Bioanalisis Fix p1
-
Upload
agung-muharam -
Category
Documents
-
view
327 -
download
13
description
Transcript of Bioanalisis Fix p1
LAPORAN AKHIR BIOANALISIS
PERCOBAAN I
“PENETAPAN KADAR OBAT DAN JUMLAH METABOLITNYA DALAM URIN”
KELOMPOK 4 (2010/B)
Deantari Karliana G1F010064
Yoga Rizky Pratama G1F010066
Setiawan G1F010068
Ayu Lestari Prihadi G1F010070
Renatha Deska Canesia G1F010072
ASISTEN : Rikha Kurniawati dan Soraya Diliwiyani
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KESEHATAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
PURWOKERTO
2013
A. JUDUL
PENETAPAN KADAR OBAT DAN JUMLAH METABOLITNYA DALAM URIN
B. TUJUAN
Melakukan penetapan kadar obat dalam urin dan menentukan jumlah metabolitnya
dalam urin.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah beaker gelas, labu
ukur, pipet tetes, pipet volume, filler, tabung reaksi, plat silica GF, pipa kapiler,
corong, alat sentrifuge, alat penampung urin, timbangan, lampu UV, kuvet, dan
spektrofotometer uv-vis.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah larutan standar
paracetamol 10 mg/ml, Asam klorida 6N, natrium nitrit 10%, asam sulfanilat 15%,
NaOH 10%, aquades, etil asetat, metanol, asam asetat, dan n-butanol.
D. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
a. Pembuatan Kurva Baku
Panjang gelombang maksimum yang didapat = 437 nm
Larutan Baku
Diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimal 412 nm
X = konsentrasi (mg/ml) Y = absorbansi
0,02 0,310
0,04 0,390
0,06 0,467
0,08 0,615
a = 0,1975
b = 4,96
r = 0,986
y = a + bx
y = 0,1975 + 4,96x
Sampel Absorbansi
I 0,719
II 0,635
III 0,597
IV 0,328
λ = 437 nm
Kadar PCT =
1. Sampel I = 0,105
2. Sampel II = 0,08
3. Sampel III = 0,08
4. Sampel IV = 0,02
X µ x- µ (x- µ)2
0,105
0,07125
0,03375 0,0014
0,08 0,00875 7,66 x 10-6
0,08 0,00875 7,66 x 10-6
0,02 0,05125 2,63 x 10-3
SD = = 0,04
Jadi, kadar PCT dalam sampel urin adalah 0,07125 ± 0,04 mg/ml
Penetapan Jumlah Metabolit dalam Sampel Urin
Urin yang mengandung PCT ditampung selama 24 jam, kemudian dilakukan analisis
jumlah metabolit PCT dalam urin dengan metode KLT.
Keterangan : a. Jumlah total sampel urin : 11 x
b. Jumlah total standar pct : 3x
c. ukuran silica : 7 x 6 cm
d. front : 4,5 cm
Pengukuran jumlah metabolit:
KLT Fase gerak I
Rf 1 = jarak yang ditempuh / jarak sebenarnya
= 2 / 4,5
= 0,44
KLT Fase gerak II
1. Rf metabolit I = jarak yang ditempuh / jarak sebenarnya
= 3,5 / 4
= 0,875
2. Rf metabolit II = 3 / 4
= 0,75
E. PEMBAHASAN
Monografi Bahan
1. Paracetamol
Nama resmi : Acetaminophenum
Nama lain : Paaracetamol
RM / BM : C8H9NO2 / 151,56
Pemerian : Hablur atau hablur serbuk putih, tidak berbau,rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dlam 7 bagian etanol95 % p, dalam
17 bagian aseton p, dalam 40 bagian gliserol.
Khasiat : Analgetikum antipiretikum.
Kegunaan : Sebagai sampel.
Persyaratan kadar : Mengandung tidk kurang dari 98 % dan tidak
lebih dari 101,0 % C8H9NO2 dihitung terhadapzat yang telah
dikeringhkan.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik (Anonim,1995).
2. Asam klorida
HCl ; BM 36,46;
Cairan tidak berwarna sampai dengan kuning pucat
murni pereaksi, mengandung 36% b/b HCl
3. Natrium Nitrit
Larutan natrium nitrit P10 % b/v yang dibuat segar (Anonim, 1995).
4. Asam sulfanilat
Sinonim : Asam 4-Aminobenzensulfonat; Asam p-Anilinsulfonat
Formula : (H2N)C6H4SO3H
Berat Molekul : 173,19
Toksisitas : LD50 pemberian secara oral pada tikus: 12300 mg/kg
Bentuk Fisik : Serbuk halus abu-abu
Titik Leleh : 288 °C
Kelarutan dalam Air : 1 g / 100 ml
Aplikasi :Asam sulfanilat adalah serbuk halus atau kristal abu-abu; agak
larut dalam air, alkohol dan eter, larut dalam air panas dan HCl
pekat, hangus pada suhu 288-300 °C. Asam sulfanilat adalah
hasil sulfonasi dari anilin. Anilin adalah bahan baku dalam
industri penghasil bahan pewarna celup. Asam sulfanilat dan
garam-garamnya yang terkandung dalam bahan pewarna celup
organik memberikan fungsi yang berguna pada kelarutan dalam
air dan atau meningkatkan kecepatan pencucian bahan pewarna
yang disebabkan karena kemampuan keduanya mengikat lebih
rapat dengan kain.Asam sulfanilat dipakai sebagai perantara
untuk pewarna (bahan pewarna celup, pewarna makanan, bahan
pencemerlang), obat dan sintesis organik lainnya.Asam
sulfanilat adalah komponen dari reagen Griess untuk
menentukan HNO2.Asam sulfanilat diubah menjadi
sulfanilamid yang merupakan satu dari bahan-bahan dasar
untuk memproduksi obat-obat sulfa antibakteri.Asam sulfanilat
mempunyai isomer yaitu asam metanilat, gugus sulfonat
terletak di posisi 2.Senyawa tersebut digunakan dalam
pembuatan bahan pewarna celup azo dan sintesis obat-obat
sulfa (Satrya, 2011).
5. Natrium Hidroksida (NaOH)
Rumus molekul : NaOH
Berat molekul : 40,0 g/mol.
NaOH mengandung : tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 100,5% alkali
jumlah, dihitung sebagai NaOH, mengandung Na2CO3 tidak
lebih dari 3,0%.). NaOH dapat merusak jaringan dengan cepat.
Pemerian : putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet,
serpihan atau batang atau bentuk lain, keras, rapuh dan
menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara akan
cepat menyerap karbon dioksida dan lembap. NaOH mudah
larut dalam air dan dalam etanol.
Kelarutan : mudah larut dalm air dan dalam etanol
Wadah dan penyimpanannya : dalam wadah tertutup rapat (Anonim, 1995).
6. Aquades
Rumus molekul :H2O
Berat molekul : 18,02 g/mol
Pemeriaan : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dengan pH antara
5,0 - 7,0.
Wadah dan penyimpanannya : dalam wadah tertutup rapat
Air murni adalah air yang dimurnikan yang diperoleh dengan destilasi, perlakuan
menggunakan penukar ion, osmosis balik atau proses lain yang sesuai. Dibuat dari air
yang memenuhi persyaratan air minum dan tidak mengandung zat tambahan lain.
Densitas 0,998 g/cm³ dalam fase cairan dan 0,92 g/cm³ dalam fase padatan. Titik
leburnya 0 °C (273,15 K) (32 ºF) dan titik didihnya 100 °C (373.15 K) (212 ºF)
(Anonim, 1995).
7. Etil asetat
CH3COOC2H5; BM : 88,11; murni pereaksi. (Anonim, 1995)
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3.
Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat.Senyawa ini berwujud
cairan tak berwarna, memiliki aroma khas. Senyawa ini sering disingkat EtOAc,
dengan Et mewakili gugus etil dan OAc mewakili asetat. Etil asetat diproduksi dalam
skala besar sebagai pelarut.
Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap), tidak
beracun, dan tidak higroskopis.Etil asetat merupakan penerima ikatan hidrogen yang
lemah, dan bukan suatu donor ikatan hidrogen karena tidak adanya proton yang
bersifat asam (yaitu hidrogen yang terikat pada atom elektronegatif seperti flor,
oksigen, dan nitrogen.Etil asetat dapat melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam air
hingga kelarutan 8% pada suhu kamar.Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih
tinggi.Namun demikian, senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung basa
atau asam.Murni digunakan sebagai pereaksi.
8. Metanol
Metil alkohol P; CH3OH; BM 32,04; murni pereaksi (Anonim, 1995)
9. N-butanol
n-Butanol C4H9OH
10. Urin
Urin atau air kencing merupakan salah satu sisa metabolisme tubuh yang
dapat memberikan gambaran keadaan kesehatan tubuh kita. Mungkin tanpa sadar kita
sering memperhatikan bahwa urin yang kita keluarkan terkadang jernih tetapi dilain
waktu keruh atau bahkan berwarna gelap. Sebenarnya perubahan yang terjadi
menunjukkan keadaan sistem metabolisme didalam tubuh kita. Pemeriksaan urin bisa
memberikan gambaran tentang fungsi ginjal, saluran kemih baik bagian atas maupun
bagian bawah, fungsi hati, infeksi pada saluran kemih dan lain-lain. Pemeriksaan urin
lebih banyak dilakukan sebagai pemeriksaan skrining suatu penyakit karena biaya
pemeriksaannya relatif lebih murah daripada pemeriksaan darah atau cairan tubuh
lainnya (Anonim, 2012).
Penetapan kadar obat dan jumlah metabolitnya dalam urin pada praktikum kali ini
menggunakan metode Spektrofotometri UV-Vis dan Kromatografi Lapis Tipis. Penetapan
kadar paracetamol dalam urin,pada praktikum ini adalah menggunakan Spektrofotometri.
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan
sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik
dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube.
Benda bercahaya seperti matahari atau bohlam listrik memancarkan spektrum yang lebar
terdiri atas panjang gelombang. Panjang gelombang yang dikaitkan dengan cahaya tampakitu
mampu mempengaruhi selaput pelangi mata manusia dan karenanya menimbulkan kesan
subyektif akan ketampakan (vision). Dalam analisis secara spektrofotometri terdapat tiga
daerah panjang gelombang elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV (200 – 380
nm), daerah visible (380 – 700 nm), daerah inframerah (700 – 3000 nm) (Khopkar 1990).
Prinsip Spektrofotometri Visibel
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energi adalah
cahaya tampak (visibel). Cahaya visibel termasuk spektrum elektromagnetik yang
dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380-
750 nm. Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh kita, entah itu putih, merah,
biru, hijau, apapun.. selama ia dapat dilihat oleh mata, maka sinar tersebut termasuk
ke dalam sinar tampak (visibel). Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada
spektrofotometri visibel adalah lampu tungsten. Tungsten yang dikenal juga dengan
nama wolfram merupakan unsur kimia dengan simbol W dan nomor atom 74.
Tungsten mempunyai titik didih yang tertinggi (3422 ºC) dibanding logam lainnya.
Karena sifat inilah maka ia digunakan sebagai sumber lampu (Wahyuriadi, 2009).
Berdasarkan Hukum Lambert-Beer absorbansi akan berbanding lurus dengan
konsentrasi, karena b atau l harganya 1 cm dapat diabaikan dan ε merupakan suatu
tetapan. Artinya konsentrasi makin tinggi maka absorbansi yang dihasilkan makin
tinggi, begitupun sebaliknya konsentrasi makin rendah absorbansi yang dihasilkan
makin rendah. Berikut rumus yang diturunkan dari Hukum Lambert-Beer:
Keterangan :
A = absorbansi
ε = tetapan absorptivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam
molar)
a = tetapan absorptivitas (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam ppm).
b atau l = tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga umumnya 1 cm
c = konsentrasi larutan yang diukur (Gandjar & Rohman, 2007)
Hasil Praktikum dan Pembahasan
Penetapan Kadar Parasetamol
Pada praktikum kali ini, kami melakukan uji analisis parasetamol dalam cairan
hayati yang berasal dari urin manusia. Probandus diberi obat berupa tablet
parasetamol sebelum hari praktikum kemudian urinnya ditampung. Seharusnya urin
yang didapat divortex agar bercampur secara merata dan terbentuk ikatan antara obat
dengan protein plasma. Langkah pertama 1 ml sampel urin ditambahkan larutan
antikoagulan, yaitu TCA sebanyak 1 ml. Kemudian dilakukan proses sentrifugasi
selama 10 menit dengan kecepatan 2000. TCA berfungsi untuk mengendapkan
protein,sehingga yang tersisa dibagian atas atau yang dikenal dengan supernatan
A= a . b . c atau A = ε . b
hanyalah ikat obat dengan plasma. Langkah kerja selanjutnya yaitu ditambahkan HCl
6N sebanyak 0,5 ml dan NaNO2 10% sebanyak 1 ml. Kemudian divorteks selama 5
menit dan setelah itu ditambahkan asam sulfanilat 15% sebanyak 1 ml dan NaOH
10% sebanyak 2,5 ml, lalu didiamkan selama 3 menit.
Reaksi yang terjadi adalah:
Reaksi PCT dengan HCl dan NaNO2
(i)
HCl (aq) + NaNO2 (aq) HNO2 (aq) + NaCl (aq) (ii)
2 HNO2 (aq) 2 H+ (aq) + 2 NO2 (g) (iii)
Kemudian didiamkan selama 5 menit
Reaksi dengan mencampurkan asam sulfanilat 1 ml dan NaOH 10 % sebanyak 2,5 mL
(iv)
2 H+ (aq) + NaOH (aq) Na+ (aq) + H2O (l) (v)
(Mursyidi & Rohman, 2006)
Hasil absorbansi yang didapat dari penetapan kadar parasetamol adalah
Didapatkan nilai Absorbansi sampel (A) =
X = konsentrasi (mg/ml) Y = absorbansi
0,02 0,310
0,04 0,390
0,06 0,467
0,08 0,615
Sehingga didapat hasil perhitungan regresi adalah diperoleh nlai:
a = 0,1975
b = 4,96
r = 0,986
y = a + bx
y = 0,1975 + 4,96x
Fungsi penambahan:
1. Penambahan Hcl dan NaNO2 adalah untuk menghidolisis PCT dan membentuk reaksi
diazo yang bereaksi dengan gugus amin pada PCT (i) – (iii).
2. Penambahan asam sulfanilat sebagai pereaksi warna sehingga dapat memberikan
serapan saat di baca pada spektrofotometri visible (iv).
3. Penambahan NaOH adalah reaksi penetralan dimana pada saat reaksi HCl dengn
NaNO2 (reaksi iii) dihasilkan ion hidrogen yang menyebabkan larutan bersifat asam.
Sehingga perlu di netralkan dengan NaOh (v).
(Gandjar & Rohman, 2007)
Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil praktikum, parasetamol yang terdeteksi memiliki kadar 0,07125 ±
0,04 mg/ml . Berkurangnya kadar obat dalam plasma dan lamanya efek tergantung
pada kecepatan metabolisme dan ekskresi. Faktor ini menentukan kecepatan eleminasi
obat yang dinyatakan dengan plasma waktu paruh yaitu rentang waktu dimana kadar
obat dalam plasma pada fase eliminasi menurun sampai separuhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979.Farmakope Indonesia Ed. III.Jakarta : DepKes RI.
Anonim.1995. Farmakope Indonesia edisi IV.Jakarta : Depkes RI.
Anonim.2012. Sekilas Tentang Pemeriksaan Lab Urin.
http://ndiel2.wordpress.com/2012/03/01/sekilas-tentang-pemeriksaan-lab-urin/. Diakses
tanggal 14 April 2013
Gandjar, G.I & Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar: Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Mursyidi & Rohman, A. 2006. Anilisis Obat dan Makanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Satrya, Yogi. 2011. Asam Sulfanilat. http://yogisatrya.blogspot.com/2011/11/asam-
sulfanilat.html. diakses tanggal 14 April 2013
Wahyuriadi. 2009. Macam Spektrofotometri dan Perbedaannya.
http://wahyuriyadi.blogspot.com/2009/07/macam-spektrofotometri-dan-
perbedaannya.html. Diakses tanggal 14 April 2013.