Buku Penuntun Praktikum New-1
-
Upload
puspa-negara -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
Transcript of Buku Penuntun Praktikum New-1
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
1/34
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM
MO UL
REPRO UKSI
Semester 5
Penyusun:
Tim Modul Reproduksi
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2013
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
2/34
1
PRAKTIKUM HISTOLOGI
A. PRAKTIKUM : DAUR HAID DAN HORMON FISIOLOGIS
Sasaran Belajar
Setelah mengikuti praktikum I Modul Reproduksi, mahasiswa memahami1. Struktur normal mikroskopik organ reproduksi perempuan.
2. Pengaruh hormonal dalam daur haid terhadap mukosa vagina dan getah serviks.
3. Pemeriksaan hormon reproduksi (LH, FSH, Prolaktin, Estradiol)
4. Kelainan endometrium yang menyebabkan gangguan haid.
PEMBAHASAN :
A. OVARIUM:
Pelajarilah pada sediaan Anda:
1. Korteks ovarium:
a. Epitel Germinativum: epitel selapis (torak, pada masa anak-anak, kuboid pada masa
reproduktif dan gepeng pada masa lansia)
b. Tunika Albuginea, tepat di bawah epitel germinativum terdiri atas lapisan jaringan ikat padat
yang terutama terdiri atas serat-serat kolagen.
c. Folikel dalam berbagai fase perkembangan (Folikulogenesis).
Folikulogenesis
Pelajari struktur folikel dalam berbagai tahapan perkembangan:
a. Folikel primordial, epitel folikel masih selapis gepeng meliputi oosit primer
b. Folikel primer dengan selapis epitel folikel kuboid dan epitel folikel berlapis meliputi
oosit primer
c. Folikel sekunder oosit primer diliputi epitel folikel berlapis, yang sudah mempunyai
ruang-ruang folikel dan yang sudah menjadi 1 antrum folikel,
d. Folikel tersier, antrum, membran granulosa, kumulus ooforus, zona pellucida, korona
radiata, oosit primer.
e. Teka interna yang mempunyai sel-sel pensekresi hormon dan Teka eksterna jaringan ikat,
mulai terlihat pada folikel fase apa?
f. Korpus luteum: sel-sel penghasil hormon, Lutein Granulosa dan Lutein Teka.
g. Korpus albikans. Apabila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan berdegenerasi
menjadi jaringan ikat.
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
3/34
2
h. Folikel atretis: degenerasi folikel yang terjadi pada berbagai tahap perkembangan
2. Medula ovarium: terdapat banyak pembuluh darah, di antara jaringan ikat.
B. UTERUS:
a. Lapisan pada uterus: endometrium, miometrium, dan (perimetrium)
b. Fase-fase endometrium:
1. Haid (tidak tersedia sediaan, pelajari gambar slaid dan foto, jaringan nekrotik sebagian
terlepas, sel-sel darah di antara jaringan ikat dan kelenjar)
2. Proliferasi: endometrium berisi kelenjar lurus dengan lumen sempit, arteri spiralis kadang
dapat dikenali.
3. Sekresi (Luteal): kenali kelenjar uterina yang berkelok-kelok, lumen lebar dan kadang
terlihat sekret dalam lumennya.
4. Prahaid: terlihat permulaan jaringan kelenjar yang nekrotik, pembuluh darah pecah, sel-sel
darah)
B. PRAKTIKUM : FERTILITAS PEREMPUAN
Sasaran Belajar :
Mahasiswa memahami mengenai keadaan fertilitas perempuan berupa :
1. Struktur mikroskopis organ yang terlibat dalam proses kehamilan dan laktasi
2. Gangguan kehamilan dan laktasi (abortus, kehamilan ektopik, adenoma laktans)
3. Pemeriksaan kehamilan urin (β HCG)
4. Berbagai sediaan obat yang dapat mempengaruhi fertilitas serta mekanisme kerjanya
PEMBAHASAN :
TUBA FALLOPII bagian-bagian tuba terdiri:
Pars intramural: berjalan menembus dinding uterus, sehingga diliputi lapisan muskularis tebal,
miometrium. Lipatan lapisan mukosa hanya berupa lipatan dangkal, dengan epitel selapis terdiri
atas sel sekretorik yang jumlahnya lebih banyak ketimbang sel bersilia.
Ismus: merupakan bagian tuba paling ramping, lipatan mukosa tidak terlalu bercabang, epitel
mukosa terdiri atas sel sekretorik dan bersilia.
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
4/34
3
Ampula: bagian tuba dengan lumen paling lebar, lipatan mukosa amat bercabang-cabang,
sehingga lumen dipenuhi cabang-cabang mukosa. Bagian ini paling sering merupakan tempat
fertilisasi. Sel mukosa terdiri atas sel sekretorik dan bersilia.
Fimbria: merupakan bagian paling distal tuba, yang pada saat ovulasi dapat bergerak membantu
masuknya ovum ke dalam lumen ke arah pars ampularis tuba.
PLASENTA
Pars Fetalis Plasenta (Plasenta bagian Fetus), terdiri atas:
Lempeng Korion berisi jaringan ikat ekstra embrional dan permukaan yang menghadap fetus,
dibatasi dari air ketuban oleh selapis epitel kuboid, yaitu Epitel Amnion
dan Vilus Korialis:
Vilus Utama, berukuran besar, menyeberangi ruang antar vili dan ujungnya menempel pada
pars maternal di seberangnya, mempercabangkan vilus-vilus bebas.
Vilus Bebas mengapung dalam darah ibu di ruang antar vilus, kenalilah Sawar Plasenta,
yaitu jaringan antara darah anak fetus dan darah ibu. Struktur apa saja yang menyusun sawar
plasenta?
Pars Maternalis (Plasenta bagian Ibu)
Merupakan jaringan endometrium yang pada keadaan hamil dibawah pengaruh hormon
mengalami perubahan menjadi desidua. Sel yang merupakan penanda pars maternalis plasenta
ialah Sel-sel Desidua, yaitu sel besar dengan sitoplasma berwarna pucat.
KELENJAR MAMMA
Fase-fase kelenjar Mamma: Mamma non-laktans, Mamma kehamilan, dan Mamma laktans.
a. Mamma non-laktans: terutama terdiri atas jaringan ikat interlobular dan interlobar, jaringan
kelenjar/alveoli belum ditemukan. Sejumlah kecil sekret, kadang ditemukan dalam lumen sistem
duktus.
b. Mamma Kehamilan: di bawah pengaruh hormon estrogen terjadi peningkatan pertumbuhan
duktus yang bertambah banyak dan bercabang-cabang, progesteron mempengaruhi pertumbuhan jaringan kelenjar, sehingga duktus dan jaringan kelenjar bertambah banyak di antara jaringan ikat
inter lobar dan interlobular.
c. Mamma Laktans: terdiri terutama dari jaringan kelenjar dengan banyak alveoli yang beberapa
di antaranya mengandung sekret dalam lumen. Ditemukan juga duktus dan sinus laktiferus,
sedangkan Jaringan ikat hanya sedikit di antara alveoli.
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
5/34
4
C. PRAKTIKUM : FERTILITAS PRIA
Sasaran Belajar :
Mahasiswa mengetahui dan memahami mengenai keadaan fertilitas pria berupa :
1. Struktur makroskopik dan mikroskopik organ reproduksi pria (testis dan saluran keluarnya,
kelenjar pelengkap dan penis)2. Kelainan makroskopik (hipogonadismus) dan mikroskopik organ reproduksi pria (atrofi testis)
3. Analisis semen
PEMBAHASAN :
Testis dan Epididymis.
1. Testis:
a. Tubulus seminiferous: Epitel Seminiferus, Sel Sertoli (penyokong), Sawar testis
b. Jaringan interstisial: Sel Leydig dan kapiler darah dalam jaringan ikat
2. Saluran keluar testis:
a. Intra testikular: Tubulus rektus dan Rete testis Halleri dalam mediastinum testis
b. Ekstra testikular: ductus Eferentes dan ductus Epididymidis dalam organ yg disebut
Epididimis, ductus Deferens, ductus Ejakulatorius.
3. Kelenjar pelengkap laki-laki:
a. Prostat: Jaringan kelenjar prostat (mukosa, submukosa, dan marginal), urethra pars prostatika,
konkremen prostat.
b. Vesikula Seminalis: kelenjar berbentuk saluran, tunika mukosa bercabang-cabang.
4. Penis:
a. Aa. Dorsalis penis, vv.Dorsalis penis, nn. Dorsalis penis
b. Corpora Cavernosa Penes: a. Profunda penis, trabekula, aa. Helisinae, kavernae.
c. Corpus Cavernosum Uretra/Corpus Spongiosum: trabekula & kavernae, Uretra pars
kavernosa.
D. PRAKTIKUM : KEGANASAN
Sasaran Belajar :
Mahasiswa mengetahui dan memahami mengenai penyakit keganasan pada organ reproduksi
berupa :
1. Struktur mikroskopik normal serviks dan vagina
2. Struktur makroskopik dan mikroskopik pada lesi pra-kanker pada serviks
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
6/34
5
3. Struktur makroskopik dan mikroskopik pada kanker payudara
4. Struktur makroskopik dan mikroskopik pada kanker prostat
5. Mengetahui pemeriksaan untuk mendeteksi penyakit keganasan pada organ reproduksi
PEMBAHASAN :1. Serviks Uteri: bagian paling inferior uterus, bagian yang menonjol ke dalam vagina -> portio
vaginalis, mempunyai dua permukaan:
a. Endocervix: lumennya menghubungkan lumen uterus dengan vagina, epitel yang menutupi
permukaannya berjenis selapis torak yang merupakan lanjutan epitel endometrium.
Mempunyai plika palmatae, berupa lipatan mukosa ke dalam yang aktif bersekresi mukus
sekitar pertengahan daur haid, untuk mempermudah transportasi sperma ke lumen uterus.
b. Ectocervix: epitelnya merupakan lanjutan epitel vagina, berjenis gepeng berlapis tanpa
lapisan tanduk. Tempat peralihan mukosa endocervix menjadi epitel ectocervix, menjadi
penting oleh karena kecenderungan terjadinya metaplasia di daerah perbatasan tersebut.
2. Vagina: mempunyai epitel gepeng berlapis, yang mengandung banyak glikogen saat pengaruh
estrogen sekitar waktu ovulasi. Lamina proprianya mempunyai banyak pembuluh darah, dan
vena berdinding tipis, yang mirip jaringan erektil saat stimulasi seksual.
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
7/34
6
PRAKTIKUM ANATOMI
Sasaran Belajar :
Setelah mengikuti praktikum anatomi, mahasiswa memahami struktur normal makroskopik :
ORGAN REPRODUKSI WANITA:A. Genitalia eksterna:
Carilah :
1. Mons pubis
2. Labium majus, labium minus
3. Commissura anterior
4. Preputium clitoridis (bila ada)
5. Clitoris
6. Frenulum clitoridis
7. Orificium urethrae externa
8. Orificium vaginae.
9. Frenulum labiorum pudenda/minorum
10. Fossa navicularis vaginae
11. Comissura posterior
Pelajarilah :
1. M. Bulbocavernosus
2. M. Ischiocavernosus
3. Bulbus vestibuli
4. Gl. Vestibularis major Bartholini
Apakah yang dimaksud dengan vulva?
Apakah yang dimaksud dengan vestibulum?
B. Genitalia interna:
1. Ovarium
2. Tuba uterina
3. Uterus
4. Vagina
5. Excavatio vesicouterina,
6. Excavatio rectouterina disebut juga sebagai ……….
7. Ligamenta fixasi ovarium & uterus.
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
8/34
7
Pelajarilah pada sediaan genitalia interna perempuan yang telah dilepaskan dari tubuh :
a. Ovarium :
Pelajarilah bentuk dan letaknya.
Carilah jaringan ikat yang memfiksasi ovarium :
1. Lig. Suspensorium ovarii, disebut juga ……
2. Jaringan ikat ini dilintasi oleh ………………………
3. Lig. Ovarii prorium, menghubungkan …………………. dengan …………
4. Mesovarium
b. Tuba uterina
Pelajarilah letak dan bagian-bagiannya;
Tuba uterina menghubungkan rongga …………………….. dengan ……………
c. Uterus
Pelajarilah bentuk dan letaknya
Carilah bagian-bagiannya :
1. Fundus
2. Corpus
3. Pars supravaginalis cervicis
4. Pars vaginalis cervicis (portio vaginalis)
5. Osteum uteri externum (periksa bentuknya: bulat atau semu bibir)
6. Cavum uteri
Carilah jaringan ikat penggantung uterus, antara lain :
1. Lig. Latum uteri
2. Lig. Teres uteri
Jaringan ikat ini melintasi saluran …………………….dan melekat di …………….
Pelajarilah letak ureter terhadap pars supravaginalis cervicis dan fornix vaginae lateralis.
Carilah : A. uterina
d. Vagina
Carilah :
1. Fornix anterior
2. Fornix lateralis
3. Fornix posterior
Kea rah kraniodorsal, fornix posterior berbatasan dengan ………………..
Perhatikan bagian diafragma pelvis yang ditembus vagina!
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
9/34
8
ORGAN REPRODUKSI LAKI-LAKI:
A. Genitalia eksterna:
1. Penis
Pelajarilah bagian – bagian penis :
a. Glans penis
b. Corpus penis
c. Radix penis
Radix penis terdiri atas : ................................ dan ............................ masing-masing melekat
di ramus ischiopubis pelvis dan membrana perinealis.
Carilah dan pelajarilah :
a. Corpus carvernosum penis
b. Corpus spongiosum penis
Lihatlah cavernae dan urethra di dalamnya!
c. Vena, arteri dan nervus dorsalis penis
d. Lubang a. profunda penis pada corpus cavernosum penis
e. Glans penis
f. M. bulbocavernosus, yang menutupi ……………………………
g. M. ischiocavernosus, yang menutupi …………………………….
h. Frenulum preputii
i. Preputium penis
j. Corona glandis
k. Collum glandis
l. Orificium urethrae externum
Pelajarilah bangunan-bangunan yang berada pada urethrae pars prostatica.
2. Testis
a. Bentuk dan letaknya di dalam scrotum
b. Sebutkan lapisan-lapisan pembungkus testis dari luar ke dalam dan renungkan lapisan-
lapisan yang turut membungkus ductus deferens!
c. Pelajarilah bagian-bagian testis yang dipotong longitudinal : cortex, mediastinum testis,
rete testis, dan bagian-bagian epididimis (caput, corpus dan cauda epididimis).
d. Letak epididimis di sebelah ………………………..terhadap testis.
3. Scrotum
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
10/34
9
B. Genitalia interna
Pada cadaver carilah :
1. Glandula prostata
2. Glandula vesiculosa, dahulu disebut.............................
3. Ductus deferens
Pelajarilah pada sediaan genitalia pria yang telah dilepaskan dari tubuh :
1. Glandula prostata
Letak, bentuk, permukaan, basis dan apex
Kelima lobus kelenjar
Carilah lobus medius yang letaknya antara ……………………. dan …………….
Muara kelenjar ini pada …………………………. di sinus prostaticus
Perhatikan diaphragma urogenitale yang berbatasan dengan apex glandula prostata.
2. Glandula vesiculosa
Letak, bentuk dan saluran keluarnya.
3. Ductus deferens
Pangkalnya berada di …………………, sebagai lanjutan …………………….
Berturut-turut melintasi lubang ………………….., saluran …………………, dan
lubang………… untuk sampai ke dalam rongga panggul
Perhatikan persilangan ductus deferens dengan bagian akhir ureter.
Setelah bersilangan dengan ureter, ductus deferens membentuk pelebaran yang disebut
…………………..
4. Ductus deferens bersatu dengan saluran keluar glandula vesiculosa membentuk ..................
yang menembus glandula prostate untuk bermuara di tepi coliculus seminalis
Apa isi funiculus spermaticus?
\
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
11/34
10
PRAKTIKUM BIOLOGI
A. PRAKTIKUM : DAUR HAID DAN HORMON FISIOLOGIS
Sasaran Belajar
Setelah mengikuti praktikum I Modul Reproduksi, mahasiswa memahami
a. Struktur normal mikroskopik organ reproduksi perempuan.
b. Pengaruh hormonal dalam daur haid terhadap mukosa vagina dan getah serviks.
c. Pemeriksaan hormon reproduksi (LH, FSH, Prolaktin, Estradiol)
d. Kelainan endometrium yang menyebabkan gangguan haid.
PEMBAHASAN
Hapus Vagina
Siklus estrus dan siklus menstruasi memiliki persamaan atau kemiripan, yaitu : (1) suatu
periode perkembangan folikel dan kematangan ovum disertai dengan peningkatan hormon estrogen,
(2) ovulasi mengakhiri periode folikuler dan (3) periode korpus luteum menghasilkan hormon
progesteron dan pertumbuhan endometrium yang cocok untuk proses kehamilan.
Tahap pematangan dan tahap-tahap siklus estrus atau menstruasi dapat diketahui melalui
analisis hapus vagina. Perubahan yang terjadi erat hubungannya dengan siklus diurnal yang
dikontrol oleh mata, sistem saraf pusat dan hipofisis anterior.
Stadium Lekosit Epitel sel berinti Epitel sel bertanduk
Diestrus ++ + ++
Proestrus I + ++ +
Proestrus II - +++ -
Estrus - - -
Metestrus I + -/+ -
Metestrus II +++ -/++ -
Tugas :
Dengan perbesaran lemah dan sedang (10x dan 40x), carilah keempat stadia hapus vagina tikus
Getah Serviks
Serviks uterus manusia merupakan struktur seperti tabung yang runcing ke arah mulut
serviks. Mukosa serviks merupakan sistem kripti seperti celah yang terdiri atas epitel sel torak
bersilia dan sel torak tanpa silia yang menghasilkan sekresi getah serviks. Dipastikan bahwa kripti
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
12/34
11
bertindak sebagai reservoir sperma. Getah serviks merupakan sekresi yang bersifat heterogen, lebih
dari 90% terdiri atas air, selain itu mengandung pula beberapa jenis protein, enzim dan karbohidrat.
Getah serviks memperlihatkan gambaran spesifik seperti daun pakis (fern leaf – like shape) setelah
dikeringkan di udara di atas kaca objektif.
Produksi getah serviks diatur oleh hormon ovarium, estrogen merangsang produksi getahserviks yang berlimpah dan lebih encer, sedangkan progesteron menghambat aktivitas sel epitel
servik mensekresi getah serviks. Dengan demikian jumlah getah serviks yang dihasilkan
memperlihatkan variasi siklik.
Perubahan siklik pada konstituen getah serviks dapat mempengaruhi penetrasi sperma ke
dalam getah serviks dan kehidupannya dalam vagina. Spermatozoa mulai dapat melakukan
penetrasi ke dalam getah serviks manusia kira-kira pada hari ke sembilan dari siklus normal 28 hari;
kemudian berangsur-angsur jumlah penetrasi akan meningkat sampai mencapai puncaknya tetap
sebelum ovulasi. Selanjutnya penetrasi sperma mulai berkurang beberapa hari setelah ovulasi.
Tugas :
Dengan perbesaran kuat (40x dan 100x), carilah gambaran daun pakis pada getah serviks sapi
B. PRAKTIKUM : FERTILITAS PRIA
Sasaran Belajar
Mahasiswa mengetahui dan memahami mengenai keadaan fertilitas pria berupa :
1. Struktur makroskopik dan mikroskopik organ reproduksi pria (testis dan saluran keluarnya,
kelenjar pelengkap dan penis)
2. Kelainan makroskopik (hipogonadismus) dan mikroskopik organ reproduksi pria (atrofi testis)
3. Analisis semen
PEMBAHASAN
Analisis semen dilakukan untuk mengevaluasi gangguan fertilitas (kesuburan) yang disertai
dengan atau tanpa disfungsi hormon androgen. Dalam hal ini hanya beberapa parameter ejakulat
yang diperiksa (dievaluasi) berdasarkan buku petunjuk WHO, “Manual for the examination of the
Human Semen and Sperm-Mucus Interaction” (WHO, 1999).
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
13/34
12
Lihat buku petunjuk WHO “Manual for the examination of the Human Semen and Sperm-
Mucus Interaction” (WHO, 1999) berikut ini :
Recommendation Standards of Analysis of Human Semen
Macroscopic examination Microscopic examination Sperm Function Test
1.
Koagulasi dalam semen2. Likuifaksi :
-Warna (putih keabuan)
-Bau (bunga akasia)
3. Volume (ml)
4. Viskositas (kekentalan)
5. Ph
1. Sperma motil (%/ml)
2. Gerak sperma lurus (%)
3. Konsentrasi sperma (10/ml)
4. Total sperma/ejakulat
5. Morfologi sperma
6. Sel-sel bulat
1. Uji HOS
2. Uji eosin Y
3. Uji interaksi
interaksi sperma-mukus
Tugas :
Dengan menggunakan perbesaran lemah dan sedang (10x dan 40x), lakukan evaluasi makroskopik
dan mikroskopik terhadap semen manusia.
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
14/34
13
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
A. PRAKTIKUM : INFEKSI
Sasaran Belajar :
Mahasiswa mengetahui dan memahami mengenai penyakit infeksi pada organ / proses reproduksi berupa :
1. Mikroorganisme penyebab infeksi : parasit, bakteri, jamur, virus
2. Kelainan organ reproduksi yang disebabkan penyakit infeksi
3. Pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis penyakit infeksi
PEMBAHASAN :
Infeksi saluran reproduksi dapat dibedakan dalam infeksi secara eksogen dan endogen.
Infeksi secara eksogen dapat terjadi pada saat melakukan aktivitas seksual, oleh sebab itu disebut
dengan infeksi akibat hubunhan seksual (Sexually transmitted infections = STI). Sebaliknya infeksi
endogen berasal dari organisme yang merupakan flora normal genitalia.
Pada wanita, infeksi saluran reproduksi dapat dibagi menjadi infeksi saluran reproduksi
bagian bawah (vulva, vagina dan serviks) dan infeksi saluran reproduksi bagian atas (uterus, tuba
falopii, ovrium dan rongga abdomen). Infeksi saluran reproduksi bagian bawah sering didapat
melalui kontak langsung ataupun melalui hubungan seksual, sementara infeksi saluran reproduksi
bagian atas biasanya akibat perluasan infeksi reproduksi bagian bawah.
Pada pria, mikroorganisme yang menyebabkan infeksi saluran reproduksi bagian bawah
(uretra) juga dapat menyebar melalui permukaan mukosa dan menyebabkan infeksi pada organ
reproduksi seperti misalnya epididimis.
Jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi saluran reproduksi sangat banyak
dan bervariasi, terbagi dalam 4 kelompok besar (bakteri, jamue, virus dan parasit). Pemeriksaan
laboratorium mikrobiologi dapat dipergunakan sebagai pemeriksaan penunjang infeksi saluran
reproduksi yang disebabkan oleh mikroorganisme tersebut.Tabel dibawah ini memperlihatkan mikroorganisme penyebab utama infeksi saluran
reproduksi
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
15/34
14
A. Bakteri penyebab infeksi saluran reproduksi
No. Bakteri Penyakit
1. Treponema pallidum Sifilis
2. Neisseria gonorrhoeae Gonore
3. Donovaria granulomatis Granuloma inguinale
4. Haemophilus ducreyi Chancroid
5. Gardnerella vaginalis Vaginitis non-spesifik
6. Chlamydia trachomatis Infeksi genital non-spesifik
LVG (Lymphogranuloma venereum)
7. Mycoplasma/Ureaplasma Uretritis non-spesifik
B. Jamur penyebab infeksi saluran reproduksi
No. Jamur Penyakit
1. Candida albicans Vaginal thrush, balanitis
C. Virus penyebab infeksi saluran reproduksi
No. Virus Penyakit
1. Herpes Simplex (tipe 1 & 2) Genital Herpes
2. Papova Genital warts
3. Poxvirus Moluscum contagiosum
4. Hepatitis B Hepatitis
5. HIV AIDS
I. PENGUMPULAN SPESIMEN DAN MEDIUM TRANSPORT
Bagian ini ditujukan untuk pemeriksaan langsung dan pemeriksaan kultur. Prosedur
pengumpulan dan tranportasi spesimen untuk deteksi etiologi dengan metode non - kultur sebaiknya
sesuai dengan prosedur yang telah tertulis pada petunjuk yang terdapat dalam kemasan.
A. PEREMPUAN
1. Kista Bartholin
a. Disinfeksi kulit sebelum pengambilan sampel
b. Cairan spinal
c. Pemakaian tabung transport anaerob
d. Transportasi ke laboratorium dalam 24 jam pada suhu kamar
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
16/34
15
2. Cul-de-sac
a. Kumpulkan aspirat
b. Gunakan tabing transport anaerob
c. Traansportasi ke laboratorium dalam 24 jam pada suhu kamar
3. Uretraa. Bersihkan eksudat dari mulut uretra
b. Kumpulkan secret dengan memijat uretra kea rah simfisin pubis atau dengan usapan
fleksibel 2-4 cm ke dalam uretra dan putar selama 2 detik
c. Pengambilan sample sedikitnya 1 jam setelah miksi
d. Medium transport : Stuart atau Amies
e. Transportasi ke laboratorium dalam 24 jam pada suhu kamar
4. Usap vagina dan serviks
a. Jangan memakai pelumas dan analgesic
b. Bersihkan vulva dengan akuades atau NaCl fisiologis steril
c. Pasang spekulum dengan hati-hati
d. Bersihkan secret vagina yang berlebihan
e. Usap vagina pada forniks posterior atau endoserviks
f. Usapan diambil sebanyak 2 kali
g. Untuk anak-anak atau wanita yang belum pernah berhubungan seksual usapan diambil
dengan hati-hati pada vagina distal setelah membersihkan vulva.
h. Medium transport : Stuart dan Amies
i. Transportasi ke laboratorium dalam 24 jam pada suhu kamar
5. Endometrium
a. Biopsi bedah atau aspirat transervikal
b. Pemakaian tabung transport anaerob
c. Transportasi ke laboratorium dalam 24 jam pada suhu kamar
B. LAKI-LAKI
1. Spesimen Uretra
a. Bersihkan meatus uretra dari flora normal kulit
b. Keluarkan eksudat dari uretra dan ambil dengan menggunakan usapan
c. Bila tidak terdapat eksudat, masukkan usapan uretra 2-4 cm, putar dengan perlahan sekitar
2 detik dan angkat
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
17/34
16
d. Medium transport : Stuart dan Amies
e. Transportasi ke laboratorium dalam 24 jam pada suhu kamar
2. Spesimen Genitalia
a. Usap lesi dengan hati-hati setelah terlebih dahulu dibersihkan dengan akuades atau NaCl
fisiologis steril b. Cairan aspirat
3. Spesimen prostat
a. Glans dibersihkan dengan air dan sabun
b. Pengumpulan sekret dengan usapan
c. Medium transport : Stuart dan Amies
d. Transportasi ke laboratorium dalam 24 jam pada suhu kamar
II. KULTUR Neisser ia gonorr hoeae
Reabilitas diagnosis gonore tergantung pada beberap faktor, yaitu :
1. Jumlah lokasi pengambilan sampel
2. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
3. Metoda dan lama transportasi ke laboratorium
4. Komposisi dan kualitas medium perbenihan
5. Kondisi inkubasi
6. Reagen dan teknik yang dipergunakan untuk identifikasi isolat
Medium yang direkomendasikan untuk diagnosis rutin gonore adalah medium selektif Thayer
Martin
PROSEDUR KULTUR
1. Spesimen pada usapan dioleskan pada ¼ bagian permukaan lempeng
2. Dengan memakai sengkelit steril, sebarkan inokulum ke semua bagian medium untuk membuat
pertumbuhan koloni-koloni kuman yang terpisah
3. Medium yang telah diinokulasikan kemudian diinkubasi segera pada inkubator CO2 yang
mengandung 3-7 % CO2 atau memakai candle jar yang dimasukkan dalam inkubator biasa pada
suhu 35-36 ° C
4. Periksa adanya pertumbuhan bakteri setelah 18-24 jam dan laporkan NEGATIF bila tidak terlihat
adanya pertumbuhan setelah 48 jam
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
18/34
17
5. Setelah 1 hari inkubasi, koloni yang khas akan terlihat dengan diameter antara 0,5 - 1,0 mm
dengan warna bervariasi antara abu-abu sampai putih, transparan sampai opaque, cembung
sampai rata
6. Pada inkubasi lebih lanjut, koloni akan mencapai ukuran diameter 3 mm dan menjadi lebih kasar
7. Seringkali terlihat campuran beberapa tipe koloni
IDENTIFIKASI PRESUMTIF
Identifikasi presumtif koloni dengan tampilan yang menyerupai N. gonorrhoeae dapat ditegakkan
dengan pewarnaan Gram dan uji oksidase
1. Pewarnaan Gram :
Satu koloni tersangka diemulsikan dengan 1 tetes Nacl fisiologis diatas kaca objek, keringkan,
fiksasi dan warnai dengan pewarnaan Gram
2. Uji oksidase
Ada 2 metode yang direkomendasikan untuk mendeteksi adanya cytochrome C oxidase, yaitu :
a. Tuangkan 1 tetes tetramethyl-p-phenylenediamine dihydrochloride langsung pada koloni
tersangka.
b. Goreskan koloni tersangka dengan menggunakan lidi pada cakram/strip oksidase yang
mengandung dimethyl-p-phenylene diamine hydrochloride
Hasil uji oksidase positif bila : terjadi perubahan warna menjadi ungu kehitaman
IDENTIFIKASI KONFIRMATIF
Setiap penemuan oksidase positif pada diplokokus yang berasal dari semua isolat terutama
isolat ekstragenital dilakukan uji konfirmatif.. Salah satu uji konfirmatif yang paling sering
dilakukan adalah uji erdasarkan degradasi karbohidrat. Metode perbenihan konvensional pada
Cystein Tryptic Agar (CTA) tidak lagi dianjurkan sejak ditemukannya metode lain yang lebih cepat
yang tidak perlu melihat pertumbuhan sehingga hasil yang lebih spesifik dapat diperoleh dalam
waktu beberapa jam.
Masalah yang sering terjadi pada semua uji karbohidrat adalah :
1. Reaksi positif palsu yang disebabkan oleh kontaminasi mikroorganisme lain
2. Reaksi negatif palsu yang disebabkan oleh penggunaan kultur lebih dari 24 jam sehingga terjadi
autolisis
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
19/34
18
Untuk mencegah terjadinya masalah diatas, hindari pemeriksaan uji karbohidrat dari isolasi primer
pada medium selektif yang diduga mengandung koloni mikroorganisme lain dan adanya
mikroorganisme kontaminan lain yang menghambat pertumbuhan bakteri yang diinginkan. Lakukan
subkultur beberapa tipe koloni kedalam satu atau dua agar coklat dan inkubasi selama 18-24 jam,
amati hasil subkultur dengan seksama untuk memastikan bahwa kultur benar-benar murni dari 1macam mikroorganisme kemudian
dilakukan uji karbohidrat.
DETEKSI ADANYA RESISTENSI TERHADAP MIKROBA
1. Deteksi Penicillinase Producing Neisseria gonorrhoeae (PPNG)
a. Metode asidometrik
b. Uji Iodometrik
c. Uji Kromogenik (uji cakram/uji slide)
2. Plasmid Mediated Tetracycline Resistant Neisseria gonorrhoeae (TRNG)
Agar Diffusion Test
3. Uji kepekaan terhadap mikroba
a. Disk Duffusion Method
b. Agar Dilution Technique
c. E-test
III. SYPHILIS
A. MIKROSKOP
a. Mikroskop dark-field
b. Uji Antibodi Fluoresen Langsung
B. UJI SEROLOGI
1. Uji non-treponema
a. Uji venereal Disease Research Laboratory (VDRL) = Uji kardiopilin mikroskopik
Karena antigen pada uji ini bersifat tidak stabil, suspensi segar yang baru dibuat harus
dipersiapkan setiap kali sebelum uji dilakukan. Uji ini harus memakai serum yang sudah
dipanaskan (56◦C) dan lihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 100.
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
20/34
19
b. Rapid Plasma Reagin (RPR) = Uji kardiopilin makroskopik
Keuntungan utama dari RPR dibandingkan dengan VDRL adalah RPR lebih konsisten
karena memakai antigen yang stabil, disamping pemakaian kartu sebagai pengganti kaca
objek dan penambahan partikel charcoal pada antigen. Antigen tidak diselubungi denagn
partikel-partikel charcoal tetapi charcoal terperangkap dalam formasi ’lattice’ yang dibuatoleh kompleks antigen-antibodi dari sampel yang reaktif dan menyebabkan dapat dilihat
denagn pengamatan mata biasa. Uji ini disebut juga uji VDRL-charcoal .
Prosedur RPR card test kit (Becton Dickinson®) :
a. Prosedur uji kualitatif
1) Teteskan 50 l serum atau plasma yang tidak dipanaskan pada lingkaran yang terdapat pada
kartu uji dengan memakai alat sampling yang telah dikalibrasi sebarkan sampai memenuhi
permukaan lingkaran
2) Tambahkan dengan tepat 1 tetes penuh (20 l) antigen yang telah dikocok dengan perlahan
sebelumnya pada setiap lingkaran
3) Letakkan kartu pada rotator mekanik dengan cover dan goyang seama 8 menit
4) Baca reaksi dengan pengamatan mata biasa dibawah cahaya lampu sesegera mungkin setelah
diangkat dari rotator
b. Prosedur uji kuantitatif
1) Teteskan 50 l NaCl fisiologis pada lingkaran 2-5, jangan disebarkan ke seluruh lingkaran
2) Letakkan 50 l sampel pada lingkaran 1-2
3) Dengan memakai alat pengambilan sampel yang telah dikalibarasi, campur NaCl fisiologis
dengan sampel pada lingkaran ke 2 dengan pipet sebanyak 5-6 kali. Hindari gelembung udara
4) Pindahkan 50 l dari lingkaran 2 (pengenceran 1:2) ke lingkaran 3 dan campur sampai merata.
Pindahkan 50 l dari lingkaran 3 (pengenceran 1:4) ke lingkaran 4 dan campur sampai merata.
Pindahkan 50 l dari lingkaran 4 (pengenceran 1:8) ke lingkaran 5 (pengenceran 1;16) dan
campur sampai merata. Buang 50 l dari lingkaran 5.
5) Dengan memakai ujung alat yang bersih, sebarkan sampel dari lingkaran 5 kemudian
lingkaran 4, 3, 2 dan 1 secara berurutan
6) Tambahkan 1 tetes antigen ke dalam tiap lingkaran. Goyang pada rotator dan laporkan hasil
pengenceran tertinggi yang menunjukkan reaktifitas
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
21/34
20
2. Uji treponema
a. Imunofluoresen tidak langsung
b. Hemaglutinasi
c. Enzyme-linked immunosorbent assay
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
22/34
21
PRAKTIKUM PARASITOLOGI
Tujuan Umum :
Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui infestasi parasit yang berpengaruh pada organ reproduksi
dan pemeriksaan laboratorium yang diperlukan untuk diagnosis.
Tujuan khusus :
1. Mahasiswa mengetahui morfologi parasit yang berpengaruh pada organ reproduksi yaitu
Toxoplasma gondii, cacing tambang dan Trichomonas vaginalis.
2. Mahasiswa mengetahui stadium infektif parasit yang penting dalam transmisi penyakit.
3. Mahasiswa mengetahui stadium parasit yang menyebabkan gejala klinis.
4. Mahasiswa mengetahui prosedur serologi ELISA pada diagnosis toksoplasmosis dan interpretasi
hasilnya.5. Mahasiswa mengetahui cara pengambilan dan pemeriksaan spesimen klinis sekret vagina untuk
diagnosis trikomoniasis.
No Demonstrasi Gambar
1. Necator americanus
Mulut
Perhatikan :- mempunyai satu pasang benda khitin
10 x 45
2. Ancylostoma duodenale
Mulut
Perhatikan :
- mempunyai dua pasang gigi
10 x 45
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
23/34
22
3. Cacing tambang
Telur
Perhatikan :
Bentuk : lonjong
Besar : 60 x 40 mikron
Dinding : tipis, jernih Isi : 4 - 8 sel
10 x 45
4. Cacing tambang
Larva filariform
Perhatikan :
Bentuk : halus panjang
Panjang : 600 mikron Esofagus : kira-kira
1/4 panjang badan
Mulut : tertutup
Ekor : lancip
10 x 45
5. Sediaan cairan peritoneum tikus; pulasan
Giemsa
Toxoplasma gondiiBentuk takizoit/proliferatif
Perhatikan:
bentuk seperti bulan sabit
letaknya di luar sel atau dalam sel
di luar sel: satu-satu atau berkelompok
6 x 100
6. Sediaan jaringan otak pulasan Giemsa
Toxoplasma gondii
Stadium kista
Perhatikan:
kista bulat dengan dinding tebal
di dalamnya terdapat banyak
bradizoit
6 x 100
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
24/34
23
7. Toxoplasma gondii
Stadium ookista
Perhatikan : Bentuk lonjong Ukuran 10 - 13 mikron
Dinding berlapis dua Di dalamnya terdapat 2 sporokista,
masing-masing mengandung 4 sporozoit
8. Sediaan sekret vagina; pulasan GiemsaTrichomonas vaginalis
stadium vegetatif
Perhatikan :
- ukuran : 17
- bentuk seperti jambu monyet
- intinya : 1 inti lonjong
- flagel anterior (4 buah)
- aksostil membran bergelombang
6 x 100
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
25/34
24
PRAKTIKUM PATOLOGI ANATOMIK
ORGAN REPRODUKSI
Sasaran Belajar
Setelah mengikuti praktikum I Modul Reproduksi, mahasiswa memahami
1. Struktur normal mikroskopik organ reproduksi perempuan.
2. Pengaruh hormonal dalam daur haid terhadap mukosa vagina dan getah serviks.
3. Pemeriksaan hormon reproduksi (LH, FSH, Prolaktin, Estradiol)
4. Kelainan endometrium yang menyebabkan gangguan haid.
Organ reproduksi dapat mengalami berbagai kelainan seperti kelainan kongenital, infeksi,
tumor dll. Pada praktikum ini saudara akan mempelajari beberapa contoh kelainan tersebut dari
sediaan makroskopik dan mikroskopik yang berasal dari penderita.Hal yang perlu diperhatikan :
1. Pelajari tampilan makroskopik untuk lebih memahami gejala klinik yang ditimbulkan2. Pelajari gambaran mikroskopik dari sediaan makroskopik yang terkait sehingga dapat lebih
mamahami hubungan antara gambaran mikroskopik-makroskopik dan tentunya manifestasiklinik yang akan saudara hadapi sebagai dokter.
Ingat sistematika cara bekerja :
1. Deksripsi kelainan yang ditemukan dan buat gambar skematis dibuku saudara2. Cari hubungan antara kelainan morfologik dengan gejala yang dapat timbul.
ORGAN REPRODUKSI PRIA
SEDI AAN MAKROSKOPIK
INFEKSI
KP.1 FIMOSISMerupakan kelainan penis dimana kulit yang menutupi glans penis tidak dapat ditarik
kebelakang untuk membuka glans penis.
Perhatikan kulit prepusium yang sangat rapat menutupi glans penis. Kelainan ini dapatmerupakan kelainan kongenitas maupun akibat infeksi.
KP.3 ATROFI TESTISMerupakan kelainan regresif karena berbagai sebab. Dapat juga terjadi tanpa sebab yang
jelas (“primary failure”). Perhatiakan satu testis yang atrofik/mengecil. Bandingkan dengan
yang normal.
KP.4 TUBERKULOSIS EPIDIDIMISSediaan dari 2 testis/epididimis yang dibelah. Yang satu normal, yang lain menunjukkan
bercak-bercak kekuningan (tuberkel/nekrosis perkijuan) pada epididimis.
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
26/34
25
KP.10. HIDROKEL TESTIS
Hidrokel merupakan penimbunan cairan di dalam tunika vaginalis, kelainan ini merupakan penyebab tersering pembesaran skrotum. Tampak kantong tunika vaginalis melebar. Tunika
vaginalis menebal. Testis terdesak ke tepi.
TUMOR
KP.2 KARSINOMA PENISTampak tumor di dekat glans penis menyerupai kembang kol. Di korpus penis juga terdapat
pertumbuhan tumor. Pada stadium lanjut seluruh penis dapat berubah menjadi tumor.
KP.11. HIPERPLASIA PROSTAT NODULARTampak prostat yang dibelah menunjukkan pembesaran zona transisional, menonjol ke
uretra pars prostatika. Perhatikan dinding kandung kemih yang menebal disertai trabekulasiyang terjadi sekunder karena sumbatan akibat hiperplasi prostate. Pelajari sediaan
mikroskopiknya.
SEDI AAN MI KROSKOPIK
KP.1 KONDILOMA AKUMINATUM
Kondiloma akuminatum merupakan kelainan kulit/mukosa akibat infeksi virus HPV.Tampak stroma jaringan ikat yang bercabang diliputi oleh epitel gepeng berlapis yang
hiperplastik dan mengalami parakeratosis, hyperkeratosis, papilomatosis serta koilositosis.
Koilositosis ialah perubahan selular akibat infeksi HPV yang ditandai oleh atipia inti danvakuolisasi perinuklear.
KP. 3 HIPERPLASIA PROSTAT NODULAR
Kadang-kadang disebut juga sebagai HIPETROFI PROSTAT (oleh ahli klinik). Yangsebenarnya kurang tepat. Yang lebih tepat ialah istilah PPJ (Pembesaran Prostat Jinak),
karena pada kelainan ini terjadi penambahan proliferatif yang mengakibatkan pembesaran
jaringan prostate.
Tampak asinus prostate bertambah banyak dan bertambah besar. Epitel kelenjar membentuktonjolan/ papil ke dalam lumen. Ukuran asinus bermacam-macam, ada yang kecil dan ada
yang besar dan lebar.
Jaringan stroma fibromuskular bertambah, dapat ditemukan pula sebukan sel radangmenahun yang pada beberapa tempat sangat padat sampai kadang-kadang membentuk
bangunan folikel limfoid.
ORGAN REPRODUKSI PEREMPUAN
Organ reproduksi perempuan terdiri atas bebagai unsur -----→ ingat anatomi/histologi/fisiologi !
sehingga kelainan patologiknya akan menimbulkan keluhan/gejala klinik yang sangat bervariasi,seperti beberapa contoh di bawah ini :
- Pendarahan pervaginam dapat merupakan haid normal atau diakibatkan oleh berbagaikelainan antara lain abortus, hormonal. Radang/ infeksi atau akibat tumor jinak maupun
ganas.
- Pembesaran perut bagian bawah dapat pula sebagai akibat
o Kehamilan normal/abnormal
o Tumor-tumor kistik padat yang bersifat jinak/ganas dari uterus, ovarium dll.
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
27/34
26
SEDI AAN MAKROSKOPIK
INFEKSI
KW 9. PIOSALPINGS
Tampak tuba yang besar dan panjang sehingga menyerupai sosis. Kedua ostium tubatertutup. Pada dinding tampak bercak-bercak merah hitam, mungkin karena perdarahan dan
pernanahan. Umumnya dinding menebal oleh karena radang kronik/lama.
KW 10. KISTA TUBO-OVARIUMTampak ujung distal melebar kistik dan dindingnya berpadu dengan kista ovarium
KELAINAN KEHAMILAN
KW. 7. MOLA HIDATIDOSA
Mola hidatidosa termasuk golongan PTG (penyakit trofoblas gestasional) yang ditandai oleh pembengkaakan villi korialis (apakah villi korialis ?) disertai proliferasi sel trofoblas yang
mela[pisinya.
Jaringan berasal dari wanita hamil dengan perdarahan pervaginam disertai gelembungseperti anggur dan titer HCG seruk yang meningkat (mengapa?)
Tampak gelembung-gelembung berdinding tipis berisi cairan jernih dan mudah pecah.
KW. 11 dan 12. KEHAMILAN TUBATampak hasil konsepsi di dalam lumen tuba yang lebar. Secara makroskopik, hasil konsepsi
umumnya berupa beku darah dan kadang-kadang dapat diteumkan embrio dan kantong
janin. Bila disertai rupture tuba, gejala klinik apa yang akan terjadi ?
TUMOR
KW 13. KISTADENOAM OVARII MUSINOSUM
Jaringan berasal dari penderita usia produktif dengan pembesaran abdomen dan rasa begah/penuh. Tampak kista multikuler (berongga banyak) denga sekat tipis diantaranya. Isi
kista berupa lender, kadang – kadang bercampur darah atau nanah bila disertai perdarahan
atau infeksi.
KW. 5. LEIOMIOMA UTERUS
Tumor ini merupakan tumor berasal dari sel otot polos yang paling sering ditemukan padawanita, biasanya usia produktif.
Perhatikan gambarannta yang berbatas tegas, padat, berwarna putih disertai gambaran
pusaran (“whorling”).
Berdasarkan letak tumor pada uterus dikenal 3 jenis yaitu submukosa, intramural dan sub-serosa. Apa kira-kira gambaran klinis yang diakibatkan ?
KW. 3. KARSINOMA SERVIKS UTERITampak potongan dari serviks, uterus dan adneksa. Serviks tampak besar karena merupakan
infiltrasi tumor.
Untuk kepastian diagnosis diperlukan pemeriksaan mikroskopik
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
28/34
27
SEDIAAN MIKROSKOPIK
KELAINAN KEHAMILAN
KW. 6 SISA HASIL KONSEPSIJaringan berasal dari kuretasi/kerokan kavum uteri penderita yang mengaku hamil 8 minggu
dengan perdarahan pervaginam. Bahan yang keluar terdiri atas unsur fetal (janin, kantong janin, villi koriales/plasenta) dan unsur maternal (endometrium masas hamil/desidua
graviditatis)
TUMOR
KW. 3. KARSINOMA SEL SKUAMOSA SERVIKSSediaan berasal dari biopsy masa tumor di serviks dengan gambaran makroskopik seperti
kembang kol.
Perhatikan sel epitel permukaan skuamosa yang tumbuh infiltratif membentuk gencel/pulau
sel tumor jaringan ikat. Cari tanda / sifat sel epitel seperti jembatan antar sel, perhatikantanda ganas seluler seperti pleomorfi, hiperkromasi, rasio inti dan sitoplasma yang menigkat,
serta mitosis. Pada jenis berkeratin cari gambaran mutiara tanduk.
PAYUDARA
Kelainan pada payudara umumnya berupa masa, tergantung dari penyebabnya, dapat berupanodul tunggal atau multiple, berbatas tegas atau tidak, mudah digerakkan atau melekat di dasar /
permukaan kulit.
Sediaan yang akan dipelajari merupakan beberapa contoh lesi payudara yang cukup sering dijumpai.
SEDI AAN MAKROSKOPIK
M.2 FIBROADENOMA
Sediaan fibroadenoma yang telah dibebaskan dari jaringan payudara yang normal(pengangkatan in toto = seluruh massa tumor). Tumor tampak berbatas tegas bersimpai tipis.
Pada potongan, jaringan tumor tampak uniform (serba rata). Perhatikan gambaran lobulus
kelenjar yang proliferatif/bertambah banyak (berupa bundara-bundaran kecil)
KARSINOMA PAYUDARA DENGAN VARIASI PERTUMBUHAN MAKROSKOPIK.
M 4. KARSINOMA PAYUDARAPotongan payudara melalui puting susu. Tampak tumor diantara jaringan lemak : tidak
berbatas, memberi kesan infiltratif. Gambaran “Chalk -Streaks” tidak jelas sediaan sudah
lama dalam fiksasi)
M.5. KARSINOMA PAYUDARA
Pada sediaan ini terlihat kulit ditembus dan massa tumor yg tumbuh menonjol sepertikembang kol (eksofitik)
M.6. KARSINOMA PAYUDARA
Tampak infiltrasi tumor sampai ke kulit di sekitar putting susu sehingga menimbulkan ulkus.
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
29/34
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
30/34
29
PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK
PRAKTIKUM I : DAUR HAID
PEMERIKSAAN HORMONAL (FSH, LH, PROLAKTIN, ESTRADIOL, PROGESTERON,
TESTOSTERON)
Tujuan Praktikum
Mengetahui gambaran hormon reproduksi pada wanita Follicle Stimulating Hormone (FSH),
Luteinizing Hormone (LH), Estradiol, Progesteron dan Prolaktin.
Hormon Reproduksi
Hormon LH dan FSH merupakan hormon gonadotropin yang dihasilkan oleh kelenjar
hipofisis anterior. Hormon FSH berfungsi dalam stimulasi sel gonad (folikulogenesis pada wanita
dan spermatogenesis pada pria), sehingga dihasilkan sel ovum dan sel sperma yang matur. Pada usia
reproduksi didapatkan kadar FSH dan LH berkisar antara 4-15 mIU/ml, pada masa periovulasi
terjadi lonjakan kadar LH sebesar 4-6 kali (LH surge) dan kadar FSH 2-3 kali. LH surge akan
memicu terjadinya proses ovulasi .
Hormon Prolaktin dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior. Hormon Prolaktin berperan
pada proses pematangan akhir dari sel oosit dan sel spermatozoa.
Hormon Estradiol merefleksikan fungsi ovarium karena dihasilkan oleh sel teka dan sel granulose
folikel ovarium pada fase proliferasi dan sel lutel pada fase sekresi.
Pemeriksaan Hormon Progesteron dilakukan untuk mengetahui adanya proses ovulasi pada
daur haid. Pada fase proliferasi kadar Progesteron 1,5 ng/mL dan peningkatan terjadi pada saat sel
lutein terbentuk akibat proses luteinisasi pada sel teka/ sel granulosa. Kadar Progesteron mencapai
puncak pada saat masa luteal tengah (haid hari ke-20-22 siklus 28 hari) sebesar 10-30 ng/mL.
Pemeriksaan kadar Testosteron pada wanita menunjukkan adanya peningkatan produksi
androgen ovarium. Sedangkan pada pria pemeriksaan testosteron menunjukkan fungsi sel testis
dalam spermatogenesis.
Tehnis Praktikum :
Mempelajari hasil pemeriksaan hormon reproduksi dari pasien antara lain : FSH, LH, Estradol,
Progesteron, Prolaktin dan Testosteron.
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
31/34
30
Gambar 1. Jalur stimulus hormon reproduksi
Gambar 2. Daur haid
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
32/34
31
JENIS PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
HORMON REPRODUKSI
LH 9.0 mlU/ml Wanita :
Foliculer phase : 1-8Ovulatory peak : 24 -105
Luteal phase : 0.4 – 20
Post menopause : 15 - 62FSH 3.3 mlU/ml Wanita :
Foliculer phase : 4-13Ovulatory peak : 5 -22
Luteal phase : 2 - 13
Post menopause : 20 - 138
PROLAKTIN 8.7 ng/ml Wanita : 1.39 – 24.20
PROGESTERON 21.5 ng/ml Wanita :
Foliculer phase : 0.15 – 0.70
Ovulatory peak : 10.3 - 229Luteal phase : 2.0 – 25.0
Post menopause : 0.06 – 1.60ESTRADIOL 106 pg/ml Wanita :
Foliculer phase : 23 -145
Ovulatory peak : 112 - 443Luteal phase : 2.0 – 25.0
Post menopause : 0.06 – 1.60
Gambar 3. Contoh pelaporan hasil pemeriksaan hormone reproduksi
PRAKTIKUM II : FERTILITAS PEREMPUAN
PEMERIKSAAN TES KEHAMILAN
Tujuan
Mahasiswa mengetahui pemeriksaan untuk mendeteksi kemungkinan kehamilan.
Pemeriksaan Beta HCG Urin
Pemeriksaan Beta HCG urin secara kualitatif digunakan untuk mendeteksi kemungkinan kehamilan.
Pemeriksaan ini didasarkan pada keadaan ditemukannya beta HCG dalam serum wanita hamil
akibat nidasi sel embrio pada endometrium yang diikuti penentrasi jonjot vili koriales. Pemeriksaan
dapat dilakukan sejak 10 hari pasca ovulasi dan sebaiknya menggunakan urin pertama pagi hari.
Cara Pemeriksaan :
- Ambillah setetes urin pagi hari menggunakan pipet
- Teteskan pada kaset tes β HCG pada sumur sampel
- Tunggulah 5 – 10 menit
- Bacalah dengan memperhatikan kontrol dan hasil tes
- Laporkan hasil pemeriksaan !
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
33/34
32
Gambar 1. Cara melakukan tes strip kehamilan
Gambar 2. Jenis-jenis tes kehamilan
-
8/20/2019 Buku Penuntun Praktikum New-1
34/34
PRAKTIKUM FARMASI-KEDOKTERAN
A. PRAKTIKUM : FERTILITAS PEREMPUAN
Sasaran Belajar :
Mahasiswa memahami mengenai keadaan fertilitas perempuan berupa :1. Struktur mikroskopis organ yang terlibat dalam proses kehamilan dan laktasi
2. Gangguan kehamilan dan laktasi (abortus, kehamilan ektopik, adenoma laktans)
3. Pemeriksaan kehamilan urin (β HCG)
4. Berbagai sediaan obat yang dapat mempengaruhi fertilitas serta mekanisme kerjanya
PEMBAHASAN :
Mengenal berbagai sediaan obat yang dapat mempengaruhi fertilitas perempuan dan mekanisme
kerjanya:
1. Sediaan tablet yang mengandung hormon progesterone
2. Sediaan tablet yang mengandung hormon progesterone dan estrogen
3. Sediaan injeksi yang mengandung hormon progesterone
4. Sediaan injeksi yang mengandung hormon progesterone dan estrogen
B. PRAKTIKUM : KELUARGA BERENCANA
Sasaran Belajar :
Mahasiswa mengetahui dan memahami mengenai :
1. Cara mengisi Partograph dan kemanfaatannya
2. Mempelajari berbagai sediaan obat KB hormonal dan Non-hormonal, aplikasinya dan
contoh penulisan resepnya
PEMBAHASAN :
1. Preparat sediaan tablet yang mengandung hormon progesterone dan aplikasi pemakaian
2. Preparat sediaan tablet yang mengandung hormon progesterone dan estrogen dan aplikasi
pemakaian
3. Preparat sediaan injeksi yang mengandung hormon progesterone dan aplikasi pemakaian
4. Preparat sediaan injeksi yang mengandung hormon progesterone dan estrogen dan aplikasi
pemakaian
5. Preparat sediaan IUD
6. Preparat sediaan non hormonal dan aplikasi pemakaian