Centre of Industry, Trade and INDEF
Transcript of Centre of Industry, Trade and INDEF
INDEF
Ahmad Heri FirdausCentre of Industry, Trade and Investment – INDEF
Outline
Mempertanyakan Penggunaan Diksi “BenciProduk Asing”
Kemampuan Produk Industri LokalMensubtitusi Produk Industri Impor
Daya Saing Produk Industri Indonesia DalamRantai Pasok Global
Mempertanyakan Penggunaan Diksi“Benci Produk Asing”
Beberapa Penggunaan Diksi Di Negara Lain▪ China: Made in China 2025
▪ Eropa secara umum: Factories of the future
▪ United States: Advanced Manufacturing Partnership
▪ Belanda: Smart Industry
▪ Spanyol: Industria Conectada 4.0
▪ Malaysia: Eleventh Malaysia Plan
▪ Inggris: Future of Manufacturing
▪ Jepang: Super Smart Society
▪ Kanada: Industrie 2030
▪ Singapura: Research, Innovation and Enterprise 2020 Plan
▪ India: Make in India
▪ Indonesia: “Benci Produk Asing” ??
Misalnya lebih baik menggunakan: “Made in Indonesia 2024”
INDEF
Penetrasi Impor Barang Konsumsi
-3.59
-14.14
13.56 14.62
21.64
-4.05
-21.38
-5.73
16.6521.54
-7.07
-15.58
-9.63
12.19
31.84
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
2014 2015 2016 2017 2018
Barang Konsumsi Baha Baku Barang Modal
E-Commerce Boom
Sumber: BPS, 2018
JIKA TIDAK MEMPERSIAPKAN DAYA SAING PRODUK LOKAL, MAKA
DIGITALISASI DI TENGAH LIBERALISASI MENYEBABKAN DEINDUSTRIALISASI DINIINDEF
Hipotesis Dampak Perdagangan Bebas terhadap Indonesia
IMPLIKASI KERJASAMA
PERDAGANGAN
Ancaman Defisitneraca
perdaganganIndonesia
Peluang positifpeningkatan
output, ekspordan Tenaga Kerja
Mayoritas industrimengalami
peningkatan impor(Indutri berbahan baku
impor meningkat )
Stagnasi industrimenjadi akar
permasalahan darimembanjirnya impor
Tidak cukup hanyamengandalkan
keunggulan komparatif(peningkatan R&D)
Trade Creation Effect, Peluang
Peningkatankesejahteraan
Negara Mitra lebihbesar dari Indonesia
INDEF
Tariff vs Non Tariff (NTMs)
INDEF Sumber: ERIA
Jumlah Klasifikasi Non Tarif Measures beberapa Negara
Neggara SPS TBT ADP CV SG SSG QR TRQ XS Total
Australia 500 220 78 11 178 2 6 995
China 1304 1414 125 7 1 42 10 2903
India 247 193 313 20 4 59 3 839
Indonesia 134 130 50 8 2 1 325
Japan 763 894 8 173 85 18 1941
Korea, Republic of 685 994 40 75 92 67 1953
Thailand 320 680 45 1 112 23 1181
Total Europe 1664 4659 319 24 7 388 88 681 214 8044
Brazil 1679 1142 164 3 1 16 3005
USA 3178 1829 417 149 2 496 59 52 13 6195
Sumber: ITIP WTO, 2020
Non Tarif Measures Meningkat Seiring dengan Liberalisasi Perdagangan
INDEF
Kemampuan Produk Industri LokalMensubtitusi Produk Industri Impor
INDEF
Utilisasi Industri Lokal Masih Rendah
Rendahnya utilisasidapat menyebabkanketidaksiapan produklokal dalammensubtitusi produkimpor
Daya Saing Produk Industri Indonesia Dalam Rantai Pasok Global
Ekspor Indonesia, Thailand dan Vietnam Berdasarkan Technology Group
• Berdasarkan Technology Group, pergeseran ekspormanufaktur Indonesia kearah produk-produkbernilai tambah tinggi(upgrading) berjalanlamban.
• Sehingga partisipasi RI dalam GVC di RCEP masihdidominasi oleh Low Technology Industriesseperti raw/auxiliary materials; raw materialsdari natural resources; danmasih labor-intensive.
Sumber: UNCTAD, 2020
20192018
2018
Sumber: UNCTAD, 2020INDEF
Posisi Indonesia dalam Global Value Chain
31.519.8
15.4
38.1
19.1 15.623.1 24.2
12.040.6
39.0
13.7
24.0 32.125.5 23.8
43.5
60.454.3
51.8
43.1
47.7 48.6 48
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
Indonesia Malaysia Thailand Rusia India China Negara Berkembang Negara Maju
Forward Participation Backward Participation Indeks PartisipasiSumber: WTO
Partisipasi Indonesia dalam GVC masih tergolong rendah dibandingkan ekonomi negara berkembang maupun yang sudah maju, yakni hanyasekitar 43.5%. Partisipasi Indonesia didominasi oleh forward participation sebesar 31.5% dan Backward Participation sebesar 12%(Backward Participation / nilai tambah ekspor Indonesia tersebut relatif kecil dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand)
Rendahnya tingkat partisipasi Indonesia dalam GVC disebabkan karena:• Indonesia masih berproduksi pada intermediate goods yang nantinya akan kembali dibeli setelah menjadi barang jadi.• Indonesia masih bergantung pada ekspor hasil komoditas SDA yang mana memberikan value added relatif rendah bagi Indonesia.
INDEF
Nilai Tambah Luar Negeri Dalam Ekspor Indonesia
Nilai tambah luar negeri dalam ekspor Indonesia sebesar 12%, tertinggal jauh dari negara tetangga kita seperti Singapura ( 41,7%), Thailand (39%)dan Malaysia (40,6%).
TANTANGAN Bagi Indonesia → Karena Nilai tambah luar negeri sangat dibutuhkan dalam memanfaatkan GVC untuk mengatasi dampakpertukaran mata uang dalam perdagangan
Indonesia (12%)
INDEF
Indonesia Masih Dalam Transisi Dari Komoditas KeLimited Manufacturing Dalam GVC
Sumber: World Development Report, 2019 15INDEF
Struktur Intermediate Ekspor dan ImporIndonesia dalam 3 Periode
• Struktur EksporIndonesia masihdidominasi produkprimer dan industry low tech
• Sementara imporIndonesia didominasiIndustri medium-high tech dan jasa
16Sumber: ADB, 2019
Hambatan Keterlibatan Industri Dalam JaringanProduksi Global
Tingkat suku bunga yang tinggi yang menyebabkan
ketidakmampuan industri terutama industri kecil dan
menengah (IKM) dalam mengakses pembiayaan → Pada
tahun 2016, rata- rata suku bunga pinjaman Indonesia
mencapai 11.8%, jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata suku
bunga pinjaman Malaysia (4.5%), Thailand (6.3%), Vietnam
(7.0%) dan Cina (4.4%)*
Sulitnya produk-produk dalam negeri dalam
memenuhi standar produk pasar internasional,
terutama produk UMKM dan IKM
Minimnya informasi terkait standar-standar khusus yang
harus dipenuhi industri dalam negeri untuk melakukan
ekspor di setiap negara berbeda
Pemanfaatan infrastruktur yang belum optimal menyebabkan
tingginya biaya produksi dan logistic cost →Indeks
infrastruktur Indonesia telah mengalaminperbaikan,
namun masih kalah dibanding pesaing utama di ASEAN
Birokrasi pengajuan izin melakukan usaha yang rumit
→ Pada tahun 2016,indeks kemudahan mendirikan usaha
Indonesia (76.43) lebih rendah dibandingkan Malaysia (83.67),
Cina (81.02), Thailand (87.01) dan Vietnam (81.76)**
*Sumber:CEIC**Sumber: WorldBank
Indonesia tidak fokus terhadap industri yang forward dan backward lingkages → Indonesia harus lebih fokus terhadap industri
yang forward dan backward lingkagesnya sudah tertata agar sumber daya tidak terbuang untuk membuat lingkage baru, Indonesia memiliki
peluang besar bidang perlengkapan elektronik, menufaktur kendaraan, dan pertanian.
INDEF
Urgensi Penguatan Produk IndustriLokal Bagi Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi Sangat DipengaruhiPertumbuhan Industri Pengolahan
Sumber: Badan Pusat Statistik (2019)
Pertumbuhan ekonomiIndonesia sangatdipengaruhi dan sejalandengan pertumbuhansektor industrimanufaktur.
Jika pertumbuhan industrimanufaktur melambat, maka berdampakterhadap perlambatanpertumbuhan ekonomidan sebaliknya.
19
4.86
5.695.97
7.51
5.865.27 5.15
4.05
2.56
5.12
7.466.98
5.45 5.615.05
4.424.84 4.73
4.34
3.64
4.504.78
5.03
5.69 5.50
6.3 6.1
4.5
6.1 6.17 6.035.56
5.02 4.88 5.03 5.07 5.175.02
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Pertumbuhan Industri Non Migas Pertumbuhan Ekonomi
INDEF
Saat Ini Investasi yang Masuk Belum Cukup Untuk Mendorong Pertumbuhan Industri
Sumber: BKPM, Okt 2020
INDEF
146.5151.6 155.3 159.4
165.8170.8
176.6 179.6185.3
176.3 173.8
185.9195.1
200.5205.7 208.3 210.7
191.9
209
4.68 4.62 4.47
3.28
4.83.93
5.5 5.16 5.084.27
5.02 4.73 4.83.98
4.683.94
2.01
-5.74
-2.5
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
0
50
100
150
200
250
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2016 2017 2018 2019 2020
Investasi (Rp Triliun) Pertumbuhan Industri (%)
Urgensi Penguatan Produk Dalam Negeri
• Memperkuat struktur industri dan Nilai tambah domestik
• Meningkatkan nilai tambah dan memperbesar peran dalamglobal supply chain
• Mampu mengoptimalkan penyerapan tenaga kerja
• Memberikan sumbangan yang lebih besar terhadappenerimaan negara
• Subtitusi impor dan pengembangan ekspor pada banyak negara terbukti mampu meningkatkan perolehan devisa yang lebihoptimal
INDEF
TERIMA KASIH
Ahmad Heri FirdausCentre for Industry, Trade and Investment