CA Mammae
-
Upload
andi-ayu-faradiba -
Category
Documents
-
view
215 -
download
0
Transcript of CA Mammae
![Page 1: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Gahin
Umur : 60 tahun
JK : Perempuan
RM : 629437
Jaminan : JKN ASKES
Pekerjaan : tidak ada (IRT)
Ruangan : Poliklinik RSWS
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Benjolan pada payudara kanan
Anamnesis terpimpin: Dirasakan sejak ± 6 bulan yang lalu (september 2013)
sebelum masuk rumah sakit, awalnya dirasakan benjolan pada payudara kanan
sebesar biji jagung yang membesar perlahan hingga sebesar bola tennis.
Kemudian dalam 2 minggu terakhir, payudara membesar disertai kemerahan
dan terkadang nyeri disertai perubahan tekstur kulit. Riwayat berobat
dipoliklinik RSWS pada bulan september tahun 2013, mendapat pengobatan
(pasien lupa nama obat yg diberikan) dan melakukan pemeriksaan FNA dengan
hasil adenocarsinoma mammae dextra. Pasien disarankan untuk melakukan
operasi, namun pasien menolak karena tidak siap.
Demam tidak ada, nyeri kepala tidak ada, kejang tidak ada. Mual tidak ada,
muntah tidak ada, nyeri ulu hati tidak ada. Batuk tidak ada, sesak nafas tidak
ada, nyeri dada tidak ada. BAB biasa, warna kecoklatan. BAK lancar, warna
kuning.
Riwayat keluarga mengalami penyakit yang sama tidak ada.
Riwayat menopause 3 tahun yang lalu.
Riwayat haid pertama dilupa.
Riwayat menikah kira-kira umur 16 tahun.
Riwayat memiliki anak pertama umur 35 tahun, tidak menyusui.
1
![Page 2: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/2.jpg)
Riwayat menggunakan KB spiral selama 6 tahun dan pil KB selama 1 tahun.
Riwayat menderita tumor ditempat lain tidak ada.
Riwayat sering mengonsumsi makanan berlemak.
III. PEMERIKSAAN FISIS
Status Generalisata :
Sakit sedang/Gizi baik/ Compos mentis (E4V5M6)
Tanda Vital :
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 72 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu aksilla : 36,6°C
Tinggi badan : 145 cm
Berat badan : 47 kg
Mata : konjungtiva kedua mata tidak anemis, sklera tidak ikterus
Hidung : tidak tampak kelainan
Bibir : tidak tampak sianosis
Leher
Inspeksi : warna kulit sama dengan sekitar, tidak ada hematoma
Palpasi : massa tumor dan pembesaran kelenjar getah bening tidak
teraba, nyeri tekan tidak ada
Thorax
Inspeksi : Simetris kiri=kanan
Palpasi : MT (-), NT (-), krepitasi (-)
Perkusi : Sonor, batas paru hepar ICS V kanan
Auskultasi : BP vesikuler, BT Rh-/- , Wh-/-
Status Lokalis
Regio mammae Dextra :
Inspeksi: Tampak mammae asimetris, tampak permukaan kulit berwarna
kemerahan disekitar puting, edema tidak ada, hematom tidak ada.
2
![Page 3: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/3.jpg)
Papil dan areola mamma dextra tampak. Tidak ada luka, peau de
orange ada dan dimpling tidak ada.
Palpasi : Teraba massa, ukuran ± 8 cm x 5 cm x 5 cm, konsistensi padat keras,
terfiksasi dengan kulit, tidak terfiksasi dengan rongga dada, nyeri tekan
tidak ada.
`
Regio Supraclavicula Dextra dan Sinistra:
Inspeksi : Tidak tampak benjolan pada regio supraclavicula, warna kulit
sama dengan sekitar
Palpasi : Tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan
Regio Axillaris Dextra :
Inspeksi : Tidak tampak benjolan, warna kulit sama
dengan sekitar.
Palpasi : Teraba massa pada regio axillaris dextra
ukuran 2x1 cm, tidak ada nyeri.
Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan tidak ada, hepar/lien tidak teraba.
Perkusi : Timpani
3
![Page 4: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/4.jpg)
Genitalia : dalam batas normal
Ekstremitas
Superior : tidak ada deformitas, tidak ada edema, perfusi kapiler baik,
tidak anemis, akral hangat.
Inferior : tidak ada deformitas, tidak ada edema, perfusi kapiler baik,
tidak anemis, akral hangat.
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (18-06-2012)
HEMATOLOGI HASIL NILAI
RUJUKAN
SATUAN
WBC 9,4 4.00 – 10.0 [103/uL]
RBC 4,06 4.00 – 6.00 [106/uL]
HGB 12,8 12.0 – 16.0 [g/dL]
HCT 36,2 37.0 – 48.0 [%]
PLT 261 150 – 400 [103/uL]
SGOT 20 <38 u/L
SGPT 13 <41 u/L
Asam Urat 4,2 2,4-5,7 mg/dL
4
![Page 5: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/5.jpg)
Foto Thorax PA (21 Maret 2014)
Kesan:
Cor dan pulmo normal
Tidak tampak tanda-tanda metastasis pada foto thorax ini
Hasil Pemeriksaan Sitologi sediaaan aspirat tumor (24 September 2013)
Kesan:
Adenocarsinoma mammae dextra
USG Abdomen (19 Maret 2014)
Kesan:
Nodul soliter lobus kanan hepar susp. fokal fatty liver DD/ metastasis
5
![Page 6: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/6.jpg)
IV. RESUME
Seorang wanita, 60 tahun, datang ke poliklinik RSWS dengan keluhan
benjolan pada payudara kanan, dirasakan sejak ± 6 bulan yang lalu (september
2013) sebelum masuk rumah sakit, awalnya dirasakan benjolan pada payudara
kanan sebesar biji jagung yang membesar perlahan hingga sebesar bola tennis.
Kemudian dalam 2 minggu terakhir, payudara membesar disertai kemerahan dan
terkadang nyeri disertai perubahan tekstur kulit.
Riwayat berobat dipoliklinik RSWS pada bulan september tahun 2013, mendapat
pengobatan (pasien lupa nama obat yg diberikan) dan melakukan pemeriksaan
FNA dengan hasil adenocarsinoma mammae dextra. pasien disarankan untuk
melakukan operasi, namun pasien menolak karena tidak siap.
BAB biasa, warna kecoklatan. BAK lancar, warna kuning.
Riwayat menopause 3 tahun yang lalu.
Riwayat haid pertama dilupa.
Riwayat menikah kira-kira umur 16 tahun.
Riwayat memiliki anak pertama umur 35 tahun, tidak menyusui.
Riwayat menggunakan KB spiral selama 6 tahun dan pil KB selama 1 tahun.
Riwayat sering mengonsumsi makanan berlemak.
Dari pemeriksaan fisis didapatkan tanda vital dalam batas normal, Bunyi
pernafasan vesikuler, Bunyi jantung I/II murni regular, Bunyi peristaltik dalam
batas normal. Dari pemeriksaan status regional mammae dextra, didapatkan
mammae asimetris, tampak permukaan kulit berwarna hiperemis disekitar areola,
edema tidak ada, hematom tidak ada. Papil dan areola mamma dextra tampak.
Tidak ada luka, peau de orange ada dan dimpling tidak ada. Teraba massa, ukuran
± 8 cm x 5 cm x 5 cm, konsistensi padat keras, terfiksasi dengan kulit, tidak
terfiksasi dengan rongga dada, nyeri tekan tidak ada. Teraba massa pada regio
axillaris dextra ukuran 2x1 cm, tidak ada nyeri.
Dari pemeriksaan laboratorium dalam batas normal. Dari pemeriksaan sitologi
didapatkan Adenocarsinoma mammae dextra. Pada pemeriksaan radiologi foto
thorax didapatkan dalam batas normal dan tidak tampak tanda-tanda metastasis
pada foto thorax ini. Pada pemeriksaan radiologi USG abdomen didapatkan nodul
soliter lobus kanan hepar susp. fokal fatty liver DD/ metastasis.
6
![Page 7: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/7.jpg)
V. DIAGNOSIS
Ca mammae dextra
cT4bN1Mx
Karnofsky 90%
Stadium IIIB
VI. RENCANA TERAPI
Biopsi insisi
Modified Radical Mastectomy (MRM) dan kemoterapi.
VII. DISKUSI
Diagnosis karsinoma mamma ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisk dan pemeriksaan penunjang.
Dari anamnesis, penderita mengeluh adanya benjolan pada payudara kanan
yang dialami sejak September 2013. awalnya dirasakan benjolan pada payudara
kanan sebesar biji jagung yang membesar perlahan hingga sebesar bola tennis.
Kemudian dalam 2 minggu terakhir, payudara membesar disertai kemerahan dan
terkadang nyeri disertai perubahan tekstur kulit. Hal ini sesuai dengan gambaran
klinis dari karsinoma mamma, yaitu 1. adanya massa tumor pada payudara, 2.
adanya perubahan kulit berupa tanda lesung, perubahan kulit jeruk (pada pasien ini
terdapat perubahan tekstur kulit menyerupai kulit jeruk, hal ini disebabkan ketika
vasa limfatik subkutis tersumbat sel kanker, hambatan drainase limfe menyebabkan
udem kulit, folikel rambut tengelam ke bawah tampak sebagai “tanda kulit jeruk”. (3)) dan nodul satelit kulit Invasi dan ulserasi kulit, dan perubahan inflamatorik
(pada pasien ini, seluruh region mamma dextra tampak hiperemis tetapi tidak
edem. Hal ini terjadi karena adanya tanda peradangan pada mamma tersebut.), 3.
Perubahan papilla mamma berupa retraksi, distorsi papilla mamma yang umumnya
terjadi akibat tumor menginvasi jaringan subpapilar. Selain itu, usia penderita yang
sudah 60 tahun, pasien mulai mengalami menopause pada usia 57 tahun, dan pasien
melahirkan anak pertama umur 35 tahun, tetapi tidak menyusui dan pernah
7
![Page 8: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/8.jpg)
menggunakan KB dimana semua itu, merupakan faktor resiko terjadinya karsinoma
mamma.
Pada pemeriksaan fisik di regio mamma dextra, didapatkan mammae
asimetris, tampak permukaan kulit berwarna hiperemis disekitar areola, edema
tidak ada, hematom tidak ada. Papil dan areola mamma dextra tampak. Tidak ada
luka, peau de orange ada dan dimpling tidak ada. Teraba massa, ukuran ± 8 cm x 5
cm x 5 cm, konsistensi padat keras, terfiksasi dengan kulit, tidak terfiksasi dengan
rongga dada, nyeri tekan tidak ada. Teraba massa pada regio axillaris dextra ukuran
2x1 cm, tidak ada nyeri. (pembesaran kelenjar limfe aksila ipsilateral dapat soliter
atau multipel, pada awalnya mobile, kemudian dapat saling berkoalesensi atau
adhesi dengan jaringan sekitarnya. Dengan perkembangan penyakit, kelenjar limfe
supraklavikula juga dapat menyusul membesar. (1)). Berdasarkan kalsifikasi TNM,
klinis pada penderita ini:
T4b : Tumor dengan ukuran berapa pun dengan infiltrasi / ekstensi pada
dinding dada atau kulit (Ukuran: 5 x 6 cm, terdapat 1 nodul satelit
pada mamma dextra, kuadran kanan bawah lateral)
N1 : Kanker telah menyebar ke kelenjar aksila ipsilateral dan dapat
digerakkan
Mx : Metastasis jauh belum dapat dinilai
Untuk membantu menegakkan diagnosis dibutuhkan pemeriksaan penunjang.
Pada karsinoma mamma, pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan / diharuskan
adalah mamografi dan USG mamma, foto thoraks, dan USG abdomen. (1) Pada
pasien ini, pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah Foto Thoraks PA / AP
(21 Maret 2014, kesan: Cor dan pulmo normal, tidak tampak tanda-tanda
metastasis pada foto thorax ini ), USG Abdomen (19 Maret 2014, kesan Nodul
soliter lobus kanan hepar susp. fokal fatty liver DD/ metastasis) dan
pemeriksaan PA berupa sitologi (FNA, 26 sep 2013, kesimpulan:
Adenocarcinoma mammae dextra).
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dari pasien,
maka didiagnosis dengan Ca mamma dextra Ca mammae dextra cT4bN1Mx,
8
![Page 9: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/9.jpg)
Stadium IIIB, Karnofsky 80% karena pasien tidak perlu perawatan khusus, tetapi
memiliki beberapa keluhan atau gejala.
Tidakan atau pengobatan yang dapat dilakukan pada kasus ini berdasarkan
kepustakaan untuk stadium IIIB adalah tindakan bedah. Rencana terapi pada pasien
ini adalah biopsy insisi, Modified Radical Mastectomy (MRM) dan kemoterapi.
9
![Page 10: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/10.jpg)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat
dan tidak terkendali.Kanker payudara adalah karsinoma yang berasal dari duktus
atau lobulus payudara.1,2
Karsinoma mammae merupakan salah satu tumor ganas paling sering
ditemukan pada wanita. Kebanyakan pada usia setengah baya dan lansia. Jarang
terjadi pada usia kurang dari 30 tahun, sedangkan yang kurang dari 20 tahun sangat
jarang. Belakangan ini insiden karsinoma mammae cenderung meningkat,
sedangkan mortalitas cenderung menurun. Penyebab pasti meningkatnya insiden
belum jelas, ada yang berpendapat berkaitan dengan meningkatnya taraf hidup dan
perubahan pola hidup. Penyebab utama menurunnya mortalitas karsinoma
mammae mencakup intervensi terhadap faktor risiko karsinoma mammae,
meluasnya penapisan masal dengan foto mammae serta kemajuan terapi karsinoma
mammae.1
II. EPIDEMIOLOGI
Lebih dari 25 tahun terakhir, insiden kanker payudara meningkat secara
global, dengan angka kejadian tertinggi ditemukan di negara-negara barat.
Perubahan pola reproduksi, peningkatan modalitas screening, perubahan pola
makan dan kurangnya olahraga menjadi alasan peningkatan insiden ini.2
Meskipun insiden kanker payudara terus meningkat secara global, tetapi
angka kematian akibat kanker payudara mulai menurun, khususnya pada negara-
negara industri. Pada tahun 2002, insiden kanker payudara pada wanita sangat
bervariasi, di Mozambique terjadi 3,9 kasus per 100.000 wanita, sementara di
Amerika Serikat terjadi 101,1 kasus per 100.000 wanita. Pada tahun 2008,
American Cancer Society (ACS) memperkirakan telah terjadi hampir 1,4 juta kasus
kanker payudara invasif baru di dunia.2
10
![Page 11: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/11.jpg)
Di Indonesia sendiri, insiden kanker payudara cukup tinggi. Data Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Moewardi Surakarta menggambarkan keadaan
morbiditas pasien rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit dengan penyakit kanker
payudara selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005
jumlah kasus kanker payudara adalah 2821 kasus, tahun 2006 sebanyak 5141 kasus
dan pada tahun 2007 sebanyak 6380 kasus.1
Kanker payudara kebanyakan terjadi pada usia setengah baya dan lansia.
Jarang terjadi pada usia kurang dari 30 tahun. Data dari China hanya menemukan 3
kasus berusia kurang dari 20 tahun. Menurut analisis data dari 6263 kasus di RS
Kanker Universitas Zhingshan, rentang usia pasien adalah 17-90 tahun, usia median
47 tahun, dihitung dengan selang usia 5 tahun, pasien terbanyak berusia 45-49
tahun (25,2%), disusul 40-44 tahun (15,8%), dan 54-59 tahun (15,6%).1
III. ANATOMI
Mammae terdiri dari 15 sampai 20 lobus, beberapa lebih besar daripada
yang lainnya, berada dalam fascia superficial, dimana dihubungkan secara bebas
dengan fascia sebelah dalam.Lobus-lobus ini beserta duktusnya adalah kesatuan
dalam anatomi, bukan kesatuan dalam bedah.Antara fascia superficial dan yang
sebelah dalam terdapat ruang retromammary (submammary) yang mana kaya akan
limfatik.3
Lobus-lobus parenkim beserta duktusnya tersusun secara radial berkenaan
dengan posisi dari papilla mammae, sehingga duktus berjalan sentral menuju
papilla seperti jari-jari roda berakhir secara terpisah di puncak dari papilla.Segmen
dari duktus dalam papilla merupakan bagian duktus yang tersempit. Oleh karena
itu, sekresi atau pergantian sel-sel cenderung untuk terkumpul dalam bagian
duktus yang berada dalam papilla, mengakibatkan ekspansi yang jelas dari duktus
dimana ketika berdilatasi akibat isinya dinamakan lactiferous sinuse .Pada area
bebas lemak di bawah areola, bagian yang dilatasi dari duktus laktiferus
(lactiferous sinuses) merupakan satu-satunya tempat untuk menyimpan susu. 3
Ligamentum suspensori Cooper membentuk jalinan yang kuat, pita
jaringan ikat berbentuk ireguler menghubungkan dermis dengan lapisan dalam
dari fascia superfisial, melewati lobus-lobus parenkim dan menempel ke elemen
parenkim dan duktus. Dengan adanya invasi keganasan, sebagian dari ligamentum
11
![Page 12: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/12.jpg)
Cooper akan mengalami kontraksi, menghasilkan retraksi dan fiksasi atau lesung
dari kulit yang khas. Ini berbeda dengan penampilan kulit yang kasar dan ireguler
yang disebut peau d'orange, dimana pada peau d'orange perlekatan subdermal
dari folikel-folikel rambut dan kulit yang bengkak menghasilkan gambaran
cekungan dari kulit. 1
12
![Page 13: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/13.jpg)
Gambar 1 Anatomi Payudara
(dikutip dari kepustakaan 4)
Vaskularisasi.Suplai darah pada payudara berasal dari arteri mammaria
interna (arteri thoracalis interna) dan arteri thoracalis lateralis.Kedua arteri ini
berasal dari arteri axillaris dan kemudian memperdarahi payudara dari arah
superomedial dan superolateral. Cabang dari masing-masing arteri ini akan
saling beranastomosis. Arteri mammaria interna kemudian ke arah posterior
membentuk arteri interkostalis dan cabang dari arteri interkostalis yang disebut
rami perforantes memperdarahi lapisan profunda dari payudara.8
Vena dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yakni vena superficial dan
profunda.Vena superfisial terletak di subkutis, mudah tampak, bermuara ke vena
mammaria interna atau vena superfisial leher.Vena profunda berjalan seiring
dengan arteri yang senama, secara terpisah bermuara ke vena aksilaris, vena
mamaria interna dan vena azigos atau vena hemizigos.Yang perlu diperhatikan
adalah vena interkostales dan pleksus venosus vertebra saling
berhubungan.Pleksus venosus vertebra tidak memiliki katup sehingga
bertekanan rendah, darah di dalam vena vertebra sebelum bermuara ke vena
cava dapat mengalir bolak balik sesuai perubahan tekanan pada vena tersebut.
Oleh karena itu, sel kanker dari payudara dapat bermetastasis melalui vena
interkostal masuk ke sistem vena vertebral, dan sebelum masuk ke vena kava
dapat mengalir ke segmen superior os femur, pelvis, vertebra, scapula, cranium
13
![Page 14: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/14.jpg)
dan tempat lain. Secara klinis disebut metastasis sistem vena interkostal-
vertebral. 1
Drainase Limfe. Saluran limfe kelenjar mammae terutama berjalan
mengikuti vena kelenjar mammae, drainasenya terutama melalui: (1) bagian
lateral dan sentral masuk ke kelenjar limfe fossa aksilaris, (2) bagian medial
masuk ke kelenjar limfe mammaria interna. Pelru diperhatikan bahwa drainase
limfe kelenjar mammae tidak memiliki batas absolut, ditambah lagi terdapat
anastomosis antara kelenjar-kelenjar limfe tersebut.Cairan limfe bagian medial
dapat mengalir ke kelenjar limfe fossa aksilaris, bagian lateral dapat mengalir ke
kelenjar limfe mammaria interna.Tetapi secara keseluruhan kelenjar limfe fosa
aksilaris menerima sekitar 75% dari drainase limfe kelenjar mamma, sedangkan
kelenjar limfe mammaria interna hanya sekitar 20-25%.Selain itu, saluran limfe
subkutis kelenjar mammae umumnya masuk ke pleksus limfatik subareolar. Jika
drainasenya terhambat dapat menimbulkan edema dermal dan memberikan
gambaran peau d’ orange.1
Adapun untuk keperluan staging perlu diketahui pembagian kelenjar getah
bening regional pada payudara, yakni6:
1. Aksilar (ipsilateral) : KGB interpektoral (Rotter’s) dan KGB sepanjang vena
aksilaris dan cabang-cabangnya di bagi kedalam beberapa level :
a.Level I (Low axilla) : KGB terletak di sisi lateral dari otot pektoralis minor.
b. Level II (Mid axilla) : KGB terletak sisi lateral dan medial otot pektoralis
minor dan interpektoral ( Rotter’s node ).
c.Level III (Apical axilla) : KGB terletak di sisi medial otot pektoralis minor.
2. Mammari interna (ipsilateral) : KGB terletak di celah interkostal sepanjang
tepi sternum di dalam fasia endotorasik.
3. Supraklavikular : KGB di fossa supraklavikular yang didefinisikan sebagai
suatu segitiga yang di bentuk oleh otot omohioideus dan tendon (batas
superior dan lateral), vena jugular interna (batas medial), klavikula dan vena
subklavia (batas bawah). KGB yang terlibat diluar area segitiga tersebut
dianggap sebagai KGB “lower cervical” (M1).
14
![Page 15: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/15.jpg)
Persarafan. Glandula mammae dipersarafi oleh nervi interkostal ke 2-6 dan
3-4 yang merupakan cabang dari pleksus servikalis. Sedangkan saraf yang
berkaitan erat dengan terapi bedah pada carcinoma mammae adalah : (1) Nervus
torakalis lateralis yang terletak di tepi medial m. pektoralis minor melintasi anterior
vena aksilaris berjalan ke bawah masuk ke permukaan dalam m. pektoralis mayor.
(2) Nervus torakalis medialis, terletak sekitar 1 cm di lateral dari nervus torakalis
lateralis, tidak melintasi vena aksilaris berjalan ke bawah masuk ke m. pektoralis
minor dan m. pektoralis mayor. (3) Nervus torakalis longus dari pleksus servikalis
menempel rapat pada dinding toraks berjalan ke bawah, mempersarafi m. seratus
anterior. (4) Nervus torakalis dorsalis dari pleksus brakialis. Berjalan bersama
pembuluh darah subskapularis, mempersarafi m. subskapularis dan m. teres mayor.1
IV. FISIOLOGI
Fase perkembangan payudara timbul sebagai hasil efek mamotropik sekresi
hormon ovarium dan hipofisis anterior, dimana payudara mengalami tiga macam
perubahan yang dipengaruhi hormon:1
Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas,
masa fertilisasi, sampai ke klimakterium dan menopouse. Sejak pubertas
pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang di produksi ovarium dan juga
hormon hipofisa telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi, sekitar hari
ke-8 menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum
menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang – kadang timbul
benjolan yang tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara
menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik terutama palpasi tidak
mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto mamogram tidak berguna
karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya
berkurang.
Perubahan yang terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara
menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi dan
tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu
15
![Page 16: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/16.jpg)
laktasi. Air susu di produksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian
dikeluarkan melaui duktus ke puting susu.
V. FAKTOR RESIKO
Penyebab secara pasti belum diketahui.Namun resiko untuk menderita kanker
payudara meningkat pada orang yang mempunyai faktor risiko.Yang termasuk
faktor risiko kanker payudara adalah:3,6
a. Faktor risiko kanker payudara yang tidak dapat diubah
Jenis kelamin
Perempuan adalah faktor risiko utama untuk mengalami kanker
payudara.Laki-laki dapat mengalami kanker payudara, tetapi penyakit ini
sekitar 100 kali lebih umum di kalangan perempuan dibandingkan laki-
laki.Hal ini mungkin karena laki-laki memiliki lebih sedikit hormon estrogen
dan progesteron, yang dapat mencetuskan pertumbuhan sel kanker payudara.
Penuaan
Resiko terkena kanker payudara meningkat seiring bertambahnya usia.
Sekitar 1 dari 8 kanker payudara invasif ditemukan pada perempuandi bawah
usia 45 tahun, sementara sekitar 2 dari 3 kanker payudara invasif ditemukan
pada perempuandengan usia 55 tahun atau lebih.
Faktor risiko genetik
Sekitar 5% sampai 10% dari kasus kanker payudara dianggap bersifat
herediter, yang dihasilkan secara langsung dari defek gen (disebut mutasi)
yang diwarisi dari orangtua. Penyebab kanker payudara herediter yang
paling umum adalah mewarisi mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2. Dalam
sel normal, gen-gen ini membantu mencegah kanker dengan membuat
protein yang membantu menjaga sel-sel dari pertumbuhan yang tidak
normal. Jika seseorang mewarisi salinan gen mutasi dari salah satu orang
tua, ia memiliki risiko tinggi untuk mengalami kanker payudara selama
kehidupannya. Perubahan dalam gen lain,mutasi gen yang lain juga dapat
menyebabkan kanker payudara yang diwariskan. Mutasi gen-gen ini lebih
jarang terjadi dan seringkali tidak meningkatkan risiko kanker payudara
sebanyak gen BRCA.
16
![Page 17: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/17.jpg)
Riwayat kanker payudara dalam keluarga
Risiko kanker payudara lebih tinggi pada perempuan yang memiliki
hubungan darah dekat dengan orang yang menderita penyakit ini.Memiliki
satu kerabat tingkat pertama (ibu, saudara perempuan, atau anak perempuan)
dengan kanker payudara meningkatkan risiko seorang perempuan sebanyak
hampir dua kali lipat.Memiliki 2 kerabat tingkat pertama meningkatkan
risiko menjadi sekitar 3 kali lipat.
Riwayat kanker payudara pribadi
Seorang perempuan dengan kanker pada satu payudara memiliki
peningkatan risiko 3 hingga 4 kali lipat untuk mendapatkan kanker baru pada
payudara yang lain atau di bagian lain dari payudara yang sama. Hal ini
berbeda dengan rekurensi dari kanker pertama.
Ras dan etnis
Secara keseluruhan, perempuan kulit putih sedikit lebih mungkin untuk
mengalami kanker payudara daripada perempuan Afrika-Amerika, tetapi
perempuan Afrika-Amerika lebih mungkin untuk meninggal akibat kanker
ini. Namun, pada perempuan di bawah usia 45 tahun, kanker payudara lebih
umum pada perempuan Afrika-Amerika. Perempuan Asia, Hispanik, dan
penduduk asli Amerika memiliki risiko lebih rendah untuk mengalami dan
meninggal akibat kanker payudara.
Jaringan payudara yang padat
Payudara terdiri dari jaringan lemak, jaringan fibrosa, dan jaringan
glandular.Seseorang dikatakan memiliki payudara yang padat (pada
mammogram) ketika memiliki lebih banyak jaringan glandular dan jaringan
fibrosa, dan lebih sedikit jaringan lemak.Perempuan dengan payudara yang
padat memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena kanker payudara
dibandingkan perempuan dengan payudara yang kurang padat. Sejumlah
faktor dapat mempengaruhi kepadatan payudara, seperti usia, status
menopause, penggunaan obat-obatan (seperti terapi hormon menopause),
kehamilan, dan genetik.
Periode menstruasi
17
![Page 18: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/18.jpg)
Perempuan yang memiliki lebih banyak siklus menstruasi karena
mengalami menstruasi lebih awal (Sebelum usia 12) dan/atau terlambat
mengalami menopause (setelah usia 55) memiliki risiko sedikit lebih
tinggiuntuk menderita kanker payudara. Peningkatan risiko mungkin karena
paparan yang lebih lama terhadap hormon estrogen dan progesteron.
Radiasi dada sebelumnya
Perempuan yang saat anak-anak atau dewasa muda diobati dengan terapi
radiasi ke daerah dada untuk kanker lain (seperti penyakit Hodgkin atau
limfoma non-Hodgkin) memiliki peningkatan risiko secara signifikan untuk
menderita kanker payudara. Hal ini bervariasi dengan usia pasien ketika
mendapatkan radiasi. Jika kemoterapi juga diberikan, mungkin telah
menghentikan produksi hormon ovarium untuk beberapa waktu, sehingga
menurunkan risiko.Risiko menderita kanker payudara akibat radiasi paling
tinggi jika radiasi diberikan selama masa remaja, ketika payudara masih
berkembang. Terapi radiasi setelah usia 40 tampaknya tidak meningkatkan
risiko kanker payudara.
Paparan dietilstilbestrol (DES)
Dari tahun 1940-an hingga awal 1970-an beberapa perempuan hamil
diberi obat seperti estrogen yang disebut DES karena dianggap menurunkan
kemungkinan mereka untuk mengalami keguguran. Perempuan-perempuan
ini memiliki sedikit peningkatan risiko untuk terkena kanker
payudara.Perempuan yang ibunya menggunakan DES selama kehamilan
juga mungkin memiliki risiko sedikit lebih tinggiuntuk mengalami kanker
payudara.
b. Faktor risiko kanker payudara yang berkaitan dengan gaya hidup
Memiliki anak
Perempuan yang tidak memiliki anak atau yang memiliki anak pertama
mereka setelah usia 30 memilikirisiko sedikit lebih tinggi untuk menderita
kanker payudara. Mengalami banyak kehamilan dan hamil pada usia dini
menurunkan risiko kanker payudara. Kehamilan mengurangi jumlah total
18
![Page 19: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/19.jpg)
siklus menstruasi seorang perempuan dalam kehidupannya, yang mungkin
menjadi alasan untuk efek ini.
Keluarga berencana
Penelitian telah menemukan bahwa perempuan yang menggunakan
kontrasepsi oral (Pil KB) memiliki risiko sedikit lebih besar untuk terkena
kanker payudaradibandingkan perempuan yang tidak pernah menggunakan
kontrasepsi oral.Depot-medroksiprogesteron asetat(DMPA, Depo-Provera)
adalah bentuk progesteron injeksi yang diberikan setiap 3 bulan sekali untuk
keluarga berencana.
Menyusui
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui mungkin sedikit
menurunkan risiko kanker payudara, terutama jika berlangsung selama 1 ½
sampai 2 tahun.Karena menyusui mengurangi jumlah siklus menstruasi total
dalam kehidupan seorang perempuan (sama seperti terlambat memulai siklus
menstruasi atau mengalami menopause dini).
Alkohol
Konsumsi alkohol jelas terkait dengan peningkatan risiko mengalami
kanker payudara.Perempuan yang memiliki 2 hingga 5 minuman beralkohol
sehari memiliki risiko sekitar 1 ½ kali dibandingkan perempuan yang tidak
mengkonsumsi alkohol.
Kelebihan berat badan atau obesitas
Kelebihan berat badan atau obesitas setelah menopause telah ditemukan
meningkatkan risiko kanker payudara.Sebelum menopause ovarium
menghasilkan sebagian besar estrogen, dan jaringan lemak menghasilkan
sejumlah kecil estrogen.Setelah menopause (ketika ovarium berhenti
membuat estrogen), sebagian besar estrogen berasal dari jaringan
lemak.Memiliki lebih banyak jaringan lemak setelah menopause dapat
meningkatkan kemungkinan untuk menderita kanker payudara karena terjadi
peningkatan kadar estrogen.
Aktivitas fisik
Semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa aktivitas fisik dalam
bentuk latihan mengurangi risiko kanker payudara. Dalam satu penelitian
19
![Page 20: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/20.jpg)
dari Women’s Health Initiative, jalan cepat minimal 1 ¼ sampai 2 ½ jam per
minggu mengurangi risiko sebesar 18%. Berjalan 10 jam seminggu
mengurangi risiko sedikit lebih banyak. Untuk mengurangi risiko kanker
payudara, American Cancer Society merekomendasikan aktivitas fisik yang
disengaja dalam 45 sampai 60 menit, 5 hari atau lebih dalam seminggu.
VI. PATOGENESIS
Prinsip dasar terjadinya karsinogenesis adalah sebagai berikut8:
1. Karsinogenesis berawal dengan adanya suatu kerusakan genetik nonletal.
Kerusakan atau mutasi genetik semacam ini mungkin didapat akibat pengaruh
lingkungan seperti zat kimia, radiasi, virus atau diwariskan dalam sel
germinativum.
2. Tiga kelas gen regulatorik normal, yakni protoonkogen yang mendorong
pertumbuhan, gen penekan kanker (tumor suppressor gene) yang menghambat
pertumbuhan, dan gen yang mengatur kematian sel terencana (apoptosis)
menjadi sasaran utama pada kerusakan genetik.
3. Selain ketiga gen tersebut, ada gen lain yang bekerja memperbaiki kerusakaan
DNA. Gen ini memengaruhi proliferasi atau kelangsungan hidup sel secara
tidak langsung dengan memengaruhi kemampuan organisme memperbaiki
kerusakan non letal di gen lain, termasuk protoonkogen, gen penekan tumor,
dan gen pengendali apoptosis. Kerusakan pada gen yang memperbaiki DNA
dapat memudahkan terjadinya mutasi luas di genom dan transformasi
neoplastik.
20
![Page 21: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/21.jpg)
Gambar 2. Karsinogenesis yang berawal dari kerusakan DNA
(dikutip dari kepustakaan 8)
Sel tumor akan mengikuti aliran darah dan ketika tiba pada jaringan yang
sesuai, sel tumor akan berproliferasi dengan cepat dan sulit untuk dikendalikan.
Setiap sel tumor memiliki kecenderungan untuk bermetastasis ke jaringan
tertentu.Carsinoma mammae cenderung bermetastasis ke tulang (20-60%), loko
regional: kelenjar getah bening regional, payudara kontralateral dan dinding dada
(20-40%), patu-paru atau pleura (15-25%), hati (10-25%), dan otak (5-10%).8
Penyebaran kanker payudara dapat terjadi melalui berbagai jalur, yakni6:
a. Invasi Lokal
Kanker payudara sebagian besar timbul dari epitel duktus kelenjar.Tumor
mulanya menjalar dalam duktus, lalu menginvasi dinding duktus dan
sekitarnya, ke anterior mengenai kulit, ke posterior mengenai m. pektoralis
hingga dinding toraks.
b. Metastasis hematogen
Sel kanker dapat melalui saluran limfatik akhirnya masuk ke pembuluh darah
atau dapat langsung menginvasi masuk ke pembuluh darah melalui vena kava
atau sistem vena interkostal-vertebral, hingga menimbulkan metastasis
hematogen.
c. Metastasis melalui sistem limfe
Metastasis tersering karsinoma mammae adalah ke kelenjar limfe aksilar, tetapi
kelenjar limfe mammatia interna juga merupakan jalur penting metastasis.
Menurut observasi klinik patologik, bila tumor terletak di sisi medial payudara
21
![Page 22: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/22.jpg)
dan kelenjar limfe aksilar positif, angka metastasis kelenjar limfe mammaria
interna adalah 50%, jika kelenjar limfe aksilar negative maka angka metastasis
ke kelenjar mammaeri interna hanya 15%. Hal ini terjadi karena vasa limfatik
kelenjar mammae saling beranastomosis.Metastasis di kelenjar limfe aksilar
dan mammaria interna dapat lebih lanjut bermetastasis ke kelenjar limfe
supraklavikular.
VII. GEJALA KLINIS
a. Massa tumor, sebagian besar bermanifestasi sebagai massa mamae yang tidak
nyeri. Lokasi massa kebanyakan di kuadran lateral atas, umumnya lesi soliter,
konsistensi agak keras, batas tidak tegas, permukaan tidak licin, mobilitas
kurang (pada stadium lanjut dapat terfiksasi ke dinding toraks). Massa
cenderung membesar bertahap, dalam beberapa bulan bertambah besar secara
jelas.1
b. Perubahan kulit
1) Tanda lesung: ketika tumor mengenai ligament glandula mamae, ligament
itu memendek hingga kulit setempat menjadi cekung.
2) Perubahan kulit jeruk (peau d’ orange): ketika vasa limfatik subkutis
tersumbat sel kanker, hambatan drainase limfe menyebabkan udem kulit,
folikel rambut tengelam ke bawah tampak sebagai “tanda kulit jeruk”.
3) Nodul satelit kulit: ketika sel kanker di dalam vasa limfatik subkutis
masing-masing membentuk nodul metastasis, disekitar lesi primer dapat
muncul banyak nodul tersebar, secara klinis disebut “tanda satelit”.
4) Invasi, ulserasi kulit: ketika tumor menginvasi kulit, tampak perubahan
berwarna merah atau merah gelap. Bila tumor terus bertambah besar, lokasi
itu dapat menjadi iskemik, ulserasi membentuk bunga terbalik, ini disebut
“tanda kembang kol”.
5) Perubahan inflamatorik: secara klinis disebut “karsinoma mamae
inflamatorik”, tampil sebagai keseluruhan kulit mamae berwarna merah
bengkak. Mirip peradangan, dapat disebut “tanda peradangan”. Tipe ini
sering ditemukan pada kanker mamae waktu hamil atau laktasi. 1
c. Perubahan papilla mamae
22
![Page 23: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/23.jpg)
1) Retraksi, distorsi papilla mamae: umumnya akibat tumor menginvasi
jaringan subpapilar.
2) Secret papilar (umumnya sanguineus): sering karena karsinoma papilar
dalam duktus besar atau tumor mengenai duktus besar.
3) Perubahan eksematoid: merupakan manifestasi spesifik dari kanker
eksematoid (penyakit paget). Klinis tampak areola, papilla mamae tererosi,
berkrusta, secret, deskuamasi, sangat mirip eksim. 1
d. Pembesaran kelenjar limfe regional: pembesaran kelenjar limfe aksila
ipsilateral dapat soliter atau multipel, pada awalnya mobile, kemudian dapat
saling berkoalesensi atau adhesi dengan jaringan sekitarnya. Dengan
perkembangan penyakit, kelenjar limfe supraklavikula juga dapat menyusul
membesar. 1
VIII. STATUS PENAMPILAN
Status penampilan terdiri dari :
a. Status Karnofsky :
Derajat Tingkat Aktivitas
100% Mampu melaksanakan aktivitas normal, tanpa keluhan/tidak
ada kelainan.
90% Tidak perlu perawatan khusus, keluhan gejala minimal.
80% Tidak perlu perawatan khusus, dengan beberapa keluhan /
gejala.
70% Tidak mampu bekerja, mampu merawat diri.
60% Kadang perlu bantuan tetapi umumnya dapat melakukan untuk
keperluan sendiri.
50% Perlu bantuan dan umumnya perlu obat-obatan.
40% Tidak mampu merawat diri, perlu bantuan dan perawatan
khusus.
30% Perlu pertimbangan rawat di RS.
20% Sakit berat, perlu perawatan RS.
10% Mendekati kematian.
0% Meninggal dalam iman ( Dying in dignity )
23
![Page 24: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/24.jpg)
b. Status Penampilan WHO:
Derajat Tingkat Aktivitas
0 Baik, dapat bekerja normal.
1 Cukup, tidak dapat bekerja berat,ringan bisa.
2 Lemah, tidak dapat bekerja,tapi dapat jalan & merawat diri
sendiri 50% dari waktu sadar.
3 Jelek, tidak dapat jalan,dapat bangun & rawat diri sendiri,perlu
tiduran > 50% waktu sadar
4 Jelek sekali : tidak dapat bangun & rawat diri sendiri,hanya
tiduran saja.
c. Skala ECOG
Derajat Tingkat Aktivitas
0 Aktif, mampu melakukan semua aktivitas seperti pada saat
sebelum sakit (Karnofsky 90-100)
1 Mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-hari seperti pekerjaan
rumah, pekerjaan kantor dsb (Karnofsky 70-80)
2 Mampu merawat diri sendiri tetapi tidak mampu bekerja ringan
sehari-hari (lebih dari 50% jam kerja dan sesuai dengan
Karnofsky 50-60)
3 Dalam batas tertentu mampu merawat diri sendiri, sebagian besar
berada diatas tempat tidur atau kursi (Lebih dari 50% jam kerja
dan sesuai dengan Karnofsky 30-40)
4 Tidak mampu berbuat apa-apa hanya tidur atau duduk di tempat
tidur, kursi (Karnofsky 10-20)
IX. STADIUM KLINIS
24
![Page 25: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/25.jpg)
Klasifikasi sistim TNM yang direkomendasikan oleh UICC (International
Union Against Cancer) atau AJCC (American Joint Committee On Cancer). Pada
sistem TNM ini dinilai tiga faktor utama, yaitu :7
Tumor itu sendiri. Seberapa besar ukuran tumornya dan dimana lokasinya (T,
Tumor)
Kelenjar getah bening di sekitar tumor. Apakah tumor telah menyebar
kekelenjar getah bening disekitarnya (N, Node)
Kemungkinan tumor telah menjalar ke organ lain (M, Metastasis)
Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut :7
T (Tumor size), ukuran tumor
Ukuran tumor
(T)
Interpretasi
Tx Tumor primet tidak dapat dinilai
T0 Tidak ada buktinya adanya tumor
Tis Lobular carcinoma in situ, ductus carcinoma in
situ, Paget’s disease
Tmic Adanya mikro invasi ≤ 0,1 cm
T1
T1a
T1b
T1c
Diameter ≤ 2 cm
Diameter 0,1 – 0,5 cm
Diameter 0,5 – 1 cm
Diameter 1 – 2 cm
T2 Diameter tumor 2-5 cm
T3 Diameter tumor ≥ 5 cm
T4
T4a
T4b
T4c
T4d
Berapa pun diameternya dengan ekstensi ke
dinding dada atau kulit
Ekstensi ke dinding dada tidak termasuk otot
pektoralis
Edema (termasuk peau d’orange) atau terdapat
ulserasi atau nodul satelit pada payudara yang
sama
Mencakup kedua hal di atas
25
![Page 26: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/26.jpg)
Inflammatory carcinoma
N (Node), kelenjar getah bening regional (KGB) :
LymphNode (N) Interpetasi
Nx Kelenjar getah bening tidak dapat dinilai (misal
sudah diangkat sebelumnya)
N0 Kanker belum menyebar ke limfonodus
N1 Kanker telah menyebar ke kelenjar aksila
ipsilateral dan dapat digerakkan
N2
N2a
N2b
Kanker telah menyebar ke kelenjar aksila
ipsilateral, melekat satu sama lain
(konglomerasi) atau adanya pembesaran kelenjar
mamaria interna ipsilateral tanpa adanya
metastasis ke kelenjar aksila
Metastasis pada kelenjar aksila ipsilateral,
terfiksir, atau berkonglomerasi dengan struktur
sekitar
Metastasis pada kelenjar mamaria interna
ipsilateral tanpa metastasis ke kelenjar aksila
N3
N3a
N3b
N3c
Kanker telah menyebar ke kelenjar limfe
infraklavikularis ipsilateral, atau terdapat
metastasis kelenjar limfe mamaria interna dan
metastasis kelenjar limfe aksilar, atau metastasis
kelenjar limfe supraklavikula ipsilateral
Metastasis ke kelenjar infraklavikula ipsilateral
Metastasis ke kelenjar mamaria interna dan
aksila
Metastasis ke kelenjar supraklavikula
M (Metastasis), penyebaran jauh :
Metastase Interpretasi
26
![Page 27: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/27.jpg)
Mx Metastasis jauh belum dapat dinilai
M0 Tidak ada metastase ke organ jauh
M1 Metastase organ jauh
Setelah masing-masing faktor T,N,M didapatkan, ketiga faktor tersebut
kemudian digabung dan didapatkan stadium kanker sebagai berikut : 9
Stadium Keterangan Gambar
0
(T0 N0 M0)Disebut Ductal Carsinoma In Situ
atau Non-invasive Cancer. Yaitu
kanker tidak menyebar keluar dari
pembuluh / saluran payudara dan
kelenjar-kelenjar (lobules) susu
pada payudara.
I
(T1 N0
M0)
Tumor masih sangat kecil dan
tidak menyebar serta tidak ada titik
pada pembuluh getah bening.
Tumor dengan garis tengah kurang
dari 2 cm dan belum menyebar
keluar payudara.
IIA
T0 N1 M0 /
T1 N1 M0 /
T2 N0 M0)
- Tidak ada benjolan yang
ditemukan pada payudara, tetapi
kanker ditemukan pada
limfonodi axillaris (kelenjar
limfe dibawah lengan); atau
- Benjolan berukuran 2 cm atau
lebih kecil dan sudah menyebar
ke limfonodi axillaris; atau
- Benjolan lebih besar dari 2 cm
tetapi tidak lebih besar dari 5 cm
27
![Page 28: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/28.jpg)
(antara 2-5 cm) dan tidak
menyebar ke limfonodi axillaris.
IIB
T2 N1 M0/
T3 N0 M0
- 2-5 cm dan sudah menyebar
pada limfonodi axillaris; atau
- Lebih besar dari 5 cm tapi
belum menyebar ke limfonodi
axillaris.
IIIA
T0 N2 M0 /
T1 N2 M0 /
T2 N2 M0 /
T3 N1 M0 /
T2 N2 M0
Tidak ada benjolan yang
ditemukan di payudara. Kanker
ditemukan di limfonodi axillaris
yang saling berdekatan satu sama
lain atau pada jaringan lainnya,
atau bisa juga ditemukan pada
limfonodi sekitar tulang dada
atau :
- Benjolan berukuran 2 cm atau
lebih kecil. Kanker ditemukan di
limfonodi axillaris yang saling
berdekatan satu sama lin atau
pada jaringan lainnya, atau bisa
juga ditemukan pada limfonodi
sekitar tulang dada; atau
- Benjolan berukuran 2-5 cm.
Kanker sudah menyebar ke
limfonodi axillaris yang saling
berdekatan satu sama lain atau
pada jaringan lainnya, atau
kanker mungkin sudah
menyebar ke limfonodi sekitar
tulang dada; atau
28
![Page 29: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/29.jpg)
- Benjolan lebih besar dari 5 cm.
Kanker sudah menyebar ke
limfonodi axillaris yang saling
berdekatan satu sama lain atau
pada jaringan lainnya, atau
kanker mungkin sudah
menyebar ke limfonodi sekitar
tulang dada.
IIIB
T4 N0 M0 /
T4 N1 M0 /
T4 N2 M0
Benjolan bisa sebesar apapun dan
kanker :
- Sudah menyebar ke dinding
dada dan/atau kulit payudara;
dan
- Mungkin sudah menyebar ke
limfonodi axillaris yang saling
berdekatan satu sama lain atau
pada jaringan lainnya, atau
kanker mungkin sudah
menyebar ke limfonodi sekitar
tulang dada
Kanker yang sudah menyebar ke
kulit payudara disebut kanker
payudara inflamatorik
(Inflammatory Breast Cancer)
IIIC
Tiap T N3
M0
Pada stadium ini, terdapat kanker
payudara ataupun benjolan dalam
berbagai ukuran dan mungkin
sudah menyebar ke dinding dada
dan/atau kulit payudara.
29
![Page 30: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/30.jpg)
IV
Tiap T-Tiap
N -M1
Kanker sudah menyebar ke organ
lain tubuh, yang paling sering
adalah ke tulang, hati, atau otak
X. DIAGNOSIS
Untuk sampai kepada diagnosis kanker payudara diperlukan:7
1. Anamnesis :
a. Keluhan di payudara atau ketiak dan riwayat penyakitnya.
* Benjolan
* Kecepatan tumbuh
* Rasa sakit
* Nipple discharge
* Nipple retraksi dan sejak kapan
* Krusta pada areola
* Kelainan kulit: dimpling, peau d’orange, ulserasi, venektasi
* Perubahan warna kulit
* Benjolan ketiak
* Edema lengan
b. Keluhan ditempat lain berhubungan dengan metastasis, al :
30
![Page 31: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/31.jpg)
* Nyeri tulang (vertebra, femur)
* Rasa penuh di ulu hati
* Batuk
* Sesak
* Sakit kepala hebat, dll
c. Faktor-faktor risiko
* Usia penderita
* Usia melahirkan anak pertama
* Punya anak atau tidak
* Riwayat menyusukan
* Riwayat menstruasi
* menstruasi pertama pada usia berapa
* keteraturan siklus menstruasi
* menopause pada usia berapa
* Riwayat pemakaian obat hormonal
* Riwayat keluarga sehubungan dengan kanker payudara atau kanker
lain.
* Riwayat pernah operasi tumor payudara atau tumor ginekologik
* Riwayat radiasi dinding dada
2. Pemeriksaan fisik :
Inspeksi.Pasien dapat dalam posisi duduk dan meletakkan kedua
tangannya di pinggang. Posisi ini akan menyebabkan muskulus pektoralis
major berkontraksi dan memudahkan identifikasi payudara jika ada payudara
yang asimetris.22 Ketika melakukan inspeksi, dokter harus mengamati seluruh
sisi dari payudara dan menilai ada tidaknya payudara asimetris, perubahan
warna kulit, retraksi, dimpling dan nipple discharge, perubahan kulit berupa
peau d’orange, ulserasi dan nodul satelit.10
Palpasi.Penderita berbaring dan diusahakan agar payudara jatuh tersebar
rata di atas lapangan dada, jika perlu bahu atau punggung diganjal dengan
bantal kecil terutama pada penderita yang payudaranya besar.Palpasi
dilakukan dengan mempergunakan falang distal jari II, III dan IV yang
31
![Page 32: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/32.jpg)
dikerjakan secara sistematis mulai dari kranial setinggi iga kedua sampai ke
distal setinggi iga keenam, juga dilakukan pemeriksaan daerah sentral
subareolar dan papil.Palpasi juga dapat dilakukan dari tepi ke sentral
(sentrifugal) berakhir di daerah papil. Pemeriksaan dengan menekan daerah
sekitar papil dilakukan jika ada keluhan nipple discharge.22 Payudara kudran
superolateral dan area disekitar areola dan papilla mammae sebaiknya
diperiksa dengan seksama, karena merupakan area yang paling sering terjadi
carcinoma mammae.10
Berikut adalah teknik pemeriksaan kelenjar getah bening regional:1
Aksila. Sebaiknya dalam posisi duduk karena dalam posisi ini fossa
aksila jatuh ke bawah sehingga mudah untuk diperiksa dan lebih banyak
yang dapat dicapai. Pada pemeriksaan aksila kanan tangan kanan
penderita diletakkan atau dijatuhkan lemas di tangan/bahu kanan
pemeriksa dan aksila diperiksa dengan tangan kiri pemeriksa. Diraba
kelompok KGB mammari eksterna di bagian anterior dan di bawah tepi
m.pektoralis aksila, KGB subskapularis di posterior aksila, KGB sentral
di bagian pusat aksila, dan KGB apikal di ujung atas fossa aksilaris. Pada
perabaan ditentukan ukuran, konsistensi, jumlah, apakah terfiksasi satu
sama lain atau ke jaringan sekitarnya.
Supra dan infraklavikula serta leher utama. Supra dan infraklavikula
serta leher bagian bawah dipalpasi dengan cermat dan teliti, lakukan
palpasi dengan gerakan sirkular.Selain payudara dan KGB, organ lain
yang ikut diperiksa adalah paru, tulang, hepar, dan otak untuk mencari
metastase jauh.
3. Pemeriksaan penunjang :7
Mammografi
Mammografi merupakan suatu pemeriksaan dengan soft tissue teknik
yang dapat mendeteksi 85% kanker payudara.Meskipun 15% kanker
payudara tidak bisa divisualisasikan dengan mammografi, 45% kanker
payudara dapat dilihat pada mammografi sebelum mereka dapat diraba.
Adanya proses keganasan akan memberikan tanda–tanda primer dan
32
![Page 33: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/33.jpg)
sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign,
mikrokalsifikasi, deposit kalsium baik dalam pola mulberrry atau
curvilinear, dan distorsi duktus mamaria. Tanda-tanda sekunder berupa
bertambahnya vaskularisasi, adanya bridge of tumor dan jaringan
fibroglanduler tidak teratur. Mammografi sangat baik digunakan untuk
diagnosis dini dan skrining, hanya saja untuk skrining harganya mahal
sehingga dianjurkan penggunaan yang selektif yaitu untuk wanita-wanita
dengan risiko tinggi. Sensitifitas mammografi sekitar 75% dan
spesifisitasnya hampir 90%.6
Ultrasonografi berguna terutama untuk membedakan lesi padat atau
kistik juga untuk memandu FNAB dan core-needle biopsy. Mammografi
dan USG payudara dilakukan pada tumor yang berukuran < 3cm.6
Pemeriksaan histopatologi jaringan (gold standard)
Pemeriksaan histologi jaringan merupakan cara untuk menegakkan
diagnosis pasti kanker payudara. Bahan pemeriksaan dapat diambil melalui
biopsi eksisional (untuk ukuran tumor < 3cm) atau biopsi insisional (untuk
tumor operabel dengan ukuran > 3cm sebelum operasi definitif dan untuk
tumor yang inoperabel) yang kemudian diperiksa potong beku atau PA.
Untuk biopsi kelainan yang tidak dapat diraba seperti temuan pada
mammografi dapat dilakukan ultrasound atau stereotactic core biopsy yaitu
pungsi dengan jarum besar yang akan menghasilkan suatu silinder jaringan
yang cukup untuk pemeriksaan termasuk teknik biokimia.6
Pemeriksaan sitologi
Pemeriksaan sitopatologi dilakukan dengan FNAB (fine needle
aspiration biopsy). Sensitivitasnya dalam mendiagnosis keganasan
dilaporkan sebesar 90-95% bila tepat cara pengambilan dan diekspertise
oleh ahlinya.6
Pemeriksaan laboratorium
33
![Page 34: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/34.jpg)
Pemeriksaan laboratorium rutin dan kimia darah dilakukan sesuai
dengan perkiraan metastasis misalnya alkali fosfatase dan liver function
tests untuk metastasis ke hepar atau kadar kalsium dan fosfor untuk
metastase tulang. 6
Pemeriksaan metastase jauh
Pemeriksaan lain seperti foto thoraks, bone scanning dan/atau bone
survey, USG abdomen, dan CT scan dilakukan untuk mencari metastasis
jauh. Pemeriksaan yang direkomendasikan oleh PERABOI adalah foto
thoraks dan USG abdomen sedangkan bone scanning dan atau bone survey
(bila sitologi dan atau klinis sangat mencurigakan pada lesi > 5cm) dan CT
scan dilakukan atas indikasi.6
Metastasis di parenkim paru pada foto rontgen memperlihatkan
gambaran coin lesion yang multipel dengan ukuran yang bermacam-
macam. Metastasis dapat pula mengenai pleura yang akan menimbulkan
efusi pleura. Metastasis ke tulang vertebra akan terlihat pada foto rontgen
sebagai gambaran osteolitik/destruksi yang dapat menyebabkan fraktur
patologis.6
Pemeriksaan penanda tumor (tumor marker) dan imunohistokimia
Pemeriksaan kadar CEA dan CA 15-3 mungkin berguna untuk
memantau respon terhadap terapi pada penyakit yang sudah lanjut.
Pemeriksaan imunohistokimia seperti ER, PR, c-erb-2 (HER-2 neu),
cathepsin-D, dan p53 bersifat situasional.6
XI. PENATALAKSANAAN
Operasi 10
Terdapat beberapa jenis operasi untuk terapi yaitu BCS (breast
conserving surgery), simple mastectomy, modified radical mastectomy, dan
radical mastectomy. Pada mastektomi radikal dilakukan pengangkatan
payudara dengan sebagian besar kulitnya, m.pektoralis mayor, m.pektoralis
minor, dan semua kelenjar ketiak sekaligus. Setelah tahun 60-an mastektomi
34
![Page 35: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/35.jpg)
radikal mulai digantikan oleh mastektomi radikal yang telah dimodifikasi oleh
Patey. Pada mastektomi radikal modifikasi ini m.pektoralis mayor
dipertahankan sehingga suplai persarafannya tidak terganggu dan efek
kosmetik pada dinding dada yang terjadi bila dilakukan mastektomi radikal
dapat dikurangi.M.pektoralis minor dapat pula dipertahankan, atau diangkat,
atau diretraksi untuk mendapatkan akses ke aksila.Bukti-bukti menunjukkan
tidak ada perbedaan pada tingkat rekurensi lokal dan survival antara
mastektomi radikal dan mastektomi radikal modifikasi.
Pada mastektomi simpel dilakukan pengangkatan payudara saja tanpa
mengangkat limfonodus atau otot.Pembesaran KGB aksila dirawat dengan
radioterapi.Metode ini dipopulerkan oleh MacWhirter di Inggris. Bila
dilakukan pengangkatan payudara pertimbangkan kemungkinan rekonstruksi
mammae dengan implantasi prostesis atau cangkok flap muskulokutan.
Rekonstruksi ini dapat dilakukan sekaligus dengan bedah kuratif atau beberapa
waktu setelah radioterapi atau kemoterapi adjuvan.Bila hal ini tidak dapat
dilakukan usahakan prostesis eksterna.
Sekarang, biasanya dilakukan pembedahan kuratif dengan
mempertahankan payudara yang disebut dengan breast conserving surgery
(BCS).BCS merupakan satu paket yang terdiri dari tiga tindakan yaitu
pengangkatan tumor (lumpektomi luas atau tumorektomi atau segmentektomi
atau kuadrantektomi) ditambah diseksi kelenjar aksila dan radioterapi pada
sisa payudara tersebut.Penyinaran diperlukan untuk mencegah kambuhnya
tumor di payudara dari jaringan tumor yang tertinggal atau dari sarang tumor
lain (karsinoma multisentrik).BCS secara kosmetik lebih baik dari mastektomi
bahkan yang telah direkonstruksi sekalipun.Tapi diseksi aksila disini lebih
sulit dikerjakan karena otot-otot pektoral tetap intact dan jaringan payudara
masih ada sehingga pembukaan lapangan operasi aksila terhambat.
Indikasi BCS:
T: 3cm (stadium I atau II)
Pasien ingin mempertahankan payudaranya
Syarat BCS:
35
![Page 36: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/36.jpg)
Keinginan penderita setelah dilakukan informed consent
Penderita dapat melakukan kontrol rutin setelah pengobatan
Tumor terletak tidak sentral
Perbandingan ukuran tumor dan volume payudara cukup baik untuk
kosmetik pascaBCS
Mammografi tidak memperlihatkan mikrokalsifikasi atau tanda keganasan
lain yang difus (luas)
Tumor tidak multipel
Belum pernah terapi radiasi di dada
Tidak menderita SLE atau penyakit kolagen
Terdapat sarana radioterapi yang memadai (megavolt)
Radiasi8
Radioterapi untuk kanker payudara dapat diberikan sebagai terapi
primer, adjuvan atau paliatif.Radioterapi kuratif tunggal tidak begitu efektif
tetapi radioterapi adjuvan cukup bermanfaat.Radioterapi paliatif dapat
dilakukan dengan hasil baik untuk waktu terbatas bila tumor sudah tidak
operabel.Radioterapi adjuvant diberikan bila ditemukan keadaan sebagai
berikut:
Setelah tindakan operasi terbatas (BCS)
Tepi sayatan dekat (T ≥ T2) atau tidak bebas tumor
Tumor sentral atau medial
KGB (+) dengan ekstensi ekstra kapsuler
Acuan pemberian radioterapi:
Pada dasarnya diberikan radiasi lokoregional (payudara danaksila beserta
supraklavikula) kecuali:
- Pada keadaan T ≤ T2 bila cN = 0 dan pN, maka tidak dilakukan radiasi
pada KGB aksila supraklavikula
36
![Page 37: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/37.jpg)
- pada keadaan tumor di medial/sentral diberikan tambahan radiasi pada
mammaria interna
Dosis lokoregional profilaksis adalah 50 Gy, booster dilakukan sebagai
berikut:
- pada yang potensial terjadi residif ditambahkan 10 Gy (misalnya tepi
sayatan dekat tumor atau post BCS)
- pada yang terdapat massa tumor atau residu post op (mikroskopik atau
makroskopik) maka diberikan booster dengan dosis 20 Gy kecuali
untuk aksila 15 Gy
Kemoterapi 8
Kemoterapi merupakan salah satu terapi sistemik yang dapat digunakan
sebagai terapi adjuvan atau paliatif.Kemoterapi adjuvan dapat diberikan pada
pasien pascamastektomi yang pada pemeriksaan histopatologik ditemukan
metastasis di sebuah atau beberapa kelenjar.Kemoterapi juga dapat diberikan
sebelum pembedahan pada kanker payudara yang besar namun masih operabel
pada stadium lokal lanjut.Berdasarkan penelitian kemoterapi yang disebut
kemoterapi neo adjuvan ini dapat mengecilkan ukuran tumor sehingga
memudahkan pembedahan.Kemoterapi paliatif dapat diberikan pada pasien
yang telah menderita metastasis sistemik. Obat kemoterapi diberikan dalam
bentuk kombinasi seperti CAF (CEF), CMF dan AC. Kemoterapi adjuvan
diberikan sebanyak 6 siklus, paliatif 12 siklus dan neoadjuvan 3 siklus
praterapi primer ditambah 3 siklus pascaterapi primer.
Hormonal 8
Dasar dari pemberian terapi hormonal adalah fakta bahwa 30-40%
kanker payudara adalah hormon dependen.Terapi ini semakin berkembang
dengan ditemukannya reseptor estrogen dan progesteron.Kanker payudara
dengan reseptor estrogen dan progesteron yang merespons positif terapi
hormonal mencapai 77%.Terapi hormonal merupakan terapi utama stadium IV
di samping kemoterapi karena kedua-duanya merupakan terapi sistemik.Terapi
37
![Page 38: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/38.jpg)
hormonal biasanya diberikan sebelum kemoterapi karena efek terapinya lebih
lama dan efek sampingnya lebih sedikit.
Sebelum pemberian terapi hormonal dilakukan uji reseptor (estrogen
receptor/ER positif atau progesteron receptor/PR positif) dan dipertimbangkan
status hormonal penderita (premenopause, 1-5 tahun menopause, dan
pascamenopause). Setelah itu dapat ditentukan apakah terapi hormonal akan
diberikan secara additif atau ablatif. Terapi additif berupa pemberian obat-
obatan (antiestrogen, aromatase inhibitor, megestrol acetate dan androgen atau
estrogen) dilakukan pada pasien pre- dan pascamenopause.Yang tergolong
antiestrogen adalah tamoxifen citrate, toremifene, dan raloxifene tapi
raloxifene lebih banyak digunakan untuk pengobatan osteoporosis.Tamoxifen
merupakan modulator selektif reseptor estrogen (selective estrogen receptor
modulator, SERM) yang menjadi pilihan terapi utama untuk menangani kasus
kanker payudara metastatik pada pasien premenopause.32 Penggunaan obat
golongan SERM bertujuan untuk mendapatkan efek estrogenik yang
menguntungkan (misalnya pada tulang, otak, hepar) tanpa efek yang
merugikan di jaringan lain seperti kelenjar mammae. Tamoxifen berefek
antiestrogenik di kelenjar mammae dan berefek agonis pada tulang dan
endometrium. Efek antagonis tamoxifen pada kelenjar mammae terjadi melalui
efek inhibitor competitor yang menduduki reseptor estrogen sehingga dapat
menurunkan transkripsi gen tergantung estrogen (estrogen-dependent genes)
dan menghambat pertumbuhan sel tumor. Tamoxifen diabsorbsi dan mencapai
kadar puncaknya di plasma kira-kira 5 jam setelah pemberian dosis tunggal
peroral. Waktu paruhnya berlangsung selama 5-7 hari. Tamoxifen
dimetabolisme melalui proses demetilasi, deaminasi dan hidroksilasi. Hasil
metabolismenya adalah N-desmethyltamoxifen dan 4-hydroxytamoxifen.
Metabolit utamanya berupa N-desmethyltamoxifen memiliki efek anti estrogen
yang lemah dengan afinitas terhadap ER menyerupai tamoxifen.Sedangkan 4-
hydroxytamoxifen memiliki efek anti estrogen yang lebih besar.Sedangkan
aromatase inhibitor seperti anastrozole dan letrozole menghambat konversi
androgen menjadi estrogen.
38
![Page 39: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/39.jpg)
Terapi ablatif berupa oophorectomy bilateral, dilakukan untuk
menurunkan kadar estrogen pada wanita premenopause hingga mencapai
kadar postmenopause. Sebagaimana diketahui bahwa, pada wanita
premenopause sintesis estrogen terutama berasal dari ovarium. Angka
keberhasilan rata-rata terapi ovarium ablatif pada wanita premenopause
dengan metastasis berkisar antara 14-70%.8
Imunologik10
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu
pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini,
trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang untuk menyerang HER2
dan menghambat pertumbuhan tumor, bisa menjadi pilihan terapi. Pasien
sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan terapi
dengan trastuzumab.
Terapi menurut Stadium Carsinoma Mammae:
Stadium I 1. Operasi MRM
Stadium II Stadium dini Kuratif 2. Kemoterapi adjuvant
3. Terapi hormon
Stadium IIIa
Stadium IIIb
1. Hormonal terapi
Stadium IV Stadium Lanjut Paliatif 2. Neoadjuvant
3. MRM
XII. PROGNOSIS
Prognosis kanker payudara ditentukan oleh:5
1. Staging [TNM}
39
Stadium dini
Stadium lanjut lokal
Stadium lanjut lokal
![Page 40: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/40.jpg)
Semakin dini semakin baik prognosisnya
Stadium I : 5-10 tahun 90-80%
Stadium II : 70-50%
Stadium III : 20-11%
Stadium IV : 7%
Untuk stadium 0 : 96,2%
2. Jenis histopatologi keganasan
Karsinoma insitu mempunyai prognosis yang baik dibandingkan dengan
karsinoma yang sudah invasif.Suatu kanker payudara yang disertai gambaran
peradangan dinamakan mastitis karsinomatosa, ini mempunyai prognosis yang
sangat buruk. Harapan hidup 2 tahun hanya 5%. Tepat tidaknya tindakan
terapi yang diambil berdasarkan staging sangat mempengaruhi prognosis.
40
![Page 41: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/41.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
1. Desen W, ed. Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2008.h. 366-82.
2. Stopeck AT. Breast Cancer: Epidemiology. Medscape Reference Drugs, Diseases,
and Procedures. 2013. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/1947145-overview#aw2aab6b2b5aa
3. R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong : Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC,
Jakarta 2010
4. Tank, Patrick W. Grant’s Dissector. Philadelphia: Lippicott Williams and wilkins.
2005.
5. Jatoi I, Kaufmann M, Petit JY. Atlas of Breast Surgery. Germany :Springer-Verlag
Berlin Heidelberg; 2006. p. 10-6
6. Greene FL, Compton CC, Fritz AG, Shan JP, Winchester DP, eds. American Joint
Committee on Cancer. Chicago : Springer Science+Business Media, Inc; 2006.p.
219-33.
7. Suyatno, Emir Taris Pasaribu.bedah Onkologi Diagnostik dan Terapi.CV Sagung
Seto.2010
8. Karsono B. Teknik-teknik Biologi Molekular dan Selular pada Kanker.Dalam:
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simanibrata M, Setiati S, eds. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2006; h.816-8.
9. National Breast Cancer Foundation. Stage of Breast Cancer. 2010.
10. Linda J. Heffner dan Danny J. Schust. At a Glance SISTEM REPRODUKSI Edisi
Kedua. Jakarta: Erlangga Medical Series; 2006.
41
![Page 42: CA Mammae](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022051709/577cce221a28ab9e788d6929/html5/thumbnails/42.jpg)
42