Biji Kelor

download Biji Kelor

of 72

description

biji

Transcript of Biji Kelor

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    1/72

    PEMANFAATAN BIJI KELOR (MORINGA OLEIFERA)

    SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSESPENJERNIHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEKSTIL

    TESIS

    Oleh

    AHMAD MULIA RAMBE

    067022001/TK

    SEKOLAH PASCASARJANA

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN

    2009

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    2/72

    PEMANFAATAN BIJI KELOR (MORINGA OLEIFERA)

    SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSESPENJERNIHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEKSTIL

    TESIS

    Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik

    dalam Program Studi Teknik Kimia

    pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera utara

    Oleh

    AHMAD MULIA RAMBE

    067022001/TK

    SEKOLAH PASCASARJANA

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN

    2009

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    3/72

    Judul Tesis : PEMANFAATAN BIJI KELOR (MORINGA

    OLIOFERA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF

    DALAM PROSES PENJERNIHAN LIMBAH CAIRINDUSTRI PENCUCIAN TEKSTIL

    Nama Mahasiswa : Ahmad Mulia Rambe

    Nomor Pokok : 067022001

    Program Studi : Teknik Kimia

    Menyetujui

    Komisi Pembimbing

    (Prof.Dr.Ir.Setiaty Pandia) (M.Hendra S Ginting,ST,MT)

    Ketua Anggota

    Ketua Program Studi Direktur

    (Prof.Dr.Ir Setiaty Pandia) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B,MSc)

    Tanggal lulus : 14 Maret 2009

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    4/72

    Telah diuji pada

    Tanggal : 14 Maret 2009

    PANITIA PENGUJI TESIS

    K e t u a : Prof.Dr.Ir.Setiaty Pandia

    A n g g o t a : 1. M.Hendra S Ginting,ST,MT

    2. Dr.Halimatuddahliana,ST,M.Sc

    3. Mersi Suriani Sinaga,ST,MT

    4. Rondang Tambun,ST,MT

    5. Zuhrina Masyithah,ST,M.Sc

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    5/72

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    6/72

    ABSTRAK

    Pemanfaatan biji kelor yang selama ini hanya sebagai limbah yang jarang

    digunakan perlu dikembangkan lebih lanjut untuk pengelolaan limbah cair, yanglebih ekonomis dan ramah lingkungan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui

    pengaruh biji kelor sebagai koagulan, pH limbah cair Industri tekstil (pencucian

    jeans) ukuran partikel biji kalor dan kombinasi biji kelor dengan alum terhadappersentase penurunan kekeruhan, Total Suspended Solid, kadar warna dan Chemical

    Oxygen Demand limbah cair industri tekstil (pencucian jeans) dengan menggunakan

    metode koagulasi flokulasi. Variabel penelitian adalah dosis biji kelor (750, 875,1000, 1125 dan 1250 mg/L limbah cair pencucian jeans) ukuran partikel biji kelor

    212 mesh dan dosis biji kelor dengan alum 750 + 1250; 875 + 1125; 1000 + 1000;

    1125 + 875; 1250 + 750 mg/L limbah. Analisa data dilakukan secara grafis. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa pada rentang pengamatan yang dilakukan, dosis biji

    kelor sebagai koagulan yang optimum adalah 1250 mg/L limbah cair industri tekstil

    (pencucian jeans) pada pH 7,8. Serbuk biji kelor 212 mesh pada dosis 1250 mg/L

    mampu menyisihkan kekeruhan sebesar 77,77%, Total Suspended Solid sebesar83,69% dan Chemical Oxygen Demand sebesar 75,86% dan kadar warna merah

    0,05, biru 0,20, kuning 0,37 pada alat lovibond. Pada dosis alum 1250 mg/L dan

    ukuran partikel 212 mesh mampu menyisihkan kekeruhan sebesar 80,06 %, TotalSuspended Solid sebesar 84,72% Chemical Oxygen Demand sebesar 94,49% dan

    kadar warna merah 0,04 biru 0,15, kuning 0,35 pada alat lovibond. Sedangkan

    kombinasi serbuk biji kelor dengan alum yang terbaik pada rasio massa 8:8 pada

    limbah cair industri tekstil (pencucian jeans) menggunakan partikel ukuran 212 meshdapat menyisihkan kekeruhan sebesar 76,92%, Total Suspended Solid sebesar

    78,60% Chemical Oxygen Demand sebesar 71,92% dan kadar warna merah 0,06,

    biru 0,18, kuning 0,27 pada alat lovibond. Penggunaan biji kelor sebagai koagulanlebih efektif dibandingkan dengan kombinasi biji kelor dan alum dalam hal

    penyisihan kekeruhan, Total Suspended Solid, Chemical Oxygen Demand dan kadar

    warna pada pH 7,8

    Kata kunci: Biji kelor, limbah cair industri tekstil (pencucian jeans), koagulasi,

    flokulasi, alum.

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    7/72

    ABSTRACT

    Exploiting of seed kelor during the time which only as waste is seldom to be

    used require to develop furthermore for the management of liquid waste, for moreeconomic and environmental friendliness. Research to know the influence of seed

    kelor as koagulan, pH of liquid waste textile industry (jeans wash) size measure of

    particle of seed of kalor and combination of seed kelor by alum to percentage ofdegradation turbiditas, Total Suspended Solid, rate of colour and Chemical Oxygen

    Demand of liquid waste textile industry (jeans wash) by using method koagulasi -

    flokulasi. Research variable dose of seed kelor (750,875,1000, 1125 and 1250 mg/Lof liquid waste of jeans wash) size measure of particle of seed kelor 212 mesh and

    dose of seed kelor by alum 750 + 1250; 875 + 1125; 1000 + 1000; 1125 + 875; 1250

    + 750 mg /L Waste. Analyse the data graphically. Result of research indicate thatspanning perception, dose of seed kelor as optimum koagulan 1250 mg / L of liquid

    waste textile industry (jeans wash) pH 7,8. Powder of Seed kelor 212 mesh dose

    1250 mg/L able to cast aside the turbiditas equal to 77,77%, Totalizeing Suspended

    Solid equal to 83,69% and Chemical Oxygen Demand equal to 75,86% and rateruddle 0,05, blue 0,20, turning yellow 0,37 appliance lovibond. Dose alum 1250

    mg/L And size measure particle 212 mesh able to cast aside the turbiditas equal to

    80,06 %, Totalizeing Suspended Solid equal to 84,72% Chemical Oxygen Demandequal to 94,49% and rate ruddle 0,04 blue 0,15, turning yellow 0,35 appliance

    lovibond. While combination of powder of seed kelor by alum best mass ratio 8:8

    liquid waste textile industry ( jeans wash) using particle size measure 212 mesh can

    cast aside the turbiditas equal to 76,92%, Totalizeing Suspended Solid equal to78,60% Chemical Oxygen Demand equal to 71,92% and rate ruddle 0,06, blue 0,18,

    turning yellow 0,27 appliance lovibond.use of Seed kelor as koagulan more effective

    compared to combination of seed of kelor and alum in the case of exclusionkekeruhan, Total Suspended Solid, Chemical Oxygen Demand and colour rate

    pH 7,8.

    Keyword: Seed kelor, industrial liquid waste jeans wash, koagulasi, flokulasi, alum.

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    8/72

    KATA PENGANTAR

    Pertama-tama saya panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha

    Kuasa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

    Adapun judul tesis ini adalah Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera)

    Sebagai Koagulan Alternatif Dalam Proses Penjernihan Limbah Cair Industri

    Tekstil.Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas dan syarat dalam menempuh ujian

    Pascasarjana pada Sekolah Pascasarjana, Program Magister Teknik Kimia,

    Universitas Sumatera Utara.

    Secara khusus, saya ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan

    penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Prof.Dr.Ir.Setiaty Pandia selaku Ketua

    Program Studi Magister Teknik Kimia Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

    Utara sekaligus pembimbing utama yang dengan penuh perhatian dan kesabaran

    telah memberikan dorongan, bimbingan, saran, waktu serta pemikiran mulai sejak

    saya diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Magister Teknik Kimia SPs USU

    hingga selesainya penulisan tesis ini.

    Tak lupa pula ucapan terima kasih saya kepada M. Hendra S. Ginting, ST,

    MT selaku Co-Pembimbing yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan,

    bimbingan, saran, waktu hingga selesainya penulisan tesis ini.

    Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih

    yang sebesar-besarnya kepada:

    Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H,

    SpA(K) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada saya untuk

    mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program Magister.

    Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang dijabat

    oleh Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. MSc atas kesempatan menjadi

    mahasiswa Program Magister pada Sekolah Pascasarjana Universitas

    Sumatera Utara.

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    9/72

    Para staf pengajar pada Program Studi Magister Teknik Kimia Sekolah

    Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

    Dalam kesempatan ini saya juga ingin mengucapakan terima kasih kepada

    Ayahanda Ahmad Darwis Rambe (Alm) dan ibunda Salmiah Siregar (Alm) yang

    telah susah payah membesarkan dan mendidik saya untuk dapat menjadi manusia

    yang berguna ditengah-tengah masyarakat dan takut akan Tuhan serta mendorong

    saya tanpa bosan-bosannya untuk terus dengan gigih dalam meningkatkan ilmu

    pengetahuan. Dan kepada saudara-saudaraku terutama istri tercinta yang telah

    memberikan dorongan semangat kepada saya untuk dapat secepatnya menyelesikan

    tesis ini.

    Saya menyadari, bahwa sebagai manusia biasa tentunya masih banyak

    kekurangan-kekurangan dalam penulisan ini baik dari segi isi, bahasa maupun

    penyusunannya. Untuk itu saya mengharapkan dan saran-saran untuk kesempurnaan

    tesis ini.

    Medan Januari 2009

    Penulis

    Ahmad Mulia Rambe

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    10/72

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis lahir di Denpasar pada tanggal 13 April 1958. Penulis adalah anak ke

    empat dari pasangan Bapak Ahmad Darwis Rambe dan Ibu Salmiah Siregar.

    Pendidikan SD ditempuh di SD Negeri 10 Padangsidempuan dari tahun 1964

    1970. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri I Padangsidempuan sampai

    tahun 1973 dan pada tahun 1976 menyelesaikan pendidikan SMA Negeri II Medan.

    Pada tahun 1978 penulis diterima menjadi mahasiswa Universitas Sumatera

    Utara, FMIPA jurusan fisika, dan lulus sarjana pada tahun 1986. Pada tahun 2006

    penulis memperoleh kesempatan mengikuti pendidikan Pascasarjana di Sekolah

    Pascasarjana Universitas Sumatera Utara pada Program Studi Magister Teknik

    Kimia.

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    11/72

    I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar BelakangSelama ini Indonesia merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati

    terkaya di dunia. Diantaranya Indonesia memiliki 10% jenis tumbuhan berbunga

    yang ada di dunia, 12% mamalia, 16% reptilia dan amfibia, 17% burung, 25% ikan

    dan 15% serangga. Namun akhir-akhir ini, keragaman hayati yang dimiliki Indonesia

    itu telah mengalami erosi akibat perusakan habitat, eksploitasi spesies flora dan

    fauna secara berlebihan dan penyeragaman varietas tanaman dan ras hewan budidaya

    (Sugandhy dkk,1998).

    Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah

    mengupayakan agar setiap spesies sumber daya alam hayati yang ada itu memiliki

    nilai tambah dimata masyarakat, sehingga masyarakat termotivasi untuk

    membudidayakannya. Dengan demikian diharapkan keaneka ragaman hayati tersebut

    dapat terlestarikan. Apalagi saat ini Indonesia sedang giat-giatnya mengembangkan

    usaha agrobisnis.

    Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah kebutuhan akan pakaian. Di

    Indonesia, Industri tekstil sebagai penghasil pakaian telah dibangun dalam jumlah

    yang relatif banyak. Limbah tekstil sebagai penghasil pakaian telah dibangun dalam

    jumLah yang relatif banyak. Limbah tekstil merupakan limbah yang dihasilkan

    dalam proses pengkanjian, proses penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan,

    merserisasi, pewarnaan, pencetakan dan proses penyempurnaan. Proses

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    12/72

    penyempurnaan kapas menghasil kan limbah yang lebih banyak dan lebih kuat dari

    pada limbah dari proses penyempurnaan bahan sintesis.

    Air Limbah pabrik tekstil di Indonesia rata rata mengandung 750 mg/L

    padatan tersuspensi dan 500 mg/L BOD. Perbandingan COD : BOD adalah dalam

    kisaran 1,5 : 1 sampai 3 : 1. Pabrik serat alam menghasilkan beban yang lebih besar.

    Beban tiap ton produk lebih besar untuk operasi kecil dibandingkan dengan operasi

    modern yang besar, berkisar dari 25 kg BOD/ton produk sampai 100 kg BOD/ton

    (EMDI Bapedal, 1994).

    Larutan penghilang kanji biasanya langsung dibuang dan ini mengandung zat

    kimia pengkanji dan penghilang kanji pati, PVA, cmc, enzim, asam, penghilangan

    kanji biasanya memberikan BOD paling banyak dibanding dengan proses-proses

    lain. Pemasakan dan merserisasi kapas serta pemucatan semua kain adalah sumber

    limbah cair yang penting, yang menghasilkan asam, basa, COD, BOD, padatan

    tersuspensi dan zat-zat kimia. Proses-proses ini menghasilkan limbah cair dengan

    volume besar, pH yang sangat bervariasi dan beban pencemaran yang tergantung

    pada proses dan zat kimia yang digunakan. Pewarnaan dan pembilasan menghasilkan

    air limbah yang bewarna dengan COD tinggi dan bahan-bahan lain dari zat warna

    yang dipakai, seperti fenol dan logam. Di Indonesia zat warna berdasar logam (krom)

    tidak banyak dipakai. Proses pencetakan menghasilkan limbah yang lebih sedikit dari

    pada pewarnaan.

    Alternatif koagulan (Kawamura, 1959; Kawamura, 1991), pemanfaatan sumber

    alam dan tanaman alam, dapat menghasilkan pendapatan alternative secara ekonomi.

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    13/72

    Sebagai contoh, penggunaan koagulan alami untuk penjernihan air minum telah

    dicatat sepanjang peradaban manusia. Sankrit dari India melaporkan bahwa biji

    tanaman Nirmali telah digunakan untuk menjernihkan kekeruhan air permukaan

    sejak 4000 tahun yang lalu (Shultz dan Okun, 1984) dan pada abad terakhir ini,

    seorang wanita Sudan menemukan senyawa penjernih dalam biji Moringa oleifera

    (Jahn, 1988). Shultz dan Okun, (1984) melaporkan bahwa ekstrak Nirmali

    (Strychnos potatorum), asam (Tamarindus indica), tanaman guar (Cyamopsis

    psoraloides), sorella merah (Hibiscus sabdariffa), fenugreek (Trigonella foenum) dan

    lentils (Lens esculenta), semuanya menunjukkan sebagai koagulan yang efektif pada

    kekeruhan tinggi air baku dan dapat mengurangi dosis alum yang dibutuhkan sekitar

    40-50 %.

    Menurut Amdani K (2004), penggunaan koagulan biji kelor, pH dan dosis

    koagulan berpengaruh sangat nyata terhadap kekeruhan tersisihkan limbah cair

    industri pencucian jeans. Derajat keasaman (pH) optimum koagulasinya adalah 3

    (tiga) dengan kekeruhan tersisihkan 83,03%. Pada tawas pH optimumnya adalah 6

    (enam) dan kekeruhan tersisihkan 84,95%. Dosis optiumum biji kelor adalah 120

    mg/250 mL atau 480 mg/L dengan kekeruhan tersisihkan 92,21%. Pada tawas dosis

    optimumnya adalah 60mg/250 mL atau 240 mg/L dengan kekeruhan tersisihkan

    94,25%.

    Kelor adalah sejenis tumbuhan yang tumbuh di daerah tropis. Biji dari

    tumbuhan ini mengandung zat aktif (active agent) yang dapat digunakan sebagai

    koagulan alamiah pada proses penjernihan air minum. Selama ini, khusunya di

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    14/72

    Sumatera Utara, tumbuhan tersebut hanya dimaanfaatkan sebagai sayuran dan obat

    obatan tradisional.

    Dengan adanya penelitian ini, diharapkan diperoleh bahan koagulan pengolahan

    limbah cair yang realatif murah sekaligus menambah nilai ekonomis dari keaneka

    ragaman hayati yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, dan pada gilirannya menjadi

    motivasi bagi masyarakat untuk membudidayakan dan melestarikan fungsinya.

    1.2 Masalah PenelitianRumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana

    biji kelor berperan sebagai koagulan alternatif dalam limbah cair industri tekstil.

    1.3 Tujuan PenelitianTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan biji kelor

    sebagai koagulan dan kemampuannya jika dikombinasi dengan aluminium sulfat

    (alum) terhadap persentasi penurunan kekeruhan, Total Suspended Solid (TSS),

    kadar warna dan COD limbah cair industri tekstil dengan pH limbah cair industri

    tekstil dosis dan ukuran partikel biji kelor yang digunakan.

    1.4 Manfaat PenelitianHasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai masukan bagi dunia industri

    tekstil dalam menemukan bahan koagulan pengganti yang lebih ramah lingkungan

    dalam pengelolaan limbah.

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    15/72

    1.5 Lingkup PenelitianPenelitian dilakukan di Laboratorium F. MIPA Universitas Sumatera Utara,

    Medan yang berlangsung selama 3 bulan. Bahan-bahan yang digunakan antara lain

    biji kelor (Moringa Oleifera), limbah cair industri tekstil (pencucian jeans) yang ada

    di Medan dan aluminium sulfat (alum).

    Variable-variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi :

    1. Dosis koagulan biji kelor (mg/L limbah industri tekstil) : 750, 875, 1000, 1125,

    1250, dan 1375.

    2. Perbandingan massa biji kelor dan alum (mg/L) 6 : 10, 7 : 9, 8 : 8, 9 : 7, dan

    10 : 6 atau 750 : 1250, 875 : 1125, 1000 : 1000, 1125 : 875, 1250 : 750 mg/L

    limbah.

    pH limbah cair industri tekstil (pencucian jeans) yang digunakan adalah pH 7,8

    dengan ukuran partikel adalah 212 mesh. Parameter uji penelitian adalah penyisihan

    kekeruhan (turbiditas), penyisihan TSS, COD, dan warna limbah cair pencucian

    jeans, dengan volume limbah cair sebanyak 200 mL.

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    16/72

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Proses Koagulasi / FlokulasiKoagulasi adalah proses pengolahan air / limbah cair dengan cara

    menstabilisasi partikel-partikel koloid untuk memfasilitasi pertumbuhan partikel

    selama flokulasi, sedangkan flokulasi adalah proses pengolahan air dengan cara

    mengadakan kontak diantara partikel-partikel koloid yang telah mengalami

    destabilisasi sehingga ukuran partikel-partikel tersebut tumbuh menjadi partikel-

    partikel yang lebih besar (Kiely, 1997).

    Koagulasi / flokulasi diperlukan untuk menghilangkan material limbah

    berbentuk suspensi atau koloid. Koloid dihadirkan oleh partikel-partikel berdiameter

    sekitar 1nm (10-7

    cm) hingga 0,1 nm (10-8

    cm). Partikel-partikel ini tidak dapat

    mengendap dalam periode waktu yang wajar dan tidak dapat dihilangkan dengan

    proses perlakuan fisika biasa.

    2.1.1 KoagulasiUmumnya partikel-partikel tersuspensi / koloid dalam air buangan memperlihatkan

    efek Brownian. Permukaan partikel-partikel tersebut bermuatan listrik negatif.

    Partikel-partikel itu menarik ion-ion positif yang terdapat dalam air dan menolak ion-

    ion negatif. Ion-ion positif tersebut kemudian menyelubungi partikel-partikel koloid

    dan membentuk lapisan rapat bermuatan di dekat permukaannya. Lapisan yang

    terdiri dari ion-ion positif itu disebut dengan lapisan kokoh (fixed layeratau lapisan

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    17/72

    stern). Lapisan kokoh dikelilingi lagi oleh sejumlah ion-ion yang berlawanan muatan

    yang disebut lapisan difusi. Di dalam lapisan difusi terrdapat satu bidang geser

    (shear plane) yang merupakan batas terhadap mana ion-ion yang berlawanan muatan

    dapat tersapu dari permukaan partikel oleh gerakan fluida. Ion-ion di sebelah dalam

    bidang geser bergerak bersama pertikelnya, sedangkan yang berada di bagian luar,

    gerakannya ditentukan oleh gerakan fluida atau termal. Kumpulan ion-ion

    berlawanan di dalam air yang mengelilingi partikel koloid dan muatan-muatan

    permukaannya itu disebut lapisan ganda listrik (electrical double layer). Adanya

    muatan-muatan pada permukaan partikel koloid tersebut menyebabkan pembentukan

    medan elektrostatik di sekitar partikel itu sehingga menimbulkan gaya tolak-menolak

    antar partikel. Di samping gaya tolak-menolak akibat muatan negatif pada pertikel-

    partikel koloid, ada juga gaya tarik-menarik antara dua partikel yang dikenal dengan

    gaya Van der Walls (berasal dari sifat electron yang merupakan bagian dari system

    atom atau molekuler, dan signifikan hanya pada jarak yang sangat kecil, sekitar satu

    mikro atau kurang). Selama tidak ada hal yang mempengaruhi kesetimbangan

    muatan-muatan listrik partikel koloid, gaya tolak-menolak yang ada selalu lebih

    besar daripada gaya tarik Van der Walls, dan akibatnya partikel koloid tetap dalam

    keadaan stabil (Farooq dan Velioglu dalam Cheremisinoff, 1989).

    Menurut Eckenfelder (1989), potensial listrik diantara bidang geser dan

    badan cairan dapat ditentukan dengan pengukuran elektroforesis (pengukuran laju

    partikel dalam suatu medan listrik) dan disebut potensial zeta (). Potensial zeta

    berhubungan dengan muatan partikel dan ketebalan dari lapisan ganda. Ketebalan

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    18/72

    lapisan ganda tergantung pada konsentrasi ion di dalam cairan. Semakin besar

    konsentrasi ion, semakin kecil ketebalan lapisan ganda dan berarti semakin rapat

    muatan. Potensial zeta sering digunakan sebagai ukuran stabilitas partikel koloid.

    Semakin tinggi potensial zeta, semakin stabil suatu partikel koloid.

    Jika ion-ion atau koloid bermuatan positif (kation) ditambahkan ke dalam

    koloid target koagulasi, maka kation tersebut akan masuk ke dalam lapisan difusi

    karena tertarik oleh muatan negatif yang ada pada permukaan partikel koloid. Hal ini

    menyebabkan konsentrasi ion-ion dalam lapisan difusi akan meningkat. Akibatnya,

    ketebalan lapisan difusi akan berkurang (termampatkan kearah permukaan partikel).

    Pemampatan lapisan difusi ini akan mempengaruhi potensial permukaan partikel

    koloid, gaya tolak-menolak antar partikel serta stabilitas partikel koloid. Penambahan

    kation hingga mencapai suatu jumLah tertentu, akan merubah besar partikel zeta ke

    suatu tingkat dimana gaya tarik-menarik Van der Walls antar pertikel dapat

    melampaui gaya tolak-menolak yang ada. Dengan demikian pertikel koloid dapat

    saling mendekati dan menempel satu sama lain serta membentuk mikroflok.

    Mekanisme destabilisasi partikel koloid ini disebut pemampatan lapisan ganda

    listrik. Dalam hal ini jenis muatan permukaan partikel koloid tidak berubah (Farooq

    dan Velioglu dalam Cheremisinoff, 1989).

    Ion-ion atau koloid bermuatan positif (kation) yang ditambahkan dalam

    proses destabilisasi koloid juga dapat bereaksi dengan alkalinitas dalam air,

    membentuk suatu presipitat padat yang lengket dan memisah dari larutan. Saat

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    19/72

    mengendap, presipitat ini dapat membantu pembentukan flok dengan cara

    penjaringan partikel-partikel koloid (Nathanson, 1986).

    Selain dengan cara tersebut diatas, destabilisasi partikel koloid juga dapat

    terjadi melalui mekanisme yang disebut dengan jembatan antar partikel. Dalam

    mekanisme ini, ion-ion atau koloid bermuatan positif yang digunakan bersumber dari

    polimer. Polimer adalah senyawa karbon rantai panjang (linier atau bercabang).

    Polimer memiliki banyak tempat aktif sepanjang rantainya dimana partikel koloid

    dapat berinteraksi dan teradsorbsi. Apabila dua atau lebih partikel teradsorbsi

    sepanjang rantai polimer, suatu jembatan partikel akan dibentuk. Jembatan partikel

    tersebut kemudian akan jalin-menjalin dengan jembatan partikel lain selama proses

    flokulasi dan mengendap dengan mudah sebagai suatu hasil dari pertambahan

    ukuran. Polimer yang digunakan dalam proses destabilisasi partikel koloid sering

    disebut dengan polielektrolit (Farooq dan Velioglu dalam Cheremisinoff, 1989).

    Ion-ion atau koloid bermuatan positif (kation) yang ditambahkan untuk

    meniadakan kestabilan partikel koloid tersebut di atas dapat dihasilakn dari senyawa

    organic atau anorganik tertentu yang disebut koagulan. Zat kimia yang digunakan

    dalam proses inin meliputi ion-ion metal seperti aluminium atau besi, yang mana

    akan terhidrolisa dengan cepat untuk membentuk presipitat yang tidak larut, dan

    polielektrolit organic alam atau sintetik, yang mana dengan cepat teradsorbsi pada

    permuakaan partikel koloid, dengan demikian mempercepat laju pembantukan

    agregat dari partikel koloid (Montgomery, 1985).

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    20/72

    Menurut Davis dan Cornwell (1991), ada dua factor penting dalam

    penambahan koagulan yakni pH dan dosis. Dosis dan pH optimum harus ditentukan

    dalam test laboratorium dan biasanya ditentukan dengan suatu prosedur yang disebut

    dengan jar test. Untuk mengatur pH air / limbah cair ke dalam range optimal

    koagulasi, diperlukan bahan penolong (coagulant aid) berupa asam atau alkali. Asam

    yang paling umum digunakan untuk menurunkan pH adalah asam sulfat dan untuk

    menaikkan pH biasanya digunakan lime [Ca(OH)2], soda abu (Na2CO3) atau NaOH.

    2.1.2 FlokulasiAgar partikel-partikel koloid dapat menggumpal, gaya tolak menolak

    elektrostatik antara partikelnya harus dikurangi dan transportasi partikel harus

    menghasilkan kontak diantara partikel yang mengalami destabilisasi.

    Setelah partikel-partikel koloid mengalami destabilisasi, adalah penting untuk

    membawa partikel-partikel tersebut ke dalam suatu kontak antara satu dengan yang

    lainnya sehingga dapat menggumpal dan membentuk partikel yang lebih besar yang

    disebut flok. Proses kontak ini disebut flokulasi dan biasanya dilakukan dengan

    pengadukan lambat (slow mix) secara hati-hati. Flokulasi merupakan factor paling

    penting yang mempengaruhi efisiensi penghilangan partikel. Tujuan flokulasi adalah

    untuk membawa partikel-partikel ke dalam kontak sehingga mereka bertubrukan,

    tetap bersatu, dan tumbuh menjadi satu ukuran yang siap mengendap. Pengadukan

    yang cukup harus diberikan untuk membawa flok ke dalam kontak. Terlalu banyak

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    21/72

    pengadukan dapat membubarkan flok sehingga ukurannya menjadi kecil dan

    terdispersi halus (Davis dan Cornwell, 1991).

    Dalam proses flokulasi, kecepatan penggumpalan dari agregat ditentukan

    oleh banyaknya tubrukan antar partikel yang terjadi serta keefektifan benturan

    tersebut. Dalam hal ini, tubrukan antar partikel terjadi melalui tiga cara, yakni :

    1. Kontak yang diakibatkan oleh adanya gerak termal (panas), yang dikenal

    sebagai gerak Brown. Flokulasi yang terjadi oleh adanya gerak Brown ini

    disebut flokulasi perikinetik.

    2. Kontak yang diakibatkan oleh adanya gerakan media (air), misalnya karena

    pengadukan. Flokulasi yang terjadi akibat gerakan fluida ini disebut flokulasi

    ortokinetik.

    3. Kontak yang terjadi akibat perbedaan laju pengendapan dari masing-masing

    partikel.

    2.2Zat WarnaZat warna adalah senyawa yang dapat dipergunakan dalam bentuk larutan

    atau dispersi kepada suatu bahan lain sehingga berwarna. Warna dalam air dapat

    disebabkan oleh adanya ion-ion metal alam, yaitu besi (Fe) dan mangan (Mn), humus

    yang dihilangkan terutama untuk penggunaan air industri dan air minum. Warna

    yang biasanya diukur adalah warna sebenarnya atau warna nyata, yaitu warna setelah

    kekeruhan dihilangkan, sedangkan warna nampak adalah warna yang tidak hanya

    disebabkan oleh zat terlarut dalam air tapi juga zat tersuspensi.

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    22/72

    Pemeriksaan warna ditentukan dengan membandingkan secara visual warna

    dari sampel dengan larutan standar warna yang diketahui konsentrasinya. Air limbah

    yang baru dibuat biasanya berwarna abu-abu apabila senyawa-senyawa organik yang

    ada mulai pecah oleh bakteri. Oksigen terlarut dalam limbah direduksi sampai

    menjadi nol dan warnanya berubah menjadi hitam (gelap). Pada kondisi ini dikatakan

    bahwa air limbah sudah busuk. Dalam menetapkan warna tersebut dapat pula diduga

    adanya pewarna tertentu yang mengandung logam-logam berat. (Departemen

    Perindustrian, 1987). Dari Tabel. 1 di bawah ini dapat diliat karateristik limbah cair

    dari proses penyempurnaan beberapa bahan pencucian jeans.

    Tabel 1. Karateristik Limbah Cair dari Proses penyempurnaan Beberapa Bahan

    Pencucian Jeans

    Parameter Unit

    Kadar

    Pencemaran

    ProsesPencucian

    Bahan Kapasdan Sintetik

    Kadar Pencemaran

    Dari ProsesPencelupan BahanKapas dan Sintetik

    Bahan Mutu

    Limbah Cair

    Industri Pencucianjeans Kadar

    Maksimum

    BOD5 mg/L 100-850 75-340 85

    TSS Mg/L 40-495 25-75 60

    COD Mg/L 425-1440 200-1010 250

    Minyak/Lemak Mg/L - - 5.0

    Krom, Total Mg/L 0.05 0.013 2.0

    Fenol Mg/L 0.04-0.27 0.12 1.0

    Sulfida Mg/L 0.22.72 - -

    Warna ADM 325-400 500 -

    pH - 07-Nop 07-Des 6.0-9.0

    Sumber : Arena Pencucian jeans, No.24 tahun 1995 dan buku Mutu limbah cairLampiran A.IX Keputusan Menteri Negara.

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    23/72

    2.3Pemanfaatan Biji Kelor Sebagai KoagulanKelor (Moringa oleifera) termasuk famili Moringaceace, merupakan suatu

    genus tunggal dari famili pohon semak belukar yang dibudidayakan di seluruh

    daerah tropis dan dimaanfaatkan untuk berbagai kepentingan (jahn dalam Muyibi

    dan Evison, 1995).

    Beberapa pemaanfaatan kelor : Daun dan buah mudanya dapat dipergunakan

    sebagai sayuran bergizi tinggi atay sebagai pakan ternak. Bunganya dapat digunakan

    untuk membuat teh. Biji dari buahnya yang masih berwarna hijau dapat dimakan

    seperti kacang kacangan (direbus dan digoreng). Bijinya yang sudah tua

    mengandung sekitar 40% minyak yang dapat digunakan untuk memasak, bahan

    pembuat sabun dan kosmetika atau sebagai minyak lampu. Selain itu bijinya yang

    sudah tua tersebut juga dapat digunakan sebagai koagulan alamiah untuk

    menjernihkan air. Kayu kelor sangat baik dijadikan pulp. Kulit kayunya dapat

    digunakan untuk membuat keset kaki dan tali. Semua bagian tumbuhan (termasuk

    akar) digunakan dalam berbagai obat tradisional. Tumbuhan ini memiliki peluang

    menjadi tanaman paling popular dalam ECHOs seed dari tumbuhan tropis yang

    kurang dimanfaatkan (Price, 2002)

    Percobaan di Malawi pada pilot and full scale treatment(menggunakan unit

    pengolahan air yang terdiridari floccolator-clarifiers, rapid gravity filter dan diikuti

    khlorinasi, laju alir 60 m3/jam), menunjukan bahwa koagulan serbuk biji kelor dapat

    menurunkan kekeruhan air sungai yang keruh dari 270-380 NTU menjadi di bawah 4

    NTU(Sutherland, et al.1994)

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    24/72

    Menurut Muyabi dan Evison (1995) biji kelor juga dapat digunakan untuk

    melunakkan air sadah.

    Hasil penelitian Husin dan Pandia, S (2003) menunjukkan bahwa, dalam

    penggunaan biji kelor sebagai koagulan dalam prosese pengolahan air sungai untuk

    menyisihkan kandungan Total Suspended Solid (TTS), kekeruhan (turbidity) dan

    Total Dissolved Solid (TDS) diperlukan waktu pengendapan agar flok flok yang

    terbentuk memiliki kesempatan turun ke dasr tangki sedimentasi. Waktu

    pengendapan efektif didapatkan sekitar 2 (dua) jam pertama.

    Menurut Ndabigengesere (Chandra, 1998), biji kelor mengandung suatu zat

    aktif (active agent) 4 4r rhamnosyloxy benzyl isothiocyanate sebagai protein

    kationik. Zat aktif ini dapat membantu menurunkan gaya tolak menolak antara

    partikel koloid adalam air, sehingga dapat digunakan sebagi bahan koagulan dalam

    proses pengolahan air. Dalam proses koagulasinya, biji kelor memberikan pengaruh

    kecil terhadap derajat keasaman dan konduktifitas. JumLah lumpur yang diproduksi

    biji kelor lebih sedikit dari jumLah lumpur yang diproduksi oleh ferro sulfat sebagai

    koagulan.

    Biji kelor (oringa oleifera seeds) diketahui mengandung polielektrolit

    kationik dan flokulan alami dengan komposisi kimia berbaris polipeptida yang

    mempunyai berat molekul mulai dari 6000 sampai 16.000 Dalton, mengandung

    asam-asam amino terutama asam glutamat, metionin dan arginin (Jhan, 1986;

    Folkard et al., 1986-1988; Kaser et al., 1990; Bina, 1991 dalam Muyibi dan Evison,

    1995; Narasiah et al., 2002).

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    25/72

    Biji kelor sebagai koagulan dapat digunakan dengan dua cara yaitu : biji

    kering dengan kulitnya dan biji kering tanpa kulitnya (Ndabigengesere et al, 1995).

    Hasil analisa elemen pada biji kelor untuk biji dengan kulit, 6,1% N ; 54,8% C; dan

    8,5% H, sedangkan untuk biji tanpa kulit, 5,0% N; 53,3% C dan 7,7% H (dalam %

    berat) sedang sisanya terdiri dari oksigen (Ndabigengesere et al, 1995). Kandungan

    protein, lemak dan karbohidrat biji kelor dapat dilihat pada Tabel 2

    Tabel 2. Kandungan protein, lemak dan karbohidrat dalam biji kelor (dalam %

    Berat)

    No.

    Preparat Biji

    Kelor

    Protein

    (%) Lemak (%) Karbohidrat (%)

    1 Biji dengan kulit

    a Bubuk 36,7 34,6 5,0

    b Larutan 0,9 0,8 -

    c Padatan residu 29,3 50,3 1,3

    2 Biji tanpa kulit

    a Bubuk 27,1 21,1 5,5

    b Larutan 0,3 0,4 -

    c Padatan residu 26,4 27,3 -

    (Sumber : Ndabigengesere et al 1995)

    Efektifitas koagilan oleh biji kelor ditentukan oleh kandungan protein

    kationik yang bertegangan rapat denga berat molekul sekitar 6,5 Kdalton. Zat aktif

    (active agent) yang terkandung dalam biji kelor yaitu 4-4-rhamnosyloxy benzyl

    isothiocyanate (Sutherland et al, 1990; Muyibi dan Evison, 1995; Okuda et al, 2001).

    Prinsip utama mekanisme koagulasinya adalah adsorpsi dan netralisasi tegangan

    protein tersebut (Ndabigengesere et al, 1995). Dalam proses koagulasinya, biji kelor

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    26/72

    memberikan pengaruh yang kecil terhadap derajat keasaman dan konduktifitas.

    Jumlah lumpur yang diproduksi biji kelor lebih sedikit dari jumlah yang diproduksi

    oleh ferro sulfat sebagai koagulan (Chandra, 1998).

    Bahan koagulan dalam biji kelor adalah protein kationil; yang larut dalam air.

    Potensial zeta larutan 5% biji kelor tanpa kulit adalah sekitar + 6 mV

    (Ndabigengesere et al, 1995). Hal ini menunjukkan bahwa larutan ini didominasi

    oleh tegangan positif meskipun merupakan campuran heterogen yang kompleks.

    Potensial zeta air sintetik 46 mV. Hal ini menunjukkan bahwa pada pH netral,

    partikel-partikel bermuatan negatif. Akibatnya koagulasi partikel tersuspensi dengan

    biji kelor dipengaruhi oleh proses destabilisasi tegangan negatif koloid oleh

    polielektrolit kationik.

    Mekanisme yang paling mungkin terjadi dalam proses koagulasi adalah

    adsorpsi dan netralisasi tegangan atau adsorpsi dan ikatan antar partikel yang tidak

    stabil. Dari kedua mekanisme tersebut, untuk menentukan mekanisme mana yang

    terjadi merupakan suatu hal yang sangat sukar karena kedua mekanisme koagulasi

    dengan biji kelor adalah adsorpsi dan netralisasi tegangan (Sutherland, 1990).

    Penggunaan biji kelor sebagai koagualn dilakukan dengan cara terlebih

    dahulu membuat larutan biji kelor yang terdiri dari 5 gram biji kering yang

    dihaluskan dicampur dengan 100 mL aquadest, kemudian campuran tersebut

    digunakan sebagai koagulan sebagaimana lazimnya penggunaan koagulan lain.

    Dalam hal ini dapat digunakan biji kering dengan kulit dan biji kering tanpa kulit.

    Namun, biji kering dengan kulit lebih efektif dari pada biji tanpa kulit. Hal ini diduga

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    27/72

    karena biji kulit mengandung lebih banyak protein kationik dari pada biji tanpa kulit.

    (Chandra, 1998).

    (Sumber : Ndabigengesere et al 1995)

    Gambar 1. Biji Kelor

    2.4Koagulan Aluminium SulfatKoagulan dapat dikelompokkan atas : alum, garam besi (seperti ferri klorida),

    atau polimer. Diantara ketiga jenis diatas, alum merupakan jenis yang paling umum

    digunakan karena lebih murah.

    Air yang akan bereaksi dengan aluminium sulfat harus cukup mengandung

    alkalinitas agar dapat membentuk flok hidroksida. Biasanya pada pH yang

    diperbolehkan, alkalinitas berada dalam bentuk ion bikarbonat. Reaksi sederhana

    pembentukan flok adalah sebagai berikut (Benefield et. al., 1982).

    Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(HCO3)22 Al(OH)3+ 3CaSO4+ 14 H2O + 6 CO2.

    Ada air tertentu yang tidak mengandung cukup alkalinitas untuk bereaksi

    dengan alum, sehingga perlu ditambahkan alkalinitas. Biasanya alkalinitas dalam

    bentuk ion hidroksida ditambahkan dengan penambahan kalsium hidroksida (slaked

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    28/72

    atau kapur hidrat). Reaksi koagulasi dengan adanya kalsium hidroksida adalah

    sebagai berikut :

    Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(OH)22 Al(OH)3+ 3CaSO4+ 14 H2O

    Alkalinitas dapat juga ditambahkan dalam bentuk ion karbonat dengan penambahan

    natrium karbonat (soda abu).

    Kebanyakan air mengandung cukup alkalinitas, sehingga tidak perlu

    dilakukan penambahan zat kimia lain selain aluminium sulfat. Rentang pH optimum

    untuk alum berkisar antara 4,5 8,0 karena aluminium hidroksida menjadi sukar

    larut pada pH tersebut. Aluminium sulfat umumnya terdapat dalam bentuk kering

    tetapi adajuga yang cair. Aluminium sulfat kering biasanya berbentuk butiran halus,

    bubuk, dan bongkahan tetapi yang umumnya digunakan adalah aluminium sulfat

    dalam bentuk butiran halus. Butiran halus tersebut mengandung 15-22 % Al2O3yang

    meliputi 14 kristal air, dengan berat sekitar 60-63 lb/ft

    3

    , dan dapat diumpankan

    langsung, sedangkan aliminium sulfat cair mengandung 50 % alum.

    Alum dapat digunakan sebagai koagulan tunggal maupun digunakan bersama

    bahan lain, misalnya sodium aluminate. (Na Al O2). (Reynolds, 1982).

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    29/72

    2.5 Limbah Cair Industri Pencucian Jeans

    2.5.1 Proses Pembuatan Kain Jeans

    Kain denim atau yang biasa disebut kain jeans adalah kain kapas 100% yang

    ditenun dengan anyaman keper dan tersusun atas benang lusi yang telah dicelup dan

    benang pakan berwarna putih. Benang lusi yang dicelup dengan warna biru disebut

    kain blue jeans. Selain warna biru ada pula yang dicelup dengan warna hitam atau

    coklat.

    Zat warna yang digunakan untuk biru umumnya adalah zat warna

    bejana/indigo, untuk warna hitam dan coklat adalah zat warna belerang. Disamping

    zat warna tersebut dipakai juga zat warna direk dan pigmen. Setelah dicelup terhadap

    benang lusi dilakukan pengkanjian untuk menambah kemampuan benang dalam

    penenunan. Kanji yang digunakan umumnya kanji pati atau campuran kanji pati

    dengan kanji sintesis. Selanjutnya dilakukan penenunan pada mesin tenun untuk

    menghasilkan kain jeans.

    2.5.2 Proses Pencucian/Pelusuhan Pakaian Jadi JeansPakaian jadi yang terbuat dari kain jeans diantaranya jaket, celana panjang,

    rok wanita dan pakaian anak-anak. Untuk memperoleh kenampakan yang diinginkan

    serta untuk menambah kelemasan, terhadap pakaian jadi jeans tersebut sering

    dilakukan proses pencucian/pelusuhan. Skema proses pencucian/pelusuhan pakaian

    jadi jeans disajikan dalam Gambar 2.

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    30/72

    Pakaian jadi jeans

    Penghilangan kanjisuhu: 40

    0C 60

    0C

    pH : 6-9

    Pembilasan Suhu:

    500C 60

    0C

    Stone wash

    Suhu : Kamar

    Pembilasan

    Suhu : Kamar

    Enzim 2 g/l + detergen 2 g/lNaOH 5 10 g/l + detergen 1 g/l

    Pullox 3 g/l + NaOH 1 g/l

    Air Panas

    Batu Apung 5 25 kg/600 l

    + detergen 1 g/l

    Air

    N2O2 35% + Na2SiO3 2 3 g/l

    NaOCl/CaOCl2 2 5 g/l

    kmnO4 0 10 g/l

    NaOH 1 2 g/l / Na2CO3 2 5 g/l

    Pemucatan

    Suhu :

    270C 80

    0C

    pH : 8 - 11

    Air Limbah

    Air Limbah

    Air Limbah

    Air Limbah

    Air Limbah

    Air Limbah

    Air Limbah

    Pembilasan

    Suhu : Kamar

    Detergen 1 g/l

    Air

    Pelemasan

    Suhu :

    500C 70

    0C

    Zat pelemas 20 30 g/l

    Kadang-kadang + asam

    Asetat 0,5 mL/l dan OBA

    Pemerasan

    Pengeringan

    Pakaian Jadi Jeans

    Gambar 2. Proses Pencucian / Pelusuhan Pakaian Jadi Jeans

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    31/72

    Proses pencucian/pelusuhan tersebut meliputi proses penghilangan kanji,

    pelusuhan dan pemucatan warna dengan menggunakan batu apung dan zat

    pengoksidasi serta dilanjutkan dengan pelemasan. Bahan-bahan yang digunakan

    meliputi :

    1. Penghilang Kanji : Enzim

    2. Pelusuhan : Batu apung

    3. Pemucatan :

    a. Oksidator : hidrogen peroksida (H2O2), kaporit (CaOCI2), hipoklorit

    (NaOCI), KmnO4.

    b. Zat pemutih (OBA); dalam suasana basa/alkalis dengan menambahkan soda

    abu (Na2CO3), soda kostik (NaOH).

    4. Pencucian/bilas : detergen

    5. Pelemasan : softener (zat pelumas), OBA

    6. Bahan bakar : LPG, Minyak bakar oven dan Boiler

    Berdasarkan pada kenampakan (warna) hasil yang diinginkan, proses

    pencucian/pelusuham dapat berupa :

    a. Penghilangan kanji + pelemasan

    b. Penghilangan kanji + stone wash + pelemasan

    c. Penghilangan kanji + stone wash + pemucatan + pelemasan

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    32/72

    Dalam proses pemucatan, jenis dan jumLah bahan komia yang digunakan

    serta lamanya proses berlangsung ditentukan oleh tingkat kepucatan warna yang

    diinginkan. Makin pucat warna yang diinginkan makin banyak jenis dan jumLah

    bahan kimia yang ditambahkan serta semakin lama proses dilakukan.

    Setiap proses yaitu penghilangan kanji, pelusuhan (stone wash), pemucatan

    dan pelemasan dapat dilakukan secara terpisah masing-masing dalam mesin cuci

    yang berlainan tetapi banyak pula yang melakukan gabungan dari beberapa proses

    dalam satu mesin, misalnya penghilangan kanji + stone wash, stone wash +

    pemucatan, penghilangan kanji + stone wash + pemucatan.

    Dalam proses pencucian/pelusuhan digunakan cukup banyak air, yaitu sekitar

    25 hingga 40 liter per kilogram pakaian atau 25-40 m3/ton pakaian. Alat-alat/mesin-

    mesin yang lazim digunakan dalam proses pencucian/pelusuhan meliputi mesin cuci,

    mesin peras, mesin pengering/oven dan pembangkit uap (steam boiler) atau dapat

    juga digunakan pemanas air (water heater).

    2.5.3 Limbah Cair Industri Pencucian JeansPencemar yang utama dari industri pencucian jeans adalah air limbah. Air

    limbah dari setiap proses mengandung sisa bahan kimia yang digunakan dan bahan

    yang digunakan dan bahan yang dikeluarkan dari serat seperti kanji dan zat warna.

    Karakteristik pencemaran dari air limbah setiap tahapan proses dari industri

    pencucian jeans adalah seperti Tabel 3 dan gabungan air limbah dari semua

    prosesnya mempunyai karateristik seperti Tabel 4

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    33/72

    Tabel 3 Karakteristik Pencemaran Air Limbah Setiap Tahapan Proses

    Industri Pencucian Jeans

    Proses Karakteristik air limbah

    pH : 5,9 - 7,0

    Penghilangan Kanji COD : 1070 - 1700 mg/L

    BOD : 300 - 400 mg/L

    PS : 170 - 240 mg/L

    pH : 7,5 - 8,3

    Stone wash COD : 30 - 440 mg/L

    BOD : 10 - 70 mg/L

    PS : 40 - 330 mg/L

    pH : 7,2 - 10,5

    Pemucatan COD : 0 - 320 mg/L

    BOD : 0 - 60 mg/L

    PS : 80 - 150 mg/L

    pH : 8,4 - 10,1

    Pelemasan COD : 27 - 560 mg/L

    BOD : 0 - 40 mg/L

    PS : 90 - 130 mg/L

    Minyak/Lemak : 0 - 40 mg/L

    Catatan : PS = Padatan Tersuspensi

    Sumber : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Tekstil. 2003

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    34/72

    Tabel 4 Karakteristik Pencemaran Gabungan Air Limbah dari Semua Proses

    Industri Pencucian Jeans

    Parameter Kadar

    pH 8 - 10,5

    COD 300 - 1500 mg/L

    BOD 80 - 350 mg/L

    Padatan tersuspensi 100 - 400 mg/L

    Minyak/Lemak 0 - 34,3 mg/L

    Warna keruh kebiruan

    Sumber : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Tekstil. 2003

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    35/72

    III. METODE PENELITIAN

    3.1Tempat dan WaktuPenelitian dilakukan di Laboratorium penelitian FMIPA, Universitas Sumatera

    Utara, Medan. Penelitian dimulai dari bulan Juli sampai bulan September 2008.

    3.2Bahan dan Alat3.2.1 Bahan-bahan3.2.1.1Bahan olah

    Bahan yang diolah dalam percobaan ini adalah limbah cair industri tekstil

    (pencucian Jeans) Limbah cair diambil dari Jl. Letda Sujono Medan dan dibawa ke

    laboratorium, Kekeruhan (turbiditas), Total Suspended Solid (TSS), warna, COD dan

    pH awal limbah cair yang digunakan terlebih dahulu diukur.

    3.2.1.2Bahan koagulanBahan koagulan yang digunakan dalam percobaan ini adalah biji Kelor

    (Moringa oleifera) diambil dari depan halaman Fakultas Pertanian USU dan sebagai

    pembanding digunakan tawas (aluminium sulfat). Untuk membuat koagulan biji

    kelor, buah kelor yang sudah matang (berwarna coklat) dan kering secara alamiah di

    pohonnya diambil lalu bijinya di keluarkan dari dalam buah. Biji dengan

    cangkangnya yang bersih lalu di blender hingga menjadi bubuk dan diayak dengan

    ukuran partikel 212 mesh lalu dikeringkan dalam oven panas pada suhu 105oC

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    36/72

    selama 30 menit untuk menghomogenkan dan menurunkan kadar airnya hingga

    konstan. Serbuk biji kelor selanjutnya siap digunakan sebagai koagulan.

    3.2.1.3Bahan kimiaBahan-bahan kimia yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

    1. Natrium Hidroksida

    2. Asam Sulfat

    3. Ag2SO4

    4. Fe SO4

    5. Aquades

    6. Indikator Phenanthrolin

    7. Dan bahan kimia analisa

    3.2.2 Alat-alatAlat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

    1. Peralatan Jar Test

    2. pH meter digital

    3. Turbidimeter

    4. Neraca Analitik

    5. Stop watch

    6. Oven

    7. Beaker glass

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    37/72

    8. Gelas ukur

    9. Blender

    10.Ayakan 212 mesh

    11.Pipet volume

    12.Kertas saring

    13.Erlenmeyer

    14.Lovi Bond

    15.COD meter

    3.3Prosedur AnalisaProsedur analisa dilakukan untuk mengetahui kekeruhan, TSS, kadar warna dan

    COD dari limbah cair pencucian jeans.

    3.3.1. Analisa Kekeruhan (Turbiditas)

    Kekeruhan adalah sifat optis dari suatu larutan, yaitu hamburan dari adsorbsi

    cahaya yang melaluinya. Uji kekeruhan adalah mengukur suatu sifat optik dari suatu

    sampel air yaitu hasil penyebaran dan penyerapan cahaya oleh bahan-bahan partikel

    yang terdapat dalam sampel. Jumlah dari kekeruhan yang terukur tergantung pada

    berbagai macam variable seperti : ukuran, bentuk dan indeks refraksi dan partikel.

    Kekeruahan tidak mempunyai hubungan langsung terhadap berat berbagai bahan

    yang terdapat pada suspensi karena bentuk dan indeks refreksi dari berbagai partikel

    mempunyai efek terhadap penyebaran sinar dari suspensi (Alaert dan Sri, 1978).

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    38/72

    Metode pengukuran yang dilakukan adalah metode Nefelometrik (unit kekeruhan

    FTU).

    3.3.2. TSS (Total Suspended Solid)

    TSS adalah jumlah berat dalam mg/L kering lumpur yang ada dalam limbah

    setelah mengalami penyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron (Sugiharto,

    1987). Penentuan zat padat tersuspensi (TSS) berguna untuk mengetahui kekuatan

    pencemaran air limbah domestik, dan juga berguna untuk penentuan efisiensi unit

    pengolahan air (BAPPEDA, 1997).

    3.3.3. Analisa Konsentrasi Zat Warna

    Analisa konsentrasi zat warna dilakukan dengan menggunakan Lovibond.

    Dimana limbah dengan angka-angka yang diatur sampai kadar warna pada layar

    terlihat sama.

    3.3.4. Analisa COD (Chemical Oxygen Demand)

    Metode pemeriksanaan tanpa refluks (Titrasi di laboratorium). Prinsip

    Analisa : Pemeriksanaan parameter COD ini menggunakan oksidator potassium

    dikromat yang berkadar asam tinggi dan dipertahankan pada temperatur tertentu.

    Penambahan oksidator ini menjadi proses oksidasi bahan organik menjadi air dan

    CO2 setelah pemanasan maka sisa dikromat diukur. Pengukuran ini dengan jalan

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    39/72

    titrasi, oksigen yang ekivalen dengan dikromat inilah yang menyatakan COD dalam

    satuan mg/L.

    3.4Prosedur Penelitian3.4.1 Pengaruh Dosis Koagulan biji kelor terhadap Kekeruhan TSS,

    Penurunan kadar zat warna dan COD limbah cair industri pencucian

    jeans pada proses koagulasi / Flokulasi

    Pengaruh koagulan biji kelor terhadap kekeruhan, TSS, kadar zat warna COD

    Limbah cair industri pencucian jeans pada proses koagulasi / flokulasi adalah sebagai

    berikut:

    1. Kekeruhan TSS, Kadar warna, COD dan pH dari limbah cair diukur sebagai

    kontrol.

    2. Sampel limbah cair sebanyak 200 mL dimasukkan ke dalam beaker gelas

    diaduk dengan pengaduk magnetik.

    3. Ke dalam sampel dimasukkan koagulan biji kelor dengan dosis 750 hingga

    1250 mg/L limbah cair, kemudian diaduk cepat (100 rpm) selama tiga menit

    lalu diikuti dengan pengadukan lambat (40 rpm) selama 12 menit.

    4. Setelah pengadukan diendapkan selama 60 menit.

    5. Setelah pengendapan hasil diambil dan dilakukan pengukuran Kekeruhan,

    TSS kadar warna dan COD.

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    40/72

    Bagan alir penelitian selanjutnya dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini :

    Kekeruhan, TSS, warna,

    COD dan pH awal

    WadahSaringanLimbah

    Cair

    Beaker Jar Test 200 mL,

    pH awal limbah

    Pengadukan

    100 rpm, 3 menit

    40 rpm, 12 menit

    Pengendapan

    Kekeruhan, TSS, Kadar warna dan COD (untuk Dosis yang Optimum).

    Grafik Kekeruhan, TSS,Kadar warna vs dosis biji

    kelor

    Koagulan biji kelor750, 875, 1000, 1125 dan 1250(mg/L limbah cair)

    Dosis Optimum

    Gambar 3 Bagan Alir Kekeruhan, TSS, kadar warna dan COD dengan VariasiDosis biji kelor pada Limbah Cair Industri Pencucian jeans dengan

    proses Koagulasi / Flokulasi

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    41/72

    3.4.2 Pengaruh Dosis Koagulan Alum Terhadap Kekeruhan TSS Penurunankadar zat warna dan COD Limbah Cair Industri Pencucian Jeans pada

    Proses Koagulasi / Flokulasi

    Prosedur penelitian pengaruh dosis Alum terhadap penurunan kekeruhan,

    TSS, kadar zat warna dan COD Limbah cair industri pencucian Jeans pada proses

    koagulasi / flokulasi adalah sebagai berikut:

    1. Kekeruhan, TSS, kadar warna, COD dan pH dari limbah cair diukur sebagai

    kontrol.

    2. Sampel limbah cair sebanyak 200 mL dimasukkan kedalam beaker gelas

    diaduk dengan pengaduk magnetik.

    3. Ke dalam sampel dimasukkan Alum dengan dosis 750 hingga 1250 mg/L,

    kemudian diaduk cepat (100 rpm) selama 3 menit lalu diikuti dengan

    pengadukan lambat (40 rpm) selama 12 menit

    4. Setelah pengadukan diendapkan selama 60 menit.

    5. Setelah pengendapan hasil diambil dan dilakukan pengukuran kekeruhan,

    kadar warna, TSS dan COD.

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    42/72

    Bagan alir penelitian selanjutnya dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini :

    Kekeruhan, TSS, warna,

    COD dan pH awal

    WadahSaringanLimbah

    Cair

    Beaker Jar Test 200 mL,

    pH awal limbah

    Dosis Alum 750, 875, 1000, 1125dan 1250 (mg/L limbah cair)

    Pengadukan

    100 rpm, 3 menit

    40 rpm, 12 menit

    Pengendapan

    (60 menit)

    Kekeruhan, TSS, Kadar warna dan COD (untuk Dosis yang Optimum).

    Grafik Kadar warna TSS,

    kekeruhan vs dosis Alum

    Dosis Optimum

    Gambar 4 Bagan Alir Kekeruhan, TSS, penurunan kadar warna dan COD denganVariasi Dosis Alum pada Limbah Cair Industri Pencucian jeans denganproses Koagulasi / Flokulasi

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    43/72

    3.4.3 Pengaruh Dosis Koagulan Alum + biji kelor terhadap kekeruhan, TSS,

    kadar zat warna dan COD Limbah cair Industri Pencucian Jeans Pada

    Proses Koagulasi/Flokulasi

    Prosedur penelitian pengaruh dosis koagulan biji kelor + Alum terhadap

    kekeruhan, TSS, kadar zat warna dan COD Limbah cair industri pencucian Jeans

    pada proses koagulasi / flokulasi adalah sebagai berikut:

    1. Kekeruhan, TSS, kadar warna, COD dan pH dari limbah cair diukur sebagai

    kontrol.

    2. Sampel limbah cair sebanyak 200 mL dimasukkan kedalam beaker gelas

    diaduk dengan pengaduk magnetik.

    3. Ke dalam sampel dimasukkan biji kelor + Alum 750 : 1250; 875 : 1125,

    1000 : 1000; 1125 : 875 dan 1250 : 750 (mg/L limbah cair) kemudian diaduk

    cepat (100 rpm) selama 3 menit lalu diikuti dengan pengadukan lambat (40

    rpm) selama 12 menit

    4. Setelah pengadukan diendapkan selama 60 menit.

    5. Setelah pengendapan hasil diambil dan dilakukan pengukuran kekeruhan,

    TSS, kadar warna dan COD.

    6. Hal yang sama yaitu 2-4, dilakukan untuk penambahan serbuk biji kelor +

    Alum ke dalam sampel masing-masing 750:1250; 875:1125; 1000:1000;

    1125:875; 1250:750.

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    44/72

    Bagan alir penelitian selanjutnya dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini :

    Kekeruhan, TSS, warna,

    COD dan pH awal

    WadahSaringanLimbah

    Cair

    Beaker Jar Test 200 mL,

    pH awal limbah

    Dosis serbuk biji kelor + alum750 : 1250; 875 : 1125, 1000 : 1000; 1125 : 875

    dan 1250 : 750 (mg/L limbah cair)

    Pengadukan

    100 rpm, 3 menit

    40 rpm, 12 menit

    Pengendapan

    (60 menit)

    Kekeruhan, TSS, Kadar warna dan COD (untuk Dosis yang Optimum).

    Grafik Kekeruhan, TSS,Kadar warna vs dosis biji

    kelor + alum

    Dosis Optimum

    Gambar 5 Bagan Alir Kekeruhan, TSS, kadar warna dan COD dengan Variasi bijikelor + alum pada Limbah Cair Industri Pencucian jeans dengan prosesKoagulasi / Flokulasi

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    45/72

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Pengaruh dosis koagulan alum dan biji kelor terhadap penyisihan

    kekeruhan limbah cair industri pencucian jeans pada pH 7,8 dengan

    koagulasi/ flokulasi

    Pengaruh dosis koagulasi terhadap penyisihan kekeruhan limbah cair industri

    pencucian jeans dengan koagulasi / flokulasi terhadap penurunan kekeruhan (%) di

    dalam seluruh percobaan dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7.

    50

    55

    60

    65

    70

    75

    80

    85

    90

    750 875 1000 1125 1250 1375

    Dosis Koagulan (mg/L)

    PenyisihanKek

    eruhan

    %

    Alum Biji Kelor

    50

    55

    60

    65

    70

    75

    80

    85

    90

    6:10 7:9 8:8 9:7 10:6

    Dosis Koagulan (mg/L)

    PenyisihanKe

    keruhan

    %

    Gambar 6. Pengaruh dosis koagulan

    (alum dan biji kelor)terhadap penyisihan

    kekeruhan (%)

    Gambar 7. Pengaruh dosis koagulan

    (variasi alum dengan bijikelor) terhadap penyisihan

    kekeruhan (%)

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    46/72

    Hasil penelitian pengaruh dosis alum, biji kelor dan variasi antara alum

    dengan biji kelor terhadap kekeruhan dapat dilihat pada Gambar 6 dan 7 diatas.

    Pada Gambar 6 terlihat bahwa pengaruh penggunaan koagulan alum dan biji

    kelor, dosis koagulan sangat nyata terhadap kekeruhan tersisihkan, pada dosis

    koagulan alum 750 mg/L kekeruhan tersisihkan 71,22 % pada penambahan dosis

    selanjutnya, kekeruhan semakin banyak tersisihkan hingga mencapai keaadaan

    optimum pada dosis 1250 mg/L dengan kekeruhan tersisihkan 80,06 % .

    Pada dosis koagulan biji kelor 750 mg/L kekeruhan tersisihkan 69,80 %. Pada

    penambahan dosis selanjutnya kekeruhan semakin banyak tersisihkan hingga

    mencapai keadaan optimum pada dosis 1250 mg/L dengan kekeruhan tersisihkan

    77,77 %.

    Dari kedua hasil penelitian di atas terlihat bahwa penggunaan biji kelor

    sebagai koagulan dapat menurunkan kekeruhan limbah cair industri tekstil

    (pencucian jeans). Adanya penurunan kekeruhan ini dapat dijelaskan sebagai berikut

    :

    Biji kelor mengandung sejenis protein yang larut dalam air (water-soluble

    protein) berbobot molekul rendah, 4-4-rhamnosyloxy benzyl isothiocyanate

    (Ndabigengesere dalam Chandra, 1998). Apabila dilarutkan, biji kelor menghasilkan

    muatan muatan positif dalam jumlah yang banyak. Larutan biji kelor tersebut

    bereaksi sebagai koagulan polimer alamiah bermuatan positif (Sutherland et al,

    1994).

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    47/72

    Ketika ditambahkan ke dalam sampel limbah cair dan diikuti dengan

    pengadukan cepat (100 rpm) selama 3 menit, protein kationik yang dihasilkan biji

    kelor tersebut terdistribusi keseluruh bagian cairan limbah dan kemudian berinteraksi

    dengan partikel-partikel bermuatan negatif penyebab kekeruhan yang dispersi dalam

    limbah cair. Interaksi itu mempengaruhi gaya antar penyebab stabilitas partikel

    koloid limbah dalam hal ini mengurangi efek gaya tolak-menolak antar partikel

    koloid limbah sampai ke tingkat di bawah gaya Vander Walls. Akibatnya partikel-

    partikel koloid limbah mengalami destabilisasi dan membentuk flok-flok mikro

    melalui mekanisme adsorbsi. Dengan pengadukan lambat (40 rpm) selama 12 menit

    yang dilakukan pada tahap berikutnya, flok-flok mikro tersebut dibawa kedalam

    proses kontak sehingga bertubrukan satu sama lain. Akibatnya flok-flok mikro

    bergabung dan lengket sesamanya serta tumbuh membentuk flok-flok yang ukuran

    massanya lebih besar serta mengendap.

    Selanjutnya, saat didiamkan selama 60 menit, flok-flok yang ukuran dan

    massanya lebih besar serta mengendap tersebu, memisahkan dari cairannya dan turun

    kedasar beaker gelas (mengendap).

    Akibat gaya gravitasi yang bekerja terhadapnya. Dengan mengendapnya flok-

    flok tersebut, maka sebagian dari partikel-partikel penyebab kekeruhan (turbiditas)

    yang tersuspensi dalam limbah cair mengalami pengurangan. Dengan demikian maka

    kekeruhannya pun mengalami penurunan.

    Penurunan kekeruhan limbah cair yang terjadi pada penelitian tersebut diatas,

    sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh John (dalam Price, 2002), bahwa

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    48/72

    suspensi biji kelor kering telah lama digunakan oleh wanita pedesaan Sudan untuk

    menjernihkan air keruh dari sungai Nile sebagai pengganti koagulan tawas.

    Percobaan (Muyibi et al 1995) sendiri menunjukkan bahwa efesiensi penyisihan

    kesadahan dari koagulan kelor makin naik dengan naiknya dosis koagulan. Penelitian

    (Sutherland et al 1994) di Malawi pada perawatan total, menunjukkan bahwa

    koagulan biji kelor dapat menurunkan kekeruhan air sungai yang keruh dari 270

    380 NTU menjadi dibawah 4 NTU secara kontiniu.

    Pada Gambar 7 terlihat bahwa pengaruh dosis koagulan (variasi alum dengan

    biji kelor) terhadap penyisihan kekeruhan. Kekeruhan terendah pada dosis 1000 +

    1000 mg/L limbah atau pada rasio massa 8 : 8 yaitu sebesar 76,92 % (Tabel 8). Dari

    hasil penelitian ini terlihat terjadi kejenuhan pada limbah industri tekstil dikarenakan

    dosis yang berlebihan sehingga flok yang akan direduksi sudah habis dan koagulan

    bertindak sebagai pengotor yang menyebabkan tingkat kekeruhan meningkat.

    4.2. Pengaruh Koagulan terhadap penurunan TSS pada limbah cair industri

    Tekstil (pencucian jeans) pada proses Koagulasi / Flokulasi

    Setelah mengamati pengurangan tingkat kekeruhan terhadap dosis koagulan

    yang digunakan, maka selanjutnya akan diamati pengaruh dosis koagulan yang

    dipergunakan terhadap TSS limbah cair industri pencucian jeans Grafik

    selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 8 dan 9.

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    49/72

    50

    5560

    65

    70

    75

    80

    85

    90

    750 875 1000 1125 1250 1375

    Dosis Koagulan (mg/L)

    P

    enyisihanTSS

    %

    Alum Biji Kelor

    50

    55

    60

    65

    70

    75

    80

    85

    90

    6:10 7:9 8:8 9:7 10:6

    Dosis Koagulan (mg/L)

    P

    enyisihanTSS

    %

    Gambar 8. Pengaruh dosis koagulan

    (alum dan biji kelor)

    terhadap penyisihan TSS

    (%)

    Gambar 9. Pengaruh dosis koagulan

    (variasi alum dan biji

    kelor) terhadap penyisihan

    TSS (%)

    Penurunan TSS dapat dilihat sangat nyata dimana TSS limbah awal 9815

    mg/L, dengan TSS tersisihkan 84,72 % dosis koagulan 1250 mg/L alum. Dengan

    menggunakan dosi biji kelor 1250 mg/L, TSS tersisihkan 83,69 % pada gambar 8

    dan variasi penambahan alum + biji kelor dosis 1000 +1000 mg/L TSS tersisihkan

    78,60 % pada Gambar 9 Penambahan koagulasi alum berpengaruh nyata terhadap

    penurunan tingkat TSS selama proses koagulasi dan flokulasi pada pengendapan

    (Prasetyo Rubiantoro, 2003).

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    50/72

    TSS merupakan padatan yang terkandung dalam air dan bukan merupakan

    larutan, bahan ini dibedakan dari padatan terlarut dengan cara uji di laboratorium.

    TSS biasanya mengandung zat organik dan anorganik (Canter 1977).

    Berdasarkan data pengamatan, penyisihan TSS pada partikel biji kelor, alum

    dan variasi penambahan alum + biji kelor sangat dipengaruhi oleh dosis

    koagulannya, penurunan TSS pada limbah cair industri tekstil berbanding lurus

    terhadap penyisihan kekeruhan. Hal ini disebabkan karena komponen utama yang

    mempengaruhi tingkat kekeruhan limbah cair industri tekstil hanya disebabkan oleh

    TSS tanpa adanya pengotor lainnya menyebabkan kekeruhan. Sehingga semua hal

    yang mempengaruhi penyisihan kekeruhan limbah cair industri tekstil juga

    berpengaruh terhadap TSS nya seperti dosis. Pada gambar 8 dan 9.

    4.3. Pengaruh koagulan terhadap penurunan kadar warna cair industri

    pencucian jeans pada proses koagulasi / flokulasi

    Pada Gambar 10 sampai Gambar 15 dibawah ini adalah hubungan antara

    koagulan terhadap penurunan kadar warna limbah cair industri pencucian jeans pada

    proses koagulasi / flokulasi.

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    51/72

    0

    0,05

    0,1

    0,15

    0,2

    750 875 1000 1125 1250 1375

    Dosis Koagulan (mg/L)

    KadarW

    arnaMerah

    Alum Biji Kelor

    0

    0,05

    0,1

    0,15

    0,2

    6:10 7:9 8:8 9:7 10:6

    Dosis Koagulan (mg/L)

    Kada

    rWarnaMerah

    Gambar 11. Pengaruh dosiskoagulan (variasi

    alum dan biji kelor)terhadap kadar

    warna merah

    0

    0,1

    0,2

    0,3

    0,4

    0,5

    750 875 1000 1125 1250 1375

    Dosis Koagulan (mg/L)

    KadarWarnaBiru

    Alum Biji Kelor

    0

    0,1

    0,2

    0,3

    0,4

    0,5

    6:10 7:9 8:8 9:7 10:6

    Dosis Koagulan (mg/L)

    KadarW

    arnaBiru

    Gambar 10. Pengaruh dosiskoagulan (alum dan biji

    kelor) terhadap kadar

    warna merah

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    52/72

    Gambar 13. Pengaruh dosis

    koagulan (variasi

    alum dan biji kelor)terhadap kadar

    warna biru

    Gambar 12. Pengaruh dosiskoagulan (alum dan biji

    kelor) terhadap kadarwarna biru

    0

    0,1

    0,2

    0,3

    0,4

    0,5

    0,6

    0,7

    750 875 1000 1125 1250 1375

    Dosis Koagulan (mg/L)

    KadarWarnaKuning

    Alum Biji Kelor

    0

    0,1

    0,2

    0,3

    0,4

    0,5

    0,6

    0,7

    6:10 7:9 8:8 9:7 10:6

    Dosis Koagulan (mg/L)

    Kadar

    WarnaKuning

    Gambar 15. Pengaruh dosis

    koagulan (variasi

    alum dan biji kelor)

    terhadap kadarwarna kuning

    Gambar 14. Pengaruh dosis

    koagulan (alum dan

    biji kelor) terhadap

    kadar warna kuning

    Dari penelitian dilakukan terlihat bahwa penurunan kadar warna pada limbah

    setelah proses koagulasi dengan penambahan koagulan sangatlah nyata. Dengan

    menggunakan alat lovibond warna diukur adalah warna sebenarnya atau warna nyata,

    yaitu warna setelah kekeruhan dihilangkan sedangkan warna nampak adalah warna

    yang tidak hanya disebabkan oleh zat terlarut dalam air tetapi zat tersuspensi (Alaerts

    dan Srisumesti, 1987)

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    53/72

    Dari Gambar 10 sampai Gambar 15 terlihat bahwa penurunan kadar warna

    yang sangat nyata dengan menggunakan koagulasi alum, bji kelor dan variasi antara

    alum + biji kelor dimana kadar warna limbah awal, merah = 0,4, biru, = 0,9, kuning

    = 1,4 setelah penambahan koagulasi kadar warna pada limbah turun menjadi : merah

    = 0,04, biru = 0,15 dan kuning = 0,35 pada koagulan alum dengan dosis 1250 mg/L.

    Pada biji kelor turun menjadi : merah = 0,05, biru = 0,20 dan kuning = 0,37 dengan

    dosis 1250 mg/L dan variasi antara alum + biji kelor berturut-turut merah = 0,06,

    biru = 0,18 dan kuning = 0,27 pada dosis 1000 + 1000 mg/L. Proses koagulasi dan

    flokulasi merupakan proses yang sangat bagus untuk penurunan kadar warna akan

    berhenti pada konsentrasi tertentu (tidak bekerja) (Indra Janto dan Muyasaroh, 2007).

    Berdasarkan data pengamatan penyisihan kadar warna pada partikel biji

    kelor, alum dan variasi penambahan alum + biji kelor sangat dipengarui oleh dosis

    koagulannya, penurunan kadar warna pada limbah cair industri tekstil berbanding

    lurus dengan penyisihan kekeruhan. Dengan turunnya kadar warna pada limbah cair

    industri tekstil (pencucian jeans) akan menurunkan kadar logam berat yang ada pada

    limbah cair industri tekstil, biji kelor juga menurunkan kadar warna dengan cepat

    (Indrajanto, Muyasaroh, 2007).

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    54/72

    4.4. Pengaruh Dosis Koagulasi Terhadap Perubahan COD Limbah Cair

    Industri Pencucian Jeans

    Pada Tabel 5. dibawah ini terlihat bahwa penurunan COD pada dosis

    koagulan yang optimal dengan limbah cair industri pencucian jeans.

    Tabel 5. Hubungan Dosis Koagulasi dengan COD Limbah Cair Industri tekstil

    (Pencucian Jeans)

    No. Jenis Koagulan Optimum Dosis Koagulan

    Optimum (mg/L)

    COD Akhir

    (mg/L)

    1.

    2.

    3.

    Biji Kelor

    Alum

    Alum + Biji Kelor

    1250

    1250

    1000 + 1000

    265,30

    50,53

    308,59

    COD limbah murni; 1099,12 mg/L

    Dari Tabel 5. diatas dengan menggunakan koagulan optimum yang dihasilkan

    dari penelitian dengan menggunakan koagulan Alum, biji kelor dan variasi Alum +

    biji kelor di dapatkan hasil optimum. Dari hasil yang optimum tersebut diperoleh

    hasil pengujian COD seperti yang terdapat pada Tabel di atas, pada limbah murni

    nilai COD nya adalah 1099,12 mg/L sedangkan pada biji kelor dapat menurunkan

    COD limbah cair industri pencucian jeans menjadi 265,30 mg/L dengan dosis

    koagulan 1250 mg/L limbah. Hal ini menunjukkan bahwa biji kelor mempunyai

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    55/72

    kemampuan untuk menurunkan bahan organik dengan cara koagulasi. Penurunan

    bahan tersebut akan menyebabkan berkurangnya oksigen yang dibutuhkan untuk

    mengoksidasi bahan-bahan tersebut sehingga nilai COD akan turun. Pada alum dosis

    1250 mg/L limbah COD turun menjadi 50,53 mg/L sedangkan variasi alum dan biji

    kelor dengan dosis 1000 +1000 mg/L limbah COD turun menjadi 308,59 mg/L.

    COD dapat disebabkan oleh faktor pencampuran dan faktor pengendapan

    sehingga proses koagulasi bahan organik penyebab tingginya nilai COD dalam

    limbah tidak sempurna terjadi. Selain itu hal ini bisa disebabkan karena pada waktu

    menganalisa COD dilakukan pengenceran hingga 10 kali dan titrasi dengan larutan

    FAS yang membutuhkan ketelitian yang tinggi sehingga perhitungan COD benar-

    benar tepat. Menurut Kep-51/MENLH/10/1995, baku mutu limbah yang dapat

    dibuang kelingkungan adalah 100 mg/L. Sehingga parameter COD belum memenuhi

    baku mutu yang ditetapkan oleh Kep-51/MENLH/10/1995 sehingga perlu dilakukan

    Penanganan lanjutan.

    Hasil yang optimum diperoleh dari penelitian penggunaan dosis koagulan

    alum dan biji kelor terhadap penyisihan kekeruhan limbah cair industri pencucian

    jeans pada pH 7,8 ialah dosis alum 1250 mg/L limbah kekeruhan 80,05% sedangkan

    untuk biji kelor dosis 1250 mg/L limbah kekeruhan 77,77%.

    Menurut Amdani K (2004), pengaruh biji kelor, pH dan dosis koagulan

    sangat nyata terhadap kekeruhan tersisihkan limbah cair pencucian jeans. pH

    optimum koagulasinya 3 (tiga) kekeruhan tersisihkan 83,03%. Pada tawas, pH

    optimumnya adalah 6 (enam) dan kekeruhan tersisihkan 84,95%. Dosis optimumn

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    56/72

    biji kelor adalah 120 mg/250 mL atau 480 mg/L dengan kekeruhan tersisihkan

    92,21% pada tawas dosis optimumnya adalah 60 mg/250 mL atau 240 mg/L dengan

    kekeruhan tersisihkan 94,25%.

    Menurut Enrico B (2008), penggunaan biji asam jawa sebagai koagulan

    terhadap penyisihan kekeruhan limbah cair industri tahu pada pH 4 dosis 3000 mg/L

    mampu menyisihkan kekeruhan sebesar 83,61%, sedangkan untuk alum pH 6 dosis

    1000 mg/L dapat menyisihkan kekeruhan sebesar 95,73%.

    Perbedaan yang dilakukan peneliti dengan Amdani K dan Enrico B adalah

    peneliti disini menggunakan pH basa sedangkan Amdani K dan Enrico B

    menggunakan pH asam. Maka lebih efektif menggunakan pH basa dibandingkan

    dengan pH asam dari segi ekonimisnya, karena peneliti menggunakan pH limbah

    alamiah (basa) sedangkan Amdani K dan Enrico B memvariasikan pH limbah.

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    57/72

    V. KESIMPULAN

    5.1. Kesimpulan

    Dari penelitian pemanfaatan biji kelor sebagai koagulan pada koagulasi /

    flokulasi limbah cair industri pencucian jeans dapat di tarik kesimpulan sebagai

    berikut :

    1. Dosis koagulan biji kelor optimum adalah 1250 mg/L pada pH limbah cair

    industri pencucian jeans, dengan ukuran partikel 212 mesh, mampu

    menyisihkan kekeruhan sebesar 77,77 %, TSS sebesar 83,69 %, COD sebesar

    75,86 % dan kadar warna merah 0,05, biru 0,20, kuning 0,37 dengan alat

    lovibond pada pH 7,8.

    2. Dosis alum optimum 1250 mg/L pada pH limbah cair industri pencucian

    jeans. Dengan ukuran partikel 212 mesh, mampu menyisihkan kekeruhan

    sebesar 80,06%, TSS sebesar 84,72%, COD sebesar 94,49% dan kadar warna

    merah 0,04, biru 0,15, kuning 0,35 dengan alat lovibond pada pH 7,8

    3. Untuk rasio kombinasi biji kelor dan alum yang tercapai pada rasio massa 8:8

    pada limbah cair industri pencucian jeans, dengan ukuran partikel 212 mesh,

    mampu menyisihkan kekeruhan 76,92 %, TSS sebesar 78,60 %, COD sebesar

    71,92 % dan kadar warna merah 0,06, biru 0,18, kuning 0,27 dengan alat

    lovibond pada pH 7,8

    4. Penggunaan biji kelor sebagai koagulan lebih efektif dibandingkan dengan

    kombinasi biji kelor dan alum dalam hal penyisihan kekeruhan, TSS, COD

    dan kadar warna pada pH 7,8

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    58/72

    5.2. S a r a n

    Untuk penelitian selanjutnya perlu diperhatikan pengadukan dan

    pengendapan karena sangat berpengaruh terhadap penyisihan kekeruhan TSS dan

    perlu dilakukan variasi ukuran partikel untuk mendapatkan hasil penyisihan

    kekeruhan yang lebih besar. Selain itu perlu juga dikembangkan penelitian

    menggunakan koagulan lain yang sejenis dengan biji kelor tersebut sebagai alternatif

    koagulan yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan.

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    59/72

    DAFTAR PUSTAKA

    Alaerts, G dan Sri, S.S, 1978,Metode Penelitian Air Usaha Nasional, Surabaya

    Alaerts, & Srisumesti, S, 1987,Metode Penelitian Air Usaha Nasional, Surabaya

    Amdani, K. 2004. Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa oleifera) Sebagai Koagulan

    Pada Proses Koagulasi/Flokulasi dan Sedimentasi Limbah Cair Pencucian

    Jeans. Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan,

    Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara.

    Benefield, L. D., Joseph F.J. dan Barron L.W 1982 Proces chemistry for water andWastewater Treatment, Prentice Hall, Inc, New Jersey.

    Chandra, A. 1998. Penentuan Dosis Optimum Koagulan Ferro sulfat kapur,

    Flokulan Chemifloce dan Besfloc serta Biofloculan Moringa Oleifera Dalam

    Pengolahan limbah cair Pabrik Tekstil, Jurusan Teknik Kimia UNPAR.Bandung.

    Coronel, R.E. 1991. Edible Fruits and Nuts. Plant Resourcesof South-East Asia No.

    2. PROSEA Foundation. Netherland.

    Davis, M.L. and D.A. Cornwell. 1991. Introduction to Environmental Engineering.2nd

    ed. McGraw-Hill, Inc. New York.

    Departemen Perindustrian, Direktorat Jenderal Industi Kecil Menengah, 2007,

    Pengelolaan Limbah Industri Pangan, Jakarta

    Enrico, B, 2008 Pemanfaatan Biji Asam Jawa (Turma rindus indica) Sebagaikoagulan Alternatif Dalam Proses Penjernihan Limbah Cair Industri Tahu,Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatra Utara.

    EMDI Bapedal, 1994, Limbah Cair Berbagai Industri di Indonesia: Sumber,Pengendalian dan Baku Mutu, EMDI BAPEDAL.

    Farooq, S and S.G. Velioglu. 1989. Physico-Chemical Treatment of Domestic

    Wastewater. Dalam P.N. Cheremisinoff (Editor). Encyclopedia of

    Environmental Control Technology. Vol. 3 : Wastewater Treatment

    Technology. Gulf Publishing Company Book Division. Houston.

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    60/72

    Husin, A, 2003, Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu Menggunakan Biji Kelor

    (Moringa oleifera Seeds) Sebagai Koagulan, laporan Penelitian Dosen Muda,

    Fakultas Teknik USU.

    Indrajanto, Muyasaroh, 2007. Penurunan Kekeruhan Warna Limbah Industri

    Tekstild dengan Proses Koagulasi dan Flokulasi.

    Joker, D. 2000. Seed Leaflet : Tamarindus indica. L. Danida Forest Seed Center.Denmark.

    Jahn, S.A.A. 1988. Using Moringa Seeds of Coagulants in Developing Countries.Journal of The Water Works Association.

    Kiely, G. 1998.Environmental Engineering

    . Irwin McGraw-Hill. Boston.

    Narasiah, K.S, Vogel, A, dan Krahmadhati, N.N. 2002. Coagulation of turbid water

    using moringa oliefera seeds from two distined source. J. Water supply vol.2

    No.5-6 : 83-88

    Ndabigengeser, A, Narasiah, K.S, dan Talbot, B.G. 1995 Active agents and

    mechansm of coagulation of turbid water using moringa oleifera. Water

    Research. Vol 29 No.2. Pergamon Press. England : 703-710.

    Metcalf & Eddy, 2003, Wastewater Engineering : Treatment, Disposal and Reuse,

    4th

    ed., McGraw Hill Book Co., New York.

    Montgomery, M.J. 1985. Water Treatment Pronciples and Design. John Wiley &Sons, Inc. New York.

    Muyibi A.S. and Lilian M.E. (1995)Moringa Oliefera seed for Softening Hardwater.Wat Res. Vol 29 No.4, pp.1099 1105.

    Nathanson, J.A. 1986. Basic Environmental Technology : Water Supply, Waste

    Disposal, and Pollution Control. John Wiley & Sons, Inc. New York.

    Nuraida, 1985,Analisis Kebutuhan Air Pada Industri Pengolahan Tahu dan Kedelai,

    dalamLisnasari, S.F., 1995, Pemanfaatan Gulma Air (Aquatic Weeds) Sebagai

    Upaya Pengolahan Limbah Cair Industri Pembuatan Tahu, Thesis Master,Program Pasca Sarjana USU, Medan

    Nurhasan, dan Pramudyanto, B.B., 1991, Penanganan Air Limbah Tahu, Yayasan

    Bina Karya Lestari, Jakarta, http://www.menlh.go.id/usaha-kecil (30 Mei

    2006)

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

    http://www/http://www/
  • 5/25/2018 Biji Kelor

    61/72

    Prasetya Rubianto, 2003. Pemanfaatan Biji Kelor Untuk Koagulan Dalam Proses

    Penjenihan Air.

    Price, M.L. 2002 The Moringa Tree. ECHO, 17391 Durrance R.d, North Ft. MycrsFl 33917, USA; www.echonet.org.

    Ramalho, A.S., 1983, Introduction to Wastewater Treatment Process, 2nd

    ed.,Academic Press, New York, pp : 419 433.

    Reynolds, T.D 1982. Unit Operation and Processes in Environmental Engineering,

    Wadsworth, Inc, Belmont, California.

    Shultz, C.R., Okun, D.A. 1983. Treating Surface Waters for Communities in

    Developing Countries. Journal of The Water Works Association.

    _____1984. Surface Water Treatment for for Communities in Developing Countries.Intermediate Tech Publications. Great Britain.

    Sugandhy, A.; arie Dj. Djoekardi; Bambang Setyabudi; Otong Nurdjaman, dan Gazni

    Hassan. 1998. Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Lingkungan

    Hidup Dalam Pembangunan Jangka Panjang Kedua (1994/1995 2019/2020).

    Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup.

    Sugiharto, 1994,Dasar-dasar Pengolahan Air Limbah, Penerbit Universitas

    Indonesia, Jakarta.

    Sutherland, J.P, G.K. Folkard, M.A. Mtawali and W.D. Grant. 1994.Moringa

    Oleifera as a Naturai Coagulant.20th

    WEDC Comference, Afforddable

    Water Supply and Sanitation. Colombo, Srilangka. 1994.

    Tay, Joo-Hwa, 1990,Biological Treatment of Soya Bean Waste, J. Water Science &

    Technology, Vol. 22. No. 9 : 141 147.

    Tsunda,T., Watanabe., Oshima,K., Yamamoto,A., kawakishi,S. & Osawa,T. 1994.

    Antioxidative Componen Isolated from The Seed of Tamarind (Tamarindus

    indica L.). Agricultural Food Chemical.

    Wiley, J. & Sons, 1995. Principle of Industrial Water Treatment. John Wlley & Son,

    Inc. New York.

    Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam ProsesPenjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009USU Repository 2008

  • 5/25/2018 Biji Kelor

    62/72

    LAMPIRAN A

    Tabel 6. Data hasil pengukuran kekeruhan limbah cair industri tekstil denganproses koagulasi / flokulasi koagulan alum.

    Dosis Alum

    (mg/L)

    Kekeruhan akhir

    (FTU)

    Penyisihan

    kekeruhan (%)

    1375

    1250

    1125

    1000

    875

    750

    90

    101

    94

    86

    72

    70

    77,05

    80.06

    79,48

    75,49

    73,21

    71,22

    pH lim