DEDI SUGANDI -...
Transcript of DEDI SUGANDI -...
i
LAPORAN AKHIR TAHUN 2014
ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN ROK 2015-2019
DEDI SUGANDI
KEMENTERIAN PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
2014
ii
LAPORAN AKHIR TAHUN 2014
ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN ROK 2015-2019
DEDI SUGANDI EMLAN FAUZI
HAMDAN YONG FARMANTA
HERLENA BIDI ASTUTI WAWAN EKA PUTRA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU
2014
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
karunia-Nyalah Laporan Akhir Tahun 2014 Kegiatan Analisis Kebijakan dan Penyusunan
Renstra 2015-2019 dapat diselesaikan. Laporan ini berisi mengenai hasil pelaksanaan
kegiatan yang dilakukan selama bulan Januari hingga Desember 2014.
Kegiatan ini bertujuan menganalisis kebijakan pengembangan usahatani kopi di
Provinsi Bengkulu, menyusun alternatif rekomendasi kebijakan pengembangan kopi di
Provinsi Bengkulu, menyusun rencana operasional Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Bengkulu tahun 2015-2019.
Pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu dihadapkan pada masalah
produktivitas yang rendah, kualitas produk yang rendah, keterbatasan akses terhadap
penetrasi pasar dan infrastruktur. Untuk mengatasi permasalah tersebut, perlu dibuat
alternatif kebijakan yang di sesuaikan dengan kondisi daerah. Adapun rekomendasi
kebijakan pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu adalah peningkatan peremajaan
(grafting) dari 65 % menjadi 82 % melalui penyambungan, Peningkatan kapasitas
SDM petani melalui pelatihan dan intensitas penyuluhan dari 10% menjadi 48 %,
peningkatan penggunaan klon unggul berkualitas dari 25% menjadi 69% melalui
program bantuan bibit, peningkatan penggunaan rekomendasi pemupukan ari 35%
menjadi 84% melalui penjaminan ketersediaan pupuk tepat waktu dan penegakan
regulasi panen petik merah yang diiringi dengan kelayakan harga dari 0 % menjadi
14%.
Demikanlah laporan ini kami buat dengan harapan laporan ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang berkepentingan. Kami sadari laporan ini belum
sempurna untuk itu kami harapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan laporan ini.
Kepada anggota tim yang telah melaksanakan tugasnya kami sampaikan terima kasih.
Bengkulu, Desember 2014
Penanggung Jawab
Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002
ii
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RPTP : Analisis Kebijakan dan ROK 2015-2019 2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu 3. Alamat Unit Kerja : JL. Irian KM, 6,5 Bengkulu 38119 4. Sumber Dana : DIPA BPTP TA. 2014 5. Status Penelitian (L/B) : Baru 6. Penanggung Jawab : a. Nama : Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP b. Pangkat/Golongan : Pembina TK I /IVb c. Jabatan Fungsional : Peneliti Madya 7. Lokasi : Provinsi Bengkulu 8. Agroekosistem : - 9. Tahun Mulai : 2014 10. Tahun Selesai : 2014 11. Output Tahunan : Rekomendasi kebijakan dan ROK BPTP Bengkulu
2015-2019 12. Output Akhir : Rekomendasi alternatif kebijakan pengembangan
kopi di Provinsi Bengkulu dan ROK BPTP Bengkulu 2014-2019
13. Biaya Awal : Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) 14. Biaya Revisi : Rp.72.510.000,-(tujuh puluh dua juta lima ratus
sepuluh ribu rupiah)
Koordinator Program,
Dr. Ir. Wahyu Wibawa, MP NIP. 19690429 199803 1 001
Penanggung Jawab RPTP,
Dr. Ir Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002
Mengetahui, Kepala BBP2TP,
Dr. Ir. Abdul Basit,M.S NIP. 19610929 198603 1 003
Kepala BPTP Bengkulu,
Dr. Ir Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002
iii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... i
RINGKASAN ...................................................................................................... ii
SUMMARY ........................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 8
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 8
1.2. Tujuan ............................................................................................. 10
1.3. Keluaran yang diharapkan ................................................................. 10
1.4. Hasil Yang Diharapkan ...................................................................... 10
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak ......................................................... 11
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 12
III. METODOLOGI ........................................................................................... 15
3.1. Ruang Lingkup Kegiatan ................................................................... 15
3.2. Pendekatan ...................................................................................... 15
3.3. Metode Pengkajian ............................................................................ 16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………........……………………………………………. 18
V. KESIMPULAN………………………………………........…………………………………………. 19
DAFTAR PUSTAKA………………………………………........…………………………………………. 36
ANALISIS RISIKO .............................................................................................. 37
ANGGARAN YANG DIALOKASIKAN……………………………………………………………...... 37
REALISASI ANGGARAN……………………………………………………………………………...... 38
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Analisis Resiko……………………………........................................... 37
2. Anggaran Yang di Alokasikan……………………………………………………. 37
3. Realisasi Anggaran…………………………………………………………………... 38
v
DAFTAR GAMBAR
1. Causal loop Perkebunan Kopi………………………………………………… 22
2. Struktur Model Perkebunan Kopi……………………………………………. 31
3. Model Simulasi Eksisting……………………………………………………….. 32
4. Hasil Siulasi Eksisting……………………………………………………………. 33
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Dokumentasi kegiatan ........................................................... 36
vii
RINGKASAN
1. Judul : Analisis Kebijakan dan Penyusunan Renstra
2015-2019
2. Unit kerja : BPTP Bengkulu
3. Tujuan : a. Menganalisis kebijakan pengembangan
usahatani kopi di Provinsi Bengkulu
b. Menyusun alternatif rekomendasi
kebijakan pengembangan kopi di Provinsi
Bengkulu
c. ROK BPTP Bengkulu 2015-2019
4. Keluaran : a. Kinerja kebijakan pengembangan
usahatani kopi di Provinsi Bengkulu.
b. Rekomendasi alternatif kebijakan
pengembangan kopi di Provinsi bengkulu
c. ROK BPTP 2015-2019
5. Metodologi : Metode yang digunakan adalah survei dengan
metode penarikan sampel Simple Sampling
Methode. Data yang digunakan ada data
sekunder dan data primer. Data primer
dikumpulkan melalui kegiatan surveymelalui
wawancara terhadap pemangku kebijakan dan
juga petani kopi, penyuluh lapangan, pedagang
kopi dan pengolah produk kopi.
6. Capaian : Rekomendasi alternatif kebijakan pengembangan
kopi di Provinsi Bengkulu dan ROK BPTP
Bengkulu 2014-2019
7. Prakiraan Manfaat : Menjadi acuan bagi pihak terkait dalam
pembuatan kebijakan dibidang perkebunan kopi.
8. Prakiraan Dampak : Kebijakan yang dihasilkan sesuai dengan
kebutuhan.
9. Jangka Waktu : 1 (satu)Tahun
10. Biaya Awal : Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah)
11. Biaya setelah
Revisi
: Rp.72.510.000,- (tujuh puluh dua juta lima ratus
sepuluh ribu rupiah)
viii
SUMMARY
1. Title : Policy Analysis and Preparation of the Strategic Plan 2015-2019
2. Implementing Unit : Assessment Institute for Agricultural Technology of Bengkulu
3. Objectives : a. Analyzing the development policies of coffee farming in the province of Bengkulu
b. Develop alternative policy recommendations coffee development in Bengkulu
c. Bengkulu BPTP strategic plan 2015-2019
4. Output : a. Performance development policies coffee farm in the province of Bengkulu.
b. Recommendations alternative development policies coffee in Bengkulu Province
c. BPTP Strategic Plan 2015-2019 5. Procedure : The method used is a survey with a Simple
Sampling method of sampling. Data used secondary data and primary data. Primary data was collected through interviews with stakeholders surveymelalui and coffee farmers, extension workers, traders and processors coffee coffee products.
6. Achievement : Recommendations alternative development policies and coffee in Bengkulu Bengkulu BPTP Strategic Plan 2014-2019
7. Benefit : A reference point for stakeholders in policy-making in the field of coffee plantations
9. Impact : Policies are produced in accordance with the requirements.
9. Duration : 1 (one) Year 10. Initial costs : Rp. 100.000.000,- 11. Cost after revision : Rp. 72.510.000,-
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan pertanian dipengaruhi oleh dinamika lingkungan strategis baik
global maupun dalam negeri. Perubahan lingkungan strategis global yang mengarah
kepada semakin kuatnya liberalisasi dan globalisasi perdagangan akan membawa
berbagai konsekuensi terhadap daya saing komoditas pertanian Indonesia di pasar
global. Globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas sangat mempengaruhi seluruh
sendi kehidupan di dunia termasuk sektor pertanian yang merupakan andalan bagi
sebagian besar negara berkembang (Kasryno et al, 2002). Untuk mendukung arah
pembangunan nasional menyongsong era globalisasi maka pembangunan sektor
pertanian diarahkan kepada pembangunan agribisnis yang tangguh dan bertumpu
pada potensi daerah dengan pendekatan agribisnis. Pendekatan agribisnis memberi
perhatian kepada usaha-usaha peningkatan efisiensi dan kelestarian daya dukung
sumberdaya pertanian.
Dalam pelaksanaan pembangunan pertanian di Provinsi Bengkulu, berbagai
permasalahan dan isu kebijakan dapat muncul setiap saat. Permasalahan-
permasalahan seperti lapangan kerja tidak terbuka, dan bertambahnya pengangguran,
bencana alam dan gempa bumi. Beberapa isu kebijakan pertanian penting lainnya
yang perlu dicermati misalnya pengurangan subsidi pupuk, bantuan langsung tunai
kepada masyarakat, dan peningkatan daya saing komoditas unggulan daerah.
Berbagai permasalahan dan isu-isu kebijakan pembangunan pertanian tersebut
memerlukan kajian untuk menyiapkan bahan kebijaksanaan secara cepat dan tepat
baik yang bersifat antisipatif atau yang menjawab permasalahan yang berkembang.
Untuk mengantisipasi perubahan dan dinamika dalam rentang waktu 2015-
2019, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu memerlukan rencana
strategis (renstra). Renstra berguna untuk memfokuskan program kerja dan
pelaksanaan kegiatan pengkajian teknologi spesifik lokasi dan diseminasi secara efektif
dan efisien. Program strategis BPTP Bengkulu diarahkan untuk terlaksananya
pemanfaatan potensi sumberdaya spesifik wilayah (Provinsi Bengkulu) yang berbasis
inovasi dengan produk pertanian yang lebih berkualitas dan bernilai tambah yang
berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani dan pengguna lainnya. Struktur
rencana strategis secara komprehensif akan dijabarkan dalam visi, misi, strategi
utama, sasaran utama, tujuan dan program serta indikator kinerja utama.
2
Salah satu tugas pokok Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu
ialah memberikan pertimbangan dan rekomendasi kebijakan pertanian
kepada pemerintah daerah. Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu bersama dengan
Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian dan Kementerian Riset dan Teknologi mencanangkan peningkatan nilai
tambah kopi bagi kesejahteraan masyarakat melalui penguatan sistem inovasi daerah
(SIDa). Dalam kesepakatan ini BPTP Bengkulu berkewajiban untuk menyediakan
tenaga ahli bidang tanaman kopi, melakukan penelitian kopi spesifik lokasi, membuat
analisa kebijakan usahatani kopi rakyat, melakukan pembinaan dan pengembangan
sumberdaya manusia, dan diseminasi inovasi teknologi spesifik lokasi.
Provinsi Bengkulu termasuk tiga besar produsen kopi Indonesia dengan luas
areal 91.434 ha dan produksi 55.845 ton. Produsen kopi terbesar di Indonesia adalah
Provinsi Lampung dengan luas areal 162.342 dan produksi 145.025 ton, disusul
Sumatera Selatan dengan luas areal 256.138 dan produksi 138.385 ton. Skala regional
Provinsi Bengkulu, kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan utama setelah
kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232 ha (21,27%)
dengan jumlah keluarga yang terlibat sebanyak 75.453 kepala keluarga (19,18%). Kopi
termasuk komoditas ekspor penting Provinsi Bengkulu dengan nilai US$ 7.972.061,9
atau 0,03% dari total nilai ekspor yang mencapai US$ 267.493.793,40 (BPS, 2013).
Perkebunan kopi Bengkulu didominasi oleh perkebunan rakyat dengan total
luas 95.016 ha atau 99,17%, sementara areal perkebunan swasta sebesar 784 ha.
Jenis kopi yang umumnya dikembangkan adalah kopi robusta dengan luas tanam
mencapai 90.441 ha atau 95,19% dengan produksi 54.201 ton (produktivitas 0,71
ton/ha), luas tanam kopi arabika mencapai 3.791 ha dengan produktivitas 0,77 ton/ha.
Produktivitas tersebut masih jauh di bawah potensi hasil sebesar 1,5-2,0 ton/ha.
Berbagai kendala yang ditemui dalam pengembangan kopi rakyat di Provinsi Bengkulu
belum sepenuhnya dapat diukur dalam hubungan timbal balik yang dinamis. Beberapa
masalah hanya diukur berdasarkan persentase atau kecenderungan tanpa dilihat
seberapa besar pengaruh faktor tersebut dalam suatu sistem produksi yang kompleks.
Dengan demikian peran pemerintah melalui berbagai instrumen kebijakan sangat
diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Di Provinsi Bengkulu kopi sebagai produk unggulan dibidang perkebunan.
Kegiatan usaha tani kopi di Provinsi Bengkulu telah dilakukan secara turun temurun
sejak lama dan sejauh ini telah menujukkan hasil yang baik dengan adanya
peningkatan luas lahan dan output yang dihasilkan sebesar 3,67 %. Peningkatan luas
3
lahan dan jumlah produksi ini menunjukkan bahwa kegiatan usaha tani kopi di Provinsi
Bengkulu makin diterima oleh masyarakat. Kegiatan usaha tani ini pada awalnya
dilakukan tanpa menggunakan teknologi apapun dan tanpa pemeliharaan yang
intensif. Beberapa permasalahan pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu adalah
kehidupan petani sulit dengan panen satu tahun satu kali. Produktivitas kopi rendah
0,7 ton/ha/tahun. Masyarakat hanya mengandalkan kebun-kebun kopi yang umumnya
sudah tua dan kurang terawat, budidaya turun temurun, tradisional, menanam bibit
asalan.
Usaha untuk meningkatkan produktivitas kopi, pemerintah daerah provinsi
maupun kabupaten mengeluarkan kebijakan berupa penyuluhan teknik budidaya,
membangun kebun entres, peningkatan produksi kopi melalui sambung pucuk dan
tunas, pembuatan lantai jemur, mendatangkan dan menguji klon/ varietas kopi unggul
nasional (kopi SE) dari jember, pembagian mesin pengolah kopi, peningkatan nilai
tambah melalui perbaikan mutu hasil panen dan kopi luwak serta peraturan daerah no
02 tahun 2007 tentang larangan jual biji kopi basah dan resi gudang. Sampai sejauh
mana kebijakan tersebut dapat dilaksanakan ditingkat petani sehingga akan
berdampak terhadap peningkatan mutu dan produktivitas perlu dilakukan pengkajian.
1.2. Tujuan
a. Menganalisis kebijakan pengembangan usahatani kopi di Provinsi Bengkulu.
b. Menyusun alternatif rekomendasi kebijakan pengembangan kopi di Provinsi
Bengkulu.
c. Menyusun rencana operasional kegiatan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Bengkulu tahun 2015-2019
1.3. Keluaran Yang Diharapkan
a. Kinerja kebijakan pengembangan usahatani kopi di Provinsi Bengkulu.
b. Rekomendasi alternatif kebijakan pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu.
c. Rencana operasional kegiatan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Bengkulu 2015-2019.
4
1.4. Hasil Yang Diharapkan
Tersedianya informasi tentang kinerja kebijakan pengembangan usahatani kopi
di Provinsi Bengkulu, rekomendasi alternatif kebijakan pengembangan kopi di Provinsi
Bengkulu dan rencana operasional kegiatan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Bengkulu 2015-2019.
1.5. Perkiraan Manfaat Dan Dampak
1. Hasil pengkajian diharapkan dapat menjadi bahan dalam penyusunan serta
penyempurnaan kebijakan pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu.
2. Adanya Renstra BPTP Bengkulu 2015-2019.
5
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis
Perubahan pola pemerintahan yang sentralistik menjadi desentralistik secara
legal di wujudkan dengan lahirnya undang-undang No.22 tahun 1999 dan No. 25
tahun 1999. Hal tersebut memberikan konsekuensi kewenangan kepada Pemerintah
daerah, bukan hanya terbatas pada merencanakan dan melaksanakan pembangunan
namun lebih dari itu untuk mengembangkan perekonomian dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan mengelola sumber daya yang ada di daerah.
Pembangunan agribisnis memiliki keterkaitan yang erat dengan pembangunan
daerah. Agribisnis telah dan akan terus menjadi andalan dalam pembangunan
perekonomian daerah, hal ini disebabkan karena sampai saat ini hampir seluruh
ekonomi daerah di Indonesia berbasiskan pada sistem agribisnis, baik dikaji dari
pembentukan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) maupun penyerapan
tenaga kerja.
Untuk dapat memerankan fungsinya secara baik sebagai penyedia bahan
makanan pokok, penyumbang perolehan devisa dan penampung tenaga kerja, sektor
pertanian terus memperbaiki kinerja pembangunannya melalui berbagai kebijakan.
Kebijakan pembangunan pertanian merupakan keputusan dan tindakan pemerintah
untuk mengarahkan, mendorong, mengendalikan dan mengatur pembangunan
pertanian guna mewujudkan tujuan pembangunan nasional (Mubyarto, 1989).
Pada lingkungan strategis domestik, sesuai dengan arah reformasi
pembangunan yang lebih mengedepankan kreatifitas rakyat dan otonomi daerah,
sebagaimana diamanatkan oleh UU No. 22 dan 25 tahun 1999 dan PP No. 25 tahun
2000, pada masa yang akan datang peran Pemerintah Daerah dan pelaku ekonomi di
daerah untuk pengembangan agribisnis dan mengembangkan ketahanan pangan
regional akan semakin menonjol. Sejalan dengan beberapa perubahan lingkungan
strategis di atas, pelaksanaan pembangunan pertanian dituntut untuk dapat
meningkatkan kapasitas dan produktivitas sumberdaya manusia yang bekerja di
pertanian, melalui peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Petani dan pengguna sumberdaya alam lainnya diharapkan mampu memilih dan
menerapkan teknologi pertanian secara tepat, agar proses produksi dapat
mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya didasarkan pada prinsip pertanian yang
berkelanjutan. Selain itu, melalui penguasaan IPTEK, petani dan pelaku kegiatan
pertanian lainnya diharapkan dapat bersaing secara sehat dalam pasar global yang
semakin terbuka.
6
Kondisi di atas menyebabkan tuntutan terhadap lembaga penelitian akan
semakin besar, terutama dalam menghasilkan teknologi dan menginformasikan secara
cepat dan tepat apa yang telah dihasilkan kepada pengguna. Dalam pengembangan
teknologi yang dilakukan, penekanan lebih pada pemberdayaan komunitas lokal,
dengan didasarkan pada teknologi yang telah dikembangkan petani dan
mengakomodasi kearifan lokal. Dengan demikian proses adopsi dan keberlanjutan
penerapannya di petani dapat lebih terjamin.
Pengembangan kopi, terutama kopi diperkebunan rakyat harus dilakukan
terintegrasi. Beberapa aspek harus menjadi perhatian mulai dari kualitas bahan tanam,
panen, pengembangan produk, penanganan pascapanen dan pemasaran. Kopi
merupakan salah satu komoditas unggulan dan penting bagi Provinsi Bengkulu. Saat
ini isu strategis daerah yang tertuang dalam RPJM 2010-2015 adalah peningkatan daya
saing produk pertanian. Bagi Provinsi Bengkulu, kopi merupakan salah satu tanaman
perkebunan yang memberikan peranan terbesar dalam pembentukan Produk Domestik
Bruto, dan setiap tahun terus mengalami peningkatan produksi (BPS, 2011). Salah satu
kabupaten yang menjadikan kopi sebagai komuditas unggulan yang memberikan
kontribusi PDRB yang cukup besar adalah Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang.
Untuk Kabupaten Rejang Lebong pada kurun waktu 2005 -2011 perkembangan luas
dan produksi tanaman perkebunan menunjukkan kecenderungan peningkatan baik
jenis maupun produksinya. Kegiatan usaha tani kopi di Provinsi Bengkulu telah
dilakukan secara turun temurun sejak lama dan sejauh ini telah menujukkan hasil yang
baik dengan adanya peningkatan luas lahan dan output yang dihasilkan. Peningkatan
luas lahan dan jumlah produksi ini menunjukkan bahwa kegiatan usaha tani kopi
terutama jenis kopi robusta di Provinsi Bengkulu makin diterima oleh masyarakat.
Kegiatan usaha tani ini pada awalnya dilakukan tanpa menggunakan teknologi apapun
dan tanpa pemeliharaan yang intensif. Sejak tahun 1995 kegiatan usaha tani kopi
robusta di lakukan menggunakan teknologi penyambungan dan pemeliharaan yang
intensif dengan pemupukan dan penyemprotan hama penyakit tanaman. Teknologi
penyambungan dan pemeliharaan ini merupakan bagian dari input produksi yang
digunakan dalam kegiatan usaha tani kopi robusta terutama petani kopi di Kabupaten
Rejang Lebong.
Produktivitas, efisiensi, produksi dan pendapatan petani sangat dipengaruhi
oleh tingkat adopsi atau penggunaan inovasi teknologi. Semakin banyak inovasi
teknologi yang diadopsi akan berdampak pada peningkatan efisiensi usaha tani,
produktivitas, nilai tambah dan daya saing, serta pendapatan petani. Senjang
7
hasil/produktivitas (yield gap) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui
tingkat adopsi teknologi. Senjang hasil yang lebar antara hasil riel dengan potensi hasil
dari suatu komoditas menunjukkan bahwa adopsi teknologi masih rendah.
Permasalahan-permasalahan dalam upaya peningkatan produktivitas bersifat
kompleks, menyangkut koordinasi dan tupoksi lintas institusi, sehingga seringkali sulit
diselesaikan secara permanen. Untuk itu perlu dicari solusi dan akar permasalahan. Hal
ini perlu dilakukan untuk menghindari permasalahan yang berulang dalam upaya
peningkatan produksi yang ditekankan melalui peningkatan produktivitas.
Permasalahan yang sering muncul dalam upaya peningkatan produktivitas adalah:
masalah pupuk, masalah iklim dan bencana alam, pasca panen,dan masalah harga
(Andi Nuhung, 2010).
8
III. METODOLOGI
3.1. Pendekatan
Pengkajian ini adalah penelitian lapangan yang didukung dengan desk study.
Kegiatan di lapangan adalah pengumpulan data primer yang dilakukan dengan survei.
Survei dilakukan terhadap obyek pengkajian untuk mendapatkan gambaran aktual
yang terjadi di lapangan, berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan dipadukan
dengan pengetahuan dan teori-teori ilmiah yang ada selanjutnya di sintesakan untuk
dapat memberikan alternatif solusi uuntuk pemecahan masalah dengan tepat. Survei
adalah mengukur gejala gejala yang ada yang selanjutnya digunakan untuk
pemecahan masalah (Sevilla et al., 1993).
Secara umum metode yang dilakukan dalam pengkajian ini adalah melalui
survei pada institusi pendukung pelaksanaan pengembangan kopi dan masyarakat
petani di 2 Kabupaten. Data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif dan
kuantitatif.
3.2. Ruang Lingkup
Kegiatan Analisis Kebijakan pada tahun 2014 dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan pelaporan. Ruang lingkup kegiatan dibatasi untuk mengkaji
pengembangan usahatani kopi di Provinsi Bengkulu. Agar tidak ketinggalan dan
kehilangan relevansi, analisis kebijakan ini perlu dilakukan secara cepat sehingga
diperoleh hasil kajian yang masih tetap relevan untuk perumusan kebijakan. Meskipun
demikian, metode pengkajian ini akan tetap memperhatikan landasan teoritis dan
mempertahankan objektivitas. Data-data yang terkumpul ditabulasi dan selanjutnya
dianalisis untuk mendapatkan pola gambaran dan sintesa. Hasil analisis tersebut
selanjutnya di deskripsikan yang dituangkan dalam tulisan sebagai bentuk rumusan
alternatif kebijakan dan pelaporan hasil akhir penelitian
3.3. Metode Pengkajian
a. Penarikan Contoh dan Pengumpulan Data
Metode penarikan sampel yang digunakan dalam pengkajian ini adalah Simple
Sampling Methode. Tahap pertama penarikan satuan sampling primer, yaitu
memilih 2 kabupaten sentra produksi kopi robusta dan 2 kabupaten sentra kopi
arabika. Tahap kedua adalah memilih satuan sampling sekunder, yaitu memilih
keluarga (kepala keluarga) dari tiap kabupaten terpilih. Satuan sampling terpilih
dari tahap kedua ini merupakan unit elementer yang menjadi responden
pengkajian.
9
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
dikumpulkan melalui kegiatan survei melalui wawancara terhadap para
pemangku kebijakan tingkat provinsi (Dinas Perkebunan), tingkat kabupaten
(Dinas Perkebunan), dan pelaksana di tingkat lapangan (PPL, petani, pedagang
dan pengolah kopi). Wawancara terhadap pemangku kebijakan diarahkan untuk
mengetahui program pengembangan kopi di tingkat provinsi dan kabupaten.
Data primer yang dikumpulkan di tingkat petani adalah sebagai berikut:
1) Penerapan teknologi dan keragaan usahatani kopi, parameter input dan
output, rantai pemasaran dan kelembagaan (kelompok tani, koperasi,
lembaga pasar, dll)
2) Dukungan petugas dalam pemberdayaan petani kopi.
Data sekunder merupakan data pendukung yang dikumpulkan dari
dinas/instansi terkait yang meliputi data karakteristik lokasi/wilayah (biofisik,
sosial ekonomi dan budaya), laporan akhir tahun dinas perkebunan dan
publikasi-publikasi hasil penelitian sebagai referensi.
b. Analisi Data
Untuk menjawab tujuan pertama analisis data dilakukan secara deskriptif.
Sedangkan tujuan kedua alternatif rekomendasi kebijakan pengembangan kopi
rakyat di Provinsi Bengkulu dilakukan dengan pendekatan dinamika sistem
(Model Dynamic System). Penyusunan model dinamik ini melalui beberapa
tahapan, yaitu:
1. Identifikasi potensi dan permasalahan
Mengenai kondisi existing atau gambaran umum dari sistem yang akan
diamati. Tahap identifikasi masalah meliputi identifikasi dan perumusan
masalah, penetapan tujuan dan manfaat penelitian, studi pustaka dan
pengumpulan data awal. Dari identifikasi awal terhadap sistem perkopian di
Bengkulu, telah dirumuskan permasalahan yang akan diselesaikan dalam
penelitian ini yaitu diindikasikan bahwa kebijakan-kebijakan pemerintah
mengenai peningkatan kuantitas dan kualitas kopi selama ini belum begitu
dirasakan manfaatnya oleh pelaku perkopian di Bengkulu. Identifikasi juga
digunakan untuk melihat hubungan nyata antar elemen agar mudah
dilakukan diagnosa terhadap sistem.
2. Pemetaan Masalah (Black Box)
Setelah mengetahui variabel-variabel yang akan berpengaruh dalam model,
maka dilakukan pembuatan model awal dan diagram sebab akibat dari
sistem perkopian Bengkulu dan hubungannya dengan kesejahteraan petani
kopi. Pengumpulan data disini adalah data-data yang digunakan sebagai
variabel input dan asumsi dalam model perkopian Bengkulu. Diagram input-
output disusun untuk mengetahui deskripsi skematis dari sistem perkopian di
Provinsi Bengkulu yang menjadi objek amatan dalam penelitian ini.
10
3. Analisis masalah dan potensi melalui metode Causal Loop
Analisa causal loop diagram dilakukan untuk mengetahui keterkaitan variabel
dalam sistem produksi kopi di Provinsi Bengkulu. Pendekatan sistem
produksi kopi di Bengkulu juga dilakukan dengan mendefinisikan interaksi
yang terjadi antar elemen dalam sistem.
4. Perumusan masalah ke dalam bentuk matematis dalam struktur model
Langkah ini dilakukan dengan cara mengubah diagram sebab akibat menjadi
diagram alir (flow diagram) yang dapat dimengerti oleh perangkat lunak
komputer yang akan digunakan sehingga dapat mengetahui perilaku dinamis
yang diakibatkan oleh asumsi-asumsi dari model yang disimulasikan.
5. Verifikasi dan validasi model
Verifikasi dan validasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian dari model
yang dibuat dengan sistem nyata. Cara yang digunakan dalam validasi model
ini adalah membandingkan perilaku model dengan perilaku historisnya.
Untuk mengukur tingkat kepercayaan terhadap model yang dibangun dalam
mewakili perilaku nyata dapat diukur dengan kesalahan kuadran rata-rata.
6. Analisis sensitivitas
Sensitivitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kepekaan variabel-variabel
yang mempengaruhinya.
7. Rencana Rekomendasi Kebijakan
Pembuatan skenario Rekomendasi kebijakan dilakukan untuk
pengambil/penentu kebijakan. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan
masukan, sebagai bahan bagi pengambil kebijakan.
Untuk menjawab tujuan yang ketiga dilakukan dengan pendekatan sebagai
berikut :
1. Pembentukan tim penyusun ROK 2015-2019
2. Pembagian tugas tim penyusun ROK 2015-2019
3. Pendalaman materi yang berasal dari lingkup
a. Kementerian Pertanian : RPJP , RPJM dan Renstra Badan Litbang,
Puslitbangtan, dan BB Pengkajian.
b. Permasalahan Daerah : RPJM, RPJP pemerintah Daerah Provinsi
Bengkulu, instansi terkait ( Dinas Pertanian, Bakorluh, Dinas Peternakan,
Dinas perkebunan, dan BKP), Renstra Bapeda, BPP Stada.
4. FGD, konsultasi dan pematangan konsep.
5. Sosialisasi
6. Pencetakan dan publikas renstra.
11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Kebijakan Pengembangan Usahatani Kopi di Provinsi Bengkulu
4.1.1. Kinerja Kebijakan Pengembangan Kopi di Provinsi Bengkulu
Provinsi Bengkulu merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang sejak
lama telah berusaha di bidang usaha tani kopi dan memberikan kontribusi yang cukup
untuk perkopian di Indonesia. Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang adalah salah
satu kabupaten di Provinsi Bengkulu yang menghasilkan kopi yang cukup besar dan
menjadikan kopi sebagai produk unggulan di bidang Pekebunan. Kegiatan usaha tani
kopi di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang telah dilakukan secara turun temurun
sejak lama dan sejauh ini telah menujukkan hasil yang baik dengan adanya
peningkatan luas lahan dan output yang dihasilkan sebesar 3,67 %. Peningkatan luas
lahan dan jumlah produksi ini menunjukkan bahwa kegiatan usaha tani kopi robusta di
Provinsi Bengkulu makin diterima oleh masyarakat. Kegiatan usaha tani ini pada
awalnya dilakukan tanpa menggunakan teknologi apapun dan tanpa pemeliharaan
yang intensif.
Sejak tahun 1995 kegiatan usaha tani kopi robusta di lakukan menggunakan
teknologi penyambungan dan pemeliharaan yang intensif dengan pemupukan dan
penyemprotan hama penyakit tanaman. Teknologi penyambungan dan pemeliharaan
ini merupakan bagian dari input produksi yang digunakan dalam kegiatan usaha tani
kopi robusta di Provinsi Bengkulu. Input produksi ini berupa input tradable terdiri dari
pupuk dan pestisida dan input non tradable terdiri dari bibit (biaya penyambungan),
lahan, dan tenaga kerja. Sejauh ini walaupun komoditas kopi menjadi salah satu
komoditas unggulan bagi Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang. Faktor-faktor
yang mendorong petani untuk mengembangkan usaha tani kopi adalah adanya
kesempatan kerja yang tersedia, adanya kemampuan kerja yang dimiliki, status lahan
yang digarap, luas areal lahan yang digarap, pendapatan yang di terima dari tanaman
kopi.
Usaha untuk meningkatkan produktivitas kopi, pemerintah daerah terutama
Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
Kepahiang dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Rejang Lebong telah
melaksanakan kegiatan/program yang dilakukan dalam bentuk intensifikasi usaha
(pembagian pupuk), penyuluhan teknik budidaya, membangun kebun entres,
peningkatan produksi kopi melalui sambung pucuk dan tunas, pembuatan lantai jemur,
mendatangkan dan menguji klon/ varietas kopi unggul nasional (kopi SE) dari jember,
12
pembagian mesin pengolah kopi, peningkatan nilai tambah melalui perbaikan mutu
hasil panen dan kopi luwak serta peraturan daerah no 02 tahun 2007 tentang larangan
jual biji kopi, kakao, lada dan kemiri basah dan resi gudang yang dilakukan oleh
pemerintah Kabupaten Kepahiang. Dari beberapa kegiatan/program pengembangan
kopi di Provinsi Bengkulu masih banyak yang belum berjalan di tingkat petani seperti
peraturan daerah pelarangan jual kopi basah dan resi gudang yang belum aktif di
Kabupaten Kepahiang, pemupukan, teknik budidaya yang masih rendah.
Program/kegiatan yang berjalan di tingkat petani seperti peremajaan kopi melalui
penyambungan dengan pola sambung tunas dan pucuk. Peremajaan kopi ditingkat
petani disetiap kecamatan berbeda-beda. Seperti di Kabupaten Kepahiang kecamatan
ujan mas, petani kopi lebih banyak menggunakan sambung tunas sedangkan di
kecamatan Bermani ilir dan Kecamatan Muara Kemumu petani menggunakan sambung
pucuk.
4.1.2. Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Kopi di Provinsi Bengkulu
4.1.2.1. Identifikasi Potensi dan Permasalahan
Identifikasi dilakukan untuk menginventarisir potensi dan permasalahan dari
aspek biofisik, sosial budaya, ekonomi, dan kelembagaan. Hasil identifikasi diperoleh
18 permasalan (Gambar 1).
Gambar 1. Identifikasi sistem produksi kopi di Provinsi Bengkulu
Kondisi sistem perkopian Bengkulu ini cenderung sangat memprihatinkan.
Walaupun tiap tahunnya luas areal lahan senantiasa meningkat karena dipengaruhi
harga yang terus meningkat. Kualitas yang dihasilkan dari para petani adalah kualitas
yang masih rendah, beras kopi yang diperdagangkan umumnya memiliki kualitas
asalan, yaitu sekitar 83% dan sisa dengan kualitas super. Hal ini yang menyebabkan
13
harga biji kopi Bengkulu dinilai masih rendah. Penilaian itu dikarenakan sebagaian
besar kualitas kopi berasal dari petani. Penurunan kualitas tersebut dipicu karena
penanganan proses pasca panen yang kurang memadai. Biasanya para petani hanya
melakukan penjemuran biji kopi yang telah di panen, hal ini mengakibatkan kualitas
yang buruk.
Sistem perdagangan kopi di Provinsi Bengkulu dimulai dari produsen yaitu
perkebunan rakyat (petani). Hasil panen biji kopi dari para petani kemudian dijual
kepada pedagang pengumpul. Dari pedagang pengumpul ini kemudian sebagian besar
akan di jual ke Lampung dan Palembang sisanya akan dijual di pasar lokal maupun
industri pengolahan kopi. Harga kopi yang berlaku dipengaruhi oleh pasar ekspor yang
ada di Provinsi Lampung. Pedagang besar di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang
memberlakukan 2 harga beras kopi, yaitu “beras kopi asalan” dengan harga Rp
18.500/kg dan “beras kopi super” dengan harga Rp 19.000/kg. Beras kopi asalan
ditandai dengan kadar air sekitar 21-25% dan beras kurang bersih, sedangkan kopi
super ditandai dengan kadar air maksimal 20% dan beras kopi bersih. Padagang besar
kopi di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang umumnya melakukan pengujian
kadar air dengan alat pengukur yang masih sederhana namun menjadi penentu mutlak
kualitas dan harga kopi. Kondisi ini menegaskan posisi tawar yang tinggi pada
pedagang besar untuk menentukan harga, terutama untuk beras kopi dengan kualitas
sangat rendah yang tidak akan ditampung. Margin harga kopi ditingkat pedagang
kabupaten lebih tinggi Rp 500 – Rp 1.000/kg dibandingkan tingkat petani. Kendala
terbesar dalam perdagang kopi Provinsi Bengkulu adalah mutu beras kopi yang masih
rendah, kondisi ini disebabkan penanganan pascapanen yang belum sesuai anjuran.
Dari sisi lingkungan dan peluang usahatani kopi yang diusahakan oleh petani
sebagian besar diusahakan secara monokultur dan belum menerapkan kultur teknis
sesuai dengan anjuran, kesadaran petani akan benih unggul bermutu masih rendah,
sebagian tanaman kopi sudah rusak/tua, terserang hama penyakit. Selain itu produk
kopi baru diolah pada tingkat primer yaitu berbentuk biji kopi kering sedangkan
pengolahan produk hilirnya belum banyak dilakukan. Padahal produk olahan tersebut
memberikan nilai tambah yang cukup tinggi.
4.1.2.2. Analisis Kebutuhan Komponen
Analisis kebutuhan komponen-komponen yang berpengaruh dan berperan
dalam pengembangan usahatani kopi di Provinsi Bengkulu. Hasil wawancara mendalam
dengan para pemangku kepentingan untuk dapat meningkatkan produksi kopi terdapat
6 (enam) pelaku yang secara sistem terkait, dan peran dari masing-masing pelaku
14
dapat dikaji berdasarkan kebutuhan masing-masing. Secara lengkap analisis
kebutuhan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Analisis kebutuhan komponen yang berperan pada pengembangan usahatanikopi di Provinsi Bengkulu.
No Pelaku Kebutuhan
1 Petani Kopi Pendapatan meningkat, harga jual kopi meningkat, produktivitas kopi meningkat, kemudahan akses modal, stabilnya harga kopi.
2 Kelompok Tani Kopi Kemudahan modal kerja, kemudahan akses teknologi, kemudahan akses pasar.
3 Pedagang Pengumpul Kontuinuitas pasokan kopi, mutu kopi stabil, harga jual ke eksportir stabil.
4 Pemerintah Daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) meningkat, Harga kopi stabil, Daya saing produk tinggi.
5 Lembaga penelitian/ penyuluhan
Sosialisasi inovasi teknologi hasil pertanian.
Sumber : data primer diolah 2014
4.1.2.3. Identifikasi Input dan Output
Dalam proses peningkatan produksi kopi harus dilandasi dengan kerangka
berpikir secara sistem, yang melihat hubungan antar komponen yang terlibat untuk
memenuhi kebutuhan dari masing-masing komponen. Untuk melihat hal tersebut
dijabarkan dalam bentuk diagram input dan output yang secara lengkap dapat dilihat
pada Gambar 3.
Gambar 3. diagram input dan output
15
Dalam input-output diagram ini yang pertama untuk input tak terkendali ini
menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas sistem produksi kopi,
namun sistem sendiri tidak memiliki kemampuan untuk mengontrol nilai input tersebut.
Pada umumnya input tak terkendali merupakan faktor eksternal sistem. Beberapa
variabel yang menjadi input tak terkendali dalam sistem produksi kopi di Provinsi
Bengkulu adalah Produktivitas lahan, harga pasar, bunga bank, permintaan kopi dunia.
Input terkendali merupakan variabel yang dapat dikontrol oleh sistem agar dapat
menghasilkan output sesuai dengan yang diharapkan. Beberapa variabel yang
termasuk kelompok input terkendali yaitu usaha peningkatan mutu kopi, peran
kelembagaan, klon unggul, pupuk, penyuluhan, pemeliharaan kebun, intensifikasi dan
pengendalian OPT. Lingkungan merupakan faktor disekitar sistem yang dapat
memberikan pengaruh terhadap sistem. Kondisi lingkungan sistem dapat dikontrol oleh
sistem, tetapi tidak dapat dikontrol oleh lingkungan itu sendiri. Variabel yang termasuk
dalam kelompok lingkungan yaitu kebijakan pemerintah dan iklim. Lingkungan
merupakan faktor disekitar sistem yang dapat memberikan pengaruh terhadap sistem.
Input tak terkendali, input terkendali, dan lingkungan akan menghasilkan output
dikehendaki dan output tak dikehendaki. Output dikehendaki dapat berupa tujuan
yang ingin dicapai dengan adanya sejumlah input yang mempengaruhi, misalnya
stabilitas mutu kopi, stabilitas harga kopi, keuntungan optimal, PAD meningkat,
produksi yang memadai serta Konsumsi Kopi meningkat. Sedangkan outuput tak
dikehendaki merupakan efek samping yang tidak dapat dihindari, namun dapat
menjadi informasi atau masukan untuk mengontrol nilai input dikehendaki seperti
penurunan jumlah produksi dan produktivitas.
4.1.2.4. Struktur Model
Analisa causal loop diagram berikut dilakukan untuk mengetahui keterkaitan
variabel dalam sistem produksi kopi di Provinsi Bengkulu. Dari variabel yang telah
digambarkan diatas dapat diketahui seberapa jauh pengaruh yang ditimbulkan dalam
usaha peningkatan pendapatan petani kopi. Pendekatan sistem produksi kopi di
Bengkulu juga dilakukan dengan mendefinisikan interaksi yang terjadi antar elemen
dalam sistem yang berikutnya akan digambarkan dalam causal loop diagram pada
gambar 4.
16
Gambar 4. struktur model
Analisa causal loop diagram merupakan gambaran yang digunakan untuk
menunjukkan hubungan keterkaitan antar variabel. Causal loop diagram yang
ditunjukkan dalam penelitian ini hanya menggambarkan variabel-variabel secara umum
dalam bentuk yang utuh dan belum terbagi ke dalam sub sistem sebagaimana
dilakukan pada saat simulasi. Untuk memperjelas hubungan sebab akibat yang terjadi,
maka pada bagian analisa ini causal loop diagram akan dijelaskan dalam bentuk causal
tree diagram.
Gambar 5. Causal Tree diagram Produksi Kopi Bengkulu
Harga Kopi Lampung Harga kopi Bengkulu
Harga Kopi Palembang
Extensifikasi Luas Lahan
Produksi kopi
Biaya operasional
Harga kopi nasional
Pendapatan Petani
Kualitas petani
Produktivitas lahan
Produktivitas Lahan
Hama PBK
Intensifikasi
Provitas Kopi
Klon
OPT
Luas Lahan
Kopi
Produksi
kopi
+
Sosial-Budaya
Mutu
+
+
+
Tenaga kerja
pertanian
+
Jumlah
penduduk
Pertambahan
jumlah penduduk
+
+
(+)
Grafting
++
Penanganan
Pasca panen
Pemangkasan
+
Emisi GRK
Populasi
+
Limbah
Pertanian
+
HARGA
KOMODITI
HARGA
SAPRODI
BIAYA
USAHATANIPENDAPATAN
PETANI
KEBIJAKAN
HARGAJUMLAH
PENDUDUK
JUMLAH
PETANI
+
-
-
-
+
PERKEMBANGAN
INDUSTRI
-
-
+
PERKEMBANGAN
PARIWISATASUB MODEL EKONOMI
SUB MODEL PRODUKSI
-
+
+
+
-
Naungan
++
pupuk+
+
+
Penyuluhan+
17
Dari gambar 5, dapat dilihat bahwa causal loop tree diagram produksi kopi di
Bengkulu dipengaruhi oleh variable harga kopi nasional, luas lahan, dan produktivitas
lahan kopi. Produktifitas dipengaruhi hama PBK sebagai pengurang produktivitas dan
intensifikasi sebagai faktor yang meningkatkan produktivitas. Sedangkan pendapatan
petani mempengaruhi produksi kopi, karena semakin tinggi pendapatan petani kopi
maka akan memacu minat petani untuk kembali menanam kopi, sehingga produksi
kopi nasional akan semakin naik.
Gambar 6. Causal Tree diagram Pendapatan Petani
Pendapatan petani kopi ini dapat dilihat dari diagram causal-tree pada
gambar 6, bahwa pendapatan petani dipengaruhi oleh biaya operasional perkebunan
kopi tiap hektar-nya, harga kopi nasional, kualitas kopi, dan produktivitas lahan.
Perolehan petani ini merupakan perolehan yang didapatkan petani dalam satu hektar
lahan kopi. Kualitas kopi berpengaruh terhadap perolehan petani karena apabila
kualitas buruk maka perolehan petani akan turun karena terdapat perbedaan pada
setiap level kualitas. Sehingga dari diagram tersebut faktor biaya dan kualitas kopi
akan menjadi pengurang perolehan petani, sedangkan harga dan produktivitas lahan
akan menambah perolehan petani.
Setelah tahapan-tahapan penyusunan model dilakukan analisis dengan
menggunakan perangkat komputer diperoleh model simulasi eksisting seperti gambar
berikut.
Pendapatan Petani
Biaya Bibit
Biaya Operasional
Produktivitas Lahan
Harga kopi Palembang
Harga kopi Lampung
Kualitas Petani
Harga kopi Bengkulu
Biaya Pasca Panen
Biaya Pengendalian Hama Penyakit
Biaya Pupuk
Hama PBK
Intensifikasi
18
4.1.2.5. Analisa Hasil Simulasi
Setelah tahapan-tahapan penyusunan model dilakukan analisis dengan menggunakan
perangkat komputer diperoleh model simulasi eksisting seperti gambar berikut.
Gambar 7. Hasil Kondisi Eksisting
Untuk mencapai peningkatan produksi kopi dari 700.000 kg/ha menjadi 1,5
ton/ha, perlu dilakukan simulasi model dengan pendekatan sistem dinamik.
Berdasarkan hasil simulasi, diperoleh gambaran bahwa target peningkatan produksi
kopi di Bengkulu dapat di capai melalui pendekatan inovasi teknologi pertanian seperti
yang terlihat pada gambar 8.
Gambar 8. Hasil Simulasi
SAPRAS
474.50
INDEKS HARGA
0.00
KLON UNGGUL
25.00
Rekomendasi
pupuk (%)
35.00
Penyuluhan (%)
10.00
Pengendalian OPT
(%)
96.76
Produksi (ton)
480,295.87
Total Luas Lahan (ha)
125,941.40
Losses panen (%)
6.44
REGULASI
3,279.00
PANEN PASCAPANEN (%)
35.74
12:33:28 AM 12:33:29 AM 12:33:30 AM 12:33:31 AM 12:33:32 AM 12:33:33 AM
0
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
Tahun
Pro
duksi_
Kopi
Time Luas_tanam Produksi_padi
12:33:28 AM
12:33:29 AM
12:33:30 AM
12:33:31 AM
12:33:32 AM
12:33:33 AM
12:33:34 AM
137,629.46
136,105.04
134,655.44
133,277.81
131,969.41
126,502.92
125,941.40
478,323.57
488,619.77
511,700.65
516,645.76
502,277.99
482,437.32
480,295.87
KONDISI EKSISTING
PEREMAJAAN
(%)
65.00
Produksi_Kopi
2012 2013 2014 2015 2016 2017
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
19
Dari hasil simulasi data eksisting dilanjutkan dengan menguji sensitivitas setiap
variabel. Variabel yang mempengaruhi produksi kopi di Provinsi Bengkulu adalah
regulasi, sapras, indeks harga, panen dan pasca panen, peremajaan, pengendalian
OPT, penyuluhan, klon unggul dan rekomendasi pupuk.
1. Regulasi Pelarangan Petik Hijau
Regulasi pelarangan petik hijau bertujuan untuk meningkatkan kualitas biji
kopi. Regulasi yang sudah ada adalah peraturan daerah tentang pelarangan jual beli
biji kopi basah di kabupaten kepahiang. Tetapi regulasi ini belum diterapkan oleh
petani kopi di Kabupaten Kepahiang. Untuk itu perlu perbaikan ditingkat pelaksana dan
sosialisasi tingkat petani perlu di tingkatkan.
2. Sarana dan Prasarana
Kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah daerah dalam mendukung sarana
dan prasarana adalah pembagian pupuk organik dan an organik, perbaikan klon kopi
yang di datangkan dari jember, bantuan mesin pengolahan kopi dan pembuatan jalan
produksi. Kebijakan tersebut tidak berjalan dengan baik di tingkat petani terutama
bantuan pupuk dan perbaikan varietas unggul baru (kopi SE) dari jember. Hal ini
disebabkan sebagian besar petani tidak melakukan pemupukan terutama petani kopi
yang didataran tinggi. Bantuan pupuk diterima tetapi dijual ke petani lain atau ke kios
tani, dengan alasan kebutuhan hidup (tuntutan ekonomi). Sedangkan untuk perbaikan
varietas unggul baru (Kopi SE) tidak diminati petani karena buahnya kecil, batangnya
pendek, cabangnya pendek dan pertumbuhannya lambat. Kedua kebijakan tersebut
perlu dilakukan perbaikan dengan cara meningkatkan penyuluhan kepada petani
mengenai manfaat pemberian pupuk dan perbaikan varietas unggul lokal. Perbaikan
jalan produksi dan bantuan mesin pengolah kopi sangat bermanfaat bagi petani kopi.
3. Indeks Harga
Pemerintah daerah belum membuat kebijakan yang mengatur tentang harga
kopi di tingkat petani. Harga kopi yang di petik merah dengan kopi yang dipetik hijau
tidak ada perbedaan. Harga kopi disesuaikan dengan harga pasar. Untuk itu diperlukan
upaya agar pemerintah dapat melindungi harga di tingkat petani dengan cara
membuat resi gudang yang sesuai dengan standar penyimpanan kopi.
20
4. Panen dan Penanganan Pasca Panen
Penangan pasca panen akan mempengaruhi kualitas produk dan harga yang
akan diterima. Pada daerah pengkajian saat ini penangan pasca panen 35,75 %
sedangkan hasil simulasi penangan pasca panen cukup 11 % saja. Karena banyak
perlakuan yang dilakukan petani hanya menambah jumlah biaya namun tidak
menambah jumlah produksi dan harga. Semua petani tidak melakukan pemanenan
dengan waktu yang dianjurkan, ketika sudah ada yang tua maka semua buah akan di
panen karena alasan keamanan. Setelah di panen petani mengeringkan buah dengan
menjemurnya dengan matahari pada pekarangan rumah petani. 14 % petani
menggunakan lantai jemur yang permanen untuk pengeringan sedangkan 86 %
mengeringkan buah di atas tanah. Tetapi 30 % petani yang tidak memiliki lantai jemur
menggunakan alas berupa terpal sebagai alat bantu penjemuran dan 70 % petani
lainnya menjemur buah kopi di atas tanah tanpa alas. Hal ini akan mempengaruhi
kualitas produk dan waktu yang dibutuhkan dalam pengeringan jadi lebih lama.
5. Graffting
Peremajaan tanaman kopi sudah banyak dilakukan oleh petani kopi di Provinsi
Bengkulu terutama di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang. Program/kegiatan
peremajaan tanaman kopi dimulai tahun 2007 dan petani banyak yang
menerapkannya. Hampir setiap tahun pemerintah daerah membuat program
peningkatan produksi kopi melalui peremajaan dengan cara penyambungan. Kondisi
eksisting 65% petani sudah melakukan penyambungan. Program ini sangat diminati
petani di Provinsi Bengkulu. Dari hasil simulasi program peremajaan ini perlu ditingkat
menjadi 82%. Peremajaan tanaman kopi dilakukan dengan cara penyambungan. Ada 2
macam penyambungan yang dilakukan oleh petani yaitu sambung tunas dan sambung
batang.
6. Pengendalian (OPT)
Sebagian besar petani sudah melakukan usaha penanggulangan organism
pengganggu tanaman (OPT). Hasil simulasi (Gambar 5) menunjukkan 96,76 %
melakukan penanggulangan OPT, hal ini sangat baik dipertahankan untuk
meningkatkan produktivitas usahatani kopi. Petani melakukan penyemprotan dengan
pestisida untuk penanggulangan hama penyakit adalah sebanyak 35 % sedangkan
sisanya tidak melakukan penanggulangan hama penyakit dengan pestisida. Tanaman
kopi sedapat mungkin dihindarkan dari serangan hama dan penyakit, karena faktor
tersebut dapat menurunkan produksi dan mutu kopi yang dihasilkan. Adapun jenis
21
hama yang sering menyerang tanaman kopi adalah penggerek buah kopi, penggerek
cabang coklat dan hitam, kutu dompolan, kutu lamtoro dan kutu tempurung serta kutu
loncat.
7. Penyuluhan.
Penyuluhan akan sangat bermanfaat bagi petani dalam menerapkan teknologi
yang dianjurkan. 20 % petani kopi mengaku mendapatkan penyuluhan dari petugas
ketika mendapatkan masalah atau bukan pada jadwal rutin pertemuan dengan
penyuluh pertanian sedangkan 11 % petani menerima penyuluhan secara rutin.
Sisanya adalah petani kopi tidak pernah mendapatkan penyuluhan tentang budidaya
tanaman kopi dari petugas penyuluhan. Dari hasil simulasi penyuluhan harus di
tingkatkan menjadi 48 % untuk dapat mencapai hasil yang maksimal. Penyuluh
pertanian sangat dibutuhkan dalam pembangunan pertanian saat ini yang bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani sehingga dengan
penyuluhan permasalahan pertanian dapat dihadapi oleh petani.
8. Klon/bibit Unggul
Pemerintah daerah Kabupaten Kepahiang telah bekerja sama engan Puslit Kopi
dan Kakao untuk melepas klon kopi unggul lokal. Untuk peningkatan hasil yang
maksimal harus dilakukan peningkatan pemanfaatan klon unggul. Klon anjuran kopi
disesuaikan dengan lingkungan yaitu pada ketinggian 0-400 m dpl untuk iklim basah
(klon BP 42, BP 234, BP 409), iklim kering (klon BP 42, BP 288, BP 409, BP 234) dan
ketinggian tempat 400-800 m dpl untuk iklim basah ( klon BP 42, BP 358, SA 237),
iklim kering (klon BP 234, BP 42, BP 358, BP 409),(Sulkani,2013). Jenis klon unggul
lokal yang banyak ditanam petani adalah klon tipe c, kromoan, misranan, kirmanan,
juremian, taminan dan erlangan.
9. Rekomendasi Pemupukan
Pemupukan sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil, pada gambar 5 hasil
simulasi dapat dilihat pemupukan harus ditingkatkan menjadi 84 % dengan dosis dan
waktu yang tepat. Pada saat ini petani kopi yang melakukan pemupukan adalah 35 %,
dengan waktu pemupukan rata-rata pada bulan juni sampai agustus dengan dosis
pemupukan yang berbeda-beda setiap petani. Bahkan ada petani yang mencampur
pupuk dengan herbisida kemudian di semprotkan pada gulma hal ini menunjukkan
pemahaman petani akan tata cara pemupukan belum begitu baik. Seharusnya
pemupukan dilakukan dengan pupuk NPK (berupa campuran urea, TSP dan KCL)
22
masing-masing setengah dari dosis 100 gr urea, 50 gr TSP dan 50 gr KCL, pada saat
tanaman berumur 2 tahun selanjutnya ditingkatkan sesuai kebutuhan tanaman.
Penggunaan pupuk yang tepat (jenis, dosis, cara dan waktu) akan sangat
menguntungkan baik secara ekonomis, teknis, sosial maupun kesehatan lingkungan.
4.1.2.6. Skenario Rekomendasi Kebijakan
Skenario rekomendasi kebijakan dilakukan untuk memilih kebijakan yang tepat
dan operasional spesifik lokasi berdasarkan hasil simulasi. Dari 9 alternatif solusi
diperoleh yang disimulasikan tidak seluruhnya operasional dan dapat
diimplementasikan untuk kondisi di Provinsi Bengkulu. Berdasarkan hasil simulasi
dengan pendekatan sistem dinamik tersebut, ada 5 skenario yang secara signifikan
dapat meningkatkan produksi kopi Bengkulu. Hasil simulasi tersebut dirumuskan dalam
suatu skenario rekomendasi peningkatan produksi kopi di Provinsi Bengkulu sebagai
berikut :
1. Peningkatan kapasitas SDM petani melalui pelatihan dan penyuluhan. Kondisi
eksisting baru 10% petani yang menerima penyuluhan dan perlu ditngkatkan
menjadi 48 %. Peningkatan penyuluhan dapat ditempuh melalui penambahan
jumlah penyuluh atau peningkatan frekuensi penyuluhan. Pendekatan dengan
peningkatan frekuensi penyuluhan dirasakan dipandang lebih rasional dalam
jangka pendek.
2. Peningkatan penggunaan klon unggul berkualitas dari 25% menjadi 69% melalui
program bantuan bibit. Produktivitas dan produksi sangat ditentukan oleh bibit.
Varietas unggul lokal yang direkomendasikan yaitu Sehasence (klon tipe c),
Sintaro 1, Sintaro 2, Sintaro 3, taminan dan erlangan.
3. Peningkatan peremajaan (grafting) dari 65 % menjadi 82 % melalui
penyambungan. Rekomendasi peremajaan dilakukan dengan cara penyambungan
yaitu sambung tunas dan sambung batang.
4. Peningkatan penggunaan rekomendasi pemupukan melalui penjaminan
ketersediaan pupuk tepat waktu. Rekomenasi pemupukan harus sesuai dengan
anjuran (tepat dosis dan waktu). Kondisi eksisting baru 35% yang menerapkan
rekomendasi pemupukan dan akan ditingkatkan menjadi 84 %.
5. Penegakan regulasi panen petik merah yang diiringi dengan kelayakan harga dari
0 % menjadi 14%. Tindakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah
terhadap petani adalah dengan memberikan pelatihan teknis terhadap upaya
perbaikan mutu misalnya dengan perbaikan teknik pra panen (keseragaman
tingkat kematangan) dan mendorong pedagang untuk membedakan harga kopi
yang di petik merah dengan yang dipetik hijau.
23
4.2. Rencana Operasional Kegiatan BPTP 2015-2019
Tugas pokok BPTP Bengkulu adalah melaksanakan pengkajian dan perakitan
teknologi tepat guna spesifik lokasi. Adapun fungsi dari BPTP Bengkulu adalah: 1)
Inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian, 2) Pengkajian dan
perakitan teknologi pertanian, 3) Penyiapan paket teknologi untuk penyuluhan
pertanian, 4) Pelayanan teknik kegiatan pengkajian dan 5) Pelaksanaan urusan tata
usaha dan rumah tangga balai.
Pengkajian dilaksanakan berdasarkan identifikasi kebutuhan teknologi dan
diprioritaskan pada komoditas unggulan nasional dan daerah. Pengkajian dan
diseminasi hasil pengkajian dilaksanakan secara sinergis, efektif dan efisien sesuai
dengan kondisi agroekosistem dan sosial budaya masyarakat Bengkulu. Tujuan dari
diseminasi adalah untuk mempercepat adopsi dan difusi inovasi teknologi yang
dihasilkan. Manfaat dari adopsi dan difusi teknologi adalah peningkatan produktivitas,
produksi dan nilai tambah produk pertanian secara berkelanjutan, sehingga berdampak
terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat tani.
Kondisi lingkungan internal maupun ekternal selalu berubah dan dinamis
seiring dengan perjalanan waktu. BPTP Bengkulu memerlukan rencana strategis untuk
mengantisipasi perubahan dan dinamika lingkungan dalam kurun waktu 2015-2019.
Rencana operasional balai diperlukan sebagai panduan dalam pelaksanaan seluruh
program dan kegiatan BPTP Bengkulu dalam mencapai tujuan dan sasaran utama
yang telah ditetapkan. Rencana operasional disusun secara rasional, ringkas, jelas,
akurat, terukur, dan dapat dicapai pada kurun waktu tertentu (5 tahun). Struktur
rencana operasional secara komprehensif dijabarkan dalam strategi utama, sasaran
utama, tujuan dan program serta indikator kinerja utama.
Dokumen rencana operasional ini merupakan acuan dan arahan bagi BPTP
Bengkulu dalam merencanakan dan melaksanakan pengkajian dan diseminasi
pertanian periode 2015-2019 secara menyeluruh, terintegrasi dan sinergi baik di dalam
maupun antar sub sektor terkait. Rencana opersional balai 2015-2019 merupakan
dokumen perencanaan yang berisikan penjelasan tentang struktur organisasi,
sumberdaya penelitian (SDM, Sarana dan prasarana, anggaran), kinerja BPTP
Bengkulu 2010-2014 serta menguraikan program, kegiatan pengkajian dan diseminasi
yang akan dilaksanakan selama lima tahun kedepan (2015-2019).
24
Organisasi
BPTP Bengkulu dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.
20/Permentan/OT.140/3/2013 tanggal 11 Maret 2013. BPTP Bengkulu dikoordinir
secara langsung oleh Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
(BBP2TP). BPTP Bengkulu dipimpin oleh pejabat struktural Eselon IIIa sebagai Kepala
Balai dan dibantu oleh dua pejabat struktural Eselon IVa yaitu Kepala Sub Bagian Tata
Usaha dan Kepala Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian (KSPP). Wilayah kerja
BPTP Bengkulu meliputi 9 kabupaten dan 1 kota, yaitu Kabupaten Mukomuko, Lebong,
Bengkulu Utara, Rejang Lebong, Kepahiang, Bengkulu Tengah, Seluma, Bengkulu
Selatan, Kaur dan Kota Bengkulu.
Untuk mewujudkan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tugas pokok yang
telah ditetapkan, maka sasaran dan tujuan kehadiran BPTP Bengkulu diharapkan untuk
dapat memperkuat penelitian dan pengembangan di daerah berdasarkan sumberdaya
yang ada dengan mengemban dan menyebarluaskan teknologi pertanian spesifik lokasi
yang berorientasi pasar sesuai kebutuhan pengguna dalam mendukung pembangunan
agribisnis dan agroindustri serta diarahkan untuk menggerakkan pembangunan
pertanian sekaligus sebagai pusat informasi teknologi pertanian, yang mempunyai
tugas/fungsi :
1. Inventarisasi dan idetifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik
lokasi.
2. Penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.
3. Penyiapan paket teknologi hasil pengkajian dan perakitan untuk bahan penyusunan
materi penyuluhan pertanian.
4. Pelayanan teknik kegiatan pengkajian, penelitian dan perakitan teknologi pertanian.
25
Gambar.1 Organisasi BPTP Bengkulu
Kepala Balai
Koordinator
Kerjasama Koordinator Pelayanan
Pengkajian
Sub Bagian
Tata Usaha
Seksi Kerjasama dan
Pelayanan Pengkajian
Koordinator Urusan
Kepegawaian
Koordinator Program
Koordinator Urusan Rumah
Tangga dan Perlengkapan
Koordinator Urusan
Keuangan
- Lab. Tanah
- Lab. Diseminasi - Lab. Pascapanen
- Rumah Kaca - Informasi dan
Perpustakaan
Kelompok Pengkaji SDM UPBS
26
Sumberdaya
1. Sumberdaya Manusia (SDM)
BPTP Bengkulu perlu didukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas agar
mampu melaksanakan tugas dan fungsi untuk melakukan pengkajian dan diseminasi
teknologi pertanian sesuai dengan tugas dan fungsi BPTP sebagai lembaga pengkajian
terdepan. Berikut tabel keragaan sumberdaya manusia berdasarkan jenjang jabatan
fungsional.
Tabel 2. Keragaan SDM BPTP Bengkulu Berdasarkan Jenjang Fungsional 2010-2014
No
Jenis Jabatan Fungsional
Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
1 Peneliti/Perekayasa : • Prof. Riset • Utama • Madya • Muda • Pertama • Calon peneliti
1 1 3 5 7
1 - 1 4 9 18
- -- 1 5 10 17
- - 1 6 12 13
- - 1 6 15 11
2 Penyuluh*) • Penyuluh Pertanian Madya
• Penyuluh Pertanian Muda • Pernyuluh Pertanian pertama • Calon Penyuluh
4 1 1 -
5 1 - 2
5 1 - 2
5 1 1 3
5 1 2 2
3 Teknisi Litkayasa*) • Pemula • Calon Teknisi Litkayasa
- -
- -
- -
2 2
2 2
4 Pustakawan - - - - -
5 Fungsional tertentu lainnya - - - - -
6 Staf Pendukung 45 38 38 34 35
Jumlah 68 79 79 80 82
BPTP Bengkulu perlu didukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas agar
mampu melaksanakan tugas dan fungsi untuk melakukan pengkajian dan diseminasi
teknologi pertanian sesuai dengan tugas dan fungsi serta Visi dan Misi BPTP sebagai
lembaga pengkajian terdepan.
BPTP Bengkulu pada tahun 2014 didukung oleh 82 orang pegawai yang terdiri
dari 24 orang peneliti, 8 orang penyuluh, 9 calon peneliti, 2 orang teknisi dan 36 orang
staf (administrasi, kebersihan, pengemudi dan keamanan). Keragaan SDM BPTP
berdasarkan pendidikan disajikan pada tabel 2 dengan sebaran terbesar tingkat
pendidikan Pegawai BPTP Bengkulu didominasi pada tingkat strata 1 (S1) 34.61 %
dengan komposisi sebagai tenaga fungsional penyuluh pertanian, peneliti pertama dan
peneliti non kelas, selanjutnya jabatan non fungsional atau tenaga administrasi
didominasi oleh tingkat SLTA (35.90 %) sebagai tenaga administrasi dan
ketatausahaan, sebaran keragaan PNS BPTP seperti pada tabel 3.
27
Tabel 3. Keragaan Pegawai BPTP Bengkulu berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2014
No Pendidikan Jumlah (orang) Persen (%)
1 S3 4 5.13
2 S2 10 12.82
3 S1 27 34.61
4 D4 - -
5 D3 6 7.70
6 SLTA 28 35.90
7 SLTP 3 3.84
Jumlah 78 100
Peningkatan kualitas dan pembinaan manajemen sumberdaya manusia BPTP
Bengkulu dilakukan melalui kegiatan 1). Perencanaan dan pengembangan pegawai
antara lain : pelatihan jangka panjang (sekolah biaya Negara dan biaya sendiri),
pelatihan jangka pendek, Ujian Dinas/persamaan Ijazah, Penerimaan pegawai dan
pemutakhiran database SIMPEG. 2). Mutasi Kepegawaian meliputi : Kenaikan pangkat
regular maupun fungsional, pemrosesan DP3 pegawai, Penyesuaian Ijazah, impassing
gaji dan proses cuti.
Dalam rangka peningkatan kompetensi dan pengalaman karyawan BPTP
Bengkulu pada tahun 2013 telah mengikutsertakan kepada pegawai untuk mengikuti
berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan jangka pendek seperti kursus, seminar,
lokakarya dan symposium yang diadakan oleh Badan Litbang Pertanian maupun
institusi – institusi lain (LIPI).
Selain meningkatkan kompetensi melalui pendidikan jangka pendek, BPTP
Bengkulu hingga tahun 2013 juga telah mengirimkan bebarapa pegawai untuk
mengikuti pendidikan jangka panjang (tugas belajar) beasiswa program Strata 2 (S2)
dan strata 3 (S3) serta pendidikan atas biaya sendiri. PNS BPTP yang sedang mengikuti
program pendidikan disajikan pada tabel 4.
28
Tabel 4. PNS BPTP Bengkulu yang sedang mengikuti program pendidikan jangka panjang sampai dengan Desember 2014
No Nama / NIP Program / jurusan
Universitas Tahun Rencana Selesai
Keterangan
1 Andi Ishak, A.Pi, M.Si 19731121 199903 1 003
S3/Sosek IPB Bogor 2016 Beasiswa Badan Litbang Pertanian
2 Shannora Yuliasari, STP, MP 197407312003122001
S3/Ilmu Pangan
IPB Bogor 2014 Beasiswa Badan Litbang Pertanian
3 Ir. Miswarti 196508202000032001
S2/Ilmu Pertanian
UNPAD Bandung
2014 Beasiswa Badan Litbang Pertanian
4 Harwi Kusnadi, S.Pt 197611182008011007
S1/Peternakan
UGM Yogyakarta
2014 Beasiswa Badan Litbang
5 Rizal Efendi 197206052000031001
S1/Ekonomi UMB Bengkulu
2014 Biaya sendiri
6 Bastian 197404021999031002
S1/Ekonomi UMB Bengkulu
2014 Biaya sendiri
7 Adianto, A.Md 197201031998031004
S1/Teknik Informatika
UMB Bengkulu
2014 Biaya sendiri
8 Waluyo, A.Md 197601112000031001
S1/Teknik Informatika
UMB Bengkulu
2014 Biaya sendiri
9 Sudarwati 197605192007012001
S1/Agribisnis
UMB Bengkulu
2015 Biaya sendiri
10 Heryan Iswadi 198310102008121002
S1/Agribisnis
UMB Bengkulu
2015 Biaya sendiri
11 Johardi 197201102007011001
S1/Agri - Bisnis
UMB Bengkulu
2015 Biaya sendiri
12. Robiyanto 19800103200710001
S1/Peternakan
UMB Bengkulu
2015 Biaya sendiri
13 Hendri Suyanto 19740101200701 1001
S1/Agribis-nis
UMB Bengkulu
2015 Biaya sendiri
29
2. Sumberdaya Sarana-Prasarana
2.1. Laboratorium
Fungsi laboratorium BPTP Bengkulu adalah menghasilkan data dan informasi
yang sahi (accurate, precise) tentang suatu objek pengkajian dan diseminasi. BPTP
Bengkulu saat ini memiliki 3 laboratorium diantaranya laboratorium tanah,
laboratorium pasca panen dan laboratorium diseminasi.
Tabel 5. Jenis laboratorium dan PNBP yang di hasilkan
No Jenis Laboratorium Status
Akreditasi
PNBP/th (Rp Jt)
2010 2011 2012 2013 2014
1. Laboratorium Tanah Belum Terakreditasi
- 2,8 2,4 6,6 12
2. Laboratorium Pasca Panen - - - - -
3. Laboratorium Diseminasi 6,3 7 6,8 8 8
a. Laboratorium Tanah
Laboratorium tanah merupakan salah satu sarana penelitian/pengkajian
yang digunakan untuk mendukung penelitian/pengkajian dasar dan terapan, serta
melayani pengguna untuk analisis tanah, tanaman, air dan pupuk. Laboratorium
tanah berfungsi untuk melayani permintaan analisis dari peneliti baik dari BPTP
maupun dari luar seperti: perguruan tinggi, perusahaan swasta dan instansi
pemerintah serta petani. laboratorium tanah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Bengkulu berdiri sejak tahun 2003 dan mulai operasional pada tahun 2004.
Peralatan yang dimiliki laboratorium tanah BPTP Bengkulu antara lain adalah
digestion system untuk distruksi unsur, alat Destilasi untuk pengukuran nitrogen,
Laboratory Drying Oven, Mufle Furnance dan lain-lain. Adapun jenis layanan
analisis Laboratorium Tanah BPTP Bengkulu antara lain : 1) Analisis Tanah
meliputi kadar air, tekstu 3 fraksi, ph air dan KCl, bahan organik (C dan N), P dan
K potensial, P dan K tersedia, nilai tukar kation (kapasitas tukar kation, Ca-dd, Mg-
dd, K-dd, Na-dd), dan kemasaman ditukar (Al-dd dan H-dd), 2) Analisis Tanah
untuk tujuan khusus meliputi; serapan P, retensi P, fraksionasi P, fraksionasi
bahan organik, Al dan Fe, ekstrak ditionit oksalat, pirofosfat, 3) Analisis Tanaman
meliputi; unsur makro dan mikro (N, P, KCa, Mg, S, Fe, Al, Mn, Cu, Zn, B dan Mo),
unsur logam berat (Pb, Cd, Co, Cr, Ni, Ag, As, Se, Sn, 4) Analisis Air irigasi dan 5)
Analisis Pupuk dan Amelioran. Untuk analisis tanah dan analisis tanaman (unsur
makro) dilakukan di laboratorium BPTP Bengkulu, sedangkan untuk jenis analisis
lainnya dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Tanah, Bogor.
30
b. Laboratorium Diseminasi
Laboratorium Diseminasi dibentuk untuk meningkatkan kapasitas kinerja
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya secara optimal. Menyadari bahwa baik dokumen maupun bahan
informasi sejatinya menjadi keharusan dalam penyampaian atau penyajiannya
sudah dalam bentuk dikemas dengan baik, maka diperlukan upaya dan
penanganan secara baik pula dan dipandang perlu ditangani secara profesional.
Tidak dipungkiri bahwa kualitas kemasan dokumen maupun produk diseminasi
lainnya tidak kalah pentingnya perlu diperhatikan, selain kualitas data maupun
informasi yang dikemas. Kedua aspek tersebut (isi dan kemasan) merupakan dua
hal yang tidak bisa dipisahkan dan ikut menentukan citra dan tampilan BPTP
Bengkulu dimata luar. Di tahun 2014, pelayanan Laboratorium Diseminasi telah
cukup memberikan andil besar bagi pelaksanaan tugas dan fungsi Balai. Banyak
kegiatan administrasi dan lapangan yang membutuhkan suplay bahan cetakan
yang bersifat segera telah dapat dilayani dengan baik.
Peran laboratorium diseminasi lainnya dalam pelaksanaan tugasnya, selain
melakukan pelayanan internal balai, selama tahun 2013 juga telah dapat melayani
instansi lingkup pertanian di Provinsi Bengkulu diantaranya; 1) Dinas Pertanian
Provinsi Bengkulu, 2) Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu, 3) Balai Pengawasan
dan Pengujian Mutu Benih Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu, dan 4) Badan
Pelaksanan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Mukomuko. Dalam
upaya lebih meningkatkan lagi kinerja Laboratorium Diseminasi di tahun 2014,
diperlukan upaya-upaya melengkapi kebutuhan peralatan dan penyempurnaan
manajemen operasional ke arah yang lebih proporsional dan profesional sehingga
pelayanan dapat dilakukan dengan lebih baik lagi.
c. Laboratorium Pasca Panen
Laboratorium Pascapanen BPTP Bengkulu memiliki dua unit sarana
bangunan, yaitu unit pengolahan hasil pertanian dan unit produksi beras. Kedua
unit tersebut memiliki fungsi yang berbeda. Unit pengolahan pangan berfungsi
untuk mengembangkan teknologi pengolahan hasil pertanian melalui serangkaian
ujicoba. Sementara itu, unit produksi beras berfungsi untuk memproduksi beras
dan melayani jasa penggilingan padi bagi masyarakat sekitar. Secara umum,
sarana dan prasarana unit Laboratorium Pascapanen sudah lengkap.
Unit pengolahan hasil pertanian dilengkapi dengan sarana bangunan yang
cukup memadai, dengan peralatan yang lengkap. Peralatan pada unit ini terbagi
31
menjadi alat-alat pengolahan pangan, mesin pertanian, alat penyimpanan,
pengemasan, alat pengukuran, dan perlengkapan pameran/ekspose. Kondisi
peralatan tersebut dalam keadaan baik, namun beberapa diantaranya perlu
dimodifikasi agar dapat beroperasi secara maksimal. Selain itu, beberapa alat
mesin (alsin) pertanian seperti alat pengupas kopi (pulper) dan alat pencuci lendir
(washer) yang dipinjamkan kepada kelompok tani di Desa Imigrasi Permu,
Kabupaten Kepahiang sudah ditarik kembali. Sementara alsin pencacah tongkol
jagung yang masih dimanfaatkan olah kelompok tani di Desa Air Meles, Kabupaten
Rejang Lebong. Harapan ke depan, laboratorium pascapanen dilengkapi dengan
instrumen analisis mutu fisik dan kimia komoditas pertanian sehingga produk-
produk yang dihasilkan dapat dievaluasi mutunya agar sesuai dengan standar
mutu yang ada. Selain itu, diperlukan sarana bangunan yang lebih luas untuk
menyimpan peralatan yang ada. Peralatan yang sudah ada juga dioptimalkan
dalam hal penggunaan dan perawatannya. Kegiatan yang dilaksanakan di Unit
Laboratorium Pascapanen Bengkulu meliputi pelayanan konsultasi teknologi pasca
panen, alih teknologi dalam bentuk magang, dan pengkajian di bidang pascapanen
komoditas pertanian spesifik lokasi. Meliputi : a) Pelayanan Konsultasi Teknologi
Pascapanen, b) Alih teknologi, c) Pengkajian Pascapanen Komoditas Pertanian
Spesifik Lokasi, d) Pameran dan ekspose
2.2.Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS)
Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) merupakan instalasi BPTP Bengkulu yang
berfungsi untuk menyiapkan logistik untuk disemniasi an pengembangan varietas
unggul baru/adaptif spesifik lokasi berupa benih varietas unggul baru tanaman.
Penggunaan varietas yang adaptif dan spesifik lokasi sangat diperlukan dalam
mendukung peningkatan produktivitas dan produksi padi di Provinsi Bengkulu.
Tabel 6. Jenis komoditas dan volume prouksi serta PNBP yang dihasil UPBS 2014
No Komoditas Status/ Kelas
Volume Produksi
PNBP/th (Rp Jt)
2010 2011 2012 2013 2014
1. 2. 3.
Padi Padi (33,15 ton); Jagung (1,95 ton); Kedelai (0,4 ton) Padi
Benih Sumber 17,96 ton 35,5 ton 42 ton
- - -
- - -
46,00 - -
- 19,56 -
- - 22,00
32
Tujuan kegiatan penyediaan dan percepatan penyebaran VUB melalui UPBS di
Provinsi Bengkulu adalah:
1. Menginventarisir kebutuhan benih, varietas, sebaran/distribusi varietas padi,
jagung dan kedelai di Provinsi Bengkulu.
2. Menyediakan benih sumber VUB tanaman pangan strategis (padi, jagung dan
kedelai) spesifik lokasi yang disesuaikan dengan kebutuhan, permintaan,
preferensi, karakteristik agroekosistem dan sosial-budaya masyarakat Bengkulu.
3. Mempercepat penyebarluasan dan adopsi VUB tanaman pangan strategis (padi,
jagung dan kedelai) spesifik lokasi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian.
4. Menginventarisir aktivitas, peran dan dukungan kelembagaan perbenihan dalam
penyediaan dan penyebarluasan VUB di Provinsi Bengkulu.
Kebutuhan benih padi di Provinsi Bengkulu 3.443 ton dan didominasi oleh
varietas Mekongga dan Cigeulis. Kebutuhan benih jagung 5,7823 ton dan didominasi
oleh varietas Hibrida, sedangkan kebutuhan kedelai 9,0120 ton dan didominasi oleh
varietas Anjasmoro. UPBS mampu mendukung penyediaan benih sumber VUB baru
dengan produksi benih padi (28 ton), jagung (2 ton) dan kedelai (1 ton) untuk
mewujudkan 6 tepat (waktu, varietas, jumlah, mutu, lokasi dan harga) perbenihan.
UPBS telah berperan dalam mempercepat adopsi VUB Badan Litbang dengan
menditribusikan benih padi 2.381 kg, kedelai 1.515 kg, dan jagung (425 kg belum
terdistribusikan) serta sosialisasi perbenihan terhadap 246 penangkar. Provinsi
Bengkulu memiliki 7 BBI/BBU dengan kondisi infrastruktur, peralatan dan laboratorium
yang masih sederhana. Kinerja lembaga perbenihan belum optimal, memiliki
permasalahan yang komplek dan perlu kebijakan dan pendanaan khusus.
2.3. Perspustakaan Digital dan Teknologi Informasi
Hasil-hasil pengkajian yang telah diperoleh BPTP Bengkulu, perlu dikemas dan
dipublikasikan kepada pengguna. Unit Sarana dan Hasil Pengkajian mempunyai tugas
untuk membantu kepala Balai dalam melakukan penyiapan bahan informasi dan
dokumentasi, penyebarluasan dan pendayagunaan hasil-hasil pengkajian serta
penyiapan bahan laporan. Dalam melaksanakan tugasnya, BPTP Bengkulu telah
dilengkapi dengan satu unit perpustakaan yang melayani buku dan publikasi di bidang
ilmu pertanian dan ilmu pengetahuan umum yang terkait dengan pertanian serta hasil-
hasil penelitian BPTP Bengkulu. Pengguna perpustakaan terdiri dari peneliti, teknisi,
dan karyawan lingkup BPTP, serta masyarakat umum dan perguruan tinggi. Pada Unit
Perpustakaan masih diperlukan tenaga yang profesional untuk mengelola perpustakaan
dalam rangka meningkatkan pengetahuan sumber daya manusia melalui kegiatan
33
pelatihan/kursus. Selama tahun 2013, perpustakaan BPTP Bengkulu mendapatkan
penambahan beberapa koleksi buku yang berasal dari pengadaan dan hasil-hasil
penelitian. Koleksi buku pustaka disajikan pada tabel 6.
Tabel 7.Koleksi Buku Perpustakaan BPTP Bengkulu per 31 Nopember 2014.
No Jenis Koleksi Judul Exemplar
1 Buku teks 2.150 5.311 2 Prosiding 199 207
3 Majalah/Buletin/Jurnal 161 1.102
4 Bibliografi khusus 37 37 5 Brosur 95 156
6 Liptan/leaflet/folder 278 712 7 Laporan 174 185
8
9
Lain-lain (surat kabar)
CD
2
18
720
18
Jumlah 3.114 8.448
Infrastruktur TIK telah dilengkapi dengan fasilitas data center menggunakan
jaringan virtual private network (VPN) yang terhubung langsung dengan Balitbangtan.
Fasilitasi komputasi seperti komputer (desktop dan laptop) dan LAN tersedia di BPTP
Bengkulu, namun dengan jumlah, kondisi dan kapasitas beragam. Aplikasi TIK telah
dibangun mulai tahun 2009. BPTP Bengkulu telah memiliki website. Website BPTP
Bengkulu disajikan dalam berbentuk 2 versi bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris.
Anggaran
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu sebagai lembaga
pengkajian pusat yang berada di daerah memiliki tugas dan fungsi melakukan kegiatan
pengkajian serta perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. Untuk
menjalankan aktivitas tersebut, BPTP Bengkulu mengelola anggaran pembiayaan
tahunan untuk kepentingan berbagai kegiatan selama satu tahun. Dalam
melaksanakan tupoksinya sebagai unit pelaksana teknis dibidang pengkajian dan
pengembangan Satker BPTP Bengkulu didukung oleh sumber dana yang berasal dari
Dana APBN dalam bentuk Rupiah Murni (RM). Anggaran BPTP bengkulu menunjukkan
grafik yang selalu meningkat dalam lima tahun terakhir. Perkembangan anggaran BPTP
Bengkulu tahun anggaran 2010-2014 per sumber biaya dapat dilihat pada tabel 8.
34
Tabel 8. Perkembangan anggaran BPTP Bengkulu tahun anggaran 2010-2014 per sumber biaya.
No Sumber Pembiayaan Anggaran (Rp. Milyar)
2010 2011 2012 2013 2014
1. Rupiah Murni (RM) 5,658 6,247 9,710 11,664 10,118
2. Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN)
- - - - -
3. Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP)
0,006 0,003 0,007 0,012 0,012
T O T A L 5,664 6,250 9,717 11,676 10,130
Tata Kelola
Tugas dan fungsi (tusi) BPTP Bengkulu harus dilaksanakan secara ekonomis,
efektif, efisien dan tertib serta taat terhadap peraturan perundangan yang berlaku.
Keberhasilan pelaksanaan tusi untuk mencapai tujuan pembangunan pertanian sangat
di pengaruhi oleh pengendalian intern yang holistik dan handal. BPTP Bengkulu yang
mengelola anggaran sendiri eawib melaksanakan SPI, yang meliputi lima unsur yaitu :
1) lingkungan pengendalian; 2) penilaian risiko; 3) kegiatan pengendalian; 4) informasi
dan komunikasi dan 5) pemantauan. Penerapan unsur-unsur SPI harus dilaksanakan
secara terus menerus, integral, dan tidak terpisahkan dari kegiatan BPTP bengkulu.
oleh karena itu BPTP Bengkulu telah membentuk satuan pelaksana Pengendalian
Internal (Satlak SPI) untuk membantu pemimpin ddalam mencapai tujuan dan sasaran
organisasi.
Kinerja BPTP Bengkulu 2010-2014
Dalam kurun lima tahun terakhir (2010 – 2014) BPTP Bengkulu telah
melakukan berbagai kajian diantaranya kegiatan Integrasi Kopi-Kakao-Kambing.
Kegiatan ini mampu meningkatkan produktivitas kopi dari 400 kg/ha/th menjadi 700
kg/ha/th, produktivitas kakao dari 550 kg/ha/th menjadi 715 kg/ha/th dan peningkatan
populasi ternak kambing sebesar 25 %. Integrasi Sapi Sawit pada Perkebunan Sawit
Rakyat telah menghasilkan efisiensi penggunaan tenaga kerja angkut tandan buah
segar (TBS) sawit dengan ternak sapi (50 %), peningkatan berat TBS sawit sebesar
50 % dengan pemupukan kompos dan pertambahan bobot badan sapi sebesar 0,67
kg/hari, limbah sawit dalam bentuk pelepah dan solid fermentasi dapat digunakan
untuk pakan ternak sapi potong, limbah kelapa sawit dengan komposisi pakan berupa
rumput adlibitum ditambah solid fermentasi 2 kg/hari memberikan respon
pertambahan bobot badan yang tinggi dan secara ekonomi penggunaan limbah sawit
35
lebih menguntungkan dibandingkan dengan penggunaan pakan komersial. Disamping
kegiatan tersebut BPTP Bengkulu juga mencetak dan mendistribusikan informasi
teknologi yang berbentuk leaflet 75 judul, poster 35 judul, buku 28 judul, film 10 judul,
dan brosur 5 judul.
BPTP Bengkulu dalam kurun waktu 2010-2014 juga melakukan kegiatan
pendampingan dan diseminasi diantaranya Model Pengembangan Pertanian Perdesaan
Melalui Inovasi (m-P3MI) Berbasis inovasi PTT pada Tanaman Padi menghasilkan :
Peningkatan produktivitas padi sebesar 25% (dari 4,76 ton/ha menjadi 5,90 ton/ha),
Penyebaran inovasi PTT (VUB, sistem tanam jajar legowo, dan pemupukan) di dua
kecamatan, Peningkatan penggunaan prototipe caplak roda sebanyak 300 unit oleh
petani untuk aplikasi tanam padi jajar legowo. Kegiatan Model Pendampingan SL-PTT
Padi dapat mendorong : Peningkatan produktivitas padi antara 0,5-1,5 ton/ha (dari
rata-rata Provinsi 4,3 ton/ha menjadi 5,8 ton/ha), Penyebaran VUB hampir 90 % areal
pertanaman padi dan penyebar luasan sistem tanam Jajar Legowo 45 %, Varietas
Unggul Baru (Inpari 6,10,13) berpotensi diadopsi secara luas untuk mengurangi
dominasi varietas lama seperti Ciherang dan IR 64 dan varietas lokal yang biasa
ditanam petani pada lahan sawah irigasi, Tanam padi bibit muda (15-18 hari), Efisiensi
penggunaan benih (dari 60 kg/ha menjadi 25 kg/ha), Pemupukan berdasarkan
kebutuhan tanaman. Kegiatan Model KRPL telah menghasilkan 12 kelompok (APBN)
berkembang melalui program Ekonomi Perkotaan di 59 kelurahan, tahun 2013 : 32
kelompok (APBN) berkembang melalui Program Pemanfaatan Lahan Pekarangan
Terpadu di 6 desa (50 kelompok) dengan APBD Provinsi dan 30 kelompok dengan
APBD Kabupaten/Kota. penyusunan disain penataan lahan pekarangan pada beberapa
institusi/kantor Pemda: Membuat pusat edukasi pemanfaatan lahan pekarangan di
kebun PKK provinsi, Membuat lokasi gelar teknologi dalam kegiatan penyuluhan (PEDA
KTNA), Display model dalam rangka Harteknas, Bengkulu Expo Hortikultura, LIPI
EXPO, Hari Pers Nasional di Provinsi. Peningkatan perekonomian rumah tangga :
tumbuhnya bisnis bibit dan tanaman sayuran di desa dan perkotaan (20 unit),
pengurangan pengeluaran rumah tangga Rp. 400.000/bulan di perkotaan dan Rp.
300.000/bulan di perdesaan. Disamping itu juga ada kegiatan Model Akselerasi
Pengembangan Pertanian Ramah Lingkungan Lestari (m-AP2RL2) yang menghasilkan:
rekomendasi kebijakan peningkatan produksi padi dari 500.000 – 1.000.000 ton di
Provinsi Bengkulu dan validasi model dilakukan di Kabupaten Mukomuko (kerjasama
Badan Litbang dengan Pemerintah Kabupaten Mokomuko pada hamparan 120 ha).
36
Hal yang perlu mendapat perhatian dalam upaya penguatan pengkajian di BPTP
Bengkulu adalah inventarisasi topik kajian untuk mencegah terjadinya duplikasi dan
pengulangan, serta penentuan fokus dan prioritas kajian yang jelas. Hal ini penting
agar kegiatan pengkajian lebih fokus dan diprioritaskan menurut karateristik dan
kebutuhan teknologi di Provinsi Bengkulu.
Program dan Kegiatan
Kegiatan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi pertanian lebih di
fokuskan pada kegiatan pengkajian teknologi dan percepatan diseminasi inovasi
teknologi dalam mewujuddkan sistem pertanian bioindustri spesifik lokasi
berkelanjutan. Kegiatan pengkajian spesifik lokasi dilakukan dengan memadukan hasil
penelitian di tingkat balit dengan pemberdayaan potensi lokal. Percepatan diseminasi
inovasi teknologi pertanian dilaksanakan melalui pengembangan spektrum diseminasi
dan memanfaatkan berbagai channel (SDMC) untuk menunjang terwujudnya pertanian
industrial perdesaan. Hal ini dilakukan melalui model pengembangan inovasi teknologi
pertanian bioindustri. Termasuk didalamnya peningkatan kapasitas penyuluh untuk
mendukung diseminasi hasil penelitian dan pengkajian.
Kegiatan pendampingan yang merupakan salah satu dukungan BPTP Bengkulu
terhadap program strategis kementerian pertanian, akan dilaksanakan melalui
pendampingan pengembangan kawasan pertanian nasional. Adapun pendampingan
kawasan tersebut meliputi : 1) Tanaman Pangan 2 Kabupaten dengan fokus pada
tanaman padi, 2) pendampingan pengembangan kawasan perkebunan akan
dilaksanakan di 2 Kabupaten, 3) pendampingan pengembangan kawasan peternakan
akan dilaksanakan di 2 Kabupaten, 4) pendampingan pengembangan kawasan
hortikultura akan dilaksanakan di 2 Kabupaten dengan fokus pada komoditas cabai dan
jeruk.
Penutup
Adanya perubahan lingkungan strategis global, regional serta dinamika
pembangunan nasional, maka peran BPTP Bengkulu kedepan akan menjadi semakin
penting dan strategis. Dalam upaya tersebut BPTP Bengkulu sedang mengembangkan
percepatan pembangunan pertanian berbasis inovasi teknologi untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang difokuskan pada : 1) percepatan pembangunan
pertanian berbasis inovasi, 2) pengembangan laboratorium lapang inovasi pertanian.
37
Agar upaya-upaya yang akan dilakukan BPTP bengkulu tersebut dalam periode
2015-2019 kedepan lebih terarah, efektif dan efisien maka ROKB 2015-2019 menjadi
penting dipakai sebagai acuan dalam merencanakan dan melaksanakan pengkajian
dan diseminasi. Penyusunan ROKB 2015-2019 mengacu kepada renja kementerian
pertanian dan Badan Litbang Pertanian 2015-2019. ROKB BPTP Bengkulu merupakan
dokumen perencanaan yang berisikan penjelesan tentang struktur organisasi,
sumberdaya penelitian (SDM, sarana dan prasarana, anggaran), kinerja BPTP
Bengkulu pada periode sebelumnya. Dokumen ROKB ini ilengkapi dengan indikator
kinerja utama sehingga akuntabilitas pelaksana kegiatan beserta organisasinya dapat
di evaluasi selama periode 2015-2019.
38
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Kebijakan pemerintah daerah untuk peningkatan mutu dan produktivitas kopi belum
sepenuhnya dapat dilaksanakan petani.
2. Beberapa upaya penyempurnaan kebijakan dapat dilakukan antara lain :
Peningkatan kapasitas SDM petani melalui pelatihan dan intensitas penyuluhan.
Peningkatan penggunaan klon unggul berkualitas melalui program bantuan
bibit.
Peningkatan peremajaan (grafting) melalui penyambungan.
Peningkatan penggunaan rekomendasi pemupukan melalui penjaminan
ketersediaan pupuk tepat waktu.
Penegakan regulasi panen petik merah yang diiringi dengan kelayakan harga.
3. Adanya rencana operasional kegiatan BPTP Bengkulu 2015-2019
5.2. Saran
Upaya pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu dapat ditingkatkan melalui
penggunaan inovasi teknologi.
39
ANGGARAN YANG DIALOKASIKAN
No. Jenis Pengeluaran Volume Harga Satuan
(Rp. 000)
Jumlah (Rp.000)
1. Belanja Bahan ATK dan komputer supplies
Bahan pengkajian dan pendukung
lainnya, penggandaan dan laminasi
1 paket
1 paket
6.190
7.160
13.350 6.190
7.160
2. Honor Output Kegiatan
Honor petani sampel/responden
Honor petugas lapang
160 OH 25 OH
35 100
8.100
5.600 2.500
3. Belanja Perjalanan Biasa
Perjalanan dalam rangka
pelaksanaan kegiatan (berkisar antara Rp. 365.000 s/d Rp.
5.000.000
6 OP
5.000
30.000
30.000
4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota
Pertemuan dalam rangka persiapan
sosialisasi, FGD, pertemuan dengan petani dan stakeholder
Perjalanan luar propinsi/pusat dalam
rangka pelaksanaan kegiatan
73 OH
1 OH
220
5.000
21.060
16.060
5.000
Total 72.510
REALISASI ANGGARAN
No Jenis Pengeluaran
Realisasi
Anggaran (Rp)
Persentase
Keuangan (%)
Persentase Fisik (%)
1 Belanja Bahan
ATK dan komputer supplies 6.190.000 100.00 100,00
Bahan pengkajian dan pendukung
lainnya, penggandaan dan laminasi
7.160.000 99,93 100,00
2 Honor Output Kegiatan
Honor petani sampel/responden 5.600.000 100.00 100,00
Honor petugas lapang 2.500.000 96.00 100,00
3 Belanja Perjalanan Biasa
Perjalanan dalam rangka pelaksanaan
kegiatan (berkisar antara Rp. 365.000 s/d Rp. 5.000.000
30.000.000 97.95 100,00
4 Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota
Pertemuan dalam rangka persiapan
sosialisasi, FGD, pertemuan dengan
petani dan stakeholder
16.060.000 99,50 100,00
Perjalanan luar propinsi/pusat dalam
rangka pelaksanaan kegiatan
5.000.000
86,41
100,00
40
ANALISIS RISIKO
Analisis resiko dalam pengkajian sangat diperlukan, agar dapat mengantisipasi
berbagai risiko yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian,
kemudian apa penyebab dan dampaknya perlu disusun daftar risiko dan penangannya
seperti tabel berikut.
Tabel 1 Risiko, penyebab, dan dampaknya terhadap pelaksanaan pengkajian analisis kebijakan dan penyusunan renstra 2014-2019 Tahun 2014.
No. Risiko Penyebab Dampak
1. Petani Kurang Koperatif
Kelompok yang kurang aktif atau belum mantap
Informasi tidak sampai (terputus), data tidak tersedia dengan valid
2. Alat dan bahan pengkajian tidak tersedia
- Tingkat pemahaman responden yang kurang dalam mencerna pertanyaan dan memberikan jawaban kuisioner
- Ada keraguan dari responden untuk menjawab dengan jujur karena takut bermasalah di kemudian hari
Validitas data kurang
Tabel 2 Risiko, penyebab, dan Penanganannya dalam pelaksanaan pengkajian analisis kebijakan dan penyusunan renstra 2014-2019 Tahun 2014.
No. Risiko Penyebab Penanganan risiko
1. Petani Kurang Koperatif
Kelompok yang kurang aktif atau belum mantap
Koordinasi denga dinas dan meingkatakan intensitas pembinaan
2. Alat dan bahan pengkajian tidak tersedia
- Tingkat pemahaman responden yang kurang dalam mencerna pertanyaan dan memberikan jawaban kuisioner
- Ada keraguan dari responden untuk menjawab dengan jujur karena takut bermasalah di kemudian hari
- Daftar pertanyaan dalam kuisioner harus mudah di mengerti oleh responden
- Perlu penjelasan secara rinci maksud dari penyebaran kuisioner tersebut
41
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah.S. 2013. Pengelolaan Nutrisi Tanaman Terpadu Di Perkebunan Kopi. Review Penelitian Kopi dan Kakao Vol 1 hal. 24-39.
Adnyana IM. 2011. Aplikasi Anjuran Pemupukan Tanaman Kopi Berbasis Uji Tanah Di
Desa Bongancina Kabupaten Buleleng. Udayana Mengabdi. Volume 10 no.2 hal 64-66
Andi Nuhung, 2010. Pertanian, kemiskinan dan kawasan timur indonesia. Edisi sotf
cover. Jakarta. Anonim. 2008. Penerapan Pengendalian Hama Terpadu Pada Kopi di Jawa Timur.
Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol.30.No.6 hal 10-12. Badan Litbang Pertanian. 2003. Panduan Metodologi dan Analisis Data Pengkajian
Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. 21 halaman. Badan Litbang Pertanian. 2011a. Pedoman Umum Spectrum Diseminasi Multi Channel.
Badan Litbang Pertanian. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2013. Bengkulu Dalam Angka Tahun 2012. BPS Provinsi
Bengkulu. Rangkuti, F. 2008. Analisis SWOT – Teknik Membedah Kasus Bisnis. Cetakan
kelimabelas. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Riduwan. 2007. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Cetakan ketujuh. CV.
Alfabeta. Jakarta. Sarantakos, 1993. Social Research. Macmillan, 1993. University of Virginia Singarimbun, M. 1989. Metode dan Proses Penelitian. Dalam Singarimbun, M. dan S.
Effendi (pnyt) Metode Penelitian Survai. Cetakan Kedua. LP3ES. Jakarta. Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Universitas Indonesia Press.
Jakarta. Sulkani.2013. Rehabilitasi tanaman dengan metode sambung pucuk. Wahyuningsih,MY. 2012. Potensi Tenaga Kerja Dalam Keluarga Terhadap Pendapatan
Usahatani Tomat (Lycopersicon esculentium L) Di Desa Rantau Keminting Kecamatan Labuan Amas Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan. Media Sains.volume 4 Nomor 1.
42
LAMPIRAN FOTO
Koordinasi dengan BP3K Kec. Muara
Kemumu
Survei di Kelompok Tani Mekar Jaya
Kec. Bermani Ilir
Tim Anjak sedang melakukan
Wawancara dengan petani kopi di Kab.
Rejang Lebong
Tim Anjak sedang melakukan
Wawancara dengan petani kopi di Kab.
Kepahiang
Contoh Tanaman kopi dengan
Peremajaan Sambung Batang (Tag N) Contoh Tanaman kopi dengan
Peremajaan Sambung Tunas