CSS Perubahan Kardiovaskuler Pada Wanita Normal Dengan Kehamilan
description
Transcript of CSS Perubahan Kardiovaskuler Pada Wanita Normal Dengan Kehamilan
Perubahan Kardiovaskuler Pada Wanita Normal Dengan Kehamilan
Wanita normal yang mengalami kehamilan akan mengalami perubahan fisiologik
dan anatomik pada berbagai sistem organ yang berhubungan dengan kehamilan
akibat terjadi perubahan hormonal didalam tubuhnya. Perubahan yang terjadi
dapat mencakup sistem gastrointestinal, respirasi, kardiovaskuler, urogenital,
muskuloskeletal dan saraf. Perubahan yang terjadi pada satu sistem dapat saling
memberi pengaruh pada sistem lainnya, dan dalam menanggulangi kelainan yang
terjadi harus mempertimbangkan perubahan yang terjadi pada masing-masing
sistem, Perubahan ini terjadi akibat kebutuhan metabolik yang disebabkan
kebutuhan janin, plasenta dan rahim.
Adaptasi normal yang dialami seorang wanita yang mengalami kehamilan,
termasuk sistem kardiovaskuler, akan memberikan gejala dan tanda yang sukar
dibedakan dari gejala penyakit jantung. Keadaan ini yang menyebabkan beberapa
kelainan yang tidak dapat ditoleransi pada saat kehamilan.
Perubahan hemodinamik
Pada wanita hamil akan terjadi perubahan hemodinamik karena peningkatan
volume darah sebesar 30-50%, yang dimulai sejak trimester pertama dan
mencapai puncaknya pada usia kehamilan 32-34 minggu, dan menetap sampai
aterm. Sebagian besar peningkatan volume darah ini menyebabkan meningkatnya
kapasitas rahim, mammae, ginjal, otot polos dan sistem vaskular kulit, dan tidak
memberi beban sirkulasi pada wanita hamil yang sehat. Peningkatan volume
plasma (30-50%) relatif lebih besar dibanding peningkatan sel darah (20-30%),
mengakibatkan terjadinya hemodilusi dan menurunya konsentrasi hemoglobin.
Peningkatan volume darah ini mempunyai 2 tujuan yaitu pertama mempermudah
pertukaran gas pernafasan, nutrient, dan metabolit ibu dan janin dan kedua
mengurangi akibat kehilangan darah yang banyak saat kelahiran.
Peningkatan volume darah ini mengakibatkan cardiac output saat istirahat akan
meningkat sampai 40%. Peningkatan cardiac output yang terjadi mencapai
puncaknya pada usia kehamilan 20 minggu. Pada pertengahan sampai akhir
kehamilan cardiac output dipengaruhi oleh posisi tubuh. Sebagai akibat
pembesaran uterus yang mengurangi venous return dari ekstremitas bawah. Posisi
tubuh wanita hamil turut mempengaruhi cardiac output dimana bila dibandingkan
dalam posisi lateral kiri, pada saat posisi supinasi maka cardiac output akan
menurun 0,6 l/menit dan pada posisi tegak akan menurun sampai 1,2 l/menit.
Umumnya Perubahan ini hanya sedikit atau tidak memberi gejala, dan pada
beberapa wanita hamil lebih menyukai posisi supinasi. Tetapi pada posisi supinasi
yang dipertahankan akan memberi gejala hipotensi yang disebut supine
hypotensive syndrome of pregnancy. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan
memperbaiki posisi wanita hamil miring pada salah satu sisi, Perubahan
hemodinamik juga berhubungan dengan Perubahan atau variasi dari cardiac
output. Cardiac output adalah hasil denyut jantung dikali stroke volume. Pada
tahap awal terjadi kenaikan stroke volume sampai kehamilan 20 minggu.
Kemudian setelah kehamilan 20 minggu stroke volume mulai menurun secara
perlahan karena obstruksi vena cava yang disebabkan pembesaran uterus dan
dilatasi venous bed. Denyut jantung akan meningkat secara perlahan mulai dari
awal kehamilan sampai akhir kehamilan dan mencapai puncaknya kira-kira 25
persen diatas tanpa kehamilan pada saat melahirkan.
Cardiac output juga berhubungan langsung dengan tekanan darah merata dan
berhubungan terbalik dengan resistensi vascular sistemik. Pada awal kehamilan
terjadi penurunan tekanan darah dan kembali naik secara perlahan mendekati
tekanan darah tanpa kehamilan pada saat kehamilan aterm. Resistensi vascular
sistemik akan menurun secara drastis mencapai 2/3 nilai tanpa kehamilan pada
kehamilan sekitar 20 minggu. Dan secara perlahan mendekati nilai normal pada
akhir kehamilan. Cardiac output sama dengan konsumsi oksigen dibagi perbedaan
oksigen arteri-venous sistemik. Konsumsi oksigen ibu hamil meningkat 20 persen
dalam 20 minggu pertama kehamilan dan terus meningkat sekitar 30 persen diatas
nilai tanpa kehamilan pada saat melahirkan. Peningkatan ini terjadi karena
kebutuhan metabolisme janin dan kebutuhan ibu hamil yang meningkat.
Cardiac output juga akan meningkat pada saat awal proses melahirkan. Pada
posisi supinasi meningkat sampai lebih dari 7 liter/menit. Setiap kontraksi uterus
cardiac output akan meningkat 34 persen akibat peningkatan denyut jantung dan
stroke volume, dan cardiac output dapat meningkat sebesar 9 liter/menit. Pada
saat melahirkan pemakaian anestesi epidural mengurangi cardiac output menjadi
8 liter/menit dan penggunaan anestesi umum juga mengurangi cardiac output.
Setelah melahirkan cardiac output akan meningkat secara drastis mencapai 10
liter/menit (7-8 liter/menit dengan seksio sesaria) dan mendekati nilai normal saat
sebelum hamil, setelah beberapa hari atau minggu setelah melahirkan. Kenaikan
cardiac output pada wanita hamil kembar dua atau tiga sedikit lebih besar
dibanding dengan wanita hamil tunggal. Adakalanya terjadi sedikit peningkatan
cardiac output sepanjang proses laktasi.
Perubahan unsur darah juga terjadi dalam kehamilan. Sel darah merah akan
meningkat 20-30% dan jumlah lekosit bervariasi selama kehamilan dan selalu
berada dalam batas atas nilai normal. Kadar fibrinogen, factor VII, X, dan XII
meningkat, juga jumlah trombosit meningkat tetapi tidak melebihi nilai batas atas
nilai normal. Kehamilan juga menyebabkan perubahan ukuran jantung dan
perubahan posisi EKG. Ukuran jantung berubah karena dilatasi ruang jantung dan
hipertrofi. Pembesaran pada katup trikuspid akan menimbulkan regurgitasi ringan
dan menimbulkan bising bising sistolik normal grade 1 atau 2. Pembesaran rahim
keatas rongga abdomen akan mendorong posisi diafragma naik keatas dan
mengakibatkan posisi jantung berobah kekiri dan keanterior dan apeks jantung
bergeser keluar dan keatas. Perubahan ini menyebabkan Perubahan EKG sehingga
didapati deviasi aksis kekiri, sagging ST segment dan sering didapati gelombang T
yang inversi atau mendatar pada lead III.
Distribusi Aliran Darah
Aliran Darah pada wanita hamil tidak sepenuhnya diketahui. Distribusi aliran
darah dipengaruhi oleh resistensi vaskuler lokal. Renal blood flow meningkat
sekitar 30 persen pada trimester pertama dan menetap atau sedikit menurun
sampai melahirkan. Aliran darah kekulit meningkat 40 - 50 persen yang berfungsi
untuk menghilangkan panas. Mammary blood flow pada wanita tanpa kehamilan
kurang dari 1 persen dari cardiac output. Dan dapat mencapai 2 persen pada saat
kehamilan aterm. Pada wanita yang tidak hamil aliran darah ke rahim sekitar 100
ml/menit (2 persen dari cardiac output) dan akan meningkat dua kali lipat pada
kehamilan 28 minggu dan meningkat mencapai 1200 ml/menit pada saat
kehamilan aterm, mendekati jumlah nilai darah yang mengalir ke ginjalnya
sendiri. Nilai semasa kehamilan pembuluh darah rahim berdilatasi maksimal,
aliran darah meningkat akibat meningkatnya tekanan darah maternal dan aliran
darah. Pada dasarnya wanita hamil selalu menjaga aliran darah ke rahimnya,
apabila redistribusi aliran darah total diperlukan oleh ibu atau jika terjadi
penurunan tekanan darah maternal dan cardiac output, maka aliran darah ke
uterus menurun dan tetap dipertahankan.
Vasokonstriksi yang disebabkan katekolamin endogen, obat vasokonstriksi,
ventilasi mekanik, dan beberapa obat anestetik yang berhubungan dengan pre
eklampsi dan eklampsi akan menurunkan aliran darah ke rahim. Pada wanita
normal aliran darah rahim mempunyai potensi dapat dibatasi. Dan pada wanita
berpenyakit jantung, pengalihan aliran darah dari rahim menjadi masalah karena
aliran darah sudah tidak teratur. Mekanisme perubahan hemodinamik juga tidak
sepenuhnya dimengerti, yang diakibatkan oleh perubahan volume cairan tubuh.
Total cairan tubuh semasa kehamilan meningkat 6 sampai 8 liter yang sebagian
besar berada pada ekstraseluler. Segera setelah 6 minggu kehamilan volume
plasma meningkat dan pada trimester kedua mencapai nilai maksimal 11/2 dan
normal. Masa sel darah merah juga meningkat tetapi tidak untuk tingkatan yang
sama; hematokrit menurun semasa kehamilan meskipun jarang mencapai nilai
kurang dari 30 persen, Perubahan vaskular berhubungan penting dengan
Perubahan hemodinamik pada saat kehamilan. Arterial compliance meningkat dan
terjadi peningkatan kapasitas vaskuler vena. Perubahan ini sangat penting dalam
memelihara hemodinamik dari kehamilan normal. Perubahan arterial yang
berhubungan dengan peningkatan fragilitas bila kecelakaan vaskuler terjadi yang
sering terjadi pada kehamilan dapat merugikan hemodinamik. Peningkatan level
hormon steroid saat kehamilan inilah yang menjadi alasan utama terjadinya
Perubahan pada vaskuler dan miokard.
Perubahan hemodinamik dengan latihan
Kehamilan akan merobah respons hemodinamik terhadap latihan. Pada wanita
hamil derajat exercise yang diberikan pada posisi duduk menyebabkan
peningkatan cardiac output yang lebih besar dibanding dengan wanita tanpa
kehamilan dengan derajat exercise yang sama. Dan maksimum cardiac output
dicapai pada tingkatan exercise yang lebih rendah. Peningkatan cardiac output
relatif lebih besar dari peningkatan konsumsi oksigen, sehingga terdapat
perbedaan oksigen arterio-venous yang lebih lebar dari yang dihasilkan pada
wanita tanpa kehamilan dengan derajat exercise yang sama. Keadaan ini
menunjukkan pelepasan oksigen ke perifer sedikit kurang efisien selama
kehamilan.
Pada wanita tanpa kehamilan, latihan akan meningkatkan stroke volume yang
lebih besar dan sedikit peningkatan denyut jantung dari pada yang didapati pada
individu yang tidak terlatih. Pada saat kehamilan efek latihan ini tidak kelihatan
dan kemungkinan karena peningkatan stroke volume dibatasi akibat kompresi
vena kava inferior atau meningkatnya ketidakmampuan vena. Exercise semasa
kehamilan tidak jelas apakah lebih berbahaya atau lebih bermanfaat pada wanita
dengan penyakit jantung daripada pada wanita tanpa kehamilan. Pada manusia,
diketahui tipe exercise mempengaruhi hemodinamik maternal dan perfusi uterus.
Regular aerobic endurance exercise semasa hamil berhubungan dengan
berkurangnya berat kelahiran. Sebagian besar pengurangan tersebut karena
berkurangnya massa lemak janin dan tidak jelas apakah hal ini merugikan.
Pada tabel 1 dapat dilihat Perubahan hemodinamik saat kehamilan normal,
melahirkan dan post partum.
Tabel l. Perubahan hemodinamik normal semasa kehamilan
Parameter
hemodinamika
Perubahan saat
kehamilan normal
Perubahan saat
melahirkan
Perubahan masa
post partum
Volume Darah 40 - 50%
Denyut Jantung 10 – 15 beat per menit
Cardiac output 30 – 50% diatas
nilai-nilai normal
Bertambah 50% Mula, dengan pre
load, kemudian
dengan diuresis
Tekanan Darah 10 mm HG Kembali normal
Stroke volume Pada trimester I dan II,
sedikit pada trimester III
(300 – 500 ml
perkontraksi)
Resistensi Vaskular
Sistemik
Kembali normal
Masalah Kardiovaskuler Pada Wanita Yang Berpenyakit Jantung Dengan
Kehamilan
Dahulu penyakit jantung pada wanita dengan kehamilan merupakan penyebab
morbiditas dan mortalitas. Dengan kemajuan diagnostik, pengobatan medik dan
bedah dalam penatalaksanaan penyakit jantung, secara nyata telah menurunkan
morbiditas dan mortalitas penderita penyakit jantung. Tindakan bedah pada
penderita penyakit jantung semasa kanak-kanak menyebabkan sebagian besar
wanita berpenyakit jantung dapat mengalami kehamilan dan melahirkan.
Meskipun demikian beberapa hal yang dihadapi wanita berpenyakit jantung yang
mengalami kehamilan masih menjadi masalah, karena dapat mengancam jiwa si
ibu dan mempengaruhi keadaan janin. Pada tabel dibawah ini ditunjukkan
beberapa masalah pada wanita hamil dengan penyakit jantung.
Tabel 2. Kelainan kardiovaskuler resiko tinggi terhadap Ibu dan Janin
Dianjurkan menghindarkan kehamilan atau menghentikan
kehamilan
Hipertensi pulmonal
Dilated cardiomyopathy dengan gagal jantung kongestif
Sindroma Marfan dengan dilatasi aorta
PJB sianotik
Kehamilan yang memerlukan konsultasi dan follow up ketat
Katup protesa
Koarktasio aorta
Sindroma Marfan
Dilated cardiomyopathy yang asimtomatik
Lesi obstruktif
Pada saat kehamilan kesehatan ibu dan janin adalah sangat penting dan saling
mempengaruhi. Kondisi janin yang baik sangat diperlukan tetapi keselamatan ibu
menjadi prioritas utama. Idealnya pengobatan ibu dengan obat-obatan,
pemeriksaan diagnostik dan pembedahan perlu dihindarkan pada ibu hamil, tetapi
bila diperlukan dapat dilakukan.
Mengenal kelainan kardiovaskular pada wanita yang mengalami kehamilan sangat
sukar. Gejala penyakit jantung seperti kelelahan, dispnea, ortopnea, edema
tungkai dan rasa tidak enak didada sering didapati pada wanita normal dengan
kehamilan. Pada tabel 1 dapat dilihat beberapa Perubahan kardiovaskular yang
didapati wanita hamil normal. Tetapi dalam pemeriksaan sistem kardiovaskuler
perhatian perlu lebih ditingkatkan untuk mengenali kelainan kardiovaskuler
karena penyakit jantung. Perhatian perlu ditingkatkan bila pada wanita hamil bila
didapati dispnea atau ortopnea yang progressif dan membatasi aktifitas,
hemoptisis, sinkope saat exercise atau nyeri dada saat exercise.
Pemeriksaan fisik yang sering didapati pada wanita hamil seperti edema dorsum
pedis, basilar pulmonary rales, suara jantung ketiga, bising sistolik dan pulsasi
vena leher bisa didapati. Tetapi jika didapati sianosis atau clubbing, bising sistolik
yang kuat (≥ 3/6), kardiomegali, fixed split suara jantung kedua, atau tanda-tanda
hipertensi pulmonal (suara P2 mengeras) merupakan hal yang abnormal pada
wanita hamil dan perhatian perlu ditingkatkan. Bising diastolik yang didapati pada
wanita hamil menunjukkan tanda-tanda penyakit jantung.
Pemeriksaan Diagnostik
Evaluasi status kardiovaskular pada wanita hamil lebih baik hanya dengan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Adakalanya diperlukan pemeriksaan lain yang
harus dilakukan dengan mempertimbangkan resikonya terhadap wanita hamil dan
janin yang dikandungnya. Pemeriksaan oleh orang yang berpengalaman sangat
diperlukan untuk menghindarkan kesalahan dalam diagnosis yang dapat
menimbulkan kecemasan, ketakutan dan biaya yang tidak diperlukan.
Pemeriksaan ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi, termasuk Doppler sangat aman dan tanpa resiko
terhadap ibu dan janin. Pemeriksaan transesofageal ekokardiografi pada wanita
hamil tidak dianjurkan karena resiko anestesi selama prosedur Pemeriksaan
radiografi. Semua pemeriksaan radiografi mesti dihindarkan terutama pada awal
kehamilan.
Pemeriksaan radiografi mempunyai resiko terhadap organogenesis abnormal pada
janin, atau malignansi pada masa kanak-kanak terutama leukemia. Jika
pemeriksaan sangat diperlukan sebaiknya dilakukan pada kehamilan lanjut, dosis
radiasi seminimal mungkin dan perlindungan terhadap janin seoptimal mungkin.
Pemeriksaan elektrokardiografi
Pemeriksaan EKG sangat aman dan dapat membantu menjawab pertanyaan rang
spesifik. Kehamilan dapat menyebabkan interpretasi dari variasi gelombang ST-T
lebih sulit dari yang biasa. Depresi segmen ST inferior sering didapati pada
wanita hamil normal. Pergeseran aksis QRS kekiri sering didapati, tetapi deviasi
aksis kekiri yang nyata (-30°) menyatakan adanya kelainan jantung.
Pemeriksaan radionuklida
Beberapa pemeriksaan radionuklida akan mengikat albumin dan tidak akan
mencapai fetus, pemisahan akan terjadi dan eksposur terhadap janin mungkin
terjadi. Sebaiknya pemeriksaan ini dihindarkan. Adakalanya pemeriksaan ventilasi
pulmonal/perfusi scan atau scan perfusi miokard thallium diperlukan saat
kehamilan. Diperkirakan eksposur terhadap fetus rendah.
Magnetic resonance imaging
Meskipun tidak tersedia informasi mengenai keamanan prosedur MRI pada
evaluasi wanita hamil dengan kehamilan, dilaporkan tidak didapati efek fetal yang
merugikan bila digunakan pada tujuan yang lain. Pemeriksaan ini mesti
dihindarkan pada wanita dengan implantasi pacu jantung atau defibrillator.
Menilai resiko pada pasien yang berpenyakit jantung
Bila memungkinkan wanita yang mempunyai kelainan jantung harus mendapat
nasihat sebelum hamil, termasuk membicarakan kontrasepsi, resiko maternal dan
janin yang dikandungnya saat hamil, kemungkinan jangka panjang mengenai
morbidity dan mortalitas. Fungsional klas dari The New York Heart Association
(NYHA) selalu digunakan sebagai tolok ukur untuk meramalkan akibat dari
penyakit jantung yang diderita pasien. Wanita dengan NYHA klas III dan IV akan
menghadapi mortality rate sampai 7% dan morbiditas rate lebih dari 30% dan
harus mendapat perhatian yang lebih dalam kehamilan. Ada lima faktor yang
dapat dipakai meramalkan komplikasi jantung pada wanita hamil seperti yang
dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Prediktor resiko ibu untuk komplikasi jantung (Predictors of
maternal risk for cardiac complication).
Kejadian pada jantung sebelumnya (gagal jantung, transient ischemic attack,
stroke sebelum kehamilan)
Aritmia jantung sebelumnya (symptomatic sustained tachyarrhytmia atau
bradiaritmia yang memerlukan pengobatan)
NYHA fungsional klas > 2 atau sianosis.
Obstruksi outflow tract atau valvular (aortic valve area <1,5 cm2, mitral valve
area < 2 cm2 atau left ventricular outflow tract peak gradient > 30 mm Hg)
Myocardial dysfunction (L VEF <40% atau restrictive cardiomyopathy atau
hypertrophic cardiomyopathia)
.
Penatalaksanaan Sindroma Kardiovaskuler
Komplikasi kardiovaskuler dapat terjadi pada penderita penyakit jantung yang
memerlukan penatalaksanaan. Penatalaksanaan antara satu penderita dengan
penderita lainnya sangat individual dan berbeda, dibawah ini disampaikan
rekomendasi yang dapat digunakan pada sebagian besar penderita.
Sindroma Cardiac output Rendah
Cardiac output yang rendah merupakan suatu tanda yang tidak menyenangkan
pada setiap penderita, terutama pada wanita hamil. Keadaan ini akan
menimbulkan tanda-tanda perfusi yang jelek seperti gangguan mental, konstriksi
vaskuler perifer, urine output yang berkurang dan tekanan darah yang rendah.
Walaupun keadaan ini dapat diobati tetapi penyakit lain seperti tamponade
jantung, atau stenosis katup yang berat mesti dipertimbangkan, karena akan
menimbulkan berkurangnya volume intravaskuler. Bila memungkin sindroma
cardiac output yang rendah mesti dicegah dan harus dikoreksi bila diketahui. Pada
setiap wanita hamil berkurangnya volume intravaskuler merupakan hal yang
sangat berbahaya pada lesi jantung yang membatasi aliran darah seperti hipertensi
pulmonal, stenosis pulmonal atau aorta, kardiomiopati hipertropik, atau stenosis
mitral. Tindakan atau sikap yang perlu dilakukan untuk mencegah atau mengobati
penurunan volume darah sentral dapat dilihat pada tabel 4 dibawah.
Tabel 4. Tindakan atau sikap yang perlu dilakukan untuk mencegah
penurunan volume darah sentral.
1. Posisi :
lateral kiri
Trendelenburg 10o
2. Kaus kaki yang menutupi seluruh kaki
3. Volume cairan preload untuk pembedahan atau melahirkan 1500 ml glucose
atau normal saline
4. Obat-obatan:
Hindarkan vasodilator
Efedrin untuk hipotensi bila cairan replacement tidak respons
Anestetik (jika diperlukan)
Regional: bolus kecil dan serial
Umum : ditekankan pada benzodiazepin dan narkotik, bahan inhalasi dosis
rendah
Gagal Jantung kongestif
Penatalaksanaan gagal jantung kongestif pada masa kehamilan tidak banyak
berbeda dengan keadaan gagal jantung lainnya. Masukan garam mesti dikurangi
dan aktifitas fisik dibatasi sampai dibawah tingkatan yang menimbulkan gejala
gagal jantung. Pada wanita dengan gejala gagal jantung yang signifikan atau
edema paru, terapi standar dapat digunakan dengan menggunakan obat-obatan
yang dapat digunakan pada wanita dengan kehamilan . Penggunaan obat ACE
inhibitor mesti dihindarkan. Gagal jantung kongestif pads kehamilan adalah suatu
keadaan dimana posisi supinasi sangat bermanfaat karena akan mengurangi beban
preload dengan obstruksi aliran darah dari vena cava inferior.
Komplikasi tromboemboli
Resiko untuk mendapat tromboemboli vena meningkat lima kali lipat semasa dan
segera setelah kehamilan dan juga terdapat perdebatan peningkatan dalam
tromboemboli arteri. Kedua hal diatas bisa akibat status hiperkoagulasi wanita
yang meningkat semasa kehamilan, dan kemungkinan untuk terjadinya trombosis
vena meningkat karena stasis vena. Pencegahan merupakan hal yang paling baik
dan dapat dilakukan dengan pemberian heparin dosis penuh atau heparin berat
molekul rendah, terutama pada wanita dengan resiko tinggi komplikasi
tromboemboli, termasuk wanita dengan riwayat tromboemboli semasa kehamilan
sebelumnya (resiko 4-15 persen), defisiensi antitrombin III (resiko 70 persen),
defisiensi protein C (resiko 33 persen), defisiensi protein S dan sindroma anti
cardiolipin antibodi. Mutasi gen protrombin dan mutasi factor V mengakibatkan
resistensi mengaktifasi protein C (didapati 3 - 5 persen pada populasi) yang
akhirnya bisa menjadi alasan untuk terapi profilaksis. Jika trombus stall emboli
diketahui, dianjurkan untuk memberikan terapi heparin intravena selama 5-10 hari
dan diikuti heparin subkutan dosis penuh. Jika tromboemboli mengancam
kehidupan (seperti pada emboli paru yang massif atau trombosis pada katup
protese) terapi trombolitik dapat digunakan.
Hipertensi
Hipertensi bisa didapati sebelum kehamilan (1-5 persen) dan menetap semasa
kehamilan atau dapat terjadi dengan kehamilan. Bila wanita normotensi
mengalami kehamilan, maka hipertensi dapat terjadi sebesar 5-7 persen. Karena
sistemik vaskular resisten yang menurun pada awal kehamilan, maka hipertensi
ini sering tidak didapati hingga pertengahan kedua kehamilan. Keadaan ini disebut
dengan pregnancy-induced atau gestational hypertension atau toxemia. Bila
disertai dengan proteinuria, edema kaki, iritabilitas SSP, peningkatan enzim hati,
gangguan koagulasi, maka sindroma hipertensi ini disebut preeklamsi. Jika
disertai konvulsi maka disebut eklamsi. Tidak jelas apakah hipertensi sendiri
menempatkan ibu atau janin mempunyai resiko selama kehamilan, tetapi
preeklamsi jelas akan meningkatkan resiko pada ibu (kira-kira 1-2 persen
Perubahan perdarahan SSP, konvulsi atau penyakit sistemik berat lainnya) dan
retardasi perkembangan janin (10-15 persen). Morbiditas dan mortalitas ibu dan
janin meningkat dengan berlanjutnya eklampsi.
Panduan untuk mengatur tekanan darah pada wanita dengan kehamilan belum
ditetapkan dengan sempurna. Hingga saat ini masih didapati perbedaan pendapat
dalam memelihara tekanan darah pada wanita dengan kehamilan dan dianjurkan
tekanan darah sistolik dibawah 160 mmHg dan tekanan darah diastolic dibawah
100 mmHg. Angka ini merupakan batas keselamatan dalam menghadapi episode
hipertensi berat dan untuk meningkatkan survival janin. Terapi non farmakologi
bila memungkinkan lebih disukai, walaupun tidak jelas hasilnya. Meskipun bed
rest yang ketat dapat menurunkan tekanan darah, tetapi umumnya keadaan ini
tidak direkomendasikan. Membatasi aktifitas fisik dan mengurangi stress selalu
dianjurkan. Membatasi masukan garam tidak dianjurkan, kecuali pada penderita
yang jelas diketahui sebelumnya mempunyai hipertensi sensitif terhadap garam
(salt-sensitive hypertension), karena wanita hamil dengan hipertensi mempunyai
volume plasma yang lebih rendah dibanding wanita dengan normotensi. Jika
diperlukan pengobatan farmakologik, methyldopa menjadi menjadi pilihan.
Sebaliknya penggunaan antihipertensi tidak selalu menunjukkan meningkatkan
survival pada janin dan menghasilkan anak dengan mental dan perkembangan
fisik yang normal. Penggunaan obat-obat anti hipertensi lain akan mempunyai
hasil yang sama, tetapi belum diteliti dengan sempurna. Termasuk terapi awal
dengan beta bloker β1 selektif atau diuretik. Calcium channel blocker terbukti
telah efektif dan penggunaan ACE inhibitor tidak boleh digunakan dan keamanan
penggunaan angiotensin II blocking agent belum diketahui.
Hipertensi pulmonal
Hipertensi pulmonal baik itu primer atau sekunder karena pirau kiri-kanan yang
berlangsung lama (Sindroma Eisenmenger), salah-guna obat, sindroma penyakit
vascular primer (primary vascular disease) atau emboli paru berulang, akan
menyebabkan mortalitas sekitar 30 - 70 persen. Bila ibu selamat, angka kematian
janin lebih dari 40%. Kematian ibu dapat terjadi setiap saat semasa kehamilan,
saat melahirkan dan dalam minggu pertama post partum merupakan masa yang
sangat rawan. Jika hipertensi pulmonal diketahui pada awal kehamilan,
penghentian kehamilan sangat dianjurkan. Bila ibu menolak untuk hal tersebut,
atau hipertensi pulmonal diketahui pada kehamilan yang lanjut maka diperlukan
follow up yang ketal. Deplesi volume intravaskular akan menempatkan pasien
pada resiko yang tinggi. Resistensi vaskular sistemik dan tekanan darah mesti
dijaga pada penderita hipertensi pulmonal dengan pirau kanan-kiri. Perhatian yang
ketat harus dilakukan untuk menghindarkan trombus atau emboli udara yang
berasal dari kateter intravena yang dapat menimbulkan emboli sistemik. Pada saat
melahirkan, vena sentral pertu dipasang untuk memantau pemberian cairan yang
adekuat, dan kateter arteri pertu dipasang untuk memantau tekanan darah dan
saturasi oksigen.
Aritmia
Pada wanita dengan kehamilan yang disertai rasa pusing, palpitasi dan sakit
kepala ringan, aritmia mesti dipertimbangkan sebagai penyebabnya. Tata cara
pengobatan aritmia pada wanita dengan kehamilan sama dengan wanita yang
tidak hamil dengan kemungkinan pengecualian bahwa aritmia dapat menyebabkan
ketidak stabilan hemodinamik dan mesti segera mendapat pengobatan dan agresif
karena pengalihan aliran darah pada aritmia dapat menjauhi rahim. Jika
kemungkinan penyebab reversibel diketahui maka mesti segera dikoreksi. Jika
diperlukan pengobatan maka diperlukan pemeriksaan elektrokardiografi untuk
mencatat irama jantung.
Takiaritmia sering didapati semasa kehamilan dan juga pada keadaan lainnya.
Didapatinya atrial atau ventricular premature beat, atau sinus takikardia, mesti
dicari dan dikoreksi penyebabnya, dan bukan alasan untuk memulai pengobatan
spesifik. Paroksismal supraventrikular takikardia agak sering terjadi semasa
kehamilan dibanding tanpa masa kehamilan, dapat disebabkan mekanisme AV
node reentry ("dual AV node mechanism") atau atrial ventricular reentry
(accessory pathway mechanism). Paroksismal supraventricular takikardi
merupakan irama abnormal yang paling sering didapati pada masa kehamilan dan
pengobatan awal dengan vagal maneuvers cukup tepat pada waktu lain. Jika
diperlukan terapi medik pemberian adenosine intravena atau verapamil cukup
efektif. Kardioversi dapat dilakukan jika diperlukan, tetapi harus diingat
"kardioversi tidak pernah dilakukan pada penderita sadar" dan hanya dilakukan
semasa kehamilan pada keadaan lainnya. Jika episode tersebut berulang
diperlukan pengobatan hari demi hari dan verapamil atau obat penyekat beta
adalah pilihan optimal. Digoksin juga efektif, walaupun mesti dihindarkan jika
pasien mempunyai preeksitasi. Penatalaksanaan atrial fibrilasi dan atrial fluter
juga seperti pada wanita tanpa kehamilan. Jika kelainan irama ini terdapat pada
wanita dengan stenosis mitral, disfungsi ventrikel kiri yang berat atau riwayat
tromboemboli sebelumnya, maka terapi anti trombotik dengan heparin
diindikasikan.
Ventrikular takikardi dapat terjadi semasa kehamilan. Jika menyokong suatu
takikardia right ventricular outflow tract (left bundle branch block dengan
morfologi aksis vertikal) obat penyekat beta barangkali efektif. Jika takikardia
fasikularventrikular (selalu dengan right bundle branch block dan left axis
deviasi), verapamil atau diltiazem barangkali efektif. Penatalaksanaan emergensi
rapid ventricular tachycardia atau ventricular fibrillasi direkomendasikan seperti
juga pada wanita tanpa kehamilan. Jika memungkinkan pinggul dimiringkan
kekiri untuk meningkatkan aliran darah balik dari ekstremitas bawah. Jika umur
kehamilan lebih dari 24 minggu dan keselamatan ibu dalam pertimbangan,
tindakan seksio sesaria emergensi dapat dipertimbangkan.
Sindroma Interval QT memanjang dapat diagnosis pertama kali saat kehamilan.
Jika keadaan ini ditemui dan merupakan bentuk yang didapat (sering disebabkan
obat-obatan) maka penyebabnya mesti dieliminasi. Jika sindroma ini merupakan
bentuk kongenital obat penyekat beta semasa kehamilan diperlukan. Defibrilator
implantable telah digunakan pada aritmia ventrikel berulang, tetapi hasilnya tidak
terbukti pada sindroma ini, walaupun tidak berhubungan dengan kehamilan. Pada
penderita dengan sindroma kongenital, transmisi dengan autosomal dominan
dapat mempengaruhi anak.
Bradiaritmia juga dapat terjadi semasa kehamilan, dan mesti dicari penyebabnya
yang reversibel. Pengobatan umumnya tidak diperlukan kecuali mengakibatkan
gangguan hemodinamik. Komplit heart blok yang sering bersifat bawaan pada
kelompok ini, dapat menyelesaikan kehamilan dengan sempurna. Jika diperlukan
dapat dilakukan pemasangan pacemaker permanen.
Serangan kehilangan kesadaran (Loss of consciousness spells)
Melakukan pemeriksaan kehilangan kesadaran pada kehamilan lebih sulit
daripada keadaan yang biasa ditemui. Sindroma supinasi hipotensi dapat
menyebabkan kehilangan kesadaran. Menghindarkan supinasi merupakan salah
satu usaha pengobatan. Diperlukan evaluasi pemeriksaan elektroenselografi untuk
menyingkirkan kejang sebagai penyebab. Jika kejang tidak memungkinkan
sebagai penyebab atau telah disingkirkan, maka sinkop sebagai perlu
dipertimbangkan.
Endokarditis
Endokarditis bisa didapati wanita semasa kehamilan tanpa diketahui adanya
kelainan jantung, dan kelainan struktur jantung merupakan resiko yang terbesar
untuk mengalami infektif endokarditis. Penampilan klinis infektif endokarditis
semasa kehamilan sama dengan kasus infektif endokarditis lainnya. Streptokokus
merupakan penyebab tersering. Stafilokokus sering didapati pada pemakai salah
guna obat intravena dan infeksi gram negatif -terutama Escheria coli- sering
didapati sebagai penyebab pada wanita dengan infeksi traktus urogenital.
Pencegahan untuk terjadinya infektif endokarditis diperlukan dalam
penatalaksanaan infektis endokarditis. Dianjurkan pemberian antibiotika
profilaksis pada saat akan dilakukan pencabutan gigi, tindakan pembedahan atau
saat melahirkan. Jika endokarditis telah terjadi diperlukan terapi medik yang
agresif dan optimal dan tindakan pembedahan dapat dilakukan semasa kehamilan.
Jika tindakan bedah jantung terbuka diperlukan pacta kehamilan lanjut, tindakan
seksio sesaria yang bersamaan dapat dipertimbangkan.
Pembedahan
Kira-kira 0,5 sampai 2 persen wanita hamil mempunyai kesempatan untuk
menjalani pembedahan -meskipun bukan sebagai komplikasi kehamilan- seperti
juga pada wanita tanpa kehamilan. Beberapa persyaratan dan pertimbangan perlu
dipikirkan sebelum melakukan tindakan pembedahan. Venous return mesti dijaga
dan bila memungkinkan pembedahan dilakukan dalam posisi lateral kiri. Bila
tidak didapati gagal jantung kongestif, pemberian cairan 1500 ml cairan NaCl
0,9% sebelum pembedahan atau proses kelahiran diperlukan untuk memenuhi
beban volume. Cairan ini tidak termasuk glukosa pada saat proses kelahiran,
karena dapat terjadi hipoglikemia pada janin setelah proses kelahiran. Jika
diperlukan bantuan ventilasi, hiperventilasi mesti dihindarkan karena dapat
menyebabkan penurunan venous return. Menghilangkan rasa sakit mesti
dilakukan untuk meminimalisir peningkatan kadar katekolamin yang dapat
menurunkan aliran darah kerahim. Monitoring fetus mesti dilakukan. Tindakan
bedah jantung saat kehamilan mempunyai resiko yang sangat tinggi dibanding
wanita tanpa kehamilan dan juga pada janin yang dikandung.
Obat-Obat Kardiovaskuler Dan Kehamilan
Penggunaan obat-obat kardiovaskuler pada masa kehamilan dan menyusukan
sangat penting diketahui dan dikuasai karena hampir sebagian besar obat-obat
kardiovaskuler akan melewati plasenta dan disekresikan melalui air susu ibu. Bila
informasi mengenai penggunaan obat-obat kardiovaskuler tidak lengkap, bila
memungkinkan sangat baik untuk menghindarkan penggunaanya. Rekomendasi
yang definitif mengenai penggunaan obat-obat pada kehamilan sangat sukar,
tetapi jika diperlukan untuk keselamatan ibu maka tidak dapat dihalangi
penggunaannya.
Diuretika
Diuretika dapat digunakan untuk pengobatan gagal jantung kongestif yang tidak
dapat dikontrol dengan restriksi natrium dan merupakan obat lini terdepan untuk
pengobatan hipertensi. Tidak satu diuretika pun merupakan kontraindikasi dan
yang paling sering digunakan adalah golongan diuretika tiazide dan furosemide.
Diuretika tidak boleh digunakan untuk profilaksis terhadap toksemia atau
pengobatan terhadap edema pedis.
Obat inotropik
Indikasi pengunaan digitalis tidak berobah pada kehamilan. Digoksin dan
digitoksin dapat melalui plasenta dan kadar serum pada janin lebih kurang sama
dengan pada ibu. Digoksin dengan dosis yang sama bila diberikan pada ibu hamil,
akan menghasilkan kadar serum yang lebih rendah bila dibanding diberikan pada
wanita yang tidak hamil. Jika efek klinis yang diinginkan tidak tercapai, maka
perlu diukur kadarnya dalam serum. Digitalis dapat memperpendek masa gestasi
dan kelahiran karena efeknya pada miometrium sama dengan efek inotropiknya
pada miokardium. Bila inotropik intravena atau vasopressor diperlukan, obat-obat
standar seperti dopamin, dobutamin, atau norepineprin dapat digunakan, tetapi
efeknya menbahayakan janin karena akan menurunkan aliran darah ke uterus dan
menstimulasi kontraksi uterus. Efedrin adalah obat awal yang baik pada
percobaan binatang dan tidak mempengaruhi aliran darah ke uterus yang
merugikan. Informasi mengenai keselamatan dan kemanjuran penggunaan
inhibitor fosfodiester terasa seperti amrinone atau milrinone belum ada sehingga
penggunaanya pada wanita hamil masih dipertanyakan.
Obat Penghambat Reseptor Adrenergik
Dalam observasi terlihat bahwa penggunaan obat penghambat beta dapat
menurunkan aliran darah ke umbilikus, memulai kelahiran prematur, dan
mengakibatkan plasenta yang kecil serta infark plasenta dan mempunyai potensi
untuk menimbulkan bayi berat badan lahir rendah, sehingga penggunaannya
memerlukan perhatian. Sebagian besar penelitian tidak menyokong hal ini dan
obat penghambat beta telah banyak digunakan pada wanita hamil tanpa efek yang
merugikan. Sehingga penggunaannya untuk indikasi klinis sangat beralasan.
Semua obat penghambat beta dapat melewati plasenta dan terdapat pada air susu
ibu dan dapat mencapai kadar yang bermakna pada janin atau bayi. Akhir-akhir
ini perhatian ditujukan pada bayi berat badan lahir rendah yang lahir dari ibu yang
menggunakan atenolol pada awal kehamilan, sehingga membuat penggunaan obat
β1-selektif lebih disukai. Jika obat-obat ini digunakan semasa kehamilan,
diperlukan pemantauan denyut jantung janin, juga denyut jantung bayi, gula darah
dan status respirasi segera setelah kelahiran.
Pengalaman dalam penggunaan obat penghambat alfa seperti fenoksibenzamin
dan pentolamin sangat jarang. Obat klonidin, prasozin, dan labetalol, dengan
gabungan penghambat alfa dan beta, telah digunakan untuk terapi hipertensi,
tetapi efek gangguannya tidak jelas.
Obat Calcium channel blocking
Nifedipin, verapamil, diltiazem, dan isradipin, telah digunakan untuk pengobatan
hipertensi dan aritmia tanpa efek yang merugikan pada janin dan bayi. Obat ini
menyebabkan relaksasi uterus dan nifedipin telah digunakan untuk tujuan
tersebut.
Obat anti aritmia
Menghambat Atrioventrkuler (AV) node kadang-kadang diperlukan semasa
kehamilan. Untuk itu dapat digunakan digoksin, penyekat beta dan penyekat
kalsium. Laporan awal menyokong, penggunaan adenosin yang dapat digunakan
secara aman sebagai obat penyekat nodus. Umumnya lebih disukai untuk
menghindarkan pemakaian obat anti aritmia standar pada pasien semasa
kehamilan. Bila diperlukan untuk aritmia berulang atau untuk keselamatan ibu
maka dapat digunakan. Tidak cukup data yang terkumpul untuk mengetahui
apakah obat anti aritmia menambah resiko atau tidak terhadap tehadap janin atau
anak. Jika obat anti aritmia diperlukan, lidokain merupakan obat garis pertama
yang diberikan. Depresi neonatus transien telah terbukti terjadi bila kadar lidokain
darah pada janin melebihi 2,5 μg/L, untuk itu direkomendasikan untuk
memelihara kadar lidokain darah pada ibu 4 μg/L karena kadar pada janin 60
persen dari kadar pada ibu. Prokainamid atau kuinidin intravena bisa
menyebabkan hipotensi dan tidak ada informasi mengenai amiodaron intravena.
Berdasarkan efek pada tekanan darah ibu, bretilium kelihatannya menurunkan
perfusi uterus.
Jika diperlukan obat anti aritmia oral dapat dimulai dengan kuinidin karena
mempunyai availabilitas jangka panjang. Dan obat ini paling sering digunakan
karena tidak jelas efek yang membahayakan pada bayi. Ada beberapa informasi
mengenai prokainamid, disopiramid, mexiletine tlekainid, dan sotalol, tetapi tidak
cukup untuk merekomendasikan penggunaannya kecuali bila penggunaannya
sangat diperlukan ibu. Informasi awal yang tersedia mengenai amiodaron
menyokong kemungkinan meningkatnya angka kehilangan janin dan deformitas
janin.
Obat vasodilator
Bila diperlukan, pada krisis hipertensi atau untuk mengurangi afterload dan
preload emergensi, nitropruside merupakan obat vasodilator pilihan. Meskipun
informasi mengenai penggunaannya semasa kehamilan masih kurang,
rekomendasi yang kontroversi telah dibuat karena obat ini sangat efektif, bekerja
segera, dan mudah ditoleransi. Juga efeknya segera menghilang bila penggunaan
obat tersebut dihentikan. Perhatian mengenai penggunaan nitroprusside yaitu
metabolit, sianide, dapat dideteksi pada janin, tetapi telah ditunjukkan tidak
menjadi problem yang signifikan pada manusia. Metabolit ini menjadi salah satu
alasan untuk membatasi penggunaan obat ini dalam jangka waktu bila
memungkinkan. Hidralazin, nitrogliserin, atau labetalol intravena adalah pilihan
lain untuk obat parenteral. Reduksi afterload kronik untuk pengobatan hipertensi,
regurgitasi aorta atau mitral, atau disfungsi ventrikel semasa kehamilan telah
didapat dengan obat calcium channel blocker, hidralazin dan metildopa. Efek
yang membahayakan terhadap janin tidak dilaporkan. ACE (Angiotensin
Converting Enzyme) inhibitor merupakan kontra indlkasi pada kehamilan, karena
obat ini menambah resiko untuk terjadinya kelainan pada perkembangan ginjal
janin. Tidak ada data yang tersedia mengenai penggunaan losartan, valsartan dan
penghambat angiotensin II.
Obat Antitrombotik.
Penggunaan warfarin jangka lama berhubungan dengan kecenderungan untuk
terjadinya perdarahan yang bermakna 1 - 5 persen pertahun. Dan lebih penting
lagi dalam penggunaannya semasa kehamilan, karena warfarin dapat melewati
plasenta dan eksposure pada janin dalam 3 bulan pertama kehamilan dan
berhubungan dengan insidens malformasi sebesar 5-25 persen yang terdiri dari
abnormalitas wajah, atropi optik, abnormalitas digital, Perubahan epithelial, dan
kelemahan mental. Wanita yang menggunakan obat ini pada minggu ke 7 sampai
ke 12 kehamilan cenderung mempunyai sindroma ini pada anaknya. Sindroma ini
berhubungan dengan dosis yang digunakan. Suatu penelitian memperlihatkan
bahwa sindroma ini hanya terjadi dengan dosis yang lebih besar dan 5 mg perhari.
Penggunaan warfarin yang terus menerus pada masa kehamilan menambah resiko
untuk terjadinya perdarahan janin dan perdarahan rahim ibu. Pada wanita yang
memerlukan antikoagulan, heparin lebih disukai daripada warfarin. Penggunaan
heparin dosis tinggi subkutan (16.000 sampai 24.000 unit per hari) telah terbukti
dapat dilakukan dengan mudah dan bermanfaat. Obat ini tidak melewati plasenta.
Data yang ada menunjukkan bahwa penggunaan heparin berat molekul rendah,
yang harganya lebih mahal sangat efektif dan mudah digunakan (satu atau dua
kali sehari tanpa memerlukan pemeriksaan darah serial) dan keamanannya sama
dengan terapi standar heparin. Meskipun telah ada evaluasi untuk profilaksis
trombosis vena dalam mencegah tromboemboli ternyata manfaatnya pada pasien
dengan protesa mekanik tidak terbukti.
Bila diperlukan antikoagulan, sebagian penulis menganjurkan menggunakan
heparin untuk trimester pertama dan kemudian dilanjutkkan dengan pemberian
warfarin pada lima bulan berikutnya dan kembali lagi menggunakan heparin
sebelum melahirkan. Walaupun kehamilan yang sukses dapat dicapai dengan cara
ini, penulis memilih untuk menghindarkan penggunaan warfarin selama
kehamilan. Obat anti platelet tenyata meningkatkan kesempatan untuk terjadinya
perdarahan maternal dan dapat melewati plasenta. Sebagian besar penggunaan
aspirin telah diamati dan secara teoritis merugikan, karena aspirin berhubungan
dengan meningkatnya insidens abortus dan retardasi pertumbuhan janin. Juga
aspirin menginhibisi sintesis prostaglandin dan bisa mengakibatkan penutupan
duktus arteriosus semasa kehidupan janin. Sampai saat ini aspirin sering
digunakan dan masih diindikasikan untuk hal-hal yang spesifik dan juga sebagai
profilaksis pre eklamsi. Penggantian aspirin sulit untuk dievaluasi. Tidak ada data
yang tersedia mengenai efek penggunaan clopidogrel atau ticlopidine selama
kehamilan.
Penggunaan obat anestesi dan obat obstetri sewaktu kehamilan
Obat-obat rang digunakan untuk hal yang spesifik pada kehamilan dapat
menyebabkan Perubahan hemodinamik. Walaupun ada beberapa pertanyaan
terhadap manfaatnya, beta simpatetik amin yang digunakan untuk menghentikan
kelahiran prematur akan menyebabkan takikardia maternal. Ritodrine dan
terbutalin telah dihubungkan dengan edema pulmonal, biasanya bila
glukokortikoid digunakan bersamaan untuk meningkatkan kematangan paru janin.
Edema pulmonal ini memberi reaksi yang segera dengan menghentikan
pemakaian obat tersebut dan memulai terapi dengan diuretik. Pada keadaan lain
prostaglandin E2 dan F2 digunakan untuk merangsang kelahiran dan tidak
mempunyai efek hemodinamik yang bermakna. Oksitosin sintetik (pitocin)
diberikan untuk meminimalisir perdarahan setelah kelahiran. Obat sintetik ini
mencegah vasokonstriksi dan telah dihubungkan dengan hipotensi yang transien.
Anestesi untuk tindakan pembedahan sewaktu kehamilan dan pada saat proses
kelahiran dapat memberikan efek yang merugikan pada wanita dengan penyakit
jantung. Pada sebagian besar kasus anestesi lumbal epidural dengan blok saraf
pudendal untuk meminimalisir rasa sakit terbukti sangat efektif dan sedikit
kemungkinan untuk menimbulkan hemodinamik yang membahayakan.
Tabel 5.1 Obat-obat kardiovaskuler pada kehamilan
Obat Penggunaan Efek samping
potensial
Keamanan Penggunaan
saat
menyusui
Adenosin Aritmia Belum dilaporkan Ya Data tidak ada
Amiodaron Aritmia Retardasi
pertumbuhan intra
uterin, prematuritas
Tidak Data tidak ada
ACE
inhibitor
Hipertensi Oligohidramnion,
Retardasi
pertumbuhan intra
uterin, PDA,
Prematuritas,
hipotensi neonatal,
gagal ginjal, anemia,
kematian,
abnormalitas
muskoloskeletal
Tidak Ok
Penyekat
Beta
Hipertensi,
aritmia Infark
miokard,
iskemia,
kardiomiopati
hipertropik,
hipertiroid,
stenosis mitral,
sindroma
Marfan,
kardiomiopati
Bradikardia janin,
berat badan lahir
rendah, hipoglikemia,
respiratory distress,
partus memanjang
Ya Ok
Digoksin Aritmia, gagal
jantung
Berat badan lahir
rendah, prematuritas
Ya Ok
Diuretika Hipertensi, Mengurangi perfusi Belum Ok
gagal jantung
kongestif
utero plasenta jelas
Flecainide Aritmia Kematian janin; Data
terbatas
Ya Ok
Lidokain Aritmia,
anestesi
Depresi susunan saraf
pusat neonatus
Ya Ok
Heparin berat
molekul
rendah
Katup
mekanik,
keadaan
hiperkoagulasi,
trombosis vena
dalam,
Fibrilasi
atrium,
Sindroma
Eisenmenger
Perdarahan, Tidak
jelas effeknya
terhadap densitas
mineral tulang
Data
terbatas
Data terbatas
Nitrat Hipertensi Fetal distress dengan
hipotensi maternal
Ya Data tidak ada
Prokainamide Aritmia Tidak dilaporkan Ya Ok
Sodium
nitropruside
Hipertensi,
diseksi aorta
Janin keracunan
tiosianat
Potensial
tidak aman
Data todak
ada
Sotalol Aritmia Bradikardia janin,
retardasi janin intra
uterine
Data
terbatas
Ok
Heparin
unfractioned
Katup
mekanik,
keadaan
hiperkoagulasi,
Trombosis
vena dalam,
Fibrilasi
atrium,
Osteoporosis
maternal Perdarahan,
trombositopenia,
trombosis
Ya Ok
Sindroma
Eisenmenger
Warfarin Katup
mekanik,
keadaan
hiperkoagulasi,
Trombosis
vena dalam,
Fibrilasi
atrium,
Sindroma
Eisenmenger
Embriopati warfarin,
kelainan susunan
saraf pusat nenatus
Ya, setelah
12 minggu
gestasi
Ok
Kardiomiopati
Kardiomiopati Dilatasi
Kehamilan memiliki toleransi yang buruk pada wanita dengankardiomiopati
dilatasi. Resiko kematian 7% dengan NYHA kelas III atau IV dan risiko gagal
jantung, disfungsi ventrikel kiri yang ireversibel dan kematian janin. Dalam suatu
kehamilan yang tidak direncanakan, terminasi kehamilan harus ditawarkan.
Kardiomiopati Hipertrofik
Klinis dan skrining genetik dari keluarga dengan kardiomiopati hipertrofik, serta
penggunaan ekokardiografi telah menyebabkan peningkatan identifikasi kasus.
Kehamilan pada wanita tanpa gejala biasanya perkembangannya baik. Namun,
pada wanita dengan gagal jantung atau gejala-gejala berat sebelum kehamilan, ada
risiko gejala perkembangan, fibrilasi atrium, sinkop, dan kematian ibu.
Kardiomiopati Peripartum
Kardiomiopati peripartum adalah gangguan di mana disfungsi sistolik ventrikel
kiri dan gagal jantung muncul di bulan terakhir kehamilan dan 5 bulan pertama
pasca melahirkan. Ini adalah kondisi yang langka dengan kejadian diperkirakan 1
kasus per 2.289 kelahiran. Pengobatan adekuat dengan beta-blocker, diuretik,
digoksin, hydralazine dapat mengurangi tingkat kematian dan memperbaiki
prognosis keseluruhan. ACE inhibitors dapat digunakan sebagai pengganti
hydralazine setelah melahirkan. Kehamilan berikutnya setelah diagnosis
kardiomiopati peripartum membawa risiko yang lebih tinggi kambuh jika fungsi
sistolik ventrikel kiri tidak sepenuhnya pulih, bahkan dengan pemulihan penuh,
beberapa risiko tambahan dapat muncul kemudian. Tidak ada konsensus
mengenai rekomendasi apakah wanita yang telah peripartum kardiomiopati
boleh hamil lagi atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, T. Bahri. 2004. Wanita Kehamilan Dan Penyakit Jantung. Bagian
Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
Gelson E, Johnson M, Gatzoulis M, Uebing A. Cardiac disease in pregnancy. Part
2: acquired heart disease. The Obstetrician & Gynaecologist 2007;9 :83–
87.
Samuel S, Jack M C. 2004. Cardiovascular problems and pregnancy:An approach
to management. Cleveland Clinic Journal of Medicine vol. 71 no. 12.
Vera R, Carina B, Claudio B, Renata C, Rafael F, Simon R, Christa G, Bulent G.
2011. ESC Guidelines on the management of cardiovascular diseases
during pregnancy. The European Society of Cardiology.
Timothy R. 2008. Diagnosis, Evaluation, and Management of the Hypertensive
Disorders of Pregnancy. Journal of Obstetrics and Gynaecology Canada
Volume 30, Number 3.
Clinical Science Session
PENYAKIT JANTUNG DALAM KEHAMILAN
Oleh:
PUSPOSARI PURWOKO 0518011024
ADITYO WIBOWO 0518011031
SHINTA SUHARNO 0518011074
Preceptor:
dr. H. Wahdi, Sp.OG
BAGIAN KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN
RUMAH SAKIT UMUM JEND. AHMAD YANI
KOTA METRO
NOVEMBER 2011