Cbd Typhoid Dyah a.K
-
Upload
afinna-cennas -
Category
Documents
-
view
62 -
download
0
description
Transcript of Cbd Typhoid Dyah a.K
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Demam Tifoid adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella enterica serotype Typhi (S typhi). , Sementara Demam Paratifoid,
penyakit yang gejalanya mirip namun lebih ringan dari Demam Tifoid
disebabkan oleh S paratyphi A,B atau C.2 Bakteri S typhi hanya menginfeksi
manusia. Orang biasanya menderita penyakit ini setelah memakan atau
meminum makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh kotoran (feses)
yang mengandung S typhi. (1)
Demam Tifoid merupakan penyakit endemik (penyakit yang selalu ada di
masyarakat sepanjang waktu walaupun dengan angka kejadian yang kecil) di
Asia Tenggara termasuk Indonesia. Insiden infeksi Salmonella tertinggi terjadi
pada usia 1-4 tahun. Angka kematian lebih tinggi pada bayi, orang tua dan
pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang menurun (HIV, keganasan).
Studi terakhir dari Asia Tenggara mendapatkan bahwa insidens tertinggi
terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun.2 Kasus yang berujung pada kematian
tidak lebih dari 1%, meskipun demikian, angka ini bervariasi di seluruh dunia.
(3)
2
Masa tunas demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala-gejala
klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat, dari
asimptomatik hingga gambaran penyakit khas disertai komplikasi hingga
kematian. Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan
dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam,
nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi, perasaan
tidak enak di perut, batuk, dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya
didapatkan suhu badan meningkat (38.8-40.50C). Sifat demam adalah
meningkat perlahan-perlahan dan terutama sore hingga malam hari. Dalam
minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardia
relatif, lidah yang berselaput (lidah kotor), hepatomegali, splenomegali,
meterioismus, gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium,
atau psikosis. Gejala-gejala lain berupa tubuh menggigil, batuk, sakit
tenggorokan. Roseolae jarang ditemukan pada orang Indonesia.6,7
3
Perawatan dan pengobatan terhadap penderita penyakit demam tifoid
bertujuan menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit,
mencegah terjadinya komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali.
Pengobatan penyakit tifus dilakukan dengan jalan mengisolasi penderita dan
melakukan desinfeksi pakaian, feses dan urin untuk mencegah penularan.
Pengobatan penderita Demam tifoid di Rumah Sakit terdiri dari pengobatan
suportif meliputi istirahat, diet, dan medikamentosa. Istirahat bertujuan untuk
mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Pasien harus tirah
baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama
14 hari. Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan
pasien. Antibiotika, seperti ampicillin, kloramfenikol, trimethoprim-
sulfamethoxazole, dan ciprofloxacin sering digunakan untuk merawat demam
tifoid di negara-negara barat. Bila tak terawat, demam tifoid dapat
berlangsung selama tiga minggu sampai sebulan. Kematian terjadi antara 10%
dan 30% dari kasus yang tidak terawat. Vaksin untuk demam tifoid tersedia
dan dianjurkan untuk orang yang melakukan perjalanan ke daerah endemik
(terutama di Asia, Afrika, dan Amerika Latin).1,6,8
B. TUJUAN
Pada makalah ini diajukan satu kasus anak dengan Demam Thypoid yang
dirawat di RSUD Sunan Kalijaga Demak. Penyajian kasus ini bertujuan untuk
mempelajari lebih dalam tentang cara mendiagnosis, penatalaksanaan di
rumah sakit, dan pengelolaan secara komprehensif dan holistik pada pasien
dengan Demam Thypoid.
C. MANFAAT
4
Penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat membantu tenaga medis
untuk belajar menegakkan diagnosis, melakukan penatalaksanaan di rumah
sakit, dan pengelolaan secara komprehensif dan holistik pada pasien dengan
Demam Thypoid.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. I.M
Umur : 12 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Demak
5
Nama Ayah : Tn. A.S.(Alm)
Umur : 40 tahun
Pekerjaan : Karyawan swasta
Pendidikan : Sarjana
Nama Ibu : Ny. M
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Wirausaha
Pendidikan : SMA
Bangsal : Dahlia
No CM : 03.93.28
Masuk RS : 20 September 2013
Keluar RS : 22 September 2013
B. DATA DASAR
1. Anamnesis (Autoanamnesis dan Alloanamnesis)
Alloanamensis dengan ibu penderita dan autoanamnesis dilakukan pada
tanggal 20 September 2013 pukul 08.30 WIB di ruang Dahlia, didukung
dengan catatan medis.
Keluhan Utama : Panas naik-turun
Keluhan Tambahan : Pusing, batuk, nyeri perut di ulu hati, mual,
muntah, mencret, dan tenggorokan pahit
Riwayat Penyakit Sekarang
6
- Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya mengalami panas tinggi
sejak ± 5 hari sebelum masuk RS. Panas timbul mendadak tinggi
hingga 39oc. Panas bersifat naik dan turun, panas mulai
meninggi ketika sore menjelang malam dan berangsur turun
pada pagi hari tapi tidak sampai normal.
- Pasien mengeluh pusing dan sakit perut terutama di ulu hati,
nafsu makan juga menurun, tetapi kencing masih seperti biasa,
BAB mencret (cair, ampas (+)) sebanyak 3 kali. Pasien juga
merasakan mual, dan muntah sebanyak 2 kali. Pasien juga
menderita batuk sejak ± 3 hari yang lalu dan mengeluh
tenggorokan terasa pahit.
- Pasien mengaku tidak pernah mimisan, tidak pernah mengalami
gusi berdarah dan tidak pernah BAB bercampur darah atau
berwarna hitam.
- Pasien mengaku sering membeli jajan disekitar rumah dan
sekolah. Pasien malas mencuci tangan sebelum makan.
Tetangga dan teman pasien tidak ada yang menderita tifoid.
- Ibu menyangkal anaknya menderita batuk lama. Pasien tidak
pernah berkeringat di malam hari, berat badan anaknya stabil, tidak
pernah kontak dengan orang dewasa yang mengalami batuk lama
dan menjalani pengobatan selama 6 bulan.
- Pasien dan anggota keluarga lainnya tidak berasal dari daerah
endemis malaria dan tidak pernah berpergian ke daerah endemis
malaria.
- Pasien sudah berobat ± 2 hari SMRS tapi tidak ada perubahan
Setelah Masuk Rumah Sakit
- Setelah sampai RSUD Sunan Kalijaga Demak, pasien di pasang
infus lalu diambil darahnya untuk diperiksakan darah rutin, Widal
S Typhii O dan H. Penderita di mondokan di ruang Dahlia dengan
terapi berupa Infus RL 28 tpm, injeksi ceftriaxone 1 x 1g (IV), inj.
7
Dexamethason 3 x 1 amp, inj. Ranitidine 3 x 1 amp, p/o PCT tab
3 x 500 mg
Riwayat Penyakit Dahulu
- ± 4 tahun yll pasien pernah sakit demam seperti ini dengan
diagnosis demam tifoid. Pasien juga pernah batuk dan pilek tetapi
tidak pernah sampai dirawat di rumah sakit.
Riwayat Penyakit Keluarga
- Tidak ada anggota keluarga yang menderita demam seperti ini.
- Tidak ada anggota keluarga yang menderita batuk lama atau
mendapat pengobatan selama 6 bulan.
Riwayat Kehamilan dan Pemeliharaan Prenatal
- Ibu mengaku rutin memeriksakan kehamilan di bidan 4x hingga
bayi lahir. Ibu juga mengaku mendapat suntikan TT 1x. Ibu
mengaku tidak pernah menderita penyakit selama kehamilan,
riwayat perdarahan selama kehamilan disangkal, riwayat trauma
selama kehamilan disangkal, riwayat minum obat tanpa resep
dokter dan jamu disangkal. Obat–obatan yang diminum selama
masa kehamilan adalah vitamin dan obat penambah darah.
Kesan: riwayat kehamilan dan pemeliharaan prenatal baik.
Riwayat Persalinan
- Anak perempuan lahir dari ibu G2P1A0 hamil 38 minggu, lahir
secara normal di bidan, langsung menangis, berat badan lahir 3000
gram, panjang badan saat lahir 50cm, lingkar kepala saat lahir ibu
lupa, lingkar dada saat lahir ibu lupa, tidak ada kelainan bawaan.
Kesan : neonates aterm, lahir normal pervaginam
Riwayat Pemeliharaan Postnatal
8
- Ibu mengaku membawa anaknya ke Posyandu secara rutin dan
mendapat imunisasi dasar lengkap.
Kesan: riwayat pemeliharaan postnatal baik.
Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak
- Pertumbuhan
Berat badan lahir 3000 gram.
Berat badan sekarang 45 kg. Tinggi badan 150 cm.
Kesan : Gizi baik
- Perkembangan
Senyum : ibu lupa
Tengkurap : 4 bulan
Bicara : 11 bulan
Miring : ibu lupa
Duduk : ibu lupa
Merangkak : ibu lupa
Berjalan : 13 bulan
Berlari : Ibu lupa
Saat ini anak berusia 12 tahun, anak sudah bersekolah kelas 1
SMP dan mempunyai banyak teman.
Kesan: pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai umur
Riwayat Makan dan Minum Anak
- ASI diberikan sejak lahir sampai umur 1 tahun, ASI ekslusif
sampai 6 bulan.
- Sejak usia 6 bulan diberikan makanan tambahan berupa bubur susu.
- Mulai usia 10 bulan, anak diberi nasi lunak.
- Mulai usia 1 tahun, anak diberi makanan padat seperti makanan
keluarga 3 x sehari.
9
Jenis Makanan Frekuensi
Nasi 3x sehari @ 1 piring
Tahu / tempe 2x sehari porsi tidak teratur
Telur Frekuensi dan porsi tidak teratur
Ayam 1x sehari, porsi tidak teratur
Ikan 1x sehari porsi tidak teratur
Sayur 2x sehari, porsi tidak teratur
Buah Frekuensi dan porsi tidak teratur
Susu Frekuensi dan porsi tidak teratur
Kesan : kualitas dan kuantitas makanan dan minuman cukup baik.
Riwayat Imunisasi
- BCG : 1 x (usia 2 bulan), scar (+) di lengan kanan
atas
- Hepatitis : 4 x (ibu lupa diberikan pada usia berapa)
- Polio : 4 x (ibu lupa diberikan pada usia berapa)
- DPT : 3 x (ibu lupa diberikan pada usia berapa)
- Campak : 1 x ( diberikan saat pasien usia 9 bulan )
Kesan : Anak sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
Riwayat Keluarga Berencana
- Ibu mengikuti program Keluarga Berencana yaitu suntik KB.
Riwayat Sosial Ekonomi
- Ayah pasien sudah meninggal sehingga Ibu pasien yang bekerja
sebagai wirausaha kecil-kecilan harus menanggung 2 orang anak.
Biaya kehidupan sehari-hari mendapat bantuan dari sanak saudara.
Biaya pengobatan ditanggung jamkesmas.
Kesan : keadan sosial ekonomi kurang
2. Pemeriksaan Fisik
10
- Dilakukan tanggal 20 September 2013 pukul 08.30 WIB di bangsal
Dahlia RSUD Sunan Kalijaga Demak.
Anak perempuan usia 12 tahun. Berat badan 45 kg. Tinggi badan
150 cm.
Keadaan Umum : Compos mentis, lemah, tanda dehidrasi (-)
a. Tanda Vital
i. Tekanan darah : 120 / 70 mmHg
ii. Nadi : 96 x / menit, reguler, isi tegangan cukup
iii. Suhu : 39,2 0C
iv. Pernapasan : 20 x / menit
b. Status Gizi
BB: 45 kg
TB: 150 cm
BMI = BB/(TB)2 = 45/(1,50)2 = 45/2,25 = 20 kg/m2
Kesan status gizi: normal
c. Status Generalis
Kepala : kesan mesocephal, rambut hitam
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), Refleks
cahaya (+/+), isokor (± 3mm), mata cowong (-/-)
Telinga : discharge (-/-)
Hidung : secret (-), napas cuping hidung (-)
Mulut : bibir kering (-), lidah kotor (+), lidah tremor (-),
pernapasan mulut (-)
Kulit : Ikterik (-), petekie (-), turgor cukup, hiperpigmentasi
(-), kulit kering (-), kulit hiperemis (-), vesikel (-)
Leher : pembesaran KGB (-), trachea terdorong (-)
Thorax : pergerakan dinding dada saat inspirasi dan ekspirasi
simetris, retraksi dinding dada (-), ICS tidak melebar
Jantung
Inspeksi : ictus codis tampak
11
Palpasi : ictus cordis teraba dengan 1 jari dari ICS 5
linea midclavikula 2 cm ke medial, pulsus
parasternal (-), pulsus epigastrium (-)
Perkusi
Kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
Atas jantung : ICS 2 linea parasternal sinistra
Pinggang jantung : ICS 3 linea parasternalis sinistra
Kiri jantung : ICS 5 linea midclavicula 2 cm ke
medial
Auskultasi : bunyi jantung I-II regular, bising (-)
Kesan : Normal
Pulmo
Perkusi : sterm fremitus hemithorax dextra sama
dengan sinistra
Palpasi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : suara napas dasar vesikuler, ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
Kesan : Normal
Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : peristaltik (+), bising usus (+) normal
Perkusi : timpani di seluruh kuadran
Palpasi : supel (+), nyeri tekan (+) di regio
epigastrium, hepar dan lien tidak teraba
Genital : perempuan, tidak ada kelainan
Ekstremitas
Superior InferiorSianosis -/- -/-Edema -/- -/-Akral dingin -/- -/-
12
Pelebaran vena -/- -/-Capillary refill time < 2”/ < 2” < 2”/ < 2”Refleks fisiologis + N/+N + N/+NRefleks patologis -/- -/-Papul multipel dengan krusta
+/+ +/+
Kesan : Normal
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah Rutin (20 September 2013)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Menurut WHO
Hemoglobin 12,3 gr/dl 12 – 15,2 gr/dlHematokrit 36 % 36 – 47 %Lekosit 17900 4,5 – 13 x 103/ulTrombosit 328000 150 – 450 x 103/ulSGOT 41 3-45SGPT 10 0-35
b. Serologi (20 September 2013)
Pemeriksaan Hasil NormalWidal TYO 1/400 Negatif Widal THY 1/400 Negatif
4. Pemeriksaan Khusus
Data Antopometri
Anak perempuan, usia 12 tahun
Berat Badan : 45 kg
Tinggi Badan : 150 cm
Pemeriksaan status gizi ( Z score ) :
WAZ = BB – median = 45 - 43,8 = 0,105 ( berat badan normal )
SD 11,40
HAZ = TB – median = 1 50 – 151,5 = -0,22 ( tinggi normal )
SD 6,80
13
Kesan : berat badan normal, tinggi normal.
C. DAFTAR ABNORMALITAS
i. Data Anamnesis
a. Panas tinggi ± 5 hari, panas timbul mendadak tinggi hingga 39ºC ,
sifat naik-turun. Pada malam hari dan pagi hari turun tapi tidak
sampai normal
b. Sakit perut terutama di ulu hati
c. Mual, muntah
d. Nafsu makan menurun
e. BAB cair dan ampas
f. Batuk
g. Tenggorokan pahit
h. Pusing
i. Sering membeli jajan di sekitar rumah dan sekolah.
j. Pasien malas mencuci tangan sebelum dan setelah makan
ii. Data Pemeriksaan Fisik
a. Kesan Umum: tampak lemah
b. Mulut : lidah kotor (+)
c. Abdomen: nyeri tekan (+) di regio epigastrium
iii. Data Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan serologi (Widal)
Widal TYO 1/400Widal THY 1/400
D. DIAGNOSIS BANDING
1. Observasi Febris
DD :i. Demam tifoidii. DHFiii. Malaria
2. Status gizi baik
14
E. DIAGNOSIS SEMENTARA
1. Demam tifoid
2. Status gizi baik
F. TERAPI
a. Infus RL 28 tpm makro.
b. Injeksi ceftriaxon 1 x 1g (IV)
c. Injeksi ranitidin 3 x 1 ampul.
d. Injeksi Dexamethasone 3 x 1 amp
e. PCT tab 3 x 500mg
Program : Bed rest dan pantau keadaan umum dan tanda-tanda vital.
G. EDUKASI
a. Tirah baring dan makan makanan lunak dan rendah serat
b. Bila setelah pulang anak mengeluhkan gejala yang sama, segera
bawa ke rumah sakit
c. Mengurangi kebiasaan jajan dan makan di luar rumah
d. Membiasakan cuci tangan sebelum dan sesudah makan
e. BAB dan BAK di WC
f. Meningkatkan higiene, sanitasi makanan dan lingkungan rumah
H. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : ad bonam
I. INITIAL PLAN
Ip. Dx :
Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan widal
Pemeriksaan IgM dan IgG Salmonella
Ip. Tx :
15
Bed rest total sampai 7 hari bebas panas
Diet tinggi karbohidrat tinggi protein
Inf RL 28 tpm
Inj ceftriaxon 1 x 1gr
Paracetamol 3x500 mg
Inj.Ranitidin 3x1amp
Inj Dexamethason 3x1 amp
Ip.Mx :
KU
TTV
Keluhan dari pasien
Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan widal
Pemeriksaan IgM dan IgG Salmonella
Ip. Ex :
Edukasi kepada pasien mengenai penyakit yang diderita oleh pasien
Diet rendah serat
Menjaga kebersihan diri
Istirahat cukup
Tidak jajan di sembarang tempat
J. PERJALANAN PENYAKIT
Hari ke 1
(20/10/13)
Hari ke 2
(21/10/13)
Hari ke 3
(22/10/13)
Keluhan Panas (+) sudah 5 hari,
pusing (+) batuk(+), pilek
(-), mual(+), muntah(+),
ma/mi (<</+), BAK (+)
normal, BAB (+) mencret
Panas (-), pusing (+) <<,
batuk (+), mual (-),
muntah(-), ma/mi (<</+),
BAK (+) normal, BAB (+)
normal, mimisan (-),
Panas (-), pusing(-) batuk(-),
pilek (-), mual(-), muntah(-),
ma/mi (+/+), BAK (+)
normal, BAB (+) normal,
mimisan (-), tenggorokan
16
1x, mimisan (-),
tenggorokan pahit (+),
perut sakit (+)
tenggorokan pahit (+),
perut sakit (+)
pahit (-), perut sakit (-)
K U Sadar, lemah Sadar, lemah Sadar, membaik
Vital sign TD = 120/70 mmHg
N = 96 x/mnt
RR = 20 x/mnt
Suhu = 39,2 º C
TD = 120/70 mmHg
N = 64 x/mnt
RR = 20 x/mnt
Suhu = 36,2 º C
TD = 120/80 mmHg
N = 72 x/mnt
RR = 20 x/mnt
Suhu = 36,1 º C
Px.Fisik Kepala : mesocephal
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Hidung : sekret (-/-),
Telinga : serumen (-/-),
bengkak (-/-), nyeri (-/-)
Mulut : bibir kering (-)
Leher : simetris,
pembesaran KGB (-)
Thorax : simetris,
Pulmo : vesiculer (+),
Cor : B.J I-II reguler,
bising(-)
Abd : datar, supel,
peristaltik(+) normal,
hipertimpani, nyeri tekan
epigastrium (+)
Ekst : akral dingin (-),
Kepala : mesocephal
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Hidung : sekret (-/-),
Telinga : serumen (-/-),
bengkak (-/-), nyeri (-/-)
Mulut : bibir kering (-)
Leher : simetris,
pembesaran KGB (-)
Thorax : simetris, Pulmo :
vesiculer (+), Cor : B.J
I-II reguler, bising(-)
Abd : datar, supel,
peristaltik(+) normal,
hipertimpani, nyeri tekan
epigastrium (+) <<
Ekst : akral dingin (-),
Kepala : mesocephal
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Hidung : sekret (-/-),
Telinga : serumen (-/-),
bengkak (-/-), nyeri (-/-)
Mulut : bibir kering (-)
Leher : simetris,
pembesaran KGB (-)
Thorax : simetris, Pulmo :
vesiculer (+), Cor : B.J I-
II reguler, bising(-)
Abd : datar, supel,
peristaltik(+) normal,
timpani, nyeri tekan
epigastrium (-)
Ekst : akral dingin (-),
Px.
Penujang
Darah Rutin (20/10/13)Hb : 12,3 gr/dlHt : 36 %Leukosit : 17900Trombosit : 328000Tes Widal:Widal TYO : 1/400Widal THY : 1/400
17
Ass. Thypoid Thypoid Thypoid
Terapi - Infus RL 28 tetes/menit
- Inj ceftriaxone 1x1gr iv
- Inj.Dexamethason 3x1amp
- Inj. Ranitidine 3x1amp
- PO:paracetamol 3 x 1 tab
- Infus RL 20 tetes/menit
- Inj ceftriaxone 1x1gr iv
- Inj. Ranitidine 3x1amp
- PO:paracetamol 3 x 1 tab
- (bila perlu)
- Infus RL 20 tetes/menit
- Inj ceftriaxone 1x1gr iv
- Inj. Ranitidine 3x1amp
- PO:paracetamol 3 x 1 tab
- (bila perlu)
Program Awasi KU, vital sign Awasi KU, vital sign Pasien diperbolehkan pulang
diet Diit bubur Diit bubur Diit bubur
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi 1,2
Demam tifoid (Tifus abdominalis, Enteric fever, Eberth disease)
adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi
pada usus halus (terutama didaerah illeosekal) dengan gejala demam
selama 7 hari atau lebih, gangguan saluran pencernaan, dan gangguan
kesadaran.
B. ETIOLOGI 1,2,3
18
Penyakit demam tifoid disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella
Typhi yang mana merupakan kuman gram negatif, bergerak dengan
rambut getar, tidak berspora, bersifat aerob.
S. typhi mempunyai tiga macam antigen, yaitu:
- Antigen O = Ohne Hauch = Somatik antigen (tidak menyebar)
- Antigen H = Hauch (menyebar), terdapat pada flagella dan bersifat
termolabil.
- Antigen Vi = Kapsul; merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman
dan melindungi O antigen terhadap fagositosis
Dalam serum penderita terdapat zat anti (agglutinin) terhadap
ketiga macam antigen tersebut.
C. MANIFESTASI KLINIS(1,6,8)
Gejala demam tifoid pada anak-anak biasanya lebih ringan jika
dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10-14
hari, selama dalam masa inkubasi dapat ditemukan gejala prodromal,
yaitu: anoreksia, letargia, malaise, nyeri kepala, batuk tidak berdahak,
bradikardi.
Kemudian menyusul gejala-gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :
1. Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat
febris remittent dan tidak terlalu tinggi. Pada minggu I, suhu tubuh
cenderung meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari
dan meningkat pada sore hari dan malam hari. Dalam minggu II,
penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu III suhu
berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu III.
2. Gangguan saluran cerna
Pada mulut didapatkan nafas berbau tidak sedap, bibir kering, dan
pecah- pecah (rhagaden), lidah ditutupi oleh selaput putih kotor
(coated tongue)., ujung dan tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat
dijumpai adanya kembung (meteorismus). Hepar dan lien yang
membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya terdapat juga
19
konstipasi pada anak yang lebih tua dan remaja, akan tetapi dapat juga
normal bahkan terjadi diare pada anak yang lebih muda.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walau tidak berapa dalam
berupa apatis sampai somnolen. Disamping gejala-gejala diatas yang
biasa ditemukan mungkin juga dapat ditemukan gejala-gejala lain:
- Roseola atau rose spot; pada punggung, perut bagian atas dan dada
bagian bawah dapat ditemukan rose spot (roseola), yaitu bintik-
bintik merah dengan diameter 2-4 mm yang akan hilang dengan
penekanan dan sukar didapat pada orang yang berkulit gelap.
Rose spot timbul karena embolisasi bakteri dalam kapiler kulit.
Biasanya ditemukan pada minggu pertama demam.
- Bradikardia relatif; Kadang-kadang dijumpai bradikardia relatif
yang biasanya ditemukan pada awal minggu ke II.
D. PATOGENESIS dan PATOFISIOLOGI1,5,6
Kuman Salmonella typhi masuk ke dalam tubuh manusia melalui
fecal-oral transmittion melalui orang ke orang maupun melalui
perantaraan makanan dan minuman yang tidak higienis yang
terkontaminasi dengan feces atau urine, sesampainya di lambung
sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung, dan sebagian
lagi masuk usus halus. Penyakit yang timbul tergantung pada beberapa
faktor, antara lain (1) jumlah organisme yang ditelan, (2) kadar
keasaman dalam lambung. Untuk dapat menimbulkan infeksi,
diperlukan S. typhi sebanyak 105-109 yang tertelan. Sesampainya di
lambung sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung.
Namun tidak semua bakteri tersebut mati. Jumlah bakteri yang mampu
bertahan hidup bergantung pada keasaman lambung tersebut. Bakteri
yang mampu bertahan hidup masuk ke dalam lumen usus, lalu
mengadakan perlekatan pada mikrovili dan menyerang epitel hingga
mencapai lamina propria. Melalui plak peyeri pada ileum distal bakteri
20
masuk ke dalam KGB mesenterium dan mencapai aliran darah melalui
duktus torasikus menyebabkan bakteriemia pertama yang asimptomatis.
Kemudian kuman akan masuk kedalam organ – organ sistem
retikuloendotelial (RES) terutama di hepar dan limpa sehingga organ
tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan. Dari sini kuman
akan masuk ke dalam peredaran darah, sehingga terjadi bakteriemia
kedua yang simptomatis (menimbulkan gejala klinis). Disamping itu
kuman yang ada didalam hepar akan masuk ke dalam kandung empedu
dan berkembang biak disana, lalu kuman tersebut bersama dengan asam
empedu di keluarkan dan masuk ke dalam usus halus. Kemudian kuman
akan menginvasi epitel usus kembali dan menimbulkan tukak yang
berbentuk lonjong pada mukosa diatas plak peyeri. Tukak tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya perdarahan dan perforasi usus yang
menimbulkan gejala peritonitis.
Pada masa bakteriemia, kuman mengeluarkan endotoksin yang
susunan kimianya sama dengan antigen somatik (lipopolisakarida).
Endotoksin sangat berperan membantu proses radang lokal dimana
kuman ini berkembang biak yaitu merangsang sintesa dan pelepasan zat
pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. Selanjutnya zat
pirogen yang beredar di darah mempengaruhi pusat termoregulator di
hipothalamus yang mengakibatkan terjadinya demam. Sedangkan gejala
pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus.
Bagan Patofisiologi Demam Tifoid
21
KUMANS. TYPHI
Makanan +Minuman
matiLambung
Usus halus
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG9,10
1. Pemeriksaan yang menyokong diagnosis.
Pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia, limfositosis
relatif, neutropenia pada permulaan sakit. Mungkin juga terdapat
anemia dan trombositopenia ringan.
2. Pemeriksaan untuk membuat diagnosa
a. Deteksi S. Typhi
Kultur merupakan pemeriksaan baku emas namun
sensitifitasnya rendah. Hasil negatif tidak menyingkirkan diagnosis.
22
Folikel getah bening
intestinum
MultiplikasiSel PMN
UsusHidup dan
Berkembang BiakMultiplikasi
Lokal Aliran Getah Bening Mesenterika
Aliran Darah( Bakteremia Sekunder)
Aliran Darah(Bakteremia Primer)
RES Hati dan Limpa
Hasil negatif palsu dapat terjadi bila jumlah spesimen sedikit, waktu
pengambilan spesimen tidak tepat atau telah mendapat pengobatan
antibiotik.
Keterlibatan biakan strain Salmonella biasanya merupakan
dasar untuk diagnosis.
-Biakan darah terutama pada minggu 1-2 dari perjalanan penyakit.
-Biakan sumsum tulang masih positif sampai minggu ke-4
-Biakan sumsum tulang merupakan metode yang paling sensitif
-Kultur tinja biasanya positif pada minggu ke-3 sampai ke-5
b. Deteksi DNA S.typhi
Metode yang digunakan yaitu PCR dimana DNA S.typhi
dilipat gandakan. Metode PCR dapat mendeteksi DNA bakteri baik
yang hidup maupun mati. Hasil positif tidak selalu menunjukkan
adanya infeksi aktif, sedangkan hasil negatif tidak menyingkirkan
adanya infeksi karena terdapat beberapa zat yang dapat
menghambat reaksi
c. Tes Widal
Tes Widal merupakan pemeriksaan serologis yang pertama
kali diperkenalkan dan masih banyak digunakan. Uji widal klasik
mengukur antibodi terhadap antigen O dan H S typhi. Diagnosis
demam tifoid ditegakkan bila kenaikan titer S. Typhi titer O ≥1:200
atau kenaikan 4 kali titer fase akut ke fase konvalesens. Deteksi anti
O dan anti H dalam serum tidak selalu menunjukkan adanya infeksi
S.typhi. S.typhi memiliki beberapa antigen O dan H yang sama
dengan Salmonella lain, sehingga peningkatan titer tidak spesifik
untuk S.typhi. Anti O dan H negatif tidak menyingkirkan adanya
infeksi. Hasil negatif palsu dapat disebabkan antibodi belum
terbentuk karena spesimen diambil terlalu dini atau antibodi tidak
terbentuk akibat defek pembentukan antibodi.
F. PENATALAKSANAAN1,5,11
23
Sebagian besar pasien demam tifoid dapat diobati di rumah dengan
tirah baring, isolasi yang memadai, pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi
serta pemberian antibiotik. Sedangkan untuk kasus berat harus dirawat
di rumah sakit agar pemenuhan cairan, elektrolit serta nutrisi disamping
observasi kemungkinan timbul penyulit dapat dilakukan dengan
seksama.
Pengobatan yang diberikan yaitu:
1. Isolasi penderita dan desinfeksi pakaian dan ekskreta
2. Perawatan yang baik untuk hindari komplikasi, mengingat sakit yang
lama, lemah dan anoreksia.
3. Pemberian antipiretik bila suhu tubuh > 38,5 C.
4. Diet. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori, dan tinggi
protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak
merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.
5. Antibiotika:
Kloramfenikol; masih merupakan pilihan pertama pada
pengobatan penderita demam tifoid. Dosis yang diberikan 100
mg/kgBB/hari dibagi 4x pemberian selama 10-14 hari. Dosis
maksimal 2 g/hari. Hari pertama setengah dosis dulu, selanjutnya
diberikan sesuai dosis diatas, karena kalau diberi dalam dosis yang
penuh maka kuman akan banyak yang mati dan sebagai akibatnya
endotoksin meningkat dan demam akan bertambah tinggi.
Kloramfenikol tidak boleh diberikan bila jumlah leukosit < 2000/ ul.
Selain itu dapat juga diberikan:
Ampislin; dengan dosis 100-200 mg/kgBB/hari dibagi 4 x
pemberian secara oral atau suntikan IV selama 14 hari.
Amoksilin; dengan dosis 100 mg/kgBB/hari dibagi 4 x yang
memberikan hasil yang setara dengan kloramfenikol walaupun
penurunan demam yang lebih lama.
Kotrimoxazol (trimethoprim 80 mg + sulphametoxazole 400
mg); dengan dosis 10 mg/kgBB/hari dibagi 2 x pemberian
24
Pada kasus-kasus demam tifoid yang disebabkan S.typhi yang
resisten terhadap berbagai obat diatas (MDR= multidrug resistance),
terdiri atas:
Seftriakson; dengan dosis 50-80 mg/kgBB/hari, dosis tunggal
selama 10 hari.
Sefiksim; dengan dosis 10-12 mg/kgBB/hari peroral, dibagi
dalam 2 dosis selama 14 hari.
Gol.quinolon; Siprofloksasin, 10 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis
atau ofloksasin, 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis, sudah dipakai
untuk pengobatan. Demam biasanya turun dalam 5 hari. Lama
pengobatan 2-10 hari.
6. Bila terdapat komplikasi harus diberikan terapi yang sesuai.
Misalnya: pemberian cairan intravena untuk penderita dehidrasi dan
asidosis. Pemberian antipiretik masih kontroversial, di satu pihak
demam diperlukan untuk efektifitas respon imun dan pemantauan
keberhasilan pengobatan, namun di pihak lain ketakutan akan
terjadinya kejang dan kenyamanan anak terganggu, sering
membutuhkan antipiretik. Dianjurkan pemberian bila suhu di atas
38,5’C. Pemberian kortikosteroid dianjurkan pada demam tifoid
berat, misalnya bila ditemukan status kesadaran delir, stupor, koma,
ataupun syok. Deksamethason diberikan dengan dosis awal 3
mg/kgBB, diikuti dengan 1 mg/kgBB setiap 6 jam selama 2 hari.
G. Komplikasi2,7,9
Komplikasi tipoid dapat terjadi pada :
1. Intestinal (usus halus) :
Umumnya jarang terjadi, tapi sering fatal, yaitu:
a. Perdarahan usus.
Bervariasi dari mikroskopik sampai terjadi melena dan kalau
sangat berat dapat disertai perasaan nyeri perut dengan tanda-tanda
syok: berupa penurunan suhu tubuh dan tekanan darah yang drastis.
25
b. Perforasi usus.
Timbul pada minggu ketiga atau setelah itu dan sering terjadi
pada distal ileum. Apabila hanya terjadi perforasi tanpa peritonitis
hanya dapat ditemukan bila terdapat udara dalam rongga peritoneum,
yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara bebas (free air sickle)
diantara hati dan diafragma pada foto rontgen abdomen yang dibuat
dalam posisi tegak.
c. Peritonitis
Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat,
dinding abdomen tegang (defense muskular) dan nyeri tekan.
2. Ekstraintestinal
Miokarditis dapat timbul dengan manifestasi klinis berupa aritmia,
perubahan ST-T pada EKG, syok kardiogenik, infiltasi lemak maupun
nekrosis pada jantung. Hepatitis tifosa asimtomatik dapat dijumpai pada
kasus demam tifoid dengan ditandai peningkatan kadar transaminase yang
tidak mencolok. Ikterus dengan atau tanpa disertai kenaikan kadar
transaminae, maupun kolesistitis akut juga dapat dijumpai, sedang
kolesistitis kronis yang terjadi pada penderita setelah mengalami demam
tifoid dapat dikaitkan dengan adanya batu empedu dan fenomena
pembawa kuman (karier).
BAB IVPEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
A. PEMBAHASAN
Ilustrasi Kasus dan Diagnosis
Pada kasus ini pasien An. I.M didiagnosis menderita Demam
Thypoid, setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis didapatkan demam tinggi,
mendadak selama 5 hari hingga suhu 39ºC. Demam dirasa lebih tinggi
terutama pada malam hari dan menurun pada pagi hari tetapi demam turun
26
tidak sampai normal. Nafsu makan menurun. 3 hari sebelum masuk RS,
demam anak bertambah tinggi terus menerus. Pasien mengeluh sakit perut
terutama di ulu hati, BAB mencret (cair, ampas (+)). Anak juga merasakan
mual dan muntah.1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien masih
mengeluh sakit perut di ulu hati dan mual, masih demam, nafsu makan
berkurang. Karena khawatir, orang tua pasien membawa anaknya ke IGD
RSUD Sunan Kalijaga Demak dan oleh dokter jaga IGD pasien disarankan
untuk mondok. Kemudian diinfus RL 28 tpm, Inj ceftriaxon 1 x 1gr,
Paracetamol 3x500 mg, Inj.Ranitidin 3x1amp, dan Inj Dexamethason
3x1 amp
Saat dilakukan pemeriksaan tanggal 20 September 2013
didapatkan anak tampak lemah dan tidak mau makan. Suhu 39,2C aksiler,
lidah kotor (+), tepi hiperemis (+), nyeri tekan di epigastrium, dan dari
hasil lab widal test (+).
Berdasarkan data di atas An. I.M. menderita Demam Thypoid
Prognosis
Prognosis quo ad vitam pada pasien ini ialah ad bonam bila
penatalaksaaan yang dilakukan sesuai.
Prognosis quo ad sanam pada pasien ini juga dubia ad bonam
karena sewaktu-waktu dapat saja pasien kembali menderita Demam
Thypoid bila tidak menjaga kebersiahn.
Prognosis quo ad fungsionam pada pasien ini juga ad bonam
karena bila klinis membaik, maka fisiologi pasien dapat kembali baik.
27
B. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan mengenai kasus yang terjadi dan tinjauan
pustaka yang ada maka pada laporan kasus ini dapat disimpulkan bahwa
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, yang dilakukan
telah tepat dan mengarah ke diagnosis penyakit, yaitu Demam Thypoid,
dan penatalaksanaan yang dilakukan telah tepat dan sesuai dengan
kepustakaan yang ada. Karena itu untuk prognosis pada pasien ini yang
dirasa tepat adalah ad bonam bila penanganannya tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Buku kuliah : Ilmu Kesehatan Anak : Jilid 2 : Balai Penerbit FKUI, Jakarta. 2002 : 593-598
Behrman RE, dkk . Typhoid Fever. Nelson textbook of pediatrics. 17th edition: WB Saunders Co. 2004: 916-919.
Current : Medical Diagnosis & Treatment. Forty-third edition. McGraw-Hill . 2004 : 1362-1363
Berman RE, dkk. Demam Enterik. Nelson textbook of pediatrics. Edisi 15. Volume 2. 1996 : 970-973.
Garna H, dkk. Buku Ajar Infeksi dan Penyakit Tropis. Edisi kedua. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2008 :368-375
28
Demam tifoid. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak. RSUP Cipto Mangunkusumo. 2007 : 173 -176.
http://www.cdc.gov/nczved/divisions/dfbmd/diseases/typhoid_fever/
http://www.medicinenet.com/typhoid_fever/article.htm
http://www.who.int/topics/typhoid_fever/en/
http://emedicine.medscape.com/article/231135-overview
http://www.mayoclinic.com/health/typhoid-fever/DS00538
http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMra020201
29