CRS Tonsilitis Kronik Diskusi

download CRS Tonsilitis Kronik Diskusi

of 32

description

CRS Tonsilitis Kronik Diskusi

Transcript of CRS Tonsilitis Kronik Diskusi

  • Case Report Session

    TONSILITIS KRONIS

    Oleh:

    Andika Budhi R 1110312118

    Elsa Giatri 1110313060

    Preseptor:

    dr. Yan Edward, Sp.THT-KL (K)

    BAGIAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

    RS DR. M. DJAMIL

    PADANG

    2015

  • 1

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI..1 BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 2

    1.1. Latar Belakang .................................................................. Error! Bookmark not defined.

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................. Error! Bookmark not defined.

    2.1. Anatomi Hidung dan Fisiologi Hidung ............................. Error! Bookmark not defined.

    2.1.1. Anatomi Tonsil .......................................................... Error! Bookmark not defined.

    2.2 Tonsilitis .............................................................................................................................. 7

    2.2.1. Tonsilitis Kronik ........................................................................................................ 7

    2.2.2.1. Etiologi.................. 7

    2.2.2.2. Patologi...........................................................................................................8

    2.2.2.3. Gejala dan tanda..............................................................................................9

    2.2.2.4. Tatalaksana.....................................................................................................12

    2.2.3 Tonsilektomi ........................................................... Error! Bookmark not defined.3

    BAB III LAPORAN KASUS...................................................................................................16

    BAB IV KESIMPULAN ........................................................................................................ 30

    DAFTAR PUSTAKA 31

  • 2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Tonsil merupakan massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh

    jaringan ikat dengan kriptus didalamnya. Tonsil merupakan bagian organ tubuh yang

    berbentuk bulat lonjong melekat pada kanan dan kiri tenggorok.

    Tonsil terbagi atas tonsila faringeal (adenoid), tonsila palatina, tonsila lingual,

    dan tonsila tubaria yang membentuk cincin Waldeyer. Cincin waldeyer merupakan

    jaringan limfoid yang berperan sebagai daya pertahanan lokal dan surveilen imun.

    Tonsil terletak dalam fossa tonsilaris diantara pilar anterior dan pilar posterior.

    Tonsilitis adalah inflamasi pada tonsila palatina yang dapat disebabkan oleh

    infeki virus atau bakteri. Tonsil berfungsi sebagai penyaring ketika bakteri atau visrus

    masuk ke dalam mulut. Hal ini akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk

    membentuk antibodi. Tetapi bila tonsil tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau

    virus tersebut maka akan terjadi tonsilitis. Tonsilitis terbagi atas 3 macam, yaitu

    tonsilitis akut, tonsilitis membranosa, dan tonsilitis kronis.

    Pada tonsilitis kronis dapat terjadi komplikasi ke daerah sekitar maupun

    komplikai yang jauh. Pengobatan pada tonsillitis kronis adalah pembedahan

    pengangkatan tonsil (Tonsilektomi).

  • 3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    3.1 Anatomi Tonsil

    Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh

    jaringan ikat dengan kriptus di dalamnya. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil

    faringeal (adenoid), tonsil palatina dan tonsil lingual yang ketiga-tiganya membentuk

    lingkaran yang disebut cincin waldeyer.2

    Cincin waldeyer merupakan jaringan limfoid yang mengelilingi faring.

    Bagian terpentingnya adalah tonsil palatina dan tonsil faringeal (adenoid). Unsur

    yang lain adalah tonsil lingual, gugus limfoid lateral faring dan kelenjar-kelenjar

    limfoid yang tersebar dalam fosa Rosenmuller, di bawah mukosa dinding posterior

    faring dan dekat orifisium tuba eustachius.3

    Gambar 1. Gambaran Tonsil dalam Cincin Waldeyer

    Tonsil faring/Adenoid

    Tonsil Tuba

    Tonsil lingual

    Tonsil Palatina

  • 4

    Tonsil palatina yang biasanya disebut tonsil saja terletak di dalam fossa tonsil pada

    kedua sudut orofaring dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar

    posterior (otot palatofaringeus). Palatoglosus mempunyai origo seperti kipas

    dipermukaan oral palatum mole dan berakhir pada sisi lateral lidah. Palatofaringeus

    merupakan otot yang tersusun vertikal dan diatas melekat pada palatum mole, tuba

    eustachius dan dasar tengkorak. Otot ini meluas kebawah sampai kedinding atas

    esofagus. otot ini lebih penting daripada palatoglosus dan harus diperhatikan pada

    operasi tonsil agar tidak melukai otot ini. Kedua pilar bertemu diatas untuk

    bergabung dengan paltum mole. Di inferior akan berpisah dan memasuki jaringan

    pada dasar lidah dan lateral dinding faring.2,3

    Pada kutub atas tonsil seringkali ditemukan celah intratonsil yang merupakan

    sisa kantong faring yang kedua. Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar

    lidah. Permukaan medial tonsil bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah

    yang disebut kriptus. Epitel yang melapisi tonsil adalah epitel squamosa yang juga

    meliputi kriptus. Di dalam kriptus biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang

    terlepas, bakteri dan sisa makanan. Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring

    yang sering juga disebut kapsul tonsil. Kapsul ini tidak melekat erat pada otot faring,

    sehingga mudah dilakukan diseksi pada tonsilektomi.2

    Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-

    30 kriptus yang meluas kedalam jaringan tonsil. Tonsil tidak mengisi seluruh fosa

    tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilaris. Bagian

    luar tonsil terikat longgar pada muskulus konstriktor faring superior, sehingga

    tertekan setiap kali makan.3

  • 5

    Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang A. karotis eksterna, yaitu:3

    1. a. maksilaris eksterna (A. fasialis) dengan cabangnya A. tonsilaris dan A.

    palatina asenden;

    2. a. maksilaris interna dengan cabangnya A. palatina desenden;

    3. a. lingualis dengan cabangnya A. lingualis dorsal;

    4. a. faringeal asenden.

    Gambar 2. Pendarahan Tonsil

    Kutub bawah tonsil bagian anterior diperdarahi oleh a. lingualis dorsal dan

    bagian posterior oleh a. palatina asenden, diantara kedua daerah tersebut diperdarahi

    oleh a. tonsilaris. Kutub atas tonsil diperdarahi oleh a. faringeal asenden dan

    a.palatina desenden. Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung

    dengan pleksus dari faring. Aliran balik melalui pleksus vena di sekitar kapsul tonsil,

    vena lidah dan pleksus faringeal.2,3

    Persarafan tonsil didapat dari serabut saraf trigeminus melalui ganglion

    sfenopalatina dibagian atas dan saraf glosofaringeus dibagian bawah. Aliran limfe

    dari dari tonsil akan menuju rangkaian getah bening servikal profunda (deep jugular

  • 6

    node) bagian superior dibawah M sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar

    toraks dan akhirnya menuju duktus torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluh

    getah bening eferan sedangkan pembuluh getah bening aferen tidak ada.3

    Tonsil faringeal (adenoid) merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri

    dari jaringan limfoid yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen

    tersebut tersusun teratur seperti suatu segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah

    atau kantong diantaranya. Lobus ini tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah

    di bagian tengah, dikenal sebagai bursa faringeus. Adenoid tidak mempunyai kriptus.

    Adenoid terletak di dinding belakang nasofaring. Jaringan adenoid di nasofaring

    terutama ditemukan pada dinding atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke fosa

    Rosenmuller dan orifisium tuba eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada masing-

    masing anak. Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran maksimal antara usia 3-

    7 tahun kemudian akan mengalami regresi.4

  • 7

    3.2 Definisi Tonsilitis Kronis

    Tonsilitis merupakan peradangan tonsil palatina yang merupakan

    bagian dari cincin waldeyer. Cincin Waldayer terdiri atas susunan kelenjar

    limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu tonsil faringeal (adenoid),

    tonsil palatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba

    Eustachius (lateralband dinding faring/ Gerlachs tonsil). Sedangkan Tonsilitis

    Kronis adalah peradangan kronis tonsil setelah serangan akut yang terjadi

    berulang-ulang atau infeksi subklinis.1

    3.3 Etiologi Tonsilitis

    Bakteri penyebab tonsilitis kronis sama halnya dengan tonsilitis akut

    yaitu kuman grup A Streptokokus beta hemolitikus, pneumokokus,

    Streptokokus viridian dan Streptokokus piogenes, Staphilokokus , Hemophilus

    influenza, namun terkadang bakteri berubah menjadi bakteri golongan Gram

    negatif.1

    Faktor predisposisi timbulnya tonsillitis kronis adalah rangsangan

    kronik yang dapat berupa rokok maupun makanan, higiene mulut yang buruk,

    pengaruh cuaca (udara dingin, lembab, suhu yang berubah-ubah), alergi

    (iritasi kronis dari allergen), keadaan umum (kurang gizi, kelelahan fisik), dan

    pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.1

    3.4 Patogenesis Tonsilitis Kronis

    Peradangan pada tonsil dimulai pada satu atau lebih kripti. Dengan

    adanya proses radang yang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid

    terkikis sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid akan digantikan

  • 8

    dengan jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga kripti akan

    melebar. Kripti yang melebar secara klinis akan tampak diisi oleh detritus

    (akumulasi epitel yang mati, sel leukosit yang mati dan bakteri yang menutupi

    kripte berupa eksudat berwarna kekuning-kuningan). Proses ini meluas hingga

    menembus kapsul dan akhirnya timbul perlekatan dengan jaringan sekitar fosa

    tonsilaris. Pada anak-anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar getah

    bening submandibula.1

    3.6 Manifestasi Klinis Kronis

    Keluhan pasien dapat berupa rasa sakit (nyeri) yang terus menerus

    pada tenggorokan (odinofagi), di tenggorokan seperti ada penghalang atau ada

    yang menganjal terutama ketika pasien menelan, tenggorokan terasa kering,

    pernapasan pasien berbau.1

    Menurut Mawson (1977) gejala tonsillitis dapat berupa: 1) gejala lokal,

    bervariasi dari rasa tidak enak di tenggorok, sakit tenggorok, sulit hingga sakit

    menelan, 2) gejala sistemik, malaise, nyeri kepala, demam subfebris, nyeri otot

    dan persendian, 3) gejala klinis tonsil dengan debris pada kripti (tonsilitis

    folikularis kronis), udem atau hipertrofi tonsil (tonsilitis parenkimatosa kronis),

    tonsil fibrotik dan kecil (tonsilitis fibrotik kronis), plika tonsilaris anterior

    hiperemis dan pembengkakan kelenjar limfe regional.2

    Pada tonsilitis kronik yang hipertrofi dapat terjadi apnea obstruksi saat

    tidur; gejala yang umum adalah mendengkur, sering mengantuk, gelisah,

    perhatian berkurang, dan menurunnya prestasi belajar.

  • 9

    Pada pemeriksaan akan tampak tonsil membesar dengan permukaan

    yang tidak rata, kriptus melebar dan beberapa kripti terisi oleh detritus.1

    Ukuran tonsil dibagi atas :3

    T0 : Post tonsilektomi, tonsil sudah tidak ada.

    T1 : Tonsil tidak melewati pilar faring posterior.

    T2 : Tonsil melewati pilar posterior namun tidak melewati garis pertengaha

    (imajiner antara uvula dan pilar posterior).

    T3 : Tonsil mencapai garis pertengahan antara uvula dan pilar posterior

    T4 : Tonsil saling menempel (kissing tonsil) atau sudah mendorong uvula.

    3.7 Diagnosis

    3.7.1 Anamnesis

    Pasien datang dengan keluhan rasa sakit pada tengorokan yang terus

    menerus, sakit waktu menelan, nafas berbau busuk, malaise, nyeri pada sendi,

    kadang ada demam, dan nyeri pada leher.

    3.7.2 Pemeriksaan Fisik

    1. Tonsil membesar dan ukuran bervariasi

    2. Permukaan tonsil tidak rata

    3. Muara kripti melebar

    4. Pada muara kripti ditemukan detritus

    5. Perlengketan dengan pilar

    6. Peritonsil agak hiperemis (SMF THT M DJAMIL)

  • 10

    Pada pemeriksaan didapatkan pilar anterior hiperemis, tonsil biaanya membesar

    (hipertrofi) terutama pada anak atau dapat juga mengecil (atrofi), terutama pada

    dewasa, kripte melebar. Pada anak, tonsil yang hipertrofi dapat terjadi obstruksi

    saluran nafas atas yang dapat menyebabkan hipoventilasi alveoli yang selanjutnya

    dapat terjadi hiperkapnia dan dapat menyebabkan kor pulmonale. Obstruksi yang

    berat menyebabkan apnea waktu tidur, gejala yang paling umum adalah mendengkur

    yang dapat diketahui dalam anamnesis.

    3.7.3 Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah :

    1. Tes laboratorium

    Tes laboratorium digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada

    dalam tubuh pasien dengan tonsilitis kronis merupakan bakteri, kemudian

    pemeriksaan jumlah leukosit dan hitung jenisnya, serta laju endap darah, dan

    dapat digunakan saat akan dilakukan tonsilektomi. Pemeriksaan yang perlu

    dilakukan sebelum tonsilektomi adalah:

    a. Rutin : Hemoglobin, leukosit, urin.

    b. Reaksi alergi, gangguan perdarahan pembekuan.

    c. Pemeriksaan gula darah, elektrolit dan lainya sesuai indikasi.

    2. Mikrobiologi

    Gold standard pemeriksaan tonsil adalah kultur dari dalam tonsil. Berdasarkan

    penelitian kurien di India terhadap 40 penderita tonsilitis kronis yang

    dilakukan tonsilektomi, didapatkan kesimpulan bahwa kultur yang dilakukan

    dengan swab permukaan tonsil untuk menentukan diagnosis yang akurat

  • 11

    terhadap flora bakteri tonsilitis kronis tidak dapat dipercaya dan juga valid.

    Kuman terbanyak yang ditemukan yaitu Streptokokus beta hemolitikus diikuti

    Stafilokokus aureus. (Indo Sakka, Raden Sedjawidada, Linda Kodrat, Sutji

    Pratiwi Rahardjo. Laporan penelitian : Kadar Imunoglobulin A Sekretori pada

    Penderita Tonsilitis Kronis Sebelum dan Setelah Tonsilektomi.)

    3. Histopatologi

    Penelitian yang dilakukan Urgas dan Kutluhan tahun 2008 di Turkey terhadap

    480 spesimen tonsil, menunjukan bahwa diagnosa Tonsilitis Kronis dapat

    ditegakan berdasarkan pemeriksaan histopatologi dengan tiga kriteria

    histopatologi yaitu ditemukan ringan-sedang infiltrasi limfosit, adanya abses

    dan infiltrasi limfosit yang difus. Kombinasi ketiga hal tersebut ditambah

    temuan histopatologi lainya dapat dengan jelas menegakan diagnosa Tonsilitis

    Kronis.( Empowering Otolaringology. Tonsil In: American Academy of

    Otolaryngology-Head & Neck Surgery)

    Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga

    jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid

    limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga

    kripti melebar. Secara klinik kripti ini tampak diisi oleh detritus. Proses

    berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan

    perlekatan dengan jaringan di sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini

    disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.

    3.8 Diagnosis Banding

    Diagnosis banding dari tonsilitis kronis adalah:3

  • 12

    1. Penyakit penyakit dengan pseudomembran yang menutupi tonsil (Tonsilitis

    Pseudomembran).

    a. Tonsilitis Difteri

    b. Angina Plaut Vincent (Stomatitis Ulseromembranosa)

    c. Mononukleosis Infeksiosa

    2. Penyakit Kronik Faring Granulomatosa

    a. Faringitis Tuberkulosa

    b. Faringitis Luetika

    c. Lepra (Lues)

    d.Aktinomikosis Faring

    3. Tumor tonsil

    3.9 Tatalaksana Tonsilitis Kronis

    A. Terapi lokal ditujukan pada higiene mulut dengan berkumur atau minum obat isap.

    B. Tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau kronik, gejala

    sumbatan serta kecurigaan neoplasma. The American Academy of Otolaryngology-

    Head and Neck Surgery Clinical Indicators Compedium tahun 1995 menetapkan :

    1. Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali pertahun walaupun telah mendapatkan

    terapi yang adekuat.

    2. Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan

    gangguan pertumbuhan orofasial.

    3. Sumbatan jalan napas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan

    nafas sleep apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara, dan cor pulmonal.

  • 13

    4. Rinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, peritonsil abses yang tidak

    berhasil hilang dengan pengobatan.

    5. Nafas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan.

    6. Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A streptococcus

    hemoliticus.

    7. Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan.

    8. Otitis media efusa atau otitis media supuratif. (THT HIJAU FK UI)

    Tonsilektomi :

    1) Evaluasi Laboratorium dan Foto Rontgen :

    Sebelum pembedahan tonsil, pemeriksaan laboratorium rutin harus

    mencakup pemeriksaan golongan darah ABO/Rh, kadar hemoglobin,

    hitung leukosit dan hitung jenis. Penentuan kadar klorida keringat atau

    immunoglobulin serum mungkin penting untuk mengevaluasi diagnosis

    banding medis yang mencakup fibrosis kistik atau imunodefisiensi.

    2) Teknik Tonsilektomi :

    Prabedah penting untuk menghindari hipoglikemi, hipotermi dan

    dehidrasi. Pemberian antikolinergik dan antasida prabedah dapat

    mencegah masalah aspirasi. Dengan anestesi umum, saluran pernapasan

    diproteksi oleh pipa endotrakea bermanset. Pendarahan dikontrol dengan

    tampon pada saat tonsil diangkat.

    Pengupasan harus dilakukan pada kapsula tonsilaris, dan harus hati-hati

    melindungi konstriktor faring serta arkus palatoglosus dan palatofaringeus.

  • 14

    Pascabedah, diberikan cairan IV selama 24 jam untuk menghindarkan

    dehidrasi dini. Pemberian aspirin harus dihindarkan. Pada awal pascabedah,

    bisa diberikan 1,5 mg kodein fosfat per kilogram berat badan untuk

    mengurangi rasa nyeri.

    3.10 Komplikasi Tonsilitis Kronis

    Radang kronik tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya

    berupa rinitis kronik, sinusitis atau otitis media secara perkontinuitatum. Komplikasi

    jauh terjadi secara hematogen atau limfogen dan dapet timbul endokarditis, artritis,

    miositis, nefritis, uveitis, iridosiklitis, dermatitis, pruritus, utrikaria, dan furunkulosis.

    Beberapa literatur menyebabkan komplikasi tonsilitis kronis antara lain:

    a. Abses peritonsil

    Infeksi dapat meluas menuju kapsul tonsil dan mengenai jaringan sekitarnya.

    Abses biasanya terdapat pada daerah antara kapsul tonsil dan otot-otot yang

    mengelilingi faringeal bed. Hal ini paling sering terjadi pada penderita dengan

    serangan berulang. Gejala penderita adalah malaise yang bermakna, odinofagi

    yang berat dan trismus. Diagnosis dikonfirmasi dengan melakukan aspirasi

    abses.

    b. Abses parafaring

    Gejala utama adalah trismus, indurasi atau pembengkakan di sekitar angulus

    mandibula, dengan tinggi dan pembengkakan dinding lateral faring sehingga

    menonjol kearah medial. Abses dapat dievakuasi melalui insisi servikal.

    c. Abses intratonsilar

  • 15

    Merupakan akumulasi pus yang berada dalam substansi tonsil. Biasanya

    diikuti dengan penutupan kripta pada tonsilitis folikular akut. Dijumpai nyeri

    lokal dan disfagia yang bermakna. Tonsil terlihat membesar dan merah.

    Penatalaksanaan yaitu dengan pemberian antibiotik dan drainase abses jika

    diperlukan, selanjutnya dilakukan tonsilektomi.

    d. Tonsilolith

    Tonsilolith dapat ditemukan pada tonsilitis kronis bila kripta diblokade oleh

    sisa-sisa dari debris. Garam inorganik kalsium dan magnesium kemudia

    tersimpan yang memicu terbentuknya batu. Batu tersebut dapat membesar

    secara bertahap dan kemudian dapat terjadi ulserasi dan tonsil. Tonsilolith

    lebih sering terjadi pada dewasa dan menambah rasa tidak nyaman lokal atau

    foreign body sensation. Hal ini didiagnosa dengan mudah dengan melakukan

    palpasi atau ditemukan permukaan yang tidak rata pada perabaan.

    e. Kista tonsilar

    Kista tonsilar disebabkan oleh blokade kripta tonsil dan terlihat sebagai

    pembesaran kekuningan diatas tonsil. Sangat sering terjadi tanpa disertai

    gejala. Dapat dengan mudah didrainase.

    f. Fokal infeksi dari demam rematik dan glomerulonefritis.

    Dalam penelitanya Xie melaporkan bahwa anti-streptokokal antibodi

    meningkat pada 43% penderita glomerulonefritis dan 33% diantaranya

    mendapatkan kuman Streptokokus beta hemolitikus pada swab tonsil yang

    merupakan kuman terbanyak pada tonsil dan faring. Hasil ini

  • 16

    mengindikasikan kemungkinan infeksi tonsil menjadi patogenesa terjadinya

    penyakit glomerulonefritis.

    3.11 Prognosis Tonsilitis Kronis

    Tonsilitis biasanya sembuh dalam beberapa hari dengan beristirahat dan pengobatan

    suportif. Menangani gejala-gejala yang timbul dapat membuat penderita Tonsilitis

    lebih nyaman. Bila antibiotik diberikan untuk mengatasi infeksi, antibiotik tersebut

    harus dikonsumsi sesuai arahan demi penatalaksanaan yang lengkap, bahkan bila

    penderita mengalami infeksi saluran nafas lainya, infeksi yang sering terjadi yaitu

    infeksi pada telinga dan sinus. Pada kasus-kasus yang jarang, tonsilitis dapat menjadi

    sumber dari infeksi serius seperti demam rematik aatau pneumonia.(Richard SS.

    Pharinx. In: Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Jakarta: EGC,

    2006. P795-801.)

  • 17

    BAB III

    LAPORAN KASUS

    IDENTITAS PASIEN

    Nama : Tn. V

    No. MR : 570023

    Umur : 12 tahun 8 bulan

    Jenis kelamin : laki-laki

    Pekerjaan : pelajar

    Suku bangsa : Minangkabau

    Alamat : Sungai Limau Kabupaten Padang pariaman

    ANAMNESIS

    Seorang pasien laki-laki berumur 12 tahun 8 bulan dirawat di bangsal THT

    RSUP Dr. M Djamil Padang pada tanggal 3 September 2015 rujukan dari bangsal

    Anak RSUP Dr. M Djamil Padang dengan :

    Keluhan Utama :

    Nyeri menelan sejak 14 hari yang lalu.

    Riwayat Penyakit Sekarang :

    1. Bengkak pada amandel kanan sejak 1 bulan yang lalu hilang timbul disertai

    nyeri saat menelan. Awalnya bengkak sudah muncul sejak pasien berusia 7

    tahun, dengan ukuran kecil lalu makin bertambah besar sampai sekarang.

  • 18

    2. Nyeri menelan sejak 14 hari yang lalu. Awalnya nyeri dirasakan sejak 2 tahun

    yang lalu, nyeri hilang timbul.

    3. Pasien merasakan rasa mengganjal ditenggorokan sejak 14 hari yang lalu.

    4. Riwayat batuk pilek ada, kurang lebih 8x setahun.

    5. Riwayat demam ada, frekuensi sering lebih kurang 8x setahun diiringi batuk

    dan pilek.

    6. Pasien mengaku sering minum es.

    7. Riwayat sakit kepala ada.

    8. Riwayat gangguan pendengaran sejak kecil dan baru diketahui semenjak

    umur 2 tahun karena pasien tidak bisa berbicara.

    9. Pasien juga pernah berobat sebelumnya ke puskesmas, dalam frekuensi yang

    semakin sering hampir tiap bulan, mendapat obat dari dokter tapi keluarga

    lupa nama obatnya.

    10. Buang air kecil normal.

    11. Riwayat ngorok saat tidur ada.

    12. Sesak nafas tidak ada.

    13. Riwayat suara parau tidak ada.

    14. Riwayat mual muntah tidak ada.

    15. Sulit membuka mulut (trismus) tidak ada.

    16. Riwayat kejang tidak ada.

    17. Riwayat berkurangnya penciuman tidak ada.

    Riwayat Kebiasaan Buruk

    - Tidak merokok

  • 19

    - Tidak minum alkohol

    - Menggosok gigi 2 kali sehari

    Riwayat Penyakit Dahulu :

    - Pasien sudah menderita bengkak pada amandelnya sejak usia 7 tahun.

    - Pasien tidak punya riwayat asma, tidak ada alergi terhadap makanan atau obat

    dan tidak pernah bersin-bersin di pagi hari lebih dari 5 kali.

    - Pasien tidak pernah dirawat sebelumnya karena penyakit seperti ini.

    - Riwayat infeksi selama kehamilan tidak ada.

    Riwayat Penyakit Keluarga :

    - Tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita sakit seperti pasien.

    - Tidak ada anggota yang menderita riwayat alergi

    - Tidak ada anggota keluarga yang menderita gangguan bicara dan

    pendengaran.

    Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan :

    - Pasien bersekolah di Sekolah Dasar kelas 5 SD. Pasien sulit bersosialisasi dan

    berkomunikasi dengan teman-teman sebayanya. Saat ini pasien hanya bisa

    mengucapkan kata ma,pa.

    - Pasien jika mau makan atau minum, tidak mau minta kepada orang tuanya,

    tetapi dia mengambil makan atau minum sendiri.

    Riwayat Pengobatan

    - Pada saat usia 2 tahun, pasien pernah dibawa oleh ibu dan ayahnya ke dokter

    anak karena pada usia 2 tahun belum bisa berbicara. Dari hasil pemeriksaan,

    dokter anak tersebut memberi obat dan memeriksa BERA anak. Dari hasil

  • 20

    pemeriksaan dokter menyarankan untuk membelikan anaknya alat bantu

    dengar. Namun, akibat masalah finansial ibunya belum bisa membelikan alat

    tersebut.

    Pemeriksaan Fisik

    Status Generalis

    - Keadaan Umum : Sakit ringan

    - Kesadaran : komposmentis kooperatif

    - Tekanan darah : -

    - Nadi : 80 x per menit

    - Napas : 16 x per menit

    - Suhu ` : 36,5 oc

    Pemeriksaan Sistemik

    - Kepala : Normocephal

    - Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

    - Paru : Dalam batas normal

    - Jantung : Dalam batas normal

    - Abdomen : Dalam batas normal

    - Extremitas : CRT < 2 detik, edem (-/-)

    STATUS LOKALIS THT

    - Telinga

    Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

    Daun telinga Kel. Kongenital Tidak ada Tidak ada

    Trauma Tidak ada Tidak ada Radang Tidak ada Tidak ada Kel. Metabolik Tidak ada Tidak ada Nyeri tarik Tidak ada Tidak ada Nyeri Tekan Tidak ada Tidak ada

  • 21

    Dinding liang telinga

    Cukup Lapang (N) Cukup Lapang (N) Cukup Lapang (N)

    Sempit Tidak ada Tidak ada

    Hiperemis Tidak ada Tidak ada

    Edema Tidak ada Tidak ada

    Massa Tidak ada Tidak ada

    Serumen Bau Tidak ada Tidak ada

    Warna Tidak ada Tidak ada

    Jumlah Tidak ada Tidak ada

    Jenis Tidak ada Tidak ada

    Membran Timpani

    Utuh Warna Putih Putih

    Refleks cahaya (+) arah jam 5 (+) arah jam 7

    Bulging Tidak ada Tidak ada

    Retraksi Tidak ada Tidak ada

    Atrofi Tidak ada Tidak ada

    Perforasi Jumlah perforasi Tidak ada Tidak ada

    Jenis Tidak ada Tidak ada

    Kuadran Tidak ada Tidak ada

    Pinggir Tidak ada Tidak ada

    Gambar

    Mastoid Tanda radang Tidak ada Tidak ada

    Fistel Tidak ada Tidak ada

    Sikatrik Tidak ada Tidak ada

    Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

    Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada

    Tes garputala 512 Hz

    Rinne Sulit dinilai Sulit dinilai

    Swabach Sulit dinilai Sulit dinilai

    Weber Sulit dinilai

    Kesimpulan Tidak dapat ditentukan

    Audiometri Tuli profunda AD dengan ambang dengar 95 dB dan tuli profunda AS dengan

    ambang dengar 100 dB.

    Timpanometri Tidak dilakukan

    -

    - Hidung

  • 22

    Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra Hidung luar Deformitas Tidak ada Tidak ada

    Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada Trauma Tidak ada Tidak ada Radang Tidak ada Tidak ada Massa Tidak ada Tidak ada

    Sinus Paranasal

    - Inspeksi

    Pemeriksaan Dekstra Sinistra Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

    Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada

    - Rinoskopi Anterior

    Vestibulum Vibrise Ada Ada Radang Tidak ada Tidak ada

    Kavum nasi Cukup lapang (N) Ya Ya Sempit - - Lapang Ya Ya

    Sekret Lokasi Tidak ada Tidak ada Jenis Tidak ada Tidak ada Jumlah Tidak ada Tidak ada Bau Tidak ada Tidak ada

    Konka inferior Ukuran Eutrofi eutrofi Warna Merah muda Merah muda Permukaan Licin Licin Edema Tidak ada Tidak ada

    Konka media Ukuran Eutrofi Eutrofi Warna Merah muda Merah muda Permukaan Licin Licin Edema Tidak ada Tidak ada

    Septum Cukup lurus/ deviasi Cukup lurus Cukup lurus Permukaan Rata Rata Warna Merah muda Merah muda Spina Tidak ada Tidak ada Krista Tidak ada Tidak ada Abses Tidak ada Tidak ada Peforasi Tidak ada Tidak ada

    Massa Lokasi Tidak ada Tidak ada Bentuk Tidak ada Tidak ada Ukuran Tidak ada Tidak ada Permukaan Tidak ada Tidak ada Warna Tidak ada Tidak ada Konsistensi Tidak ada Tidak ada

  • 23

    Mudah digoyang Tidak ada Tidak ada Pengaruh

    vasokonstriktor Tidak ada Tidak ada

    -

    - Rinoskopi Posterior

    Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra Koana Cukup lapang (N) Sulit di nilai Sulit di nilai

    Sempit Sulit di nilai Sulit di nilai Lapang Sulit di nilai Sulit di nilai

    Mukosa Warna Sulit di nilai Sulit di nilai Edema Sulit di nilai Sulit di nilai Jaringan granulasi Sulit di nilai Sulit di nilai

    Konka superior Ukuran Sulit di nilai Sulit di nilai Warna Sulit di nilai Sulit di nilai Permukaan Sulit di nilai Sulit di nilai Edema Sulit di nilai Sulit di nilai

    Adenoid Ada/ tidak Sulit di nilai Sulit di nilai Muara tuba eustachius Tertutup sekret Sulit di nilai Sulit di nilai

    Massa Lokasi Sulit di nilai Sulit di nilai Ukuran Sulit di nilai Sulit di nilai Bentuk Sulit di nilai Sulit di nilai Permukaan Sulit di nilai Sulit di nilai

    Post nasal drip Ada/ tidak Sulit di nilai Sulit di nilai Jenis Sulit di nilai Sulit di nilai

    -

    - Orofaring dan Mulut

    Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra Trismus Tidak ada Uvula Edema Tidak ada Tidak ada

    Bifida Tidak ada Tidak ada

    Palatum mole Arkus faring

    Simetris/ tidak Simetris Simetris Warna Merah muda Merah muda Edema Tidak ada Tidak ada Bercak/ eksudat Tidak ada Tidak ada

    Dinding faring Warna Merah muda Merah muda Permukaan Licin Licin

    Tonsil Ukuran T3 T2 Warna Merah muda Merah muda Permukaan Licin Licin Muara/kripti Melebar Melebar Detritus Tidak ada Tidak ada Eksudat Tidak ada Tidak ada

    Peritonsil Warna Merah muda Merah muda Edema Tidak ada Tidak ada

  • 24

    Abses Tidak ada Tidak ada Tumor Lokasi Tidak ada Tidak ada

    Bentuk - - Ukuran - - Permukaan - - Konsistensi - -

    Gigi Karies/ radiks Ada pada gigi M Ada pada gigi M Kesan Hygiene gigi buruk

    Lidah Warna Merah muda Merah muda Bentuk Simetris Simetris Deviasi Tidak ada Tidak ada Massa Tidak ada Tidak ada

    -

    - Laringoskopi indirek

    Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra Epiglotis Bentuk Sulit di nilai Sulit di nilai

    Warna Sulit di nilai Sulit di nilai Edema Sulit di nilai Sulit di nilai Pinggir rata/ tidak Sulit di nilai Sulit di nilai Massa Sulit di nilai Sulit di nilai

    Aritenoid Warna Sulit di nilai Sulit di nilai Edema Sulit di nilai Sulit di nilai Massa Sulit di nilai Sulit di nilai Gerakan Sulit di nilai Sulit di nilai

    Ventrikular band Warna Sulit di nilai Sulit di nilai Edema Sulit di nilai Sulit di nilai Massa Sulit di nilai Sulit di nilai

    Plika vokalis Warna Sulit di nilai Sulit di nilai Gerakan Sulit di nilai Sulit di nilai Pinggir medial Sulit di nilai Sulit di nilai Massa Sulit di nilai Sulit di nilai

    Subglotis/ trakea Massa Sulit di nilai Sulit di nilai Sekret ada / tidak Sulit di nilai Sulit di nilai

    Sinus piriformis Massa Sulit di nilai Sulit di nilai Sekret Sulit di nilai Sulit di nilai

    Valekulae Massa Sulit di nilai Sulit di nilai Sekret (jenisnya) Sulit di nilai Sulit di nilai

    .

    Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher

    Tidak terlihat dan tidak teraba pembesaran KGB leher.

    Diagnosis Kerja : Tonsilitis Kronis

    Diagnosis Tambahan : Gangguan bicara et causa gangguan pendengaran

  • 25

    sejak kecil.

    Karies dentis

    Pemeriksaan Anjuran :

    - Laboratorium rutin: Hb,Ht,leukosit,LED, hitung jenis leukosit.

    - Kultur dan uji resistensi kuman dari sedian apus tonsil.

    Terapi: Tonsilektomi, Antibiotik.

    Alat bantu dengar

    Prognosis

    Quo ad vitam : bonam

    Quo ad sanam : bonam

    Quo ad fungsionam : dubia et malam

    Edukasi

    - Pasien menjaga higiene rongga mulut dengan menggosok gigi setelah makan

    dan sebelum tidur.

    - Memberikan alat bantu dengar pada anak dan mencoba membantu anak dalam

    belajar berkomunikasi.

  • 26

    RESUME

    Seorang pasien anak laki-laki, usia 12 tahun 8 bulan, dirawat di

    bangsal THT RSUP DR. M Djamil Padang dengan keluhan nyeri menelan

    sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya nyeri dirasakan sejak 2 tahun yang lalu,

    nyeri hilang timbul. Bengkak pada amandel sejak 1 bulan yang lalu hilang

    timbul disertai nyeri saat menelan. Awalnya bengkak sudah muncul sejak

    pasien berusia 7 tahun, dengan ukuran sedang lalu makin bertambah besar

    sampai sekarang. Riwayat batuk pilek ada, kurang lebih 8x setahun. Riwayat

    demam ada, frekuensi sering lebih kurang 8x setahun diiringi batuk dan pilek.

    Riwayat tidur ngorok ada. Riwayat berkurangnya penciuman tidak ada. Pasien

    juga pernah berobat sebelumnya ke puskesmas, dalam frekuensi yang semakin

    sering hampir tiap bulan, mendapat obat dari dokter tapi keluarga lupa nama

    obatnya.

    Pada pemeriksaan fisik didapatkan daun telinga tidak ditemukan

    kelainan, liang telinga cukup lapang, serumen tidak ada, Membran timpani

    normal tanpa ada perforasi, mastoid tidak ditemukan kelainan. Pada

    pemeriksaan orofaring dan mulut ditemukan palatum mole simetris dan tonsil

    dekstra ukuran T3 dan tonsil sinistra T2 dengan permukaan tidak rata, muara

    kripti melebar, dan tanpa disertai detritus atau perlengketan dengan pilar pada

    kedua tonsil. Karies pada Molar 1 dan 2 bawah dekstra dan Molar 1 dan 2

    bawah sinistra. Pada pemeriksaan kelenjar getah bening leher tidak terlihat

    dan tidak teraba pembesaran KGB leher.

  • 27

    - Pasien ini didiagnosis kerja sebagai tonsilitis kronis dengan diagnosis

    tambahan karies dentis dan Gangguan bicara et causa gangguan pendengaran

    sejak kecil. Pemeriksaan anjuran yang dilakukan adalah laboratorium rutin

    (Hb,Ht,leukosit,LED dan hitung jenis leukosit). Terapi yang diberikan pada

    pasien ini adalah tonsilektomi dan diberi antibiotik. Prognosis pada kasus ini

    adalah bonam. Nasihat yang diberikan pada pasien adalah pasien menjaga

    higiene rongga mulut dengan menggosok gigi minimal 2x sehari. Selain itu

    orang tua pasien diharapkan dapat membantu anaknya dalam belajar

    berkomunikasi.

  • 28

    DISKUSI

    Telah dilaporkan satu kasus seorang anak laki-laki berusia 12 tahun 8 bulan

    yang di diagnosis dengan tonsillitis kronis. Diagnosis tonsillitis kronik dapat

    ditegakan berdasarkan anamnesis, gejala klinik, dan pemeriksaan penunjang. Pada

    pasien ini dari anamnesis mengeluhkan nyeri menelan sejak 2 minggu yang lalu.

    Nyeri menelan sudah dirasakan sejak 2 tahun yang lalu, tetapi hilang timbul. Bengkak

    pada tonsil sejak 1 bulan yang lalu hilang timbul disertai nyeri saat menelan.

    Awalnya bengkak sudah muncul sejak pasien berusia 7 tahun, dengan ukuran kecil

    lalu makin bertambah besar sampai sekarang. Riwayat batuk pilek ada, kurang lebih

    8x setahun. Riwayat demam ada, frekuensi sering lebih kurang 8x setahun diiringi

    batuk dan pilek. Riwayat tidur ngorok ada dan pasien . Pasien juga pernah berobat

    sebelumnya ke dokter anak pada usia 2 tahun karena keterlambatan berbicara pada

    anak.

    Berdasarkan literatur, diketahui bahwa etiologi dari tonsilitis kronik adalah

    bakteri gram positif, tetapi dapat juga disebabkan oleh bakteri gram negatif. Namun,

    pasien ini mengaku sering demam, tetapi tidak didahului oleh infeksi sebelumnya

    seperti ISPA. Kemungkinan tonsilitis kronis pada anak ini dipicu oleh infeksi bakteri

    akibat higiene mulut yang tidak baik.

    Pada pemeriksaan fisik didapatkan kavum nasi dekstra dan sinistra terdapat

    tidak terdapat kelainan. Pada pemeriksaan orofaring dan mulut ditemukan palatum

    mole simetris dan tonsil dekstra ukuran T3 dan tonsil sinistra T2 dengan permukaan

    tidak rata, muara kripti melebar, dan tanpa disertai detritus atau perlengketan dengan

  • 29

    pilar pada kedua tonsil. Karies pada Molar . Pada pemeriksaan kelenjar getah bening

    leher tidak terlihat dan tidak teraba pembesaran KGB leher.

    Pasien ini didiagnosis kerja sebagai tonsilitis kronis dengan diagnosis

    tambahan karies dentis. Pemeriksaan anjuran yang dilakukan adalah laboratorium

    rutin (Hb,Ht,leukosit,LED). Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah

    tonsilektomi. Prognosis pada kasus ini adalah bonam. Nasihat yang diberikan pada

    pasien adalah pasien menjaga higiene rongga mulut dengan menggosok gigi minimal

    2x sehari. Selain itu pasien mengurangi makan jajanan (snack dan minuman-

    minuman dingin atau es krim) di luar rumah, menjaga kebersihan makanan di rumah.

    Komplikasi yang sering ditemukan pada tonsillitis kronik berupa komplikasi

    ke daerah sekitarnya yaitu rhinitis kronik, sinusitis, atau otitis media secara

    perkontinuitatum. Namun, pada kasus ini walaupun pasien telah menderita tonsillitis

    kronik selama 5 tahun, tidak ditemukan adanya tanda-tanda komplikasi ke daerah

    sekitar berupa rhinitis kronik, sinusitis, ataupun otitis media.

  • 30

    BAB IV

    KESIMPULAN

    1. Pada pasien di diagnosis tonsilitis kronis, karena mengacu pada hasil

    anamnesis didapatkan bengkak pada tonsil kanan sejak 1 bulan yang lalu

    hilang timbul disertai nyeri saat menelan. Awalnya bengkak sudah muncul

    sejak pasien berusia 7 tahun, dengan ukuran kecil lalu makin bertambah besar

    sampai sekarang. Nyeri menelan sejak 14 hari yang lalu. Awalnya nyeri

    dirasakan sejak 2 tahun yang lalu, nyeri hilang timbul. Pasien merasakan rasa

    mengganjal ditenggorokan sejak 14 hari yang lalu. Riwayat batuk pilek ada,

    kurang lebih 8x setahun. Riwayat demam ada, frekuensi sering lebih kurang

    8x setahun diiringi batuk dan pilek. Dan ditambah dengan pemeriksaan fisik

    yang ditemukan pembesaran Tonsil T3/T2 kripti melebar dan tidak

    ditemukan detritus.

    2. Pada pasien dilakukan tonsilektomi karena Serangan tonsilitis lebih dari tiga

    kali pertahun walaupun telah mendapatkan terapi yang adekuat, Sumbatan

    jalan napas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan nafas

    menyebabkan mengorok saat tidur, gangguan menelan, dan gangguan

    berbicara. Nafas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan, dan

    mengganggu pasien karena sudah besar tonsilnya.

  • 31

    DAFTAR PUSTAKA

    1. George LA. Penyakit-penyakit Nasofaring dan Orofaring. Dalam:Adams,

    Boies, Higler(eds).buku ajar penyakit THT,edisi 6.jakarta:EGC;1997.hal 327-337

    2. Rusmarjono,efiaty AS. Faringitis,Tonsilitis,dan Hipertrofi Adenoid. Dalam;

    Soepardi EA,iskandar NH(eds). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

    Tenggorok Kepala Leher, Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2007. Hal 214-225

    3. Wanri A. 2007. Tonsilektomi. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

    4. HTA Indonesia. 2004. Tonsilektomi pada anak dan dewasa.

    5. Novialdi, Hafiz A. Pengaruh Tonsilektomi Terhadap Kadar Interferon- dan

    Tumor Necrosis Factor- pada Pasien Tonsilitis Kronis. Dalam Dalam :

    Artikel Bagian Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher RSUP M. Djamil

    Padang Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Hal 6-7

    Case Report SessionTONSILITIS KRONISOleh:Preseptor:BAGIAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHERBAB IITINJAUAN PUSTAKA

    IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS Keluhan Utama :Riwayat Penyakit Sekarang :Riwayat Kebiasaan Buruk- Tidak merokok- Tidak minum alkohol- Menggosok gigi 2 kali sehariRiwayat Penyakit Dahulu :Riwayat Penyakit Keluarga :- Tidak ada anggota keluarga yang menderita gangguan bicara dan pendengaran.Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening LeherPemeriksaan Anjuran : - Laboratorium rutin: Hb,Ht,leukosit,LED, hitung jenis leukosit.- Kultur dan uji resistensi kuman dari sedian apus tonsil.Terapi: Tonsilektomi, Antibiotik.Alat bantu dengarPrognosisRESUMESeorang pasien anak laki-laki, usia 12 tahun 8 bulan, dirawat di bangsal THT RSUP DR. M Djamil Padang dengan keluhan nyeri menelan sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya nyeri dirasakan sejak 2 tahun yang lalu, nyeri hilang timbul. Bengkak pada amandel sejak 1 bulan yang lalu hilang timbul disertai nyeri saat menelan. Awalnya bengkak sudah muncul sejak pasien berusia 7 tahun, dengan ukuran sedang lalu makin bertambah besar sampai sekarang. Riwayat batuk pilek ada, kurang lebih 8x setahun. Riwayat demam ada, frekuensi sering lebih kurang 8x setahun diiringi batuk dan pilek. Riwayat tidur ngorok ada. Riwayat berkurangnya penciuman tidak ada. Pasien juga pernah berobat sebelumnya ke puskesmas, dalam frekuensi yang semakin sering hampir tiap bulan, mendapat obat dari dokter tapi keluarga lupa nama obatnya.Pada pemeriksaan fisik didapatkan daun telinga tidak ditemukan kelainan, liang telinga cukup lapang, serumen tidak ada, Membran timpani normal tanpa ada perforasi, mastoid tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan orofaring dan mulut ditemukan palatum mole simetris dan tonsil dekstra ukuran T3 dan tonsil sinistra T2 dengan permukaan tidak rata, muara kripti melebar, dan tanpa disertai detritus atau perlengketan dengan pilar pada kedua tonsil. Karies pada Molar 1 dan 2 bawah dekstra dan Molar 1 dan 2 bawah sinistra. Pada pemeriksaan kelenjar getah bening leher tidak terlihat dan tidak teraba pembesaran KGB leher.Pada pemeriksaan fisik didapatkan kavum nasi dekstra dan sinistra terdapat tidak terdapat kelainan. Pada pemeriksaan orofaring dan mulut ditemukan palatum mole simetris dan tonsil dekstra ukuran T3 dan tonsil sinistra T2 dengan permukaan tidak rata, muara kripti melebar, dan tanpa disertai detritus atau perlengketan dengan pilar pada kedua tonsil. Karies pada Molar . Pada pemeriksaan kelenjar getah bening leher tidak terlihat dan tidak teraba pembesaran KGB leher.Pasien ini didiagnosis kerja sebagai tonsilitis kronis dengan diagnosis tambahan karies dentis. Pemeriksaan anjuran yang dilakukan adalah laboratorium rutin (Hb,Ht,leukosit,LED). Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah tonsilektomi. Prognosis pada kasus ini adalah bonam. Nasihat yang diberikan pada pasien adalah pasien menjaga higiene rongga mulut dengan menggosok gigi minimal 2x sehari. Selain itu pasien mengurangi makan jajanan (snack dan minuman-minuman dingin atau es krim) di luar rumah, menjaga kebersihan makanan di rumah.BAB IVKESIMPULAN