Blok 17 up 6 1
-
Upload
runde-p-putra -
Category
Documents
-
view
230 -
download
0
Transcript of Blok 17 up 6 1
-
7/22/2019 Blok 17 up 6 1
1/12
LEARNING OBJECTIVE
1. Mengetahui mengenai Trichinelosis meliputi :
(Etiologi, Patogenesis, Gejala Klinis, Diagnosa, Diff Diagnosa, Terapi, Pencegahan)
2. Mengetahui Higiene Daging Babi
3. Mengetahui Pengujian Diagnostik
PEMBAHASAN
1. Trichinosis
EtiologiSebagian besar disebabkan Trichinella spiralis. Disebabkan oleh cacing
nematoda, Trichinella spiralis (dan beberapa spesies lain Trichinella) tidak menimbulkan
efek klinis pada babi tapi merupakan bahaya zoonosis besar kepada orang-orang
mengkonsumsi daging babi kurang matang atau produk sembuh sempurna.
Kejadian pada hewan
- Umum terdapat pada usus dan jaringan otot babi, tikus, anjing, kucing, hewan liar dan
mamalia.
- Sapi, domba, kuda dan burung mempunyai kekebalan alami tertentu terhadap infeksi.
- Walaupun cacing dewasa terdapat dalam usus tapi larvanya jarang ditemukan dalam otot,
oleh karena itu sapi, domba dan burung tidak berperan dalam penyebaran penyakit.
- Induk semang utama adalah babi, manusia dan tikus.
- Predileksinya bervariasi tergantung spesies induk semang.
Patogenesis
Larva dimakan sebagai kista dalam daging, excyst di usus kecil, pasangan dan betina
bersembunyi ke dalam dinding usus menimbulkan larva yang encyst dalam otot. Encysted
larva dapat tetap bertahan selama 10 tahun dan menimbulkan trichinosis dalam manusia bila
dimakan.Larva ditemukan dalam kista, atau kapsul kecil, di dalam daging.
Cacing betina menghasilkan lebih banyak larva, yang pergi dari usus ke dalam darah
seseorang. Larva kemudian pergi dari pembuluh darah ke otot dan membentuk kista baru.
Manusia dapat terinfeksi cacing taenia dewasa di usus apabila makan daging yang
mengandung siste. Juga dapat terbentuk siste pada otot dan organ lain apabila tertelan telur
cacing. Sembilan hari setelah siste termakan, larva memasuki peredaran darah dan
memberikan gejala seperti influenza, rasa sakit pada otot (serupa reumatik) yang disebabkan
oleh toksin yang diproduksi pada otot atau organ lain. Penyakit pada manusia tergantung dari
jumlah siste yang tertelan. Diperkirakan adanya 2000 larva pada otot memberikan gejala dan
1 | N O N R U M I N A N S I A
-
7/22/2019 Blok 17 up 6 1
2/12
8000 larva akan dapat menyebabkan kematian. Larva dapat menyebabkan myokarditis dan
ensefalitis.
Gejala klinis
Tidak menimbulkan efek klinis pada babi tapi merupakan bahaya zoonosis besar kepada
orang-orang mengkonsumsi daging babi kurang matang atau produk sembuh sempurna.
Sebagian besar waktu, trichinosis terjadi tanpa gejala. Beberapa orang mungkin mengalami
sakit perut, sakit sendi, dan nyeri otot. Jika ada banyak larva, orang mungkin memiliki gejala
yang lebih parah, seperti:
- Abdomen
- tertekan
- Diare
- mual
- muntah
Ketika cacing meninggalkan usus dan bermigrasi melalui jaringan, gejala dapat mencakup
sebagai berikut:
- mata bengkak
- demam
- nyeri otot
- perdarahan mata kecil
Diagnosa
2 | N O N R U M I N A N S I A
-
7/22/2019 Blok 17 up 6 1
3/12
Diagnosis pasti trichinosis dapat ditetapkan apabila dapat ditemukan cacing dewasa atau
larva cacing dewasa atau larva cacing. Cacing dewasa atau larva cacing mungkin dijumpai
pada tinja penderita saat diare. Pemeriksaan serologis dilakukan dengan teknik ELISA. Pada
pemeriksaan hematologis, eosinofilia darah minimal mencapai 20%. Pemeriksaan radiologik
dapat juga membantu menunjukkan adanya kista pada jaringan atau organ penderita.
Terapi dan Pengobatan
Albendazole telah ditunjukkan untuk menghilangkan larva pada 10 mg / kg. Pada
pembantaian, infeksi dapat dideteksi dalam diafragma, otot leher atau lidah menggunakan
trichinoscopy (menekan otot untuk melihat larva dengan mikroskop). Antibodi dapat
dideteksi dalam serum atau di jus daging dengan metode ELISA, menggunakan ekskretoris
antigen dan antibodi monoklonal. Antigen hadir dalam darah selama 1-4 minggu dan 10-14
minggu setelah infeksi.
Pencegahan agar tidak zoonosis :
- Makanan sampah/sisa abattoir yang akan diberikan babi dimasak lebih dahulu
- Bahan makanan mengandung daging babi seperti sausage babi dan sate babi perlu dimasak
sampai matang untuk membunuh larva cacing yang berada di dalam daging
- Pada manusia memasak semua daging yang akan dikonsumsi sampai 77C dan pembekuan
daging ( - 15C selama 20 hari, - 23C selama 10 hari, - 30C selama 6 hari )
- Daging disimpan dalam suhu 25 C selama 10 20 hari menyebabkan larva cacing mati
- Sanitasi pada pemeliharaan babi yang baik dan hewan liar
- Kandang babi yang dibangun dirancang agar mencegah tikus masuk bangunan
- Ventilasi udara atau pipa air ditutupi dengan kawat strimin, kurang lebih dengan lubang 1cm
- Daerah disekitar kandang dipangkas dari adanya vegetasi, dari adanya kerikil, hingga
tingginya kurang dari 10 m
- Penyimpanan pakan pada tempat yang tertutup, yang tidak memungkinkan tikus untuk
masuk
- Limbah makanan yang mengandung produk produk daging dimasak sesuai dengan
undang undang makanan limbah
- Kandang babi jauh dari tempat pembuangan sampah, kurang lebih radius 2 km bebas
dari tempat sampah
- Kontrol ketat terhadap binatang pengerat, khususnya tikus yang merupakan reservoir
infeksi penting pada ternak babi
- Pastikan bahwa bangkai babi dikubur dengan benar, atau dibakar dengan benar
- Hindarkan babi kontak dengan hewan liar lain, hal ini penting untuk pencegahan
penularan baik dari dan ke binatang liar, potensi reservoir infeksi.
- Jangan biarkan babi untuk makan mentah bangkai hewan lainnya termasuk tikus, yang
mungkin trinfeksi dengan Trichinosis.
- Vaksin eksperimental untuk trichinosis sedang diteliti di babi tapi belum tersedia,
pemeliharaan ternak babi yang bagus merupakan cara yang tersedia untuk mencegah
Trichinosis.
3 | N O N R U M I N A N S I A
-
7/22/2019 Blok 17 up 6 1
4/12
2. Higiene daging babi
Gambar. Daging babi (Anonim(a), 2011)
Daging babi mempunyai ciri-ciri :
1. Warna pucat hingga merah muda
2. Serabut halus dengan konsistensi padat dan berbau spesifik, serat-seratnya
terlihat samar dan sangat renggang
3. Pada umur tua daging berwarna lebih tua, sedikit lemak dengan serabut kasar
4. Memiliki tekstur lemak yang lebih elastis, sangat basah dan sulit dilepas dari
dagingnya (Anonim(a), 2011)
Higiene daging babi
Syarat Pemotongan Babi
a. Disertai surat pemilikan dan bukti pembayaran retribusi
b. Dinyatakan diijinkan untuk dipotong tanpa syarat, atau dengan syarat
menurut pemeriksaan antemortem (max 24 jam sebelum pemotongan)
c. Diistirahatkan minimal 12 jam sebelum penyembelihan.
Pemingsanan pada babi
Dengan captive bolt
4 | N O N R U M I N A N S I A
-
7/22/2019 Blok 17 up 6 1
5/12
Gambar. Captive bolt Gambar. Posisi penggunaan captive bolt
2,5 cm di atas mata,sedikit ke satu sisi dari garis tengah kepala (untuk
menghindari tonjolan tebal dari tulang) dan pada sudut kanan ke dahi
(Yudhabuntara, 2010).
Dengan listrik (elektroda)
Listrik menimbulkan aktivitas listrik tak terkoordinir (aktivitas epileptic)
di otak yang menjadikan hewan tidak sadar
Gambar. Posisi pemakaian (Yudhabuntara, 2010)
Penyembelihan darurat
a. Dalam keadaan bahaya karena penyakit
b. Ada bahaya langsung bagi kesehatan umum, keselamatan manusia
Cara Penyembelihan Babi
5 | N O N R U M I N A N S I A
-
7/22/2019 Blok 17 up 6 1
6/12
Menusuk jantung melalui intercostal 1, atau dengan memotong urat nadi
leher. Selain itu babi dapat dipingsankan dulu sebelum disembelih.
Keputusan Pemeriksaan Antemortem
o Diijinkan untuk disembelih tanpa syarat (hasil pemeriksaan antemortem: sehat
dan dagingnya tidak membahayakan konsumen)
o Diijinkan untuk disembelih dengan syarat (waktu pemotongan, tempat
pemotongan, pemeriksaan postmortem yang mendalam, atau syarat lainnya).
abses, septikemia,hidrops, oedema, paraplegia contgiosa suum, pestis
suum, penyakit mulut dan kuku.
o Ditunda untuk disembelih
Anthrax,
Erysipelas akut dengan erythrema
Collibacilosis
Penyakit lain, tetapi dapat disembuhkan
o Ditolak untuk disembelih, dan kemudian dimusnahkan:
1) Rabies
2) Pseudorabies
3) Tetanus
4) Swine fever,
5) Swine vesicular disease,
6) Hog cholera
Keputusan Pemeriksaan Postmortem
1) Dapat diedarkan untuk konsumsi
a) daging babi yang tidak menderita suatu penyakit
b) daging yang merupakan bagian dari babi yang menderita: artritis, hernia, fraktura,
abces, epithelimia, actinomycosis, actinobacillosis, penyakit lain yang bersifat lokal.
2) Dapat diedarkan untuk konsumsi dengan syarat sebelum peredaran
Jenis Penyakit Perlakuan
Trichinosis Pemanasan/memasak daging sehingga
6 | N O N R U M I N A N S I A
-
7/22/2019 Blok 17 up 6 1
7/12
a. Infestasi ringan/lokal
b. Infestasi sangat ringan, tanpa gangguan
berarti
panasnya sampai ke dalam irisan
daging/sterilisasi
Sterilisasi dengan pemanasan/pemasakan
seperti di atas, atau penyimpanan
minimal 3 minggu dalam suhu 15 CCysticercosis
a. Infestasi ringan
b. Infestasi sangat ringan, tanpa
gangguan berarti
Pemanasan/memasak daging sehingga
panasnya sampai ke dalam irisan
daging/sterilisasi
Sterilisasi dengan pemasakan seperti di
atas, atau penyimpanan minimal 10 hari
dalam suhu 10 CHaemorhagic septicemia Direbus
Paraplegia contagiosa suum Direbus
Pestis suum Direbus
Erysipelas dengan lesi ringan pada kulit Direbus
Morbus Aujezki Sterilisasi
Penyakit mulut dan kuku Dilayukan minimal 24 jam pasca
Pemotogan; Tulang, isi rongga perut dan
dada, kaki dan kepala direbus
3) Dapat diedarkan untuk konsumsi dengan syarat selama peredaran
a) Keharusan dilakukannya perlakuan atau cara tertentu dalam peredarannya (hasil pem
postmortem: warna, konsistensi, atau bau tidak normal, septichaemia, cachexia, hydrops,
oedema.
b) Keharusan dipenuhinya syarat-syarat lain tertentu dalam peredarannya untuk
menjamin keamanan daging babi
4) Tidak dapat diedarkan untuk konsumsi, apabila daging babi ternyata berbahaya untuk
konsumsi manusia: anthrax, tetanus, rabies, pseudo rabies, erysipelas akut dengan erythrema,
hog cholera, tuberculosis yang sifatnya ekstensif, cysticercosis dengan infestasi merata,
trichinosis dengan infestasi berat, mycotoxicosis akut dan kronis, collibacilosis, residu
pestisida/obat/hormon/bahan kimia lain yang membahayakan manusia (Anonim(b), 2011).
7 | N O N R U M I N A N S I A
-
7/22/2019 Blok 17 up 6 1
8/12
Beberapa kriteria yang dapat dijadikan dasar untuk memilih daging yang baik dan sehat
adalah sebagai berikut:
1. Cap atau Stempel
Untuk daging sapi, kerbau, domba, kambing dan babi, daging memiliki cap dari Dinas
Peternakan atau Dinas yang memiliki fungsi Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet)
yang menyatakan BAIK. Berdasarkan peraturan, cap wajib diberikan pada daging setelah
pemeriksaan kesehatan di RPH. Cap untuk daging babi berbentuk segi enam (Wiliamson,
1993; Sihombing, 1997).
2. Warna Daging
Warna daging adalah salah satu kriteria penilaian mutu daging yang dapat dinilai
langsung. Warna daging ditentukan oleh kandungan dan keadaan pigmen daging yang disebut
mioglobin dan dipengaruhi oleh jenis hewan, umur hewan, pakan, aktivitas otot, penanganan
daging dan reaksi-reaksi kimiawi yang terjadi di dalam daging. Warna daging babi yang
segar adalah keabuan (Wiliamson, 1993; Sihombing, 1997).
3. Kondisi Permukaan Daging
Daging segar memiliki permukaan daging yang lembab, tidak basah, tidak kering dan
tidak ada lendir. Selain itu daging yang bermutu ditandai dengan permukaan daging yang
bersih, bebas dari kotoran-kotoran yang nampak oleh mata. Daging yang kotor akan mudah
rusak atau busuk (Wiliamson, 1993; Sihombing, 1997).
4. Bau
Bau daging dipengaruhi oleh jenis hewan, pakan, umur daging, jenis kelamin, lemak, lama
waktu, dan kondisi penyimpanan. Bau daging dari hewan yang tua relatif lebih kuat
dibandingkan hewan muda, demikian pula daging dari hewan jantan memiliki bau yang lebih
kuat daripada hewan betina (Wiliamson, 1993; Sihombing, 1997).
5. Suhu Penyimpanan Daging
Setelah proses pemotongan, sangat dianjurkan agar daging disimpan pada suhu dingin
(
-
7/22/2019 Blok 17 up 6 1
9/12
bertahan selama 2-3 hari (daging dikemas). Untuk daging giling yang disimpan pada suhu 0-
4oC akan bertahan sampai 12 jam. Apabila daging dijual tanpa pendingin (suhu ruang di
Indonesia sekitar 27-32oC), sebaiknya daging tersebut disimpan atau dibiarkan tanpa
pendinginan tidak lebih dari 6 jam. Jika daging dibiarkan lebih dari 6 jam tanpa didinginkan,
maka jumlah kuman pada daging tersebut telah melewati batas yang diperbolehkan. Untuk
memproduksi daging yang bermutu, biasanya setelah proses pemotongan dilakukan
pendinginan (chilling), dan dilakukan proses pelayuan daging atau pematangan daging,
atau dikenal dengan istilah aging atau conditioning. Pendinginan daging dilakukan pada suhu
1 sampai 1 oC selama 24-36 jam sehingga suhu bagian dalam daging mencapai suhu 4 oC.
setelah 24-36 jam. Pelayuan dilakukan antara proses pendinginan dan pembekuan (freezing).
Tujuan pelayuan adalah untuk memberi kesempatan terhadap berlangsungnya reaksi-reaksi
kimiawi di dalam daging, sehingga daging akan memiliki mutu yang optimum, karena daging
memiliki keempukan yang sangat baik, serta memiliki cita rasa dan aroma yang lebih baik.
Proses pelayuan ini sebaiknya dilakukan dengan menggantung daging pada ruang bersuhu 0
oC selama 14 hari, atau pada suhu 2-3 oC selama 10-12 hari, atau pada suhu 4 oC selam 6
hari, atau pada suhu 9-10 oC selama 1-3 hari. Pelayuan pada suhu dingin sangat dianjurkan
untuk menghambat pertumbuhan dan perkembangbiakan kuman-kuman pada daging
(Wiliamson, 1993; Sihombing, 1997).
3. Pengujian Diagnostik
1) Pengujian diagnostik Trichinosis yang memenuhigold standart
Beberapa syarat uji diagnostik :
1. Harus dikerjakan secara terpisah dan mandiri, dimana pembacaan hasilnya
tidak dipengaruhi oleh hasil pembacaan tes baku emas (Double blind study).
2. Perlu diperhatikan spektrum dari penyakit yang ikut dalam diagnostik. Disini
perlu diikutkan penyakit yang ringan sampai yang berat, yang pernah mendapat
pengobatan dan yang pernah, disamping yang tidak mengidap penyakit
3. Nilai duga suatu tes sangat dipengaruhi oleh prevalensi penyakit. Dimana nila
duga adalah tinggi pada suatu keadaan dengan prevalensi yang tinggi
4. Ketepatannya (Accuracy) harus tinggi.
5. Tata cara melakukan uji diagnostik harus dijelaskan secara rinci sehingga calon
9 | N O N R U M I N A N S I A
-
7/22/2019 Blok 17 up 6 1
10/12
pengguna uji diagnostik dapat mengerjakan di tempat lain.
6. Kegunaan uji diagnostik tersebut (Syahril, 2005).
Sensitifitas dan Spesifisitas :
Adalah 2 ratio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu uji Saring atau
uji diagnostik untuk membedakan individu - individu yang mendapat penyakit dengan
yang tidak mendapat penyakit. Sensitifitas ialah kemampuan untuk mengetahui secara
benar siapa yang menderita sakit. Spesifisitas ialah kemampuan untuk mengetahui secara
benar siapa-siapa yang tidak menderita sakit. Komponen ini diperoleh dengan
membandingkan hasil yang didapat dengan prosedur diagnostik yang telah dikenal.
Sensitifitas ialah kemampuan suatu tes untuk memberikan gambaran positip pada
orang yang benar-benar sakit. Hal ini dinyatakan dalam persen :
Dengan sensitifitas saja kita belum dapat mengetahui secara benar keadaan suatu
penyakit, untuk itu perlu diketahui konsep spesifisitas.
Spesifisitas ialah kemampuan suatu tes untuk memberikan gambaran negatip bila
subyek yang di tes adalah bebas dari penyakit (Syahril, 2005).
10 | N O N R U M I N A N S I A
Subyek yang sakit dengan tes positip
----------------------------------------------- x 100
Jumlah orang sakit yang mendapat tes
Subyek yang tidak sakit dengan tes negatip
------------------------------------------------------ x 100
Jumlah orang yang tidak sakit yang di tes
-
7/22/2019 Blok 17 up 6 1
11/12
(Syahril, 2005)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim(a). 2011.Kiat-Kiat Memilih Daging Haus (Halal, Aman, Utuh, Sehat).
http://www.disnak.jabarprov.go.id/images/artikel/Kiat%20Pilih%20Daging
%20Haus.pdf. (diakses 7 Mei 2013)
Anonim(b). 2011.Pemotongan dan Penanganan Daging Babi. SK Mentan Nomor.
295/KPts/TN.240/5/1989 (diakses 7 Mei 2013)
Levine. 1994.Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Yogyakarta: UGM PRESS
Sihombing, DTH. 1997.Ilmu Ternak Babi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Soedarto.2003.Zoonosis Kedokteran.Surabaya: UNAIR PRESS
Syahril. 2005.Diagnostic & Screening. Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatra Utara
Yudhabuntara, D. 2010. SNI Rumah Potong Hewan. Fakultas Kedokteran Hewan UGM:
Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner
11 | N O N R U M I N A N S I A
http://www.disnak.jabarprov.go.id/images/artikel/Kiat%20Pilih%20Daging%20Haus.pdfhttp://www.disnak.jabarprov.go.id/images/artikel/Kiat%20Pilih%20Daging%20Haus.pdfhttp://www.disnak.jabarprov.go.id/images/artikel/Kiat%20Pilih%20Daging%20Haus.pdfhttp://www.disnak.jabarprov.go.id/images/artikel/Kiat%20Pilih%20Daging%20Haus.pdf -
7/22/2019 Blok 17 up 6 1
12/12
Wiliamson, G. 1993.Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press.
12 | N O N R U M I N A N S I A