DAKWAH HUMANISTIK Mengelola Persepsi Positif Antar Ormas Islam

8
DAKWAH HUMANISTIK (Mengelola Persepsi Positif Antar Ormas Islam) H. Zainudin 1 A. Pendahuluan Masyarakat Islam Indonesia, terutama di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki corak keagamaan yang plural dan unik karena secara geografis berada di utara pantai selatan. Disamping itu DIY memiliki Keraton dan warisan budaya Jawa yang unik. Pluralitas masyarakat Islam Yogyakarta tersebut tentu memiliki konsekuensi sosial, politik, budaya maupun religi dalam kehidupan sosialnya. Akhirnya masyarakat Islam tidak bisa hidup sendiri, tidak bisa satu warna, kecenderungannya menjadi kelompok dan sektarian. Dalam konteks yang lebih luas pada dasarnya Islam hadir memang berpotensi banyak varian, kendati dari satu sumber yang universal. Banyaknya varian Islam yang ada di Indonesia terutama di Bantul membuktikan bahwa dalam beragama Islam membutuhkan wadah komunikasi untuk mengelola persepsi positif sesama muslim. Persepsi positif terhadap sesama muslim mutiak dikembangkan dalam rangka untuk membendung persepsi negatif terhadap sesama muslim. Di era reformasi misalnya secara lantang banyak bermunculan gerakan Islam atau kelompok berlabel Islam yang mengklaim sebagai gerakan dakwah, gerakan amar makruf nahi munkar, gerakan penyelamat Islam maupun gerakan jihad. Naluri Islam memang satu, yaitu mengabdi kepada Allah, tetapi dalam ekspresi keagamaannya berbentuk NU, Muhammadiyyah, Persis, Salafi, Jamaah Tabligh, jamaah takftr wal hijrah, tarekat, Ahmadiyyah, inkarus sunnah, hizbut tahrir, kelompok Ahmad Musaddeq, LDII, FPI, MMI atau kelompok yang menggunakan kata Islam dibelakang organisasinya. 1 Penulisadalah Dosen tetap Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Anggota Tim Kreatif Dialogue Centre Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Jurnal MD Vol. II No. 1 Juli-Desember 2009

Transcript of DAKWAH HUMANISTIK Mengelola Persepsi Positif Antar Ormas Islam

Page 1: DAKWAH HUMANISTIK Mengelola Persepsi Positif Antar Ormas Islam

DAKWAH HUMANISTIK(Mengelola Persepsi Positif

Antar Ormas Islam)

H. Zainudin1

A. Pendahuluan

Masyarakat Islam Indonesia, terutama di wilayah DaerahIstimewa Yogyakarta memiliki corak keagamaan yang plural danunik karena secara geografis berada di utara pantai selatan.Disamping itu DIY memiliki Keraton dan warisan budaya Jawayang unik. Pluralitas masyarakat Islam Yogyakarta tersebut tentumemiliki konsekuensi sosial, politik, budaya maupun religi dalamkehidupan sosialnya. Akhirnya masyarakat Islam tidak bisa hidupsendiri, tidak bisa satu warna, kecenderungannya menjadikelompok dan sektarian. Dalam konteks yang lebih luas padadasarnya Islam hadir memang berpotensi banyak varian, kendatidari satu sumber yang universal.

Banyaknya varian Islam yang ada di Indonesia terutama diBantul membuktikan bahwa dalam beragama Islammembutuhkan wadah komunikasi untuk mengelola persepsipositif sesama muslim. Persepsi positif terhadap sesama muslimmutiak dikembangkan dalam rangka untuk membendungpersepsi negatif terhadap sesama muslim. Di era reformasimisalnya secara lantang banyak bermunculan gerakan Islam ataukelompok berlabel Islam yang mengklaim sebagai gerakandakwah, gerakan amar makruf nahi munkar, gerakan penyelamatIslam maupun gerakan jihad. Naluri Islam memang satu, yaitumengabdi kepada Allah, tetapi dalam ekspresi keagamaannyaberbentuk NU, Muhammadiyyah, Persis, Salafi, Jamaah Tabligh,jamaah takftr wal hijrah, tarekat, Ahmadiyyah, inkarus sunnah,hizbut tahrir, kelompok Ahmad Musaddeq, LDII, FPI, MMI ataukelompok yang menggunakan kata Islam dibelakangorganisasinya.

1 Penulisadalah Dosen tetap Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakartadan Anggota Tim Kreatif Dialogue Centre Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Jurnal MD Vol. II No. 1 Juli-Desember 2009

Page 2: DAKWAH HUMANISTIK Mengelola Persepsi Positif Antar Ormas Islam

Masalah yang muncul kemudian adalah menguatnyakompetisi untuk menjaring umat sebanyak-banyaknya sebagaibentuk identitas diri yang menyebabkan misharmoni antar sesamamuslim. Dengan banyaknya ormas atau gerakan dakwah dimasyarakat Islam memerlukan pengelolaan untuk membangunpersepsi positif terhadap kelompok-kelompok Islam. Kenyataanadanya gerakan dakwah yang eklusif dan konservatif dimasyarakat Islam yang super ego religiusitas merupakantantangan bagi elite-elite ormas-ormas Islam untuk mengelolanyadengan baik. Dismping itu, kita menjumpai gerakan dakwah yangselalu menerapkan nilai dasar perjuangannya dengan keras dantidak bisa kompromi dengan pihak-pihak lain yang dianggapbid'ah dan sesat.

Dalam mengembangkan sayap organisasi Islam di tengahmasyarakat juga terkadang saling berbenturan dengan muslimlainnya yang tidak sepaham secara politik, akidah, fikih maupunpernik-pernik ritual keagamaan. Bagi elite ormas Islam terkadangjuga bersikap muka dua dalam pergaulan sosialnya guna untukmenjalin relasi sosialnya, namun di saat yang sama diamempunyai beban untuk mengembangkan visi misi nilai-nilaidasar gerakan dakwahnya, sehingga bisa dimungkinkan banyakpara elite ormas Islam akur di forum meja bundar, bermusuhandibelakangnya. Ini merupakan asumsi dasar yang masih perlupembuktian kebenarannya. Oleh karena itu, dalam tulisan ini akanmenyoroti problem krusial yang dihadapi umat Islam, yaitubagaimana membangun dakwah humanistik dalam mengelolaperbedaan di kalangan varian-varian Islam.

B. Persepsi Fositif Dalam Masyarakat Islam

Masyarakat Islam memiliki keunikan dalam memahami danmenjalankan pesan-pesan Islam. Keunikan itu bisa dilihat daricara pandang dalam beragama, relasi sosial dan kelompok-kelompok keagamaannya. Kecenderungan umat Islam tampaknnya suka berkelompok dan membuat persepsi-persepsitertentu terhadap kelompok lainnya. Kita tidak bisa mengingkaribahwa dalam tubuh masyarakat Islam khususnya di Bantulbanyak kompetitor ormas Islam dalam gerakan dakwahnya yangmilitan. Kompetisi itu misalnya banyak masjid yang sekarangsudah berlabel ormas sebagai bentuk identitas, dan itu merupakan

Jurnal MD Vol. II No. 1 Juli-Desember 2009

Page 3: DAKWAH HUMANISTIK Mengelola Persepsi Positif Antar Ormas Islam

bentuk transparansi kompetisi ormas-ormas Islam, seperti plakatpapan rvama masjid Muhammadiyah, NU, LDII, dan lainnya.

Transparansi kompetisi itu dianggap wajar, karena naluriumat Islam memang sejak awal senang dengan pembentukankomunitas yang terorganisir dan membentuk persepsi-persepsikepada out sidernya, seperti Sunni, Syi'ah, Khawarij. Dan jugakadang kelompok Islam membuat stereotype tertentu terhadaplawan-lawan gerakan dakwahnya atau lawan ideologinya.Persepsi atau stereotype yang tidak sehat itu harus diakhiri, karenasesunguhya beragama itu tidak untuk mentiptakan konflik ataupermusuhan, tetapi agama Islam lahir menciptakan perdamaian.Kampanye perdamaian atau festival budaya perdamaian danpersaudaraan sesama muslim perlu dikembangkan, karenaYogyakarta terkenal dengan sebutan city of tolerance.

Persepsi positif terhadap sesama muslim merupakan modalsosial untuk menghindari konflik batin antar ormas Islam dan antarpegiat dakwah. Jika persepsi positif telah dibangun oleh ormasIslam, maka apa yang disebut dengan Al-islam Ya'lu Wala Yu'laAlaihi benar-benar menjadi jargon Islam sebagai agama yangkosmopolit. Adapun tata kerjanya adalah pertama: penyadarankembali elite ormas Islam dan umatnya bahwa dalam tubuh umatIslam terdapat diversitas. Kedua : mengurangi militansi,radikalisme, konservatisme, eklusifme dan antagonisme dalamgerakan dakwah. Ketiga : menjalin komunikasi dan membentukjaringan kerjasama lintas ormas Islam. Kerangka kerja itu palingtidak bisa mengurangi persepsi atau stereotype negatif terhadapsesama muslim. Jaringan komunikasi dan kerjasama bisadifasilitasi oleh negara sebagai pihak yang bertanggungjawabdalam membentuk masyarakat yang damai dan bebas konflik.

Merontokkan prasangka terhadap sesama muslim memangtidak mudah, karena setiap muslim yang sudah terdoktrin olehideologi ormas biasanya sudah mempunyai persepsi lain terhadapsesama muslim. Misalnya kasus saling membid'ahkan, mengkafirkan,pengikut Ahlusunnah sejati, Islam murni, dan sebutan lain yangsering terjadi di kalangan masyarakat Islam. Tipikal-tipikalmuslim yang suka berpresepsi negatif perlu dicerahkan denganmelibatkan para elite ormas dan jamaahnya supaya dibekalidengan pemahaman tentang keragaman tafsir-tasir dalam Islam.Umat Islam tidak selayaknya menafikan tafsir-tafsir lain terhadap

Jurnal MO Vol. II No. 1 Juli-Desember 2009

Page 4: DAKWAH HUMANISTIK Mengelola Persepsi Positif Antar Ormas Islam

teks suci yang kemudian menjelma menjadi kelompok atauvarian-varian Islam yang bisa memicu terjadinya perbedaan yangsaling menghegemoni.

Ada satu problem yang perlu dijawab bahwa pada realitassosial, mengapa banyak kelompok Islam saling menghegemonisesamanya sebagai bentuk dari eksistensi diri atau identitasgolongannya. Misalnya bagaimana relasi sejati antara NU-Muharnmadiyyah, antara Salafi-LDII, relasi Ahmadiyah-MMI,FPI, relasi Persis-hizbut tahrir, atau relasi MUI dengan ormas-ormas Islam lainnya. Orang tentu akan menjawab hubunganantara ormas Islam dan gerakan dakwah baik-baik saja, kecualikasus-kasus tertentu yang memang sengaja dilakukan dengancara anarkis dan kekerasan seperti kasus Ahmadiyah.Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa hubungan baik antar ormasIslam hanya sebatas dibibir, tetapi pada realitasnya banyak buku,selebaran, pamflet, brosur bertebaran yang pada hakikatnyaadalah saling mengkoreksi ideologi ormas-ormas Islam lainnya.Dari sini tampak jelas bahwa gaya gerakan dakwah Islam masihberorientasi pada truth claim, sehingga persepsi yang dibangunadalah selalu negatif dan prasangka.

C. Kcragaman Tafsir Keagamaan

Keragaman sosial keagamaan merupakan modal sosial yangmemerlukan perhatian khusus untuk mencapai masyarakat idealyang bebas konflik. Munculnya ormas Islam dan gerakan dakwahdi tengah masyarakat dapat dijadikan aset perekat komunitasmuslim yang mau saling bertegur sapa dan bisa bertetanggadengan baik. Kontribusi ormas Islam dan gerakan dakwahseharusnya memberikan pencerahanbaru dan menghindari daribibit-bibit perpecahan yang disebabkan adanya tafsir tekskeagamaan. Oleh karena itu pegiat ormas Islam atau intelektualmuslim aktifis gerakan dakwah perlu uji kompetensi etikadakwah, bahkan bila perlu sertifikasi bagi para da'i. Etika dakwahsangat diperlukan bagi ormas Islam atau pegiat dakwah untukmemahami, menghargai dan menghormati keragaman adanyatafsir-tafsir dalam masyarakat Islam. Oleh karena itu, memahamikeragaman tafsir keagamaan merupakan bagian daripenghormatan agama Islam itu sendiri.

Jurnal MD Vol. II No. 1 Juli-Desember 2009

Page 5: DAKWAH HUMANISTIK Mengelola Persepsi Positif Antar Ormas Islam

Gerakan dakwah pada prinsipnya sebagai nilai atau sikapelegan yang diekspresikan seseorang ketika melihat orang Islamberbeda cara dalam hal pemahaman atau penafsiran keagamaan.Maksud etika dakwah disini adalah sikap atau perilaku pegiatdakwah harus memiliki landasan moral, memahami kuitur lokal,tidak provokatif dan menghargai perbedaan. Misalnya umat Is-lam yang masih lekat dengan kuitur lokal, sikap puritanisme yangserba Arab, atau inovasi-inovasi ritual corak keislaman yangbukan termasuk hal yang dilarang atau diperintahkan. Tentu,pemikiran seperti ini pada masyarakat Islam tertentu dianggapbid'ah dan khurafat. Terminologi itu yang kemudian dimasyarakat Islam sebagai pemicu konflik atau misharmoni antarumat Islam. Dengan demikian, ormas Islam dan gerakan dakwahlahir untuk menerjemahkan Islam rahmatan lilalamin danmenghindari sikap destruktif.

Kegagalan umat Islam pada dasarnya terletak pada sikapumat Islam sendiri yang mengingkari tafsir-tafsir keagamaan,sehingga klaim sunni sejati atau bid'ah sebagai terminologi yangpopuler dalam kelompok-kelompok Islam. Bahkan saling sesatmenyesatkan adalah bagian dari gerakan dakwah yang di-legitimasi dengan teks suci untuk meruntuhkan lawan-lawanideologi. Jadi, teori dibalas dengan teori biasanya sulit untukketemu, sehingga prestasi ormas Islam terkadang dipersembah-kan kepada golongannya, bukan untuk umat Islam secarakeseluruhan.

C. Dakwah Humanistik Dan Penguatan Ormas Islam

Kita mengamati serentetan kelompok-kelompok Islam padasaat ini masih banyak yang berkutat pada gerakan dakwahideologis. Jarang sekali kita dengar gerakan dakwah yang pekadengan isu-isu lingkungan, kesehatan, kesetaraan gender,korupsi, kemiskinan atau isu problem kemanusiaan. Dakwahideologis hanya berkutat pada ajaran Islam yang ketat yaitusekitar akidah, ibadah dan penguatan nilai-nilai normatifitas Is-lam, bahkan dakwah ideologis cenderung menonjolkan bajuorganisasinya daripada substansi pesan-pesan Islamnya.Kenyataan ini tidak bisa kita pungkiri karena habitat kita sebagaimuslim Indonesia masih suka dengan fanatisme varian-varianIslam. Seharusnya gerakan dakwah kita harus berubah orientasi,

Jurnal MD Vol. II No. I Juli-Desember 2009

Page 6: DAKWAH HUMANISTIK Mengelola Persepsi Positif Antar Ormas Islam

yaitu dari dakwah yang ideologis menuju dakwah yanghumanistik, yaitu substansi dakwah yang peka terhadap isu-isukemanusiaan.

Dakwah humanistik tidak berorientasi pada orasi leluconsemata/ tetapi mengarah kepada isu-isu kemanusiaan, misalnyabagaimana kepekaan Islam terhadap kemiskinan, lingkungan,kebodohan dan pengangguran. Isu-isu ini kemudian dikemasmelalui pesan-pesan Islam yang bisa menggerakkan motivasiumat Islam untuk merubah nasibnya atau merubah carakehidupannya yang lebih baik. Pesan agama ternyata lebih efektifuntuk merubah capa berpikir, karena pesan agama memiliki nilaisakralitas. Dakwah humanistk ini juga sebagai jawaban kontribusiIslam terhadap isu-isu kemanusiaan untuk merubah kehidupanyang lebih baik,

Oleh karena itu, peran ormas Islam dan penguatan ormassangat diperlukan untuk mengatasi problem bersama yangdihadapi umat Islam. Penguatan ormas Islam itu bisa diwujudkandalam bentuk kerjasama atau menjalin jaringan komuniaksi antarormas Islam untuk action plan bersama atau perlunya prapemberdayaan dengan cara interacting live-in antar ormas-ormasIslam sebagai bentuk penguatan, penyadaran, penghargaan, danpenghormatan terhadap perbedaan yang selama ini dianggapberbeda. Mungkin kita bertanya, mengapa kita harus interactinglive-in antar ormas Islam. Pada kenyataannya para elite ormasIslam selalu menjaga jarak antara ormas-ormas Islam yangberbeda, bahkan lebih ekstrim lagi tidak mau bergaul ataumenghindar dari masjid yang berlabel ormas Islam tertentu.Realita ini perlu pemahaman kembali bahwa semua penafsiranulama tentang teks agama Islam adalah ada dua kemungkinanyaitu salah benar, meskipun demikian, kita tetap menghargaiperbedaan-perbedaan penafsiran tersebut. Bahkan kita perlumemasarakatkan kata bijak pendahulu kita kepada masyarakatIslam Ra'yuna sawab yahtamulu khata'. Wara'yu ghairina khata'yahtamilu sawab. (Pendapat kita itu benar, tetapi mungkin bisasalah, pendapat orang lain salah, mungkin bisa saja bisa benar).

Karakteristik gerakan dakwah berbasis humanistiktercermin pada kepekaan problem kemanusiaan yaitu gerakandakwah yang berbobot yang peka dengan isu kemanusiaan. Halini berbeda dengan gerakan dakwah yang selalu menonjolkan

6 Jurnal MD Vol. II No. 1 Juli-Desember 2009

Page 7: DAKWAH HUMANISTIK Mengelola Persepsi Positif Antar Ormas Islam

bidang akidah atau identitas keagamaan. Biasanya gerakandakwah semacam ini mengklaim sebagai penjaga gawang akidahumat Islam dan merazia khurafat-khurafat. Kelompok ini juga sulitberkompromi dengan identitas atau muslim lain yangberseberangan mazhab atau menjaga jarak. Secara konservatifgerakan dakwah ideologis mengklaim cara-cara itu merupakanbagian dari religiusitas karena mendapat perintah agama. Makatidak jarang di masyarakat Islam selalu berhadapan antara Islamyang berbasis kultural dengan Islam puritan. Dua gelombanggarakan dakwah itu semestinya harus saling memahami danmenghargai, karena masing-masing orang ormas Islam memilikiperan otonom untuk memahami teks Islam, sehingga supaya tidakada kesan saling menghegemoni atau mengkoreksi satu samayang lainnya.

D. Penutup

Memahami perbedaan merupakan cara yang palingbermartabat dalam menjalin persamaan dalam perbedaan.Menjalin kornunikasi dan kerjasama sebagai media untukmerontokkan prasangka, persepsi negatif atau stereotype terhadapsesama muslim. Untuk saat ini perlu media untuk menjembataniatau kornunikasi lintas lembaga untuk bekerjasama dalammengatasi problem umat Islam. Di era yang serba terbuka ini,umat Islam tidak boleh menutup mata hidup eklusif yang tidakmau membuka diri apalagi komunikais dengan pihak ormas Is-lam lain yang dianggap berseberagartan.

Gerakan dakwah perlu inovasi pemikiran supaya tidakterjebak dengan model-model dakwah yang ideologis dan senangmerazia ideology ormas Islam lainnya. Untuk itu, Pemerintahsebeiknya rnemfasilitasi program interacting live-in lintas ormasIslam guna memahami perbedaan-perbedaan yang selamadianggap sebagai jurang pemisah dalam tubuh umat Islam. Sekianterimah kasih Wallahu A'lam Bi sawab.

Oaf tar Pustaka

Abdurrahman, Moeslem, Islam Transformatif, Jakarta : PustakaFirdaus, 1994

Al-sarbaji, Ali, Al-figh Al-manlwji, Damasqus : Dar Al-hadis, 1991

Jurnal MD Vol. II No. 1 Juli-Desember 2009 7

Page 8: DAKWAH HUMANISTIK Mengelola Persepsi Positif Antar Ormas Islam

Al-talibi, Abu Abdurrahman, Dakwah Salafiyyah Dakwah BijakMeluruskan Sikap Keras Dai Salafi, Jakarta: Hujjah, 2006

Al-hilali, Salim, Jamaah-jamaah Islam, Solo : Pustaka Al-bukhari,2004

Engineer, Asghar AH, Islam dan Teologi Pembebasan, Yogyakarta :Pustaka Pelajar, 1999

Fajar, A. Malik, Jejak kanjeng Sunan Walisongo, Surabaya : FestifalWalisongo, 1999

Farid, Ahmad, Tazkiyah AlOnufus, Beirut: Dar Al-qalam, ttKasir, Ibn, TafsirAl-qur'an Al-azim, Kairo: Maktabah Al-zafa, 2004Mahfudh, Sahal, Nuansa Fiqih Sosial, Yogyakarta ; LKiS, 2003Mahmud, Abdul Halim, Manhaj Al-islah Al-islami Fi Al-mujtama,

Kairo : Maktabah Usrah, 2005Raharjo, Dawam, Model Pembangunan Qaryah Taiyyibah, Jakarta :

Internusa, 1997Sihab, Alwi, Islam Inklusif, Bandung: Mizan, 2001Schumann, Olaf, H. Dialog Antar Umat Beragama, Jakarta BPK, 2008Zainudin, Etika Dakwah, Menyimak Cendikiawan Muslim Berdakwah,

Yogyakarta : Pustaka Felicha, 2009(Footnotes)1 Penulis adalah Dosen tetap Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta dan Anggota Tim KreatifDialogue CentrePascasarjana UESI Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Jurnal MD Vol. II No. I Juli-Oesember 2009