Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

109

description

Catatan Sepanjang Tahun: Kumpulan Tulisan Blog selendangwarna.blogspot.com

Transcript of Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

Page 1: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1
Page 2: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

Catatan Sepanjang Tahun: Kumpulan Tulisan Blog 2009

oleh Anggi Hafiz Al Hakam Diterbitkan oleh: Book Division - ALHakam Private Service Jl. Agastya VI Q3 No. 4 Pharmindo, Cimahi Selatan 40534 [email protected] Desain sampul oleh InLib Design Studio Penggunaan dalam pengutipan tulisan isi harus disertai nama penulis Terbit pertama kali, Desember 2009 Dicetak menggunakan Adobe Acrobat 6.0 Professional

Page 3: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

i

Catatan Sepanjang Tahun: Kumpulan Tulisan Blog 2009

Pengantar Penulisan

Kelahiran sebuah tulisan perlu dikaitkan antara semua sebab-sebab yang menyebabkan kelahiran itu sendiri. Bertabrakannya ide-ide di dalam kepala penulis menjadi satu latar belakang yang paling masuk akal dari hampir semua proses penulisan suatu karya tulis. Tak terkecuali dalam kumpulan tulisan yang sedang anda saat ini. Menulis adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa-meskipun resikonya adalah juga kematian, pada saat yang diperlukan.1

Kehadiran blog di zaman Web 2.0 ini telah menjadi semacam media ekspresi alternatif terutama untuk ragam budaya tulis. Banyak pribadi yang menjadikan media ini sebagai ruang ekspresi dan berkarya baik untuk mereka yang ingin mendapatkan pengakuan dan eksistensi maupun mereka yang merasa cukup untuk menerbitkan idenya saja. Kumpulan tulisan ini menghimpun semua tulisan yang terbit di blog pribadi penulis, selendangwarna.blogspot.com sepanjang tahun 2009. Dari situ harus dimaklumi kiranya oleh pembaca bahwa kumpulan tulisan ini memang mengandung tendensi yang sangat pribadi (Self-appreciation) terutama untuk alasan pendokumentasian tulisan yang bersifat reflektif.

Saya sadar bahwa saya tidak bisa sepenuhnya mengandalkan sistem pendokumentasian default milik Blogger. Tulisan-tulisan yang telah diterbitkan dalam blog tersebut bisa saja hilang tanpa bisa dicari lagi jejaknya. Blog bukan satu-satunya alat dokumentasi tulisan-tulisan saya. Tidak ada yang tahu sampai kapan sebuah blog bisa bertahan terutama setelah muncul kabar penutupan beberapa alamat blog oleh Yang Terhormat Bapak Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia karena alasan menyinggung keyakinan agama tertentu. Saya juga cukup sadar untuk menyadari bahwa bisa saja blog saya ditutup untuk alasan-alasan yang tidak masuk akal, barangkali karena salah kaprah UU ITE yang telah menjerat Prita Mulyasari dan Luna Maya. Kalaupun demikian, tentu tidak ada gunanya. Lha wong infotainment mana yang mau meliput saya kalau saya memang terjerat UU ITE itu kan?

***** 1 “Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara”, Seno Gumira Ajidarma, Bentang Pustaka, 2005, hal. 130.

Page 4: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

ii

Ide awal penulisan kembali tulisan-tulisan tersebut muncul ketika saya membuka kembali buku “Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara” karya Seno Gumira Ajidarma. Buku itu berisi tentang kumpulan-kumpulan tulisan yang hampir semuanya membahas perkara Insiden Dili 1991 dan implikasinya terhadap kebebasan pers. Sehingga, boleh dibilang pada masanya tulisan-tulisan didalam buku itu cukup kontroversial karena berhadapan langsung dengan kontrol ketat media massa versi Orde Baru.

Hubungannya dengan Catatan Sepanjang Tahun ini tentu bukan terletak pada kekuatan konten atau isi yang kontroversial. Namun, pada sebuah alasan bahwa tulisan-tulisan yang terbit di dalam bukunya Seno itu ujung-ujungnya adalah atas nama dokumentasi semata. Dengan demikian, makna dan pesan yang ingin disampaikan oleh Seno maupun saya adalah untuk sekedar mengingatkan berbagai pertanda zaman yang telah kita lalui bersama dan dianggap sebagai sejarah.

Berbagai tulisan yang hadir dalam kumpulan tulisan ini adalah sebagai konteks konstruksi fiksi, non-fiksi (fakta), dan realitas yang membaur dan padu dalam bentuk tulisan bebas dan cerpen. Fakta maupun fiksi hanyalah cara manusia memberi makna kepada dunia dan kehidupannya. Di dalam makna itulah terkandung tanggapan dan tafsiran manusia. Fakta bisa merentang dari sekedar sebuah laporan jurnalistik sampai kepada hasil penelitian yang paling ilmiah. Fiksi dalam peradaban manusia telah memperkenalkan seribu satu macam bentuk. Fakta diterima berdasarkan suatu konsensus yang telah disetujui bersama, itulah konsensus tentang bagaimana caranya segala hal yang masuk akal diterima sebagai kenyataan. Fiksi tidak mempunyai konsensus, karena tidak ada kategori dan kriteria apa pun yang bisa berlaku bagi imajinasi, namun tetap ada suatu konsensus bahwa dengan suatu cara tafsir-menafsir dalam persetujuan tertentu, maka fiksi dianggap mencerminkan kembali kenyataan.2

*****

Kumpulan tulisan ini merupakan sebuah dokumen personal yang bisa membuat Pembaca memeriksa hubungan antara penulis dan masyarakat luas. Agar khalayak ramai dapat mengolah dan menginterpretasi pendapatnya sendiri.

Mohon Pembaca yang budiman maklum adanya.

Anggi Hafiz Al Hakam Pharmindo, Cimahi, 29 Desember 2009

2 Ibid, hal. 153.

Page 5: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

* Tulisan berbentuk cerpen iii

DAFTAR ISI Pengantar Penulisan ……………………………………………………………….i Daftar Isi ……………………………………………………………………………iii Kumpulan Tulisan

Catatan dari Aninda ……………………………………………………………….1* Bayangan Sepanjang Perjalanan ………………………………………………….2* Tentang Tuhan di Facebook ……………………………………………………… 5* Cerita Untuk Sebuah Nama ………………………………………………………..7* Pada Suatu Pagi …………………………………………………………………….9* Hanya Sekedar Cerita ………………………………………………………………12* Haji dan Babi ………………………………………………………………………. 16* Perlawanan dari Catalan ……………………………………………………………19* Yang Belum Terkirim (1): Saya, Jombang, dan Emha ……………………………23 Yang Belum Terkirim (2): Tetapkan Hatimu, Sayang …………………………….26* Yang Belum Terkirim (3): Jilbabku, Jilbabmu ……………………………………..29 Tentang Dua Perempuan …………………………………………………………..31* Catatan di Hari Jum’at (Kemarin) …………………………………………………..35* Catatan Politik Seorang Rakyat …………………………………………………….39 Tentang Debat Semalam ……………………………………………………………43* Nobody’s Note ………………………………………………………………………46 JK: Jaga Kemaluan(mu) ………………………………………………………………49 JK: Jaga Kehormatan(mu) ……………………………………………………………52 Olenka ………………………………………………………………………………..54 Pada Suatu Pagi ……………………………………………………………………..55* 3 Malam, 3 Cerita (puisi) ……………………………………………………………58 Kita Adalah Teroris ………………………………………………………………….60 We Hate It When Our Friends Become Successful ………………………………..62 Puasa di Jakarta (dan sedikit cerita lainnya) ………………………………………..65* Tentang Ia yang Ternyata Itu Aku ………………………………………………….68* Mudik ………………………………………………………………………………..70* Batik, Identitas, dan Bencana ………………………………………………………72 Golkar dan AC Milan ………………………………………………………………..76 Cintaku Kandas di Tapal Batas Ambalat …………………………………………...80* Golkar dan Kekuasaan ………………………………………………………………84 Kita Ini ………………………………………………………………………………..86* Cinta Dalam Sepotong Artikel ……………………………………………………..88* Potongan E-mail dan Sumpah Pemuda ……………………………………………91* Pembangunan dan Perubahan ………………………………………………………93 Kemenangan Guru, Kemenangan Pendidikan? ……………………………………..95 Karir dan Kadal ………………………………………………………………………..98 Patung dan Eksistensi ……………………………………………………………….100

Page 6: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

1

Januari

Catatan dari Aninda

Masuk di Tahun 2009 seakan semuanya nyaris seperti biasa. Teriakan resolusi tahun baru menggema dimana-mana. Ramal-meramal masih menjadi bahan berita dan kalau perlu jadi bahasan diskusi panel. Saling bertukar pesan selamat tahun baru masih jadi kebiasaan yang rutin dan kalau perlu masih harus dipertahankan sampai dunia ini nanti tutup usia. Sebelum mengakhiri tahun 2008 tidak terlintas untuk menyusun sebuah resolusi. Malam itu yang penting adalah kesan. Kesan yang didapat bersama siapa ketika tahun akhirnya betul-betul berganti. Sampai akhirnya aku membaca sebuah tulisan:

"Aku tidak tahu harus menulis apa malam ini. Aku benar-benar tidak tahu. Sudah beberapa bulan ini engkau tidak lagi menulis disini. Aku memang tidak sedang menunggumu. Tapi, entah mengapa setiap hari setelah tulisan terakhir disini membuatku mendadak ingat padamu. Maka, engkau pun sudah tahu, esok harinya aku menunggumu disini. Barangkali engkau menuliskan sesuatu.

Nyatanya, tidak satu huruf pun engkau tuliskan. Tidak ada lagi cerita yang engkau tuliskan. Kemanakah engkau? Engkau yang selalu menuliskan cerita untukku. Kemanakah engkau yang selalu memujaku sambil menyanyikan lagu itu? Sudah nyaris 2 bulan ini engkau menghilang. Kau tahu rasanya kehilangan? Rasanya seperti itu.

Sudah tak terhitung waktu untuk melupakanmu tapi tetap saja aku tak mampu menahan perasaanku sendiri. Aku tahu aku ini memang bukan siapa-siapa untukmu dan kau juga tahu perasaanku padamu. Tapi kenapa, sirkuit kemelut ini malah menemuiku hanya karena dirimu. Karena Dirimu. Dirimu!

Aku ingin tertawa pada kebodohanku untuk menunggu tulisanmu. Aku malah menanyakan apa yang ada didalam kepalamu sehingga untuk menuliskan catatan saja rasanya susah sekali. Aku tahu engkau sudah tidak lagi di kota ini. Engkau telah jauh meninggalkanku. Meninggalkan semuanya. Semuanya." Bandung, 31 Desember 2008 Aninda

Page 7: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

2

Februari Bayangan Sepanjang Perjalanan Kemanapun aku pergi Bayang bayangmu mengejar Bersembunyi dimanapun S'lalu engkau temukan Aku merasa letih dan ingin sendiri *)

Aku ingat pada senyuman itu. Dengan wajah berseri dan selalu bersuara "Selamat pagi...". Ia duduk disitu dekat jendela. Ia ditemani dua murid kecilnya yang sudah menunggu. Aku ingat semuanya. Aku perlahan tersenyum sendirian. Sialan. Memori itu masih ada dibenakku.

Aku kini sedang berada dalam bis malam yang akan membawaku ke Surabaya. Malam mulai meninggi. Jalanan sudah sepi. Hanya keremangan malam yang menemaniku. Aku lihat tidak banyak penumpang yang masih terjaga. Kecuali aku dan seseorang di dekat toilet. Kondektur dan sopir pun seakan khusyuk sekali memandang jalanan di depan.

Sepanjang perjalanan aku hanya bisa tertegun bila mengingatnya. Entah darimana datangnya. Bayangan tentangnya masih saja menemuiku. Raungan mesin diesel Hino masih memecah kebisuan di sepanjang jalanan yang masih juga sepi. Aku masih melamun. Aku hanya memandangi jendela saja.

***

Kepergianku ke Surabaya bukan untuk sekedar perjalanan dinas atau kunjungan biasa. Aku telah memutuskan untuk pindah ke Surabaya. Aku terima tawaran dari sebuah sekolah disana. Sekolah yang levelnya diatas sekolahku yang lama.

Beginilah keadaannya. Aku tidak pernah merasa berat hati untuk meninggalkan apapun yang telah kulalui. Bahkan dirinya sekalipun. Aku tidak pernah merasa menyesal atas apapun. Sejenak masih melamun. Bayangannya datang lagi ketika aku mengingat kembali senyumannya. Oh Tuhan, apa yang telah aku lakukan? Aku memanggilnya kembali. Begitu lekatnya hingga tak ingin pergi.

Dia bukan apa-apa. Maksudku, dia hanya seorang guru, dan hanya itu saja. Kita dipertemukan oleh takdir yang sudah seharusnya terjadi. Aku mengenalnya karena sering bertemu saja. Lainnya, tidak ada. Tapi mengapa

*) Dari lirik lagu “Aku Ingin Pulang” dinyanyikan oleh Ebiet G. Ade

Page 8: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

3

saat ini seakan aku merasa dekat sekali dengannya. Aku bisa rasakan hembusan nafasnya dibelakang tengkuk leher ini. Hmm, aku jadi merinding.

Aku merasa ia sedang duduk di sebelahku. Sama-sama memandang sayu pada jendela yang bertuliskan Jakarta-Surabaya via Kediri. Aku merasa ia disana dan sedang memegangi tanganku dengan dingin yang mengalir dari sela jari-jarinya.

Aku segera tersadar bahwa aku hanya tertidur sesaat. Itu pun kalau bukan karena klakson bis malam yang berpapasan. Aku menghela nafas panjang. Aku lihat disekelilingku hanya aku saja yang masih terjaga. Aku ingin terus terjaga.

***

Lewat dini hari aku tidak tahu sudah sampai mana. Yang pasti bis akan memasuki kota Madiun. Semuanya masih gelap. Hanya keremangan lampu jalanan saja yang menemani. Aku masih menatap jendela. Aku merasa sangat lelah. Tekanan darahku yang diatas normal agaknya mempengaruhi keadaan fisik sekarang ini. Aku tidak tahu perkara pastinya. Apa karena Soto Ambengan kemarin malam, atau karena Gulai Sapi kemarin siangnya. Ah, aku tidak ingin memikirkannya.

Aku hanya ingin meninggalkan semuanya. Aku tidak pernah merasa memiliki cinta pada apa pun sehingga aku bebas melakukan apa saja. Aku tahu ada seseorang yang memperhatikanku dan akhirnya memilih untuk mencintaiku. Aku tahu dia tidak akan pernah rela atas kepergianku ini. Tapi, apa kuasa dia untuk hidupku yang sudah memang seperti ini? Tidak ada.

Dia telah menjelma menjadi sebuah buku yang bisa dibaca kapanpun aku menginginkannya. Dia adalah buku itu yang hanya dibaca saat weekend. Tentunya, dia menghasilkan sebuah perasaan yang menyenangkan dan menenangkan. Tetapi rupanya dia ingin lebih dari itu. Dia inginkan sesuatu yang bernama komitmen. Komitmen. Sekali lagi komitmen.

Tahu apa dia tentang komitmen? Memikirkan untuk memiliki "komitmen" buatku tak lebih dari memilih buku di rak pajangan toko buku. Dilihat, dibaca sebentar, lalu ambil kalau berkenan dan letakkan kembali di rak bila memang tak ingin. Aku tidak ingin berkata, "Ya, aku akan berkomitmen denganmu mulai saat ini...bla bla bla dan seterusnya." Aku tidak mengerti kenapa ia selalu menginginkan yang lebih. Tapi bukankah manusia memang seperti itu?

Perlahan bayangan tentangnya muncul kembali. Bagai hujan di musim badai seperti ini yang tak pernah berucap kapan waktunya tiba. Dia dan dia. Bagus. Apa lagi ini? Sementara perjalanan masih lumayan jauh, aku hanya berkutat dengan dia dan bayangan dia. Siapakah dia dan dia yang tidak pernah

Page 9: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

4

mau pergi ini. Untuk apa mereka ada saat ini? Aku sedang tidak melarikan diri dari mereka tapi kenapa seakan dia dan dia tidak rela untuk ditinggalkan.

***

Aku bersandar pada jok. Mengambil nafas panjang dan keluarkan perlahan sambil memejamkan mata. Aku merasa lebih tenang sekarang. Aku merasa sendirian. Sendirian saja di dalam bis malam yang penumpangnya penuh. Aku hanya melihat titik-titik berwarna putih. Perlahan semakin banyak dan menutupiku. Pegangsaan Dua, 5 Februari 2009, 11.47

Page 10: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

5

Tentang Tuhan di Facebook

Pada suatu sore yang mendung di Kelapa Gading, ada satu SMS yang berkata:"Temui aku di dekat pintu masuk La Piazza, tepat 17.00". Siapa pengirimnya, aku tak tahu. Barangkali, seseorang yang memang kenal denganku dan kebetulan juga ia sedang kehabisan pulsa. Lagipula, aku tidak keberatan. Mungkin saja ada kejutan disana. Siapa tahu.

Aku berjalan kaki saja sepanjang jalan Boulevard Barat. Sore ini, tidak seperti biasanya. Dealer mobil banyak yang tutup. Jalanan lengang. Memang tidak seperti biasanya. Sore itu nampak mendung masih menutupi kawasan sekitar Kelapa Gading. Aku terus berjalan dalam sore yang semakin mendung.

Dari kejauhan aku melihat seseorang yang sedang bermain gitar tidak jauh dari La Piazza. Sepertinya seseorang yang sudah aku kenal. Semakin dekat, semakin jelas bahwa ia bukanlah orang biasa. Tuhan sedang turun ke bumi dan menjelma menjadi seseorang. Untuk apa ia datang lagi? Pasti ada sesuatu yang membuatnya gundah diatas sana sehingga ia mesti turun sampai ke bumi. Pasti ada sesuatu yang penting sekali sehingga ia tidak butuh malaikat untuk menyampaikannya.

Ia hanya duduk saja di halaman depan toko yang sudah tutup. Ia tahu aku datang. Ia langsung menyodorkan secarik kertas. Semacam tulisan. Aku baca catatan di kertas itu: Emha Ainun Nadjib tentang Tuhan Dikutip dari buku “Kiai Bejo, Kiai Untung, Kiai Hoki”, Penerbit Buku Kompas, 2007 Hal 57: Negara punya kekuasaan hampir mutlak atas anda, sementara Tuhan tak punya negara. Tuhan tidak diperkenankan oleh hamba-hambaNya untuk secara formal mengatur kehidupan manusia. Tuhan dilarang menerapkan nilai dan hukumNya pada system nilai negara. Tuhan dicekal Memanifestasikan aspirasiNya ke dalam pasal-pasal hukum formal negara. Kalau peraturan negara dilanggar, pelanggarnya dihukum. Kalu peraturan Tuhan dilanggar, secara resmi manusia dilarang menghukum pelanggarnya. Hal 59: Kita boleh pakai peci, meskipun sehari-hari kita nyopet. Kita boleh pakai surban, meskipun kita penjahat. Kita boleh menyelempangkan sajadah di badan, meski kita koruptor besar.

Belum aku selesai membaca, sayup-sayup aku mendengar Tuhan bernyanyi. "....dan anehnya, banyak penggemarnya...*)".

*) Dari potongan lirik lagu “Penyanyi Tua” dinyanyikan oleh Koes Plus

Page 11: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

6

Setelah selesai membaca, aku duduk disampingnya dan bersandar.

Apakah karena tulisan dari penulis yang bermukim di Kadipiro, Yogyakarta itu Tuhan jadi tersinggung?. Aku tidak tahu pasti. Tuhan hanya berkata pelan," Silakan liat sendiri di Facebookmu, lihat mereka yang mengaku-ngaku menjadi Fans padaku, dan bandingkan dengan tulisan itu".

Apa karena Tuhan benar-benar tidak punya kuasa untuk manusia ciptaanNya? Manusia yang Tuhan ciptakan untuk membangun negara ini. Negara yang pada masa pemindahan kekuasaan dari birokrasi Pemerintah Hindia Belanda ke tangan birokrasi baru Negara Indonesia yang mayoritas lulusan SMA?**)

Kasihan Tuhan. Sudah tidak punya negara tapi malah banyak juga manusia yang mengaku-ngaku menjadi penggemarnya. Mirip dengan manusia fansnya Mick Jagger. Kita mengaku seperti itu cuma supaya jadi identitas kalau kita ini orang Islam. Kita mengaku hanya karena ingin supaya dilihat "baik" dan "alim" oleh orang lain disekitar kita. Kita mengaku hanya karena kepalsuan belaka. Dan hebatnya, ada manusia yang menjadikannya objek. Tidak hanya Tuhan saja, tetapi juga Muhammad SAW, Ka'bah, bahkan Al-Qur'an sekalipun.

Kita boleh mengaku jadi Fans Allah SWT, walaupun ternyata kita sendiri tidak pernah tahu seberapa dekat Allah SWT dengan hambaNya. Kita boleh mengaku menjadi Fans Nabi Muhammad SAW, padahal kita tidak pernah bershalawat dan melaksanakan segala sunahnya. Kita boleh mengaku menjadi Fans Al-Qur'an padahal tidak ada satupun dari ayatnya yang kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Tuhan masih saja bersenandung ketika aku menoleh padanya. Aku pandangi kertas itu sekali lagi. Dan ketika aku menoleh lagi padanya, Tuhan telah tiada. Tuhan sudah pergi, entah kemana. Barangkali, sudah selesai urusannya. Pegangsaan Dua, 18 Februari 2009, 10.49 **) Penggalan kalimat ini bisa ditemukan dalam Pengantar Bab I dalam buku “Kebebasan Pengarang dan Masalah Tanah Air”, Iwan Simatupang, Penerbit Kompas, 2004.

Page 12: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

7

Maret

Cerita Untuk Sebuah Nama *) Mengapa jiwaku mesti bergetar Sedang musikpun manis kudengar Mungkin karena kulihat lagi Lentik bulu matamu Bibirmu dan rambutmu yang kau biarkan Jatuh berderai di keningmu Makin mengajakku terpana Kau goreskan gita cinta

Ya, mengapa harus jiwaku yang bergetar kala melihatmu disana. Lagu itu mengalun lagi, menambah haru jiwa padamu. Sungguh aku lihat engkau disana. Lengkap dengan bulu mata yang lentik, dan rambut panjangmu yang terikat. Aku terpana. Sungguh terpana. Semakin aku larut dalam pesonamu semakin aku menginginkanmu.

Bagaimana tak lepas aku memandangimu. Sedang kau bermain didepan kedua mataku ini. Kau masih ada disana dan menggoreskan sedikit rasa pada hati ini. Mengapa aku mesti duduk disini Sedang kau tepat didepanku Mestinya ku berdiri berjalan kedepanmu Kusapa dan kunikmati wajahmu Atau kuisyaratkan cinta Tapi semua tak kulakukan Kata orang cinta mesti berkorban

Mengapa aku mesti duduk disini? Sudah memang takdirku hanya bisa duduk disini. Tepat dihadapanmu. Aku duduk hanya untuk melihatmu saja. Bukan menatap kosong pada layar LCD yang penuh angka-angka sialan itu. Aku hanya ingin duduk disini saja, melihatmu dari kejauhan.

Harusnya aku berdiri lalu melangkah kehadapanmu. Kusapa dirimu lalu mulailah basa-basi yang selalu berakhir penuh tanya. Sambil bicara, tentunya akan kusisipkan semua cita yang ada untukmu. Semuanya hanya isyarat, entah kau bisa menangkapnya lalu menafsirkannya.

Tapi seperti yang sudah-sudah, aku tidak pernah melakukan itu. Aku menginginkanmu tapi tidak pernah berusaha untuk menunjukkannya. Aku hanya *) Adaptasi dari judul lagu Ebiet G. Ade, “Lagu Untuk Sebuah Nama”

Page 13: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

8

bisa seperti itu saja, menatapmu dari kejauhan dan terkadang cuma curi-curi pandang saja kala engkau ada didekatku. Mengapa dadaku mesti bergoncang Bila kusebutkan namamu Sedang kau diciptakan bukanlah untukku Itu pasti tapi aku tak mau perduli Sebab cinta bukan mesti bersatu Biar kucumbui bayanganmu Dan kusandarkan harapanku Jatuh berderai dikeningmu**)

Ada getar yang terasa kala mendengar ataupun melihat namamu. Ada yang merasa, entah hatiku yang sebelah mana. Semuanya terasa begitu menggetarkan dengan sama getirnya dengan kehilangan yang paling menyakitkan sekalipun. Aku tidak pernah peduli engkau tahu apa tidak. Takdir pun sudah menyaratkan bahwa kau memanglah bukan untukku. Aku tidak peduli.

Kalau ini bisa dibilang cinta, apalagi yang akan aku katakan? Apa aku harus ikut-ikutan bilang, "Cinta tak selalu harus memiliki", "Mencintai tidak harus selalu memiliki", dll. Tidak, aku tidak akan seperti itu. Aku tahu engkau dan aku takkan bersatu maka kucukupkan sampai disini saja. Aku cukupkan untuk hanya merasakanmu lewat pertemuan-pertemuan kita yang selalu biasa seperti itu.

Kalau memang cinta punya bayangan, akan seperti apa jadinya? Tentu dunia ini akan penuh dengan bayang-bayang cinta yang wujudnya tidak terlihat tetapi bayang gelapnya terlihat. Untung saja cinta tidak pernah berbayang walau pernah berbekas. Karena itu pula, hanya akan kucumbui bayanganmu. Bayanganmu yang ada dikepalaku saja. Bayanganmu yang selalu hadir dalam mimpi-mimpi malam. Adapun tentang harapan-harapan itu, akan kubiarkan mereka terbang larut bersama angin dan debu yang selalu menerpa wajahmu itu hingga mereka akhirnya jatuh berderai membelai keningmu. Pegangsaan Dua-Kelapa Gading, 6 Maret 2009, 15.04

**) Lirik lagu didalam tulisan ini diambil dari lagu yang sama (Lagu Untuk Sebuah Nama).

Page 14: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

9

April

Pada Suatu Pagi

Pada gerimis pertama di Bulan Mei. Dalam kabut tebal menutupi keremangan pagi. Matamu masih terpejam bersama nyanyian pagi dari burung-burung yang hinggap di dahan pohon itu. Engkau masih saja melanjutkan mimpi yang terpenjara karena ruang dan waktu. Selimutmu masih melingkari lekuk tubuhmu, mengingatkanku pada Megan Fox yang telanjang ria didalam selimut kala photoshoot untuk sebuah majalah. Tapi, tentu kau bukan dia. Kau hanyalah kau seorang. Seperti yang ada didalam kepalaku.

Aku beranjak menyambut pagi. Dengan secangkir kopi panas dan roti sisa semalam. Aku duduk di teras sambil menatap kosong pada jalanan yang sepi. Kabut masih ada Cuma tipis saja. Aku biarkan pintu jendela terbuka supaya kau terjaga. Dalam pagi yang seperti ini apa yang akan aku lakukan, aku tidak tahu. Aku hanya ingin menikmatinya saja.

Mendung masih menjagal pagi ini. Aku pikir hujan akan turun sebentar lagi. Aku masuk ke dalam sebentar, ia masih tertidur. Lelap. Rasanya, tak ada beban yang hinggap di matanya. Semoga kedamaian menghiasi tidurnya. Perlahan waktu beranjak. Aku tidak ingin melakukan apa-apa. Aku habiskan kopi dan roti itu. Lumayan, sekedar pengganti sarapan.

Aku ingin menikmati hari liburku ingin dengan santai saja. Entah kenapa aku seperti ingin berjalan-jalan. Baiklah, aku akan jalan keluar sebentar, sekedar menyapa tetangga yang sedang nongkrong di teras sambil baca koran atau menyapu halaman. Tapi, aku harus meninggalkan dia. Tak apa. Hanya sebentar saja.

Aku mengambil jaket. Nyalakan sebatang rokok. Lalu melangkah perlahan menyusuri jalanan yang semakin sepi. Aku lihat banyak penghuni rumah yang sudah bangun. Lampu jalanan sudah dimatikan. Namun, agaknya mereka hanya beraktivitas didalam ruangan saja. AKu masih menghisap rokok yang semakin hambar ini. Aku terhenti pada suatu persimpangan. Ada semacam pos ronda disana. Maka aku duduk sebentar.

Aku tidak sedang merokok. Hanya diam saja termenung sendirian sambil menyandar pada dinding bilik yang basah karena embun. Dalam lembap, seribu tanya menghujam. Tiba-tiba saja aku teringat dia. Dia yang sedang kutinggalkan sendirian di rumah. Dia yang kutinggalkan dalam tidurnya yang hening. Aku belum benar-benar mengenal dia. Siapa dia, darimana asalnya, aku belum tahu. Aku belum tahu apa memang aku yang lupa? Aku tidak yakin.

Page 15: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

10

Rasanya kemarin tidak ada seorang perempuan pun yang tidur di kasur

itu. Lalu kenapa pagi ini dia ada disitu? AKu malah tambah bingung. Aku benar-benar tidak ingat kejadian semalam. Padahal semalam aku tidak mampir kemana-mana, langsung pulang setelah bekerja. Aku hanya ingat kalau pagi ini aku bangun setelah tertidur diatas sofa. Tak ada perasaan aneh kala melihat dia ada di tempat tidur. Apa yang telah terjadi semalam? Aku bangun sambil masih mengenakan baju yang kupakai seharian kemarin. Lalu, dia masih tertidur dengan pakaian yang lengkap-tidak telanjang. Tidak ada botol minuman hanya ada gelas-gelas bekas minum kopi yang belum dicuci.

Aku masih mereka-reka sambil mengingat beberapa kejadian semalam. Apakah kita semalam memang tidur bersama lalu terpisah setelahnya? Apakah yang benar-benar terjadi semalam? Tidak ada petunjuk. Aku masih tidak yakin. Perasaanku semakin gelisah. Hati kecilku berkata sekedar untuk menenangkan bahwa tidak ada yang benar-benar terjadi.

Aku melangkah pulang. Pagi masih mendung. Gerimis masih turun. Tak ada sinar matahari. Kabut menipis. Burung-burung masih diam di dahan seperti enggan untuk terbang. Perutku mulai lapar, tandanya minta sarapan.

Aku tiba di rumah. Dia masih tertidur. Tidak terganggu dengan jendela yang kubiarkan terbuka. Semakin kutatap wajahnya, semakin aku tidak ingin membangunkannya. Tidak ada yang ingin kulakukan dengannya. Maka aku biarkan saja. Radio kunyalakan, beritanya masih seputar pemilu dan jalanan yang macet. Resiko hidup di kota besar. Televisi...ah tidak ingin aku menontonnya. Lagipula, pag-pagi seperti ini acaranya hanya penuh omong kosong ala selebriti. Aku membuat sarapan pagi. Seperti biasa hanya nasi dan telur dadar saja.

Sepertinya, akan lebih baik jika dia saja yang membuatkan sarapan untukku. Alangkah nikmatnya hidup kalau seperti itu. Tidak perlu lagi melakukannya sendirian. Hahaha. Tapi memang hidupku ya begini ini. Semuanya harus kulakukan sendirian.

Sambil menikmati sarapan, aku terus memandanginya. Cantik juga rupanya. Kau bisa lihat dari alis matanya, lalu lekuk bibirnya. Badannya pun bagus, seperti lekukan Mercy C-Class. Tegas namun lembut. Tapi sayang, aku tidak pernah tahu makhluk seperti apa dia ini. Selesai sarapan, aku mendekatinya. Aku duduk tepat disampingnya. Aku gerakkan tanganku didepan hidungnya. Aku rasakan nafasnya. Artinya, dia ini benar-benar manusia.

Gila. Seorang perempuan yang tidak jelas asal-usulnya tidur di rumah seorang bujangan. Aku tidak takut terhadap pandangan orang yang aneh setiap melihat kasus yang seperti ini. Buatku ini tiada bedanya. Hanya, sekarang ada seorang perempuan yang sedang tertidur di rumahku. Itu saja. Lagipula, aku

Page 16: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

11

tidak mengenalnya. Dan yang paling penting, aku tidak melakukan apa-apa dengannya.

Pagi mulai beranjak. Udara mulai menghangat. Kabut perlahan menghilang. Jalanan masih sepi. Mentari mulai nampak, sinarnya masuk lewat jendela kamar. Aku lihat sinarnya menepuk pipi perempuan itu. Ia masih tertidur juga. Sekarang aku yang bingung. Apa yang telah terjadi pada perempuan ini sehingga tidurnya begitu lelap? Pilihlah jawabanmu sendiri, seperti kau memilih wakilmu di Pemilu. Kelapa Gading-Cijerah, 8 April 2009, 11.22

Page 17: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

12

Hanya Sekedar Cerita

Apa yang bisa dikira dari sebuah senyuman manis di pagi hari? Senyuman yang biasakah? Atau sekedar senyuman pelapis rasa hormat pada atasan dan rekan sejawat?

Pagi-pagi sekali ia sudah datang menungguku. Perempuan itu lagi. Ia hanya menatapku sekilas lalu berlalu begitu saja. Entah kemana, aku tidak perlu tahu dan itu bukan urusanku. Aneh. Entah sudah berapa lama ia menunggu, lalu setelah bertemu denganku ia malah berlalu meninggalkanku. Siapa dia? Aku rasa aku mengenalnya.

Hari-hari selanjutnya aku tidak pernah lagi bertemu dengan perempuan itu. Aku terlalu sibuk untuk sekedar berpikir siapa dan darimana asalnya. Aku tidak peduli. Tiba-tiba saja aku merasa tidak harus mengerjakan semua pekerjaan yang menjadi tanggung jawabku. Aku lebih senang berdiam diri saja. Tapi bagaimana caranya dalam ruanganku yang dikelilingi oleh jendela tanpa tirai.

Dalam kesepian yang Cuma sekilas itu aku memutar kembali memori kepadanya. Aku merasa pernah melihatnya dalam sebuah pertemuan. Aku lupa entah dimana, namun aku masih ingat lekuk wajahnya.Ah, aku hentikan saja pikiranku. Aku tidak ingin pikiranku terbang melayang kesana.

Aku masih melamun. Aku tidak mau melanjutkan pekerjaan. Aku tidak tahu lagi harus bagaimana. Maka, akan lebih baik diam saja. Dalam diam aku teringat lagi padanya. Bukankah ia perempuan yang waktu itu tidur di rumahku? Bisa saja. Pertemuan bisa terjadi kapan saja dimana saja dengan siapa saja.

Ya, aku ingat. Ia adalah perempuan yang waktu itu dirumahku. Aku ingat sekarang. Dunia ternyata terlalu sempit sampai kita selalu bertemu dengan seseorang yang itu-itu lagi. Ada gejolak dalam hatiku yang ingin bicara dengannya. Tapi, aku kira aku tidak harus melakukannya. Aku tidak ingin membuka sekedar percakapan dengannya. Aku anggap pertemuan yang aneh itu hanya romantika hidup belaka.Aku sama sekali tidak ingin mengenalnya lantas mengajaknya bercinta. Tidak, aku tidak ingin.

Aku hanya inginkan hidup yang biasa saja. Tidak perlu ada kejutan juga tidak apa-apa. Yang jelas segala sesuatunya sudah begitu adanya sehingga tak perlu lagi ada banyak tanya mengghinggap. Kalau suatu saat hidup ini ternyata penuh kejutan maka akan kuterimakan juga sebelum ternyata kusadari bahwa kejutan adalah bagian dari hidupku juga. Apakah hidup ini terlalu membosankan? Tidak juga. Hidup ini tidak pernah terasa membosankan jika kau tahu bagaimana membuatnya menjadi menyenangkan. Hidup adalah permainan. Ada yang menang, selalu ada yang kalah. It’s just a game. Yeah...lets play.

Page 18: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

13

Mainkan apa saja dalam hidupmu. Bolehlah sekali-kali supaya tidak stuck di pekerjaanmu yang sekarang ini. Anggap saja pekerjaanmu itu Cuma main-main. Buatlah aturanmu sendiri. Tidak usah ikuti aturan atasan atau perusahaan. Your game, your rules! Buatlah semacam itu, agar engkau merasa nyaman dengan dirimu sendiri. Mainkan saja peranmu. Jalankan strategi. Cari banyak kawan lalu kalahkan musuh. Mengalah untuk menang. Menikam dari belakang.

Lalu tentang perempuanmu, apakah engkau juga harus menjadikannya sebagai objek permainan? Aku rasa itu tergantung penilaianmu terhadapnya. Apakah ia memang layak dibegitukan? Mengapa tidak kau mainkan saja permainan cinta yang paling dahsyat untuknya? Berikan ia ciuman paling beringas yang kau punya. Berikan pula ia kenikmatan yang hanya bisa kau berikan. Bukan dari lelaki lain. Buat ia merasa bahwa kaulah segalanya. Berikan ia segala yang ia inginkan lalu kau tinggalkan. Bukankah itu semua hanya bagian dari permainan? Hahaha. Aku tidak sedang mengajarimu untuk berbuat kurang ajar. Aku hanya sekedar menjelaskan padamu bagaimana caranya bermain.

Kembali pada hidupku. Aku rasa aku sudah selesai dengan perempuan itu. Yang penting aku sudah benar-benar yakin bahwa memang itu dia. Selesai sudah. Tak usah diperpanjang. Tak usah kau tanyakan lagi siapa dia yang tidur dirumahku, apa yang telah aku lakukan padanya. Tidak usah lagi ada pertanyaan.

*****

Hidup ternyata hanya berlalu begitu saja. Setidaknya buatku, aku tidak tahu apa-apa tentang hidupmu. Dalam keadaan seperti ini aku selalu merasa harus pergi. Aku akan pergi. Jauh dari hidup yang sekarang ini. Aku akan membuka lagi lembaran baru sejarah. Aku pergi bukan karena aku merasa bosan pada keadaanku yang sekarang. Bukan pula karena perempuan itu. Perempuan yang kutemukan di pagi hari yang berkabut. Tiada kesan khusus.

Aku telah bersiap untuk memulai perjalanan kembali. Aku belum tahu kemana tujuanku. Aku tidak lagi bangun pagi-pagi dengan mata yang perih. Aku tidak lagi tergesa-gesa untuk sarapan. Aku tidak perlu lagi bersusah payah mengerjakan seluruh file-file yang berserakan di meja keparat itu. Aku tidak perlu lagi membuat laporan-laporan sialan yang akan segera jadi omong kosong. Aku bersyukur untuk tidak perlu merasakannya lagi. Setidaknya untuk beberapa saat karena aku tidak pernah tahu kemana takdir memaksaku.

Bisa saja setelah engkau membaca tulisanku ini aku akan kembali terperangkap menjadi seorang pekerja lagi. Atau malah aku menjadi pembunuh bayaran yang selalu disewa untuk membunuh seseorang. Bisa itu seorang caleg pemenang suara terbanyak di Pemilu kemarin, atau juga Anggota DPR yang sedang dalam proses penyidikan oleh KPK. Apalagi di waktu sekarang ini

Page 19: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

14

sehabis Pemilu yang gombal dan krisis yang masih belum mau pergi. Apapun bisa terjadi. Semua kemungkinan masih terbuka. Tiada yang tak mungkin.

Perjalanan ini telah dimulai. Lika-likunya mulai bisa kurasakan. Setiap dengus nafasnya pun masih dapat kuraba. Aku memulai kembali perjalanan yang entah apakah akan berujung pada suatu keniscayaan atau ketiadaan. Aku belum tahu apakah perjalanan ini segera akan jadi saksi atas pilihanku.

Aku melangkah. Sekali, dua kali, terus melangkah dengan perasaan yang biasa saja. Seperti sudah aku bilang, aku merasa harus segera pergi. Maka aku terus melangkah maju. Tak ada yang kusesali. Semua telah kutinggalkan. Tiada lagi tersisa bahkan mimpi kubawa.

***** How if God was one of us...*)

Aku tidak pernah berharap untuk melibatkan Tuhan dalam setiap hal yang kulakukan. Aku hanya jalani hidup yang Cuma begini ini. Aku tidak pernah tahu agama itu apa. Aku punya agama hanya karena turunan dari orang tuaku saja, selebihnya aku tidak pernah tahu agama itu untuk apa dan apa gunanya. Aku pernah dengar bahwa Tuhan memang berkuasa atas segalanya. Aku tidak yakin. Aku tidak pernah tahu Tuhan itu ada. Aku hanya tahu dunia ini sudah begini dari sananya. Tidak ada sesuatu pun yang menjaganya.

Tapi, belakangan ini aku justru cenderung untuk berpikir bahwa Tuhan itu memang ada. Aku belum belajar lagi tentang agama tapi seakan semua pertanda jelas adanya. Tuhan memang selalu ada dalam setiap perkara yang ku alami. Agaknya, aku mulai termakan omongan seorang teman. Temanku itu bilang kalau Tuhan memang ada dan semua yang terjadi di dunia ini sudahlah tentu dibawah kuasaNya. Hebat sekali omongannya bukan? Tahu darimana dia tentang Tuhan. Sedang aku tahu sendiri kalau kelakuannya jauh dari apa yang Tuhan ajarkan. Lho, tahu darimana aku tentang ajaran Tuhan. Sudahlah, aku tidak mau mengingatnya lagi. Kalau memang Tuhan itu ada, biar Tuhan sendiri saja yang mengingatkanku nanti. Sekali lagi, kalau memang Tuhan itu ada dan Tuhan tidak lupa.

Jenuh aku berpikir tentang Tuhan. Aku tidak mau lagi memikirkannya. Setidaknya, sampai suatu saat nanti dimana Tuhan benar-benar tidak lupa untuk mengingatkanku. Dalam perjalanan ini banyak hal yang tiba-tiba menyeruak ke dalam pikiranku. Semua kenangan, pahit, getir, manis, rindu, kehilangan, kecewa, itu hanya sebagian saja. Aku menatap mereka kembali satu persatu pada cermin masa lalu.

*) Dari lirik lagu “One of Us”, dinyanyikan oleh Joan Osborne

Page 20: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

15

Kenangan. Bicara tentang kenangan tanyakanlah pada Merbabu yang menjadi saksi atas kerinduan yang tidak pernah tersampaikan. Tanyakan padanya tentang bagaimana kenangan itu terbuat dari serpihan debu yang bercampur dalam kabut kerinduan. Tanyakan padanya tentang siapa pula yang telah menjadikan kenangan itu pernah menjadi berarti sebelum akhirnya tidak jadi apa-apa. Aku terkenang padanya. Perempuan yang lahir di bulan Januari yang pernah menyita perhatianku untuk beberapa masa. Aku terkenang padanya kala membayangkan sore itu dengan Merbabu yang kini sedang tegak dihadapanku. Waktu itu Merbabu memaksaku untuk merindukan seseorang dan entah kenapa pilihannya ada perempuan itu.

Dalam bayangan pepohonan yang masih berkelebat di luar jendela aku masih terbayang pada perempuan itu. Mengingat kembali padanya seakan membuka sebuah ruang hampa yang telah terkubur lama. Kenangannya berhembus bagaikan udara yang mengisi setiap ruang hampa untuk lalu melebur kembali dalam semesta. Sayang sekali dia tidak pernah tahu. Aku terlalu malu untuk mengatakannya. Aku tidak ingin dia tahu. Cukup aku dan hatiku saja yang tahu, mungkin Tuhan juga tahu. Selebihnya aku tidak ingin tahu.

Bicara tentang kekecewaan, apalagi yang harus kuceritakan? Bukankah kau sudah tahu semuanya. Aku memang belum pernah bercerita padamu, tapi aku yakin kau pasti tahu lewat tulisanku. Aku tidak mau membahas cerita lalu itu. Aku tidak ingin melihatmu mengasihaniku lewat cerita ini.Aku tidak ingin membagi cerita itu padamu. Suatu saat nanti, kalau kau sudah tahu rasanya bolehlah kita bertukar cerita.

Entah sudah sejauh mana perjalanan ini kutempuh. Dalam malam gelap yang Cuma hitam disekelilingku ini. Malam bagaikan selimut tebal raksasa. Pekat. Malam adalah misteri. Misteri dalam kegelapan yang menebal. Sekarang, aku terjebak didalamnya. Aku berjalan kaki saja setelah turun dari bis. Aku nyalakan rokok dan mulai menikmatinya.

Ada banyak cerita, ada banyak kisah. Semua terangkum jadi satu dalam setiap lembaran memori. Banyak yang terungkap, ada yang tiba-tiba menyublim dalam hening. Semuanya meradang jadi satu dalam debur hati yang tak pernah berhenti terbantah oleh sepi. Kelapa Gading, 17 April 2009

Page 21: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

16

Mei

Haji dan Babi

Pada suatu sore yang biasa, aku membaca catatan:

Agaknya, selain isu siapa pendamping SBY di Pilpres, kasus Antasari Azhar, dan merebaknya Flu babi yang kini masih menjadi most wanted news di berbagai media, ada juga suatu kabar yang tidak kalah pentingnya. Tunggu dulu, penting menurut siapa? Oh, tentu saja menurut pikiran saya. Rasanya penting sekali untuk mengetahui tentang hal ini supaya tidak dibiarkan dan berlangsung terus menerus. Bagi umat Islam ini menyangkut urusan yang paling detil yaitu Halal dan Haram.

Babi dan haji, belakangan telah menjadi bintang baru dalam jagad pemberitaan sebelum ketiga isu diatas menggantikannya. Babi dan haji, sekilas adalah dua hal yang bertentangan. Tentu bila kita melihatnya dari sudut pandang yang mana, kalau dari sudut pandang agama, sudah tentu bertentangan apabila kita mencoba mengkaitkannya. Babi adalah binatang yang diharamkan secara syar’i oleh Islam. Sedangkan, haji adalah ibadah rukun islam yang ke-5. Haji adalah ibadah yang istimewa dan hanya dilakukan sekali dalam seumur hidup. Kecuali, jika anda memang mampu untuk melaksanakannya berulang-ulang dengan tidak melanggar prinsip-prinsip syar’i pelaksanaannya.

Babi dan haji menjadi saling berkaitan dengan terkuaknya penggunaan unsur babi dalam vaksin meningitis yang diberikan kepada setiap calon jemaah haji dan umroh asal Indonesia. Pemberian vaksin tersebut didasarkan kepada Nota Diplomatik Dubes Saudi Arabia untuk Indonesia di Jakarta No. 211/94/71/577 tanggal 1 Juni 2006 (Harian Republika, 8 Mei 2009).

Penggunaan unsur babi dalam vaksin meningitis sempat menimbulkan kontroversi. Pemerintah beralasan pemberian vaksin tersebut adalah dalam keadaan darurat dimana belum ditemukan lagi unsur-unsur selain babi untuk membuat vaksin meningitis. Pemberlakuan keadaan darurat itu sampai batas waktu yang belum ditentukan. Hal ini tentu menimbulkan sebuah pertanyaan besar: Apakah sejak diberlakukannya aturan itu (merujuk pada nota diplomatic) hingga kini belum ditemukan unsur pengganti babi dalam vaksin meningitis? Apabila kondisi seperti ini dibiarkan maka dikhawatirkan akan menodai kesucian ibadah haji.

Ibadah yang kita lakukan adalah untuk Allah SWT, bagaimana bisa kita mendapatkan pahalanya bila dalam ibadah itu masih tercampur dengan yang haram? Sama saja dengan kita menyumbang dan menyandang dana pembangunan masjid tetapi uangnya dari hasil korupsi, tipu sana-sini, dan malah

Page 22: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

17

hasil judi. Nah, semuanya jadi percuma kan? Tidak akan berarti apa-apa. Ibadah kok dicampur yang haram.

Mungkin, itulah sebabnya banyak haji yang tidak benar-benar mabrur sekembalinya ke tanah air. Unsur babi yang sudah terlanjur bercampur didalam darah mereka bertemu dengan sifat-sifat cinta duniawi. Perpaduan kedua unsur tersebut menjadikan manusia itu kembali pada sifatnya yang semula. Ibadah haji yang telah dilaksanakannya tidak lagi membawa pengaruh apa-apa bagi kualitas ibadahnya bahkan kualitas hidupnya sekalipun. Haji hanyalah sebagai simbol.

Kalau merujuk pada tanggal keluarnya nota diplomatik itu maka setidaknya sudah 3 kali musim haji vaksin tersebut digunakan. Kalau setiap musim haji ada (kurang lebih) 200.000 jamaah, maka saat ini ada sekitar 600.000 orang yang dibadannya pernah mengandung unsur babi dari vaksin meningitis. Tadinya, sebelum saya tahu bahwa vaksin meningitis itu diberikan sejak musim haji 2006 saya maunya menggeneralisir keadaan ini dengan menganggap setiap orang yang pergi haji pasti mendapatkan suntikan vaksin meningitis. Sehingga, saya punya alasan yang tepat untuk menganggap negara ini hanya menghasilkan haji-haji palsu, yang jumlahnya akan semakin bertambah tetapi tidak membawa dan menghasilkan apapun demi kemaslahatan dan kesejahteraan umat Islam di Indonesia ini.

Sudah berapa banyak haji dan hajjah yang pulang dari Tanah Haram Mekkah, tapi justru tidak ada perubahan yang signifikan dalam tatanan hidup masyarakat. Ataukah memang berhaji ke tanah suci itu hanya jadi syarat dan sekedar status saja? Tanpa peduli bagaimana caranya memberikan endorsement kepada masyarakat sekitar untuk lebih meningkatkan kualitas hidupnya melalui ibadah.

Maka dari itu, kepada anda yang membaca tulisan ini, mari kita pikirkan solusinya agar kesucian ibadah seperti ibadah haji ini tetap terjaga dan tidak bercampur dengan hal-hal yang haram dan dilarang oleh syariat. Apakah selama ini tidak ada usaha untuk mencari alternatif lain? Apakah kondisi darurat itu akan masih terus diberlakukan? Sudah seharusnya pemerintah (dalam hal ini Depkes, Depag, dan MUI) saling bekerjasama untuk mencari dan menemukan unsur-unsur yang halal dan baik untuk vaksin meningitis, sehingga calon jamaah haji tidak lagi khawatir akan kesucian ibadahnya.

Jangan sampai noda setitik macam ini mengotori kesucian niat dan ibadah haji. Ibadah itu adalah semacam ungkapan terima kasih untuk Tuhan dan Tuhan sendiri yang akan membalasnya. Masalahnya, kalau Tuhan tidak terima ibadah kita Cuma gara-gara hal seperti ini, apa mau dikata?

*****

Page 23: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

18

Hmm. Siapa pula manusia yang menulis catatan macam begini? Kelapa Gading, 11 Mei 2009

Page 24: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

19

Perlawanan dari Catalan

Selamat pagi. Apa kabar Anda hari ini , Bung? Semoga Tuhan selalu memberkati dan merahmati. Bagaimana akhir pekan Anda kemarin? APakah menyenangkan? Saya harap anda tidak hanya sekedar berdiam diri di rumah saja. Mengantri di buffet lines bersama istri bisa jadi suatu momen yang lebih menyenangkan dan membahagiakan bukan? Saya harap begitu.

Saya hanya menghabiskan akhir pekan kemarin dengan mengunyah habis preview Final Liga Champions Eropa yang akan berlangsung esok lusa di kandangnya para Gladiator, Roma, tepat pada tanggal Anda terima gaji. Tentunya Anda akan berada disana kan? Anda akan terbang ke Roma via Changi Airport, entah dengan Etihad, Emirates, atau malah Allitalia, karena maskapai penerbangan Indonesia masih kena cekal larangan terbang dari Uni Eropa. Jadi, sangat tidak mungkin Anda menaiki Garuda kesayangan itu. Saya sudah bisa membayangkan Anda dan istri duduk mesra di tribun utama dan larut bersama sekitar 70000 penonton yang lain. Anda akan mengenakan kostum berwarna merah sebagai simbol dukungan untuk Manchester United.

Begitupun saya, Bung. Saya tentu tidak akan hadir disana dan menyaksikan langsung bagaimana sepakbola indah ditampilkan oleh maestro dari masing-masing tim finalis. Saya cukup menonton lewat TV di rumah saja. Anda pun tahu, tak lama setelah Puyol atau Neville mengangkat trofi saya akan kembali bergulat dengan rutinitas pekerjaan yang masih begitu-begitu saja. Mungkin dengan mata yang masih pedas karena rasa kantuk yang masih tertahan di kepala.

Suguhan Final musim ini rasanya lebih menarik daripada musim kemarin. Anda tentu masih ingat bahwa musim kemarin terjadi All England Battle. Kalau saja bukan karena John Terry yang tergelincir mungkin ceritanya akan lain. Musim ini, raksasa dari Catalan, Spanyol kembali menantang Setan Merah dari Manchester di final. Musim kemarin, keduanya bertemu di semifinal. Satu gol dari Scholes sudah cukup untuk membungkam public Catalan dan melenggangkan jalan United ke final. Kini, El Azulgrana kembali untuk menghadang Setan Merah di final. Sebuah duel yang ideal sebagai pembuktian talenta-talenta hebat yang dimiliki keduanya.

Memang hebat si Kakek dari Skotlandia itu. Memulai debutnya dengan Setan Merah pada 6 November 1986, tanggal yang sama dengan debut saya di Ibukota ini. Walaupun tanggal debut kami sama, tentu prestasinya lebih membanggakan sekalipun saya terpilih sebagai Employer of the Year untuk 10 kali berturut-turut. Semenjak kedatangannya di Old Trafford, ia telah menghadirkan 33 trofi dari semua gelar yang mungkin diraih oleh United. Liga Premier, FA Cup, Charity Shield, Champions Cup, dan FIFA Club World.

Page 25: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

20

Persaingan Liga Champions musim ini memang sangat ketat. Terbukti dengan adanya 3 dari The Big Four Premiership di semifinal. United, Arsenal, dan Chelsea. Anda tentu sudah tahu kalau diantara ketiganya saya lebih suka untuk pegang United namun kalau ada Liverpool tentu ceritanya akan lain. Awalnya, saya begitu yakin dan ikut mendukung United untuk jadi juara dua kali berurutan dan menyempurnakan raihan gelar sebelumnya, Premiership dan Piala Dunia Antar Klub.

Belakangan ini, saya memusatkan perhatian saya pada Barcelona. Saya pernah menyukai Barcelona, namun tidak sebesar kecintaan saya pada Real Madrid. Waktu itu, mereka masih punya Rivaldo. Kini, skuad mereka adalah yang terkuat di Primera Spanyol. Tanpa Ronaldinho dan Deco. Namun, ditangan Pep Guardiola, eks kapten yang kini jadi manajer, Barcelona menampilkan sebuah kekuatan baru yang menakutkan bagi setiap defender lawan. Mengandalkan kecepatan Henry, Eto’o dan Messi, Barcelona menjadi tim yang paling produktif di Eropa. Sampai saat ini, di musim ini, kombinasi mereka telah mencetak lebih dari 100 gol.

Barcelona, sebuah kota di semenanjung Catalan di selatan Spanyol. Barcelona adalah tempat yang indah. Bukan karena saya pernah buat tulisan yang judulnya, “Belok Kanan Barcelona, Belok Kiri Cirebon”. Bukan pula karena saya sekarang sedang belajar bahasa Spanyol. Bapak saya pernah berkata begitu. Kalau anda masih tidak percaya coba dengarkan lagu Barcelona dari Fariz RM. Untuk bangsa Indonesia sendiri, Barcelona pernah punya cerita tersendiri. Bukan dari sepakbola tapi dari cabang olahraga bulutangkis. Rasanya, tidak mungkin kita lupa pada prestasi Alan Budi Kusuma dan Susi Susanti di Olimpiade Barcelona 1992. Mereka menyumbangkan medali emas untuk kontingen Indonesia. Sebuah pencapaian yang semakin menegaskan keunggulan Indonesia di jagad perbulutangkisan dunia.

Final musim ini bukan sekedar adu gengsi La Messias dari Argentina dengan CR7 Made in Portugal. Bukan sekedar pertarungan khas Kick and Rush versus Sepakbola Indah khas Matador. Bukan hanya adu pintar dua manajer, yang tua versus yang muda. Ada sesuatu yang menggelitik pikiran saya dan rasanya terlalu sayang untuk dilewatkan dan dibuang begitu saja.

Kalau anda buka lembaran sejarah Spanyol, maka anda akan menemukan fakta bahwa Kerajaan Spanyol pernah mengalami periode yang sama dengan Amerika Serikat dimana terjadi Perang Saudara. Itulah sebabnya kenapa setiap negara bagian di Spanyol punya bendera masing-masing. Jangan heran kalau anda lihat Fernando Alonso atau Jorge Lorenzo mengibarkan bendera yang coraknya sedikit mirip dengan bendera Spanyol. Itulah simbol mereka.

Bagi public Catalan, Barcelona adalah lambang perlawanan terhadap kemapanan. Ada ikatan ideologis dan historis antara Barcelona sebagai klub

Page 26: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

21

dengan public Catalan sebagai pendukungnya. Tidak semua public Catalan adalah pendukung Barcelona. Mereka terbagi menjadi dua kelompok karena Barcelona punya rivalitas dengan tim sekotanya, Espanyol. Persaingan yang tentunya mirip dengan Internazionale dengan A.C Milan di Italia sana atau Persib dengan Persikab untuk lebih gampangnya.

Layaknya di Italia. Setiap klub dari bagian selatan negeri adalah wakil dari kaum kelas pekerja dan proletarian. Sedangkan, klub yang berada di utara dianggap sebagai simbol kemapanan. Begitupun yang terjadi di Spanyol. Barcelona adalah lambang perlawanan terhadap kemapanan yang terjadi di ibukota negara kerajaan, Madrid dengan simbolnya Real Madrid. Tim sekota, Espanyol pun dianggap sebagai cerminan dari kaum penguasa yang bermodal. Dalam konteks keindonesiaan, musuhnya wong cilik.

Adanya ideologi tersebut konon terbentuk ketika Perang Saudara berlangsung. Pada akhirnya, setelah perang usai konteks ideologis-historis tetap melekat sebagai warisan dan budaya bagi public Catalan. Itulah mengapa, derby Catalan Barcelona VS Espanyol, dan El Classico Barcelona VS Real Madrid menjadi momen-momen yang ditunggu bagi public Catalan pendukung Barcelona. Pertandingan tersebut bukan hanya pertaruhan gengsi dan prestise, tetapi lebih kental dengan aroma idelogis-historis.

Sehingga menarik sekali bahwa yang terjadi bukan sekedar pertandingan sepakbola biasa. 11 lawan 11. Tapi juga ada unsur perjuangan kelas-meniru istilah dari Sosiologi. Anda tentu lebih paham hal itu, Bung. Anda tentu sudah pernah membuat penelitiannya. Perlawanan kelas yang direpresentasikan dalam sepakbola menghadirkan sensasi tersendiri dari berbagai esensi entitas yang terlibat didalamnya. Dan karena sepakbola ikut melibatkan pendukung fanatik dalam jumlahnya yang tidak sedikit maka itulah juga yang menyebabkan masih menarik untuk terus diikuti. Setidaknya hingga saat ini.

Kekuatan modal atau kapitalisme yang terjadi didalam olahraga termasuk sepakbola telah mengubah peta persaingan beberapa klub di Eropa. Beberapa kenalan Anda ikut membuat sepakbola menjadi tambang emas yang tak pernah henti berkilau. Sebut saja Abramovic, Tsar penguasa Chelsea, Malcolm Glazer, Koboi Milyuner di United, dan Duet Hicks-Gillette di Liverpool. Belum lagi, Syekh dari Timur Tengah yang bermimpi menyulap Manchester City menjadi Klub Terbesar di Inggris. Di Spanyol sendiri, Real Madrid masih belum puas dengan der Nederlands Soldier, Nistelrooy, Van der Vaart, Sneijder, dan Robben. Mereka masih ingin Ricardo Icezson Santos Leite atau yang lebih terkenal dengan Kaka’, pemain terbaik dunia 2007, berlabuh di Santiago Bernabeu. Sesumbar capres Real Madrid, Florentino Perez yang bernafsu menjabat Presiden Klub untuk menghadirkan Los Galacticos ver. 2.0.

Kekuatan modal ini juga lah yang menurut saya akan dan telah menimbulkan suatu bentuk perlawanan. Kita boleh bilang bahwa model

Page 27: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

22

perlawanan masih seputar perlawanan antara si miskin dan si kaya. Identiknya seperti itu. Namun, konteks historis dan ideologis itu tadi masih punya peranan penting. Begitu pun final esok lusa. Ada semangat perjuangan dan perlawanan kelas yang akan mewarnai pertandingan. Anda masih ingat gol Iniesta yang langsung menyentak publik Stamford Bridge. Chelsea menangis. Tim yang dibangun dengan semangat kejayaan dan modal yang luar biasa banyaknya. Chelsea dan United mewakili simbol dari kemapanan modern dalam sepakbola, terutama di Eropa. Tidak hanya membeli pemain bintang, kucuran dana yang tidak sedikit itu digunakan pula untuk ekspansi bisnis mereka. Liberalisasi dan kapitalisasi memang telah menjadi bagian yang integral dari sepakbola modern.

Final hari Rabu nanti akan menyajikan sebuah tontonan yang menarik dan berkualitas. Bukan karena aksi spektakuler Messi, Xavi, Iniesta, atau Rooney, CR7, dan Giggsy. Publik Catalan akan menyerahkan sepenuhnya perjuangan dan perlawanan mereka pada prajurit-prajurit Barca dengan komandannya, Carles Puyol dan Jenderal Guardiola. Maka dari itu, resmilah saya menyatakan dukungan saya untuk F.C Barcelona. Salam hangat dari Kelapa Gading. 25 Mei 2009 NB: Kalau anda jadi capres di 2014 , mau deklarasi dimana?

Page 28: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

23

Yang Belum Terkirim (1): Saya, Jombang, dan Emha

Hari ini, Rabu, 27 Mei 2009, setidaknya ada dua momen (selain gajian

tentunya) yang ada di catatan saya. Miladnya Emha dan Final Liga Champions Eropa Season 08-09 di Roma sana. Kemarin, secara resmi saya telah mempublikasikan dukungan saya pada F.C Barcelona lewat tulisan yang anda semua bisa baca di selendangwarna.blogspot.com. Maka, tulisan ini akan bercerita sedikit tentang Jombang dan Emha Ainun Nadjib. Bukan karena isu bahwa Final di Roma sana akan dipindahkan dengan alasan keamanan ke Stadion Brawijaya kandang Persik Kediri atau Si Jalak Harupat kebanggaan masyarakat Soreang. Bukan juga karena tiket Manchester United Goes to Senayan rata-rata naik Rp. 250.000. Ibarat murid yang sedang belajar menulis, saya ini hanya bercerita saja tentang apa yang ada di kepala lalu saya jadikan tulisan.

Jombang, sebuah kota kabupaten yang berbatasan dengan kota Madiun di arah barat dan Mojokerto diarah timur. Jombang sendiri menyimpan suatu fenomena sosiologis dimana ditempat ini terdapat banyak pesantren yang didirikan sebagai tempat belajar ilmu kehidupan terutama ilmu agama Islam. Sejarah perkembangan dan penyebaran agama Islam di Jawa Timur sendiri tidak lepas dari peran pesantren-pesantren Jombang. Tentu dibutuhkan analisis melalui penelitian yang menggunakan pendekatan historis-sosiologis-kultural untuk menguji hipotesa diatas.

Jombang, 56 tahun yang lalu melahirkan putranya yang hanya manusia biasa bernama Emha Ainun Nadjib pada hari Rabu Legi, 27 Mei 1953. Semoga bukan kebetulan bahwa Tuhan telah mentakdirkan hari Rabu 56 tahun yang lalu bertemu kembali dengan hari Rabu ini. Selamat ulang tahun, Emha. Semoga Tuhan tetap dan terus merahmati anda untuk tetap berjuang dijalan-Nya.

Kalau ada yang saya ingat tentang Emha selain bukunya yang saya punya, “Jejak Tinju Pak Kiai” dan “Kiai Bejo, Kiai Untung, Kiai Hoki” adalah album Emha bersama Kiai Kanjeng yang rilis waktu Orde Baru masih berkuasa sekitar tahun 1997. Saya lupa judul albumnya karena saya tidak membawanya ketika saya pindahan ke Ibukota ini. Kalau saya tidak salah, ada sepuluh lagu di album itu. Semuanya bernuansa rohani yang kental dengan paduan puisi dan lirik-lirik pujian.

Sebelum masyarakat kita ngeh sama lagu “Tombo Ati”nya Opick, Emha sudah jauh-jauh hari sebelumnya menyanyikan lagu itu diiringi dengan musik gamelan Kiai Kanjeng. Kalau anda sepintas mendengar akan terdengar seperti musik keroncong. Tapi lebih daripada itu, komposisi yang dalam lagu “Tombo Ati”nya Emha tetap menampilkan suatu penghayatan yang kuat atas penyerahan jiwa manusia sepenuh hati kepada Tuhan.

Page 29: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

24

Bedanya dengan yang punya Opick itu hanya dalam penerjemahannya saja. Opick menyanyikan versi jowo terlebih dahulu diikuti dengan versi bahasa Indonesia. Sehingga, masyarakat awam yang tidak mengerti bahasa Jawa pun akan cepat paham. Sedangkan, Emha dan Kiai Kanjeng menyelipkan terjemahannya di sampul kaset/CD. Maka, tak banyak dari kita yang tahu bahwa lagu itu sudah duluan ada. Satu lagi yang berkesan kuat di dalam album itu adalah performance mereka dalam komposisi instrumental berjudul “Parados”. Tidak ada vokal. Hanya iringan musik saja, paduan gamelan dan musik modern full band. Rasanya, layak disandingkan dengan komposisi intstrumental David Foster.

Mendengarkan semua isi album itu tidak akan pernah membosankan seperti layaknya membaca kembali semua tulisan dalam buku-bukunya. Seperti pada tulisannya, musiknya pun mengandung nilai-nilai kemanusiaan dan ketuhanan. Ada sebuah lirik yang masih saya ingat: “…sesudah lagi, kepingin lagi…” Lewat lirik lagu yang judulnya (lagi-lagi) saya lupa itu Emha menggugat sifat kemanusiaan kita yang tidak pernah merasa cukup walau telah dipenuhi atau terpenuhi segala kebutuhannya. Agaknya, kita telah lupa pada hakikat bersyukur. Bersyukurlah kepadaku, niscaya kutambahkan nikmatmu. Begitu Tuhan pernah bersabda.

Bapak saya dulu sengaja membeli album berbentuk kaset itu. Mungkin karena mereka sama-sama orang Jawa Timur dan punya ikatan historis yang kuat dengan tanah kelahiran Emha, Jombang. Dulu, Kakek sering mengajak Bapak saya naik sepeda ontelnya boncengan berdua saja dari Pare, Kediri sampai ke Jombang kurang lebih sejauh 29 KM. Waktu itu belum banyak angkutan umum. Kebetulan kakek saya sering mengisi ceramah dan pengajian di beberapa pesantren dan masjid di sekitar Jombang. Hingga wafatnya pun Kakek saya dikuburkan di Jombang juga. Kini, Jombang seakan menyimpan memori itu. Bahkan, setiap melintas Stasiun Jombang, saya masih bisa merasakan ada sesuatu yang hilang, tersimpan dan tertinggal disana.

Sayang sekali, dalam beberapa kesempatan saya tidak pernah singgah di Jombang untuk menikmati dan sedikit napak tilas jejak-jejak peninggalan Kakek. Bahkan, ketika melakukan road tripping dengan rute melingkar Surabaya-Mojokerto-Jombang-Madiun-Ngawi-Solo-Yogya-Magelang-Semarang-Kudus-Tuban-Gresik-Surabaya pada awal tahun 2007. Begitu pun kedua kalinya, Oktober 2007 ketika dalam misi perjalanan mengembalikan amanah ke Surabaya. Saya menempuh jalur Bandung-Tasik-Yogya-Madiun-Jombang-Mojokerto-Surabaya. Saya tidak pernah punya kesempatan untuk benar-benar singgah. Waktu rasanya begitu cepat dan tidak menyisakan sedikit pun bagiannya untuk saya.

Saya hanya pernah sekali singgah di Jalan Raya Bypass arah Madiun untuk shalat maghrib. Itupun hanya sebentar saja. Jangan heran bila anda melewati jalan itu anda melihat banyak masjid di pinggir jalan. Begitu adzan

Page 30: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

25

berkumandang dan waktu shalat tiba masyarakat sekitar yang anak kecil, remaja, pemuda, bapak-bapak, ibu-ibu, kakek-nenek akan segera datang dan memenuhi ruangan masjid. Itulah yang membuat saya takjub akan kota ini. Istilahnya, berhenti dimana pun masih bisa minggir buat istirahat dan sholat dengan suasana berjamaah yang khas warga Nahdliyin (sebut saja warga NU). Saya hanya bisa berencana mudah-mudahan suatu saat saya bisa merasakan goyangan air suspension*) Scania milik P.O Harapan Jaya untuk mengantarkan saya ke Jombang. Lalu, disambung minibus ke Kediri dan Pare.

Begitulah kota Jombang meninggalkan sebuah ingatan yang tersimpan rapih dalam memori. Mudah-mudahan, ingatan-ingatan tentang kota sebagai tempat dengan konteks historis-sosiologis-kultural yang amat erat melekat akan membangun kesejarahan kota dari sudut pandang mana pun. Baik warga masyarakat yang mendiaminya atau masyarakat umum yang menaruh perhatian padanya. Semoga dapat menjadi catatan berharga bagi generasi berikutnya.

Saya tutup tulisan ini dengan kutipan dari tulisan Emha. Semoga anda dan saya bisa mengambil pelajaran. “Kalau engkau berbuat baik seribu kali, bersiaplah untuk tidak menunggu satu orang pun melirik seribu kebaikanmu itu satu kali saja pun. Sebaliknya, kalau engkau berbuat buruk satu kali saja, bahkan sekedar diduga, dituduh atau difitnah berbuat buruk satu kali saja, maka persiapkan dirimu untuk mendengarkan seribu orang memperkatakan seribu keburukanmu yang mereka karang-karang sebanyak seribu kali.” **) Kelapa Gading, 27 Mei 2009 *) Air Suspension adalah sistem suspensi yang menggunakan udara sebagai bantalannya menggantikan cairan hidrolik/oli. Konsep ini telah digunakan oleh merek bis dan truk terutama yang berasal dari Eropa. Belakangan, Hino telah mengadopsi konsep tersebut tetapi masih belum bisa menyaingi empuknya suspensi Mercy. **) Emha Ainun Nadjib, dalam tulisan berjudul “Para Pendendam Indonesia” dalam buku “Kiai Bejo, Kiai Untung, Kiai Hoki”, hal. 125, Penerbit Buku Kompas, 2007.

Page 31: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

26

Yang Belum Terkirim (2): Tetapkan Hatimu, Sayang

Kau bertanya padaku tentang bagaimana rasanya jadi pegawai tetap? Apa yang bisa diharapkan dari seorang pegawai tetap?. Pegawai tetap yang tetap melakukan tugas yang sama setiap harinya. Tetap berada dalam kejenuhan dan kebosanan meski dalam kadar yang berbeda. Tetap merasa perlunya peningkatan kesejahteran yang dimaknai oleh para manajer sebagai kenaikan gaji, tunjangan, bonus, dan kompensasi lainnya. Pegawai tetap yang tetap begitu-begitu saja. Tetap mendapatkan penghasilan dan pendapatan yang segitu-segitu saja. Tetap “dipaksa” untuk jadi kaki dengan kepala yang entah dimana. Tetap begitu-begitu saja. Tetap melakukan yang itu-itu saja. Tetap mendapatkan penghasilan yang segitu-segitu saja. Tetap bermimpi dan berharap suatu hari nanti keadaan akan jauh lebih baik walau harus tetap begitu sampai sepuluh tahun lagi.

Ketetapan itu mutlak milik perusahaan. Mereka hanya tahu anda melakukan semua yang telah ditetapkan oleh yang punya perusahaan. Anda bisa bilang bahwa perusahaan tahu yang dibutuhkan oleh pegawainya maka perusahaan akan tetap membutuhkan pegawai seperti anda. Bagaimana kalau jargonnya saya ganti, perusahaan tidak pernah benar-benar peduli atas apa yang terjadi pada pegawainya. Jikalau anda sedang bersedih karena himpitan masalah rumah tangga dan urusan personal anda dituntut untuk tidak menampilkannya lewat raut muka anda. Perusahaan tidak pernah mau tahu apa yang terjadi pada diri anda sebenarnya. Mereka hanya tahu bahwa anda akan tetap bersikap professional dengan tidak mencampuradukkan urusan kantor dengan urusan-urusan lainnya. Kemampuan anda untuk beradaptasi dengan keadaan yang tetap seperti itu juga sangat diperlukan. Tidak disarankan sama sekali anda menjadi seorang yang keras kepala dan idealis. Jadilah seperti Durna, yang punya lidah sejuta. Anda bisa jadi siapapun dimanapun bersama siapapun tanpa harus kehilangan diri anda sendiri.

Tapi memang rupanya kita ini butuh sebuah ketetapan. Ketetapan status, ketetapan penghasilan, dan ketetapan lainnya selain ketetapan untuk tetap menjadi manusia tentunya. Ketetapan status sangat diperlukan setidaknya untuk menjaga gengsi pribadi. Berangkat pagi hari, pakai kameja necis, pakai sepatu hitam mengkilap, sambil menggendong tas yang ada tulisannya “Polo Executive”, padahal Cuma mampu naik bis kelas eksekusi. Status menjadi sangat penting ketika berhadapan dengan persepsi orang lain. Untuk anda yang mampu mengendalikan persepsi orang lain berbahagialah karena anda telah berhasil memukau mereka dengan segala yang ada pada diri anda-karir dan kesuksesan. Ketetapan penghasilan menjadi penting kala berhadapan dengan pihak lain yang akan segera jadi bagian dari diri anda. Entah berhadapan dengan calon mertua ataupun untuk sekedar duduk manis di meja credit officer perusahaan leasing yang memberi anda keleluasaan untuk memiliki Mercy seri C keluaran terbaru-walau cicilannya belum tentu lunas saat anda pensiun nanti.

Page 32: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

27

Yang paling penting adalah anda harus punya ketetapan bahwa anda

masih jadi manusia. Manusia yang diberkahi dan dilengkapi akal oleh penciptanya. Tetap menjadi manusia artinya anda tidak punya naluri kehewanan yang bersemayam dalam jiwa anda. Anda akan tetap menjadi manusia selama anda merasa belum ada yang berubah dalam seluruh elemen entitas hidup. Menjadi manusia adalah berkah tersendiri. Anda tidak perlu menjadi bagian dari mereka yang mengaku berakal namun tidak pernah tahu apa yang dilakukannya. Sudah cukup negeri ini dengan manusia macam mereka. Anda harus menjadi manusia yang seutuhnya sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang dasar negara ini.

*****

Tetap itu artinya ajeg, rigid, tidak berubah bentuk dan substansinya. Tidak ada perubahan selama batas waktu tertentu juga bisa diartikan tetap. Pada satu sisi, ketetapan membuat seluruh sistem dan sub-sistem yang berada didalamnya berjalan sesuai dijalurnya masing-masing. Semua bergerak selaras, tidak ada yang teriak protes. Sedangkan pada sisi lainnya ketetapan menimbulkan suatu suasana yang sangat tidak menyenangkan. Sama tidak menyenangkannya dengan bangun di pagi hari untuk berangkat ke kantor. Karena tekanan untuk lepas dari ketetapan itu begitu hebatnya maka terjadilah sebuah perlawanan.

Perlawanan ini dimaksudkan untuk melepas jeratan ketetapan yang telah menimbulkan perasaan semacam itu. Namun, perlawanan itu biasa diakhiri dengan penciptaan sebuah wujud ketetapan model baru. Ketetapan dengan wajahnya yang baru ini telah menjadi euphoria bagi mereka yang punya andil dalam menciptakannya. Sementara itu, mereka yang memiliki keterbatasan didalam tatanan ketetapan yang baru ini (lagi-lagi) melakukan perlawanan namun tidak secara terang-terangan.

Perlawanan yang dilakukan dari dalam, sembunyi-sembunyi, akan menggerus dan menggembosi semua kekuatan yang mendukung ketetapan dari keadaan itu. Perlahan pilar-pilarnya akan segera hancur dan tumbang. Kau pasti tahu kan bagaimana rayap-rayap menggerogoti kayu tempat tidurmu hingga kau tidak pernah merasakan lagi kasur kapukmu itu? Maka ketika itu, perlawanan dari dalam itu telah menimbulkan suatu perubahan yang luar biasa dahsyat dan tidak pernah diduga sebelumnya. Kekuatan yang entah darimana asalnya itu telah menjatuhkan otoritas yang menciptakan keadaan tetap.

Lagi-lagi, perubahan yang diusung sebagai new way atau new era itu menciptakan suatu pemahaman tentang ketetapan model baru. Ketetapan yang dinamis yang memungkinkan perubahan dalam sebuah ketetapan. Ketetapan yang berubah-ubah menurut bentuk dan esensinya. Ketetapan yang statis seperti hukum-hukum fisika hanya akan membahayakan ketetapan itu sendiri. Dengan demikian pilihan akan jatuh pada ketetapan yang dinamis ini.

Page 33: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

28

Ketetapan yang memungkinkan perubahan sewaktu-waktu ternyata tidak

lebih berbahaya dari ketetapan statis. Perubahan memang terjadi kapan saja. Dalam hitungan detik dan milidetik semuanya bisa berubah. Ketetapan model ini telah menjadi sebuah fenomena hingga dibutuhkan ilmu tersendiri untuk mempelajari dan menafsirkannya. Ketetapan yang berlaku universal ini telah menjadi inti dan pusat dari struktur kosmisnya. Sedangkan, ketetapan yang dinamis ini telah menjadi pion-pion yang mengitarinya. Seperti Merkurius dan Saturnus yang masih tetap mengelilingi matahari.

*****

Sayangku, apakah engkau masih membaca tulisanku ini? Apakah engkau mengerti dan telah mengambil point-point dari tulisanku ini? Aku harap begitu, sayangku. Aku hanya ingin kau mengerti tentang sebuah ketetapan. Seperti hatiku yang masih berketetapan pada hatimu. Kelapa Gading, 5 Juni 2009

Page 34: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

29

Yang Belum Terkirim (3): Jilbabku, Jilbabmu

Jilbab adalah simbol. Simbol seorang perempuan muslim. Kalau kau sedang hidup di zaman pemilu yang kesekian ini, ia bukan hanya menjadi sekedar simbol. Ia telah menjelma menjadi sebuah wacana dan komoditas politik-bisnis. Wacana tentang jilbab telah menjadi obrolan sehari-hari. Jilbab adalah simbol perubahan. Orang-orang menyebutnya hijrah. Maka jangan sampai heran kalau banyak temanmu yang berucap segala puji bagi Tuhan setelah kau menyelenggarakan konferensi pers untuk mengumumkan hijrahmu itu.

Kenyataannya sekarang jilbab sudah kehilangan fungsinya. Yang tadinya menutupi aurat kini jilbab dikonstruksikan sebagai alat untuk mengorek kekurangan orang lain. Kalau dihubungkan dengan konteks politik praktis, jilbab kini telah kehilangan fitrahnya sebagai penutup aurat. Jilbab dengan sangat terpaksa telah menemukan dirinya menjadi wacana politik. Sebagai sebuah simbol ia dijadikan peluru untuk menyerang musuh politik. Tidak secara langsung. Ada proses pembentukan persepsi melalui media. Itulah hebatnya efek komunikasi massa.

Pun ketika jilbab yang wis kadung jadi komoditas politik dipadukan dengan bisnis. Kekuatannya akan berubah lebih kuat dari sekedar peluru. Ia akan menjadi racun dalam pikiran. Racun yang menyerang isi kepala orang awam yang tidak pernah mengerti politik. Sampai disini anda masih mengerti apa yang saya bahas kan?

*****

Jilbab memang sudah kehilangan fitrahnya. Bila dilihat kembali fungsinya, jilbab adalah penutup aurat yang pada perkembangannya telah disesuaikan dengan arus modernitas dan terlihat lebih adaptif dengan dunia fesyen. Jilbab menutupi aurat, dimana aurat itu sudah tentu haram untuk dilihat apalagi sengaja dipamerkan. Bahkan, untuk beberapa alas an, ada yang sengaja mengenakan jilbab agar terlihat lebih menarik dari sebelumnya. Itu sah-sah saja.

Yang patut dihindari adalah menjadikan jilbab sebagai peluru, racun, dan kendaraan politik. Jilbab dijadikan simbol keberhasilan kekuasaan. Bangunlah semangat memakai jilbab sebagai sebuah budaya baru. Semangat untuk menutupi aurat bangsa. Jadikanlah semangat jilbab ini untuk menutupi apa yang sudah seharusnya tidak dilihat orang. Kemiskinan masih membayangi negara yang pertumbuhan ekonominya paling tinggi di ASEAN sejak dilanda krisis ini. Negeri yang implementasi pendidikan murahnya masih menjadi pertanyaan besar dan sengketa pemerintah pusat dan daerah. Pengangguran angkanya masih juga belum berkurang. Penanganan pasca bencana yang carut-marut.

Page 35: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

30

Dan masih banyak lagi masalah yang belum reda dan usai. Jadikanlah semuanya tertutupi oleh jilbab yang kita kenakan sebagai bangsa yang besar.

Insya Allah, bila jilbab dikembalikan kepada fitrahnya dan juga tanpa kehilangan semangatnya negeri ini tidak akan lagi menjadi negeri yang diremehkan dalam lingkungan pergaulan internasional. Kesuksesan dalam memaknai jilbab yang bukan sekedar simbol ini akan berpengaruh besar bagi budaya bangsa. Jadikanlah jilbab bukan sekedar komoditas politik-bisnis semata. Jadikan semangat berjilbab ini sebagai mentalitas bangsa. Bahkan, ada yang bilang bahwa kesuksesan seorang suami dalam mendidik istrinya terlihat dari jilbab istrinya. Apabila sebelum berumah tangga istrinya masih belum mengenakan jilbab dan setelah berumah tangga istrinya berjilbab barulah seorang suami dicap sukses mendidik istri. Nah, kalo yang sebelum nikah sudah berjilbab, bagaimana cara mengukur kesusksesannya? Saya belum tahu. itu cuma obrolan warung kopi. Kelapa Gading, 3 Juni 2009

Page 36: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

31

Juni

Tentang Dua Perempuan

Mendung. Langit penuh gumpalan awan pekat. Angin menderu kencang. Tak ada lagi hangat mentari. Gerimis. Basah. Perempuan itu masih berjalan menyeka air matanya. Berteman payung kecil warna kuning. Tangisnya telah reda namun tidak dengan badai dihatinya. Perempuan itu telah membuang tissue terakhirnya. Langkahnya tegak kembali.

Sementara itu gerimis masih enggan untuk reda. Ia masih menerpa perempuan itu bersama jutaan warga kota lainnya. Suasana seperti ini membuat perempuan itu teringat kembali pada teman-temannya. Sahabat-sahabat terbaik dalam hidupnya yang kini perlahan menghilang menuju takdirnya masing-masing.

Masih diingatnya kala gerimis di kota kecil itu,mereka selalu duduk bersama dibawah pohon beringin yang besar. Tidak seperti beringin yang selalu ada ditemani bendera warna kuning, kotak segi lima, dan padi dan kapas. Lalu mereka akan pulang berjalan kaki sembari memegang lembaran daun pisang pengganti payung. Semua itu masih jelas melekat. Ia terkenang masa-masa itu. Ingin ia kembali namun hanya bisa berharap saja karena semua itu tak mungkin kembali, pikirnya.

Kini, ia hanya bisa mendapati dirinya didalam sebuah ruangan dengan lampu temaram. Tak lama kemudian seorang pelayan membawakan minuman hangat pesanannya, Jahe Susu. Bukan moccacino latte atau hot espresso. Perempuan itu menikmati minuman hangatnya. Dalam hawa dingin seperti ini jelas pilihannya bukanlah yang terbaik namun cukup untuk menenangkan dirinya. Ia keluarkan sebatang rokok menthol, membakarnya, lalu menghirupnya.

Perempuan itu menikmati betul saat-saat seperti ini. Ia bersandar pada kursinya. Menutup matanya sejenak. Terbayang kejadian sebelumnya. Ia mendapati kekasihnya sedang bermanjaan dengan kekasih barunya. Perjumpaan yang sekilas itu menyiratkan luka batinnya. Perempuan itu cemburu pada kekasihnya karena ia tidak pernah begitu dimanjakannya. Perempuan itu marah karena kekasih perempuannya jatuh cinta dengan lelaki barunya. Ia tidak pernah tahu kalau kekasih perempuannya itu masih punya perasaan suka terhadap laki-laki terutama setelah ia tahu bahwa mereka punya latar belakang sakit hati yang sama terhadap makhluk Tuhan bernama laki-laki.

Perempuan itu masih duduk bersandar dengan mata yang telah terbuka. Ia menghirup rokoknya lagi. Menatap kosong pada butiran hujan yang hinggap di kaca. Segalanya tampak samar dihadapannya, ia tidak peduli. Dalam kosong

Page 37: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

32

tatapannya itu ia kembali termenung. Masih lekat ingatannya pada kekasih perempuannya itu. Ia tak bisa lagi merasa kecewa karena ia tahu bahwa semua ini akan berakhir dengan cara yang menyakitkan atau malah biasa saja.

Setidaknya, ia pernah merasakan kasih sayang dari kekasih perempuannya itu. Kekasih yang selalu menemaninya sepulang jam kerja yang melelahkan. Kekasih yang memanjakannya setiap akhir pekan. Kekasih yang memberikan pengalaman bercinta yang paling indah. Pengalaman-pengalaman itulah yang kini menenangkannya. Tak ada lagi amarah. Ia tersenyum sendirian.

Perempuan itu mengalihkan pandangannya. Ia menatap sudut ruangan itu satu persatu. Tampak beberapa meja saja yang ada penunggunya. Jam tangan Bvlgari-nya menunjukkan waktu pukul 16.20. sore yang biasa dan masih akan tetap begitu. Sebentar lagi bubaran kantor. Jalanan penuh sesak dalam gerimis yang masih belum reda. Biasanya, kekasih perempuannya sudah menyiapkan makan malam untuknya. Ia hanya tinggal pulang seperti biasa. Kekasihnya juga lah yang selalu melepaskan seluruh pakaiannya untuk kemudian bercinta dibawah siraman shower. Lantas, mereka makan malam berdua dan kembali bercinta.

Kekasih perempuannya itu akan pulang tepat jam 22.00. Sebuah BMW seri 7 akan segera menjemput kekasihnya. Maka, akan sangat bencilah ia kalau mendengar suara mobil itu. Namun, ia tidak mampu menghalangi kekasihnya. Ia sangat kelelahan karena menikmati percintaan yang begitu dahsyat dengan kekasihnya. Bagaimana pun ia telah menikmati suatu kebahagiaan yang hanya didapatkan dengan kekasihnya. Lainnya ia tidak mau peduli, tidak juga pada siapa yang menjemput kekasihnya. Ia tidak pernah peduli. Ia tidak pernah mau bertanya dan membahasnya. Justru itulah yang membuat ia tersadar, bahwa kekasih perempuannya itu telah mengkhianatinya setiap malam setiap mereka selesai bercinta. Lelaki yang mobilnya BMW itu menjemput kekasih perempuannya. Kemudian, mereka akan hanyut bersama dalam permainan cinta yang tak kalah dahsyatnya. Mereka akan kembali bercinta memacu emosi jiwa dibawah langit Jakarta yang tidak pernah nampak terlalu tua.

***** “Kini terasa sungguh, semakin engkau jauh, semakin terasa dekat” *)

Dalam keremangan senja seperti ini apalagi yang bisa dilakukan seorang perempuan yang terjebak didalam kemacetan. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain menatap rintik gerimis yang segera disapu wiper mobilnya. Ia raih handphone dari tasnya. Ketika sudah sampai pada nama orang yang akan dihubunginya, ia malah melempar handphone itu. Hatinya serasa panas terbakar dan pilu semakin menyayat bila ingat lagi pada satu nama itu. Nama seorang perempuan yang pernah begitu mencintainya. *) Dari lirik lagu Nuansa Bening, Keenan Nasution dipopulerkan kembali oleh Vidi Aldiano

Page 38: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

33

Mendadak ia sandarkan keningnya pada lingkaran setir. Ia pejamkan

kedua matanya. Ia hirup nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya lagi perlahan-lahan dan teratur. Ia praktekkan latihan pernafasan ala yoga yang membuatnya kembali tenang. Ia membuka matanya lalu bersandar. Kendaraan disekelilingnya belum juga bergerak. Semuanya seakan bisu dalam macetnya Jakarta.

Setelah cukup tenang ia kembali membayangkan kebahagiaan yang sempat ia rasakan dengan kekasih perempuannya. Ia tidak benar-benar menginginkan kebahagiaan dari lelaki yang kini mencintainya. Ia tidak pernah yakin akan cinta lelaki itu. Itu hanya sebuah alasan saja agar lelaki itu mendapatkan kepuasan dan pengakuan atas kelaki-lakiannya. Tak lupa juga ia jadikan itu sebagai pelampiasan saja. Ia tidak pernah benar-benar mencapai klimaks kala bercinta dengan lelaki itu. Tidak seperti dengan kekasih perempuannya.

Perempuan yang masih terjebak dalam macetnya Jakarta itu semakin larut dalam lamunannya. Kebahagiaan memang pernah jadi miliknya bersama dengan perempuan kekasihnya itu. Perempuan yang mencintainya dengan begitu tulus apa adanya. Kekasihnya yang perempuan itu tidak pernah menaruh curiga apabila ia ketahuan sedang dekat dengan seorang lelaki. Perempuan yang pernah jadi kekasihnya itu selalu menenangkannya setiap kali permainan cinta mereka telah dimulai. Betapa nikmatnya saat-saat itu. Ia kembali teringat bagaimana wajah kekasihnya itu dalam siraman shower. Ia merasakan kembali bagaimana kekasihnya itu memanjakan dirinya dengan kenikmatan yang hanya bisa diberikan oleh seorang perempuan. Ia juga hafal betul wangi keringat kekasihnya dalam setiap lekukan tubuhnya. Dalam senja yang masih mendung, ia mendapati dirinya tersenyum bahagia. Kemudian, ia membuka jendela mobilnya.

Semuanya telah hilang, pergi, dan berlalu dari hidupnya. Yang tertinggal hanyalah hidupnya yang sekarang. Hidup yang hanya dimilikinya saja. Semua kenangan indah bersama kekasih perempuannya ia simpan dan kubur dalam-dalam dihatinya. Sedangkan perasaan sakit yang ia lampiaskan pada kekasihnya yang lelaki ia biarkan berlalu dalam setiap hembusan angin yang menerpa wajahnya. Gerimis perlahan masuk melalui jendela maka ia tutup lagi jendelanya.

Lamunannya terhenti pada kata kebahagiaan dan perpisahan. Betapa kini ia telah menikmati keduanya. Telah juga ia rasakan perasaan-perasaan atasnya. Hari-hari yang telah dilaluinya dengan mudah kini tinggal kenangan saja. Semuanya berlangsung atas dasar kebahagiaan. Karena perasaan bahagianya itulah ia selalu siap untuk setiap kemungkinan terburuk. Kehilangan kekasih adalah satu hal yang pernah membayanginya. Namun, rupanya ia telah siap menerima semua itu.

Page 39: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

34

Buatnya, kebahagiaan dan perpisahan adalah sama saja. Tidak ada yang lebih indah. Semua punya kadarnya masing-masing. Lantas, ketika akhirnya mereka berpisah pun keduanya sudah merasa sama-sama bahagia. Dan mereka telah yakin bahwa hal itu akan terjadi menimpa mereka. Cepat atau lambat. Perempuan yang masih diam dalam macetnya itu merasa semakin tenang. Tidak ada beban lagi yang menggelayuti pikirannya.

Perempuan itu berharap perempuan yang pernah jadi kekasihnya itu pun selalu merasa bahagia. Dimana pun bersama siapa pun. Kebahagiaan tidak melulu harus bersama dengan orang-orang yang kita cintai. Kebahagiaan bisa ditemukan dimana saja tergantung pada sejauh mana pengertian kita tentang bahagia dan kebahagiaan itu sendiri. Begitulah harapan perempuan yang masih terjebak dalam macetnya Jakarta itu. Bila Tuhan mengizinkan, ingin sekali ia katakan itu dihadapan perempuan yang pernah jadi kekasihnya. Sambil memeluk tubuhnya lalu mengecup keningnya. Sekali lagi. Sekali saja.

*****

Ia telah habiskan jahe susu pesanannya. Juga 5 batang rokok menthol yang menemaninya. Aroma jahe dan menthol mengisi rongga mulutnya. Ia berkaca pada kotak make-up yang selalu dibawanya. Dirapikannya rambut itu dengan sisir hingga tergerai, dipolesnya lagi bibir itu dengan lipstik warna merah. Lalu, ia berjalan meninggalkan tempat itu. Wangi menthol yang tertinggal beradu dengan aroma parfum yang masih melekat padanya.

Gerimis belum juga reda. Jalanan dipenuhi kendaraan yang berserakan. Senja mulai tenggelam. Lampu jalanan mulai menyala. Perempuan itu melangkah keluar. Lipstiknya menyala, merah. Kelapa Gading, 8 Juni 2009

Page 40: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

35

Catatan di Hari Jum’at (Kemarin)

Pada senin pagi yang tidak pernah menyenangkan aku berangkat menjalankan tugas seperti biasanya. Keresahan yang terbenam sepanjang perjalanan aku jadikan sebagai kerinduan yang tertahan. Aku kembali menyusuri jalanan yang selalu penuh sesak dijejali kendaraan. Beginilah, pagi hari di ibukota. Semuanya berlomba mencapai tujuan. Termasuk aku yang terjebak didalamnya.

Aku nyalakan radio. Aku tidak ingin mendengarkan berita. Aku ingin mendengarkan lagu saja. Tetapi, apa yang telah terjadi pada dunia ini? Semuanya menyiarkan berita yang sama di pagi ini. Kemacetan disana-sini, harga minyak dunia yang diperkirakan akan bertahan di level $70 per barel hingga akhir tahun ini, Prita Mayasari eh Prita Mulyasari yang masih akan menjalani persidangan, kekhawatiran menggunakan e-mail, retorika isu ekonomi dan politis untuk saling serang diantara tim sukses capres, dan bla bla bla huekkkk.

*****

Aku tiba di kantor dengan perasaan yang sama tidak menyenangkannya. Aku duduk dimejaku dan membuat beberapa catatan*): Pidato Obama di Mesir Pidato Obama dalam kunjungannya ke Timur Tengah ini menyiratkan suatu pesan bahwa Amerika Serikat menginginkan sebuah hubungan baru dengan dunia Islam. Hal ini merupakan suatu jawaban atas sentiment anti-Islam yang marak setelah peristiwa 9/11. Kemudian, Obama mendukung pendirian negara Palestina serta menilai bahwa pembangunan pemukiman Yahudi menyalahi aturan. Tidak ada yang tahu agenda sebenarnya dibalik kunjungannya ini. Hubungan Amerika Serikat dan Islam (arab) masih menyisakan remeh-remeh yang belum selesai. Iran masih dianggap sebagai sebuah ancaman bagi dunia dengan program nuklirnya. Konflik di Afghanistan masih tak kunjung reda. Pendudukan di Irak pun masih belum pulih benar dan mengembalikan Irak kepada rakyatnya. Patut ditunggu apalagi kejutan yang akan dilakukan Obama sebagai pemimpin negara adikuasa yang masih berstandar ganda itu. Jangan kaget bila suatu saat ia mampir ke kantor anda sambil berkata bahwa ia mau istirahat sejenak sebelum singgah di Menteng.

*) Isu-isu diangkat dari Harian Republika, Jum’at, 5 Juni 2009

Page 41: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

36

20 Tahun Tiananmen Peringatan peristiwa penembakan demonstran di lapangan Tiananmen yang ke-20 kalinya tahun ini ternyata masih menjadi semacam misteri yang tak boleh terkuak oleh siapapun. Peliputan oleh wartawan asing pun masih dilarang. Hingga kini, tidak ada yang tahu siapa dan berapa pastinya jumlah korban akibat pembubaran demonstrasi yang dilakukan oleh pihak militer Cina. Kejadian seperti ini mirip dengan apa yang terjadi di Indonesia. Tindakan represif dari aparat telah mencoreng muka bangsa ini dengan apa yang disebut sebagai Hak Asasi Manusia. Tetapi, jauh sebelumnya, bangsa ini telah mencatat sejarah kelam dengan hilangnya beberapa aktivis. Sama seperti korban Tiananmen yang tidak pernah dirilis resmi berapa jumlahnya hingga saat ini pun keberadaan para aktivis itu masih menjadi tanda tanya. Begitulah sejarah mencatatkan kisahnya. Pengungkapannya tidak perlu dilakukan sesegera mungkin namun perlahan akan ada yang terkuak. Entah hari ini, esok, atau nanti. Air France Collapse Peristiwa lainnya yang sempat membuat heboh dunia penerbangan setelah jatuhnya Hercules C-130 milik Indonesian Air Force adalah jatuhnya Airbus A330 milik maskapai Air France. Terbang dari Rio de Janeiro, Brazil dengan tujuan akhir Paris. Penerbangan ini melintasi samudra atlantik. Namun, harus kandas sebelum mendarat di tempat tujuan. Diberitakan bahwa pesawat ini telah menabrak atau menghadapi badai. Pesawat kemungkinan besar pecah di udara sehingga menewaskan seluruh penumpang dan awaknya. Kejadian ini mirip dengan yang menimpa Boeing 737-300 milik Adam Air yang jatuh di perairan Sulawesi tahun 2007 kemarin. Kalaupun ada bedanya, sempat beredar rekaman dari kokpit sebelum pesawat jatuh menabrak laut. Disadari atau tidak rekaman tersebut menjadi sebuah polemik tentang kebenaran. Menteri Perhubungan jelas kebakaran jenggot karena bocornya rekaman percakapan itu. Pak Menteri sepertinya sadar bahwa bocornya rekaman itu mengindikasikan kelemahan pihaknya dalam menjaga kerahasaiaan data penerbangan. Sedangkan belum ada keterangan apapun yang menjelaskan jatuhnya Airbus, para ahli penerbangan dunia masih mengembangkan teori tentang kemungkinan-kemungkinan dan penyebab jatuhnya Airbus.

Page 42: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

37

GM Bankruptcy Dunia otomotif Amerika Serikat mencatat sejarah yang ditandai dengan pernyataan bangkrut dari General Motor, perusahaan otomotif terbesar di negeri itu. Pengumuman itu menyusul lesunya penjualan mobil sehingga GM tidak punya cukup uang untuk mempertahankan bisnisnya. Konon, Hummer satu merek mobil mewah milik GM sudah dijual ke perusahaan otomotif China, Tengzhong. Sepertinya, Chrysler juga akan menyusul Hummer dan dijual ke tangan FIAT. Menarik sekali melihat kejadian ini. Lee Iacocca pernah mati-matian mempertahankan Chrysler agar tidak kalah dari produsen mobil Jepang sebelum ia sadar bahwa kini semua usahanya itu hanyalah menunda kekalahan. Krisis keuangan yang melanda dunia telah membuat segala yang ia lakukan menjadi sebuah omong kosong khas bisnis. Plipres 2009: “SBY: Agama diatas politik” Kalau memang harus demikian, agama diatas politik, lantas kemarin itu posisi agama dimana? Apakah sama dengan politik atau malah dibawah politik. Penempatan agama diatas politik ini harus dilandasi dengan semangat politik yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan. Sebagai sebuah entitas yang berada diatas politik agama harus mampu memberi pengaruh yang kuat terhadap politik dan segala hal lainnya yang ada dibawahnya. Agama tidak pernah menjadikan bangsa ini benar-benar yakin kepada Tuhan. Agama hanya dijadikan simbol saja terutama bagi mereka yang menginginkan kekuasaan. Agama bukan lagi pijakan untuk melakukan hal yang baik dan benar, buruk dan salah. Masalahnya, negara kita ini tidak peduli betul terhadap yang seperti ini. Siapa peduli hal yang demikian di negara yang katanya berketuhanan ini tapi nyatanya sekuler ini. LSI: SBY menang mutlak LSI mengumumkan hasil survey terbarunya yang melibatkan 3000-an lebih responden se-Indonesia yang berujung dengan kesimpulan bahwa pasangan capres-cawapres SBY-Boediono meraih kemenangan mutlak. Sebagai gambaran hal ini boleh dijadikan gambaran hasil pemilu yang akan datang.

Page 43: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

38

Tetapi, belakangan LSI menyebutkan nama FOX Indonesia sebagai satu pihak yang mendanai survey tersebut. Pikiran awam kita akan segera mendatangkan perasaan curiga bahwa ada kepentingan dibalik pengungkapan survey ini. Sederhananya begitu. LSI menjadi mobil sewaan dari setiap pasangan capres-cawapres untuk menilai progress dan popularitasnya. Ambil positifnya, Bung! Berarti, masyarakat kita sudah mengerti betul dengan siapa yang bakal jadi pemimpinnya. Rencana Revisi UU 38/1999 tentang Pengelolaan Zakat Regulasi tentang pengelolaan zakat melalui UU 38/1999 masih akan mengalami revisi. Pasal yang dianggap kritis adalah tentang lembaga pengelola zakat. Yang lebih penting sebenarnya adalah bagaimana memberdayakan masyarakat untuk mau membayar zakat. Percuma saja perangkat undang-undangnya diperbaiki terus menerus tanpa ada effort dari masyarakat untuk membayar zakat. Biarlah masyarakat sendiri yang menentukan zakatnya mau dibayar melalui lembaga zakat yang mana. Kewajiban pemerintah adalah menciptakan situasi dan kondisi yang membuat masyarakat aware dan mau untuk membayar zakat serta mengawasi penyaluran zakatnya agar benar-benar amanah.

*****

Aku terbangun oleh suara handphone sialan itu yang menunjukkan nama “kutukupret” dilayarnya. Mau apa lagi dia? Halo? Kelapa Gading, 8 Juni 2009

Page 44: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

39

Catatan Politik Seorang Rakyat

Semakin hari semakin riuh hingar bingar politik negeri ini. Disana-sini dimana-mana terdengar janji-janji dan slogan para kontestan. Kampanye telah bergulir untuk mereka yang menyatakan dirinya sebagai calon presiden dan wakil presiden negara yang sejatinya bernama Republik Indonesia. Seluruh bagian dari negeri ini dari yang terpadat jumlah penduduknya hingga desa-desa kecil yang kekurangan penduduk ikut merasakannya serta tak luput jadi sasaran lumbung suara pemilih.

Sementara itu, direktur lembaga survey sibuk meyakinkan berbagai kalangan bahwa hasil survey yang mereka lakukan adalah murni tanpa diboncengi kepentingan pemodal. Mereka sibukkan diri dengan membuat survey yang seakurat mungkin tanpa ada tendensi pada satu atau lebih kontestan. Mereka berlomba-lomba meyakinkan rakyat bahwa survey mereka memang patut dijadikan sebagai acuan.

Media apapun bentuknya sibuk mengekspos segala tindak-tanduk figur kontestan pemilu presiden. Mereka meliput, wawancara, bahkan membuat acara khusus sebagai wahana penggiringan wacana oleh figur-figur tertentu. Para pakar, analis, dan pemerhati politik juga habis-habisan memutar otak menggeber habis akalnya untuk membaca, menganalisa, dan mengungkapkan. Pada akhirnya, karena mereka terlatih untuk membuat kesimpulan maka kesimpulan mereka akan menghiasi wajah media dalam bentuk serangkaian analisis yang diwacanakan. Isinya sudah tentu tentang analisis kebijakan ekonomi dan politik serta implikasinya terhadap kebutuhan rakyat banyak.

Anda sibuk apa Bung? Berapa persen waktu yang anda investasikan untuk mengamati hal ini? Apakah anda sedang bersama rakyat? Mendidik mereka untuk tahu caranya berpartisipasi dalam hajatan politik yang entah keberapa pada tahun ini? Lalu, apa yang sebenarnya terjadi pada rakyat? Rakyat. Kemanakah rakyat yang selalu dieluka-elukan dan menjadi jargon utama dalam setiap kampanye. Rakyat adalah peluru emas untuk memperebutkan senjata politik dan ekonomi semata. Senjata itu kemudian akan segera merubah dirinya menjadi pusaka masa kini dan masa depan bagi mereka yang memenangkannya dan bagi beberapa golongan yang merasa perlu bersatu untuk tujuan dan kepentingan yang sama.

Rakyat negeri ini sudah pintar, Bung! Mereka tidak perlu lagi diberi pelajaran dan mata kuliah mengenai pendidikan pemilih. Rakyat sudah terlalu paham dan sangat mengerti carut-marut dunia politik negeri ini jauh sebelum segelintir orang yang mengatasnamakan kaum muda berani mengajukan diri sebagai calon presiden independen. Rakyat sudah tahu bagaimana caranya menghadapi situasi politik yang tidak pernah menentu dibandingkan dengan seorang ahli politik yang paling politis pikirannya sekalipun.

Page 45: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

40

Betapa rakyat negeri ini telah mengalami segala konsekuensi yang

dimungkinkan oleh politik. Jatuh bangunnya mempertahankan kekuasaan dari oposan, eksistensi kepemimpinan dan kekuasaan yang menimbulkan status quo, hingga zaman neoliberal saat ini. Rakyat telah dikhianati oleh Orde Lama. Kemudian terbuai dalam alunan wacana “pembangunan” dan “tinggal landas” sebelum akhirnya tersadar bahwa selama 4 windu mereka dikempongi* oleh Orde Baru.

Rakyat mengalami suka cita yang luar biasa saat menyambut makhluk bernama reformasi. Reformasi selalu menempatkan rakyat sebagai subjek utama politik di negeri ini. Apa-apa atas nama rakyat. Apa saja asal menyebut nama rakyat pasti laku dan populer. Tapi justru itulah yang menyebabkan rakyat kembali terkapar. Luka lama itu kembali menganga kala menyaksikan kelakuan para pengiring reformasi yang ternyata tidak kalah serakahnya dari Orde Baru. Mereka yang dulu ikut teriak dan sepakat mendukung reformasi telah menelan kembali omongannya sendiri. Keadaan seperti ini menciptakan “kaum pesakitan” model baru yang telah menjadi sebabnya.

“Kaum pesakitan” model baru ini anggotanya adalah orang-orang yang tidak pernah mendapatkan dan menikmati keuntungan apa-apa baik secara politik dan ekonomi selama Orde Baru berkuasa. Mereka berkumpul dan menunggangi agenda reformasi untuk kemudian memuaskan libido nafsunya yang tertahan oleh budaya Orde Baru yang terlanjur mengakar sangat kuat. Tingkah laku “kaum pesakitan” model baru ini tidak lebih beradab dan lebih tidak bertanggung jawab. Dikhawatirkan juga perilaku yang demikian hebat pengaruhnya ini disebabkan oleh pil dan candu bernama demokrasi yang mereka telan sebanyak mereka mampu tanpa memperhatikan dosisnya.

Korupsi asal dilakukan dengan cara yang demokratis diperbolehkan. Kolusi dan gratifikasi dipersilahkan demi tegaknya demokrasi. Begitulah cara mereka memuaskan dirinya sebelum pada akhirnya mereka tak tahan mendengarkan teriakan rakyat yang menghujat mereka. Rakyat berteriak lantang karena semerdu apapun nyanyian di ruangan sidang paripurna DPR belum ada hasil yang nyata atas biaya rumah tangga dan biaya sekolah anak-anak mereka. Rakyat pun mendapati bahwa mereka dan semua masalahnya tidak pernah jadi agenda utama di persidangan itu.

Rakyat tidak ingin terlalu lama diajak berpikir apa itu neo-liberalisme yang menjadi tren saat ini. Rakyat juga tidak ingin terlalu sering mendengarkan nyanyian lagu ekonomi kerakyatan yang lagi-lagi mengatasnamakan mereka padahal belum ada perubahan nyata atas keadaan ekonomi mereka. Tidak usah kita berlama-lama lagi membahas tentang neoliberalisme, ekonomi kerakyatan, dan ekonomi jalan tengah hingga ke akar-akarnya.

Page 46: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

41

Liberalisme dalam ekonomi negeri kita ini sudah dimulai sejak demokrasinya menganut demokrasi liberal mirip di negerinya Obama. Hanya saja, kita tidak pernah dibiarkan untuk tahu dan sengaja tidak diberi tahu. istilah neoliberalisme yang segera menjadi kosakata baru dalam obrolan sehari-hari itu hanya pengembangan dari ide-ide sebelumnya tentang liberalisme. Cara-cara baru dalam menyikapi perubahan dunia, globalisasi, hingga kapitalisasi menyebabkan lahirnya aliran baru ini. Neoliberalisme ini sudah dimulai sejak ditandatanganinya nota kesepakatan antara Pemerintah dengan IMF tahun 1999. Jadi, yang terjadi sekarang ini adalah buah dari kesepakatan yang lalu tersebut.

Tidak perlu lagi kita menempeli label dedengkot neolib pada Boediono kalau ternyata Sri Mulyani Indrawati, menteri yang pernah nongkrong di IMF itu lebih neolib pemikirannya. Beliau tentu lebih mengerti bagaimana menciptakan liberalisasi gaya baru ini dan meleburnya bersama kapitalisasi pasar sehingga tidak perlu lagi teriak-teriak “ekonomi kita itu neolib lho….”

Ekonomi kerakyatan dan ekonomi jalan tengah pun hanyalah sebutan belaka dan jargon semata bagi mereka yang meyakininya. Lupakanlah istilah-istilah itu karena tidak akan berpengaruh apa-apa pada sejarah. Sejarah tidak akan lagi mencatat Prabowo sebagai bapaknya ekonomi kerakyatan dan SBY sebagai bapaknya ekonomi jalan tengah. Bung Hatta boleh marah-marah karena idenya diambil dan ditiru serta diganti namanya jadi istilah ekonomi kerakyatan yang lebih populer saat ini. Sistem ekonomi yang berbasis kerakyatan sudah dimulai sejak koperasi yang pertama berdiri di Indonesia tahun 1933.

Karena peristiwa itulah yang menyebabkan terpilihnya Bung Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Pada masa itu koperasi selalu didengungkan sebagai soko guru perekonomian Indonesia. Realita saat ini menunjukkan bahwa koperasi kalah bersaing dengan kapitalisasi pasar modern. Walaupun telah dibentuk kementrian khusus yang menangani bidang perkoperasian namun tetap saja koperasi belum mampu menjadi apa yang diamanatkan kepadanya sebagai soko guru perekonomian. Koperasi telah lebih dahulu tiarap, menyerah dan kalah kepada kekuatan ekonomi lain yang merajai pasar.

*****

Begitulah, Bung. Politik dan Ekonomi masih menjadi isu yang tidak pernah berhenti untuk dibahas. Isu-isu seputar siapa menjadi siapa dan siapa makan apa tetap selalu mengisi wajah media kita. Tidak usah kita bicara tentang pendidikan. Pendidikan diperuntukkan bagi mereka yang merasa perlu saja. Pendidikan tidak ada sangkut pautnya dengan agenda-agenda politik dan kemapanan ekonomi. Pendidikan tidak mengurusi etika dan perilaku berpolitik. Pendidikan tidak juga mengintervensi sistem ekonomi makro maupun mikro. Jadi, jangan salah paham bila tidak ada satu pun pasangan capres-cawapres yang menjadikan pendidikan sebagai satu dari sekian agenda utamanya.

Page 47: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

42

Padahal kan Bung tahu sendiri, kalau pendidikan akan berimplikasi

terhadap banyak hal. Mulai dari kesadaran berpolitik hingga caranya mencari makan. Saya setuju pada pendapat anda di seminar kemarin. Pendidikan adalah kunci untuk kemajuan bangsa ini. Anda berani mengatakan itu ditengah orang-orang yang disebut cendekiawan padahal tidak ada satupun dari mereka yang berani mengkritik ide anda. Mereka yang mengaku kaum cendekiawan itu masih setuju pada anggapan yang pernah anda bantah dahulu. Pendidikan akan menjadi prioritas kala cari makan sudah jadi hal yang mudah. Saya tidak tahu kelanjutannya. Bung tentu lebih tahu. Saya hanya rakyat yang biasa melihat ke atas tanpa pernah terlihat dari dari atas. Saking seringnya saya melihat ke atas saya hampir lupa untuk melihat keadaan sekitar kita. Semua sudah berubah. Rakyat sudah berubah. Kelapa Gading, 29 Juni 2009

Page 48: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

43

Juli

Tentang Debat Semalam This was a whole lot more than a simple affair. This was a love story.*)

Hanya itu saja yang bisa dia bilang tadi malam. Hanya beberapa kata "Aku benci kamu!." Aku pun masih tidak mengerti sebabnya. Tidak ada pertengkaran semalam. Hanya sebuah perdebatan saja. SBY dan JK sedang bicara bagaimana caranya supaya RUU Tipikor dapat segera disahkan jadi UU, lalu bagaimana mereka menghandle isu-isu tentang Hak Asasi Manusia, hingga hutang luar negeri yang selalu jadi perdebatan sejak bangsa ini mengenal hingga akhirnya bisa melunasi hutang dari IMF.

Sedangkan, aku dan dia berdebat panjang tentang urusan lebaran nanti. Maunya, segala sesuatu sudah mulai dipersiapkan dari sekarang. Kue-kue kaleng untuk tamu. Minyak Goreng yang harganya selalu melambung tinggi menjelang lebaran. Baju baru, kerudung baru, dan segala tetek bengek lainnya yang tidak pernah aku mau dengar. Aku hanya diam saja. Tak ada komentar mengalir dari mulutku.

*****

Ternyata, dia malah tahu penyebab diamku.

"Kamu kok diem? Kamu nggak suka?

Aku tetap diam

"OK. Kamu boleh nggak suka dengan caraku, that will not stopping me!"

Aku masih diam. Mengikuti kemana saja langkahnya. Aku sengaja biarkan

dia yang memilih saja semua kebutuhan itu. Aku tidak peduli walau pada akhirnya tagihan kartu kredit akan membengkak. Aku biarkan saja. Aku menunggunya didalam mobil. Aku mencoba mencari kesibukan sendiri sambil menunggu dia datang.

*****

Pikiranku mengarah pada perempuan itu. Perempuan yang kutemui dalam sebuah jamuan makan malam di pesta ulang tahun sahabatku. Hanya dari

*) Time Magazine, 13 July 2009, p.11

Page 49: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

44

perkenalan semata, tapi aku serasa masih menginginkannya. Aku tahu ia sudah bersuami, sama sepertiku yang sudah beristri. Kita saling memahami satu sama lain. Seperti ketika suatu siang ia mengajakku lunch bersama. Obrolan yang kita bahas bukan masalah kejenuhan berumah tangga atau pun hal-hal lainnya yang masih berkaitan dengan keluarga dan rumah tangga.

Bukan saat yang tepat untuk berkeluh-kesah tentang keluarga dan rumah tangga serta tetek bengeknya dengan seseorang yang baru kita kenal. Kita bisa bicara panjang lebar tentang debat capres dan cawapres yang kehilangan esensinya sebagai debat publik. Belum lagi tentang serangkaian manuver politik kontestan pemilu capres. Ia terlihat paham sekali isu-isu yang berkembang saat ini. Mulai dari bagaimana neo-lib menancapkan tiangnya di negeri ini hingga konsep ekonomi kerakyatan yang tidak pernah menyentuh masalah rakyat yang paling utama. Ia juga tidak suka dengan konsep pemilu yang satu putaran saja. Tidak demokratis katanya.

Bukannya bermaksud membandingkan, tetapi itulah yang kusuka darinya. Tidak seperti istriku yang tahunya hanya begitu-begitu saja. Semakin cepat pemilu ini selesai, semakin cepat pula keadaan ekonomi akan membaik. Artinya, ekonomi rumah tangga tidak akan terlalu banyak menemui hambatan terutama masalah pembiayaan hidup ini yang tidak pernah henti-hentinya hanya untuk meyakinkan bahwa kita berdua besok masih bisa makan nasi. Tidak ada gunanya membahas visi dan misi capres, karena segala sesuatunya seperti sudah ditetapkan sebelumnya. Makanya, aku tidak pernah lagi mau membahas hal yang begituan dengannya.

Sudah dua bulan ini aku mengenalnya dan aku merasa dekat dengannya. Setiap membayangkannya, aku ingin segera menemuinya. Aku ingin selalu bersamanya kalau bukan karena bayangan istriku yang selalu menghujam jantungku. Harus kuakui, masih lebih baik mengangkat batu ke puncak gunung daripada bertengkar dengan istriku. Sangat tidak menyenangkan sekali rasanya ketika harus menghadapi marah seorang istri. Mungkin itu sebabnya, banyak suami yang kelihatan tangguh namun ternyata malah lebih takut sama istrinya sendiri. Dan aku termasuk salah satunya.

Sampai saat ini, aku masih berhubungan dengannya. Aku tidak berhubungan dengannya lewat facebook, e-mail, atau malah push-mail dari Blackberry. Aku pun tidak pernah mengirimkan SMS padanya. Bukannya aku menghindari hal-hal yang seperti itu. Aku hanya tidak ingin berlebihan dalam menggunakannya. Hanya sesekali saja lewat telepon, hanya untuk mengajak bertemu. Dalam suatu pertemuan denganku, ia bercerita bahwa ia sangat menikmati hubungan ini. Aku pun demikian. Aku menikmati saat-saat seperti ini. Aku rasa wajar saja bila aku melakukannya. Hanya pertemanan biasa saja, tidak lebih. Dan itu tentu saja tidak akan membahayakan pernikahanku-juga pernikahannya, walau tendensi menuju arah perselingkuhan selalu ada.

Page 50: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

45

Semakin lama, semakin lucu. Tidak pernah ada rasa curiga dari istriku. Aku masih bisa menyembunyikannya. Aku tidak sedang menuai badai karena aku tidak (atau belum) melibatkan perasaanku dengan perasaannya. Tidak ada cinta dalam hubunganku dengannya. Kemungkinan itu masih selalu ada, dan aku tidak ingin memulainya duluan. Sudah beberapa hari ini aku semakin dekat dengannya. Kita jadi lebih sering bertemu. Entah bagaimana pun caranya ada saja kesempatan. Terlebih lagi istriku ternyata lebih senang menghabiskan waktunya di rumah saja.

Kesempatan itu memang sudah begitu adanya atau memang diciptakan. Waktu selalu membawaku bersamanya. Menghabiskan waktu menonton Transformers 2 di Blitz Megaplex. Duduk bersebelahan sambil menenggak Coca-cola Zero dan Pepsi Blue. Berlanjut hingga sekedar minum kopi di Kopi Tiam Oey. Semua itu berlalu begitu saja. Tidak ada suara dering handphone yang mengganggu. Pun ketika akhirnya bibirnya menempel pada bibirku hingga aku bisa rasakan detak jantungnya. Semua itu terjadi dan berlalu begitu saja.

*****

Aku sedang menulis SMS hingga sebuah pukulan keras menghantam kaca jendela mobilku. Rupanya istriku sudah datang dan menyuruhku untuk membantunya mengangkat semua barang belanjaan. Aku masih belum beranjak sampai SMS darinya tiba:

"weekend ke Bandung??? Hmmm… boleh juga tuh. You'll pick me right?

Miss u!" Kelapa Gading, 3 Juli 2009

Page 51: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

46

Nobody's Note Cerita di Hari Jum’at: Ibroh dari Sebuah Suplemen

Adalah kebiasaan saya untuk membeli Koran Harian Republika setiap hari Jum’at. Bila sedang tidak pulang ke Bandung tentu hal itu adalah menu wajib di Jum’at petang. Alasan yang utama adalah segala intisari berita sepekan terakhir terkadang direview dalam sebuah kesimpulan menjelang akhir pekan. Selain itu juga, di edisi Jum’at, Republika menyertakan bonus suplemen Dialog Jum’at. Lumayan, hitung-hitung untuk belajar agama dan meneguhkan iman yang makin menipis ini seminggu sekali.

Pun, Jum’at kemarin (3/7) saya membeli Koran seperti biasa di kios langganan. Pertama menyentuh rasanya seperti tidak biasa. Terasa lebih tebal. Perasaan , suplemen Dialog Jum’at belum akan ditambah jatah halamannya. Mungkin, ada rubrik lain. Itulah yang ada di benak saya kemudian. Saya tidak sempat menengok seluruh halaman karena mengejar waktu shalat maghrib yang selalu singkat. Saya hanya membaca headline yang berjudul “Satu Putaran Panaskan Debat”.

Anda semua tentu menyimak debat terakhir di malam Jum’at itu kan? Satu debat yang entah diposisikan sebagai debat yang berkonotasi saling serang pendapat dari kontestan atau diskusi untuk mencari penyelesaian dan jalan keluar. Sedikit mengulas kembali, tidak banyak yang berubah dalam debat tersebut. Megawati masih dengan pendapat-pendapatnya yang terkesan sangat normative. SBY yang masih tampil jaim, dan JK yang terlihat santai namun lebih serius dalam pembahasan masalah.

Setelah shalat maghrib dan makan sebungkus nasi padang. Saya mulai membuka halaman satu per satu. Beritanya masih dihiasi kabar dari kematian tragis Michael Jackson yang membuat DEA (Drugs Enforcement Agency) turun tangan, Franck Ribery yang keukeuh (ngotot-pen) ingin pindah ke Real Madrid, Semifinal Wimbledon, dan yang paling menyita perhatian saya adalah Operasi Khanjar (Operasi Tebasan Pedang) yang dilakukan oleh Marini AS di Afghanistan , operasi militer terbesar dibawah kepemimpinan Barack Obama.

Alangkah terkejutnya ketika mengetahui sebab Koran hari ini berasa lebih tebal. Terselip satu lagi suplemen yang berfungsi sebagai alat kampanye SBY-Boediono dengan judul “Amanah untuk Rakyat”. Suplemen yang berjumlah 16 halaman ini bercerita tentang profil SBY dan Boediono dari mereka lahir hingga mereka meniti karir masing-masing. Diceritakan bagaimana SBY lahir dan tumbuh dalam lingkungan masyarakat pesantren, bersekolah negeri di Pacitan, sekolah militer di AKABRI, hingga karir militer dan sipilnya sampai saat ini. Begitu pun dengan pasangannya, Boediono. Cerita dimulai dengan masa kecil Boediono yang santun dan sederhana sebagai anak pedagang batik di Blitar.

Page 52: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

47

Lalu, diceritakan pula bagaimana perjalanan pendidikan dan karir Boediono sampai saat ini pula.

Bagi saya apa yang terjadi hari ini adalah sebuah keanehan. Aneh karena menurut saya media telah kehilangan independensinya. Media, terlebih di zaman pemilu yang kesekian ini telah menjadi senjata yang ampuh bagi setiap insane politik yang ingin menegaskan eksistensinya. Aneh. Sama anehnya ketika Metro TV menjadi corong dan wahana pencitraan dari satu kandidat capres lainnya. Begitu juga ketika menjelang pemilu legislative, masih di harian yang sama, terpampang iklan full page dari PDIP yang menyangkal seluruh pencapaian di masa pemerintahan SBY-JK demi menegaskan citra partai yang peduli wong cilik yang juga tentu sudah terlanjur melekat pada partai berlambang banteng ireng (banteng hitam) tersebut.

Entah teori komunikasi massa mana yang digunakan. Permainan dengan media ini tentu bukan tanpa tujuan dan hasil yang ingin dicapai. Saya tidak sempat membandingkan dengan media cetak lainnya. Apakah mereka juga melakukan hal yang sama dengan kandidat yang lain, saya belum tahu. Saya memandang hal ini sebagai konsekuensi yang wajar dari demokrasi yang selalu kita banggakan dan nilai bisnis yang menggiurkan.

Dari sudut pandang demokrasi, kebebasan berpendapat melalui media

lebih terjamin tanpa adanya diskriminasi dan intimidasi pihak lain. Sedang dari sisi bisnis, Koran butuh iklan sebagai pemasukan terbesarnya dan si pengiklan butuh media untuk menyampaikan sesuatu yang mereka bawa (namanya juga kampanye). Maka sangat wajar bila mereka menerima order untuk membuat suplemen yang seperti itu agar profil si pengiklan mendapatkan exposure kepada publik dan Koran mendapat pemasukan yang sudah tentu besar dari si pengiklan.

Bila suatu hari nanti anda ada yang membacanya dan kagum dengan isi suplemen tersebut tolong beri tahu saya. Itu artinya anda masih waras. Sama seperti saya. Saya mengagumi kisah-kisah didalam suplemen tersebut. Tetapi, dalam situasi politik saat ini bahasa penyampaian yang digunakan pun memang bahasa dengan kesan positif yang pada akhirnya menggiring kesadaran pembaca untuk kemudian bersimpati lalu memilih pasangan tersebut pada pemilu 8 Juli nanti. Semuanya telah direncanakan dengan sedemikian matang. Bukan tanpa alasan tim sukses SBY-Boediono menempatkan public profiling tersebut pada harian Republika yang punya credo “Pegangan Kebenaran”.

Saya masih terkesima dengan kisah-kisah tersebut. Cukup ambil ibrohnya (pelajaran) saja. Cukup ambil nilai-nilai yang terkandung didalamnya:kerja keras, pantang menyerah, santun, sederhana, rendah hati, dll. Masalah pilihan, saya kira anda semua sudah lebih pintar untuk menentukan siapa yang akan dipilih pada pemilu mendatang. Biar hati nurani anda dan sepasang mata yang setajam

Page 53: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

48

garuda dipadu dengan kecepatan berpikir menuntun anda semua untuk memilih kandidat yang pantas untuk memimpin Indonesia. Salam hangat dari Cakung. Jakarta, 4 Juli 2009

Page 54: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

49

JK: Jaga Kemaluan(mu)

Demikianlah Ya Allah. Telah engkau berikan suaramu pada pemilu kemarin. Telah engkau pilihkan presiden kami. Kemenangan memang sudah di depan mata. Tinggal menunggu waktu saja. Polling-polling terbaru tidak lagi jadi patokan. Semuanya berubah di hari pemilihan. Menang mutlak. Itulah pencapaian kemenangan yang sesungguhnya.

*****

Kemenangan yang demokratis, begitulah komentar para pakar yang entah dibayar hanya untuk meyakinkan masyarakat bahwa pemenang pemilu adalah pilihan terbaik untuk bangsa ini. Seakan pemahaman masyarakat dipersempit bahwa sang pemenanglah yang akan menunjukkan jalan keluar dari segala permasalahan bangsa ini. Pun ketika media televisi yang saling unjuk kekuatan dengan quickcountnya masing-masing agar keabsahan yang menjadi bukti legitimasi bagi si pemenang tetap terjaga dan mudah-mudahan terjaga pula kredibilitasnya.

Media masih menari diatas arus pusaran berita suksesi incumbent yang berhasil mengalahkan lawan politiknya dengan kemenangan mutlak. Berita-berita seminggu kedepan akan masih dihiasi kilauan-kilauan kemenangan ini. Masalah kisruh DPT, dan gugatan kecurangan lainnya mungkin hanya akan jadi penggembira saja di headline-headline media cetak. Sementara, kandidat yang kalah mungkin sedang mempersiapkan dirinya masing-masing untuk melakukan apa yang terlanjur diucapkannya ketika tidak terpilih nanti dalam suatu debat. Ada yang tetap berjuang dan ada yang akan pulang kampung. Untuk yang masih berjuang, semoga Tuhan bersama anda yang terus membela kepentingan rakyat kecil. Untuk yang akan pulang kampung, semoga kepulangannya membawa manfaat dan berkah bagi kampung halaman.

Tidak usah bicara tentang bagaimana selebrasi dari tim sukses yang benar-benar sukses mengantarkan kliennya meraih kursi presiden. Mereka tentu sudah bosan karena dari tiap menit tidak ada perubahan yang signifikan pada hasil quickcount. Paling tidak mereka baru akan melirik pada setiap statement yang dilontarkan lawan politik mereka. Mereka dengarkan dan kalau perlu tidak sekedar diamati, dicatat dan dianalisis. Kalau bisa, sumpah serapah dan segala tudingan itu mereka buat jadi bom Molotov yang sewaktu-waktu mereka lemparkan. Mungkin mereka hanya akan tertawa sambil bertepuk tangan untuk menyenangkan hati mereka sendiri setelah melakukan pembalasan yang selalu lebih indah.

Lagi kau bertanya tentang pembagian jatah kekuasaan alias bagi-bagi posisi. Siapa yang duduk disini, siapa yang duduk disitu. Siapa menjabat apa, siapa kebagian proyek apa. Kau masih berharap kebagian jatah? Lupakan saja,

Page 55: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

50

Bung! Kecuali kalau memang anda kemarin memang menunggangi kendaraan yang sama dengan para pecundang yang maunya main aman supaya kebagian jatah menteri boleh saja. Memang tidak salah berjudi dengan menawarkan diri untuk menunggangi mesin politik yang masih bertenaga. Belum lagi, tanpa ada hambatan dan lawan yang berarti. Serasa ngebut di jalan tol Jagorawi di tengah malam tentunya dengan Maseratti atau Cabriolet pujaan.

Kalau kau sadari, pihak mana yang sebenarnya diuntungkan dari pemilu kemarin? Anda makin bingung? Atau malah mau menjawab bahwa sebenarnya pihak-pihak yang paling dirugikan dari pemilu kemarin adalah mereka yang menginginkan pemilu ini berjalan dua putaran. Mungkin ada benarnya. Pemilu dua putaran seperti 2004. Tapi ingat juga Bung, waktu itu calonnya ada 5 pasangan, jadi dua putaran adalah hal yang wajar. Saya pun begitu. Saya sangat ingin pemilu ini berjalan dua putaran. Tak perlu lah kita bahas penghematan anggaran negara sebesar Rp. 25 Trilyun untuk kelancaran proses demokrasi.

Apakah demokrasi negeri ini hanya seharga 25T saja? Namun, kenyataan memang selalu berbeda. Rakyat seakan terbungkam oleh iklan-iklan dan propaganda bahwa pemilu ini cukup satu putaran saja. Rakyat tentu tidak akan berpikir panjang tentang proses demokrasi yang akan melegitimasi kekuasaan. Mereka hanya tahu bahwa semakin cepat selesai mereka akan bisa focus kembali pada apa yang telah mereka kerjakan. Mereka mungkin juga sudah tahu bahwa apapun hasilnya, siapapun pemenangnya belum tentu ada perubahan yang signifikan dalam kehidupan mereka. Yang penting besok masih bisa makan nasi.

Indikasi tanpa rilis resmi sudah menyebar dimana-mana. Ucapan selamat mengalir deras ke Cikeas. Sementara saya masih terperangkap dalam pekerjaan saya. Kalau nanti malam anda mampir ke Cikeas, sampaikan salam saya untuk Putra Pacitan yang kembali menjabat menjadi presiden kita. Bukan karena tak rindu, tolong bilang saja saya sibuk-seperti biasa. Atau kalau anda cukup nekat, bilang saja saya sedang belajar demokrasi la roiba fih*) bersama Emha Ainun Nadjib di Kadipiro, Yogyakarta sana.

Dua putaran, kisruh DPT bermasalah, selebrasi kemenangan Pemilu, nilai tukar rupiah menguat, MK bersiap menerima pengaduan, isu Munaslub Partai Golkar yang lebih cepat lebih baik. Dunia masih belum berhenti berputar. Terlalu cepat untuk berhenti sekarang. Lanjutkan saja langkah kita.

*****

Menyimak hasil pemilu kemarin membuat hati hamba menjadi kecut padamu, Ya Allah. Hamba merasa sangat malu. Sungguh hamba ini malu Ya *) Demokrasi La Roiba Fih, Emha Ainun Nadjib, Penerbit Kompas, 2009

Page 56: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

51

Allah, berteriak-teriak kesana kemari hanya untuk meyakinkan hati hamba bahwa pemilu kemarin akan berjalan dua putaran. Hamba juga yang mengajak kawan-kawan di facebook untuk bersama-sama menjadikan pemilu kemarin supaya berjalan dua ronde. Hamba juga lah yang selalu bercerita pada setiap kawan yang hamba temui bahwa pemilu dua putaran adalah pemilu yang ideal untuk iklim demokrasi saat ini. Hamba sungguh tidak bisa menjaga kemaluan. Sungguh tidak bisa. Sungguh hamba malu sekali Ya Allah. Hamba malu. Malu. Malu sekali. Kelapa Gading, 9 Juli 2009

Page 57: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

52

JK: Jaga Kehormatan(mu)

Jum’at pagi, hampir semua wajah media cetak dipenuhi headline yang serupa. JK ucapkan selamat pada SBY. Ucapan selamat tersebut sebagai reaksi atas jumlah perolehan suara pemilu presiden via quickcount yang dikeluarkan oleh berbagai lembaga survey. Sedangkan KPU sendiri masih baru akan mengumumkan hasil resmi pemilu presiden pada 25 Juli 2009 nanti.

Perlu diakui bahwa kedewasaan dan kematangan dalam berpolitik terutama untuk mengakui kekalahan adalah hal yang sulit dan berat untuk dilakukan. Apalagi sambil mengingat ketatnya rivalitas demi menjaring suara pemilih. JK dengan legowo dan semangat ksatria telah menunjukkan sikap yang gentle untuk memberikan ucapan selamat terlebih dahulu tanpa harus menunggu rilis resmi KPU.

Ucapan selamat itu juga mengandung makna bahwa kedewasaan dalam berpolitik berarti juga menyambung silaturahmi yang sempat terputus gara-gara rivalitas tadi. Bayangkan saja, partnership yang terbentuk selama hampir 5 tahun harus diakhiri dengan rivalitas head-to-head. Rivalitas itu kini telah berakhir dan pemenangnya masih berupa indikasi tanpa rilis resmi. Dengan demikian, ucapan selamat itu adalah sebuah kemestian. SBY-JK belum akan expired dalam waktu dekat ini. Mereka berdua masih jadi Presiden dan Wakil Presiden hingga Oktober nanti, saat Presiden terpilih dilantik. Walau pelantikan itu bisa dipercepat, SBY-JK tentu masih akan bersatu dan akan mengumpulkan semua perangkat kabinet yang kemarin habis-habisan mengadu strategi, daya, dan upaya untuk memenangkan kandidat capres masing-masing.

Kiranya, JK mulai realistis untuk menilai kekalahannya. Apapun dan bagaimana pun caranya perolehan suara JK-WIN tidak akan bertambah secara signifikan untuk menyaingi jumlah suara kedua rivalnya. JK juga mungkin menyadari bahwa indikasi tanpa rilis resmi melalui quickcount dari berbagai lembaga survey seringkali gambaran nyata dari hasil akhir pemilu.Bahwa pada sebelum pemilu popularitas SBY mulai menurun dan elektabilitas JK meningkat bukan lagi hal yang perlu didebatkan dan dibahas lagi. Kini semuanya sudah terbukti. Tinggal menunggu hasil akhir. Kekalahan sudah didepan mata.

Tentu, mereka masih akan duduk bersama, satu meja dengan menteri-menterinya untuk membahas perihal RAPBN 2010 serta keadaan politik, hukum, ekonomi, dan keamanan pasca pemilu presiden. Kiranya, para menteri juga masih akan menunjukkan dedikasi dan integritas moralnya tanpa harus grasak-grusuk supaya nanti terpilih lagi untuk periode selanjutnya.

*****

Page 58: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

53

Ucapan selamat di malam Jum’at dari Menteng ke Cikeas adalah sebuah penghormatan. Penghormatan yang timbul dari kejujuran. Kejujuran untuk mengakui kekalahan dan keadaan diri sendiri yang memang kurang berdaya melawan saingannya. Sikap seperti itu tidak akan pernah menimbulkan suatu tindakan perendahan diri. Tetapi, sikap yang demikian adalah sikap yang akan menjaga kehormatan. Welcome back, Yudhoyono! Cakung, 11 Juli 2009

Page 59: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

54

Olenka

Olenka, Seminggu sudah kau bersamaku. Seminggu itu pula kau telah tidur

bersamaku. Bersama kita menatap kelam langit Jakarta yang kadang ada bulan menggantung disana. Selama itu pula aku belum menyentuhmu. Bagiku, apa yang terdapat dibalik wajahmu yang baru masih sebuah misteri.

Olenka, Seminggu sudah tanda tangan penciptamu menancap di kulit mukamu.

Seminggu itu pula aku semakin merasa yakin bahwa kau memang aneh dan cukup memenuhi syarat untuk dianggap kontroversial. Pada zaman engkau lahir, tentu belum banyak yang mengerti akan maksudmu. Mereka masih terpaku pada pola pikir linier yaitu pola pikir yang masih menghendaki adanya benang merah dan hubungan sebab akibat pada setiap sosok yang menyerupaimu. Namun, engkau tidak begitu.

Olenka, Aku pernah mengenalmu dalam balutan wajah lamamu. Aku pernah

menjamahmu tapi aku tidak dapat merasakan sebuah sensasi. Aku hanya mencari-cari siapakah engkau yang sebenarnya. Adakah Olga Semyonovna adalah wujud pasti dirimu? Atau mungkin, Olga Semyonovna telah menghibahkan rahimnya untuk mengandungmu? Aku hanya mencari tahu siapa engkau sesungguhnya. Tidak lebih.

Olenka, Engkau tentu masih ingat siang yang tidak terlalu panas itu. Suatu siang

dimana engkau akhirnya berlabuh ke pelukanku. Aku memang sudah berniat memboyongmu ke kamarku sejak mereka memasang namamu disitu. Beruntunglah, Tuhan memberikanku kemampuan untuk sekedar mengajukan pertanyaan pada penciptamu. Rupanya, Tuhan masih berbaik hati hingga mengizinkanmu untuk benar-benar berada di genggamanku.

Olenka, Aku masih menatapi wajahmu. Aku baru tersadar kalau Seno Gumira

Ajidarma menulis sesuatu di wajahmu. Kau pun tahu dia penulis favoritku kan? Kiranya, setelah menulis catatan ini, ingin sekali aku menghabisimu. Menelan setiap kata dan kalimat dalam dirimu. Sampai akhirnya aku benar-benar paham siapa dirimu, Olenka. Salam hangat dari Kelapa Gading, Kelapa Gading, 14 Juli 2009

Page 60: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

55

Pada Suatu Pagi (2)

Tenggelam lagi dalam kepulan asap rokok dan pekatnya kopi. Begitulah yang kujalani akhir-akhir ini. Aku merasa tekanan ini begitu menghimpitku sehingga butuh pelarian seperti itu. Padahal, itu tidak terlalu penting. Aku tidak ingin merasa dibebani oleh pekerjaan kalau ternyata tekanan itu lebih disebabkan oleh perasaan, Cuma oleh sekedar perasaan.

Kenapa perasaan seperti ini menyerangku lagi, setelah semua berjalan apa adanya. Aku tidak tahu jelas apa yang menghinggapi pikiranku saat ini. Entah jenuh atau Cuma sekedar bosan. Aku masih memejamkan mata ini sambil berharap pikiran ini kembali seperti biasanya. Aku harap perasaan ini bukan karena rinduku padanya. Asap rokok masih mengepul dalam pikiran yang berkabut. Lagu dangdut dari radio butut masih mengalun pelan. Selamat malam,...duhai kekasihku Sebutlah namaku menjelang tidur*)

Mendengar lagu itu aku sedikit merasa lebih baik. Ingin sekali aku memeluknya dimalam ini. Hilangkan gelisah setiap malam. Aku tahu dia pasti merindukan kehadiranku. Dia selalu ada disana. Selalu menungguku untuk menceritakan segala kepalsuan di dunia ini. Bila sudah begitu, seakan jauh rasanya dari dosa yang selalu mengepungku.

Ini memang tidak adil padanya. Aku telah meninggalkannya tanpa kerelaan apa pun. Tapi, perempuan itu tidak banyak bertanya. Ia hanya pasrah saja menerima kenyataan ini. Dalam hatinya mungkin masih ada keyakinan bahwa aku akan kembali pada suatu masa. Aku rasa dia tidak terlalu salah karena malam ini setelah rokok terakhir kuhisap dan cangkir kopi terakhir kuteguk habis aku akan kembali menemuinya. Hanya tinggal masalah waktu saja. Aku ingin lihat apakah waktu masih memberikan kesempatan padaku. Aku hanya ingin tahu apakah waktu masih mempunyai masa lalu yang bisa terulang lagi. Aku hanya ingin tahu saja, tidak lebih.

Sementara, malam bertambah pekat dalam balutan sunyi sepi. Aku masih sendiri. Aku merasa menjadi orang yang paling berbahagia malam ini. Betapa bahagianya aku malam ini. Aku masih bisa merasakan tekanan perasaan yang bertubi-tubi dan takkan pernah hilang walau teracuni kafein dan nikotin. Aku masih bisa bahagia dalam bayangan senyumannya. Aku masih bisa berbahagia walau hanya dengan hidup yang begini-begini saja, tanpa variasi. Aku masih merasa bahagia walau hanya mengkhayal tentangnya.

*) Dari lagu “Selamat Malam”, dinyanyikan oleh Evie Tamala

Page 61: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

56

Rindu ini memang terasa berat. Andai aku bisa menjadikannya sebagai puisi. Sudahlah, itu semua tidak mungkin. Tidak mungkin kalau aku akan kembali menemuinya setelah sekian lama menghilang tanpa pesan. Kalaupun bisa aku tidak akan pernah kembali padanya. Lagipula untuk apa kalau selama ini ternyata sudah ada satu hati yang melengkapi hatinya yang lain.

Aku kembali dilanda sepi. Malam diluar jendela masih menampakkan pekat dalam cahaya lampu jalanan yang menandakan kota ini belum tidur. Aku menatap kosong keluar. Tidak ada lagi beban yang hinggap. Hanya ada sepi dan diriku yang kerdil dihadapan pencakar langit itu. Diam-diam kunyalakan lagi sebatang rokok. Radio butut itu kini terdengar jauh lebih merdu. Malam ini tak ingin aku sendiri... Kucari damai bersama bayanganmu...**)

Sebuah lagu lama yang kembali terdengar merdu dan mesra. Siapakah yang ingin selalu ditemani kesendirian? Siapakah yang tak ingin ditemani dalam malam yang sepi ini? Aku rasa jawabannya bukanlah aku. Aku tidak pernah tahu jawaban itu. Terlalu subjektif. Aku dengarkan lagu itu sampai selesai. Radio kumatikan sambil melangkah pulang.

Aku sampai di rumah dengan perasaan yang datar. Tidak ada yang aneh. Aku memastikan semuanya baik-baik saja. Aku tidak ingin lagi terbangun dengan keadaan tidak menentu lalu menemukan seorang perempuan lagi. Aku hanya menemukan sebuah surat dibawah pintu. Entah dari siapa, tidak ada nama pengirimnya. Sebuah amplop warna merah muda dengan bekas tanda ciuman bibir. Aku bisa lihat dari sisa lipstik yang masih menempel pada amplop itu. Sepertinya surat ini belum lama sampai.

Aku sama sekali tidak merasa penasaran. Aku simpan surat itu. Aku baca besok pagi saja. Aku ingin segera tidur lalu lupakan semua yang terjadi. Namun, rupanya paduan nikotin dan kafein dalam tubuhku mulai bekerja. Aku tidak bisa tidur lelap, bahkan untuk memulainya saja pun tidak bisa. Aku merasakan detak jantungku mengencang, tidak seperti biasanya. Lalu, mata ini belum mau terpejam juga.

Aku duduk sambil melamun. Tiba-tiba, pikiranku terarah pada surat itu. Aku akan segera membacanya. Sayang, Maafkan atas kelancanganku kemarin. Aku masuk ke rumahmu tanpa izin. Aku tahu kamu pasti kaget melihatku ada di tempat tidurmu. Kamu tidak perlu tahu aku ini siapa. Aku hanyalah seorang perempuan biasa, sama seperti yang biasa kau temui di lingkungan kantormu. Aku sama seperti mereka. **) Dari lagu “Tak Ingin Sendiri”, dinyanyikan oleh Dian Pisesha

Page 62: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

57

Malam itu kebetulan aku lewat depan rumahmu sebelum aku melihat ada sesuatu yang aneh. Rumahmu memang aneh (aku harus akui itu). Pintu masuknya terbuka, pagar tidak dikunci, belum lagi jendela yang selalu terbuka karena angin. Ketika itu aku masuk. Dan tanpa sengaja aku langsung menuju satu-satunya kamar. Lalu, aku duduk di tempat tidurmu. Aku merasa nyaman sekali disitu. Udaranya begitu sejuk, mungkin karena kamu pandai mengurusi tanaman di taman depan itu. Aku pun langsung merebahkan tubuhku. Perlahan tapi pasti aku tertidur. Dalam tidurku itu aku merasa ada seseorang lain di rumah ini. Aku bisa rasakan ia masuk kedalam kamar. Aku masih tetap tertidur. Lalu, aku merasa seperti ada yang membuka kancing kamejaku. Tak hanya itu, perlahan ia menciumi leherku. Perlahan juga aku merasa payudaraku diremas-remas. Aku rasa aku sedang dalam permainan cinta yang dahsyat. Aku merasakan sebuah kenikmatan namun masih dalam keadaan tertidur.Nafsuku terbakar. Dadaku berdegup kencang. Aku tidak sanggup membuka mata ini. Aku dikepung sejuta nafsu dalam kenikmatan. Aku malu untuk bilang padamu kalau aku telah mencapai orgasme. Tapi, apa boleh buat. Aku telah mengatakannya padamu. Setelah itu, aku benar-benar kelelahan. Aku yakin kalau si pemilik rumah ini telah memberiku kenikmatan yang paling dahsyat dalam hidupku. Aku tahu permainan cinta macam apa yang paling disukai seorang wanita. Sudah berkali-kali aku melakukannya. Tetapi tidak ada seperti yang kamu berikan. Kamu adalah lelaki paling hebat. Hanya kamu saja yang pernah melakukannya. Tidak seperti yang lain. Aku hanya berharap suatu saat dapat kembali berada di kasur itu dan melakukan hal yang sama denganmu. Ingat, hanya denganmu saja. Kita mainkan lagi permainan cinta yang paling dahsyat yang hanya kamu saja yang punya. Kamu tidak perlu menungguku. Aku akan datang kapanpun kamu mau. Peluk hangat,

*****

GILA. Benar-benar gila. Kelapa Gading, 28 Juli 2009 p.s: Pada Suatu Pagi bagian pertama dapat dilihat di edisi April

Page 63: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

58

Agustus

3 Malam, 3 Cerita Bird Song I remember everything Every joy and pain Every hurts and tears Every rain spots on the window They're watching us Walking down to easy winter evening That's all going wet We always love the moment Just sat and watching the sun goes down Surrounded by cludy and foggy air Just both of us Where are you now? I'm just an empty glass spilled nowhere I could only hear birds singing A sad song, that everlasted, unselfish, and endless March 16, 2009, Jakarta

*****

Another Kind of You

Everyone can go Everything will leave

Only desire still remain Keeping silences in reminiscing place

Where do i find you?

Is that you blinking with the stars? Or just blended away by the wind?

I cound only hear a whisper Saying, i'll always be with you, by breathing your name

March 16, 2009, Jakarta

*****

Page 64: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

59

Titip Rindu buat Ibu*)

Rembulan merah mengambang

Langit Cikampek malam hari Angin kemarau mengalun terbang Hantarkan hasrat mimpi kembali

Debur rindu bawa kelam Sejuta rindu bawa mimpi

Desiran ingin bakar malam Jatiluhur terpatri sepi

Ibu... Si Anak meradang

Dalam sedu gemuruh hati Ibu... anakmu pulang

Remuk redam hati terobati

Jakarta, 12 Agustus 2009 *) Sama dengan judul novel Novia Syahidah, “Titip Rindu Buat Ibu”

Page 65: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

60

Kita Adalah Teroris*)

Bom meledak lagi. Kemudian meledak lagi. Dan tetap meledak lagi. Bom meledak, teroris tertawa. Bom kembali berjoget. Menebar ketakutan, menakar kewaspadaan. Bom terlanjur jadi momok melebihi setan dan narkoba. Sudah cukup bangsa ini melihat bom sebagai wujud teror. Teror yang dilakukan segelintir manusia yang pikirannya ngawur.

Siapa yang tak kenal Amrozi, santri dari Pesantren yang tidak terkenal di Lamongan itu telah tiada. Pun begitu dengan kompatriotnya, Imam Samudra dan Doktor Azahari. Tapi bom masih juga meledak. Konon katanya, Noordin M Top lah dalangnya. Detasemen khusus telah dibentuk untuk menanggulangi setiap peristiwa yang berkaitan dengan teror bom. Interpol juga turun tangan untuk membekuk manusia pengebom itu.

Akhir pekan lalu ketika Temanggung, kota kecil di Jawa Tengah tiba-tiba jadi pusat perhatian dunia. Untuk masyarakat di Indonesia, mereka semua penasaran bagaimana caranya Polisi untuk menangkap buronan paling dicari di seantero jagad perIndonesiaan. Belum lagi, masyarakat internasional yang juga ikut menaruh perhatian karena Noordin sudah terlanjur mereka nilai sebagai pejuang penebar teror.

Sayang, sayang, sayang. Belakangan, ternyata bukan Noordin yang mati di Temanggung, tapi Ibrohim. Sayang sekali. Mudah rasanya bagi kita dan Polisi untuk terkecoh. Noordin atau bukan Noordin masalahnya akan tetap masih sama saja. Teror adalah penyakit yang harus segera disembuhkan supaya kelak jiwa kita tidak ikut rusak karenanya.

Teror ada dimana-mana. Ia hadir didalam hati, pikiran, dan tingkah laku kita. Maka, kita pun bisa dengan mudah menjadi Noordin-Noordin yang baru. Kita bisa dengan mudah menjadi seperti Noordin tanpa harus berilmu pada eks mujahidin Afghanistan yang pernah merakit high explosive bomb dan C4 untuk meledakkan tank-tank Rusia. Tidak perlu kita belajar teknologi bom nuklir di MIT sana karena ternyata seorang Amrozi pun bisa membuat ledakan yang tak kalah dahsyat dengan yang jatuh di Hiroshima dan Nagasaki. Dengan apa yang ada pada diri kita saja sudah mudah bagi kita untuk menjadi teroris.

Fenomena teror muncul akibat pola resistensi kultural dan psikologis dari mereka-kaum yang terbuang dan terpinggirkan dari arus zaman. Karena mereka harus bertahan hidup maka masalah ideologis yang kental menjadi solusi pemecahan masalah. Dalam perasaan terbuang dan terpinggirkan itu mereka

*) Terinspirasi dari tulisan berjudul “Santri Teror” dalam buku “Kiai Bejo, Kiai Untung, Kiai Hoki” Penerbit Buku Kompas, 2007. Hal. 91

Page 66: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

61

menanam dendam dalam hati dan jiwa mereka. Tubuh mereka terlanjur jadi bom waktu yang bisa meledak seenaknya mereka. Kalau sudah begitu, tinggal mencari pembenaran yang bisa melegalkan pikiran macam mereka sehingga mereka tidak ragu lagi bahwa teror adalah semacam jalan perjuangan.

Tetapi, kita pun tidak perlu menunggu atau bahkan harus merasa terbuang dan terpinggirkan lebih dahulu kalau mau jadi seperti mereka. Dalam kondisi normal pun kita sudah bisa jadi pelaku teror. Mau naik jabatan, teror saja saingan. Mau naik gaji, merongrong atasan dengan segenap alasan produktivitas dan kinerja. Mau korupsi, teror saja polisi.

*****

Kita adalah teroris. Dimanapun kita berada kita dapat merubah diri secepat mungkin. Berbagai jerat lingkungan yang menghiasi hidup kita bisa menjadi penunjuk jalan kea rah sana. Berhati-hatilah, karena setiap ketidakpuasan yang anda alami akan menggoyahkan jiwa dan pikiran anda. Lebih parah, hati anda tergerak untuk melakukan sesuatu yang radikal seperti teror itu tadi. Teror tidak selalu harus teror bom. Masih ada teror lainnya. Teror psikologis, teror sosial, ataupun teror budaya.

Kita adalah teroris. Teroris pada diri sendiri. Selalu menolak pada kemapanan sistem birokrasi yang terlanjur membudaya dan mengontrol tata kosmos kehidupan ini. Jiwa-jiwa teroris dalam diri terbentuk dari keengganan untuk beradaptasi. Jiwa-jiwa teroris ini tetap hidup dalam jiwa yang selalu memberontak. Jiwa-jiwa teroris adalah jiwa yang melawan segala sistem yang bobrok yang tidak lagi menjadikan manusia sebagai manusia. Bila Tuhan bisa diteror, tentu akan kita teror juga. Sayangnya, Tuhan punya sistem peringatan teror yang canggih dibanding dengan CIA sekalipun. Sebelum kita meneror Tuhan, kita sudah keok duluan.

Kesatuan jiwa-jiwa teroris akan mengundang manfaat ketika digunakan benar-benar pada hal yang sesuai pada tempatnya. Manfaatkan jiwa-jiwa teroris untuk melawan segala sesuatu yang tidak memanusiakan manusia. Lawanlah segala bentuk penindasan di era neoliberal ini hingga tegaknya keadilan bagi si kaya dan si miskin. Jadikan manusia kembali pada fitrahnya. Jadikan, jiwa-jiwa teroris sebagai kekuatan. Bersatu padu untuk melawan pembodohan-pembodohan di sekitar kita. Kelapa Gading, 14 Agustus 2009

Page 67: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

62

We Hate It When Our Friends Become Successful*)

Mungkin kalimat judul diatas sanggup merepresentasikan perasaan JK saat ini. Siapa yang tidak merasa iri kalau ternyata hasil membuktikan bahwa teman dan kawan kita lebih berhasil dibandingkan dengan kita sendiri. Terlebih lagi bila kawan kita ini terpilih (lagi) untuk jadi presiden. Sedangkan, kita hanya bisa menjadi rival sesaat saja yang menunda-nunda waktu untuk kemudian dinyatakan kalah.

Mungkin juga, saat tulisan ini ditulis, JK sedang menggumamkan lagu itu sambil berkemas untuk meninggalkan rumah dinasnya dan kembali ke kampung halamannya di Makassar sana. Sambil mendendangkan lagu itu juga, bisa saja JK sedang duduk di kursi malasnya sambil membaca berita dari harian-harian ibukota yang headlinenya dipenuhi polemik setelah usainya pemilu presiden. JK tentu sedang fokus pada gugatan yang diajukannya pada MK dan itu pula yang akan menjadi pusat perhatiannya.

Sebagai manusia, sudah fitrahnya untuk merasakan yang demikian itu. Wajar sekali perasaan itu muncul sebagai reaksi atas kegagalan dan kekalahan dalam persaingan. Apalagi, kalau ternyata kita baru tersadar bahwa yang mengalahkan kita adalah kawan seperjuangan. Kawan yang selalu menemani sejak zamannya kabinet Persatuan Indonesia dibawah kepemimpinan Gus Dur dan Megawati hingga bersama berdua membentuk Kabinet Indonesia Bersatu, yang akan segera expired sebentar lagi.

Adalah kawan kita juga yang mengalahkan kita, kawan yang pernah bersama-sama menuntaskan kasus Balibo Five lalu membujuk Hassan Tiro untuk menandatangani perjanjian perdamaian. Kawan kita juga yang menemani di ruangan siding untuk bertukar pendapat mengenai masalah rakyat. Mulai dari bagaimana caranya membagi subsidi minyak pada rakyat hingga menutup semburan lumpur Lapindo.

Banyak pula pencapaian yang diraih semenjak kita memutuskan untuk menjadi partner dan teammate. Sebagai contoh saja, swasembada beras yang kembali dicapai sejak 1985. Kemudian, ternyata kawan kita juga menyetujui penyaluran BLT sebagai satu cara mengurangi beban rakyat miskin padahal banyak kalangan menganggap bahwa BLT hanya menjadikan rakyat sebagai pengemis. Belum lagi, kawan kita ini juga mendukung program pendidikan BOP-BOS yang sekarang ngetop dengan sebutan “Sekolah Gratis”. Di sisi lain, partnership yang terjalin juga menjanjikan bagi stabilitas ekonomi makro maupun mikro. Indikator pertumbuhan ekonomi terlihat membaik. Itu hanya beberapa gambaran saja bahwa kawan kita ini tidak salah pilih kawan untuk menemaninya duduk di singgasana tertinggi negeri ini.

*) Dari lagu “We Hate It When Our Friends Become Successful”, dinyanyikan oleh Morissey

Page 68: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

63

*****

Kalau bukan karena mesin politik yang mogok dan sedang turun mesin di

bengkel sebelah tentu akan jadi lain ceritanya. Sebab musabab mogoknya mesin politik JK ini masih menjadi pertanyaan besar yang perlahan mulai terkuak. Padahal, perolehan jumlah suara Partai Golkar di Pemilu Legislatif kemarin cukup besar. Dengan menjadi runner-up dibelakang Partai Demokrat dan sedikit diatas PDI-P, seharusnya jumlah perolehan suara JK di Pilpres tidak anjlok secara drastis.

Kemungkinan terbesar sebagai penyebab mogoknya mesin politik Golkar di Pilpres 2009 adalah hilangnya suara kader-kader Golkar di daerah. Ini adalah dugaan yang paling masuk akal mengingat partai peninggalan Orde Baru ini masih mempunyai basis pendukung yang loyal di beberapa daerah. Terbukti ketika Pemilu Legislatif 2004, partai ini mendominasi perolehan suara baik di pusat maupun di daerah. Namun, politik tidak butuh masa lalu. Kejayaan masa lalu seketika akan menjadi omong kosong belaka karena kenyataan hari ini. Kenyataan saat ini, Golkar kehilangan banyak suara. Suara Golkar pecah. Diduga pecahan suara ini mengalir pada kubu Demokrat yang menusung SBY-Boediono. Akar rumput Golkar ditebas habis oleh Demokrat.

Dengan kata lain, JK dan Golkar dikompori dan digembosi oleh kadernya sendiri. Ketika hasil pemilu legislatif melalui quickcount merebak diberbagai media, muncul isu dan wacana bahwa Golkar harus mengusung calon presiden sendiri bila perolehan suaranya mampu melewati 20% electoral threshold. JK sebagai Pemimpin Partai tentu saat itu sedang bingung. Jalan manakah yang harus ditempuh. JK mungkin masih ingin menjadi pendamping SBY dengan ikut berkoalisi ke Demokrat tetapi suara-suara dari daerah menyatakan bahwa sebagai partai yang eksistensinya telah diakui (secara politis) harus mampu mengusung calon presiden sendiri. Tidak asal sekedar berkoalisi. Dalam hatinya mengisyaratkan bahwa ia masih ingin punya kuasa atas negeri ini.

Banyaknya desakan yang demikian kemudian membuat Partai Golkar harus membuat pertemuan dengan mengumpulkan DPD-DPD se Indonesia di markas besarnya di Slipi. Tentunya, perdebatan alot terjadi. Antara mereka yang mendukung JK untuk naik sebagai capres dari Golkar dan mereka yang mendukung koalisi dengan Demokrat. Hasilnya, sudah kita tahu sendiri. Golkar merestui JK untuk naik sebagai capres ditemani dengan “pesakitan” Golkar yang membentuk Partai Hanura, Wiranto.

Sebagai partai yang punya harga diri, Golkar telah memutuskan untuk menceraikan JK dari SBY dan jadi the real contender for next presidential bid (mengikuti istilah The Jakarta Post). JK pun menerima keputusan tersebut dan maju jadi capres yang diusung koalisi Golkar dan Hanura. Saat itu, saya yakin JK telah bersiap untuk menerima hasil yang terburuk sekalipun, yaitu kekalahan.

Page 69: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

64

Kekalahan yang dimaksud adalah tidak lagi menjadi wakil presiden bersama SBY lalu tidak kebagian posisi sentral dalam tata pemerintahan Kabinet mendatang. Agaknya, inilah yang sempat membuat JK kelihatan ragu untuk maju sebagai capres. Sebagian bisnis JK memang berurusan dengan negara. Pemilihan Sofyan Jalil sebagai Meneg BUMN pun tidak lepas dari peran JK untuk mengamankan bisnisnya.

Kini, hasil pemilu presiden dengan berbagai sengketanya sudah tinggal memantapkan kemenangan SBY-Boediono. Tidak banyak pilihan bagi JK. Pulang kampung, sebagaimana yang JK bilang kemarin adalah opsi yang paling realistis saat ini.

*****

Putusan MK telah jatuh. MK menolak gugatan pasca pemilu. Dengan demikian, SBY semakin memantapkan kemenangannya. Adapun JK yang memang sudah siap untuk pulang kampung tidak perlu lagi pusing dengan urusan partai: Golkar oposisi atau merapat ke Demokrat? Dimana mau diadakan Munas? Sulsel atau Riau, siapa calon kuat Ketua Umum Golkar, Aburizal Bakrie, Surya Paloh, Yuddy Chrisnandi, atau Ferry Mursyidan Baldan. JK tidak perlu repot lagi mengurusi yang demikian. JK cukup datang pada acara Munas nanti, memberikan pertanggungjawabannya dan selesai urusan. Pulang kampung, seperti yang JK bilang waktu debat capres.

Beberapa suara yang menahan kepulangannya dengan alasan figur JK terlanjur melekat pada bangsa ini saya harap tidak jadi alasan menunda atau bahkan menahan kepulangan JK ke kampung halamannya. Suara-suara itu hanyalah bentuk ewuh pakewuh bangsa ini. Dan terlebih lagi dengan berbagai tawaran posisi fungsional dan struktural bagi JK yang sudah menyatakan pensiun sangat tidak layak karena hanya jadi simbolisasi belaka. Biarkan JK pulang membangun Indonesia Timur yang lebih baik karena tidak aneh buat pebisnis seperti JK bila harus sarapan Coto Makassar dan Es Palubutung, lalu makan siang nasi timbel di Kampung Daun, Lembang, dan makan malam di J.W Marriot Medan. Kelapa Gading, 14 Agustus 2009

Page 70: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

65

September

Puasa di Jakarta (dan sedikit cerita lainnya)

Bulan Ramadhan semakin beranjak melewati setengah rembulan. Masih rembulan yang sama. Rembulan yang kadang berwarna kemerahan kala menggantung di langit Cikampek bagaikan bola lampu raksasa di tengah jamuan makan malam. Puasa di Jakarta adalah kerinduan. Kerinduan pada suasana Ramadhan di kampung halaman. Rindu pada mushaf yang selalu dibaca menjelang maghrib. Rindu pada suara muadzin-muadzin yang selalu diagungkan menjelang waktu berbuka puasa. Rindu pada ceramah seusai Subuh yang menambah kantuk semakin menjadi.

Seperti biasanya, tidak banyak yang terjadi padaku selama Ramadhan kali ini. Aku masih sama seperti muslim lainnya yang sahur menjelang waktu imsak dan berbuka puasa kala maghrib menjelang. Masalah kesehatan terutama berat badan bukan lagi masalah serius yang harus diperhatikan. Sudah tentu Ramadhan kali ini aku tidak makan tiga kali sehari. Paling banyak dua kali sehari. Sahur dan buka. Sudah itu saja. Jadi, kemungkinan berat badan akan turun bukan khayalan semata.

Ramadhan kali ini rasanya berlalu begitu saja. Sama seperti yang telah kulalui pada tahun-tahun sebelumnya. Tiba-tiba sudah tengah bulan. Harus kuakui kualitas ibadahku masih sama-sama saja. Aku masih menjalankan shalat lima waktu, kadang-kadang ditambah shalat sunat rawatib. Tilawah qur’an kadang-kadang sehabis maghrib. Itu pun melanjutkan bacaan yang tidak selesai sejak Ramadhan-Ramadhan kemarin, bukan dimulai dari potongan ayat pertama Al Fatihah. Disaat kawan yang lain berlomba mengkhattamkan Qur’an, aku malah asyik menamatkan Plan of Attack dari Dale Brown yang tebalnya 510 halaman itu.

Rupanya, aku terbawa alur cerita buku itu yang bercerita tentang proliferasi nuklir Rusia yang berimplikasi pada serangan udara pesawat bomber Rusia ke target-target anti serangan di wilayah Amerika Utara, USA dan Canada. Membaca buku itu ibarat menonton film perang buatan Hollywood. Kurang lebih sama dengan ketika kau menonton Tom Cruise di film “Top Gun”. Mungkin itu sebabnya, ada buku yang diangkat kisahnya untuk dijadikan film atau film yang dibuat berdasarkan pelebaran jalan cerita pada suatu buku tertentu. Kisah seorang pilot ternyata bisa lebih menarik dari tenggelamnya Fir’aun ditelan Laut Merah.

Aku lihat status facebook dan ternyata telah banyak terjadi perubahan. Status kawan-kawan kini lebih banyak dihiasi dengan ucapan syukur atau minimal ucapan-ucapan lainnya yang menyertakan nama Tuhan disana. Ada

Page 71: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

66

yang bahagia dan mengucap syukur. Ada yang kecewa sambil tetap optimis bahwa Tuhan tidak akan pernah salah dalam member ujian. Ada yang tidak tahu harus berbuat apalagi sehingga “memaksa” Tuhan untuk memberikan petunjuknya. Ada juga yang cukup menulis juz yang sedang dibacanya sehingga semua Jamaah Al Fasbukiyah mengetahui dan menulis komentar bernada semangat untuk mengkhattamkan Qur’an. Aku rasa hal seperti itulah yang tidak perlu. Soal ibadah biar diri sendiri dan Tuhan saja yang tahu. Khawatir menjadi riya’. Bila sudah begitu percuma saja pahala yang sudah terkumpul lenyap begitu saja bagai api memakan kayu bakar. Begitulah yang kupahami dari Guru Agama waktu sekolah di SMA.

Cerita selanjutnya masih sama saja. Konsumerisme dan konsumtivisme masih menjadi isu yang menarik untuk diangkat menjadi tema bulanan. Lihat saja, banyak pusat perbelanjaan yang mengadakan special offer hingga sale gila-gilaan. Bahkan, ada yang sampai mengklaim bahwa ditempatnya itulah konsumen akan benar-benar menikmati shopping experience yang berbeda untuk pertama kalinya di Indonesia. Sebagai implikasi menjelang lebaran hal ini terlihat sangat lumrah. Selumrah kita meninggalkan kekhusyukan sepuluh hari terakhir untuk saling berlomba memadati pasar-pasar dan tempat perbelanjaan.

Untuk yang masih muda, nongkrong dan belanja di distro masih akan jadi budaya setidaknya 10 tahun lagi. Untuk yang beranjak dewasa, belanja barang branded dengan harga sale bisa jadi pilihan utama ketika THR telah dibayarkan. Untuk kaum dewasa menjelang tua dimana belanja bukan lagi kebutuhan utama mereka hanya cukup menerima pemberian saja dari anak-anak atau keluarga terdekat. Toh, dengan begitu lebaran masih akan tetap semarak.

Kalau ada yang sampai membuatku sibuk menjelang lebaran ini adalah persiapan mudik. Aku akan bersama jutaan warga kota ini akan terlibat bersama dalam sebuah ritual tahunan. Tujuanku tidak jauh, hanya sampai ke Bandung saja. Namun, esensinya masih akan tetap sama. Mudik ya pulang ke kampung halaman. Kira-kira begitu tafsirnya walau tentu berbeda dengan ketika pulang pas bukan waktunya mudik. Kalau lebaran tahun ini tidak diundur dan di suspend, Insya Allah ini akan jadi mudik pertama. Jadi aku belum akan terlalu banyak cerita karena aku belum mengalaminya.

***** Mestinya kau tak perlu buka buku harianku Hanya akan membuat dirimu tersiksa dalam rasa curiga*)

Pelan lagu mengalun dari speaker. Sebuah lagu lama dari Krisdayanti zaman dulu dia belum terkenal dan seheboh sekarang. Dulu lagu itu memang hits. Aku masih ingat cuplikan video klipnya. Ternyata, dari zaman dulu selingkuh itu memang sudah ada dan tercipta. Maka, aku tidak heran apabila sekarang *) Dari lagu “Terserah (Buku Harian)”, dinyanyikan oleh Krisdayanti. Ngetop pada zamannya.

Page 72: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

67

cerita dalam lagu itu menimpa si penyanyinya. Aku memang tidak mengikuti berita perceraian Krisdayanti. Aku hanya baru tahu kejelasan ceritanya dari tulisan di kolom kecil The Jakarta Post hari ini. Anang mengaku kehilangan separuh jiwanya. What a sad story. But that’s reality. Once you get betrayed, you’ll get another betrayal. Kadang cinta dan pengkhianatan menjadi sebuah ikatan yang utuh tanpa harus saling melepaskan. Dan inilah waktu yang tepat untuk berkata "I'm sorry goodbye"**)

Lagu lainnya yang keluar dari speaker yang bermerek sama dengan nama atasanku terdengar sedikit aneh. Waktu aing datang ka imah sia Ku indung sia dipareuman lampuna kagok edan ku aing sagala dipacok sihorengteh indung sia kabagean***)

Aku jadi teringat kisah seorang anak kecil. Ia selalu tidur bersama ibunya setiap malam. Pada suatu purnama yang sempurna, ia terbangun dari tidurnya dan tidak mendapati sang ibu disampingnya. Mungkin karena sudah menyimpan rasa curiga ia pergi mengambil sebilah pisau di dapur. Kemudian, ia berjalan keluar rumah diterangi purnama yang bagaikan bola lampu neon besar.Entah bagaimana, dalam kegelapan kamar, ia kini mendapati ibunya sedang hanyut dalam pelukan seorang lelaki yang tidak ia kenal. Keduanya tidak bangun dan tidak tahu bahwa ada seorang anak kecil dengan sebilah pisau tengah menanti mereka untuk memberi izin pada Izrail untuk mencabut nyawa keduanya. Singkat cerita, si anak kembali pulang ke rumah dengan pisau berlumuran darah. Ia tidak tahu apa-apa. Tidak ada pula teriakan kesakitan ketika akhirnya Izrail melaksanakan tugasnya.

Mengerikan memang. Tapi, apapun masih bisa terjadi dalam hidup ini. Semuanya kadang bisa jadi kejutan tanpa harus menunggu keajaiban.

*****

Senja telah turun di Jakarta. Matahari kini bagaikan bola merah membara. Sinarnya kini menembus jendela ruanganku. Gemuruh terdengar tandanya pekerja pulang ke rumah. Semua saling berlomba. Mengejar adzan maghrib katanya. Aku tahu maghrib pun akan segera menghampiriku tepat dalam macetnya Jakarta. Debu, cinta, dan rindu berkejaran menghiasi kota yang tidak pernah diam sepi. Kelapa Gading, 8 September 2009

**) Dari lagu “I’m Sorry Goodbye”, dinyanyikan juga oleh Krisdayanti ***) Dari lagu “Maklum Poek”, dinyanyikan oleh The Panas Dalam. Penampilan liriknya dalam bahasa sunda tergolong cukup ekstrim tapi menghibur.

Page 73: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

68

Tentang Ia yang Ternyata Itu Aku

Dia sudah sampai disitu setiap jam setengah tujuh pagi. Ia lalu berjalan menuju gedung berlantai lima. Kemudian ia mengisi buku tamu yang untuk sebulan mendatang bakal jadi kartu absennya. Setibanya di ruangan, ia akan menyalakan komputernya. Lalu mengklik ikon kecil di sebelah tombol start. menunggu sebentar, dan kemudian muncullah aplikasi yang selalu ia jumpai setiap harinya. Ia ambil majalah satu persatu, ia buka dan kemudian ia mulai mengetik apa yang dibacanya dari majalah tadi.

Entah berapa hari telah ia lalui, ia sendiri tak tahu pasti karena selama itu pula ia tidak pernah mengisi lagi buku hariannya. Yang ia tahu hanya bangun pagi, membukakan pintu garasi, nebeng mobil karyawan di gedung sate, turun di kantor gubernur, kemudian berjalan menuju kantor perusahaan telekomunikasi tempat ia melakukan Praktek Kerja Lapangan. ...how many hours and how many days....(MLTR-How Many Hours)

Alunan lagu itu terngiang di kepalanya. ia ingat betul karena tepat saat ini ia sedang menulis kisah yang dialaminya setiap hari setidaknya sampai akhir bulan ini. Banyak yang ia lewatkan setiap harinya, mulai dari highlights sepakbola, berita pagi hingga breaking news bahkan gosip-gosip yang selalu sama setiap harinya. Tak terkecuali waktu kumpul bersama keluarga, dan jadwal rutin bermain futsal bersama teman sepermainannya. Ia tidak pedulikan itu semua, karena untuknya, hari ini adalah apa yang akan terjadi semua ini sudah terkehendak atas namanya sehingga ia anggap semua ini adalah kemestian.

Yang ia jalani sekarang adalah sebuah kemestian. Hari-hari yang telah dilalui dan disebut sebagai masa PKL tidaklah lebih dari sebuah perjalanan yang harus ditempuh. Maka tidaklah terlalu penting dimana dia sekarang. Orang lain menganggapnya hebat karena ia diterima di sebuah perusahaan telekomunikasi nasional.

Kadangkala ia jadi teringat pada sebuah buku yang didapatnya dari sebuah kuis di radio. Buku itu berjudul "Kerja Santai, Hasil Oke" sebuah buku terjemahan yang aslinya berbahasa Perancis dan menjadi best seller di beberapa negara di Eropa sana. Kalau teringat pada buku itu, tentu ia akan sangat terganggu pikirannya. Baginya, kesimpulan dari seluruh buku itu adalah benar dimana seorang pegawai cuma jadi kacung dari sebuah permainan besar/global. Dan atas hasil kerjanya ia mendapat upah yang 'layak' padahal mengingat luasnya samudera bisnis upahnya itu sangat tidak layak.

At the otherside, ia tidak menampik kemungkinan bahwa ia akan menjadi aktor dalam lakon buku itu. Ia masih ingin menerima uang bonus setiap bulannya, menyetir sendiri mobil dinas yang diberikan kantornya, dan juga

Page 74: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

69

menikmati beberapa fasilitas perusahaan lainnya. Itu semua cuma mimpi. Mimpi yang diharapkan akan terlaksana tidak hanya olehnya tetapi oleh setiap 'calon pengangguran' tentunya.

Dalam buku lainnya ia pernah menganggap benar pernyataan seorang penulis yang sangat benci bangun pagi, bukan karena apa-apa tetapi karena kesibukan orang-orang di pagi hari. Mereka bangun pagi kemudian mencari sarapan, bila tak sempat, sarapan di mobil pun jadi, lalu jalanan pagi yang macet menjadi rutinitas yang sudah pasti. Ia tahu bahwa ia memang pernah menjalani rutinitas bangun pagi semasa sekolah di SMP dan SMA dulu, dan kini saat kuliah, kadang-kadang ia menjalaninya walau tak setiap hari.

Banyak sekali pengaruh penulis itu terhadap dirinya. Awal tahun kemarin, sekembalinya dari Surabaya, ia mau menjalani hidup dengan tidak peduli seperti robot. Persis seperti pada buku yang ia biasa baca. Buku berjudul "Atas Nama Malam" yang ia beli di sebuah toko buku besar di Bandung. Selama kurang lebih 3 bulan ia menjalani hidup yang seperti itu akhirnya ia bosan juga, karena pada dasarnya ia tidak mendambakan hidup yang seperti itu.

Maka kembalilah ia pada kehidupan yang biasa, dimana ia biasa mengisi buku hariannya pada jam 10 malam usai membereskan urusan transaksi dagang pulsa. Didalam buku hariannya ia leluasa bercerita tentang apa yang telah ia alami hari ini.

*****

Hari beranjak sore ditempat ia menulis kisah ini. Ruangan yang tadinya sempat sepi sudah mulai ramai lagi dengan suara speaker komputer, maupun tuts-tuts keyboard. Ia masih duduk disitu memikirkan apa lagi yang harus ia ceritakan. Sebenarnya banyak sekali yang ingin ia tulis. Tentang kisah-kisahnya yang lalu, tentang kelulusan SPMB yang membuatnya menangis sepanjang 6 km, tentang bagaimana mewujudkan keinginan agar bisa terwujud, tentang nasibnya yang pernah seperti pemain sepakbola pinjaman, tentang kekecewaan yang pernah ia alami hingga membuatnya kebal dan tak tahu rasanya kecewa, setidaknya hingga saat ini

Banyak lagi yang ingin ia ceritakan padamu, entah hari ini, nanti, esok, ia tak tahu. Yang ia tahu sekarang, ia harus segera turun ke masjid, solat ashar, lalu bersiap pulang. Jl. W.R. Supratman No.66 Bandung, 21 Agustus 2007 Originally written in Bandung, 21 Agustus 2007, 3.58 p.m diedit kembali di Kelapa Gading, 11 September 2009.

Page 75: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

70

Mudik Lebaran sekarang ku hanya titip salam, karena ku tak mampu pulang, ke kampung halaman*)

Sayup terdengar kembali lagu itu menggelayuti pikiranku yang memang sedang meradang. Meradang ingin pulang katanya. Entah kenapa, menjelang lebaran seperti ini semua perhatian manusia Indonesia sedang tertuju pada suatu kebiasaan yang terlanjur dianggap jadi ritual tahunan. Mudik. Pulang kampung. Aku tidak tahu pastinya darimana kata "mudik" itu berasal. Yang aku tahu, kalau lebaran tahun ini tidak diundur, diralat, atau dibatalkan sama sekali besok akan jadi pengalaman mudik yang pertama.

Aku telah rasakan sendiri bagaimana kini kota yang tidak pernah sepi ini tiba-tiba jadi sepi gara-gara ditinggal penggemarnya. Deru kota yang selalu berseru kini hilang bingarnya. Perlahan seakan pasti kota ini semakin sepi. Jutaan pemudik meretas mimpi untuk kembali. Aku lihat juga wajah-wajah penuh semangat dan kerinduan pada kampung halaman. Lihat pula senyuman mereka yang tidak ada beban sama sekali tersirat sekalipun beban hidup ini barangkali sudah terlalu berat.

Aku telah lihat pula kegembiraan dan suka cita dalam menyambut hari raya. Semuanya adalah hal yang biasa. Namun, kebiasaan itu juga adalah sesuatu yang luar biasa setiap tahunnya sehingga selalu menimbulkan kewajiban untuk melakukannya. Pekerja yang punya THR, bagi-bagi jatah. Yang ini untuk mudik, yang ini untuk belanja, yang ini buat ngasih, selesai. Tidak sampai disitu saja.

Aku masih belum akan berangkat mudik. Aku masih akan menyelesaikan beberapa hal yang belum selesai. Urusan pekerjaan tentunya. Kau tahu sendiri rasanya menahan rasa ingin pulang. Kurang lebih begitulah yang kurasakan. Aku juga masih belum tahu mudik naik apa. Semuanya masih memungkinkan. Entah dengan bis, kereta, pesawat terbang, atau sepeda motor.

*****

Hei, kau! Apa yang sudah kau siapkan untuk mudikmu yang sekarang? Ingin sekali aku berteriak seperti itu supaya setiap orang sadar. Sadar bahwa mereka sedang ada dalam balutan penuh kerinduan dan bisa jadi semu. Kalau mudikmu cuma buat pamer tentang hidupmu di kota tolong buang saja niat mudikmu itu. Entah siapa yang berteriak dalam kepalaku yang masih meradang ini.

*) Dari lagu “Mudik”, dinyanyikan oleh P Project. Album "O Lea... O Leo...."

Page 76: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

71

Sampai disini aku tidak tahu apa yang harus kutulis lagi. Pahala Kencana

jurusan Jakarta-Madura melintasi didepanku. Ia bagaikan kereta kencana yang akan mengantarkan mereka yang telah membenamkan mimpinya. Sementara, Sinar Jaya masih jadi primadona untuk pemudik tujuan Jawa Tengah. Sebutan Antar Kota Antar Kecamatan membuatnya tidak pernah kehilangan penggemar setia.

Sedang apa kau disitu, Aninda? Sedangkah engkau menantikan kedatanganku sambil berharap aku membawa uang yang banyak untuk modal kita nikah nanti? Atau malah sibuk membantu ibumu membuat kue untuk lebaran nanti? Ah, kau memang tahu saja kalau aku akan pulang dan tentu kau akan sajikan kue-kue itu untukku kan? Bilang Ibumu, aku suka kue coklat seperti yang lebaran kemarin.

*****

Sementara, untuk mereka yang masih sibuk dengan ibadahnya hari-hari seperti ini adalah hari-hari kerinduan. Kerinduan untuk kembali berjumpa dengan Ramadhan tahun depannya. Tidak ada yang pernah tahu kapan ajal memisah jiwa sehingga selalu ada bintik-bintik penyesalan setiap menjelang Ramadhan usai. Memudikkan hati untuk kembali pada jiwa yang fitri. Kelapa Gading, 16 September 2009

Page 77: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

72

Batik, Identitas, dan Bencana “Merenungkan Indonesia adalah juga merenungkan identitas kebangsaan kita.”*) Sekilas Sejarah Batik

Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta.

Jadi, kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX.

Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjuangan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedagang Muslim melawan perekonomian Belanda.

Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam keraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar keraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar keraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.

Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga keraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.

Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.

Zaman Majapahit, Batik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majapahit, dapat ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojokerto

*) Jamal D. Rahman, dalam kolom Catatan Kebudayaaan, Majalah Horison, Edisi September 2009

Page 78: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

73

adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit.

Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung adalah riwayat perkembangan pembatikan di daerah ini, dapat digali dari peninggalan di zaman kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit.

Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati Kalang tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan disekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-petugas tentara dan keluara kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal diwilayah Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara lain juga membawa kesenian membuat batik asli.**) Identitas Bangsa

Batik menjadi tema hari ini, 2 Oktober 2009, dimana UNESCO sepakat untuk menamakan batik sebagai world heritage kepunyaan Indonesia. Siapa yang menyangka bahwa hari ini batik akan mendapatkan rekognisi dari UNESCO? Kita sebagai bangsa Indonesia tentunya berbangga bahwa (akhirnya) batik secara resmi telah mendapatkan klaim dari dunia internasional sebagai warisan budaya nusantara. Hari ini juga seruan untuk mengenakan batik merebak dimana-mana dan menjadi satu tren yang happening. Entah untuk menghargai niat baik UNESCO atau kita memang masih menghargai warisan budaya nenek moyang sendiri.

Pengukuhan ini juga membuat lega perasaan kita dari ancaman dan rongrongan Malaysia yang selalu tanpa malu mengklaim beberapa dari budaya Indonesia sebagai kepunyaannya. Perdebatan pun selalu meruncing dan tiba pada satu guyonan bahwa Malaysia adalah Truly Maling Asia.Kita ini bangsa Indonesia, bangsa yang punya identitas kuat baik secara sosiologis, historis, dan kultural walau memang masih ada keterkaitan hubungan dengan bangsa Melayu.

Budaya kita direpresentasikan dalam berbagai bentuk kesenian di tiap daerah. Batik, hanyalah satu representasi dari sekian banyak elemen yang menyusun dan membentuk identitas kebangsaan. Batik kini telah mengalami pergeseran dalam nilai utilisasi atau penggunaannya. Terutama setelah cekcok dengan Malaysia yang terang-terangan mengklaim batik sebagai milik mereka. Bak anak kecil merebut mainan temannya sendiri. **) Sekilas tentang sejarah batik dikutip dari http://pesonabatik.site40.net/Sejarah_Batik.html

Page 79: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

74

Batik tidak hanya digunakan dalam acara yang sifatnya resmi saja seperti

undangan pernikahan maupun jamuan resmi lainnya. Bahkan sejak lama pun anak-anak sekolah sudah menggunakan batik setiap hari Jum’at. Kini, giliran orang-orang kantoran pun mengikuti tren tersebut yang dimulai dengan PNS yang selalu mengenakan batik KORPRI.

Bagaimana seandainya bila kemarin itu Malaysia tidak mengutak-atik batik? Bagaimana bila kemarin itu Malaysia tidak melakukan self-recognition atas segala sesuatu yang jadi milik kita bangsa Indonesia? Mengapa kita harus menunggu saat dimana identitas kita terancam oleh bangsa yang terjebak di persimpangan jalan dalam proses pencarian identitasnya? Nasionalisme

Dalam pengamatan yang masih terbatas dan masih dapat terbantahkan oleh tesis doktoral studi kebudayaan, kenyataan yang ada saat ini menunjukkan bahwa kita masih terjebak dalam nasionalisme semu (pseudo-nationalism). Rasa nasionalisme kita bukan lagi dibangun dan dipelihara dari peringatan Sumpah Pemuda dan hari Kemerdekaan 17 Agustus.

Nasionalisme kita kita ini terbentuk dari perasaan khawatir. Khawatir akan meledaknya bom akibat teroris keparat pelarian dari Negeri Jiran. Khawatir akan dicaploknya Reog Ponorogo, Tari Pendet, dan Ambalat oleh negeri yang merasa jadi pusatnya peradaban bangsa Melayu (dengan Kerajaan Melayu sebagai basisnya). Karena perasaan khawatir itu terus menggelora dan dikhawatirkan bila dibiarkan akan merusak sendi-sendi identitas kebangsaan maka kita pun mulai sadar bahwa kita itu cenderung memandang remeh dan lengah pada apa yang telah kita miliki dalam hal yang berhubungan dengan konteks sosiologis-historis-kultural.

Berapa banyak dari kita yang mendukung gerakan Indonesiaunite? Sebuah gerakan yang membawa pesan moral bahwa kita tidak takut dengan segala ancaman yang mengancam bangsa ini. Sebuah gerakan yang menggema setelah aksi The Last Bombing di Mega Kuningan yang menyebabkan batalnya Timnas PSSI All Star untuk belajar sepakbola dari murid-murid Sir Alex Ferguson.

Gerakan ini disebut-sebut sebagai Sumpah Pemuda 2.0 yang mencoba membangkitkan semangat kita sebagai bangsa yang berdaulat dan mau melakukan apa saja yang terbaik untuk negeri ini termasuk pemulihan citra sebagai negara teror. Tersisa satu pertanyaan, bila Indonesiaunite dianggap sumpah pemuda jilid 2 dan menjadi suatu semangat nasionalisme baru mengapa judulnya harus menggunakan bahasa asing? Kenapa tidak menggunakan bahasa Indonesia saja? Indonesia bersatu misalnya, walau sudah keduluan sama SBY untuk menamai kabinetnya.

Page 80: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

75

Identitas dan Nasionalisme

Nasionalisme yang berangkat dari kekhawatiran ini tentu akan sangat berbahaya bagi identitas bangsa sebesar Indonesia. Perlahan hal ini akan menggerogoti makna eksistensial dari identitas bangsa itu sendiri. Padahal, identitas memberikan makna eksistensial bagi suatu komunitas sekaligus menyadarkannya akan keberadaan komunitas lain di sisi mereka. Bencana

Lupakan sejenak perdebatan tentang batik yang telah mendapatkan pengakuan internasionalnya. Jelas itu bukan hal yang mudah untuk mempertahankan dan mempertanggungjawabkannya. Berapa banyak dari kita yang tahu jumlah motif dan corak batik di setiap daerah? Apa bedanya batik Pekalongan, batik Madura, dan batik Trusmi. Lalu, adakah hubungan pola batik dari batik Majalengka, Indramayu, Cirebon, dan Kuningan? Mari kita lupakan sejenak yang demikian itu.

Negeri kita ini masih dirundung duka akibat bencana. 5 tahun yang lalu saat SBY mengawali kepemimpinannya negeri ini dilanda Tsunami yang menghanyutkan ribuan rakyat Aceh. 5 tahun kemudian bom dan gempa silih berganti mewarnai kedukaan negeri ini. Gempa menjalar dari selatan Jawa Barat hingga ke Pariaman dan Jambi lalu ke Manado.

Apakah Tuhan sedang menuntut kita untuk sama-sama membangkitkan rasa nasionalisme dan menguji identitas bangsa dengan menolong sesama saudara kita yang tertimpa musibah? Adalah hal yang logis bila Tuhan menginginkannya. Mungkin juga Tuhan inginkan kita tunjukkan identitas kita yang senang untuk berbagi dengan sesama dan saling bergotong royong serta bahu membahu dalam membangun negeri ini. Tuhan tidak ingin kita terjebak dalam hal-hal yang palsu dan semua karena semua itu tidaklah nyata adanya. Penutup

Batik telah menjadi identitas satu bangsa yang kini sedang dilipur lara akibat bencana. Mari kita berdoa kepada Tuhan secara vertikal, tidak tanggung-tanggung, supaya doa kita tidak menggantung di langit dan diterima oleh Tuhan. Mintakan agar bangsa ini tidak kehilangan identitas, rasa nasionalisme, dan semangat dalam membangun negeri yang sedang ditimpa banyak ujian ini. Kelapa Gading, 2 Oktober 2009

Page 81: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

76

Golkar dan AC Milan

Golkar adalah sebuah sejarah yang sedang berlangsung. Satu partai yang masa kejayaannya dimulai sejak Pemilu 1971 hingga Pemilu 1997 dengan pendapatan jumlah suara sebesar 74,5 persen. Kemerosotan Golkar dimulai sejak Pemilu 1999, Pemilu 2004 hingga anti-klimaksnya di Pemilu 2009 kemarin. Berturut-turut Golkar hanya mendapatkan 22,4 %, 21,6 %, dan 14 %.

Semakin menurunnya perolehan suara Golkar telah menjadi isu yang semakin meruncing dalam perdebatan untuk menentukan siapa yang layak, mampu, dan bisa menegakkan beringin yang telah rapuh setelah lama berkuasa. Membangun kembali Golkar adalah membangun kembali susunan akar rumput penyangga kehidupan partai. Tanpa hal itu, takkan ada Golkar yang kuat. Yang selalu jadi pemenang Pemilu hingga disegani.

Tidak adanya figur pemimpin dinilai sebagai penyebab kekalahan Golkar. Oleh lawannya Golkar pun kini bukan lagi suatu entitas besar yang patut diwaspadai manuvernya atau dicurigai gerak-geriknya. Beringin telah rubuh tanpa meninggalkan suara. Pemilu 2009 meninggalkan luka yang sangat dalam dalam tubuh partai beringin. Partai yang dikenal lewat jargonnya "Luber" alias "Lubangi Beringin" zaman orde baru ini seakan tak kuasa menampik takdir.

Kenyataannya sekarang ini Munas Golkar di Pekanbaru yang bertujuan mencari pemimpin ideal yang bisa membangun dan menegakkan kembali beringin yang telah rubuh hanya jadi ajang pamer belaka. Semua kandidat saling berlomba mengumpulkan dukungan. Ada yang berkelas dengan menyelenggarakan turnamen Golf. Satu budaya peninggalan kaum pebisnis, yang memiliki motto "di atas padang golf segala urusan dibicarakan, dari politik hingga bisnis". Ada lagi yang datang dengan 5 pesawat carteran untuk mengangkut para pendukungnya. Ada lagi yang datang hanya bermodal kekuatan intelektualnya. Sedang, yang terakhir datang membawa keyakinan semu yang dibalut kekuatan modal dengan gaya main seorang Mafia.

Adalah baik bila sebuah organisasi memiliki banyak calon pemimpin potensial yang mampu membawa angin perubahan pada organisasinya kelak. Kapabilitas kepemimpinan, integritas dan loyalitas mutlak dibutuhkan untuk melawan rintangan yang tidak semakin mudah. Namun, semua itu menjadi tidak berarti ketika modal dalam bentuk uang mulai turun tangan. Melalui kekuatan uang setiap calon pemimpin Golkar beradu. Bukankah JK yang akan digantikan itu juga seorang pengusaha penghasil uang dan kebetulan sedang naik daun hingga terpilih jadi wakilnya SBY di Pemilu 2004 kemarin?

Pengaruh uang pada kekuasaan masih jadi perdebatan terutama mengenai efeknya terhadap integritas organisasi. Tesis seorang doktor politik harus membuktikannya bahwa uang adalah cara yang mudah untuk mencapai

Page 82: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

77

pucuk kekuasaan. Sederhana saja, uang bisa membeli apapun termasuk kekuasaan.

*****

AC Milan. Siapa yang tidak kenal klub sepakbola dari pusat mode di Italia ini yang juga klub sekota rival Internazionale Milan. Sejarah telah menuliskan Ruud Gullit, Van Basten, Frank Rijkaard, Franco Baresi, hingga Paolo Maldini meraih puncak karirnya sebagai pemain di klub yang bermarkas di San Siro. AC Milan telah menjadi suatu kekuatan yang pernah merajalela di Italia maupun di Eropa. Pada saat itu, semua klub berusaha sebisa mungkin mengalahkannya. Tak apa tak jadi juara. Asalkan bisa mengalahkan AC Milan itu sama rasanya dengan jadi juara.

AC Milan telah mengalami suatu masa kejayaan di medio 90-an ketika masih dilatih Don Fabio Capello. Di negerinya sendiri, waktu itu AC Milan adalah raja kompetisi. Siapapun sangat bernafsu untuk mengalahkannya. Tidak perlu sampai harus menjuarai seluruh kompetisi. Mengalahkan Milan dalam satu matchday pun sudah merupakan kemenangan besar.

AC Milan juga adalah satu dari 10 klub paling kaya di dunia. Klub yang dimiliki oleh politisi partai Forza Italia merangkap Perdana Menteri Italia, Silvio Berlusconi tak hentinya membuat sensasi. Siapa yang kenal Ricardo Icezson Santos Leite de Kaka medio 2003? Tidak banyak orang yang tahu siapa dan bagaimana sepak terjangnya. Namun, final Liga Champions 2003 jadi bukti bahwa membeli Kaka bukanlah keputusan yang terlalu salah. Milan juara Champions 2003. Setelah kalah tragis di Final Liga Champions 2005 oleh Liverpool, 2 tahun kemudian mereka membalasnya. Nama Kaka pun masuk daftar buruan Real Madrid. Semuanya terjadi di masa kepelatihan Carlo Ancelotti.

Setelah kepergian Kaka dan Ancelotti sebenarnya Milan punya modal yang kuat untuk membangun dan membentuk skuad yang benar-benar kuat untuk kembali berjaya di Eropa. dengan tidak hanya mengandalkan skuad mesin tua mereka. Skuad saat ini sudah tergolong uzur secara usia menurut beberapa pengamat. Uang hasil penjualan Kaka rasanya cukup untuk mendatangkan playmaker idaman mereka sejak 2002 silam, Rafael van Der Vaart. Nasib van der Vaart yang tidak menentu di Madrid harusnya jadi pertimbangan bagi Berlusconi supaya Milan kembali pada kejayaannya. Namun, rupanya Sang Perdana Menteri lebih percaya bahwa skuad yang ada sudah cukup mengingat rencana comebacknya Beckham ke San Siro dan juga datangnya Milos Krasic, winger CSKA Moskow di musim Dingin nanti.

*****

Page 83: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

78

Nah, apa hubungannya Golkar dengan AC Milan. Keduanya sama-sama punya modal (uang) yang banyak. Namun, keduanya juga masih terlihat sangat hati-hati sekali dan terlalu pelit dalam menghamburkan uangnya. Bukankah uang yang habis untuk kekuasaan akan mudah diperoleh kembali ketika nanti berkuasa? Bila memang kekuasaan sudah mantap kejayaan itu akan datang dengan sendirinya bukan?

Keduanya kini berada dalam persimpangan jalannya masing-masing. Golkar sedang beradu dengan takdirnya. Akankah Munas di Riau nanti membawa hasil yang tidak sekedar menjadikan Golkar sebagai entitas politik biasa yang selalu meramaikan pemilu seperti biasanya. Golkar diharapkan mampu keluar dari krisisnya dengan menguatkan basis pendukung (akar rumput). Soliditas mutlak diperlukan agar Golkar mampu meraih suara maksimal di Pemilu 2014 nanti.

Sedangkan, AC Milan juga harus segera melakukan perubahan besar (kalau perlu dengan cara yang radikal) untuk mengembalikan Milan pada peta persaingan juara di Italia dan Eropa. Leonardo, Ronaldinho dkk, harus berjuang keras untuk meyakinkan publik San Siro bahwa mereka masih layak diperhitungkan. Entah dengan penyempurnaan skuad yang ada, perubahan gaya dan taktik permainan, bahkan kalau perlu hingga mengganti pelatih yang sekarang. Jangan jadikan modal yang sudah ada jadi sia-sia. Kecuali bila memang si Perdana Menteri lagi butuh uang buat kegiatan politiknya. Ingat, politik juga butuh uang dan itu tidak sedikit.

Sepeninggal masa kejayaannya, baik Golkar ataupun AC Milan keduanya tidak punya lagi figur yang bisa memimpin dan mendikte mereka jalan menuju kejayaan. Selepas Orde Baru, Golkar tidak punya pemimpin kharismatik yang benar-benar mencerminkan figur dari rakyat. Golkar selalu terjebak dalam paradigma bahwa yang memimpin Golkar adalah harus dari kalangan birokrat dan politisi.

Akibatnya, ketika birokrasi mengalami reformasi dan politisi digoyang dari kabinet Golkar tidak mampu jadi beringin yang kuat yang mampu menahan segala desakan itu. Maka, Golkar mengalami kemunduran. Ditambah lagi dengan tidak lagi solidnya Golkar dari pucuk pimpinan hingga akar rumputnya. Ini terlihat dari pecahnya dukungan untuk pasangan JK-Win di Pemilu 2009. Basis suara Golkar yang diperkirakan dapat menembus kisaran 20% secara nasional ternyata gagal. Suara Golkar pecah, tidak utuh. Mesin politik Golkar mogok.

AC Milan pun demikian. Sepeninggal Ancelotti, Milan belum punya pengganti yang (minimal) bisa menggantikan sosok Ancelotti. Adapun keberadaan Leonardo di jajaran bangku cadangan Milan hanya dianggap sebagai pelengkap formalitas semata mengingat berbagai hasil buruk yang menimpa mereka. Dihajar habis oleh rekan sekota dan baru-baru ini

Page 84: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

79

dipermalukan oleh tamu dari Zurich. AC Milan butuh sosok pemimpin yang bisa membuat ide-ide dan terobosan baru dalam cara bermain. Tidak hanya sebagai pelatih tapi juga sebagai pemain. Pelatih yang membuat kodenya, lalu pemain yang menerjemahkannya.

*****

Yang terjadi pada Golkar dan AC Milan adalah juga cerminan bangsa ini. Bangsa yang sejatinya bangsa yang besar namun masih dianggap bangsa yang kerdil oleh tetangganya sendiri. Indonesia belum punya sosok yang mampu menyatukan kehendak rakyat yang diwakilinya dalam suatu bentuk pemerintahan yang benar-benar menjunjung tinggi UUD 1945. Indonesia masih terjebak dalam permainan politis-birokratif karangan para politisi busuk yang menghuni gedung MPR-DPR di Senayan sana.

Jangan sampai Indonesia terjebak dalam permainan kekuasaan seperti yang dicontohkan Golkar. Jangan pula Indonesia kehilangan kejayaannya karena rakyatnya cuma bisa main bola seperti yang diperagakan AC Milan. Karena bagaimana pun politik dan sepakbola juga persamaan. Dua-duanya butuh pendukung. Tidak ada pendukung, tidak ada persaingan menuju kejayaan. Kalau kata iklan rokok, "Gak ada loe, gak rame..." Kelapa Gading, 5 Oktober 2009

Page 85: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

80

Cintaku Kandas di Tapal Batas Ambalat

Pada suatu ketika, perang telah berlangsung di blok Ambalat. Perang ini konon disebabkan oleh Tentara Laut Diraja Malaysia yang selalu menerobos perbatasan wilayah laut Indonesia tanpa izin. Awalnya, kedua negara yang bersengketa, Indonesia dan Malaysia sepakat untuk menghindari perang. Indonesia tidak punya dana yang cukup untuk berperang. Belum lagi alat tempur yang semuanya sudah uzur. Meskipun di level prajurit mereka sudah siap untuk mengibarkan Merah Putih di tanah Ambalat.

Malaysia pun demikian. Mereka tidak ingin berperang dengan saudara tuanya. Mereka ingin pemecahan dan solusi lewat jalur diplomasi. Tentu dalam hal ini mereka telah berpengalaman ketika akhirnya mendapatkan Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan yang telah lebih dulu mereka jadikan tempat wisata. Mereka tentu akan mendapat dukungan dari negara persekutuan Commonwealth. Namun, mentoknya diplomasi dari Departemen Pertahanan dan Departemen Luar Negeri kedua belah pihak seakan jadi pembenaran untuk perang ini.

Negara-negara anggota Commonwealth menyatakan netral dan menganggap apa yang terjadi di blok Ambalat adalah urusan resmi dua negara yang bersengketa jadi mereka merasa tidak ada gunanya untuk terjun berperang. Yang diuntungkan dari keputusan itu adalah pihak Indonesia karena mendapat jaminan bahwa RAAF (Royal Australian Air Force-angkatan udaranya Australia) tidak akan mengeluarkan bomber dan mengirimkan pasukannya untuk menginfiltrasi Indonesia melalui Pulau Irian.

Begitupun pulau Sumatra tidak akan menjadi sasaran serangan karena TNI AD dan TNI AL sudah lebih dari berpengalaman untuk menguasai teritori sekitarnya. Sukhoi-Sukhoi yang dibeli dengan beras itu menjadi faktor utama penentu kemenangan Republik Indonesia. Pilot-pilot terbaik lulusan Akabri Udara berhasil menjadi bintang dalam pertempuran itu. Mereka tidak perlu khawatir untuk gugur diatas peti mati tua yang bisa terbang*). Dua pilot yang biasa menerbangkan F-16 yang ikut mengusir 3 unit F-18 milik USAF (United States Air Force-angkatan udaranya AS) yang menyusup melalui Samudera Hindia ikut pula dalam pertempuran udara itu.

Begitulah seterusnya. Perang terjadi juga. Rudal-rudal dari Sukhoi yang menghantam F5Tiger dan F16E Malaysia bagaikan kembang api di langit Ambalat sana. Rasanya bagai sedang berlangsung pesta kembang api besar. Pecahannya bagaikan seribu kunang-kunang di Manhattan**). KRI-KRI yang berkeliaran di sepanjang batas territorial perbatasan bagaikan semut-semut

*) Peti mati tua yang bisa terbang, istilah ini popular setelah terjadi kecelakaan pesawat terbang Hercules C-130 milik TNI AU di Magetan, Jawa Timur bulan Mei 2008. **) “Seribu Kunang-kunang di Manhattan”, sebuah judul kumpulan cerpen Umar Kayam.

Page 86: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

81

hitam***) bila dilihat dari angkasa sana. Mereka siap dengan meriam dan long-range missiles buatan Lockheed Engineering-perusahaan yang juga membuat F16 Eagle. Sekali rudal jelajah itu melesat ia siap merontokkan apa pun termasuk kapal-kapal perang Malaysia yang akhirnya kandas di perairan sebelah barat daya Tarakan. Operasi kapal selam pun berhasil dipatahkan TNI AL. Torpedo-torpedo berhulu ledak nuklir telah lebih dahulu menghancurkan pangkalan Tentara Laut Diraja Malaysia.

*****

Pemenang perang berhak atas blok Ambalat yang katanya punya banyak cadangan minyak. Sudah puluhan perusahaan minyak beserta kontraktor-kontraktor pengeborannya datang dibawah koordinasi BP MIGAS. Ada rombongan Chevron Pacific Indonesia, disusul kontingennya Schlumberger. Ada juga Pertamina yang menggandeng Halliburton sebagai rekanan. Belum lagi Petrobras, British Petroleum, CNOOC, ExxonMobil, Santander, Petrol Ofisi , Total EP, dan tak ketinggalan beberapa perusahaan lokal seperti Indika Energy, Medco EP serta beberapa dari Timur Tengah. Tentu saja Petronas merasa kecewa dengan hasil perang ini. Investasi yang sudah direncanakan kini tidak lagi berarti.

Minyak yang dihasilkan di blok Ambalat sudah lebih dari cukup untuk menjaga stok BBM nasional 150 tahun kedepan. Industri otomotif nasional kembali bergairah dengan dibelinya beberapa anak perusahaan General Motors yang menyatakan kebangkrutannya pada bulan Juni 2009. PT. Timor Putra Nasional kembali bangkit dengan membeli Chevrolet. Konsorsium bentukan Toyota-Daihatsu membeli GMC, Buick, dan Saturn yang kolaps bersama dengan GM (bukan Gunawan Muhammad tentunya). Gaikindo pun turun dengan membentuk perusahaan yang mengambil alih SAAB. Kejadian ini menyebabkan Indonesia menempati urutan teratas dalam jumlah produksi kendaraan bermotor.

Bahkan bukan itu saja. Kelebihan uang dari penjualan minyak ini telah dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur industri militer nasional. PT.DI yang pernah berjaya dibawah nama IPTN kini telah menjadi pusat riset kendaraan tempur termasuk pesawat terbang. PT. Pindad yang menjadi perusahaan supplier untuk TNI kini lebih disegani dalam kancah industri militer dan pertahanan secara global. Departemen riset Pindad telah mengembangkan berbagai macam rudal jelajah dan beberapa torpedo berhulu ledak nuklir. Pemerintah tidak pernah khawatir lagi oleh embargo senjata dari Amerika Serikat walaupun untuk pesawat jet tempurnya masih disuplai oleh Rusia melalui program “Rice for Sukhoi”.

Swasembada beras yang telah berlangsung selama beberapa periode kepemimpinan telah menyebabkan BULOG tidak mempunyai gudang persediaan yang cukup lagi. Beberapa diantaranya sudah diekspor ke luar negeri. Ada yang ***) Dari judul lagu God Bless, “Semut Hitam”

Page 87: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

82

juga yang dihibahkan untuk korban bencana alam di luar negeri sana. Maka dari itu, kalaulah kelebihan beras ini sudah cukup untuk ditukar dengan satu pesawat tempur Sukhoi 27 Flanker atau Sukhoi 30 Mk II itu artinya pengadaan pesawat tempur tidak lagi membebani APBN. Dengan ide yang dilontarkan oleh Menteri Pertanian itu pemerintah dapat mengalihkan biaya pengadaan alutsista untuk dialokasikan pada sektor pendidikan.

Rencana pemerintah untuk memberikan pendidikan yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat sudah didepan mata. Pada setiap kota yang telah memiliki RSBI (Rintisan Sekolah Berbasis Internasional) akan dikembangkan menjadi sekolah internasional untuk masyarakat Indonesia-bukan ekspatriat. Kurikulum dan sistem pendidikan disesuaikan dengan menggunakan GCSE-CIPAT yang Cambridge-based dan iB atau International Baccalaureate untuk mengejar ketertinggalan pendidikan.

Menteri Pendidikan Nasional melalui siaran persnya tidak pernah berhenti meyakinkan khalayak bahwa sekolah semacam itu tidak akan membebani semua siswanya. Pemerintah menjamin ketersediaan dana bagi berlangsungnya pendidikan yang benar-benar murah, terjangkau, dan berkualitas. Peningkatan kualitas guru pun menjadi satu program tersendiri yang ditargetkan untuk menghasilkan guru-guru yang berkompetensi global. Konon, anggaran untuk peningkatan kualitas guru dan sekolah itu tidak terbatas.

*****

Perang telah usai dan semua telah kembali pada keadaan semula. Aku rindukan kekasihku yang jauh di Ambalat sana. Kandas di tapal batas. Sukhoi yang diterbangkannya jatuh ditembak Tentara Darat Diraja Malaysia. Kata teman-temannya, sebenarnya kerusakan pesawatnya tidak terlalu parah dan masih bisa terbang kembali ke pangkalan namun ia lebih memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan cara yang sama seperti yang dilakukan pilot-pilot Jepang pada waktu Perang Dunia II, harakiri. Aku tidak pernah tahu sejak kapan TNI-AU mulai membiasakan diri dengan hal itu.

Kekasihku menabrakkan pesawatnya pada satu gudang yang diketahui sebagai gudang logistik pasukan perang Malaysia. Akurasi data intelejen memang tidak pernah salah. Kejadian itu mengakibatkan pecahnya konsentrasi perang pasukan Malaysia. Antara menyelamatkan logistik atau mempertahankan garis depan.

Perang memang telah usai namun badai masih menggulung hatiku. Aku masih menatap matahari senja yang berkilauan. Aku harap ini bukan senja yang terakhir. Bukan juga senja penghabisan. Aku menantap matahari yang bagaikan bola emas raksasa. Sinarnya belum juga redakan badai hati ini.

Page 88: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

83

Kekasihku, seorang pilot berpangkat kapten yang punya mata setajam elang itu kini mungkin sudah sampai di pintu surga. Tuhan pernah menjanjikan siapapun yang berangkat menunaikan tugas mempertahankan kedaulatan bangsanya akan dimasukkan ke dalam golongan penghuni surga. Aku tahu bahwa kekasihku melakukan sesuatu yang benar. Untuk negaranya, Untuk cintanya-bukan padaku. Kelapa Gading, 9 Oktober 2009

Page 89: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

84

Golkar dan Kekuasaan "Bargaining Golkar Sudah Lemah." *)

Kemenangan Aburizal Bakrie (AB) dalam memperebutkan kursi Ketua Umum Partai Golkar adalah satu pertanda bahwa Gokar masih akan berada dalam lingkaran kekuasaan negeri ini. Golkar adalah bagian dari sejarah kekuasaan sehingga sulit sekali bagi mereka untuk melihat Golkar yang berada diluar kekuasaan.

Golkar selalu berada dalam kekuasaan dan para elitenya pun menghendaki pula hal yang demikian. Terlepas dari perdebatan siapa yang jadi presidennya. Alasannya sederhana, partai ini dibuat dan dikembangbiakkan untuk meraih, mendapatkan, dan mempertahankan kekuasaan.Situasi sekarang tidaklah mudah. Golkar bukan lagi partai pemenang pemilu yang menguasai kursi di DPR. Terpilihnya Taufik Kiemas sebagai Ketua MPR pun ikut melemahkan power Golkar.

Maka, ketika muncul wacana untuk jadi oposisi beberapa kadernya mulai bereaksi dengan menggulirkan isu munas dengan tujuan untuk mengambil langkah nyata dan sikap Golkar dalam pemerintahan SBY 2.0. Opsi untuk jadi oposisi hanya akan semakin menjauhkan Golkar dari kekuasaan.

Pernyataan sikap Golkar yang menegaskan bahwa Golkar tidak koalisi dan tidak oposisi mengindikasikan keinginan Golkar untuk masih berada dibawah ketiak kekuasaan negeri ini. "Jika kebijakan pemerintah memperbaiki rakyat, kita dukung. Bila tidak, Golkar akan mengkritik.", begitu kata Aburizal Bakrie. Dan bila Presiden meminta kader Golkar masuk kabinet, Golkar tidak keberatan, tambahnya.

Sikap yang demikian adalah wajar untuk negara dengan sistem kabinet presidensial seperti Indonesia. Partai politik tidak perlu untuk menampakkan wajahnya secara terang-terangan. Punya dua muka pun bukan hal yang salah. Tentu akan berbeda bila sistem kabinet yang digunakan adalah kabinet parlementer. Disitu diperlukan adanya dua sisi yang berbeda. Hitam dan putih. Koalisi dan oposisi. Moderat dan konservatif.

Yang perlu diwaspadai oleh Golkar adalah pelaksanaan dari pernyataan sikapnya itu tadi. Jangan sampai apapun keputusan pemerintah baik yang mensejahterakan rakyat atau yang mengebiri hak-hak hidup rakyat diamini begitu saja tanpa ada perlawanan. Seolah Golkar lupa janjinya untuk jadi tukang

*) Tifatul Sembiring, Harian Republika 9 Oktober 2009

Page 90: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

85

kritik. Lantas, jangan juga Golkar hanya bisa cuci tangan bila keputusan pemerintah tersebut tidak berimplikasi apa-apa pada kualitas hidup rakyat.

Sebelum Golkar kembali ke puncak kekuasaan negeri ini alagkah baiknya bila Golkar terlebih dahulu mengambil langkah retrospektif dalam menganalisa dirinya sendiri. Golkar perlu menguatkan dirinya dahulu dari dalam sebelum comeback ke arena. Perseteruan antar faksi yang menyeruak dalam Munas kemarin mutlak perlu diselesaikan demi membangun Golkar yang dewasa dan solid.

Bila Golkar benar-benar menginginkan kembali pada puncak kekuasaan hendaknya Golkar melaksanakan sikapnya dengan penuh tanggung jawab. Golkar harus memperjuangkan sikapnya ini untuk menghargai konstituen yang mereka wakili sebagai satu instrumen politik di negeri ini. Golkar juga harus mengoptimalkan fungsi kontrol serta check and balance agar kekuasaan yang sedang dilangsungkan oleh pemerintahan saat ini berjalan dengan baik, lancar, dan semestinya. Golkar harus tetap kritis atau hanya akan jadi penggembira saja. Kelapa Gading, 12 Oktober 2009

Page 91: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

86

Kita Ini

Sambil bergegas menuju lift Bedul berkata, “Mau diakui atau tidak, kita ini terlalu sibuk untuk menulis dan bercerita. Ternyata kita lebih senang mengomentari status facebook kawan-kawan kita sambil mengcopy-paste tulisan orang lain untuk kemudian diklaim sebagai buah pikiran kita. Tanpa disadari kita sudah jadi seperti Malaysia yang asal caplok sesuka hatinya. Kita ini terlalu sibuk untuk menyuarakan gagasan. Kita selalu punya sesuatu untuk dibahas walau intinya masih itu-itu juga. Gempa Padang dan Jambi, Pelantikan Mewah Anggota DPR, Penggembosan KPK, Skandal Bank Century, Uji coba rudal Iran, Soto Mie Bogor, Blackpepper KFC, Pelantikan SBY, Taufik Kiemas lidahnya keseleo, dan masih banyak lainnya.”

Sambil terus melangkah keluar lift Bedul masih terus mengoceh, “Kita ini hanya menang status saja. Dianggap pekerja kantoran di ruangan yang berAC. Berangkat pagi, pulang sore. Pakai kameja rapi bahkan kadang-kadang berdasi dan menenteng BB (yang pasti bukan Batu Bata). Pakai parfum bermerek HB yang tentunya bukan singkatan dari Hamengkubuwono dan belinya di tempat refill pula. Juga memakai sepatu hitam mengkilat yang ada labelnya “YK” alias Yongki Komarudin. Kita ini cuma menang status sebagai orang kantoran yang kerjanya duduk menghadap layar LCD padahal hanya untuk buka facebook, YM, email sambil sesekali ‘cuci mata’. Kau paham maksudku, kan?”

Sampai di halte bis, Bedul belum juga berhenti. Ia nyalakan sebatang rokok lalu meneruskan cerita yang tiba-tiba tumpah dari kepalanya. “Kita ini cuma disibukkan menjelang akhir bulan oleh jadwal deadline laporan, analisis, dan konklusi dari semua yang telah dikerjakan. Semangat kita berkobar setidaknya sampai pertengahan bulan dimana kadang kita perlu mengambil nafas sejenak sembari menghitung kembali pengeluaran. Saat-saat seperti itu rasanya bagaikan berada dibawah matahari yang membakar ubun-ubun kepala. Terkadang ikat pinggang kita pun bisa lebih kencang daripada ikatan tali sepatu. Harapan itu muncul kembali setiap tanggalan menunjukkan angka diatas 20. Semakin dekat waktu gajian. Bayangan untuk melampiaskan nafsu yang tertahan semakin tinggi. Alokasi anggaran pun jadi semakin rumit karena kita tidak pernah tahu yang mana kebutuhan yang mana keinginan.”

“Kita ini disibukkan cuma untuk mengisi waktu sebelum tanggal gajian. Percayalah, bahwa kita tidak pernah menginginkan semua ini. Kalau bisa kita hanya ingin gajiannya saja tanpa perlu mengerjakan apa-apa sekalipun. Persetan dengan motivasi, performance indicator, appraisal dan jargon-jargon sialan lainnya. Kita mengenal semua omong kosong itu hanya karena kebetulan saja pekerjaan memilih kita, padahal kita belum tentu atau malah tidak menginginkannya sama sekali. Kita tidak pernah tahu alasan mengapa kita terlibat didalamnya tetapi malah semakin menginginkannya supaya atasan tahu kalau kita ini benar-benar kerja.”

Page 92: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

87

Pun ketika akhirnya kami berdua duduk di bangku pojok PPD, Bedul

makin menjadi-jadi. “Kita ini terlalu sibuk untuk beribadah hingga larut dalam segala omong kosong pekerjaan. Tidak ada lagi waktu untuk sekedar membaca Al Fatihah, Alif laamiim, atau Ayat Kursi. Bila pun waktunya sempat kita pamerkan di status Facebook. Ramadhan yang telah berlalu pun itu jadi semacam kursus singkat untuk berpikir tentang akhirat. Kita masih terlalu sibuk untuk memikirkan hal itu seakan semua itu telah jadi kebiasaan atau malah pembenaran atas segala macam bentuk ibadah yang sudah ditunaikan.”

*****

Sambil pamit duluan, aku hanya tersenyum saja padanya seakan aku membenarkan semua yang telah dikatakannya. Setelah aku turun dari bis, aku tersenyum simpul sambil berkata dalam hati, “Kita? Loe aja kali….!” Kelapa Gading, 21 Oktober 2009

Page 93: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

88

Cinta Dalam Sepotong Artikel From : Cinta ([email protected]) To :[email protected] Title : Article Here's an article as you requested for your essay. Hope to see your writing soon. Love U. Cinta

*****

Email yang datang sore ini sungguh mengejutkanku. Bagaimana tidak, ternyata ia menganggap serius semua yang kami bahas kemarin malam. Dalam pertemuan yang singkat itu tidak terlalu banyak yang kami bahas. Aku hanya bercerita padanya kalau mungkin aku akan mulai menulis essay seputar konflik internasional. Aku menemukan kembali passion untuk menulis terutama setelah menyadari bahwa keadaan demokrasi di Afghanistan tidak jauh berbeda dengan demokrasi di Indonesia pasca reformasi.

Ia hanya mengangguk saja dan tidak banyak bicara. Sorot matanya tajam seakan ia tahu betul apa yang ada di pikiranku. Pun ketika akhirnya waktu pertemuan kami habis ia tidak berkata apa-apa. Ia hanya tersenyum sambil mempersilakanku keluar ruangan.

Rasanya pertemuan itu begitu hambar. Aku lanjutkan membaca artikel yang dikirimnya.

A government-appointed commission in Afghanistan has ordered a run-off vote to decide the country's divisive presidential election. But as two experts told DW, it won't be easy to resolve the battle for power. Afghanistan's Independent Election Commission (IEC) ruled on Tuesday that incumbent President Hamid Karzai and his closest rival, former Foreign Minister Abdullah Abdullah, should face off directly against one another in a second vote on Nov. 7.

In the first round of voting this August, which featured dozens of candidates, Karzai initially got 54 percent of the ballots. But that election was marred by fraud - with the UN-run Electoral Complaints Commision saying that up to 90 percent of ballots cast at some polling stations shouldn't have counted.

Karzai and Adbullah have both said they welcome the IEC's ruling, while world leaders, including US President Barack Obama and UN Sercretary General Ban Ki Moon, also hailed the decision to hold second vote.

Page 94: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

89

The German Foreign Ministry said Berlin was pleased that a way forward had been found.

"It is important for all those involved to show responsibility, calm and moderation during the current situation and ensure there is a credible continuation of the electoral process," the ministry said in an official statement.

But Afghans living in Germany are skeptical about how credible any election results can be.*)

*****

Demokrasi di Indonesia baru bisa dikatakan berjalan pasca reformasi. Semua bidang dan sendi-sendi kehidupan mulai mengenal apa itu namanya demokrasi. Asalkan ada demokrasinya pasti laku. Kebebasan media dianggap sebagai penyebar virus buatan kaum intelektual Barat itu.

Kalau dihitung, Indonesia sudah menjalankan demokrasi yang betulan ini 11 tahun lamanya. Tidak jauh berbeda dengan Afghanistan. Afghanistan mulai melek demokrasi semenjak menjadi pesakitan koboi bernama George W. Bush yang menjadikan tanah Mujahidin sebagai ladang pembantaian massal atas nama perang terhadap terorisme pada 2001. Dengan dalih mencari biang kerok teroris pengebom WTC, Osama bin Laden, penghancuran massal pun dilakukan.

Selain upaya untuk menangkap dalang teroris rupanya imperialis modern tidak lagi menggunakan gold, gospel, dan glory dalam melaksanakan misinya. Sudah tentu, demokrasi kini menjadi bawaan wajib. Keadaan itu telah menguras otak penduduk Afghanistan. Mereka yang dulunya konservatif dibawah pimpinan rezim Taliban telah membuka matanya bahwa Taliban pun bisa diruntuhkan.

Invasi yang dilancarkan AS ternyata membuahkan hasil yang sepadan. Rakyat Afghanistan mulai terbuka terhadap virus yang sengaja mereka sebarkan. Buktinya, Hamid Karzai, terpilih sebagai presiden pada tahun 2004. Terpilihnya Hamid pun bukan tanpa kontroversi karena ia lebih dianggap sebagai boneka titipan asing. Sebagaimana yang sedang terjadi di Indonesia. Penunjukkan Endang Rahayu sebagai Menteri Kesehatan pun dinilai sebagai titipan asing alias AS.

8 tahun sudah demokrasi dilangsungkan di Afghanistan. Namun, belum ada perubahan yang signifikan dalam tata kehidupan bernegara masyarakat Afghanistan. Konflik horizontal antar etnis masih berlangsung. Taliban juga masih menjadi momok yang menakutkan bagi pasukan pendudukan yang bertugas di Afghanistan.

*) Berita dikutip dari www.dw-world.de

Page 95: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

90

Rupanya, Hamid Karzai tidak bisa menyatukan seluruh masyarakat Afghanistan. Karzai kurang bisa menyatu dan menyublim dalam hati masyarakat yang dipimpinnya. Sempat beredar dugaan bahwa kemenangannya di Pemilu kemarin itu hanyalah omong kosong yang dikarangnya sendiri. Untung dia masih sedikit legowo untuk menerima keputusan KPU-nya Afghanistan untuk melaksanakan pemilu ulang.

Hamid Karzai tentu masih dibayangi kekhawatiran mengenai kekalahannya. Karzai tidak bisa menghindari fakta bahwa bila seandainya bila pemilu yang terlanjur dibatalkan hasilnya kemarin itu bisa jadi klimaks dari karir politiknya. Bila pemilu kemarin berlangsung secara jujur dan terbuka, menurut analis-analis Afghanistan di Jerman sana tidak akan mencapai 10%. Itu artinya ia akan kalah maka ia segera lakukan tindakan preventif dengan penggelembungan suara.

Agaknya, Afghanistan mesti belajar banyak dari Indonesia tentang bagaimana mengelola demokrasi terutama dalam mempertahan kekuasaan melalui cara yang demokratis. Cara-cara yang digunakan dalam pemilu di Indonesia pun masih punya banyak celah untuk dilanggar. Ini adalah masalah demokrasi di negara-negara berkembang.

*****

hitam dan putih akan kutempuh bahagia, kututup mata rapat seperti berdoa, rasa sepi kembali mengalir, kesepian ini abadi **)**)

Otong Koil masih berteriak ketika aku tak tahu apalagi yang harus kutulis. Aku cek email yang masuk sejak aku mulai menulis tadi. Beberapa komentar atas tulisan sebelumnya, undangan pernikahan seorang sahabat, undangan pembukaan pameran, dan informasi lomba karya tulis, semua jadi satu di tumpukan berkas email.

Aku baca kembali email darinya yang entah untuk keberapa kalinya. Aku berhenti pada kalimat terakhir. Aku baru menyadarinya kalau ada sesuatu yang aneh disitu. Aku menahan nafas sejenak. Mengucek mata barangkali ada yang salah dengan mataku. Namun, semuanya semakin jelas. Aku belum sampai membaca kembali tulisanku. Aku masih terhenti pada email darinya Aku menatap pesannya semakin dalam. Mencari arti dalam cinta yang ia titipkan dalam potongan artikel itu. Kelapa Gading, 23 Oktober 2009 **) Dari lagu “Kesepian Ini Abadi”, dinyanyikan oleh Koil.

Page 96: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

91

Potongan E-mail dan Sumpah Pemuda "Memang Cikeas, beberapa Menteri dan Panitia Harkitnas pusat tidak kenal wacana apapun kecuali 'merekrut' mereka: kaum muda yg bertekad meneguhkan kebangkitan generasi muda mandiri itu. Bisa dipahami kenapa tak pernah lahir manusia baru Indonesia, setiap yg tumbuh selalu diletakkan sebagai ekor dari generasi sebelumnya. Sebenarnya eksekusi movement mereka bisa dengan mudah dilaksanakan andaikan mereka mau jadi 'boneka industri', karena ratusan perusahaan siap mensponsori mereka. Tapi jadi batal 'dzat'nya, pilihan watak kemandirian hidupnya. Tapi saya percaya itu tak akan lantas kalah oleh tantangan dan halangan, mereka tak akan menjebak diri menjadi benih2 murni nasionalisme yang balik ke mainstream untuk hanya menjadi penempuh2 karier pribadi yg egosentris dan primordial. Thanks dan salam.”

*****

Satu email dari seorang sahabat yang juga 'orang dalam' di lingkungan rumah tangga kepresidenan cukup mengejutkan. Ditengah situasi politik saat ini yang membuat siapapun mau merapat lebih dekat dengan kekuasaan tiba-tiba saja ia agak berontak. Mungkin ia sudah waras dan mulai paham serta sadar posisinya. Ia mungkin sudah sadar bahwa yang ada disekelilingnya hanyalah omong kosong belaka adanya. Budaya birokrasi yang terlanjur mengakar kuat tanpa terasa telah menjerat semua urusan yang ada disana.

Pesan itu lebih cocok tendensinya kalau lagi musimnya bahas wacana kebangkitan nasional yang selalu diperingati pada bulan Mei. Tapi, aku pikir ini masih ada hubungannya dengan Sumpah Pemuda yang gegap gempitanya hilang begitu saja hari ini oleh gemuruh yang selalu datang di akhir bulan, apalagi kalau bukan gajian. Sumpah pemuda yang tak lagi muda. 81 tahun sudah setelah para pemuda dari seluruh negeri berikrar untuk Indonesia yang merdeka.

Sejak periode kebangkitan nasional, pemuda telah menjadi motor yang menggerakkan seluruh perangkat mesin kebangsaan untuk sama-sama bercita-cita merdeka. Maka tak heran bila kemudian mereka berkumpul untuk mendeklarasikan cita-cita yang selalu diidamkan. Merdeka dari penjajahan. Sumpah pemuda hanyalah sebuah peretas menuju jalan perjuangan memperebutkan kemerdekaan.

Page 97: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

92

Sumpah Pemuda mengandung makna tekad, upaya, dan ikhtiar pemuda dalam meraih cita-cita kebangsaan melalui satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa: Indonesia. Melalui Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 bangsa ini memulai suatu pergerakan baru menuju Indonesia merdeka setelah diawali dengan berdirinya Budi Utomo pada 20 Mei 1908.

Kondisi pasca kemerdekaan di zaman modern seperti saat ini, Sumpah Pemuda hanyalah tinggal jadi satu penanda setiap tahunnya tanpa benar-benar ada waktu khusus untuk menghayati kembali maknanya. Kita hanya tahu 28 Oktober itu adalah harinya Sumpah Pemuda. That’s all. Kita mungkin telah lupa juga kalau hari itu pertama kalinya Indonesia Raya diperdengarkan.

Kaum muda selayaknya jadi generasi mandiri yang lahir menjadi manusia baru Indonesia. Sayangnya, setiap mereka yang tumbuh selalu dijadikan ekor dari generasi sebelumnya. Mereka sengaja diposisikan seperti itu oleh bermacam-macam alasan dan kepentingan agar mindsetnya mentok Cuma sebatas ekor atau pengikut saja tanpa ada breakthrough. Mereka hanya akan mengikuti siapa yang lebih menguntungkan. Menguntungkan untuk karir pribadi-pribadi yang sangat egosentris dan primordial.

Karena itu mereka telah menjadi ‘makhluk industri’ yang movementnya bisa dieksekusi setiap saat. Tidak butuh waktu lama karena ratusan perusahaan siap mensponsori mereka. Imbas dari perebutan kepentingan itu akibatnya mengorbankan sikap-sikap dan pola pikir mandiri. Hasilnya, konsumerisme di level kaum muda meningkat dan itu adalah ekspektasi kaum kapitalis.

Kalau sudah begitu itu berarti tanda bahaya untuk nasionalisme. Nasionalisme yang terjalin utuh sejak Indonesia merdeka akan lebih kehilangan esensinya. Nasionalisme bangsa ini naik turun. Kalau dicubit Malaysia baru teriak “Ganyang Malaysia…”. Belum ada satu kejadian yang menyadarkan masyarakat secara massal untuk menggelorakan nasionalisme sejati. Bukan nasionalisme semu, bukan nasionalisme kesukuan. Nasionalisme Indonesia: Satu nusa, satu bangsa, satu bahasa. Kelapa Gading, 29 Oktober 2009

Page 98: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

93

November

Pembangunan dan Perubahan “Time goes on, people touch and they’re gone…”*)

Bung, masih sadarkah anda bahwa zaman pembangunan masih berlangsung kendati sudah bukan zaman orde baru? Masih sadarkah anda bahwa proses pembangunan secara fisik masih berlangsung di depan mata kita sehari-hari? Masih sadarkah anda bahwa kita tidak bisa lepas dari makhluk yang namanya pembangunan?

Saya baru sadar kemarin, ketika melihat truk molen pengaduk pasir beton hilir mudik keluar masuk komplek. Oh ya, saya lupa kasih tahu Bung kalau saya tinggal di sebuah komplek perumahan di pinggiran kota. Kebetulan dibelakang komplek ini telah dibangun sebuah megaproyek untuk ukuran kota Cimahi. Lahan yang dulunya adalah persawahan dengan hasil yang lumayan kini telah berganti dengan deretan gedung. Tentu bukan deretan gedung seperti di ruas Jalan Thamrin-Sudirman, Jakarta.

Entah sebuah proyek ambisius atau memang program pemerintah proyek ini dinamakan Rusunami. Kurang lebih singkatan dari Rumah Susun untuk Warga Miskin. Walaupun begitu, saya lebih suka menyebutnya dengan sebutan apartemen bukan rusun atawa rumah susun. Saya masih belum bisa membedakan antara rumah susun dengan apartemen seperti yang sedang anda tempati saat ini. Apa karena status peruntukannya lantas rusunami versi pemerintah tidak boleh disejajarkan minimal disamakan penamaannya dengan apartemen megah buatan Agung Podomoro Group? Lain kali kita bahas.

Begitulah Bung. Setiap harinya 3-4 unit truk molen mengantri menunggu giliran untuk melaksanakann tugasnya: menumpahkan adukan semen dan pasir. Pemandangan serupa tentu bukan yang pertama kali saya lihat. Sudah ratusan mungkin ribuan kali saya berpapasan dengan truk molen dengan label perusahaan yang berbeda. Yang membuatnya terasa berbeda kali ini adalah bahwa truk-truk itu kini beroperasi di dekat rumah saya tinggal lalu saya merasa bahwa telah terjadi banyak perubahan. Terutama dalam waktu setahun terakhir ini.

Saya melihat bahwa pembangunan yang kini semakin mendekat dan nampak jelas di mata saya telah membawa dampak yang besar bagi sebagian penduduk di komplek saya. Saya bisa merasakan gairah perekonomian yang akan segera menggeliat dan menuju klimaksnya. Semua terasa lebih dinamis.

*) Dari lagu “For Just a Moment” yang juga OST. St. Elmo’s Fire, dinyanyikan oleh David Foster & Olivia Newton John,

Page 99: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

94

Berbeda jauh dengan kondisi beberapa tahun ke belakang dimana suasana komplek cenderung lebih statis dan monoton. Pembangunan rusunami itu akan membuka akses yang lebih luas dengan komplek kami sebagai sentral dari pertumbuhannya.

Sementara pembangunan masih terus berlangsung saya mengamati perubahan-perubahan lainnya. Orang tua kami mulai memasuki masa pensiunnya. Sebagian dari mereka ada yang menghabiskan uang pensiunnya dengan naik haji ke Tanah Haram. Ada yang membeli mobil untuk disewakan kembali. Ada yang membeli rumah untuk dikontrakkan kembali. Ada yang membuka warung di teras rumahnya. Ada yang mencari aktivitas rutin di Masjid. Ada yang senang di rumah saja barangkali sambil menghitung jumlah uang pensiun yang masih tersisa.

Kemudian, kami yang seumuran dengan saya dan dengan Bung juga mulai memasuki usia produktif menurut angkatan kerja. Beragam pekerjaan kami jalani. Ada yang jadi kru event organizer, ada yang merantau ke luar kota, ada yang jadi pekerja part-time, ada yang kerja di bank dan gajian setiap tanggal 25, ada yang jadi guru olahraga, ada yang jadi guru TK, ada yang jadi staf marketing dealer motor, ada yang kerjanya di rumah saja-seperti saya ini.

Perubahan lainnya yang bisa dibilang cukup drastis adalah kaum remajanya. Entah karena pengaruh zaman yang semakin maju dengan pembangunannya kini mereka tidak seperti kami ketika remaja dulu. Dengan arus information superhighway membuat mereka lebih cepat belajar dan terbuka terhadap suatu hal. Jangan heran bila Bung menemukan anak SD yang bertanya siapa Miyabi itu. Semuanya jadi antitesis kami dahulu.

Begitulah, generasi-generasi baru terus dilahirkan dan membuat semarak dunia ini. Sama halnya dengan pembangunan yang akan terus jadi tanda perubahan. Tidak ada yang abadi. Perubahan itulah yang abadi. Salam dari Pharmindo, Cimahi, 25 November 2009

Page 100: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

95

Kemenangan Guru, Kemenangan Pendidikan?

Selamat malam, Bung? Apa kabar anda hari ini? Apakah kopi yang anda hirup pagi ini masih sama dengan ketika di warung kopi dulu? Saya harap anda dapat menikmati bagian-bagian hidup anda bahkan yang terkecil sekalipun. Sudah lama sekali saya tidak menjumpai anda lewat tulisan saya. Anda tentu menganggap itu ada hubungannya dengan pensiunnya saya dari sekolah sialan itu kan? Ada benarnya namun itu kita bahas nanti saja di warung kopi langganan kita di pojok jalan itu.

Begini, Bung. Menjelang malam tadi sebuah berita masuk ke ruang dengar saya. Satu berita tentang dimenangkannya gugatan terhadao Ujian Nasional (UN) oleh Persatuan Guru Independen Indonesia (PGII) dan Forum Aksi Guru Indonesia (FAGI). Saya tahu itu karena yang diwawancara adalah gembongnya yang ternyata guru SMA saya. Namanya Pak Iwan. Kami dulu mengenalnya sebagai sosok Guru Sosiologi yang paling sensasional dan revolusioner. Saat perhatian semua guru masih berkutat pada masalah kesejahteraan Pak Iwan sudah melepaskan semua hal itu dengan berpartisipasi di FAGI yang kurang lebih seperti KAMI-nya gerakan mahasiswa.

Dulu, kami selalu melihatnya mengenakan topi hitam bertuliskan FAGI lengkap dengan kacamata hitam mirip Don Johnson di Miami Vice, kumis mirip Antasari Azhar dan motor Honda Supercup 700. Sayang, saya belum pernah diajar olehnya. Saya hanya sering mendengar ceritanya dari kawan-kawan di kelas IPS. Beberapa dari kami sempat bercanda dengan menambahkan dua huruf “N” dan “A” pada topi kebanggaannya itu.

*****

Saya belum paham detail dari berita itu. Saya hanya mendengar berita sepintas saja. Diberitakan bahwa mereka mengadakan syukuran untuk kemenangan yang disahkan melalui putusan Mahkamah Agung. Bisa saya bayangkan bahwa sorak-sorai perasaan gembira para guru yang menggugat sama riuhnya dengan nyanyian kawan-kawan Imparsial pasca Pidato Presiden SBY menanggapi kasus kriminalisasi KPK dan aliran dana Century.

Agaknya, keadaan sistem pendidikan nasional masih (dan selalu) mengalami transformasi tanpa hasil akhir yang maksimal, rasional, dan memuaskan. Tujuan pendidikan nasional pun yang bermuara pada pembangunan manusia Indonesia seutuhnya belum dapat dicapai. Ibarat kata masih amburadul. Belum ada satu sistem pendidikan nasional yang ajeg dan menyeluruh. Amanat UUD 1945 belum tunai.

Ajeg berarti statis, tegak. Artinya sistem pendidikan nasional harus mampu berdiri tegak sebagai satu sistem yang padu dan tidak mudah untuk

Page 101: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

96

dibongkar pasang oleh kekuatan apapun-termasuk kekuatan ekonomi. Menyeluruh artinya sistem itu juga harus mampu memberikan esensi-esensi dari pendidikan secara merata dan mendalam pada setiap jenjang pendidikan.

Sistem pendidikan nasional itu harus tercermin melalui penyelenggaraan ujian yang lebih menekankan pada kemampuan dan kompetensi peserta didik. Saya kurang setuju kalau UN dihapuskan. Bukan karena rasanya tidak pantas kalau Negara menguji calon generasi penerusnya tetapi lebih kepada pertimbangan kuantitatif terhadap kompetensi peserta didik.

Saya melihat dengan dihapuskannya UN maka penilaian terhadap kemampuan dan kompetensi akan mempertimbangkan pada hal-hal yang bersifat kualitatif. Penilaian tersebut tentu akan melibatkan semua hal yang berbau subyektif. Kalau ada murid yang selalu dapat ranking 1 dengan nilai-nilai yang memuaskan setiap ujian sumatif/formatif lalu kemudian ia gagal di UN maka jangan lantas menyalahkan UN sebagai biang keroknya.

Perlu dilihat pula faktor-faktor lainnya. Faktor mental, psikis, dan kognitif

bisa menjadi sumber masalah lainnya yang belum sempat terdeteksi. Dalam kasus yang demikian banyaknya, terdapat banyak hal yang bersifat emosional dalam pengambilan keputusan. UN hanyalah satu tolak ukur sejauh mana pemahaman peserta didik melalui ujian dengan kualitas soal standar kurikulum yang berlaku.

Perlu diakui juga bahwa masih terdapat kesenjangan yang sangat jauh antara proses pendidikan di kota-kota besar dengan di daerah-daerah terpencil. Itu bukan alasan untuk sebuah penolakan atas satu grand design bernama UN. Kesenjangan itu dapat diatasi dengan semakin banyaknya forum-forum dan media sosialisasi guru. Sehingga aksesibilitas seharusnya tidak lagi jadi alasan untuk sebuah kegagalan.

Jadi jangan heran generasi mendatang akan semakin menganggap enteng gampang proses pendidikan. Asalkan nilai rata-rata harian tidak terlalu jelek dan selalu berperilaku menyenangkan maka sudah cukup kriteria untuk dinyatakan lulus. Malu rasanya mendengar setiap berita dari kondisi pendidikan bangsa ini yang tak kunjung habisnya bagai perkara korupsi yang masih melilit negeri ini. Pendidikan bagaikan permainan politik kaum birokrat yang selalu berubah dalam jangka waktu tertentu. Pendidikan hanya jadi prioritas yang kesekian saja walau dengan alokasi penyerap anggaran Negara terbesar.

Serius sekali ya, Bung. Lagi-lagi saya berpikir bahwa anda sedang membaca tulisan saya ini sambil tersenyum. Entah tersenyum kagum atau sinis karena tulisan ini ditulis oleh seseorang yang pernah menjadi objek pendidikan dalam karir kependidikannya dan kebetulan pernah bekerja di satu institusi pendidikan swasta penganut mazhab Cambridge aliran Singapura. Apapun

Page 102: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

97

reaksi dari anda saya hargai itu dan saya anggap sebagai partisipasi anda dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Salam dari Pharmindo, Cimahi, 25 November 2009 NB: Kalau Bung nanti buka sekolah internasional, masih mau ngikutin sistemnya Diknas?

Page 103: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

98

Desember

Karir dan Kadal

Mbak, Tadinya saya mau bahas ini semua di kantor saja, namun entah mengapa

waktu saya main ke ruangan Mbak, saya tidak lihat Mbak disana. Mungkin saya yang kepagian. Salah saya juga tidak kasih kabar kalau mau mampir.

Beginilah Mbak kegiatan saya akhir-akhir ini. Kalaupun bukan karena telpon dari seorang kawan yang memberi tahu kalau di kampus kita itu sedang ada job fair mungkin saya lebih baik meneruskan tidur saja. Karena saya masih menganggur saya sedikit penasaran untuk sekedar tahu apa yang sedang terjadi disana.

Seperti biasa, Mbak. Disana penuh sama orang-orang yang kelihatannya serius benar untuk mencari kerja. Pakaian mereka rapih benar adanya. Mungkin untukl sekedar menutupi tampang mereka yang benar-benar bertampang pegawai. Seperti kita, saya dan anda.

Tidak ada salahnya memang berlaku seperti itu. Lagipula bukan untuk menghadiri acara resmi seperti undangan resepsi pernikahan. Seperti biasa, mereka nantinya akan menabur asa pada setiap lembar ijazah dan berkas surat lamaran yang akan segera disebar pada stan-stan pemberi kerja sambil berharap ada walk-in interview sehingga mereka pun langsung tanggap bahwa mereka akan mengeluarkan segenap kemampuan terbaiknya.

Kalau dilihat dari perusahaan-perusahaan yang tampil untuk mengaudisi calon pegawainya memang kelihatan bonafid. Mungkin itu tandanya imaging, branding, dan positioning yang mereka lakukan dalam setiap kampanye produk mereka telah berhasil mempengaruhi mindset kita semua. Sehingga kita tidak perlu repot-repot untuk menentukan perusahaan mana yang punya prospek bagus. Bukankah itu yang terjadi pada anda ketika memilih untuk berkarir di sebuah bank swasta berlevel internasional?

Pengalaman saya membuktikan demikian adanya. Bahwa ketika pilihan untuk berkarir telah diputuskan maka langkah selanjutnya adalah tinggal menentukan perusahaan tempat dimana kita akan berkarir dan mewujudkan segala impian professional. Beruntunglah kita hidup di zaman informasi yang mengalir bagai angin ini. Tidaklah terlalu sulit untuk mencari perusahaan yang akan mengakomodir semua kebutuhan kita untuk berkarir. Masalahnya tinggal apakah kita memenuhi kualifikasi yang mereka butuhkan. Kalau memang ya maka ada angin lalu berlayarlah kita mengarungi dunia karir.

Page 104: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

99

Sejauh pengamatan saya, mereka memang membutuhkan orang yang benar-benar mau untuk bekerja. Lebih-lebih lagi kalau ternyata banyak kandidat yang masih muda dan baru lulus. Pengalaman bisa dinomorduakan melalui serangkaian program training dan upgrading. Jadi karena begitu, ada banyak hal yang menurut saya terlalu menguntungkan pihak perusahaan. Mereka selalu menuntut produktivitas yang lebih dari pegawainya dengan atau tanpa kompensasi tambahan yang dijargonkan sebagai “dedikasi dan profesionalisme”. Ibaratnya mereka terlalu mudah dan gampang sekali untuk dikadalin apalagi di masa ekonomi serba susah seperti sekarang. Maaf, ini tidak ada hubungannya dengan adu reptil versi POLRI VS KPK. Salam dari Pharmindo Cimahi, 15 Desember 2009

Page 105: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

100

Patung dan Eksistensi

Tentu anda semua sudah mendengar dan menyaksikan kabar tentang Patung Barack Obama di Taman Menteng. Konon, patung itu dibuat untuk mengenang masa kecil Barack Hussain Obama yang menghabiskan masa 4 tahun sekolah dasarnya di Menteng sana. Bahkan ada semacam joke yang bilang kalau semua sekolah internasional di Jakarta hampir kehilangan muridnya karena mereka semua ingin pindah ke SD Asisi Menteng tempat Obama bersekolah dulu.

Menurut hemat saya, patung ini menandai semakin eratnya hubungan diplomatik antara Republik Indonesia dengan Amerika Serikat. Patung itu tidak hanya menjadi simbol eksistensi Obama semata. Lebih jauh, patung itu menjadi semacam monumen bagi pengakuan atas keberhasilan Amerika Serikat dalam menanamkan benih-benih demokrasi dan HAM di Indonesia. Bisa juga patung itu merupakan hadiah dari petinggi Kecamatan Menteng dan Gubernur DKI untuk Obama yang sukses membuat nama Menteng dan Jakarta mendunia sehingga memudahkan promosi pariwisata Enjoy Jakarta-nya DKI. Siapa tahu.

Rupanya bangsa ini telah kehilangan identitasnya sebagai bangsa yang besar, dilihat dari bagaimana bangsa ini memperlakukan sejarah bangsanya sendiri. Memang, para tokoh pengisi sejarah bangsa ini punya monumennya masing-masing. Bung Karno dan Bung Hatta dibuatkan patungnya di Monumen Proklamasi dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Korban G30S PKI dibuatkan Monumen Lubang Buaya.

Namun, mengapa patung Panglima Besar Jenderal Sudirman ditempatkan di Jalan Sudirman sambil menghormat pada gedung-gedung pencakar langit simbol keberhasilan kapitalisme? Tidakkah mereka peduli pada hal ini? Kenapa bukan pahlawan asli Betawi macam Si Pitung itu atau malah Ali Sadikin, sang gubernur yang benar-benar membangun Jakarta dengan penuh kontroversi dibuatkan patungnya lalu ditempatkan di Taman Menteng sebagai landmark Jakarta.

Tidak ada muatan dan esensi lokal dari patung Obama itu. Sehingga kalau kini terdengar gugatan atasnya mudah-mudahan itu jadi tanda bahwa nurani kita masih hidup untuk menggugah rasa nasionalisme dan patriotisme dalam jiwa kita bukan sebagai penanda eksistensi belaka.

Siapakah Obama itu bagi Indonesia? Obama hanyalah Presiden Amerika Serikat yang belum pernah sekalipun mengunjungi Indonesia. Obama juga adalah seorang penerima Nobel Perdamaian yang penuh kontroversi karena ia juga yang menyetujui penambahan 30.000 pasukan NATO di Afghanistan. Mungkin karena itu juga ia menilai dirinya B+ untuk performancenya sejak

Page 106: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

101

mengambil alih jabatan dari Bush Jr tahun lalu. Pada KTT Asean yang berlangsung tahun ini di Singapura pun Obama tidak menyempatkan singgah di Indonesia.

Kalau ia nanti jadi singgah apalagi yang akan Negara ini buat? Masih ingat waktu Bush Jr mampir ke Istana Bogor sambil naik helikopter? Obama sempat bilang bahwa ia akan berkunjung ke Indonesia tahun depan pada saat anak-anaknya liburan sekolah. What a nice Daddy!

Kalau sekali nanti anda mampir ke kota Firenze di Italia sana yang ada patungnya Gabriel Omar Batistuta anda bisa lihat bahwa patung itu dibuat bukan karena alasan keberadaan dan eksistensi Batistuta yang melegenda di klub Fiorentina tetapi lebih sebagai simbol penghargaan dan penghormatan kepada Batigol (julukan Batistuta) yang telah membuat semarak kehidupan kota itu. Semarak kehidupan yang berasal dari euphoria sepakbola yang menembus celah-celah dan lorong-lorong gang kecil di setiap sudut kota Firenze.

Bahkan, Batistuta bisa dianggap sama sucinya dengan orang-orang macam Macchiavelli dan Dante yang juga lulusan Firenze. Maka, ketika Batistuta meninggalkan Fiorentina untuk bergabung dengan AS Roma tahun 2001, seluruh Firenze bersedih karena ditinggal pahlawannya. Sempat muncul wacana untuk menghancurkan patung tersebut namun batal karena mereka menghargai sejarah-terlebih kehidupan sejarah sepakbola mereka.

Saya kira, begitu juga yang terjadi dengan patung-patung lainnya yang ada di belahan dunia yang lain. Patung-patung itu dibuat dengan berbagai latar belakang dan sejarah yang menghiasinya. Patung Lenin di Leningrad, Patung Stalin di Stalingrad untuk memperingati aksi heroik Pasukan Merah Rusia ketika mengusir Tentara Jermannya Hitler, Patung Kim Jung Il di Korea Utara sana, Patung Napoleon, hingga Patung Pemain Sepakbola di Jalan Tamblong Bandung, bukannya patung seorang yang menunggu kekasihnya*) buatan Seno Gumira Ajidarma. Pharmindo, Cimahi, 15 Desember 2009 *) Cerita tentang patung ini bisa dibaca pada kumpulan cerpen Seno Gumira Ajidarma “Iblis Tidak Pernah Mati”, Galang Press, 2005.

Page 107: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

102

CATATAN LAINNYA

Pulang “Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu” *)

Setiap mau pulang ke Cimahi via Bandung, memang benar lirik lagu diatas. Ada setangkup haru dalam rindu yang berkelebat. Aku dapat melihatnya berkejaran sepanjang jalan tol yang membentang dari Jakarta-Cikampek, turun naiknya ruas Cipularang, hingga datarnya ruas Padalarang-Cileunyi yang berujung di Pintu Tol Pasir Koja. Perasaan itu begitu megah terasa. Perasaan itu kian terbawa dalam riuh rendah mesin Hino Primajasa yang terus mengerang sepanjang perjalanan. Ada sesuatu yang kembali.

Aku selalu datang di Bandung setiap Jum’at malam berada di waktu dhuhanya. Malam masih perawan dan belum terlalu tinggi. Tapi malam tetap saja masih gelap. Aku lanjutkan perjalanan pulang ini dengan menaiki angkot (angkutan kota) Cimahi – Term. Leuwi Panjang yang sudah mengantri di pantat Hino Primajasa. Menunggu kedatanganku bersama penumpang lainnya.

Ketika penumpang angkot sudah penuh, perjalanan kembali dilanjutkan melintasi perempatan Pasir Koja yang selalu terendam air setinggi 40-50 cm setiap kali hujan besar turun disitu. Kemudian, belok kiri ke arah Holis atau Bunderan Jl. Jenderal Sudirman. Setibanya di Bunderan, aku harus belok kiri ke arah Pal Tiga atau Cimahi. Kalau kau lurus dari situ kau menuju Jalan Elang, dimana terdapat Terminal Elang (terminal bayangan) tempat berkumpulnya bis kota DAMRI jalur 1 Cicaheum – Cibeureum AC/Ekonomi dan jalur 6 Elang – Jatinangor Patas via Tol/via Cibiru.

Yang menarik, jalur itu bagaikan jalan raya di Amerika sana. Jalan Elang yang membentang tak lebih dari satu kilometer itu memiliki jalur yang berlawanan dengan jalur di Indonesia pada umumnya. Yang biasa di kanan, ada di kiri. Begitupun sebaliknya. Itulah yang aku suka. Aku kenal sekali daerah itu. Kurang lebih 4 tahun aku selalu menaiki bis kota favorit, DAMRI jalur 6, Elang – Jatinangor via Tol, satu-satunya angkutan antar kota, antar kecamatan untuk menuju kampus Unpad dibelahan bumi Jatinangor.

Aku akan mengajakmu jalan-jalan kesana, tapi aku harus menyelesaikan ceritaku dulu. Setelah belok kiri ke arah Pal 3 itu akan banyak angkutan kau temui. Macam-macam warnanya. Aku bisa turun disitu dan ganti angkot. Pilihannya ada dua, Si Hijau Cijerah –Sederhana atau Si Merah Elang-Melong Asih. Keduanya sama saja dari segi ongkosnya. Namun, Si Hijau mengambil rute *) Dari lirik lagu “Yogyakarta”, dinyanyikan oleh KLa Project

Page 108: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

103

yang kelewat panjang karena harus melewati pusat kota Cijerah. Tapi, aku lebih menyukai naik si Hijau ini walau harus sedikit lebih lama menahan rindu. Justru karena aku ingin menikmati kembali saat-saat dulu waktu masih sekolah. Kisah perjalananku tidak lepas dari Si Hijau ini.

Sesampainya di Blok 4, aku berhenti sejenak di gerobak pedagang Bubur Kacang Hijau dan Ketan Hitam khas Madura. Sudah sekitar 2 tahun tukang dagang itu ada disitu. Disitu juga aku dan Bapak pernah bicara empat mata tentang sebuah hal. Aku sudah lupa tentang hal itu. Namun, aku tidak akan pernah lupa sensasi rasanya. Disajikan dalam mangkuk kecil dengan tambahan kuah santan yang manis seharga Rp. 2000. Lumayan untuk menambal perut apalagi kalau cuaca Bandung dan sekitarnya sedang diselimuti malam yang dingin.

Melanjutkan perjalanan, ada beberapa alternatif yang bisa digunakan. Ada ojek, becak, atau angkot. Tapi karena sudah malam yang ada tinggal ojek atau becak. Aku tidak pernah memilih satu dari mereka. Aku lebih baik jalan kaki saja. Lagipula tidak terlalu jauh. Aku bisa rasakan denyut perubahan itu sepanjang perjalanan melalui gerbang Pharmindo. Tanah lapang itu kini telah jadi ruko yang berjajar. Ada apotik, studio band, salon, restoran, warnet, dan beberapa masih kosong tidak terisi. Begitupun komplek real estate yang berada didepannya. Satu dari penduduknya membuka warung jajan sehingga komplek itu terasa lebih accessible. Bayangkan, sekitar3-4 tahun yang lalu pengelola komplek menerapkan system keamanan yang sangat ketat. Bahkan, untuk sekedar bermain sepeda pun tidak boleh. Apakah gerangan yang telah terjadi dengan masyarakat disana? Apakah ketakutan dan privasi telah menjadi suatu hal yang mahal?.

Berjalan kaki tentu akan membuat perutku semakin lapar. Energi yang dihasilkan dari semangkuk kecil bubur kacang hijau pun rasanya belum cukup. Namun, aku selalu sabar untuk terus berjalan melewati gang sempit jalan pintas satu-satunya. Tak lama kemudian, terpampanglah “Jl. Agastya VI Cimahi 40534” dengan message tambahan dari sponsor: “Hati-hati banyak anak kecil”. Pesan tambahan itu seperti sudah menjadi budaya bagi penghuni sebuah komplek perumahan. Tujuannya adalah memperingatkan pengendara agar berhati-hati. Tapi, pernahkah terpikir olehmu bila suatu saat pesan itu bisa saja diganti jadi begini: “Anak-anak dilarang main disini.” Untuk komplek perumahan dengan system blok dan jalan yang lebarnya hanya 5 meter itu aku rasa itu tidak akan pernah terjadi. Kecuali, dengan satu syarat bahwa penghuni jalan tersebut semua adalah kakek-kakek dan nenek-nenek.

Terus berjalan, hingga terlihat pintu pagar berwarna orange dengan pohon mangga yang menutupi tiang listrik. Itulah rumahku. Dari jauh kau bisa dengar suara pompa akuarium yang tetap menggema dalam keheningan malam. Setelah kau membuka pagar, mungkin juga kau akan temui seekor kucing yang akan langsung melompat dari tidurnya dan menunggu di depan pintu masuk. Oh

Page 109: Catatan Sepanjang Tahun - Kumpulan Tulisan Blog 2009 R1

104

ya, bila kau temui cahaya terang di sekitar teras rumahku yang tipe 36 itu kau akan jumpai Arwana Irian memberi salam selamat datang padamu. Tentu tidak dengan gaya yang seperti Tugu Selamat Datang yang menyambutmu di ibukota. Atau bahkan mengikuti gaya Tukul di Bukan Empat Mata. Ia hanya akan melirik padamu saja.

Aku mengucap salam dan membuka pintu masuk. Kucing tadi mendahuluiku sambil berteriak didalam. Ahh… lega hati ini bisa bertemu kembali dengan Ibu, Bapak, dan Adikku yang satu-satunya itu. Ada satu lagi kebiasaan yang belum bisa kutinggalkan. Sehabis cium tangan, aku selalu membuka tudung saji meja makan dan melihat ada menu apa. Hari ini, nampaknya tidak sesuai harapanku. Hanya ada sayur saja. Tapi itu sudah cukup bagiku. Aku tidak pernah berharap Ibu akan memasak menu spesial di hari kedatanganku. Aku sudah tahu. Esok pagi, Ibu akan membuatkan tumis capcay kesukaanku untuk sarapan. Kelapa Gading, Jakarta. 26 Mei 2009. Penulis: Anggi Hafiz Al Hakam Domisili: Cimahi, Jawa Barat Tulisan ini dibuat sebagai partisipasi dalam Diary Project Vol.2: Aku dan Kota Tempat Tinggalku, sebuah online literacy project yang digagas oleh Komunitas Tobucil Bandung.