cemas

21
Kecemasan Pengertian dan Faktor Penyebabnya Kecemasan (Anxiety) sebetulnya merupakan reaksi normal terhadap situasi yang menekan. Namun dalam beberapa kasus, menjadi berlebihan dan dapat menyebabkan seseorang ketakutan yang tidak rasional terhadap sesuatu hal. Kecemasan berbeda dengan phobia (fobia), karena tidak spesifik untuk situasi tertentu. Kecemasan dapat menyerang siapa saja, setiap saat, dengan atau tanpa alasan apapun. Banyak pengertian/definisi yang dirumuskan oleh para ahli dalam merumuskan pengertian tentang kecemasan. Beberapa ahli yang mencoba untuk mengemukakan definisi kecemasan, antara lain : Maramis (1995) menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu ketegangan, rasa tidak aman, kekhawatiran, yang timbul karena dirasakan akan mengalami kejadian yang tidak menyenangkan. Lazarus (1991) menyatakan bahwa kecemasan adalah reaksi individu terhadap hal yang akan dihadapi. Kecemasan merupakan suatu perasaan yang menyakitkan, seperti kegelisahan, kebingungan, dan sebagainya, yang berhubungan dengan aspek subyektif emosi. Kecemasan merupakan gejala yang biasa pada saat ini, karena itu disepanjang perjalanan hidup manusia, mulai lahir sampai menjelang kematian, rasa cemas sering kali ada. Saranson dan Spielberger (dalam Darmawanti 1998) menyatakan bahwa kecemasan merupakan reaksi terhadap suatu pengalaman yang bagi individu dirasakan sebagai ancaman. Rasa cemas adalah perasaan tidak menentu, panik, takut, tanpa mengetahui apa yang ditakutkan dan tidak dapat menghilangkan perasaan gelisah dan rasa cemas tersebut. Tjakrawerdaya (1987) mengemukakan bahwa kecemasan atau anxietas adalah efek atau perasaan yang tidak menyenangkan berupa ketegangan, rasa tidak aman dan nketakutan yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang

description

CEMAS

Transcript of cemas

Kecemasan

Pengertian dan Faktor PenyebabnyaKecemasan (Anxiety) sebetulnya merupakan reaksi normal terhadap situasi yang menekan. Namun  dalam  beberapa   kasus,  menjadi   berlebihan  dan  dapat  menyebabkan   seseorang ketakutan   yang   tidak   rasional   terhadap   sesuatu   hal.   Kecemasan   berbeda   dengan phobia (fobia), karena  tidak spesifik untuk situasi tertentu. Kecemasan dapat menyerang siapa saja, setiap saat, dengan atau tanpa alasan apapun.Banyak pengertian/definisi yang dirumuskan oleh para ahli dalam merumuskan pengertian tentang   kecemasan.   Beberapa   ahli   yang   mencoba   untuk   mengemukakan definisi kecemasan, antara lain :

Maramis (1995) menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu ketegangan, rasa tidak aman, kekhawatiran, yang timbul karena dirasakan akan mengalami kejadian yang tidak menyenangkan.

Lazarus (1991) menyatakan bahwa  kecemasan adalah reaksi individu terhadap hal yang akan dihadapi. Kecemasan merupakan suatu perasaan yang menyakitkan, seperti kegelisahan, kebingungan, dan sebagainya, yang berhubungan dengan aspek subyektif emosi.  Kecemasan merupakan gejala yang biasa pada saat ini, karena itu disepanjang perjalanan hidup manusia, mulai lahir sampai menjelang kematian, rasa cemas sering kali ada.

Saranson dan Spielberger (dalam Darmawanti 1998) menyatakan bahwa kecemasan merupakan reaksi terhadap suatu pengalaman yang bagi individu dirasakan sebagai ancaman. Rasa cemas adalah perasaan tidak menentu, panik, takut, tanpa mengetahui apa yang ditakutkan dan tidak dapat menghilangkan perasaan gelisah dan rasa cemas tersebut.

Tjakrawerdaya (1987) mengemukakan bahwa kecemasan atau anxietas adalah  efek atau perasaan yang tidak menyenangkan berupa ketegangan, rasa tidak aman dan nketakutan yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang mengecewakan tetapi sumbernya sebagian besar tidak disadari oleh yang bersangkutan.

Lebih lanjut, menurut Suryabrata (1986) apabila kecemasan timbul, maka akan mendorong orang untuk melakukan suatu usaha untuk mengurangi kecemasan itu atau mencegah impuls-impuls yang berbahaya.

Faktor Penyebab Timbulnya Kecemasan

Penyebab terjadinya kecemasan sukar untuk diperkiraan dengan tepat. Hal ini disebabkan oleh adanya sifat subyekif dari kecemasan, yaitu : Bahwa kejadian yang sama belum tentu dirasakan sama pula oleh setiap orang. Dengan kata lain suatu rangsangan atau kejadian dengan kualitas den kuantitas yang sama dapat diinterprestasikan secara berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya.

Teori   kkognitif  menyatakan   bahwa   reaksi   kecemasan   timbul   karena   kesalahan  mental. Kesalahan mental ini karena kesalahan menginterpetasikan suatu situasi yang bagi individu merupakan  sesuatu yang mengancam.   Melalui   teori   belajar   sosial   kognitif,   Bandura menyatakan bahwa takut dan kecemasan di hasilkan dari harapan diri yang negatif karena mereka percaya bahwa mereka tidak dapat  mengatasi  dari  situasi  yang secara potensial mengancam bagi mereka.

Sedangkan berdasarkan  sumber timbulnya kecemasan, Freud (Dalam Calvin S. Hall, 1993) membedakan   kecemasan   menjadi   3   macam,   yaitu   :   a. Kecemasan Neurotik (Neurotic Anxiety), yaitu kecemasan yang berhubungan erat dengan mekanisme pembelaan diri, dan juga disebabkan oleh perasaan bersalah atau berdosa, konflik-konflik emosional yang serius, frustasi,   serta   ketegangan-ketegangan   batin;   b. Kecemasan Moral (Anxiety of moral conscience/super ego),  yaitu rasa takut  akan suara hati,  di  masa  lampau pribadi  pernah melanggar norma moral dan bisa di hukum lagi, misalnya takut untuk melakukan perbuatan yang melanggar ajaran agama; c. Kecemasan Realistik (Realistic Anxiety),  yaitu rasa takut akan bahaya-bahaya nyata di dunia luar, misalnya takut pada ular berbisa.Menurut   Miramis   (1985),   kecemasan   akan   timbul.   Frustasi   akan   timbul   bila   adanya hambatan atau halangan antara individu dengan tujuan dan maksudnya. Konfliknya terjadi bilamana individu tidak dapat memilih antara dua atau lebih kebutuhan atau tujuannya. Tekanan bierkan kecil tetapi bila bertumpuk-tumpuk dapat menjadi stress. Dan krisis adalah suatu keadaan yang mendadak yang menimpa individu dan dapat menimbulkan kecemasan yang hebat.

Secara sederhana kecemasan dapat disebabkan karena individu mempunyai rasa takut yang tidak realistis, karena mereka keliru dalam menilai suatu bahaya yang dihubungkan dengan situasi   tertentu,   atau   cenderung   menaksir   secara   berlebihan   suatu   peristiwa   yang membahayakan.   Kecemasan   juga   dapat   di   sebabkan   karena   penilaian   diri   yang   salah, dimana individu merasa bahwa dirinya tidak mampu mengatasi apa yang terjadi atau apa yang dapat dilakukan untuk menolong diri  sendiri.  Secara umum Kecemasan merupakan suatu keadaan yang normal pada setiap individu, namun jika tidak dihadapi secara tepat maka akan menimbulkan gangguan psikologis yang lebih jauh. Pada artikel berikutnya dunia psikologi   akan   menghadirkan   gejala-gejala,   tips   mengatasi   dan   treatment   terhadap kecemasan (anxiety).

Referensi Buku : Miramis, W.F. 1995. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University 

Press Calvin S. Hall. 1999. A Primer of Freudian Psychology. Plume Publisher Lazarus,  Richard  S.  1991.  Progress  on  a  cognitive-motivational-relational   theory  of 

Emotion. American Psychologist

Tjakrawerdaya,   D.   1987.   Rasa   Bersalah   Sebagai   Motif   Mekanisme   Difensi   Pada Gangguan   Cemas   Secara   Menyeluruh.   Majalah   Psikiatri   Jiwa.   Jakarta   :   Yayasan Kesehatan Jiwa Dharmawangsa

Suryabrata, Sumadi, 1986. Psikologi Kepribadian. Jakarta : CV. Rajawali

Pengertian KecemasanKecemasan adalah satu  perasaan subjektif yang dialami seseorang terutama oleh

adanya pengalaman baru, termasuk pada pasien yang akan mengalami tindakan invasif seperti pembedahan. Dilaporkan pasien mengalami cemas karena hospitalisasi, pemeriksaan dan prosedur tindakan medik yang menyebabkan perasaan tidak nyaman. (Rawling, 1984).            Kecemasan   adalah   respon   emosional   terhadap   penilaian   yang   menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi dalam berbagai situasi kehidupan maupun gangguan sakit. Selain itu kecemasan dapat menimbulkan reaksi tubuh yang akan terjadi secara berulang seperti rasa kosong di perut, sesak nafas, jantung berdebar, keringat banyak, sakit kepala, rasa mau buang air kecil dan buang air besar. Perasaan ini disertai perasaaan ingin bergerak untuk lari menghindari hal yang dicemaskan (Stuart and Sundeen, 1998).            Kecemasan   adalah   gejala   yang  tidak spesifik dan aktivitas saraf otonom dalam berespon terhadap ketidakjelasan, ancaman tidak spesifik yang sering ditemukan dan sering kali merupakan suatu emosi yang normal (Carpenito, 2000)

Fisiologi Kecemasan            Reaksi takut dapat terjadi melalui perangsangan hipotalamus dan nuclei amigdaloid. Sebaliknya  amigdala  dirusak,   reaksi   takut  beserta  manisfestasi  otonom dan endokrinnya tidak   terjadi   pada   keadaan-   keadaan   normalnya  menimbulkan   reaksi   dan  manisfestasi tersebut,   terdapat   banyak   bukti   bahwa   nuclei   amigdaloid   bekerja   menekan   memori- memori yang memutuskan rasa takut masuknya sensorik aferent yang memicu respon takut terkondisi berjalan langsung dengan peningkatan aliran darah bilateral ke berbagai bagian ujung   anterior   kedua   sisi   lobus   temporalis.   Sistem   saraf   otonom   yang  mengendalikan berbagai   otot   dan   kelenjar   tubuh.   Pada   saat   pikiran   dijangkiti   rasa   takut,   sistem   saraf otonom menyebabkan tubuh bereaksi secara mendalam, jantung berdetak lebih keras, nadi dan   nafas   bergerak   meningkat,   biji   mata   membesar,   proses   pencernaan   dan   yang berhubungan dengan usus berhenti, pembuluh darah mengerut, tekanan darah meningkat, kelenjar adrenal melepas adrenalin ke dalam darah. Akhirnya, darah di alirkan ke seluruh tubuh sehingga menjadi  tegang dan selanjunya mengakibatkan tidak bisa tidur  (Ganong, 1998).

Faktor- faktor yang mempengaruhi respon kecemasan1. Faktor predisposisi

Menurut Stuart and Sundeen (1998), teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab kecemasan adalah

1)      Teori psikoanalitikMenurut Freud struktur kepribadian terdiri dari 3 elemen yaitu  id, ego, dan super

ego. Id melambangkan dorongan insting dan impuls primitif, super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang, sedangkan  ego digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari id dan super ego. Ansietas merupakan konflik emosional antara id dan super ego yang berfungsi untuk memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi.

2)      Teori interpersonalKecemasan terjadi  dari  ketakutan akan pola penolakan interpersonal.  Hal  ini   juga 

dihubungkan   dengan   trauma   pada   masa   perkembangan   atau   pertumbuhan   seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami kecemasan berat (Stuart&Sundeen, 1998).

3)      Teori perilakuKecemasan   merupakan   hasil   frustasi   yaitu   segala   sesuatu   yang   mengganggu 

kemampuan   seseorang   untuk   mencapai   tujuan   yang   diinginkan.   Para   ahli   perilaku menganggap ansietas merupakan sesuatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan untuk  menghindarkan   rasa   sakit.   Teori   ini   meyakini   bahwa  manusia   yang   pada   awal kehidupannya   dihadapkan   pada   rasa   takut   yang   berlebihan   akan   menunjukkan kemungkinan ansietas yang berat pada kehidupan masa dewasanya (Smeltzer&Bare, 2001).

4)      Teori keluargaIntensitas  cemas yang dialami oleh  individu kemungkinan memiliki  dasar  genetik. 

Orang tua yang memiliki gangguan cemas tampaknya memiliki resiko tinggi untuk memiliki anak dengan gangguan cemas. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal yang bisa ditemui dalam suatu keluarga.

5)      Kajian biologisKajian  biologi  menunjukkan  bahwa  otak  mengandung   reseptor  khusus  benzodiazepines. Reseptor   ini  mungkin  membantu mengatur  kecemasan.  Penghambat asam aminobutirik-gamma neroregulator (GABA) dan endorfin juga memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan.

2.Faktor presipitasiKecemasan  adalah  keadaan yang  tidak  dapat  dielakkan  pada kehidupan  manusia 

dalam   memelihara   keseimbangan.   Pengalaman   ansietas   seseorang   tidak   sama   pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal. Ada 2 faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien pre operasi :

1)      Faktor eksternala.       Ancaman   integritas   fisik,  meliputi   ketidakmampuan  fisiologis   atau   gangguan   terhadap 

terhadap kebutuhan dasar (penyakit, trauma fisik, jenis pembedahan yang akan dilakukan).b.      Ancaman   sistem   diri   antara   lain   :   ancaman   terhadap   identitas   diri,   harga   diri,   dan 

hubungan   interpersonal,   kehilangan   serta   perubahan   status   atau   peran   (Stuart   and Sundeen, 1998).

2)      Faktor internal :Menurut Stuart and Sundeen (1998) kemampuan individu dalam merespon terhadap 

penyebab kecemasan ditemukan oleh :a.       Potensi stressor

Stressor   psikososial   merupakan   setiap   keadaan   atau   peristiwa   yang   menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi (Smeltzer&Bare, 2001).

b.      MaturitasIndividu yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar mengalami gangguan akibat 

kecemasan,   karena   individu   yang   matur   mempunyai   daya   adaptasi   yang   lebih   besar terhadap kecemasan (Hambly, 1995).

c.       Pendidikan dan status ekonomiTingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah akan menyebabkan orang tersebut 

mudah   mengalami   kecemasan.   Tingkat   pendidikan   seseorang   atau   individu   akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah   berfikir   rasional   dan  menangkap   informasi   baru   termasuk   dalam  menguraikan masalah yang baru (Stuart&Sundeen, 1998).

d.      Keadaan fisikSeseorang  yang  akan  mengalami   gangguan  fisik   seperti  cidera,  operasi   akan  mudah 

mengalami  kelelahan  fisik   sehingga   lebih  mudah  mengalami   kecemasan,  di   samping   itu orang yang mengalami kelelahan fisik mudah mengalami kecemasan (Oswari, 1998).

e.       Tipe kepribadianOrang   yang   berkepribadian   A   lebih  mudah  mengalami   gangguan   akibat   kecemasan 

daripada orang dengan kepribadian B. Adapun ciri- ciri orang dengan kepribadian A adalah tidak   sabar,   kompetitif,   ambisius,   ingin   serba   sempurna,  merasa   diburu  waktu,  mudah gelisah, tidak dapat tenang, mudah tersinggung, otot- otot mudah tegang. Sedang orang dengan  tipe  kepribadian  B  mempunyai   ciri-   ciri  berlawanan  dengan  tipe  kepribadian  A. Karena tipe keribadian B adalah orang yang penyabar, teliti, dan rutinitas (Stuart&Sundeen, 1998).

f.       Lingkungan dan situasi

Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebih mudah mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di lingkungan yang biasa dia tempati (Hambly, 1995).

g.      UmurSeseorang   yang   mempunyai   umur   lebih   muda   ternyata   lebih   mudah   mengalami 

gangguan   akibat   kecemasan   daripada   seseorang   yang   lebih   tua,   tetapi   ada   juga   yang berpendapat sebaliknya (Varcoralis, 2000).

h.      Jenis kelaminGangguan panik merupakan suatu gangguan cemas yang ditandai oleh kecemasan yang 

spontan   dan   episodik.   Gangguan   ini   lebih   sering   dialami   oleh   wanita   daripada   pria (Varcoralis, 2000).

Menurut Frued dalam Stuart and Sundeen (1998), ada 2 tipe kecemasan yaitu:a. Kecemasan primer

Kejadian traumatik yang diawali saat bayi akibat adanya stimuli tiba- tiba dan trauma pada saat kelahiran, kemudian berlanjut dengan kemungkinan tidak tercapainya rasa puas akibat   kelaparan   atau   kehausan.   Penyebab   kecemasan   primer   adalah   ketegangan   atau dorongan yang diakibatkan oleh faktor internal.b. Kecemasan sub sekunder

Sejalan dengan peningkatan ego dan usia. Frued melihat ada jenis kecemasan lain akibat   konflik   emosi   diantara   2   elemen   kepribadian   yaitu   id   dan   super   ego.   Freud menjelaskan bila terjadi kecemasan maka posisi ego sebagai pengembang id dan super ego berada pada kondisi bahaya.

Sedangkan   menurut   Rasmun   (2004),  kemampuan individu dalam merespon kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antara lain:

1)      Sifat   stressor   dapat   berubah   secara   tiba-   tiba   atau   berangsur-   angsur   dan   dapat mempengaruhi   seseorang dalam menanggapi  kecemasan,   tergantung mekanisme koping seseorang.

2)      Jumlah stressor yang bersamaanPada waktu yang sama terdapat sejumlah stressor yang harus dihadapi bersama. Semakin banyak   stressor   yang   dialami   seseorang,   semakin   besar   dampaknya   bagi   fungsi   tubuh sehingga jika terjadi stressor yang kecil dapat mengakibatkan reaksi yang berlebihan.

3)      Lama stressorMemanjangnya stressor dapat menyebabkan menurunnya kemampuan individu mengatasi stres, karena individu telah berada pada fase kelelahan, individu sudah kehabisan tenaga untuk menghadapi stressor tersebut.

4)      Pengalaman masa laluPengalaman   masa   lalu   individu   dalam   menghadapi   kecemasan   dapat   mempengaruhi individu   ketika   menghadapi   stressor   yang   sama   karena   karena   individu   memiliki kemampuan   beradaptasi   atau   mekanisme   koping   yang   lebih   baik,   sehingga   tingkat kecemasan pun akan berbeda dan dapat menunjukkan tingkat kecemasan yang lebih ringan.

5)      Tingkat perkembanganTingkat perkembangan individu dapat membentuk kemampuan adaptasi yang semakin baik terhadap stressor.  Pada tiap tingkat perkembangan terdapat sifat stressor yang berbeda sehingga resiko terjadi stres dan kecemasan akan berbeda pula.     Rentang respon kecemasan

Respon rentang kecemasan yaitu  respon tentang sehat-   sakit  yang dapat  dipakai untuk menggambarkan respon adaptif maladaptif pada kecemasan.

DEFINISI GANGGUAN ANXIETASAnxiety Disorders /Gangguan Cemas adalah gangguan yang paling umum, atau sering

terjadi berupa gangguan mental, dimana dalam hal ini meliputi suatu kelompok kondisi-kondisi yang terbagi antara gangguan cemas yang ekstrim atau patologis sebagai gangguan yang mengenai suasana hati atau tekanan emosional. Kecemasan, yang dipahami sebagai lawan dari ketakutan normal, adalah jelmaan oleh gangguan suasana hati, seperti halnya berpikir, perilaku, dan aktivitas fisiologis.

A.    Serangan panik dan Gangguan Panik Serangan Panik adalah periode terpisah dari rasa takut yang sangat atau rasa tidak

nyaman yang berhubungan dengan sejumlah symptom somatic dan kognitif ( DSM-IV).Kumpulan gejala ini meliputi palpitasi ,berkeringat, gemetar, nafas tersengal ,rasa seperti tercekik,sakit dada (sesak),mual dan gangguan saluran cerna ,pusing atau kepala berputar-putar , kesemutan,rasa panas yang menjalar di muka.Serangan ini biasanya terjadi tiba-tiba , dengan lama serangan berkisar 10 sampai dengan 15 menit.

B.     Fobia Fobia adalah ketakutan yang berlebihan yang disebabkan oleh benda, binatang ataupun

peristiwa tertentu. sifatnya biasanya tidak rasional, dan timbul akibat peristiwa traumatik yang pernah dialami individu. Fobia juga merupakan penolakan berdasar ketakutan terhadap benda atau situasi yang dihadapi, yang sebetulnya tidak berbahaya dan penderita mengakui bahwa ketakutan itu tidak ada dasarnya.

a. Fobia SpesifikKetakutan berlebih yang disebabkan oleh benda, atau peristiwa traumatik tertentu, misalnya: ketakutan terhadap kucing (ailurfobia), ketakutan terhadap ketinggian (acrofobia), ketakutan terhadap tempat tertutup (agorafobia), fobia terhadap kancing baju, dsb.

b. Fobia SosialKetakutan berlebih pada kerumunan atau tempat umum. ketakutan ini disebabkan akibat adanya pengalaman yang traumatik bagi individu pada saat ada dalam kerumunan atau tempat umum. misalnya dipermalukan didepan umum, ataupun suatu kejadian yang mengancam dirinya pada saat diluar rumah.

C.    Obsesif-komplusif (OCD)

Obsesi adalah pikiran,impuls,dan citra yang menganggu dan berulang yang muncul dengan sendiriannya serta tidak dapat dikendalikan, walaupun demikian biasanya tidak terlalu tampak irasional bagi individu yang mengalaminya. 

Komplusi adalah perilaku atau tindakan mental repetitife yang mana seseorang merasa didorong untuk melakukannya dengan tujuan untuk mengurangi ketengangan yang disebabkan pikiran-pikiran obsesif atau untuk mencegah terjadinya suatu bencana.

D.    Gangguan Anxiety menyeluruhGangguan Anxiety menyeluruh yaitu terus menerus merasa cemas, sering kali tentang

hal-hal kecil. Orang yang mengalami Anxiety menyeluruh memiliki kekhawatiran kronis terus menerus rnencakup situasi hidup (cemas akan terjadi kecelakaan, kesulitan finansial). Ada keluhan somatik: berpeluh, merasa panas, jantung berdetak keras, perut tidak enak, diare, sering buang air kecil, dingin, tangan basah, mulut kering, tenggorokan terasa tersumbat, sesak nafas, hiperaktivitas sistem saraf otonomik. Merasa ada gangguan otot: ketegangan atau rasa sakit pada otot terutama pada leher dan bahu, pelupuk mata berkedip terus, bcrgetar, mudah lelah, tidak mampu untuk santai, mudah terkejut, gelisah, sering berkeluh. Cemas akan terjadinya bahaya, cemas kehilangan kontrol, cemas akan mendapatkan.serangan jantung, cemas akan mati. Sering penderita tidak sabar, mudah marah, tidak dapat tidur, tidak dapat konsentrasi.

E.     Post Traumatik-Stress Disorder (PTSD/ Gangguan Stress Pasca Trauma)

PTSD merupakan kecemasan akibat peristiwa traumatik yang biasanya dialami oleh veteran perang atau orang-orang yang mengalami bencana alam. PTSD biasanya muncul beberapa tahun setelah kejadian dan biasanya diawali dengan ASD, jika lebih dari 6 bulan maka orang tersebut dapat mengembangkan PTSD.

2.      ETIOLOGI ANXIETY DISORDER

A.      Gangguan FobiaAda beberapa teori yang mengemukakan tentang penyebab fobia, diantaranya :

1.      Teori PsikodinamikaMenurut Freud, yang merupakan tokoh psikodinamika mengatakan bahwa fobia

merupakan suatu sinyal bahaya bahwa impuls-impuls yang mengancam yang bersifat seksual atau agresi mendekat ke taraf kesadaran . Kecemasan ini dialihkan dari impuls id yang ditakuti dan di pindahkan ke suatu objek atau situasi yang memiliki koneksi simbolik dengannya. Untuk menghalau impuls-impuls yang mengancam  ini, ego mencoba untuk menghalangi atau mengalihkannnya melalui mechanism defense. Misalnya pada fobia yang difungsikan adalah proyeksi. Suatu reaksi fobik melbatkan proyeksi dari impul-impuls yang mengancam yang berasal dari indivdu tersebut kemudian dipindahkan ke objek fobia.

2.      Teori BehavioralTeori ini berfokus pada peran pembelajaran sebagai cara berkembangnya fobia. Beberapa

tipe pembelajaran tersebut diantaranya :a.       Avoidance conditioning

Avoidance conditioning dilandasi oleh teori dua faktor yang di ajukan oleh Mowter (Davidson dkk, 2004) menyatakan bahwa fobia berkembang dari dua pembelajaran yang saling berkaitan, yaitu :

1.      Melalui classical conditioning seseorang dapat belajar untuk pada suatu stimulus netral jika stimulus tersebut dipasangkan dengan kejadian yang secara intrinstik menyakitkan atau menakutkan

2.      Seseorang dapat belajar mengurangi rasa takut yang dikondisikan tersebut dengan melarikan diri atau menghindari CS. Jenis pembelajaran ini diasumsikan sebagai operant conditioning.

b.      ModelingKetakutan dapat dipelajari dengan meniru perilaku orang lain. Dengan perilaku fobia

dapat dipelajari melaui modeling bukan melalui pengalaman yang tidak menyenangkan terhadap objek atau situasi yang ditakuti. Pembelajaran terhadap rasa takut dengan mengamati perilaku orang lain disebut sebagai vicarious learning . ini juga terjadi melalui instruksi verbal, yaitu deskripsi yang diberikan oleh orang lain tentang apa yang mungkin terjadi selain melalui observasi terhadap ketakutan orang lain.

3.   TEORI KOGNITIFTeori ini secara khusus mengatakan bahwa proses berfikir manusia dapat berperan sebagai diathesis dan bagaimana pikiran dapat membuat fobia menetap. Menurut teori kognisi terjadi karena adanya distorsi pemikiranB.         Gangguan panik

Ada 2 teori yang menjelaskan  tentang penyebab gangguan panic, yaitu :1.                     Teori biologis

Menurut teori ini penyebab seseorang mengalami gangguan kepanikan diantaranya sensasi fisik yang disebabakan oleh suatu penyakit serta sifat-sifat biologis  dapat meningkatkan timbulnya gangguan panik.

Penyebab gangguan panik lain menurut teori biologi adalah karena adanya aktivitas yang berlebihan dalam system noradegrenergik (neuron yang menggunakan norephinefrin sebagai neurotransmiter) yang disebabkan oleh suatu masalah dalam neuron gamma-aminobutyric (GABA) yang secara umum menghambat aktivitas noradegrenik.

2.                     Teori psikologisTeori Classical conditioning, mengatakan bahwa kondisi panic menjadi terkondisi

secara klasikal pada sensasi fisik. Hal ini didukung oleh beberapa studi dimana orang-orang yang menderita gangguan panic mengatakan bahwa gangguan tersebut sebagai sesuatu yang tidak dapat dikendalikan dan tidak dapat diprediksi.

c.  Gangguan Anxietas Menyeluruh (generalized anxiety disorder )1.      Perspektif psikoanalisis

Teori ini mengatakan bahwa sumber kecemasan secara menyeluruh disebabakan oleh konflik yang tidak disadari antara ego dan impuls-impuls id. Impus-impuls ini biasanya bersifat seksual atau agresif dan berusaha untuk mengekspresikan diri namun ego tidak membiarkannya karena tanpa disadari adanya ketakutan terhadap hukuman yang diterima

sehingga menyebabkan individu menekan impuls-impuls tersebut kealam bawah sadar. Dengan demikian, individu selalu mengalami kecemasan.

2.      Perspektif kognitif-behavioralMenurut teori ini gangguan disebabkan oleh proses berpikir yang menyimpang. Orang

dengan gangguan anxietas menyeluruh seringkali mempersepsikan kejadian-kejadian  biasa menjadi sesuatu yang mengancam dan kognisi mereka terfokus pada antisipasi bencana pada masa mendatang. Sensitivitas pasien gangguan anxietas menyeluruh yang sangat tinggi terhadap stimulus yang mengancam juga muncul walaupun stimulus tersebut tidak dapat diterima secara sadar.

D.     Gangguan obsesif-kompulsif

1.      Teori psikoanalisisDalam teori ini, obsesi dan kompulsif dipandang sebagai hal yang sama, yang

disebabkan oleh dorongan instingtual, seksual, atau agresif yang tidak dapat dikendalikan karena toilet training yang terlau keras yang kemudian terfiksasi pada tahap anal. Gejala-gejala yang muncul mencerminkan hasil perjuangan antara id dan mechanism defense, kadang insting agresif id yang mendominasi, dan kadang juga mechanism defense yang mendominasi.

2.      Teori behavioral dan kognitifTeori ini menganggap kompulsi sebagai perilaku yang dipelajari yang dikuatkan oleh

reduksi rasa takut, misalnya mencuci tangan secara kompulsi respon dalam mengurangi kekhawatiran obsesional dan rasa takut terhadap kontaminasi kotoran atau kuman. Perilaku kompulsi serin g muncul karena stimuli yang menimbulkan kecemasan sulit disadari.

Pendapat lain dalam teori ini mengatakan bahwa kompulsi disebabkan oleh etiologi deficit memori. Ketidakmampuan untuk mengingat suatu tindakan secara kurat  atau membedakan antara perilaku actual dengan perilaku yang dibayangkan dapat menyebabkan seseorang berulangkali melakukan pengecekan.

3.      Faktor biologis

Dua area otak yang dapat berpengaruh terhadap gangguan obsesif-kompulsif, yaitu lobus frontalis  dan ganglia basalis. Pada sebuah studi pemindai dengan PET menunjukkan peningkatan aktivitas lobus frontalis  pada pasien OCD, yang mungkin mencerminkan kekhawatiran berlebihan terhadap pikiran mereka sendiri. Pada ganglia basalis , yaitu suatu system yang berhbungan dengan pengendalian perilaku motorik memiliki relevansi dengan kompulsi dan berhubungan dengan OCD.

3        KRITERIA DIAGNOSIS GANGGUAN KECEMASAN ( ANXIETY DISORDER)

NO GANGGUANKRITERIA

DSM IV-TR PPDGJ III1 Fobia a.       Ketakutan yang

berlebihan, tidak beralasan, dan menetap yang dipicu oleeh objek atau situasi

b.      Keterpaparan dengan pemicu menyebabkan kecemasan intens

c.       Orang tersebut menyadari bahwa ketakutannya tidak realistis

d.      Objek atau situasi terebut dihindari atau dihadapi dengan kecemasan intens.

a.       Fobia social (F40.1)          Gejala psikologis

perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dan anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti  misalnya waham atau pikiran obsesif

          Anxietas harus mendominasi atau terbatas  pada situasi social tertentu (out side the family cycrcle)

          Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol

b.      Fobia spesifik (F40.2)          Gejala psikologik

otonomik yang tmbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bvukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif

          Anxietas harus terbatas pada objek atau situasi fobik tertentu

          Situasi fobik tersebut sebisa mungkin dihndarinya

Panik (Panic Disorder/PD)

a.       Serangan panic berulang tanpa terduga

b.      Sekurang-kurangnya selama satu bulan terdapat kekhawatiran akan terjadinya serangan berikutnya atau kekhawatirn atas konsekuensi yang diterima ketika serangan terjadi atau perubahan perilaku karena serangan yang

a.       Gangguan panic baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya gangguan anxietas fobik

b.      Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas berturut-turut dalam masa kira-kira sebulan

          Pada keadaan-keadaan mana sebenarnyta secara obyektif tidak ada bahaya

          Tidak terbatas pada

2 dialami situasi yang diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya

          Dengan keadaan yang relative bebas dari gejala-gejala anxietas pada periode antara serangan-serangan panik

3 Anxietas menyeluruh(General Anxiety Disorder/ GAD)

a.       Kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan

b.      Kekhawatiran tersebut sulit untuk dikendalikan

c.       Pasien mengalami tiga atau lebh diantara hal-hal berikut: ketidaksabaran, sangat mudah lelah, sulit berkonsentrasi, mudah tersinggung, ketegangan otot, gangguan tidur.

a.       Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti diujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb),

b.      Ketegangan motorik (gelisah, saki tkepala, gemetaran, tidak dapat santai, dan

c.       Overaktivitas motorik (kepala ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)

4. Obsesif-Kompulsif (obsessive-compulsive disorder/ OCD)

a.       Obsesif, pikiran yang berulang dan menetap, impuls-impuls, atau dorongan-dorongan yang menyebabkan kecemasan

b.      Kompulsif perilaku dan tindakan mental repetitive yang dilakuakn seseorang untuk menghilangkan ketegangan

a.       Untuk mendiagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif,m atau kedua-duanya, harus ada hamper setiap hari selam setidaknya dua minggu berturut-turut.

b.      Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (*distress) atau mengganggu aktivitas penderita.

c.       Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut

          Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri

          Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan merupakan hal yang memberi kepuasan atau sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas,

tidak dianggap sebagai kesenangan seperti yang dimaksud di atas)

          Gagasan,bayangan, pikiran dan impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan

d.      Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif dengan depresi. Penderita gangguan obsesif kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala depresi dan sebaliknya penderita gangguan depresi dapat menunjukkan perilaku obsesif selama masa depresinya

5. Stres Pasca Trauma(Posttraumatic stress disorder/ PTTD)

a.       Pemaparan pada suatu keadian tramatik menyebabkan ketakutan ekstrem

b.      Kejadian tersebut dialami utang

c.       Orang yang bersangkutan menghindari stmuli yang diasosiasikan dengan trauma dan memilki ketumpulan respontivitas

d.      Simtom-simtom ketegangan berlebihan seperti respons tyerkejut yang berlebihan

e.       Durasi simtom lebih dari satu bulan

Pasca trauma (F43.1)a.       Diagnosis baru

ditegakkan apabila gangguan ini timul dalam kurun waktu 6 bulan setelah kejadian traumatic berat. Kemungkinan diagnosis msih dapaty ditegakkan apabila tertundanya waktu mulai saat kejadian dan onset gangguan melwebihi 6y bulan, asal saja manifestasi klinisnya adalah khas dan tidak didapat alternative ategori gangguan lainnya.

b.      Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan bayangan-banyangan atau mimpi-mimpi dai kejadian-kejadian trsaumatk tersebut secara berulang-ulang kembali (flashback)

c.       Gangguan otonomik, gangguan afek,k dan kelainan tingkah laku semuanya dapat mewarnai diagnosis tetapi khas.

d.      Suatu ‘sequale’ menahun

yang terjadi  lambat setelah stress yang luar biasa, misalnya saja beberapa puluh tahun setelah trauma, diklasifikasi dalam kategori F63.0 (perbahan kepribadian yang berlangsung lama setelah katasfora)

DAFTAR PUSTAKA

Ardi Ardiani,Tristiadi . 2011. Psikologi Abnormal. Bandung : Penerbit Lubuk Agung .Davidson, Gerald C, John M. Neale, Ann M. Kring. 2004. Psikologi Abnormal. Jakarta: Rajawali

Pers.Maslim, Rusdi. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran

Jiwa FK AtmajayaWiramihardja, Sutardjo A.. 2005. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: PT. Refika Aditama.

- See more at: http://utamitamii.blogspot.com/2012/10/anxiety-disorder-gangguan-kecemasan_9.html#sthash.3GCNlwf8.dpuf