kering, mudah teriritasi

    2. Sukar berbicara

    3. Sukar mengunyah dan menelan

    4. Persoalan dengan protesa

    5. Penimbunan lendir Rasa seperti terbakar

    6. Gangguan pengecapan

  • 7. Perubahan jaringan lunak

    8. Pergeseran dalam mikroflora mulut

    9. Karies gigi meningkat

    10. Radang periodonsium

    11. Halitosis

    12. Kepekaan terhadap rasa berkurang,

    13. Kesukaran dalam memakai gigi palsu,

    14. Mulut terasa seperti terbakar dan sebagainya.

    Gambaran HPA

    Secara histologis,kelenjar liur major dan minor menunjukkan atropi dan

    infiltrasi oleh limfosit dan sel-sel plasma. Biasanya pada penderita stomatitis

    nikotina, pada mukosa palatal terdapat papula-papula merah, kecil, terdapat keratosis

    putih karena tembakau.

    Pemeriksaan

    Penting untuk membuktikan secara objektif jumlah saliva yang dihasilkan.

    Pembuktian ini dapat dilakukan tes curry. Mulut kering selanjutnya dapat dibedakan

    apakah sejati atau palsu. Tes Curry tersebut merupakan studi terhadap aliran parotis

    dan dapat menunjukkan jumlah produksi saliva yang normal.

    Ada beberapa alat untuk mengumpulkan saliva dan dapat membantu dalam

    menegakkan diagnose terhadap pasien xerostomia , diantaranya : Proflow sialometer,

    salivette, lashley cup, dan slurp collection cuip. Alat pengumpul saliva tersebut harus

    sesui dengan standard an dapat dipercaya.

    Selain dengan penggunaan alat tersebut , kondisi mulut pasien dapat dinilai

    dengan menggunakan kaca mulut yang ditempelkan ke pipi pasien, jika kaca

    menempel dapat di pastikan pasien menderita xerostomia. Saliva yang kental yang

    menempel pada kaca mulut jika ditarik juga menandakan keadaan xerostomia pada

    pasien. Cara lain untuk memeriksa yaitu pada penderita tampak bibir pecah-pecah

    atau kering, dan halitosis. Kesulitan bicara, sulit makan dan menelan. Bibir lekat pada

  • gigi (Lip Stick and Tongue Blade Signs) karena sel-sel epitelnya melekat pada email

    yang kering sehingga menyebabkan erosi dan karies pada permukaan akar dan ujung

    cusp. Pada kasus ini, karies akan terus meningkat meskipun OH baik.

    5. Degenerasi pada Lidah (Taste Disorder)

    Sudah merupakan hukum alam bahwa setiap makhluk di dunia ini akan

    mengalami proses menua. Pada manusia proses menua itu sebenarnya telah terjadi

    sejak manusia dilahirkan dan berlangsung terus sampai mati. Proses menua dapat

    menimbulkan keluhan atau kelainan, baik itu pada jaringan keras ataupun jaringan

    lunak rongga mulut. Ketika bertambah tua, dengan menurunnya nafsu makan, dapat

    dipahami bahwa golongan usia lanjut merupakan kelompok yang rentan terhadap

    penyakit dan cacat karena perubahan organobiologik tubuh akibat proses degeneratif

    alamiah. Menurunnya fungsi faali serta parameter metabolisme seiring dengan

    meningkatnya usia akan mengganggu penggunaan zat gizi (Axell, 1992; Murjiah dan

    Dinarto. 2002).

    Proses menua merupakan proses yang terjadi di dalam tubuh yang berjalan

    perlahan-lahan tapi pasti, pada proses menua terjadi penurunan fungsi tubuh secara

    berangsur-angsur dan akhirnya menjadi manusia dengan usia lanjut (Wasjudi, 2000)

    Proses menua dapat menimbulkan keluhan atau kelainan, baik pada jaringan keras

    ataupun jaringan lunak rongga mulut. Ketika bertambah tua, di tambah dengan

    menurunnya nafsu makan, maka dapat dipahami bahwa golongan usia lanjut

    merupakan kelompok yang rentan terhadap penyakit dan cacat karena terjadinya

    perubahan organobiologik tubuh akibat proses degeneratif alamiah. Menurunnya

    fungsi faali serta parameter metabolisme seiring dengan meningkatnya usia akan

    mengganggu penggunaan zat gizi (Axell, 1992; Murjiah dan Dinarto. 2002).

    Biasanya orang tua mengeluh tidak adanya rasa makanan. Keluhan ini dapat

    disebabkan karena dengan bertambahnya usia mempengaruhi kepekaan rasa akibat

    berkurangnya jumlah pengecap pada lidah, kehilangan unsur-unsur reseptor pengecap

    juga dapat mengurangi fungsional yang dapat mempengaruhi turunnya sensasi rasa,

  • perubahan ini harus diingat orang tua mengenai berkurangnya kenikmatan pada saat

    makan (Papas AS et al., 1991).

    Pengecap merupakan fungsi utama taste buds dalam rongga mulut, namun

    indera pembau juga sangat berperan pada persepsi pengecap. Selain itu, tekstur

    makanan seperti yang dideteksi oleh indera pengecap taktil dari rongga mulut dan

    keberadaan elemen dalam makanan seperti merica, yang merangsang ujung saraf

    nyeri, juga berperan pada pengecap.

    Indera pengecap kurang lebih terdiri dari 50 sel epitel yang termodifikasi,

    beberapa di antaranya disebut sel sustentakular dan lainnya disebut sel pengecap. Sel

    pengecap terus menerus digantikan melalui pembelahan mitosis dari sel disekitarnya,

    sehingga beberapa diantaranya adalah sel muda dan lainnya adalah sel matang yang

    terletakke arah bagian tengah indera dan akan segera terurai dan larut (Guyton, 1997).

    Lidah mempunyai lapisan mukosa yang menutupi bagian atas lidah, dan

    permukaannya tidak rata karena ada tonjolan-tonjolan yang disebut dengan papilla,

    pada papilla ini terdapat reseptor untuk membedakan rasa makanan. Apabila pada

    bagian lidah tersebut tidak terdapat papilla lidah menjadi tidak sensitif terhadap rasa

    (Lynch et al., 1994; Ganong, 1998; Budi, . 2004).

    Sel reseptor pengecap adalah sel epitel termodifikasi dengan banyak lipatan

    permukaan atau mikrovili, sedikit menonjol melalui poripori pengecap untuk

    meningkatkan luas permukaan sel yang terpajan dalam mulut. Membran plasma

    mikrovili mengandung reseptor yang berikatan secara selektif dengan molekul zat

    kimia. Hanya zat kimia dalam larutan atau zat padat yang telah larut dalam air liur

    yang dapat berikatan dengan sel reseptor (Amerongen, 1991).

    Sensasi rasa pengecap timbul akibat deteksi zat kimia oleh resepor khusus di

    ujung sel pengecap (taste buds) yang terdapat di permukaan lidah dan palatum molle.

    Sel pengecap tetap mengalami perubahan pada pertumbuhan, mati dan regenerasi

    (Budi, . 2004; Boron , . 2005).

    Sel pengecap mengalami perubahan pada pertumbuhan, mati dan regenerasi.

    Proses ini bergantung dari pengaruh saraf sensoris karena jika saraf tersebut dipotong

  • maka akan terjadi degenerasi pada pengecap. Taste buds yang dilayani oleh serat

    saraf sensoris adalah taste buds pada 2/3 lidah bagian anterior (papilla filiformis dan

    sebagian papilla fungiformis) dilayani oleh chorda tympani cabang dari N. Facialis

    (N.VII) (Ganong, 1998; Boron, 2005).

    Gambar Lidah dan Pembagian Papilla

    Keterangan papilla pada lidah:

    1. Pp. fungiformis : 2/3 anterior lidah

    2. Pp. circumvalata : post.lidah, depan sulkus terminalis

    3. Pp. foliata : post-lateral lidah

  • Masing-masing papilla pengecap dipersarafi 50 serat saraf dan setiap serat

    saraf menerima masukan dari rata-rata 5 papilla pengecap. Papilla circumvalata yang

    lebih besar masing-masing mengandung sampai 100 papilla pengecap, biasanya

    terletak di sisi papilla, tetapi karena terbatasnya data maka disebutkan ada sekitar

    200-250 taste buds per papilla circumvalata pada setiap individu dibawah usia 20

    tahun, dan menurun hingga 200 taste buds atau kurang menjelang maturitas, dan

    kurang lebih 100 taste buds menjelang usia 75 tahun. Penelitian dengan

    mikroelektroda pada satu taste buds memperlihatkan bahwa setiap taste buds

    biasanya hanya merespon terhadap satu dari empat rangsang kecap primer, bila

    substansi pengecap berada dalam konsentrasi rendah. Pada konsentrasi tinggi,

    sebagian besar taste buds dapat dirangsang oleh dua, tiga atau bahkan empat rangsang

    pengecap primer dan juga oleh beberapa rangsang pengecap yang lain yang tidak

    termasuk dalam kategori primer (Diah Savitri,1997; Ganong, 1998).

    Pada orang usia lanjut, permukaan dorsal lidah cenderung menjadi lebih licin

    karena atrofi papilla lidah. Perubahan histopatologi pada lidah menunjukkan adanya

    atrofi papilla yang sering dimulai dari ujung lidah dan sisi lateral. Beberapa peneliti

    melaporkan jumlah taste buds yang terdapat pada papilla circumvalata berkurang

    yang menyebabkan menurunnya sensitivitas rasa (Sayuti, 1998).

    Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan untuk mendeteksi gangguan

    pengecapan ialah:

    1. The Drop Technique

    Digunakan 4 macam rasa manis (gula pasir), pahit (kinin),

    kecut/asam (lar. Asam cuka) dan asin (larutan garam). Penderita

    diminta utk mengidentifikasi rasa dari bahan tes yang diletakkan

    diatas lidah sambil menutup hidung.

    2. Elektrogustometri

    Tes pengecapan secara kuantitatif.

    Mineral Zn

  • Salah satu perubahan yang terjadi pada air ludah penderita dengan gangguan

    pengecapan adalah berkurangnya kadar Zn di dalam air ludah. Kadar Zn pada air

    ludah orang dewasa berkisar 90-120 g/100 ml. Mineral Zn berperanan di dalam

    fungsi berbagai indera seperti melihat, mencium bau dan mengecap.

    Kadar Zn di dalam air ludah ditentukan oleh diet/ makanan yang dikonsumsi,

    misalnya makanan yang berasal dari protein hewani mengandung banyak mineral Zn,

    sedangkan sebaliknya makanan yang berasal dari protein tumbuh-tumbuhan

    mengandung sedikit Zn.

    Pada mereka yang menjadi vegetarian (mengkonsumsi makanan yang berasal dari

    tumbuh-tumbuhan) dan padamereka yang tidak nafsu makan karena gangguan

    kejiwaan (anoreksia nervosa) dapat mengakibatkan kurangnya mineral Zn sehingga

    hal ini perlu mendapat perhatian jika mengalami gangguan pengecapan.

    6. Degenerasi pada mukosa rongga mulut

    Pada mukosa rongga mulut terjadi atrofi, berkurangnya kelenturan dan

    berkurangnya tunika propia. Mukosa tampak seperti lilin atau satin, atau kelihatan

    sembab. Lapisan sel berkeratin yang biasanya melindungi mukosa tidak ada lagi

    sehingga lebih mudah terjadi cedera bila ada iritasi mekanis, kimiawi, atau iritasi

    kuman. Jaringan penyambung lebih sukar menutup bila terjadi luka.

    Aliran saliva biasanya sangat berkurang sehingga mukosa menjadi kering dan

    tidak lentur. Sering terdapat perasaan terbakar dan fungsi indera pengecap sangat

    menurun.

    7. Degenerasi pada Jaringan Periodontal

  • Prevalensi penyakit periodontal, kerusakan jaringan dan kehilangan gigi lebih

    banyak diakibatkan oleh bertambahnya usia. Beberapa jaringan mengalami

    perubahankarena penuaan dan hal itu mungkin karena efek dari penyakit periodontal.

    Sebagian besar penyakit periodontal bersifat inflamasi dengan penyebab utamanya

    adalah plak dan bakteri yang didukung oleh beberapa faktor lokal dan sistemik dan

    sangat sulit membedakan antara kerusakan patologi dengan kerusakan fisiologis suatu

    jaringan pada manula. Perubahan jaringan periodontal yang berhubungan dengan usia

    lanjut meliuti gingiva, ligamen periodontal, tulang alveolar dan sementum.

    Beberapa perubahan jaringan periodontal pada manula yaitu

    a. Pada jaringan gingiva

    Terjadi resesi, atropi sel epitel, hilangnya retepeg, berkurangnya jaringan ikat,

    turunnya metabolisme dan oksidasi jaringan

    b. Pada ligamen periodontal

    Pada ligamen periodontal dapat timbul penambahan serat elastis. Penurunan

    vaskularisasi, penurunan mitosis, bertambahnya serat kolagen.

    c. Pada tulang alveolar

    Pada tulang alveolar terjadi atropi, osteoporosis, berkurangnya vaskularisasi,

    menurunnya kemampuan metabolisme serta kapasitas penyembuhan dan

    meningkatnya daya resorpsi.

    d. Pada sementum

    Pada sementum terjadi deposisi terus menerus sesuai dengan bertambahnya usia

    Tanda-tanda klinis yang berhubungan dengan jaringan periodontal pada manula

    adalah atrisi, resesi, gigi yang mengalami migrasi, kegoyangan gigi dan tanggalnya

    gigi.

  • BAB IV

    PENUTUP

    KESIMPULAN

    1. Pada skenario didapatka adanya 2 degenerasi yaitu degenerasi jaringan lunak

    dan degenerasi jaringan keras.

    - Degenerasi jaringan lunak misalnya degenerasi pulpa

    - Degenerasi jaringan keras misalnya degenerasi sendi

    Faktor etiologi dari degeneras: usia, kapasitas kekuatan jaringan tersebut,

    penurunan kekuatan jaringan. Pada umumnya pathogenesis degenerasi lunak

    maupun keras merupakan akibat dari penurunan usia dan ini mengakibatkan

    penimbunan sel dan lipid sehingga terjadi secara bertahap.

    2. Osteoporosis merupakan suatu penyakit dimana massa tulang menjadi rapuh

    dan berkurang (matriks penyusunnya).

    Etiologi : usia dan penyakit sistemik dll

    Pathogenesis terjadi osteoporosis ada 4 tahap :

    a. Kadar Ca dan P, serta laju endap darah masih dalam batas normal.

    b. Kadar alkalin phosphate darah masih normal kecuali bila sudah terjadi patah

    tulang

    c. Alkalin phosphate lebih tinggi dari kadar normal

    d. Kadar zat kapur (Ca) dan pospat, serta PTH (para thyroid hormone) dalam

    darah biasanya normal.

    Pemeriksaan bisa dilakukan dengan rontgenologis maupun laboratorium

    Gejala klinis: sering capek dan daya tahan tubuh berkurang, dan nyeri pada tulang

  • Klasifikasi osteoporosis:

    a. Osteoporosis primer

    b. Osteoporosis sekunder

    c. Osteoporosis pada usia anak anak

    d. Osteoporosis pada usia muda

    3. Xerostomia merupakan suatu penyakit dimana terdapat kekeringan saliva

    dalam rongga mulut.

    Etiologi xerostomia : usia, sinar radiasi (pada kepala dan leher), obat obatan,

    stress dll

    Pathogenesis dari xerostomia dijelaskan sesuai dengan etiologi xerostomia

    misalnya saja pada usia semakin tua usia seseorang maka daya tahan aliran saliva

    yang berasal dari kelenjar saliva dan duktusnya mengalami kemunduruan, obat

    obatan juga merangsang saraf otonom yang dapat menyebabkan aliran saliva

    berkurang.

    Gejala klinis : terdapat karies, ada sensasi terbakar, terdapat manifestasi oral

    candida, taste disosder dll.

    Pemerikasaannya bisa menggunakan sialograf dan pemeriksaan palpasi dan

    penentuan vsikositas komposisi dari saliva.

    4. Taste disosder : Sensasi rasa pengecap timbul akibat deteksi zat kimia oleh

    resepor khusus di ujung sel pengecap (taste buds) yang terdapat di permukaan

    lidah dan palatum molle. Sel pengecap tetap mengalami perubahan pada

    pertumbuhan, mati dan regenerasi.

    5. Menopause disebut juga sebagai syndrom menghilangnya estrogen.

    Estrogen merupakan salah satu hormon yang dihasilkan oleh oleh kelenjar

    gonadotropin pada wanita. Pada keadaan menopause produksi estrogen berkurang

    drastis dan pada akhirnya akan terhenti sama sekali.Pada dasarnya menopause

    juga terjadi pada laki-laki tetapi hanya berbeda istilah yang biasanya disebut

  • dengan andropause hanya saja datangnya lebih lambat dibandingkan dengan

    wanita. Kedua keadaan ini biasa disebut sebagai gonadopause.

    DAFTAR PUSTAKA

    Fawcet, Don W. 2002. Buku Ajar Histologi. Ed. 12. Alih bahasa; Jan Tambayong. Jakarta: EGC

    Gayford, J. J. 1990. Penyakit Mulut. Alih bahasa; Lilian Yuwono. Jakarta: EGC

    Guyton, Arthur C. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 9. Editor; Irawati Setiawan. Jakarta: EGC

    Herbert. 1982. Outlines of Patology. America: C.V. Mosby Company

    Junqueira, luiz. 1997, 2007. Histologi Dasar; Teks dan Atlas. Alih bahasa; Jan Tambayong, editor; Frans Dany. Jakarta: EGC

    Leeson, C Roland. 1996. Buku Teks Histologi. Ed 5. Alih bahasa; Jan Tambayong, dkk. Jakarta: EGC

    Pedersen, Gordon. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Alih bahasa; Purwanto Basoeseno, editor; Lilian Yuwono. Jakarta: EGC

    Walton, Richard E. 1997. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsi. Ed.2. Alih bahasa; Narland Sumawinata, editor; Narland Sumawinata. Jakarta: EGC

    W.H., Ny. Itjiningsih. 1991. Anatomi Gigi. Jakarta: EGC

    Yatim, Faisal. 2000. Osteoporosis (Penyakit Kerapuhan Tulang) pada Manula. Ed. 1. Jakarta: Pustaka Populer Obor

    Robbins. 1995. Buku Ajar Patologi. Ed. 4. Alih bahasa; Staf Pengajar Laboratorium Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Editor; Jonatan Oswari. Jakarta: EGC