Case Asfiksia Perinatal
-
Upload
aulia-nugraha -
Category
Documents
-
view
103 -
download
2
description
Transcript of Case Asfiksia Perinatal
BAB I
Laporan Kasus
HMD GRADE I + BBLSR PRETERM SMK + ASFIKSIA PERINATAL+ SEPSIS NEONATORUM
Oleh :
Rani Febria Ganovianti, S.Ked. NIM 04114705055Hafiz Hari Nugraha, S.Ked
NIM 04124705081Benny Afriansyah, S.Ked
NIM 04124705043Pembimbing :
dr.H. Herman Bermawi, SpA(K)
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FK UNSRI
RUMAH SAKIT MUHAMMAD HOESIN
PALEMBANG
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kasus dengan judul:
HMD GRADE I + BBLSR PRETERM SMK + ASFIKSIA PERINATAL+ SEPSIS NEONATORUM
Oleh :
Rani Febria Ganovianti, S.Ked. NIM 04114705055Hafiz Hari Nugraha, S.Ked
NIM 04124705081
Benny Afriansyah, S.Ked
NIM 04124705043Pembimbing :
dr.H. Herman Bermawi, SpA(K)
Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya / Rumah Sakit Muhammad Hoesin Palembang. Palembang, Mei 2013
Pembimbing,
dr.H. Herman Bermawi, SpA(K)
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI
Nama: By I
Umur: 8 hari
Jenis Kelamin: Perempuan
Alamat: Palembang
Kebangsaan: Indonesia
Agama: Islam
MRS: 12 Mei 2013II. ANAMNESIS
(alloanamnesis dengan ibu penderita, tanggal 21 Mei 2013)
Keluhan Utama
Lahir tidak langsung menangisKeluhan Tambahan
Berat badan lahir sangat rendahRiwayat Perjalanan Penyakit
Bayi lahir di OK emergensi secara sectio secaria atas indikasi eklampsia antepartum dari ibu G1P0A0 hamil 30-31 minggu, lahir tidak langsung menangis, Apgar score 2/3/6, berat badan lahir 1450 gram, panjang bayi lahir 39 cm, injeksi vitamin k (+). Riwayat ibu demam tidak ada. Riwayat ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) tidak ada. Riwayat ketuban kental (-) hijau (-) bau (-). Sejak lahir tangis merintih kemudian bayi dibawa ke ruang NICU RSMH.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama disangkal.
Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal.Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah anak pertama dari pasangan Tn. A usia 38 tahun dengan pendidikan terakhir SMA dan bekerja sebagai wiraswasta dengan Ny. I usia 30 tahun dengan pendidikan terakhir SMP tidak bekerja.
Kesan: status ekonomi cukupRiwayat Kehamilan
GPA: G1P0A0
HPHT: 20 September 2012Periksa hamil: 2 kali, tidak teratur, di bidan
Kebiasaan Ibu sebelum/selama kehamilan
Minum alkohol
: Tidak pernah
Merokok
: Tidak pernah (perokok pasif)Makan obat-obatan tertentu: Tidak pernah
Penyakit atau komplikasi kehamilan ini : Hipertensi dalam kehamilan (160/110 mmHg) dan ada riwayat kista endometrium sebelum hamil (kista diangkat saat dilakukan SC)Riwayat Persalinan
Presentasi : KepalaCara persalinan : Sectio SesariaObat yang diberikan pada ibu : tidak tahu
Lama persalinan : tidak tahu
Suhu ibu dalam persalinan : 37,00C
Tanda-tanda fetal distress: tidak tahuCairan ketuban hijau, busuk : (-)
Tali pusat : Panjang 50 cm, lilitan/menumbung (-)
Plasenta : Berat 500 gram, uk.17-18 cm, kelainan (-)Tempat lahir : Palembang, tanggal 12 Mei 2013Ditolong oleh : dokter (residen obgyn)Resusitasi
Dilakukan oleh dokter (residen anak)Keadaan bayi saat lahir
Jenis Kelamin
: perempuanKelahiran
: tunggal
Kondisi saat lahir
: hidup
III. PEMERIKSAAN FISIK (tanggal 21 Mei 2013)Pemeriksaan Umum
Berat badan : 1350 gram Panjang badan: 39 cm
Kesadaran : sadar
Denyut jantung: 148x/menit
Pernapasan: 56x/menit
Temperatur : 37,00C
Aktivitas: hipoaktifTonus otot: normal
Anemis: tidak ada
Sianosis: tidak ada
Reflek isap: sedangReflek tangis: lemahPosisi: normal
Gangguan gerak: tidak ada
Pemeriksaan Khusus
Kepala: Lingkar kepala: 29 cm
UUB: rata
Mata: nistagmus tidak ada; pupil normal, isokor, diameter 3 mm / 3 mm, reflek cahaya +/+
Hidung: NCH tidak ada
Trauma lahir: caput succadenum tidak ada
cephal hematom tidak ada
perdarahan subaponeurotik tidak ada
parese N.f ascialis tidak ada
Leher : JVP tidak meningkat, pembesaran KGB tidak ada
Thoraks
Paru-paru
Inspeksi : Bentuk simetris, pergerakan simetris
Retraksi tidak adaAuskultasi:vesikuler (+) normal, ronki basah halus nyaring (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : pulsasi (-), ictus (-), voussur cardiaque (-)
Palpasi : iktus (-), thrill (-)
Auskultasi: HR 148x/menit, irama regular, murmur tidak ada, gallop tidak ada
Abdomen: datar, lemas, hepar-lien tidak teraba, bising usus (+) normal
Lipat paha dan genitalia: tidak ada pembesaran KGB
Anus (+) perempuanExtremitas : fraktur tidak ada, dislokasi tidak ada, akral hangat (+), sianosis (-)
CRT < 2 detik.Refleks primitif : oral : (+)
Moro : (+)
Tonic neck : (+)
Withdrawal : (+)
Plantar grasp : (+)
Palmar grasp : (+)
IV. RESUME
Seorang bayi laki-laki lahir di bidan dengan tindakan sectio secaria, dari ibu G1P0A0, hamil 30-31 minggu dengan eklampsia, lahir tidak langsung menangis. Apgar score 2/3. Berat badan lahir 1450 gram, panjang bayi lahir 39 cm. Riwayat ibu demam selama hamil tidak ada. Riwayat KPSW tidak ada. Riwayat ketuban kental (-) hijau (-) bau (-). Pada pemeriksaan umum didapatkan kesadaran sadar, denyut jantung 148x/menit, frekuensi pernapasan 56x/menit, temperatur 37,00C, aktivitas hipoaktif, reflek isap sedang dan reflek tangis lemah. Dari pemeriksaan spesifik tidak ditemukan adanya napas cuping hidung, retraksi interkostal dan subkostal.
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Gula darah
Darah rutin
Kultur LCS Transfontanella Foto Thorax ulang
Echocardiografi
USG
VII. DIAGNOSIS
HMD grade I + BBLSR Preterm SMK + Asfiksia perinatal+ Sepsis neonatorumVIII. PENATALAKSANAAN
O2 nasal 1 L/menit Dirawat didalam inkubator, dengan suhu bayi 36,5 sampai 37,50C
IVFD D7,5% + NaCl 15% 6 cc gtt 4 cc/ jam mikro Lacedim 2x35 mg
Aminophylin 3x3 mg
ASI/PASI 8x10cc (via NGT)
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonamFOLLOW UPTanggal 12 Mei 2013 Berat badan : 1450 gramS : lahir tidak langsung menangis, berat badan lahir sangat rendahO : sensorium : compos mentis, aktivitas : hipoaktif, reflek isap: lemah,
refleks tangis : lemah, dyspnoe (-), Sianosis (-)
Anemis (-) Ikterik (-)
HR : 162x/menit RR : 68x/menit T : 37,00C
Kepala : NCH (+), sklera ikterik (-), konjungtiva anemis(-)
Thorax : simetris, retraksi (+) interkostal, subkostal, dan epigastrium.
Pulmo : vesikular (()/((), ronkhi (-), wheezing (-)
Cor : HR 162x/menit, BJ 1&2 normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, lemas, hepar-lien tidak teraba, BU (+) N.
Ekstremitas : akral hangat (+), sianosis (-), CRT < 2 detikSkor Ballard15( taksiran 30 minggu
Maturitas Fisik
Maturitas Neuromuskular
Kulit
1Sikap
1
Lanugo
1Sudut perg tangan1
Lipatan Plantar 1Membalik lengan1
Payudara
0Sudut poplitea
2
Daun Telinga
1Tanda selempang2
Kelamin
1Tumit ke telinga2
Total
6Total 9
Pemeriksaan Penunjang (12 Mei 2013) :Hb: 15,9 g/dl
Ht: 49 vol%
Leukosit: 34600/mm3
LED: 2 mm/jam
Trombosit: 175.000/mm3
Dif. count: 0/0/0/71/29/0
Eritrosit: 4150000/mm3
BSS: 44 mg/dl
CRP kualitatif: negatifCRP kuantitatif : 55 mmH2O
3. Ph < 7,30
Bila bayi sudah tidak membutuhkan bantuan resusitasi aktif, pemeriksaan penunjang diarahkan pada kecurigaan atas komplikasi, berupa:
1. Pemeriksaan darah tepi
2. Analisi gas darah sesudah lahir
3. Pemeriksaan gula darah sewaktu
4. Pemeriksaan ginjal
5. Pemeriksaan elektrolit
6. Pemeriksaan radiologi/ rontgen dada
7. Pemeriksaan ct scan kepala
Jumlah skor rendah pada tes menit pertama dapat menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir ini membutuhkan perhatian medis lebih lanjut tetapi belum tentu mengindikasikan akan terjadi masalah jangka panjang, khususnya jika terdapat peningkatan skor pada tes menit kelima.
Jika skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes berikutnya (10, 15, atau 30 menit), maka ada risiko bahwa anak tersebut dapat mengalami kerusakansyarafjangka panjang. Juga ada risiko kecil tapi signifikan akankerusakan otak. Namun demikian, tujuan tes Apgar adalah untuk menentukan dengan cepat apakah bayi yang baru lahir tersebut membutuhkan penanganan medis segera; dantidakdidisain untuk memberikan prediksi jangka panjang akan kesehatan bayi tersebut.
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan positif (VTP).
2.1.7Klasifikasi Keparahan Asfiksia Pada kasus asfiksia ringan bayi dapat terkejut atau sangat waspada dengan peningkatan tonus otot, makan dengan buruk, dan frekuensi pernafasan normal atau cepat. Temuan ini biasanya berlangsung selama 24-48 jam sebelum sembuh secara spontan. Pada kasus asfiksia sedang bayi dapat letargi dan mengalami kesulitan pemberian makan. Bayi dapat mengalami episode apnia kadang-kadang dan atau konvulsi selama beberapa hari. Masalah ini biasanya sembuh dalam satu minggu, tetapi masalah perkembangan saraf mungkin ada. Pada kasus asfiksia berat bayi dapat terkulai atau tidak sadar dan tidak makan. Konvulsi dapat terjadi selama beberapa hari dan episode apnia yang berat dan sering umumnya terjadi. Bayi dapat membaik selama beberapa minggu atau tidak dapat membaik sama sekali. Jika bayi ini dapat bertahan hidup mereka biasanya menderita kerusakan otak permanen.2.1.8Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru LahirTindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :
1. Memastikan saluran terbuka Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea. Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran pernafasan terbuka.2. Memulai pernafasan Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasa
Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
3. Mempertahankan sirkulasi Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara
Kompresi dada.
Pengobatan
Jika asfiksia ringanJika bayi tidak mendapat oksigen ijinkan bayi mulai menyusui. Jika bayi mendapat oksigen atau sebaliknya, tidak dapat menyusui berikan perasan ASI dengan metode pemberian makan alternatif Jika asfiksia sedang atau berat1. Pasang selang IV dan berikan hanya cairan IV selama 12 jam pertama.2. batasi volume cairan sampai 60 ml/kg BB selama hari pertama dan pantau haluaran urin.3. Jika bayi berkemih kurang dari 6 kali/hari atau tidak menghasilkan urin jangan meningkatkan volume cairan pada hari berikutnya, ketika jumlah urin mulai meningkat tingkatkan volume cairan IV harian sesuai dengan kemajuan volume cairan. Tanpa memperhatikan usia bayi yaitu untuk bayi yang berusia 4 hari, lanjutkan dari 60 ml/kg sampai 80 ml/kg sampai 100 ml/kg jangan langsung 120 ml/kg pada hari pertama. Ketika konvulsi terkendali dan bayi menunjukan tanda-tanda peningkatan respon. Ijinkan bayi mulai menyusui. Jika bayi tidak dapat menyusui berikan perasan ASI dengan menggunakan metode pemberian makan alternatif. Berikan perawatan berkelanjutan.Langkah awal resusitasi: (sesuai dengan algoritme)
Letakkan bayi di meja dengan alat pemancar panas, keringkan, letakkan pada posisi yang benar, lakukan penghisapan bila perlu, rangsangan taktil dan segera nilai: pernafasan, frekuensi jantung dan warna kulit.
a. Ventilasi Tekanan PositifVentilasi tekanan positif dapat diberikan dengan balon resusitasi dan intubasi endotrakeal (ETT)
Indikasi: bila bayi apnu/megap-megap atau bernafas tetapi frekuensi jantung 100 permenit, perbaikan warna kulit dan bernafas spontan. Bila gagal lanjutkan ventilasi sambil memeriksa apakah letak sungkup sudah benar, posisi kepala baik dan aliran oksigen 100% dan mulailah penekanan dada, bila frekuensi jantung di bawah 60 kali permenit.
b. Kompresi Dada Indikasi: frekuensi jantung < 60 kali permenit setelah 30 detik mendapat VTP dengan oksigen 100%.
Frekuensi
Sternum ditekan sedalam 1/3 diameter anteroposterior rongga dada dengan 3 kali penekanan dan 1 kali ventilasi dalam 2 detik (45 kali kompresi dada dan 15 kali ventilasi selama 30 detik).
Eveluasi
Setelah 30 detik melakukan tindakan kompresi dada dan ventilasi, periksa frekuensi jantung tau nadi. Bila frekuensi jantung:
< 60 kali permenit: lanjutkan tindakan kompresi dada dan ventilasi dan pemberian epinefrin.
Hentikan tindakan penekanan dada tetapi lanjutkan ventilasi dengan oksigen 100%.
c. Intubasi EndotrakealVentilasi tekanan positif dapat diberikan dengan balon resusitasi dan sungkup atau dengan balon resusitasi dan intubasi endotrakeal (ETT) bila VTP dengan balon dan sungkup kurang efektif.
Indikasi
Bila terdapat mekonem dan bayi mengalami depresi nafas, tonus otot atau denyut jantung maka intubasi dilakukan pada kesempatan pertama (perlu melakukan penghisapan mnelalui trakea untuk mengeluarkan mekoneum) sebelum memulai tindakan resusitasi yang lain.
Bila VTP dengan balon dan sungkup tidk efektif (tidak mengembangkan dada) atau membutuhkan pemberian VTP agak lama, dicurigai ada hernia diafragmatika, pemberian surfaktan dan bayi berat badan sangat rendah.
Bila perlu kompresi dada, intubasi memudahkan koordinasi kompresi dan ventilasi dan memaksimalkan efisiensi VTP.
Obat obat yang Digunakan pada Resusitasi Neonatus
Obat Kadar Persiapan Dosis/caraKecepatan/
perhatian
Epinefrin1:10.0001 ml0,1-0,3 ml/kg
iv atau ETBerikan cepat
Dapat diencerkan dengan larutan garam fisiologis sampai 1-2 mL bila diberian secara ET
Volume
ExpandersDarah lengkap
Albumin salin
Garam fisiologis
Ringer laktat40 mL10 mL/kg
iv Berikan selama 5-10 menit
Berikan melalui pipa semprit atau tetesan intravena
Natrium bikarbonat0,5 mEq/mL
(cairan 4,2%)20 mL/2 buah semprit
10 mL yang telah diisi2 meq/kg (4 mL/kg)Berikan pelan pelan dalam waktu paling sedikit 2 menit.berikan hanya bila bayi sudah dalam ventilasi efektif
Nalokson
Hidroklorit0,4 mg/mL
1 mL0,1 mg/kg
(0,25 mL/kg)Iv,et,im,sqBerikan cepat
Iv, ET diutamakan.
IM, SQ dapat pula digunakan.
1 mg/mL1 mL0,1 mg/kg (0,1 mL/kg
d. Tindakan-Tindakan Lain Dalam Resusitasi Pengisapan cairan lambung hanya dilakukan pada bayi-bayi tertentu untuk menghindarkan kemungkinan timbulnya regurgitasi dan aspirasi, terutama pada bayi yang sebelumnya menderita gawat janin, yang dilahirkan dari ibu yang mendapat obat-obat analgesia/anestesia dalam persalinannya, pada bayi prematur, dan sebagainya.
Tentang penggunaan obat-obat analeptik sepeti lobelin, Koramin, Vandid, dan lain-lain dewasa ini tidak diberikan lagi dan asfiksia berat bahkan merupakan kontraindikasi untuk penggunaannya. Nalorphin merupakan obat satu-satunya yang dapat diberikan pada bayi apabila asfiksia yang terjadi disebabkan oleh penekanan pernafasan akibat morphin atau pethidin dan obat-obat berasal dari golongan itu yang diberikan pada ibu selama persalinan.
2.1.9 Komplikasi Asfiksia neonatorum dapat menyebabkan komplikasi yang terjadi langsung (dini) seperti asidosis metabolik, sindroma gawat nafas (SM dan TTN), gagal jantung, gagal ginjal akut, ensefalopati hipoksik iskemik, juga dapat menimbulkan komplikasi lanjutan seperti terjadinya epilepsi, mikrosefali, serebral palsi, retardasi mental, gangguan belajar, dan gangguan tingkah laku beserta emosi.
2.1.10 Prognosis Prognosis dari asfiksia neonatorum bergantung pada berapa lama neonatus tersebut tidak dapat bernafas. Sebagai contoh, penelitian klinis menunjukkan bayi dengan nilai Apgar yang rendah pada 5 menit pertama lebih menunjukkan hasil yang secara signifikan lebih baik dibandingkan dengan yang 10 menit. Asfiksia yang berkepanjangan (prolonged) dapat menyebabkan kematian apabila asfiksia terjadi lewat dari 10 menit.
2.1.6 SINDROM GAWAT NAFAS PADA NEONATUS
2.2.1DefinisiKumpulan dari 2 atau lebih gejala: gangguan ventilasi paru yang menetap setelah 4 jam pertama sesudah lahir, ditandai dengan frekuensi napas >60 kali/menit; merintih pada waktu ekspirasi; retraksi otot-otot bantu pernapasan pada waktu inspirasi/rektraksi interkostal, subkostal, supra-sternal, epigastrium; pernapasan cuping hidung dan sianosis.
2.2.2Etiologi Gangguan traktus respiratorius: Hyaline Membrane Disease (HMD), Transient Tachypnoe of the Newborn (TTN), infeksi (Pneumonia), Sindrom Aspirasi, Hipoplasia Paru, Hipertensi Pulmonal, Kelainan Kongenital (Choanal Atresia, Hernia Diafragmatika, Pierre Robin Syndrome), Pleural Effusion, Kelumpuhan syaraf frenikus, dll
Gangguan luar traktus respiratorius: Kelainan
2.2.3Patogenesis dan Gejala KlinisHipoksia dan hiperkarbia dapat meyebabkan asidosis respiratorik dan juga terjadi asidosis metabolik sehingga dapat mengganggu fungsi organ dengan segala akibatnya. Timbulnya gejala klinis pada sindrom gawat nafas pada neonatus Tergantung penyebab, penyebab tersering adalah HMD biasanya pada BBLR.2.2.4 Klasifikasi Hyalin Membran disease
Grade 1: terdapat gambaran slightly reticular (granular).
Grade 2: gambaran reticulogranular disertai air bronchogram diluar
bayangan jantung.
Grade 3: grade 2 disertai kesukaran menentukan batas jantung.
Grade 4: grade 3 disertai kesulitan menentukan batas diafragma dan
tymus. Gambaran white lung.
2.2.4Diagnosis
Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Mengidentifikasi gejala dasar seperti ditulis dalam batasan.
Kemudian cari faktor penyebab.
Tetapkan gangguan keseimbangan asam basa, derajat hipoksia dan komplikasi lain.
Gejala dasar dapat ditetapkan dengan pemeriksaan rutin.
Langkah mencari faktor penyebab:
Cari faktor predisposisi (misalnya HMD, BBLR); lakukan foto thoraks
Cari gejala spesifik untuk berbagai faktor penyebab (misal: hernia diafragmatika: perut kosong/bising usus pada thoraks).
Lakukan pemeriksaan spesifik berdasarkan dugaan faktor penyebab.
2.2.5Diagnosis Banding Takipnue sementara pada neonates
Penyakit membrane hialin
Pneumonia
Sepsis
2.2.6Pemeriksaan Penunjang
Darah : Hb, lekosit, Diff.count, trombosit, mikro LED, dan kultur
Foto toraks
2.2.7Tatalaksana
Pengobatan suportif pada SGN pada umumnya sama:
Pemberian oksigen intranasal sampai nasofaring atau dengan head box
IVFD dektrose 7 atau 10% + NaCl 15% 6 cc
Antibiotika:
Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 3-4 dosis
Gentamisin 2 mg/kgBB/18 jam bila BB >2.000 gram
Gentamisin 2 mg/kgBB/24 jam bila BB