Contoh PTK.pdf

22
PENERAPAN PEMBELAJARAN MULTIMEDIA DALAM KEGIATAN MENGAJAR IPA MATERI POKOK SISTEM DALAM KEHIDUPAN MANUSIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP N 1 REMBANG TAHUN PELAJARAN 2007/2008 Oleh : Edy Sri Irianto, S.Pd. ABSTRAK Pembelajaran dikelas kadang membosankan bagi siswa sehingga pemahaman konsep yang diharapkan tidak dapat tercapai, siswa kurang termotivasi untuk belajar yang mengakibatkan prestasi tidak dapat meningkat. Beberapa kendala dialami seorang guru dalam proses pembelajaran di kelas yang sesuai dengan keinginan dan kondisi siswa sehingga kebuntuan komunikasi siswa dengan guru terbentuk,.salah satu penyebabnya adalah karena metode dan media yang digunakan seorang guru dalam memberi pelajaran kurang menarik bagi siswa. Kehadiran ICT dewasa ini membawa perubahan dan angin segar bagi dunia pendidikan, tidak hanya dipergunakan untuk kebutuhan administrasi belaka namun sekarang sudah bergeser pada penggunaan dalam proses pembelajaran di kelas. Multimedia interaktif adalah salah satu efek hadirnya ICT sekarang ini yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan pada proses pembelajaran di kelas, karena multimedia sudah banyak terbukti mampu meningkatkan mutu pendidikan . Hal ini juga perlu dipertimbangan beberapa dampak negatif yang timbul dan bagaimana multimedia itu dikelola dengan benar yang sesuai dengan dunia pendidikan. Hasil Penelitian membuktikan bahwa multimedia dapat meningkatkan aspek pemahaman konsep materi pelajaran bila dibandingkan dengan memnggunakan media lain (charta, torso, dan model). Berdasarkan tindakan yang sudah dilaksanakan di SMP Negeri 1 Rembang pada siswa kelas VIII A tahun pelajaran 2007/2008 tentang penggunaan multimedia mampu meningkatkan aspek pemahaman materi, dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Hasil rerata tes awal tindakan diperoleh 72.5 % (59.5) anak belum mencapai KKM. Pada siklus I nilai rerata 66.4 dengan 65 % siswa memperoleh nilai sama dan atau diatas KKM, dan pada siklus II nilai rerata sebesar 69.8 dengan 80 % siswa tuntas dalam aspek pemahaman konsep. Disamping itu hasil observasi juga membuktikan bahwa penggunaan multimedia dalam proses pembelajaran dapat memotivasi dan meningkatkan belajar siswa. Kata Kunci : Multimedia, meningkatkan hasil belajar siswa. 1

Transcript of Contoh PTK.pdf

  • PENERAPAN PEMBELAJARAN MULTIMEDIA DALAM KEGIATANMENGAJAR IPA MATERI POKOK SISTEM DALAM KEHIDUPAN

    MANUSIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP N 1 REMBANG

    TAHUN PELAJARAN 2007/2008

    Oleh : Edy Sri Irianto, S.Pd.

    ABSTRAK

    Pembelajaran dikelas kadang membosankan bagi siswa sehingga pemahaman konsep yang diharapkan tidak dapat tercapai, siswa kurang termotivasi untuk belajar yang mengakibatkan prestasi tidak dapat meningkat. Beberapa kendala dialami seorang guru dalam proses pembelajaran di kelas yang sesuai dengan keinginan dan kondisi siswa sehingga kebuntuan komunikasi siswa dengan guru terbentuk,.salah satu penyebabnya adalah karena metode dan media yang digunakan seorang guru dalam memberi pelajaran kurang menarik bagi siswa.

    Kehadiran ICT dewasa ini membawa perubahan dan angin segar bagi dunia pendidikan, tidak hanya dipergunakan untuk kebutuhan administrasi belaka namun sekarang sudah bergeser pada penggunaan dalam proses pembelajaran di kelas. Multimedia interaktif adalah salah satu efek hadirnya ICT sekarang ini yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan pada proses pembelajaran di kelas, karena multimedia sudah banyak terbukti mampu meningkatkan mutu pendidikan . Hal ini juga perlu dipertimbangan beberapa dampak negatif yang timbul dan bagaimana multimedia itu dikelola dengan benar yang sesuai dengan dunia pendidikan.

    Hasil Penelitian membuktikan bahwa multimedia dapat meningkatkan aspek pemahaman konsep materi pelajaran bila dibandingkan dengan memnggunakan media lain (charta, torso, dan model). Berdasarkan tindakan yang sudah dilaksanakan di SMP Negeri 1 Rembang pada siswa kelas VIII A tahun pelajaran 2007/2008 tentang penggunaan multimedia mampu meningkatkan aspek pemahaman materi, dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Hasil rerata tes awal tindakan diperoleh 72.5 % (59.5) anak belum mencapai KKM. Pada siklus I nilai rerata 66.4 dengan 65 % siswa memperoleh nilai sama dan atau diatas KKM, dan pada siklus II nilai rerata sebesar 69.8 dengan 80 % siswa tuntas dalam aspek pemahaman konsep. Disamping itu hasil observasi juga membuktikan bahwa penggunaan multimedia dalam proses pembelajaran dapat memotivasi dan meningkatkan belajar siswa.

    Kata Kunci : Multimedia, meningkatkan hasil belajar siswa.

    1

  • PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Dunia Pendidikan di Indonesia dewasa ini menghadapi era globalisasi alih teknologi dengan

    pesatnya, perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) mengalami perubahan

    yang sangat berarti bahkan hampir disemua aspek. Dibandingkan dengan negara-negara lain,

    dunia pendidikan di Indonesia masih ketinggalan dalam penggunaan ICT dalam pembelajaran,

    hal itu disebabkan antara lain Indonesia masih kebingungan dalam memilih paradigma mana

    yang pas dalam menyelesaikan masalah, program dulu baru anggarannya atau anggarannya dulu

    baru programnya (Suparlan, Mei 2008).

    Pembaharuan dalam bidang pendidikan memerlukan keberanian untuk mencari metode dan

    membangun paradigma baru. Fenomena yang selalu terjadi dalam dunia pendidikan di era global

    ialah selalu tertinggalnya perkembangan dunia pendidikan itu sendiri jika dibandingkan dengan

    perkembangan teknologi, informasi, dan dunia bisnis yang menggiringnya (Prof. Suyanto, Ph.D).

    Pendidikan di Indonesia sebelum krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian diikuti krisis multi

    dimensi sistem dan proses pembelajaran tidak mendukung bagi tercapainya pendidikan yang

    berkualitas, tidak mendukung akan dihasilkannya sumberdaya manusia yang dapat bersaing

    dalam era globalisasi. Kurikulum padat materi, mengedepankan pendekatan kognitif, diberikan

    dalam tradisi satu arah (one way direction-pasif).

    Beberapa perubahan mulai diambil dengan menyadari beberapa kelemahan yang ada, antara

    lain melakukan desentralisasi pendidikan dalam kerangka otonomi daerah yang dikuti

    manajemen berbasis sekolah, mengikutsertakan peran Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan

    dan penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang kemudian dikembangkannya lebih

    lanjut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Didalam kurikulum ini pembelajaran

    menerapkan system PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan),

    pembelajaran dua arah (two way teaching learning), pembelajaran diluar kelas (beyond the class

    room), dan memanfaatkan teknologi multimedia atau Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

    atau biasa disebut sebagai Information and Communication Tecnology (ICT).

    Penggunaan ICT disekolah telah merubah kita dalam meningkatkan mutu pendidikan yang

    tadinya lebih berpusat pada guru (teacher centered) menjadi student centered (berpusat pada

    siswa) , tadinya pembelajaran umumnya menjemukan karena tidak partisipatif (tidak ada peran

    2

  • siswa) dan sekarang lebih menyenangkan adanya partisipasi siswa, akses terhadap data dan

    informasi dapat dilakukan secara on line, yang jelas ICT membuka era baru dunia pendidikan.

    Namun tidak dapat dipungkiri bila keberadaan ICT dalam dunia pendidikan juga dapat

    membawa beberapa kendala tersendiri dan memungkinkan menjadi hal-hal yang anti klimaks

    dalam menentukan mutu pendidikan .

    Tidak dapat disangkal bahwa terpaan teknologi berupa perangkat lunak (software) maupun

    perangkat keras (hardware) sudah sekian menyatu dengan kehidupan manusia modern. Dalam

    bidang pendidikan kehadiran media pembelajaran misalnya sudah dirasakan banyak membantu

    tugas guru dalam mencapai tujuan pembelajarannya. Dalam era teknologi dan informasi ini,

    pemanfaatan kecanggihan teknologi untuk kepentingan pembelajaran sudah bukan merupakan hal

    yang baru lagi. Salah satu media pembelajaran baru yang akhir-akhir ini semakin menggeserkan

    peranan guru adalah teknologi multimedia yang tersedia melalui perangkat komputer.

    Perkembangan teknologi informasi khususnya komputer membawa banyak perubahan pada

    sebuah program aplikasi seharusnya didesain terutama pada upaya menjadikan teknologi ini

    mampu memanipulasi keadaan sesungguhnya. Penekanannya terletak pada upaya yang

    berkesinambungan untuk memaksimalkan aktifitas belajar sebagai interaktif kognitif antar siswa,

    materi subyek, dan instruktur (dalam hal ini komputer yang diprogramkan).

    Pembelajaran berbasis komputer (Computer based Instruction/CBI) adalah suatu konsep

    baru yang sampai saat ini banyak jenis dan desain dan implementasinya, terutama dalam dunia

    pendidikan dan pembelajaran. Kondisi ini muncul sebagai wujud nyata dari globalisasi Teknologi

    Informasi dan Komunikasi. ( Rakmat Setiadi dan Akhril Agus 2003 ;3).

    Dewasa ini, CBI telah berkembang menjadi berbagai model dimulai dari CAI (Computer

    Assisted Intruction), kemudian mengalami perbaikan menjadi ACAI (Intelligent Computer

    Assited Intruction), dengan dasar orientasi aktifitas yang berbeda muncul pula CAL (Computer

    Assited Learning), CBL (Computer Based Learning, CAPA (Computer Assisted Personalized

    Assigment), dan ITS (Intelligent Tutorial System). Secara umum bahan belajar ini menjelaskan

    tentang makna komputer sebagai salah satu media dalam pembelajaran dan penyusunan bahan

    belajar berbasis komputer.

    Penggunaan charta di dalam proses pembejaran sudah tidak jamannya lagi, Karena

    beberapa kelemahan dalam penggunaan charta sudah jelas, terutama pada mata pelajaran IPA di

    SMP ada beberapa materi pelajaran yang tidak memungkinkan dilaksanakan di laboratorium

    3

  • karena beberapa alasan, misalnya karena keterbatasan alat dan bahan atau memang materi itu

    tidak bisa dilaksanakan dengan penyampaian kinerja ilmiah. Biasanya apa yang dilakukan guru

    dalam menyampaikan materi tersebut tidak ada jalan lain adalah mengunakan media pembantu

    berupa charta/model. Dengan kehadiran teknologi komputer dewasa ini guru dapat

    mengembangkan imajinasinya dalam membuat bahan ajar berbantuan komputer (multimedia)

    menggantikan media charta misalnya dalam membantu siswa dalam menyampaikan

    pembelajarannya, disamping itu kehadiran teknologi ini memungkinkan siswa untuk dapat

    berkreasi dalam mendalami suatu materi bahan ajar dan tidak menjemukan karena multimedia

    sudah merupakan barang yang tidak asing lagi bagi siswa.

    B. Perumusan Masalah

    Apakah pembelajaran menggunakan bahan ajar multimedia dapat meningkatkan

    pemahaman konsep siswa dan meningkatkan prestasi belajar siswa ?

    C. Tujuan Penelitian

    Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk :

    1. Meningkatkan prestasi belajar siswa umumnya , khususnya meningkatkan pendalaman

    materi/pemahaman konsep Sstem dalam Kehidupan Manusia.

    2. Untuk mengetahui dan menanggulangi kendala seorang guru dalam mengatasi proses

    pembelajaran siswa untuk memahami suatu materi pelajaran.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Untuk guru diharapkan metode ini sebagai metode alternatif pembelajaran dengan

    memanfaatkan teknologi komputer sehingga dapat digunakan sebagai model variasi

    dalam menyampaiakan materi pelajaran.

    2. Untuk siswa, pembelajaran menggunakan bahan ajar multimedia ini diharapkan dapat

    meningkatkan motivasi sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.

    3. Untuk Sekolah, dengan hadirnya bahan ajar berbantuan komputer ini (multimedia)

    diharapkan sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah,

    umumnya dunia pendidikan.

    4

  • KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS

    A. Landasan Teori

    1. Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT)

    Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi tidak terlepas dengan perangkat

    komputer yang dewasa ini menguasai teknologi pembelajaran di sekolah-sekolah. Komputer

    adalah alat atau seperangkat yang dipakai untuk mengolah informasi menurut prosedur yang

    telah dirumuskan. Kata Komputer semula dipergunakan untuk mengambarkan orang yang

    pekerjaannya melakukan perhitungan aritmatika, dengan atau tanpa alat bantu, tetapi arti kata

    ini kemudian dipindahkan kepada mesin itu sendiri. Asal mulanya, pengolahan informasi

    hampir eksklusif berhubungan dengan masalah aritmatika, tetapi komputer modern dipakai

    untuk banyak tugas yang tidak berhubungan dengan aritmatika. Namun dalam

    perkembanganya istilah yang lebih baik dan yang cocok untuk arti luas seperti komputer

    adalah yang memproses informasi atau sistem pengolah informasi.

    Dalam perkembangannya akhirnya komputer merambah pada dunia pendidikan, yang

    mula-mula perangkat in dipergunakan untuk membantu dalam pekerjaan administrasi

    pendidikan, namun akhirnya sekarang komputer bergeser penggunaannya dalam pengunaan

    pengajaran.

    Penggunaan ICT (Information and Communication Technology) dalam proses

    pembelajaran disekolah sekarang ini sudah tidak asing lagi. Dalam bukunya bertajuk

    Effective Teaching, Evidence and Practice, Daniel Muijs dan David Reynolds menjelaskan

    beberapa hal tentang kecakapan ICT dapat membantu siswa belajar.

    a. Presenting Information. ICT memiliki kemampuan yang sangat luar biasa untuk

    menyampaikan informasi.Ensiklopedia yang jumlahnya beberapa jilid pun dapat

    disimpan di harddisk/flasdisk.

    b. Quick and Automatic Completion of Routine Tasks. Tugas-tugas rutin kita dapat

    selesaikan dengan menggunakan bantuan komputer dengan cepat dan otomatis.

    c. Assessing and Handling Information. Dengan komputer yang berhubungan dengan

    internet, kita dapat dengan mudah memperoleh dan mengirimkan informasi dengan

    mudah dan cepat. Melalui jaringan internet, kita dapat memiliki website yang

    5

  • menjangkau ujung dunia manapun. Masih banyak lagi manfaat yang bisa kita ambil

    dari pengunaan ICT dalam proses pembelajaran di sekolah.

    2. Stategi Pembelajaran

    Gaya pembelajaran merujuk kepada ciri istimewa kepunyaan seseorang siswa untuk

    memperlihatkan, interaksi, dan memberikan umpan balik dalam suasana pembelajaran atau

    pada proses belajar mengajar (Keefe, 1979). Seseorang pelajar mulai sejak kecil gaya

    belajarnya sudah dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti sosial-ekonomi dan budaya keluarga,

    emosi, dan alam disekitarnya. Atas perbedaan-perbedaan tersebut, maka gaya pembelajaran

    seorang siswa mungkin berbeda dari gaya pembelajaran siswa lain. Hasil pengamatan

    menunjukkan bahwa terdapat siswa yang lebih cenderung kepada pembelajaran melalui

    penglihatan dan pendengaran, terdapat pula juga siswa lebih leluasa dengan pembelajaran

    melalui bahan manipulatif atau reflektif, ada juga siswa yang suka belajar dalam suasana

    kelompok dan ada pula siswa yang lebih enak dilaksanakan dengan secara perorangan atau

    sendirian (Felder, 1996).

    Walaupun seorang siswa dikatakan bertanggungjawab terhadap pembelajarannya

    sendiri, tetapi guru memegang peranan yang sangat penting sebagai motivator dan pemudah

    cara melalui berbagai strategi pengajaran yang digunakan. Hasil yang didapat berbagai gaya

    pembelajaran seorang siswa dan beberapa strategi pengajaran yang diberikan guru kadang-

    kadang tidak sinkron/yang diharapkan siswa sehingga menyebabkan seorang siswa menjadi

    bosan dan tidak memperhatikan dalam proses pengajaran dan menyebabkab prestasi yang

    diharapkan tidak dapat tercapai. Sebaliknya, guru yang berhadapan dengan siswa yang tidak

    berminat dalam pembelajaran menyebabkan seorang guru akan kehilangan langkah dalam

    menyampaikan materi pelajaran. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, guru harus

    mengenal dengan pasti dan memahami gaya pembelajaran siswar supaya strategi pengajaran

    yang sesuai dapat digunakan dan memenuhi kehendak siswa dalam proses pembelajaran.

    3. Penggunaan Multimedia dalam Proses Pembelajaran

    Hampir tidak ada pendapat yang menyatakan ICT berdampak negatif dalam proses

    pembelajaran, ICT telah membuka era baru bagi proses belajar mengajar yang melibatkan

    guru dan siswa, bukan hanya saja ICT bermanfaat langsung bagi peningkatan mutu siswa itu

    sendiri tetapi manajemen pendidikan, biaya pendidikan, sumber pendidikan semuanya

    berubah karena penggunaan dan keberadaan ICT.

    6

  • Pendapat para ahli psikologi kognitif, seseorang siswa akan ingat 10% dari apa yang

    dia baca, 20% dari pada apa yang didengar, 30% apa yang dilihat, 50% dari apa yang dilihat

    dan didengar, 70% apa yang ia suarakan sendiri dan 90% apa yang ia lakukan sendiri (Rief,

    1993).

    Multimedia merupakan satu gabungan teks, grafik, audio, video, dan animasi. Dengan

    gabungan elemen-elemen ini dalam suatu pengajaran yang dikemas dalam bahan ajar

    interaktif berbantuan komputer ini (multimedia) , seorang guru boleh mewujudkan satu

    suasana pembelajaran yang penuh dengan persembahan audio visual yang dapat menarik

    minat pelajar serta memberikan rangsangan kepada siswa dalam memahami materi pelajaran

    juga dapat memenuhi kebutuhan berbagai gaya pembelajaran yang dibutuhkan siswa.

    Multimedia interaktif juga dapat memberikan pembelajaran kooperatif dan interaktif

    sesama pelajar (seorang siswa lebih suka belajar dari teman sebayanya). Dengan kehadiran

    multimedia ini seorang siswa berpeluang membentuk kumpulan kecil dan berdiskusi untuk

    memahami suatu masalah/topik, menyelesaiakan masalah dan membuat keputusan dan

    meghasilkan proyek multimedia bersama yang nantinya sepenuhnya akan digunakan dalam

    proses pembelajaran tersebut, Menurut konstruktivisme, siswa adalah bertanggungjawab atas

    pembelajarannya sendiri. Pelajar membina pengetahuan sendiri berdasarkan pengalaman yang

    diperoleh dari alam sekitarnya (Scott, 1987).

    Beberapa masalah akan muncul sebagai akibat dari diterapkannya teknologi ini dalam

    latar pendidikan.

    1. Berkaitan dengan orientasi filosofis.

    Kaum obyektivis menilai desain multimedia sebagai sesuau yang sangat riil yang

    dapat membantu pendidikan siswa menuju kepada tujuan yang diharapkan (Jonassen,

    1991). Materi yang berwujud pengetahuan atau ketrampilan yang hendak dicapai oleh

    siswa harus dirancang secara jadi oleh pengembang instruksional dan dikemas dalam

    tenologi multimedia ini.

    Kaum konstruktivis berpendapat sebaliknya, bahwa pengetahuan hendaknya dibentuk

    oleh siswa sendiri berdasarkan penafsirannya terhadap pengalaman dan gejala hidup

    yang dialami (Merril, 1991). Berdasarkan pandangan ini maka pelajar bersifat aktif,

    kolaboratif dan terkondisi dalam konteks dunia yang riil.

    2. Berhubungan dengan lingkungan pelajar.

    7

  • Lingkungan belajar multimedia interaktif dapat dikatagorikan tiga jenis yakni

    lingkungan prespektif, demokratis dan sibernetik.

    Lingkungan prespektif menekankan bahwa prestasi belajar merupakan pencapaian

    dari tujuan-tujuan belajar yang ditetapkan secara eksternal. Interaksi belajar terjadi

    antara siswa dengan bahan-bahan belajar yang sudah tersedia dan belajar merupakan

    suatu kejadian yang bersifat prosedural.

    Lingkungan belajar demokratis menekankan kontrol proaktif siswa atas proses

    belajarnya sendiri, yang mencakup penetapan tujuan belajar sendiri, kontrol siswa

    terhadap urutan-urutan pembelajaran, hakekat pengalaman dan kedalaman materi

    belajar yang dicarinya.

    Lingkungan belajar sibernetik menekankan saling ketergantungan antara sistem

    belajar dan siswa.

    3. Berhubungan dengan desain instruksional.

    Pada umumnya desain pembelajaran multimedia dibuat berdasarkan besar kecilnya

    kontrol siswa atas pembelajarannya. Sebagian peneliti mengatakan bahwa siswa bisa

    diberdayakan melalui kontrol yang lebih besar atas belajarnya tetapi siswa bisa juga

    dihambar melalui kontrol atas belajarnya.

    4. Berhubungan dengan umpan balik.

    Sifat dari umpan balik pembelajaran multimedia sangat bervariasi tergantung pada

    lingkungan di mana multimedia itu digunakan. Dalam lingkungan belajar preskriptif,

    umpan balik sering mengambil bentuk korektif dan deteksi terhadap kesalahan yang

    dibuat. Dalam lingkungan belajar demokratis, umpan balik sering mengambil bentuk

    nasehat atau anjuran, yakni sekedar pemberitahuan kepada siswa tentang akibat-akibat

    yang muncul dari suatu pilihan tertentu atau juga berisi rekomendasi. Dalam

    lingkungan sibernetik, umpan balik merupakan suatu negoisasi atau perundingan.

    Siswa menetapkan arah atau petunjuk sendiri dan membuat pilihan sendiri dan sistem

    belajar akan berusaha mempelajari pola-pola yang muncul sehubungan dengan

    kebutuhan siswa itu dan memberikan respon terhadap siswa dengan menyediakan

    tantangan-tantangan baru.

    5. Sifat sosial dari jenis pembelajaran.

    8

  • Banyak kritik telah dilontarkan terhadap pembelajaran multimedia sebagai

    pembelajaran yang bersifat isolatif sehingga bertentangan dengan tujuan sosial dari

    sekolah. Siswa seolah-olah dikondisikan untuk menjadi individualis-individualis dan

    kontaks sosial dengan teman-teman menjadi sesuatu yang asing.

    Itulah beberapa masalah yag perlu diperhatikan sebelum memutuskan untuk menggunakan

    teknologi multimedia dalam kegiatan pembelajarannya. Salah satu usaha yang harus

    dikembangkan untuk mengantisipasi sejumlah masalah diatas maka akhir-akhir ini perhatikan

    pendidik mulai diarahkan kepada belajar kooperatif dalam pembelajaran multimedia,

    memperluas pendekatan belajar kooperatif ini dalam lingkungan belajar yang berbasis

    komputer.

    Beberapa keuntungan penerapan belajar kooperatif dalam pembelajaran multimedia

    antara lain : 1) adanya ketergantungan dan tanggungjawab dari setiap kelompok. 2) Adanya

    interakti yang proaktif dimana usaha seseorang individu akan mendukung usaha anggota

    kelompok lainnya. 3) Kesempatan latihan untuk bekerjasama. 4) Pengembangan dan

    pemeliharaaan kelompok (Marsel Ruben Payong, Sinar Harapan 2001).

    Dalam membuat bahan ajar berbantuan komputer (multimedia) perlu diperhatikan

    beberapa trik sehingga multimedia yang dihasilkan akan menarik dilihat dari segi aspek

    pembelajarannya.

    1. Optimalkan Komponen Pemicu (Triger)

    Komponen pemicu dalam multimedia pembelajaran meliputi judul, tujuan

    pembelajaran dan appersepsi yang menarik dan menantang.

    Judul, merupakan titik awal sebagai penarik perhatian pengguna. Judul jangan

    mempergunakan kalimat yang kaku, namun judul hendaknya dibuat dengan kalimat

    yang lebih menantang dan menarik.

    2. Modifikasi Tujuan Pembelajaran

    Tujuan pembelajaran jangan hanya terpaku dengan rumusan kompetensi dasar atau

    indikator yang telah ada dalam kurikulum. Redaksi tujuan pembelajaran yang ada

    pada kompetensi dasar atau indikator dapat dibuat yang lebih kreatif dan dapat

    dikembangkan/diperluas dengan kalimat yang jelas, realistis, dan dapat diukur.

    Pengguna (siswa) perlu diberitahu manfaat yang akan diperoleh setelah belajar

    menggunakan multimedia pembelajaran. Menurut de Porter dkk, menggunakan

    9

  • istilah AMBAK (Apa Manfaatnya BAgiKu ?).Dengan rumusan dengan jelas siswa

    tahu kemana arah saat menggunakan media tersebut.

    3. Berikan Appersepsi yang Kontekstual

    dePorter dkk dalam buku Quantum Teaching memfungsikan apersepsi untuk

    membawa dunia mereka kedunia kita. Yaitu mengaitkan apa yang telah diketahui

    atau dialami pengguna dengan apa yang akan dipelajari dalam multimedia

    pembelajaran. Kontekstualitas dalam apersepsi menjadi penting, karena kita mencoba

    menarik mereka ke dunia yang kita ciptakan dalam media, melalui hal-hal yang

    dianggap paling akrab dengan pengguna. Dengan menyatukan kedua dunia ini, maka

    pengguna merasa diajak berkomunikasi dengan media kita.

    B. Kerangka Berpikir

    Pembelajaran akan menarik dan dapat diterima siswa apabila pembelajaran itu

    disampaikan sesuai dengan kehendak dan kemauan siswa, manakala siswa sudah tidak

    tertarik dengan gaya pembelaaran oleh seorang guru maka pembelajaran mustahil akan

    berhasil sesuai dengan yang diharapkan.

    Gaya pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa pada umumnya diberikan seorang

    guru tanpa mempertimbangkan kondisi dan perhatian siswa saat menerima pembelajaran,

    tetapi hanya berpedoman pada materi yang akan disampaikan saja.

    Sementara pada mata pelajaran IPA tidak semua materi bisa disampaikan melalui

    pratikum/kinerja ilmiah, hal itu disebabkan mungkin karena tidak tersedianya laboratorium

    yang dengan peralatan yang lengkap atau memang topik/materi menghendaki demikian.

    Apabila kondisi sudah demikian salah satu alternatif seorang guru menyampaikan materi

    pelajarannya dengan bantuan media charta sebagai alat bantu, karena charta adalah media

    yang paling murah , mudah didapat dan dibuat. Namun media charta ini kurang mendapat

    perhatian dan simpati bila dipergunakan untuk media bagi seorang guru menjelaskan suatu

    topik, membosankan dan monoton.

    Berdasarkan permasalahan di lapangan yang demikian dan kajian teori diatas, untuk

    menciptakan gaya pembelajaran yang menarik dan mendapat perhatian dari siswa dapat

    dikemukakan pola pembelajaran dengan bantuan komputer yaitu multimedia sebagai

    pengganti media charta pada topik/materi pelajaran non-eksperimen pada mata pelajaran IPA

    di sekolah.

    10

  • Mengapa harus multimedia ? banyak pakar berpendapat bahwa multimedia (ICT)

    adalah media yang bisa diterapkan pada dunia pendidikan sebagai media pembelajaran

    terhadap jawaban tantangan di era globalisasi sekarang ini, disamping menarik, dan tidak

    membosankan. Penggunaan ICT (multimedia) sangat mempengaruhi berbagai aspek

    pengelolaan pendidikan diantaranya adalah sebagai berikut : Apa yang dipelajari (what is

    learned), bagaimana suatu obyek dipelajari ( How it is learned), kapan dan dimana proses

    belajar mengajar terjadi, dan siapa yang belajar dan siapa yang mengajar (who is learning and

    who is teaching).

    C. Hipotesis Tindakan

    Berdasar kerangka berfikir diatas dapat dikemukakan suatu hipotesis tindakan

    sebagai berikut : Pembelajaran menggunakan multimedia dapat meningkatkan pemahaman

    konsep siswa, motivasi belajar dan prestasi siswa,

    PELAKSANAAN PENELITIAN

    A. Setting dan Subyek Penelitian

    Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di SMP Negeri 1 Rembang dengan sasaran

    adalah siswa kelas VIII A Tahun pelajaran 2007/2008 dengan jumlah siswa 40 siswa.

    Penelitian ini dilaksanakan pada awal semester ganjil dengan mengambil materi pada

    Standar Komptensi 1. Memahami Berbagai System dalam Kehidupan Manusia.

    B. Sumber data

    Sumber data dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sumber data

    sekunder. Data primer adalah diambil dari hasil tes yang selesaikan dikerjakan siswa khusus

    aspek pemahaman konsep, sedangkan data sekunder diperoleh dari data observasi saat

    pembelajaran berlangsung.

    C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan

    teknik tes dan non tes. Teknik tes digunakan guru untuk mengukur sejauh mana pemahaman

    konsep siswa terhadap materi yang diberikan berbentuk tes tertulis jenis pilihan ganda dengan

    4 (empat) option yang dilaksanakan pada akhir siklus, sedangkan teknik non tes berupa

    lembar observasi yang berisi tentang catatan-catatan siswa pada proses pembelajaran

    11

  • berlangsung saat menggunakan alat bantu multimedia. Alat ukur ini digunakan untuk

    mengetahui motivasi siswa dan meningkatkan dalam mengikuti proses pembelajaran dengan

    menggunakan alat bantu multimedia.

    D. Analisa Data

    Teknik analisa data yang peneliti gunakan adalah menggunakan analisis deskripsi

    komparatif (Analisis Kuantitatif) yaitu dengan cara membandingkan hasil tes pada saat

    kondisi awal, nilai tes setelah siklus I dan nilai tes setelah siklus II.

    Data kualitatif yang diperoleh dari non tes menggunakan analisis deskripsi kualitatif

    berdasarkan hasil observasi refleksi tiap siklus. Data ini diperoleh dari sumber data berupa

    catatan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran berlangsung yang meliputi : minat siswa,

    keaktifan siswa, kekompakan kelompok, ketertarikan media yang digunakan dan ketercapaian

    tujuan kemudian disimpulkan yang nantinya untuk menentukan langkah perbaikan

    pembelajaran berikutnya.

    E. Indikator Kinerja

    Indikator keberhasilan kinerja dalam penelitian ini adalah adalah : (1) Adanya

    peningkatan nilai rata-rata ulangan harian yang diperoleh pada aspek pemahaman konsep

    mata pelajaran IPA, yaitu sekurang-kurang sama dengan nilai KKM yang telah ditentukan

    6,50. (2) Adanya peningkatan motivasi belajar siswa melalui peran aktif siswa dalam

    pembelajaran melalui media yang digunakan.

    F. Prosedur Penelitian.

    Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dengan dua (2) siklus (Kemmis

    dan Mc. Taggart, 1997). Sebelum memulai dengan siklus pertama diawali dengan (a) refleksi

    awal untuk melakukan penyidikan dalam upaya menetapkan topik area (thematic concern)

    yang akan diteliti, kemudian dilanjutkan dengan (b) perencanaan secara keseluruhan, (c)

    implementasi tindakan dan observasi dan (d) refleksi). Memasuki siklus berikutnya dimulai

    dengan (a) tahap perencanaan lanjut sebagai revisi atas perencanaan yang disusun

    sebelumnya dengan memanfaatkan hasil refleksi, (b) pelaksanaan dan observasi lanjut, dan

    (c) refleksi lanjut.

    Jika dibuatkan diagramnya, Tahapan PTK adalah sebagai berikut.

    12

  • Refleksi

    Observasi

    Tindakan

    Tahapan PTK

    Secara lebih rinci prosedur Penelitian Tindakan Kelas dijabarkan sebagai berikut :

    1. Refleksi Awal, menentukan topik tindakan yang yaitu menentukan alat/media bantu

    yang menarik pada proses pembelajaran untuk memotivasi belajar siswa, hal ini

    didasarkan dari hasil refleksi pembelajaran sebelumnya (perlakuan pembelajaran

    sebelumnya).

    2. Siklus I

    a. Perencanaan (planning)

    1) Membuat Rencana Pelajaran (RP)

    2) Menentukan alat bantu/media pembelajaran yang menarik bagi siswa,

    yaitu bahan ajar berbantuan komputer (multimedia)

    3) Menentukan/membuat skenario pembelajaran dengan media

    multimedia.

    4) Membuat lembar observasi untuk melihat kondisi dan motivasi siswa

    dalam proses pembelajaran berlangsung.

    5) Menyusun alat evaluasi akhir pembelajaran (akhir siklus I)

    b. Implementasi Tindakan dan Observasi (Do)

    Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai skenario yang sudah

    direncanakan yang tertuang pada RPP dan LKS siswa. Kemudian pada tahap

    selanjutnya pada saat proses pembelajaran berlangsung dilaksanakan

    13

    Refleksi

    Observasi

    Tindakan

    Rencana

    RencanaYang

    direvisi

  • observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan lembar observasi yang telah

    dibuat.

    c. Refleksi (See)

    Hasil proses pembelajaran dan hasil observasi yang sudah dibuat serta

    dianalisis. Hasil observasi selanjutnya digunakan merefleksi diri apakah

    kegiatan pembelajaran tersebut dapat meningkatkan aspek pemahaman konsep

    siswa dalam penguasaan materi (dengan melihat nilai hasil tes pemahaman

    konsep ) yang telah disampaikan dan dapat memotivasi dan meningkatkan

    prestasi belajar siswa. Kemudian hasil data yang dihasilkan dapat untuk

    menentukan tindakan pada tahap/siklus selanjutnya.

    3. Siklus II

    Kegiatan pada siklus II proses pembelajarannya hampir sama dengan siklus I, hanya

    materinya yang berbeda ( System Pernapasan pada Manusia) dan penggunaan

    multimedia interaktif dengan teknik yang berbeda. Pebedaan perlakuan antara lain :

    a. Pada siklus I penggunaaan multimedia dilakukan secara demonstrasi belum

    sepenuhnya melibatkan siswa dan pada siklus II penggunaan multimedia

    interaktif dengan cara melibatkan keaktifan siswa secara kelompok dan

    ditambah dengan bebarapa perubahan perlakuan dalam proses pembejarannya

    sebagai hasil temuan dari tindakan pada siklus sebelumnya.

    b. Multimedia interaktif yang digunakan dibuat dan dirancang sendiri oleh guru

    dengan penyajian yang melibatkan keaktifan siswa, menyesuaikan kondisi

    siswa yang sifatnya adalah perbaikan proses pembelajaran sebelumnya

    dengan mengoptimalkan media multimedia yang digunakan dan

    mengoptimalkan peran serta siswa sehingga siswa semakin termotivasi dalam

    meningkatkan proses belajar baik yang dilaksanakan di kelas maupun semakin

    termotivasinya belajar di rumahnya.

    c. Diberikan tugas dengan memanfaatkan pembelajaran berbasis komputer

    (internet).

    14

  • HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Kondisi Awal

    Pada pertemuan sebelumya dalam penyampaian proses pembelajaran materi Sistem

    Gerak pada Manusia kegiatan non-eksperimen, alat bantu yang digunakan adalah model

    rangka manusia (torso) dan charta rangka manusia. Pembelajaran dilaksanakan selama 4 jam

    pelajaran dengan 2 kali tatap muka, setiap tatap muka alokasi waktunya 2 jam pelajaran

    selama 80 menit Hasil yang didapat setelah akhir pembelajaran diadakan tes pemahaman

    konsep secara keseluruhan hasilnya belum baik ( 72.5 % anak dibawah KKM yang telah

    ditetapkan ), hal itu disebabkan kurangnya perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran karena

    monoton, dan proses pembelajaran kurang menarik sehingga kurang memotivasi siswa.

    B. Deskripsi Siklus I

    1. Perencanaan Tindakan

    Rencana tindakan pada siklus I dilaksanakan selama 4 jam pelajaran dengan

    2 kali tatap muka, masing-masing setiap tatap muka selama 2 jam pelajaran selama 80

    menit, dengan materi yang disampaikan adalah Sistem Percernaan pada Manusia

    Rencana pelaksanaannya dibagi menjadi tiga bagian yaitu : (1). Tahap Perencanaan,

    (2) Tahap Implementasi dan Observasi dan, (3). Tahap Refleksi. Proses pembelajaran

    secara rinci telah tercantum dalam RPP yang telah disusun. (RPP terlampir)

    2. Pelaksanaan Tindakan

    Pelaksanaan tindakan pada siklus I adalah realisasi dari perencanaan yang

    telah dibuat sesuai skenario pembelajaran yang telah disusun dalam RPP, yang

    meliputi apersepsi, motovasi, kegiatan inti pembelajaran (Implementasi tindakan dan

    Observasi)., dan penutup Selama proses pembelajaran berlangsung diadakan penilaian

    proses pembelajaran dengan alat lembar observasi (penilaian no-tes). Lembar

    observasi ini selanjutnya dipergunakan untuk evaluasi selama pembelajaran dan

    dipergunakan untuk menentukan langkah siklus berikutnya. Pada akhir sklus diadakan

    tes tertulis untuk mengukur aspek pemahaman konsep materi yang telah diberikan.

    15

  • C. Deskripsi Siklus II

    1. Perencanaan Tindakan

    Rencana tindakan pada siklus II adalah merupakan hasil refleksi tindakan

    pada siklus I , dilaksanakan selama 4 jam pelajaran dengan 2 kali tatap muka, masing-

    masing setiap tatap muka selama 2 jam pelajaran selama 80 menit, dengan materi

    yang disampaikan adalah Sistem Pernapasan pada Manusia dengan multimedia

    interaktif dengan tambahan tugas rumah berbasis internet. Rencana pelaksanaannya

    hampir sama dengan silus I yaitu dibagi menjadi tiga bagian yaitu : (1). Tahap

    Perencanaan, (2) Tahap Implementasi dan Observasi dan, (3). Tahap Refleksi. Proses

    pembelajaran secara rinci telah tercantum dalam RPP.

    2. Pelaksanaan Tindakan

    Pelaksanaan tindakan pada siklus II adalah realisasi dari hasil refleksi pada

    siklus I, perencanaan yang telah dibuat sesuai skenario pembelajaran yang telah

    disusun dalam RPP, yang meliputi apersepsi, motovasi, kegiatan inti pembelajaran

    (Implementasi tindakan dan Observasi), dan penutup, pada siklus ini multimedia yang

    digunakan adalah multimedia interaktif yang disusun/dibuat oleh guru sendiri yang

    merupakan bahan ajar interaktif berbantuan komputer. Seperti pada siklus sebelumnya

    selama proses pembelajaran berlangsung diadakan penilaian proses pembelajaran

    dengan alat lembar observasi (penilaian non-tes). Lembar observasi ini selanjutnya

    dipergunakan untuk evaluasi perkembangan siswa dalam mengikuti proses

    pembelajaran berlangsung.. Pada akhir siklus diadakan tes tertulis untuk mengukur

    aspek pemahaman konsep materi yang telah diberikan dan diberikan tugas tambahan

    mengenai materi sebelumnya dengan cara memaanfaatkan media internet (penugasan

    pembelajaran berbasis internet).

    D. Pembahasan Tiap Siklus

    1. Nilai Tes (Analisis Kuantitatif)

    Pada pembelajaran selanjutnya kegiatan pembelajaran non-eksperimen pada materi

    Sistem dalam Kehidupan Manusia dengan perlakuan alat Bantu charta/torso pada sebelum

    perlakuan penelitian, media multimedia pada siklus I, dan multimedia interaktif pada siklus

    II, hasil tes pemahaman konsep dapat dilihat pada tabel berikut :

    16

  • Tabel 1. Hasil tes Pemahaman Konsep sebelum Tindakan

    Interval Frekuensi Prosentase

    45 49 1 2.5 %50 54 7 17.5 %55 59 6 15 %60 - 64 15 37.5 %65 69 5 12.5 %70 74 4 10 %75 79 2 5 %

    Berdasarkan tabel diatas didapat bahwa siswa memperoleh nilai interval 65 79

    sebanyak 11 siswa ( 27.50 %), sedangkan siswa lain sebanyak 29 siswa (72.5 %)

    memperoleh nilai dibawah 65 (dibawah standar KKM yang telah ditentukan). Dengan

    demikian bahwa hasil pembelajaran aspek pemahaman konsep masih banyak siswa

    yang belum tuntas

    Tabel 2. Hasil tes Pemahaman Konsep Siklus I

    Interval Frekuensi Prosentase

    50 54 4 10 %55 59 1 2.5 %60 - 64 9 22.5 %65 69 6 15 %70 74 13 32.5 %75 79 2 5 %80 84 3 7.5 %85 89 2 5 %

    Berdasarkan tabel diatas siswa yang memperoleh nilai diatas KKM sebanyak 26

    siswa yaitu 65 %, sedangkan sebanyak 14 siswa ( 35 %) mendapat nilai dibawah

    kkM. Dengan demikian secara klasikal pembelajaran aspek pemahaman konsep pada

    siklus I belum tuntas, walaupun sudah ada peningkatan sebesar 37.5 % dari

    sebelumnya.

    Tabel 3. Hasil tes Pemahaman Konsep Siklus II

    17

  • Interval Frekuensi Prosentase

    55 59 1 2.5 %60 64 7 17.5 %65 - 69 5 12.5 %70 74 16 40 %75 79 6 15 %80 84 2 5 %85 89 2 5 %90 94 1 2.5 %

    Pada akhir perlakuan siklus II sebanyak 32 siswa yaitu sebesar 80 % sudah mencapai

    nilai pemahaman konsep sama atau diatas KKM yang telah ditentukan (KKM = 65).

    Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada perlakuan pembelajaran di akhir siklus II sudah

    mengalami peningkatan yang berarti bila dibandingkan perlakuan pembelajaran

    sebelumnya.

    2. Analisis Kualitatif (non-tes)

    Hasil catatan lembar observasi yang telah dilakukan pada saat siswa melakukan

    kegiatan pembelajaran dapat disimpulkan sebagai berikut :

    a. Sebelum siklus

    1) Pada saat pembelajaran dengan menggunakan media torso (model rangka

    manusia) dan charta siswa kurang begitu antusias (memperhatikan).

    2) Pertanyaan yang diajukan siswa masing kurang, hal itu dikarenakan siswa masih

    berpusat pada guru.

    3) Diskusi kelompok (kerjasama antar siswa) belum terlihat, LKS masih dikerjakan

    secara individu.

    4) Penggunaan media kurang menarik siswa (bersifat monoton)

    5) Metode yang diterapkan guru belum sesusi dengan keinginan siswa

    6) Tujuan pembelajaran belum tercapai.

    b. Siklus I

    1) Pada saat pembelajaran dengan menggunakan multimedia satu arah , siswa mulai

    ada perhatiaan dalam proses pembelajarannya

    18

  • 2) Pertanyaan yang diajukan siswa frekuensinya sudah mulai meningkat, begitu juga

    siswa sudah mulai menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

    3) Diskusi kelompok (kerjasama antar siswa) sudah mulai terlihat , ada beberapa

    siswa yang menjawab LKS masih mencontek teman sesama anggotanya.

    4) Penggunaan media menarik siswa, walaupun masih sederhana.

    5) Metode yang diterapkan guru, siswa sudah bisa menyesuaikan.

    6) Tujuan pembelajaran sudah mulai ada peningkatan.

    c. Siklus II

    1) Pada saat pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif , siswa mulai

    antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.

    2) Pertanyaan yang diajukan siswa frekuensinya sudah mulai meningkat, begitu juga

    siswa sudah mulai menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru.

    3) Diskusi kelompok sudah tampak, terlihat dalam menjawab LKS sudah ada

    kerjasama antara siswa satu dengan siswa lain dalam satu kelompok.

    4) Siswa merasa senang dalam mengikuti pelajaran

    5) Penggunaan multimedia interaktif menjadi daya tarik siswa tersendiri, hal itu

    terlihat ada beberapa siswa yang berkeinginan mengcopy CD multimedia

    interaktif.

    6) Metode yang diterapkan guru, siswa sudah bisa menyesuaikan.

    7) Tujuan pembelajaran sudah tercapai sesuai dengan perencanaan

    E. Pembahasan dan Hasil Penelitian

    Secara keseluruhan hasil nilai tiap siklus dapat dirangkum pada tabel berikut ini :

    Tabel 4. Hasil nilai tes tiap siklus

    Nilai

    Pada

    Nilai

    Terendah

    Nilai

    Tertinggi

    Nilai

    rata-rataSebelum Tindakan 45 75 59.5Siklus I 50 85 66.4Siklus II 55 90 69.8

    Hasil tes pemahaman konsep pada awal perlakuan nilai rata-rata yang didapat 59,5

    dengan nilai tertinggi 75, nilai terendah 45 dengan ketuntasan 27,5 % (mencapai nilai lebih

    dari atau sama dengan 65), dan yang belum tuntas sebesar 72.5 % sehingga secara klasikal

    19

  • belum memenuhi ketuntasan yang telah ditetapkan. Pada siklus I diperoleh nilai terendah 50,

    nilai tertingi 85 dengan rata-rata kelas 66.4, ketuntasan 62.5 % dan yang tidak tuntas 33.6 %,

    walaupun pada siklus I belum memenuhi ketuntasan klasikal yang telah ditentukan akan

    tetapi sudah ada kenaikan perolehan nilai, hal ini pemahaman konsep siswa terhadap materi

    pelajaran mengalami peningkatan. Pada akhir siklus II diperoleh nilai terendah 55, nilai

    tertinggi 90 dengan nilai rata-rata kelas 69.8, ketuntasan klasikal 80 % (32 anak) dan yang

    belum tuntas 20 % (8 anak). .Secara klasikal perolehan nilai pada pemahaman konsep sudah

    mencapai kriteria yang telah ditetapkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

    dengan bantuan media multimedia dapat dipergunakan untuk meningkatkan pemahaman

    konsep siswa (Analisis Kuantitatif). Hasil analisis kualitatif yang didapat dari hasil lembar

    observasi (penilaian non-tes) dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan multimedia

    dapat memotivasi dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian Penelitian

    Tindakan Kelas yang dilaksanakan sudah bisa meningkatkan aspek pemahaman konsep

    materi pelajaran sesuai dengan yang diharapkan dan dapat memotivasi belajar siswa sehingga

    prestasi siswa dapat meningkat.

    PENUTUP

    A. Simpulan

    Dari hasil penelitian yang sudah dilaksanakan dan pembahasan dalam penelitian ini

    dapat diambil simpulan sebagai berikut :

    1. Pembelajaran menggunakan multimedia pada kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan

    aspek pemahaman konsep siswa khususnya mata pelajaran IPA pada materi Sistem dalam

    Kehidupan Manusia.

    2. Pembelajaran menggunakan multimedia interaktif dapat memotivasi proses pembelajaran

    sehingga siswa lebih dapat berkonsentrasi dan perhatian dalam mengikuti pelajaran,

    karena penggunaan media yang menarik.

    B. Saran

    1. Diharapkan hadirnya teknologi komputer di dunia pendidikan dapat membuka wawasan

    baru bagi guru untuk mengembangkan kemampuannya dalam menyampaikan

    20

  • pembelajaran di dalam kelas dengan memanfaatkan multimedia yang sesuai dengan

    pembelajaran yang menjadi harapan dan keinginan siswa

    2. Multimedia tidak hanya bisa diterapkan pada mata pelajaran IPA saja, namun multimedia

    bisa diterapkan pada semua mata pelajaran lain, baik pembelajaran yang dilaksanakan non

    eksperimen maupun sebagai media pembantu dalam pembelajaran eksperimen/kinerja.

    DAFTAR PUSTAKA

    Giam kah How, Jabatan Sains dan Matematik MPSK, 1999/2000, Gaya Pembelajaran Multimedia dalam Pengajaran dan Pembelajaran, Jurnal Pendidikan TIGAENF.

    Indra Djati Sidi, Makalah Implementasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Pembelajaran.

    Kusrianto, Adi, 2006, Macromedia Flash Profesional 8, Jakarta : PT Elex Media Komputindo

    Lilik Gani HA, M.Sc.,Ph.D, makalah Seminar Strategi Pengembangan ICT untuk Pembelajaran, Departemen Pendidikan Nasional.

    Marsel Ruben Payong, 2001, Beberapa Masalah dalam Pembelajaran Multimedia, Sinar Harapan.

    Permana, Budi, 1999, Microsoft PowerPoint 2000, Jakarta : PT Elex Media Komputindo

    Ramadhan, Arif, 2004, Internet dan Aplikasinya, Jakarta : PT Elex Media Komputindo

    Suparlan, Artikel Penggunaan ICT dalam Proses Pembelajaran di Sekolah Website: www.suparlan.com

    Tim Pelatih Proyek PGSM Propinsi Jawa Tengah, 1999/2000, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kanwil Depdikbud Propinsi Jawa Tengah Proyek Perluasan SLTP Propinsi jawa Tengah

    Tim IPA,2007, IPA Terpadu 2A, Yudhistira

    Usman, Moh, Uzer, 1990, Menjadi Guru Profesional, Bandung : Remaja Rosdakarya

    ------------------------, 2006, Kumpulan Makalah Pelatihan Lesson Study Bagi Guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP Seluruh Indonesia , Direktorat Pembinaan dan Pelatihan, Dirjen PMPTK Depdiknas dengan FMIPA UNY.

    -----------------------, Komputer sebagai Media Pembelajaran, http://kurteks.upi.edu/media/berbasis 20%komputer.htm

    21

  • ---------------------, Pembelajaran, http://id/wikipedia.org/wiki/pembelajaran.

    BIODATA PENULIS

    Edy Sri Irianto, S.Pd. lahir di Jepara, 13 Pebruari 1964. Menyelesaikan Pendidikan

    DIII Jurusan Teknik Bangunan FPTK-IKIP Semarang (Sekarang UNNES) 1987, mengambil S1

    Jurusan Pendidikan Biologi di IKIP PGRI Tuban lulus tahun 2002.

    Tahun 1988-1989 pernah menjadi guru tidak tetap di SMP Mataram Semarang, tahun

    1989 2006 menjadi PNS di SMP Negeri 4 Rembang. Kemudian tahun 2007 sampai sekarang

    aktif mengajar di SMP Negeri 1 Rembang. Mulai tahun 2000 menjadi sekretaris MGMP IPA

    SMP Kabupaten Rembang sampai sekarang, Juara I Lomba PTK jenjang SMP FIG Kabupaten

    Rembang Tahun 2008.

    22