Buku Yoga Darsana

54
DARŚANA ‘Om bhūr bhuvah svaha; tat savitur varenyam, bhargo devasya dhīmahi, dhiyo yo nah pracodayāt’ Ṛg Veda III. 62.10 ‘Ya Tuhan, hamba menyembah kecemerlanganmu dan kemahamuliaan-Mu yang menguasai bumi, langit dan angkasa. Semoga Engkau menganugerahkan kecerdasan dan semangat pada pikiran kami’

description

Yoga

Transcript of Buku Yoga Darsana

DARANA

Om bhr bhuvah svaha;

tat savitur varenyam,

bhargo devasya dhmahi,

dhiyo yo nah pracodaytg Veda III. 62.10Ya Tuhan, hamba menyembah kecemerlanganmu dan

kemahamuliaan-Mu yang menguasai bumi, langit dan angkasa.

Semoga Engkau menganugerahkan kecerdasan

dan semangat pada pikiran kami

Kata Kunci

Tattva, Darana, filsafat, a Darana, veda, Brahman, Nyya, Vaieika, Skhya, Yoga, Mmms, Vednta, Crvka, jaina, Buddha, prama, nstika, stika, Padrtha, Tri Gua.TujuanSetelah mempelajari materi pada bab ini, siswa mampu memahami dan menjelaskan pokok-pokok ajaran Darana, siswa juga memahami dan mampu menjelaskan pembagian Darana terutama a Darana yang yang merupakan aliran filsafat Hindu beserta tokoh-tokoh utama yang berperan dalam ajaran Darana, dan mampu menganalisa serta mengimplementasikan hakekat ajaran Darana dalam kehidupan sehari-hari.Peta Konsep

A. Pengantar

Kata Tattva berasal dari bahasa Sansekerta Tat yang artinya itu,yang maksudnya adalah hakekat atau kebenaran (Thatnees). Dalam sumber lainya kata Tattva juga berarti falsafah (Filsafat agama). Maksudnya adalah ilmu yang mempelajari kebenaran sedalam-dalamnya (sebenarnya) tentang sesuatu seperti mencari kebenaran tentang Tuhan, tentang atma serta yang lainya. Sampai pada proses kepada kebenaran tentang reinkarnasi dan karmapala.) Dalam ajaran Tattva, kebenaran yang dicari adalah hakekat Brahman (Tuhan) dan segala sesuatu yang terkait dengan kemahakuasaan Tuhan, seperti yang disebutkan dalam buku Theologi Hindu, kata Tattva berarti hakekat tentang Tat atau Itu (yaitu Tuhan dalam bentuk Nirgua Brahman ). Pengguna an kata Tat sebagai kata yang artinya Tuhan, adalah untuk menunjukan kepada Tuhan yang jauh dengan manusia. Kata Itu dibedakan dengan kata Idam yang artinya menunjuk pada kata benda yang dekat (pada semua ciptaan Tuhan). Definisi di atas berdasarkan pada pengertian bahwa Tuhan atau Brahman adalah asal segala yang ada, Brahman merupakan primacosa yang adanya bersifat mutlak. Karena sumber atas semua yang ada, tanpa ada Brahman maka tidak mungkin semuanya ada.

Tattva juga dapat diartikan kebenaran yang sejati dan hakiki. Penggunaan kata Tattva ini sebagai istilah filsafat didasarkan atas tujuan yang hendak dicapai, oleh filsafat itu yakni kebenaran yang tertinggi dan hakiki. Didalam lontar-lontar di Bali kata Tattva inilah lebih sering digua kan jika dibandingkan dengan ke tiga istilah filsafat yang lainya, pendidikan, tempat suci, upacara yaja, adat istiadat dan lainya, semua itu merupaka konsep dasar atau inti sarinya adalah Tattva. Dengan pengertian tersebut di atas maka dapat diartikan bahwa Tattva adalah suatu istilah filsafat agama yang diartikan kebenaran yang sejati dan hakiki yang didasari perenungan yang betul betul memerlukan pemikiran yang cemerlang agar sampai kepada hakekat dan sifat kodratiAjaran Hindu kaya akan Tattva atau dalam ilmu modern disebut filsafat, secara khusus filsafat disebut Darana. Dalam perkembangan agama Hindu atau kebudayaan Veda terdapat Sembilan cabang filsafat yang disebut Nawa Darana. Pada masa Upaniad, akhirnya filsafat dalam kebudayaan Veda dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu astika (kelompok yang mengakui Veda sebagai ajaran tertinggi) dan nastika (kelompok yang tidak mengakui Veda ajaran tertinggi ). Terdapat enam cabang filsafat yang mengakui veda yang disebut a Darana (Nyy, Skya, Yoga, Mmms, Vaisiseka, dan Vednta) dan tiga cabang filsafat yang menentang Veda yaitu Jaina, Carvaka dan Buddha (agama Buddha).

Darana merupakan bagian penulisan Hindu yang memerlukan kecerdasan yang tajam, penalaran serta perasaan, karena masalah pokok yang dibahasnya merupakan inti sari pemahaman Veda secara menyeluruh di bidang filsafat. Filsafat merupakan aspek rasional dari agama dan merupakan satu bagian integral dari agama. Nama atau istilah lain dari Darana tersebut adalah; Mananastra (pemikiran atau renungan filsafat), Vicarastra (menyelidiki tentang kebenaran filsafat), tarka (spekulasi), raddh (keyakinan atau keimanan).Filsafat juga merupakan pencarian rasional ke dalam sifat Kebenaran atau Realitas, yang juga memberikan pemecahan yang jelas dalam mengemukakan permasalahan-permasalahan yang lembut dari kehidupan ini, di mana ia juga menunjukan jalan untuk mendapatkan pembebasan abadi dari penderitaan akibat kelahiran dan kematian. Filsafat bermula dari keperluan praktis umat manusia yang menginginkan untuk mengetahui masalah-masalah transcendental ketika ia berada dalam perenungan tentang hakekat kehidupan itu sendiri. Ada dorongan dalam dirinya untuk mengetahui rahasia kematian, rahasia kekekalan, sifat dari Jva (roh), sang pencipta alam semesta ini. Dalam hal ini filsafat dapat membantu untuk mengetahu semua permasalahan ini, karena filsafat merupakan ekpresi diri dari pertumbuhan jiwa manusia, sedangkan filsuf adalah wujud lahiriahnya. Para pemikir kreatif dan para filsuf merupakan wujud muncul pada setiap jaman dan mereka mengangkat dan mengilhami umat manusia.Pemikiran tentang kematian, selalu menjadi daya penggerak yang paling kuat dari ajaran agama dan kehidupan keagamaan. Manusia takut akan kematian dan tidak menginginkan untuk mati. Inilah yang merupakan titik awal dari filsafat, karena filsafat mencari dan menyelidiki. Pemahaman yang jelas dari manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, merupakan masalah yang sangat penting bagi para pelajar filsafat dan bagi para calon spiritual (sdhaka) sehingga berbagai aliran filsafat dan bermacam-macam aliran kepercayaan keagamaan yang berbeda telah muncul dan berkembang dalam kehidupan umat manusia.

Filsafat Hindu bukan hanya merupakan spekulasi atau dugaan belaka, namun ia memiliki nilai yang sangat luhur, mulia, khas, dan sistematis, yang didasarkan atas pengalaman spiritual mistis yang dikenal sebagai Aparoka Anubhti. Para pengamat spiritual, para orang bijak, dan para i yang telah mengarahkan persepsi intuitif dari Kebenaran, adalah para pendiri dari berbagai sistem filsafat yang berbeda-beda, yang secara langsung maupun tidak langsung mendasarkan semuanya pada Veda. Mereka yang telah mempelajari kitab-kitab Upanihad secara tekun dan hati-hati akan menemukan keselarasan antara wahyu-wahyu ruti dengan kesimpulan filsafat. a Darana yang merupakan enam sistem filsafat Hindu, merupakan enam sarana pengajaran yang benar atau enam cara pembuktian kebenaran. Masing-masing kelompok telah mengembangkan, mensistematisir, serta menghubungkan berbagai bagian dari veda, dengan caranya masing-masing, sehingga masing-masing kelompok aliran filsafat tersebut memiliki seorang atau beberapa orang Strakra, yaitu penyusun doktrin-doktrin, dalam ungkapan-ungkapan pendek (aphorisma) yang disebut Stra.B. Sistem Filsafat Hindu

Istilah Nawadarana sebenarnya adalah penggabungan a Darana dengan filsafat Nstika yaitu aliran filsafat yang tidak mengakui otoritas Veda sehingga disebut dengan Nstika atau filsafat heterodox adalah sebagai berikut :

1) Aliran filsafat materialistis dari CrvkaCrvka tidak pernah percaya kepada Sorga dan Neraka dan terhadap Tuhan yang menciptakan alam semesta, karena itu aliran ini bersifat atheis. Crvka menitik beratkan untuk mencari kesenangan duniawi saja. Ada dua jenis pengikut Crvka, yaitu Dhrta (licik dan tidak terpelajar) dan Suikita (terpelajar). Salah satu pengikut Suikita yang terkenal adalah Vtsyna yang terkenal dengan bukunya Kmastra.2) Sistem filsafat JainaAliran Jaina artinya memperoleh kemenangan dalam menghadapi tantangan duniawi. Pendiri aliran ini adalah Mahvra yang nama aslinya Vardhamna. Aliran filsafat yang bersifat atheis ini percaya seseorang dapat mencapai kebebasan rohani seperti Guru mereka. Ada dua golongan Jaina, yaitu ; Digambara (golongan yang sangat fanatik dan bahkan telanjang bulat) dan vetmbara (golongan yang lebih moderat, menggunakan pakaian serba putih). Bisa dikatakan filsafat Jaina bersifat pragmatis realistist. 3) Aliran filsafat BuddhaFilsafat Buddha didirikan oleh pengikut Sang Buddha, Siddhrtha Gautama dan dinasti Sakya. Ajaran filsafat Buddha meliputi Catur rya Satyani (empat kebenaran mulia), Pratitya Samut Pada (dua belas hal yang menyebabkan penderitaan) dan Aa Mrga (delapan jalan yang benar)Enam filsafat Hindu yang dikenal dengan a Darana adalah enam sistem filsafat orthodox yang merupakan enam cara mencari kebenaran, yaitu : Nyy, Skya, Yoga, Vaisiseka, Mmms, dan Vednta. Disamping enam Darana pokok awal yang termasuk jaman Stra- stra juga terdapat beberapa darana yang termasuk jaman scholastic, yaitu Dvaita, Viitdvaita dan Advaita. Kesemua sistem filsafat tersebut mendasarkan ajarannya kepada Veda baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga disebut juga sebagai Astika.

Ke-6 aliran filsafat yang disebutkan di atas, secara langsung berasal dari kitab-kitab Veda sehingga merupakan 6 buah jalan berbeda menuju sebuah kota di mana untuk mencapai kota tersebut dapat ditempuh dengan melewati salah satu jalan tersebut. Demikian pula dengan ke-6 aliran pemikiran yang merupakan metoda atau cara pendekatan yang berbeda-beda menuju Tuha untuk menyesuaikan dengan temperamen, kemampuan dan kualitas mental orang yang berbeda-beda pula, tetapi kesemuanya itu memiliki satu tujuan, yaitu menghilangkan ketidak tahuan dan pengaruh-pengaruhnya berupa penderitaan dan duka cita, serta pencapaian kebebasan, kesempurnaan, kekekalan dan kebahagiaan abadi dengan penyatuan dari jiwa pribadi (Jvtman) dengan Jv Tertinggi (Paramtman). Enam aliran filsafat tersebut di bagi lagi menjadi 5 kelompok yang saling berpasangan dan saling menunjang, yaitu : Nyya dengan Vaieika, Skhya dengan Yoga, Mmms dengan Vednta.

1. Nyya Darana diajarkan oleh i Gautaman.2. Vaieika Darana diajarkan oleh i Kada.3. Skhya Darana diajarkan oleh Kapila muni.4. Yoga Darana diajarkan oleh mahri Patajali berdasarkan ajaran dari guru beliau yang bernama Gaupa dan menyusun Yoga Stra yang merupakan acuan tentang Rja-Yoga.5. Mmms Darana diajarkan oleh Jaimini yang merupakan murid dari Vysa berdasarkan pada bagian ritual kitab Veda.6. Vednta atau Brhma-Stra diajarkan oleh Mahri Bdaryana atau Vysa.Nyya dengan Vaieika akan memberikan suatu analisa tentang dunia empiris (dunia pengalaman), yang mengatur segala benda-benda dunia ke dalam jenis-jenis atau katagori tertentu (Padrtha). Ia menjelaskan bagaimana Tuhan telah membuat semua dunia material yang berasal dari atom-atom dan molekul, serta menunjukan cara untuk mencapai pengetahuan tentang Tuhan. Skhya Darana akan memberikan pengetahuan yang dalam tentang psikologi Hindu, karena Kapila Muni merupakan bapak psikologi. Yoga berurusan dengan masalah pengendalian Vtti atau gejolak pemikiran dengan meditasi. Sistem Yoga menunjukan cara mendisiplinkan pikiran dan indra-indra dan membantu untuk mengusahakan konsentrasi serta memusatkan pikiran dan memasuki Nirvikalpa Samdhi atau keadaan supra aar transenden. Prva Mmms berurusan dengan masalah Karma-Ka. Uttara-Mmms juga dikenal sebagai Vednta Darana, yang merupakan dasar dari Hinduisme. Filsafat Vednta menjelaskan secara rinci sifat dari Brahman atau Keberadaan Abadi dan menunjukkan bahwa pad intinya jiwa pribadi identik dengan Sang Diri Tertinggi. Ia juga memberikan cara untuk melepas Avidy atau tirai kebodohan untuk menggabungkan diri dalam samudra kebahagiaan atau Brahman. Nyya menyebut ketidak tahuan atau kebodohan itu dengan Mithya Jna, atau pengetahuan palsu, Skhya menyebut dengan Aviveka, yaitu tiada perbedaan antara yang nyata dengan yang nyata, sedangkan Vednta menamakannya Avidy, atau kebodohan. Masing-masing filsafat mengarahkan pembinasaan kebodohan tersebut dengan pengetahuan atau Jna, sehingga seseorang dapat mencapai kebahagiaan abadi atau kekekalan. Dengan mempelajari Nyya atau Vaieika, seseorang belajar menggua kan kecerdasannya untuk menemukan kekeliruan dan untuk mengetahui susunan material dari alam semesta ini. Dengan mempelajari filsafat Skhya seseorang dapat memahami penyebab evolusi dan dengan mempelajari dan melaksanakan Yoga, seseorang mendapatkan cara pengendalian diri dan memperoleh penguasaan terhadap pikiran dan indra. Dengan melaksanakan ajaran Vednta seseorang mencapai anak tangga tertinggi dari tangga spiritual, bersatu dengan Keberadaan Tertinggi, dengan menghancurkan kebodohan (Avidy).

Vednta merupakan sistem filsafat yang dikembangkan dari kitab-kitab Upaniad dan telah mendesak sistem filsafat lainnya. Sistem filsafat Mmms lebih menekankan masalah ritual atau Karma-Ka, yang menurut pendapatnya merupakan keseluruhan dari Veda sedangkan Upsana (pemujaan) dan Jna (pengetahuan) hanyalah merupakan tambahan terhadap Karma. Pandangan ini disangkal oleh aliran filsafat Vednta yang menyatakan bahwa realisasi diri (Jna) adalah yang terpenting, sedangkan ritual dan pemujaan merupakan tambahan saja. Karma akan membawa seseorang ke surge, yang hanya merupakan tempat sementara dari pahala kenikmatan duniawi.

C. a Darana

Kata Darana berasal dari urat kata d yang artinya melihat, menjadi kata Darana (kata benda) artinya pengelihatan atau pandangan. Kata Darana dalam hubungan ini berarti pandangan tentang kebenaran (filsafat). Ilmu Filsafat adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana caranya mengungkapkan nilai-nilai kebenaran hakiki yang dijadikan landasan untuk hidup yang dicita-citakan. Demikian halnya ilmu filsafat yang ada di dalam ajaran Hindu yang juga disebut dengan Darana, semuanya berusaha untuk mengungkapkan tentang nilai-nilai kebenaran dengan bersumber pada kitab suci Veda. Aliran atau sistem filsafat India dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu stika dan nstika. Kelompok pertama terdiri atas enam sistem filosofis utama yang secara populer dikenal sebagai a Darana yang dikenal dengan aliran orthodox, nukan karena mereka mempercayai adanya Tuhan, tetapi karena mereka menerima otoritas dari kitab-kitab Veda.Sebagai catatan, dalam bahasa India modern, kata stika dan nstika umumnya berarti theis dan atheis, tetapi dalam kepustakaan filosofis Sanskta, kata stika berarti orang yang mempercayai otoritas kitab-kitab Veda, atau orang yang mempercayai kehidupan setelah kematian, sedangkan kata nstika berarti lawannya. Disini, kata tersebut dipergua kan dalam pengertian pertama karena dalam pengertian yang kedua, aliran filsafat Jaina dan Buddha pun adalah stika, karena mereka percaya mempercayai kehidupan setelah kematian. Dalam kedua pengertian di atas, ke enam aliran filsafat orthodox adalah stika dan aliran filsafat Crvka sebagai nstika. Pada uraian berikut akan diuaraikan tentang aliran filsafat orthodox (a Darana).

1. Nyya Daranaa. Pendiri dan sumber ajaran

Pendiri ajaran ini adalah i Gautaman juga dikenal dengan nama Akapda dan Drghatapas, yang menulis Nyyastra atau Nyya Darana yang secara umum juga dikenal sebagai Tarka Vda atau diskusi dan perdebatan tentang suatu Darana atau pandangan filsafat kurang lebih pada abad ke-4 SM, karena Nyya mengandung Tarka Vda (ilmu perdebatan) dan Vda-vidy (ilmu diskusi). Sistem filsafat Nyya membicarakan bagian umum darana (filsafat) dan metoda (cara) untuk melakukan pengamatan yang kritis. Sistem ini timbul karena adanya pembicaraan yang dilakukan oleh para i atau pemikir, dalam usaha mereka mencari arti yang benar dari ayat-ayat atau loka-loka Veda ruti, gua dipakai dalam penyelenggaraan upacara-upacara yada. Terdiri dari dari 5 Adhyya (bab) dan dibagi kedalam 5 'pada' (bagian). Pada tahun ( 400 Masehi kitab Nyyastra ini di komentari` oleh i Vstsyna dengan karyanya yang berjudul Nyya Bhsya (ulasan tentang Nyya).

Obyek utmanya adalah untuk menetapkan dengan cara perdebatan, bahwa Paramevara merupakan pencipta dari alam semesta ini. Nyya menegakkan keberadaan vara dengan cara penyimpulan, sehingga dikatakan bahwa Nyya Darana merupakan sebuah stra atau ilmu pengetahuan yang merupakan alat utama untuk meyakini suatu obyek dengan penyimpulan yang tidak dapat dihindari. Dalam hal ini kita harus mau menerima pembantahan macam apapun, tetapi asalkan berdasarkan pada otoritas yang dapat diterima akal. Pembantahan demi untuk adu argumentasi dan bukan bersifat lidah atau berdalih.

b. Sifat ajaran

Pandangan filsafat Nyya menyatakan bahwa dunia di luar manusia ini, terlepas dari pikiran. Kita dapat memiliki pengetahuan tentang dunia ini dengan melalui pikiran yang dibantu oleh indra. Oleh karena itu sistem filsafat Nyya ini dapat disebut sebagai sistem yang realistis (nyata). Pengetahuan ini dapat disebut benar atau salah, tergantung dari pada alat-alat yang dipergua kan untuk mendapatkan pengetahuan tersebut, dimana secara sistematik semua pengetahuan menyatakan 4 keadaan, yaitu :1) Subyek atau si pengamat (pramt)

2) Obyek yang di amati (prameya)

3) Keadaan hasil dari pengamatan (pramti)4) Cara untuk mengamati atau pengamatan (prama)

Prameya atau obyek yang di amati, dengan nama pengetahuan yang benar dapat diperoleh, ada 12 banyaknya, yaitu : Roh (tman), Badan (arra), Indriya, Obyek indriya (artha), kecerdasan (buddhi), Pikiran (manas), Kegiatan (pravtti), Kesalahan (Doa), Perpindahan (Pretyabhva), Buah atau Hasil (phala), Penderitaan (duhkha), dan Pembebasan (apavarga).

Kita membuat perbedaan pada suatu benda karena adanya beberapa cirri-ciri pada kedua benda tersebut, yang masing-masing memiliki beberapa atribut yang tak didapati pada bagian lainnya. Karena kekhususan atribut (Viea) merupakan dasar utama dari pengamatan, maka sistem lanjutan dari filsafat ini disebut sebagai Vaieika. Nyya Darana, yang utamanya bertindak pada garis ilmu pengetahuan atau ilmiah menghubungkan Vaieika pada tahapan, di mana materi-materi adhyatmik (spiritual) terkandung di dalamnya, yang keduanya ini mempergua kan Tarka (logika) dan Tattva (filsafat) dimana filsafat dinyatakan melalui media logika.c. Catur PramaNyya Darana dalam memecahkan ilmu pengetahuan mempergua kan 4 metoda pemecahan (Catur Prama) sebagai berikut :

1) Pratyaka Prama, yaitu pengamatan langsung Pada Pratyaka Prama atau pengamatan secara langsung memberikan pengetahuan kepada kita tentang obyek-obyek menurut keadaanya masing-masing yang disebabkan hubungan panca indra dengan obyek yang di amati dimana hubungan itu sangat nyata. Adakalanya terjadi pengamatan yang tidak perlu menggua kan paca indra dan pengamatan yang luar biasa ini disebut sebagai pengamatan transcendental, yang jarang terjadi pada pengamatan orang-orang biasa yang sering pula ditunjang oleh adanya kekuatan supra normal yang dimiliki seorang. Dalam Pratyaka Prama ada dua tingkat pengamatan, yaitu :

a) Nirvikalpa yaitu pengamatan yang tidak menentukan. Pengamatan suatu obyek adalah sebagai obyek saja tanpa adanya suatu penilaian, tanpa hubungan (asosiasi) dengan suatu subyek. Sehingga apa yang dilihat hanyalah obyek itu saja yang dianggap benar dan nyata.

b) Savikalpa yaitu pengamatan yang menentukan. Pengamatan terhadap suatu obyek yang dibarengi dengan pengenalan terhadap cirri-ciri, sifat-sifat dan juga subyeknya sehingga pengamatan ini sifatnya menyeluruh.

2) .Anumna Prama yaitu pengtahuan yang diperoleh dari suatu obyek dengan menarik pengertian dari tanda-tanda yang diperoleh (linga) yang merupakan suatu kesimpulan dari obyek yang ditetukan, disebut juga aya, hubungan kedua hal tersebut diatas disebut dengan nama Wyapi. Dalam menarik suatu kesimpulan.Selanjutnya .Anumna Prama, yang sangat penting dalam suatu proses pengamatan dalam Nyya Darana ini. Dalam pengamatan dengan .Anumna Prama terdapat suatu perantara di antara subyek dan obyek, di mana pengamatan langsung dengan indra saja tidak dapat secaralangsung menyimpulkan hasil dari pengamatan, tetapi melalui beberapa tahapan (avayaya). Proses penyimpulan dalam Anumna Prama melalui beberapa tahapan seperti di bawah ini :

a) Pratija, yaitu proses pertama, memperkenalkan obyek permasalahan tentang kebenaran pengamatan misalnya gunung api itu berapi.b) Hetu, yaitu proses kedua, alasan penyimpulan, dimana dalam hal ini adalah adanya terlihat asap yang keluar dari gunung tersebut.

c) Udharaa, yaitu proses ketiga, menghubungkan dengan aturan umum tentang suatu masalah, yang dalam hal ini adalah bahwa segala yang berasap tentu ada apinya.

d) Upanaya, yaitu proses keempat, pemakaian aturan umum itu pada kenyataan yang dilihat, bahwa jelas gunung itu berapi.

e) Nigaman, yaitu proses kelima, berupa penyimpulan yang benar dan pasti dari seluruh proses sebelumnya, dengan pernyataan bahwa gunung tersebut berapi.

3) Upama Prama yaitu ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui perbandingan.Upama Prama merupakan cara pengamatan dengan membandingkan kesamaan-kesamaan yang mungkin terjadi atau terjadi di dalam obyek yang di amati dengan obyek yang sudah ada atau pernah diketahui. Misalnya seorang anak yang diberitahu ibunya bahwa binatang yang namanya komodo itu rupanya mirip dengan biawak tetapi lebih besar, bahkan bisa sebesar seekor buaya. Dalam hal ini si anak telah mengetahui rupa buaya dan biawak, maka ketika si anak pergi ke kebun binatang dan melihat seekor binatang sebesar buaya yang rupanya mirip dengan biawak, ia segera menyimpulkan bahwa binatang tersebut adalah komodo, inilah yang disebut dengan Upama Prama.

4) abda Prama yaitu pengetahuan yang diperoleh dengan mendengarkan melalui penjelasan dari sumber yang patut dipercaya. abda Prama adalah pengetahuan yang diperoleh melalui kesaksian (abda) dari seseorang yang dapat dipercaya kata-katanya ataupun dari naskah yang diakui kebenarannya, dalam hal ini terdapat 2 jenis kesaksian, yaitu :

a) Laukika abda, yaitu bentuk kesaksian yang berasal dari orang yang dapat dipercaya dan kesaksiannya dapat diterima menurut logika atau akal sehat.

b) Vaidika abda, yaitu bentuk kesaksian yang didasari pada naskah-naskah suci Veda ruti, yang merupakan sabda Brahman yang tak mungkin salah.d. Pokok-pokok ajaran Nyya

Objek pengetahuan filsafat Nyya adalah mengenai

1) tma

2) Tentang tubuh atau badan3) Paca indra dengan obyeknya

4) Buddhi (pengamatan)

5) Manas (pikiran)

6) Pravtti (aktivitas)

7) Doa (perbuatan yang tidak baik)8) Pratyabhva (tentang kelahiran kembali)

9) Phala (buah perbuatan)

10)Duka (penderitaan)

11)Apavarga (bebas dari penderitaan)Disamping oleh i Vstsyna yang mengomentari Nyya Stra dengan karyanya yang berjudul Nyya Bhsya, rikaha menulis Nyya-lakara, Jayanta menulis Nyya-majari, Govardhana menulis Nyya-Bhodhini dan Vcaspati Mira menulis Nyya-Varika-Tatparya-Tk. Selain itu Udayana juga menulis sebuah buku yang disebut Nyya-Kusumjali. Seperti yang telah diketahui bahwa filsafat Nyya merupakan dasar dari semua pengantaran ajaran filsafat Sanskta. Nyya juga merupakan rangkaian pendahuluan bagi seorang pelajar filsafat, karena tanpa pengetahuan tentang filsafat Nyya, kita tidak akan dapat memahami Brahma Stra dari ri Vyaeva, karena filsafat Nyya membantu untuk mengembangkan daya penalaran ataupun pembantahan, yang membuat kecerdasan bertambah tajam dan lembut, gua pencarian filsafat Vedntik.

2. Vaieika Daranaa. Pendiri dan sumber ajarannya

Vaieika yang merupakan salah satu aliran filsafat India yang tergolong ke dalam a Darana agaknya lebih tua dibandingkan dengan filsafat Nyya. Vaieika dan Nyya Darana bersesuaian dalam prinsip pokok mereka, seperti sifat sifat dan hakekat san Diri dan teori atom alam semesta, dan dikatakan pula Vaieika merupakan tambahan dari filsafat Nyya, yang memiliki analisa pengalaman sebagai obyektif utamanya. Diwalai dengan susunan pengamatan atas kategori-kategori (padrtha), yaitu perhitungan atau perumusan tentang sifat-sifat umum yang dapat dikenakan pada benda-benda yang ada di alam semesta ini, serta merumuskan konsep-konsep umum yang berlaku pada benda-benda yang dikenal, baik melalui indra maupun melalui penyimpulan, perbandingan dan otoritas tertinggi.

Sistem filsafat Vaieika mengambil nama dari kata Viesa yang artinya kekhususan, yang merupakan ciri-ciri pembeda dari benda-benda. Jadi cirri pokok permasalahan yang diuraikan didalamnya adalah kekhususan (padrtha) atau kategori-kategori yang nantinya akan disebutkan secara lebih terperinci. Vaieika muncul pada abad ke-4 SM, dengan tokohnya ialah i Kada, yang juga dikenal sebagai i luka. Sehingga sistem ini juga dikenal sebagai Alukya Darana dan juga dengan nama Kayapa dan dianggap seorang Deva-i. Kata luka artinya burung hantu.Dalam buku karyanya Vaieika-Stra yang terdiri dari 10 bab i Kada menguraikan berbagai permasalahan pada setiap bab sebagai berikut:

1) Pada bab I berisi keseluruhan kelompok padrtha atau kategori-kategori yang dapat dinyatakan.2) Pada bab II berisi penetapan tentang benda-benda3) Pada bab III berisi uraian tentang Jva dan indra dalam4) Pada bab IV berisi uaraian tentang badan dan bahan penyusunnya5) Pada bab V berisi tentang Karma atau kegiatan 6) Pada bab VI berisi uaraian tentang Dharma atau kebajikan menurut kitab suci.7) Pada bab VII berisi uraian tentang sifat-sifat dan Samavya (keterpaduan atau saling berhubungan)8) Pada bab VIII berisi tentang wujud pengetahuan , sumbernya dan sebagainya9) Pada bab IX berisi tentang pemahaman tertentu atau yang konkrit, dan10) Pada bab x berisi uraian tentang perbedaan sifat dari Jva.Sistem filsafat ini terutama dimaksudkan untuk menetapkan tentang Padrtha, tetapi rsi Kanada membuka pokok permasalahan dengan sebuah pengamatan tentang intisari dari Dharma, yang merupakan sumber dari pengetahuan inti dari Padrtha. Stra pertama berbunyi : Ytao bhyudayanihsreyasa siddhi sa dharma artinya, Dharma adalah yang memuliakan dan memberikan kebaikan tertinggi atau Moksa (penghentian dari penderitaan).b. Pokok-pokok ajaran Padrtha, secara harfiah artinya adalah : arti dari sebuah kata; tetapi di sini Padrtha adalah satu permasalahan benda dalam filsafat. Sebuah Padrtha merupakan suatu objek yang dapat dipikirkan (artha) dan diberi nama (Pada). Semua yang ada, yang dapat di amati dan di namai, yaitu semua objek pengalaman adalah Padrtha. Benda-benda majemuk saling bergantung dan sifatnya sementara, sedangkan benda-benda sederhana sifatnya abadi dan bebas.

Padrtha dan Vaieika Darana, seperti yang disebutkan oleh rsi Kanada sebenarnya hanya 6 buah kategori, namun satu katagori ditambahkan oleh penulis-penulis berikutnya, sehingga akhirnya berjumlah 7 katagori (Padrtha), yaitu :

1) Substansi (dravya).

Substansi adalah zat yang ada dengan sendirinya dan bebas dari pengaruh unsur-unsur lain. Namun unsur lain tidak dapat ada tanpa substansi. Substansi (dravya) dapat menjadi sebab yang melekat pada apa yang dijadikannya. Atau dravya dapat menjadi tidak ada pada apa yang dihasilkannya. Contoh : tanah sebagai substansi telah terdapat pada periuk yang terjadi dari tanah. Jadi tanah itu selalu dan telah ada pada apa yang dihasilkannya, sedangkan periuk itu tidak dapat terjadi tanpa substansi (tanah). Demikian pula halnya kategori lain tidak dapat ada tanpa substansi (zat) seperti: beraneka ragam minuman tidak dapat terjadi tanpa air (zat cair), tapi air dapat ada walaupun tidak adanya bermacam-macam minuman.Ada sembilan substansi yang dinyatakan oleh Vaieika yaitu : (1) Tanah (pthiv); (2) Air (pah, jala); (3) Api (tejah); (4) Udara (vyu); (5) Ether (ka); (6) Waktu (kla); (7) ruang (dis); (8) diri/roh (Jva); dan (9) pikiran (manas). Semua substansi tersebut diatas riel, tetap dan kekal. Namun hanya udara, waktu, akasa bersifat tak terbatas. Kombinasi dari sembilan itulah membentuk alam semesta beserta isinya menjadikan hukum-hukumnya yang berlaku terhadap semua yang ada di alam ini baik bersifat physik maupun yang bersifat rohaniah.

Adapun yang termasuk substansi badani (physik) adalah : bumi, air, api, udara, ruang, waktu dan akasa. Sedang yang tergolong substansi rohaniah terdiri dari akal (manas/pikiran), diri (atman/jiwa). Kedua substansi rohaniah ini bersifat kekal dan pada setiap mahluk (manusia) hanya terdapat satu jiwa dan satu manas. Demikianlah pribadi (diri/atma) itu bersifat individu dan menjadi sumber keaaran setiap mahluk yang senantiasa berhubungan dengan kegiatan badani (physik). Setiap pribadi (atma) memiliki manas tersendiri yang dipakai sebagai alat untuk mengenal dan mengalami segala sesuatu melalui alat physik termasuk juga dipakai sebagai alat untuk mencapai kebebasan. Namun di lain pihak manas juga diakui dapat menyebabkan kelahiran kembali. Oleh karena setiap mahluk (manusia) di jiwai oleh pribadi (jiwa/atma). Maka pandangan Vaieika terhadap jiwa adalah riil dan pluralis, yaitu jiwa itu benar-benar ada dan tak terbatas jumlahnya.

2) Kualitas (gua ).

Gua ialah keadaan atau sifat dari suatu substansi. Gua sesungguhnya nyata dan terpisah dari benda (substansi) namun tidak dapat dipisahkan secara mutlak dari substansi yang diberi sifat. Gua atau sifat-sifat atau ciri-ciri dari substansi yang jumlahnya ada 24, yaitu : (1) warna (Rpa) ; (2) rasa (rasa); (3) bau (gandha); (4) sentuhan/raba (spara); (5) jumlah (Skhya); (6) ukuran (parima); (7) keanekaragaman (pthaktva); (8) persekutuan (sayoga); (9) keterpisahan (vibhga); (10) keterpencilan (paratva); (11) kedekatan (aparatva); (12) bobot (gurutva); (13) kecairan/keenceran (dravatva); (14) kekentalan (sneha); (15) suara (abda); (16) pemahaman/pengetahuan (buddhi/jna); (17) kesenangan (sukha); (18) penderitaan (duka); (19) kehendak (ccha); (20) kebencian/keengganan (dvesa); (21) usaha (prayatna); (22) kebajikan/manfaat (dharma); (23) kekurangan/cacat (adharma); dan (24) sifat pembiakan sendiri (saskra). Sejumlah 8 sifat yaitu: buddhi/jna, ccha, dvesa, sukha, duka, dharma, adharma dan prayatna merupakan milik dari roh, sedangkan 16 lainnya merupakan milik dari substansi material.3) Aktifitas (karma).

Karma mewakili berbagai jenis gerak (movement) yang berhubungan dengan unsur dan kualitas, namun juga memiliki realitas mandiri. Tidak semua substansi (zat) dapat bergerak. Hanya substansi yang bersifat terbatas saja dapat bergerak atau mengubah tempatnya. Sedangkan substansi yang tak terbatas (atma, hawa nafsu dan akasa) tidak dapat bergerak karena telah memenuhi segala yang ada.

Gerakan-gerakan dari benda-benda di alam ini bukan bersumber dari dirinya, melainkan ada sesuatu yang berkeaaran yang menjadi sumber gerakan itu. Benda-benda hanya dapat menerima gerakan dari sesuatu yang berkeaaran. Bila terlihat kenyataan yang terjadi di alam ini seperti adanya hembusan angin, peredaran bumi dan planet-planet, maka tentu ada sumber penggerak yang adikodrati. Sumber yang adikodrati itulah Tuhan.

Karena Tuhan sebagai sumber gerakan alam ini, maka Tuhan Maha mengetahui segala gerak dan perilaku benda-benda di alam ini. Termasuk mengetahui benar perilaku (karma) manusia. Ada 5 macam gerak, yaitu : (1) Utkepaa (gerakan ke atas); (2) Avakepaa (gerakan ke bawah); (3) A-kucana (gerakan membengkok); (4) Prasaraa (gerakan mengembang); (5) Gamana (gerakan menjauh atau mendekat).

4) Universalia (smnya).

Samanya, bersifat umum yang menyangkut 2 permasalahan, yaitu: sifat umum yang lebih tinggi dan lebih rendah, dan jenis kelamin dan spesies. Dalam epistemologi, hal ini mirip dengan konsep universalia dan agak mirip dengan idenya Plato. Ia ada dalam semua dan dalam masing-masing objek, namun tidak berbeda dalam objek partikular yang berbeda. Karena nya ide kesapian adalah tunggal dan tidak dapat dianalisis. Ide itu selalu hidup, tetapi tidak dapat dimengerti melalui dirinya sendiri, namun hanya melalui seekor sapi khusus. Walaupun tampak bersama, namun sapi dan kesapian dipahami sebagai dua entitas berbeda. Dari universalia-universalia ini, Ada (Being, Satta) adalah yang tertinggi, karena ia memberikan ciri pada banyak sekali entitas.

5) Individualitas (viea).

Kategori ini menunjukkan ciri atau sifat yang membedakan sebuah objek dari objek lainnya. Sistem Vaieika diturunkan dari kata viea, dan merupakan aspek objek yang mendapat penekanan khusus dari para filsuf Vaieika. Kategori ini berurusan dengan ciri-ciri khusus ke sembilan substansi (dravya). Dalam sistem Vaieika, unsur tanah, air, api, udara, dan pikiran dibangun dari atom (paramnu), sedangkan eter, ruang, waktu dan jiwa dianggap sebagai substansi sangat khusus tanpa dimensi atau visibilitas. Inilah yang menyebabkan sistem darana ini disebut Vaiseika Darana.

6) Hubungan Niscaya (samavya).

Dimensi objek ini menunjukkan hakikat hubungan yang mungkin antara kualitas-kualitasnya yang inheren. Hubungan ini dapat dilihat bersifat sementara (sayoga) atau permanen (samavya). Sayoga adalah hubungan sementara seperti antara sebuah buku dan tangan yang memegangnya. Hubungan selesai ketika buku dilepaskan dari tamgan. Di sisi lain, samavya adalah sebuah hubungan yang tetap dan hanya berakhir ketika salah satu di antara keduanya dihancurkan. Ada lima jenis hubungan yang tetap dan entitas yang tetap atau tidak terpisahkan ini (ayta-sidda):

a) Hubungan keseluruhan dengan bagian-bagiannya, seperti sehelai kain dan benang-benangnya.

b) Hubungan kualitas dengan objek yang memilikinya, seperti kendi air dan warna merahnya.

c) Hubungan antara tindakan dan pelakunya, seperti tindakan melompat dan kuda yang melakukannya.

d) Hubungan antara partikular dengan yang universal, ibarat satu jenis sapi dengan seekor sapi atau bangsa jepang dan seorang jepang.

e) Hubungan antara substansi kekal dan substansi khusus. Menurut sistem Vaieika, partikel subatomis (paramnu) setiap substansi abadi memiliki ciri-ciri khusus yang tidak membiarkan atom dari satu substansi bercampur dengan atom substansi lainnya. Ciri khusus (Viea) dipertahankan oleh partikel subatomis masing-masing melalui hubungan tak terpisahkan (samavya).

7) Penyangkalan, Negasi, Non-Eksistensi (abhva).

Kategori ini menunjukkan sebuah objek yang telah terurai atau larut ke dalam partikel subatomis terpisah melalui pelarutan universal (mahapralaya) dan ke dalam ketiadaan (nothingness). Semua benda-benda yang ada dan bernama digolongkan sebagai bhava, sedangkan entitas yang sudah tidak ada digolongkan sebagai abhva. Sebenarnya kategori ini bukan merupakan sebuah klasifikasi seperti kategori lainnya, namun hanya modus pengaturan negatif. Abhva, yang merupakan kategori ke 7, ada 4 macam, yaitu :

a) Pragabhva, yaitu ketidak adaan dari suatu benda sebelumnya; contohnya: ketidak adaan periuk sebelum dibuat oleh pengrajin periuk.

b) Dhvasabhva, yaitu penghentian keberadaan, misalnya periuk yang dipecahkan; dimana dalam pecahan periuk itu tak ada periuk.

c) Atyntabhva, atau ketidak adaan timbal balik, seperti misalnya udara yang dari dulu tidak pernah berwarna atau pun berbentuk.Ketiga ketidak adaan ini disebut sebagai Samsarga-bhava, yaitu ketidak adaan suatu benda dalam benda yang lain.

d) Anyonybhva, atau ketidak adaan mutlak , dimana antara benda yang satu sama sekali tidak ada persamaannya dengan yang lain, seperti sebuah periuk yang tidak sama dengan sepotong pakaian, demikian pula sebaliknya.i Kada di dalam Stra-nya tidak secara terbuka menunjukkan tentang Tuhan dan keyakinannya adalah bahwa formasi atau susunan alam dunia ini merupakan hasil dari Ada yaitu kekuatan yang tak terlihat dari karma atau kegiatan. Beliau menelusuri aktivitas atom dan roh mula-mula melalui prinsip Ada ini. Para pengikut i Kada kemudian memperkenalkan Tuhan sebagai penyebab efisien dari alam semesta, sedangkan atom-atom adalah materialnya. Atom-atom yang tak terpikirkan itu tidak memiliki daya dan kecerdasan untuk menjalankan alam semesta ini secara teratur. Yang pasti, aktivitas atom-atom itu diatur oleh Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Kuasa. Kesimpulan dari otoritas kitab suci mengharuskan kita untuk mengakui adanya Tuhan. Kecerdasan yang membuat Ada dapat bekerja adalah kecerdasan Tuhan, sedangkan lima unsur (paca mahbhta) hanya merupakan akibat. Semua ini harusnya didahului oleh keberadaan yang memiliki pengetahuan tentang itu adalah Tuhan. Roh-roh dalam keadaan penghancuran, kurang memiliki kecerdasan, sehingga mereka tidak dapat mengendalikan aktivitas atom-atom dan dalam atom-atom itu sendiri tidak ada sumber gerakan.

Pada sistem Vaieika, seperti halnya sistem Nyya, susunan alam semesta ini diduga dipengaruhi oleh pengumpulan atom-atom, yang tak terhitung jumlahnya dan kekal. Kosmologi Vaieika dalam batasan mengenai keberadaan atom abadi bersifat dualistic dan secara positif memisahkan hubungan yang pasti antara roh dan materi. Terjadinya alam semesta menurut sistem filsafat Vaieika memiliki kesamaan dengan ajaran Nyya yaitu dari gabungan atom-atom catur bhuta (tanah, air, cahaya dan udara) ditambah dengan lima substansi yang bersifat universal seperti aksa, waktu, ruang, jiwa dan manas. Lima substansi universal ini tidak memiliki atom-atom, maka itu ia tidak dapat memproduksi sesuatu di dunia ini. Cara penggabungan atom-atom itu dimulai dari dua atom (dvynuka), tiga atom (Triynuka), dan tiga atom ini saling menggabungkan diri dengan cara yang bermacam-macam, maka terwujudlah alam semesta beserta isinya.Bila gabungan atom-atom dalam Catur Bhuta ini terlepas satu dengan lainnya maka lenyaplah alam beserta isinya. Gabungan dan terpisahnya gerakan atom-atom itu tidaklah dapat terjadi dengan sendirinya, mereka digerakkan oleh suatu kekuatan yang memiliki keaaran dan kemahakuasaan. Sesuatu yang memiliki keaaran dan kekuatan yang maha dahsyat itu menurut Vaieika adalah Tuhan Yang Maha Esa. Vaieika dalam etikanya menganjurkan semua orang untuk kelepasan. Kelepasan akan dapat dicapai melalui Tatwa Jnaa, Sravna, manna, dan Meditasi.

3. Skhya Darana

a. Pendiri dan pokok ajarannyaSkhya kata berasal dari kata Sanskta 'Skhya' (pencacahan, perhitungan). Dalam Filsafat, pencacahan akurat dari kebenaran telah ditentukan. Akibatnya, Filsafat ini bernama 'Skhya'. Mungkin ada alasan lain adalah bahwa salah satu arti dari 'Skhya' adalah musyawarah atau refleksi atas hal-hal yang berkaitan dengan kebenaran. Filsafat ini mengandung musyawarah tersebut dan kontemplasi atas kebenaran. Dalam Persepsi Filsafat, Pratyaksh (persepsi langsung melalui Rasa-Organ), Anumn (Inferensi atau kognisi mengikuti beberapa Pengetahuan lainnya), dan habda (Kesaksian Verbal) adalah tiga pramn yang diterima (sumber pengetahuan yang sah atau metode mengetahui benar). Misalnya, Nyyiks (Pengikut Filsafat Nyya) telah menerima empat Pramn, para Mimsaks (Pengikut Filsafats Mimsa) telah menerima enam pramn. Demikian pula, di Filsafat Skhya, tiga Pramn telah diterimanya. Pendiri dari sistem filsafat ini adalah r Kapila Muni, yang dikatakan sebagai putra Brahma dan Avatra dari Viu. Pada sistem Skhya tak ada penyelidikan secara analitik ke dalam alam semesta, seperti keberadaan yang sesungguhnya yang merupakan susunan menurut topic-topik dan kategori-kategori, namun terdapat suatu sistem tiruan yang diawali dari satu Tattva atau prinsip mula-mula atau Prakti, yang berkembang atau yang menghasilkan (Prakaroti) sesuatu yang lain. Didirikan oleh Mahai Kapila Muni, ini adalah Filsafat yang paling kuno. Filsafat ini di bangun oleh i Kapila. Sebuah teks yang ditulis oleh Ishwar Krishna disebut 'Snkhyakrika' adalah sumber terpercaya prinsip pengetahuan dalam Filsafat ini. Hal ini ditulis dalam Aryan Chand (sejenis puisi Sanskta kuno) dan berisi 72 Karikas (koleksi memorial ayat tentang topik filosofis) yang menerjemahkan Skhya Siddhant (Doktrin Skhya) yangjelas dan eksplisit. Para ahli merasa bahwa beberapa orang mungkin telah belajar menulis Skhya Stra dan Stra Snkhyasams dalam nama i Kapila. Hal ini karena tidak ada menyebutkan bahwa dua teks tersebut ditulis 1500 SM. Oleh karena itu, apa pun pengetahuan yang kita dapat dari Ajaran Skhya sekarang didasarkan pada Skhya Karikas. Ajaran Skhya merupakan filsafat yang menerima 24 Kebenaran dari Prakti (Alam benda) dan 25 kebenaran Purua (Jiwa).

b.Konsep Purua dan Prakti

Seperti yang telah disinggung di atas, Skhya mempergua kan 3 sistem atau cara mencari pengetahuan dan kebenaran, yaitu: Pratyaka (pengamatan langsung), Anuma (penyimpulan), dan Apta Vkya (penegasan yang benar). Kata Apta artinya pantas atau benar yang ditunjukkan kepada wahyu-wahyu Veda atau guru-guru yang mendapatkan wahyu. Sistem Skhya umumnya dipelajari setelah sistem Nyya, karena ia merupakan sistem filsafat yang hebat, dimana para filsuf barat juga sangat mengaguminya, karena secara pasti ia menekankan pluralitas dan dualitas, karena mengajarkan bahwa ada Purua atau roh yang banyak sekali. Skhya menyangkal bahwa suatu benda dapat dihasilkan melalui ketiadaan. Prakti dan Purua adalan Andi (tanpa awal) dan Ananta (tanpa akhir;tak terbatas). Ketidak berbedaan (Aviveka) antara keduanya merupakan penyebab adanya kelahiran dan kematian. Perbedaan antara Prakti dan Purua memberikan Mukti (pembebasan). Baik Prakti maupun Purua adalah Sat (nyata). Purua bersifat Asaga (tak terikat) dan merupakan keaaran yang meresapi segalanya dan abadi. Prakti merupakan si pelaku dan si penikmat, yang tersusun dari asas materi dan rohani yang memiliki atau terpengaruh oleh 3 Gua atau sifat, yaitu Sattvam, Rjas dan Tamas. Prakti artinya yang mula-mula, yang mendahului dari apa yang dibuat dan berasal dari kataPra(sebelum), dan Kri (membuat yang mirip dengan My dan Vednta. Prakti merupakan sumber dari alam semesta dan ia juga disebut Pradhna (pokok), karena semua akibat ditemukan padanya dan juga merupakan sumber dari segala benda. Pradhna dan Prakti adalah kekal, meresapi segalanya, tak dapat digerakkan dan cma satu adanya. Ia tak memiliki sebab tapi merupakan sebab dari suatu akibat. Prakti hanya bergantung dari pada aktivitas dari unsure pokok Gua-nya sendiri. Ke-3 Gua tersebut tak pernah dan saling menunjang satu sama lainnya, serta saling bercampur. Ia membentuk substansi Prakti. Akibat dari pertemuan antara Purua dan Prakti timbullah ketidak seimbangan tri gua tersebut yang menimbulkan evolusi atau perwujudan. Prakti berkembang dibawah pengaruh Purua. produk awal dari evolusi Prakti adalah Mahat atau Kecerdasan Utama, yang merupakan penyebab alam semesta dan selanjutnya muncul Buddhi dan Ahakra. Dari Ahakra muncul Manas atau pikiran, yang membawa perintah-perintah dari kehendak melalui organ-organ kegiatan (Karma Indriya).

Sattvam merupakan keseimbangan, sehingga apabila Sattvam lebih berpengaruh, terjadilah kedamaian atau ketenangan. Rjas merupakan aktifitas, yang dinyatakan sebagai Rga-Dvea, yaitu suka atau tidak suka, cinta atau benci, menarik atau memuakkan. Tamas merupakan belenggu dengan kecenderungan dengan kelesuan, kemalasan, dan kegiatan yang dungu atau bodoh, yang menyebabkan khayalan atau Aviveka (tanpa perbedaan). Skhya menerima teori pengembangan dan penyusutan, di mana sebab dan akibat merupakan keadaan yang belum berkembang dan pengembangan dari suatu substansi yang sama. Gambaran sentral dari filsafat Skhya adalah bahwa akibat benar-benar ada sebelumnya di dalam penyebab, seperti seluruh keberadaan pepohonan yang dalam keadaan terpendam atau tertidur dalam benih (biji), demikian pula seluruh alam raya ini ada dalam keadaan tertidur dalam Prakti, yaitu Avyakta (tak terbedakan).

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang proses pengembangan dan penyusutan, Skhya menguraikannya sebagai berikut : Dari pertemuan antara Purua dan Prakti, timbullah Mahat (yang agung), yang merupakan benih alam semesta, di mana segi psikologinya disebut sebagai Buddhi, yang memiliki sifat-sifat kebajikan, pengetahuan, tidak bernafsu. Perbedaan antara Mahat dan Buddhi adalah, Mahat merupakan asas kosmis sedangkan Buddhi merupakan asas kejiwaan (merupakan unsur kejiwaan tertinggi). Dari Buddhi timbullah Ahakra yang merupakan asas individuasi atau asas keakuan, yang menyebabkan segala sesuatu memiliki latar belakang sendiri-sendiri. Perkembangan kejiawaan yang pertama adalah Ahakra adalah Manas yang merupakan pusat indra yang bekerja sama dengan indra-indra yang lain mengamati kenyataan di luar badan manusia. Tugas Manas adalah untuk menkoordinir rangsangan-rangsangan indra, dan mengaturnya sehingga menjadi petunjuk dan meneruskannya kepada Ahakra dan Buddhi.sebaliknya Manas juga bertugas meneruskan putusan kehendak Buddhi kepada peralatan indra yang lebih rendah. Buddhi, Ahakra dan Manas secara bersama-sama disebut sebagai peralatan bhatin atau Antakaraa.Perkembangan kejiwaan yang kedua adalah Paca Indra persepsi (Buddhendriya atau Jnendriya), yaitu :

1) Pengelihatan2) Pendengaran

3) Penciuman

4) Perabaan, dan

5) Perasa

Perkembangan kejiwaan yang ketiga disebut sebagai Karmendriya atau organ penggerak, yaitu :

1) Daya untuk berbicara

2) Daya untuk memegang

3) Daya untuk berjalan

4) Daya untuk membuang kotoran, dan

5) Daya untuk mengeluarkan benih

Perkembangan fisik menghasilkan asas dunia luar, yang disebut 5 unsur dan perkembangan melalui 2 tahapan, yaitu :

1) Pada tahap pertama, berbentuk unsure halus (Paca Tanmtra) yaitu: sari suara, sari raba, sari warna, sari rasa dan sari bau.2) Pada tahapan kedua terjadi kombinasi dari unsur-unsur halus yang menimbulkan unsure-unsur kasar yang disebut paca mahbhta, yaitu :

a) ka (ether, ruang)

b) Vyu (udara)

c) Agni atau Tejah (api/panas)

d) pah (air), dan

e) Pthiv (tanah).

c. Tri Gua Prakti dibangun oleh gua yaitu, Sattva, Rjas, dan Tamas. Gua artinya unsur, atau komponen penyusunan. Gua itu tidak dapat kita amati dengan indra. Adanya itu disimpulkan atas obyek dunia ini yang merupakan akibat dari padanya. Karena adanya kesamaan azas antara akibat dan sebab, maka dapat kita ketahui sifat-sifat Gua itu dari alam yang merupakan wujud hasil dari padanya. Semua obyek dunia ini memiliki tiga sifat yaitu sifat-sifat yang menimbulkan rasa senang. Susah dan netral. Nyanyian burung yang menyenangkan seorang seniman, menyusahkan orang sakit, tak berpengaruh apapun untuk orang yang acuh. Sebab semua sifat ini merupakan akibat suatu sebab, maka sifat-sifat itu haruslah terkandung dalam Sattva, Rjas dan Tamas itu.

1) Sattva adalah suatu Prakti yang merupakan alam kesenangan yang ringan, yang tenang bercahaya. Wujudnya berupa keaaran sifat ringan yang menimbulkan gerak keatas, angin dan air di udara dan semua bentuk kesenangan seperti kepuasan, kegirangan dan sebagainya.2) Rjas adalah unsur gerak pada benda-benda ini. Ia selalu gerak dan menyebabkan benda-benda ini bergerak. Ialah menyebabkan api berkobar, angin berhembus, pikiran berkeliaran kesaana kemari. Ialah yang menggerakan Sattva dan Tamas untuk melaksanakan tugasnya. 3) Tamas adalah unsur yang menyebabkan sesuatu menjadi pasip dan bersifat negatif. Ia bersifat keras, menentang aktifitas menahan gerak pikiran hingga menimbulkan kegelapan, kebodohan sehingga mengantar orang pada kebingungan. Karena menentang aktifitas menyebabkan orang menjadi malas, acuh tak acuh, tidur.Ketiga gua ini tidak dapat dipisahkan satu sama lainya karena masing-masing saling mengsuport yang lain sebagai satu kesatuan. Ibaratkan lampu minyak yang terdiri dari unsur nyala, unsur minyak dan unsur lampunya, yang secara sendiri-sendiri tidak akan dapat berfungsi. Dalam kaitan dengan konsep penciptaan, pemeliharaan dan peniadaan, Sattva adalah penciptaan, Rjas adalah pemeliharaan dan Tamas adalah peniadaan. Prakti dicirikan oleh adanya tiga gua diatas. Kata gua artinya adalah kualitas atau sifat dari Prakti, tetapi tidak sekedar aspek permukaan dari alam materiil ini, tapi hakekat intrinsik dari Prakti. Gua itu selalu berubah dari dalam dirinya sendiri walaupun dalam keadaan keseimbangan, hanya saja ia tidak menghasilkan apapun sepanjang keseimbangan tidak terganggu. Bila keseimbangan terganggu maka gua dalam situasi Guaksobha, dimana masing-masing gua beraksi satu sama lainnya yang disebabkan karena salah satu gua secara dominan tampil walaupun tidak meniadakan gua lainnya, dalam benda-benda material yang diam atau yang tidak bergerak maka yang dominan adalah Tamas Gua dibangdingkan dengan dua gua lainnya. Dalam sesuatu ang bergerak maka Rjas Gua dominan dari pada dua gua lainnya. Demikianlah gua itu bekerja bersama-sama dalam membentuk alam semesta ini. Gua-Gua itu dapat di mengerti dari fakta berupa ciri-ciri dari dunia materiil ini, baik secara eksternal maupun secara internal, baik itu berupa unsur fisik atau pikiran, yang semanya itu memiliki kemampuan dalam menghasilkan kesenangan, penderitaan atau seimbang tidak keduanya. Suatu objek yang sama barangkali menyenangkan seseorang tapi menyakiti bagi yang lainnya atau sama sekali tidak keduanya itu. Seorang wanita yang cantik akan sangat menarik bagi pacarnya, tapi akan menyakitkan wanita lainnya yang juga tertarik pada laki-laki pacar wanita cantik itu, dan tidak ada apa-apanya bagi orang lain yang tidak terlibat kecantikan dari wanita itu, menunjukkan adanya hubungan dengan orang-orang lainnya disekitarnya, yang muncul dari gua yang ada pada dunia ini. Dari contoh ini kita akan dibantu dalam memahami bagaimana asal-usul dari semua fenomena Prakti yang memiliki ciri-ciri yang dapat kita temukan. Pada obyek-obyek dunia ini. Prakti dan produk-produk yang dihasilkannya membutuhkan gua tersebut karena, Prakti dan produknya tidak mempunyai kekuatan untuk membedakan dirinya dengan Purua. Mereka adalah Objek sedangkan Purua adalah Subyek. Filsafat Skhya menyatakan bahwa keseluruhan alam semesta ini berkembang dari Gua, dimana dalam keadaan ketiga Gua itu seimbang alami disebut Prakti dan dalam keadaan tidak seimbang disebut sebagai Vikti, yaitu keadaan yang heterogen. Tiga Gua ini oleh filsuf Skhya yang beraliran nonteistik dinyatakan sebagai penyebab terakhir dari aktifitas dan Tamas adalah berat dan gelap, lesu atau menutupi. Gua itu tidak berbentuk dan selalu ada (omnipresent) yang dalam keadaan seimbang menyerahkan sifat-sifatnya kedalam yang satu dengan yang lainnya. Dalam keadaan tidak seimbang, Rjas dikatakan sebagai pusat dari Sattva dan Tamas, yang menghasilkan penciptaan karena memanifestasikan dirinya dengan demikian Rjas menghasilkan pasangan-pasangan yang berlawanan. sebaliknya Rjas juga tergantung dari Sattva dan Tamas, karena aktifitas tidakakan terjadi tanpa adanya obyek di mana ia beraktifitas. Dalam keadaan memanifestasikan diri, salah satu gua mendominasi dua gua lainnya, tetapi tidak pernah terjadi secara sepenuhnya terpisah atau absen satu sama lainnya karena secara keseimbangan mereka bereaksi antara satu dengan yang lainnya. Dengan pengaruh Rjas maka kekuatan Sattvika maka kecepatan yang tinggi dan unit kekuatan itu terpecah menjadi bagian-bagian. Dalam tahapan tertentu barang kali percepatan berkurang dan mereka mulai mendekat dan mendekat satu sama lainnya. Kontraksi dari kekuatan Sattvika maka akan terbentuk Tamas, dan dalam waktu yang bersamaan dorongan dari kekuatan aktif (Rjas) juga terjadi pada Tamas dan dalam kontraksi itu terjadilah ekspansi yang cepat. Dengan demikian gua itu secara terus menerus merubah keunggulan mereka mengatasi yang lainnya. Keunggulan Sattva dari Tamas dan sebaliknya, keunggulan Sattva pada Tamas terjadi secara bersamaan dalam proses tersebut, dan pergantiian itu terjadi pada setiap saat. Sattva dan Tamas dan dalam penampakannya merupakan terang dan tidak berbobot sedang yang lain merupakan gelap dan berat. Tapi pasangan ini bekerja secara bersama-sama dalam penciptaan dan peleburan seperti halnya benda-benda bergerak dari yang halus. Ekspansi kekuatan energi yang tertimbun dalam bentuk-bentuk yang halus, darimana ia memanifestasikan dari dalam bentuk keseimbangan yang baru. Keseimbangan yang sifatnya relatif ini merupakan suatu tahapan tertentu dari proses evolusi itu sendiri. Memang kelihatannya ada suatu konflik yang berkesinambungan antara Gua itu, tapi sesungguhnya ada kerjasama yang sempurna selama proses penciptaan oleh karena lewat interaksi yang berkesinambungan itulah aliran kosmis dan kehidupan individual terus berlangsung. Gua itu memiliki peranan yang sama dalam tubuh dan pikian manusia sepertihalnya yang terjadi pada alam semesta secara keseluruhan.d. Evolusi alam semesta.

Prakti akan mengembang menjadi alam ini bila berhubungan dengan Purua. Melalui perhubungan ini Prakti dipengaruhi oleh Purua seperti halnya anggota badan kita dapat bergerak karena hadirnya pikiran. Evolusi alam semesta tidak mungkin terjadi hanya karena Purua, karena ia bersifat pasif. Tidak juga hal itu dapat terjadi karena ia tanpa keaaran. Hanya karena perhubungan Purua dan Prakti ini adalah seperti kerja sama orang lumpuh dengan orang buta untuk dapat keluar hutan. Mereka bekarja sama untuk mencapai tujuannya.

Hubungan antara Purua dan Prakti menyebabkan terganggunya keseimbangan dalam Tri Gua. Yang mula-mula tergantung ialah Rjas yang menyebabkan Gua yang lain ikut terguncang pula. Masing-masing Gua itu berusaha mengatasi kekuatan Gua lainnya. Maka terjadilah pemisah dan penyatuan Tri Gua itu yang menyebabkan munculnya obyek yang kedua ini. Yang pertama terjadi dari Prakti ialah Mahat dan Buddhi. Mahat adalah benih besar alam semesta ini sedangkan Buddhi adalah unsur intelek.

Fungsi buddhi ialah untuk memberikan pertimbangan dan memutuskan segala apa yang datang dari alat-alat yang lebih rendah dari padanya. Dalam keadaannya yang murni ia bersifat dharma, jana, viragya dan aiarya yaitu kebijakan, pengetahuan, tidak bernafsu dan ketuhanan. Ia berada amat dekat dengan roh. Ahakra atau rasa aku adalah hasil Prakti yang kedua. Ia langsung timbul dari mahat dan merupakan manifestasi pertama dari mahat. Fungsi Ahakra ialah merasakan rasa aku. Dengan Ahakra sang diri merasa dirinya yang bertindak, yang ingin, yang bermilik.

Ada tiga macam Ahakra sesuai dengan Gua mana yang lebih unggul dalam keinginan itu. Ahakra itu disebut sattvika bila unsur Sattvam yang unggul, Rjasa bila Rjas yang unggul dan Tamasa bila Tamas yang unggul. Dari Sattvika timbullah paca janendriya, paca karmendriya dan manas. Dari Tamasa lahirlah paca tanmtra sedangkan Rjasa memberikan tenaga baik pada Sattvika maupun Tamasa untuk merubah mana berfungsi menuntun alat-alat tubuh untuk mengetahui dan bertindak.

Paca tanmtra adalah sari-sari benih suara, sentuhan, warna, rasa dan bau. Semuanya ini hanya diketahui orang akibat yang ditimbulkannya, sedangkan ia sendiri tidak dapat dikenal karena amat halusnya. Dari semua anasir kasar itu berkembanglah alam semesta ini dengan segala isinya, namun perkembangan ini tidak menimbulkan azas-azas baru lagi seperti perkembangan Mahat. Alam semesta ini dengan segala isinya, namun perkembangan Mahat. Alam semesta adalah benda-benda yang dijadikan bukan benda-benda yang menjadikan.

Suatu azaz lagi setelah terbentuknya alam semesta ini, belumlah sempurna sampai disitu, sebab ia memerlukan adanya dunia roh yang menjadi saksi dan yang menikmati isi alam ini. Bila roh nyata ada, maka perlulah adanya penyesuaian moral, kenikmatan dan kesusahan hidup ini. Evolusi Prakti menjadi dunia obyek memungkinkan roh nikmat atau menderita sesuai dengan baik buruk perbuatanya. Namun tujuan akhir evolusi Prakti ialah kelepasan.e. Ajaran tentang kelepasan.

Hidup didunia ini adalah campuran antara senang dan susah. Banyak kesenangan dapat dinikmati, banyak pula kesusahan dan sakit yang diderita orang. Bila orang dapat menghindari diri dari kesusahan dan sakit, maka ia tak dapat menghindari diri dari ketuaan dan kematian. Ada tiga macam sakit dalam hidup ini yaitu Adhytmika, Adhibutika, dan Adhidivika.

1) Adhytmika adalah sakit karena sebab-sebab dari dalam badan sendiri seperti kerja alat-alat tubuh yang tidak normal dan gangguan perasaan. Dengan demikian ia merupakan gangguan perasaan. Ia merupakan gangguan jasmani dan rokhani seperti sakit kepala, takut, marah, dan sebgainya. 2) Adhibutika adalah sakit yang disebabkan oleh faktor luar tubuh, seperti terpukul, kena gigitan nyamuk dan sebagainya, dan 3) Adhidivika adalah sakit karena tenaga gaib seperti setan, hantu dan lain-lainnya.

Tidak ada seorangpun yang ingin menderita sakit, semuanya ingin hidup bahagia lepas dari susah dan sakit. Tetapi kenyataannya tidaklah demikian. Selama orang masih berbadan lemah, selama itu suka dan duka, sakit dan sehat selalu berdampingan. Dengan demikian kita perlu bercita-cita hidup bersenang-senang selalu, cukup hidup biasa-biasa saja dengan berusaha melepaskan penderitaan atas dasar pikiran sehat.

Dalam ajaran Skhya kelepasan itu adalah penghentian yang sempurna dari semua penderitaan. Inilah tujuan terakhir dari hidup kita. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memperingan hidup kita, namun tidak dapat melepaskan kita dari penderitaan sepenuh-penuhnya. Skhya mengajarkan bahwa cara mencapai kelepasan itu ialah melalui pengetahuan yang benar atas kenyataan dunia ini. Tiadanya pengetahuan itulah yang menyebabkan orang menderita. Dalam banyak hal orang-orang yang tidak punya pengetahuan tentang hukum alam dan hukum kehidupan terbentur pada masalah yang membawanya pada kesedihan. Berbeda halnya orang-orang yang berpengetahuan akan menerima dan menikmati kenyataan itu tidak sempurna, maka ia tidak lepas dari penderitaan sepenuhnya. Kelepasan itu hanya akan dicapai bila pengetahuan orang akan kenyataan itu sudah sempurna.4. Yoga Daranaa. Pendiri dan sumber ajarannya Kata Yoga berasal dari akar katayujyang artinya menghubungkan. Yoga merupakan pengendalian aktivitas pikiran dan merupakan penyatuan roh pribadi dengan roh tertinggi. Hirayagarbhaadalah pendiri dari sistem Yoga. Yogayang didirikan olehMahi Patajali, merupakan cabang atau tambahan dari filsafatSkhya. Ia memiliki daya tarik tersendiri bagi para murid yang memiliki temperamen mistis dan perenungan. Ia menyatakan bersifat lebih orthodox dari pada filsafatSkhya,yang secara langsung mengakui keberadaan dari Makhluk Tertinggi(vara). Tuhan menurut Patajali merupakanPuraistimewa atau roh khusus yang tak terpengaruh oleh kemalangan kerja, hasil yang diperoleh dan cara perolehannya. Pada-Nya merupakan batas tertinggi dari benih kemahatahuan, yang tanpa terkondisikan oleh waktu, merupakan guru bagi para bijak jaman dahulu. Dia bebas selamanya. Suku kata suci O merupakan simbol Tuhan. Pengulangan suku kata O dan bermeditasi pada O, haruslah dilaksanakan, yang akan melepaskan segala halangan dan akan membawa kepencapaian perwujudan Tuhan. Patajali mendirikan system filsafat ini dengan latar belakang metafisika Skhya dan menerima 25 prinsip atau Tattva dari Skhya, tetapi menekankan pada sisi praktisnya guna realisasi dari penyatuan mutlak Purua atau sang Diri.Roh pribadi dalam system Yoga memiliki kemerdekaan yang lebih besar dan dapat mencapai pembebasan dengan bantuan Tuhan. System Yoga menganggap bahwa konsentrasi, meditasi dan Samdhi akan membawa kepada Kaivalya atau kemerdekaan. Menurut Patajali, Tuhan adalah Pura Istimewa atau roh khusus yang tak terpengaruh oleh kemalangan, karma, hasil yang diperoleh dan cara memperolehnya, pada-Nya merupakan batas tertinggi dari Kemahatahuan, yang tak terkondisikan oleh waktu, yang selamanya bebas dan merupakan Guru bagi para bijak jaman dahulu. Yoga Stra dari Patajali muncul sebagai buku acuan yang tertua dari aliran filsafat Yoga, yang memiliki 4 Bab, yaitu :

1) Bab yang pertama yaituSamdhi Pda,memuat penjelasan tentang sifat dan tujuanSamdhi.2) Bab kedua yaituSdhan Pda,menjelaskan tentang cara pencapaian tujuan ini.

3) Bab ketiga, yaituWibhti Pda,memberikan uraian tentang daya-daya supra alami atauSiddhiyang dapat dicapai melalui pelaksanaan Yoga.

4) Bab keempat yaituKaivalya Pda,menggambarkan sifat dari pembebasan tersebut.

b. Pokok-pokok ajarannyaYoga-nya Mahi Patajali merupakan Aga-Yoga atau Yoga dengan delapan anggota, yang mengandung disiplin pikiran dan tenaga fisik.Haha Yogamembahas tentang cara-cara mengendalikan badan dan mengatur pernafasan yang memuncak dari Rja Yoga. Sdhanyang progresif dalamHaha Yogamembawa pada ketrampilanHahaYoga.Haha Yogamerupakan tangga untuk mendaki menuju tahapan puncak dariRjaYoga. Bila gerakan pernafasan dihentikan dengan caraKumbhaka,pikiran menjadi tak tertopang. Pemurnian badan dan pengendalian pernafasan merupakan tujuan langsung dariHaha Yoga. a Karmaatau enam kegiatan pemurnian badan antara lainDhaut(pembersihan perut),Bast(bentuk alami pembersihan usus),Net(pembersihan lubang hidung),Traka(penatapan tanpa berkedip terhadap sesuatu obyek),Naul (pengadukan isi perut), danKaplabht(pelepasan lendir melalui semacamPrymatertentu). Badan diberikan kesehatan, kemudaan, kekuatan dan kemantapan dengan melaksanakansana, bandhadanmudr.Yogamerupakan satu cara disiplin yang ketat, yang memberlakukan pengetatan pada diet, tidur, pergaulan, kebiasaan, berkata dan berpikir. Hal ini harus dilakukan di bawah pengawasan yang cermat dari seorang Yogn yang ahli dan memancarkan sinar kepada Jva. Yogamerupakan satu usaha sistematis untuk mengendalikan pikiran dan mencapai kesempurnaan. Yogameningkatkan daya konsentrasi, menahan tingkah laku dan pengembaraan pikiran, dan membantu untuk mencapai keadaan supra aar ataunirvikalpa samdhi. PelaksanaanYogamelepaskan keletihan badan dan pikiran dan melepaskan ketidakmurnian pikiran serta memantapkannya. Tujuanyogaadalah untuk mengajarkan caratmapribadi dapat mencapai penyatuan yang sempurna denganRohTertinggi. Penyatuan atau perpaduan dari tma pribadi dengan Purua Tertinggi dipengaruhi olehVttiatau pemikiran-pemikiran dari pikiran. Ini merupakan suatu keadaan yang jernihnya seperti kristal, karena pikiran tak terwarnai oleh hubungan dengan obyek-obyek duniawi.

Sistem filsafatKapilaadalahNir-vara Skhya,karena di sana tak adavaraatau Tuhan. SistemPatajaliadalahSa-vara Skhyakarena adavaraatau Purua Istimewa di dalamnya, yang tak tersentuh oleh kemalangan, kerja, keinginan dsb.Patajali mendirikan sistem ini pada latar belakang metafisika dariSkhya. Patajalimenerima 25 prinsip dariSkhya.Ia menerima pandangan metafisik dari sistemSkhya,tetapi lebih menekankan pada sisi praktis dari disiplin diri guna realisasi dari penyatuan mutlakPurua atau sangDiri.Skhyamerupakan satu sistem metafisika, sedangkan Yoga merupakan satu sistem disiplin praktis. Yang pertama menekankan pada penyelidikan dan penalaran, sedang yang kedua menekankan pada konsentrasi dari daya kehendak. Roh pribadi dalam Yoga memiliki kemerdekaan yang lebih besar. Ia dapat mencapai pembebasan dengan bantuan Tuhan.Skhyamenetapkan bahwa pengetahuan adalah cara untuk pembebasan. Yoga menganggap bahwa konsentrasi, meditasi dan Samdhi akan membawa kepada Kaivalya atau kemerdekaan.Sistem Yogamenganggap bahwa proses Yoga terkandung dalam kesan-kesan dari keanekaragaman fungsi mental dan konsentrasi dari energi mentalpada Puruayang mencerahi dirinya. Rja Yogadikenal dengan namaAga-Yogaatau Yoga dengan delapan anggota, yaitu :

1) Yama,(larangan)2) Niyama(ketaatan),3) sana(sikap badan)4) Pryma(pengendalian nafas),5) Pratyhra(penarikan indriya),6) Dhraa(konsentrasi),7) Dhyna(meditasi), dan 8) Samdhi(keadaan supra aar). Kelima yang pertama membentuk anggota luar(Bahir-aga)dari Yoga, sedangkan ketiga yang terakhir membentuk anggota dalam(Antar-aga)dari Yoga .c. Penjelasan Rja Yogaatau Aga-Yoga1)YamadanNiyamaPelaksanaanYamadanNiyamamembentuk disiplin etika, yang mempersiapkan siswa-siswa Yoga untuk melaksanakan Yoga yang sesungguhnya. SiswaYogahendaknya melaksanakan tanpa kekerasan, kejujuran, pengendalian nafsu, tidak mencuri dan tidak menerima pemberian yang mengantar pada kehidupan mewah; dan melaksanakan kemurnian, kepuasan, kesederhanaan mempelajari kesucian dan berserah diri kepada Tuhan. Siswa Yoga hendaknya melaksanakan :

a) Ahis atau tanpa kekerasan, yaitu jangan melukai mahluk lain baik dalam pikiran atau pun perkataan. Perlakukanla pihak lain seperti engkau ingin memperlakukan diri sendiri.b) Satya atau kebenaran dalam pikiran, perkataan dan perbuatanc) Asteya atau pantang mencuri atau menginginkan milik orang laind) Bramacarya atau pembujangan dalam pikiran, perkataan dan perbuatane) Aparigraha atau pantang kemewahan yang melebihi apa yang diperlukan

Ke-lima pantangan ini merupakan nazar universal (mahvrata) atau sumpah luar biasa yang harus dipatuhi,tanpa alasan pengelakan berdasarkan Jati (kedudukan pribadi), Dea(tempat kediaman), Kla (usia dan waktu) dan Samy (keadaan). Ia harus dilaksanakan oleh semua orang, tak ada pengecualian terhadap prisip-prinsip ini. Bahkan untuk membela diri melakukan pembunuhan tak dibenarkan bagi seseorang yang sedang melaksanakan nazar tanpa kekerasan ini. Ia hendaknya tidak membunuh musuhnya sekalipun, apabila ia melaksanakan Yoga secara ketat.

Selanjutnya perincian Patajali terhadap Niyama adalah :a) auca (kebersihan lahir batin dan menganjurkan kebajikan)

b) Satoa (kepuasan untuk memantapkan mental)

c) Tapa (berpantang atau pengetatan diri)

d) Svdhyya (mempelajari naskah-naskah suci)

e) varapraidhna (penyeraha diri kepada Tuhan)

2) sana, Pryma dan Pratyharasana merupakan sikap badan yang mantap dan nyaman. sana atau sikap badan merupakan bantuan secara fisik untuk konsentrasi. Bila seseorang memperoleh penguasaan atas sana, ia bebas dari gangguan pasangan-pasangan yang berlawanan.Prymaatau pengaturan nafas memberikan ketenangan dan kemantapan pikiran serta kesehatan yang baik.Pratyharaadalah pemusatan pikiran, yaitu penarikan indra-indra dari obyek-obyeknya.Yama, Niyama, sana. pryma, dan Pratyharamerupakan tambahan bagi Yoga.3) Dhraa, Dhyna dan SamdhiDhraa, Dhyna dan Samdhi merupakan 3 tahapan berturut-turut dari proses yang sama dari konsentrasi mental dan karena itu merupakan bagian dari keseluruhan organ. Dhraaadalah usaha untuk memusatkan pikiran secara mantap pada suatu obyek. Dhynamerupakan pemusatan yang terus menerus tanpa henti dari pikiran terhadap obyek.Samdhiadalah pemusatan pikiran terhadap obyek dengan intensitas konsentrasi demikian rupa sehingga menjadi obyek itu sendiri. Pikiran sepenuhnya bergabung dalam penyamaan dengan obyek yang dimeditasikan.

Sayamaatau konsentrasi, meditasi dansamdhimerupakan hal yang sama dan satu yang memberikan suatu pengetahuan dari obyek supra alami.Siddhimerupakan hasil sampingan dari konsentrasi yang sesungguhnya merupakan halangan terhadap pelaksanaan samdhi atau kebebasan, yang merupakan tujuan dari disiplin Yoga4) Yoga Samdhi Dan Ciri-cirinyaDhynaatau meditasi memuncak dalamsamdhi.Obyek meditasi adalahSamdhi. Samdhimerupakan tujuan dari disiplin Yoga. Badan dan pikiran menjadi mati sementara sedemikian rupa terhadap semua kesan-kesan luar. Hubungan dengan dunia luar lepas. Dalamsamdhi,Yogi memasuki ketenangan tertinggi yang tak tersentuh oleh suara-suara yang tak henti-hentinya dari dunia luar. Pikiran kehilangan fungsinya. Indriya-indriya terserap ke dalam pikiran. Bila semua perubahan pikiran terkendalikan si pengamat yaituPurua, terhenti dalam dirinya sendiri.Patajalimengatakan hal ini dalam Yoga Stra-nyasebagaiSvarpa Awasthnam(kedudukan dalam diri seseorang yang sesungguhnya).Ada jenis atau tingkatan konsentrasi atausamdhi,yaituSaprajataatau aar danAsaprajataatau supra aar. Padasaprajatasamdhi, ada obyek konsentrasi yang pasti, di situ pikiran tetap aar akan obyek tersebut.Savitarka(dengan pertimbangan), nirvitarka(tanpa pertimbangan), savicra (dengan renungan), Nirvicra (tanpa renungan),Snanda(dengan kegembiraan) danSsmita(dengan arti kepribadian) adalah bentuk-bentuk dariSaprajata samdhi.DalamSaprajata samdhiada keaaran yang jernih tentang obyek yang dimeditasikan, yang berada dengan subyek. DalamAsaprajata samdhi,perbedaan ini lenyap dan menjadi tersenden (terlampaui).

d. Kondisi guna berhasil dalam Rja Yoga Para calon spiritual yang menginginkan untuk mencapai perwujudan Tuhan hendaknya melaksanakan kedelapan anggotaYogaini. Pada penghancuran ketidak-murnian melalui pelaksanaan delapan anggota dariYoga,muncullah sinar kebijaksanaan yang membawa ke pengetahuan pembedaan. Guna mencapaiSamdhi atau penyatuan dengan Tuhan, pelaksanaanYamadanNiyamamerupakan suatu keharusan.

Siswa Yoga hendaknya melaksanakan Yama dan mematuhiNiyamasecara berdampingan. Tak mungkin mencapai kesempurnaan dalam meditasi dan Samdhi tanpa berusaha melaksanakanYamadanNiyama.Kamu tak dapat mengkonsentrasikan pikiran tanpa melepaskan kepalsuan, kebohongan, kekejaman, nafsu dan sebagainya yang berada di dalam. Tanpa konsentrasi pikiran, meditasi dan Samdhi tidak dapat dicapai.

e. Lima Tingkatan Mental Menurut Aliran Filsafat PatajaliKipta, Muha, Vikipta, EkagradanNiruddha,merupakan lima tingkatan mental, menurut aliran RjaYogadariPatajali.Tingkatan Kipta adalah pada saat pikiran mengembara diantara berbagai obyek duniawi dan pikiran dipenuhi dengan sifatRjas. Tingkatan Muha,pikiran berada dalam keadaan tertidur dan tak berdaya disebabkan sifatTamas. TingkatanVikiptaadalah keadaan pada saat sifatSattvamelampaui, dan pikiran goyang antara meditasi dan obyektivitas. Sinar pikiran secara perlahan berkumpul dan bergabung. Bila sifat Sattva meningkat, akan memiliki kegembiraan pikiran, pemusatan pikiran, penaklukan indriya-indriya dan kelayakan untuk perwujudantman.Tingkatanekagraadalah pada saat pikiran terpusatkan dan terjadi meditasi yang mendalam sifat Sattva terbebas dari sifat Rjas danTamas.Tingkatanniruddhaadalah pada saat pikiran di bawah pengendalian yang sempurna. SemuaVttipikiran dilenyapkan.

Vtti merupakan kegoncangan atau gejolak pikiran dalam danaunya pikiran. SetiapVttiatau perubahan mental meninggalkan sesuatusaskra atau kesan-kesan atau kecenderungan yang terpendam.Saskraini dapat mewujudkan dirinya sebagai keadaan aar bila ada kesempatan. Vttiyang sama memperkuat kecenderungan yang sama. Bila semuaVttidihentikan, pikiran berada dalam keadaan setimbang(Sampatti). Penyakit, kelesuan, keragu-raguan, keletihan, kemalasan, keduniawian, kesalahan pengamatan, kegagalan mencapai konsentrasi dan ketidakmampuan ketika hal itu dicapai, merupakan halangan pokok untuk konsentrasi.

f. Lima Klea dan PelepasannyaMenurutPatajali, avidy(kebodohan), asmit (keakuan), rga-dvea (keinginan dan anti pati, atau suka dan tidak suka) danabhiniwea(ketergantungan pada kehidupan duniawi) merupakan 5kleabesar atau mala petaka yang menyerang pikiran. Ada keringanan dengan cara melaksanakanYogaterus menerus, tetapi tidak menghilangkan secara total. Mereka akan muncul lagi pada saat mereka menemukan situasi yang menyenangkan dan menguntungkan. TetapiAsaprajata samdhi(pengalaman mutlak) menghancurkan sekaligus benih-benih dari kejahatan ini. Avidy merupakan penyebab utama dari segala kesulitan. Keakuan merupakan hasil langsung dari avidy, yang memberi kita keinginan dan kebencian, serta menyelubungi pandangan spiritual. Pelaksanaanyoga samdhimelenyapkanavidy.Kriy Yoga memurnikan pikiran, melunakkan 5 klea dan membawa pada keadaansamdhi. Tapas(kesederhanaan),svadhyya(mempelajari dan memahami kitab suci) danvara-praidhna(pemujaan Tuhan dan penyerahan hasilnya pada Tuhan) membentukKriy Yoga. Pengusahaan persahabatan(Maitr)terhadap sesama, kasih sayang(karua)terhadap yang lebih rendah, kebahagiaan(mudita)terhadap yang lebih tinggi, dan ketidakacuhan(upek)terhadap orang-orang kejam (atau dengan memandang sesuatu menyenangkan dan menyakitkan, baik dan buruk) menghasilkan ketenangan pikiran(citta prasda). Seseorang dapat mencapaisamdhimelalui kepatuhan pada Tuhan yang memberikan kebebasan. Denganvara-praidhna,siswayogamemperoleh karunia Tuhan.

Abhysa(pelaksanaan) danVairgya(kesabaran, tanpa keterikatan membantu dalam pemantapan dan pengendalian pikiran. Pikiran hendaknya ditarik berkali-kali dan dibawa kepusat meditasi, apabila ia mengarah keluar menuju obyek duniawi. Ini merupakan abhysa yoga.Pelaksanaan menjadi mantap dan terpusatkan, apabila secara terus menerus selama beberapa waktu tanpa selang waktu dan dengan penuh ketaatan. Pikiran merupakan sebuah berkasTa(kerinduan). PelaksanaanVairgyaakan menghancurkan segalaTa. Vairgya memutar pikiran menjauhi obyek-obyek. Ia tidak mengijinkan pikiran untuk mengarah keluar (kegiatanBahirmukhadari pikiran), tetapi mengarahkannya ke kegiatanantar-mukha (mengarah ke dalam). Tujuan kehidupan adalah keterpisahan mutlak dari Purua terhadapPrakti. Kebebasan dalam Yoga merupakan Kaivalya atau kemerdekaan mutlak. Roh terbebas dari belengguPrakti. Puruaberada dalam wujud yang sebenarnya atausvarpa.Bila roh mewujudkan bahwa hal itu adalah kemerdekaan secara mutlak dan bahwa ia tak tergantung pada sesuatu apa pun di dunia ini, Kaivalya atau Pemisahan tercapai. Roh telah melepaskanavidymelalui pengetahuan pembedaan(vivekakhyti).Lima klea atau mala petaka terbakar oleh apinya pengetahuan. Sang Diri tak terjamah oleh kondisi daricitta. Guaseluruhnya terhenti dan sang Diri berdiam pada intisari Tuhan sendiri. Walaupun seorang menjadi seorangmukta(roh bebas),Praktidan perubah-perubahannya tetap ada bagi orang lainnya. Hal ini, dalam perjanjian dengan sistem filsafatSkhya,dipegang oleh sistem Yoga ini

5. Mmms Daranaa. Pendiri dan sumber ajarannyaPrva Mmms atau Karma Mmms atau yang lebih dikenal dengan Mmms, adalah penyelidikian ke dalam bagian yang lebih awal dari kitab suci Veda; suatu pencarian kedalam ritual-ritual Veda atau bagian Veda yang berurusan dengan masalah Mantra dan Brhmana saja.disebut Prva Mmms karena ia lebih awal dari pada Uttara Mmms (Vednta), dalam pengertian logika, dan tidak demikian banyak dalam pengertian kronologis.Mmms sebenarnya bukanlah cabang dari suatu sistem filsafat, tetapi lebih tepat kalau disebutkan sebagai suatu sistem penafsiran Veda dimana diskusi filosofisnya sama dengan semacam ulasan kritis pada Brhmana atau bagian ritual dari Veda, yang menafsirkan kitab Veda dalam pengertian berdasarkan arti yang sebenarnya. Sebagai filsafat Mmms mencoba menegakkan keyakinan keagamaan Veda. Kesetiaan atau kejujuran yang mendasari keyakinan keagamaan Veda terdiri dari bermacam-macam unsur, yaitu :1) Percaya dengan adanya roh yang menyelamatkan dari kematian dan mengamati hasil dari ritual di sorga.2) Percaya tentang adanya kekuatan atau potensi yang melestarikan dampak dari ritual yang dilaksanakan.3) Percaya bahwa dunia adalah suatu kenyataan dan semua tindakan yang kita lakukan dalam hidup ini bukanlah suatu bentuk illusi.Tokoh pendiri dari sistem filsafat Mmms adalah Mahi Jaimini yang merupakan murid dari Mahi Vysa telah mensistematir aturan-aturan dari Mmms dan menetapkan keabsahannya dalam karyanya itudimana aturan-aturannya sangat penting guna menafsirkan hukum-hukum Hindu. Beliau menulis kitab Mmms Stra yang menjadi sumber ajaran pokok Mmms. Stra pertama dari Mmms Stra berbunyi: Athato Dharmajijasa, yang menyatakan keseluruhan dari sistemnya yaitu, suatu keinginan utnuk mengetahui Dharma atau kewajiban, yang tekandung dalam pelaksanaan upacara-upacara dan kurban-kurban yang diuraikan oleh kitab Veda. Dharma yang diperintahkan Kitab Veda, dikenal dengan ruti yang pelaksanaannya member kebahagiaan. Seorang Hindu harus melaksanakan nitya karma seperti sadhy-vandana. Serta naimitika karma selama ada kesempatan, untuk mendapatkan pembebasan, yang dapat dikatakan sebagai kewajiban tanpa syarat.b. Sifat ajarannya

Ajaran Mmms bersifat pluralistis dan realistis yang mengakui jiwa yang jamak dan alam semesta yang nyata serta berbeda dengan jiwa. Karena sangat mengagungkan Veda, maka Mmms menganggap Veda itu bersifat kekal dan tanpa penyusun, baik oleh manusia maupun oleh Tuhan. Apa yang diajarkan oleh Veda dipandang sebagai suatu kebenaran yang mutlak. Menurut filsafat Mmms, pelaksanaan upacara keagamaan adalah semata-mata perintah dari Veda dan merupakan suatu kewajiban yang mendatangkan pahala. Kekuatan yang mengatur antara pelaksanaan upacara tersebut dengan pahalanya disebut aprva. Pelaksanaan aprva memberikan ganjaran kepada si pelaksana kurban, karena aprva merupakan mata rantai atau hubungan yang diperlukan antara kerja dengan hasilnya. Aprva adalah Ada, yang merupakan kekuatan-kekuatan yang tak terlihat yang sifatnya positif.c. Pokok-pokok ajarannyaMengenai Jva, Mmms menyatakan bahwa jiwa itu banyak dan tak terhingga, bersifat kekal, ada dimana-mana dan meliputi segala sesuatu. Karena adanya hubungan antara jiwa dengan benda, maka jiwa mengalami avidy dan kena Karmavesana. Jaimini tidak mempercayai adanya Moka dan hanya mempercayai keberadaan Svarga (surga), yang dapat dicapai melalui karma atau kurban. Para penulis yang belakangan hadir seperti Prabhakra dan Kumrila, tak dapat menyangkal tentang masalah pembebasan akhir, karena ia menarik perhatian para pemikir filsafat lainnya. Prabhakra menyatakan bahwa penghentian mutlak dari badan yang disebabkan hilangnya Dharma dan A-Dharma secara total, yang kerjanya disebabkan oleh kelahiran kembali, merupakan kelepasan atau pembebasan mutlak, karena hanya dengan Karma saja tak akan dapat mencapai pembebasan akhir. Pandangan Kumrila mendekati pandangan dari Advaita Vednta yang menetapkan bahwa Veda disusun oleh Tuhan dan merupakan Brahman dalam wujud suara. Moka adalah keadaan yang positif baginya, yang merupakan realisasi dari tman.Menurut Jaimini, pelaksanaan kegiatan yang dilarang oleh kitab suci Veda merupakan sdhan atau cara pencapaian surga. Karma Ka merupakan pokok dari Veda yang penyebab belenggu adalah pelaksanaan dari kegiatan yang dilarang (nisiddha karma). Sang Diri adalah jaa cetana, gabungan dari kecerdasan tanpa perasaan. Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa isi pokok ajaran Jaimini adalah Laksanakanlah upacara kurban dan nikmati hasilnya di Surga.Dalam sistem Mmms mengenal dua jenis pengetahuan yaitu, immediate dan mediate. Immediate adalah pengetahuan yang terjadi secara tiba-tiba, langsung dan tak terpisahkan. Sedangkan mediate ialah pengetahuan yang diperoleh melalui perantara. Obyek dari pengetahuan immediate haruslah sesuatu yang ada atau zaat. Pengetahuan yang datangnya tiba-tiba dan tidak dapat ditentukan terlebih dahulu disebut nirvikalpa pratyaka atau alocna-jana. Dari pengetahuan immediate obyeknya dapat dilihat tetapi tidak dapat dimengerti. Obyek dari pengetahuan mediate juga sesuatu yang ada dan dapat diinterprestasikan dengan baik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Dalam pengetahuan mediate obyeknya dapat dimengerti dengan benar, pengetahuan semacam ini dinamakan savikalpa Pratyaka. Mmms Stra, yang terdiri dari 12 buku atau bab Mahi Jaimini merupakan dasar filsafat Mmms, sedangkan ulasan-ulasan lain selain Prabhakra dan Kumrila, juga dari penulis lain seperti dari Bhava-ntha Mira, abarasvmn, Nilakaha, Raghavnanda dan lain-lainnya. Prabhakra menyatkan bahwa sumber pengetahuan kebenaran (prama) menurut Mmms adalah sebagai berikut:1) Pratyaka: pengamatan langsung

2) Anumna: dengan penyimpilan

3) Upama: mengadakan perbandingan

4) abda

: kesaksian kitab suci atau orang bijak

5) Arthpatti: penyimpulan dari keadaan

Dan oleh Kumrila ditambahkan dengan

6) An-upalabdhi: pengamatan ketidak adaan.Empat cara pengamatan di atas hampir sama dengan cara pengamatan dari Nyya, hanya pada pengamatan upama ada sedikit tambahan, di mana perbandingan yang dipergunakan di sini tidak sepenuhnya sama dengan contoh yang telah diketahui. Pengamatan Arthpatti adalah pengamatan dengan penyimpulan dari keadaan. Pengamatan An-upalabdhi, yaitu pengamatan ketidak adaan obyek, jadi suatu cara pembuktian bahwa obyek yang dimaksudkan itu benar-benar tidak ada.

6. Vednta Darana

a. Pendiri dan sumber ajarannyaFilsafat ini sangatlah kuno;yang berasal dari kumpulan literatur bangsa Arya yang dikenal dengan nama Veda. Vednta ini merupakan bunga diantara semua spekulasi, pengalaman dan analisa yang terbentuk dalam demikian banyak literatur yang dikumpulkan dan dipilih selama berabad-abad. Filsafat Vednta ini memiliki kekhususan. Yang pertama, ia sama sekali impersonal, ia bukan dari seseorang atau Nabi. Istilah Vednta berasal dari kata Veda-anta, artinya bagian terakhir dari Veda atau inti sari atau akhir dari Veda, yaitu ajaran-ajaran yang terkandung dalam kitab Upaniad. Kitab Upaniad juga disebut dengan Vednta, karena kitab-kitab ini merupakan jana kda yang mewujudkan bagian akhir dari Veda setelah Mantra, Brhmaa dan rayaka yang bersifat mengumpulkan. Disamping itu ada tiga faktor yang menyebabkan Upaniad disebut dengan Vednta yaitu:1) Upaniad adalah hasil karya terakhir dari jaman Veda.2) Pada jaman Veda program pelajaran yang disampaikan oleh para Resi kepada sisyanya, Upaniad juga merupakan pelajaran yang terakhir. Para Brhmacari pada mulanya diberikan pelajaran shamhita yakni koleksi syair-syair dari zaman Veda. Kemudian dilanjutkan dengan pelajaran Brhmaa yakni tata cara untuk melaksanakan upacara keagamaan, dan terakhir barulah sampai pada filsafat dari Upaniad.3) Upaniad adalah merupakan kumpulan syair-syair yang terakhir dari pada jaman Veda.Jadi pengertian Vednta erat sekali hubungannya dengan Upaniad hanya saja kitab-kitab Upaniad tidak memuat uraian-uraian yang sistimatis. Usaha pertama untuk menyusun ajaran Upaniad secara sistimatis diusahakan oleh i Vyaeva, kira-kira 400 SM. Hasil karyanya disebut dengan Vednta-Stra atau Brahma-Stra yang menjelaskan ajaran-ajaran Brahman. Brahma-Stra juga dikenal dengan arraka Stra, karena ia mengandung pengejawantahan dari Nirgua Brahman Tertinggi dan juga merupakan salah satu dari tiga buah buku yang berwewenang tentang Hinduisme, yaitu Prasthna Traya, sedang dua buku lainnya adalah Upaniad dan Bhagavad Gt. i Vysa telah mensistematisir prinsip-prinsip dari Vednta dan menghilangkan kontradiksi-kontradiksi yang nyata dalam ajaran-ajaran tersebut.b. Sifat ajarannya

Sistem filsafat Vednta juga disebut Uttara Mmms kataVednta berartiakhir dari Veda. Sumber ajarannya adalah kitab Upaniad. Oleh karena kitab Vednta bersumber pada kitab-kitab Upaniad, Brahma Stra dan Bhagavad Gt, maka sifat ajarannya adalah absolutisme dan teisme. Absolutisme maksudnya adalah aliran yang meyakini bahwa Tuhan yang Maha Esa adalah mutlak dan tidak berpribadi (impersonal God),sedangkan teisme mengajarkan Truhan yang berpribadi (personal God). Uttara-Mmms atau filsafat Vednta dari Bdaryaa atau Vysa ditempatkan sebagai terakhir dari enam filsafat orthodox, tetapi sesungguhnya ia menempati urutan pertama dalam kepustakaan Hindu. c.Pokok- Pokok Ajaran VedntaVednta mengajarkan bahwa nirvna dapat dicapai dalam kehidupan sekarang ini, tak perlu menunggu setelah mati untuk mencapainya. Nirvna adalah keaaran terhadap diri sejati. Dan sekali mengetahui hal itu, walau sekejap, maka seseorang tak akan pernah lagi dapat di perdaya oleh kabut individualitas. Terdapat dua tahap pembedaan dalam kehidupan, yaitu: yang pertama, bahwa orang yang mengetahui diri sejatinya tak akan di pengaruhi oleh hal apapun. Yang kedua bahwa hanya dia sendirilah yang dapat melakukan kebaikan pada dunia

Seperti yang telah disebutkan tadi bahwa filsafat Vednta bersumber dari Upaniad. Brahma Stra atau VedntaStra dan Bhagavad Gt. Brahma Stra mengandung 556 buah Stra, yang dikelompokkan atas 4 bab, yaitu Samanvaya, Avirodha, Sdhna dan Phala. Pada Bab I, pernyataan tentang sifat Brahman dan hubungannya dengan alam semesta serta roh pribadi. Pada Bab II, teori-teori Skya, Yoga, Vaieika dan sebagainya yang merupakan saingannya dikritik, dan jawaban yang sesuai diberikan terhadap lontaran pandangan ini. Pada Bab III, dibicarakan tentang pencapaian Brahmavidy. Pada Bab IV, terdapat uraian tentang buah (hasil) dari pencapaian Brahmavidy dan juga uraian tentang bagaimana roh pribadi mencapai Brahman melalui Devayana. Setiap bab memiliki 4 bagian (Pda). Stra- stra pada masing-masing bagian membentuk Adikaraa atau topik-topik pembicaraan. Lima Stra pertama sangat penting untuk diketahui karena berisi intisari ajaran Brahma Stra, yaitu :1) Stra pertama berbunyi : Athto Brahmajijs oleh karena itu sekarang, penyelidikan ke dalam Brahman. Aphorisma pertama menyatakan obyek dari keseluruhan system dalam satu kata, yaitu : Brahma-jijs yaitu keinginan untuk mengetahui Brahman.2) Stra kedua adalah : Janmdyasya yata - Brahman adalah Keaaran Tertinggi, yang merupakan asal mula, penghidup serta leburnya alam semesta ini.

3) Stra ketiga : Sstra Yonitvt Kitab Suci itu sajalah yang merupakan cara untuk mencari pengetahuan yang benar.

4) Stra keempat : Tat Tu Samvayt Brahman itu diketahui hanya dari kitab suci dan tidak secara bebas ditetapkan dengan cara lainnya, karena Ia merupakan sumber utama dari segala naskah Vednta.5) Stra kelima adalah : kater N Aabdam Disebabkan berfikir, Prakti atau Pradhna bukan didasarkan pada kitab suci.

Stra terakhir dari Bab IV adalah Anvi abdt Anvi abdt Tak ada kembali bagi roh bebas, disebabkan kitab suci menyatakan tentang akibat itu. Masing-masing buku tersebut memberikan ulasan isi filsafat itu berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh sudut pandangannya yang berbeda. Walaupun obyeknya sama, tentu hasilnya akan berbeda. Sama halnya dengan orang buta yang merabah gajah dari sudut yangg berbeda, tentu hasilnya akan berbeda pula. Demikian pula halnya dengan filsafattentang dunia ini, ada yang memberikan ulasan bahwa dunia ini maya (bayangan saja), dilain pihak menyebutkan dunia ini betul-betul ada, bukan palsu sebab diciptakan oleh Tuhan dari diri-Nya sendiri. Karena perbedaan pendapat ini dengan sendirinya menimbulkan suatu teka-teki, apakah dunia ini benar-benar ada ataukah dunia ini betul-betul maya.

Hal ini menyebabkan timbulnya penafsiran yangg bermacam-macam pula. Akibat dari penapsiran tersebut menghasilkan aliran-aliran filsafat Vednta. Stra-stra atau Aphorisma dari Vysa merupakan dasar dari filsafat Vednta dan telah dijelaskan oleh berbagai pengulas yang berbeda-beda sehingga dari ulasan-ulasan itu muncul beberapa aliran filsafat, yaitu :

1) Kevala Advaita dari r akarcrya

2) Viidvaita dari r Rmnujcrya3) Dvaita dari r Madhvcrya4) Bhedbedh dari r Caitanya5) uddha Advaita dari r Vallabhcarya, dan 6) Siddhnta dari r Meykdar.Masing-masing filsafat tersebut membicarakan tentang 3 masalah pokok yaitu, Tuhan, alam dan roh. Dvaita, Viidvaita dan Advaita adalah tiga aliran utama dari pemikiran metafisika, yang kesemuanya menapak jalan yang menuju kebenaran terakhir, yaitu Para Brahman. Dvaita, Viidvaita dan Advaita adalah tiga aliran utama dari pemikiran metafisika, yang kesemuanya menapak jalan menuju kebenaran terakhir, yaitu Para Brahman. Mereka merupakan anak-anak tangga pada tangganya Yoga, yang sama sekali tidak saling bertentangan, bahkan sebaliknya saling memuji satu sama lainnya. Tahapan ini disusun secara selaras dalam rangakaian pengalaman spiritual berjenjang, yang dimulai dengan Dvaita, Viidvaita dan Advaita murni yang semuanya ini akhirnya memuncak pada Advaita Vedntis perwujudan dari yang mutlak atau Triguatt Ananta Brahman transcendental.Madhva mengatakan : Manusia adalah pelayan Tuhan dan menegakkan ajaran Dvaita-nya. Rmnuja berkata : Manusia adalah cahaya dan percikan Tuhan dan menegakkan filsafat Viidvaita-nya. akara mengatakan: Manusia identik dengan Brahman atau roh abadi dan menegakkan filsafat Kevala Advaita-nya. Nimbrkcrya mendamaikan semua perbedaan pandangan mengenai Tuhan yang dipakai oleh akara, Rmnuja, Madhva dan yang lainnya serta membuktikan bahwa pandangan-pandangan mereka semua benar, dengan petunjuk pada aspek terentu dari Brahman, yang berhubungan dengannya, masing-masing dengan caranya sendiri. akara telah menerima realitas pada aspek transcendental-Nya, sedangkan Rmnuja menerima-Nya pada aspek immanent-Nya, secara prinsipil : tetapi Nimbrk telah menyelesaikan perbedaan pandangan yang diterima oleh para pengulas yang berbeda tersebut.

Perbedaan konsepsi tentang Brahman tiada lain hanya merupakan perbedaan cara pendekatan terhadap Realitas, dan sangat sulit bahkan hampir tak mungkin bagi roh terbatas untuk memperolehnya sekaligus konsepsi tentang Yang Tak Terbatas atau Roh Tak Terbatas ini secara jelas, lebih-lebih lagi untuk menyatakannya dengan istilah yang memadai. Semuanya tak dapat menjamah ketinggian filsafat Kevala Advaita dari r akara sekaligus dan utnuk itu pikiran harus didisiplinkan seperlunya sebelum dipakai sebagai sebuah alat yang pantas untuk memahami pendapat dari Advaita Vednta-Nya r akara.

Oleh karena itu kita sepatutnya merasa bersyukur dengan kehadiran beliau sebagai Avatra Purua, yang masing-masing menjelmakan diri di bumi ini untuk melengkapi suatu misi yang tak terbatas, untuk mengajarkan serta menyebarkan ajaran-ajaran tertentu, yang tumbuh subur pada masa tertentu, yang ada pada tahapan evolusi tertentu, dan semua aliran filsafat diperlukan, yang masing-masing dianggap paling sesuai bagi tipe manusia tertentu ; karena perbedaan konsep mengenai Brahman hanyalah perbedaan pendekatan terhadap realitas. RANGKUMANTattva adalah ilmu yang mempelajari kebenaran sedalam-dalamnya (sebenarnya) tentang sesuatu seperti mencari kebenaran tentang Tuhan, tentang atma serta yang lainya. Darana berasal dari urat kata d yang artinya melihat, menjadi kata Darana (kata benda) artinya pengelihatan atau pandangan. Istilah Nawadarana sebenarnya adalah penggabungan a Darana dengan filsafat Nstika yaitu aliran filsafat yang tidak mengakui otoritas Veda sehingga disebut dengan Nstika atau filsafat heterodox.Enam filsafat Hindu yang dikenal dengan a Darana adalah enam sistem filsafat orthodox yang merupakan enam cara mencari kebenaran, yaitu : Nyy, Skya, Yoga, Vaisiseka, Mmms, dan Vednta. Disamping enam Darana pokok awal yang termasuk jaman Stra- stra juga terdapat beberapa darana yang termasuk jaman scholastic, yaitu Dvaita, Viitdvaita dan Advaita.Filsafat Hindu bukan hanya merupakan spekulasi atau dugaan belaka, namun ia memiliki nilai yang sangat luhur, mulia, khas, dan sistematis, yang didasarkan atas pengalaman spiritual mistis yang dikenal sebagai Aparoka Anubhti. Para pengamat spiritual, para orang bijak, dan para i yang telah mengarahkan persepsi intuitif dari Kebenaran, adalah para pendiri dari berbagai sistem filsafat yang berbeda-beda, yang secara langsung maupun tidak langsung mendasark